24
Kerang Hijau Asal Teluk Jakarta Akan Diteliti Rumor bahwa kerang hijau yang berasal dari Teluk Jakarta, telah terkontaminasi oleh zat berbahaya nampaknya mengundang perhatian banyak pihak. Buktinya, jajaran anggota Komisi VII DPR RI menyarankan pada Pemprov DKI untuk waspada terhadap kerang hijau tersebut. Pemprov pun langsung bergerak cepat melakukan penelitian dan akan langsung mengumumkan hasilnya ke masyarakat. Merebaknya kerang yang terkontaminasi merkuri terkuak jajaran Komisi VII DPR RI menyambangi Balaikota DKI Jakarta, Rabu (12/11). Dalam kesempatan itu, Daud Iswandi Nasution, anggota Komisi VII DPR RI mengingatkan, soal kerang hijau yang disinyalir mengandung logam berat jenis merkuri. Karena jika sampai dikonsumsi, maka dikhawatirkan akan menimbulkan beragam penyakit. Menanggapi hal tersebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto, usai menerima kunjungan jajaran Komisi VII DPR RI itu menegaskan, pihaknya akan melakukan penelitian terhadap kerang hijau tersebut. “Untuk sementara akan dilakukan penelitian lebih lanjut. Pemprov DKI belum bisa melarang peredaran kerang hijau karena menyangkut mata pencaharian seseorang,” papar Prijanto. Ia mengaku, jika telah dilakukan penelitian kerang hijau akan segera mengumumkan hasilnya pada publik. “Biar orang tahu hasilnya dan bisa mempertimbangkan mengonsumsi kerang," katanya. Sementara ini, Prijanto belum berani menyatakan pelarangan konsumsi kerang karena belum ada pernyataan resmi dari instansi yang berkompeten melakukan penelitian dan pengkajian terhadap kerang hijau tersebut. Baginya, penelitian terhadap kerang hijau itu memang harus segera dilakukan. Ini mengingat ada keterkaitannya dengan kesehatan manusia, terutama yang gemar mengonsumsinya. Jika benar itu mengandung merkuri, maka harus segera ditarik dari peredaran. Selanjutnya ia mengimbau pada masyarakat Jakarta, jika ingin hidup sehat maka sebaiknya tidak lagi mengonsumsi hewan yang terkontaminasi limbah. Sekadar diketahui, kerang hijau merupakan salah satu organisme air yang hidup menetap, bersifat filter feeder, dan berkembang biak pada tekanan ekologis yang tinggi. Sesuai dengan sifatnya, maka dalam pertumbuhannya kerang hijau dapat mengakumulasi logam berat dalam tubuhnya jika hidup pada perairan yang terkontaminasi logam berat. Selama ini, kerang hijau yang berada di perairan Teluk Jakarta, diduga telah mengonsumsi logam berat yang berasal dari limbah yang dihasilkan sejumlah kapal besar.

Bahan Makalah Kerang Hijau

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bahan Makalah Kerang Hijau

Kerang Hijau Asal Teluk Jakarta Akan Diteliti

Rumor bahwa kerang hijau yang berasal dari Teluk Jakarta, telah terkontaminasi oleh zat berbahaya nampaknya mengundang perhatian banyak pihak. Buktinya, jajaran anggota Komisi VII DPR RI menyarankan pada Pemprov DKI untuk waspada terhadap kerang hijau tersebut. Pemprov pun langsung bergerak cepat melakukan penelitian dan akan langsung mengumumkan hasilnya ke masyarakat.

Merebaknya kerang yang terkontaminasi merkuri terkuak jajaran Komisi VII DPR RI menyambangi Balaikota DKI Jakarta, Rabu (12/11). Dalam kesempatan itu, Daud Iswandi Nasution, anggota Komisi VII DPR RI mengingatkan, soal kerang hijau yang disinyalir mengandung logam berat jenis merkuri. Karena jika sampai dikonsumsi, maka dikhawatirkan akan menimbulkan beragam penyakit.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto, usai menerima kunjungan jajaran Komisi VII DPR RI itu menegaskan, pihaknya akan melakukan penelitian terhadap kerang hijau tersebut. “Untuk sementara akan dilakukan penelitian lebih lanjut. Pemprov DKI belum bisa melarang peredaran kerang hijau karena menyangkut mata pencaharian seseorang,” papar Prijanto.

Ia mengaku, jika telah dilakukan penelitian kerang hijau akan segera mengumumkan hasilnya pada publik. “Biar orang tahu hasilnya dan bisa mempertimbangkan mengonsumsi kerang," katanya. Sementara ini, Prijanto belum berani menyatakan pelarangan konsumsi kerang karena belum ada pernyataan resmi dari instansi yang berkompeten melakukan penelitian dan pengkajian terhadap kerang hijau tersebut.

Baginya, penelitian terhadap kerang hijau itu memang harus segera dilakukan. Ini mengingat ada keterkaitannya dengan kesehatan manusia, terutama yang gemar mengonsumsinya. Jika benar itu mengandung merkuri, maka harus segera ditarik dari peredaran. Selanjutnya ia mengimbau pada masyarakat Jakarta, jika ingin hidup sehat maka sebaiknya tidak lagi mengonsumsi hewan yang terkontaminasi limbah.

Sekadar diketahui, kerang hijau merupakan salah satu organisme air yang hidup menetap, bersifat filter feeder, dan berkembang biak pada tekanan ekologis yang tinggi. Sesuai dengan sifatnya, maka dalam pertumbuhannya kerang hijau dapat mengakumulasi logam berat dalam tubuhnya jika hidup pada perairan yang terkontaminasi logam berat. Selama ini, kerang hijau yang berada di perairan Teluk Jakarta, diduga telah mengonsumsi logam berat yang berasal dari limbah yang dihasilkan sejumlah kapal besar.

Page 2: Bahan Makalah Kerang Hijau

Apa yang Terjadi Jika Anda Terkontaminasi Merkuri?

Apa yang Terjadi Jika Anda Terkontaminasi Merkuri?Gizi.net - Mengonsumsi ikan yang terkontaminasi merkuri sungguh berbahaya bagi kesehatan manusia.

Sebelum kasus 100 warga Buyat, Ratatotok, Minahasa, yang terkontaminasi logam merkuri mencuat ke permukaan, YLKI pernah bekerja sama dengan Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan IPB melakukan penelitian tentang kandungan logam berat Merkuri (Hg), Kadmium (Cd), Timah hitam (Pb), Tembaga (Cu) dan Arsen (As), pada hasil perikanan.

Lokasi pengambilan contoh penelitian adalah TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Muara Angke dan Pasar Ikan Jakarta Utara.

Ikan yang dijual di tempat ini tidak hanya didatangkan dari Teluk Jakarta sendiri (Muara Angke, Muara Kamal, Muara Baru), melainkan juga dari Kepulauan Seribu dan berbagai daerah lainnya seperti Serang, Indramayu, Karawang, Tangerang, Ujungpandang, Pontianak, Bangka, dan Lampung.

Hasil penelitian yang dilakukan 1997 itu menunjukkan: hasil perikanan yang mengandung logam berat merkuri (Hg) dan Cd adalah jenis kerang (bivalvia), khususnya pada kerang darah, kerang hijau, dan kerang tahu.

Sementara itu, jenis ikan yang terdeteksi mengandung logam berat merkuri adalah tongkol dan kakap merah, dan

Page 3: Bahan Makalah Kerang Hijau

ikan bawal hitam.

Pada jenis krustase (udang-udangan) hampir semuanya tidak terdeteksi logam berat Hg-nya, kecuali pada rajungan yang diperoleh dari Muara Angke dengan kadar 0,028 ppm.

Hasil penelitian menunjukkan, kandungan merkuri memang masih di bawah batas maksimum yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 0,5 ppm, namun betapa pun kecilnya kandungan ini, tetap akan bersifat kumulatif dalam tubuh manusia.

Merkuri dengan mudah masuk ke tubuh manusia lewat pencernaan. Bisa dari ikan, kerang, udang, dan air yang terkontaminasi (seperti yang terjadi epidemik di Minamata Jepang tahun 1956). Selain itu, kontaminasi bisa juga terjadi akibat menghirup udara yang mengandung merkuri dari tumpahan, atau limbah industri yang potensial menghasilkan limbah merkuri seperti pabrik kertas, baterai, kosmetik dan penambangan emas rakyat.

Nah, apa yang terjadi jika Anda terkontaminasi merkuri?

Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang memang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri.

"Yang terkena pasti syaraf dulu," kata Dr. Andreas Harry SPs (K), konsultan Neurologi yang dihubungi KCM, Rabu (28/7).

Manifestasi klinis awal intoksikasi mercuri didapatkan gangguan tidur, perubahan mood (perasaan) yang dikenal sebagai "erethism", kesemutan mulai dari daerah sekitar mulut hingga jari dan tangan, pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya ingat.

Pada intoksikasi berat penderita menunjukkan gejala klinis tremor, gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, jalan sempoyongan (Ataxia ) yang menyebabkan orang takut berjalan. Hal ini diakibatkan terjadi kerusakan pada jaringan otak kecil (serebellum).

Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah, peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata.

Kadar yang berbahaya dalam darah adalah melebihi 200 nmol/ L, dalam urine melebihi 500 nmol/L, umumnya inorganik mercuri ini merupakan limbah dari perusahaan/pabrik produksi misalnya: kertas, kloralkali yang terbuang kesungai/danau/ laut yang bereaksi dengan methylat menjadi organicmercuri (metil merkuri).

Pernah dilaporkan tahun 1971 di Irak, didapatkan 10.000 penderita keracunan metil merkuri yang berasal dari fungisida, dengan tanda klinis: parestesi (kesemutan), gangguan kordinasi, gangguan keseimbangan, gangguan lapang pandang, kesemutan dimulai sekitar mulut dan keseluruh anggota gerak.

Oleh Clarkson penderita keracunan tersebut diobati dengan DIMERCAPROL dan PENICILLAMINE untuk mengurangi kadar metil merkuri dalam darah .

Keracunan pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadi mental retardasi pada bayi atau kebodohan, kekakuan (spastik). (MARSH et al, 1987). Konsentrasi mercuri pada rambut bila lebih dari 1 nmol/g menunjukkan intoksikasi mercuri .

Beberapa penelitian oleh Cavanagh dan Chen 1971, pada tikus yang keracunan metil merkuri didapatkan degenerasi serabut saraf sensorik perifer.

Oleh Aschner et al, 1986, menemukan gangguan transportasi axonal pada saraf tepi. Oleh Hunter dan Russell 1954, menemukan degenerasi selektif sel granula serebellum. Degenerasi pada kortek calcarine yang menyebabkan gangguan lapang pandang.

Page 4: Bahan Makalah Kerang Hijau

Mengingat dampak buruknya bila manusia terkontaminasi merkuri, serta mencegah korban berjatuhan lebih banyak lagi seperti pada warga Teluk Buyat, dan demi pengamanan lingkungan, pemerintah sebaiknya segeralah berupaya mencegah pencemaran, dengan peraturan dan pemberian sangsi yang tegas pada pihak yang telah mencemari lingkungan. Pengujian rutin juga dapat dilakukan untuk mengawasi keadaan di lapangan. (ZRP

http://www.ngobrolaja.com/showthread.php?p=109088, tgl 5 des 2010 8.37

Kerang Teluk Jakarta Tercemar TimbalPemerintah Provinsi DKI Jakarta melarang warga mengonsumsi kerang hijau dari Teluk Jakarta

KAMIS, 13 NOVEMBER 2008, 06:56 WIB

Pipiet Tri Noorastuti, Lutfi Dwi Puji Astuti

Kerang hijau (www.jakarta.go.id/)

VIVAnews - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melarang warga mengonsumsi kerang hijau dari Teluk

Jakarta. Kerang hijau dari Teluk Jakarta mengandung timah hitam atau timbal.

Dinas Perikanan, Peternakan dan Kelautan DKI Jakarta berjanji akan melakukan pengawasan. "Meski

produksi kerang hijau dari Teluk Jakarta hanya sekitar satu persen," ujar Kepala Dinas Perikanan,

Peternakan dan Kelautan DKI Jakarta Edy Setiarto, Kamis 13 November 2008.

Sementara itu, untuk mengantisipasi anjloknya perekonomian nelayan di sekitar Teluk Jakarta, Edy

akan melakukan program pembinaan alih usaha. Kerang yang dipanen bisa difungsikan untuk bahan

kerajinan, bukan konsumsi makanan.

Tercemarnya kerang hijau di Teluk Jakarta ini juga mengundang keprihatinan Komisi VII DPR yang

membidangi masalah lingkungan hidup. "Kerang hijau di Teluk Jakarta juga banyak mengandung

merkuri," ujar anggota Komisi VII DPR Daud Iswandi Nasution.

Kerang hijau merupakan salah satu organisme air yang hidup menetap, bersifat filter feeder, dan

berkembang biak pada tekanan ekologis yang tinggi. Dalam pertumbuhannya kerang hijau dapat

Page 5: Bahan Makalah Kerang Hijau

mengakumulasi logam berat dalam tubuhnya jika hidup pada perairan yang terkontaminasi logam

berat. Selama ini, kerang hijau yang berada di perairan Teluk Jakarta, diduga telah mengonsumsi

logam berat yang berasal dari limbah industri.

• VIVAnews http://metro.vivanews.com/news/read/9014-kerang_teluk_jakarta_tercemar_timbal 5 des 2010 8.38

MINAMATA. Inilah sebuah teluk dengan kota kecil bernama sama di kawasan Jepang, tempat sebuah tragedi menjadi legenda. Tragedi yang terjadi karena manusia hanya memikirkan keuntungan semata sehingga mengabaikan alam. Kisah duka berawal dari berdirinya Nippon Nitrogen Fertilizer, 1908, cikal bakal Chisso Co Ltd dengan produksi utama pupuk urea. Sama seperti industri lain yang berkembang saat itu, Chisso langsung membuang limbahnya ke alam, ke Teluk Minamata. Tahun 1956 kecurigaan mulai muncul setelah direktur RS Chisso melaporkan ke Pusat Kesehatan Masyarakat Minamata atas masuknya gelombang pasien dengan gejala sama: kerusakan sistem saraf. Sayang apa yang kemudian disebut penyakit minamata ini amat lambat penanganannya. Meski para peneliti dari Universitas Kumamoto, 1963, sudah menyebutkan penyebabnya adalah senyawa metil merkuri yang ditemukan pada kerang di teluk itu, dan pada lumpur limbah Chisso, tak ada tindakan berarti. Tak heran bila tahun 1965 gejala meluas pada penduduk di Prefektur Niigata, tetangga Minamata. Baru 12 tahun kemudian, 1968, Pemerintah Jepang menyadari itu adalah pencemaran dan mengakui bahwa sumbernya adalah senyawa metil merkuri yang dibuang Chisso. Selain pupuk, pabrik ini juga membuat asam asetat, asam asetaldehid, dan vinil klorida, yang memang dibutuhkan dalam industri pupuk. Dalam proses-proses itu, terutama untuk asam asetaldehid, digunakan merkuri sebagai katalisator. ***PADAHAL korban sudah telanjur berjatuhan. Pada level yang ringan ditemukan orang-orang dengan mulut kebal sehingga tidak peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah, dan sering sakit kepala. Suatu hal yang sepertinya berupa keluhan biasa-biasa saja, tetapi membuat hidup sehari-hari menjadi susah. Pada level berikutnya, mereka yang terserang sistem sarafnya, termasuk otak, tidak bisa mengendalikan gerakan-gerakan tangan dan kakinya, telinga berdenging sampai tuli, daya pandang mata menyempit, bicara susah, dan gerakan tubuh secara keseluruhan jadi sulit. Sebagian lagi pingsan, gila, atau mati dalam sebulan setelah serangan penyakit ini. Yang mengerikan, banyak bayi-bayi yang dilahirkan dengan cacat bawaan. Rupanya ibu mereka saat mengandung banyak mengkonsumsi hasil laut Teluk Minamata sehingga janinnya ikut terpapar metil merkuri. Setelah melalui negosiasi berkepanjangan, akhirnya tahun 1973 penduduk yang terkena penyakit minamata mendapat kompensasi. Chisso harus mengeluarkan biaya sekitar 18 juta yen untuk membiayai pengobatan, perawatan, dan berbagai upaya penyembuhan seperti mandi di sumber air panas, tusuk jarum, pijat, maupun konsultasi psikologi. Chisso juga harus menyediakan dana abadi yang bunganya digunakan untuk membeli pempers, perawat yang membantu di rumah, biaya transportasi pulang pergi ke rumah sakit, dan biaya penguburan kalau korban meninggal. Hingga tahun 1997, korban yang sudah mendapatkan sertifikat santunan dari Chisso mencapai 10.353 orang. Selain itu, 2,262 orang mendapat sertifikat dari pemerintah dan 1.240 telah meninggal. Suatu jumlah yang cukup besar, mengingat jumlah penduduk kawasan Minamata tak sampai 100.000 jiwa waktu itu. Selain kompensasi, tahun 1975 pemerintah mengeluarkan larangan mencari ikan di teluk itu. Hingga 1968 -Chisso mulai mengganti asam asetaldehid dengan asetilen- diperkirakan sudah 70-150 ton merkuri dibuang ke Teluk Minamata. Pemerintah Jepang butuh waktu 10 tahun (1977-1987) untuk merehabilitasi. Ditambah dengan reklamasi yang selesai tahun 1990, total biaya yang dikeluarkan pemerintah dan Chisso adalah 48,5 milyar yen (dengan kurs sekarang sekitar Rp 3,4 trilyun). Ini masih di luar kompensasi untuk yang sakit. Bayangkan betapa mahalnya. Seharusnya, tragedi Minamata bisa menjadi peringatan bagi berbagai bangsa untuk tidak mengabaikan lingkungan. Tetapi ternyata tidak. Belum ada tanda-tanda upaya rehabilitasi Teluk Jakarta, sudah muncul kasus pencemaran merkuri di Pantai Kenjeran Surabaya dan Sungai Cisadane. ***

Page 6: Bahan Makalah Kerang Hijau

INDUSTRI pupuk, seperti diungkapkan Dra Masnellyarti Hilman MSc, mantan Direktur Pengelolaan Limbah B3 (bahan beracun berbahaya) Bapedal, memang potensial mengeluarkan limbah merkuri. Soalnya gas yang digunakan dalam proses produknya banyak mengandung merkuri. Industri lain yang potensial menghasilkan limbah merkuri adalah kaustik soda yang banyak diperlukan pabrik kertas, baterai, dan juga kosmetik. Cuma industri kaustik soda sudah banyak yang mengganti merkuri sel dengan membran sel, pada baterai diganti dengan kadmium, dan penggunaannya di kosmetik juga sudah dilarang. Yang paling banyak memang dari industri pertambangan, terutama yang tanpa izin seperti penambangan emas rakyat. Mereka menggunakan merkuri untuk memisahkan emas dari pasir sungai. Sungai Cisadane misalnya, tercemar merkuri dari pertambangan emas di Pongkor. Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah, nasibnya sama. Di luar pencemaran, sebenarnya alam sendiri mengandung merkuri dengan jumlah amat besar. Di Indonesia, kandungan merkuri banyak terdapat di kawasan Jawa utara sampai Lhokseumawe di Aceh. Sementara di Kalimantan malah sedikit. Merkuri alam terekspose ke lingkungan bila ada penggalian Bumi untuk pertambangan, perminyakan. Merkuri dalam bentuk logam sebenarnya tidak begitu berbahaya, karena hanya sampai 15 persen yang bisa terserap tubuh manusia. Tetapi begitu terekspose ke alam, dalam suasana asam ia bisa teroksidasi menjadi metil merkuri. Bakteri-bakteri tertentu juga bisa mengubah logam merkuri menjadi metil merkuri yang larut air, dengan penyerapan di tubuh sampai 95 persen. Namun penanganan merkuri sendiri memang tidak gampang. Agar tidak mencemari lingkungan sampai saat ini merkuri diperlakukan seperti radioaktif. Dikemas secara khusus kemudian dibuang di tempat khusus pula, yang diistilahkan Masnellyarti dengan dibunkerkan. "Di Jerman, limbah merkuri dibunkerkan di bekas tambang garam," tambahnya. Merkuri tidak boleh dibakar di insinerator, karena pada suhu kurang dari 400oC sudah menguap. Uap merkuri ini makin berbahaya lagi karena sangat beracun dan bisa terisap langsung ke paru-paru. "Ini sebenarnya amat membahayakan para penambang emas rakyat. Karena setelah terpisah dari pasir, mereka menguapkan merkuri dari amalgama (senyawa merkuri-emas) untuk memisahkan kembali emasnya," papar Drs Hendra Setiawan, mantan Kepala Subdirektorat pengendalian pencemaran air di Bapedal. Pengalaman Bapedal dengan limbah merkuri Mobil Oil adalah dengan waste exchange. Soalnya gas yang ditambang ternyata mengandung merkuri sampai 96 persen, sehingga lebih baik diberikan pada industri yang membutuhkan. "Jadi merkuri itu dipakai pabrik di Surabaya yang masih menggunakan merkuri sel untuk industri kaustik sodanya," papar Masnellyarti. Namun ke depan memang masih harus dikembangkan pengelolaan merkuri yang lebih baik. Soalnya, dampak jangka panjang dari bunker sistem ini sendiri belum diketahui. ***MERKURI, baik logam maupun metil merkuri, biasanya masuk tubuh manusia lewat pencernaan. Bisa dari ikan, kerang, udang, maupun air yang terkontaminasi. Namun bila dalam bentuk logam biasanya sebagian besar bisa disekresikan. "Sisanya yang akan menumpuk di ginjal dan sistem saraf, yang suatu saat akan mengganggu bila akumulasinya makin banyak," kata Hendra. Dalam bentuk metil merkuri, sebagian besar akan berakumulasi di otak. Karena penyerapannya besar, dalam waktu singkat bisa menyebabkan berbagai gangguan. Mulai dari rusaknya keseimbangan, tidak bisa berkonsentrasi, tuli, dan berbagai gangguan lain seperti yang terjadi pada kasus Minamata. Metil merkuri makin berbahaya pada ibu hamil. Meski semua merkuri dapat menembus plasenta, namun metil merkuri diserap bayi 30 persen lebih tinggi daripada di darah ibunya. Akibatnya bila tidak keguguran, bayi yang dilahirkan akan banyak masalah. Keseimbangan terganggu, terlambat gerak motoriknya, IQ rendah, cacat, dan sebagainya. Suatu hal yang sekali lagi sudah terbukti di Minamata. Sementara bila terisap bisa berdampak akut (seketika) tetapi juga bisa berakumulasi dan terbawa ke organ-organ tubuh lainnya, bronkitis, sampai rusaknya paru-paru. Padahal seperti pengalaman Jepang, untuk membersihkannya tidaklah mudah. Di Denmark misalnya, yang salah satu teluknya tercemar limbah merkuri harus membuat sistem pengolahan khusus dengan karbon aktif. Air dan lumpur laut kemudian dipompa masuk ke pengolahan itu untuk menangkap merkurinya. "Bayangkan berapa biayanya karena itu harus dilakukan bertahun-tahun sampai baku mutunya kembali normal," papar Masnellyarti. ***JEPANG, sungguh belajar banyak dari tragedi Minamata. Pertama, manusia tak hanya menjadi pelaku kejahatan terhadap alam tetapi sekaligus menjadi korban kejahatannya sendiri.

Page 7: Bahan Makalah Kerang Hijau

Kedua, memacu pertumbuhan ekonomi dengan industri massal dan konsumsi berlebihan, hanya akan menghasilkan limbah yang massal pula. Karena itu, Jepang berupaya mengembangkan industri hijau yang tidak lagi mencari untung sebesar-besarnya tetapi menjalankan bisnis yang beretika dan berkelanjutan. Untuk itu, Pemerintah Jepang amat ketat memberlakukan syarat pengolahan limbah. Ketiga, mereka amat concern tehadap keamanan pangan, sungai, dan lautnya. Tak heran bila banyak produk pangan ekspor dari Indonesia, sering ditolak hanya karena tercampur sehelai rambut. Indonesia memang harus belajar banyak dari Minamata. Soalnya dalam berbagai pernyataannya belakangan ini, banyak menteri ekonomi di Kabinet Persatuan Nasional yang mengabaikan lingkungan demi investasi. Padahal bila laut dan sungai tercemar, ekonominya sendiri bakal ikut guncang. Tak percaya? Coba saja ekspor udang, ikan, dan kerang dari Teluk Jakarta atau Pantai Kenjeran. Begitu ketahuan tercemar merkuri, apa tidak habis kita? (nes)

http://yudhim.blogspot.com/2008/01/mengapa-tidak-belajar-dari-minamata.html 5 des 2010 8.39

Saat Makanan Sehat(Tak Lagi) Sehat

 

  Awal 2010 ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melakukan penertiban pedagang kerang hijau, termasuk yang melakukan budidayanya di sekitar Teluk Jakarta. Rencana ini terkait dengan isu tingginya cemaran logam berat di area perairan tersebut. Kutipan Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, Edy Setiarto, ini sempat jadi topik hangat di beberapa media, akhir 2009 lalu.Meski info tentang tingginya kontaminasi logam berat pada kerang hijau di Teluk Jakarta sudah jadi konsumsi publik sejak lama, namun peredaran kerang hijau asal perairan tercemar tersebut, masih saja terjadi.

Bagi yang merasa bukan fans berat kerang hijau, jangan dulu merasa aman dan terbebas dari kontaminasi logam berat. Merkuri plus ‘teman-temannya’, sesama logam berat yang terbukti amat berbahaya, sangat mungkin

juga ada di semangkuk salad saus mayones, sepiring sirloin steak saus BBQ, atau ayam bakar favorit Anda!

SARAT NUTRISI, KAYA LOGAM BERATTragedi Minamata yang terjadi di Teluk Minamata, Jepang, lebih dari 50 tahun silam menjadi bukti nyata yang menggambarkan betapa berbahayanya efek yang ditimbulkan logam berat jenis merkuri, saat kontaminasinya melebihi ambang batas.

Jauh setelah kejadian itu, di tahun 2004, Indonesia seolah dikagetkan oleh kejadian dengan gejala yang mirip. Pada masa itu, banyak warga sekitar Teluk Buyat, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, yang menderita penyakit aneh, seperti benjolan mirip tumor yang berisi cairan di beberapa bagian tubuh. Gejala ini diduga disebabkan oleh kontaminasi logam berat di perairan tersbut. Jenis logam berat yang diduga menjadi penyebabnya adalah merkuri (Hg).Lagi-lagi merkuri dan efek sampingnya menjadi hot news diberbagai media.

“Merkuri bisa ada di dalam semua makhluk hidup laut, yang hidup di air tercemar. Saat seafood tersebut dikonsumsi, otomatis keberadaan logam berat ini akan berpindah ke tubuh kita. Jika melebihi batas, merkuri dapat memengaruhi sistem kerja saraf di otak. Hal ini akan

Page 8: Bahan Makalah Kerang Hijau

memberikan banyak gejala, mulai dari mudah marah, suka gemetar, kesulitan daya ingat, hingga autisme,” tutur Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Si, ahli pangan dari IPB.

Di antara sejumlah hewan laut, kerang menduduki peringkat teratas soal kecenderungannya ‘menabung’ logam berat. “Kebiasaan hidup kerang yang diam dan menempel di dasar laut membuatnya memiliki kesempatan paling besar untuk terekspos dengan logam berat yang mengendap di dasar laut atau pantai. Udang dan lobster, kemungkinannya juga hampir sama dengan kerang, mengingat pergerakannya yang juga sangat minim. Sedangkan ikan, karena cenderung lebih mobile, sesekali mungkin ikan berada di tempat yang kandungan logam beratnya tidak tinggi sehingga jumlah cemaran yang masuk dalam tubuhnya jadi lebih sedikit,” ungkap Nuri.

Ironis memang, seafood yang diandalkan karena kualitas gizinya, justru ‘menyembunyikan’ ancaman berbahaya. Sayangnya, deteksi keberadaan logam berat secara fisik, tak bisa dilakukan. Cemaran logam berat dari limbah pabrik kebanyakan dibuang ke sungai dan akhirnya bermuara ke pantai, makanya seafood yang hidup di pantai memiliki kadar logam berat lebih tinggi daripada di laut lepas.

TAK HANYA PADA SEAFOODMeski keracunan logam berat yang sempat menggemparkan dunia dan Indonesia khususnya, berasal dari merkuri, sebenarnya ada jenis logam berat lain yang harus diwaspadai. Efeknya tak kalah membahayakan. ‘Serangannya’ bahkan bisa ada di sayuran, daging sapi, dan ayam.

‘Status’ tercemar logam berat pada tanaman sumbernya bisa didapat dari pupuk, pestisida, air yang dipakai untuk menyiram, atau bahkan dari udara sekitar. Nuri memaparkan, hingga saat ini, masih banyak pupuk anorganik (sintetis) yang mengandung logam berat cadmium (Cd). Walau jumlahnya tidak banyak, jika tanah secara rutin diberikan pupuk serupa, tentu saja kadar Cd-nya akan terakumulasi dan diserap oleh sayuran yang tumbuh di lahan tersebut. Dalam jumlah tertentu, Cd dalam tubuh bisa menyerang otak yang menyebabkan lupa, alzheimer, atau parkinson.

Air untuk menyiram, bila berasal dari sumber air yang tercemar logam berat, tentu juga akan ikut mencemari tanamannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan mahasiswa IPB tahun 2004, beras yang ditanam di daerah sekitar Pongkor (tempat penambangan emas), memiliki kadar merkuri yang lebih tinggi. Namun, karena merkuri juga bisa berada di udara berupa uap, keberadaannya juga ditemukan di tanaman sayuran, meski lokasi tanamnya terbilang jauh dengan lokasi penambangan emas.

Kontaminasi logam berat pada daging sapi dan ayam terutama dari sumber pakan. Rumput yang tumbuh di tanah tercemar, air minum yang tercemar, hingga konsentrat (makanan padat selain daun hijau yang diperoleh dari tulang-tulang ikan yang tercemar). Tak hanya itu, kondisi ini seolah dilengkapi oleh sumbangan timbal (Pb) yang berasal dari asap kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bertimbal. Daging sapi dan ayam potong yang dijajakan di pasar terbuka pinggir jalan yang lalu lintasnya cukup padat, akan menampung cemaran timbal yang ada di udara.

Di dalam tubuh, metabolisme timbal mengikuti peredaran kalsium yang akan menumpuk dalam tulang sehingga bisa jadi faktor pemicu osteoporosis. Timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan dan makanan. “Pada bayi dan anak yang sedang berkembang, timbal lebih mudah terserap. Bila berlebih, bisa menyebabkan kerusakan otak, pertumbuhan terhambat, menurunkan kecerdasan intelektual dan konsentrasi, hingga kerusakan ginjal. Sedangkan pada orang dewasa, timbal dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, gangguan pencernaan, sulit tidur, dan gangguan reproduksi,” sambungnya.

Penulis: Lila Muliani

http://www.femina-online.com/issue/issue_detail.asp?id=542&cid=4&views=8 5 des 2010 8.40

Liputan6.com, Jakarta: Laut identik dengan wisata pantai nan romantis. Mendayung perahu, berenang, dan sekadar bersantai menikmati angin laut. Juga ikan-ikan yang gurih dan bergizi. Tapi jangan harap semua itu bisa didapati di perairan Teluk Jakarta, keadaannya jungkir balik 180 derajat. Teluk yang membentang dari Pantai Kamal di ujung barat Jakarta hingga Marunda di sebelah timur ini sangat kumuh. Air lautnya tak lagi biru jernih, yang ada hijau keruh, bahkan nyaris hitam dengan bau menyengat. Penuh sampah pula.

Page 9: Bahan Makalah Kerang Hijau

Ternyata, data resmi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jakarta menyebutkan perairan Teluk Jakarta sebenarnya sudah tak layak lagi untuk wisata bahari dan kehidupan biota laut. Alasannya, Teluk Jakarta tercemar; kandungan nitrat, amoniak, dan phosfat sudah melebihi ambang batas. Bahkan pencemaran sudah mencapai Kepulauan Seribu.

Sejauh mana sebenarnya pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta? Sangat Serius. Tim Sigi SCTV mendapat informasi setidaknya tiga kali dalam setahun terjadi kematian massal ikan dan berbagai jenis kerang akibat konsentrat limbah yang melebihi ambang batas. Yang terhebat terjadi pada 2004, ratusan ribu bahkan mungkin jutaan ikan mati.

Penyebabnya, Laut Jakarta telah menjadi tong sampah raksasa bagi limbah organik dan logam beracun. Sedikitnya 1,3 juta meter kubik limbah cair baik rumah tangga maupun industri setiap hari digelontorkan ke laut. Itu belum termasuk beban 500 ribu ton sampah per tahun yang menjadi polutan beracun perairan Teluk Jakarta. Tak heran jika kandungan timah hitamnya mencapai 8,43 ppm atau jauh lebih tinggi dari standar aman yakni 0,4 ppm. Begitu juga kadar logam berat macam cadmium.

Lantas dari mana datangnya limbah? Usut punya usut, 13 sungai besar yang bermuara ke Teluk Jakarta mulai dari Sungai Kamal hingga Cakung memiliki andil. Sepanjang pengamatan Tim Sigi, sungai-sungai itu sangat memprihatinkan. Mereka menjadi saluran limbah gratis bagi sekitar 20 juta warga Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Ditambah pula sekitar 1.600 perusahaan yang juga menggelontorkan limbah cairnya ke sungai.

Tengok saja cairan yang keluar dari sebuah hotel mewah di kawasan Senayan yang tampak berbusa. Demikian pula limbah cair dari sentra pabrik jins dan loundry di Kampung Sukabumi Selatan, Jakarta Barat yang menjadi sorotan pemerintah Jakarta saat ini. Limbah-limbah seperti inilah yang akhirnya masuk ke sungai besar dan bermuara di Teluk Jakarta.

Kondisi Sungai Cideng juga sangat memprihatinkan. Sungai yang membelah perkampungan padat penduduk ini berwarna hitam pekat dengan bau yang tidak sedap. Ahli pengolah limbah menyebutnya mendekati unaerobik yang artinya kondisi oksigen kurang dan tercemar berbagai limbah organik dalam konsentrasi yang sangat tinggi.

Sejauhmana sebenarnya sungai-sungai Jakarta tercemar limbah? Tim Sigi menelusurinya dengan beberapa metode. Pertama, dilakukan penelitian langsung bersama tiga peneliti lingkungan dan ahli limbah dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Hasilnya, kandungan oksigen sangat rendah. Sungai Cakung yang menjadi aliran limbah industri di sekitar Pulogadung misalnya, kandungan oksigennya mendekati nol. Padahal, standar minimal mencapai enam miligram per liter.

Metode kedua adalah dengan mengamati buih dan fisik air. Di stasiun pompa air waduk Pluit yang bermuara ke Teluk Jakarta misalnya, airnya terlihat hitam pekat dan muncul banyak buih saat pompa air dinyalakan. Menurut Nusa Idaman, ahli limbah BPPT, busa-busa ini menandakan banyaknya polutan yang terlarut dalam air. Kandungan itu bisa berupa detergen dari rumah tangga maupun polutan limbah kimia lain.

Kepala BPLH DKI Jakarta Kosasih Wirahadikusumah membenarkan pencemaran air sungai di Jakarta terus meningkat dari tahun ke tahun. Hanya tersisa lima persen sungai yang tercemar ringan. Peraturan yang melarang membuang limbah ke sungai sebenarnya sudah cukup. Sepanjang 2005, setidaknya 500 perusahaan ditegur karena membuang limbah ke sungai. Tujuhbelas lainnya diproses secara hukum karena membuang limbahnya secara ngawur.

Tak hanya biota laut yang terimbas pencemaran. Para nelayan dan peternak kerang hijau ikut meradang. Daeng Ismail, satu dari 22 ribu peternak kerang hijau di Teluk Jakarta misalnya, kini menjerit akibat kondisi perairan yang terus memburuk. Pria asal Bugis terus menambah modal usaha karena terpaksa memindahkan bagan ternaknya ke tengah laut. Namun, hasil yang didapat tetap tak memuaskan. Hasil panen terus menukik dari tahun ke tahun. Para nelayan yang dijumpai pun punya jeritan hati serupa dengan Ismail. Ikan-ikan susah didapat.

Pengamatan Tim Sigi sepanjang dua pekan terakhir memang mendapati air di Teluk Jakarta sangat mengkhawatirkan. Bahkan saat tak turun hujan, air laut menjadi hijau kehitam-hitaman hingga pada jarak sekitar lima kilometer dari bibir pantai. Kondisi yang tak lagi sehat untuk budi daya kerang dan ikan.

Dari sini timbul pertanyaan. Masih amankah hasil laut Teluk Jakarta dikonsumsi?. Inilah yang masih diperdebatkan. Pakar Ekologi Kelautan Institut Pertanian Bogor Ario Damar menyebut kerang dari Teluk Jakarta sebaiknya tak dikonsumsi. Sebagian lainnya menyebut hasil laut Teluk Jakarta masih layak.

Untuk membuktikan hal itu, Tim Sigi mengambil sampel kerang dari Teluk Jakarta dan mengujikannya ke

Page 10: Bahan Makalah Kerang Hijau

Laboratorium Uji Mutu Departeman Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta. Hasilnya, memang ditemukan logam berat macam merkuri, cadmium, dan plumbum atau timah hitam. Namun kadarnya masih dalam batas aman untuk dikonsumsi manusia.

Kondisi itu jelas bertolak belakang dengan hasil uji di laboratorium yang sama pada 2005. Saat itu, sejumlah ikan dan kerang-kerangan ditemukan mengandung logam berat yang melebihi batas aman. Kerang hijau misalnya, ditemukan mengandung timah hitam 8,43 ppm jauh di atas batas aman yakni 0,4 ppm. Begitu pula kadar cadmiumnya yang mencapai lebih dari 10 kali lipat batas aman.

Yang paling mengagetkan adalah jenis ikan cukang karena didapati mengandung timah hitam sebanyak 23 ppm pada insang, merkuri sebesar 6,72 ppm, dan Crom sebanyak 33 ppm. Sekadar perbandingan, tragedi Minamata di Jepang terjadi karena kadar merkuri pada ikan mencapai 10 ppm.

Tak hanya itu, BPLH Jakarta menyebut mutu perairan Teluk Jakarta terutama di perairan Ancol dan sekitarnya juga mengandung senyawa kimia seperti nitrat, amonik, dan phosfat dalam jumlah yang tinggi. Jika sudah begini, masalah kembali terpulang kepada ketegasan pemerintah dan kesadaran warga. Jika sikap tak berubah sudah tentu Teluk Jakarta akan kian tercemar hingga suatu saat tak ada lagi wisata laut atau lezatnya ikan. Teluk Jakarta bukanlah tong sampah raksasa.----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------wah hati2 deh skrg makan seafood ...::grrr::

http://forum.kafegaul.com/archive/index.php/t-143712.html 5 des 2010 8.42

Kerang Hijau Asal Teluk Jakarta Akan Diteliti 

Rumor bahwa kerang hijau yang berasal dari Teluk Jakarta, telah terkontaminasi oleh zat berbahaya nampaknya mengundang perhatian banyak pihak. Buktinya, jajaran anggota Komisi VII DPR RI menyarankan pada Pemprov DKI untuk waspada terhadap kerang hijau tersebut. Pemprov pun langsung bergerak cepat melakukan penelitian dan akan langsung mengumumkan hasilnya ke masyarakat.

Page 11: Bahan Makalah Kerang Hijau

Merebaknya kerang yang terkontaminasi merkuri terkuak jajaran  Komisi VII DPR RI menyambangi Balaikota DKI Jakarta, Rabu (12/11). Dalam kesempatan itu, Daud Iswandi Nasution, anggota Komisi VII DPR RI mengingatkan, soal kerang hijau yang disinyalir mengandung logam berat jenis merkuri. Karena jika sampai dikonsumsi, maka dikhawatirkan akan menimbulkan beragam penyakit.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto, usai menerima kunjungan jajaran Komisi VII DPR RI itu menegaskan, pihaknya akan melakukan penelitian terhadap kerang hijau tersebut. “Untuk sementara akan dilakukan penelitian lebih lanjut. Pemprov DKI belum bisa melarang peredaran kerang hijau karena menyangkut mata pencaharian seseorang,” papar Prijanto.

Ia mengaku, jika telah dilakukan penelitian kerang hijau akan segera mengumumkan hasilnya pada publik. “Biar orang tahu hasilnya dan bisa mempertimbangkan mengonsumsi kerang," katanya. Sementara ini, Prijanto belum berani menyatakan pelarangan konsumsi kerang karena belum ada pernyataan resmi dari instansi yang berkompeten melakukan penelitian dan pengkajian terhadap kerang hijau tersebut.

Baginya, penelitian terhadap kerang hijau itu memang harus segera dilakukan. Ini mengingat ada keterkaitannya dengan kesehatan manusia, terutama yang gemar mengonsumsinya. Jika benar itu mengandung merkuri, maka harus segera ditarik dari peredaran. Selanjutnya ia mengimbau pada masyarakat Jakarta, jika ingin hidup sehat maka sebaiknya tidak lagi mengonsumsi hewan yang terkontaminasi limbah.

Sekadar diketahui, kerang hijau merupakan salah satu organisme air yang hidup menetap, bersifat filter feeder, dan berkembang biak pada tekanan ekologis yang tinggi. Sesuai dengan sifatnya, maka dalam pertumbuhannya kerang hijau dapat mengakumulasi logam berat dalam tubuhnya jika hidup pada perairan yang terkontaminasi logam berat. Selama ini, kerang hijau yang berada di perairan Teluk Jakarta, diduga telah mengonsumsi logam berat yang berasal dari limbah yang dihasilkan sejumlah kapal besar.

 

Penulis: nurito

Sumber: nurito

http://www.beritajakarta.com/V_Ind/berita_print.asp?nNewsId=31319 5 des 2010 8.43

Pencemaran Merkuri Ada di Seantero Bumi

Posted on Agustus 25, 2010 by Smart Sexy| 1 Komentar

Berdasarkan laporan Mercury-Reductions are feasible yang disusun Norden, organisasi kerja sama negara-negara Normandia, pada 2010, setiap tahun 1.200-2.900 ton uap merkurium terlepas ke atmosfer akibat aktivitas manusia.

Page 12: Bahan Makalah Kerang Hijau

Uap merkuri bisa bermula dari apa saja. Dari sebuah lampu hemat energi di kamar Anda yang pecah, baterai remote control televisi Anda yang habis, dan cat tembok antijamur rumah Anda.

Ya, merkuri lebih dekat daripada Teluk Minamata di Jepang yang menggemparkan dunia pada 1950-an. Kasus pencemaran merkuri oleh Chisso Corporation, produsen pupuk kimia, karbit, petrokimia, dan plastik, di Minamata, Jepang, telah menyadarkan dunia akan risiko membuang langsung limbah merkuri ke alam.

Sedikitnya 1.629 orang meninggal karena keracunan limbah metil merkuri yang dibuang ke Teluk Minamata yang menyusup ke dalam ikan dan kerang tangkapan nelayan yang lantas beralih ke dalam tubuh warga yang mengonsumsi ikan dan kerang Teluk Minamata.

Penumpukan merkuri akhirnya merusak sistem saraf pusat manusia, menimbulkan berbagai gejala kerusakan saraf yang dikenal sebagai ”Penyakit Minamata”. Kandungan merkuri dalam tubuh seorang ibu ”diwariskan” kepada bayi yang disusuinya, menghasilkan anak yang cacat dan/atau menderita serebral palsi. Total jumlah korban pencemaran merkuri oleh Chisso Corporation lebih dari 30.000 orang.

Berdasarkan laporan Environmental Protection Agency Amerika Serikat yang dikutip International Persistent Organic Pollutants Elimination Network, merkuri memengaruhi dan merugikan perkembangan otak dan sistem saraf. Merkuri dapat mengurangi kemampuan berpikir, memori, perhatian, penguasaan bahasa, keterampilan motorik hasil, dan keterampilan ruang visual.

Mengulang Minamata

Namun, keracunan merkuri tidak harus menunggu ulah industri membuang limbah ke sungai dan lautan. Pejabat program United National Environmental Programme, Desiree Navaez, membeberkan fakta betapa uap merkuri ada di mana-mana. Logam yang melebur pada suhu -38,87 derajat celsius itu menguap dalam suhu normal ruangan yang berkisar 25 derajat celsius-38 derajat celsius.

Merkuri adalah elemen yang tidak bisa diciptakan, sekaligus tidak bisa dihancurkan. ”Kandungan alamiah merkuri rata-rata 0,05 mg per kg pada kerak bumi. Secara alamiah, merkuri dilepaskan dalam proses pelapukan kerak bumi ataupun aktivitas gunung berapi. Akan tetapi, aktivitas manusia telah memperbesar pelepasan merkuri di atmosfer. Pembakaran batu bara di pembangkit listrik tenaga uap, produksi semen, pengolah minyak dan gas bumi, kesemuanya melepaskan merkuri ke atmosfer,” kata Navaez.

Uap merkuri sama berbahayanya dengan metil merkuri yang dibuang Chisso Corporation ke Teluk Minamata. ”Di udara, uap merkuri bersifat persisten, tidak mudah terurai oleh alam. Uap merkuri akan terbawa ke mana angin berembus, terbawa hingga ribuan kilometer dan melintasi benua,” kata Navaez di Jakarta, Selasa (3/8).

Uap merkuri akan bertahan di atmosfer antara 6 bulan dan 18 bulan, lalu luruh entah di mana. Saat meluruh, merkuri bisa memasuki rantai makanan, terutama memasuki

Page 13: Bahan Makalah Kerang Hijau

rantai makanan ekosistem kelautan dan perairan, persis sebagaimana yang terjadi di Teluk Minamata.

”Merkuri akan terakumulasi dalam biota laut yang akhirnya dikonsumsi manusia. Dalam jangka panjang, merkuri di dalam tubuh terakumulasi di usus, otak, jantung, paru, hati, dan ginjal. Kandungan merkuri di dalam tubuh akan mengakibatkan ruam di kulit, iritasi, berkeringat, sulit tidur, nyeri yang ekstrem, dan iritasi,” kata Navaez.

Karena uap merkuri bertahan lama di atmosfer bumi, para ahli menyatakan, merkuri adalah polutan global. Pada 7-11 Juni, delegasi 121 negara telah mengikuti perundingan awal untuk membatasi penggunaan merkuri secara global. Asisten Deputi Urusan Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Pertambangan, Energi, dan Migas Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Rasio Ridho Sani menyatakan, Indonesia mendukung rencana pembatasan pemakaian merkurium melalui perjanjian internasional.

”Akan tetapi, pembatasan itu harus memerhatikan kepentingan dan kemampuan negara berkembang. Indonesia mendukung, tetapi meminta pemberlakuan prinsip common but differentiated responsibilities (urusan bersama, tapi dengan tanggung jawab berbeda),” kata Rasio.

Lebih rentan

Banyak fakta menunjukkan, merkuri berbahaya. Namun, logam itu demikian berperan dalam peradaban. Kemampuannya mengikat logam lain menjadikan merkuri aktor penting dalam proses pelapisan logam (amalgam), pemutihan, juga finishing pengolahan logam. Para pendulang emas di ratusan pertambangan emas rakyat menggunakan merkuri untuk memurnikan emas dari material yang tidak berharga.

Direktur Bali Fokus Yuyun Ismawati mengisahkan tes uji rambut para peserta Intergovernmental Negotiating Committee Pembatasan Merkuri menunjukkan, tubuh warga negara berkembang cenderung mengendapkan lebih banyak merkuri daripada tubuh warga negara maju. ”Dari uji rambut terhadap 50 delegasi perundingan Stockholm itu, rambut yang diuji semuanya telah mengandung merkurium antara 95 dan 2.600 mikrogram per kilogram berat tubuh. Fakta menariknya, rambut delegasi negara berkembang memiliki kandungan merkurium lebih tinggi daripada rambut delegasi negara maju,” kata Yuyun.

Kandungan merkuri di rambut delegasi negara maju rata-rata 669 ultragram per kilogram berat tubuh (ug/kg), sementara kandungan merkuri di rambut delegasi negara berkembang rata-rata 1.182 ug per kg.

Merkuri memang dekat dengan keseharian kita. Termometer air raksa tetap dijual di banyak apotek di Indonesia kendati termometer elektrik telah ada. Kepekaan terhadap suhu dan sifatnya sebagai penghantar listrik yang baik menjadikan merkuri komponen penting sensor dan alarm kebakaran di plafon ruang-ruang kantor.

Kebanyakan lampu listrik hemat energi di Indonesia adalah lampu merkuri yang aman digunakan selama tabungnya tidak pecah. Baterai superkuat di remote control atau telepon seluler Anda pun menggunakan merkuri.

Page 14: Bahan Makalah Kerang Hijau

Cat yang antijamur bisa jadi mengandung merkuri dan terus-menerus menguapkan merkuri di dalam rumah dan mengotori bumi. Merkuri bahkan dipakai dalam amalgam tambalan gigi berlubang di mulut kita. Juga untuk mengawetkan vaksin bagi anak balita kendati kini mulai ditinggalkan setelah digunakannya zat pengawet yang lebih aman.

Semua itu menyebabkan uap merkuri di negara berkembang, seperti Indonesia, berpotensi lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju.

”Kita tidak pernah tahu apa yang harus kita lakukan jika lampu hemat energi di rumah kita habis masa pakainya. Baterai yang tidak bisa lagi dipakai harus dibuang ke mana? Tidak ada kewajiban bagi produsen lampu hemat energi, misalnya, untuk menarik produk bermerkuri yang habis masa pakainya,” kata Yuyun.

Rasio menjelaskan, Indonesia mulai berbenah untuk mengurangi polusi merkuri di negeri sendiri. Pada 3 Agustus lalu, Kementerian Lingkungan Hidup menggelar Roundtable Discussion Pengelolaan Merkuri di Jakarta. Rencananya, pengurangan penggunaan merkuri akan dimulai dari sektor kesehatan.

”Sektor kesehatan sensitif terhadap isu merkuri. Padahal, sektor itu strategis untuk memulai pembatasan merkuri dibandingkan sektor lain,” kata Rasio.

Lalu, bagaimana dengan polusi merkuri di rumah kita? Sementara waktu hanya kita sendiri yang bisa mencegahnya sambil menunggu pemerintah siap mengurusnya.

Berhemat-hematlah memakai baterai, jagalah lampu hemat energi di rumah Anda agar tidak pecah. Berhati-hatilah memilih cat tembok, tambalan gigi, juga vaksin imunisasi.

http://teknologitinggi.wordpress.com/2010/08/25/pencemaran-merkuri-ada-di-seantero-bumi/ 8.52

Mercury, Bahaya dibalik Indahnya Sebuah Nama Jumat, 29 Sep 2000 17:19:00

Pdpersi, Jakarta - Mercury, sebuah nama cantik nan elok didengar telinga. Mengingatkan kita pada sebuah planet dalam sistem tata surya kita, Merkurius. Begitu cantiknya nama Mercury, sehingga banyak orbek (orang beken) memakai embel-embel Mercury di belakang namanya. Sebut saja, Freddy Mercury atau Poppy Mercury.

Sayang beribu sayang, nama Mercury ternyata juga “berbau” kematian. Dua nama orbek di atas, mati dalam usia muda. Nah, kabarnya - zat bernama Mercury (Hg) juga punya “gaung” menakutkan. Contoh paling mudah, pertambangan emas Pongkor di Bogor. Gara-gara pemakaian Mercury untuk proses pelarutan emas, air sungai di sekitar Pongkor tercemar berat. Akibatnya, masyarakat sekitarnya pun terkena dampaknya.

Gejala keracunan Mercury, walau sekarang belum tampak jelas, mulai terasa pada gurandil (pencari emas liar) di Pongkor. Hal yang sama juga terjadi di beberapa wilayah tambang emas Indonesia lainnya, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.

Tragedi Minamata

Sebenarnya, ada kasus pencemaran Mercury yang gaungnya sangat menghentak. Kasus ini disebut tragedi Minamata. Imbas dari industrialisasi di Jepang, membuat Teluk Minamata menjadi bak sampah raksasa. Logam berat mencemari teluk cantik itu, termasuk di dalamnya tercemar pula oleh Methyl Mercury. Tak

 

Page 15: Bahan Makalah Kerang Hijau

kurang, penduduk dari dua wilayah di pesisir Minamata, yaitu propinsi Kumamoto dan Kagoshima menjadi korban Mercury.

Padahal, di Minamata, Mercury terdeteksi sejak tahun 1956. Mercury Minamata ini merupakan limbah dari industri kimia Chisso Co Ltd. Meski telah terdeteksi, pihak perusahaan dan pemerintah Jepang saat itu seolah tutup mata. “Nasi terlanjur menjadi bubur” begitu kata peribahasa, saat tahun 1968 penduduk di sekitar Minamata mengalami penyakit aneh. Rata-rata dari mereka mengalami gejala sama yang khas, yaitu rusaknya sistem saraf, termasuk saraf otak. Rusaknya saraf otak ini menimbulkan gejala mati rasa (baal), ketidakseimbangan gerak pada tangan dan kaki, kelelahan, kuping berdenging, penglihatan menyempit, ketulian pendengaran, sulit bicara dan bergerak.

Selidik punya selidik, hal ini disebabkan konsumsi ikan dan kerang dalam jumlah besar oleh para penduduk di sekeliling Minamata. Diyakini, ikan dan kerang itu sudah tercemar Methyl Mercury. Bak kata pepatah “siapa menabur angin, maka akan menuai badai” akibatnya dirasakan 10 tahun kemudian. Sekitar 17 ribu lebih penduduk seputar Minamata mengalami keracunan. Dari 2.262 penderita keracunan yang terdaftar di arsip pemerintah, 1.246 telah meninggal dunia. Pemerintah Jepang sendiri mengklaim bahwa jumlah penderita keracunan Mercury ini sebanyak 12.615 orang. Dan dari jumlah itu, 10.353 telah diberi santunan oleh Chisso Co Ltd.

Itulah hebatnya Merkury. Itu pun belum selesai. Generasi muda Minamata, ternyata mendapat tulahnya pula. Bayi-bayi yang lahir di era tersebut rata-rata mengalami penurunan intelegensia, cacat fisik, atau mutasi genetik. Penyakit-penyakit lain yang juga ada kaitannya dengan Mercury ini adalah penyakit kanker, ginjal dan hati.

Pemerintah dan Pakar Acuh Tak Acuh

Walau wajah Mercury begitu menakutkan, sayangnya pemerintah dan para pakar lingkungan seolah acuh tak acuh pada bahaya Mercury ini. Suatu penelitian menunjukkan, Teluk Jakarta merupakan teluk paling tercemar nomor tiga di dunia. Dan salah satu sumber pencemarnya adalah Mercury. Tak Percaya? Simak data yang yang diperoleh dari Buletin BELING atau Berita Lingkungan yang diterbitkan WALHI (Wahana Lingkungan Hidup) Jakarta.

Kadar Merkuri di kawasan Muara Angke, untuk wilayah muara kadar Hg telah mencapai 0.027 ppm (dasar), Sungai Angke 0.163 ppm (permukaan) dan 011 ppm (dasar), tambak 134 ppm, sumur kampung nelayan 0.14 ppm, sumur perumahan bantuan Pemda 0.155 ppm. Di kawasan Ancol kadar Hg di permukaan muara sungai berkisar antara 0,0068 sampai 0,24 ppm. Di kawasan muara Sungai Blencong 0,100 ppm (permukaan), 0,023 ppm (dasar), dan 0,026 ppm di tambak. Ingin tahu nilai ambang batas untuk Hg? Hanya 0,005 ppm! atau setara dengan satu ppb (part per billion)! Artinya, data yang diambil dari Muara dan Teluk Jakarta, jauh melampaui nilai ambang batas.

Supaya lebih afdol, ada baiknya jika kita buka data hasil pemeriksaan BATAN, Departemen Kesehatan dan Departemen Pertanian, yang mengambil 57 sample hasil laut. Tongkol, Tenggiri, Kembung, Bawal Putih, Bawal Hitam, Udang, Kerang, Kepiting, 40 ekor diantaranya mengandung Hg di atas 0,3 ppm. Sementara itu, penelitian yang dilakukan KSPL yang mengambil 11 sample menyebutkan, 7 sampel diantaranya mengandung Hg di atas 0,3 ppm.

Berdasarkan PTWI (Profesional Torerable Weekly Intake) yang ditentukan WHO/FAO, kadar Mercury yang aman dikonsumsi adalah 0,3 mg perminggu. Secara sederhana bisa diambil kesimpulan, dua dari tiga ekor ikan laut hasil tangkapan di kawasan Teluk Jakarta tidak aman untuk dikonsumsi. Waduh, ini kabar buruk bagi pecinta sea food di Muara Karang!

Kondisi keracunan Mercury pun sudah mulai terlihat pada para gurandil di Pongkor, Jawa Barat. Banyak dari mereka yang mulai merasa gatal-gatal, sesak nafas, tremor, tuli, dan sulit mengatur gerakan. Menurut Ketua HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) Dr Hening Darpito, kadar Mercury pada rambut keluarga penambang di Pongkor telah

Page 16: Bahan Makalah Kerang Hijau

mencapai angka 12,33 ppm. Padahal menurut WHO, kadar normal Mercury pada rambut hanya dua hingga tujuh ppm.

Yang juga cukup menyedihkan adalah kabar yang diterima dari Pontianak sana. Berdasarkan penelitian Dr Thamrin Usman DEA, Pakar Kimia Universitas Tanjungpura diketahui bahwa Mercury telah mencemari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Penelitian Dr Thamrin ini memperkuat penelitian sebelumnya yang dilakukan pakar lingkungan Mardan Adijaya Phd. Penyebab utama tercemarnya air PAM Pontianak oleh Mercury adalah adanya sejumlah lokasi Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di sepanjang sungai Kapuas. Hal ini juga mengakibatkan beberapa jenis ikan di sungai tersebut tidak aman dikonsumsi. Ikan yang dimaksud adalah ikan Lais, Belidak, Toman, Gabus, dan Baung.

Mengenai tercemarnya air PAM oleh Mercury, Dr Hening Darpito mengatakan, pencemaran air PAM oleh Mercury tidak bisa diatasi hanya dengan cara penyaringan, koagulasi kopulasi, pengendapan, atau pemberian tawas. Hal ini karena Mercury di air berbentuk ion.

“Cara terbaik untuk menghilangkan Mercury dalam air ini adalah dengan pertukaran ion. Yaitu mempergunakan suatu resin yang mampu mengikat ion Mercury hingga menjadi jenuh, kemudian diregenerasi kembali dengan penambahan suatu asam, sehingga Mercury bisa dinetralisir,” ujar Hening yang ditemui pdpersi.co.id di kantor Ditjen P2M dan PLP Depkes, Jakarta, Rabu(27/9).

“Namun karena biaya ionisasi ini sangat mahal, maka biaya termurah dan terbaik adalah dengan mencegah Mercury tidak masuk perairan,” kata Hening. “Cara lain, yaitu penyulingan. Tapi setali tiga uang, biaya yang akan dikeluarkan untuk penyulingan pun sangat mahal,” tambahnya.

Artinya, jika Mercury sudah terlanjur masuk air, upaya yang dilakukan PDAM adalah dengan menambahkan input sumber-sumber air sehingga konsentrasi Mercury dalam air akan menurun. “Tetapi sumber pencemarannya harus distop!” tegas Hening.

Artinya, ini kembali pada soal koordinasi unsur-unsur masyarakat terkait. Khususnya untuk kasus PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin), menurut Hening, kebijakan publik, Gubernur, Bupati, dan Departemen Pertambangan sangat menentukan dalam mengurangi pencemaran sungai. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat penambang. Tentu saja bukan perkara yang mudah, sebab penggunaan Mercury berkait dengan mata pencaharian serta juga pendapatan daerah. Bak makan buah simalakama, mana yang lebih penting, urusan perut atau urusan lingkungan, yang dampaknya tentu pada kesehatan. Itulah dilemanya.

Begitulah hebatnya Mercury. Dibalik namanya yang cantik, ternyata ada maut yang mengintai. Tidakkah terbuka mata kita pada bahaya Mercury?

LYH / Gilang

 

Kesehatan Lingkungan Lainnya :

http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=213&tbl=kesling 8.54

Apa yang Terjadi Jika Anda Terkontaminasi Merkuri?

Rabu, 4 Agustus, 2004 oleh: gklinis

Page 17: Bahan Makalah Kerang Hijau

Apa yang Terjadi Jika Anda Terkontaminasi Merkuri?Gizi.net - Mengonsumsi ikan yang terkontaminasi merkuri sungguh berbahaya bagi kesehatan manusia.

Sebelum kasus 100 warga Buyat, Ratatotok, Minahasa, yang terkontaminasi logam merkuri mencuat ke permukaan, YLKI pernah bekerja sama dengan Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan IPB melakukan penelitian tentang kandungan logam berat Merkuri (Hg), Kadmium (Cd), Timah hitam (Pb), Tembaga (Cu) dan Arsen (As), pada hasil perikanan.

Lokasi pengambilan contoh penelitian adalah TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Muara Angke dan Pasar Ikan Jakarta Utara.

Ikan yang dijual di tempat ini tidak hanya didatangkan dari Teluk Jakarta sendiri (Muara Angke, Muara Kamal, Muara Baru), melainkan juga dari Kepulauan Seribu dan berbagai daerah lainnya seperti Serang, Indramayu, Karawang, Tangerang, Ujungpandang, Pontianak, Bangka, dan Lampung.

Hasil penelitian yang dilakukan 1997 itu menunjukkan: hasil perikanan yang mengandung logam berat merkuri (Hg) dan Cd adalah jenis kerang (bivalvia), khususnya pada kerang darah, kerang hijau, dan kerang tahu.

Sementara itu, jenis ikan yang terdeteksi mengandung logam berat merkuri adalah tongkol dan kakap merah, dan ikan bawal hitam.

Pada jenis krustase (udang-udangan) hampir semuanya tidak terdeteksi logam berat Hg-nya, kecuali pada rajungan yang diperoleh dari Muara Angke dengan kadar 0,028 ppm.

Hasil penelitian menunjukkan, kandungan merkuri memang masih di bawah batas maksimum yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 0,5 ppm, namun betapa pun kecilnya kandungan ini, tetap akan bersifat kumulatif dalam tubuh manusia.

Merkuri dengan mudah masuk ke tubuh manusia lewat pencernaan. Bisa dari ikan, kerang, udang, dan air yang terkontaminasi (seperti yang terjadi epidemik di Minamata Jepang tahun 1956). Selain itu, kontaminasi bisa juga terjadi akibat menghirup udara yang mengandung merkuri dari tumpahan, atau limbah industri yang potensial menghasilkan limbah merkuri seperti pabrik kertas, baterai, kosmetik dan penambangan emas rakyat.

Nah, apa yang terjadi jika Anda terkontaminasi merkuri?

Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang memang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri.

"Yang terkena pasti syaraf dulu," kata Dr. Andreas Harry SPs (K), konsultan Neurologi yang dihubungi KCM, Rabu (28/7).

Manifestasi klinis awal intoksikasi mercuri didapatkan gangguan tidur, perubahan mood (perasaan) yang dikenal sebagai "erethism", kesemutan mulai dari daerah sekitar mulut

Page 18: Bahan Makalah Kerang Hijau

hingga jari dan tangan, pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya ingat.

Pada intoksikasi berat penderita menunjukkan gejala klinis tremor, gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, jalan sempoyongan (Ataxia ) yang menyebabkan orang takut berjalan. Hal ini diakibatkan terjadi kerusakan pada jaringan otak kecil (serebellum).

Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah, peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata.

Kadar yang berbahaya dalam darah adalah melebihi 200 nmol/ L, dalam urine melebihi 500 nmol/L, umumnya inorganik mercuri ini merupakan limbah dari perusahaan/pabrik produksi misalnya: kertas, kloralkali yang terbuang kesungai/danau/ laut yang bereaksi dengan methylat menjadi organicmercuri (metil merkuri).

Pernah dilaporkan tahun 1971 di Irak, didapatkan 10.000 penderita keracunan metil merkuri yang berasal dari fungisida, dengan tanda klinis: parestesi (kesemutan), gangguan kordinasi, gangguan keseimbangan, gangguan lapang pandang, kesemutan dimulai sekitar mulut dan keseluruh anggota gerak.

Oleh Clarkson penderita keracunan tersebut diobati dengan DIMERCAPROL dan PENICILLAMINE untuk mengurangi kadar metil merkuri dalam darah .

Keracunan pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadi mental retardasi pada bayi atau kebodohan, kekakuan (spastik). (MARSH et al, 1987). Konsentrasi mercuri pada rambut bila lebih dari 1 nmol/g menunjukkan intoksikasi mercuri .

Beberapa penelitian oleh Cavanagh dan Chen 1971, pada tikus yang keracunan metil merkuri didapatkan degenerasi serabut saraf sensorik perifer.

Oleh Aschner et al, 1986, menemukan gangguan transportasi axonal pada saraf tepi. Oleh Hunter dan Russell 1954, menemukan degenerasi selektif sel granula serebellum. Degenerasi pada kortek calcarine yang menyebabkan gangguan lapang pandang.

Mengingat dampak buruknya bila manusia terkontaminasi merkuri, serta mencegah korban berjatuhan lebih banyak lagi seperti pada warga Teluk Buyat, dan demi pengamanan lingkungan, pemerintah sebaiknya segeralah berupaya mencegah pencemaran, dengan peraturan dan pemberian sangsi yang tegas pada pihak yang telah mencemari lingkungan. Pengujian rutin juga dapat dilakukan untuk mengawasi keadaan di lapangan. (ZRP)

Sumber : Kompas Cyber Media - 29 Juli 2004

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1091588411,67718, 8.55

Page 19: Bahan Makalah Kerang Hijau