Download docx - Keselamatan (Aan)

Transcript

Tugas PIK

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSelalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktifitas pekerjaan dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapa pun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan kerja di dalam sebuah perusahaan harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha, tidak bisa secara parsial dan diperlakukan sebagai bahasan-bahasan marginal dalam perusahaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa tetapi juga kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Visi Pembangunan Kesehatan di Indonesia yang dilaksanakan adalah Indonesia Sehat 2010 dimana penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh layanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2002). Kesehatan kerja dapat tercapai secara optimal jika tiga komponen berupa kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja dapat berinteraksi baik dan serasi (Sumamur P.K, 1996). Kecelakaan ditempat kerja merupakan penyebab utama penderita perorangan dan penurunan produktivitas. Menurut ILO (2003), setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal akibat sakit dan kecelakaan kerja atau 2,2 juta orang pertahun sebanyak 300.000 orang pertahun, diantaranya meninggal akibat sakit atau kecelakaan kerja. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja, mudah sakit, stres, sulit berkonsentrasi sehingga menyebabkan menurunnya produktif kerja. Kondisi kerja meliputi variabel fisik seperti distribusi jam kerja, suhu, penerangan, suara, dan ciri-ciri arsitektur tempat kerja lingkungan kerja yang kurang nyaman, misalnya : panas, berisik, sirkulasi udara kurang, kurang bersih, mengakibatkan pekerja mudah stress (Supardi, 2007). Kondisi lingkungan fisik dapat terjadi misalnya suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas dan terlalu dingin menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaan. Panas bukan hanya dalam pengertian temperatur udara, tetapi juga sirkulasi atau arus udara, munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain (Margiati, 1999).Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.Kelelahan kerja merupakan masalah yang sangat penting perlu ditanggulangi secara baik. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya penurunan kekuatan otot, rasa lelah yang merupakan gejala subjektif dan penurunan kesiagaan (Grandjean, 1985).Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

1.2 TujuanAdapun tujuan dan manfaat dari karya tulis ini antara lain :1. Memberikan informasi mengenai pentingnya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di industri kimia.2. Memberikan informasi mengenai kecelakaan kerja yang sering terjadi di industri kimia.3. Mengontrol semua resiko dan potensi kecelakaan yang menghasilkan kecelakaan dan kerusakan.4. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.5. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.6. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

1.3 Rumusan MasalahRumusan masalah dari karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1. Seberapa penting Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perlu diterapkan di industri kimia? 2. Apa saja jenis kecelakaan kerja yang perlu diwaspadai sehingga perlu menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)? 3. Bagaimana cara menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di industri kimia agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan?

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan (Sumamur, 1988).Sedangkan definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut falsafah keselamatan kerja dapat diterangnkan sebagai berikut: menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupu rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya (Dalih, 1982) Perumusan falsafah ini harus dipakai sebagai dasar dan titik tolak dari tiap usaha keselamatan kerja karena didalamnya telah tercakup pandangan serta pemikiran filosofis, sosial-teknis dan sosial ekonomis. Oleh sebab itu dibuat peraturan-peraturan mengenai berbagai jenis keselamatan kerja sebagai berikut: 1.Keselamatan kerja dalam industri (industrial safety) 2. Keselamatan kerja di pertambangan (mining safety) 3.Keselamatan kerja dalam bangunan (building and construction safety) 4.Keselamatan kerja lalu lintas (traffic safety) 5. Keselamatan kerja penerbangan (flight safety) 6. Keselamatan kerja kereta api (railway safety) 7. Keselamatan kerja di rumah (home safety) 8. Keselamatan kerja di kantor (office safety)

2.2 Peraturan Umum K3 Pada Industri KimiaPeraturan-peraturan mengenal keselamatan dipersiapkan guna melindungi setiap orang, karenanya setiap orang harus ikut berperan. Berikut ini adalah peraturan-peraturan dasar keselamatan yang umum berlaku : 1. Menjadikan kepedulian utama untuk sadar akan keselamatan setiap saat. 2. Semua cedera sekecil apapun harus dilaporkan dengan segera kepada safety officer atau supervisor yang akan melakukan penyelidikan kecelakaan yang menimpa anda dan kemudian membuat laporan kecelakaan pada manajemen dan mengirim salinannya ke kantor di Jakarta dalam waktu 24 jam. 3. Setiap crew harus dengan segera melaporkan setiap kecelakaan, nyaris (near miss) celaka, keadaan dan tindakan yang tidak aman kepada atasannya langsung, dan salinannya kepada safety officer di lapangan dan melakukan tindakan yang perlu untuk perbaikan. 4. Setiap kebakaran apakah itu dapat dipadamkan atau tidak harus segera dilaporkan kepada safety officer atau supervisor tingkat pertama yang bertugas pada daerah tersebut. 5. Dilarang keras berkelahi dan bercanda dengan kasar. 6. Dilarang mengoperasikan suatu peralatan kecuali operator tersebut telah mendapatkan latihan mengenai peralatan tersebut. 7. Pekerjaan tidak boleh dimulai pada setiap unit dan alat tanpa sepengetahuan dan seijin petugas yang bertanggung jawab terhadap daerah tersebut. 8. Dilarang berlari-lari di daerah kerja.9. Bila menaiki dan menuruni tangga, pergunakan pegangan tangan dan lakukan selangkah demi selangkah. 10.Udara bertekanan di atas 30 psi tidak boleh dipergunakan untuk keperluan pembersihan kecuali untuk abrasive blasting, dan tidak boleh dipakai untuk membersihkan pakaian atau badan pada tekanan berapapun. 11.Udara bertekanan hanya boleh dipakai untuk alat-alat yang digerakkan dengan tekanan angin (pneumatic). 12. Di setiap fasilitas dilarang memakai sepatu dengan besi terbuka pada sol sepatunya. 13. Cincin-cincin, jam tangan atau gelang dari logam atau asesoris lain dan pakaian yang terlalu longgar tidak boleh dikenakan, rambut tidak boleh terurai saat bekerja dalam jarak dekat dengan peralatan-peralatan yang tidak terlindung atau sistem pencatu listrik. 14. Topi keselamatan, pelindung pendengaran, kacamata keselamatan, dan sepatu keselamatan kerja harus dipakai di lokasi-lokasi yang telah ditentukan. 15. Setiap lantai harus benar-benar dijaga dan diperhatikan untuk menghindari kemungkinan tersandung dan terjatuh. 16. Alat pemadam kebakaran, kotak alarm, pintu darurat pada saat kebakaran, alat bantu pernafasan, tempat membilas mata, dan semua peralatan darurat yang harus dalam keadaan baik dan lokasinya bebas dari hambatan. 17. Semua anjungan lepas pantai yang dihuni mempunyai papan petunjuk untuk keadaaan darurat (Muster Area). Semua personel harus memahami muster point masing masing bila berada di fasilitas lepas pantai. 18. Setiap crew harus melapor ke lokasi pada setiap kedatangan atau saat meninggalkan fasilitas. 19. Selalu memahami jalan darurat penyelamatan diri dan bekerja dengan aman. Merokok hanya diijinkan pada wilayah-wilayah yang sudah ditetapkan atau diberi tanda diperbolehkan merokok. Dilarang membawa korek api atau pemantik api di sekitar kawasan proses dan produksi. Semua wilayah produksi, pengeboran dan konstruksi adalah wilayah "DILARANG MEROKOK'. Jika pekerja merasa kurang yakin apakah berada di daerah aman untuk merokok, maka "JANGAN MEROKOK".Pada tiap-tiap instalasi terdapat daerah-daerah terlarang, dimana. hanya petugas tertentu saja yang diperbolehkan untuk memasuki daerah tersebut personil akan diberikan penjelasan mengenai hal tersebut sesuai dengan keperluan dan wewenangnya. Bila bunyi tanda keadaan darurat terdengar atau ada pengumuman bahwa tempat kerja berada dalam keadaan darurat, hentikan semua kegiatan kerja, putuskan sambungan semua peralatan listrik, dan tutup semua kerangan silinder gas. Jangan melanjutkan pekerjaan sampai ada pemberitahuan dari operator. Bila kondisi darurat yang menyebabkan tanda bahaya berbunyi terletak di daerah ijin kerja dan evakuasi harus dilakukan, ijin ke daerah yang aman. 2.3 Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi Bahan Kimia Kebijakan pemerintah indonesia di bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu bagian dari kebijakan pemerintah di bidang perlindungan tenaga kerja yang telah digariskan oleh Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), yang antara lain berbunyi sebagai berikut : Upaya perlindungan tenaga kerja perlu terus ditingkatkan melalui perbaikan syarat kerja termasuk upah, gaji dan jaminan sosial, kondisi kerja termasuk kesehatan, keselamatan dan lingkungan kerja, serta hubungan kerja dalam rangka peningkatan kesejahteraan para pekerja secara menyeluruh.Berdasarkan GBHN tersebut oleh pimpinan Departemen Tenaga Kerja digariskan sebagai kebijakan Derparteman Tenaga Kerja yang antara lain menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja sebagai salah satu prioritas.Penanganan bahan kimia khususnya bahan kimia berbahaya merupakan sasaran utama dalam rangka penanganan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini disebabkan karena bahan kimia merupakan sumber dari malapetaka yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, seperti kebakaran, peledakan, gangguan kesehatan yang merupakan penyakit akibat kerja.Kebijakan penanganan bahan kimia khususnya dalam penggunaan dibidang industri/perusahaan pada dasarnya meliputi kebijakan : Pembuatan peraturan/perundang-undangan Pengawasan Pendidikan/penyuluhan/training Survei/penelitian Informasi Standarisasi KampanyeAda beberapa peraturan perundangan ketenagakerjaan khususnya yang menyangkut perlindungan tenaga kerja di bidang keselamatan dan kesehatan kerja serta penanganan bahan berbahaya. Peraturan perundangan tersebut antara lain adalah sebagai berikut : UU No. 14/1969 tentang Pokok-pokok Ketenagakerjaan, khususnya pasal 9 dan 10 UU No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja UU dan Peraturan Uap tahun 1930 UU Petasan tahun 1932 UU tentang Timah Putih tahun 1931 Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran dan Penggunaan Pestisida Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja terhadap Radiasi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/Men/198 tentang Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.03/Men/1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan Pemakaian Asbes Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.03/Men/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan di tempat kerja yang mengelola pestisida Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE. 02/Men/1978 tentang Nilai Ambang Batas Bahan KimiaSelain peraturan perundangan di atas masih ada beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh instansi di luar Departemen Tenaga Kerja yang masih menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja serta penanganan bahan berbahaya.2.4 Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dibuatkannya Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sesuatu yang sangat penting dan harus. Karena hal ini akan menjamin dilaksanakannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara baik dan benar. Kemudian konsep ini berkembang menjadi employers liability yaitu K3 menjadi tanggung jawab pengusaha, buruh/pekerja, dan masyarakat umum yang berada di luar lingkungan kerja.Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.Pasal-pasal dari undang-undang no.1 tahun 1970 yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: Pasal 2 ayat 1, Yang diatur oleh undang-undang ini adalah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja , baik didarat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara , yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Pasal 2 ayat 2, Ketentuan-ketentuan dalam ayat 1 tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana : Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau di simpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuku tinggi. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun udara. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok stasiun atau gudang. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu , kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran. Pasal 3, Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :a. Mencegah dan mengurangi kecelakaanb. Mencegah mengurangi dan memadamkan kebakaranc. Mencegah dan mengurangi bahaya kebakarand.Mengamankan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang.e. Mengamankan dan memelihara segala jenis bagunanf. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang. Pasal 4 ayat 1, Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis, dan aparat produksi yang mengandung dan menimbulkan bahaya kecelakaan.Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.

2.5 Kecelakaan KerjaTerjadinya Kecelakaan kerja yang mengakibatkan luka-luka ataupun cacat berdasarkan penelitian dan pengalaman merupakan akibat dari berbagai faktor sebagai berikut (Bennet, 1985) : 1. Golongan fisik a. Bunyi dan getaran yang bisa menyebabkan ketulian dan pekak baik sementara maupu permanen. b. Suhu ruang kerja. Suhu yang tinggi menyebabkan hiperprexia,heat stroke, dan heat cramps (keadaan panas badan yang tinggi suhunya). Sedangkan suhu yang rendah dapat menyebabkan kekakuan dan peradangan. c. Radiasi sinar rontgen atau sinar-sinar radioaktif menyebabkan kelainan pada kulit, mata, dan bahkan susunan darah.2. Golongan kimia a. Debu dan serbuk menyebabkan terganggunya saluran pernafasan.b. Kabut dari racun serangga yang menimbulkan keracunan. c. Gas, sebagai contoh keracunan gas karbonmonoksida, sulfur, dan sebagainya. d. Uap, menyebabkan keracunan dan penyakit kulit. e. Cairan beracun. 3. Golongan Biologisa. Tumbuh-tumbuhan yang beracun atau menimbulkan alergi; b. Penyekit yang disebabkan oleh hewan-hewan di tempat kerja, misal penyakit antrax atau brucella di perusahaan penyamakan kulit.4. Golongan Fisiologisa. Konstruksi mesin atau peralatan yang tidak sesuai dengan mekanisme tubuh manusia. b. Sikap kerja yang menyebabkan keletihan dan kelainan fisik. c. Cara bekerja yang membosankan atau titik jenuh tinggi.

5. Golongan Psikologis a. Proses kerja yang rutin dan membosankan; b. Hubungan kerja yang tidak harmonis antar karyawan tau terlalu menekan atau sangat menuntut.c. Suasana kerja yang kurang aman.

2.6 Sebab-sebab KecelakaanKecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik. Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik. Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan keselamatan.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Kebijakan Keselamatan KerjaSuatu Perusahaan mempunyai kebijakan untuk selalu memperhatikan dan menjamin implementasi peraturan keselamatan, kesehatan dan lingkungan yang meliputi : 1. Peningkatan berkelanjutan. 2. Sesuai dengan aturan dan perundangan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja yang berlaku.3. Mengkomunikasikan ke seluruh karyawan agar karyawan sadar dan mawas mengenai kewajiban keselamatan dan kesehatan pribadi 4. Dapat diketahui atau terbuka bagi pihak-pihak yang berminat.5. Evaluasi berkala untuk mempertahankan agar tetap relevan dan sesuai dengan perusahaan. Keselamatan Kerja merupakan faktor yang sangat diperhatikan dalam dunia industri modern terutama bagi mereka yang berstandar internasional. Kondisi kerja dapat dikontrol untuk mengurangi bahkan menghilangkan peluang terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Kecelakaan dan kondisi kerja yang tidak aman berakibat pada luka-luka pada pekerja, penyakit, cacat, bahkan kematian, juga harus diperhatikan ialah hilangnya efisiensi dan produktivitas pekerja dan perusahaan. Saat ini sekitar 7 orang dari 100 pekerja penuh (full time) yang bekerja di sektor swasta setiap tahunnya di Amerika mengalami kecelakaan atau penyakit di tempat kerja. Di dunia sekitar 2,8 juta kasus mengakibatkan hilangnya waktu berproduksi dan setiap tahunnya pula 6000 pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan di tempat kerja.Perencanaan perlu dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko. Mengidentifikasikan bahaya, resiko dan implementasi pencegahan termasuk kegiatan rutin dan non-rutin, dan kegiatan setiap personel yang mempunyai akses ke tempat kerja termasuk kontraktor dan tamu. Penjaminan hasil dari pengidentifikasian di atas dan akibat dari kegiatan pengontrolan serta pencegahan ketika menyusun obyektif keselamatan dan kesehatan kerja. Perencanaan harus didokumentasikan dan terus diperbaharui sesuai dengan keadaan.

3.2 Metode untuk mengidentifikasi bahaya dan penilaian resiko Mendefinisikan sesuai ruang lingkup, sifat alami, dan waktu untuk memastikan proaktif. Klasifikasi resiko dan identifikasi mana yang harus dihilangkan atau dikontrol. Konsisten dengan pengalaman operasi dan kemampuan pengontrolan resiko yang dimiliki. Menentukan faslitas yang diperlukan, identifikasi pelatihan yang mungkin diperlukan atau pengembangan kontrol operasional. Memonitor langkah-langkah yang mungkin diperlukan untuk memastikan efektivitas dan ketepatan waktu implementasi. Identifikasi bahaya, penilaian resiko, dan pengontrolan resiko dijelaskan dalam formulir HIRARC (Hazard Identification resiko Assesement & resiko Control).Para personel harus mempunyai kompetensi dalam melaksanakan tugasnya yang mungkin berpengaruh pada keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. Kompetensi diartikan sebagai hasil dari pelatihan yang sesuai dan pengalaman di lapangan kerjanya. Program Pelatihan yang dilakukan oleh suatu Perusahaan memuat :1. Pentingnya penegasan materi kepada kebijakan OH&S (Occupational Health and Safety), prosedur, dan hal - hal yang diperlukan untuk sistem manajemen SHE.2. Konsekuensi penerapan SHE, potensi, aktivitas kerja, dan keuntungan penerapan SHE terhadap unjuk kerja pribadi.3. Peran dan kewajiban mereka untuk mencapai kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur SHE termasuk kesiapan dalam keadaan darurat.4. Konsekuensi atau sanksi bila tidak mematuhi prosedur operasi yang sudah ditetapkan.5. Prosedur pelatihan yang sesuai dengan kedudukan dan lokasi kerjanya.6. Tanggungjawab, kemampuan dan resiko di tempat kerja7. Tahapan atas pengontrolan pada kecelakaan yang mungkin terjadi akibat kegiatan operasi di lapangan kerja.8. Pencegahan : upaya untuk meniadakan keadaan potensi kecelakaan9. Langkah Korektif : bila terdapat potensi kecelakaan diambil langkah untuk menghindarkannya.10. Kontak : penanganan lebih lanjut bila terjadi sebuah kecelakaan atau hampir (near miss).11. Minimisasi kerugian : kecelakaan sudah terjadi dilakukan evakuasi dan litigasi.

Gambar 1. 1 Diagram Kontrol OperasiKontrol operasi mempunyai prosedur untuk mengidentifikasi potensial dan respon akan kecelakaan dan situasi berbahaya, usaha pencegahan, dan evakuasi bagi mereka yang terluka atau menderita penyakit yang berkaitan dengan kegiatan di tempat kerja. Evaluasi kesiapan menghadapi keadaan darurat dan rencana yang dipersiapkan terutama setelah terjadi kecelakaan atau keadaan darurat, bila dimungkinkan mengadakan uji prosedur tersebut secara periodik.Pengukuran dan pengawasan pelaksanaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan keperluan dan ruang lingkup perusahaan. Pengukuran proaktif dilakukan sesuai dengan program manajemen SHE yang telah ada, kriteria operasional, dan undang - undang yang berlaku. Pengukuran reaktif dilakukan untuk lemahnya performa dan monitor kecelakaan, penyakit, insiden (nyaris celaka), dan bukti historis lainnya. Data- data dan hasil monitoring dan pengukuran disimpan agar dapat dihasilkan analisa berkenaan dengan pelaksanaan korektif, dan preventif. Jika diperlukan peralatan khusus bagi kegiatan monitoring maka perusahaan berkewajiban untuk mengkalibrasi dan memelihara keakuratan alat tersebut. Prosedur pelaporan disediakan oleh perusahaan berikut otoritas dan tanggungjawab untuk memeriksa atau mengusut kecelakaan, insiden dan ketidaksesuaian didalam pelaksanaan.

3.3 Manajemen K3Suatu perusahaan memiliki kewajiban-kewajiban di dalam manajemen keselamatan kerja, yaitu :1. Safety Policy Mendefinisikan kebijaksanaan umum suatu perusahaan di dalam hal keselamatan kerja.2. Organisation/Management Commitment Merinci komitmen manajemen di setiap level dan dalam bentuk tindakan sehari-hari.3. Accountability Mengindikasikan hal-hal yang dapat dilaksanakan oleh bawahan untukmenjamin keselamatan kerja. Yang dimaksud dengan Accountability dalam manajemen keselamatan kerja adalah suatu pengukuran yang aktif oleh manajemen untuk menjamin terpenuhinya suatu target keselamatan. Di dalam accountability ini tercakup dua hal, yaitu:1. Responsibility Yaitu keharusan menanggung aktivitas dan akibat-akibatnya di dalam suatu keselamatan.2. Authority Yaitu hak untuk memperbaiki, memerintahkan dan menentukan arahan dan tahapan suatu tindakan.

3.4 Tahapan Dalam KecelakaanPada umumnya ada lima tahapan di dalam suatu kecelakaan antara lain:

Bahaya

Kesalahan

Kecelakaan

Kejadiaan

Lingkungan asal dan sosial

Kecelakaan disebabkan oleh tahapan peristiwa sebelumnya.

Bahaya merupakan faktor utama dalam tahapan kecelakaan. Dengan menghilangkan faktor utama tersebut maka peristiwa sebelumnya menjadi tidakefektif.

3.5 Pengendalian Bahaya Pencemaran Udara/Polusi.Pengendalian bahaya akibat pencemarann udara atau kondisi udara yang kurang nyaman dapat dilakukan antara lain dengan pembuatan ventilasi yang memadai. Penyelenggaraan ventilasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis : 1. Ventilasi Umum : pengeluaran udara terkontaminasi dari suatu ruang kerja melalui suatu bukaan pada dinding bangunan dan pemasukan udara segar melalui bukaan lain atau kebalikannya. Disebut juga sebagai ventilasi pengenceran.2. Ventilasi pengeluaran setempat: pengisapan dan pengeluaran kontaminan secara serentak dari sumber pancaran sebelum kontaminan tersebar ke seluruh ruangan.3. Ventilasi penurunan panas : perlakuan udara dengan pengendalian suhu, kelembaban, kecepatan aliran dan distribusi untuk mengurangi beban panas yang diderita naker. Tujuan diselenggarakannya ventilasi adalah : 1. Menurunkan kadar kontaminan dalam lingkungan kerja sampai pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan naker yaitu di bawah NAB sehingga terhindar dari PAK. 2. Menurunkan kadar yang tidak menimbulkan kebakaran atau peledakan yaitu di bawah Batas Ledak Terendah (BLT) atau Lower Explosive Limit (LEL).3. Memberikan penyegaran udara agar diperoleh kenyamanan dengan menurunkan tekanan panas.4. Meningkatkan ketahanan fisik dan daya kerja naker 5. Mencegah kerugian ekonomi karena kerusakan mesin oleh korosi, peledakan, kebakaran, hilang waktu kerja karena sakit dan kecelakaan dsb. Adapun cara menyelenggarakan ventilasi terdiri dari : 1. Secara alamiah di mana aliran atau pergantian udara terjadikaren kekuatan alami : beda tekanan udara sehingga timbul angin, beda suhu sehingga beda kerapatan udara antara bangunan dengan sekelilingnya.2. Secara mekanis melalui :a. Aliran atau pergantian udara terjadi karena kekuatan mekanis seperti kipas, blower dan ventilasi atap.b. Kipas angin dipasang di dinding, jendela, atau atap. c.Kipas angin berfungsi mengisap atau mengeluarkan kontaminan, tetapi juga dapat memasukkan udara.3.6 Bahan Kimia BerbahayaBahan berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-barang.3.6.1 Penggunaan Bahan KimiaBahan kimia banyak digunakan dalam lingkungan kerja yang dapat dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu :1. Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia, diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat , deterjen, dan lain-lain. Industri kimia dapat diberi batasan sebagai industri yang ditandai dengan penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau fisik dalam sifat-sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan komposisi suatu zat.2. Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan kimia sebagai bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan listrik, pengolahan logam, obat-obatan dan lain-lain.3. Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan pengembangan serta pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh industri, lembaga penelitian dan pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi.Dalam lingkungan kerja tersebut, banyak bahan kimia yang terpakai tiap harinya sehingga para pekerja terpapar bahaya dari bahan-bahan kimia itu. Bahaya itu terkadang meningkat dalam kondisi tertentu mengingat sifat bahan-bahan kimia itu, seperti mudah terbakar, beracun, dan sebagainya. Dengan demikian, jelas bahwa bekerja dengan bahan-bahan kimia mengandung risiko bahaya, baik dalam proses, penyimpanan, transportasi, distribusi, dan penggunaannya. Akan tetapi, betapapun besarnya bahaya bahan-bahan kimia tersebut, penanganan yang benar akan dapat mengurangi atau menghilangkan risiko bahaya yang diakibatkannya.3.6.2 Klasifikasi UmumKlasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk memudahkan pengenalan serta cara penanganan dan transportasi. Secara umum bahan kimia berbahya diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya sebagai berikut :1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat.2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain. Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan. Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi (jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia).3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan.4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya. Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3).5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.

7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif.8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena memang mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.

3.6.3 Sistem Klasifikasi PBBPerserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) memberikan klasifikasi bahan berbahaya seperti tabel berikut ini.Tabel 1 : Klasifikasi bahan berbahaya berdasarkan PBBKlasPenjelasan

Klas I(Eksplosif)Dapat terurai pada suhu dan tekanan tertentu dan mengeluarkan gas kecepatan tinggi dan merusak sekeliling

Klas II(Cairan mudah terbakar)1. Gas mudah terbakar2. Gas tidak mudah terbakar3. Gas beracun

Klas III(Bahan mudah terbakar)1. Cairan : F.P 23oC ( F.P = flash point)

Klas IV(Bahan mudah terbakar selain klas II dan III)1. Zat padat mudah terbakar2. Zat yang mudah terbakar dengan sendirinya3. Zat yang bila bereaksi dengan air dapat mengeluarkan gas mudah terbakar

Klas V(Zat pengoksidasi)1. Oksidator bahan anorganik2. Peroksida organik

Klas VI(Zat racun)1. Zat beracun2. Zat menyebabkan infeksi

Klas VII(Zat radioaktif)Aktifitas : 0.002 microcury/g

Klas VIII(Zat korosif)Bereaksi dan merusak

3.6.4 Penyimpanan Bahan Kimia BerbahayaMengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak diperlukan, sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-baiknya dan aman. Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan gas/uap/debu beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.Penyimpanan bahan kimia berbahaya sebagai berikut :1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya. Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas.

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan uap air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap. Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label. Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi. Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut.

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udarab. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan apic. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannyad. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panase. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapaif. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanang. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokokh. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodik4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat penyimpanan harus berjarak minimum 60 meter dari sumber tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin. Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan. Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api. Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar. Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah. Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances) Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun mengeluarkan panas atau gas-gas yang mudah menyala. Karena banyak dari bahan ini yang mudah terbakar maka tempat penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang simpan.7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-gas yang mudah menyala. Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala. Bahan asam dan uap dapat menyerang bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi. Jika konstruksi gudang trbuat dari logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap bahan asam.8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga agar sejuk , bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada peredaran hawanya. Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek somatik dapat akut atau kronis. Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad] sampai 5000[Rad] yang dapat menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan sindroma kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis terjadi pada dosis yang rendah. Efek genetik mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada keturunan. Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang mengandung radioaktif. Pemakai zat radioaktif dan sumber radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja dengan zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari BATAN. Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk memproteksi radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan, packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara. Peraturan perundangan mengenai bahan radioaktif diantaranya : Undang-Undang Nomor 31/64 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap radiasi Peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang izin Pemakaian Zat Radioaktif dan atau Sumber Radiasi lainnya Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan Zat RadioaktifMaka Peta Keterkaitan Kegiatan untuk tata letak penyimpanan material kimia berbahaya berdasarkan ketentuan safety tersebut di atas adalah sebagai berikut :

Gambar 1.2 Peta keterkaitan kegiatan untuk penyimpanan raw material.

3.6.5 Lembar Data BahayaLembar data bahaya (Hazard Data Sheets/HDSs) terkadang disebut Material Safety Data Sheets (MSDSs) atau Chemical Safety Data Sheet (CSDSs) adalah lembar informasi yang detail tentang bahan-bahan kimia. Umumnya lembar ini disiapkan dan dibuat oleh pabrik kimia atau suatu program, seperti International Programme On Chemical Safety (IPCS) yang aktifitasnya terkait dengan World Health Organization (WHO), International Labour Organization (ILO), dan United Environment Programme (UNEP). HDSs/MSDSs/CSDSs merupakan sumber informasi tentang bahan kimia yang penting dan dapat diakses tetapi kualitasnya dapat bervariasi. Jika anda menggunakan HDSs, berhati-hatilah terhadap keterbatasannya, sebagai contoh, HDSs sering sulit untuk dibaca dan dimengerti. Keterbatasan lain yang serius adalah seringnya tidak memuat informasi yang cukup tentang bahaya dan peringatan penting yang anda butuhkan ketika bekerja dengan bahan kimia tertentu. Untuk mengatasi keterbatasan ini, kapanpun dimungkinkan untuk menggunakan sumber informasi lain secara bersama-sama dengan HDSs. Suatu ide yang baik untuk mewakili kasehatan dan keselamatan dengan menyimpan lembar data bahaya pada setiap penggunaan bahan kimia di tempat kerja.Informasi berikut harus muncul pada semua lembar data bahaya, akan tetapi urutan dapat berbeda dari yang dijelaskan dibawah ini.Bagian 1 : Identifikasi produk dan pabrikIdentifikasi produk : nama produk tertera disini dengan nama kimia atau nama dagang, nama yang tertera harus sama dengan nama yang ada pada label. Lembar data bahaya juga harus mendaftar sinonim produk atau substansinya, sinonim adalah nama lain dengan substansi yang diketahui. Contohnya Methyl alcohol juga dikenal sebagai Metanol atau Alkohol kayu.Identifikasi pabrik : nama pabrik atau supplier, alamat, nomor telepon, tanggal HDSs dibuat, dan nomor darurat untuk menelepon setelah jam kerja, merupakan ide yang baik bagi pengguna produk untuk menelepon pabrik pembuat produk sehingga mendapatkan informasi tentang produk tersebut sebelum terjadi hal yang darurat.Bagian 2 : Bahan-bahan berbahayaUntuk produk campuran, hanya bahan-bahan berbahaya saja yang tercantum pada daftar khusus bahan kimia, dan yang didata bila komposisinya 1% dari produk. Pengecualian untuk zat karsinogen yang harus di daftar jika komposisinya 0,1% dari campuran. Batas konsentrasi yaitu Permissible Exposure Limit (PEL) dan The Recommended Threshold Limit Value (TLV ) harus didata dalam HDSs.Bagian 3 : Data FisikBagian ini mendata titik didih, tekanan, density, titik cair, tampilan, bau, dan lain-lain. Informasi pada bagian ini membantu anda mengerti bagaimana sifat bahan kimia dan jenis bahaya yang ditimbulkannya.Bagian 4 : Data Kebakaran Dan LedakanBagian ini mendata titik nyala api dan batas mudah terbakar atau meledak, serta menjelaskan kepada anda bagaimana memadamkan api. Informasi pada bagian ini dibutuhkan untuk mencegah, merencanakan dan merespon kebakaran atau ledakan dari bahan-bahan kimia.Bagian 5 : Data ReaktifitasBagian ini menjelaskan kepada anda apakah suatu substansi stabil atau tidak, bila tidak, bahaya apa yang ditimbulkan dalam keadaan tidak stabil. Bagian ini mendata ketidakcocokan substansi, substansi mana yang tidak boleh diletakkan atau digunakan secara bersamaan. Informasi ini penting untuk penyimpanan dan penanganan produk yang tepat.Bagian 6 : Data Bahaya KesehatanRute tempat masuk (pernafasan, penyerapan kulit atau ingestion), efek kesehatan akut dan kronik, tanda-tanda dan gejala awal, apakah produknya bersifat karsinogen, masalah kesehatan yang makin buruk bila terkena, dan pertolongan pertama yang direkomendasikan/prosedur gawat darurat, semuanya seharusnya terdaftar di bagian ini.Bagian 7 : Tindakan Pencegahan Untuk PenangananInformasi dibutuhkan untuk memikirkan rencana respon gawat darurat, prosedur pembersihan, metode pembuangan yang aman, yang dibutuhkan dalam penyimpanan, dan penanganan tindakan pencegahan harus detail pada bagian ini. Akan tetapi sering kali pabrik pembuat produk meringkas informasi ini dengan satu pernyataan yang simple, seperti hindari menghirup asap atau hindari kontak dengan kulit.Bagian 8 : Pengukuran KontrolMetode yang direkomendasikan untuk control bahaya termasuk ventilasi, praktek kerja dan alat pelindung diri/Personal Protective Equipment (PPE) dirincin pada bagian ini. Tipe respirator, baju pelindung dan sarung tangan material yang paling resisten untuk produk harus diberitahu. Lebih dari rekomendasi perlindungan material yang paling resisten, HDSs boleh dengan simple menyatakan bahwa baju dan sarung tangan yang tidak dapat ditembus harus digunakan. Bagian ini cenderung menekankan alat pelindung diri daripada control engineering.3.6.6 Pemasangan Label dan Tanda Pada Bahan BerbahayaPemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan peringatan pada wadah atau tempat penyimpanan untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan yang esensial. Tenaga kerja yang bekerja pada proses produksi atau pengangkutan biasanya belum mengetahui sifat bahaya dari bahan kimia dalam wadah/packingnya, demikian pula para konsumen dari barang tersebut, dalam hal inilah pemberian label dan tanda menjadi sangat penting.Peringatan tentang bahaya dengan label dan tanda merupakan syarat penting dalam perlindungan keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai perlindungan yang sudah lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya masih tetap diperlukan. Lambang yang umum dipakai untuk bahan kimia yang memiliki sifat berbahaya adalah sebagai berikut :.

Gambar1.3 Tanda bahaya dari bahan kimiaKeterangan :E = Dapat Meledak T = BeracunF+ = Sangat Mudah Terbakar C = KorosifF = Mudah Terbakar Xi = IritasiO = Pengoksidasi Xn = Berbahaya Jika TertelanT+ = Sangat Beracun N = Berbahaya Untuk LingkunganBahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan kerja. Bahaya tersebut disebut bahaya potensial jika bahaya tersebut belum mendatangkan kecelakaan, jika kecelakaan telah terjadi maka bahaya tersebut adalah bahaya nyata.3.7 Alat Perlindungan Diri (Personal Protective Equipment)3.7.1 Definisi APD (Alat Perlindungan Diri)Alat perlindungan diri (APD) atau lebih dikenal dengan PPE (Personal Protection Equipment) didefinisikan sebagai segala perlengkapan yang dimaksudkan untuk dipakai atau dipegang oleh seseorang di tempat kerja yangmelindunginya dari salah satu atau lebih resiko terhadap keselamatan dan kesehatannya termasuk pakaian yang dikenakan untuk melindungi diri dari cuaca bila diperlukan, helm, sarung tangan, perlindungan mata, sepatu, harness dll.Perlengkapan seperti baju kerja biasa atau seragam yang tidak secara spesifik melindungi diri dari resiko keselamatan dan kesehatan tidakl termasuk APD. Suatu perusahaan menyediakan APD bagi para pekerja untuk menjagakeselamatan dan kesehatan para pekerja, pemakaian alat APD dimaksudkan untuk mengurangi atau meminimalkan resiko dan bahaya di tempat kerja. Hal- hal yang harus diperhatikan saat menggunakan APD :1. Memastikan pakaian pelindung pas dengan ukuran tubuh, dan sesuaikan posisi APD agar merasa nyaman saat bekerja.2. Memastikan APD bekerja dengan baik dan benar, jika tidak segera laporkan.

3. Jika menggunakan 2 atau lebih APD secara bersamaan pastikan mereka kompatibel dan tidak mengurangi keefektifan masing-masing APD.4. Melaporkan gejala timbulnya rasa sakit atau tidak nyaman secepatnya.5. Menginformasikan kepada pihak yang bertanggungjawab bila diperlukan pelatihan khusus. APD akan secara efektif melindungi tubuh pemakainya bila penggunaan APD sesuai dengan instruksi produsen dan digunakan bagi aktivitas yang sesuai dengan tujuan penggunaan alat, sebelum menggunakan APD harus dilatih terlebih dulu, menyimpan dan memelihara APD dengan benar mengganti bagian yang rusak.Agar dapat dikenakan APD yang tepat maka jenis bahaya di tempat kerja perlu diperhatikan dengan seksama. Hal ini akan memungkinkan untuk memilih tipe APD yang tepat untuk meminimalakan resiko bahaya tersebut dan menyelesaikan pekerjaan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memilih APD yang tepat :1. Kondisi dan resiko bahaya yang dihadapi di tempat kerja2. Kesesuaian dengan pemakai3. Kondisi Kesehatan pekerja4. Keperluan pekerjaan seperti waktu yang dibutuhkan, kejelasan pandangan, kemudahaan komunikasi dll5. Jika lebih dari satu APD dikenakan, apakah mereka dapat dipakai bersamaan secara efektifPemeliharaan APD harus diperhatikan dengan seksama dan disimpan dengan baik ketika tidak digunakan, contohnya pada rak yang bersih dan kering, kotak khusus yang disediakan produsen dll. Seluruh APD harus dalam kondisi bersih dan siap digunakan, jadwal pemeliharaan oleh produsen harus diingat dan dilakukan termasuk penggantian bagian yang rusak atau terjadwal untuk diganti.Pemeliharaan sederhana dapat dilakukan oleh pemakai yang terlatih tetapi perbaikan yang kompleks dan rumit harus diserahkan kepada personel yang ahli.Untuk menghindari hilangnya waktu kerja akibat tidak tersedianya APD yang memadai maka harus disediakan cadangan APD yang sesuai di tempat kerja.

3.7.2 Perangkat Keselamatan Standar Setiap crew harus memakai pakaian kerja yang telah disediakan oleh perusahaan. Setiap orang yang bekerja di lokasi harus memakai topi pengaman yang sesuai dengan syarat standar ANSI Z 89.1 bila sedang bekerja di lokasi. Keharusan ini tidak berlaku bila crew bekerja dalam gedung seperti ruang kantor, ruang kontrol, bengkel atau gedung sejenis, atau bila ada pengarahan lain. Topipengaman harus selalu dibersihkan dan secara reguler diinspeksi terhadap retak, kerusakan alat suspensi dan kerusakan lainnya serta tahun berlakunya (expire). Beberapa hal yang harus diperhatikan :1. Topi pengaman dari bahan logam tidak diperkenankan untuk dipakai dalam setiap pekerjaan di lokasi.2. Setiap crew harus memakai seragam kerja atau kemeja berlengan/bertangandancelanapanjang,dantopi pengaman/pelindung kepala, muka, tangan dan kaki yang benar dalam area dimana mereka terpapar oleh kemungkinan terbakar api, korosif, substansi panas, pipa panas atau peralatan panas.3. Pekerjaan dan kondisi kerja tertentu memerlukan penggunaan peralatan keselamatan seperti alat Bantu pernafasan, penutup ataupenyumbat telinga, sarung tangan khusus, pelindung mata. Kruyang bekerja dalam kondisi tersebut di atas harus memakaiperalatan keselamatan sesuai dengan keperluan kerja khusustersebut, termasuk penyumbat telinga (busa sekali pakai) danpenutup telinga (ear muffs).4. Untuk paparan yang terus menerus (lebih lama dari 15 menit) sampai tingkat kebisingan sangat tinggi (100 dbA atau lebih) pemakaian alat pelindung pendengaran ganda (penyumbat dan penutup telinga) sangat dianjurkan. Crew harus dilindungi dari paparan berlebih dari partikel yang berterbangan, termasuk abu, kabut, asap, uap dan gas . Bila kontrol rekayasa tidak dimungkinkan, maka alat perlindungan pernafasan yang memadai harus disediakan dan dipakai. Ini adalah tugas dari safety officer/supervisor untuk memastikan bahwa semua pekerja yang tersangkut, cukup terampil dalam pemakaian/pemilihan alat yang ada, pemeliharaan dan tahu keterbatasan dari alat pelindung pernafasan, dan cukup tersedianya alat pelindung pernafasan yang tepat.Setiap pekerja lapangan pemboran minyak dan gas bumi, diharuskan mendapatkan perangkat keselamatan kerja standart, yang terdiri dari 2 set pakaian kerja, helm pengaman, sepatu safety dan kacamata safety, untuk menunjang keselamatan kerja diri pekerja. Perangkat tersebut harus digunakan pada waktu bekerja pada area-area yang telah ditentukan, diantaranya adalah :1. Lokasi pemboran, seorang pekerja yang berada di lapangan pada lokasi pemboran, diharuskan menggunakan pakaian kerja, helm pengaman dan sepatu safety. Hal ini berdasarkan kondisi lapangan yang panas karena terik matahari, licin, banyak terdapat alat-alat berat yang beresiko dan kemungkinan jatuhnya suatu benda kerja dari rig. Keharusan penggunaan perangkat kerja berdasarkan area kerja di lokasi pemboran, diantaranya adalah sebagai berikut : Rig Floor dan area disekitar rig, pekerja harus menggunakan perlengkapan keselamatan kerja standart dan hand glove, jika tingkat kebisingan suara tinggi, harus menggunakan pelindung telinga. Untuk aktivitas pemanjatan digunakan safety belt. Electric Room dan Compressor Room, dengan kondisi kebisingan tinggi diharuskan menggunakan pelindung telinga. Welding Area, khusus untuk pekerja yang sedang melakukan pengelasan, harus menggunakan pelindung muka dan mata (goggles). Mud Mixing dengan kondisi berdebu, pekerja harus menggunakan kacamata safety dan pelindung pernafasan. Di dalam ruang-ruang unit (container), pekerja tidak diharuskan menggunakan perlengkapan keselamatan standart, kecuali pada ruang-ruang khusus yang mengharuskan penggunaan.2. Ware House, di area warehouse, pekerja harus menggunakan perlengkapan keselamatan kerja standart jika bekerja diluar ruangan dan perlengkapan lainnya jika dibutuhkan.3. Work Shop, untuk pekerjaan yang dilakukan di work shop, biasanya tidak harus menggunakan perlengkapan diantaranya : Helm pengaman, sepatu safety atau kacamata safety.4. Khusus untuk pekerja yang bekerja di dalam ruangan misalnya ruang kantor, tidak diharuskan menggunakan perlengkapan keselamatan kerja standart, mengingat kondisi area dengan tingkat resiko kecelakaan kerja relatif kecil.

3.7.3 Jenis-jenis APDAPD terdiri atas berbagi jenis yang dibagi sesuai dengan posisi peletakan atau pemakaiannya di tubuh pekerja dan fungsi atau kegunaannya, secara garis besar dapat dibagi menjadi tubuh, kepala, tangan , kaki, mata dan wajah, pendengaran, pernafasan dll.1. Perlindungan TubuhPakaian pelindung untuk badan dapat menyediakan perlindungan dari panas, air, dingin, hujan, angin, bahan kimia, potongan material bila bekerja dengan kayu atau besi, atau sampah dan pengotor lainnya. Pakaian tersebut harus memudahkan untuk dilihat, dan menyediakan perlindungan fisik bagi tumbukan mekanik yang berakibat luka -luka.

Gambar 1.3 Contoh Pakaian KerjaKeadaan dimana perlindungan tubuh diperlukan :1. Bekerja di luar ruangan dan terekspos oleh kondisi cuaca yang tidak bersahabat2. Bekerja di lingkungan yang mempunyai temperatur ekstrem, panas atau dingin.3. Bekerja di jalan raya atau dermaga yang memerlukan kemudahan penglihatan oleh lingkungan sekitar4. Bekerja di dalam air atau disekitarnya, dimana terdapat resiko tenggelam5. Bekerja di laboratorium atau aktivitas yang memungkinkan kontaminasi dengan bahan kimia6. Pemadam kebakaran7. Mengaplikasikan pestisida atau bahan kimia berbahaya lainnya8. Mengelas atau memotong benda dengan alat mekanis

2. Perlindungan Kepala Kepala adalah bagian yang mudah terluka oleh tumbukan. Perlindungan kepala ditujukan untuk menyediakan perlindungan bagi tumbukan mekanis, terluka, dan terjebaknya rambut di dalam mesin yang bergerak (scalping).

Gambar 1.4 Safety Helmet

Dimana APD yang berfungsi melindungi kepala diperlukan dalam aktivitas sebagai berikut :1. Pekerjaan pada pada tangga, dibawahnya atau didekat tangga2. Pekerjaan konstruksi pada gedung, menara, bangunan besar dan pabrik3. Bekerja di saluran, parit, terowongan, dibawah tanah, persiapan mineral4. Aktivitas transportasi dengan resiko kejatuhan benda, mengendarai truk pengangkut (fork lift), atau bekerja di gudang dan tempat penyimpanan5. Aktivitas dengan bahaya yang bersumber dari benda yang tergantung, pengait yang tajam, permukaan hambatan yang rendah.

3. Perlindungan Telapak Tangan dan LenganPerlindungan tangan dan lengan berwujud sarung tangan, sarung tangan sebagian, sarung tangan besi atau pelindung lengan. Tujuannya ialah melindungi dari pootongan benda, abrasi, temperatur ekstrem, kontak dengan bahan kimia yang menyebabkan iritasi kulit dan dermatitis, kontak dengan bahan kimia korosif.Beberapa contoh aktivitas yang dapat mengakibatkan bahaya pada telapak tangan dan lengan:1. Pekerjaan konstruksi atau aktivitas di luar ruangan yang terpapar suhu ektrem atau material abrasif. Ketrampilan dan kelincahan tangan dpat hilang pada cuaca dingin sehingga sangat penting untuk menjaga tangan tetap hangat. Sarung tangan mampu melindungi telapak tangan dari tanah yang terkontaminasi dengan mengurangi resiko sentuhan bahan kimia aatau penyakit2. Bekerja dengan alat- alat atau mesin yang bergetar menuju sindrom jari putih bergetar (vibration white finger -VWF) terutama bila tangan dalam keadaan dingin. Pada kondisi ini suplai darah ke jari berkurang untuk menjaga panas tubuh ketika lingkungan dingin3. Aktivitas memindahkan barang yang bersangkut paut dengan memindahkan atau mengakat benda yang menpunyai tepian tajam, kerusakan kemasan, temperatur ekstrem, dll. Sarung tangan dapat mengurangi resiko ketika menghadapi barang - barang tersebut tetapi pemakaian sarung tangan mengurangi kelincahan tangan dan kekuatan cengkraman atau pegangan.4. Kontak dengan bahan dingin atau panas dapat dihindari dengan pemilihan sarung tangan yang sesuai. Pengelasan berkaitan dengan kontak dalam jarak yang dekat dengan logam yang panas.5. Pekerjaan yang berkaitan dengan listrik mempunyai resiko tersetrum, bunga listrik, terbakar atau suhu tinggi6. Pemakaian, pemindahan, atau pemakian mesin yang mengandung bahan kimia dan bahan berbahaya termasuk juga pembersihan senyawa kimia.

4. Perlindungan Kaki dan Telapak KakiPerlindungan kaki dan telapak kaki mencakup sepatu kerja (safety shoes), sepatu bot, bakiak, bot spesial atau perlengkapan kaki yang sesuai dengan industri tertentu. Pada industri peleburan baja diperlukan bahan khusus pada sepatu agar pekerja terlindungi dari percikan metal cair.

Gambar 1.5 Safety ShoesBeberapa contoh aktivitas yang memerlukan perlengkapan pelindung kaki dan telapak kaki :1. Konstruksi dan pekerjaan rekayasa dimana terdapat pekerjaan dimana terdapat resiko tertumbuk, material yang mengakibatkan kerusakan kulit (semen, dll.), penetrasi oleh paku2. Memindahkan material di gudang, terpeleset, jatuh dan mendarat pada permukaan yang keras menimbulkan luka pada mata kaki, kontak dengan tumpahan bahan kimia atau bahan berbahaya.3. Pekerjaan listrik membutuhkan sepatu dengan insulasi untuk menghindarkan pemakai dari resiko tersetrum. Pada saat pekerjaan listrik dilakukan di lingkungan yang mudah terbakar, sepatu antistatik yang menghambat aliran listrik untuk meniadakan penimbunan muatan listrik harus dipakai4. Pada kondisi dingin atau panas memerlukan sepatu dengan perlindungan khusus. Lingkungan yang dingin memerlukan insulasi khusus dan kemampuan untuk tetap fleksibel, berlainan dengan lingkungan panas yang mebutuhkan sepatu tidak meleleh dn dilengkapi pelindung terbuat dari logam untuk mencegah luka bakar.

5. Perlindungan PendengaranAlat perlindungan pendengaran dengan berbagai bentuk dirancang untuk mengurangi level intensitas suara yang mencapai mekanisme pendengaran pada bagian tengah dan dalam telinga. Telinga bagian luar mengalirkan getaran suara menuju gendang telinga. Getaran tersebut menyebabkan gendang telinga ikut bergetar ,kemudian getaran ini ditransmisikan dan diubah menjadi impuls saraf.

Gambar 1.6 Penutup Telinga (Ear Muffs) Suara yang sangat kencang seperti mesin jet pada jarak yang dekat mengakibatkan kerusakan pada gendang telinga, intensitas suara dan frekuensi yang tinggi di tempat kerja dapat menyebabkan hilangnya pendengaran. Kerusakan ini tidak dapat diperbaiki sehingga menjadi sangat penting untuk diidentifikasi dan diberikan perlindungan.Pada kondisi level suara yang tinggi, alat proteksi tunggal mungkin tidak mencukupi bahakan jika telah disesuaikan dengan karateristik suara. Pada kasus tersebut proteksi ganda mungkin diperlukan. Menggunakan penyumbat telinga dan penutupnya akan meningkatkan tingkat pengamanan. Alat perlindungan telinga harus dipakai selama paparan suara masih terjadi. Jenis Peralatan Perlindungan Pendengaran1. Penutup Telinga (Ear Muffs) Penutup telinga (ear muffs) adalah pelindung telinga yang paling aman, biasanya terbuat dari plastik keras berbentuk mangkukyang dikenakan di kepala untuk menutupi telinga. Pelapis lembut dari busa plastik atau cairan kental menmbatasi kebocoran suara yang memasuki telinga. Penutup dari katun dapatdigunakan untuk pelapis terutama pada lingkungan yang panas demi kenyamanan pemakai.Bermacam- macam pengikat kepala digunakan untuk menaruh mangkuk pelindung telinga di tempatnya. Pengikat plastik di sekitar bagian atas kepala merupakan bentuk yang paling sederhana tentu dengan tekanan dan ukuran yang dapat disesuaikan, patut diperhatikan jenis ini tidak cocok bila digunakan bersama helm. Pengikat lembut yang melewati bagian kepala dan mengikat di bagian belakang leher dapat digunakan bersama helm, tetapi hal ini tidak nyaman bila sering dilepas - lepas. Penutup telinga dapat dilengkapi dengan alat komunikasi. Speaker kecil pada masing - masing mangkuk dapat dihubungkan dengan sistem komunikasi menggunakan radio atau kawat. Volume dari speaker perlu dibatasi untuk mencegah intensitas suara yang berlebih. Sistem ini dapat menyampaikan pesan ataupun informasi pada si pemakai tetapi dapat menghambat pemakai untuk mendengar suara peringatan atau alarm, sirine sehingga perlu diuji dan dipersiapkan alarm yang lebih kencang.2. Penyumbat TelingaPenyumbat telinga dipakai dalam saluran telinga dan dapat dilengkapi atau dipisahkan dengan tali atau pengikat ke leher agar tidaktelepas dan hilang. Penyumbat dipakai untuk durasi tinggi (permanen) atau dalam periode singkat (dapat dipakai kembali) atau dipakai sekali saja (dapat dibuang). Penyumbat telinga tidak sesuai untuk semua orang jika pemakai mengalami iritasi atau infeksi telinga penggunaan harus segera dihentikan.

Gambar 10 . Penyumbat Telinga (Ear Plug) Sumbat telinga sekali pakai maupun yang dapat dipakai berulang kali dibuat dari material terkompresi seperti plastik. Mereka dapat dipakai oleh sebagaian besar orang tetapi ukuran yang pas dan nyaman merupakan syarat efektifitas pemakaian. Tipe permanen terbuat dari plastik atau karet dan agar mampu melindungi dengan baik harus dipilih dengan teliti untuk ukuran kedua telinga, kadang-kadang diperlukan ukuran yang berbeda untuk masing masing telinga. Penyumbat yang dibuat khusus bagi masing - masing individu dari silikon mempunyai tingkat perlindungan yang baik dan nyaman dipakai. Sumbat telinga yang dapat dipakai kembali harus dibersihkan dan diganti ketika elastisitas dan kemampuan untuk dipakai dengan baik (pas) berkurang.6. Perlindungan Mata dan WajahAktivitas yang dapat menyebabkan resiko pada wajah dan mata harus diidentifikasikan bahayanya dan kemudian diperkirakan tingkat resikonya agar dapat diketahui tipe alat pelindung yang dikenakan. Pertimbangan tidak hanya diberikan pada orang yang terlibat langsung dalam proses atau aktivitas tetapi juga mereka yang mungkin melakukan kontak dan ikut beresiko dari bahaya yang ada.Beberapa aktivitas yang beresiko dan membahayakan wajah dan mata :1. Bekerja dengan alat berpenggerak yang menyebabkan potongan, partikel, material abrasif terbang2. Bekerja dengan alat genggam yang menyebabkan potongan, partikel terbang3.Bekerja dengan bahan kimia yang dapat menyebabkan luka,Iritasi termasuk bekerja dalam pabrik yang mengandung bahan bahan tersebut4. Bekerja dengan logam yang dileburkan atau bahan lain yang dileburkan5. Aktivits pengelasan dimana cahaya dengan intensitas tinggi atau radiasi optis lainnya dikeluarkan padaa tingkat yang dapat mengakibatkan kecelakaan6. Menggunakan gas atau uap bertekananTipe alat pelindung yang ada diantaranya kacamata, perisai mata,goggles, visor, kerudung, filter las.1. Kacamata pelindung mata berbentuk kacamata mirip dengan kacamata resep tetapi terdapat pelindung di kedua sisi kacamata untuk memberikan perlindungan lateral. Penggunaannya dimaksudkan untuk menahan benturan ringan dan lensanya terbuat dari kaca yang diperkuat atau plastik optis yang berkualitas seperti polikarbonat

Gambar 11. Safety GlassesMempunyai berat yang ringan dan dapat ditemui dengan beragam model, beberapa diantaranya menawarkan perlindungan sebaik goggle. Model yang beragam menyebabkan kacamata untuk disesuaikan dengan keinginan pemakainya bahkan saat ini kacamata pelindung ini dapat dilengkapi dengan lensa resep yang sesuai untuk membantu penglihatan.2. Perisai Mata (Eye Shields) berbentuk seperti kacamata pelindung tetapi didesain tanpa bingkai dengan lensa yang menyatu. Penglihatan tidak dapat dibantu seperti pada kacamata pelindung tetapi terdapat beberapa model dapat dipakai bersamaan dengan kacamata resep

Gambar 1.7. Perisai Mata (Eye Shields)3. Goggle

terdiri atas pita pengikat elastis dan rangka plastik fleksible dimanaditempatkan sebuah lensa tunggal. Memberikan perlindungan yang lebih baik dari kacamata pelindung atau perisai mata karena rangka plastik yang keras menyentuh erat permukaan wajah pemakai. Ventilator berbentuk baffle menyediakan perlindungan terhadap cipratan tetapi terbuka bagi debu, gas dan uap. Untuk melindungi diri dari hal diatas maka diperlukan desain goggle yang lebih lentur tanpa ventilasi dan mampu melekat erat mengikuti kontur wajah pemakai tanpa ada sela.

Gambar 13 . GoggleBeberapa tipe goggle mempunyai lensa mata yang terpisah yang sering ditemukan pada goggle yang diperuntukan bagi pekerjaan pengelasan. Goggle yang hanya dilengkapi filter pengelasan kemungkinan besar tidak mempunyai fitur perlindungan terhadap tumbukan. Jenis yang lebih baik bagi pekerjaan pengelasan dengan gas dengan 2 lapis lensa, yang pertama lensa putih sehingga dapat melihat jelas dan melindungi pemakai dari serpihan logan dan lapisan yang kedua yang merupakan filter las yang dapat dibuka tutup. Perhatian khusus perlu diberikan pada pengelasan dengan listrik yaitu perlindungan terhadap mata dan seluruh wajah karena berhadapan dengan radiasi ultra violet.

4. Perisai Wajah ( Face Shield) mempunyai dimensi yang lebih besar dan lebih berat dari bentukpelindung mata yang lain,biasanya terdiri dari pengikat (headband) dan harnes yang dilengkapi dengan sebuah perisai tembus pandang yang melindungi seluruh wajah, rajutan kawat logam atau berbentuk opal agar dapat dipasangi lensa. Perisai muka melindungi wajah tetapi tidak melindungi mata sepenuhnya, alat ini tidak menyediakan perlindungan akan debu, gas, kabut, dan uap. Desain yang baik menyebabkan mereka memberikan perlindungan yang baik kepada tumpahan cairan, dan perlindungan tumbukan yang tinggi.

Gambar 14 . Perisai Wajah (Face Shield)Visor yang ringan dan saluran udara terkompresi sering digunakan oleh juru cat semprot untuk menghindari masuknya pelarut cat ataupun komponen yang beracun dari cat ke sistem pernafasan mereka, tetapi tidak memberikan perlindungan yang baik terhadap tumbukan. Pada lingkungan yang panas dimana tingkat radiasi panas tinggi dapat dilengkapi dengan lensa yang mempunyai lapisan logam reflektif yang digunakan untuk melindungi mata dari radiasi inframerah.

3.8 Kata kunci untuk pengaturan APD1.Upayakan perbaikan tempat ganti, cuci dan kakus agar terjamin kesehatan 2.Sediakan tempat makan dan istirahat yang layak agar unjuk kerja baik 3.Perbaiki fasilitas kesejahteraan bersama pekerja 4.Sediakan ruang pertemuan dan pelatihan 5.Buat petu njuk dan peringatan yang jelas 6.Sediakan APD secara memadai7.Pilihlah APD terbaik jika risiko bahaya tidak dieliminasi dengan alat lain8.Pastikan penggunaan APD melalui petunjuk yang lengkap, penyesuaian dan latihan 9. Yakinkan bahwa penggunaan APD sangat diperlukan 10.Yakinkan bahwa penggunaan APD dapat diterima oleh pekerja 11.Sediakan layanan untuk pembersihan dan perbaikan APD secara teratur 12. Sediakan tempat penyimpanan APD yang memadai 13. Pantau tanggung jawab atas kebersihan dan pengelolaan ruang kerja

3.8 Prosedur Memindahkan dan Menyimpan BarangHalhal berikut merupakan tambahan dari operasi pemasangan danpembongkaran harus dapat dilakukan peraturan keselamatan kerja secara umum yang ditetapkan klien atau dikomunikasikan satu dengan lain perwakilannya. Operator crane harus mematuhi keseluruhan peraturan-peraturan ini :1. Apabila pekerjaan yang menentukan, dimana penanganan dan pemuatan/penurunan muatan.menimbulkan resiko jatuh ke laut, personil harus menggunakan life jacket.2. Penggunaan sling, keranjang, rak, container,jika tidak dapat dipakai, crane dapat diletakkan3. Penempatan berbagai peralatan di tempat yang tersisa agar supaya tidak terjadi kerusakan disebabkan oleh udara yang jelek.4. Sling harus disimpan dengan tepat dan dilindung dari kerusakan dan karat.3.8.1 Memindahkan Barang Tanpa Bantuan Alat1. Mintalah pertolongan untuk memindahkan benda yang sulit untuk diangkat. Anda harus selalu mengetahui kemampuan angkat anda. Kerusakan pada otot dan kerangka/tulang dapat diakibatkan oleh mengangkat benda secara tidak benar.2. Periksa semua kawasan dan jalan-jalan sebelum memindahkan barang. Yakinkan bahwa di jalan dan di daerah penyimpanan tidak ada yang merintangi dan bebas dari bahaya terpeleset dan tersandung.3. Berhati-hati bila memindahkan suatu barang yang ujung-ujungnya tajam, ada tonjolan paku atau bahayabahaya lain yang dapat menimbulkan kecelakaan. 3.8.2 Penyimpanan Barang-Barang harus dilakukan sesuai dengan prosedur dan dilaksanakan dengan seksama :1. Barang-barang harus ditumpuk dengan aman. Menjauhkan tumpukan tersebut dari gang/jalan.2. Menggunakan penyangga/blok agar pipa tidak menggelinding. Papan penyangga bisa digunakan untuk diameter pipa yang besar atau untuk pipa yang diameternya berlainan jika disimpan bersama. Rak - rak dapat digunakan juga untuk menyimpan pipa-pipa.3. Mengikat silang karung-karung dan kantong-kantong, dan gunakanlah tata cara langkah mundur (step back) bila sedang menyusun karung-karung tersebut.4. Melindungi bagian bawah karung dari kemungkinan sobek pada saat disusun.5. Menyimpan balok-balok kayu di atas pondasi yang kukuh, dan ikat silang pada tiap-tiap ketinggian tertentu.6. Menghindarkan penempatan lembaran-lembaran logam pada dinding atau tabung, tetapi tempatkanlah pada rak-rak atautidurkan.7. Menyediakan jalan menuju tempat penyimpanan barang dan tempat penyimpanan suku cadang mesin dan jagalah lingkungan penyimpanan tetap bersih.8. Menyimpan gulungan-gulungan kawat dan kabel, dan jangan biarkan ujung-ujungnya lepas. Jangan menyimpan/menyusun ikatan-ikatan kawat tegak lurus kecuali rak-rak sudah penuh atau sedang digunakan.9. Menghindari penumpukan barang-barang dalam jarak m dari kepala sprinker.

3.9 Penanganan dan Penyimpanan Bahan1. Tandai dan perjelas rute transport barang2. Pintu dan Gang harus cukup lebar untu arus dua arah3. Permukaan jalan rata, tidak licin dan tanpa rintangan 4. Kemiringan tanjakan 5-8%, anak tangga yang rapat5. Gunakan kereta beroda untuk pindahkan barang 6. Gunakan rak penyimpanan yang dapat bergerak atau mobil7. Gunakan rak bertingkat di dekat tempat kerja8. Gunakan alat pengangkat9. Gunakan konveyor, kerek dll Prioritas terpenting bagi perusahaan yang berhubungan dengan kesehatan karyawan adalah jaminan kesehatan & keselamatan kerja, baik untuk pekerja maupun tenaga kontraktor.Menjamin kondisi kerja yang sehat dan aman bagi karyawan dan kontraktor merupakan salah satu isu paling penting bagi industri semen, kita menyadari bahwa perhatian harus diberikan lebih banyak di area ini di keseluruhan industri dan adanya komitmen untuk memainkan peranan utama dalam proses.Desain bangunan dan peralatan operasional yang aman, memiliki peranan yang penting untuk mengurangi cidera dan insiden dan perusahaan pemasok peralatan industri secara pasti juga meningkatkan dan memperbaiki produk mereka hingga peralatan tersebut memenuhi standar keselamatan yang tinggi. Namun pada kenyataannya, pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif dan rutin serta budaya selamat merupakan alat yang paling efektif guna mengurangi cidera dan tingkat kesakitan akibat kerja.3.10 Pencegahan dan Pemadaman KebakaranPertimbangan utama mengapa perlu upaya penanggulangan bahaya kebakaran adalah karena : adanya potensi bahaya kebakaran di semua tempat, kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api yang tidak dikehendaki dan selalu membawa kerugian. Dengan demikian usaha pencegahan harus dilakukan oleh setiap indivisu dan unit kerja agar jumlah peristiwa kebakaran, penyebab kebakaran dan jumlah kecelakaann dapat dikurangi sekecil mungkin melalui perencanaan yang baik. Melalui pelatihan ini diharapkan peserta mampu : mengidentifikasi potensi penyebab kebakaran di lingkungan tempat kerjanya dan melakukan upaya pemadaman kebakaran dini, Sebab-sebab kebakaran:1.Kebakaran karena sifat kelalaian manusia, seperti : kurangnya pengertian pengetahuan penanggulangan bahaya kebakaran; kurang hati menggunakan alat dan bahan yang dapat menimbulkan api; kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin. 2.Kebakaran karena peristiwa alam, terutama berkenaan dengan cuaca, sinar matahari, letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan. 3.Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang bahan kimia di mana bahan bereaksi dengan udara, air dan juga dengan bahan-bahan lainnya yang mudah meledak atau terbakar. 4.Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu, misalnya sabotase, mencari keuntungan ganti rugi klaim asuransi, hilangkan jejak kejahatan, tujuan taktis pertempuran dengan jalan bumi hangus.Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu disediakan peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dan cocok untuk bahan yang mungkin terbakar di tempat yang bersangkutan.a. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana1) Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan (side effect),sehingga air paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran. Persedian air dilakukan dengan cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau slang/pipa karet/plastik.2)Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak masuk sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda yang terbakar menggunakan sekop atau ember.3) Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk menutup kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi api. 4) Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu penyelamatan dan pemadaman kebakaran. b. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa (foam), serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan.

3.11 Antisipasi Dan Tindakan Pemadaman Kebakaran1. Tempatkan APAR selalu pada tempat yang sudah ditentukan, mudah dijangkau dan mudah dilihat, tidak terlindung benda/perabot seperti lemari, rak buku dsb. Beri tanda segitiga warna merah panjang sisi 35 cm. 2. Siagakan APAR selalu siap pakai. 3. Bila terjadi kebakaran kecil : bertindaklah dengan tenang, identifikasi bahan terbakar dan tentukan APAR yang dipakai.4. Bila terjadi kebakaran besar : bertindaklah dengan tenang, beritahu orang lain untuk pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas pemadam kebakaran. 5. Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan tenang3.12 Bahaya RadiasiDua tipe energi radiasi menyebabkan masalah kesehatan yang harus diselesaikan oleh teknisi keselamatan. Pertama energi radiasi panas dari proses seperti pengolahan baja, dan kedua adalah radiasi alpa, beta, gamma yang meningkatkan emisi partikel radio aktif. Kenaikan suhu panas menimbulkan kekejangan, iritasi kulit, dan penyakit psikologi bagi pekerja. Sumber panas biasanya dapat terlindungi atau didaur ulang untuk mengurangi jumlah energi yang dilepaskan. Pendingin udaradan sistem ventilasi mungkin mengurangi masalah sumber panas, dan melindungi peralatan dan pakaian. Sinar gamma memiliki energi yang sangat besar dan dapat menyebabkan masalah bahan radio aktif untuk melindungi terhadap radiasi sinar gamma, perlu membangun sarana konstruksi gedung yang tebal beberapa kaki, sebaiknya sinar alpa dan beta kurang berenergi, dapat dilindungi terhadap lapisan plastik tebal.Bagian yang tak terlindungi radiasi energi secara langsung berkaitan dengan waktu. Itu sebabnya mengapa penting untuk mengukur intensitas sumber panas, dan panjang bagian yang terlindungi pada periode intensitas yang telah diketahui. Perlindungan juga dapat berisikan penggunaan kantang atau pengendali jarak jauh yang tak terlindungi mengurangi proporsi jarak setiap persegi. Salah satu masalah besar ialah adanya bahaya penyebaran bahan radiasi yang mencemari. Beberapa substansi memilki umur paruh yang singkat (kekuatan radio aktifnya setengah dari interrval, yang singkat) dan sedikit susah. Yang lainnya memiliki umur paruh yang panjang, mungkin terdiri dari radioaktif yang berbahaya selama 1000 tahun. Untuk mencegah penyebaran bahan berbahaya ini, orang-orang yang bekerja didaerah radioaktif menggunakan sepatu pelindung dan memakai pakaian yang tak dapat dipindahkan dari batas ruangan pakaian. Untuk mencegah bahan radioaktif yang tersembunyi, digunakan alat-alat untuk mengukur rata-ratanya. Ketika radiasi pada tempat yang tersembunyi terjadi, secara individu dapat dicegah dari kembalinya potensi area yang berbahaya hingga dapat dilakukandengan aman.

BAB IVPENUTUP4.1. Simpulan

4.2. Saran

Daftar PustakaRidwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 26.Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard Control (Jakarta, 1991) hal. 3 4.Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 35.Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard Control (Jakarta, 1991) hal. 57 69.Bahan kimia beracun dan gangguannya terhadap kesehatan dapat dilihat pada tabel 1. Ibid., hal. 150 151.Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard Control (Jakarta, 1991) hal. 67 68.Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard Control (Jakarta, 1991) hal. 179 185.Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 29 30.Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 36 37.Rosskam F., Chamicals In The Workplace (Geneva, 1996) hal. 21 24.Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 27 28.Safety Department, Buku Panduan Safety (Banten, 2003) hal. 3 4.Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 36.Soesanto Ismadi, et al., Hukum Ketenagakerjaan (Jakarta, 1992) hal. 149 150.Soesanto Ismadi, et al., Hukum Ketenagakerjaan (Jakarta, 1992) hal. 150 151.Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 6.Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard Control (Jakarta, 1991) hal. 131 137.Imam Sjahputra, Amin Widjaja, Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan Baru Di Indonesia (Jakarta, 2004) hal. 120 130.

60Teknik Kimia Universitas Lampung