Keutamaan Wudhu
Dari Humran bekas budak
Utsman radhiyallahu’anhu.
Humran berkata:
د� ج� �م�س� ال �اء� �ف�ن ب و�ه�و� ع�ف�ان� �ن� ب �م�ان� ع�ث م�ع�ت� س�
�و�ض�وء� ب ف�د�ع�ا �ع�ص�ر� ال �د� ن ع� �م�ؤ�ذ ن� ال ف�ج�اء�ه�
�ة$ آي � �و�ال ل (ا ح�د�يث �م� �ك �ن �ح�د ث أل �ه� و�الل ق�ال� �م� ث� �و�ض�أ ف�ت
ول� س� ر� م�ع�ت� س� �ن ى إ �م� �ك �ت ح�د�ث م�ا �ه� الل �اب� �ت ك ف�ى
« - - � �و�ض�أ �ت ي � ال �ق�ول� ي وسلم عليه الله صلى �ه� الل
�ة( ص�ال �ص�ل ى ف�ي �و�ض�وء� ال ن� �ح�س� ف�ي �م$ ل م�س� ج�ل$ ر�
�يه�ا �ل ت �ى �ت ال �ة� الص�ال �ن� �ي و�ب �ه� �ن �ي ب م�ا �ه� ل �ه� الل غ�ف�ر� � �ال إ
».
Aku mendengar Utsman bin Affan
radhiyallahu’anhu ketika dia
berada di halaman masjid
kemudian datang seorang
mu’adzin menjelang waktu Ashar
tiba. Maka Utsman meminta
diambilkan air wudhu, lalu dia
berwudhu. Setelah itu dia
berkata, “Demi Allah, sungguh
aku akan menceritakan kepada
kalian sebuah hadits. Kalaulah
bukan karena suatu ayat di dalam
Kitabullah niscaya aku tidak akan
menuturkannya kepada kalian.
Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ‘Tidaklah seorang
muslim berwudhu dan
membaguskan wudhunya
kemudian mengerjakan sholat
melainkan Allah akan
mengampuni dosa-dosanya sejak
saat itu sampai sholat yang
berikutnya.’.” (HR. Muslim dalam
Kitab at-Thaharah)
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
�م�ؤ�م�ن� – – » ال و�� أ �م� ل �م�س� ال �د� �ع�ب ال
� �و�ض�أ ت �ذ�ا إ
�ظ�ر� ن �ة� خ�ط�يئ Mل� ك و�ج�ه�ه� م�ن� ج� خ�ر� و�ج�ه�ه� ل� ف�غ�س�
�م�اء� – ال ق�ط�ر� آخ�ر� م�ع� و�� أ �م�اء� ال م�ع� �ه� �ي �ن �ع�ي ب �ه�ا �ي �ل إ
�ة�– خ�ط�يئ Mل� ك �ه� �د�ي ي م�ن� ج� خ�ر� �ه� �د�ي ي ل� غ�س� �ذ�ا ف�إ
ق�ط�ر� – آخ�ر� م�ع� و�� أ �م�اء� ال م�ع� �د�اه� ي �ه�ا ت �ط�ش� ب �ان� ك
�ة� – خ�ط�يئ Mل� ك ج�ت� خ�ر� �ه� �ي ل ر�ج� ل� غ�س� �ذ�ا ف�إ �م�اء� ال
ق�ط�ر� – آخ�ر� م�ع� و�� أ �م�اء� ال م�ع� �ه� ر�ج�ال �ه�ا ت م�ش�
�وب� – الذMن م�ن� Tا �ق�ي ن ج� �خ�ر� ي �ى ح�ت �م�اء� .« ال
“Apabila seorang hamba muslim
atau mukmin berwudhu,
kemudian dia membasuh
wajahnya maka akan keluar dari
wajahnya bersama air itu -atau
bersama tetesan air yang
terakhir- segala kesalahan yang
dia lakukan dengan pandangan
kedua matanya. Apabila dia
membasuh kedua tangannya
maka akan keluar dari kedua
tangannya bersama air itu -atau
bersama tetesan air yang
terakhir- segala kesalahan yang
dia lakukan dengan kedua
tangannya. Apabila dia
membasuh kedua kakinya maka
akan keluar bersama air -atau
bersama tetesan air yang
terakhir- segala kesalahan yang
dia lakukan dengan kedua
kakinya, sampai akhirnya dia
akan keluar dalam keadaan
bersih dari dosa-dosa.” (HR.
Muslim dalam Kitab at-Thaharah)
Faidah:
Setelah menerangkan kandungan
hadits di atas, an-Nawawi
rahimahullah mengatakan, “Di
dalam hadits ini terdapat pula
dalil untuk membantah kaum
Rafidhah/Syi’ah dan argumentasi
yang meruntuhkan pendapat
mereka yang menyatakan bahwa
yang wajib adalah cukup
mengusap kedua kaki -tidak
membasuhnya, pent-.” (Syarh
Muslim [3/34]).
Hal itu disebabkan di dalam
hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjanjikan keluarnya
dosa itu dari kaki apabila orang
yang berwudhu itu membasuh
kakinya, maka ini menunjukkan
bahwa mengusapnya -
sebagaimana yang dianut oleh
kaum Rafidhah- tidaklah
mencukupi. Sungguh benar apa
yang dikatakan oleh an-Nawawi -
semoga Allah merahmatinya- dan
alangkah jeleknya ucapan kaum
Rafidhah!
Dari Utsman bin Affan
radhiyallahu’anhu, dia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
�اه� » خ�ط�اي ج�ت� خ�ر� �و�ض�وء� ال ن� ح�س�� ف�أ � �و�ض�أ ت م�ن�
ظ�ف�ار�ه� � أ �ح�ت� ت م�ن� ج� �خ�ر� ت �ى ح�ت د�ه� ج�س� .« م�ن�
“Barang siapa yang berwudhu
dan membaguskan wudhunya,
maka akan keluarlah dosa-dosa
dari badannya, sampai-sampai ia
akan keluar dari bawah kuku-
kukunya.” (HR. Muslim dalam
Kitab at-Thaharah)
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
�ا » �خ�ط�اي ال �ه� ب �ه� الل �م�ح�و ي م�ا ع�ل�ى �م� Mك د�ل� أ � �ال أ
ول� «. س� ر� �ا ي �ل�ى ب �وا ق�ال ج�ات� الد�ر� �ه� ب ف�ع� �ر� و�ي
�ار�ه�. » �م�ك ال ع�ل�ى �و�ض�وء� ال �اغ� ب �س� إ ق�ال� �ه� الل
�ة� الص�ال �ظ�ار� �ت و�ان اج�د� �م�س� ال �ل�ى إ �خ�ط�ا ال ة� �ر� �ث و�ك
�اط� ب الر �م� �ك ف�ذ�ل �ة� الص�ال �ع�د� .« ب
“Maukah kutunjukkan kepada
kalian sesuatu yang dapat
menjadi sebab Allah
menghapuskan dosa-dosa dan
meninggikan derajat.” Mereka -
para sahabat- menjawab, “Tentu
saja mau, wahai Rasulullah.”
Maka beliau menjawab, “Yaitu
menyempurnakan wudhu dalam
kondisi yang tidak
menyenangkan, memperbanyak
langkah menuju masjid, dan
menunggu sholat berikutnya
sesudah mengerjakan sholat,
maka itulah ribath.” (HR. Muslim
dalam Kitab at-Thaharah)
an-Nawawi rahimahullah
mengatakan, “Yang dimaksud
isbaghul wudhu’ adalah
menyempurnakannya. Adapun
yang dimaksud kondisi yang tidak
menyenangkan adalah dingin
yang sangat menusuk, luka yang
ada di badan, dan lain
sebagainya.” (Syarh Muslim
[3/41] cet. Dar Ibn al-Haitsam).
Berniat
Dari Umar bin al-Khatthab
radhiyallahu’anhu, dia berkata:
« - وسلم - عليه الله صلى �ه� الل س�ول� ر� ق�ال�
ف�م�ن� �و�ى ن م�ا �م�ر�ئ� ال �م�ا �ن و�إ �ة� �الن ي ب ع�م�ال�� األ �م�ا �ن إ
�ل�ى إ �ه� ت ف�ه�ج�ر� �ه� ول س� و�ر� �ه� الل �ل�ى إ �ه� ت ه�ج�ر� �ت� �ان ك
�ه�ا �ص�يب ي �ا �ي �د�ن ل �ه� ت ه�ج�ر� �ت� �ان ك و�م�ن� �ه� ول س� و�ر� �ه� الل
�ه� �ي �ل إ ه�اج�ر� م�ا �ل�ى إ �ه� ت ف�ه�ج�ر� و�ج�ه�ا �ز� �ت ي ة�� أ ام�ر� و�
� أ
».
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Sesungguhnya
setiap amal dinilai berdasarkan
niatnya. Dan setiap orang akan
mendapatkan balasan sesuai
dengan apa yang dia niatkan.
Barang siapa yang hijrahnya
karena Allah dan rasul-Nya maka
hijrahnya itu akan diterima oleh
Allah dan rasul-Nya. Dan barang
siapa yang hijrahnya karena
perkara dunia yang ingin dia
peroleh atau karena wanita yang
ingin dinikahinya, maka hijrahnya
hanya akan mendapat balasan
sebagaimana yang diniatkannya.”
(HR. Muslim dalam Kitab al-
Imarah, diriwayatkan juga oleh
Bukhari)
Membaca bismilah sebelum
wudhu
Dari Rabah bin Abdurrahman bin
Abu Sufyan bin Huwaithib dari
neneknya dari bapaknya, dia
(bapaknya, yaitu Sa’id bin Zaid,
pent) berkata :
�م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� م�ع�ت� س�
�ه� �ي ع�ل �ه� الل م� اس� �ر� �ذ�ك ي �م� ل �م�ن� ل و�ض�وء� ال� �ق�ول� ي
Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Tidak ada wudhu bagi
orang yang tidak menyebut nama
Allah padanya.” (HR. Tirmidzi,
dihasankan oleh al-Albani dalam
Shahih wa Dha’if Sunan Tirmidzi
[1/25] namun dilemahkan oleh
Ibnul Jauzi dalam al-’Ilal al-
Mutanahiyah [1/337] as-
Syamilah).
Imam Tirmidzi rahimahullah
mengatakan, “Ahmad bin Hanbal
mengatakan, ‘Aku tidak
mengetahui di dalam bab ini satu
hadits pun yang sanadnya bagus’.
Ishaq mengatakan, ‘Apabila ada
yang meninggalkan tasmiyah -
ucapan bismillah- secara sengaja
maka dia harus mengulangi
wudhu, namun apabila dia lupa
atau menta’wil maka dinilai sah
wudhunya itu.’ Muhammad bin
Isma’il -Imam Bukhari-
mengatakan, ‘Riwayat yang
paling bagus di dalam bab ini
adalah hadits Rabah bin
Abdurrahman -yaitu hadits di
atas-.’.” (Sunan Tirmidzi [1/37]
as-Syamilah)
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, dia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
�م� ل �م�ن� ل و�ض�وء� � و�ال �ه� ل و�ض�وء� � ال �م�ن� ل �ة� �ص�ال ال
�ه� �ي ع�ل �ع�ال�ى ت �ه� الل م� اس� �ر� �ذ�ك ي
“Tidak ada sholat bagi orang
yang tidak berwudhu. Dan tidak
ada wudhu bagi orang yang tidak
menyebut nama Allah ta’ala
atasnya.” (HR. Abu Dawud,
disahihkan al-Albani dalam
Shahih wa Dha’if Sunan Abu
Dawud [1/179] as-Syamilah)
Syaikh al-Albani rahimahullah
mengomentari hadits riwayat Abu
Dawud di atas, “Saya katakan,
‘Ini adalah hadits yang sahih’.
Pendapat ini dikuatkan oleh al-
Mundziri dan al-Hafizh
al-’Asqalani. Hadits ini dinilai
hasan oleh Ibnu as-Shalah -dalam
Nata’ij al-Afkar-. al-Hafizh Ibnu
Katsir mengatakan, ‘Ini adalah
hadits hasan atau sahih.’ Ibnu Abi
syaibah mengatakan, ‘Ini hadits
yang sah’.” (Shahih Abu Dawud
[1/168-169] as-Syamilah)
Dari Katsir bin Zaid. Dia berkata:
Rubaih bin Abdurrahman bin Abu
Sa’id al-Khudri menuturkan
kepadaku dari bapaknya dari
kakeknya Abu Sa’id al-Khudri
radhiyallahu’anhu, dia
berkata:Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
�ه� �ي ع�ل الله� م� اس� �ر� �ذ�ك ي �م� ل �م�ن� ل و�ض�وء� � ال
“Tidak ada wudhu bagi orang
yang tidak menyebut nama Allah
atasnya.” (HR. Ibnu Abi Syaibah
dalam Mushannafnya,
diriwayatkan pula oleh Ibnu
Majah dan dinilai hasan oleh al-
Albani dalam Shahih Ibnu Majah
[1/68], hadits ini dilemahkan oleh
Ibnul Jauzi dalam al-’Ilal al-
Mutanahiyah[1/337] as-Syamilah)
Setelah memaparkan jalur-jalur
hadits dalam bab ini, akhirnya al-
Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah
berkesimpulan, “Yang tampak -
dari hasil penelitian ini- adalah
bahwasanya hadits-hadits
tersebut sebagai satu kesatuan
memunculkan kekuatan -
periwayatan- sehingga
menunjukkan bahwasanya hadits
ini memang memiliki asal-usul
yang jelas.” (Talkhish al-Habir
[1/257], hal ini pun disetujui oleh
al-Albani sebagaimana dalam
Shahih Abu Dawud [1/171] as-
Syamilah)
Mendahulukan bagian yang
kanan
Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha,
beliau berkata,
�ه� ب �ع�ج� ي �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى Mي� �ب الن �ان� ك
�ه� �ن أ ش� و�ف�ي و�ط�ه�ور�ه� �ه� ل Mج �ر� و�ت �ه� �عMل �ن ت ف�ي �مMن� �ي الت
�ل ه� ك
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam biasanya sangat menyukai
mendahulukan yang kanan dalam
hal mengenakan sandal, bersisir,
bersuci, dan dalam segala macam
urusan beliau.” (HR. Bukhari
dalam Kitab al-Wudhu’)
Membasuh kedua telapak
tangan tiga kali
Dari Ibnu Syihab yang
mengatakan bahwa Atha’ bin
Yazid al-Laitsi mengabarkan
kepadanya
�ن� ب �م�ان� ع�ث ن�� أ ه� �ر� ب خ�
� أ �م�ان� ع�ث م�و�ل�ى ان� ح�م�ر� ن�� أ
� �و�ض�أ ف�ت �و�ض�وء� ب د�ع�ا �ه� ع�ن �ه� الل ض�ي� ر� ع�ف�ان�
�ر� �ث �ن ت و�اس� م�ض�م�ض� �م� ث ات� م�ر� ث� �ال� ث �ه� �ف�ي ك ل� ف�غ�س�
�د�ه� ي ل� غ�س� �م� ث ات� م�ر� ث� �ال� ث و�ج�ه�ه� ل� غ�س� �م� ث
�د�ه� ي ل� غ�س� �م� ث ات� م�ر� ث� �ال� ث ف�ق� �م�ر� ال �ل�ى إ �ى �م�ن �ي ال
ل� غ�س� �م� ث ه� س�� أ ر� ح� م�س� �م� ث �ك� ذ�ل �ل� م�ث ى ر� �س� �ي ال
�م� ث ات� م�ر� ث� �ال� ث �ن� �ي �ع�ب �ك ال �ل�ى إ �ى �م�ن �ي ال �ه� ل ر�ج�
ول� س� ر� �ت� ي� أ ر� ق�ال� �م� ث �ك� ذ�ل �ل� م�ث ى ر� �س� �ي ال ل� غ�س�
و�ض�وئ�ي �ح�و� ن� �و�ض�أ ت �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل
�م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� ق�ال� �م� ث ه�ذ�ا
�ع� ك ف�ر� ق�ام� �م� ث ه�ذ�ا �ي و�ض�وئ �ح�و� ن� �و�ض�أ ت م�ن�
�ق�د�م� ت م�ا �ه� ل غ�ف�ر� ه� �ف�س� ن ف�يه�م�ا �ح�د ث� ي ال� �ن� �ي �ع�ت ك ر�
�ا �م�اؤ�ن ع�ل �ان� و�ك ه�اب� ش� �ن� اب ق�ال� �ه� �ب ذ�ن م�ن�
د$ �ح� أ �ه� ب� �و�ض�أ �ت ي م�ا �غ� ب س�
� أ �و�ض�وء� ال ه�ذ�ا �ون� �ق�ول ي
ة �لص�ال� ل
Humran bekas budak Utsman
memberitakan kepadanya bahwa
Utsman bin Affan
radhiyallahu’anhu meminta
diambilkan air wudhu kemudian
dia berwudhu dengan membasuh
kedua telapan tangannya
sebanyak tiga kali. Kemudian dia
berkumur-kumur dan ber-
istintsar (mengeluarkan air yang
dihirup ke hidung, pent).
Kemudian dia membasuh
wajahnya tiga kali. Kemudian dia
membasuh tangan kanannya
hingga siku sebanyak tiga kali.
Kemudian dia membasuh tangan
kiri seperti itu pula. Kemudian
dia mengusap kepalanya.
Kemudian dia membasuh kaki
kanannya hingga mata kaki
sebanyak tiga kali. Kemudian dia
membasuh kaki kiri seperti itu
pula. Kemudian Utsman berkata:
Aku melihat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu
berwudhu seperti yang kulakukan
tadi. Kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barang siapa yang
berwudhu seperti caraku
berwudhu ini kemudian bangkit
dan melakukan sholat dua raka’at
dalam keadaan pikirannya tidak
melayang-layang dalam urusan
dunia niscaya dosa-dosanya yang
telah berlalu akan diampuni.”
Ibnu Syihab mengatakan, “Para
ulama kita dahulu mengatakan
bahwa tata cara wudhu seperti
ini merupakan tata cara wudhu
paling sempurna yang hendaknya
dilakukan oleh setiap orang.”
(HR. Muslim dalam Kitab at-
Thaharah, diriwayatkan pula oleh
Bukhari dalam Kitab al-Wudhu’
dengan redaksi yang agak
berbeda)
Berkumur-kumur dan
istinsyaq tiga kali
Dari Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim
al-Anshari, sedangkan beliau
adalah tergolong sahabat Nabi.
Dia -Yahya- berkata:
�ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� و�ض�وء� �ا �ن ل� �و�ض�أ ت �ه� ل ق�يل�
�ه� �د�ي ي ع�ل�ى �ه�ا م�ن� �ف�أ �ك ف�أ �اء� �ن �إ ب ف�د�ع�ا �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل
ج�ه�ا �خ�ر� ت ف�اس� �د�ه� ي د�خ�ل�� أ �م� ث (ا ث �ال� ث �ه�م�ا ل ف�غ�س�
ف�ف�ع�ل� و�اح�د�ة� kف� ك م�ن� ق� �ش� �ن ت و�اس� ف�م�ض�م�ض�
ل� ف�غ�س� ج�ه�ا �خ�ر� ت ف�اس� �د�ه� ي د�خ�ل�� أ �م� ث (ا ث �ال� ث �ك� ذ�ل
ل� ف�غ�س� ج�ه�ا �خ�ر� ت ف�اس� �د�ه� ي د�خ�ل�� أ �م� ث (ا ث �ال� ث و�ج�ه�ه�
�د�خ�ل� أ �م� ث �ن� �ي ت م�ر� �ن� �ي ت م�ر� �ن� ف�ق�ي �م�ر� ال �ل�ى إ �ه� �د�ي ي
�ه� �د�ي �ي ب �ل� ق�ب� ف�أ ه� �س� أ �ر� ب ح� ف�م�س� ج�ه�ا �خ�ر� ت ف�اس� �د�ه� ي
ق�ال� �م� ث �ن� �ي �ع�ب �ك ال �ل�ى إ �ه� �ي ل ر�ج� ل� غ�س� �م� ث �ر� د�ب� و�أ
�ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� و�ض�وء� �ان� ك �ذ�ا ه�ك
�م� ل و�س�
Ada yang berkata kepada
Abdullah bin Zaid, “Lakukanlah
wudhu untuk kami sebagaimana
tata cara wudhu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Maka dia meminta dibawakan
sebuah bejana -berisi air-
kemudian dia mengambil air itu
dengan telapak tangannya dan
membasuh keduanya dengan air
tersebut, hal itu dilakukannya
sebanyak tiga kali. Kemudian dia
masukkan tangannya untuk
mengambil air kemudian
dikeluarkannya untuk dipakai
berkumur-kumur dan ber-
istinsyaq/menghirup air ke
hidung dari cidukan satu telapak
tangan, dia melakukannya
sebanyak tiga kali. Kemudian dia
masukkan tangannya ke dalam
air dan mengeluarkannya untuk
membasuh wajahnya, dia
melakukan itu sebanyak tiga kali.
Kemudian dia masukkan
tangannya ke dalam air dan
mengeluarkannya untuk
membasuh kedua tangannya
hingga dua siku, hal itu
dilakukannya sebanyak dua kali-
dua kali (kanan dan kiri, pent).
Kemudian dia masukkan
tangannya ke dalam air dan
dikeluarkannya untuk mengusap
kepala dari arah depan ke
belakang lalu kembali ke bagian
depan lagi. Kemudian dia
membasuh kedua kakinya hingga
dua mata kaki. Kemudian dia
mengatakan, “Demikianlah cara
berwudhu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.” (HR. Muslim
dalam Kitab at-Thaharah,
diriwayatkan pula oleh Bukhari
dalam Kitab al-Wudhu’)
Dari Humran bekas budak
Utsman,
�ه� �ف�ي ك ع�ل�ى غ� ف�ر�� ف�أ �اء� �ن �إ ب د�ع�ا �م�ان� ع�ث ى
� أ ر� �ه� ن� أ
�اء� �ن اإل ف�ى �ه� �م�ين ي د�خ�ل�� أ �م� ث �ه�م�ا ل ف�غ�س� ار� م�ر� �ث� �ال ث
�ث� �ال ث و�ج�ه�ه� ل� غ�س� �م� ث �ر� �ث �ن ت و�اس� ف�م�ض�م�ض�
�م� ث ات� م�ر� �ث� �ال ث �ن� ف�ق�ي �م�ر� ال �ل�ى إ �ه� �د�ي و�ي ات� م�ر�
�م� ث ات� م�ر� �ث� �ال ث �ه� �ي ل ر�ج� ل� غ�س� �م� ث ه� س�� أ �ر� ب ح� م�س�
- وسلم - عليه الله صلى �ه� الل س�ول� ر� ق�ال� ق�ال�
�ن�» �ي �ع�ت ك ر� ص�ل�ى �م� ث ه�ذ�ا �ى و�ض�وئ �ح�و� ن� �و�ض�أ ت م�ن�
م�ن� �ق�د�م� ت م�ا �ه� ل غ�ف�ر� ه� �ف�س� ن ف�يه�م�ا �ح�د ث� ي � ال
�ه� �ب .« ذ�ن
Dulu dia pernah melihat Utsman
radhiyallahu’anhu meminta
diambilkan bejana lalu dia
menyiramkan air di atas kedua
telapak tangannya sebanyak tiga
kali dan membasuh keduanya.
Kemudian dia masukkan tangan
kanannya di dalam bejana lalu
berkumur-kumur dan
beristintsar. Kemudian dia
membasuh wajahnya tiga kali dan
kedua tangannya hingga siku tiga
kali. Kemudian dia mengusap
kepalanya. Kemudian dia
membasuh kedua kakinya
sebanyak tiga kali. Kemudian dia
berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang berwudhu
seperti wudhuku ini kemudian dia
melakukan sholat dua raka’at dan
pikirannya tidak melayang-layang
dalam urusan dunia, maka dosa-
dosanya yang telah berlalu akan
diampuni.” (HR. Muslim dalam
Kitab at-Thaharah, demikian juga
Bukhari dalam Kitab al-Wudhu’)
Dari Hammam bin Munabbih, dia
berkata:
ول� س� ر� م�ح�م�د� ع�ن� ة� �ر� ي ه�ر� �و ب� أ �ا �ن ح�د�ث م�ا ه�ذ�ا
- �ح�اد�يث� - أ �ر� ف�ذ�ك وسلم عليه الله صلى �ه� الل
عليه - الله صلى �ه� الل س�ول� ر� و�ق�ال� �ه�ا م�ن
ق�- » �ش� �ن ت �س� �ي ف�ل �م� ح�د�ك� أ � �و�ض�أ ت �ذ�ا إ وسلم
�ر� �ث �ت �ن �ي ل �م� ث �م�اء� ال م�ن� �ه� ي �خ�ر� �م�ن .« ب
Ini adalah hadits yang
disampaikan oleh Abu Hurairah
radhiyallahu’anhukepada kami
dari Muhammad utusan Allah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu
dia menyebutkan beberapa
hadits, di antaranya adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallambersabda, “Apabila salah
seorang dari kalian berwudhu
maka hiruplah air dengan kedua
lubang hidungnya kemudian
keluarkanlah.”(HR. Muslim dalam
Kitab at-Thaharah)
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa
sallambersabda,
�م� ث م�اء( �ف�ه� ن� أ ف�ى �ج�ع�ل� �ي ف�ل �م� ح�د�ك
� أ � �و�ض�أ ت �ذ�ا إ
�ر� �ث �ن �ي ل
“Apabila salah seorang di antara
kalian berwudhu maka
masukkanlah air ke dalam
hidungnya kemudian
keluarkanlah.” (HR. Abu Dawud
[1/53] disahihkan al-Albani dalam
Shahih wa Dha’if Sunan Abu
Dawud [1/218] as-Syamilah)
Berwudhu dengan sekali
basuhan
Dari Ibnu Abbas
radhiyallahu’anhuma, dia
berkata,
ة( م�ر� ة( م�ر� �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى Mي� �ب الن� �و�ض�أ ت
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah berwudhu sekali-
sekali -untuk tiap anggota badan
yang dibersihkan- .” (HR. Bukhari
dalam Kitab al-Wudhu’)
Berwudhu dengan dua kali
basuhan
Dari Abdullah bin Zaid
radhiyallahu’anhu
�ن� �ي ت م�ر�� �و�ض�أ ت �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ي� �ب الن ن�
� أ
�ن� �ي ت م�ر�
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berwudhu dua kali-dua kali (HR.
Bukhari dalam Kitab al-Wudhu’).
Tidak boleh lebih dari tiga
kali
Dari Amr bin Syu’aib dari
bapaknya dari kakeknya,
- وسلم - عليه الله صلى �ى� �ب الن �ى ت� أ ) ج�ال ر� ن�
� أ
�م�اء� ب ف�د�ع�ا الطMه�ور� �ف� �ي ك �ه� الل س�ول� ر� �ا ي ف�ق�ال�
(ا �ث �ال ث و�ج�ه�ه� ل� غ�س� �م� ث (ا �ث �ال ث �ه� �ف�ي ك ف�غ�س�ل� �اء� �ن إ ف�ى
د�خ�ل� � ف�أ ه� �س� أ �ر� ب ح� م�س� �م� ث (ا �ث �ال ث �ه� اع�ي ذ�ر� ل� غ�س� �م� ث
�ه� �ه�ام�ي �ب �إ ب ح� و�م�س� �ه� �ي ذ�ن� أ ف�ى �ن� �ي ت �اح� ب الس� �ه� �ع�ي �ص�ب إ
�م� ث �ه� �ي ذ�ن� أ �اط�ن� ب �ن� �ي ت �اح� ب �الس� و�ب �ه� �ي ذ�ن
� أ ظ�اه�ر� ع�ل�ى
�و�ض�وء� » ال �ذ�ا ه�ك ق�ال� �م� ث (ا �ث �ال ث (ا �ث �ال ث �ه� �ي ل ر�ج� ل� غ�س�
�م� و�ظ�ل اء� س�� أ ف�ق�د� �ق�ص� ن و�
� أ ه�ذ�ا ع�ل�ى اد� ز� ف�م�ن�
اء�«. » س�� و�أ �م� ظ�ل و�
� أ ».
Bahwa ada seorang lelaki yang
datang kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam lalu berkata,
“Wahai Rasulullah,
bagaimanakah cara bersuci?”.
Maka beliau pun meminta
dibawakan air di dalam ember
lalu beliau membasuh kedua
telapak tangannya sebanyak tiga
kali. Kemudian beliau membasuh
wajahnya sebanyak tiga kali.
Kemudian beliau membasuh
kedua lengannya sebanyak tiga
kali. Kemudian beliau mengusap
kepalanya lalu memasukkan dua
jari telunjuknya ke dalam
telinganya dan mengusap bagian
luar daun telinga dengan kedua
ibu jarinya, sedangkan kedua ibu
jarinya digunakan untuk
mengusap bagian dalam
telinganya. Kemudian beliau
membasuh kedua kakinya
sebanyak tiga kali-tiga kali.
Kemudian beliau berkata,
“Demikianlah tata cara
berwudhu. Barang siapa yang
menambah atasnya atau
mengurangi, sungguh dia telah
berbuat jelek atau melakukan
kezaliman.” atau “Berbuat
kezaliman atau melakukan
kejelekan.” (HR. Abu Dawud
[1/51] disahihkan an-Nawawi
dalam Syarh Muslim [3/30] dan
dinyatakan hasan sahih oleh al-
Albani namun tanpa kata-kata
‘atau mengurangi’ sebab ini
adalah lafazh yang
syadz/menyimpang dalam Shahih
wa Dha’if Sunan Abu Dawud
[1/213] as-Syamilah. Lihat juga
keterangan Ibnu Hajar yang
mengisyaratkan hal ini di dalam
Fath al-Bari [1/283])
Imam Bukhari rahimahullah
mengatakan, “Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam telah
menerangkan bahwa wajib
wudhu dengan sekali
basuhan/usapan untuk tiap
anggota badan yang
dibersihkan.Selain itu beliau juga
berwudhu dua kali-dua kali, dan
tiga kali-tiga kali. Namun, beliau
tidak pernah lebih dari tiga kali.
Para ulama tidak menyenangi
perbuatan israf/berlebihan dalam
hal itu dan melampaui perbuatan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam.” (Sahih Bukhari,
sebagaimana yang dicetak
bersama Fath al-Bari [1/281])
Boleh berbeda bilangan ketika
membasuh
Dari Amr dari bapaknya, dia
berkata:
�ه� الل �د� ع�ب ل�� أ س� ح�س�ن� �ي ب
� أ �ن� ب و ع�م�ر� ه�د�ت� ش�
�ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ي �ب الن و�ض�وء� ع�ن� �د� ي ز� �ن� ب
و�ض�وء� �ه�م� ل� �و�ض�أ ف�ت م�اء� م�ن� �و�ر� �ت ب ف�د�ع�ا �م� ل و�س�
�د�ه� ي ع�ل�ى� �ف�أ �ك ف�أ �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ي �ب الن
ف�ي �د�ه� ي د�خ�ل�� أ �م� ث (ا ث �ال� ث �ه� �د�ي ي ل� ف�غ�س� �و�ر� الت م�ن�
ث� �ال� ث �ر� �ث �ن ت و�اس� ق� �ش� �ن ت و�اس� ف�م�ض�م�ض� �و�ر� الت
�م� ث (ا ث �ال� ث و�ج�ه�ه� ل� ف�غ�س� �د�ه� ي د�خ�ل�� أ �م� ث ف�ات� غ�ر�
�د�خ�ل� أ �م� ث �ن� ف�ق�ي �م�ر� ال �ل�ى إ �ن� �ي ت م�ر� �ه� �د�ي ي ل� غ�س�
ة( م�ر� �ر� د�ب� و�أ �ه�م�ا ب �ل� ق�ب
� ف�أ ه� س�� أ ر� ح� ف�م�س� �د�ه� ي
�ن� �ي �ع�ب �ك ال �ل�ى إ �ه� �ي ل ر�ج� ل� غ�س� �م� ث و�اح�د�ة(
Aku melihat Amr bin bin Abi
Hasan bertanya kepada Abdullah
bin Zaid radhiyallahu’anhu
mengenai tata cara wudhu Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka dia pun meminta
dibawakan sebuah ember yang
berisi air. Kemudian dia
berwudhu untuk mereka
sebagaimana cara wudhu Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia
mengambil air dengan tangan
kemudian dituangkan di atas
telapak tangannya dan
membasuh kedua telapak tangan
itu, sebanyak tiga kali. Kemudian
dia memasukkan tangannya ke
dalam ember lalu berkumur-
kumur, beristinsyaq dan
beristintsar dengan tiga kali
cidukan telapak tangan.
Kemudian dia masukkan
tangannya ke dalam ember lalu
membasuh wajahnya, sebanyak
tiga kali. Kemudian dia
membasuh kedua tangannya
sebanyak dua kali hingga dua
siku. Kemudian dia masukkan
tangan ke dalam ember lalu
mengusap kepalanya dari depan
ke belakang terus ke depan lagi
hanya sekali. Kemudian dia
membasuh kedua kakinya hingga
kedua mata kaki. (HR. Bukhari
dalam Kitab al-Wudhu’, demikian
juga Muslim dalam Kitab at-
Thaharah)
Hadits ini menunjukkan bahwa
boleh membedakan bilangan
ketika membasuh. Sebagaimana
yang dilakukan Abdullah bin Zaid
radhiyallahu’anhu. Beliau
membasuh telapak tangan dan
wajah tiga kali, sedangkan
tangan hanya dua kali. Adapun
kepala hanya sekali. an-Nawawi
rahimahullah berkata,
“Perbuatan ini boleh dilakukan,
dan wudhu dengan tata cara
seperti ini dinilai sah tanpa ada
keraguan padanya. Namun yang
disunnahkan adalah
membersihkan anggota wudhu
tiga kali-tiga kali, sebagaimana
sudah kami terangkan.” (Syarh
Muslim [3/25])
Wajib meratakan basuhan ke
semua bagian yang harus
dibersihkan
Dari Abu Zubair dari Jabir. Dia
berkata:
� �و�ض�أ ت ) ج�ال ر� ن�� أ �خ�ط�اب� ال �ن� ب ع�م�ر� �ى ن �ر� ب خ�
� أ
Mى� �ب الن ه� �ص�ر� ب� ف�أ ق�د�م�ه� ع�ل�ى ظ�ف�ر� م�و�ض�ع� ك� �ر� ف�ت
« - ع�- ج� ار� ف�ق�ال� وسلم عليه الله صلى
ص�ل�ى «. �م� ث ج�ع� ف�ر� و�ض�وء�ك� ح�س�ن�� .ف�أ
Umar bin al-Khatthab
radhiyallahu’anhu mengabarkan
kepadaku bahwa ada seorang
lelaki yang berwudhu dan
meninggalkan bagian yang tidak
dibasuh di atas kakinya seukuran
kuku, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam melihatnya. Maka
beliau bersabda, “Kembalilah,
perbaikilah wudhumu.” Lalu dia
pun kembali dan kemudian
mengerjakan sholat (HR. Muslim
dalam Kitab at-Thaharah)
an-Nawawi rahimahullah
mengatakan, “Di dalam hadits ini
terkandung pelajaran bahwa
barang siapa yang meninggalkan
sebagian kecil dari bagian yang
seharusnya dibersihkan maka
bersuci/thaharahnya dinilai tidak
sah, ini merupakan perkara yang
sudah disepakati.” Beliau juga
mengatakan, “Hadits ini
menunjukkan bahwa barang
siapa yang meninggalkan
anggota badan yang harus
dibersihkan dalam keadaan tidak
mengetahuinya maka
thaharahnya tidak sah.” (Syarh
Muslim [3/33] cet Dar Ibn al-
Haitsam)
Membasuh wajah dengan
kedua telapak tangan tiga kali
Dari Atha’ bin Yasar dari Ibnu
Abbas radhiyallahu’anhuma,
م�اء� م�ن� ف�ة( غ�ر� خ�ذ�� أ و�ج�ه�ه� ل� ف�غ�س�
� �و�ض�أ ت �ه� ن� أ
م�ن� ف�ة( غ�ر� خ�ذ�� أ �م� ث ق� �ش� �ن ت و�اس� �ه�ا ب ف�م�ض�م�ض�
خ�ر�ى � األ� �د�ه� ي �ل�ى إ ض�اف�ه�ا
� أ �ذ�ا ه�ك �ه�ا ب ف�ج�ع�ل� م�اء�
م�اء� م�ن� ف�ة( غ�ر� خ�ذ�� أ �م� ث و�ج�ه�ه� �ه�م�ا ب ل� ف�غ�س�
م�اء� م�ن� ف�ة( غ�ر� خ�ذ�� أ �م� ث �ى �م�ن �ي ال �د�ه� ي �ه�ا ب ل� ف�غ�س�
�م� ث ه� س�� أ �ر� ب ح� م�س� �م� ث ى ر� �س� �ي ال �د�ه� ي �ه�ا ب ل� ف�غ�س�
�م�ن�ى �ي ال �ه� ل ر�ج� ع�ل�ى ف�ر�ش� م�اء� م�ن� ف�ة( غ�ر� خ�ذ�� أ
�ه�ا ب ل� ف�غ�س� ى خ�ر�� أ ف�ة( غ�ر� خ�ذ�
� أ �م� ث �ه�ا ل غ�س� �ى ح�ت
�ت� ي� أ ر� �ذ�ا ه�ك ق�ال� �م� ث ى ر� �س� �ي ال �ي �ع�ن ي �ه� ل ر�ج�
� �و�ض�أ �ت ي �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر�
Suatu saat dia berwudhu dan
sedang membasuh wajahnya. Dia
mengambil seciduk air dengan
telapak tangan lalu dia berkumur-
kumur dengannya dan ber-
istinsyaq. Kemudian dia
mengambil seciduk air dengan
satu telapak tangannya dan
dituangkannya di atas telapak
tangan yang satunya, kemudian
dengan kedua belah telapak
tangan itu dia membasuh
wajahnya. Kemudian dia
mengambil seciduk air untuk
membasuh tangan kanannya, lalu
mengambil seciduk air lagi untuk
membasuh tangan kirinya.
Kemudian dia mengusap
kepalanya. Kemudian dia
mengambil seciduk air dengan
telapak tangannya lalu
disiramkannya sedikit demi
sedikit di kaki kanannya hingga
terbasuh dengan sempurna.
Kemudian dia mengambil seciduk
lagi untuk membasuh kakinya,
yaitu yang sebelah kiri. Kemudian
dia -Ibnu Abbas- mengatakan,
“Demikian itulah aku melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengerjakan wudhu.”
(HR. Bukhari dalam Kitab al-
Wudhu’)
Menyela-nyelai jenggot
Dari Anas bin Malik
radhiyallahu’anhu
�ذ�ا إ �ان� ك �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� ن�� أ
�ه� �ك ن ح� �ح�ت� ت �ه� ل د�خ�� ف�أ م�اء� م�ن� �فTا ك خ�ذ�
� أ � �و�ض�أ ت
ع�ز� ب ي ر� �ي ن م�ر�� أ �ذ�ا ه�ك و�ق�ال� �ه� �ت ي �ح� ل �ه� ب �ل� ف�خ�ل
و�ج�ل�
Bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dulu apabila
berwudhu maka beliau
mengambil air dengan telapak
tangannya kemudian dia
masukkan ke bawah dagunya dan
menyela-nyelai jenggotnya
dengan air tersebut. Lantas
beliau mengatakan, “Demikianlah
yang diperintahkan oleh Rabbku
‘azza wa jalla.” (HR. Abu Dawud,
disahihkan al-Albani dalam
Shahih wa Dha’if Sunan Abu
Dawud [1/223] as-Syamilah)
Dari Utsman bin Affan
radhiyallahu’anhu,
ل ل� �خ� ي �ان� ك �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ي� �ب الن ن�� أ
�ه� �ت ي �ح� ل
Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dahulu biasa menyela-
nyelai jenggotnya (HR. Tirmidzi
dan beliau mengatakan hadits ini
hasan sahih, disahihkan al-Albani
dalam Shahih wa Dha’if Sunan
Tirmidzi [1/31]. Imam Tirmidzi
mengatakan, “Muhammad bin
Isma’il -yaitu Imam Bukhari-
mengatakan bahwa riwayat
paling sahih dalam bab ini adalah
hadits yang dibawakan oleh ‘Amir
bin Syaqiq dari Abu Wa’il dari
Utsman bin Affan -yaitu hadits di
atas-.” (Sunan Tirmidzi [1/53] as-
Syamilah)
Membasuh tangan hingga siku,
kanan tiga kali lalu kiri tiga kali
Habban bin Wasi’ menuturkan
bahwa bapaknya menceritakan
kepadanya
�ي� �م�از�ن ال � ع�اص�م �ن� ب �د� ي ز� �ن� ب �ه� الل �د� ع�ب م�ع� س� �ه� ن� أ
�ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� ى� أ ر� �ه� ن
� أ �ر� �ذ�ك ي
ل� غ�س� �م� ث �ر� �ث �ن ت اس� �م� ث ف�م�ض�م�ض�� �و�ض�أ ت �م� ل و�س�
(ا ث �ال� ث ى خ�ر�� و�األ� (ا ث �ال� ث �ى �م�ن �ي ال �د�ه� و�ي (ا ث �ال� ث و�ج�ه�ه�
ل� و�غ�س� �د�ه� ي ف�ض�ل� �ر� غ�ي �م�اء� ب ه� س�� أ �ر� ب ح� و�م�س�
�ن� اب �ا �ن ح�د�ث الط�اه�ر� �و ب� أ ق�ال� �ق�اه�م�ا ن
� أ �ى ح�ت �ه� �ي ل ر�ج�
�ح�ار�ث� ال �ن� ب ع�م�ر�و ع�ن� و�ه�ب�
Suatu ketika dia mendengar
Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim al-
Mazini radhiyallahu’anhu teringat
bahwa dahulu dia melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berwudhu. Ketika itu,
beliau berkumur-kumur
kemudian beristintsar
(mengeluarkan air dari hidung).
Kemudian beliau membasuh
wajahnya sebanyak tiga kali. Lalu
membasuh tangan kanannya tiga
kali demikian juga yang sebelah
kiri tiga kali. Lalu beliau
mengusap kepalanya dengan air
yang bukan sisa air yang dipakai
untuk membasuh tangannya tadi.
Dan kemudian beliau membasuh
kedua kakinya hingga rata dan
bersih. Abu Thahir mengatakan:
Ibnu Wahb menuturkan kepada
kami dari Amr bin al-Harits (HR.
Muslim dalam Kitab at-Thaharah)
Mengusap seluruh rambut
kepala cukup sekali
Dari Abdurrahman bin Abi Laila,
dia berkata:
و�ج�ه�ه� ل� ف�غ�س�� �و�ض�أ ت �ه� ع�ن �ه� الل ض�ي� ر� Tا �ي ع�ل �ت� ي
� أ ر�
و�اح�د�ة( ه� س�� أ �ر� ب ح� و�م�س� (ا ث �ال� ث �ه� اع�ي ذ�ر� ل� و�غ�س� (ا ث �ال� ث
�ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر�� �و�ض�أ ت �ذ�ا ه�ك ق�ال� �م� ث
�م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل
Aku melihat Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu’anhu melakukan
wudhu, maka dia membasuh
wajahnya tiga kali, membasuh
kedua lengannya tiga kali, dan
mengusap rambut kepalanya
sekali saja. Kemudian Ali berkata,
“Demikianlah cara berwudhu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.” (HR. Abu Dawud,
disahihkan al-Albani dalam
Shahih wa Dha’if Sunan Abi
Dawud [1/193] as-Syamilah)
Imam Tirmidzi rahimahullah
mengatakan, “Banyak riwayat
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang menunjukkan bahwa
beliau mengusap rambut
kepalanya hanya sekali. Dan hal
inilah yang diamalkan oleh
mayoritas ahli ilmu dari kalangan
para sahabat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para ulama
setelah mereka. Inilah yang
dipegang oleh Ja’far bin
Muhammad, Sufyan ats-Tsauri,
Ibnul Mubarak, as-Syafi’i, Ahmad,
dan Ishaq. Mereka berpendapat
bahwa mengusap kepala cukup
sekali saja.” (Sunan at-Tirmidzi
[1/49] as-Syamilah)
Boleh mengusap tiga kali
Dari Humran, dia berkata:
�م� و�ل �ح�و�ه� ن �ر� ف�ذ�ك� �و�ض�أ ت ع�ف�ان� �ن� ب �م�ان� ع�ث �ت� ي
� أ ر�
ف�يه� و�ق�ال� اق� �ش� �ن ت س� و�اال� �م�ض�م�ض�ة� ال �ر� �ذ�ك ي
�م� ث (ا ث �ال� ث �ه� �ي ل ر�ج� ل� غ�س� �م� ث (ا ث �ال� ث ه� س�� أ ر� ح� و�م�س�
�م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� �ت� ي� أ ر� ق�ال�
�م� و�ل �ف�اه� ك ه�ذ�ا د�ون�� �و�ض�أ ت م�ن� و�ق�ال� �ذ�ا ه�ك
� �و�ض�أ ت
ة� الص�ال� م�ر�� أ �ر� �ذ�ك ي
Aku melihat Utsman bin Affan
radhiyallahu’anhu berwudhu.
Kemudian dia menceritakan
sebagaimana hadits sebelum ini,
namun di dalamnya dia tidak
menceritakan berkumur-kumur
dan istinsyaq. Dan di dalam
riwayat itu disebutkan bahwa
Humran mengatakan: Dia -
Utsman- mengusap rambut
kepalanya sebanyak tiga kali.
Kemudian dia membasuh kedua
kakinya tiga kali. Lalu Utsman
mengatakan, “Aku melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berwudhu demikian. Dan
beliau bersabda, ‘Barang siapa
yang berwudhu kurang dari ini
maka hal itu pun mencukupi
baginya.’ Dan dia tidak
menyebutkan tentang perkara
sholat (sebagaimana yang ada
pada riwayat Muslim di atas,
pent).” (HR. Abu Dawud,
dinyatakan oleh al-Albani hasan
sahih di dalam Shahih wa Dha’if
Sunan Abu Dawud [1/185] as-
Syamilah)
al-Hafizh Ibnu Hajar
rahimahullah menjelaskan bahwa
pendapat yang menyatakan
bahwa mengusap kepala tiga kali
termasuk Sunnah (ajaran Nabi)
adalah pendapat yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Syaibah dan Ibnul Mundzir dari
Anas, Atha’ dan yang lainnya.
Abu Dawud pun meriwayatkan
keterangan itu -mengusap kepala
tiga kali- melalui dua jalur yang
salah satunya dinilai shahih oleh
Ibnu Khuzaimah dan ulama yang
lain. Di dalam riwayat itu
disebutkan bahwa Utsman
mengusap kepalanya sebanyak
tiga kali, sedangkan tambahan
keterangan dari perawi yang
terpercaya/tsiqah adalah
informasi yang harus diterima
(ziyadatu tsiqah maqbulah, istilah
dalam ilmu hadits, pen), demikian
papar al-Hafizh (silakan periksa
Fath al-Bari [1/313], lihat juga
keterangan Syaikh Dr. Abdul
‘Azhim Badawi hafizhahullah
dalam kitabnya al-Wajiz, hal. 35)
Abu Thayyib Muhammad Syamsul
Haq al-’Azhim Abadi
rahimahullah mengatakan,
“Kesimpulan hasil penelitian
dalam masalah ini menunjukkan
bahwa hadits-hadits yang
menyebutkan sekali usapan
adalah lebih banyak dan lebih
sahih, dan ia lebih terjaga
keabsahannya daripada hadits
yang menyebutkan tiga kali
usapan. Meskipun hadits-hadits
tiga kali usapan tersebut juga
berderajat sahih melalui sebagian
jalannya, akan tetapi ia tidak bisa
mengimbangi kekuatan hadits-
hadits tersebut. Maka yang
semestinya dipilih adalah
mengusap sekali saja, walaupun
mengusap tiga kali juga tidak
mengapa.” (‘Aun al-Ma’bud
[1/132] as-Syamilah)
Kedua telinga termasuk
bagian kepala yang harus
diusap
Dari Utsman bin Abdurrahman
at-Taimi. Dia berkata:
�ت� ي� أ ر� ف�ق�ال� �و�ض�وء� ال ع�ن� �ة� �ك �ي م�ل �ي ب
� أ �ن� اب �ل� ئ س�
�م�اء� ب ف�د�ع�ا �و�ض�وء� ال ع�ن� �ل� ئ س� ع�ف�ان� �ن� ب �م�ان� ع�ث
�م� ث �ى �م�ن �ي ال �د�ه� ي ع�ل�ى ص�غ�اه�ا� ف�أ �ة� �م�يض�أ ب �ي� ت
� ف�أ
(ا ث �ال� ث �ر� �ث �ن ت و�اس� (ا ث �ال� ث �م�ض�م�ض� ف�ت �م�اء� ال ف�ي �ه�ا ل د�خ�� أ
(ا ث �ال� ث �ى �م�ن �ي ال �د�ه� ي ل� غ�س� �م� ث (ا ث �ال� ث و�ج�ه�ه� ل� و�غ�س�
ذ� �خ� ف�أ �د�ه� ي د�خ�ل�� أ �م� ث (ا ث �ال� ث ى ر� �س� �ي ال �د�ه� ي ل� و�غ�س�
�ه�م�ا �ط�ون ب ل� ف�غ�س� �ه� �ي ذ�ن� و�أ ه� س�
� أ �ر� ب ح� ف�م�س� م�اء(
�م� ث �ه� �ي ل ر�ج� ل� غ�س� �م� ث و�اح�د�ة( ة( م�ر� ه�م�ا و�ظ�ه�ور�
�ت� ي� أ ر� �ذ�ا ه�ك �و�ض�وء� ال ع�ن� �ل�ون� ائ الس� �ن� ي
� أ ق�ال�
� �و�ض�أ �ت ي �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر�
Ibnu Abi Mulaikah pernah
ditanya mengenai wudhu, maka
dia menjawab: Aku pernah
melihat Utsman bin Affan
radhiyallahu’anhu ditanya
tentang wudhu. Maka beliau
meminta diambilkan air. Lalu
didatangkan kepadanya sebuah
timba berisi air lalu dia ambil air
itu dengan memasukkan tangan
kanannya ke dalam air. Kemudian
dia berkumur-kumur tiga kali dan
beristintsar tiga kali. Lalu dia
membasuh wajahnya tiga kali.
Kemudian dia membasuh tangan
kanannya tiga kali dan
membasuh tangan yang kiri juga
tiga kali. Kemudian dia masukkan
tangannya ke dalam timba itu
dan mengambil air untuk
mengusap kepala dan kedua daun
telinganya. Dia membasuh
(mengusap) bagian dalam kedua
telinga itu dan bagian luarnya,
dia melakukan itu hanya sekali.
Kemudian dia membasuh kedua
kakinya, lalu dia berkata,
“Manakah orang-orang yang
bertanya mengenai wudhu tadi?
Demikian itu tadi cara berwudhu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang aku saksikan.” (HR.
Abu Dawud, dinyatakan hasan
sahih oleh al-Albani dalam Shahih
wa Dha’if Sunan Abu Dawud
[1/186] as-Syamilah)
Diterangkan oleh penulis Syarah
Sunan Abu Dawud bahwa hadits
ini menunjukkan bahwa untuk
mengusap telinga dipakai air
yang sama dengan air yang
dipakai untuk mengusap kepala.
Dan yang dimaksud dengan kata
‘ghasala’ (membasuh) dalam
hadits di atas ketika
menceritakan tata cara
mengusap telinga, maksudnya
adalah ‘mengusap’ (lihat ‘Aun al-
Ma’bud [1/131] as-Syamilah)
Membasuh kaki hingga mata
kaki, kanan tiga kali lalu kiri
tiga kali
Humran bekas budak Utsman
memberitakan,
د�ع�ا �ه� ع�ن �ه� الل ض�ي� ر� ع�ف�ان� �ن� ب �م�ان� ع�ث ن�� أ
�م� ث ات� م�ر� ث� �ال� ث �ه� �ف�ي ك ل� ف�غ�س�� �و�ض�أ ف�ت �و�ض�وء� ب
ات� م�ر� ث� �ال� ث و�ج�ه�ه� غ�س�ل� �م� ث �ر� �ث �ن ت و�اس� م�ض�م�ض�
ات� م�ر� ث� �ال� ث ف�ق� �م�ر� ال �ل�ى إ �ى �م�ن �ي ال �د�ه� ي ل� غ�س� �م� ث
ح� م�س� �م� ث �ك� ذ�ل �ل� م�ث ى ر� �س� �ي ال �د�ه� ي ل� غ�س� �م� ث
�ن� �ي �ع�ب �ك ال �ل�ى إ �ى �م�ن �ي ال �ه� ل ر�ج� ل� غ�س� �م� ث ه� س�� أ ر�
�م� ث �ك� ذ�ل �ل� م�ث ى ر� �س� �ي ال ل� غ�س� �م� ث ات� م�ر� ث� �ال� ث
�م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� �ت� ي� أ ر� ق�ال�
�ه� الل س�ول� ر� ق�ال� �م� ث ه�ذ�ا �ي و�ض�وئ �ح�و� ن� �و�ض�أ ت
و�ض�وئ�ي �ح�و� ن� �و�ض�أ ت م�ن� �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى
ف�يه�م�ا �ح�د ث� ي ال� �ن� �ي �ع�ت ك ر� �ع� ك ف�ر� ق�ام� �م� ث ه�ذ�ا
�ن� اب ق�ال� �ه� �ب ذ�ن م�ن� �ق�د�م� ت م�ا �ه� ل غ�ف�ر� ه� �ف�س� ن
�و�ض�وء� ال ه�ذ�ا �ون� �ق�ول ي �ا �م�اؤ�ن ع�ل �ان� و�ك ه�اب� ش�
ة �لص�ال� ل ح�د$� أ �ه� ب
� �و�ض�أ �ت ي م�ا �غ� ب س�� أ
Bahwa Utsman bin Affan
radhiyallahu’anhu meminta
diambilkan air wudhu kemudian
dia berwudhu dengan membasuh
kedua telapak tangannya
sebanyak tiga kali. Kemudian dia
berkumur-kumur dan ber-
istintsar (mengeluarkan air yang
dihirup ke hidung, pent).
Kemudian dia membasuh
wajahnya tiga kali. Kemudian dia
membasuh tangan kanannya
hingga siku sebanyak tiga kali.
Kemudian dia membasuh tangan
kiri seperti itu pula. Kemudian
dia mengusap kepalanya.
Kemudian dia membasuh kaki
kanannya hingga mata kaki
sebanyak tiga kali. Kemudian dia
membasuh kaki kiri seperti itu
pula. Kemudian Utsman berkata:
Aku melihat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu
berwudhu seperti yang kulakukan
tadi. Kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barang siapa yang
berwudhu seperti caraku
berwudhu ini kemudian bangkit
dan melakukan sholat dua raka’at
dalam keadaan pikirannya tidak
melayang-layang dalam urusan
dunia niscaya dosa-dosanya yang
telah berlalu akan diampuni.”
Ibnu Syihab mengatakan, “Para
ulama kita dahulu mengatakan
bahwa tata cara wudhu seperti
ini merupakan tata cara wudhu
paling sempurna yang hendaknya
dilakukan oleh setiap orang.”
(HR. Muslim dalam Kitab at-
Thaharah, diriwayatkan pula oleh
Bukhari dalam Kitab al-Wudhu’
dengan redaksi yang agak
berbeda)
Kaki tidak cukup diusap
Dari Abdullah bin Amr
radhiyallahu’anhuma, dia
berkata:
ف�ي �ا ع�ن �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى Mي� �ب الن �خ�ل�ف� ت
�ع�ص�ر� ال �ا ه�ق�ن ر�� أ و�ق�د� �ا �ن ك د�ر�
� ف�أ �اه�ا ن اف�ر� س� ة� ف�ر� س�
�اد�ى ف�ن �ا �ن ل ج� ر�� أ ع�ل�ى ح� �م�س� و�ن
� �و�ض�أ �ت ن �ا �ن ف�ج�ع�ل
و� � أ �ن� �ي ت م�ر� �ار� الن م�ن� �ع�ق�اب� �أل� ل �ل$ و�ي �ه� ص�و�ت �ع�ل�ى �أ ب
(ا ث �ال� ث
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
tertinggal dari rombongan dalam
sebuah perjalanan yang kami
lakukan. Kemudian beliau
berhasil menyusul kami
sementara waktu ‘Ashar sudah
hampir habis. Kami pun tergesa-
gesa berwudhu dan hanya
mengusap kaki kami. Maka beliau
pun berseru dengan suara yang
tinggi, “Celakalah tumit-tumit
yang tidak terbasuh air karena ia
akan terkena panasnya api
neraka.” Beliau mengucapkannya
dua atau tiga kali (HR. Bukhari
dalam Kitab al-Wudhu’, demikian
juga Muslim dalam Kitab at-
Thaharah)
Dari Salim bekas budak Syaddad,
dia berkata:
الله - صلى �ى �ب الن و�ج� ز� ة� �ش� ع�ائ ع�ل�ى د�خ�ل�ت�
- و�ق�اص� �ى ب� أ �ن� ب ع�د� س� �و�ف ى� ت �و�م� ي وسلم عليه
�د�ه�ا ن ع�� �و�ض�أ ف�ت �ر� �ك ب �ى ب
� أ �ن� ب ح�م�ن� الر� �د� ع�ب ف�د�خ�ل�
�ن ى ف�إ �و�ض�وء� ال �غ� ب س�� أ ح�م�ن� الر� �د� ع�ب �ا ي ف�ق�ال�ت�
- وسلم - عليه الله صلى �ه� الل س�ول� ر� م�ع�ت� س�
�ار� » الن م�ن� �ع�ق�اب� �أل ل �ل$ و�ي �ق�ول� .« ي
Suatu saat aku menemui Aisyah
radhiyallahu’anha istri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu
ketika hari wafatnya Sa’ad bin
Abi Waqash radhiyallahu’anhu.
Maka Abdurrahman bin Abi Bakr
pun masuk dan berwudhu di
sisinya. Lalu Aisyah mengatakan,
“Wahai Abdurrahman,
sempurnakanlah wudhu.
Sesungguhnya aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Celakalah
tumit-tumit -yang tidak terbasuh
air itu- sebab ia terancam dengan
api neraka.’.” (HR. Muslim dalam
Kitab at-Thaharah)
Membaca doa setelah wudhu
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir
radhiyallahu’anhu, dia berkata:
�ت�ي �و�ب ن ف�ج�اء�ت� �ل� �ب اإل� �ة� ر�ع�اي �ا �ن �ي ع�ل �ت� �ان ك
ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� �ت� ك د�ر�� ف�أ kع�ش�ي� ب �ه�ا ت و�ح� ف�ر�
�ت� ك د�ر�� ف�أ �اس� الن �ح�د ث� ي �م(ا ق�ائ �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل
ن� �ح�س� ف�ي� �و�ض�أ �ت ي � �م ل م�س� م�ن� م�ا �ه� ق�و�ل م�ن�
�ل$ م�ق�ب �ن� �ي �ع�ت ك ر� �ص�ل ي ف�ي �ق�وم� ي �م� ث و�ض�وء�ه�
ق�ال� �ة� ن �ج� ال �ه� ل �ت� و�ج�ب �ال� إ و�و�ج�ه�ه� �ه� �ب �ق�ل ب �ه�م�ا �ي ع�ل
�ق�ول� ي �د�ي� ي �ن� �ي ب �ل$ ق�ائ �ذ�ا ف�إ ه�ذ�ه� ج�و�د�� أ م�ا ف�ق�ل�ت�
�ن ي إ ق�ال� ع�م�ر� �ذ�ا ف�إ ت� �ظ�ر� ف�ن ج�و�د�� أ �ه�ا �ل ق�ب �ي �ت ال
د� �ح� أ م�ن� �م� �ك م�ن م�ا ق�ال� �ف(ا آن �ت� ج�ئ �ك� �ت �ي أ ر� ق�د�
ه�د� ش�� أ �ق�ول� ي �م� ث �و�ض�وء� ال �غ� ب �س� ف�ي و�
� أ �غ� �ل �ب ف�ي� �و�ض�أ �ت ي
�ه� ول س� و�ر� �ه� الل �د� ع�ب م�ح�م�د(ا ن�� و�أ �ه� الل �ال� إ �ه� �ل إ ال� ن�
� أ
م�ن� �د�خ�ل� ي �ة� �ي �م�ان الث �ة� ن �ج� ال �و�اب� ب� أ �ه� ل �ح�ت� ف�ت �ال� إ
اء� ش� ي ه�ا� أ
�ن� ب �د� ي ز� �ا �ن ح�د�ث �ة� �ب ي ش� �ي ب� أ �ن� ب �ر� �ك ب �و ب
� أ �اه �ن ح�د�ث و
�ن� ب �يع�ة� ب ر� ع�ن� �ح� ص�ال �ن� ب �ة� م�ع�او�ي �ا �ن ح�د�ث �اب� ب �ح� ال
�م�ان� ع�ث �ي ب� و�أ �ي ن �خ�و�ال� ال �د�ر�يس� إ �ي ب
� أ ع�ن� �ز�يد� ي
ع�ن� م�ي �ح�ض�ر� ال �ك� م�ال �ن� ب �ر� �ف�ي ن �ن� ب �ر� �ي ب ج� ع�ن�
ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� ن�� أ �ي �ج�ه�ن ال ع�ام�ر� �ن� ب �ة� ع�ق�ب
ق�ال� �ه� ن� أ �ر� غ�ي �ه� �ل م�ث �ر� ف�ذ�ك ق�ال� �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل
و�ح�د�ه� �ه� الل �ال� إ �ه� �ل إ ال� ن�� أ ه�د� ش�
� أ ف�ق�ال� � �و�ض�أ ت م�ن�
�ه� ول س� و�ر� �د�ه� ع�ب م�ح�م�د(ا ن�� أ ه�د� ش�
� و�أ �ه� ل ر�يك� ش� ال�
Dahulu kami memiliki tugas
menjaga unta yang
digembalakan. Maka ketika
datang orang lain yang akan
menggantikanku, maka aku pun
pulang meninggalkannya ketika
waktu sore sudah tiba. Kemudian
aku menjumpai Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
ketika itu sedang berdiri
memberikan ceramah kepada
orang-orang. Di antara sabda
beliau yang kudengar adalah,
“Tidaklah ada seorang muslim
yang berwudhu dan
membaguskan wudhunya lalu dia
bangkit untuk melakukan sholat
dua raka’at dengan hati dan
wajah yang penuh konsentrasi di
dalamnya melainkan dia pasti
akan masuk ke dalam surga.”
‘Uqbah bin ‘Amir berkata: Aku
mengatakan, “Alangkah indahnya
hal ini.” Tiba-tiba orang lain yang
berada di hadapanku berbicara,
“Kata-kata sebelumnya lebih
indah lagi.” Lalu aku perhatikan,
ternyata orang itu adalah umar.
Lalu Umar mengatakan, “Aku
melihat kamu baru saja datang.
[Nabi tadi mengatakan] Tidaklah
ada seseorang di antara kalian
yang berwudhu lalu
menyempurnakan wudhunya
kemudian setelah itu dia
membaca doa ‘Asyhadu anlaa
ilaaha illallaah wa anna
Muhammadan ‘abdullah
warasuluh’ melainkan akan
dibukakan baginya delapan pintu
surga yang dia akan dipersilakan
untuk masuk melalui pintu mana
pun yang dia inginkan.”
Imam Muslim mengatakan: Abu
Bakr bin Abi Syaibah juga
menuturkan kepada kami. Dia
berkata: Zaid bin al-Hubab
menuturkan kepada kami. Dia
berkata: Mu’waiyah bin Shalih
menuturkan kepada kami dari
Rabi’ah bin Yazid dari Abu Idris
al-Khaulani dan Abu Utsman dari
Jubair bin Nufair bin Malik al-
Hadhrami, dari ‘Uqbah bin ‘Amir
al-Juhani radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, kemudian dia
menyebutkan hadits serupa.
Hanya saja di dalam hadits ini
beliau mengatakan, “Barang
siapa yang berwudhu lalu
membaca ‘asyhadu an laa ilaaha
illallaah wahdahu laa syariika lah
wa asyhadu anna Muhammadan
‘abduhu wa rasuluh’.” (HR.
Muslim dalam Kitab at-Thaharah)
Recommended