HALAMAN PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan unit IV dengan judul “Sistem
Pencernaan” disusun oleh :
Nama : Syarif Hidayat A.
Nim : 071 404 092
Kelas/Kelompok : B/VII
setelah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka dinyatakan diterima.
Makassar, April 2009
Koordinator asisten Asisten
Sitti Zainab Syamsia, S.Pd Nim: 051404083
MengetahuiDosen Penanggung Jawab
Drs. Adnan, M.SNIP: 131 722 271
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup memiliki fungsi tertentu yang dimiliki oleh setiap organ
tubuhnya. Ilmu fisiologi yang merupakan salah satu cabang ilmu dari biologi adalah
ilmu yang membahas tentang fungsi dari alat-alat atau organ tubuh. Termasuk ke
dalamnya fungsi sel, molekul, dan zat-zat yang terkandung di dalamnya sehingga
dapat mempengaruhi kerja suatu individu. Terkait dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), maka ilmu fisiologi ini tidak dapat dipisahkan
dari cabang-cabang ilmu lainnya seperti morfologi, anatomi dan sebagainya. Hal ini
disebaban ilmu fisiologi juga memegang peranan yang sangat penting dalam
kehidupan.
Untuk mengetahui fungsi dari suatu alat atau organ tubuh, harus diketahui
terlebih dahulu tentang segala macam proses yang terjadi dalam organ tubuh tersebut.
Fisiologi dari sebuah organ misalnya jantung dapat diketahui jika sebelumnya kita
mengetahui bahwa jantung merupakan organ yang fungsinya memompakan darh ke
seluruh bagian tubuh organisme. Proses yang terjadi dalam tubuh merupakan proses
kimia dan fisika yang sangat kompleks. Karena itu diperlukan juga adanya
keseimbangan antara prinsip ilmu kimia, fisika dan biologi yang masing-masing
bergerak dalam bidang science. Jika salah satu dari prinsip ilmu ini tidak diketahui,
maka prinsip dari ilmu fisiologi itu pun akan terganggu.
Tubuh manusia tersusun atas beberapa sistem organ yang bekerja dalam
tubuh. Sistem organ tersebut disusun oleh organ-organ tertentu yang mengandung
beberapa jenis jaringan yang tersusun atas bermacam-macam sel. Salah satu sistem
yang ada dalam tubuh manusia adalah sistem pencernaan. Berdasarkan dari uraian di
atas, maka kami akan melakukan praktikum tentang sistem pencernaan tersebut
dengan mengamati pengaruh beberapa factor terhadap kerja amilase dalam air liur.
B. Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh suhu, pH
dan konsentrasi substrat terhadap proses-proses kerja enzim amilase.
C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah mahasiswa
akan lebih memahami tentang fisiologi hewan khususnya pada fungsi dari enzim-
enzim yang membantu sistem pencernaan.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam
hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien,
serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan
yang lainnya bisa sangat jauh berbeda. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan
dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan
yang terjadi dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah proses penyerapan sari
- sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa
makanan melalui anus (Anonim1, 2009).
Fungsi dari sistema digestoria di dalam pencernaan makanan adalah
mengubah bahan makanan dari bentuk molekul besar menjadi bentuk-bentuk yang
dapat digunakan oleh sel-sel tubuh. Tugas ini dilakukan oleh tractus digestivus.
Bagian utama dari sistema digestoria ini merupakan suatu tabung yang terletak dalam
tabung. Tractus digestivus pada manusia dimulai dari cavum oris, pharynx,
oesophagus, gaster, intestinum tenue, intestinum crassum, dan berakhir pada bagian
anal dan anus. Di samping itu didapati pula alat pencernaan tambahan yang terletak di
luar dari tractus digestivus dan mengeluarkan sekresinya ke dalam tractus digestivus.
Organ-organ tersebut adalah kelenjar ludah yang berjumlah tiga pasang, hepar (hati)
dan pancreas (Gadjahnata, 1989).
Lambung merupakan suatu tempat yang pada berbagai spesies, protein mula-
mula dicerna. Pada ruminansia, abomasum dapat disamakan dengan lambung hewan
lain atau dengan proventriculus pada unggas. Asam hidrokhlorik dihasilkan oleh sel-
sel lambung dengan demikian memberikan medium asam yang mengaktivir pepsin
dan rennin untuk membantu pencernaan protein. Langkah pertama dalam pencernaan
protein terjadi, bila pakan berhubungan dengan enzim pepsin dari getah lambung.
Pepsin memecah protein menjadi gugusan yang lebih sederhana, yaitu proteosa dan
pepton. Pada hewan muda dan sedang menyusui, enzim rennin memnebabkan susu
mengental, membentuk parakaseinat, yang dapat tinggal dalam lambung lebih lama
daripada jika susu tersebut tetap menjadi cair. Oleh sebab itu terjadilah pencernaan
yang lebih lengkap (Anonim2, 2009).
Perubahan kimia pada zat-zat makanan berlangsung di seluruh sel-sel disebut
dengan metabolisme. Saluran pencernaan juga dikenal sebagai gastro intestinal atau
saluran alimentary. Sel-sel epithelial dengan perbedaan tingkatan kapasitas
sekresinya mempunyai dinding pembuluh bersegmen dan beruang-ruang. Dindingnya
disusun dari berbagai lapisan otot polos, yang dengan secara refleks mencampur dan
menggerakkan makanan. Beberapa otot disusun melingkar membentuk valvula atau
sfinkter = klep, yang mengontrol lajunya makanan dari satu bagian ke saluran
berikutnya. Hormone gastrointestinal, syaraf fleksus internal, dan serabut ekstrinsik
dari sistem syaraf otonom mempebgaruhi aktifitas otot polos dan aktifitas
pengeluaran dari sel-sel eptelial (Nangsari, 1988).
Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang terjadi pada makhluk hidup.
Beberapa dari reaksi kimia itu menghasilkan pemecahan atau penguraian molekul
organic (karbohidrat, lemak dan protein). Proses pemecahan molekul ini yang
biasanya memecah molekul berukuran besar dan kompleks menjadi molekul
berukuran kecil dan sederhana disebut katabolisme. Reaksi katabolisme pada
umumnya melepaskan energy kimia yang dapat digunakan untuk melakukan
bermacam-macam fungsi tubuh. Selain proses pemecahan, terjadi juga proses
pembentukan molekul berukuran besar dan kompleks dari molekul berukuran kecil
dan sederhana (Wulangi, 1993).
Dalam hal pencernaan, air liur berperan dalam membantu pencernaan
karbohidrat. Karbohidrat atau tepung sudah mulai dipecah sebaagian kecil dalam
mulut oleh enzim ptyalin. Enzim dalam air liur itu memecah tepung (amylum)
menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya. Selain dalam
pencernaan, air liur juga berperan dalam kebersihan mulut. Sekresi saliva terutama
tipe mucus penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut. Rongga
mulut berisi bakteri atau kuman patogen (merugikan) yang dengan mudah merusak
jaringan dan menimbulkan karies gigi (gigi berlubang). Air liur juga mencegah
kerusakan dengan beberapa cara. Pertama, aliran air liur itu sendiri membantu
membuang bakteri atau kuman patogen juga partikel makanan yang memberi
dukungan nutrisi metabolik bagi bakteri itu sendiri. Kedua, air liur mengandung
beberapa faktor yang menghancurkan bakteri salah satunya adalah ion tiosianat dan
beberapa cairan proteolitik terutama lisosim yang menghancurkan bakteri,membantu
ion tiosianat membunuh bakteri,mencerna partikel makanan dan air liur mengandung
antibodi protein yang menghancurkan bakteri (Anonim3, 2009).
Walaupun memiliki banyak fungsi, air liur tidak esensial untuk pencernaan
dan penyerapan makanan, karena enzim-enzim yang dihasilkan oleh pancreas dan
usus halus dapat menyelesaikan pencernaan makanan walaupun tidak ada sekresi air
liur dan lambung. Masalah utama yang berkaitan dengan penurunan sekresi air liur,
yaitu keadaan yang dikenal sebagai xerostomia, adalah kesulitan mengunyah dan
menelan, artikulasi bicara menjadi tidak jelas kecuali jika pada saat berbicara yang
bersangkutan sering meneguk air, dan peningkatan indens pada karies gigi
(Sherwood, 1996).
BAB IIIMETODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Kamis / 15 April 2009
Waktu : Pukul 13.00 s/d 14.50 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Lantai III Barat FMIPA UNM.
B. Alat dan Bahan
1. Pengaruh suhu terhadap kerja amilase
a. Alat
1. Tabung reaksi (4 buah)
2. Gelas ukur dan gelas kimia
3. Pipet tetes
4. Plat tetes
5. Thermometer
6. Lampu spiritus
7. Kawat kasa
8. Kaki tiga
9. Kulkas
10. Rak tabung reaksi
11. Penjepit tabung reaksi
b. Bahan
1. Air liur 12 ml
2. Larutan kanji 1%
3. Lugol
4. Korek api
5. Label
2. Pengaruh pH terhadap kerja amilase
a. Alat
1. Tabung reaksi (4 buah)
3. Gelas ukur dan gelas kimia
4. Pipet tetes
5. Plat tetes
6. Thermometer
7. Lampu spiritus
8. Kawat kasa
9. Kaki tiga
10. Rak tabung reaksi
11. Penjepit tabung reaksi
b. Bahan
1. Air liur 12 ml
2. Larutan kanji 1%
3. Larutan buffer pH 4; 5 dan 6.
4. Lugol
5. Aquades
6. Label
7. Korek api
3. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap kerja amilase
a. Alat
1. Tabung reaksi (12 buah)
2. Gelas ukur dan gelas kimia
3. Pipet tetes
4. Plat tetes
5. Thermometer
6. Lampu spiritus
7. Kawat kasa
8. Kaki tiga
9. Rak tabung reaksi
10. Penjepit tabung reaksi
b. Bahan
1. Air liur 36 ml
2. Larutan amilum/kanji 1% dan 5%
3. Alkohol 70%
4. Lugol
5. Korek api
6. Aquades
7. Label
C. Prisedur Kerja
1. Pengaruh suhu terhadap kerja amilase
a. Menuangkan air liur sebanyak 3 ml pada masing-masing tabung reaksi yang
telah disediakan.
b. Memberikan label pada setiap tabung reaksi, tabung I, II, III dan IV masing-
masing diberikan label 40, 250, 370 dan 700.
c. Meletakkan tabung I pada kulkas, tabung II pada rendaman air kran dalam
baskom, sedangkan tabung III dan IV dipanaskan di atas Bunsen dan suhunya
diukur dengan thermometer.
d. Menunggu selama 10 menit, setelah itu menambahkan 5 ml larutan kanji 1%
pada masing-masing tabung. Mengocok tabung untuk menghomogenkan
kemudian dikembalikan pada tempatnya semula.
e. Setelah 5 menit, mengambil sedikit sampel dengan menggunakan pipet tetes
dari masing-masing tabung kemudian meneteskannya pada plat tetes.
f. Menetesi masing-masing sampel dengan larutan lugol kemudian
menghomogenkan sampel tersebut.
g. Mencatat hasil pengamatan dengan memberikan tanda positif (+) untuk yang
bereaksi/reaksi positif dengan warna biru dan tanda negatif (-) untuk yang
tidak bereaksi/reaksi negatif dengan warna selain biru (merah atau kuning).
2. Pengaruh pH terhadap kerja amilase
a. Menuangkan air liur sebanya 3 ml pada masing-masing tabung reaksi yang
telah disediakan.
b. Meberikan label pada setiap tabung reaksi, tabung I, II, III dan IV diberikan
label masing-masing pH 4, pH 7, pH 9 dan aquades.
c. Menambahkan larutan buffer dengan pH 4 pada tabung I, pH 7 pada tabung II,
pH 9 pada tabung III dan aquades pada tabung IV.
d. Memanaskan keempat tabung tersebut di atas bunsen selama 5 menit.
e. Menambahkan larutan kanji 1% pada masing-masing tabung kemudian
menghomogenkan dan mengembalikannya ke atas bunsen.
f. Setelah 5 menit, mengambil sedikit sampel dari masing-masing tabung dengan
pipet tetes lalu meneteskannya pada plat tetes.
g. Menetesi masing-masing sampel dengan lugol dan menghomogenkannya.
h. Mencatat hasil pengamatan dengan memberikan tanda positif (+) untuk yang
bereaksi/reaksi positif dengan warna biru dan tanda negatif (-) untuk yang
tidak bereaksi/reaksi negatif dengan warna selain biru (merah atau kuning).
i. Melakukan perlakuan pada poin g setelah menit ke-10 dan ke-15.
3. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap kerja amilase
a. Menuangkan air liur sebanya 3 ml pada masing-masing tabung reaksi yang
telah disediakan.
b. Meberikan label pada setiap tabung reaksi, tabung I sampai XII diberikan
label masing-masing amilum 1% 1 ml, amilum 1% 2 ml, amilum 1% 3 ml,
amilum 1% 5 ml, amilum 1% 10 ml, amilum 5% 1 ml, amilum 5% 2 ml,
amilum 1% 3 ml, amilum 5% 5 ml, amilum 5% 10 ml, Aquades 5 ml, dan
Alkohol 70% 5 ml.
c. Menambahkan larutan amilum 1% pada tabung I-V masing-masing sebanyak
1 ml, 2 ml, 3 ml, 5 ml dan 10 ml.
d. Menambahkan larutan amilum 5% pada tabung VI-X dengan volume masing-
masing 1 ml, 2 ml, 3 ml, 5 ml dan 10 ml.
e. Menambahkan aquades pada tabung XI dan alcohol 70% pada tabung XII
masing masing dengan volume 5 ml.
f. Memanaskan keempat tabung tersebut di atas bunsen selama 10 menit.
g. Setelah 10 menit, mengambil sedikit sampel dari masing-masing tabung
dengan pipet tetes lalu meneteskannya pada plat tetes.
h. Menetesi masing-masing sampel dengan 2 tetes larutan lugol dan
menghomogenkannya.
i. Mencatat hasil pengamatan dengan memberikan tanda positif (+) untuk yang
bereaksi/reaksi positif dengan warna biru dan tanda negatif (-) untuk yang
tidak bereaksi/reaksi negatif dengan warna selain biru (merah atau kuning).
j. Melakukan perlakuan pada poin g setelah menit ke-15, ke-30 dan meit ke-60.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
1. Pengaruh suhu terhadap kerja amilase
Tabel hasil pengamatan pengaruh suhu terhadap kerja amilase
No. Tabung Suhu (oC) Reaksi
1 I 4 (-) (kuning)
2 II 25 (-) (merah bata)
3 III 37 (-) (merah bata)
4 IV 70 (-) (merah kekuningan)
Keterangan:
(-) : reaksi negatif/tidak bereaksi
(+) : reaksi positif/bereaksi
2. Pengaruh pH terhadap kerja amylase
Tabel hasil pengamatan pengaruh pH terhadap kerja amilase
No. Tabung pHWaktu (menit)
5 10 15
1 I 4 (-) (-) (+)
2 II 7 (-) (-) (+)
3 III 9 (-) (-) (+)
4 IV Aquades (-) (-) (-)
Keterangan:
(-) : reaksi negatif/tidak bereaksi
(+) : reaksi positif/bereaksi
3. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap kerja amylase
Tabel hasil pengamatan pengaruh konsentrasi substrat terhadap kerja amilase
No. Tabung Volume (ml)
SubstratWaktu (menit)
10 15 30 60
1 I 1 Kanji 1% MB MB KM BO
2 II 2 Kanji 1% MB MB MB BP
3 III 3 Kanji 1% MB MB KM BP
4 IV 5 Kanji 1% MB MB MB BP
5 V 10 Kanji 1% MB MB K BP
6 VI 1 Kanji 5% MB MB K BP
7 VII 2 Kanji 5% HB MB MB BP
8 VIII 3 Kanji 5% BT MB KH BP
9 IX 5 Kanji 5% BT MB KH BP
10 X 10 Kanji 5% BT HB MB BP
11 XI 5 Aquades HB K MB BP
12 XII 5 Alkohol 70% MB KM MB BP
Keterangan:
MB : Merah Bata
HB : Hijau Kebiru-biruan
BT : Biru Tua
K : Kuning
KM : Kuning Kemerahan
KH : Kuning Kehijauan
BO : Biru Keoranyean
BP : Biru Pekat
B. Pembahasan
1. Pengaruh suhu terhadap kerja amilase
Pengamatan yang pertama ini, kami mengamati pengaruh suhu terhadap kerja
enzim amylase. Pada percobaan ini, kami menggunakan air liur yang dimasukkan ke
dalam 4 buah tabung reaksi yang telah diberi label masing-masing dengan
ditambahkan larutan kanji 1%, kemudian ditempatkan pada suhu 4oC, 25oC, 37oC dan
70oC dan diamati pada selang waktu 5 menit sampai 15 menit. Setelah ditambahkan
beberapa tetes lugol pada masing-masing larutan dari dalam tabung, maka diperoleh
data bahwa tidak terjadi reaksi pada semua larutan dalam tabung pada saat ditetesi
dengan larutan lugol. Mungkin pada saat melakukan percobaan terjadi kesalahan
prosedur sehingga mengakibatkan data yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang
ada, bahwa suhu mempengaruhi kerja enzim. Di mana semakin rendah suhu, maka
kerja enzim akan semakin baik, sebaliknya pada suhu yang tinggi enzim tidak dapat
bekerja dengan baik dan bahkan tidak mampu bekerja sama sekali. Hal ini disebabkan
pada suhu tinggi dapat merusak kerja enzim sehingga tidak mampu mengubah
karbohidrat menjadi glukosa. Seharusnya pada suhu 70oC, warna larutan yang
ditambahkan lugol akan menjadi biru, karena pengaruh suhu yang tinggi
mengakibatkan enzim bereaksi positif, sehingga larutan kanji tidak dapat
dicerna/disekresikan oleh enzim amylase. Kesalahan dalam menjalankan praktikum
ini semata karena kelalaian kami sebagai praktikan.
2. Pengaruh pH terhadap kerja amilase
Pengamatan yang kedua ini, kami mengamati pengaruh pH terhadap kerja
enzim amylase. Pada percobaan ini, kami juga menggunakan air liur yang
dimasukkan ke dalam 4 buah tabung reaksi yang telah diberi label masing-masing
dengan ditambahkan larutan kanji 1%, kemudian ditambahkan larutan buffer dengan
pH masing-masing 4, 7, 9 dan aquades. Selanjutnya diamati pada selang waktu 5
menit sampai 15 menit. Setelah ditambahkan beberapa tetes lugol pada masing-
masing larutan dari dalam tabung, maka diperoleh data bahwa tidak terjadi reaksi
pada semua larutan dalam tabung pada saat ditetesi dengan larutan lugol. Mungkin
pada saat melakukan percobaan terjadi kesalahan prosedur sehingga mengakibatkan
data yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang ada, bahwa pada pH rendah
(asam) enzim dapat bekerja dengan baik, sedangkan pada pH yang tinggi (basa),
enzim tidak dapat bekerja. Hal ini disebabkan pH tinggi (basa) dapat merusak kerja
enzim amylase. Kesalahan dalam menjalankan praktikum ini semata karena kelalaian
kami sebagai praktikan.
3. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap kerja amilase
Pengamatan yang ketiga ini, kami mengamati pengaruh konsentrasi substrat
terhadap kerja enzim amylase. Pada percobaan ini, kami menggunakan air liur yang
dimasukkan ke dalam 12 buah tabung reaksi yang telah diberi label masing-masing
dengan ditambahkan substrat berupa larutan kanji 1% dan 5%, aquades dan alcohol
70% lalu diamati pada selang waktu 10 menit, 15 menit, 30 menit sampai 60 menit.
Setelah ditambahkan beberapa tetes lugol pada masing-masing larutan dari dalam
tabung tabung, data yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang ada yang
menyatakan bahwa, konsentrasi substrat akan mempengaruhi kerja enzim amylase,
yakni semakin banyak substrat atau bahan yang akan dicerna, maka kerja enzim
semakin lambat. Sebaliknya jika substratnya sedikit, maka kerja enzim akan semakin
cepat. Perubahan warna yang terjadi setelah penambahan larutan lugol
mengindikasikan adanya kesalahan prosedur yang mengakibatkan melencengnya
hasil pengamatan dari teori yang ada. Kesalahan dalam menjalankan praktikum ini
semata karena kelalaian kami sebagai praktikan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum, maka dapat kami simpulkan bahwa proses-
proses kerja dari enzim amilase yang terandung dalam air liur dipengaruhi oleh suhu,
pH dan konsentrasi substrat. Semakin rendah suhu, maka kerja enzim akan semakin
baik; sebaliknya jika pada suhu yang tinggi, maka enzim amilase tidak akan bekerja
dengan baik. Kerja enzim akan membaik jika bekerja dalam pH yang asam atau pH
rendah, sedangkan pada pH yang tinggi atau pH basa, enzim tidak dapat melakukan
kerjanya dengan baik. Lain halnya jika berbicara masalah konsentrasi substrat.
Semakin banyak substrat yang akan dicerna, maka kerja enzim akan semakin
lambat/tidak dapat bekerja secara optimal, sebaliknya jika substrat yang akan dicerna
jumlahnya sedikit atau konsentrasinya rendah, maka kerja enzim akan semakin cepat.
B. Saran
Diharapkan kepada para praktikan agar lebih serius dan teliti dalam
mengamati agar hasil pengamatan dapat lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2009. Sistem Pencernaan. http://www. wikipedia -Indonesia .co.id . Diakses tanggal 18 Maret 2009.
Anonim2. 2009. Pencernaan dan Penyerapan Protein. Web. Lab. Unggas Universitas Gadjah Mada. Diakses tanggal 18 Maret 2009.
Anonim3. 2009. Beragam Manfaat Air Liur. http://www.republika.co.id/berita/html. Diakses tanggal 18 Maret 2009.
Gadjahnata, K.H.O. 1989. Biologi Kedokteran I. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nangsari, Nyanyu S. 1988. Pengantar Fisiologi Manusia. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wulangi, Kartolo S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta: Depdikbud Dirjen Kependidikan Proyek Pembinaan.
Sistem pencernaanDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus.
Diagram sistem pencernaan
Diagram sistem pencernaan
1. Kelenjar ludah 2. Parotis
3. Submandibularis (bawah rahang)
4. Sublingualis (bawah lidah)
5. Rongga mulut
6. Tekak / Faring
7. Lidah
8. Kerongkongan / Esofagus
9. Pankreas
10. Lambung
11. Saluran pankreas
12. Hati
13. Kantung empedu
14. Usus dua belas jari (duodenum)
15. Saluran empedu
16. Usus tebal / Kolon
17. Kolon datar (tranverse)
18. Kolon naik (ascending)
19. Kolon turun (descending)
20. Usus penyerapan (ileum)
21. Sekum
22. Umbai cacing
23. Poros usus / Rektum
24. Anus Anonim1. 2009.
WEB lab. Unggas UGMPencernaan dan Penyerapan Protein
Lambung merupakan suatu tempat yang pada berbagai spesies, protein mula-mula dicerna. Pada ruminansia, abomasum dapat disamakan dengan lambung hewan lain atau dengan proventriculus pada unggas. Asam hidrokhlorik dihasilkan oleh sel-sel lambung dengan demikian memberikan medium asam yang mengaktivir pepsin dan rennin untuk membantu pencernaan protein. Langkah pertama dalam pencernaan protein terjadi, bila pakan berhubungan dengan enzim pepsin dari getah lambung. Pepsin memecah protein menjadi gugusan yang lebih sederhana, yaitu proteosa dan pepton. Pada hewan muda dan sedang menyusui, enzim rennin memnebabkan susu mengental, membentuk parakaseinat, yang dapat tinggal dalam lambung lebih lama daripada jika susu tersebut tetap menjadi cair. Oleh sebab itu terjadilah pencernaan yang lebih lengkap.
Getah pankreas yang mengandung enzim tripsin, khimotripsin, dan karboksipeptidase dialirkan ke duodenum. Enzim-enzim tersebut meneruskan pencernaan protein, yang dalam lambung dimulai oleh pepsin, memecah zat-zat lebih rumit menjadi peptida dan akhirnya kedalam asam-asam amino.
Segera setelah makanan ditelan, terjadi rangsangan refleks syaraf vagus mukosa lambung yang memulai sekresi getah lambung ke dalam proventrikulus. Getah tersebut mengandung asam hidroklorat, proteinase dan musin. Pepsinogen disekresi oleh sel-sel peptik dari proventrikulus dan empedal, pH dari sekresi yang ada dalam alat-alat tersebut serendah 1,5 - 2; akan tetapi dibawah pengaruh buffer makanan, maka pH naik menjadi sekitar 3,5 - 5. Bila sebagian makanan yang telah dicerna dan
kemungkinan mekanisme lainnya menyebabkan pelepasan hormon gastrin yang merangsang sekresi selanjutnya dari asam hidrokhlorat.
Asam hidrokhlorat proventrikulus (pada nilai pH di bawah 5) menyebabkan konversi autokatalitik pepsinogen ke pepsin. Konversi tersebut menyangkut pemecahan rantaipeptida dan bagian-bagian peptida yang menghalang-halangi pepsinogen agar jangan mempunyai aktivitas pepsin.
Pepsin telah diketahui untuk menghidrolisa beberapa senyawa peptida yang berbeda-beda. Pengaruhnya yang paling menonjol adalah antara leusin dan valine, tirosin dan leusin atau antara asam amino aromatik seperti fenilalanin-fenilalanin atau fenilalanin-tirosin.
Anonim2. 2009.
Beragam Manfaat Air Liur
Bagi sebagian orang, air liur seringkali terlihat menjijikkan. Padahal air yang berasal dari dalam mulut itu mempunyai peran penting bagi kesehatan tubuh manusia.
Air liur atau saliva sebagian besar diproduksi oleh tiga kelenjar utama yakni kelenjar parotis, kelenjar sublingual dan kelenjar submandibula. Volume air liur yang diproduksi bervariasi yaitu 0,5 – 1,5 liter setiap hari tergantung pada tingkat perangsangannya.
Mengutip Guyton & Hall dalam Textbook of Medical Physiology, air liur atau saliva mengandung dua tipe pengeluaran atau sekresi cairan yang utama yakni sekresi serus yang mengandung ptyalin (suatu alfa amilase) yang merupakan enzim untuk mencernakan karbohidrat dan sekresi mucus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan atau perlindungan permukaan yang sebagian besar dihasilkan oleh kelenjar parotis.
Cairan tipe mucus itu disekresikan atau dikeluarkan setiap detik sepanjang waktu kecuali saat tidur yang produksinya lebih sedikit.
Dalam hal pencernaan, air liur berperan dalam membantu pencernaan karbohidrat. Karbohidrat atau tepung sudah mulai dipecah sebaagian kecil dalam mulut oleh enzim ptyalin. Enzim dalam air liur itu memecah tepung (amylum) menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya.
Misalnya, saat Anda mengunyah nasi yang terasa tawar lama-kelamaan akan terasa manis akibat pecahnya zat tepung menjadi maltosa yang rasanya manis.
Selain dalam pencernaan air liur juga berperan dalam kebersihan mulut. Sekresi saliva terutama tipe mucus penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut. Rongga mulut berisi bakteri atau kuman patogen (merugikan) yang dengan mudah merusak jaringan dan menimbulkan karies gigi (gigi berlubang).
Air liur juga mencegah kerusakan dengan beberapa cara. Pertama, aliran air liur itu sendiri membantu membuang bakteri atau kuman patogen juga partikel makanan yang memberi dukungan nutrisi metabolik bagi bakteri itu sendiri.
Kedua, air liur mengandung beberapa faktor yang menghancurkan bakteri salah satunya adalah ion tiosianat dan beberapa cairan proteolitik terutama lisosim yang menghancurkan bakteri,membantu ion tiosianat membunuh bakteri,mencerna partikel makanan dan air liur mengandung antibodi protein yang menghancurkan bakteri.
Selain berfungsi untuk kesehatan dalam tubuh, air liur juga diyakini dapat memberikan manfaat bagi luar tubuh.
Sejak zaman dahalu, secara naluri ketika ada jari-jari Anda yang terluka akibat tergores pisau,Anda akan mengisap luka tersebut dengan mulut. Hewan pun demikian. Misalnya kucing, monyet, dan anjing, biasa membasuh tubuh dengan air liurnya ketika luka.
Sementara itu, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di Jepang pada tahun 2001, seperti yang dikutip dari cbn.com, air ludah mengandung 40 sampai 50 protein. Tiap protein punya fungsi yang berbeda-beda. Satu protein untuk menangkal debu, sinar, dan bahan kimia. Dari 50 protein itu di dalamnya ada 3 protein yang khusus untuk mikroorganisme.
Atas khasiat itulah, diyakini air liurnya bisa bermanfaat bagi gangguan mata, seperti katarak, rabun jauh dan dekat, atau gangguan mata karena cedera seperti terbentur, terkena benda tumpul maupun benda tajam.