1
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA RESES KOMISI II DPR – RI
KE PROVINSI SUMATERA SELATAN
PADA MASA PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG 2017 – 2018
TANGGAL 1 MEI 2018
I
I
II
II
II
II
II
II
II
II
I
I
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
JAKARTA
2
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA RESES KOMISI II DPR – RI
KE PROVINSI SUMATERA SELATAN
PADA MASA PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG 2017 – 2018
TANGGAL 1 MEI 2018
I. PENDAHULUAN
A. DASAR KUNJUNGAN SPESIFIK
Berdasarkan Keputusan Pimpinan DPR-RI tentang Penugasan kepada
Anggota-anggota Komisi I sampai dengan Komisi XI, Badan Legislasi,
Badan Anggaran dan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk melakukan kunjungan kerja
kelompok dalam masa Reses Persidangan IV Tahun Sidang 2017-2018 dan
Keputusan Rapat Intern Komisi II DPR-RI, Tim Kunjungan Kerja Komisi II
DPR-RI ke Provinsi Sumatera Selatan 17 orang.
B. WAKTU KUNJUNGAN SPESIFIK
Kunjungan spesifik dilaksanakan pada tanggal 1 - 5 Mei 2018. Komisi II
DPR RI telah melakukan kunjungan kerja reses ke Kantor Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sumatera
Selatan, kantor Kecamatan Ilir Timur, kantor Perwakilan Ombudsman,
Kantor Walikota Palembang Provinsi Sumatera Selatan dalam rangka
melaksanakan tugas dan fungsi dewan, dibidang pengawasan.
II. HASIL KUNJUNGAN
Kunjungan on the spot Komisi II DPR RI ke Kantor Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sumatera Selatan, Kantor
Kecamatan Ilir Timur, Kantor BPN Kota Palembang, Kantor Perwakilan
Ombudsman Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan dan Kantor Walikota
Palembang Provinsi Sumatera Selatan
a. Pemaparan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Provinsi Sumatera Selatan
Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Dan Nonperizinan Di Provinsi
Sumatera Selatan
Dasar Hukum :
1. UU No. 25 Tahun 2007 : Penanaman Modal
2. Perpres No. 97 Tahun 2014 : PTSP di Bidang Penanaman Modal
3. PerPres 91 Tahun 2017 : Percepatan Pelaksanaan Berusaha
3
4. Perka BKPM RI No. 13 Tahun 2017 : Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip
Penanaman Modal 5.Permendagri No. 138 Tahun 2017 :
Penyelenggaraan PTSP
5. Perda No. 14 Tahun 2016 : Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Provinsi Sumatera Selatan
6. Pergub No. 78 Tahun 2016 : Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan
Fungsi Dinas Penanaman Modal dan PelayananTerpadu Satu Pintu
Provinsi Sumatera Selatan
7. Pergub No. 49 Tahun 2017 : Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu
8. Pergub No. 39 Tahun 2018 : Perubahan atas Pergub No. 49 Tahun 2017
tentang Penyelenggaraan PTSP
9. SK Gub Sumsel No. 124/KPTS/ITDAPROV/2018 : Satuan Tugas
Percepatan Pelaksanaan Berusaha
Visi dan Misi Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Dan Non Perizinan Di
Provinsi Sumatera Selatan:
Visi Dinas Penanaman Modal dan PelayananTerpadu Satu Pintu Provinsi
Sumatera Selatan adalah provinsi tujuan investasi utama berbasis sumberdaya
lokal yang berdaya saing internasional untuk menuju Sumsel Sejahtera.
Misi Dinas Penanaman Modal dan PelayananTerpadu Satu Pintu Provinsi
Sumatera Selatan, yaitu:
a. Mendorong terciptanya iklim investasi yang berdaya saing.
b. Meningkatkan investasi yang berbasis sumber daya lokal.
c. Meningkatkan kualitas pelayanan perizinan dan non perizinan.
4
5
6
7
8
9
1. Kebijakan yang telah, sedang, dan akan dilakukan Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan terkait unit penyelenggara/pelaksana pelayanan:
a) Perda Sumsel No. 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
b) Pergub Sumsel No. 78 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi, Uraian
Tugas dan Fungsi Dinas Penanaman Modal dan PelayananTerpadu Satu
Pintu Provinsi Sumatera Selatan.
10
c) Pergub Sumsel No. 49 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
d) Pergub Sumsel No. 39 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Pergub No.
49 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan PTSP.
e) SK Gubernur Sumsel No. 124/KPTS/ITDAPROV/2018 tentang Satuan
Tugas Percepatan Pelaksanaan Berusaha.
f) Telah dibentuk tim Komite Advokasi Daerah (KAD) tanggal 3 April 2018
antara penyelenggara pelayanan dan pelaku usaha yang dibentuk oleh
KPK, disaksikan oleh Gubernur Sumatera Selatan.
g) SK Gubernur Sumsel tentang Tim Teknis Perizinan dan Nonperizinan (sedang proses).
h) SK Gubernur Sumsel tentang Tunjangan Khusus bagi Pegawai Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sumatera
Selatan (sedang proses).
i) Peraturan Gubernur Sumsel tentang Maklumat Pelayanan, Standar
Pelayanan, dan Standar Operasional Prosedur Perizinan dan
Nonperizinan (sedang proses).
j) Pembangunan Mall Pelayanan Publik Provinsi Sumatera Selatan (akan dilakukan).
2. Metode pelayanan adalah memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
pemohon, melaksanakan pelayanan secara terpadu satu pintu (one stop
service).
3. Aspek prosedur pelayanan perizinan dan nonperizinan adalah menerima
permohonan berkas perizinan melalui front office, verifikasi oleh back office,
rekomendasi teknis oleh tim teknis, dan penerbitan izin dan mekanisme
prosedur pelayanan perizinan dan nonperizinan tertuang dalam Standar
Pelayanan dan Standar Operasional Prosedur yang disahkan oleh Gubernur
Sumatera Selatan.
4. Persyaratan perizinan dan nonperizinan dilaksanakan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku sektoral dan tertuang di dalam Standar
Pelayanan setiap jenis perizinan dan nonperizinan.
11
5. Biaya perizinan dan nonperizinan yang menjadi kewenangan pemerintah
provinsi adalah tidak dikenakan biaya dan tertuang di dalam Standar
Pelayanan setiap jenis perizinan dan nonperizinan.
6. Sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan perizinan dan
nonperizinan di DPMPTSP Provinsi Sumatera Selatan belum sesuai dengan
standar pelayanan publik di Indonesia seperti yang tercantum dalam
Permendagri 138 tahun 2017 seperti ruang back office, front office, ruang
rapat, ruang arsip, ruang laktasi, ruang bermain anak serta berbagai sarana
dan prasanana wajib lainnya.
7. Aparat pelaksana pelayanan perizinan dan nonperizinan di DPMPTSP
Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari pegawai negeri sipil dan tenaga
honorer yang berkompeten didalamnya. Hal ini didukung dengan berbagai
pelatihan tentang pelayanan publik dan penanaman modal yang
diselenggarakan oleh BKPM RI.
8. Sistem informasi yang diterapkan adalah melalui media cetak dan elektronik
seperti booklet, leaflet, banner, spanduk, neon box, website, media social
(facebook, instagram), dan lain-lain.
9. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pelayanan public :
a) Tim teknis belum berkantor dan ditempatkan di DPMPTSP Prov. Sumsel
sehingga untuk rekomendasi teknis masih mengirimkan surat permohonan
rekomendasi teknis kepada OPD teknis dimana tidak terdapat standar
waktu pelayanan tiap-tiap sector, memperlambat proses perizinan dan
tidak terukur.
b) Sejak terbentuknya PTSP pada tahun 2009, belum ada tunjangan khusus
bagi penyelenggara PTSP maupun tim teknis, sehingga perekrutan SDM
yang kompeten sulit untuk didapatkan mengingat di OPD lain terdapat
tunjangan kinerja yang lebih tinggi.
c) Kurangnya sarana dan prasarana terutama penempatan front office dan
bidang pengaduan yang masih berada di belakang, dimana seharusnya
hal tersebut berada didepan.
12
10. Langkah-langkah yang dilakukan :
a) Telah membentuk tim teknis dan masih dalam proses pengesahan oleh
Gubernur Sumatera Selatan. Tim satgas percepatan tahun ini baru
dibentuk, didampingi dari KPK dan Ombudsman, juga ada pengaduan,
nanti tim satgas yang akan mengawasi dan menindaklanjuti, kedepan
bagaimana hasil dari satgas dan diminta laporan per tri wulan, pelaksana
harian adalah inspektorat, ketuanya adalah Sekda.
b) Telah membuat draft SK Gubernur tentang Tunjangan Khusus pegawai
DPMPTSP dan tim teknis serta masih dilakukan kajian oleh Biro Hukum
dan HAM, Inspektorat, BAPPEDA dan BPKAD Prov. Sumsel.
b. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palembang Provinsi
Sumatera Selatan
Visi Dan Misi Dukcapil Kota Palembang:
Visi :
“Terlaksananya Tertib Adminstrasi Kependudukan Kota Palembang Melalui
Pelayanan Prima Dalam Rangka Mendukung Palembang Emas 2018”
MISI :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan publik di bidang administrasi
kependudukan khususnya pelayanan kk, ktp elektronik (e-ktp) dan
pelayanan akta-akta pencatatan sipil yang tertib, lancar, transparan dan
akuntabel.
2. Meningkatkan fungsi dan kualitas sistem informasi administrasi
kependudukan (siak) dalam rangka mendukung percepatan pembangunan
di bidang pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil sebagai implementasi
dalam rangka tersedianya data kependudukan yang akurat di kota
palembang sebagai kota elok, madani, aman dan sejahtera
3. Mendorong kesadaran masyarakat dalam melaporkan setiap peristiwa
kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh yang bersangkutan.
4. Memperkuat sistem data base. Sistem informasi administrasi
kependudukan (siak) yang didukung oleh teknologi informasi dalam rangka
mewujudkan standarisasi tertib administrasi kependudukan yang bertaraf
internasional.
13
Jumlah Penduduku Kota Palembang s.d 27 April 2018 sebanyak 1.862.855
jiwa; Laki-laki: 943.823 Jiwa; Perempuan: 919.032 jiwa tersebar di Rukun
Tetangga (RT): 4.168; Rukun Warga (RW): 908, Kelurahan: 107 dan
Kecamatam 18
Berdasarkan Surat Mendagri. Nomor : 100/2027/DUKCAPIL tanggal 01
Februari 2018 tentang Penilaian Kinerja Pelaksanaan Adminduk ditetapkan
target perekaman KTP-el Tahun 2017 Sebesar 1.148.776 Jiwa, sampai
dengan tanggal 27 April 2018 masyarakat Kota Palembang yang sudah
melakukan perekaman KTP-el sebesar 1.163.662 Jiwa. Realisasi Pencetakan
KTP-el sampai dengan tanggal 27 April 2018 sebesar 1.263.122 Keping
(sudah termasuk KTP-el Pemula, Pencetakan KTP-el karena hilang, rusak,
dan perubahan elemen).
Kendala Dalam Penerbitan Ktp-El :
1. Keterbatasan Blangko KTP-el terhadap wilayah Pemekaran Kecamatan
yaitu Kecamatan Jakabaring dan Ilir Timur 3 yang memerlukan sebanyak
120.000 Keping. Selain itu juga RIBBON, dan FILM untuk memenuhi
Pencetakan KTP-el Pemula, hilang, rusak, perubahan elemen, dan
pemekaran wilayah Kecamatan
2. Sering terjadinya gangguan Jaringan Komunikasi Data (JARKOMDAT)
14
3. Penunggalan data perekaman setiap warga bervariatif
4. Terbatasnya Perangkat Perekaman dan Pencetakan KTP-el
5. Proses penghapusan data ganda (Duplicated) yang diusulkan ke pusat
relatif lama
6. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan
dibidang Informasi dan Teknologi (IT)
7. Belum tersedianya Mobil Pelayanan Keliling
Langkah-Langkah Peningkatan Pelayanan Perekaman dan Penerbitan KTP-
El :
1. Pelaksanaan Perekaman Mobile (Jemput Bola) : * di 107 Kelurahan pada
hari kerja * Kegiatan Gotong Royong Pemerintah Kota Palembang
bersama masyarakat pada hari Minggu pagi
2. Pengajuan permohonan Blanko, Ribbon, dan Film sesuai dengan
kebutuhan real DUKCAPIL Kota Palembang
3. Pembentukan UPTD di Kecamatan se Kota Palembang
4. Peremajaan dan Penambahan Perangkat Perekaman dan Pencetakan
KTP-el
5. Pengajuan penyediaan mobil keliling
6. Menyusun program Bimbingan Teknis (BIMTEK) untuk petugas pelaksana
7. Proaktif dalam koordinasi penghapusan data ganda di Ditjen.
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri RI.
c. Kepala Kantor BPN Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan
Gambaran Umum:
1. Kota Palembang merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Selatan, yang
berbatasan dengan : - Sebelah Utara dengan : Kabupaten Banyuasin -
Sebelah Selatan dengan : Kabupaten Ogan Ilir dan Muara Enim - Sebelah
Timur dengan : Kabupaten Banyuasin - Sebelah Barat dengan :
Kabupaten Banyuasin
2. Kota Palembang mempunyai luas 360,61 Km2 ( 36.061 Ha ) yang terdiri
dari 18 Kecamatan dan 107 Kelurahan, sedangkan yang telah terdaftar
15
sebanyak 296.814 bidang dengan luas 276,90. KM2. ( 27.690 Ha ) = ( 77
%)
3. Gedung Kantor Pertanahan Kota Palembang di bangun pada Tahun 1982
dengan luas tanah 953. M2.- dan Bangunan seluas 1.524 M2- yang terdiri
dari 3 Lantai
Dalam melaksanakan pelayanan Publik kepada masyarakat, Kantor
Pertanahan Kota Palembang dibantu oleh 53 Orang Aparatur Sipil Negara/
Pegawai Negeri Sipil, 74 Orang Pegawai Tidak Tetap ( PTT ) dan 21 Orang
Asisten Surveyor Kadaster ( D1 Pengukuran STPN ) serta 11 Orang Satpam
dan Pramubhakti yang semuanya tersebar di Sub Bagian Tata Usaha, Seksi
Infrastruktur Pertanahan, Seksi Hubungan Hukum Pertanahan, Seksi
Penataan Pertanahan, Seksi Pengadaan Tanah dan Seksi Penanganan
Masalah dan Pengendalian Pertanahan.
Pelayanan yang dilaksanakan di kantor Pertanahan Kota Palembang
yang sumber dananya berasal dari Rupiah Murni antara lain Kegiatan
Strategis berupa Kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap : 1. Tahun
Anggaran Tahun 2017 dari target sebanyak .7.100 Bidang dapat
direalisasikan sebanyak 7.100 Bidang ( 100 % ) 2. Tahun Anggaran 2018 dari
targetkan 3.000 Bidang dan pada Bulan April 2018 dapat direalisasikan
sebanyak 3.000. Bidang ( 100 % ). - Rincian Realisasi Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap dapat dilihat pada lampiran 5
Pelayanan Kegiatan Rutin lainnya yang sumber dananya berasal dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak ( PNBP ), untuk Tahun 2017 Jumlah
Penerimaan Pelayanan yang diterima Kantor Pertanahan Kota Palembang
Sebanyak 85.050 Bidang dengan rata-rata perbulan 7.088 Bidang, yang
meliputi kegiatan : - Pelayanan dibidang Survey, Pengukuran dan Pemetaan
sebanyak 16.300 Bidang - Pelayanan dibidang Pemeriksaan Tanah sebanyak
2.088 Bidang - Pelayanan dibidang Pertimbangan Teknis Pertanahan
sebanyak 45 Bidang - Pelayanan dibidang Pendaftaran Tanah sebanyak
40.562 Bidang - Pelayanan dibidang Informasi Pertanahan sebanyak 26.055
Bidang.
Untuk Penerimaan Negara yang bersumber dari Penerimaan Negara
Bukan Pajak ( PNBP ), untuk Tahun 2015 sampai Tahun 2017 Penerimaan
PNBP Kota Palembang Mengalami Peningkatan setiap tahunnya ± 1, 5 Milyar
1. Tahun 2015 Target penerimaan Rp. 16.000.000.000 R e a l i s a s i Rp.
17.526.594.541 Rata-Rata Per Bulan : Rp. 1. 460.549.545
2. Tahun 2016 Target penerimaan Rp. 18.000.000.000 R e a l i s a s i Rp.
19.348.728.868 Rata-Rata Per Bulan : Rp. 1. 612.394.072
3. Tahun 2017 Target penerimaan Rp. 20.000.000.000 R e a l i s a s i Rp.
21.875.098.062 Rata-Rata Per Bulan : Rp. 1. 822.924.839
16
Sedangkan Kontribusi yang diberikan oleh Kantor Pertanahan Kota
Palembang untuk menunjang Penerimaan Asli Daerah ( PAD ) Kota
Palembang Melalui Pajak Penerimaan dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangunan ( BPHTB ) dan Pajak Penghasilan ( PPh ).
Hambatan dan Kendala yang dihadapi oleh kantor Pertanahan Kota
Palembang dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat antara lain :
Ruangan yang tersedia kurang memadai
Kurangnya Sumber Daya Manusia / Pegawai
17
18
19
20
d. Kepala Kantor Perwakilan Ombudsman Provinsi Sumatera Selatan
21
22
Kualifikasi SDM :
1. 70 % SDM Jenjang Strata S2
2. 100 % telah mengikuti pelatihan investigasi kerja sama dengan
Commonwealth Ombudsman
3. 1 orang telah mengikuti Pelatihan Auditor Hukum
4. 2 orang telah mengikuti Pelatihan Intelijen
5. 3 orang telah mengikuti Pelatihan Penanganan Kasus Berlandaskan
KUHAP
23
Keberhasilan Pencegahan:
1. Peningkatan predikat kepatuhan Pemda Provinsi dan beberapa
Kabupaten/Kota dari zona merah ke zona hijau
2. Sidak kantor Imigrasi Kelas 1 Palembang terkait Pungli Paspor
3. Sidak Polres Banyuasin dan Ogan Ilir terkait Pungli SKCK
4. Terlibat dalam pengawasan perekrutan SDM di berbagai instansi
5. Untuk mendorong Sumsel sejak 3 (tiga) tahun lalu terkait Ease Of Doing
Bussines
6. Terbentuknya jejaring (Dulur) Ombudsman RI Sumatera Selatan
Keberhasilan Penanganan Laporan:
1. Pengembalian uang pungli di dunia pendidikan (beberapa SMP
Palembang 2017- 2018).
2. Pemberangkatan jemaah haji yang dicekal di pintu pesawat, 2017.
3. Membuka akses kesehatan yang belum tersentuh bagi kaum difabel sejak
2016.
4. Penyelesaian perizinan yang tidak kunjung terbit.
5. Penyelesaian konflik pertanahan dan tertundanya penerbitan Sertifikat
Tanah di Palembang dan beberapa Kabupaten/Kota.
6. Penyelesaian laporan polisi yang tidak memiliki kepastian hukum.
24
KENDALA & HAMBATAN MANAJEMEN KANTOR
1. Belum berbentuk satker
2. Anggaran keseluruhan minim (Rp. 680 Juta/Tahun)
3. Kantor belum milik sendiri (sewa)
4. Status kepegawaian Asisten Ombudsman tidak mengacu UU ASN
5. Kesejahteraan pegawai minim, tidak ada BPJS Ketenagakerjaan
6. Status Pramubakti dan Securiti masih kontrak
KENDALA & HAMBATAN PENANGANAN LAPORAN
1. Jumlah Asisten Ombudsman tidak sebanding dengan jumlah laporan yang
masuk, sehingga mempengaruhi waktu dan kualitas penyelesaian laporan
2. Anggaran penanganan laporan minim (Rp. 236 Juta/Tahun)
3. Kendaraan operasional hanya 1 (satu) mobil Toyota Kijang
e. Komisi II DPR RI juga berkunjung ke kantor Walikota Palembang Provinsi
Sumatera Selatan dan diterima oleh Plt. Walikota Palembang beserta yang
mewakili Gubernur bidang investasi Ketua dan Wakil Ketua DPRD Kota
Palembang dan, Seluruh OPD dari Provinsi Sumatera Selatan dan dari Kota
Palembang; beberapa hal yang disampaikan Plt. Walikota sebagai berikut:
Kota Palembang akan menjadi tuan rumah ASEAN GAMES, dan kesiapan
sudah mencapai 98% tinggal menyiapkan transportasi pada tanggal 1 Juli
25
2018 (full operation), kereta dan gerbong sudah siap tinggal menguji signal,
hotel sudah disiapkan, tinggal membenahi kota dan taman-taman, ekonomi
tumbuh, pajak menjadi 1,64 triliun dari pajak objek restoran dan tempat
makan. Plt Walikota Palembang juga menyampaikan terima kasih atas
kunjungan Komisi II DPR RI untuk memastikan pelayanan publik mitra terkait
Komisi II DPR RI
III. PEMBAHASAN DAN REKOMENDASI
Beberapa hal yang menjadi pembahasan dan titik berat permasalahan yang
terjadi di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan dan mitra kerja memohon
kepada Komisi II DPR RI untuk membantu penyelesaian permasalahan yang
terjadi di daerah, sebagai berikut:
a. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Sumatera Selatan
1) Perizinan secara elektoronik (Permendagri 138) belum semua
dilaksanakan (online single submission) belum terintegrasi karena masih
terkendala sarana dan prasarana
2) Tunjangan khusus bagi pelayanan publik PTSP belum terealisir (sedang
diusahakan agar tahun ini bisa direalisasikan)
3) Perizinan dan perpanjangan LPTKA terkait tenaga kerja asing oleh
pemerintah daerah harus dicermati, dan pemerintah daerah harus fokus
pada konten permasalahan yang terjadi di daerah.
b. Dinas Dukcapil Kota Palembang
1) Blangko E- KTP tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan
(keterbatasan Blangko KTP-el terhadap wilayah Pemekaran Kecamatan
yaitu Kecamatan Jakabaring dan Ilir Timur 3 yang memerlukan sebanyak
120.000 Keping. Selain itu juga RIBBON, dan FILM untuk memenuhi
Pencetakan KTP-el Pemula, hilang, rusak, perubahan elemen, dan
pemekaran wilayah Kecamatan)
2) Gangguan jaringan komunikasi data (Jarkomdat)
3) Waktu yang diperlukan untuk penunggalan data perekaman variatif
tergantung dari server di pusat, jika pelayanan dibawah jam 09 bisa
dilakukan penunggalan data cepat sedangkan perekaman diatas jam
09.00 butuh waktu penunggalan data sekitar 4-5 hari
4) Proses penunggalan data ganda (duplicated) yang diusulkan kepusat
relatif lama
5) Usia mesin perekaman data 8 tahun (2011) di 18 kecamatan
6) Kurangnya kemampuan IT SDM
26
7) Belum tersedianya mobil keliling untuk melakukan jemput bola secara
masif
c. BPN Kota Palembang
1) Luas kantor 953 m2, gedung kantor seperti ruko belum ada renovasi sejak
tahun 1982, terdapat keterbatasan ruangan pelayanan (sumpek),
kapasitas ruangan tidak memadai dengan kebutuhan pelayanan
2) Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) setiap tahun ditingkatkan
oleh Pemerintah diluar yang rutin ada sekitar 10.100, belum lagi
pemecahan dan balik nama, loket sudah maksimal, pembangunan
gedung menjadi urgent untuk dilaksanakan
3) Ada tambahan peningkatan untuk mendongkrak Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan (PPh) untuk
menyumbangkan ke APBD, kontribusi kantor BPN kepada APBD setiap
tahun meningkat, olehnya itu BPN meminta agar ada manfaat yang dapat
diambil dari APBD untuk kantor BPN paling tidak 10% dari total kontribusi
yang telah disumbangkan ke APBD, agar pembangunan sarana prasarana
kantor/ pembangunan gedung bisa dilaksanakan
4) Jumlah pegawai yang terbatas dalam pelayanan BPN yaitu 53 Orang
Aparatur Sipil Negara/ Pegawai Negeri Sipil, 74 Orang Pegawai Tidak
Tetap ( PTT ) dan 21 Orang Asisten Surveyor Kadaster ( D1 Pengukuran
STPN ) serta 11 Orang Satpam
5) Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) untuk tahun 2018 target
3.000 sertifikat, BPN Kota Palembang mengukur sudah mendekati 5.000,
dari 5.000 dipilah benar-benar yang clear dan clean (K1) dalam kategori
adapun pengukuran, PTSL secara konsep dari Pemerintah Pusat semua
bidang tanah didaftarkan kategori K1 (Clear Clean 100%). K2, K3, K4,
untuk yang diterapkan BPN di Kota Palembang mencari benar-benar yang
6) Betapa sulitnya masyarakat bahagia atas hak yang seharusnya mereka
miliki, persoalan tanah, seberapa besar tanah akibat kebijakan BPN yang
tidak berpihak, tanah tidak pernah bertambah, permasalahan yang selalu
bertambah, persoalannya ada di kebijakan
7) Permasalahan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) adalah
pendaftaran tanah, artinya ‘tanah ada terlebih dahulu baru diberikan
haknya” prinsipnya “jangan surat yang mencari tanah”, seharusnya “tanah
yang mencari surat”; BPN fungsinya mengawinkan orang dengan tanah,
kawin massal “yang sudah kawin kita berikan catatan untuk mendapatkan
legalitas dari negara” tidak berarti ada suratnya ada baru kemudian baru
27
cari tanah itu tidak benar, dalam Pasal 10 UU PA setiap orang badan
hukum diwajibkan mengerjakan tanah secara aktif.
8) Permasalahan lain mengenai Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap
(PTSL):, proses-proses awal kenapa tidak dibiayai secara keseluruhan,
persaoalan besar yang kita hadapai artinya sama dengan menyiapkan
biaya resepsi pernikahan tetapi biaya ijab kabul tidak disediakan, tidak
bisa jadi resepsi kalau biaya ijab kabulnya tidak ada. kenapa tidak
dilalokasikan anggaran dimana menghitung satu berkas sertifikat berapa
biaya yang dibutuhkan untuk masyarakat bisa mendapatkan sertifikasi,
melalu proses pembuatan alasan dan lain sebagainya, satu contoh
persoalan SK 3 menteri bukan penyelesaian masalah malah menjadi
perkara, disitu ada biaya yang harus ditanggu masyarakat sebesar Rp.
200.000 tetapi masyarakat yang tidak punya uang Rp. 200.000 tidak akan
dapat sertfikasi hak miliknya, harusnya seluruh warga negara memiliki
kedudukan sama dalam kebutuhan bernegara, seluruh hajat hidup orang
banyak dikuasia oleh negara, artinya ini menjadi persoalan Rp. 200.000
bukan mengatasi masalah, ada yang harusnya mendapat pendaftaran
tanah secara utuh, tetapi kepala desa tidak melakukan pendaftaran
karena orangnya tidak punya uang Rp. 200.000, sedangkan biaya
sertifikat 350.000, kenapa dibebankan lagi beban masyarakat, sudah
punya tanah tetapi tidak punya sertifikat karena tidak punya uang,
harusnya negara berikan jaminan kepastian hukum kepada masyarakat
seluruh Indonesia dalam rangka kepastian hukum dengan sertifikat diatas
tanah, kalau memberikan bantuan kepada masayarakat jangan separuh-
separuh tetapi harus penuh.
9) Penyelesaian sengketa termasuk salah satu permasalahan tanah di
Angkatan Udara di Kota Palembang; Komisi II DPR RI sepakat dengan
BPN membentuk panitia kecil untuk menyelesaikan sengketa dan juga
memperjuangkan supaya anggaran khusus untuk penyelsaian sengketa
tidak dipersoalkan, dari 181 laporan sengketa pertanahan yang diterima
Komisi II DPR RI dan telah diteruskan ke BPN satu pun belum ada yang
selesai, ada potensi korupsi dalam penyelesaian sengketa, masalah
bangsa ini adalah masalah moral
10) Persoalan sengketa pertanahan yang dikuasi TNI Angkatan udara dan
ditempati masyarakat sejak tahun 1990 agar tidak terjadi bom waktu, BPN
Provinsi Sumatera Selatan berkomitmen untuk menyelesaikan
permasalahan ini. Di Jawa Timur sudah menyelesaikan tanah Lapindo,
Tanah kartu hijau, perosalan tanah anatara pengusah dengan universitas
Arilangga, Selama di Kota Palembang sudah menyelesaikan
permasalahan sengketa yang sudah 52 tahun tidak terselesaikan yaitu
sengketa Tanah Brimob. Penyelesaian tidak harus tuntas, tetapi ada
tahapan-tahapan penyelesaiannya dengan prinsip-prinsip penyelesaian
28
sengketa sebagai berikut (1) Tidak ada yang tidak bisa diselesaikan jika
kita berniat untuk menyelesaikan (2) mengecek kembali posisi masyarakat
dan angkatan udara (3) lapangan terbang angkatan udara, karena
wilayah negara RI adalah milik kita semua dengan mengambil rujukan
penyelesaian berdasarkan pengalaman yang ada (5) Dalam UU PA
menyatakan bahwa seluruh tanah diseluruh Indonesia adalah kepunyaan
seluruh warga negara Indonesia Pasal 10 UU PA: setiap orang badan
hukum wajib mengerjakan tanah secara aktif, maka kita harus lihat siapa
yang lebih memanfaatkan tanah itu, jangan terlebih dulu diberi haknya,
Pasal 2 UU PA, negara menguasai dalam arti adalah mengatur,
menentukan, menyelenggarakan, nanti tahapan keduanya setelah
menguasai dan dimanfaatkan maka muncullah pemberian hak atas tanah
didalamnya, Tap MPR Nomor 9/2011 dinyatakan harus dilakukan
penataan penggunaan terlebih dahulu jika ini kita lakukan insya Allah
permasalahan menjadi clear
11) Survey Ombudsman terhadap Kakan BPN Kota Palembang masih berada
di predikat kuning, artinya dari beberapa hal standart pelayanan publik
belum baik, misalnya berapa lama proses yang harus dilakukan dalam
pelayanan publik, harus ditingkatkan standar layanan jangan sampai dari
kuning menjadi merah
d. Perwakilan Ombudsman Provinsi Sumatera Selatan
1) Eselonisasi untuk sekretariat perwakilan ombudsman tidak ada jabatan
2) Anggaran sangat minim (fluktuatif, termasuk anggaran penanganan
laporan minim
3) Kantor belum milik sendiri, tiap tahun harus was-was, sekarang lagi
mengusahakan hibah-hibah untuk kantor, rata- rata semua kantor
terpakai, kecuali kalau memungkingkan hibah tanah dari Provinsi, di JKN
ada informasi tanah yang tidak terpakai yang akan dijajaki untuk kantor
Perwakilan Ombudsman
4) Kesejahteraan pegawai masih minim, khabar terbaru usulan BPJS
ketenagakerjaan ditolak, sementara berhadapan dengan resiko yang tidak
dianggap remeh, sering bepergian, alhamndulillah di Kota Palembang
tidak ada masalah, tetapi di perwakilan ombudsman daerah lain sangat
banyak terjadi contoh di Surabaya, Jawa Tengah sampai meninggal dunia
5) Pramubakti dan keamanan masih kontrak, jangan sampai ombudsman
sebaga pengawas pelayanan publik, melakukan mall administrasi, karena
ketentuan maksimal 3 (tiga) tahun untuk kontrak, di kantor perwakilan
kontrak menahun karena belum ada payung hukum untuk melakukan
pengangkatan pegawai.
29
6) Kendala penanganan laporan, jumlah asisten yang menangani laporan
tidak sebanding dengan jumlah laporan yang masuk sehingga
mempengaruhi waktu dan kualitas penanganan. 8 (delapan) orang asisten
mengerjakan semua (pencegahan dan penyelesaian laporan). Laporan
masuk merupakan laporan terakhir jika instansi sudah tidak mampu
menangani laporan sehingga Ombudsman merupakan penyelesain
terakhir dari laporan masyarakat
7) Kendaraaan operasional hanya satu dan masih sewa, jika ada
penanganan laporan yang membutuhkan di kabupaten/kota yang
lokasinya jauh dari Kota Palembang, maka digilir, sehingga menambah
waktu penyelesaian laporan dari masyarakat, sangat sering dikomplain
tetapi dilakukan pendekatan persuasif dan secara kekelaurgaan
8) Permasalahan SDM dan anggaran menjadi dilema dan merupakan titik
permasalahan. Melihat kualifikasi SDM belum tentu bisa melakukan
verifikasi terhadap seluruh permasalahan, hanya satu orang mendapat
pelatihan, masalah pelatihan menjadi perhatian yang sungguh-sungguh,
jangan hanya KPU dan imigrasi yang bisa masuk polisi dan penyidik,
persoalan anggaran, harusnya Ombudsman juga melakukan upaya
maksimal, melihat masalah seperti masalah BPN, persoalan yang muncul,
masalah tanah mendominasi, 23,97% dari 200 laporan adalah masalah
tanah yang ditangani, belum yang tidak ditangani ombudsman, bisa kita
design, fungsi output adalah fungsi anggaran, SDM, waktu, kualitas
networking, anggaran hanya 260 juta sudah termasuk transportasi, tidak
mungkin melakukan pengawasan yang lebih efektif dan berkualitas dan
Komisi II DPR RI mendukung kinerja Ombudsman dan upaya peningkatan
anggaran Ombudsman
9) Sejak tahun 2005 tercatat 80 ribu laporan yang sudah ditangani Hanya 55
yang berakhir dengan rekomendasi yang bersifat final dan mengikat,
artinya sekian banyak laporan selesai di tahap-tahap sebelumnya, ada
yang begitu disurati lalu mereka berubah, ada yang diklarifikasi dan tau
salahnya mereka berubah, ada yang dimediasi mereka berubah, ada yang
dikasih saran mereka berubah. Sebenarnya kekuatan ombudsman sudah
terjadi, dan tidak harus berakhir dengan sifat menekan. Hanya ada 15
yang tidak dijalankan/kurang dijalankan. Dengan anggaran yang terbatas
melakukan prioritas dan seleksi, membuat simulasi untuk satu
penanganan anggaran idealnya Rp. 2.500.000 ada kunjungan dan
investigasi, untuk kondisi anggaran yang ada dianggarkan Rp. 1.000.000,-
dan meminta tidak menginap, dengan kondisi seperti ini sampai berapa
lama untuk menjaga integritas. Mayoritas penanganan laporan adalah
Kota Palembang, yang dilakukan dengan cara, mentaktisi anggaran
termasuk memakai motor jika dibutuhkan.
30
IV. PENUTUP
Demikian laporan hasil kunjungan kerja Komisi II DPR RI di Provinsi
Sumatera Selatan pada tanggal 1 Mei 2018. Semoga dapat ditindaklanjuti dan
bermanfaat bagi semua pihak. Kepada semua pihak yang membantu
terselenggaranya kunjungan spesifikini, kami ucapkan terima kasih.