USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
PENGARUH BAKTERI PROBIOTIK DARI SUSU KUDA SUMBAWA
TERHADAP AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN PADA MENCIT JANTAN
(MUS MUSCULUS)
BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh:
Riska Ade Suryani NIM. 11.033 Angkatan 2011/2012
Mila Yulaikha NIM. 11.029 Angkatan 2011/2012
Kurnia Afifah NIM. 12.021 Angkatan 2012/2013
Aviva Erdianti NIM. 13.011 Angkatan 2013/2014
Iknewati Mega Rosita NIM. 13.024 Angkatan 2013/2014
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA
MALANG
2014
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
RINGKASAN ................................................................................... iii
A. LATAR BELAKANG MASALAH ........................................ 1
B. PERUMUSAN MASALAH ................................................... 3
C. TUJUAN PENELITIAN ........................................................ 3
D. LUARAN YANG DIHARAPKAN ........................................ 3
E. KEGUNAAN ......................................................................... 3
F. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 4
G. METODE PENELITIAN ....................................................... 9
H. JADWAL RENCANA PENELITIAN .................................. 15
I. RANCANGAN BIAYA ....................................................... 16
J. PELAKSANAAN PROGRAM ............................................ 17
K. HASIL DANPEMBAHASAN .............................................. 18
L. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 28
M. DAFTAR PUSTAKA ............................................................ iv
N. LAMPIRAN ........................................................................... v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Produk pangan alami tersebut dapat berupa bahan makanan fungsional
yang berasal dari tanaman atau hewan. Susu merupakan bahan pangan alami
dari hewan mamalia, banyak mengandung senyawa bioaktif yang diantaranya
yaitu komponen protein protektif meliputi imunoglobulin, lisozim, laktoferin
dan peroksidase (Lonnerdal, 1985; May, 1988 dalam: Shida et al., 1992).
Umumnya susu yang dikonsumsi atau produk susu yang dipasarkan
berasal dari susu sapi, hal ini dikarenakan produksinya lebih besar
dibandingkan ternak lain seperti kambing dan kuda. Di Indonesia mulai
banyak masyarakat yang mengonsumsi susu kuda liar karena dapat
menanggulangi penyakit-penyakit tuberculosis (TBC), saluran pencernaan,
avitaminosis, anemia (lesu darah), penyakit kardiovaskuler, lever, dan ginjal
(Dharmojono, 1993).
Kandungan kadar protein dalam air susu kuda liar lebih tinggi daripada
susu sapi sebagai alternatif tambahan air susu ibu (ASI) bagi bayi dalam masa
pertumbuhan dan untuk kecerdasaan otak. Rantai protein pada susu kuda
sumbawa lebih pendek dibandingkan dengan yang ada pada susu sapi
sehingga mudah dicerna bayi. Dari hasil analisa kadar protein susu kuda liar
yaitu 1,92 g% (Heru Yuniati dan Ema Sahara, 2012).
Susu kuda juga merupakan sumber lemak, vitamin dan mineral.
Kandungan gizinya yang mendekati air susu ibu (ASI), cocok untuk bayi
karena kadar kaseinnya lebih rendah dibanding susu sapi, karena kaseinnya
rendah sehingga bentuk gumpalan yang lunak di saluran pencernaan (Welsch
et al, 1998).
Hal ini dibuktikan dari adanya sebuah penelitian untuk melihat
komponen bioaktif antara lain protein, lemak, karbohidrat, laktosa, kalsium dan
mineral seperti kalium dan magnesium. Susu kuda memiliki kadar protein
1,89g% dan kadar lemak 1,09g% serta bersifat asam dengan pH 3 4, tidak
mengandung bakteri patogen, bahan pengawet maupun bahan yang
membahayakan tubuh. (Ressang dan Nasution, 1998). Sifat keasaman pada
susu kuda Sumbawa berdampak baik karena memiliki aktivitas antimikroba
alami yang sangat kuat. Hal ini dilihat dari beberapa penelitian yang telah ada
seperti susu kuda dapat menghambat pertumbuhan Mycobacterium
tuberculosis (Rijatmiko, 2003) dan bakteri patogen perusak bahan pangan
(Hermawati et al, 2004).
Tidak membusuknya susu kuda tersebut juga menjadi bukti bahwa
adanya senyawa antimikroba alami di dalamnya seperti telah dikemukakan
oleh Randolp dan Gould, 1968 di dalam Corner, 1993. Selain tidak busuk, susu
kuda Sumbawa tidak menjadi pecah. Hal ini disebabkan oleh kadar kaseinnya
rendah ( Sudarwanto et al, 1998 ), selanjutnya dilaporkan bahwa susu kuda
Sumbawa mengalami fermentasi alami yang ditandai dengan penurunan pH
sampai 3,5 dan adanya pertumbuhan alami bakteri asam laktat sehingga susu
kuda mempunyai daya awet yang kuat.
Bakteri asam laktat termasuk dalam bakteri probiotik yang telah banyak
dimanfaatkan dalam penanggulangan berbagai penyakit infeksi di negara-
negara maju seperti menanggulangi diare pada anak-anak (Marteau et al,
2001), dan kelainan sistem imun (Isolauri et al, 2002). Bakteri probiotik ini
merupakan mikroorganisme yang bila dikonsumsi dalam kadar tertentu dapat
meningkatkan aktivitas antibodi karena menghasilkan IgA, IgG, dan IgM.
Antibodi merupakan biomolekul yang tersusun atas protein dan dibentuk
sebagai respon terhadap keberadaan benda-benda asing dalam tubuh. Antibodi
disebut juga imunoglobulin (Ig) atau serum protein globulin yang berfungsi
melindungi tubuh. Imunoglobulin senyawa pertama yang diidentifikasi
sebagai molekul dalam serum yang dapat menetralisir sejumlah
mikroorganisme penyebab infeksi penyakit (Wiwi, 2011).
Berdasarkan uraian di atas dan dengan adanya berbagai penelitian tentang
aktivitas antimikroba dalam pertumbuhan bakteri asam laktat secara alami
pada susu kuda, maka permasalahan yang timbul apakah bakteri asam laktat
pada susu kuda dapat meningkatkan sistem imun. Untuk itu dilakukan
penelitian pengaruh bakteri probiotik dari susu kuda liar terhadap aktivitas
imunoglobulin M dan imunoglobulin G.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana efek
bakteri probiotik dari susu kuda Sumbawa terhadap aktivitas imunoglobulin
pada mencit jantan ( Mus Musculus ) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji pengaruh bakteri
probiotik dari susu kuda Sumbawa terhadap aktivitas imunoglobulin pada
mencit jantan ( Mus Musculus ).
1.4 LUARAN PENELITIAN
Adapun luaran penelitian yang diharapkan dari program penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian ini menghasilkan inovasi terbaru bagi masyarakat sebagai
minuman kesehatan.
2. Penelitian penggunaan Susu Kuda Sumbawa sebagai produk pangan dan
farmasi ini dapat dijadikan artikel penelitian yang terpublikasikan agar
fungsinya sebagai antibodi dapat diterapkan dalam masyarakat.
1.5 MANFAAT
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.5.1 Mahasiswa
Bagi mahasiswa, program ini sangat berguna sebagai bahan motivasi dan
referensi dalam menciptakan inovasi inovasi terbaru yang bermanfaat di
lingkungan masyarakat.
1.5.2 Masyarakat
Bagi masyarakat, program in sangat berguna sebagai pengetahuan terbaru
tentang Susu Kuda Sumbawa yang bermanfaat dalam menjaga kesehatan
tubuh dari berbagai macam penyakit.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Susu
Susu adalah sekresi kelenjar ambing dari hewan mamalia tidak ditambah
atau dikurangi suatu zat apa pun ke dalamnya dan diperoleh dari pemerahan
ternak yang sehat (Sudono, 1985). Pada umumnya susu terdiri atas tiga
komponen utama, yaitu protein, lemak dan laktosa (Schmidt et al. 1988)
ditambah air, vitamin dan mineral (Sudono, 1985).
2.1.1 Komposisi Susu
Susu mengandung semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup anak mamalia seperti lemak, protein, karbohidrat (laktosa),
vitamin, mineral dan air. Komponen dan karakteristik zat gizi yang terdapat dalam
susu memungkinkan zat gizi susu mudah diserap dan digunakan oleh tubuh hewan
atau manusia (Buckle et al, 1997).
Pada tabel 1 dapat dilihat perbedaan kadar lemak, protein, gula, abu dan
air dari beberapa spesies mamalia. Kadar lemak susu bervariasi dari 1,59% -
54,2%, yang palinga rendah pada kuda (1,59%) dan yang paling tinggi pada aning
laut (54,2%). Kadar lemak susu sapi 3,90% hampir mendekati kadar lemak susu
manusia 3,80%, sedangkan kadar lemak susu kuda 1,59% lebih rendah dari susu
sapi dan susu manusia. Kadar protein susu juga bervariasi yaitu berkisar antara
1,20% - 12,95%. Kadar protein paling rendah pada susu manusia (1,20%) dan
paling tinggi pada susu kelinci (12,95%). Dilihat dari kadar proteinnya, kadar
protein susu kuda (2,00%) paling mendekati kadar protein susu manusia (1,20%),
disamping itu kandungan kasein susu kuda juga rendah sehingga susu kuda tidak
menggumpal bila diasamkan (Buckle et al, 1987).
Kadar laktosa susu beberapa spesies mamalia bervariasi antara 1,79% -
7,00%, yang paling rendah pada susu ikan paus (1,79%) dan paling tinggi pada
susu manusia (7,00%). Sedangkan susu anjing laut tidak mempunya kadar laktosa.
Dari variasi tersebut, kecuali lemak komposisi susu kuda mendekat kada laktosa
susu manusia (Buckle et al, 1997).
Tabel 1. Komposisi susu beberapa spesies mamalia
Jenis Lemak (%) Protein (%) Laktosa
(%)
Abu (%) Air (%)
Kambing 4,09 3,71 4,20 0,79 87,81
Ikan Paus 22,24 11,90 1,79 1,66 63,00
Kelinci 13,60 12,95 2,40 2,55 68,50
Kerbau 7,40 4,74 4,64 0,78 82,44
Kuda 1,59 2,00 6,14 0,41 89,86
Domba 8,28 5,44 4,78 0,90 80,60
Anjing laut 54,20 12,00 - 0,53 34,00
Sapi 3,90 3,40 4,80 0,72 87,10
Manusia 3,80 1,20 7,00 0,21 87,60
2.1.2 Susu Kuda Liar
Susu kuda liar adalah susu yang berasal dari ambing kuda betina yang
sehat tanpa ditambah atau dikurangi zat apapun yang secara empiris telah
digunakan sebagai obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti
penyakit saluran pencernaan, tuberkulosis, anemia, radang paru-paru dan kanker.
Susu kuda liar dari Sumbawa mempunyai keistimewaan yaitu tidak mengalami
penggumpalan dan kerusakan meskipun tidak dipasteurisasi dan tanpa diberi
bahan pengawet apapun, serta tahan disimpan pada suhu kamar sampai 5 bulan.
Sifat ini memberi petunjuk bahwa dalam susu kuda liar Sumbawa terkandung zat
yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri yang diduga
senyawa antimikroba alami.
2.2 Antimikroba
Menurut Randolph dan Gould (1968) dan Reiter (1985) yang disitasi oleh
Conner (1993), mengelompokkan senyawa antimikroba alami dari susu terdiri
dari immunoglobulin, lysozym, dan laktoferin. Sedangkan Naidu (2000)
menyatakan bahwa beberapa kelompok senyawa antimikroba alami susu adalah
laktolipida dan senyawa protein yaitu laktoferin, laktoperoxidase dan
laktoglobulin.
a. Immunoglobulin
Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang
terdapat dalam serum atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia.
Imunoglobulin termasuk dalam famili glikoprotein yang mempunyai
struktur dasar sama, terdiri dari 82-96% polipeptida dan 4-18%
karbohidrat. Komponen polipeptida membawa sifat biologik molekul
antibodi tersebut. Molekul antibodi mempunyai dua fungsi yaitu mengikat
antigen secara spesifik dan memulai reaksi fiksasi komplemen serta
pelepasan histamin dari sel mast.
Imunoglobulin G ( Ig G) disebut juga rantai (gamma)
Antibodi dominan pada respon sekunder dan menyusun pertahanan yang
penting melawan bakteti dan virus. Ini merupakan satu-satunya antibodi
yang mampu melintasi plasenta,oleh karena itu merupakan imunoglobulin
yang paling banyak ditemukan pada bayi yang baru lahir.
Imunoglobulin A ( Ig A) disebut juga rantai (alpha)
Imunoglobulin utama pada hasil sekresi misalnya susu, saliva dan air mata
serta sekresi traktus respiratorius, intestinal dan genital. Imunoglobulin
inimelindungi membran mukosa dari serangan bakteri dan virus.
Imunoglobulin M ( Ig M) disebut juga rantai (mu)
Antibodi pertama yang bersirkulasi sebagai respons terhadap pemaparan
awal ke suatu antigen. Konsentrasinya dalam darah menurun secara cepat.
Hal ini secara diagnostik bermanfaat karena kehadiran IgM umumnya
mengindikasikan adanya infeksi baru oleh pathogen yang menyebabkan
pembentukannya.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian jenis eksperimen yaitu
dengan mengetahui pengaruh bakteri probiotik yang terdapat pada susu kuda liar
terhadap aktivitas imunoglobulin pada hewan uji.
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan yaitu menentukan sampel penelitian,
menentukan lokasi dan waktu penelitian, serta menghitung kebutuhan bahan dan
mempersiapkan peralatan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi pengumpulan data, isolasi bakteri probiotik dari
susu kuda liar, pemilihan dan penyiapan hewan uji serta perlakuan terhadap
hewan uji dalam pengujian aktivitas imunoglobulin.
c. Tahap akhir
Tahap akhir meliputi pengolahan data, analisis data, dan membuat
kesimpulan tentang aktivitas dari bakteri probiotik dari susu kuda liar terhadap
aktivitas imunoglobulin pada hewan uji.
3.2 Instrument Penelitian
a. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah inkubator,
sentrifuge, cawan petri, sumur mikrotiter tipe U (Well plate 96 lubang),
mikropipet (socorex), blue tip, autoklaf
b. Bahan
Susu kuda liar, bakteri asam laktat dari susu kuda liar, sel darah merah
domba 2%, larutan Phosphate Buffer Saline pH 7, NaCl, media MRSA,
hewan uji yaitu mencit jantan ( Mus musculus ), alat suntik.
3.3 Metode Pengumpulan Data
1. Tahap Penyiapan alat dan bahan
Setiap alat yang akan digunakan dicuci bersih dan disterilkan
dalam autoklaf. Bahan yang akan digunakan juga disiapkan.
2. Tahap Penambahan bobot hewan uji
Setiap hari hewan uji diberi makanan sekitar 3 4 minggu hingga
mencapai bobot badan 25-30g.
3. Proses Fermentasi
a. Susu kuda Sumbawa disimpan pada suhu ruang 27oC.
b. Diuji mutu dari susu kuda Sumbawa tiap minggunya yang telah
difermentasi dengan beberapa parameter.
d. Susu kuda Sumbawa yang memiliki kualitas terbaik setelah difermentasi,
digunakan untuk dilakukan pengujian pada mencit.
4. Identifikasi Susu Kuda Sumbawa terfermentasi
a. Organoleptis
Susu kuda Sumbawa yang melalui proses fermentasi diamati secara
organoleptis meliputi bentuk, warna, aroma, rasa.
b. Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran derajat keasaman menggunakan alat pH meter. Sebelum
digunakan alat distandarisasi dulu menggunakan dua larutan buffer yaitu
buffer pH 4 dan pH 7. Sekitar 25 ml sampel dimasukkan ke dalam gelas piala,
elektroda pH meter dicelupkan ke dalam sampel, kemudian dilakukan
pembacaan pH sampel setelah dicapai nilai yang tetap.
c. Viskositas (Viskometer Ostwold)
Mempersiapkan sampel yang akan diuji.
Sebelum digunakan , viscometer hendaknya di bersihkan terlebih dahulu
Letakkan viscometer pada posisi vertical
Pipet cairan yang akan ditentukan kekentalannya dimasukkan kedalam
reservoir a sampai melewati garis reservoirnya (kira-kira setengahnya)
Biarkan viscometer beberapa menit dalam thermostat untuk
menyeimbangkan atau mencapai suhu yang di kehendaki
Cairan dihisap melalui pipa b sampai melewati garis m.reservoirnya
Cairan dibiarkan turun sampai garis n
Catat waktu yang dibutuhkan cairan untuk mengalir dari garis m ke n
.
d. Total Asam Tertitrasi
Prinsip : Jumlah asam dihitung sebagai asam laktat.
Prosedur :
1. Menimbang contoh sebanyak 10 g contoh (W) ( pipet 10 ml contoh)
2. Melarutkan dalam air bebas CO2 sebanyak 2 kali volume
3. Menambahkan 2 tetes indikator PP dan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
sampai terbentuk warna merah muda.
Perhitungan :
Jumlah asam =
Keterangan :
W adalah bobot contoh, dinyatakan dalam gram (g);
V adalah volume larutan NaOH, dinyatakan dalam mililiter (ml);
N adalah normalitas larutan NaOH.
90 adalah berat molekul asam laktat
e. Total Bakteri Asam Laktat
Prinsip : Pertumbuhan kultur starter setelah contoh diinkubasikan
dalam pembenihan yang sesuai selama 24 jam sampai 48 jam pada suhu (35
1) C.
Prosedur :
1. Membuat pengencer NaCl 0,85% sebanyak 72 mL kemudian disterilkan
dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
2. Membuat media MRS agar sebanyak 135 mL kemudian disterilkan dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
3. Sterilkan semua alat dan bahan yang akan digunakan selama 30 menit di
autoklaf pada suhu 121oC
4. Menyiapkan 8 buah tabung, kemudian masukkan 9 ml pengencer NaCl
0,85% kedalam masing - masing tabung reaksi.
5. Melakukan pengenceran dipipet 1 ml sampel dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi berisi 9 ml NaCl 0,85% dan dihomogenkan. Maka didapatkan
pengenceran 10-1
.
6. Dari pengenceran 10-1 dipipet 1 ml lalu dimasukkan ke dalam botol yang
berisi 9 ml NaCl 0,85% dan dihomogenkan. Maka dipatkan Pengenceran 10-2
.
7. Dari pengenceran 10-2 dipipet 1 ml lalu dimasukkan ke dalam botol yang
berisi 9 ml NaCl 0,85% dan dihomogenkan. Maka dipatkan Pengenceran 10-3
8. Prosedur dilakukan hingga didapat pengenceran 10-8
9. Diambil 1 ml dari tiap tingkat pengenceran yaitu, 10-1,10-2 , 10-3 , 10-4, 10-5,
10-6
, 10-7
, dan 10-8
kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam 8
cawan petri steril.
10. Dituang media MRS agar 15 ml hingga menutupi semua dasar cawan petri
11. Goyangkan cawan petri dengan hati-hati (putar dan goyang ke depan, ke
belakang, ke kanan dan ke kiri) sehingga sampel dan media tercampur
merata dan memadat
12. Ditambahkan 1 cawan petri dikhususkan berisi media MRS agar
digunakan sebagai control
13. Dimasukkan semua cawan petri dengan posisi terbalik ke dalam lemari
pengeram atau inkubator pada suhu 35C selama 24 jam sampai 48 jam;
14. Diinkubasi pada inkubator pada suhu 37C selama 2 x 24 jam.
15. Diamati hasilnya
5. Tahap Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah Domba 2%
Sebanyak 2 ml darah domba disentrifugasi dengan kecepatan 1500
rpm untuk memisahkan sel darah merah domba (SDMD) dari plasmanya.
Sel darah merah domba yang didapatkan dicuci dengan penambahan
sejumlah besar Phosphat Buffered Saline (PBS) dalam tabung lalu tabung
tersebut dibolak-balik beberapa kali, setelah itu disentrifugasi kembali.
Pencucian dilakukan paling sedikit 3 kali. Setelah disentrifugasi, PBS
dikeluarkan sehingga yang tertinggal adalah SDMD 100%, lalu
ditambahkan lagi PBS dengan jumlah yang sama hingga diperoleh
suspensi SDMD 50%. Sebanyak 0,4 ml SDMD 50% diencerkan dengan
9,6 ml PBS hingga diperoleh suspensi antigen (SDMD 2% v/v).
4. Tahap Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan Mus musculus
yang sehat dengan bobot badan 20-30 gram, sebanyak 10 ekor mencit
yang dibagi berdasarkan perlakuan dan dinyatakan telah teracak dengan
baik jika bobot badan tiap mencit tidak berbeda nyata.
5. Tahap Perlakuan Terhadap Hewan Uji
Pada perlakuan ini, mencit jantan Mus musculus diimunisasi
dengan 1 ml suspensi sel merah darah domba 2 % secara intraperitoneal.
Untuk perlakuan isolat bakteri probiotik setelah diimunisasi bakteri
probiotik dilarutkan dengan NaCMC sebanyak dengan faktor konversi
dosis mencit dengan volume 1 ml/25 g bobot badan secara oral setiap hari
selama 10 hari. Pada hari ke sebelas, darah mencit jantan diambil secara
intrakardiak untuk mengetahui aktivitas imunoglobulin. Perlakuan yang
sama dalam penelitian ini juga diberikan pada kontrol larutan NaCMC
sebanyak 1 ml/25g bobot badan secara oral setiap hari selama 10 hari.
Sampel darah hewan uji diambil secara intrakardiak pada hari kesebelas
setelah imunisasi dan diletakkan pada suhu kamar selama 1-2 jam hingga
darah tersebut menggumpal lalu diambil serumnya dengan cara
disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
6. Tahap Uji Aktivitas Imunoglobulin G
Sumber bakteri probiotik yang dari susu kuda liar yang diberikan
secara peroral sebanyak 1 ml (106 sel)/30 g bobot badan mencit selama
sepuluh hari. Setiap hewan diimunisasi dengan antigen sel darah merah
domba (SDMD) 2 % v/v secara intra-peritoneal sebanyak 1 ml/30 g BB
mencit. Peng-amatan aktivitas Imunoglobulin G (IgG) dilakukan pada hari
kesebelas dengan metode hemaglutinasi titer antibodi.
7. Tahap Uji Aktivitas Imunoglobulin M
Sumber bakteri probiotik dari susu kuda liar, yang diberikan secara
peroral sebanyak 1 ml (106 sel)/30 g bobot badan mencit selama lima hari.
Sebelum diberi sampel uji, setiap hewan diimunisasi dengan antigen sel
darah merah domba (SDMD) 2 % v/v secara intraperitoneal se-banyak 1
ml/ 30 gram BB mencit. Pengamatan aktivitas imunoglobulin M (IgM)
dilakukan pada hari keenam dengan metode hemaglutinasi titer antibodi.
8. Tahap Uji Hemaglutinasi
Serum yang diperoleh lalu di encerkan secara double dilution
dengan phosphat Bufferred Saline (PSB) dengan perbandingan 1/4, 1/8,
1/16, 1/32, 1/64, 1/128, 1/256, dan 1/ 512. Dari masing- masing
perbandingan ini di pipet sebanyak 50l dan diletakkan pada 8 sumur
piring mikrotiter (well plate 96) isolat bakteri probiotik dari susu kuda liar
dan kontrol NaCMC. Setelah itu, masing-masing ditambahkan 50 ul
suspensi sel darah merah domba 2 % pada setiap sumur dan./ digoyang-
goyang selama 5 menit agar homogen. Selanjutnya di inkubasi pada suhu
37oC selama 60 menit dan didiamkan pada suhu kamar. Setelah itu
dilakukan pengamatan pengenceran tertinggi dari setiap serum darah
mencit jantan yang masi dapat mengaglutinasi sel darah merah domba.
IV. JADWAL RENCANA PENELITIAN
BULAN Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5
Tahap Penambahan bobot hewan uji
Persiapan Alat dan Bahan
Tahap Penyimpanan Susu Kuda Sumbawa
Tahap Pengujian Mutu Fisik, Kimia,
Mikrobiologi
Tahap Pembuatan Suspensi Sel Darah
Merah Domba 2%
Tahap Pemilihan dan Penyiapan Hewan
Uji
Tahap Perlakuan Terhadap Hewan Uji
Tahap Uji Hemaglutinasi
Analisis Data
Pelaporan
V. RANCANGAN ANGGARAN
No Jenis Anggaran Jumlah Keterangan Biaya
A Peralatan Penunjang
1. Kain Lap 1 pcs Rp. 20.000,00 Rp. 20.000,00
2. Tissue Gulung 5 pcs Rp. 4.000,00 Rp. 20.000,00
3. Botol Kaca 9 pcs Rp. 10.000,00 Rp. 90.000,00
4. Sendok Tanduk 1 pcs Rp. 9.000,00 Rp. 9.000,00
5. Pipet Tetes 3 pcs Rp. 1.500,00 Rp. 4.500,00
6. Tempat minum mencit 10 pcs Rp. 8.000,00 Rp. 80.000,00
7. Pembuatan Kandang Mencit
10 pcs Rp 25.000,00 Rp. 250.000,00
8. Mikrotiter 80 pcs Rp. 300,00 Rp. 24.000.,00
9. Sonde 2 pcs Rp. 7.500,00 Rp. 15.000,00
10. Spuit 5 pcs Rp. 2.500,00 Rp. 12.500,00
Sub-Total Rp. 525.000,00
B. Bahan Habis Pakai
1. Susu Kuda Liar 5,5 L Rp. 100.000,00 Rp. 550.000,00
2. NaCl 10 g Rp. 2.500,00 Rp. 25.000,00
3. NaOH 5 g Rp. 2.000,00 Rp. 10.000,00
4. As. Oksalat 10 g Rp. 1.000,00 Rp. 10.000,00
5. Aquades 25 L Rp. 25.000,00 Rp. 125.000,00
6. Media MRSA 105 g Rp. 5.000,00 Rp. 525.000,00
7. Darah Domba 200 mL Rp. 100.000,00/50
ml
Rp. 400.000,00
8. Na-CMC 100 g Rp. 12.000,00 Rp. 12.000,00
9. Kertas Coklat 8 pcs Rp. 1.000,00 Rp. 8.000,00
10. Mencit 35 ekor Rp. 15.000,00 Rp. 525.000,00
11. Larutan Phosphat Buffered
Saline
23 L Rp. 192.600,00 Rp. 4.429.800,00
12. Pakan Standart Mencit 100 g Rp. 150.000,00 Rp. 150.000,00
13. Gas LPG 3 kg Rp. 16.000,00 Rp. 16.000,00
Sub-Total Rp. 6.785.800,00
C. Perjalanan
1. Akomodasi Susu Kuda
Liar
Rp. 150.000,00 Rp. 150.000,00
Sub-Total Rp. 150.000,00
D. Lain-lain
1. Sewa Lab. Mikrobiologi 8 kali Rp. 250.000,00 Rp. 2.000.000,00
2. Sewa Lab. Farmakognosi 5 kali Rp. 250.000,00 Rp. 1.250.000,00
3. Sewa Lab. Biosains 1bulan Rp. 350.000,00 Rp. 350.000,00
Sub-Total Rp. 3.600.000,00
Total Biaya Rp.
11.060.800,00
VI. PELAKSANAAN PROGRAM
A. Waktu dan Tanggal Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2014 diawali
dengan penyiapan alat dan bahan serta penyewaan laboratorium kemudian
dilakukan proses penyimpanan susu kuda Sumbawa, pengujian mutu fisik, kimia,
pengujian aktivitas imunoglobulin yang selesai pada bulan Juli 2014.
B. Jadwal Pelaksanaan
VII. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian telah mendapatkan hasil yang sesuai dengan rencana awal.
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan menghasilkan data-data yang tersusun
secara statistik. Data yang didapatkan diuraikan sebagai berikut :
BULAN Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5
Persiapan Alat dan Bahan
Tahap Penyimpanan Susu Kuda Sumbawa
Tahap Pengujian Mutu Fisik, Kimia,
Mikrobiologi
Tahap Pembuatan Suspensi Sel Darah
Merah Domba 2%
Tahap Pemilihan dan Penyiapan Hewan
Uji
Tahap Perlakuan Terhadap Hewan Uji
Tahap Uji Hemaglutinasi
Analisis Data
Pelaporan
4.1.1 Uji Fisikokimia Susu Kuda Fermentasi
Adapun hasil identifikasi susu kuda setelah fermentasi adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Uji Mutu Fisik
No
Umur
Simpan Susu
Kuda
Uji Mutu
Organoleptis
Viskositas
Pemeriksaan
pH
Warna Bau Rasa
1. 0 minggu putih Bau khas
susu
Sedikit
manis
1,173 x 10-3
4,95
2. 1 minggu putih Bau
sedikit
asam
Sedikit
Asam
1,183 x 10-3
4,36
3. 2 minggu putih Bau
asam
Sedikit
Asam
1,191 x 10-3
4,33
4. 3 minggu putih Bau
asam
Asam 1,191 x 10-3
4,30
5. 4 minggu putih Bau
asam
Asam 1,202 x 10-3
4,29
6. 5 minggu putih Bau
asam
Asam 1,202 x 10-3
4,26
7. 6 minggu putih Bau
asam
Asam 1,210 x 10-3
4,23
8. 7 minggu putih Bau
sangat
asam
Sangat
Asam
1,214 x 10-3
4,22
9. 8 minggu putih Bau
sangat
asam
Sangat
Asam
1,218 x 10-3
4,19
10. 9 minggu Putih Bau
sangat
asam
Sangat
Asam
1,218 x 10-3
4,19
11. 10 minggu putih Bau
sangat
asam
Sangat
Asam
1,218 x 10-3
4,19
12. 11 minggu Putih Bau
sangat
asam
Sangat
Asam
1,218 x 10-3
4,18
Tabel 4.2 Hasil Uji Mutu Kimia
No
Umur
Simpan
Susu Kuda
Total Asam Tertitrasi
Rata-rata
(mL)
Jumlah
Asam
(%) I
(mL)
II
(mL)
III
(mL)
1 0 minggu
2 1 minggu 8,25 8,25 8,2 8,23 0,7407
3 2 minggu 7,20 7,25 7,25 7,23 0,6507
4 3 minggu 6,95 7,1 6,9 6,98 0,6282
5 4 minggu 6,9 6,8 6,8 6,83 0,6147
6 5 minggu 6,25 6,20 6,25 6,23 0,5607
7 6 minggu 5,30 5,30 5,30 5,30 0,4777
8 7 minggu 5,20 5,25 5,20 5,21 0,4689
9 8 minggu 5,15 5,10 5,10 5,11 0,4599
10 9 minggu 5,15 5,10 5,10 5,11 0,4599
11 10 minggu 5,10 5,10 5,10 5,10 0,4590
12 11 minggu 5,10 5,10 5,10 5,10 0,4590
Tabel 4.3 Hasil Uji Mutu Mikrobiologi
No Umur
Simpan Susu
Kuda
Pengenceran
Kontrol 10-1
10-2
10-3
10-4
10-5
10-6
10-7
10-8
1 0 minggu X 143 131 124 119 87 77 TSU
D
TSU
D
2 1 minggu X 195 187 173 164 143 134 127 TSU
D
3 2 minggu X 256 241 223 218 147 139 129 115
4 3 minggu X 278 252 235 231 151 143 138 119
5 4 minggu X 287 265 243 239 167 159 148 137
6 5 minggu X 296 276 253 241 187 176 154 142
7 6 minggu X TBU
D
297 265 258 197 181 172 167
8 7 minggu X TBU
D
TBU
D
295 270 210 198 183 171
9 8 minggu X TBU
D
TBU
D
TBU
D
TBU
D
TBU
D
215 195 187
10 9 minggu
X TBU
D
TBU
D
TBU
D
TBU
D
TBU
D
217 197 188
11 10 minggu X TBU
D
TBU
D
TBU
D
TBU
D
TBU
D
218 199 189
12 11 minggu X TBU
D
TBU
D
TBU
D
TBU
D
TBU
D
218 199 189
4.2 Aktivitas Imunoglobulin
Hasil uji aktivitas imunoglobulin dari perlakuan susu kuda Sumbawa fermentasi dan
kontrol NaCMC dapat dilihat pada tabel I :
Kontrol P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
1/8 1/8 1/8 1/8 1/16 1/32 1/16 1/32 1/64
1/8 1/4 1/8 1/8 1/16 1/32 1/32 1/32 1/64
1/4 1/4 1/8 1/16 1/32 1/16 1/32 1/32 1/128
1/8 1/8 1/4 1/16 1/16 1/32 1/32 1/32 1/128
1/4 1/4 1/8 1/8 1/32 1/16 1/32 1/64 1/64
Histogram aktivitas imunoglobulin dengan mengkonversi nilai titer antibodi dengan
rumus [2 log (titer) 1] dapat dilihat pada grafik 1 :
*titer immunoglobulin merupakan pengenceran tertinggi yang masih dapat
mengaglutinasikan antigen.
4.2 Pembahasan
Mutu atau kualitas susu merupakan hubungan sifat-sifat susu yang mencerminkan
tingkat penerimaan susu tersebut oleh konsumen. Sifat-sifat tersebut meliputi sifat fisik,
kimiawi, dan mikrobiologi. Sifat fisik susu menunjukkan keadaan fisik susu yang dapat
diuji dengan peralatan tertentu atau panca indera. Sifat fisik susu yang dapat diuji
dengan alat antara lain berat jenis, kekentalan. Sedangkan sifat yang dapat diuji dengan
pancra indera yaitu bau, rasa, warna, dan konsistensi.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
Aglutinasi
0,5139 0,3979 0,6478
1
1,602 1,718 1,8519
2,1019
2,8075
Kontrol (+) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
Sifat kimiawi susu menunjukkan komposisi zat gizi serta kandungan zat kimia
tertentu termasuk adanya cemaran. Sifat mikrobiologis susu menunjukkan jumlah
mikroba yang ads didalam susu serta beberapa parameter lain yang berkaitan dengan
pertumbuhan mikroba.
Dalam praktek, mutu susu sering disebutkan berdasarkan kelompok sifatnya
sehingga dikenal mutu fisik susu, mutu kimiawi susu, ataupun mutu mikrobiologis susu.
Bahkan dalam menguji mutu susu sering hanya dilakukan terhadap beberapa atribut
yang dianggap penting, misalnya bobot jenis, kadar lemak dan total bakteri. Akan tetapi
secara menyeluruh mutu susu harus menggambarkan sifat-sifat susu yang mencakup
sifat fisik, kimiawi dan mikrobiologis. Gabungan basil penilaian sifat-sifat susu akan
mencerminkan nilai atau derajat mutu susu. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
mutu susu fermentasi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan seperti
tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1 Syarat Mutu Yoghurt, SNI 2981 : 2009
Kriteria Uji Persyaratan
Keadaan
Penampakan Cairan kental sampai semi padat
Bau Normal/khas
Rasa Asam/khas
Konsistensi Homogen
Jumlah asam 0,5 2,0 % b/b
Jumlah bakteri starter min. 107
Viskositas
a. Pemeriksaan Warna
Warna susu yang normal adalah putih kekuningan. Pada susu kuda Sumbawa,
warna susu berwarna putih. Warna putih ini disebabkan karena refleksi sinar matahari
dengan adanya butiran-butiran lemak, protein, dan garam-garam didalam susu.
b. Pemeriksaan Bau
Susu segar yang normal mempunyai bau yang khas terutama karena adanya asam-
asam lemak. Namun pada susu kuda Sumbawa memiliki bau yang semakin asam setiap
minggunya. Bau tersebut dapat terjadi karena adanya pertumbuhan mikroba didalam
susu.
c. Pemeriksaan Rasa
Susu segar yang normal adalah sedikit manis yang ditimbulkan karena
kandungan laktosa didalam susu. Tingkat kemanisan susu bervariasi tergantung tinggi
rendahnya kandungan laktosa. Adanya garam juga mempengaruhi rasa susu. Namun
dalam susu kuda Sumbawa sebelum mengalami fermentasi terasa manis dan semakin
lama semakin asam, hal itu terjadi karena pertumbuhan mikroba pada susu.
Rasa dan bau susu sering kali sulit dipisahkan dan keduanya bergabung
menghasilkan kesan spesifik yang disebut sebagai flavor susu. Potineni and Peterson
(2005) melaporkan bahwa senyawa vanilin didalam susu yang terdegradasi menjadi
asam vanilat dapat menyebabkan Off-flavor selama penyimpanan. Degradasi tersebut
terkait erat dengan reaksi oksidatif dari enzim xanthine oksidase yang secara intrinsik
ada didalam susu. senyawa lain yang ikut berperan menentukan flavor susu adalah
beberapa senyawa phenol khususnya alkyl-phenol (Kilic and Lindsay, 2005).
d. Viskositas
Faktor yang mempengaruhi viskositas susu ialah konsentrasi dan keadaan protein,
konsentrasi dan keadaan lemak, susu dan lamanya susu disimpan. Susu lebih berat dari
air karena susu merupakan suatu sistem koloidal kompleks, yaitu air sebagai medium
dispersi antara lain mengandung garam-garam dan gula dalam larutan.
Viskositas susu kuda Sumbawa jauh lebih encer dari susu sapi dengan rata-rata
1,201 x 10-3
Pa.S hal ini bisa disebabkan keadaan protein, lemak serta lamanya susu
disimpan.
e. Total Asam Tertitrasi
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui derajad keasaman susu. Semakin besar
derajad keasaman susu, semakin buruk kualitas susu segar. Derajad keasaman
menunjukkan banyak sedikitnya asam yang terbentuk didalam susu akibat pertumbuhan
mikroba.
Penetapan kadar total asam dihitung dalam persen setara asam laktat dapat
ditentukan sebagai berikut (Lampert, 1970). Sampel susu sebanyak 9 gram atau 10 ml
ditetesi phenolphathalein (pp) 1% sebanyak 3 tetes dan kemudian dititrasi dengan
NaOH 0,1 N. Titrasi diakhiri ketika warna sampel berubah menjadi merah muda dan
tidak berubah. Ada beberapa penjelasan yang perlu diketahui dalam penentuan
keasaman susu setara asam laktat. Setiap mililiter 0,1 N alkali (NaOH) akan
menetralkan 0,009 g asam laktat. Jika 9 g atau setara 10 mL susu diencerkan 2x
volumenya dengan H2O, kemudian dititrasi, maka setiap ml 0,1 N NaOH yang
digunakan setara dengan 0,1% asam laktat. Larutan pp 1% digunakan sebagai indikator
untuk titrasi. Larutan ini tidak berwarna didalam suasana asam dan berwarna merah
muda (pink) didalam suasana alkali. Penggunaan larutan pp sekitar 2 ml. Rata-rata asam
laktat pada susu kuda Sumbawa 0,4 % - 0,7%. Asam laktat terbentuk melalui beberapa
proses yaitu laktosa pada susu kuda dipecah menjadi gula yang lebih sederhana yaitu
glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim -galaktosidase yang kemudian akan
mengubah glukosa menjadi produk akhir asam laktat.
f. Pemeriksaan pH Nilai pH merupakan cerminan jumlah ion H+ dari asam didalam susu yang
diakibatkan oleh pertumbuhan mikroba. Tujuan dari uji pH adalah mengetahui
tingkat keasaman susu sehingga dapat diperkirakan tingkat kualitas dan keamanan
susu untuk dikonsumsi. Pada susu kuda Sumbawa nilai pH berkisar 4,95 4,19 dan
setiap minggunya pH dari susu kuda semakin asam.
g. Total Bakteri Asam Laktat
Pengujian kultur starter digunakan untuk mengitung pertumbuhan kultur starter
setelah contoh diinkubasikan dalam pembenihan yang sesuai selama 24 jam sampai 48
jam pada suhu (35 1) C. Pengujian dilakukan dengan cara sebanyak 1 ml sampel
diencerkan dalam 9 ml larutan garam fisiologis (NaCl 0.85%) hingga pengenceran 10-8
.
Kemudian dipipet sebanyak 1 ml atau 0,1 ml sampel yang telah diencerkan ke dalam
cawan petri steril, ditambahkan dengan 15-20 ml MRSA cair (media yang belum
memadat) steril. Kemudian cawan petri digoyangkan secara mendatar agar sampel
menyebar rata. Setelah agar membeku, diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu
370C selama 2-3 hari.
Hasil dari pengujian kultur starter yang ada pada susu kuda Sumbawa, semakin
lama penyimpanan susu bakteri asam laktat semakin bertambah. Bakteri asam laktat
terbentuk karena adanya bantuan senyawa yang disebut bakteriosin. Bakteriosin
merupakan senyawa proteinaceous yang disintesis oleh bakteri gram positif dan
dikeluarkan ke lingkungan. Bakteri asam laktat yang terbentuk bersifat broad spectrum,
yang berarti hampir semua bakteri patogen dan perusak terhambat oleh keberadaan
substansi ini.
h. Aktivitas Imunoglobulin
Bakteri probiotik memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia diantaranya
dalam sistem imunitas. Menurut Safitri S, (2009) Sistem imunitas menyediakan
pertahanan utama melawan mikroorganisme patogen, sistem imun ini diperlukan tubuh
untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai
bahan dalam lingkungan hidup. Pertahanan tubuh berkaitan dengan antibodi. Antibodi
atau imunoglobulin adalah golongan protein yang dibentuk sel plasma (poliferasi sel B)
akibat kontak dengan antigen. Keseimbangan antara antibodi dan antigen dalam tubuh
akan menghasilkan status imunitas yang baik dan akan sangat menguntungkan imunitas.
Pada penelitian ini, digunakan bakteri probiotik yang berasal dari susu kuda
Sumbawa dan kontrol dari suspensi NaCMC sebagai perbandingan. Tujuan dilakukan
pengamatan terhadap bakteri probiotik susu kuda Sumbawa adalah untuk mengetahui
pengaruh terhadap aktivitas imunoglobulin berdasarkan penelitian-penelitian
sebelumnya.
Pada penelitian ini hewan coba yang digunakan yaitu mencit jantan yang
dikelompokkan secara acak berdasarkan bobot badan, sehingga berat setiap mencit tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan dan antigen yang digunakan untuk diinduksi
produksi antibodi adalah sel darah merah domba (SDMD) dalam bentuk SDMD 2%
yang merupakan imunogen, yaitu antigen yang berasal dari gen spesies lain. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Kurnianto A, (2010) sel darah merah domba (SDMD)
merupakan antigen polivalen yang merupakan protein dengan determinan potensial
yang lebih besar dibandingkan dengan antigen monovalen. Lagi pula semakin asing
antigen yang digunakan, semakin efektif ia menimbulkan respon imun. Antigen
tersebut diinjeksikan ke tubuh mencit secara intraperitoneal sehari sebelum pemberian
susu kuda Sumbawa yang telah difermentasi. Susu kuda Sumbawa yang mengandung
bakteri probiotik sebelum diberikan secara oral pada mencit terlebih dahulu diencerkan
dengan NaCMC, hal ini disebabkan karena sel darah merah domba (SDMD 2%)
berbentuk suspensi sehingga harus disamakan agar absorbsi atau kerja dalam tubuh
sama.
Hari ke-11 setelah penginduksian SDMD, darah mencit diambil secara
intrakardiak untuk mengamati aktivitas imunoglobulin. Pengambilan darah untuk
pengukuran imunoglobulin harus dilakukan sesuai dengan hari yang ditentukan setelah
pemberian SDMD sebab imunoglobulin akan segera terbentuk pada selang hari tersebut
setelah pemberian antigen. Selama kurun waktu tersebut, diharapkan telah terjadi
sensitasi sel B yang akan berproliferasi, berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel
plasma yang memproduksi antibodi yaitu imunoglobulin. Imunoglobulin mencapai
puncak terbentuknya pada hari 10 sampai 11 setelah pemaparan antigen. Karena itu
diambil darah secara intrakardiak, untuk pengamatan pada hari kesebelas (Kurnianto,
2010).
Pengujian hemaglutinasi terhadap serum darah mencit dilakukan dengan
menambahkan antigen yang sama yaitu sel darah merah domba. Interaksi antara antigen
dengan antibodi menyebabkan terjadinya reaksi sekunder, yaitu berupa aglutinasi, sebab
antigen merupakan partikel-partikel kecil yang tidak larut. Gumpalan yang terbentuk
antara antigen dan anti serum spesifik akan bersatu dan akhirnya mengendap sebagai
gumpalan-gumpalan besar dan mudah terlihat dengan cairan atasnya tetap
memperlihatkan kejernihan. Hal ini terjadi karena pada umurmnya antibodi memiliki
lebih dari satu reseptor pengikat antigen sehingga antibodi bereaksi dengan molekul
antigen lain yang mungkin sudah berikatan dengan salah satu molekul antibodi dan
terbentuklah gumpalan. Reaksi aglutinasi baru dapat terjadi bila rasio antara antigen dan
antibodi seimbang, sehingga terbentuk zona ekuivalen Kresno (2004), dibantu oleh suhu
yang tinggi (37-56oC) dan oleh gerakan yang menambah kontak antigen dan antibodi
(misalnya mengocok, mengaduk, dan memutar) serta berkumpulnya gumpalan
memerlukan garam-garam yang berasal dari PBS yang digunakan. Hasil akhir dari uji
hemaglutinasi dapat ditentukan dengan melihat pola pengendapan sel darah merah pada
dasar sumur mikrotiter (wheel plate). Apabila sel darah merah membentuk titik
berwarna merah pada pusat sumur, uji dinyatakan negatif sedangkan sel yang
teraglutinasi akan menyebar pada cairan di dalam sumur mikrotiter, dengan melihat
aglutinasi yang terjadi maka dihitung sebagai titer aglutinasi yang merupakan
pengenceran tertinggi dari serum darah mencit jantan Mus Musculus yang masih
memberikan reaksi aglutinasi, maka uji tersebut dinyatakan positif.
Pengamatan aktivitas imunoglobulin dilakukan dengan melihat titer antibodi yaitu
pengenceran tertinggi dari larutan yang masih menunjukkan reaksi aglutinasi. Dari hasil
perhitungan dengan mengkonversi nilai titer antibodi dengan rumus [2 log (titer) +1],
maka hasilnya dapat dilihat pada histogram (grafik 1) yang menunjukkan terjadinya
peningkatan aktivitas imunoglobulin setelah pemberian susu kuda Sumbawa fermentasi
dan kontrol NaCMC.
Pada histogram menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas imunoglobulin lebih
tinggi pada kelompok perlakuan VIII yang diberikan susu kuda Sumbawa fermentasi
umur 8 minggu jika dibandingkan dengan kontrol negatif yang hanya diberikan NaCMC
1%, dan diperoleh hasil bahwa peningkatan imunoglobulin lebih tinggi pada susu kuda
Sumbawa fermentasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
oleh Moller C (2004) menyatakan bahwa bakteri probiotik dapat memperkuat sistem
imun karena adanya bantuan mukus.
Melekatnya probiotik pada mukus ini ternyata diakibatkan oleh suatu zat protein
yang dimiliki oleh probiotik tersebut. Zat tersebut dinamakan mucus-binding protein
(protein pengikat mukus), yang ternyata dijumpai dalam jumlah yang lebih banyak pada
bakteri penghasil asam laktat, dengan adanya protein ini maka bakteri probiotik dapat
menempel pada mukus saluran cerna dan melakukan interaksi dengan host. Peneliti ini
juga menemukan bahwa ternyata mucus-binding protein mengenal protein
imunoglobulin manusia yang merupakan bagian dari sistem imun, dan hasil penelitian
yang sama dilakukan oleh Dr. Nathalie Juge dari Institute of Food Research berhasil
mengungkapkan cara menempelnya suatu probiotik dalam saluran pencernaan, dari
temuan ini juga dapat dijelaskan mengapa tidak semua bakteri dapat digunakan sebagai
probiotik. Usus merupakan organ dengan sistem imun terluas di tubuh, sel-sel yang
menyusun usus dilindungi oleh lapisan pelindung mukus yang secara terus-menerus
mengalami proses regenerasi. Selain melindungi, ternyata mukus ini juga memberikan
keuntungan bagi bakteri probiotik yaitu menjadi media melekatnya probiotik di dinding
usus. Melekatnya probiotik pada mukus ini ternyata diakibatkan oleh suatu zat protein
yang dimiliki oleh probiotik tersebut, dari hasil penelitian diselidiki lebih jauh pada
probiotik Lactobacillus reuteri. Zat tersebut dinamakan mucus-binding protein (protein
pengikat mukus), yang ternyata dijumpai dalam jumlah yang lebih banyak pada bakteri
penghasil asam laktat, dengan adanya protein ini maka bakteri probiotik dapat
menempel pada mukus saluran cerna dan melakukan interaksi dengan host. Dari fakta
temuan yang telah dijabarkan di atas, jelas bahwa bakteri yang dipilih sebagai probiotik
sebaiknya bakteri yang mampu menghasilkan mucus-binding protein, agar bakteri dapat
survive dan bertahan untuk meningkatkan populasi dalam saluran cerna. Pada
pengamatan aktivitas imunoglobulin menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara
kelompok kontrol negatif terhadap kelompok perlakuan pemberian susu kuda Sumbawa
fermentasi umur 8 minggu. Dari hasil ini berarti terjadi peningkatan aktivitas
imunoglobulin dengan pemberian susu kuda Sumbawa fermentasi jika dibandingkan
dengan kontrol NaCMC.
VIII. Kesimpulan dan Saran
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan bahwa:
1. Bakteri probiotik dari susu kuda Sumbawa fermenyasi, dapat meningkatkan aktivitas
imunoglobulin
2.Bakteri probiotik susu kuda Sumbawa berdasarkan pengenceran titer imunoglobulin
perlakuan 8 yaitu susu kuda Sumbawa umur fermentasi 8 minggu merupakan
pengenceran tertinggi dan memiliki aktivitas imunoglobulin terbaik dan memiliki
perbedaan yang signifikan dengan kontrol.
8.2 Saran
1. Dilakukan analisis data secara statistik untuk mengetahui keakuratan hasil penelitian
yang didapatkan
DAFTAR PUSTAKA
Dian, D.A., 2011. Pengaruh Bakteri Probiotik Dari Berbagai Sumber
Terhadap Aktivitas Imunoglobulin G (IgG) Pada Mencit Jantan (Mus
musculus). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar.
Safitri R., 2009, Manfaat Bakteri Probiotik untuk Kesehatan Manusia.
Medical Review vol 22. FMIPA Universitas Pajajaran. Bandung.
aglar, E., Kargul. B., & Tanboga. I., 2005, Bacteriotherapy and Probiotics
Role on Oral Health. Review Article Blackwell Munksgaard, 11. Pp. 131-136.
Matsuzaki T and Chin J. Modulation Immune
Responses with Probiotik Bacteri. Immunology and Cell Biology. 2000; 78: 67-
73.
Formanto B. Aktivitas Antimikroba Susu terhadap Bakteri Pathogen. [Skripsi].
Institut Pertanian Bogor, Bogor. 2001.
Sujaya IN, Dwipayanti UNM, Suariani PNL, et al. Isolasi dan Karakterisasi
Bakteri Asam Laktat dari Susu Kuda Sumbawa. Jurnal Veteriner. 2008; 9(2):
52-59.
Hermawati D, Sudarwanto M, Soekarto ST, Zakaria FR, Sudrajat S dan Tjatur
RFS. Aktivitas Antimikroba Pada Susu Kuda Sumbawa. Jurnal Teknologi dan
Industri Pangan. 2004;15 (1): 47-53.
Kurnianto A.A., 2010. Efek Jus Daun Pare (Momordica charantia Linn.)
Terhadap Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG) Mencit
Jantan (Mus musculus). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Moller C, Vrese MD. Review :Probiotics Effects of Selected Acid Bacteria,
Institute for Physiology and Biochemistry of Nutrition. Federal Research
Center for Nutrition and Food, Location Kiel, D-24103 Kiel,Germany. 2004. pp
5-2.
Kresno, S.B. 2004. IMUNOLOGI : Diagnosa dan Prosedur Laboratorium, Ed.4.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. hal. 4-5, 7, 11-12, 15-16, 44-
47, 53-54, 408-409.
Anang, M.L., 2002. Sifat Kimiawi, Fisik, dan Mikrobiologis Susu. Diklat
Kuliah. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.
Surono, I.S. 2004. Probiotik Susu Fermentasi dan Kesehatan. PT. Tri Cipta
Karya. Jakarta.4,182,202.
Lampiran 1. Foto Praktikum
Pengenceran Gambar Pengenceran Gambar
10-1
10-5
10
-2
10-6
10
-3
10-7
10
-4
10-8
Recommended