LAPORAN PKM-P 100%.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

    JUDUL PROGRAM

    PENGARUH BAKTERI PROBIOTIK DARI SUSU KUDA SUMBAWA

    TERHADAP AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN PADA MENCIT JANTAN

    (MUS MUSCULUS)

    BIDANG KEGIATAN:

    PKM PENELITIAN

    Diusulkan oleh:

    Riska Ade Suryani NIM. 11.033 Angkatan 2011/2012

    Mila Yulaikha NIM. 11.029 Angkatan 2011/2012

    Kurnia Afifah NIM. 12.021 Angkatan 2012/2013

    Aviva Erdianti NIM. 13.011 Angkatan 2013/2014

    Iknewati Mega Rosita NIM. 13.024 Angkatan 2013/2014

    AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA

    MALANG

    2014

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. i

    DAFTAR ISI ..................................................................................... ii

    RINGKASAN ................................................................................... iii

    A. LATAR BELAKANG MASALAH ........................................ 1

    B. PERUMUSAN MASALAH ................................................... 3

    C. TUJUAN PENELITIAN ........................................................ 3

    D. LUARAN YANG DIHARAPKAN ........................................ 3

    E. KEGUNAAN ......................................................................... 3

    F. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 4

    G. METODE PENELITIAN ....................................................... 9

    H. JADWAL RENCANA PENELITIAN .................................. 15

    I. RANCANGAN BIAYA ....................................................... 16

    J. PELAKSANAAN PROGRAM ............................................ 17

    K. HASIL DANPEMBAHASAN .............................................. 18

    L. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 28

    M. DAFTAR PUSTAKA ............................................................ iv

    N. LAMPIRAN ........................................................................... v

  • I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Produk pangan alami tersebut dapat berupa bahan makanan fungsional

    yang berasal dari tanaman atau hewan. Susu merupakan bahan pangan alami

    dari hewan mamalia, banyak mengandung senyawa bioaktif yang diantaranya

    yaitu komponen protein protektif meliputi imunoglobulin, lisozim, laktoferin

    dan peroksidase (Lonnerdal, 1985; May, 1988 dalam: Shida et al., 1992).

    Umumnya susu yang dikonsumsi atau produk susu yang dipasarkan

    berasal dari susu sapi, hal ini dikarenakan produksinya lebih besar

    dibandingkan ternak lain seperti kambing dan kuda. Di Indonesia mulai

    banyak masyarakat yang mengonsumsi susu kuda liar karena dapat

    menanggulangi penyakit-penyakit tuberculosis (TBC), saluran pencernaan,

    avitaminosis, anemia (lesu darah), penyakit kardiovaskuler, lever, dan ginjal

    (Dharmojono, 1993).

    Kandungan kadar protein dalam air susu kuda liar lebih tinggi daripada

    susu sapi sebagai alternatif tambahan air susu ibu (ASI) bagi bayi dalam masa

    pertumbuhan dan untuk kecerdasaan otak. Rantai protein pada susu kuda

    sumbawa lebih pendek dibandingkan dengan yang ada pada susu sapi

    sehingga mudah dicerna bayi. Dari hasil analisa kadar protein susu kuda liar

    yaitu 1,92 g% (Heru Yuniati dan Ema Sahara, 2012).

    Susu kuda juga merupakan sumber lemak, vitamin dan mineral.

    Kandungan gizinya yang mendekati air susu ibu (ASI), cocok untuk bayi

    karena kadar kaseinnya lebih rendah dibanding susu sapi, karena kaseinnya

    rendah sehingga bentuk gumpalan yang lunak di saluran pencernaan (Welsch

    et al, 1998).

    Hal ini dibuktikan dari adanya sebuah penelitian untuk melihat

    komponen bioaktif antara lain protein, lemak, karbohidrat, laktosa, kalsium dan

    mineral seperti kalium dan magnesium. Susu kuda memiliki kadar protein

    1,89g% dan kadar lemak 1,09g% serta bersifat asam dengan pH 3 4, tidak

    mengandung bakteri patogen, bahan pengawet maupun bahan yang

    membahayakan tubuh. (Ressang dan Nasution, 1998). Sifat keasaman pada

    susu kuda Sumbawa berdampak baik karena memiliki aktivitas antimikroba

  • alami yang sangat kuat. Hal ini dilihat dari beberapa penelitian yang telah ada

    seperti susu kuda dapat menghambat pertumbuhan Mycobacterium

    tuberculosis (Rijatmiko, 2003) dan bakteri patogen perusak bahan pangan

    (Hermawati et al, 2004).

    Tidak membusuknya susu kuda tersebut juga menjadi bukti bahwa

    adanya senyawa antimikroba alami di dalamnya seperti telah dikemukakan

    oleh Randolp dan Gould, 1968 di dalam Corner, 1993. Selain tidak busuk, susu

    kuda Sumbawa tidak menjadi pecah. Hal ini disebabkan oleh kadar kaseinnya

    rendah ( Sudarwanto et al, 1998 ), selanjutnya dilaporkan bahwa susu kuda

    Sumbawa mengalami fermentasi alami yang ditandai dengan penurunan pH

    sampai 3,5 dan adanya pertumbuhan alami bakteri asam laktat sehingga susu

    kuda mempunyai daya awet yang kuat.

    Bakteri asam laktat termasuk dalam bakteri probiotik yang telah banyak

    dimanfaatkan dalam penanggulangan berbagai penyakit infeksi di negara-

    negara maju seperti menanggulangi diare pada anak-anak (Marteau et al,

    2001), dan kelainan sistem imun (Isolauri et al, 2002). Bakteri probiotik ini

    merupakan mikroorganisme yang bila dikonsumsi dalam kadar tertentu dapat

    meningkatkan aktivitas antibodi karena menghasilkan IgA, IgG, dan IgM.

    Antibodi merupakan biomolekul yang tersusun atas protein dan dibentuk

    sebagai respon terhadap keberadaan benda-benda asing dalam tubuh. Antibodi

    disebut juga imunoglobulin (Ig) atau serum protein globulin yang berfungsi

    melindungi tubuh. Imunoglobulin senyawa pertama yang diidentifikasi

    sebagai molekul dalam serum yang dapat menetralisir sejumlah

    mikroorganisme penyebab infeksi penyakit (Wiwi, 2011).

    Berdasarkan uraian di atas dan dengan adanya berbagai penelitian tentang

    aktivitas antimikroba dalam pertumbuhan bakteri asam laktat secara alami

    pada susu kuda, maka permasalahan yang timbul apakah bakteri asam laktat

    pada susu kuda dapat meningkatkan sistem imun. Untuk itu dilakukan

    penelitian pengaruh bakteri probiotik dari susu kuda liar terhadap aktivitas

    imunoglobulin M dan imunoglobulin G.

  • 1.2 Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana efek

    bakteri probiotik dari susu kuda Sumbawa terhadap aktivitas imunoglobulin

    pada mencit jantan ( Mus Musculus ) ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji pengaruh bakteri

    probiotik dari susu kuda Sumbawa terhadap aktivitas imunoglobulin pada

    mencit jantan ( Mus Musculus ).

    1.4 LUARAN PENELITIAN

    Adapun luaran penelitian yang diharapkan dari program penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

    1. Penelitian ini menghasilkan inovasi terbaru bagi masyarakat sebagai

    minuman kesehatan.

    2. Penelitian penggunaan Susu Kuda Sumbawa sebagai produk pangan dan

    farmasi ini dapat dijadikan artikel penelitian yang terpublikasikan agar

    fungsinya sebagai antibodi dapat diterapkan dalam masyarakat.

    1.5 MANFAAT

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

    1.5.1 Mahasiswa

    Bagi mahasiswa, program ini sangat berguna sebagai bahan motivasi dan

    referensi dalam menciptakan inovasi inovasi terbaru yang bermanfaat di

    lingkungan masyarakat.

    1.5.2 Masyarakat

    Bagi masyarakat, program in sangat berguna sebagai pengetahuan terbaru

    tentang Susu Kuda Sumbawa yang bermanfaat dalam menjaga kesehatan

    tubuh dari berbagai macam penyakit.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Susu

    Susu adalah sekresi kelenjar ambing dari hewan mamalia tidak ditambah

    atau dikurangi suatu zat apa pun ke dalamnya dan diperoleh dari pemerahan

    ternak yang sehat (Sudono, 1985). Pada umumnya susu terdiri atas tiga

    komponen utama, yaitu protein, lemak dan laktosa (Schmidt et al. 1988)

    ditambah air, vitamin dan mineral (Sudono, 1985).

    2.1.1 Komposisi Susu

    Susu mengandung semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

    kelangsungan hidup anak mamalia seperti lemak, protein, karbohidrat (laktosa),

    vitamin, mineral dan air. Komponen dan karakteristik zat gizi yang terdapat dalam

    susu memungkinkan zat gizi susu mudah diserap dan digunakan oleh tubuh hewan

    atau manusia (Buckle et al, 1997).

    Pada tabel 1 dapat dilihat perbedaan kadar lemak, protein, gula, abu dan

    air dari beberapa spesies mamalia. Kadar lemak susu bervariasi dari 1,59% -

    54,2%, yang palinga rendah pada kuda (1,59%) dan yang paling tinggi pada aning

    laut (54,2%). Kadar lemak susu sapi 3,90% hampir mendekati kadar lemak susu

    manusia 3,80%, sedangkan kadar lemak susu kuda 1,59% lebih rendah dari susu

    sapi dan susu manusia. Kadar protein susu juga bervariasi yaitu berkisar antara

    1,20% - 12,95%. Kadar protein paling rendah pada susu manusia (1,20%) dan

    paling tinggi pada susu kelinci (12,95%). Dilihat dari kadar proteinnya, kadar

    protein susu kuda (2,00%) paling mendekati kadar protein susu manusia (1,20%),

    disamping itu kandungan kasein susu kuda juga rendah sehingga susu kuda tidak

    menggumpal bila diasamkan (Buckle et al, 1987).

    Kadar laktosa susu beberapa spesies mamalia bervariasi antara 1,79% -

    7,00%, yang paling rendah pada susu ikan paus (1,79%) dan paling tinggi pada

    susu manusia (7,00%). Sedangkan susu anjing laut tidak mempunya kadar laktosa.

    Dari variasi tersebut, kecuali lemak komposisi susu kuda mendekat kada laktosa

    susu manusia (Buckle et al, 1997).

  • Tabel 1. Komposisi susu beberapa spesies mamalia

    Jenis Lemak (%) Protein (%) Laktosa

    (%)

    Abu (%) Air (%)

    Kambing 4,09 3,71 4,20 0,79 87,81

    Ikan Paus 22,24 11,90 1,79 1,66 63,00

    Kelinci 13,60 12,95 2,40 2,55 68,50

    Kerbau 7,40 4,74 4,64 0,78 82,44

    Kuda 1,59 2,00 6,14 0,41 89,86

    Domba 8,28 5,44 4,78 0,90 80,60

    Anjing laut 54,20 12,00 - 0,53 34,00

    Sapi 3,90 3,40 4,80 0,72 87,10

    Manusia 3,80 1,20 7,00 0,21 87,60

    2.1.2 Susu Kuda Liar

    Susu kuda liar adalah susu yang berasal dari ambing kuda betina yang

    sehat tanpa ditambah atau dikurangi zat apapun yang secara empiris telah

    digunakan sebagai obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti

    penyakit saluran pencernaan, tuberkulosis, anemia, radang paru-paru dan kanker.

    Susu kuda liar dari Sumbawa mempunyai keistimewaan yaitu tidak mengalami

    penggumpalan dan kerusakan meskipun tidak dipasteurisasi dan tanpa diberi

    bahan pengawet apapun, serta tahan disimpan pada suhu kamar sampai 5 bulan.

    Sifat ini memberi petunjuk bahwa dalam susu kuda liar Sumbawa terkandung zat

    yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri yang diduga

    senyawa antimikroba alami.

    2.2 Antimikroba

    Menurut Randolph dan Gould (1968) dan Reiter (1985) yang disitasi oleh

    Conner (1993), mengelompokkan senyawa antimikroba alami dari susu terdiri

    dari immunoglobulin, lysozym, dan laktoferin. Sedangkan Naidu (2000)

    menyatakan bahwa beberapa kelompok senyawa antimikroba alami susu adalah

  • laktolipida dan senyawa protein yaitu laktoferin, laktoperoxidase dan

    laktoglobulin.

    a. Immunoglobulin

    Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang

    terdapat dalam serum atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia.

    Imunoglobulin termasuk dalam famili glikoprotein yang mempunyai

    struktur dasar sama, terdiri dari 82-96% polipeptida dan 4-18%

    karbohidrat. Komponen polipeptida membawa sifat biologik molekul

    antibodi tersebut. Molekul antibodi mempunyai dua fungsi yaitu mengikat

    antigen secara spesifik dan memulai reaksi fiksasi komplemen serta

    pelepasan histamin dari sel mast.

    Imunoglobulin G ( Ig G) disebut juga rantai (gamma)

    Antibodi dominan pada respon sekunder dan menyusun pertahanan yang

    penting melawan bakteti dan virus. Ini merupakan satu-satunya antibodi

    yang mampu melintasi plasenta,oleh karena itu merupakan imunoglobulin

    yang paling banyak ditemukan pada bayi yang baru lahir.

    Imunoglobulin A ( Ig A) disebut juga rantai (alpha)

    Imunoglobulin utama pada hasil sekresi misalnya susu, saliva dan air mata

    serta sekresi traktus respiratorius, intestinal dan genital. Imunoglobulin

    inimelindungi membran mukosa dari serangan bakteri dan virus.

    Imunoglobulin M ( Ig M) disebut juga rantai (mu)

    Antibodi pertama yang bersirkulasi sebagai respons terhadap pemaparan

    awal ke suatu antigen. Konsentrasinya dalam darah menurun secara cepat.

    Hal ini secara diagnostik bermanfaat karena kehadiran IgM umumnya

    mengindikasikan adanya infeksi baru oleh pathogen yang menyebabkan

    pembentukannya.

  • III. METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode penelitian jenis eksperimen yaitu

    dengan mengetahui pengaruh bakteri probiotik yang terdapat pada susu kuda liar

    terhadap aktivitas imunoglobulin pada hewan uji.

    a. Tahap persiapan

    Tahap persiapan yang dilakukan yaitu menentukan sampel penelitian,

    menentukan lokasi dan waktu penelitian, serta menghitung kebutuhan bahan dan

    mempersiapkan peralatan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan.

    b. Tahap pelaksanaan

    Tahap pelaksanaan meliputi pengumpulan data, isolasi bakteri probiotik dari

    susu kuda liar, pemilihan dan penyiapan hewan uji serta perlakuan terhadap

    hewan uji dalam pengujian aktivitas imunoglobulin.

    c. Tahap akhir

    Tahap akhir meliputi pengolahan data, analisis data, dan membuat

    kesimpulan tentang aktivitas dari bakteri probiotik dari susu kuda liar terhadap

    aktivitas imunoglobulin pada hewan uji.

    3.2 Instrument Penelitian

    a. Alat

    Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah inkubator,

    sentrifuge, cawan petri, sumur mikrotiter tipe U (Well plate 96 lubang),

    mikropipet (socorex), blue tip, autoklaf

    b. Bahan

    Susu kuda liar, bakteri asam laktat dari susu kuda liar, sel darah merah

    domba 2%, larutan Phosphate Buffer Saline pH 7, NaCl, media MRSA,

    hewan uji yaitu mencit jantan ( Mus musculus ), alat suntik.

    3.3 Metode Pengumpulan Data

    1. Tahap Penyiapan alat dan bahan

  • Setiap alat yang akan digunakan dicuci bersih dan disterilkan

    dalam autoklaf. Bahan yang akan digunakan juga disiapkan.

    2. Tahap Penambahan bobot hewan uji

    Setiap hari hewan uji diberi makanan sekitar 3 4 minggu hingga

    mencapai bobot badan 25-30g.

    3. Proses Fermentasi

    a. Susu kuda Sumbawa disimpan pada suhu ruang 27oC.

    b. Diuji mutu dari susu kuda Sumbawa tiap minggunya yang telah

    difermentasi dengan beberapa parameter.

    d. Susu kuda Sumbawa yang memiliki kualitas terbaik setelah difermentasi,

    digunakan untuk dilakukan pengujian pada mencit.

    4. Identifikasi Susu Kuda Sumbawa terfermentasi

    a. Organoleptis

    Susu kuda Sumbawa yang melalui proses fermentasi diamati secara

    organoleptis meliputi bentuk, warna, aroma, rasa.

    b. Derajat Keasaman (pH)

    Pengukuran derajat keasaman menggunakan alat pH meter. Sebelum

    digunakan alat distandarisasi dulu menggunakan dua larutan buffer yaitu

    buffer pH 4 dan pH 7. Sekitar 25 ml sampel dimasukkan ke dalam gelas piala,

    elektroda pH meter dicelupkan ke dalam sampel, kemudian dilakukan

    pembacaan pH sampel setelah dicapai nilai yang tetap.

    c. Viskositas (Viskometer Ostwold)

  • Mempersiapkan sampel yang akan diuji.

    Sebelum digunakan , viscometer hendaknya di bersihkan terlebih dahulu

    Letakkan viscometer pada posisi vertical

    Pipet cairan yang akan ditentukan kekentalannya dimasukkan kedalam

    reservoir a sampai melewati garis reservoirnya (kira-kira setengahnya)

    Biarkan viscometer beberapa menit dalam thermostat untuk

    menyeimbangkan atau mencapai suhu yang di kehendaki

    Cairan dihisap melalui pipa b sampai melewati garis m.reservoirnya

    Cairan dibiarkan turun sampai garis n

    Catat waktu yang dibutuhkan cairan untuk mengalir dari garis m ke n

    .

    d. Total Asam Tertitrasi

    Prinsip : Jumlah asam dihitung sebagai asam laktat.

    Prosedur :

    1. Menimbang contoh sebanyak 10 g contoh (W) ( pipet 10 ml contoh)

    2. Melarutkan dalam air bebas CO2 sebanyak 2 kali volume

    3. Menambahkan 2 tetes indikator PP dan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N

    sampai terbentuk warna merah muda.

    Perhitungan :

    Jumlah asam =

    Keterangan :

    W adalah bobot contoh, dinyatakan dalam gram (g);

    V adalah volume larutan NaOH, dinyatakan dalam mililiter (ml);

  • N adalah normalitas larutan NaOH.

    90 adalah berat molekul asam laktat

    e. Total Bakteri Asam Laktat

    Prinsip : Pertumbuhan kultur starter setelah contoh diinkubasikan

    dalam pembenihan yang sesuai selama 24 jam sampai 48 jam pada suhu (35

    1) C.

    Prosedur :

    1. Membuat pengencer NaCl 0,85% sebanyak 72 mL kemudian disterilkan

    dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

    2. Membuat media MRS agar sebanyak 135 mL kemudian disterilkan dengan

    menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

    3. Sterilkan semua alat dan bahan yang akan digunakan selama 30 menit di

    autoklaf pada suhu 121oC

    4. Menyiapkan 8 buah tabung, kemudian masukkan 9 ml pengencer NaCl

    0,85% kedalam masing - masing tabung reaksi.

    5. Melakukan pengenceran dipipet 1 ml sampel dan dimasukkan ke dalam

    tabung reaksi berisi 9 ml NaCl 0,85% dan dihomogenkan. Maka didapatkan

    pengenceran 10-1

    .

    6. Dari pengenceran 10-1 dipipet 1 ml lalu dimasukkan ke dalam botol yang

    berisi 9 ml NaCl 0,85% dan dihomogenkan. Maka dipatkan Pengenceran 10-2

    .

    7. Dari pengenceran 10-2 dipipet 1 ml lalu dimasukkan ke dalam botol yang

    berisi 9 ml NaCl 0,85% dan dihomogenkan. Maka dipatkan Pengenceran 10-3

    8. Prosedur dilakukan hingga didapat pengenceran 10-8

  • 9. Diambil 1 ml dari tiap tingkat pengenceran yaitu, 10-1,10-2 , 10-3 , 10-4, 10-5,

    10-6

    , 10-7

    , dan 10-8

    kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam 8

    cawan petri steril.

    10. Dituang media MRS agar 15 ml hingga menutupi semua dasar cawan petri

    11. Goyangkan cawan petri dengan hati-hati (putar dan goyang ke depan, ke

    belakang, ke kanan dan ke kiri) sehingga sampel dan media tercampur

    merata dan memadat

    12. Ditambahkan 1 cawan petri dikhususkan berisi media MRS agar

    digunakan sebagai control

    13. Dimasukkan semua cawan petri dengan posisi terbalik ke dalam lemari

    pengeram atau inkubator pada suhu 35C selama 24 jam sampai 48 jam;

    14. Diinkubasi pada inkubator pada suhu 37C selama 2 x 24 jam.

    15. Diamati hasilnya

    5. Tahap Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah Domba 2%

    Sebanyak 2 ml darah domba disentrifugasi dengan kecepatan 1500

    rpm untuk memisahkan sel darah merah domba (SDMD) dari plasmanya.

    Sel darah merah domba yang didapatkan dicuci dengan penambahan

    sejumlah besar Phosphat Buffered Saline (PBS) dalam tabung lalu tabung

    tersebut dibolak-balik beberapa kali, setelah itu disentrifugasi kembali.

    Pencucian dilakukan paling sedikit 3 kali. Setelah disentrifugasi, PBS

    dikeluarkan sehingga yang tertinggal adalah SDMD 100%, lalu

    ditambahkan lagi PBS dengan jumlah yang sama hingga diperoleh

    suspensi SDMD 50%. Sebanyak 0,4 ml SDMD 50% diencerkan dengan

    9,6 ml PBS hingga diperoleh suspensi antigen (SDMD 2% v/v).

    4. Tahap Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji

    Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan Mus musculus

    yang sehat dengan bobot badan 20-30 gram, sebanyak 10 ekor mencit

  • yang dibagi berdasarkan perlakuan dan dinyatakan telah teracak dengan

    baik jika bobot badan tiap mencit tidak berbeda nyata.

    5. Tahap Perlakuan Terhadap Hewan Uji

    Pada perlakuan ini, mencit jantan Mus musculus diimunisasi

    dengan 1 ml suspensi sel merah darah domba 2 % secara intraperitoneal.

    Untuk perlakuan isolat bakteri probiotik setelah diimunisasi bakteri

    probiotik dilarutkan dengan NaCMC sebanyak dengan faktor konversi

    dosis mencit dengan volume 1 ml/25 g bobot badan secara oral setiap hari

    selama 10 hari. Pada hari ke sebelas, darah mencit jantan diambil secara

    intrakardiak untuk mengetahui aktivitas imunoglobulin. Perlakuan yang

    sama dalam penelitian ini juga diberikan pada kontrol larutan NaCMC

    sebanyak 1 ml/25g bobot badan secara oral setiap hari selama 10 hari.

    Sampel darah hewan uji diambil secara intrakardiak pada hari kesebelas

    setelah imunisasi dan diletakkan pada suhu kamar selama 1-2 jam hingga

    darah tersebut menggumpal lalu diambil serumnya dengan cara

    disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

    6. Tahap Uji Aktivitas Imunoglobulin G

    Sumber bakteri probiotik yang dari susu kuda liar yang diberikan

    secara peroral sebanyak 1 ml (106 sel)/30 g bobot badan mencit selama

    sepuluh hari. Setiap hewan diimunisasi dengan antigen sel darah merah

    domba (SDMD) 2 % v/v secara intra-peritoneal sebanyak 1 ml/30 g BB

    mencit. Peng-amatan aktivitas Imunoglobulin G (IgG) dilakukan pada hari

    kesebelas dengan metode hemaglutinasi titer antibodi.

    7. Tahap Uji Aktivitas Imunoglobulin M

    Sumber bakteri probiotik dari susu kuda liar, yang diberikan secara

    peroral sebanyak 1 ml (106 sel)/30 g bobot badan mencit selama lima hari.

    Sebelum diberi sampel uji, setiap hewan diimunisasi dengan antigen sel

    darah merah domba (SDMD) 2 % v/v secara intraperitoneal se-banyak 1

    ml/ 30 gram BB mencit. Pengamatan aktivitas imunoglobulin M (IgM)

    dilakukan pada hari keenam dengan metode hemaglutinasi titer antibodi.

  • 8. Tahap Uji Hemaglutinasi

    Serum yang diperoleh lalu di encerkan secara double dilution

    dengan phosphat Bufferred Saline (PSB) dengan perbandingan 1/4, 1/8,

    1/16, 1/32, 1/64, 1/128, 1/256, dan 1/ 512. Dari masing- masing

    perbandingan ini di pipet sebanyak 50l dan diletakkan pada 8 sumur

    piring mikrotiter (well plate 96) isolat bakteri probiotik dari susu kuda liar

    dan kontrol NaCMC. Setelah itu, masing-masing ditambahkan 50 ul

    suspensi sel darah merah domba 2 % pada setiap sumur dan./ digoyang-

    goyang selama 5 menit agar homogen. Selanjutnya di inkubasi pada suhu

    37oC selama 60 menit dan didiamkan pada suhu kamar. Setelah itu

    dilakukan pengamatan pengenceran tertinggi dari setiap serum darah

    mencit jantan yang masi dapat mengaglutinasi sel darah merah domba.

    IV. JADWAL RENCANA PENELITIAN

    BULAN Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5

    Tahap Penambahan bobot hewan uji

    Persiapan Alat dan Bahan

    Tahap Penyimpanan Susu Kuda Sumbawa

    Tahap Pengujian Mutu Fisik, Kimia,

    Mikrobiologi

    Tahap Pembuatan Suspensi Sel Darah

    Merah Domba 2%

    Tahap Pemilihan dan Penyiapan Hewan

    Uji

    Tahap Perlakuan Terhadap Hewan Uji

    Tahap Uji Hemaglutinasi

    Analisis Data

    Pelaporan

  • V. RANCANGAN ANGGARAN

    No Jenis Anggaran Jumlah Keterangan Biaya

    A Peralatan Penunjang

    1. Kain Lap 1 pcs Rp. 20.000,00 Rp. 20.000,00

    2. Tissue Gulung 5 pcs Rp. 4.000,00 Rp. 20.000,00

    3. Botol Kaca 9 pcs Rp. 10.000,00 Rp. 90.000,00

    4. Sendok Tanduk 1 pcs Rp. 9.000,00 Rp. 9.000,00

    5. Pipet Tetes 3 pcs Rp. 1.500,00 Rp. 4.500,00

    6. Tempat minum mencit 10 pcs Rp. 8.000,00 Rp. 80.000,00

    7. Pembuatan Kandang Mencit

    10 pcs Rp 25.000,00 Rp. 250.000,00

    8. Mikrotiter 80 pcs Rp. 300,00 Rp. 24.000.,00

    9. Sonde 2 pcs Rp. 7.500,00 Rp. 15.000,00

    10. Spuit 5 pcs Rp. 2.500,00 Rp. 12.500,00

    Sub-Total Rp. 525.000,00

    B. Bahan Habis Pakai

    1. Susu Kuda Liar 5,5 L Rp. 100.000,00 Rp. 550.000,00

    2. NaCl 10 g Rp. 2.500,00 Rp. 25.000,00

    3. NaOH 5 g Rp. 2.000,00 Rp. 10.000,00

    4. As. Oksalat 10 g Rp. 1.000,00 Rp. 10.000,00

    5. Aquades 25 L Rp. 25.000,00 Rp. 125.000,00

    6. Media MRSA 105 g Rp. 5.000,00 Rp. 525.000,00

    7. Darah Domba 200 mL Rp. 100.000,00/50

    ml

    Rp. 400.000,00

    8. Na-CMC 100 g Rp. 12.000,00 Rp. 12.000,00

    9. Kertas Coklat 8 pcs Rp. 1.000,00 Rp. 8.000,00

    10. Mencit 35 ekor Rp. 15.000,00 Rp. 525.000,00

    11. Larutan Phosphat Buffered

    Saline

    23 L Rp. 192.600,00 Rp. 4.429.800,00

    12. Pakan Standart Mencit 100 g Rp. 150.000,00 Rp. 150.000,00

    13. Gas LPG 3 kg Rp. 16.000,00 Rp. 16.000,00

    Sub-Total Rp. 6.785.800,00

    C. Perjalanan

    1. Akomodasi Susu Kuda

    Liar

    Rp. 150.000,00 Rp. 150.000,00

    Sub-Total Rp. 150.000,00

    D. Lain-lain

    1. Sewa Lab. Mikrobiologi 8 kali Rp. 250.000,00 Rp. 2.000.000,00

    2. Sewa Lab. Farmakognosi 5 kali Rp. 250.000,00 Rp. 1.250.000,00

    3. Sewa Lab. Biosains 1bulan Rp. 350.000,00 Rp. 350.000,00

    Sub-Total Rp. 3.600.000,00

    Total Biaya Rp.

    11.060.800,00

  • VI. PELAKSANAAN PROGRAM

    A. Waktu dan Tanggal Pelaksanaan

    Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2014 diawali

    dengan penyiapan alat dan bahan serta penyewaan laboratorium kemudian

    dilakukan proses penyimpanan susu kuda Sumbawa, pengujian mutu fisik, kimia,

    pengujian aktivitas imunoglobulin yang selesai pada bulan Juli 2014.

    B. Jadwal Pelaksanaan

    VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    Hasil penelitian telah mendapatkan hasil yang sesuai dengan rencana awal.

    Hasil penelitian yang telah dilaksanakan menghasilkan data-data yang tersusun

    secara statistik. Data yang didapatkan diuraikan sebagai berikut :

    BULAN Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5

    Persiapan Alat dan Bahan

    Tahap Penyimpanan Susu Kuda Sumbawa

    Tahap Pengujian Mutu Fisik, Kimia,

    Mikrobiologi

    Tahap Pembuatan Suspensi Sel Darah

    Merah Domba 2%

    Tahap Pemilihan dan Penyiapan Hewan

    Uji

    Tahap Perlakuan Terhadap Hewan Uji

    Tahap Uji Hemaglutinasi

    Analisis Data

    Pelaporan

  • 4.1.1 Uji Fisikokimia Susu Kuda Fermentasi

    Adapun hasil identifikasi susu kuda setelah fermentasi adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.1 Hasil Uji Mutu Fisik

    No

    Umur

    Simpan Susu

    Kuda

    Uji Mutu

    Organoleptis

    Viskositas

    Pemeriksaan

    pH

    Warna Bau Rasa

    1. 0 minggu putih Bau khas

    susu

    Sedikit

    manis

    1,173 x 10-3

    4,95

    2. 1 minggu putih Bau

    sedikit

    asam

    Sedikit

    Asam

    1,183 x 10-3

    4,36

    3. 2 minggu putih Bau

    asam

    Sedikit

    Asam

    1,191 x 10-3

    4,33

    4. 3 minggu putih Bau

    asam

    Asam 1,191 x 10-3

    4,30

    5. 4 minggu putih Bau

    asam

    Asam 1,202 x 10-3

    4,29

    6. 5 minggu putih Bau

    asam

    Asam 1,202 x 10-3

    4,26

    7. 6 minggu putih Bau

    asam

    Asam 1,210 x 10-3

    4,23

    8. 7 minggu putih Bau

    sangat

    asam

    Sangat

    Asam

    1,214 x 10-3

    4,22

    9. 8 minggu putih Bau

    sangat

    asam

    Sangat

    Asam

    1,218 x 10-3

    4,19

    10. 9 minggu Putih Bau

    sangat

    asam

    Sangat

    Asam

    1,218 x 10-3

    4,19

    11. 10 minggu putih Bau

    sangat

    asam

    Sangat

    Asam

    1,218 x 10-3

    4,19

    12. 11 minggu Putih Bau

    sangat

    asam

    Sangat

    Asam

    1,218 x 10-3

    4,18

  • Tabel 4.2 Hasil Uji Mutu Kimia

    No

    Umur

    Simpan

    Susu Kuda

    Total Asam Tertitrasi

    Rata-rata

    (mL)

    Jumlah

    Asam

    (%) I

    (mL)

    II

    (mL)

    III

    (mL)

    1 0 minggu

    2 1 minggu 8,25 8,25 8,2 8,23 0,7407

    3 2 minggu 7,20 7,25 7,25 7,23 0,6507

    4 3 minggu 6,95 7,1 6,9 6,98 0,6282

    5 4 minggu 6,9 6,8 6,8 6,83 0,6147

    6 5 minggu 6,25 6,20 6,25 6,23 0,5607

    7 6 minggu 5,30 5,30 5,30 5,30 0,4777

    8 7 minggu 5,20 5,25 5,20 5,21 0,4689

    9 8 minggu 5,15 5,10 5,10 5,11 0,4599

    10 9 minggu 5,15 5,10 5,10 5,11 0,4599

    11 10 minggu 5,10 5,10 5,10 5,10 0,4590

    12 11 minggu 5,10 5,10 5,10 5,10 0,4590

    Tabel 4.3 Hasil Uji Mutu Mikrobiologi

    No Umur

    Simpan Susu

    Kuda

    Pengenceran

    Kontrol 10-1

    10-2

    10-3

    10-4

    10-5

    10-6

    10-7

    10-8

    1 0 minggu X 143 131 124 119 87 77 TSU

    D

    TSU

    D

    2 1 minggu X 195 187 173 164 143 134 127 TSU

    D

    3 2 minggu X 256 241 223 218 147 139 129 115

    4 3 minggu X 278 252 235 231 151 143 138 119

    5 4 minggu X 287 265 243 239 167 159 148 137

    6 5 minggu X 296 276 253 241 187 176 154 142

    7 6 minggu X TBU

    D

    297 265 258 197 181 172 167

    8 7 minggu X TBU

    D

    TBU

    D

    295 270 210 198 183 171

    9 8 minggu X TBU

    D

    TBU

    D

    TBU

    D

    TBU

    D

    TBU

    D

    215 195 187

    10 9 minggu

    X TBU

    D

    TBU

    D

    TBU

    D

    TBU

    D

    TBU

    D

    217 197 188

    11 10 minggu X TBU

    D

    TBU

    D

    TBU

    D

    TBU

    D

    TBU

    D

    218 199 189

    12 11 minggu X TBU

    D

    TBU

    D

    TBU

    D

    TBU

    D

    TBU

    D

    218 199 189

  • 4.2 Aktivitas Imunoglobulin

    Hasil uji aktivitas imunoglobulin dari perlakuan susu kuda Sumbawa fermentasi dan

    kontrol NaCMC dapat dilihat pada tabel I :

    Kontrol P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8

    1/8 1/8 1/8 1/8 1/16 1/32 1/16 1/32 1/64

    1/8 1/4 1/8 1/8 1/16 1/32 1/32 1/32 1/64

    1/4 1/4 1/8 1/16 1/32 1/16 1/32 1/32 1/128

    1/8 1/8 1/4 1/16 1/16 1/32 1/32 1/32 1/128

    1/4 1/4 1/8 1/8 1/32 1/16 1/32 1/64 1/64

    Histogram aktivitas imunoglobulin dengan mengkonversi nilai titer antibodi dengan

    rumus [2 log (titer) 1] dapat dilihat pada grafik 1 :

    *titer immunoglobulin merupakan pengenceran tertinggi yang masih dapat

    mengaglutinasikan antigen.

    4.2 Pembahasan

    Mutu atau kualitas susu merupakan hubungan sifat-sifat susu yang mencerminkan

    tingkat penerimaan susu tersebut oleh konsumen. Sifat-sifat tersebut meliputi sifat fisik,

    kimiawi, dan mikrobiologi. Sifat fisik susu menunjukkan keadaan fisik susu yang dapat

    diuji dengan peralatan tertentu atau panca indera. Sifat fisik susu yang dapat diuji

    dengan alat antara lain berat jenis, kekentalan. Sedangkan sifat yang dapat diuji dengan

    pancra indera yaitu bau, rasa, warna, dan konsistensi.

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    3

    Aglutinasi

    0,5139 0,3979 0,6478

    1

    1,602 1,718 1,8519

    2,1019

    2,8075

    Kontrol (+) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8

  • Sifat kimiawi susu menunjukkan komposisi zat gizi serta kandungan zat kimia

    tertentu termasuk adanya cemaran. Sifat mikrobiologis susu menunjukkan jumlah

    mikroba yang ads didalam susu serta beberapa parameter lain yang berkaitan dengan

    pertumbuhan mikroba.

    Dalam praktek, mutu susu sering disebutkan berdasarkan kelompok sifatnya

    sehingga dikenal mutu fisik susu, mutu kimiawi susu, ataupun mutu mikrobiologis susu.

    Bahkan dalam menguji mutu susu sering hanya dilakukan terhadap beberapa atribut

    yang dianggap penting, misalnya bobot jenis, kadar lemak dan total bakteri. Akan tetapi

    secara menyeluruh mutu susu harus menggambarkan sifat-sifat susu yang mencakup

    sifat fisik, kimiawi dan mikrobiologis. Gabungan basil penilaian sifat-sifat susu akan

    mencerminkan nilai atau derajat mutu susu. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)

    mutu susu fermentasi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan seperti

    tercantum pada Tabel 1.

    Tabel 1 Syarat Mutu Yoghurt, SNI 2981 : 2009

    Kriteria Uji Persyaratan

    Keadaan

    Penampakan Cairan kental sampai semi padat

    Bau Normal/khas

    Rasa Asam/khas

    Konsistensi Homogen

    Jumlah asam 0,5 2,0 % b/b

    Jumlah bakteri starter min. 107

    Viskositas

    a. Pemeriksaan Warna

    Warna susu yang normal adalah putih kekuningan. Pada susu kuda Sumbawa,

    warna susu berwarna putih. Warna putih ini disebabkan karena refleksi sinar matahari

    dengan adanya butiran-butiran lemak, protein, dan garam-garam didalam susu.

  • b. Pemeriksaan Bau

    Susu segar yang normal mempunyai bau yang khas terutama karena adanya asam-

    asam lemak. Namun pada susu kuda Sumbawa memiliki bau yang semakin asam setiap

    minggunya. Bau tersebut dapat terjadi karena adanya pertumbuhan mikroba didalam

    susu.

    c. Pemeriksaan Rasa

    Susu segar yang normal adalah sedikit manis yang ditimbulkan karena

    kandungan laktosa didalam susu. Tingkat kemanisan susu bervariasi tergantung tinggi

    rendahnya kandungan laktosa. Adanya garam juga mempengaruhi rasa susu. Namun

    dalam susu kuda Sumbawa sebelum mengalami fermentasi terasa manis dan semakin

    lama semakin asam, hal itu terjadi karena pertumbuhan mikroba pada susu.

    Rasa dan bau susu sering kali sulit dipisahkan dan keduanya bergabung

    menghasilkan kesan spesifik yang disebut sebagai flavor susu. Potineni and Peterson

    (2005) melaporkan bahwa senyawa vanilin didalam susu yang terdegradasi menjadi

    asam vanilat dapat menyebabkan Off-flavor selama penyimpanan. Degradasi tersebut

    terkait erat dengan reaksi oksidatif dari enzim xanthine oksidase yang secara intrinsik

    ada didalam susu. senyawa lain yang ikut berperan menentukan flavor susu adalah

    beberapa senyawa phenol khususnya alkyl-phenol (Kilic and Lindsay, 2005).

    d. Viskositas

    Faktor yang mempengaruhi viskositas susu ialah konsentrasi dan keadaan protein,

    konsentrasi dan keadaan lemak, susu dan lamanya susu disimpan. Susu lebih berat dari

    air karena susu merupakan suatu sistem koloidal kompleks, yaitu air sebagai medium

    dispersi antara lain mengandung garam-garam dan gula dalam larutan.

    Viskositas susu kuda Sumbawa jauh lebih encer dari susu sapi dengan rata-rata

    1,201 x 10-3

    Pa.S hal ini bisa disebabkan keadaan protein, lemak serta lamanya susu

    disimpan.

    e. Total Asam Tertitrasi

    Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui derajad keasaman susu. Semakin besar

    derajad keasaman susu, semakin buruk kualitas susu segar. Derajad keasaman

    menunjukkan banyak sedikitnya asam yang terbentuk didalam susu akibat pertumbuhan

    mikroba.

  • Penetapan kadar total asam dihitung dalam persen setara asam laktat dapat

    ditentukan sebagai berikut (Lampert, 1970). Sampel susu sebanyak 9 gram atau 10 ml

    ditetesi phenolphathalein (pp) 1% sebanyak 3 tetes dan kemudian dititrasi dengan

    NaOH 0,1 N. Titrasi diakhiri ketika warna sampel berubah menjadi merah muda dan

    tidak berubah. Ada beberapa penjelasan yang perlu diketahui dalam penentuan

    keasaman susu setara asam laktat. Setiap mililiter 0,1 N alkali (NaOH) akan

    menetralkan 0,009 g asam laktat. Jika 9 g atau setara 10 mL susu diencerkan 2x

    volumenya dengan H2O, kemudian dititrasi, maka setiap ml 0,1 N NaOH yang

    digunakan setara dengan 0,1% asam laktat. Larutan pp 1% digunakan sebagai indikator

    untuk titrasi. Larutan ini tidak berwarna didalam suasana asam dan berwarna merah

    muda (pink) didalam suasana alkali. Penggunaan larutan pp sekitar 2 ml. Rata-rata asam

    laktat pada susu kuda Sumbawa 0,4 % - 0,7%. Asam laktat terbentuk melalui beberapa

    proses yaitu laktosa pada susu kuda dipecah menjadi gula yang lebih sederhana yaitu

    glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim -galaktosidase yang kemudian akan

    mengubah glukosa menjadi produk akhir asam laktat.

    f. Pemeriksaan pH Nilai pH merupakan cerminan jumlah ion H+ dari asam didalam susu yang

    diakibatkan oleh pertumbuhan mikroba. Tujuan dari uji pH adalah mengetahui

    tingkat keasaman susu sehingga dapat diperkirakan tingkat kualitas dan keamanan

    susu untuk dikonsumsi. Pada susu kuda Sumbawa nilai pH berkisar 4,95 4,19 dan

    setiap minggunya pH dari susu kuda semakin asam.

    g. Total Bakteri Asam Laktat

    Pengujian kultur starter digunakan untuk mengitung pertumbuhan kultur starter

    setelah contoh diinkubasikan dalam pembenihan yang sesuai selama 24 jam sampai 48

    jam pada suhu (35 1) C. Pengujian dilakukan dengan cara sebanyak 1 ml sampel

    diencerkan dalam 9 ml larutan garam fisiologis (NaCl 0.85%) hingga pengenceran 10-8

    .

    Kemudian dipipet sebanyak 1 ml atau 0,1 ml sampel yang telah diencerkan ke dalam

    cawan petri steril, ditambahkan dengan 15-20 ml MRSA cair (media yang belum

    memadat) steril. Kemudian cawan petri digoyangkan secara mendatar agar sampel

    menyebar rata. Setelah agar membeku, diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu

    370C selama 2-3 hari.

    Hasil dari pengujian kultur starter yang ada pada susu kuda Sumbawa, semakin

    lama penyimpanan susu bakteri asam laktat semakin bertambah. Bakteri asam laktat

  • terbentuk karena adanya bantuan senyawa yang disebut bakteriosin. Bakteriosin

    merupakan senyawa proteinaceous yang disintesis oleh bakteri gram positif dan

    dikeluarkan ke lingkungan. Bakteri asam laktat yang terbentuk bersifat broad spectrum,

    yang berarti hampir semua bakteri patogen dan perusak terhambat oleh keberadaan

    substansi ini.

    h. Aktivitas Imunoglobulin

    Bakteri probiotik memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia diantaranya

    dalam sistem imunitas. Menurut Safitri S, (2009) Sistem imunitas menyediakan

    pertahanan utama melawan mikroorganisme patogen, sistem imun ini diperlukan tubuh

    untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai

    bahan dalam lingkungan hidup. Pertahanan tubuh berkaitan dengan antibodi. Antibodi

    atau imunoglobulin adalah golongan protein yang dibentuk sel plasma (poliferasi sel B)

    akibat kontak dengan antigen. Keseimbangan antara antibodi dan antigen dalam tubuh

    akan menghasilkan status imunitas yang baik dan akan sangat menguntungkan imunitas.

    Pada penelitian ini, digunakan bakteri probiotik yang berasal dari susu kuda

    Sumbawa dan kontrol dari suspensi NaCMC sebagai perbandingan. Tujuan dilakukan

    pengamatan terhadap bakteri probiotik susu kuda Sumbawa adalah untuk mengetahui

    pengaruh terhadap aktivitas imunoglobulin berdasarkan penelitian-penelitian

    sebelumnya.

    Pada penelitian ini hewan coba yang digunakan yaitu mencit jantan yang

    dikelompokkan secara acak berdasarkan bobot badan, sehingga berat setiap mencit tidak

    menunjukkan perbedaan yang signifikan dan antigen yang digunakan untuk diinduksi

    produksi antibodi adalah sel darah merah domba (SDMD) dalam bentuk SDMD 2%

    yang merupakan imunogen, yaitu antigen yang berasal dari gen spesies lain. Menurut

    penelitian yang dilakukan oleh Kurnianto A, (2010) sel darah merah domba (SDMD)

    merupakan antigen polivalen yang merupakan protein dengan determinan potensial

    yang lebih besar dibandingkan dengan antigen monovalen. Lagi pula semakin asing

    antigen yang digunakan, semakin efektif ia menimbulkan respon imun. Antigen

    tersebut diinjeksikan ke tubuh mencit secara intraperitoneal sehari sebelum pemberian

    susu kuda Sumbawa yang telah difermentasi. Susu kuda Sumbawa yang mengandung

    bakteri probiotik sebelum diberikan secara oral pada mencit terlebih dahulu diencerkan

    dengan NaCMC, hal ini disebabkan karena sel darah merah domba (SDMD 2%)

  • berbentuk suspensi sehingga harus disamakan agar absorbsi atau kerja dalam tubuh

    sama.

    Hari ke-11 setelah penginduksian SDMD, darah mencit diambil secara

    intrakardiak untuk mengamati aktivitas imunoglobulin. Pengambilan darah untuk

    pengukuran imunoglobulin harus dilakukan sesuai dengan hari yang ditentukan setelah

    pemberian SDMD sebab imunoglobulin akan segera terbentuk pada selang hari tersebut

    setelah pemberian antigen. Selama kurun waktu tersebut, diharapkan telah terjadi

    sensitasi sel B yang akan berproliferasi, berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel

    plasma yang memproduksi antibodi yaitu imunoglobulin. Imunoglobulin mencapai

    puncak terbentuknya pada hari 10 sampai 11 setelah pemaparan antigen. Karena itu

    diambil darah secara intrakardiak, untuk pengamatan pada hari kesebelas (Kurnianto,

    2010).

    Pengujian hemaglutinasi terhadap serum darah mencit dilakukan dengan

    menambahkan antigen yang sama yaitu sel darah merah domba. Interaksi antara antigen

    dengan antibodi menyebabkan terjadinya reaksi sekunder, yaitu berupa aglutinasi, sebab

    antigen merupakan partikel-partikel kecil yang tidak larut. Gumpalan yang terbentuk

    antara antigen dan anti serum spesifik akan bersatu dan akhirnya mengendap sebagai

    gumpalan-gumpalan besar dan mudah terlihat dengan cairan atasnya tetap

    memperlihatkan kejernihan. Hal ini terjadi karena pada umurmnya antibodi memiliki

    lebih dari satu reseptor pengikat antigen sehingga antibodi bereaksi dengan molekul

    antigen lain yang mungkin sudah berikatan dengan salah satu molekul antibodi dan

    terbentuklah gumpalan. Reaksi aglutinasi baru dapat terjadi bila rasio antara antigen dan

    antibodi seimbang, sehingga terbentuk zona ekuivalen Kresno (2004), dibantu oleh suhu

    yang tinggi (37-56oC) dan oleh gerakan yang menambah kontak antigen dan antibodi

    (misalnya mengocok, mengaduk, dan memutar) serta berkumpulnya gumpalan

    memerlukan garam-garam yang berasal dari PBS yang digunakan. Hasil akhir dari uji

    hemaglutinasi dapat ditentukan dengan melihat pola pengendapan sel darah merah pada

    dasar sumur mikrotiter (wheel plate). Apabila sel darah merah membentuk titik

    berwarna merah pada pusat sumur, uji dinyatakan negatif sedangkan sel yang

    teraglutinasi akan menyebar pada cairan di dalam sumur mikrotiter, dengan melihat

    aglutinasi yang terjadi maka dihitung sebagai titer aglutinasi yang merupakan

  • pengenceran tertinggi dari serum darah mencit jantan Mus Musculus yang masih

    memberikan reaksi aglutinasi, maka uji tersebut dinyatakan positif.

    Pengamatan aktivitas imunoglobulin dilakukan dengan melihat titer antibodi yaitu

    pengenceran tertinggi dari larutan yang masih menunjukkan reaksi aglutinasi. Dari hasil

    perhitungan dengan mengkonversi nilai titer antibodi dengan rumus [2 log (titer) +1],

    maka hasilnya dapat dilihat pada histogram (grafik 1) yang menunjukkan terjadinya

    peningkatan aktivitas imunoglobulin setelah pemberian susu kuda Sumbawa fermentasi

    dan kontrol NaCMC.

    Pada histogram menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas imunoglobulin lebih

    tinggi pada kelompok perlakuan VIII yang diberikan susu kuda Sumbawa fermentasi

    umur 8 minggu jika dibandingkan dengan kontrol negatif yang hanya diberikan NaCMC

    1%, dan diperoleh hasil bahwa peningkatan imunoglobulin lebih tinggi pada susu kuda

    Sumbawa fermentasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

    oleh Moller C (2004) menyatakan bahwa bakteri probiotik dapat memperkuat sistem

    imun karena adanya bantuan mukus.

    Melekatnya probiotik pada mukus ini ternyata diakibatkan oleh suatu zat protein

    yang dimiliki oleh probiotik tersebut. Zat tersebut dinamakan mucus-binding protein

    (protein pengikat mukus), yang ternyata dijumpai dalam jumlah yang lebih banyak pada

    bakteri penghasil asam laktat, dengan adanya protein ini maka bakteri probiotik dapat

    menempel pada mukus saluran cerna dan melakukan interaksi dengan host. Peneliti ini

    juga menemukan bahwa ternyata mucus-binding protein mengenal protein

    imunoglobulin manusia yang merupakan bagian dari sistem imun, dan hasil penelitian

    yang sama dilakukan oleh Dr. Nathalie Juge dari Institute of Food Research berhasil

    mengungkapkan cara menempelnya suatu probiotik dalam saluran pencernaan, dari

    temuan ini juga dapat dijelaskan mengapa tidak semua bakteri dapat digunakan sebagai

    probiotik. Usus merupakan organ dengan sistem imun terluas di tubuh, sel-sel yang

    menyusun usus dilindungi oleh lapisan pelindung mukus yang secara terus-menerus

    mengalami proses regenerasi. Selain melindungi, ternyata mukus ini juga memberikan

    keuntungan bagi bakteri probiotik yaitu menjadi media melekatnya probiotik di dinding

    usus. Melekatnya probiotik pada mukus ini ternyata diakibatkan oleh suatu zat protein

    yang dimiliki oleh probiotik tersebut, dari hasil penelitian diselidiki lebih jauh pada

    probiotik Lactobacillus reuteri. Zat tersebut dinamakan mucus-binding protein (protein

  • pengikat mukus), yang ternyata dijumpai dalam jumlah yang lebih banyak pada bakteri

    penghasil asam laktat, dengan adanya protein ini maka bakteri probiotik dapat

    menempel pada mukus saluran cerna dan melakukan interaksi dengan host. Dari fakta

    temuan yang telah dijabarkan di atas, jelas bahwa bakteri yang dipilih sebagai probiotik

    sebaiknya bakteri yang mampu menghasilkan mucus-binding protein, agar bakteri dapat

    survive dan bertahan untuk meningkatkan populasi dalam saluran cerna. Pada

    pengamatan aktivitas imunoglobulin menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara

    kelompok kontrol negatif terhadap kelompok perlakuan pemberian susu kuda Sumbawa

    fermentasi umur 8 minggu. Dari hasil ini berarti terjadi peningkatan aktivitas

    imunoglobulin dengan pemberian susu kuda Sumbawa fermentasi jika dibandingkan

    dengan kontrol NaCMC.

    VIII. Kesimpulan dan Saran

    8.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan bahwa:

    1. Bakteri probiotik dari susu kuda Sumbawa fermenyasi, dapat meningkatkan aktivitas

    imunoglobulin

    2.Bakteri probiotik susu kuda Sumbawa berdasarkan pengenceran titer imunoglobulin

    perlakuan 8 yaitu susu kuda Sumbawa umur fermentasi 8 minggu merupakan

    pengenceran tertinggi dan memiliki aktivitas imunoglobulin terbaik dan memiliki

    perbedaan yang signifikan dengan kontrol.

    8.2 Saran

    1. Dilakukan analisis data secara statistik untuk mengetahui keakuratan hasil penelitian

    yang didapatkan

  • DAFTAR PUSTAKA

    Dian, D.A., 2011. Pengaruh Bakteri Probiotik Dari Berbagai Sumber

    Terhadap Aktivitas Imunoglobulin G (IgG) Pada Mencit Jantan (Mus

    musculus). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar.

    Safitri R., 2009, Manfaat Bakteri Probiotik untuk Kesehatan Manusia.

    Medical Review vol 22. FMIPA Universitas Pajajaran. Bandung.

    aglar, E., Kargul. B., & Tanboga. I., 2005, Bacteriotherapy and Probiotics

    Role on Oral Health. Review Article Blackwell Munksgaard, 11. Pp. 131-136.

    Matsuzaki T and Chin J. Modulation Immune

    Responses with Probiotik Bacteri. Immunology and Cell Biology. 2000; 78: 67-

    73.

    Formanto B. Aktivitas Antimikroba Susu terhadap Bakteri Pathogen. [Skripsi].

    Institut Pertanian Bogor, Bogor. 2001.

    Sujaya IN, Dwipayanti UNM, Suariani PNL, et al. Isolasi dan Karakterisasi

    Bakteri Asam Laktat dari Susu Kuda Sumbawa. Jurnal Veteriner. 2008; 9(2):

    52-59.

    Hermawati D, Sudarwanto M, Soekarto ST, Zakaria FR, Sudrajat S dan Tjatur

    RFS. Aktivitas Antimikroba Pada Susu Kuda Sumbawa. Jurnal Teknologi dan

    Industri Pangan. 2004;15 (1): 47-53.

    Kurnianto A.A., 2010. Efek Jus Daun Pare (Momordica charantia Linn.)

    Terhadap Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG) Mencit

    Jantan (Mus musculus). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.

    Makassar.

    Moller C, Vrese MD. Review :Probiotics Effects of Selected Acid Bacteria,

    Institute for Physiology and Biochemistry of Nutrition. Federal Research

    Center for Nutrition and Food, Location Kiel, D-24103 Kiel,Germany. 2004. pp

    5-2.

    Kresno, S.B. 2004. IMUNOLOGI : Diagnosa dan Prosedur Laboratorium, Ed.4.

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. hal. 4-5, 7, 11-12, 15-16, 44-

    47, 53-54, 408-409.

    Anang, M.L., 2002. Sifat Kimiawi, Fisik, dan Mikrobiologis Susu. Diklat

    Kuliah. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.

    Surono, I.S. 2004. Probiotik Susu Fermentasi dan Kesehatan. PT. Tri Cipta

    Karya. Jakarta.4,182,202.

  • Lampiran 1. Foto Praktikum

    Pengenceran Gambar Pengenceran Gambar

    10-1

    10-5

    10

    -2

    10-6

    10

    -3

    10-7

    10

    -4

    10-8