DI BANGSAL MELATI 3 RSST KLATEN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah IV
DisusunOleh :
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
1. Nyeri abdomen
Nyeri abdomen dihasilkan dari 3 jalur yaitu nyeri abdomen visera,
nyeri abdomen
parietal (somatik), dan nyeri alih
a. Nyeri abdomen visceral
Biasanya disebabkan karena distensi organ berongga atau
penegangan
kapsul dari organ padat. Penyebab yang jarang berupa iskemi atau
inflamasi ketika
jaringan mengalami kongesti sehingga mensensitisasi ujung
saraf nyeri visera dan
menurunkan ambang batas nyerinya. Nyeri ini sering merupakan
manifestasi awal
dari beberapa penyakit atau berupa rasa tidak nyaman yang
samar-samar hingga
kolik. Jika organ yang terlibat dipengaruhi oleh gerakan
peristaltik, maka nyeri
sering dideskripsikan sebagai intermiten, kram atau kolik.
Pada nyeri ini, karena serabut saraf nyeri bilateral, tidak
bermielin dan memasuki
korda spinalis pada tingkat yang beragam, maka nyeri abdomen visera
ini biasanya
terasa tumpul, sulit dilokalisasi dan dirasakan dibagian tengah
tubuh. Nyeri visera
berasal dari regio abdomen yang merujuk pada asal organ secara
embrionik.
Struktur foregut seperto lambung, duodenum, liver, traktus biliaris
dan pankreas
menghasilkan nyeri abdomen atas, sering dirasakan sebagai nyeri
regio
epigastrium. Struktur midgut seperti jejunum, ileum, apendiks, dan
kolon asenden
menyebabkan nyeri periumbilikus. Sedangkan struktur hindgut seperti
kolon
transversal, kolon desendens dan sistem genitourinary menyebabkan
nyeri
abdomen bagian bawah.
Nyeri abdomen parietal atau somatik dihasilkan dari iskemia,
inflamasi atau
penegangan dari peritoneum parietal. Serabut saraf aferen yang
bermielinisasi
mentransmisikan stimulus nyeri ke akar ganglion dorsal pada sisi
dan dermatomal
yang sama dari asal nyeri. Karena alasan inilah nyeri parietal
berlawanan dengan
nyeri visera, sering dapat dilokalisasi terhadap daerah asal
stimulus nyeri. Nyeri ini
dipersepsikan berupa tajam, seperti tertusuk pisau dan bertahan;
batuk dan
pergerakan dapat memicu nyeri tersebut. Kondisi ini mengakibatkan
dalam
pemeriksaan fisik dapat dicari tanda berupa rasa lembut, guarding,
nyeri pantul dan
kaku pada abdomen yang dipalpasi. Tampilan klinis dari appendicitis
dapat berupa
nyeri visera dan somatik. Nyeri pada apendisitis awal sering berupa
nyeri
periumbilikus (visera) tapi terlokalisasi di regio kuadran kanan
bawah ketika
inflamasi menyebar ke peritoneum (parietal).
c. Nyeri alih
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada jarak dari organ yang
sakit. Nyeri ini
dihasilkan dari jalur-jalur neuron aferen sentral yang terbagi yang
berasal dari lokasi
yang berbeda. Contohnya adalah pasien dengan pneumonia mungkin
merasakan
nyeri abdomen karena distribusi neuron T9 terbagi oleh paru-paru
dan abdomen.
Contoh lainnya yaitu nyeri epigastrium yang berhubungan dengan
Infark miokard,
nyeri di bahu yang berhubungan dengan iritasi diafragma (contoh,
rupture limpa),
nyeri infrascapular yang berhubungan dengan penyakit biliar dan
nyeri testicular
yang berhubungan dengan obstruksi uretra.
2. Kolik abdomen
a. Definisi
Kolik abomen adalah nyeri viseral akibat spasme otot polos organ
berongga dan
biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ
tersebut.
b. Etiologi
1) Mekanis
• Karsinoma
• Volvulus
• Intususepsi
• Obstipasi
• Polip
• Striktur
• Uremia
Beberapa yang menjadi penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier,
kolik renal dan
kolik karena sumbatan usus halus.
a. Kolik Bilier
Kolik bilier merupakan gejala tidak nyaman yang dirasakan pasien
dan sering
tidak disertai tanda-tanda klinis lain. Nyeri ini merupakan gejala
klinis dari
penyakit batu empedu (kolelitiasis/koledokolitiasis). Oleh karena
nyeri ini
merupakan gejala, maka beberapa penyakit lain juga dapat memberikan
gejala
yang sama.
Gambar 1.1 menunjukkan sumbatanempedu
Nyeri kolik bilier tidak dirasakan secara akurat sebagai kolik.
Istilah ini
mengimplikasikan nyeri paroksismal yang naik turun, dan umumnya
konstan dan
meningkat progresif secara perlahan. Nyeri ini dirasakan sesaat
setelah makan.
Nyeri visera berasal dari tabrakan batu empedu dalam duktus
sistikus dan
atau ampula vater. Hasil dari tabrakan tadi menyebabkan distensi
kandung
empedu dan atau traktus biliaris dan distensi ini mengaktivasi
neuron sensori
aferen. Nyeri yang ditimbulkan tidak dapat terlokalisasi dengan
baik dan
umumnya terasa di bagian tengah hingga dermatom T8/9 (epigastrium
tengah,
kuadaran kanan atas). Nyeri yang terlokalisasi umumnya
menunjukkan
komplikasi kolelitiasis atau koledokolitiasis yaitu misalnya
kolesistitis, kolangitis,
pancreatitis. Beberapa lokasi yang mungkin terjadi penyumbatan batu
dapat
dilihat pada gambar
Kolik bilier biasanya datang tiba-tiba dan mencapai intensitas
maksimum dalam
waktu 60 menit di dua pertiga dari pasien. Rasa sakit biasanya
berlanjut tanpa
fluktuasi dan menghilang secara bertahap selama 2-6 jam. Nyeri
berlangsung
lebih lama dari 6 jam harus dicurigai sebagai kolesistitis
akut.
• Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan awal seringkali mengungkapkan individu yang
berkeringat, pucat,
dan rasa tidak nyaman. Muntah bisa menyertai rasa sakit.
Pemeriksaan dapat
mengungkapkan beberapa fitur fisik yang terkait dengan pembentukan
batu
empedu (misalnya, kelebihan berat badan, setengah baya, perempuan).
Pasien
dengan kolik empedu tanpa komplikasi tidak mengalami demam,
menggigil,
hipotensi, atau tanda-tanda lain dari suatu proses sistemik yang
signifikan. Sinus
takikardi adalah umum selama sakit. Nyeri pantul, tahanan, suara
usus tidak
ada, atau teraba massa mendukung diagnosis alternatif lain.
Gambar
menunjukkan lokasi nyeri bilier pada regio abdomen.
• Penatalaksanaan
Pengobatan yang diberikan tergantung dari gejala yang dirasakan
oleh pasien.
Jika nyeri sangat hebat dapat diberikan pereda nyeri golongan
narkotik yaitu
Meperidine (pethidine) dengan dosis 1-1,5 mg/kg IM setiap 3 jam.
Jika muntah
dapat diberikan metoklopramid. Tidak ada satu pun intervensi
operasi yang
dapat menjamin karena kolik bilier yang tidak komplikasi dapat
mereda dengan
pengobatan konservatif.
b. Kolik Renal
Rasa sakit jenis kolik ini yang dikenal sebagai kolik ginjal
biasanya dimulai pada
pertengahan belakang atas lateral dari sudut costovertebral dan
kadang-kadang
subkosta. Kemudian menyebar ke inferior dan anterior menuju pangkal
paha. Rasa
sakit yang dihasilkan oleh kolik ginjal terutama disebabkan oleh
pelebaran,
obstruksi berat namun kronis berkembang, seperti di beberapa jenis
kanker,
biasanya tidak menimbulkan rasa sakit.
Kolik adalah sebuah ironi karena sakit kolik ginjal cenderung
tetapkonstan,
sedangkan kolik usus atau empedu biasanya agak berselang dansering
hilang
datang. Pola rasa sakit tergantung ambang rasa sakit individu dan
persepsi dan
pada kecepatan dan derajat perubahan dalam tekanan hidrostatis di
dalam ureter
proksimal dan pelvis ginjal. Gerak peristaltik saluran kemih,
migrasi batu, dan posisi
miring atau memutar batu dapat menyebabkan eksaserbasi atau
perpanjangan dari
nyeri kolik ginjal. Tingkat keparahan rasa sakit tergantung pada
derajat dan lokasi
obstruksi, bukan pada ukuran batu. Seorang pasien sering dapat
mengarah pada
letak maksimum tersakit, yang kemungkinan menjadi lokasi obstruksi
saluram
kemih.
Serangan rasa sakit yang sebenarnya cenderung terjadi secara
bertahap dapat
diprediksi, dengan rasa sakit mencapai puncaknya pada kebanyakan
pasien
dalam waktu 2 jam. Rasa sakit secara kasar mengikuti dermatomT-10
sampai S-
4. Seluruh proses biasanya berlangsung 3-18 jam. Kolik ginjal
dapat
digambarkan dalam 3 fase klinis.
a. Fase akut
Serangan yang khas mulai di pagi hari atau di malam hari,
membangunkan
pasien dari tidur. Ketika mulai siang hari, pasien yang sering
menggambarkan
serangan itu sebagai perlahan dan diam-diam. Tingkat rasa sakit
bisa meningkat
sampai intensitas maksimum hanya dalam 30 menit setelah onset awal
atau
lebih lambat. Pasien merasakan nyeri maksimum mencapai 1-2 jam
setelah
dimulainya serangan kolik ginjal.
Setelah nyeri mencapai intensitas maksimum, cenderung tetap konstan
sampai
diobati atau berkurang secara spontan. Fase ini biasanya
berlangsung 1-4 jam,
tapi bisa bertahan lebih lama dari 12 jam dalam beberapa kasus.
Sebagian
besar pasien tiba di UGD selama fase serangan.
c. Fase mereda
Selama tahap akhir, nyeri berkurang cukup cepat, dan pasienakhirnya
merasa
lega. Fase ini dapat terjadi secara spontan padasetiap saat setelah
onset awal
kolik. Pasien bisa jatuh tertidur, terutama jika mereka telah
diberikan obat
analgesik yang kuat.
Serabut saraf nyeri ginjal terutama berupa saraf simpatik
preganglionik yang
Aortorenal, celiac, dan ganglia mesenterika inferior juga
terlibat. Di ureter bawah,
sinyal rasa sakit juga disalurkan melalui saraf genitofemoral dan
ilioinguinal.
Nervuserigentes, yang menginervasi ureter intramural dan kandung
kemih,
bertanggung jawab untuk beberapa gejala kandung kemih.
Gambar Menunjukkan gambar persarafan pada nyeri kolik renal
Gambar: menunjukkan distribusi persarafan pada nyeri ginjal serta
uretra
• Ureter 1/3 proksimal dan pelvis ginjal: batu saluran kemih
Nyeri dari atas
cenderung untuk memancarkan ke daerah panggul dan lumbar.
Disebelah
kanan, hal ini bisa membingungkan dengan kolesistitis
ataucholelithiasis, di
sebelah kiri, diagnosa diferensial meliputi pancreatitis akut,
penyakit ulkus
lambung dan gastritis.
anterior dan kaudal. Nyeri ini midureteral khususnya dapat dengan
mudah
meniru usus buntu di kanan atau diverticulitis akut disebelah
kiri.
• Distal ureter: batu ureter distal menyebabkan rasa sakit
yang cenderung
memancarkan ke paha atau testis pada laki-laki atau labia majora
pada wanita
yang bersarang di ureter intramural, gejala dapat muncul mirip
dengan sistitis
atau uretritis. Initermasuk gejala nyeri suprapubik, frekuensi
kencing, urgensi,
disuria, stranguria, nyeri di ujung penis, dan kadang-kadang usus
berbagai
gejala,seperti diare dan tenesmus. Gejala ini bisa membingungkan
dengan
penyakit radang panggul, kista ovarium pecah, atau torsi dan nyeri
haid pada
wanita.
• Mual dan muntah sering dikaitkan dengan kolik ginjal akut
dan terjadi
disetidaknya 50% dari pasien. Mual disebabkan oleh jalur persarafan
umum dari
pelvis ginjal, perut, dan usus melalui sumbu celiac dan saraf
aferenvagal. Hal ini
sering diperparah oleh efek analgesik narkotika, yang sering
menimbulkan mual
dan muntah melalui efek langsung pada mortalitas GI dan melalui
efek tidak
langsung pada zona memicu kemoreseptor dimedula oblongata.
Nonsteroidal
obat anti-inflamasi (NSAID) sering dapat menyebabkan iritasi
lambung dan GI.
Blok saraf telah berhasil digunakan baik dalam diagnosis dan
pengobatan kolik
ginjal, walaupun mereka lebih membantu dalam kasus kronisdaripada
kasus
akut. Blok saraf interkostal dapat digunakan untuk membedakan nyeri
dari
chondritis, neuromas, dan radiculitis dari sakitginjal yang
sebenarnya. Hal ini
dicapai dengan menyuntikkan agenanestesi, seperti lidokain, sekitar
proksimal
saraf 11 atau 12 interkostaliske lokasi rasa sakit pada saat pasien
mengalami
sakit. Jika injeksimenyebabkan hilangnya rasa sakit, maka etiologi
saraf perifer
muskuluskeletal dapat ditegakkan.
sekitar 85% kasus. Kurangnya hematuria mikroskopistidak
menghilangkan kolik
ginjal sebagai diagnosis potensial. Perhatian perlu diberikan pada
ada atau tidak
adanya leukosit, kristal, dan bakteri dan pH urin. Secara umum,
jika jumlah
leukosit dalam urin lebih besar dari 10 sel per lapangan daya
tinggi atau lebih
besar dari jumlah sel darah merah, tersangka infeksi saluran kemih
(ISK) dapat
ditegakkan. Menentukan pH urin juga membantu karena, (1) dengan pH
lebih
rendah dari 6,0, batu asam urat harus dipertimbangkan, dan (2)
dengan pH lebih
dari 8,0, infeksi dengan organism splitting urea seperti Proteus,
Pseudomonas,
atau Klebsiella mungkin ada. Kristal urin dari kalsiumoksalat, asam
urat, atau
sistin kadang-kadang dapat ditemukan pada urinalisis. Jika ada,
kristal ini adalah
petunjuk sangat baik untuk jenis dan sifat yang mendasari setiap
batu .
• Penatalaksanaan
Tatalaksana awal di ruang gawat darurat dimulai dengan memperoleh
akses
vena untuk mempermudah pemberian cairan, analgesik dan
pengobatan
antiemetik. Banyak dari pasien yang mengalami dehidrasi karena mual
dan
muntah
merupakan controversial. Ada yang berpendapat dapat membantu
pengeluaran
batu, namun juga ada yang berpikir akan menambah tekanan
hidrostatik
sehingga menambah nyeri. Namun, ekstra cairan harus diberikan jika
pasien
dengan bukti klinis atau laboratorium mengalami dehidrasi, diabetes
atau gagal
ginjal.
Protokol yang dibuat berdasarkan kemungkinan kegagalan lewatnya
batusecara
spontan baik oleh karena striktur uretra, spasme otot, edema lokal,
inflamasi dan
infeksi. Regimen yang diberikan berupa:
Ketorolak 10 mg oralsetiap 6 jam untuk 5 hari.
Nifedipine 30 mg per hari PO untuk 7 hari.
Prednisone 20 mg PO 2 kali sehari untuk 5 hari.
Trimethoprim/sulfamethoxazole sekali sehari untuk 7 hari.
Acetaminophen 2 tablet 4 kali sehari untuk 7 hari.
Prochlorperazine supositoria sebagai pengontrol mual.
Batu yang terjebak di kaliks dapat memblok aliran traktus dari
kaliks
yangmenyebabkan obstruksi dan nyeri. Pengobatan dengan ESWL
dapat
beralasan untuk situasi yang batu kaliks dicurigai menyebabkan
gejala dan nyeri.
c. Kolik Karena Sumbatan Usus Halus
Sebuah obstruksi usus kecil (SBO) disebabkan oleh berbagai
proses
patologis. Penyebab utama SBO di negara maju adalah perlekatan
pascaoperasi
(60%) diikuti oleh keganasan, penyakit Crohn's, dan hernia,
walaupun beberapa
studi telah melaporkan penyakit Crohn sebagai faktor etiologi lebih
besar dari
neoplasia. Satu studi dari Kanada melaporkan frekuensi yang lebih
tinggi dari
SBO setelah operasi kolorektal, diikuti oleh pembedahan ginekologi,
perbaikan
hernia, dan usus buntu.
SBO dapat sebagian atau lengkap, sederhana (yaitu, nonstrangulasi)
atau
strangulasi. Obstruksi strangulasi adalah darurat bedah. Jika tidak
didiagnosis
dan diobati tepat, menyebabkan iskemia usus dan morbiditas lebih
lanjut dan
kematian.
Obstruksi dari usus kecil menyebabkan dilatasi proksimal dari usus
akibat
akumulasi sekresi GI dan udara yang tertelan. Dilatasi usus ini
merangsang
gerak peristaltik meningkat baik di atas dan di bawah obstruksi
dengan tinja
encer yang sering dan flatus awal dalam perjalanannya.
Muntah terjadi jika tingkat obstruksi adalah proksimal.
Peningkatkan distensi
usus kecil menyebabkan tekanan intraluminal meningkat. Hal
inidapat
menyebabkan kompresi limfatik mukosa usus yang mengarah
kelymphedema
dinding. Dengan lebih tinggi tekanan hidrostatik intraluminal,
meningkatkan
tekanan hidrostatik dalam kapiler sehingga ketiga besar cairan,
elektrolit, dan
protein keluar ke dalam lumen usus.Hilangnya cairan dan dehidrasi
yang terjadi
bisa berat dan berkontribusi untuk peningkatan morbiditas dan
kematian. Oklusi
arteri menyebabkan iskemia usus dan nekrosis. Jika tidak diobati,
hal ini
berkembang menjadi perforasi, peritonitis, dan kematian.
Gambar : Menunjukkan lokasi nyeri obstruksi usus halus pada region
abdomen
• Manifestasi klinis
atau strangulasi. Manifestasinya dapat berupa:
Nyeri perut (karakteristik pada kebanyakan pasien)
Nyeri, sering digambarkan sebagai kram dan intermiten, yang
lebihmenonjol
pada obstruksi sederhana.
lokasi dan sifat obstruksi. Nyeri berlangsung selama beberapa hari,
yang
menjadi progresif dan dengan distensi perut, mungkin khas untuk
obstruksi
yang lebih distal.
yang lebih serius (misalnya, nyeri konstan usus strangulasi atau
iskemik).
Mual
Diare (temuan awal)
gerakan usus atau buang angin.
Demam dan takikardia, terjadi belakangan dan mungkin terkait
dengan
strangulasi.
• Pemeriksaan Fisik
Distensi abdomen
Suara usus Hiperaktif terjadi di awal sebagai upaya GI untuk
mengatasiobstruksi.
Mengeksklusikan hernia inkarserata dari selangkangan, segitiga
femoralis, dan
foramen obturatorius.
Darah yang tampak ataupun samar, yang menunjukkan strangulasi
lanjutan atau
keganasan
Periksa gejala umum diyakini akan lebih diagnostik untuk iskemia
usus,yaitu:
Demam (suhu> 100 °F)
Takikardia (> 100 detak / menit)
Penyebab paling umum dari SBO adalah adhesi pascaoperasi.
Perlekatan pascaoperasi bisa menjadi penyebab obstruksi akut dalam
waktu 4
minggu operasi atau obstruksi kronis dekade kemudian.
Kejadian SBO sejajar dengan peningkatan jumlah laparotomi
dilakukan
dinegara-negara berkembang.
Penyebab diidentifikasi kedua yang paling umum dari SBO adalah
hernia
inkarserata.
Etiologi lain dari SBO termasuk tumor ganas (20%), hernia (10%),
penyakit
radang usus (5%), volvulus (3%), dan beragam (2%).
Penyebab SBO pada pasien anak-anak termasuk atresia kongenital,
stenosis
pilorus, dan intususepsi.
Tatalaksana awal di ruang gawat darurat meliputi resusitasi cairan
secara
agresif, dekompresi usus halus, pemberian analgetik dan antiemetic
dengan
indikasi klinis, antibiotik dan konsultasi operasi yang dini.
Dekompresi dilakukan
dengan cara memasang selang NGT untuk dilakukan suction terhadap
isi GI dan
untuk mencegah aspirasi. Tidak lupa juga untuk selalu memonitor
jalan napas,
pernapasan dan sirkulasi.
1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah empedu
awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi
terdengar pada
interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi
berat,muntah – sedikit atau tidak ada –
kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat,
nyeri tekan
difus minimal.
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian
terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
difus minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram
nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan
terlokalisir;
distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn
nyeri tekan
terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau
berdarah atau
mengandung darah samar.
kandung empedu, saluran empedu dan pankreas diawali oleh infeksi
pada
organ-organ tersebut.
Sepsis adalah menyebarnya agen infeksi (misalnya bakteri) ke
seluruh tubuh
melalui peredaran darah. Sepsis berat dapat menimbulkan syok,
dimana
tekanan darah turun.
3. Fistula
Fistula adalah saluran abnormal yang terbentuk antara dua organ.
Batu empedu
mengerosi dinding kandung empedu atau salurang empedu,
menimbulkan
saluran baru ke lambung,usus dan rongga perut.
4. Peritonitis
Peritonitis adalah radang rongga perut, disebabkan karena rongga
perut yang
steril terkontaminasi oleh cairan empedu melalui suatu fistula ke
rongga perut.
5. Ileus
Ilues dapat terjadi karena batu menyumbat isi usus. Dapat terjadi
bila batu
berukuran cukup besar
• Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri, adakah nyeri tekan /
nyeri lepas ? Adakah
pembesaran hati, apakah teraba massa?
• Pemeriksaan rektal : lokasi nyeri pada jam berapa, adakah
faeces, adakah darah?
• Laboratorium : Leukosit dan Hb
• Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam
usus
• Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi
udara atau lipatan
sigmoid yang tertutup.
• Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat
muntah; peningkatan
hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadar
serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
• Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau
alkalosis metabolik.
g. Penatalaksanaan
• Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan
interstisial
• Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan
intraseluler
• Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal
usus ke area
penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan
pasien
berbaring miring ke kanan.
• Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena
obstruksi kronik,
ileus paralitik atau infeksi.
• Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung
terlalu beresiko.
• Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan
mendekompresi usus
dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
h. Tindakan
• Bila dehidrasi berat -> infus diguyur, dipasang kateter
dauwer
• Beri analgetik ringan (xylomidon),Spasmolitik: Baralgin,
Sulfas Aliopin (inj) ; jika
kesakitan sekali -> beri petidin 1 amp im, jangan beri
Antibiotik kalau penyebab
tidak jelas
• Bila gelisah penderita gelisah, beri Diazepam 10 mg iv,
bisa diulang tiap 30
menit
• Bila panas, beri: antipiretik (Parasetamol)
• Bila keadaan umum jelek, beri supportif Vitamin / Alinamin
F (inj), Cortison inj 3
cc atau Deksametason 2 amp
• Bila dengan upaya di atas keadaan tidak membaik, rujuk ke
RSUD
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Kekurangan cairan (dehidrasi) berhubungan dengan mual
muntah
b. Gangguan kebutuhan istiharahat tidur berhubungan dengan sakit
kepala
c. Gangguan pmenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
anorexia
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Personal Hygiene kurang berhubungan dengan ketidakmampuan
merawat diri
2. INTERVENSI ( RENCANA TINDAKAN )
- Memberikan masukan cairan intravena
- Anjurkan untuk banyak minum
merangsang mual muntah
- Mengobservasi vital sign pasien
2. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan aneroxia
- Kaji asupan diet dan status nutrisi lewat riwayat diet dan food
diary.
Pengukuran BB setiap hari, pemeriksaan lab. dan antropometri
- Berikan diet tinggi karbohidrat dengan asupan protein yang
konsisten dengan
fungsi hati.
- Bantu pasien dalam mengenali jenis-jeni makanan rendah
natrium
- Tinggikan bagian kepala tempat tidur selama pasien makan
- Pelihara hygiene oral sebelum makan dan berikan suasana yang aman
dan
nyaman pada waktu makan
- Kaji kebiasaan tidur pasien.
- Mengatur suhu kamar pasien
- Bantu pasien dalam merawat diri dan pelaksanaan aktivitas bila
pasien
merasa lelah
- Anjurkan untuk sitirahat bila pasien merasa lelah / bila adanya
nyeri
- Bantu memilih latihan dan aktivitas yang diinginkan
5. Personal hygiene kurang berhubungan dengan ketidakmampuan
merawat diri
- Beri dorongan pada pasien untuk merawat dirinya
- Bantu pasien untuk merawat dirinya
- Bantu kemampuan pasien untuk merawat dirinya
- Kaji kemampuuan pasien untuk memenuhi personal hygiene
DAFTAR PUSTAKA
H. Slamet Suyono. Prof. Dr. SpPD. KE., Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II , FKUI
Jakarta, 2001.
Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa
Setiawan dkk. Ed. 1.
Jakarta : EGC; 2001
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta
: EGC; 2001.
Marllyn E. Doenges dkk, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3,
Jakarta
Reeves, Charlene J et al. 2008. Medical-Surgical Nursing. Alih
Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika