1
MAKALAH SEMINAR
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
1
HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK, WAKTU MENONTON TELEVISI, DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI DAN STATUS
KESEHATAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
Nama : Meilita Kusramadhanty
NRP : I14096027
Pembimbing : Katrin Roosita, SP, MSi
Pemandu :
Pembahas : 1.
2.
3.
4.
Hari/tanggal : Jumat, 02 Februari 2012
Waktu : 09.00-10.00 WIB
Tempat : Ruang Seminar (R300) Lantai III
Departemen Gizi Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
2
HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK, WAKTU MENONTON TELEVISI, DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI DAN STATUS
KESEHATAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH 1
(Correlation between physical activity, time watching television, and food consumption on the nutritional status and health status of preschool children)
Meilita Kusramadhanty2, Katrin Roosita3
ABSTRACT
The objectives of the following study were to analyze correlation
between physical activity, time watching television, and food consumption
on the nutritional status and health status of preschool children in TKA
Plus Ihsan Cibinong. The design for knowledge survey was cross
sectional study and consisted of 32 subjects (15 males and 17 females).
The criteria of study sample were preschool children ages 4 to 6 years old,
in good health condition without congenital disease and they were willing
to be interviewed. The primary data consisted of physical activity recall
(2x24 hours), television viewing time (2x24 hours), food consumption
recall (2x24 hours), nutritional status (age, weight and height), and health
status (duration and frequency of sickness). Secondary data were
included data of TKA Plus Ihsan Cibinong. Statistical analysis showed
significant difference between nutritional status with physical activity (p
<0.05), television viewing time (p <0.01) and the adequacy level of energy
(p <0.01), protein (p <0.01), carbohydrate (p <0.01), fat (<0.05) and
calcium (p <0.05). The result showed that health status associated with
television viewing time (p <0.05), adequacy level of energy (p <0.01),
protein (p <0.05), carbohydrate (p <0.01), vitamin D (p <0, 05), and
calcium (p <0.05).
Keywords: physical activities, television viewing time, food consumption,
preschool children
1 Makalah merupakan bagian dari skripsi yang disampaikan pada seminar Program Ilmu Gizi Mayor - IPB
2 Mahasiswa S1 Program Studi Gizi Masyarakat3 Pembimbing
2
3
ABSTRAK
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
aktivitas fisik, waktu menonton televisi, dan konsumsi pangan dengan status gizi
dan status kesehatan pada anak usia prasekolah (4-6 tahun). Penelitian ini
menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian adalah TKA Plus
Ihsan Mulya Cibinong. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011.
Penetapan subjek didasarkan atas kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
dalam penelitian ini meliputi : 1) contoh umur 4 sampai 6 tahun; 2) dalam
keadaan sehat; dan 3) bersedia menjadi subyek penelitian. Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah contoh yang memiliki penyakit bawaan sejak lahir. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 32 orang . Data Primer meliputi data
aktivitas fisik (2x24jam), waktu menonton televisi (2x24jam), recall konsumsi
panga (2x24jam), status gizi (usia, berat badan, tinggi badan), dan data status
kesehatan (frekuensi dan lama sakit). Data sekunder berupa data gambaran umu
sekolah. Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifkan antara status gizi dengan aktivitas fisik (p<0,05), waktu
menonton televisi (p<0,01) dan tingkat kecukupan tingkat kecukupan energi
(p<0.01), protein (p<0.01), karbohidrat (p<0.01) ,lemak (<0,05) dan kalsium
(p<0.05). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara status
kesehatan dengan waktu menonton televisi (p<0,05), tingkat kecukupan energi
(p<0,01), protein (p<0,05), karbohidrat (p<0,01), vitamin D (p<0,05), dan kalsium
(p<0,05).
Kata kunci: Aktivitas fisik, waktu menonton televisi, konsumsi pangan, anak
usia prasekolah
PENDAHULUAN
Sumberdaya manusia (SDM) yang cerdas dan produktif merupakan
prasyarat utama keberhasilan suatu bangsa. Pembangunan kualitas SDM harus
dilandasi oleh pentingnya kesadaran akan investasi kesehatan yang berorientasi
pada pembangunan kesehatan dan gizi. Menurut Syafiq (2007), pendekatan gizi
dan kesehatan harus dilakukan secara simultan di seluruh tahap kehidupan,
3
4
khususnya tahapan awal kehidupan mulai dari janin, bayi baru lahir, perinatal,
anak di bawah tiga tahun, dan prasekolah.
Anak usia prasekolah mengalami perkembangan fisiologik maupun
motorik yang pesat. Perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh faktor genetik,
keadaan biologis anak yang meliputi status kesehatan dan gizi, serta lingkungan
tempat tinggal (Sjostorm et al 2005).
Usia prasekolah merupakan usia yang rawan terhadap masalah gizi.
Masalah gizi anak dapat berupa gizi kurang maupun gizi lebih. Masalah gizi
kurang yang sering ditemukan pada anak prasekolah dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan. Sebaliknya, gizi lebih pada anak dapat menimbulkan
kegemukan atau obesitas pada anak, sehingga perlu pemantauan terhadap status
gizi anak (Depkes 2000).
Status gizi merupakan keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat
gizi. Asupan zat gizi harus seimbang dengan kebutuhannya sehingga diperoleh
status gizi yang baik. Ketidakseimbangan asupan gizi, baik kekurangan atau
kelebihan zat gizi dapat mengakibatkan gangguan status kesehatan (Uripi 2003).
Status kesehatan anak yang baik ditunjukan dengan ketahanan terhadap
penyakit. Anak dengan kondisi tubuh yang baik dapat melakukan aktivitas fisik
secara normal sesuai dengan periode usianya (Winarno 1992). Pada masa
prasekolah, anak mulai memilih makanan yang disukai dan tidak disukai,
sehingga menyebabkan anak sulit makan. Faktor ini menjadi pertimbangan dalam
upaya pemenuhan gizi dan kesehatan anak, khususnya usia prasekolah (Khomsan
1993).
Aktivitas fisik merupakan kegiatan yang menggunakan energi untuk
melakukan berbagai kegiatan fisik. Saat ini semakin banyak anak-anak yang
menjadi kurang aktif secara fisik, sehingga berkontribusi pada peningkatan
prevalensi obesitas sebesar 100% sejak tahun 1980 (Elliott 2002).
Menonton televisi merupakan salah satu aktivitas fisik yang biasa
dilakukan anak. Bagi sebagian anak prasekolah, menonton televisi merupakan
kegiatan bermain tambahan (Hurlock 1980). Alokasi menonton televisi pada
anak-anak meningkat dari tahun ke tahun (Amna 2009). Waktu yang dihabiskan
anak dalam menonton televisi adalah satu hingga empat jam per hari (Bappenas
4
5
2010). Aktivitas menonton televisi cenderung menghabiskan lebih sedikit kalori
per menit (Dale 2001).
Kegiatan menonton televisi anak dilakukan sambil mengemil atau makan
(Noviana 2002). Berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya waktu menonton
televisi berpotensi menimbulkan berbagai masalah gizi dan kesehatan. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis hubungan aktivitas fisik, waktu menonton
televisi, dan konsumsi pangan dengan status gizi dan status kesehatan pada anak
usia prasekolah (4-6 tahun).
METODE
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi
penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan kemudahan akses dan
perizinan dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Desember 2011.
Penetapan Subjek
Penetapan subjek didasarkan atas kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria
inklusi dalam penelitian ini meliputi : 1) contoh umur 4 sampai 6 tahun; 2) dalam
keadaan sehat; dan 3) bersedia menjadi subyek penelitian. Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah contoh yang memiliki penyakit bawaan sejak lahir.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 32 orang yang
dihitung berdasarkan rumus perhitungan proporsi sampel menurut Notoatmodjo
(2010) sebagai berikut :
n = Z 2 P (1- P) d2
Perkiraan proporsi masalah gizi yang digunakan berdasarkan data Dinkes
Kabupaten Bogor (2010) sebesar 9,3%. Nilai derajat kemaknaan yang digunakan
sebesar 1,96 dengan tingkat kepercayaan sebesar 0,1.
Jenis, Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi data karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, aktivitas
fisik dan waktu menonton televisi, serta konsumsi pangan. Data primer diperoleh
5
6
dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Data sekunder meliputi
gambaran umum sekolah tempat penelitian berlangsung.
Data aktivitas fisik dan waktu menonton televisi diperoleh melalui metode
pencatatan 2x24 jam. Data konsumsi pangan diperoleh melalui metode recall
2x24 jam yang digunakan untuk menghitung konsumsi zat gizi dan selanjutnya
dibandingkan dengan dengan kebutuhan zat gizi untuk memperoleh tingkat
kecukupan zat gizi. Data karakteristik contoh diperoleh melalui pengukuran
antropometri (berat badan dan tinggi badan) dan metode pencatatan (umur dan
jenis kelamin) yang digunakan untuk menghitung status gizi. Data status
kesehatan diperoleh melalui metode pencatatan berdasarkan jenis penyakit dan
lama sakit dalam satu bulan terakhir sebelum penelitian. Data karakteristik
keluarga contoh diperoleh melalui pencatatan dan wawancara, sedangkan data
gambaran umum sekolah diperoleh melalui dokumen sekolah.
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan
menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for Windows versi 16,0.
Analisis deskriptif disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, persentase, nilai
minimum dan maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasi. Data dianalisis
menggunakan korelasi spearman untuk melihat hubungan antara aktivitas fisik,
waktu menonton televisi, dan konsumsi pangan dengan status gizi dan status
kesehatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum TK
TKA Plus Ihsan Mulya merupakan taman kanak-kanak Al-Quran yang
berdiri pada tahun 2002. Sekolah ini terletak di Jl. Raya Al-Falah No.9,
Kelurahan Harapan Jaya. Cibinong. Jumlah seluruh siswa di TKA Plus Ihsan
Mulya sebanyak 87 siswa. Jumlah guru di TKA Plus Ihsan Mulya berjumlah 6
orang.
Kegiatan belajar mengajar dilmulai pukul 8.30 hingga 10.30. Kegiatan
belajar mengajar dilaksanakan hari senin hingga kamis untuk kelas A, sedangkan
kelas B dilaksanakan hari senin hingga jumat.
Sarana dan prasarana yang terdapat di TKA Plus Ihsan Mulya cukup
memadai. Sarana yang terdapat di TKA Plus Ihsan Mulya terdiri dari taman
6
7
bermain dan 3 ruang kelas, yaitu kelas A, B1 dan B2. Jumlah meja dan kursi
yang terdapat disetiap kelas disesuaikan dengan jumlah murid.
Karakteristik Contoh
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh berusia 5 tahun
(47%), dan sisanya berusia 6 tahun (31%) serta 4 tahun (22%). Berdasarkan
klasifikasi jenis kelamin, dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh berjenis
kelamin perempuan (53%) dan sisanya adalah laki-laki (47%).
Berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur diketahui rata-rata berat
badan contoh perempuan lebih besar dibandingkan contoh laki-laki. Rata-rata
berat badan contoh kelompok usia 4-<5 tahun adalah laki-laki sebesar 17,7 kg dan
perempuan sebesar 20,1 kg. Rata-rata berat badan contoh kelompok usia 5-6
tahun adalah laki-laki sebesar 19,9 kg dan perempuan sebesar 21,4 kg.
Rata-rata tinggi badan contoh laki-laki maupun perempuan berada diatas
tinggi badan ideal, namun pada kelompok usia 4 - <5 tahun berada dibawah tinggi
badan ideal. Rata-rata tinggi badan contoh kelompok usia 4-<5 tahun adalah laki-
laki sebesar 105,5 cm dan perempuan sebesar 105 cm. Rata-rata tinggi badan
contoh kelompok usia 5-6 tahun adalah laki-laki sebesar 113,3 cm dan perempuan
sebesar 111,6 cm. Berdasarkan kelompok usia, semakin bertambahnya usia maka
berat badan dan tinggi badan juga meningkat. Data mengenai berat badan
berdasarkan usia dan jenis kelamin contoh dapat dilihat pada Tabel 1.
Karakteristik Keluarga
Berdasarkan karakteristik keluarga diketahui bahwa rataa-rata tingkat
pendidikan ayah contoh adalah akademi/S1 sebesar 43,8 %, sedangkan rata-rata
tingkat pendidikan ibu contoh adalah SMA sebesar 53%. Sebagian besar ayah
contoh bekerja sebagai pegawai swasta (50%) dan sebagian besar ibu contoh
merupakan ibu rumah tangga (59,4%). Lebih dari separuh contoh tergolong
kategori keluarga kecil (81,3%). Tingkat pendapatan keluarga didasarkan pada
garis kemiskinan di Kabupaten Bogor sebesar Rp 293.015 (BPS 2011). Hampir
seluruh contoh berada pada kategori rumah tangga tidak miskin (90,6%).
Aktivitas Fisik
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata-rata alokasi waktu
kegiatan sebagian besar anak prasekolah dihabiskan untuk tidur. Selain itu, anak
7
8
prasekolah juga banyak mengalokasikan waktu mereka untuk sekolah, berjalan
dan bersepeda, menonton televisi, bermain ringan, serta makan dan minum.
Mandi dan berpakain memiliki alokasi waktu yang paling kecil dibanding
kegiatan lainnya.
Besarnya tingkat aktivitas fisik yang dilakukan dapat dilihat dari nilai
Physical activity level (PAL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar contoh berada pada kategori tingkat aktivitas fisik ringan (62,5 %). Hal ini
dikarenakan contoh memiliki waktu tidur yang lebih banyak dan lebih sering
melakukan aktivitas menonton televisi atau bermain ringan. Sebaran contoh
berdasarkan tingkat aktifitas fisik terdapat pada Tabel 2. Aktivitas fisik yang
sangat ringan pada anak dapat berdampak pada kesehatan dan perkembangan
anak. Rendahnya aktivitas fisik dapat beresiko mengalami kegemukan atau
obesitas, serta mengalami gangguan kesehatan (Sulistyoningsih 2011).
Waktu Menonton Televisi
Berdasarkan waktu menonton televisi diketahui bahwa sebagian besar
contoh memiliki waktu menonton televisi pada kategori sedang (59,4%).
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa contoh biasanya menggunakan
waktu belajar atau makan mereka dengan dibarengi oleh kegiatan menonton
televisi. Waktu yang cukup banyak dihabiskan contoh dalam menonton televisi
dikarenakan hanya sedikit orang tua yang membatasi waktu anak untuk menonton
televisi sehingga hanya sedikit contoh yang berada pada kategori ringan (25,6%).
Sebaran contoh berdasarkan waktu menonton televisi dapat dilihat pada Tabel 3.
Konsumsi Pangan
Pangan yang dikonsumsi digolongkan berdasarkan Daftar Komposisi
Bahan Makanan (DKBM) yang terbagi menjadi delapan golongan, yaitu bahan
makanan sumber karbohidrat, sumber protein hewani, sumber protein nabati,
sayuran, buah-buahan, susu, minyak, dan gula. Tabel 4 menunjukkan jenis dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi anak.
Bahan makanan sumber karbohidrat yang lebih banyak dikonsumsi
contoh, yaitu nasi 159,6 g/hari, roti 28,8 g/hari, dan Biskuat Bolu 21,1 g/hari.
Nasi merupakan jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi.
8
9
Sumber protein hewani dan olahannya yang paling sering dikonsumsi
contoh, yaitu telur 48,6 g/hari, ayam 37,4 g/hari, dan nugget 19,5 g/hari. Sebagian
besar contoh sangat menyukai berbagai olahan ayam dan telur. Selain itu, kedua
pangan tersebut juga mudah didapat dan memiliki harga yang ekonomis.
Jenis sumber protein nabati dan olahannya yang paling dominan
dikonsumsi contoh, yaitu kecap 7,7 g/hari dan tempe 5,5 g/hari. Jumlah pangan
sumber protein yang dikonsumsi sangat rendah. Berdasarkan hasil wawancara,
para orang tua menyatakan anak yang tidak menyukai bahan makanan sumber
protein nabati karena rasa dan aroma bahan makanan tersebut kurang menarik.
Anak-anak umumnya jarang mengonsumsi sayuran dan buah. Jenis dan
jumlah sayur yang sering dikonsumsi anak adalah wortel 11,9 g/hari dan buncis
9,4 gram/hari. Jenis dan jumlah buah yang sering dikonsumsi yaitu apel 4 g/hari
dan jeruk 5 g/hari. Jenis dan jumlah minyak yang banyak dikonsumsi contoh
adalah minyak goreng sebanyak 29,7 g/hari.
Susu merupakan golongan bahan makanan yang paling sering dikonsumsi
oleh anak. Jenis dan jumlah susu yang sering dikonsumsi adalah susu bubuk
Frisian Flag 83,5 g/hari dan Dancow 70,4 g/hari.. Jenis gula yang paling sering
dikonsumsi adalah gula pasir 18,4 g/hari dan produk permen 8,9 g/hari.
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi,
karbohidrat, vitamin C dan zat besi yang dikonsumsi contoh masih lebih rendah
dibandingkan kecukupan yang dianjurkan, masing-masing sebesar 1395 kkal,
84,8 gram, dan 7,6 gram. Hal ini berbeda dengan konsumsi protein, lemak,
vitamin A, vitamin D, dan kalsium yang melebihi AKG.
Rata-rata tingkat kecukupan energi dan lemak contoh termasuk pada
kategori normal, sedangkan rata-rata kecukupan karbohidrat dan protein contoh
berada pada kategori lebih. Berdasarkan tingkat kecukupan vitamin dan mineral
menunjukkan rata-rata tingkat kecukupan vitamin D, vitamin A dan kalsium
contoh termasuk dalam kategori cukup, namun rata-rata tingkat kecukupan
vitamin C dan zat besi contoh berada pada kategori kurang. Data mengenai
konsumsi dan tingkat kecukupan zat gizi contoh disajikan pada Tabel 5.
9
10
Kebutuhan gizi pada anak harus terpenuhi dengan tepat, sehingga tercapai
status gizi yang baik. Kekurangan zat gizi pada anak dapat menyebabkan
timbulnya berbagai penyakit dan infeksi. Jika berlebih dapat menimbulkan
obesitas (Uripi 2003).
Status Gizi
Status gizi contoh ditentukan dengan menggunakan beberapa indeks yang
telah direkomendasikan oleh WHO (1995), yaitu indeks untuk berat badan
menurut umur (BB/U), indeks tinggi badan tehadap umur (TB/U) dan indeks berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB).
Berdasarkan status gizi menurut indeks BB/U diketahui bahwa hampir
seluruh contoh termasuk dalam kategori gizi normal (93,75%). Sebagian besar
status gizi contoh beradasarkan indeks TB/U berada pada kategori normal
(56,25%). Status gizi contoh berdasarkan indeks BB/TB menunjukkan separuh
contoh termasuk dalam kategori normal (56,2%). Data mengenai status gizi
contoh dapat dilihat pada Tabel 6.
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Pada
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan
tinggi badan. Status gizi menurut indeks BB/TB merupakan indikator yang baik
dalam menilai status gizi saat ini (Supariasa et al 2002).
Status Kesehatan
Status kesehatan yang diteliti pada contoh meliputi kejadian sakit, jenis
penyakit, dan lama sakit yang pernah dialami oleh contoh dalam satu bulan
terakhir. Berdasarkan kejadian sakit diketahui bahwa sebagian besar contoh tidak
mengalami sakit sebesar 68,8 %, sedangkan contoh yang diketahui pernah
mengalami sakit dalam satu bulan terakhir sebesar 31,3 %. Pemberian vitamin
secara teratur setiap harinya diduga mempengaruhi kesehatan anak.
Hasil penelitian menunjukkan penyakit yang paling sering dialami oleh
contoh dalam satu bulan terakhir adalah demam, batuk, influenza dan diare.
Frekuensi sakit yang dialami oleh sebagian besar contoh adalah satu kali dalam
satu bulan terakhir dengan jenis penyakit demam dan batuk. Sebagian besar
contoh yang sakit mengalami lama sakit selama satu sampai tiga hari. Data
mengenai status kesehatan contoh dapat dilihat pada Tabel 7.
10
11
Infeksi dan demam dapat menyebabkan turunnya nafsu makan anak karena
kesulitan menelan dan mencerna makanan. Anak yang sakit dan sedang dalam
masa penyembuhan memerlukan asupan pangan yang cukup untuk meningkatkan
status kesehatan yang memburuk (Harper et al 2009).
Contoh yang mengalami kejadian sakit melakukan pengobatan baik di
rumah, puskesmas maupun klinik dokter. Contoh yang melakukan pengobatan di
rumah diberikan obat yang dibeli di apotik atau warung, sedangkan contoh yang
melakukan pengobatan ke puskesmas dan klinik diberikan obat berdasarkan resep
dokter. Pemberian pelayanan kesehatan yang terpenuhi dan didukung pemberian
makan seimbang akan berdampak status kesehatan yang baik (Suryono &
Supardi 2004).
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara status gizi anak dengan aktivitas fisik (r= -0,479,
p<0,05). Hal tersebut menunjukkan semakin ringan tingkat aktivitas fisik maka
status gizi contoh akan semakin tinggi. Contoh yang memiliki aktifitas sangat
ringan akan memiliki status gizi lebih. Anak yang memiliki status gizi kurang
menyebabkan anak menjadi lemah sehingga memiliki aktivitas fisik yang rendah.
Berbeda dengan anak yang berada pada kategori gizi lebih, mengonsumsi energi
yang lebih banyak dan menyebabkan anak menjadi kurang gerak (Sulistyoningsih
2011).
Pada penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang
sangat kuat antara menonton televisi dengan status gizi (r=0,816, p<0,01). Hal ini
menunjukkan semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi
maka semakin tinggi status gizi anak. Anak yang memiliki waktu menonton
televisi pada kategori berat cenderung memiliki status gizi lebih. Hal ini
dikarenakan kegiatan menonton televisi contoh seringkali dilakukan sambil
makan. Kegiatan menonton televisi dapat menurunkan metabolisme tubuh
sebesar 12% pada anak bertubuh normal dan 16% pada anak yang bertubuh
gemuk (Dale 2001).
Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang nyata antara tingkat
kecukupan energi (p<0.01), protein (p<0.01), karbohidrat (p<0.01), lemak (<0,05)
11
12
dan kalsium (p<0.05) dengan status gizi. Hal ini bermakna bahwa semakin baik
konsumsi energi, protein, dan karbohidrat maka semakin baik status gizi anak.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Kesehatan Anak
Berdasarkan uji statistik, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara
waktu menonton televisi dengan status kesehatan (p<0,05, r= - 0,421). Hal ini
menunjukkan semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi
maka status kesehatan contoh semakin baik. Kegiatan menonton televisi dapat
meningkatkan konsumsi makan sehingga kebutuhan gizi anak terpenuhi.
Kebutuhan gizi yang terpenuhi dengan baik akan diperoleh status kesehatan yang
baik.
Pada penelitian ini juga diketahui bahwa terdapat hubungan antara tingkat
kecukupan energi (p<0,01), protein (p<0,05), karbohidrat (p<0,01), vitamin D
(p<0,05), dan kalsium (p<0,05) denga status kesehatan contoh. Hasil tersebut
mengindikasi bahwa semakin tinggi kecukupan zat gizi cotoh maka semakin baik
pula status kesehatan contoh. Berdasarkan wawancara, diketahui bahwa sebagian
besar contoh mengonsumsi suplemen yang berfungsi untuk meningkatkan daya
tahan tubuh anak. Hal ini menunjukkan bahwa status kesehatan anak tidak hanya
dipengaruhi oleh konsumsi pangan, melainkan juga dipengaruhi konsumsi
suplemen yang membantu meningkatkan kondisi kesehatan tubuh anak.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Status gizi berhubungan nyata dengan aktivitas fisik (p<0,05), waktu menonton
televisi (p<0,01) dan tingkat kecukupan tingkat kecukupan energi (p<0.01),
protein (p<0.01), karbohidrat (p<0.01) ,lemak (<0,05) dan kalsium (p<0.05).
Status kesehatan berhubungan dengan waktu menonton televisi (p<0,05),
tingkat kecukupan energi (p<0,01), protein (p<0,05), karbohidrat (p<0,01),
vitamin D (p<0,05), dan kalsium (p<0,05).
Saran
1. Rendanya konsumsi buah dan sayu dan kecukupan vitamin C dan zat besi yang
kurang menunjukkan perlu adanya pengertian, bimbingan, dan perhatian dari
orang tua maupun guru tentang pentingnya mengonsumsi makanan yang
beragam dalam jumlah yang cukup, terutama sayur dan buah.
12
13
2. Sebaiknya orang tua mulai membiasakan anak melakukan aktifitas fisik,
mengingat tingkat aktifitas sebagian besar contoh berada pada kategori ringan.
Aktifitas fisik yang cukup pada anak sangat membantu dalam perkembangan
anak dan akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kecerdasan anak.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Katrin Roosita, SP, M.Si
sebagai dosen pembimbong dan Kepala Sekolah TKA Plus Ihsan Mulya
Cibinong yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
DAFTAR PUSTAKAAmna M. 2009. Televisi. http://www.mustafidamna.com/content/televisi [10
September 2011][Bappenas] Badan Pengawas Pembangunan Nasional. 2010. Televisi ramah anak.
http://www.bappenas.go.id [15 September 2011].[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Analisis Kemiskinan di Kabupaten Bogor.
http:// www.bps.go.id [15 September 2011].Dale. 2001. How to get the best out of TV. http://www.christiannews.net [15 Juli
2011].[Dinkes] Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. 2010. Bulan penimbangan balita.
http:// www. bogorkab .go.id [24 November 2011].[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Gizi Seimbang
Menuju Hidup Sehat Bagi Balita. Yogyakarta : Direktorat Gizi Masyarakat.
Elliott E. 2002. Children and physical activity. http://www.pbs.org [23 September 2011]
Harper L, Brady D, Judy D. 2009. Pangan, Gizi dan Pertanian. Suhardjo, Penerjemah; Jakarta : UI Press
Hurlock E. 1980. Psikologi Perkembangan.. Istiwidayanti, Soedjarwo. Penerjemah; Jakarta: Penerbit Erlangga.
Khomsan A. 1993. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Notoatmodjo S. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.Noviana I. 2002. Pola Menonton Televisi Pada Anak. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial 12 (03) : 70-79. Sjostrom M, Ekelund U, Yngve A. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Hartono A,
Penerjemah; Jakarta : EGC.Sulistyoningsih H. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta :
Garaha Ilmu.Supariasa IDN, Bachyar B, Ibnu F. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGCSuryono, Supardi S. 2004. Risiko penyakit ISPA dan diare pada batita penderita
kekurangan energi protein (KEP) di Kabupaten Sukoharjo. Sains Kesehatan 17 (2) : 134-143.
Syafiq A. 2007. Tinjauan atas kesehatan dan gizi anak usia dini dalam makalah pada Diskusi Peningkatan Kesehatan Gizi Anak Usia Dini. BAPPENAS : 17 juli 2007.
Uripi V. 2003. Menu Sehat Untuk Balita. Jakarta : Puspa Swara.Winarno. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
13
14
Tabel 1 Rata-rata berat badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin
Usia Berat Badan (rata-rata±sd) Tinggi Badan (rata-rata±sd)Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
4 - <5 tahun 17,7 ± 0 20,1 ± 7,5 105,5 ± 0 105,0 ± 6,55 - 6 tahun 19,9 ± 4,0 21,4 ± 4,5 113,3 ± 4,8 111,6 ± 3,9
Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik (PAL)Tingkat Aktivitas Fisik n %
Sangat ringan (<1,45) 11 34,4Ringan (1,45≤PAL≤1,59) 20 62,5Sedang (1,60≤PAL≤1,89) 1 3,1Berat (≥1,90) 0 0,0Total 32 100,0Rata-rata ± sd 1,44 ± 0,05
Tabel 3 Waktu menonton televisi anak dalam sehariWaktu Menonton Televisi n %
Ringan (<2 jam/hari) 5 15,6Sedang (≥2 sampai <4 jam per hari) 19 59,4Berat (≥4 jam per hari). 8 25Total 32 100
Tabel 4 Jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi anak (g/hari)
Tabel 5 Rata-rata konsumsi zat gizi dan tingkat kecukupan zat gizi contoh
Zat Gizi Konsumsi AKG Tingkat Kecukupan (%)
Energi (kkal) 1395 1750 99,9Protein (g) 51,9 32 162,1Lemak (g) 55,7 25,4 180Karbohidrat (g) 284,8 290 116,2Vitamin A (RE) 814,7 400 177,1Vitamin C (mg) 36,2 45 80,5Vitamin D (µg) 14,6 5 146,2Kalsium (µg) 871,1 500 174,2Zat besi (mg) 7,6 9 84,7
14
Golongan Jenis Makanan Jumlah
Karbohidrat dan olahannya
Nasi 159.6Biskuat 20.6Biskuat Bolu 21.1Roti 28.8
Protein Hewani dan olahannyaNugget 19.5Ayam 37.4Telur 48.6Tahu 2.3
Protein Nabati dan olahannya Tempe 5.5Kecap 7.7
SayuranWortel 11.9Buncis 9.4Caysin 8.6
Buah-buahan Apel 4Jeruk 5.1
Minyak Minyak goreng 29.7Mentega 5.5
Susu dan olahannya
Frisian Flag bubuk 83.5Dancow 70.4Ultra Milk pack 60.7
Gula Gula pasir 18.4Permen 8.9
15
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan status giziStatus Gizi n %
Indeks (BB/U)Normal (≥ - 2 SD sampai + 2 SD) 30 93.75Lebih (>+ 2 SD) 2 6.25
Total 32 100Indeks (TB/U)Pendek/stunting (< - 2 SD) 4 12.5Normal (≥ - 2 SD sampai + 2 SD) 18 56.25Lebih (>+ 2 SD) 10 31.25
Total 32 100Indeks (BB/TB)Kurang (< - 2 SD sampai ≥ - 3 SD) 4 12.5Normal (≥ - 2 SD sampai + 2 SD) 18 56.2Lebih (>+ 2 SD) 10 31.2
Total 32 100
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan jenis penyakit, frekuensi penyakit dan lama sakit dalam satu bulan terakhir
Jenis penyakit
Frekuensi sakit (kali) Lama sakit (hari)tidak pernah 1 2 0 hari 1-3 hari 4-6 hari
n % n % n % n % n % n %Demam 26 81.3 5 15.6 1 3.1 27 84.4 4 12.5 1 3.1Batuk 23 71.9 6 18.8 3 9.4 23 71.9 6 18.8 3 9.4Influenza 25 78.1 3 9.4 4 12.5 25 78.1 5 15.6 2 6.3Diare 31 96.9 1 3.1 0 0 31 96.9 1 3.1 0 0
15
Recommended