1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Moniliasis adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya disebut
Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu
infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan
prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada
penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka kematian sekitar 71%-79%.
Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang tubuhnya lemah.
Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi
merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana
Candida albican merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama.
Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM,
yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan oleh genus
Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh
diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C.
glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albican
merupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora
normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40% Kandida
albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada
anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88%
pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien
leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS
Penyakit ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Beliau melihat jamur itu pada
moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush, sehingga
ia menamakan jamur itu thrush fungus. Veron (1835) menghubungkan penyakit
pada bayi tersebut dengan infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari
2
alat kandungan ibunya. Berg (1840) berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak
bersih dan tangan perawat yang tercemar jamur merupakan faktor penting dalam
penyebarab infeksi ini. Berdasarkan bentuknya yang bulat lonjong dan berwarna
putih diberikanlah nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian berubah
menjadi monilia. Beberapa nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara lain
Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923)
menamakan jamur itu dalam genus candida.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari Moniliasis?
1.2.2 Bagaimana epidemiologi dari Moniliasis?
1.2.3 Bagaimana etiologi dari Moniliasis?
1.2.4 Apakah tanda dan gejala dari Moniliasis?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari Moniliasis?
1.2.6 Apakah komplikasi dan prognosis dari Moniliasis?
1.2.7 Bagaimana pengobatan dari Moniliasis?
1.2.8 Bagaimana pencegahan dari Moniliasis?
1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan dari Moniliasis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian Moniliasis;
1.3.2 Untuk mengetahui epidemiologi Moniliasis;
1.3.3 Untuk mengetahui penyebab Moniliasis;
1.3.4 Untuk mengetahui tanda dan gejala Moniliasis;
1.3.5 Untuk mengetahui patofisiologi Moniliasis;
1.3.6 Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis Moniliasis;
1.3.7 Untuk mengetahui pengobatan Moniliasis;
1.3.8 Untuk mengetahui pengobatan pada pasien Moniliasis;
1.3.9 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Moniliasis
3
1.4 Implikasi Keperawatan
Kandidiasi (moniliasis) merupakan salah satu gangguan infeksi pada sistem
pencernaan yang disebabkan karena suatu infeksi jamur Candidia. Jamur ini
biasanya menginfeksi kulit dan selaput lendir, kadang jamur ini menyusup ke
jaringan yang lebih dalam (misal, darah) yang berakibat fatal. Infeksi ini lebih
sering menyerang bayi terutama pada bagian mulut bayi (biasanya didapat dari
dot, pakaian bayi, bantal, dan sebagainya). Masalah dari oral thrush pada bayi
adalah bayi akan sukar minum dan risiko terjadi diare. Upaya agar oral thrush
tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu
diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan
rebus) sebelum dipakai.
4
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Kandidiasi (moniliasis) adalah suatu infeksi jamur Candidia, yang
sebelumnya disebut monilia. Candida biasanya menginfeksi kulit dan selaput
lendir (contohnya mulut dan vagina). Kadang jamur ini menyusup ke jaringan
yang lebih dalam (misalnya darah) dan menyebabkan kandidiasis sistemik, yang
bisa berakibat fatal. Infeksi ini lebih sering menyerang bayi terutama pada bagian
mulut bayi dan orang dewasa biasanya juga pada daerah mulut dan vagina,
biasanya penderita ini karena tubuhnya mengalami kelemahan. Pada bayi
biasanya di dapat dari dot, pakaian bayi, bantal dan sebagainya. Infeksi yang lebih
serius ini paling sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan
(misalnya penderita AIDS atau penderita kanker yang menjalani kemoterapi).
Adapun Candida adalah penghuni normal saluran pencernaan dan vagina yang
biasanya tidak menimbulkan penyakit. Tetapi ada beberapa faktor resiko yang
mendorong terjadinya infeksi yang di sebabkan oleh Candida:
1. Kelembaban dan kehangatan.
2. Pemakaian antibiotik.
3. Kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan organ.
4. Kehamilan
5. Obesitas (kegemukan)
6. Diabetes.
2.2 Epidemiologi
Penyakit ini lebih sering terjadi terutama pada anak usia bayi. Pada anak-anak
yang lahir dari ibu dengan moniliasica vaginitis. Dan kemuadian diamati pada
orang dewasa dengan imunosupresi dan pada pengguna steroid untuk waktu yang
lama. Oral candidiasis merupakan infeksi mulut yang paling sering terjadi.
Penyakit ini biasa menginfeksi pasien yang sangat lemah, bayi, orang tua, dan
pasien yang mengalami penurunan kerja sistem imun dengan prevalensi
persebaran 10% - 15% dan 25% - 75% dari populasi keseluruhan adalah carrier
5
atau pembawa. Kolonisasi candidiasis oral telah dilaporkan berkisar dari 40%
sampai 70% dari anak yang sehat dan dewasa, dengan dengan tingkat lebih tinggi
dinikmati natara anak-anak dengan gigi keries danorang dewasa yang lebih tua
memaki gigi palsu. Adapun tingkat yang telah terbukti juga menigkatkan dengan
terapi radiasi kanker, diabetes, dan infeksi HIV. Koloniasis Candidia dapat
menyebabkan inffeksi oportunistik mukosa dan disebarluaskan dan multisistem
keterlibatan organ dalam immunocompromised organ. Tingkat infeksi ini telah
dilaporkan sebgai 50% selama kemoterapi, 70% selama terapi radiasi, dan 90%
pada infeksi HIV.
2.3 Etiologi
Oral trush dan infeksi Moniliasis lainnya terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
lemah oleh karena itu penyakit atau obat-obatan seperti antibiotik mengganggu
keseimbangan alami mikroorganisme di dalam tubuh. Sistem kekebalan tubuh
bekerja sebagai pengusir invasi organismeyang berbahaya, seperti virus, jamur,
bakteri dengan mempertahankan keseimbangan antara mikroba didalam tubuh.
Hal ini tidak selalu bekerja maksimal akan tetapi mekanisme perlindungan juga
dapat mengalami kegagalan, sehingga dapat memungkinkan tejadinya infeksi oral
trush atau moniliasis akan terus berlanjut.
Beberapa penyakit yang dapat membuat tubuh entan terhadap infeksi ini
diantaranya adalah:
1. HIV/AIDS
2. Kanker
3. Diabetes milletus
4. Infeksi jamur vagina.
2.4 Tanda dan Gejala
Pada bayi, gejala sariawan berupa suhu badan meninggi hingga 40 derajat
Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel, tidak mau makan (apabila
6
makan dimuntahkan), tidak mau minum susu botol dan ASI, serta anak merasa
gelisah. Biasanya disertai dengan bau mulut yang kurang sedap yang diakibatkan
oleh kuman atau jamur. Sedangkan pada balita, biasanya suhu tidak naik terlalu
tinggi dan nafsu makannya berkurang. Bentuk sariawan akan terlihat seperti
vesikel atau bulatan kecil, berwarna putih atau kekuningan. Mula-mula
berdiameter 1-3 mm, kemudian berkembang membentuk selaput. Jika selaputnya
mengikis, maka akan terlihat seperti lubang/ulkus. Besarnya sariawan tetap, tidak
membesar, melebar, atau menjalar seperti bisul. Biasanya munculnya vesikel
bersamaan dengan timbulnya panas.
Adakalanya vesikel baru muncul 1-2 hari setelah panas. Kadang malah
tanpa disertai panas, jika vesikel yang muncul cuma satu. Yang membuat panas
umumnya sariawan karena jamur candida atau virus herpes. Sebetulnya sariawan
bisa sembuh sendiri seperti sariawan herpetik. Namun sariawan karena jamur
harus diobati dengan obat anti-jamur. Biasanya memakan waktu penyembuhan
sekitar seminggu. Jika sariawan tidak diobati akan bisa berkelanjutan. Memang
tak sampai menyebar ke seluruh tubuh, paling hanya di sekitar mulut. Tetapi,
sangat memungkinkan terjadinya diare, apabila jamurnya tertelan, mengalir lewat
pembuluh darah. Gejala yang mudah dikenali, adalah lidah yang menjadi agak
licin, berwarna kemerah-merahan, timbul luka dibagian bawah dan pinggir atau
pada belahan bagian tengah lidah. Pada pipi bagian dalam tampak bintik-bintik
putih, terkadang terdapat benjolan kecil yang dapat pecah sehingga mulut terasa
perih
Secara keseluruhan gejala oral trush yaitu :
1. Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit
dihilangkan.
2. Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu
3. Mukosa mulut mengelupas
4. Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lender mulut sampai bibir
memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, biladihilangkan dan
kemudian berdarah.
7
5. Bila terjadi kronis maka terja digranulomatosa (lesi berbenjol kecil)
menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga
beberapa tahun akan menyerang kulit anak.
6. Gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat
Celcius.
7. Tidak mau makan atau minum.
8. Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia
akan rewel.
2.5 Patofisiologi
Kandidiasis oral atau Moniliasis/Trush sering disesbabkan oleh candida
albicans, atau kadang oleh candida glabrata dan candida troicalis. Jamus candida
albicans umumnya memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit
sampai terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme
pertahanan local dan sistemik yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada
keadaan ini jamur akan berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan
infeksi jamur rongga mulut yang paling sering ditemukan. Penyakit yang
disebabkan jamur candida albicans ini pertumbuhannya dipelihara dibawah
pengaturan keseimbangan bakteri yang normal. Tidak terkontrolnya pertumbuhan
candida karena penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dan
penggunaan obat-obatan yang menekan system imun serta penyakit yang
menyerang system imun seperti Aquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS).
Namun bisa juga karena gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut
yang biasanya dihubungkan dengan penggunaan antibiotic yang tidak terkontrol
dan menyerang system imun manusia itu sendiri yang menimbulkan penyakit
disebut candidiasis oral atau moniliasis.
2.6 Komplikasi dan Prognosis
Apabila moniliasis atau oral trush tidak segera ditangani atau di obati akan
menyebabkan kesukaran minum (menghisap putting susu atau dot) sehingga akan
8
berakibat bayi kekurangan makanan. Selain itu komplikasi yang mungkin terjadi
diantaranya:
1. Rekurens atau infeksi berulang pada kulit
2. Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan
mungkin menginfeksi daerah di sekitar kuku
3. Candidiasis atau moniliasis tersebat pada tubuh yang menyebabkan
kekebalan tubungnya berkurang
4. Candidiasis atau moniliasis yang bermetastase dapat menjalar ke
esophagus, usu halus, usus besar atau dan anus. Infeksi sistemik lainnya
berupa abses hati dan otak.
2.7 Pengobatan
Terdiri dari 2 cara :
2.7.1 Medik /pengobatan
Memberikan obat antijamur, misalnya :a. Miconazol : mengandung
miconazole 25 mg per ml, dalam gel bebas gula. Gel miconazole dapat diberikan
ke lesi setelah makan.b.Nystatin : tiap pastille mengandung 100.000 unit nistatin.
Satu pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali sehari selama 7-14 hari. Pastille
lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini mengandung gula.
2.7.2 Keperawatan
Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan risiko
terjadi diare. Upaya agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih
botol dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga
mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan
autoclaff dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau sendiri-
9
sendiri tetapi apabila tidak memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya
setelah dipakai dot dicuci bersih dan disimpan kering, nanti ketika akan dipakai
seduh dengan air mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat
menyebabkan oral thrush juga dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika bayi
menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari oral thrush sebelum menyusu
sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu atau ibu hendaknya selalu
menjaga kebersihan dirinya.Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum
juga dapat menjadi penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di
dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu
berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada
mulut tersebut.Apabila oral thrush sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan
obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah makanan yang lunak atau cair
sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis makan berikan air putih
dan usahakan agar sering minum.Oral thrush dapat dicegah dengan selalu
menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.
Sariawan dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali sariawan akibat jamur
yang harus diobati dengan obat antijamur. Masa penyembuhan relatif lama, yaitu
seminggu. Jika tak segera diobati, dapat berkelanjutan meski hanya menyebar di
sekitar mulut saja. Tapi jamur yang tertelan dan melewati pembuluh darah, juga
bisa menyebabkan diare.
2.8 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan candidiasis oral antara
lain :
1. Oral hygiene yang baik;
10
2. Utamakan ASI daripada susu formula karena ASI mengandung banyak
immunoglobulin yang berguna bagi kekebalan tubuh bayi. Selain itu,
payudara ibu juga jauh lebih terjamin kebersihannya daripada botol dot
bayi ;
3. Bila menggunakan susu formula sebagai tambahan ASI, pastikan
kebersihan botol dan dotnya, jangan lupa untuk mencucinya dengan air
panas;
4. Beri bayi minum 2-5 sendok air hangat untuk membilas mulut bayi setelah
minum susu;
5. Pastikan bayi beristirahat yang cukup;
6. Berikan bayi makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap;
11
BAB 3. PATHWAY
Penggunaan kortikosteroid dan antibiotik yang tak terkontrol, immunodefisiensi
Sistem imun turun
Pertumbuhan jamur yang tak terkontrol
Menyerang system imun
Gangguan keseimbangan flora normal di mulut (candida albicans)
Proses infeksiTimbul bercak putih di mulut
Kandidiasis oral
Menggumpal menutup
permukaan lidahNafsu makan turun
MK : Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
MK : Nyeri Akut
MK: Perubahan persepsi sensori pengecapan
Menghambat implus syaraf pengecap
Tidak dapat mengecap rasa
Gejala semakin berat
Bercak kemerahan dengan eksudat berwarna putih
Candida bermetastase
Proses peradangan
Nyeri pada mulut
Sisa susu pada mulut bayi
Tidak dibersihkan Mulut bayi kotor
Suhu tubuh
MK : Hipertermi
Nyeri pada faring
Peningkatan hormon prostatglandin, bradikinin,
histamin
MK : Gangguan Integritas Kulit (Mukosa Oral)
MK : Ansietas
Kurang informasi
MK: Kurang Pengetahuan
Perubahan pola makan
MK : Risiko Konstipasi Malnutrisi MK : Disfungsi
Motilitas Gastrointestinal
MK : Defisit Perawatan Diri: Makan
Kelemahan
Ketidakmampuan membuat
penilaian yang tepat
MK: Ketidakefektifan
Pemeliharaan Kesehatan
12
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
a. Identitas
Identitas Klien: Moniliasis/trush adalah penyakit yang sering terjadi pada anak,
terutama pada masa bayi. Seiring dengan bertambahnya usia maka angka kejadian
semakin jarang.
b. Keluhan Utama
Anak dengan moniliasis/trush, pada mulutnya tampak bercak keputihan, terutama
pada lidah dan pipi bagian dalam yang sulit dibersihkan dan anak menolak untuk
minum.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Anak dengan moniliasis/trush mengalami sariawan berupa suhu badan meninggi
hingga 40 derajat Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel, menolak
untuk makan atau minum, dan gelisah. Biasanya disertai dengan bau mulut yang
kurang sedap, akibat kuman atau jamur.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya suatu infeksi pada saat bayi sehingga diberikan pengobatan antibiotik
yang lama.
Riwayat Imunisasi: imunisasi yang biasa diberikan yaitu BCG, DPT, Hepatitis,
dan Polio.
e. Riwayat Perinatal
1) Antenatal:
pada anak dengan moniliasis/trush, biasanya ibu sang anak pernah menderita
penyakit, seperti HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan inveksi jamur
vagina.
13
2) Intra natal:
pada anak dengan moniliasis/trush biasanya saat proses kelahiran bayi
terinveksi jamur dari vagina ibu.
3) Post natal:
pada anak dengan moniliasis/trus biasanya orang tua jarang mencuci tangan
saat merawat atau menetekkan bayinya. Selain itu, kebersihan botol atau
putting ketika menyusui bayi juga kurang diperhatikan.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anak dengan moniliasis/trush biasanya dalam keluarganya, khususnya pada ibu
pernah menderita penyakit HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan infeksi
jamur vagina. Akibat dari penyakit yang di derita ibu ini, maka tubuh anak dapat
menjadi lebih rentan terhadap infeksi moniliasis. Moniliasis/trush bukan
merupakan penyakit keturunan
g. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Pemeriksaan tingkat perkembangan terdiri dari adaptasi sosial, motorik kasar,
motorik halus, dan bahasa. Tingkat perkembangan pada pasien moniliasis/trush
dapat dikaji melalui tingkah laku pasien maupun informasi dari keluarga. Selain
itu, pada anak dengan moniliasis/trush, kebutuhan akan asupan nutrisinya kurang
sehingga akan berpengaruh terhadap proses tumbuh kembangnya.
h. Keadaan Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit
Kedaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya moniliasis/trush pada anak
yaitu pola kebersihan yang cenderung kurang. Orang tua jarang mencuci tangan
saat merawat atau menetekkan bayinya. Selain itu, kebersihan botol atau putting
ketika menyusui bayi juga kurang diperhatikan.
i. Pola Fungsi Kesehatan
14
1) Pola persepsi dan tata laksana kesehatan: pola hidup sehat anak yang
menderita moniliasis/trush harus ditingkatkan dalam menjaga kebersihan diri,
perawatan, dan tatalaksana hidup sehat. Ibu juga harus melakukan perawatan
puting susu dan membersihkannya sebelum memberikan ASI.
2) Pola nutrisi dan metabolisme: anak dengan moniliasis/trush tidak mau minum
ASI sehingga mampu menyebabkan gangguan pola nutrisi dan metabolisme.
3) Pola eliminasi: pola BAB dan BAK pada anak dengan moniliasis/trush akan
mengalami gangguan. Bila bakteri Candida tertelan oleh anak akan
menyebabkan diare.
4) Pola aktivitas/bermain: anak biasanya tidak mengalami keterbatasan
aktivitas, tetapi anak akan sering rewel.
5) Pola istirahat dan tidur: anak akan sering menangis karena merasa nyeri pada
daerah sekitar oral sehingga pola istirahat dan tidurnya juga akan terganggu.
6) Pola kognitif dan persepsi sensori: pola ini mengenai pengetahuan orang
tua terhadap penyakit yang diderita klien
7) Pola konsep diri: bagaimana persepsi orang tua dan/atau anak
terhadap pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan.
8) Pola hubungan-peran: biasanya peran orang tua sangat dibutuhkan dalam
merawat dan mengobati anak dengan moniliasis/trush.
9) Pola seksual-seksualitas: apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak
yang berhubungan dengan reproduksi sosial. Pada anak yang menderita
moniliasis/trush biasanya tidak ada gangguan dalam reproduksi.
10) Pola mekanisme koping: keluarga perlu memeberikan dukungan dan
semangat sembuh bagi anak.
11) Pola nilai dan kepercayaan: orang tua selalu optimis dan berdoa agar
penyakit pada anaknya dapat sembuh dengan cepat.
j. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : lemah.
TTV : Tekanan Darah : dalam batas normal
15
Suhu : suhu tubuh tinggi, lebih dari 37o C (normal 36o C-
37o C)
Nadi : takikardi
RR : dalam batas normal (normal 20-50 x/mnt)
2) Kepala dan leher
Inspeksi : Wajah : simetris, dahi mengkerut
Rambut : lurus/keriting, distribusi merata/tidak
Mata : pupil miosis, konjungtiva anemis
Hidung : tidak terdapat pernafasan cuping hidung
Telinga : bersih
Bibir dan mulut : mukosa bibir agak kering, terdapat lesi pada
rongga mulut
Lidah : terdapat bercak – bercak putih pada lidah
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher
3) Dada
Inspeksi : simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri
tekan(-)
Perkusi : Jantung : dullness
Paru : sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara ronchi
tidak terdengar bunyi wheezing
4) Abdomen
Inspeksi : flat/datar
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : ada bising usus
5) Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan.
6) Ekstremitas
Tidak terdapat odem pada pada extremitas
16
k. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada anak dengan
moniliasis/trush adalah sebagai berikut:
1) Laboratorium: ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa.
2) Pemeriksaan endoskopi hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan
dengan pemberian flukonazol.
3) Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau
kumur.
4) Diagnosa pasti dengan biopsi
l. Terapi
Terapi pada pasien dengan moniliasis/trush biasanya dengan menggunakan obat-
obatan seperti Miconazol dan Nystatin.
4.2 Diagnosa
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
b. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan
warna merah dan mengandung eksudat, gejala semakin berat
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri
pada mulut, penurunan nafsu makan
d. Gangguan integritas kulit (mukosa oral) berhubungan dengan infeksi pada
mukosa oral
e. Perubahan persepsi sensori pengecapan berhubungan dengan proses infeksi
f. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan malnutrisi
g. Risiko konstipasi berhubungan dengan perubahan pola makan
h. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan
17
i. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat
j. Ansietas berhubungan dengan gejala semakin berat
k. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
18
4.3 Perencanaan
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan/ kriteria
hasil
Perencanaan/ Intervensi Rasional
1 Hipertermi
berhubungan
dengan proses
infeksi
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 2 x 24 jam,
suhu tubuh pasien
akan kembali
normal, dengan
kriteria hasil pasien
tidak menangis.
1. Berikan kompres hangat di
sekitar lipatan misalnya, ketiak
dan lipatan paha.
2. Beri pasien banyak minum air
putih atau susu lebih dari 1000
cc/hari.
3. Ciptakan suasana yang nyaman
(atur ventilasi)
4. Anjurkan keluarga untuk tidak
memakaikan selimut dan
pakaian yang tebal pada anak
5. Observasi tanda vital
6. Kolaborasikan dalam pemberian
obat antimikroba, antipiretik,
dan pemberian cairan parenteral
1. Di ketiak dan lipatan paha terdapat banyak
pembuluh darah besar. Mengurangi panas
dengan memindahkan panas secara konduksi.
Air hangat dapat mengontrol pemindahan
panas secara perlahan tanpa menyebabkan
hipotermi atau menggigil.
2. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang cukup.
3. Suhu ruangan harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
4. Pakaian tipis membantu mengurangi
penguapan tubuh.
5. Tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan anak setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
19
6. Digunakan untuk mengurangi demam dengan
aksi sentralnya pada hipotalamus.
2 Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
infeksi yang
menghasilkan
bentukan
warna merah
dan
mengandung
eksudat, gejala
semakin berat
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 2 x 24 jam,
nyeri yang
dirasakan pasien
akan berkurang,
dengan kriteria
hasil pasien tidak
menangis dan
tampak rileks.
1. Anjurkan ibu untuk
menggendong dan
menenangkan si anak misalnya
mengelus-elus kepalanya
2. Ajarkan teknik distraksi pada
orang tua misalnya dengan
memberikan anak mainan
3. Evaluasi status nyeri, catat
lokasi, karakteristik, frekuensi,
waktu dan beratnya
4. Kolaborasikan dalam
pemberian analgesik sesuai
indikasi
1. Anak akan merasa nyaman dalam dekapan
ibunya
2. Mengalihkan perhatian anak terhadap nyeri
3. Memastikan kondisi anak setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
4. Menghilangkan/mengurangi nyeri
3 Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 2 x 24 jam,
1. Beri nutrisi dalam keadaan
lunak, porsi sedikit tapi sering
2. Hindari makanan dan obat-
obatan atau zat yang dapat
1 Memberikan nutrisi yang adekuat
2 Mencegah kerusakan integritas pada mukosa
mulut
3 ASI merupakan nutrisi untuk anak dan dapat
20
berhubungan
dengan nyeri
pada mulut,
penurunan
nafsu makan
nafsu makan anak
menjadi normal,
dengan kriteria
hasil anak tidak
menangis dan
nutrisi terpenuhi
(berat badan
bertambah).
menimbulkan reaksi alergi pada
rongga mulut
3. Anjurkan pada ibu untuk terus
berusaha memberikan ASI
untuk anak
4. Kolaborasi pemasangan NGT
jika anak tidak dapat makan dan
minum peroral
meningkatkan sistem imun anak
4 Membantu klien untuk memenuhi nutrisi
enteral
4 Gangguan
integritas kulit
(nukosa oral)
berhubungan
dengan infeksi
pada mukosa
oral
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 3 x 24 jam,
integritas kulit
(mukosa oral)
pasien normal
dengan kriteria
hasil pasien
menunjukkan
integritas rongga
1. Anjurkan keluarga untuk
menjaga kebersihan bayi
2. Bersihkan mulut bayi dengan
jari yang telah dibungkus
dengan kain bersih/kassa yang
telah dibasahi dengan larutan
garam
3. Anjurkan ibu untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah
melakukan perawatan pada
bayi
1. Kebersihan bayi perlu dijaga untuk
meghindari bayi dari terjadinya infeksi
2. Larutan garam dapat menjadi antiseptik untuk
membersihkan mulut dari bakteri dan jamur.
3. Ibu perlu menjaga kebersihan terutama
mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyusui bayi untuk menghindari adanya
transmisi bakteri atau jamur pada bayi.
4. Puting susu ibu perlu dibersihkan agar pada
saat bayi menyusu dapat terhindar dari
bakteri dan jamur.
21
oral. 4. Anjurkan ibu untuk selalu
menjaga kebersihan puting
susu
5. Gunakan krim anti fungal pada
puting susu
5. Krim antifungal berguna untuk mencegah
penyebaran infeksi antara ibu dan anak.
5 Perubahan
persepsi
sensori
pengecapan
berhubungan
dengan proses
infeksi
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 3 x 24 jam,
perubahan persepsi
sensori pengecapan
pasien teratasi
dengan kriteria
hasil pasien mampu
1. Kaji pola makan anak
2. Berikan makanan yang mudah
di telan (lunak)
3. Berikan makanan dalam porsi
yang sedikit tapi sering
4. Berikan makanan dalam
tampilan yang semenarik
mungkin
5. Kolaborasikan dengan tenaga
kesehatan lain dalam
pemberian obat
1. Mengetahui keteraturan pola makan anak
ketika sakit dan sebelum sakit
2. Memudahkan anak untuk menelan
3. Mencukupi kebutuhan asupan nutrisi anak
4. Meningkatkan kemauan anak untuk makan
5. Mengatasi dan mengurangi penumpukan
bercak putih di lidah
6 Disfungsi
motilitas
gastrointestinal
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
6. 6.
22
berhubungan
dengan
malnutrisi
selama 2 x 24 jam,
7 Risiko
konstipasi
berhubungan
dengan
perubahan pola
makan
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 2 x 24 jam,
7. 7.
8 Defisit
perawatan diri:
makan
berhubungan
dengan
kelemahan
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 2 x 24 jam,
8. 8.
9 Ketidakefektif
an
pemeliharaan
kesehatan
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 2 x 24 jam,
9. 9.
23
berhubungan
dengan
ketidakmampu
an membuat
penilaian yang
tepat
10 Ansietas
berhubungan
dengan gejala
semakin berat
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 1 x 24 jam,
kecemasan pasien
teratasi, denga
kriteria hasil pasien
mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas, serta
menunjukkan
10. 10.
24
teknik untuk
mengontrol cemas.
11 Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 1 x 24 jam,
pasien
menunjukkan
pengetahuan
tentang penyakit
dengan kriteria
hasil pasien dan
keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang penyakit
dan mampu
melaksanakan
prosedur yang
11. 11.
25
dijelaskan secara
jelas.
4.4 Pelaksanaan
No Diagnosa
Keperawatan
Pelaksanaan
1 Hipertermi
berhubungan dengan
proses infeksi
1. Telah diberikan kompres hangat di sekitar lipatan misalnya, ketiak dan lipatan paha.
2. Telah diberikan minum air putih atau susu lebih dari 1000 cc/hari.
3. Telah diciptakan suasana yang nyaman (atur ventilasi)
4. Telah menganjurkan keluarga untuk tidak memakaikan selimut dan pakaian yang tebal pada
anak
5. Tela dilakukan observasi tanda vital
6. Telah dilakukan kolaborasikan dalam pemberian obat antimikroba, antipiretik, dan
pemberian cairan parenteral
2 Nyeri akut berhubungan
dengan proses infeksi
yang menghasilkan
1. Telah menganjurkan ibu untuk menggendong dan menenangkan anak misalnya mengelus-
elus kepalanya
2. Telah mengajarkan teknik distraksi pada orang tua misalnya dengan memberikan anak
26
bentukan warna merah
dan mengandung
eksudat, gejala semakin
berat
mainan
3. Telah dilakukan evaluasi status nyeri, catat lokasi, karakteristik, frekuensi, waktu dan
beratnya
4. Telah dilakukan kolaborasikan dalam pemberian analgesik sesuai indikasi
3 Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan
dengan nyeri pada
mulut, penurunan nafsu
makan
1. Telah diberikan nutrisi dalam keadaan lunak, porsi sedikit tapi sering
2. Telah dianjurkan untuk menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat
menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut
3. Telah dianjurkan pada ibu untuk terus berusaha memberikan ASI untuk anak
4. Telah dilakukan kolaborasi pemasangan NGT jika anak tidak dapat makan dan minum
peroral
4 Gangguan integritas
kulit (nukosa oral)
berhubungan dengan
infeksi pada mukosa
oral
1. Telah menganjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan bayi
2. Telah dibersihkan mulut bayi dengan jari yang telah dibungkus dengan kain bersih/kassa
yang telah dibasahi dengan larutan garam
3. Telah mengnjurkan ibu untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan
pada bayi
4. Telah menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan puting susu
5. Telah diberikan krim anti fungal pada puting susu
27
4.5 Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi
S : orang tua pasien mengatakan “anak saya sudah tidak panas lagi sus.”
O : Suhu : 36,5o C
A : Tujuan tercapai
P : hentikan tindakan keperawatan
2 Nyeri akut berhubungan dengan
proses infeksi yang
menghasilkan bentukan warna
merah dan mengandung eksudat,
gejala semakin berat
S : orang tua pasien mengatakan “sus, anak saya sudah tidak menangis lagi saat
menyusu.”
O : bercak kemerahan di dalam mulut berkurang
A : tujuan telah tercapai
P : hentikan tindakan keperawatan
3 Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nyeri pada mulut,
penurunan nafsu makan
S : orang tua pasien mengatakan “anak saya sudah mau meminum ASI saya lagi sus .”
O : berat badan meningkat
A : tujuan telah tercapai
P : hentikan tindakan keperawatan.
4 Gangguan integritas kulit S : orang tua pasien mengatakan “sus, anak saya sudah tidak sering menangis lagi.”
28
(nukosa oral) berhubungan
dengan infeksi pada mukosa oral
O : bayi terlihat lebih tenang
A : tujuan telah tercapai
P : hentikan tindakan keperawatan.