MAKALAH UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI 2010
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH swt karena berkat limpahan
karunia-NYA kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Peraturan-Peraturan
Jasa Konstruksi. Makalah ini berisikan mengenai undang-undang yang mengatur
mengenai jasa konstruksi di Indonesia. Dimana sering terjadi perubahan didalamnya
guna menyesuaikan dengan perkembangannya. Pada makalah ini kami membatasi
pembahasannya hanya mengambil terpusat pada undang-undang jasa konstruksi.
Kami juga tidak lupa mengucapkan terim kasih kepada semua pihak yang membantu
menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan perlu
diperbaiki. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
memberi manfaat dan hanya kepada ALLAH SWT kami memohon agar meridhoi
segala upaya kami.
Depok , November 2010
1
MAKALAH UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI 2010
Daftar Isi
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.2 Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4
1.3 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. 4
Bab II Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
Bab III Analisis Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
Bab IV Penutup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
Referensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
2
MAKALAH UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI 2010
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini jasa konstruksi merupakan bidang usaha yang banyak diminati oleh
anggota masyarakat, Ini terlihat dari makin banyaknya perusahaan-perusahaan yang
mendirikan usaha di bidang jasa konstruksi, baik swaata maupun pemerintah. Peningkatan
perusahaan ini belum diikuti oleh peningkatan kualitasnya yang tercermin pada kenyataan
bahwa mutu produk ketepatan waktu pelaksanaan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya
manusia, modal, dan teknologi yang dalam penyelenggaraan jasa konstruksi masih jauh dari
yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh karena persyaratan usaha serta persyaratan keahlian
dan keterampilan belum diarahkan maju ke arah yang profesional. Banyak jasa konstruksi
yang ditawarkan, mulai dari pihak swasta , pemerintah sampai kepada pihak asing yang juga
ikut serta dalam pembangunan di Indonesia. Sehingga menimbulkan kompetisi yang
ketat antara pihak swasta , pemerintah dan juga asing. Apalagi kini Indonesia akan
mengikuti pasar bebas yang artinya Indonesia yang akan masuk ke negara lain dalam
hal jasa konstruksi atau negara lain yang akan masuk ke Indonesia dan akan
mengambil alih pembangunan di Indonesia.
Di sisi lain masyarakat masih belum mengerti sepenuhnya mengenai
konstruksi sehingga masih perlu dikembangkan lagi untuk membantu dalam
penyelenggaraan jasa konstruksi di Indonesia. Pada umumnya jasa konstruksi masih
memiliki masih memiliki kelemahan dalam manajemen, penguasaan teknologi dan
permodalan serta keterbatasan tenaga ahli dan tenaga terampil yang ada di Indonesia.
Tantangan yang dihadapi di Indonesia selain itu adalah budaya KKN. Semakin besar
proyek yang dikerjakan semakin besar pula KKN yang berada didalamnya. Semakin
lama budaya KKN akan terus berkembang apabila pemerintah tidak sigap dalam
menghadapinya. Untuk itu kita harus memiliki asas kejujuran dan keadilan dalam
penyelenggaraan tertib jasa konstruksi serta bertanggung jawab dalam memenuhi
berbagai kewajiban guna mendapatkan haknya.
3
MAKALAH UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI 2010
Untuk itu pemerintah sebisa mungkin membuat suatu peraturan untuk
membatasi peran asing dan juga mengembangkan secara luas jasa konstruksi di
Indonesia. Dan untuk mengembangkan jasa konstruksi seperti diatas pemerintah
membuat berbagai peraturan yang tersusun dalam undang-undang sebagai tingkatan
yang paling tinggi. Sehingga jasa konstruksi di Indonesia agar berjalan dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja undang-undang jasa konstruksi ?
1.3 Tujuan
Mengetahui peraturan-peraturan yang mengatur konstruksi di Indonesia dari yang
tertinggi sampai yang paling rendah.
4
MAKALAH UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI 2010
Bab II
Pembahasan
Tata urutan perundang-undangan
Bagan diatas merupakan tata urutan peraturan di Indonesia mengenai jasa
konstruksi. Dimulai dari Undang- undang mengenai jasa konstruksi, dimana di
dalamnya terdapat berbagai peraturan yang mengaturnya Undang-undang mengenai
jasa konstruksi ini menjadi landasan untuk menyesuaikan peraturan yang tercantum
dalam peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait tidak sesuai. Undang-
undang ini memiliki hubungan komplementaritas dengan peraturan perundang-
undangan lainnya antara lain :
a. Undang-undang yang mengatur tentang keselamatan kerja;
5
Undang – Undang Jasa Konstruksi
Peraturan Pemerintah ( PP )
Keputusan Presiden ( KePres )
Peraturan Mentri ( PerMen )
MeMenMen )
Peraturan Daerah ( PerDa )
MAKALAH UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI 2010
b. Undang-undang yang mengatur tentang wajib daftar perusahaan;
c. Undang-undang yang mengatur tentang perindustrian;
d. Undang-undang yang mengatur tentang ketenagalistrikan;
e. Undang-undang yang mengatur tentang kamar dagang dan industri;
f. Undang-undang yang mengatur tentang kesehatan kerja;
g. Undang-undang yang mengatur tentang usaha perasuransian;
h. Undang-undang yang mengatur tentang jaminan sosial tenaga kerja;
i. Undang-undang yang mengatur tentang perseroan terbatas;
j. Undang-undang yang mengatur tentang usaha kecil;
k. Undang-undang yang mengatur tentang hak cipta
l. Undang-undang yang mengatur tentang paten;
m. Undang-undang yang mengatur tentang merek;
n. Undang-undang yang mengatur tentang pengelolahan lingkungan hidup;
o. Undang-undang yang mengatur tentang ketenaga kerjaan;
p. Undang-undang yang mengatur tentang perbankan;
q. Undang-undang yang mengatur tentang perlindungan konsumen;
r. Undang-undang yang mengatur tentang larangan praktek monopoli dan
persaingan tidak sehat;
s. Undang-undang yang mengatur tentang arbitrase dan alternatif pemilihan
penyelesaian sengketa;
t. Undang-undang yang mengatur tentang penataan ruang.
Kemudian dilanjutkan dengan peraturan pemerintah ( PP ) dimana
tingkatannya berada dibawah undang-undang. Terutama yang akan kita bahas adalah
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor 28 Tahun 2000
tentang usaha dan peran masyarakat jasa konstruksi.
Peraturan ini dibuat sehubungan bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-
undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi diperlukan adanya pengaturan
lebih lanjut mengenai jenis, bentuk dan bidang usaha, registrasi, sertifikasi
6
MAKALAH UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI 2010
keterampilan, dan keahlian kerja, perizinan usaha jasa konstruksi, serta pengaturan
peran masyarakat jasa konstruksi yang diwujudkan dalam bentuk Forum dan
Lembaga, bahwa sehubungan dengan hal tersebut dipandang perlu untuk menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Usaha danPeran Masyarakat Jasa Konstruksi. Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 , disana terdapat VIII Bab yang
semuanya mengatur mengenai tata tertib dalam jasa konstruksi.
Lalu karena perkembangan zaman dan dirasa kurang efektif dalam
pengaplikasiannya, peraturan pemerintah tersebut diganti menjadi Peraturan
Pemerintah Nomor 4 tahun 2010 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi.
Selanjutnya terdapat Keputusan Presiden ( KePres ), yaitu suatu keputusan
yang diambil oleh presiden. Sebagai contoh dalam kepres 80/2003 yang hingga saat
ini telah diadendum sebanyak empat kali, dan yang terakhir dengan peraturan
perubahan Keppres No.8 Tahun 2006. Maksud dikeluarkannya keppres tersebut
adalah untuk mengatur pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang sebagian atau
seluruhnya dibiayai dari APBN/APBD sesuai dengan tugas, fungsi hak dan kewajiban
serta peranan masing-masing pihak dalam pengadaan barang/jasa dari instansi
pemerintah. Tujuannya adalah agar pelaksanaa pengadaan barang/jasa yang sebagian
atau semuanya dibiayai oleh APBN/APBD diperoleh barang atau jasa yang
dibutuhkan instansi pemerintah dalam jumlah yang cukup,dengan kualitas , dan harga
yang bisa dipertanggungjawabkan.
Dibawah Keputusan Presiden (KepPres) terdapat keputusan menteri
( Permen ) dimana keputusan ini dibuat dengan menimbang bahwa;
a. bahwa proses pengadaan jasa konstruksi oleh Pemerintah dengan memanfaatkan
teknologi komunikasi dan informasi yang menggunakan media elektronik akan
lebih transparan, akuntabel, efektif dan efisien, selaras dengan upaya
pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme;
7
MAKALAH UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI 2010
b. bahwa penerapan proses pengadaan jasa konstruksi oleh pemerintah secara
elektronik sepenuhnya masih harus menunggu ditetapkannya Undang-Undang yang
mengatur tentang transaksi elektronik (cyber-law) di Indonesia;
c. bahwa proses pengadaan jasa konstruksi oleh pemerintah secara elektronik sejalan
dengan upaya mempersiapkan para penyedia jasa nasional untuk menghadapi
tantangan dan perkembangan global;
d. bahwa dengan telah diterbitkannya Keppres RI Nomor 80 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta Keputusan Menteri
tentang Pengadaan Jasa Konstruksi yang menindak lanjutinya, terbuka
kemungkinan untuk melakukan proses pengadaan jasa konstruksi dengan
menggunakan media elektronik;
e. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut perlu ditetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum tentang Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Pemerintah Secara Elektronik.
Selanjutnya terdapat Peraturan Daerah ( PerDa ) yang berada di bawah
Peraturan Menteri ( Permen ) yang dibuat guna melengkapi peraturan-peraturan
yang berada di atasnya agar tercipta peraturan yang lebih efektif dalam
penerapannya.
8
MAKALAH UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI 2010
Bab III
Analisis Data
Berdasarkan Undang-Undang Nomor I8 Tahun 1999, kelompok kami
mengalisis bahwa dalam dunia konstruksi kita tidak hanya mengenal jasa
konstruksinya saja tetapi juga disana terdapat pengguna jasa , penyedia jasa dan juga
terdapat forum jasa konstruksi. Dimana setiap subjek tersebut memiliki perannya
masaing-masing. Dimana dalam pembahasan ini kita lebih mendetailkan pada Bab II
nya yaitu mengenai asas dan tujuannya itu sendiri dan Bab X tentang sanksi.
Bahwasanya kita tahu bahwa pengaturan jasa konstruksi berlandaaskan pada
kejujuran, keadilan, manfaat, keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan,
kemitraan, keamanan, dan keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa dan
negara.
Landasan-landasan tersebut dijadikan tolak ukur dalam pembangaunan jasa
konstruksi di Indonesia khususnya. Asas kejujuran mengandung arti bahwa dalam
pelaksanaannya di lapangan kita harus beersikap jujur dalam hal apapun. Sebagai
contoh dalam hal materialnya. Jika sudah dipatokkan sekian ton dalam pengerjaannya
jangan kita mengurangi bobot dari material itu untuk kepentingan kita pribadi. Akibat
yang akan ditimbulkan dalah sangant fatal, di mana suatu infrastuktur yang telah kita
bangun usianya relatif dini dan itu akan merugian bukan hanya pemerintah tetapi juga
masyarakat umum. Walaupun ada orang yang mengatakan sebaik besar proyek yang
dibangun semakin besar pula ketidakjujuran di dalamnya atau dalam kata lain, itu
9
MAKALAH UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI 2010
merupakan korupsi dalam bidang jasa konstruksi. Hendaknya kita sebagai seorang
yang berilmu menanamkan kejujuran sejak dini agar nantinya kita bisa menjadi
seorang kontraktor yang jujur dan tidak merugikan pihak manapun.
Selanjutnya keadilan di sini memiliki makna bahwa dalam pembangunan
suatu proyek kita harus memperlakukan semua pihak dengan adil. Jangan ada rasa
berat sebelah. Misal dalam pemberian upah antar sesama kenek, yang notabennya
memiliki tingkatan yang sama, jika satu kenek diberi upah berlebih itu akan
menimbulkan kecemburuan sosial yang nantinya berdampak buruk pada proyek yang
sedang dikerjakan.
Dalam peraturannya apabila terjadi perbuatan kriminal didalamnya atau dalam
kata lain terdapat sesuatu yang merugikan kepentingan orang banyak maka ada sanksi
yang akan dikenakan. Sanksi itu dapat berupa sanksi administratif ataupun sanksi
pidana. Sanksi administratif dapat berupa peringatan tertulis, penghentian sementara
pekerjaan konstruksi, pembatasan kegiatan usaha atau profesi, pembekuan izsin usaha
atau profesi, pencabutan izin usaha atau profesi.
Jika yang melakukan perencanaan pekerjaan konstruksi tidak memenuhi
ketentuan keteknikan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi dikenai
pidana paling lama lima tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% dari
nilai kontrak. Jika yang melakukan kesalahan Pelaksanaan konstruksi dikenakan
denda 5% dari nilai kontrak dan jika yang melakukan pengawasan pekerja konstruksi
dikenai denda 10%.
Dalam pelaksanaannya terdapat sengketa-sengketa dalam pelaksanaanya.
Seperti yang kita ketahui Industri konstruksi dianggap sebagai industri yang
“terfragmentasi.” Dalam penyelenggaraan proyek konstruksi, fungsi-fungsi
perancangan, pemasangan, dan operasional dilaksanakan secara terpisah-pisah oleh
berbagai pihak yang berbeda. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas pembangunan
berbagai fasilitas infrastruktur yang disertai dengan kemajuan teknologi konstruksi,
10
MAKALAH UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI 2010
terdapat peningkatan potensi timbulnya perbedaan pemahaman, perselisihan pendapat,
maupun pertentangan antar berbagai pihak yang terlibat dalam kontrak konstruksi.
Hal ini seringkali tidak dapat dihindari namun tidak dapat dibiarkan berlarut-larut.
Perselisihan yang timbul dalam penyelenggaraan proyek-proyek konstruksi perlu
diselesaikan sejak dini secara memuaskan bagi semua pihak. Jika dibiarkan,
perselisihan akan bertambah buruk menjadi persengketaan dan berakibat pada
penurunan kinerja pelaksanaan konstruksi secara keseluruhan, dalam hal ini akan
menimbulkan waste dan menurunkan value yang diharapkan.
2. FAKTOR PENYEBAB SENGKETA
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam penyelenggaraan proyek konstruksi
sangat besar kemungkinan timbulnya perselisihan/persengketaan (disputes).
Mitropoulos dan Howell (2001) menjelaskan bahwa pada dasarnya terdapat tiga akar
permasalahan penyebab persengketaan dalam penyelenggaraan proyek konstruksi
yaitu:
1). Adanya faktor ketidakpastian dalam setiap proyek konstruksi
2). Masalah yang berhubungan dengan kontrak konstruksi
3) Perilaku oportunis dari para pihak yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi.
Kondisi ideal bagi pelaksana konstruksi adalah apabila seluruh komponen kontrak
konstruksi dengan pengguna jasa terinci secara jelas yang tercakup dalam surat
perjanjian, syarat umum kontrak, syarat khusus kontrak, spesifikasi teknis, gambar
rencana, dan daftar kuantitas (bila ada). Pelaksana konstruksi biasanya berasumsi
bahwa seluruh informasi yang ada dalam kontrak sesuai dengan kondisi aktual,
11
MAKALAH UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI 2010
namun kondisi proyek yang diketahui selama masa pelaksanaan sering kali tidak
sesuai dengan asumsi tersebut. Perbedaan kondisi ini dapat meningkatkan biaya
pelaksanaan proyek, termasuk pembayaran kepada pelaksana konstruksi, tergantung
kesepakatan yang telah diatur dalam kontrak. Perbedaan kondisi yang sering dijumpai
adalah pada aspek kondisi bawah tanah. Aspek waktu penyelesaian pekerjaan
merupakan bagian penting pada suatu kontrak konstruksi, karena pengguna jasa
biasanya membutuhkan bangunan konstruksi untuk keperluan tertentu pada waktu
yang sudah ditentukan sebelumnya. Banyak hal yang dapat mempengaruhi
penyelesaian pekerjaan tetap waktu, misalnya faktor cuaca. Keterlambatan dalam
penyelesaian pekerjaan konstruksi yang disebabkan oleh kesalahan pelaksana
konstruksi umumnya dapat berakibat pengenaan denda oleh pengguna jasa sesuai
dengan lamanya keterlambatan dengan batas maksimal denda tertentu. Hal lain yang
seringkali menjadi penyebab sengketa adalah terjadinya kesalahan/perubahan
terhadap rencana/rancangan (design) awal proyek dalam masa pelaksanaan
konstruksi. Sesuai dengan karakteristik proyek konstruksi, kesalahan atau perubahan
terhadap design awal terkadang tidak dapat dihindarkan walaupun proses perencanaan
dan perancangan telah dilakukan secara matang. Di samping perubahan terhadap
rancangan awal yang memang perlu dilakukan, pihak pengguna jasa terkadang
memutuskan untuk melakukan perubahan pula sesuai dengan kebutuhan yang baru
terpikirkan kemudian. Berbagai faktor potensial penyebab perselisihan dalam
penyelenggaraan proyek konstruksi tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga aspek
yaitu aspek teknis/mutu, aspek waktu, dan aspek biaya.Ketidakpastian sudah
merupakan risiko dalam suatu proyek konstruksi, tidak semua hal secara detil dapat
ditentukan dengan baik selama proses perencanaan sehingga para pihak yang terlibat
harus menyelesaikannya setelah masa pelaksanaan dimulai. Penyusunan dokumen
kontrak yang adil bagi semua pihak untuk mengatur hubungan seperti dalam proyek
konstruksi yang memiliki sedikit banyak tingkat ketidakpastian menjadi sesuatu yang
tidak mudah. Penggunaan kontrak konstruksi yang standar belum umum dilakukan di
Indonesia, apalagi untuk keperluan pengaturan hubungan yang bersifat
subkontraktual. Aturan-aturan dalam kontrak yang sulit menghilangkan seluruh
12
MAKALAH UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI 2010
“celah” (gaps) seringkali diperparah dengan sifat oportunisnik dari para pelaku yaitu
pihak yang memiliki posisi tawar yang lebih tinggi. Pihak dengan posisi tawar yang
lebih tinggi ini bisa dilakoni oleh pemilik, perencana, pengawas, kontraktor,
subkontraktor, atau pemasok, tergantung kepada situasi yang dihadapi.
2.1. Metoda Penyelesaian Sengketa
Berbagai cara penyelesaian sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan proyek
konstruksi secara umum di dunia konstruksi internasional . Di Indonesia, berdasarkan
UUJK 18/1999 dan PP 29/2000, terdapat beberapa hal yang masih menyisakan
pertanyaan, misalnya ada kesan tumpang tindih dalam hal istilah mediasi dan
konsiliasi, serta fungsi mediator dan konsiliator. Istilah-istilah tersebut dibedakan
secara tegas definisinya dalam UUJK 18/1999 dan PP 29/2000, namun sebenarnya
sering merujuk kepada definisi yang sama dalam istilah yang umum dijumpai dalam
penyelesaian sengketa konstruksi. Hal lain yang agak berbeda adalah dalam hal
penyelesaian yang bersifat final dan mengikat pada metoda negosiasi dan mediasi.
Dalam penyelesaian sengketa konstruksi yang umum di luar negeri, keputusan hasil
negosiasi dan mediasi tidak bersifat mengikat (non-binding), namun lebih berupa
upaya informal pihak-pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya
dengan bantuan pihak ketiga yang dianggap netral dan mampu membantu
menyamakan pendapat kedua belah pihak terhadap masalah yang disengketakan.
Dengan demikian, diperlukannya ”sertifikasi” untuk para negosiator dan mediator
dalam tata cara penyelesaian sengketa di Indonesia menjadi tidak terlalu relevandalam
proses penyelesaian sengketa konstruksi yang bersifat informal tersebut. Dalam
UUJK 18/1999, masalah Penyelesaian Sengketa diatur dalam Pasal 36, dan 37. Di sini
dijelaskan bahwa penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui
pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak
yang bersengketa. Penyelesaian sengketa jasa konstruksi di luar pengadilan dapat
menggunakan jasa pihak ketiga, yang disepakati oleh para pihak, yang dibentuk oleh
Pemerintah dan/atau masyarakat jasa konstruksi.
13
MAKALAH UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI 2010
Bab IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
1. Dalam satu dekade pelaksanaan UUJK, secara umum pengembangan industri jasa
konstruksi nasional telah berjalan dengan baik.
2. Telah terjadi peningkatan partisipasi masyarakat dengan berbagai kemajuan , namun
tujuan UUJK sebagian besar belum terwujud.
3. Namun masih terdapat berbagai permasalahan mendasar yang mempengaruhi laju
pengembangan industri Jaskonnas pada masa yang akan datang, terutama dalam
menghadapi situasi kritis seperti persaingan yang makin keras, dan masuknya, yang
memerlukan penanganan segera.
4. Pelaksanaan tanggung jawab pengembangan jasa konstruksi yang diamanahkan
kepada lembaga belum dapat dilaksanakan secara maksimal.
4.2 Saran
14
MAKALAH UNDANG – UNDANG JASA KONSTRUKSI 2010
Sebaiknya ada relasi yang baik antara pemerintah dengan jasa konstruksi agar
peraturan yang nanti pada akhirnya akan dibuat dapat lebih mengefektifkan fungsi
dari jasa konstruksi nitu sendiri dalam pembangunan di Indonesia.
Referensi
www.google.com
www.wikipedia.org
www.detik.com
www.koranjakarta.com
www.fiqhislam.com
www.lpjk.com
www.vibiznews.com
www.bing.com
15
Recommended