MAKALAH SIRUP
Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran ilmu resep
Disusun oleh :
Nama : Darmawan Goda
Nis : 091071008
Kelas : 2.1
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN YPIB
MAJALENGKA
PROGRAM KEAHLIAN FARMASI
2011
BAB II
Sirup (syrup)
2.1 PENGERTIAN
Sirup adalah bahan minuman manis mengandung gula aneka rasa yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Sirup mengandung energi sebesar 213 kilokalori, protein 0 gram,
karbohidrat 55 gram, lemak 0 gram, kalsium 0 miligram, fosfor 0 miligram, dan zat besi 0
miligram. Selain itu di dalam Sirup juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0
miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap
100 gram Sirup, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.
2.2 JENIS SIRUP
Ada 3 macam sirup yaitu:
1.Sirup Simpex
Mengandung 65% gula dalam air nipagin 0,25% b/v
2.Sirup Obat
Mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan.
3.Sirup Pewangi
Mengandung pewangi atau zat pewangi lain, tidak mengandung obat
Contoh: sir thyamin.
2.3 KOMPONEN SIRUP
1. Gula atau pengganti gula
2. Pengawet antimikroba
3. Pembau
4. Pewarna
5. Juga banyak sirup-sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan, mengandung pelarut-
pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.
Pembuatan Sirup
2.4 FUNGSI SIRUP
1.Sebagai Obat
Misalnya: Chlorfeniramini maleatis sirupus
2.Sebagai Corigensia Saporis
Misalnya: Sirupus simplex
3.Sebagai Corigensia Odoris
Misalnya: Sirupus aurantii
4.Sebagai Corigensia Coloris
Misalnya: Sirupus Rhoedos, sirupus rubi idaei
5.Pengawet
Misalnya: Sediaan dengan bahan pembawa sirup karena konsentrasi gula yang tinggi
mencegah pertumbuhan bakteri.
2.5 KEUNTUNGAN SIRUP
Sesuai untuk pasien yang susah menelan (pasien usia lanjut, Parkinson, anak-anak.
Dapat meningkatkan kepatuhan minum obat terutama pada anak-anak karena rasanya
lebih enak dan warnanya lebih menarik.
Sesuai untuk obat yang bersifat sangat higroskopis.
2.6 KERUGIAN SIRUP
Tidak semua obat bentuk sediaan sirup ada di pasaran.
Sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada umumnya campuran atau kombinasi
beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak di butuhkan oleh pasien
tersebut.
Tidak bias untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya di buat suspensi atau
eliksir) eliksir kurang di sukai oleh dokter anak karena mengandung alkohol, suspensi
stabilitasnya lebih rendah tergantung formulasi dan suspending agent yang di gunakan.
Tidak bias untuk bahan obat yang berbentuk minyak (minyak/oil biasanya di bentuk
emulsi yang mana stabilitas emulsi juga lebih rendah.
Tidak ssesuai untuk bahan obat yang tidak stabil.
Harga relaatif mahal karena memerlukan khusus dan kemasan yang khusus pula.
Cairan untuk sirup, dimana gulanya akan dilarutkan dapat dibuat dari:
1.Aqua destilata: untuk sirupus simplex.
2.Hasil-hasil penarikan dari bahan dasar:
a. Maserat misalnya sirupus Rhei
b. Perkolat misalnya sirupus Cinnamomi
c. Colatura misalnya sirupus sanae
d. Sari buah misalnya rubi idaei
3.Larutan atau campuran larutan bahan obat misalnya: methdilazina hydrochloride sirupus, sirup-
sirup dengan nama paten misalnya: yang mengandung campuran vitamin.
2.7 CARA PEMBUATAN SIRUP
v Buat cairan untuk sirup
v Panaskan tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut
v Tambahkan air mendidih secukupnya hingga di peroleh bobot yang di kehendaki
v Buang busa yang terjadi dan serkai.
Pada pembuaan sirup dari simplisia yang mengndung glikosida antrakinon di
tambahkan sejumlah 10% bobot simplisia. Kecuali di nyatakan lain, pada pembuatan sirup
simplisia untuk persediaan di tambahkan metil paraben 0,25% b/v atau pengawet lain yang
cocok.
Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66% sakarosa, bila lebih tinggi akan terjadi
pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62% sirup akan membusuk.
Pada penyimpanan dapat terjadi inverse dan sakarosa (pecah menjadi glukosa dan fruktosa) dan
pada sirup yang bereaksi asam inverse dapat terjadi lebih cepat. Pemanasan sebaiknya dihindari
karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula invert.
Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar bidang polarisasi
kekiri.
Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah berjamur dan
berwarna tua (berbentuk karamel), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan obat. Kadang-
kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam pembuatan sirupus iodeti ferrosi, hal ini
disebabkan karena sirup merupakan media yang mereduksi, mencegah bentuk ferro menjadi
bentuk ferri.
Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan memanaskan larutan gula dengan asam
sitrat. Pada sirup yang mengandung sakarosa 62% atau lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi jamur,
meskipun jamur tidak mati. Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur akan tumbuh.
Bila dalam resep, sirup di encerkan dengan air dapat pula di tumbuhi jamur. Untuk mencegah
sirup tidak menjadi busuk, dapat di tambahkan bahan pengawet misalnya nipagin.
Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa di larutkan dengan
pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada pembuatan thymin sirup dan
thymin composites sirupus, aurantii corticis sirupus. Untuk cinnamomi sirupus sakarosa di larut
tanpa pemanasan.
Melarutkan bahan bahan dengan bantuan pemanasan. Melarutkan bahan bahan dengan pengadukan tanpa pemanasan. Penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang diberi rasa.
Perkolasi dan Maseras
1.Larutan yang dibuat dengan pemanasan
Sirup yang dibuat dengan cara ini apabila:
a. dibutuhkan pembuatan sirup secepat mungkin.
b. komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh panas.
Pada cara ini umumnya gula ditambahkan ke air yang dimurnikan, dan panas digunakan sampai
larutan terbentuk.
Contoh : Sirup akasia, Sirup cokelat
2. Larutan yang diaduk tanpa bantuan panas
Menghindari panas yang meransang inverse sukrosa
Proses ini memakan waktu lebih lama
mempunyai kestabilan yang maksimal.
Bila bahan padat akan ditambahkan ke sirup, yang paling baik adalah melarutkannya dalam
sejumlah air murni dan kemudian larutan tersebut digabungkan ke dalam sirup.
Contoh: Sirup ferro Sulfat.
3. Penambahan sukrosa ke dalam cairan obat/cairan pemberi rasa
Adakalanya cairan obat seperti tinktur atau ekstrak cair digunakan sebagai sumber obat dalam
pembuatan sirup.
Banyak tingtur dan ekstrak seperti itu mengandung bahan bahan yang larut dalam alcohol dan dibuat dengan pembawa beralkohol atau hidroalkohol.
Jika komponen yang larut dalam alcohol dibutuhkan sebagai bahan obat dalam suatu sirup,
beberapa cara kimia umum dapat dilakukan agar bahan bahan tersebut larut di dalam air. Akan tetapi apabila komponen yang larut dalam alcohol tidak dibutuhkan, komponen komponen tersebut umumnya dihilangkan dengan mencampur tinktur atau ekstrak tersebut dengan air,
campuran dibiarkan sampai zat zat yang tidak larut dalam air terpisah sempurna, dan menyaringnya dari campuran. Filtratnya adalah cairan obat yang kepadanya kemudian
ditambahkan sukrosa dalam sediaan sirup. Pada kondisi lain, apabila tingtur dan ekstrak kental
dapat bercampur dengan sediaan berair, ini dapat ditambahkan langsung ke sirup biasa atu sirup
pemberi rasa sebagai obat.
Contoh sirup yang dibuat dengan cara ini adalah : Sirup Senna.\
2.8 CARA MENJERNIHKAN SIRUP
Adabeberapa cara menjernihkan sirup:
1. Menambahkan kecocokan zat putih telur segera pada siru. Didihkan sambil diaduk, zat putih telur akan menggumpal karena panas
2. Menambah bubur kertas saring lalu didihkan dan saring kotoran sirup akan melekat ke kertas saring.
2.9 CARA MEMASUKAN SIRUP KE DALAM BOTOL
Penting untuk kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya awet (tidak berjamur)
sebaiknya sirup di simpan dengan cara:
1. Sirup yang sudah dingin di simpan dalam wadah yang kering. Tetapi pada pendinginan ada kemungkinan terjadinya cemaran sehingga terjadi juga penjamuran.
2. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas (karena sterilisasi) sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya, lalu
sumbat gabus dicelup dalam lelehan paraffin solidum yang menyebabkan sirup terlindung
dari pengotoran udara luar.
3. Sterilisasi sirup, di sini harus di perhitungkan pemanasan 30 menit apakah tidak berakibat terjadinya gula invert.
Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menulis tentang penambahan metil paraben 0,25% atau
pengawet lain yang cocok.
Dari tiga cara memasukan sirup ke dalam botol ini yang terbaik dalah cara ketiga
2.10 PENETAPAN KADAR SAKAROSA
v Timbang seksama 25 gram sirup dalam labu terukur 100 ml, tambahkan 50 ml air dan
sedikit larutan alumunium hidroksida p. Tambahkan larutan timbale (II) sub asetat p tetes demi
tetes hingga tetes terakhir tidak menimbulkan kekeruhan.
v Tambahkan air secukupnya hingga 100,0 ml saring, buang 10 ml filtrat pertama. Masukkan
45,0 ml filtrate kedalam labu terukur 50 ml, tambahkan campuran 79 bagian volume asam
klorida p dan 21 bagian vol, air secukup hingga 50,0 ml. Panaskan labu dalam penangas air pada
suhu antara 68 dan 70C selama 10 menit, dinginkan dengan cepat sehingga suhu lebih kurang
20C.
v Jika perlu hilangkan warna dengan menggunakan tidak lebih dari 100 mg arang penyerap.
v Ukur rotasi optic larutan yang belum di inverse dan sesudah inverse menggunakan tabung
22,0 cm pada suhu pengukur yamg sama antara 10 dan 25C. Hitung kadar dalam % dengan
rumus:
C = Kadar sacharosa dalam %
= Rotasi optic larutan yang belum di inversi
= Rotasi optic larutan yang sudah di inverse
= Suhu pengukur