- 1 -
”Pengembangan Sistem Kesehatan Daerah Kabupaten / Kota” Lestari Kanti Wiludjeng
Peneliti Madya pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan Depatemen Kesehatan R.I
Abstrak
Dalam pelaksanaan desentralisasi, telah ditetapkan pula Keputusan Menteri Kesehatan R.I Nomor 004/MENKES/SK/1/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan yang ditetapkan pada tahun 2003 yang merupakan dokumen tertulis. Sebagai langkah kunci 20 perlunya dilakukan fasilitasi penataan Sistem Kesehatan Daerah dan Manajemen Kesehatan telah menggariskan perlunya disusun Sistem Kesehatan Daerah (SKD) oleh Daerah dengan memperhatikan Sistem Kesehatn Nasional (SKN), Renstrada dan Visi Daerah.
Adapun lokasi penelitian ini provinsi Jawa Barat di Kabupaten Bekasi dan Subang . provinsi Bali di kabupaten Badung dan Klungkung sedang di provinsi Sulawesi Tenggara di kota Kendari dan kabupaten Kolaka. Secara umum tujuan penelitian adalah mengembangkan penataan Sistem Kesehatan Daerah (SKD). Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian terapan dan desain penelitian adalah deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa provinsi Sulawesi Tenggara pelaksanaan pengembangan SKD masih dalam tahap pengenalan setelah ada sosialisasi dari Pusat (Dep.Kes RI), belum tersusun tim kegiatan pelaksanaan penyusunan SKD karena kendala pendanaan. Dalam proses penyusunan SKD di kabupaten /kota dimulai dari fasilitasi dan sosialisasi dari Dep.Kes.di tingkat provinsi dan ditindak lanjuti di tingkat kabupaten/kota. Pelaksanaan penyusunan SKD di tingkat kabupaten / kota melalui jasa konsultan sebagai pihak ketiga, di provinsi Jawa Barat untuk kabupaten Bekasi dan Subang menggunakan jasa Dep.Kes sebagai fasilitatornya, sedang di provinsi Bali untuk kabupaten Badung pelaksanaan penyusunan SKD difasilitasi oleh Universitas Gajahmada Yogyakarta dan kabupaten Klungkung oleh Univesitas Udayana. Pada umumnya setelah fasitasi tersebut untuk masing-masing daerah membentuk tim penyusunan SKD. Adapun tim penyusunan SKD terdiri tidak hanya dari institusi kesehatan saja yang terlibat tetapi LSM pemerhati kesehatan , DPRD (komisi D dan E), BKKBN dan organisasi profesi kesehatan. Kendala dalam penyusunan SKD tersebut adalah karena sering bergantinya anggota tim setiap diselenggarakan pertemuan. Hasil temuan dilapangan bahwa semua kabupaten terpilih sudah ada draft dokumen SKD yang disusun mengacu sesuai dengan buku Pedoman Penyusunan Sistem Kesehatan Daerah (Dep.Kes.RI, 2004) dan Sistem Kesehatan Nasional ( Dep.Kes.RI, 2004), tetapi dalam tahap penetapan SKD masih menunggu proses persetujuan Pemda masing-masing. Alasan Pemda menunggu dari pihak Dep.Kes. apakah pedoman yang diacu tersebut masih ada perubahan lagi atau tetap.
Oleh karena itu perlu adanya kebijakan PEMDA masing-masing sehingga penetapan SKD dapat memperoleh kepastian hukum yang mengikat semua pihak dalam bentuk peraturan perundang-undangan, minimal SK Bupati atau DPRD.
- 2 -
PENDAHULUAN
Merujuk pada pendekatan kewenangan wajib dan urgensinya dalam
menghadapi permasalahan kesehatan yang cenderung berkembang dari waktu ke
waktu, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Propinsi
perlu dipertimbangkan keberadaannya sebagai perangkat daerah tersendiri. Perlu
disadari bahwa upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat akan merupakan
investasi jangka panjang yang terus menerus harus menjadi perhatian utama,
karena dampak terhadap perbaikan kualitas sumber daya manusia diikuti dengan
pendidikan dan pelatihan akan berimplikasi pada perbaikan ekonomi dan
kemajuan IPTEK menuju Indonesia sejahtera. Undang-undang No.32 tahun 1999
dalam pasal 11 ayat (2) telah menjadikan bidang kesehatan sebagai tugas
pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah secara langsung membawa perubahan terhadap pengaturan
kelembagaan bidang kesehatan di daerah, sehingga penanganan tugas
pemerintahan di bidang kesehatan di daerah dapat terlaksana secara efektif dan
efisien. Apabila kewenangan wajib dan SPM telah ditetapkan dengan
PP/KEPPRES maka dengan PP 8/2003 dan PP 9/2003 diharapkan reorganisasi
DINKES sesuai dengan kewenangan daerah, kewenangan wajib dan SPM, yang
mempertegas peran Dinas Kesehatan dalam perubahan struktur sistem kesehatan,
diharapkan Dinas Kesehatan sebagai perumus kebijakan dan regulator.
Pada pertemuan Sosialisai Kebijakan Pembangunan Kesehatan di Surakarta
pada tanggal 14 Oktober 2003, merumuskan rekomendasi dan kesepakatan para
Gubernur, Bupati dan Walikota se Indonesia menyepakati dalam pelaksanaan
desentralisasi di bidang kesehatan sebagai kewenangan wajib di kabupaten/kota
- 3 -
adalah Program Kesehatan, Kelembagaan Kesehatan, Ketenagaan Kesehatan,
Pembiayaan Kesehatan, dan Sarana Kesehatan.
Dalam SKN tahun 2004, telah digariskan pentahapan penyelanggaraan SKN
yang antara lain memfasilitasi pengembangan Sistem Kesehatan Daerah (SKD),
dan mempertimbangkan kondisi, dinamika, dan masalah spesifik daerah.
Pemerintah Pusat hanya memfasilitasikan pengukuhan SKD dalam bentuk
peraturan perundang-undangan daerah serta memfasilatasi advokasi dan
sosialisai SKP sesuai kebutuhan.
Dalam Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan yang
ditetapkan pada tahun 2003 antara lain telah digariskan perlunya disusun SKD
oleh daerah dengan memperhatikan SKN, Renstrada dan Visi Daerah serta
merujuk kepada kebijakan-kebijakan baik pembangunan kesehatan daerah
maupun kebijakan nasional seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Tahun 2005-2009. Untuk menyusun SKD diperlukan perhatian yang seksama
tentang komitment dilaksanakannya Standar Pelayanan Minimal dibidang
Kesehatan dan komitment global dalam pembangunan kesehatan, seperti
pencapaian Millennium Development Goals, Macro-economic and Health,
Sustainable Development, Poverty Reduction Strategic Paper, dan A World Fit for
Children.
Sistem Kesehatan Daerah adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai
upaya pemerintah, masyarakat, dan sector swasta di daerah yang secara terpadu
dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
- 4 -
Oleh karena itu pada penelitian ingin mengkaji pengembangan penataan
Sistem Kesehatan Daerah (SKD) di Kabupaten/ Kota mulai dari proses sosialisasi,
penyusunan, kendala, hambatan dan regulasi untuk penetapannya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian
cross sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah yang telah melaksanakan
system Kesehatan Daerah dalam bidang kesehatan. Daerah tersebut adalah
provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di kota Kendari dan kabupaten Kolaka, di
provinsi Bali yaitu di kabupaten Badung dan kabupaten Klungkung, di provinsi
Jawa Barat yaitu di kabupaten Bekasi dan kabupaten Subang.
Adapun kerangka pikir yang ingin dikaji adalah :
- 5 -
Kerangka Pikir Sistem Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota
Keterangan : : Area peneliti
POLDAS : Pola Dasar Pembangunan PROPEDA : Program Pembangunan Daerah RENSTRADA : Rencana Strategis Daerah
Regulasi Kab/Kota
Sub Sistem : 1. Upaya Kesehatan 2. Pembiayaan Kes 3. SDM Kesehatan 4. Obat & Perbekalan
Kesehatan 5. Pemberdayaan
Kes 6. Manajemen Kes.
Regulasi Provinsi
.
Regulasi Nasional
Langkah-langkah Penyusunan
1. Fase Persiapan 2. Fase Analisa
Situasi dan Kecenderungan
3. Fase Penyusunan 4. Fase Penetapan
UU No.32/2004 UU No.33/2004
Kategori Input
Kategori Proses
Kategori Output
SIS KES NAS
SISTEM KESEHATAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
POLDAS PROPEDA RENSTRADA
Kebijakan dan Program Pembangunan Kesehatan Nasional
Desentralisasi Bidang Kesehatan
- 6 -
Dalam menjalin mekanisme pembangunan daerah, khususnya penataan
Sistem Kesehatan Daerah diperlukan adanya Input ,proses dan output
Pelaksanaannya sesuai atau tidak sesuai, mengevaluasi pembangunan setempat
berdasarkan SKD, dan dalam penyusunan SKD azasnya : desentralisai,
deconsentrasi dan Pembantuan
Beda Desentralisai (otonomi dalam pelaksanaan kewenangan daerah/ aplikasinya
pada UU N0.32 &33) dan SKD/SKN (Pembangunan daerah khususnya dalam
bidang kesehatan)
Pengertian Sistem Kesehatan Daerah adalah suatu tatanan yang
menghimpun berbagai upaya pemerintah, masyarakat, dan sector swasta di daerah
yang secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Sistem Kesehatan Daerah terdiri dari enam
subsistem yaitu : 1) susbsistem upaya kesehatan, 2) subsistem pembiayaan
kesehatan, 3) subsistem sumberdaya manusia kesehatan, 4) subsistem obat dan
perbekalan kesehatan, 5) subsistem pemberdayaan masyarakat, 6) subsistem
manajemen kesehatan, dan dapat pula ditambahkan subsistem kekhususan daerah
masing – masing. Oleh karena itu SKD tentunya perlu di perdakan dan ada sangsi
hukum, sehingga semua pembina harus mematuhinya
Sosialisasi SKN di Indonesia telah dilaksanakan sesuai Kep.Men.Kes
No.705/Menkes/SKN/VI/2004 tanggal 10 Juni 2004. dan hal tersebut ditindak lanjuti
dengan proses penyusunan Sistem Kesehatan Daerah tetapi belum semua baik
kabupaten/kota dan provinsi melaksanakan fasilitasi.
Adapun sasaran dalam penelitian ini adalah semua pelaku pembangunan
kesehatan yaitu semua pimpinan di dinas kesehatan daerah kabupaten/ kota
termasuk UPTD, rumah sakit, puskesmas dan stakeholder yang terkait dengan
- 7 -
pembangunan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.di daerah yang telah
melaksanakan sosialisasi dan penyusunan SKD di kabupaten/kota
Data yang dikumpulkan meliputi
1. Prinsip penyusunan Sistem Kesehatan Daerah
2. Langkah penyusunan Sistem Kesehatan Daerah yang meliputi Fase
persiapan, Fase analisis situasi dan kecenderungan Sistem Kesehatan
Daerah, Fase penyusunan Sistem Kesehatan Daerah (prinsip dasar SKD,
tujuan SKD, kedudukan SKD dan pokok-poko penyelenggaraan SKD) dan
Fase penetapan SKD
3. Hambatan dan kendala yang ditemui dalam pelaksanaan penyusunan Sistem
Kesehatan Daerah.
Analisa dilakukan secara deskritip, dengan distribusi frekwensi .
HASIL DAN PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan menggunakan
kwesioner kapada kelompok sasaran dan hasil pengumpulan data menunjukkan
bahwa ada 3 propinsi dan 6 kabupaten/kota sebagai daerah penelitian terpilih.
Untuk provinsi Sulawesi Tenggara karena masih dalam tahap kegiatan sosialisai/
pengenalan SKD. Para responden menyatakan bahwa proses pelaksanaan
penyusunan SKD dengan menggunakan jasa konsultan.sebagai pihak ketiga seperti
Puskabangkes, pusdiklat, pusgunakes, Biro perencanaan dan lainnya seperti
universitas .
- 8 -
Propinsi Kabupaten Jumlah responden Prosentase
Bekasi 10 16,1 Jawa Barat
Subang 15 24,2
Badung 20 32,3 B a l i
Klungkung 17 27,4
Jumlah 62 100,0
PROSES SOSIALISASI / FASILITASI SKD
Tabel 1 : Materi SKD yang telah disampaikan pada waktu Sosialisasi
Provinsi Jawa Barat Provinsi Bali Macam Materi Kab.Bekasi
(10) Kab.Subang
(15) Kab.Badung
(20) Kab. Klungkung
(17)
1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
10 15 20 17
2. Sistem Kesehatan Daerah (SKD)
10 15 20 17
3. Juknis Standar Pelayanan Minimal
10 15 20 17
4. Kebijakan & Program PembangunanKesehatan Nasional dan Daerah
10 15 20 17
5. Kebijakan dan strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan
10 15 20 17
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua responden (100%) menjatakan
bahwa materi untuk penyusunan SKD , adalah Sistem Kesehatan Nasional (SKN),
Sistem Kesehatan Daerah (SKD), Juknis Standar Pelayanan Minimal, Kebijakan &
Program Pembangunan Kesehatan dan Kebijakan dan strategi Desentralisasi
Bidang Kesehatan
- 9 -
Tabel 2 : Tempat Pelaksanaan sosialisasi SKD
Provinsi Jawa Barat Provinsi Bali Tempat Pelaksanaan
Sosialisasi SKD Kab.Bekasi
(10) Kab.Subang
(15) Kab.Badung
(20) Kab. Klungkung
(17)
1. Dinas Kesehatan Propinsi 10 15 20 17
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
10 15 20 17
Para responden menyatakan bahwa tempat pelaksanaan penyelenggaraan
sosialisasi SKD adalah di Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten
II. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN SKD
Tabel 3 : Pembentukan Tim penyusunan SKD
Provinsi Jawa Barat Provinsi Bali Pembentukan Tim Penyusunan
SKD Kab.Bekasi
(10) Kab.Subang
(15) Kab.Badung
(20) Kab.
Klungkung (17)
1.Ya 10 15 20 17
2. Sedang dalam proses -- -- -- --
3. Belum sama sekali -- -- -- --
Tabel 4 : Cara Pembentukan Tim penyusunan SKD
Provinsi Jawa Barat Provinsi Bali Cara Pembentukan Tim Penyusunan SKD Kab.Bekasi
(10) Kab.Subang
(15) Kab.Badung
(20) Kab.
Klungkung (17)
1. Melalui rapat lintas sector terkait
5 4 4 1
2. Usulan oleh Ka.Dinkes Kab.kepada Kepala Daerah
5 2 3 1
3. Ditunjuk oleh Ka.Din.Kes Kab 10 15 20 17
4. Ditunjuk oleh Kepala Daerah Kab
-- -- -- --
5. Lainnya -- -- -- --
Langkah-langkah selanjutnya pada tabel (3), dan (4) adalah membentuk tim
penyusun SKD yang terdiri Dinas Kesehatan Propinsi dan juga dari Dinas
Kesehatan Kabupaten yang terpilih. Cara pembentukan tim penyusun tersebut
- 10 -
adalah dengan melalui rapat lintas sektor, usulan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten kepada Kepala Daerah dan juga ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten. Dan pada tabel (5) dilakukan penetapan dengan SK.Kepala Daerah /
Sekda/ Bapeda dan SK dari Kepala Sinas Kesehatan Kabupaten.
Tabel 5 : Penetapan Tim penyusunan SKD
Provinsi Jawa Barat Provinsi Bali Penetapan Tim Penyusunan
SKD Kab.Bekasi
(10) Kab.Subang
(15) Kab.Badung
(20) Kab.
Klungkung (17)
1. SK Kepala Daerah/Sekda/Bapeda
2 1 2 --
2. SK.Ka-DinKes Kab 5 12 17 14
5. Lainnya -- -- -- --
Adapun anggota tim penyusun dapat dilihat pada tabel (6) tersebut terdiri dari
berbagai institusi antara lain staf Pemda, Dinas Kesehatan Kabupaten, Bapeda,
DPRD, Direktur RS Pemerintah, organisasi profesi, LSM dan Dewan Kesehatan
Kabupaten (Di Klungkung)
Tabel 6 : Anggota Tim Penyusun SKD
Provinsi Jawa Barat Provinsi Bali Anggota Tim Penyusunan SKD Kab.Bekasi
(10) Kab.Subang
(15) Kab.Badung
(20) Kab.
Klungkung (17)
1. Staf Pemda 5 7 6 8
2. Dinas Kesehatan Kabupaten 9 14 15 15
5. Bapeda 10 11 6 13
6. DPRD 8 9 11 14
7. Direktur RS.Pemerintah 1 13 11 13
8. Org.Profesi (IDI, IBI, PPNI, dll)
7 11 10 13
9. Lembaga Swadaya Masyarakat
5 9 11 13
10. Dewan Kesehatan Kab/kota -- -- -- 9
11. Lainnya -- -- -- --
- 11 -
Semua Responden dalam penelitian menyatakan bahwa penysunan SKD tersebur
dilanjutkan dengan penyusunan kerangka acuan serta pengumpulan data dan
informasi.
Tabel 7 : Data & Informasi yang dibutuhkan dalam penyusunanan SKD
Provinsi Jawa Barat Provinsi Bali Macam data & informasi Kab.Bekasi
(10) Kab.Subang
(15) Kab.Badung
(20) Kab.
Klungkung (17)
1. Derajat kesehatan masyarakat termasuk indicator kesehatan (UHH, AKI, AKB, Status Gizi)
10 14 13 17
2. Data Kependudukan 10 15 12 14
3. Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan yang ada baik pemerintah maupun swasta
10 13 13 15
4. Cakupan pemanfaatan upaya kesehatan
10 11 11 15
5. Sumberdaya manusia kesehatan
10 11 10 15
6. Pemberdayaan Kesehatan 10 11 10 15
7. Pelayanan Kesehatan 10 14 10 15
8. Pembiayaan Kesehatan 10 11 10 15
9. Sumberdaya manusia kesehatan
10 11 11 14
10. Sumberdaya obat dan perbekalan kesehatan
10 12 10 15
11. Pemberdayaan masyarakat 10 13 10 15
12 Manajemen kesehatan 10 11 0 15
Pada table (7) macam data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan SKD
adalah Derajat kesehatan masyarakat termasuk indicator kesehatan (UHH, AKI,
AKB, Status Gizi), Data Kependudukan, Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan yang
ada baik pemerintah maupun swasta, Cakupan pemanfaatan upaya kesehatan,
Sumberdaya manusia kesehatan, Pemberdayaan Kesehatan, Pelayanan
Kesehatan, Pembiayaan Kesehatan, Sumberdaya manusia kesehatan, Sumberdaya
- 12 -
obat dan perbekalan kesehatan, Pemberdayaan masyarakat dan Manajemen
kesehatan.
Tabel 8 : Data dan Informasi yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pembangunan Kesehatan
Provinsi Jawa Barat Provinsi Bali Macam data & informasi Kab.Bekasi
(10) Kab.Subang
(15) Kab.Badung
(20) Kab.
Klungkung (17)
1. Ratio penduduk dengan TT di RS 4 11 13 16
2. Ratio penduduk dengan dokter umum
9 14 13 16
3. Ratio penduduk dengan dokter spesialis
9 10 12 16
4. Ratio penduduk dengan bidan 9 14 12 16
5. Ratio penduduk dengan perawat 9 13 11 16
6. % penduduk yang tercover JPKM 6 77 7 15
7. % kecenderungan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
7 6 6 15
8. Pehatian Pemda terhadap Program Kes
8 7 8 16
9. Perhatian Lintas Sektor terhadap Program kesehatan
9 7 8 16
10. Kemitraan organisasi Profesi Kesehatan
9 13 8 15
11. Rencana Pengembangan pembangunan kesehatan
8 12 8 15
Sedang sebagai data penukung lain seperti pada table (8) yaitu data nformasi yang
diperlukan dalam Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan adalah : Ratio
penduduk dengan TT di RS, Ratio penduduk dengan dokter umum, Ratio penduduk
dengan dokter spesialis, Ratio penduduk dengan bidan, Ratio penduduk dengan
perawat, persentase penduduk yang tercover JPKM, persentase kecenderungan
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, Pehatian Pemda terhadap
Program Kes, Perhatian Lintas Sektor terhadap Program kesehatan , Kemitraan
organisasi Profesi Kesehatan, dan Rencana Pengembangan pembangunan
kesehatan
- 13 -
III. FASE ANALISIS SITUASI DAN KECENDERUNGAN SKD Tabel 9 : Hasil analisis situasi dan kecenderungan SKD
Provinsi Jawa Barat Provinsi Bali Hasil analisis situasi dan kecenderungan SKD
Kab.Bekasi (10)
Kab.Subang (15)
Kab.Badung (20)
Kab. Klungkung
(17)
1. Subsistem Upaya Kesehatan 8 11 8 16
2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan 10 10 8 16
3. Subsistem Sumberdaya Manusia Kes.
9 11 9 16
4. Subsistem Sumberdaya Obat dan Perbekalan Kesehatan
9 11 6 17
5. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat Kesehatan
8 11 7 16
6. Subsistem Manajemen Kesehatan 8 11 6 16
7. Subsistem Pembangunan Kesehatan di daerah
7 13 6 16
Pada table (9) para responden menyatakan bahwa hasil Analisis Situasi dan
Kecenderungan SKD meliputi,beberapa sub sistem yaitu : Subsistem Upaya
Kesehatan, Subsistem Pembiayaan Kesehatan, Subsistem Sumberdaya Manusia
Kes., Subsistem Sumberdaya Obat dan Perbekalan Kesehatan, Subsistem
Pemberdayaan Masyarakat Kesehatan, Subsistem Manajemen Kesehatan dan
Subsistem Pembangunan Kesehatan di daerah
- 14 -
HASIL DEPTH INTERVIEW PROSES PENYELENGGARAAN SKD
DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KABUPATEN/ KOTA NO. SISTEM KESEHATAN DAERAH KENDARI KOLAKA
1. Pokok – pokok SKD
• Landasan SKD
• Prinsip Dasar SKD
• Tujuan SKD
• Kedudukan SKD
• Subsistem SKD
2. Subsistem Upaya Kesehatan
3. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
4. Susistem SDM Kesehatan
5 Subsiatem Sarana dan Perbekalan Kesehatan
6. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
7. Subsistem Manajemen Kesehatan
8. Proses Penyelenggaraan SKD
Sosialisasi SKD dari pusat , tidak jelas materinya Penyusunan SKD masih dalam taraf wacana pengenalan masih belum ditindak lanjuti.
Sosialisasi SKD ditingkat kabupaten belum pernah dilakukan, hanya perwakilan dari dinas yang hadir dalam sosialisasi tingkat provinsi. Secara prinsip para petugas kesehatan menginginkan adanya SKD, karena sebagai payung untuk prmbangunan kesehatan di tingkat kabupaten/ kota
- 15 -
PENYELENGGARAAN SISTEM KESEHATAN DAERAH DI PROVINSI JAWA BARAT
No. Macam Penyelenggaraan
Kabupaten Bekasi Kabupaten Subang
A. PELAKU SKD 1. Tokoh masyarakat madani, LSM, media massa, organisasi profesi, akademisi, para pakar, masyarakat luas termasuk swasta
2. Pemerintah Kabupaten 3. Badan legislative (DPRD), (persetujuan anggaran & pengawasan pembangunankesehatan, penyusunan produk hokum dan mekanisme kemitraan antara eksekutif dan legislative),
4. Badan Yudikatif
1. Tokoh masyarakat,
masyarakat madani, LSM, media massa, organisasi profesi, akademisi, para pakar, masyarakat luas termasuk swasta
2. Pemerintah Kabupaten 3. Badan legislative (DPRD),
(persetujuan anggaran & pengawasan pembangunankesehatan, penyusunan produk hokum dan mekanisme kemitraan antara eksekutif dan legislative),
4. Badan Yudikatif
B. PROSES 1. Pendekatan kesisteman a. Masukan
b. Proses
c. Keluaran d. Lingkungan
Subsistem 1. SDM Kes 2. Pembiayaan Kes 3. Perbekalan Kes Subsistem 1. Upaya kesehatan 2. Pemberdayaan Kes 3. Manajemen Kesehatan Terselenggaranya Pembangunan Daerah bid Kesehatan Keadaan yg menyangkut ideologi, politik, ekonomi,sosial, budaya, pertahanan dan kemanan
Subsistem 1. Pembiayaan Kes 2. Sumberdaya kesehatan 3. Obat dan Perbekalan Kes Subsistem 1. Upaya kesehatan 2. Pemberdayaan Kes 3. Manajemen Kesehatan Terselenggaranya Pembangunan Kesehatan yg berhasil guna, baerdaya guna, bermutu, merata dan berkeadilan Keadaan yg menyangkut ideologi, politik, ekonomi,sosial, budaya, pertahanan dan kemanan
- 16 -
2. Penyelenggaraannya memerlukan keterkaitan antar unsusr-unsur SKD
3. Penerapan prinsip
4. Komitmen yang tinggi
5. Ada kepastian hukum
6. Siklus yang diperlukan
A.Sumberdaya kes yg kuantitas dan kualitas memadai maka
1. Mendukung keberhasilan Upaya kesehatan
2. Menjaminefektifitas dan efisiensi pembiayaan kes
B. Pemberdayaan masy. 1. Maningkatkan Upaya kes 2. Meningkatkan
pembiayaan kes 3. Memperkuat SDM 4. Meningkatkan pengadaan
dan pemeliharaan sumberdaya kes
C.Manajemen Kesehatan 1. Menjamin keberhasil Upaya Kes 2. Menjamin pembiayaan kes yang bedaya guna 3. Menjamin kinerja sumberdaya kesehatan 4. Menjamin keberhasilan pemberdayaan masya. KISS antar sub sistem dalam SKD dan diluar SKD Para penyelenggara SKD yg ditunjang dgn penyelenggaraan pembangunan kesehatan yg baik (good governance) Dalam bentuk penetepan peraturan perunadang yang sesuai Perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, pengawasan dan pertanggung jawaban secara sistematis, berjnjang dan berkelanjutan
a. Subsistem pembiayaan kes diselenggarakan guna menghasilkan ketersediaan pembiayaan kesehatan menurut kecukupan jumlah,teralokasi scr adil dan berhasil guna, berdaya guna untuk menunjang upaya kesehatan
b. Subsistem SDM kesehatan untuk menghasilkan tenaga kes yg bermutu dlm jumlah yang mencukupi, terdistribusi secara adil dan termanfaatkan
c. Subsistem pemberdayaan masyarakat untuk menghasilkan individu, kelompok, masyarakat berperan aktif dlm subsistem pembiayaan, sumberdaya manusia, obat dan perbekalan, manajemen kesehatan
d. Subsistem manajemen guna menghasilkan : - Fungsi administrasi kes) - Informasi kes ) - IPTEK kes ) - Hukum Kes ) Mendukung subsistem Upaya Kes , pembiayaan kes, SDM, obat dan perbekalan, pemberdayaan kes KISS antar subsistem dlm & diluar SKD
Para penyelenggara SKD yg ditunjang dgn penyelenggaraan pembangunan kesehatan yg baik (good governance) Dalam bentuk penetepan peraturan perunadang yang sesuai Perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, pengawasan dan pertanggung jawaban secara sistematis, berjnjang dan berkelanjutan
- 17 -
C. PENTAHAPAN PENYELENGGARAAN:
a. Penetapan SKD
b. Advokasi dan Sosialisasi
c. Pelaksana SKD
d. Pengendalia
n SKD
a. Kepastian hukum b. SKD kab Bekasi perlu dikukuhkan dalam bentuk Perda
a. Untuk memperoleh komitmen dan dukungan dari semua pihak SKD perlu diadvokasikan dan disosialisasikan
b. Sasarannya semua penentu kebijakan tk.kab, kec dan desa
a. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan daerah
b. Penataan ulang kelima subsistem secara bertahap, sistematis, terpadu dan berkelanjutan serta revitalisasi manajemen kes.
c. idukung dengan penyusunan kebijakan, standar dan pedoman dalam bentuk berbgai peraturan perundang -undangan
a. Bertujuan untuk memantau
dan menilai keberhasilan penyelenggaraan pembangunan kes daerah kab berdasarkan SKD
b. Diselenggarakan secara berjenjang dan berkelanjutan dengan menggunakan tolok ukur keberhasilan pembangunan kes c. Perlu dikemabngakan
SIKDA yg merupakan bagian dari SIKNAS
a. Kepastian hukum yang
mengikat semua pihak b. SKD perlu dikukuhkan dalam
bentuk peraturan perundangan
a. Untuk memperoleh
komitmen dan dukungan dari semua pihak SKD perlu diadvokasikan dan disosialisasikan
b. Sasaran advokasi adalah semua penentu kebijakan di daerah
c. Sasaran sosialisasi adalah semua pihak / masyarakat termasuk swasta
a. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan baik lingkup daerah & nasional
b. Penataan ulang kekeensmsubsistem secara bertahap, sistematis, terpadu dan berkelanjutan.
c. Didukung dengan penyusunan kebijakan, standar dan pedoman dalam bentuk berbagai peraturan perunadnagn-undangan
d. Diselenggarakan sesuai dengan asas desentralisasi dalam kerangka NKRI
a. Bertujuan untuk memantau dan menilai keberhasilan penyelenggaraan pembangunan kes berdasarkan SKD
b. Diselenggarakan secara berjenjang dan berkelanjutan dengan menggunakan tolok ukur keberhasilan pem bangunan kes
c. Perlu dikemabngakan SIKDA yg terpadu
- 18 -
PENYELENGGARAAN SISTEM KESEHATAN DAERAH DI PROVINSI BALI
I. KABUPATEN BADUNG
NO. BENTUK & PENYELENGGARAAN SKK BADUNG
MACAM KEGIATAN
A. Sub Sistem Pelayanan Kesehatan
1. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
• Penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan tugas pokok pemerintah kabupaten melalui Dinas, badan dan lembaga terkait.
• Dinas kesehatan berperan dalam penyelenggaraan dan penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat bersama-sama Puskesmas dan Dinas, badan, lembaga lainnya dan peran serta aktif masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
• Dinas Kesehatan dan Puskesmas serta laboratorium kesehatan daerah terutama menyelenggarakan upaya-upaya surveillance penyakit, pencegahan penyakit, kampanye kesehatan, informasi kesehatan.
• Dinas, Badan dan Lembaga lainnya bekerjasama dengan Dinas Kesehatan menyelenggarakan upaya-upaya pemberantasan penyakit menular , pengendalian vektor, penanggulangan wabah, perbaikan gizi masyarakat, penyehatan lingkungan umum dan pemukiman, penyediaan sanitasi dasar, pengamanan obat, makanan dan bahan berbahaya, kesehatan kerja, kesehatan jiwa masyarakat, pencegahan kecelakaan, pencegahan dan penanggulangan bencana.
• Penyelenggaran pelayanan kesehatan yang bersifat lintas kabupaten dan dalam rangka efisiensi, seperti upaya penanggulangan gangguan akibat kekurangan Yodium, diselenggarakan di tingkat propinsi.
2. Pelayanan Kesehatan perorangan Pelayanan Kesehatan dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat/ swasta. a. Pelayanan Kesehatan Dasar
• Pelayanan kesehatan dasar pemerintah diselenggarakan di Puskesmas.
• Puskesmas terdiri dari Puskesmas Rawat Jalan, Puskesmas Rawat Inap, Puskesmas pembantu yang berdasarkan standar Departemen Kesehatan.
• Pelayanan Kesehatan Perorangan di puskesmas dibawah pembinaan Dinas Kesehatan melalui tim terkait lintas program dan lintas sektoral, termasuk
- 19 -
Rumah Sakit Umum Daerah.
• Pelayanan kesehatan dasar swasta dapat diselenggarakan dalam bentuk-bentuk: praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, praktek perawat , klinik umum, klinik bersalin, Balai pengobatan, pengobat tradisional dan alternatif, serta bentuk lain yang berkaitan dengan pelayanan medik dasar.
b. Pelayanan Kesehatan sekunder
• Pelayanan kesehatan lanjutan merupakan rujukan dari pelayanan kesehatan dasar. RSUD, BP4, BKMM, BKJM dan BLK merupakan penyelenggara kesehatan lanjutan yang diselenggarakan oleh pemerintah. RSUD sebagai pusat rujukan juga merupakan pembina pelayanan kesehatan di Puskesmas.
• Pelayanan kesehatan lanjutan yang diselenggarakan oleh swasta dapat berbentuk praktek dokter spesialis, praktek dokter gigi spesialis, laboratorium klinik diagnostik swasta dan Rumah Sakit Swasta.
c. Pelayanan Kesehatan Tertier
• Pelayanan kesehatan perorangan tingkat unggulan dilaksanakan di RS tingkat propinsi dan pusat.
B. Sub sistem Pembiayaan Kesehatan
• Pembiayaan kesehatan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.
• Penyediaan pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan bagi masyarakat miskin dan para lanjut usia ditanggung oleh Pemerintah kabupaten, dibantu oleh Pemerintah Pusat dan propinsi. Pembiayaan masyarakat miskin dikelola sesuai dengan mekanisme SJSN yang berlaku.
• Penyediaan pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat (UKM) merupakan tanggungjawab utama pemerintah kabupaten melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman dari pemerintah pusat/propinsi dan fihak lain, serta berbagai sumber lainnya.
• Alokasi dana pemerintah Kabupaten diharapkan mengacu kepada standar kebutuhan pembiayaan kesehatan yang dianjurkan WHO.
• Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan diutamakan melalui sistem jaminan sosial/ asuransi.
C. Sub sistem Sumber Daya Manusia
• Pengadaan tenaga kesehatan untuk lembaga pemerintah merupakan tanggung jawab dan wewenang Pemerintah Kabupaten, yang secara teknis dilaksanakan oleh lembaga Kepegawaian Pemkab. Dinas Kesehatan dan RSUD berperan dalam
- 20 -
perencanaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan, baik medis ataupun non medis.
• Dinas kesehatan dan RSUD berkewajiban memelihara, membina, mengembangkan serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM yang berada dalam tanggungjawabnya.
• Dinas kesehatan propinsi berperan dalam fasilitasi dan bantuan teknis maupun pembiayaan pelatihan SDM Kesehatan. Departemen kesehatan berperan dalam penyediaan tenaga strategis, dan bantuan pembiayaan pengadaan serta pendayagunaan SDM kesehatan.
• Penyediaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan swasta diselenggarakan sendiri oleh lembaga swasta yang bersangkutan.
• Penyelenggaraan Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan sebagai input dalam pelayanan kesehatan baik untuk lembaga pemerintah maupun swasta diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah maupun swasta yang mengacu pada sistem pendidikan nasional dan ketentuan yang ditetapkan dalam Sistem Kesehatan Nasional.
D. Sub sistem Obat,
Perbekalan dan Teknologi Kesehatan
• Perencanaan, penyediaan dan distribusi obat serta perbekalan kesehatan bagi lembaga pemerintah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dan RSUD.
• Penyediaan dan pelayanan obat oleh swasta dilaksanakan melalui apotik, toko obat, pedagang besar farmasi.
• Dinas Kesehatan dan RSUD senantiasa mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan, melakukan fasilitasi dan koordinasi dengan lembaga penelitian/ universitas dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan.
• Pengawasan mutu obat dilaksanakan oleh Balai Besar POM yang ada di Propinsi bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten.
E. Sub Sistem Pemberdayaan Masyarakat
• Dewan Kesehatan Kabupaten merupakan kumpulan perwakilan kelompok masyarakat (termasuk LSM dan organisasi profesi), swasta dan pemerintah yang memberikan arah dan rekomendasi kebijakan pembangunan kesehatan masyarakat kabupaten Badung.
• UKBM merupakan lembaga swadaya dalam bidang kesehatan yang dikelola oleh masyarakat dan dibina oleh lintas sektor terkait, serta Puskesmas sebagai pembina teknis kesehatan.
- 21 -
F. Sub Sistem Regulasi (Pengaturan dan Pengawasan
• Dinas Kesehatan menyusun dan menetapkan kebijakan kesehatan berdasarkan kebijakan Pemerintah Kabupaten dan masukan serta rekomendasi Dewan Kesehatan Daerah, yang menjadi acuan bagi seluruh elemen sistem kesehatan kabupaten.
• Dinas kesehatan menyelenggarakan perijinan untuk setiap penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat maupun perorangan serta lembaga penunjang pelayanan termasuk pengobat tradisional/alternatif.
• Setiap lembaga penyelenggara pelayanan kesehatan wajib membuat laporan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai ketentuan kepada dinas kesehatan sebagai pelaksanan teknis pemerintah Kabupaten Badung.
• Dinas kesehatan menyelenggarakan perijinan dan pengawasan mutu SDM Kesehatan baik pada lembaga pemerintah maupun swasta.
• Dinas kesehatan melaksanakan perijinan dan pengawasan mutu lembaga penyedia dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan di tingkat kabupaten.
• Dinas keehatan bersama dinas terkait melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan sewaktu sesuai kebutuhan atau berkala pada fasilitas-fasilitas umum seperti industri rumah tangga, jasa boga, rumah makan, hotel, restoran, salon kecantikan, SPA, kolam renang dan lainnya.
• Dalam melaksanakan perijinan dan pengawasan mutu, Dinas kesehatan dibantu oleh organisasi profesi serta fasilitasi dan bantuan teknis dari Dinas Kesehatan propinsi dan Departemen kesehatan.
- 22 -
II. KABUPATEN KLUNGKUNG
NO. MACAM PENYELENGGARAAN
KABUPATEN KLUNGKUNG
A. PELAKU SKD 1. Tokoh masyarakat, masyarakat madani, LSM, media massa, organisasi profesi, akademisi, para pakar, masyarakat luas termasuk swasta. 2. Pemerintah Kabupaten 3. Badan legislative (DPRD), (persetujuan anggaran & pengawasan pembangunan kesehatan, penyusunan produk hukum dan mekanisme kemitraan antara eksekutif dan legislatif), 4. Badan Yudikatif
B PROSES 1.Pendekatan kesisteman a. Masukan
b. Proses
c. Keluaran
d. Lingkungan
2.Penyelenggaraannya
memerlukan keterkaitan antar unsusr-unsur SKD
3. Penerapan prinsip
Subsistem
1. Pembiayaan Kes 2. Sumberdaya kesehatan 3. Obat dan Perbekalan Kes
Subsistem
1. Upaya kesehatan 2. Pemberdayaan Kes 3. Manajemen Kesehatan
Terselenggaranya Pembangunan Kesehatan yg efektif, efisien, bermutu, merata dan berkeadilan Unsurnya adalah IPOLEKSOBUD, termasuk pertahanan dan kemanan a. Subsistem pembiayaan kes diselenggarakan guna menghasilkan ketersediaan biaya yang memadai, adil, merata dan transparan yang mendudkung terselenggaranya upaya kesehatan (UKM/UKP)
b. Subsistem SDM kesehatan untuk menghasilkan tenaga kes yg bermutu dlm jumlah yang mencukupi, terdistribusi secara adil dan termanfaatkan
c. Subsistem obat dan perbekalan kes.untuk menghasilkan ketersediaan obat dan perbekalan yang mencukupi, aman, bermutu, bermanfaat dan terjangkau oleh masy, shg upaya kesehatan secara efektif dan efisien.
d. Subsistem pemberdayaan masyarakat untuk menghasilkan individu, kelompok, masyarakat berperan aktif dlm subsistem pembiayaan, sumberdaya manusia, obat dan perbekalan, manajemen kesehatan
e. Subsistem manajemen guna menghasilkan : - Fungsi administrasi kes, Informasi kes, IPTEK kes, Hukum Kes, untuk Mendukung subsistem Upaya Kes , pembiayaan kes, SDM, obat dan perbekalan, pemberdayaan kes
- 23 -
4. Komitmen yang
tinggi 5. Ada kepastian
hukum
6. Siklus yang diperlukan
KISS antar subsistem dalam dan diluar SKD ---- Kepastian hukum dalam bentuk PERDA Perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, pengawasan dan pertanggung jawaban secara sistematis, berjenjang dan berkelanjutan
C. PENTAHAPAN PENYELENGGARAAN: 1. Penetapan SKD 2. Advokasi dan
Sosialisasi 3. Fasilitasi
Pengembangan SKD
4. Pelaksana SKD 5. Pengendalian SKD
Kepastian hukum disahkan dengan PERDA a. Dilakukan untuk memperoleh komitmen dan dukungan para pelaku SKD
b. Sasaran advokasi dan sosialisasi adalah semua penentu kebijakan di jajaran PEMDA di kalangan masyarakat dan swasta
Dilakukan oleh Pemerintah Pusat dengan mempertimbangkan kondisi, dinamika dan maslah spesifik daerah a. Penyelenggaraan SKD melalui penataan ulang keenam
subsistem secara bertahap, sistematis, terpadu dan berkelanjutan.
b. Perlu dukungan PERDA kabupaten yang disesuaikan dengan azas desentralisasi dalam kerangka NKRI
a. Bertujuan untuk memantau dan menilai keberhasilan
penyelenggaraan pembangunan kes berdasarkan SKD yang ditetapkan dalam bentuk PERDA
b. Diselenggarakan secara berjenjang dan berkelanjutan dengan menggunakan tolok ukur keberhasilan pem bangunan kes
c. Perlu dikemabangkan SIKDA yg akurat dan terpadu
- 24 -
KESIMPULAN
Sistem Kesehatan Daerah Kabupaten dapat digunakan :
1. Sebagai acuan bagi setiap individu maupun kelompok atau lembaga yang
terkait dengan kesehatan dalam penyelenggaraan kebijakan, program
maupun kegiatannya
2. SKD sebagai pedoman dan arahan penyelenggaraan pembangunan
kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan
3. SKD merupakan sistem terbuka yang berinteraksi dengan berbagai sistem
lainnya, bersifat dinamis, dan selalu mengikuti perkembangan.
4. Keberhasilan pelaksanaan SKD sangat tergantung pada semangat, dedikasi,
ketekunan, kerja keras, kemampuan dan ketulusan para penyelenggara
demikian pula diperlukan komitmen dan kemauan dari seluruh stakeholder
dalam menyikapi SKD.
S a r a n
Sistem Kesehatan Daerah dipergunakan sebagai acuan penyusunan kebijakan,
pedoman dan arahan penyelenggaraan pem-bangunan berwawasan kesehatan di
derah. Penyelenggaraannya dilaksanakan secara bertahap dan disesuaikan dengan
aspirasi, potensi serta kebutuhan setempat dengan memperhati-kan prioritas pem-
bangunan kesehatan masing-masing.
Oleh karena itu perlu adanya kebijakan PEMDA masing-masing sehingga
penetapan SKD dapat memperoleh kepastian hukun yang mengikat semua pihak
dalam bentuk peraturan perundang-undangan, minimal SK Bupati atau DPRD.
- 25 -
DAFTAR PUSTAKA
Abisujak. 1990. Kepemimpinan manajer Pusdiklat. Depdikbud. Jakarta.
Bill Scott. 1984. Strategi & Tehnik Negosiasi. PT Pustala Binoman Pressindo.
Jakarta.
Geoffrey G.Meredith et al 1984.Kewirausahaan, Teori dan Praktek. PT Pustaka
Binoman Pressindo. Jakarta.
Hartono, Bambang. 2004. Peraturan Sistem Kesehatan Daerah.Jakarta :
Departemen Kesehatan Indonesia. 2003 .Kebijakan Keputusan Menteri Kesehatan
RI No. 1457/MENKES/SK/SK/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, Jakarta.
Indonesia,2003. Kebijakan dan strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan,
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesai Nomor :
004/MENKES/SK/2003, Jakarta.
Indonesia, Desember 2003. Laporan Kegiatan Desentralisasi, Tahun 2003. Jakarta.
Indonesia, Juni 2004. Pedoman Penyusunan Sistem Kesehatan Daerah, Jakarta.
Indonesia, 2004 Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta.
- 26 -
Laksono Trisnanto, 2004. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi Dalam Manajemen
Rumah Sakit. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Laksono Trisnanto, 2004. Desentralisasi Sistem Kesehatan, Konsep-konsep, Isu-isu,
dan Pengalaman di berbagai Negara. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Liz Clarke. 1999. The Essence of Change Management. Andi. Yogyakarta.
Medika Online. 2000. Desentralisasi Kesehatan, Implementasi dan Konsekuensinya.
Medika, Mei.
Nugroho Wiyadi dan Jati Untari, 2004. 3 Tahun Perjalanan Desentralisasi
Kesehatan di Indonesia . Apa yang Sudah Dicapai dan Apa Yang Belum ?
Apa Perlu Re-Sentralisasi. Resume Seminar PMPK FK.UGM, 17 - 19
Maret 2004, Yogyakarta.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan,2004.
Pengalaman Penelitian Dan Pengembangan Sistem Kesehatan Daerah
(SKD) Dalam Rangka Otonomi Daerah Di Propinsi NTB, KALTIM, dan
JAWA TIMUR, Surabaya.
Robbins Stephen, 2002. Perilaku Organisasi (Versi Bahasa Indonesia ) Edisi I dan II.
Pearson Education Asia, Jakarta.
- 27 -
Robbins, Stephen, Rekomendasi dan Kesepakatan Pertemuan Sosialisasi Kebijakan
Pembangunan Kesehatan. Surakarta 14 Oktober 2003.
Siswanto, Poerwani, Haridjaja, Handayani,L, Ma’ruf Nirmala, 2002. Modul Pelatihan
Advokasi Bidang kesehatan Bagi Mnajer Puncak Tingkat Kabupaten/Kota.
Pusat Penelitian Pengembangan pelayanan dan Teknologi Kesehatan.
Surabaya.
Sutarto, 1993. Dasar-Dasar Organisasi. Gadjah Mada University Press, Hal 158 –
171.
Suwandi Makmur, 2003. Implementasi PP 8 tahun 2003 Terhadap Masa Depan
Kelembagaan Dinkes Kabupaten/Kota. Workshop PMPK FK.UGM 23 Juni
2003 Yogyakarta.
Syaukani, Gaffar Affan, Rasyid Ryaas, 2002. Otonomi Daerah dalam Negara
Kesatuan. Kerjasama Pusat Kajian Etika Politik dan Pemerintahan dengan
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Tjipto Suwandi dan Stefanus Supriyanto, 2002. Health Reform/Decentralizaztion in
the East Java Province (First Phase) University of Airlangga, Faculty of Public
Health. Surabaya
Recommended