MANAJEMEN STRATEGI GURU DALAM MENUMBUHKAN NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK di MADRASAH IBTIDAIYAH MADANI ALAUDDIN
PAO-PAO KABUPATEN GOWA
TEACHER STRATEGY MANAGEMENT IN GROWING CHARACTER VALUES OF EDUCATION OF STUDENT IN ELEMENTARY SCHOOL IN MADRASAH
IBTIDAIYAH MADANI ALAUDDIN PAO-PAO GOWA DISTRICT
TESIS Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Megister
Pendidikan Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
JUNAEDI Nim : 1050601.043.16
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama : Junaedi
NIM : 1050601.043.16
Program Studi : Pendidikan Dasar
Institusi : Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar
Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa TESIS ini secara
keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali pada bagian-
bagian yang dirujuk sumbernya.
Makassar, 2019
Saya yang menyatakan
Junaedi
MOTTO
حيم ن ٱلره حم ٱلره بسم ٱلله
ل افوا و ئك ة أ له ت خ ل ل يهم ٱلم ل ع موا ت ت ن زه ثمه ٱست ق بن ا ٱلله نوا إنه ٱلهذين ق الوا ر ت حز
دون نهة ٱلهتي كنتم توع أ بشروا بٱلج ٣٠و
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah
Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka
malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:
"Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah
kepadamu"
PERSEMBAHAN
Teriring dzikir dan do‟a penuh harap Kepada-Mu Ya Allah SWT.
Sebagai ibadahku dalam menuntut ilmu atas perintah-Mu dan atas segala
Ridho-Mu yang selalu mengiringi setiap langkahku……
Atas nama cinta setulus hati karya ini ku persembahkan kepada:
Ayah, Ibunda tercinta (Rabading dan Nursiah) kakak dan adik tercinta
(Jusnadi dan Dilla Nurul Febrianti) dan segenap keluarga besarku yang
selalu sabar membimbing dan memberikan jutaan kasih sayangnya selalu
mendo‟akan dengan penuh ikhlas dan memberi motivasi padaku untuk
berusaha selalu memberikan yang terbaik.
Para Guru dan Dosen yang telah memberikan ilmu tiada henti semoga
untaian do‟a tiada jenuh teralir hingga yaumul akhir
Dan segenap sahabat-sahabatku yang tak bisa disebutkan satu persatu,
serta semua mahasiswa Pascasarjana DIKDAS Universitas
Muhammadiyah Makassar
PRAKATA
Segala puji syukur bagi Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan taufik-Nya kepada seluruh umat manusia, sehingga kita tetap
iman dan Islam, serta komitmen sebagai insan yang haus akan ilmu
pengetahuan.
Tesis ini disusun untuk memenuhi tugas akhir, sebagaimana syarat
yang harus dipenuhi dalam jenjang perkuliahan di pascasarjana khususnya di
Unismuh Makassar
Selesainya penyusunan Tesis berkat bimbingan dari dosen yang sudah
ditetapkan, dan juga berkat bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu,
sudah sepatutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E,. M.M. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Sulfasyah, S. Pd., M. Pd., Ph.D selaku ketua jurusan program studi
pendidikan dasar Unismuh Makassar yang senantiasa membimbing kami
dalam hal ilmu pengetahuan.
3. Dr. Darwis Muhdina, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana yang selalu
memberikan dorongan semangat dalam mengemban ilmu pengetahuan
selama perkuliahan.
4. Dr. Abd. Azis Muslimin, M.Pd dan Dr. Rosleny Babo, M.Pd. selaku dosen
Pembimbing Tesis yang telah membimbing selama dalam penyusunan
Tesis.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Pascasarjana Pendidikan Dasar Unismuh
Makassar yang telah berjasa menghantarkan penulis untuk mengetahui
arti pentingnya ilmu pengetahuan.
6. Kedua orang tua yang tercinta yang telah memberikan bimbingan,
dukungan moral dan spiritual selama studi, serta senantiasa menberikan
kasih sayangnya yang tidak ternilai harganya.
7. Teman-teman angkatan 2016 program studi Ilmu Pendidikan Dasar yang
selalu ada dalam kebersamaan dan bantuannya, baik suka maupun duka
selama ini, serta memberikan motivasi.
Dengan penuh harapan, semoga jasa kebaikan kita semua diterima
Allah SWT. Dan tercatat sebagai amal shalih. Jazakumullah khoirul jaza‟.
Akhirnya, karya ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca dengan
harapan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi pengembangan
dan perbaikan, serta pengembangan lebih sempurna dalam kajian-kajian
pendidikan Islam. Semoga karya ini bermanfaat dan mendapat ridha Allah
swt. Amin.
Makassar, 2019
Penulis
Junaedi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................ iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
PRAKATA ................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN:
A. Latar Belakang Masalah .........................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
D. Manfaat Penelitian ..................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu .................................................................
B. Teori dan Konsep Strategi Guru Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter
1. Strategi ..........................................................................
2. Guru ...............................................................................
3. Nilai ..............................................................................
4. Pendidikan Karakter ......................................................
5. Tujuan Pendidikan Karakter di Sekolah .......................
6. Peserta Didik .................................................................
C. Paradigma Penelitian ..............................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ............................
B. Lokasi dan waktu penelitian ...................................................
C. Subjek Penelitian ....................................................................
D. Langkah-Langkah Penelitian ..................................................
E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................
F. Tekhnik Analisis Data ............................................................
G. Hipotesis Statistik ...................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Paparan Data
1. Deskripsi Sekolah ..........................................................
2. Sejarah Sekolah .............................................................
3. Visi, Misi dan Tujuan ....................................................
4. Data Guru dan Karyawan ..............................................
5. Data peserta didik ..........................................................
6. Sarana dan Prasarana .....................................................
B. Paparan dimensi Penelitian
1. Perencanaan Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai Karakter
Peserta didik ................................................................
2. Pelaksanaan Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai Karakter
Peserta didik ................................................................
3. Evaluasi Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai Karakter Peserta
didik .............................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN .................................................................................................
DAFTAR TRANSLITERASI
1. Didalam naskah Tesis ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis
(technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf
Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut
adalah sebagai berikut:
ARAB LATIN
Kons. Nama Kons. Keterangan
Tidak dilambangkan (harf madd)
B B Be ب
T T Te ت
Ts Th Te dan Ha ث
J J Je ج
Ch ḥ Ha (dengan titik dibawah) ح
Kh Kh Ka dan Ha خ
D D De د
Dz Dh De dan Ha ذ
R R Er ر
Z Z Zet ز
S S Es س
Sy Sy Es dan Ha ش
Sh ṣ Es (dengan titik dibawah) ص
DI ḍ De (dengan titik dibawah) ض
Th ṭ Te (dengan titik dibawah) ط
Dh ẓ Zet (dengan titik dibawah) ظ
Koma terbalik diatas „ „ ع
Gh Gh Ge dan Ha غ
F F Ef ف
Q Q Qi ق
K K Ka ك
L L El ل
M M Em م
N N En ن
W W We و
H H Ha ھ
A . Apostrof ء
Y Y Ye ي
2. Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yanf lambangnya
berupa gabungan antara harakat dengan huruf,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan
gabungan huruf sebagai berikut:
a. Vokal rangkap (ى و) dilambangkan dengan gabungan huruf aw, al yawm. b. Vokal rangkap ( ي ) dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya:
misalnya al bayt.
3. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya
berupa harakat dan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf dan tanda macron (coretan horisontal) di atasnya, misalnya ( ت ,(al-fatihah = ا ل ل ل مو ) ت ع ع = al-„ulum), dan ( ق م .(qimah = ي
4. Syaddah atau tasdid yang dilambangkan dengan tanda
syaddah atau tasyid, transliterasi dalam tulisan Latin
dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang
bertanda syaddah itu, misalnya ( د = haddun), ( د =
saddun), (
يط ب = tayyib).
5. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan
dengan huruf alif-lam transliterasinyadalam tulisan Latin
dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah dari kata yang
mengikuti dan diberi tanda hubung misalnya ( بب ) ,(al-bayt = اي
تمب .(‟al-sama = لا
6. Ta‟ marbutah mati atau yang dibaca ber-harakat sukun, tranliterasinya dalam
tulisan Latin di lambangkan huruf “t”, misalnya ( ؤع ع له لب ر = ي ru‟yat al-hilal).
7. Tanda spostrof („) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang
terletak ditengah atau di akhir kata, misalnya ( ؤع ع ر ,(ruhyah = ي ء ) ق ع .(‟fuqoha = لات
ABSTRAK
Tesis dengan judul “Strategi Guru kelas dalam menumbuhkan Nilai Karakter Peserta Didik (Studi Kasus MI Madani Alauddin Pao-Pao Gowa)” ini ditulis oleh Junaedi dibimbing oleh Dr. Abdul Azis Muslimin, M.Pd dan Dr.Rosleny Babo, M.Si
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa penerapan Pendidikan Karakter kini sudah mulai dicanagkan oleh berbagai lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga menengah maka dari itu perlu diteliti mengenai keberhasilan pada pelaksanaan penerapan pendidikan karakter tersebut. Guru mempunyai kedudukan khusus dalam langkah penananaman nilai-nlai ini untuk meciptakan generasi penerus yang berakhlak mulia, guru dipercaya mampu memberikan kontribusi pada masyarakat. Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik yang semuanya ingin diperhatikan. Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui perhatian guru yang positif, sebaliknya perhatian yang negatif akan menghambat perkembangan peserta didik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kulitatif dengan teknik pemaparan informan temuan secara deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan observasi partisipan, wawancara mendalam, serta analisis dokumentasi.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam menumbuhkan nilai karakter peserta didik, Kepala Madrasah dan stack Holder merumuskan dan merencanakan program-program pembiasaan di sekaolah baik di dalam maupun di luar kelas. Perencanaan tersebut kemudian direalisasikan setiap hari seperti menjemput kedatangan peserta didik, Murojaah Hafalan surah-surah, Mengaji, Shalat duha dan shalat duhur secara berjamaah. Selain program unggulan yang diterapkan di Madrasah, Guru kelas memiliki strategi tertentu dalam menumbuhkan nilai karakter peserta didik seperti Kultum setalah shalat Duha, Membaca Ayat Kursi, Budaya Literasi, Ice Breaking disela-sela pembelajaran, Sabtu sehat dan gizi juga penumbuhan karakter lainnya. Tidak hanya sekedar strategi yang diterapkan, melainkan guru kelas melakukan evaluasi kegiatan baik lisan maupun tulisan, juga dilakukan evaluasi melalui komunikasi oleh orangtua peserta didik.
Kata Kunci : Strategi Guru, Nilai, Pendidikan Karakter, Peserta Didik.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makhluk Allah yang diberi kewajiban dalam mencari ilmu adalah
manusia.Yang mana ilmu tersebut berguna untuk bekal kehidupannya di
dunia maupun diakhirat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
طلب العلم فريضة على كل مسلم
Artinya : Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.
Selain itu, dijelaskan dalam al-Quran surat al-Mujadalah ayat 11
yang berbunyi:
يرفع الله الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات والله بما تعملون خبير
Terjemahannya : Allah akanmeninggikan orang-orang yang beriman di antaramudan orang-orang yang diberiilmupengetahuanbeberapaderajat (Q.s. al-Mujadalah : 11).
Selanjutnya, setelah manusia memiliki ilmu pengetahuan mereka
berkewajiban untuk mengamalkan/mengajarkan ilmu yang sudah mereka
peroleh. Dalam mengamalkan atau mengajarkan ilmu tersebut, hendaknya
seorang guru memiliki wawasan tentang system pembelajaran.Salah
satunya yakni strategi pembelajaran. Strategi merupakan hal yang sangat
penting dalam proses belajar mengajar. Apabila dalam proses pendidikan
tidak menggunakan strategi yang tepat maka harapan tercapainya tujuan
pendidikan akan sulit untuk diraih. Dalam al-Qur’an dan beberapa hadist
juga menganjurkan untuk menggunakan strategi dalam proses
pembelajaran. Strategi pembelajaran yang termuatdalam al-Quran salah
satunya termuat dalam Surah an-Nahl ayat 125
ادع الى سبيل ربك بلحكمه والموعظة الحسنة وجادلهم بالتى هي احسن ان
ك هو اعلم بمن ضل عن سبيله وهواعلم بلمهتدين «۱۲۵ النحل :»رب
Terjemahannya : (Wahai Nabi Muhmmad SAW) Serulah (semua manusia) kepada jalan (yang ditunjukkan) Tuhan pemelihara kamu dengan hikmah (dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka) dan pengajaran yang baik dan bantalah mereka dengan (cara) yang terbaik. SesungguhnyaTuhan pemelihara kamu, dialah yang lebih mengetahui (tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk). Di era modernisasi kini, metodologi pembelajaran mengalami
perkembangan dan kemajuan, kalangan guru baik guru umum, guru mata
pelajaran, maupun guru pendidikan islam telah memahami betapa
pentingnya strategi dalam pelaksanaan pembelajaran. Pada umumnya
mereka memilih dan menerapkan strategi yang dapat memberi peluang
kepada peserta didik untuk belajar demokratis dan meransang timbulnya
inspirasi, kreasi, inovasi, mencari, menemukan, dan menyelesaikan
masalah dengan usahanya sendiri. Dengan strategi yang tepat peserta
didik didorong untuk memperoleh pengetahuan dengan aktivitas,
kreativitas, dan caranya sendiri sehingga tumbuh kemampuan dan
kecintaannya pada kegiatan belajar.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk
mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat
memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena
merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang
berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing - masing yang tidak
sama dengan orang lain. Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya
memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga
pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak dari yang tidak
mengerti menjadi mengerti , dari yang tidak paham menjadi paham serta
dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kenyataanya anak
seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik.
Dalam pendidikan diperlukan peran guru sebagai pendidik dan
pengajar yang profesional, materi yang relevan dengan kebutuhan,
metode yang tepat untuk mencapai tujuan, evaluasi sebagai alat
mengukur kemampuan serta sarana dan prasarana untuk mendukung
kegiatan pembelajaran. Begitupun dengan siswa dan lingkungannya
sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Ia harus pula pandai
memilih metode yang sesuai untuk menyajikan materi tersebut. Oleh
karena itu agar pendidikan dan pengajaran yang di paparkan guru kepada
anak didik memperoleh respon positif pula (terjadi keseimbangan antara
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik) maka hendaklah guru dapat
mengaplikasikan metode pengajarannya semenarik mungkin. Karena
metode yang digunakan di sekolah di rasakan masih kurang menciptakan
suasana kondusif dan menyenangkan bagi peserta didikuntuk dapat
mempelajari serta mencerna isi atau materi pelajaran. Hal ini siswa kurang
kosentrasi bahkan menjadi malas dalam mengikuti mata pelajaran di
sekolah.
Guru mempunyai kedudukan khusus dalam masyarakat bahkan
sejak masa lalu. Sepak terjang serta lagak lagunya banyak mewarnai
kehidupan, baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Mereka
sering tampil di panggung pembicaraan orang banyak, dan menjadi berita
hangat media masa.Dalam masyarakat juga dikenal slogan : guru harus
(dapat) digugu dan ditiru dan guru kencing berdiri, murid kencing berlari.
Dalam slogan tersebut tersirat pandangan serta harapan tertentu dari
masyarakat terhadap guru. Memang tidak dinyatakan siapa yang harus
menggugu dan menirunya, apakah terbatas pada peserta didiknya atau
berlaku juga untuk seluruh masyarakat.
Namun kenyataan menunjukkan dari ketentuan atau kaidah
masyarakat, manakala guru itu menyimpang dari apa yang diharapkan
masyarakat daripadanya. Masyarakat langsung memberikan suara
sumbang kepadanya, bahkan sering pula suara sumbang itu di tunjukkan
kepada seluruh jajaran guru. Kenakalan anak yang kini merajalela di
beberapa tempat, sering pula tanggung jawabnya di tundingkan kepada
guru sepenuhnya. Dalam kedudukan seperti itu sebenarnya guru tidak lagi
hanya dipandang sebagai pengajar di kelas, namun mereka di harapkan
pula tampil sebagai pendidik, bukan saja terhadap anak didiknya di kelas
melainkan juga sebagai pendidik di masyarakat yang seyogyanya
memberikan teladan yang baik kepada seluruh masyarakat.
Dalam kedudukan ini mereka kembali tampil sebagai orang yang
harus digugu dan ditiru, bahkan oleh seluruh masyarakat, manakala
seorang guru berhasil atau dianggap berhasil memenuhi harapan
masyarakatitu, ia pun mendapatkan tempat khusus di mata masyarakat. Ia
menjadi tempat bertanya, tempat terhormat, dan berbagai jabatan serta
kedudukan disodorkan kepadanya.
Dalam pembelajaran dikelas, guru berhadapan dengan sejumlah
peserta didik yang semuanya ingin diperhatikan. Peserta didik akan
berkembang secara optimal melalui perhatian guru yang positif,
sebaliknya perhatian yang negatif akan menghambat perkembangan
peserta didik. Mereka senang jika mendapat pujian dari guru, dan merasa
kecewa jika kurang diperhatikan atau diabaikan.Guru merupakan
faktorpenting yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar,
bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dan dalam
belajar. Demikian halnya dengan pengembangan pendidikan karakter
yang menuntut aktifitas, kreatifitas, dan budi pekerti guru dalam
membentuk kompetensi pribadi peserta didik. Oleh karena itu
pembelajaran harus banyak mungkin melibatkan peserta didik, agar
mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan
menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah. Dalam kerangka
inilah perlunya membangun guru, agar mereka mampu menjadi fasilitator
dan mitra belajar bagi peserta didiknya. Sehubungan dengan itu, untuk
membangun karakter guru, sesuai dengan kebutuhan guru dan
perkembangan saat ini. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi
kepada peserta didik, tetapi harus di latih menjadi fasilitator yang bertugas
memberikan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik, agar
mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira,
penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat
secara terbuka merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk tumbuh
dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi
berbagai kemungkinan, dan memasuki era globalisasi yang sarat
tantangan dan persaingan.
Awal abad ke–21 ditandai dengan berbagai perubahan yang
mencengangkan. Kenyataan tersebut telah menghadapkan masalah
pendidikan pada suatu kesadaran kolektif. Sebagai agen perubahan sosial
pendidikan nilai yang berada dalam atmosfer modernisasi dan globalisasi
saat ini dituntut untuk mampu memainkan peranannya secara dinamis dan
pro-aktif. Kehadirannya diharapkan mampu membawa perubahan dan
kontribusi baru yang berarti bagi perbaikan moral manusia, baik pada
tataran intelektual teoritis maupun praktis.
Pendidikan karakter dewasa ini menjadi solusi alternatif bagi
perkembangan siswa menjadi insan ideal.Pendidikan karakter diarahkan
untuk menanamkan karakter bangsa secara menyeluruh, baik
pengetahuan (kognitif), nilai hidup (afektif), maupun tindakan terpuji
(psikomotor).Melalui pendidikan karakter diharapkan lahir manusia
Indonesia yang idealseperti yang dirumuskan dalam UU No 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang Sisdiknas
tersebut menyatakan bahwa fungsi pendidikan Indonesia adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa.
Sedangkan tujuan pendidikan Indonesia adalah berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan
dan fungsi pendidikan nasional tersebut mengandung makna secara
substansi bahwa pendidikan kita diarahkan kepada pendidikan berbasis
pembangunan karakter.
Beragam sekali defenisi pendidikan dari para pakar. UU Nomor 20
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pun mempunyai defenisi tersendiri.
UU Nomor 20 tahun 2003 mendefenisikan Pendidikan Yaitu : “Usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar anak secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.
Menurut Doni Koesoema (2007), hakikat pendidikan adalah adalah
proses penyempurnaan diri manusia terus menerus yang berlangsung dari
generasi yang satu ke generasi yang lain.Dalam peraturan perundangan
disebutkan bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa,
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Sementara tujuan pendidikan karakter secara islam
untuk melahirkan pribadi manusia yang sempurna, beragama, kreatif,
produktif, dan peka terhadap situasi lingkungannya. Manusia sepanjang
hidupnya sebagan besar akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan
pendidikan yang utama tersebut, Keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ke
tiga hal tersebut disebut dengan tripusat pendidikan.
Undang – Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional menyebutkan bahwa satuan pendidikan adalah
kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan pada
jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan anak, tujuan yang akan
dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Sedangkan jenis
pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan
pendidikan suatu satuan pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan
informal adalah jalur pendidikan Keluarga.
Rizal dalam (Suprayogo, 2013:17) Pendidikan dipercayai dapat
mengubah seseorang dari bodoh menjadi pintar. Namun ternyata,
berbekal kepintaran saja tidak cukup. Dalam kehidupan sehari-hari, orang
pintar yang tidak berkarakter, berkepribadian baik, atau berakhlak mulia
justru akan mencelakakan, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang
lain. Kepintaran harus dibarengi dengan karakter atau akhlak mulia.
Bahkan kalau boleh memilih, antara pintar dan berakhlak mulia, lebih baik
memilih yang berakhlak mulia. Bodoh yang berakhlak lebih baik daripada
pintar tetapi minus karakter.
Terjadi kontradiksi dari realita pendidikan sekarang dengan
pengertian pendidikan sendiri. Pengertian pendidikan yang tertuang pada
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun
2003 pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan sendiri adalah upaya sadar
dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi
individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri,
bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak mulia.
Penelitian ini untuk mengkaji bagaimana pelaksanaan guru kelas
dalam menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik di Madrasah
Ibtidaiyah Madani UIN Alauddin Pao-Pao Gowa.
Widyani, 2013: 164, Guru SD/MI yang merupakan guru kelas
mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di
dalam kelas maupun di luar kelas untuk membantu proses perkembangan.
Tugas guru kelas sangat urgen dan penting dalam mengimplementasikan
dan menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik.
Menurut Sopidi (2010: 38-39), guru kelas berperan sebagai: 1)
sebagai pemimpin menengah (middle manager); 2) sebagai mitra
siswa(guru kelas merupakan pengganti orang tua di sekolah); 3) sebagai
mitra orang tua murid; dan 4) sebagai mitra guru bidang studi.
Zain (2010: 38-39) Hal tersebut merupakan hal yang tidak mudah
untuk dilaksanakan karena faktor siswa yang bukan hanya sebagai
individu dengan segala keunikannya, akan tetapi mereka juga satu
kelompok sosial yang memiliki latar belakang yang berbeda satu sama
lain.
Peneliti akan mendeskripsikan bagaimana sosok guru kelas dalam
menumbuhkan nilai-nilai karakter pada siswa. Karena tidak dapat
dipungkiri bahwa sebagian guru kelas lupa bahkan tidak tahu apa tugas
dan tanggung jawab seorang guru kelas. Guru kelas sebagian besar
hanya mengetahui bahwa tugasnya adalah menata dan mengelola kelas;
mengontrol kehadiran siswa; menyusun administrasi kelas dan
melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggung
jawabnya. Apabila dilihat kembali bahwa peranan guru kelas dirasa
penting untuk mewujudkan tujuan pendidikan karakter pada siswa. Guru
kelas menjadi “ujung tombak” dalam menumbuhkan nilai-nilai pendidikan
karakter kepada siswa baik di sekolah maupun di madrasah. Karena dari
tugas dan peran dalam proses pembelajaran di sekolah dasar, guru kelas
memiliki waktu interaksi yang paling sering dengan siswa dari pada guru
mata pelajaran.
Implementasi pendidikan karakter juga dapat dilakukan dengan
berbagai pendekatan atau metode. Penggunaan pendekatan atau metode
ini diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai karakter yang baik,
sehingga anak tidak hanya tahu tentang karakter yang baik (moral
knowling), tetapi juga diharapkan mereka mampu melaksanakan (moral
action) yang menjadi tujuan utama pendidikan karakter. Diantara
pendekatan atau metode yang digunakan untuk implementasi pendidikan
karakter yaitu: 1) internalisasi nilai; 2) pembelajaran berbuat; 3)
pembudayaan; 4) pembiasaan; 5) keteladanan; 6) pembinaan disiplin; dan
7) pelibatan seluruh warga sekolah dan orang tua (Rizal, 2017: 52-59).
Berangkat dari kenyataan permasalahan tersebut, maka peneliti
tertarik untuk mengangkat fenomena tersebut, dengan menyusun sebuah
tesis yang berjudul “ Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai
Karakter peserta didik(Studi Kasus : MI Madani Alauddin Pao-Pao
gowa).
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini akan difokuskan pada pembahasan terkait strategi
guru dalam menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik, yaitu mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya.
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah perencanaan strategi guru kelas dalam
menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik di MI Madani
Alauddin Pao-Pao ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan strategi guru kelas dalam
menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik di MI Madani
Alauddin Pao-Pao ?
3. Bagaimanakah evaluasi strategi guru kelas dalam menumbuhkan
nilai karakter pada peserta didik di MI Madani Alauddin Pao-Pao ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus permasalahan tersebut, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk Mendeskripsikan tentang perencanaan strategi guru kelas
dalam menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik di MI Madani
Alauddin Pao-Pao ?
2. Untuk Mendeskripsikan tentang pelaksanaan strategi guru kelas
dalam menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik di MI Madani
Alauddin Pao-Pao ?
3. Untuk Mendeskripsikan tentang evaluasi strategi guru kelas dalam
menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik di MI Madani
Alauddin Pao-Pao ?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Secara teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap
pengembangan ilmu dalam menumbuhkan nilai-nilai pendidikan karakter
khususnya perilaku siswa.
2. Secara Praktis:
a. Bagi Kepala Sekolah
Penerapan pelaksanaan pendidikan karakter dapat bermamfaat
menjadikan pijakan dasar untuk lembaga atau sekolah dalam kaitannya
menentukan kurikulum pengajaran pendidikan yang berbasis karakter
yang lebih baik untuk masa depan.
b. Bagi Guru
Sebagai bahan evaluasi, usaha untuk memperbaiki kualitas dan
sebagai guru profesional dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran
yang dilakukan. Khususnya dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran yang berkarakter,
C. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bahwa hasil kajian ini dimaksudkan agar bermamfaat sebagai
petunjuk, arahan, acuan, serta bahan pertimbangan bagi peneliti atau
istansi yang mengadakan pengkajian lanjut yang relevan dan sesuai
dengan hasil kajian ini.
D. Perpustakaan
Sebagai bahan referensi kajian karya ilmiah yang berguna untuk
kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian yang Relevan
Peneliti mencoba mengungkap penelitian terdahulu,sebagai langkah
pemetaan teoritik,untuk menghindari pengulangan kajian dan juga untuk mencari
posisi dari penelitian ini. Tentang penelitian pendidikan karakter, terdapat penelitian
terdahulu yg relevan dengan penelitian yang akan di teliti oleh penulis. Adapun
penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
Nama
Judul
Persamaan
Perbedaan
1. Minarni Puji
Sulistyarini.Tesis.
Universitas Negeri
malang. Program
Studi Pendidikan
Luar Sekolah.2014
Pola penanaman nilai-
nilai karakter pada
anak usia dini (Studi
Kasus di little camel
school mojokerto)
Memfokuskan pada
penanaman nilai-
nilai karakter pada
peserta didik.
Penelitian ini
memfokuskan pada
penanaman nilai-nilai
karakter pada peserta
didik. Metode yang
digunakan adalah
penelitian kualitatif
deskriptif
2. Abu Hasan
Agus R. Thesis.
Pendidikan Anak
Usia Dini Islam.
Pascasarjana UIN
Sunan Kalijaga
Yogyakarta. 2011
Penanaman Nilai
-nilai Pendidikan
Agama Islam
Pada Anak Usia
Dini Melalui Cerita di
Taman Kanak-kanak
Bina Anaprasa Nurul
Jadid Paiton
Probolinggo.
Persamaanya
Yaitumemfokuskan
pada Penanaman
Nilai-nilai. Metode
yang digunakan
adalah penelitian
kualitatif.
Penelitian ini
memfokuskan pa
da Penanaman Nilai
-nilai Pendidikan
Agama Islam Pada
Anak Usia Dini Melalui
Cerita di Taman Kanak
-kanak.Jenis
penelitianadalah
penilaian
tindakan kelas. Metode
yang
digunakan adalah
penelitian kualitatif
deskriptif.
3. Desy Anindia
Rosyida,
Skripsi.
PGMI
UIN MALIKI
Malang 2012.
Implementasi
Pendidikan
Karakter Siswa
Melalui Kegiatan
Keagamaan di MI
Raudiotun Nasin
Purwokerto
Srengat Blitar.
Persamaanya
Yaitumemfokuskan
pada penerapan
Pendidikan
Karakter pada
siswa.
Penelitian ini
memfokuskan pada
implementasi
Pendidikan Karakter
Peserta Didik melalui
kegiatan keagamaan
dan Kendala beserta
solusinya. Metode
yang digunakan
adalah penelitian
kualitatif deskriptif.
4. Fartika
Ifriqia.Thesis.
Manajemen
Pendidikan.
Pascasarjana
Universitas
Negeri Surabaya.
2007
Sosialisasi Nilai
-nilai Budaya
Sekolah di SD
Negeri Banjaran
IV Kota Kediri
Persamaanya
yaitu
memfokuskan
pada penanaman
Nilai-nilai Pada
Peserta Didik
Penelitian ini
memfokuskan pada
Sosialisasi Nilai
-nilai Budaya Sekolah
Peserta Didik. Metode
yang digunakan adalah
penelitian kualitatif
deskriptif.
5. Maftuhin,
Thesis,
Manajemen
Pendidikan
Islam,
Pascasarjana
UIN MALIKI
Malang. 2009.
Pengaruh Arahan
Pendididkan Oleh
Keluarga dan
kompetensi Guru
terhadap
Pembentukan
Karakter (character
building) Siswa
SMP Al Izzah
Islamic Boarding
School Batu.
Persamaanya
yaitu
memfokuskan
pada
Pembentukan
Karakter (character
building) siswa.
Penelitian ini
memfokuskan pada
kajian Keluar
ga dan
kompetensi Guru
terhadap
Pembentukan
Karakter. Metode
yang digunakan
adalah penelitian
kuantitatif.
6. Mohammad
Ahyan Yusuf
Peranan Guru
Pendidikan
Persamaanya
yaitu
Penelitian ini
memfokuskan pada
Sya‟bani.
Thesis,
Pendidikan
Islam,
Pascasarjana
UIN Sunan
Kalijaga
Yogyakarta.
2014.
Agama Islam
Dalam
Penanaman Nilai
-nilai Karakter
Terhadap Siswa
Sekolah Menegah
Kejuruan (Studi
Kasus Guru PAI
SMK
Muhammadiyah
Imogiri dan SMK
Nasional Bantul).
memfokuskan
pada penanaman
nilai-nilai
Karakter pada
Peserta Didik.
penanaman nilai
-nilai
Karakter pada
Peserta Didik.
Metode yang
digunakan adalah
penelitian kualitatif
deskriptif.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya
mencoba mengambil celah mengenai tema yang akan di kaji dalam penelitian ini
mengenai strategi guru dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter pada peserta didik
(Studi kasus di MI Madani Alauddin Pao-Pao).
B. Konsep Mengenai Strategi
Saat ini pembelajaran yang karakter sedang gencar-gencarnya dilaksanakan
sesuai dengan amanat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada puncak
peringatan Hardiknas 11 Mei 2010, pada tingkat pendidikan mulai dari pendidik
dasar hingga pendidik menengah. Penerapan Pendidikan Karakter kini sudah mulai
diterapkan oleh berbagai lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga
menengah maka dari itu perlu diteliti mengenai keberhasilan pada pelaksanaan
penerapan pendidikan karakter tersebut yang saat ini sedang gencar-gencarnya
sedang dilaksanakan pada peserta didik.
Menurut Ramli 2003 (dalam Heri Gunawan) pendidikan karakter memiliki
esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan
akhlak.Pemerintah dan rakyat Indonesia, dewasa ini tengah gencar-gencarnya
mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan, mulai dari tingkat
dini (PAUD), sekolah dasar (SD/MI), sekolah menengah (SMA/MA), hingga
perguruan tinggi (Suyadi, 2013: 1-2). Lingkungan pendidikan sekolah menjadi tanah
subur bagi pertumbuhan karakter anak didik antara lain : pemahaman tentang
sekolah sebagai wahana aktualisasi nilai, penghayatan momen-momen perjumpaan
antara guru dan siswa, baik yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas
(Koesoema, 2010: 222-224). Nilai-nilai karakter yang telah dirumuskan oleh
Kemendiknas ada 18 nilai karakter, yaitu : 1) religius; 2) jujur; 3) toleransi; 4) disiplin;
5) kerja keras; 6) kreatif; 7) mandiri; 8) demokrasi; 9) rasa ingin tahu; 10) semangat
kebangsaan; 11) cinta tanah air; 12) menghargai prestasi; 13)
bersahabat/komunikastif; 14) cinta damai; 15) gemar membaca; 16) peduli
lingkungan; 17) peduli sosial; dan 18) tanggung jawab (Tim DPP FITK UIN SUKA,
2011: 11-23). Pendidikan karakter yang semakin hari semakin mendapatkan
pengakuan dari masyarakat Indonesia. Terlebih dengan dirasakannya berbagai
ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini,
semisal kasus korupsi, perkembangan seks bebas pada kalangan remaja,
penggunaan narkoba, tawuran pelajar, kebut-kebutan dijalan para pelajar, minuman
keras, pembunuhan, rampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan sekolah
menengah atas (Afandi, 2011: 85).
1. Pengertian Strategi
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan
sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu
peperangan. Seorang yang berperan dalam mengatur strategi untuk memenangkan
peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana
kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas.
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dari pengertian di atas, yaitu :
1. Strategi merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan
pemamfaatan berbagai sumber daya/kekuatan.
2. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya arah dari semua
keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh karena
itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas
yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam
implementasi suatu strategi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan strategi khususnya
pembelajaran digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap
strategi memiliki kekhasan sendiri–sendiri. Guru harus mampu memilih strategi yang
dianggap cocok dengan keadaan. Oleh sebab itu, guru perlu memahami prinsip-
prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran berikut :
a. Berorientasi pada tujuan
Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan
guru, hal ini yang seringkali dilupakan oleh guru. Guru yang senang berceramah,
hampir setiap tujuan menggunakan strategi penyampaian, seakan-akan berpikir
bahwa segala jenis tujuan dapat dicapai dengan strategi yang demikian.
b. Aktivitas
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah
berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas peserta didik.
Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, juga meliputi aktivitas yang
bersifat psikis seperti aktivitas mental. Guru sering lupa dengan hal ini. Banyak guru
yang terkecoh sikap peserta didik yang pura-pura aktif padahal sebenarnya tidak.
c. Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu peserta didik.
Walaupun mengajar pada sekelompok peserta didik namun pada hakikatnya yang
ingin di capai adalah perubahan perilaku setiap peserta didik. Di lihat dari segi
jumlah peserta didik sebaiknya standar keberhasilan guruditentukan setinggi-
tingginya. Semakin tinggi standar keberhasilan ditentukan, maka semakin
berkualitas proses pembelajaran.
d. Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi
peserta didik. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuaqn kognitif saja,
akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Oleh
karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek
kepribadian peserta didik secara terintegritas.
C. Tugas Guru sebagai Pendidik
a. Tugas guru
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian. Sebab
orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut
sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai
guru yang profesional yang harus mengusai betul seluk-beluk pendidikan dan
pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan
dikembangkan melalui pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.
Oleh sebab itu guru adalah figur seorang pemimpin. Ia adalah sosok
arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai
kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi
seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Maka jika kita bicara tugas guru, sesungguhnya ia mempunyai tugas yang
banyak, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk
pengabdian. Namun demikian juga dikelompokkan maka guru memiliki tiga jenis
tugas, yaitu : (1) tugas guru dalam bidang profesi (2) tugas kemanusiaan (3) tugas
dalam bidang kemasyarakatan.
Pertama, guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru. Dan hal ini tidak semua orang dapat melakukannya.
Dalam konteks ini tugas guru meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Atau tugas guru
sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada
anak didik. Sedangkan tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak anak didik.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Atau dengan kata lain tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan
keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.
Sehingga secara makro tugas guru adalah menyiapkan manusia susila yang cakap
yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara.
Kedua, tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati ia
menjadi idola para siswanya. Oleh karena itu harus mampu memahami jiwa dan
watak anak didik. Maka pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi
motivasi bagi siswanya dalam belajar. Jika seorang guru dalam penampilannya
sudah tidak menarik , maka kegagalan pertama adalah tidak dapat menanamkan
benih pengajarannya kepada para siswanya. Guru harus menanamkan
nilaikemanusiaan kepada anak didik. Dengan begitu anak didik mendidik aga
rmempunyai sifat kesetiakawanan sosial.
Ketiga, tugas guru di bidang kemasyarakatannya. Dalam bidang ini guru
mempunyai tugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara
Indonesia yang bermoral pancasila. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor
condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun
dalam kehidupan bangsa sejak dulu, hingga di era kontemporer. Guru tidak hanya
diperlukan oleh para murid di ruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh
masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang
dihadapi masyarakat. Jika dipahami, maka tugas guru tidak hanya sebatas dinding
sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 27 ayat (3) dikemukakan bahwa
guru adalah tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar.
Di samping itu ia mempunyai tugas lain yang bersifat pendukung, yakni membimbing
dan mengelola administrasi sekolah. Tiga tugas ini mewujudkan tiga layanan yang
harus diberikan guru kepada pelajar dan tiga peranan yang harus dijalankannya.
Tiga layanan dimaksud adalah:
a). Layanan intruksional
b). Layanan bantuan (bimbingan dan konseling)
c). Layanan administrasi
Adapun tiga peranan guru adalah:
a). Sebagai pengajar
b). Sebagai pembimbing
c). Sebagai administrator kelas
Sebagai pengajar guru, mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar-
mengajar. Tugas yang mempunyai porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada
garis besarnya meliputi empat pokok, yaitu:
a). Menguasai bahan pengajaran
b). Melaksanakan program belajar-mengajar
c). Melaksanakan, memimpin, dan mengelola proses belajar-mengajar
d). Menilai kegiatan belajar-mengajar
Sebagai pembimbing, guru mempunyai tugas memberi bimbingan kepada
pelajar dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, sebab proses belajar-
mengajar berkaitan keras dengan berbagai masalah di luar kelas yang sifatnya non
akademis.
Tugas guru sebagai administrator mencakup ketatalaksanaan bidang
pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya seperti mengelola kelas,
memanfaatkan prosedur dan mekanisme pengelolaan tersebut untuk melancarkan
tugas-tugasnya, serta bertindak sesuai dengan etika jabatan.
Menurut Roestiyah N.K bahwa guru dalam mendidik anak didik bertugas
untuk:
1. Menyelenggarakan kebudayaan terhadap anak didik berupa kepandaian,
kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.
2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai dengan cita-cita dan
dasar negara kita Pancasila.
3. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik.
4. Sebagai pelantara dalam belajar. Artinya dalam proses belajar guru hanya
sebagai pelantara/medium, anak harus berusaha sendiri mendapatkan
suatu pengertian/insigt, sehingga timbul perubahan dalam pengetahuan,
tingkah laku dan sikap.
5. Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke arah
kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak
menurut sekehendaknya.
6. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Anak nantinya
akan hidup dan bekerja, serta mengabdikan diri dalam masyarakat,
dengan demikian anak harus dilatih dan dibiasakan di sekolah di bawah
pengawasan guru.
7. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata
tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalani lebih dahulu.
8. Guru sebagai administrator dan menajer
9. Pekerjaan gur sebagai suatu profesi. Orang yang menjadi guru karena
terpaksa tidak dapat bekerja dengan baik, maka harus menyadari benar-
benar pekerjaannya sebagai suatu profesi.
10. Guru sebagai perencana kurikulum.
11. Guru sebagai pemimpin (guidance worker). Guru mempunyai kesempatan
dan tanggungjawab dalam banyak situasi untuk membimbing anak ke
arah pemecahan soal, membentuk keputusan, dan menghadapkan anak-
anak pada problem.
12. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.
b. Tanggung jawab guru
Tuntutan pada profesionalisme terhadap anak didik, sudah pasti akan
menambah tanggungjawab guru. Dengan menyadari besarnya tanggungjawab guru
terhadap anak didiknya, hujan dan panas bukanlah menjadi penghalang bagi guru
untuk selalu hadis di tengah-tengah anak didiknya.
Bagi guru pendidikan agama Islam (PAI) tugas dan kewajiban seperti yang
telah disebutkan sebelumnya merupakan amanah yang harus diterima guru atas
dasar pilihannya untuk memangku jabatan guru. Amanat tersebut wajib
dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab. Hal ini sejalan dengan firman Allah
Swt., dalam al-Qur’an surat an-Nisa; (4) : 58, Terjemahannya adalah :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat”. Berdasarkanterjemahan Ayat di atas, mengandung makna bahwa
tanggungjawab guru adalah amanah yang harus dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya, penuh keikhlasan dan mengharapkan ridha Allah Swt. Tanggungjawab guru
adalah keyakinannya bahwa segala tindakannya dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban disadarkan atas pertimbangan profesional (profesional judgment) secara
tepat. Pekerjaan guru menutut kesungguhan dalam berbagai hal. Karenanya, posisi
dan persyaratan para “pekerja pendidikan” atau orang-orang yang disebut pendidik
karena pekerjaanya itu patut mendapat pertimbangan dan perhatian yang sungguh-
sungguh pula.
Berikut penulis uraikan beberapa tanggungjawab guru sebagai berikut :
1. Guru harus menuntut murid-murid belajar.
2. Turut serta membina kerikulum sekolah.
3. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, dan
jasmaniah).
4. Memberikan bimbingan kepada murid.
5. Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan
penilaian atas kemajuan belajar.
6. Menyelenggarakan penelitian.
7. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif.
8. Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila.
9. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan
perdamaian dunia.
10. Turut mensukseskan pembangunan.
11. Tanggungjawab meningkatkan peranan profesional guru.
Pertama, tanggungjawab guru dalam menuntut anak-anak belajar yang
terpenting adalah merencanakan dan melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan. Maka untuk mencapai
agar cita-cita ideal tersebut, dan agar pengajarannya berhasil, ada beberapa hal
yang harus dilakukan oleh guru yaitu:
1. Mempelajari setiap murid di kelasnya
2. Merencanakan, menyediakan, dan menilai bahan-bahan belajar yang akan
dan/atau telah diberikan
3. Memilih dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai, kebutuhan dan kemampuan murid dan dengan bahan-
bahan yang akan diberikan
4. Memelihara hubungan pribadi seerat mungkin dengan siswa
5. Menyediakan lingkungan belajar yang serasi.
6. Membantu murid-murid dalam memecahkan berbagai masalah
7. Mengatur dan menilai kemajuan belajar siswa
8. Membuat catatan-catatan yang berguna dan menyusun laporan pendidikan
9. Mengadakan hubungan dengan oran tua murid secara kontinu dan penuh
saling pengertian
10. Berusaha sedapat-dapatnya mencari data melalui serangkaian penelitian
terhadap masalah-masalah pendidikan
11. Mengadakan hubungan dengan masyarakt secara aktif dan kreatif guna
kepentingan para siswa.
Namun demikian, menjadi catatan bagi guru bahwa tanggungjawab guru tidak
hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam otak anak didik. Tapi yang
terpenting adalah membentuk jiwa dan watak anak didik. Sebab pendidikan
dilakukan tidak semata-mata dengan perkataan, tetapi dengan sikap, tingkah laku,
dan perbuatan.
Kedua, membina kurikulum sekolah sekolah. Pada posisi ini guru merupakan
seorang key person yang paling mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang
sesuai dengan tingkat perkembangan murid. Oleh karena sewajarnya apabila ia
turut aktif dalam pembinaan kurikulum di sekolahnya. Dalam hal ini banyak hal-hal
yang dapat dilakukan guru, antara lain; menyarankan ukuran-ukuran yang mungkin
dapat digunakan dalam memilih bahan-bahan kurikulum, berusaha menemukan
minat, kebutuhan dan kesanggupan murid, berusaha menemukan cara-cara yang
tepat agar antara sekolah dan masyarakat terjalin hubungan kerjsama yang
seimbang, mempelajari isi dan bahan pelajaran pada setiap kelas dan meninjaunya
dalam hubungan dengan praktek sehari-hari.
Ketiga, melakukan pembinaan terhadap diri siswa. Seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya bahwa sulitnya mentrasfer ilmu, tidak seberat membina
siswa agar menjadi manusia berwatak (berkarakter) sudah pasti bukan pekerjaan
yang sudah. Agar aspek-aspek kepribadian ini dapat berkembang maka guru perlu
menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk mengalami, menghayati situasi-
situasi yang hidup dan nyata. Dalam konteks ini para guru sebaiknya memberi
kebebasan kepada peserta didik untuk mengenal dunianya. Kemandirian yang
diberikan guru kepada peserta didiknya akan melahirkan siswa yang
bertanggungjawab serta memiliki kepribadian yang mantap.
Anak didik lebih banyak menilai apa yang guru tampilkan dalam pergaulan di
sekolah dan di masyarakat daripda apa yang guru katakan, tapi baik perkataan
maupun apa yang guru tampilkan, keduanya menjadi penilaian anak didik.Oleh
karena itu apa yang dikatakan guru hendaknya dipraktekan dalam kehidupan sehari.
Dan dalam konteks inilah interaksi edukatif akan tercipta. Dimana guru selalu
menunjukkan sikap yang dapat diteladani oleh peserta didik.
Keempat, memberikan bimbingan kepada murid. Patut diingat bahwa
bimbingan diberikan kepada anak didik tujuannya agar mampu mengenal dirinya
sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mampu menghadapi kenyataan dan
memiliki stamina emosional yang baik. Bimbingan ini sebenarnya tidak mesti
menjadi tanggungjawab guru BP saja, seperti yang terjadi pada sekolah umumnya,
akan tetapi penulis berpendapat bahwa semua guru terlibat langsung dalam
memberikan bimbingan, yang menjadikan profesi guru sebagai manusia yang selalu
menjadi tualadan terhadap anak didiknya.
Kelima, melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan
mengadakan penilaia atas kemajuan belajar. Tanggungjawab guru dalam hal ini
menyesuaikan semua setuasi belajar dengan minat, latar belakang dan kematangan
siswa. Juga mempunyai tangungjawab mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar
dan kemajuan belajar serta melakukan diagnosis dengan cermat terhadap kesulitan
dan kebutuhan siswa.
Keenam, menyelenggarakan penelitian. Guru dalam versi ini dituntut tidak
hanya sekedar melaksanakan tugas rutin. Tetapi juga para guru hendaknya jua
melakukan berbagai penelitian. Bagi guru keahlian dalam melakukan penelitian
adalah tugas profesional
Ketuju, mengenal masyarakat dan ikut serta aktif. Pelaksanaan tugas guru
akan secara maksimal jika ia mengenal masyarakat seutuhnyadan secara lengkap.
Harus dipahami dengan baik tentang pola kehidupan, kebudayaan, minat dan
kebutuhan masyarakat, karena peerkembangan sikap, minat, aspirasi anak sangat
dipengaruhi oleh masyarakt sekitarnya. Ini berarti, bahwa dengan mengenal
masyarakat, guru dapat mengenal siswa dan menyesuaikan pelajarannya secara
efektif. Lingkungan yang baik akan menarik anak-anak berakhlak baik. Dan
lingkungan yang jahat akan pula mencoraki watak dan pribadi anak. Oleh sebab itu
haruslah pendidik memperhatikan lingkungan yang berhubungan dengan anak-anak
di luar rumah tangga. Begitu juga harus diperhatikan anak-anak sejawatnya, karena
sesungguhnya pada mereka terdapat pengaruh yang besar terhadap anak-anak
didik. Guru sebaiknya turut aktif dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam
masyarakat. Dalam posisi ini guru akan berpeluang menjelaskan eksistensi sekolah
dan anak didiknya di tengah-tengah masyarakat, sehingga akan tercipta kerjasama
antara lembaga pendidikan dan masyarakt dalam menyelesaikan problem-problem
sekolah dan anak didik.
Kedelapan, menghayati, mengamalkan, dan mengamnkan Pancasila.
Penanaman nilai-nilia Pancasila bagi anak didik barangkali merupakan hal yang
penting. Namun penulis berpendapat bagi guru PAI, disamping menananmkan nilai-
nilai Pancasila, yang terpenting adalah nilai-nilai keagamaan sebaiknya dijadikan
sebagai skala prioritas. Pada tataran ini pendidik lebih banyak dituntut memberikan
keteladanan dalam hal pengamalan ajaran agama dan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kesembilan, menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa. Tanggungjawab
guru adalah mempersiapkan siswa agar mereka menjadi warga negara yang baik.
Penanaman cinta tanah air, mengenal budaya dan adat-istiadat memang bukan
pekerjaan yang mudah. Oleh sebab itu diperlukan usaha yang mesti ditempuh oleh
guru. Disamping harus disediakan sumber-sumber yang relevan, harus juga
mengadakan tour dan kunjungan serta sikap tingkah laku guru sendiri.
Kesepuluh, harus mensukseskan pembangunan. Guru pada posisi ini harus
mampu mengantarkan anak didiknya menjadi masyarakat yang membangun. Bagi
anak penanaman sikap ini sangat urgen, demi pengabdian untuk kepentingan
masyarakat yang diberikan oleh pribadi guru.
Kesebelas, tanggungjawab meningkatkan peranan profesional guru. Tuntutan
kurikulum berbasis kompotensi di satu sisi akan menuntut guru agar senantiasa
meningkatkan profesionalismenya. Sebab tanpa kecakapan guru akan mengalami
kesulitan dalam mengemban dan melaksanakan tugasnya. Sebab guru adalah
profesi. Dalam kamus bahasa Indonesia profesi diartikan, sebagai bidang pekerjaan
yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan lain-lain). dalam
profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus serta baku (standar) layanan.
Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat dilakukan oleh
orang-orang yang secara khusus dipersiapkan untuk itu. Dengan kata lain profesi
bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh
pekerjaan lain.
Oleh sebab itu atas profesi inilah maka meningkatkan kecakapan hidup dan
profesionalisme bagi guru menjadi sebuah keharusan dan keniscayaan.
Kemampuan harus selalu dipupuk dalam diri guru sejak ia mengikuti pendidikan
sampai ia bekerja.
Maka tanggunjawab guru pendidikan agama Islam merupakan amanah, dan
amanah ini harus diwujudkan dalam upaya mengembangkan profesionalismenya
yaitu mengembangkan mutu, kualitas dan tindak-tanduknya.
D. Nilai Karakter
Pepper (dalam Soelaeman, 2005:35) mengatakan bahwa nilai adalah segala
sesuatu tentang yang baik atau yang buruk. Sejalan dengan pengertian tersebut,
Soelaeman (2005) juga menambahkan bahwa nilai adalah sesuatu yang
dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau
yang buruk, sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman
dalam seleksi perilaku yang ketat.
Darmodiharjo (dalam Setiadi, 2006:117) mengungkapkan nilai merupakan
sesuatu yang berguna bagi manusia baik jasmani maupun rohani. Sedangkan
Soekanto (1983:161) menyatakan, nilai-nilai merupakan abstraksi dari pengalaman-
pengalaman pribadi seseorang dengan sesamanya. Nilai merupakan petunjuk-
petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dan
kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, nilai dapat dikatkan sebagai
sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia.
Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan
manusia. Persahabatan sebagai nilai (positif/baik) tidak akan berubah esensinya
manakala ada pengkhianatan antara dua yang bersahabat. Artinya nilai adalah
suatu ketetapan yang ada bagaimanapun keadaan di sekitarnya berlangsung.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas pengertian nilai dapat disimpulkan sebagai
sesuatu yang positif dan bermanfaat dalam kehidupan manusia dan harus dimiliki
setiap manusia untuk dipandang dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai di sini dalam
konteks etika (baik dan buruk), logika (benar dan salah), estetika (indah dan jelek).
Pendidikan secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “Paedogogike”,
yang terdiri atas kata “Pais” yang berarti Anak” dan kata “Ago” yang berarti “Aku
membimbing”. paedogogike berarti aku membimbing anak Hadi (dalam Amalia,
2010). Purwanto (dalam Amalia, 2010) juga menyatakan bahwa pendidikan berarti
segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Hakikat
pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik
haruslah orang yang dewasa, karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak
didik jika pendidiknya sendiri belum dewasa. Adler (dalam Amalia, 2010)
mengartikan pendidikan sebagai proses dimana seluruh kemampuan manusia
dipengaruhi oleh pembiasaan yang baik untuk untuk membantu orang lain dan
dirinya sendiri mencapai kebiasaan yang baik.
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa nilai
pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang mendidik ke arah kedewasaan,
bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya yang diperoleh
melalui proses pendidikan. Proses pendidikan bukan berarti hanya dapat dilakukan
dalam satu tempat dan suatu waktu. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan
manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusia
sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan berbudaya.
a. Nilai karakter Religius
Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam dalam
lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi tidak hanya menyangkut segi
kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi
manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan
(Rosyadi, dalam Amalia, 2010). Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar
manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-
nilai religius yang terkandung dalam karya seni dimaksudkan agar penikmat karya
tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber
pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius dalam seni bersifat individual dan personal.
Semi (1993:21) juga menambahkan, kita tidak mengerti hasil-hasil
kebudayaanya, kecuali bila kita paham akan kepercayaan atau agama yang
mengilhaminya. Religi lebih pada hati, nurani, dan pribadi manusia itu sendiri. Dari
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai religius yang merupakan
nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau
keyakinan manusia.
b. Nilai karakter Moral
Moral merupakan makna yang terkandung dalam karya seni, yang disaratkan
lewat cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema dalam bentuk yang sederhana,
tetapi tidak semua tema merupaka moral (Kenny dalam Nurgiyantoro, 2005: 320).
Hasbullah (dalam Amalia, 2010) menyatakan bahwa, moral merupakan kemampuan
seseorang membedakan antara yang baik dan yang buruk. Nilai moral yang
terkandung dalam karya seni bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal
nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus
dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan
manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang
itu, masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Uzey (2009) berpendapat bahwa nilai
moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau
buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai
adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia.
Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan manusia sehari-
hari.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral
menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang
individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku.
c. Nilai karakter Sosial
Kata “sosial” berarti hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat/ kepentingan
umum. Nilai pendidikan sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku
sosial dan tata cara hidup sosial. Perilaku sosial brupa sikap seseorang terhadap
peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara
berpikir, dan hubungan sosial bermasyarakat antar individu. Nilai pendidikan sosial
yang ada dalam karya seni dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat yang
diinterpretasikan (Rosyadi, dalam Amalia, 2010). Nilai pendidikan sosial akan
menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan
kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya.
Nilai pendidikan sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu
yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap,
bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu
juga termasuk dalam nilai sosial. Dalam masyarakatIndonesiayang sangat beraneka
ragam coraknya, pengendalian diri adalah sesuatu yang sangat penting untuk
menjaga keseimbangan masyarakat. Sejalan dengan tersebut nilai sosial dapat
diartikan sebagai landasan bagi masyarakat untuk merumuskan apa yang benar dan
penting, memiliki ciri-ciri tersendiri, dan berperan penting untuk mendorong dan
mengarahkan individu agar berbuat sesuai norma yang berlaku.
Uzey (2009) juga berpendapat bahwa nilai pendidikan sosial mengacu pada
pertimbangan terhadap suatu tindakan benda, cara untuk mengambil keputusan
apakah sesuatu yang bernilai itu memiliki kebenaran, keindahan, dan nilai
ketuhanan. Jadi nilai pendidikan sosial dapat disimpulkan sebagai kumpulan sikap
dan perasaan yang diwujudkan melalui perilaku yang mempengaruhi perilaku
seseorang yang memiliki nilai tersebut. Nilai pendidikan sosial juga merupakan
sikap-sikap dan perasaan yang diterima secara luas oleh masyarakat dan
merupakan dasar untuk merumuskan apa yang benar dan apa yang penting.
d. Nilai karakter Budaya
Nilai-nilai budaya menurut merupakan sesuatu yang dianggap baik dan
berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa yang belum tentu
dipandang baik pula oleh kelompok masyarakat atau suku bangsa lain sebab nilai
budaya membatasi dan memberikan karakteristik pada suatu masyarakat dan
kebudayaannya. Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat,
hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai
budaya lain dalam waktu singkat. (Rosyadi, dalam Amalia, 2010).
Uzey (2009) berpendapat mengenai pemahaman tentang nilai budaya dalam
kehidupan manusia diperoleh karena manusia memaknai ruang dan waktu. Makna
itu akan bersifat intersubyektif karena ditumbuh-kembangkan secara individual,
namun dihayati secara bersama, diterima, dan disetujui oleh masyarakat hingga
menjadi latar budaya yang terpadu bagi fenomena yang digambarkan.
Sistem nilai budaya merupakan inti kebudayaan, sebagai intinya ia akan
mempengaruhi dan menata elemen-elemen yang berada pada struktur permukaan
dari kehidupan manusia yang meliputi perilaku sebagai kesatuan gejala dan benda-
benda sebagai kesatuan material. Sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi
yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-
hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu, suatu sisitem
nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem nilai
pendidikan budaya merupakan nilai yang menempati posisi sentral dan penting
dalam kerangka suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat
diungkapkan atau dinyatakan melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih
nyata seperti tingkah laku dan benda-benda material sebagai hasil dari penuangan
konsep-konsep nilai melalui tindakan berpola.
E. Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan
formal maupun nonformal pada jenjang pendidikan, dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik merupakan komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen
pendidikan, peserta didik dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain
Pendekatan sosial, Pendekatan psikologis, dan Pendekatan edukatif/paedagogis.
1.Pendekatan sosial, peserta didik adalah anggota masyarakat yang sedang
disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota
masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan
masyarakat yang lebih luas. Peserta didik perlu disiapkan agar pada waktunya
mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri di
masyarakat. Kehidupan masyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga dan
dilanjutkan di lingkungan masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah peserta didik
melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang
berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai sosial yang terbaik
ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman
langsung.
2. Pendekatan psikologis, peserta didik adalah suatu organisme yang sedang
tumbuh dan berkembang. Peserta didik memiliki berbagai potensi manusiawi seperti
bakat, minat, kebutuhan, social-emosianal-personal, dan kemampuan jasmaniah.
Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan
pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh
menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas
dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perbahan dalam struktur, kapasitas,
fungsi, dan efesiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya
perkembangan intelegensi, social, emosional, dan spiritual. Yang berhubungan satu
dengan yang lainnya.
3. Pendekatan edukatif/paedagogis, Pendekatan pendidikan menempatkan peserta
didik sebagai unsur yang penting, memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem
pendidikan yang menyeluruh dan terpadu.
F. Kerangka Pikir
Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab adalah tujuan dari pendidikan nasional pasal 3 Undang-Undang
SISDIKNAS No. 20 tahun 2003. Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional maka
satuan pendidikan memeiliki peranan yang penting dalam mewujudkan tujuan
tersebut. Salah satu caranya adalah memiliki strategi tertentu dalam menumbuhkan
nilai-nilai karakter pada peserta didik.
Menumbuhkan nilai-nilai karakter pada siswa melalui guru kelas adalah
dengan melakulan pembiasaan-pembiasaan atau budaya yang di integrasikan
dengan pembelajaran. Sopidi 2010, mengatakan bahwa guru kelas memiliki peran
sebagai pemimpin menengah, mitra siswa, mitra orang tua, dan mitra sebagai guru
bidang study. Dapa hal alam menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa, beberapa
hal yang perlu di perhatikan adalah sebagai berikut :
Praksis Kegiatan Pembentukan Karakter di lingkungan sekolah berdasarkan 4
dimensi pengolahan karakter Ki Hadjar Dewantara (Olah pikir, Olah hati, Olah
rasa/karsa, Olah raga)
Menumbuhkan nilai-nilai karakter melalui kegiatan Intra-kurikuler dan ko-
kurikuler, melalui kegiatan Ekstra-kurikuler, melalui kegiatan non-kurikuler,
Integrasi dalam mata pelajaran, Optimalisasi muatan lokal, Manajemen kelas,
Pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah, Keteladanan pendidik,
Ekosistem sekolah, Norma, peraturan, dan tradisi sekolah.
dilandasi oleh pancasila, itu sudah menjadi fitrah bagi bangsa Indonesia
untuk menjadi bangsa yang multi suku,ras, bahasa,adat, dan tradisi.
Pendidikan karakter, itulah yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah
indonesia, tersebut tidak lepas dari semakin semrawutnya moral para pemimpin dan
calon pemimpin bangsa ini Karakter adalah sesuatu yang sangat penting dan vital
bagi tercapainya tujuan hidup.Ia juga merupakan dorongan pilihan untuk
menentukan yang terbaik dalam hidup. Sebgai bangsa Indonesia setiap dorongan
pilihan harus, pendidikan karakter tidak lepas dari esensi karakter itu
sendiri .
Lickona (1992:37) memahami karakter dalam tiga hal yang saling terkait,
yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action. Berdasarkan ketiga aspek
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang berkarakter baik adalah
yang mengetahui hal yang baik (moral knowing), memiliki keinginan terhadap hal
baik (moral feeling), dan melakukan hal baik (moral action). Ketiga komponen
tersebut akan mengarahkan seseorang memiliki kebiasaan berpikir, kebiasaan hati,
dan kebiasaan bertindak, baik yang ditujukan kepada Tuhan YME, diri sendiri,
sesama, lingkungan, dan bangsa.
Berikut adalah bagan singkat terkait dengan pendidikan karakter.
Bagan 2.1 Kerangka Pikiran Pendidikan Karakter
gambar: Kerangka Pikir Pendidikan Karakter dari Lickona
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode kualitatif
merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian dengan memberikan
gambaran secara jelas dan sistematis terkait dengan objek yang diteliti demi
memberi informasi dan data yang valid terkait dengan fakta dan fenomena yang ada
di lapangan. Penelitian ini didasari dengan maksud untuk menggambarkan secara
deskriptif bagaimana strategi guru kelas dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter
peserta didik di MI Madani Alauddin Gowa.
Menurut Lexy J.Moleong (2007) dalam penelitian kualitatif, peneliti atau
dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data. Hal ini dikarenakan,
orang-orang bisa sebagai instrumen yang sangat luwes dapat menilai keadaan dan
mengambil keputusan. Selain itu, hanya manusia sajalah yang dapat berhubungan
dengan responden atau objek lainnya dan hanya manusia yang mampu memahami
kaitannya dengan kenyataan di lapangan.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif (qualitative research). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 4)
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dari individu tersebut
secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau
57
organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tapi perlu memandangnya sebagai
bagian dari suatu keutuhan. Menurut Nasution (2003: 5) penelitian kualitatif adalah
mengamati orang dalam lingkungan, berinteraksi dengan mereka dan
menafsirkanpendapat mereka tentang dunia sekitar, kemudian Nana Syaodih
Sukmadinata(2005: 60) menyatakan bahwa penelitian kualitatif (qualitative research)
adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang
secara individu maupun kelompok.
2. Jenis Penelitian
Adapun jenin penelitian Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan
pada pendekatan studi kasus. Sebagaimana pendapat Lincoln dan Guba (Sayekti
Pujosuwarno, 1992: 34) yang menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif dapat juga
disebut dengan case studyataupun qualitative, yaitu penelitian yang mendalam dan
mendetail tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan subjek penelitian.
Lebih lanjut Sayekti Pujosuwarno (1986: 1) mengemukakan pendapat dari Moh.
Surya dan Djumhur yang menyatakan bahwa studi kasus dapat diartikan sebagai
suatu teknik mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk membantunya
memperoleh penyesuaian diri yang baikMenururt Lincoln dan Guba (Dedy Mulyana,
2004: 201) penggunaan studi kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif
memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti.
2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa yang
dialami pembaca kehidupan sehari-hari.
3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara
peneliti dan responden.
4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi
penilaian atau transferabilitas.
Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan untuk
mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini,
peneliti akan menggunakan metode studi kasus untuk mengungkap tentang strategi
guru kelas dalam menumbuhkan nilai-niali karakter peserta didik.Karena pada
dasarnya tugas guru dalam kelas bukan hanya mengajar dan menuntaskan
kewajiban dengan menyelesaikan tugas-tugas administrasi yang di bebankan oleh-
nya. Guru memiliki peranan penting dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter peserta
didik sehingga menjadi ciri khas yang kemudian menjadi pembiasaan dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di MI Madani Alauddin, Kecamatan
Somba Opu, Kabupaten Gowa. Tepatnya berada di kelurahan Paccinongan. Lokasi
ini di pilih berdasarkan latar belakang penelitian.
Adapun alasan peneliti untuk memilih MI Madani Alauddin dapat
diindentifikasi antara lain sebagai berikut:
1. MI Madani Alauddin belum pernah menjadi objek penelitian terkait dengan
strategi guru kelas dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter peserta didik.
2. MI Madani Alauddin adalah sekolah yang bertujuan mendidik peserta didik yang
berkarakter sesuai dengan visi dan misinya.
3. MI Madani Alauddin adalah sekolah yang melaksanakan pembelajaran
kurikulum K-13, sementara sekolah tersebut terbilang baru berdiri karen masih 6
tahun.
4. MI Madani Alauddin adalah sekolah baru namun sudah memiliki prestasi baik
dari sisi akademik, spiritual, dan lain-lain.
5. MI Madani alauddin merupakan sekolah yang memilik pembiasaan-pembiasaan
di sekolah dalam menumbuhkan karakter peserta didik.
C. Subjek Penelitian
Menurut Suharsismi Arikunto (1998 : 200) subjek penelitian adalah benda, hal
atau organisasi tempat data atau variabel penelitian yang dipermasalahkan melekat.
Tidak ada satu pun penelitian yang dapat dilakukan tanpa adanya subjek penelitian,
karena seperti yang telah diketahui bahwa dilaksanakannya penelitian dikarenakan
adanya masalah yang harus dipecahkan, maksud dan tujuan penelitian adalah untuk
memecahkan persoalan yang timbul tersebut. Hal ini dilakukan dengan jalan
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari informan.Dalam penelitian ini,
pengambilan sumber data penelitian menggunakan teknik “purpose sampling”. Nana
Syaodih Sukmadinata (2005: 101) menyatakan, sampel purposive adalah sampel
yang dipilih karena memang menjadi sumber dan kaya dengan informasi tentang
fenomena yang ingin ditiliti.
Pengambilan sampel ini didasarkan pada pilihan peneliti tentang aspek apa
dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan saat ini terus-menerus
sepanjang penelitian, sampling bersifat purposive yaitu tergantung pada tujuan fokus
suatu saat.
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru
kelas,dan peserta didik Kelas V di MI madani.
D. Langkah-langkah Penelitian
Dalam penelitian ini, agar pelaksanaannya terarah dan sistemastis maka
disusun tahapan-tahapan penelitian. Menurut Moleong (2007: 127-148), ada empat
tahapan dalam pelaksanaan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pra lapangan
Peneliti mengadakan survei pendahuluan yakni dengan mencari subjek
sebagai narasumber. Selama proses survei ini peneliti melakukan penjajagan
lapangan (field study) terhadap latar penelitian, mencari data dan informasi tentang
strategi Guru kelas. Peneliti juga menempuh upaya konfirmasi ilmiah melalui
penelusuran literatur buku dan referensi pendukung penelitian. Sedangkan kegiatan
dan pertimbangan dipaparkan sebagai berikut : Menyusun rancangan penelitian,
memilih lokasi penelitian, mengurus perizinan penelitian, menjajaki dan menilai
lokasi penelitian, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan
penelitian, persoalan etika penelitian
2. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : Melakukan observasi, wawancara
dan dokumentasi langsung, memasuki lapangan, menyusun laporan penelitian
berdasarkan hasil yang diperoleh.
3. Tahap analisis data
Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data. Peneliti dalam
tahapan ini melakukan serangkaian proses analisis data kualitatif sampai pada
interpretasi data-data yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu peneliti juga
menempuh proses triangulasi data yang diperbandingkan dengan teori kepustakaan.
4. Tahap evaluasi dan pelaporan
Pada tahap ini peneliti berusaha melakukan konsultasi dan pembimbingan
dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan.
E. Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik yang
akan peneliti gunakan adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Menurut Burhan (2007: 115) observasi adalah kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu
dengan pancaindra lainnya. Dalammelaksanakan pengamatan ini sebelumnya
peneliti akan mengadakan pendekatan dengan subjek penelitian sehingga terjadi
keakraban antara peneliti dengan subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan
jenis observasi non partisipan dimana peneliti tidak ikut serta terlibat dalam kegiatan-
kegiatan yang subjek lakukan, tetapi observasi dilakukan pada saat wawancara.
Pengamatan yang dilakukan menggunakan pengamatan berstruktur yaitu dengan
melakukan pengamatan menggunakan pedoman observasi pada saat pengamatan
dilakukan.
Observasi Partisipan maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam,
dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.
Stainback menyatakan bahwa dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa
yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi
dalam aktivitas mereka. Penulis menggunakan teknik observasi, yaitu pengamatan
dan pencatatan dilakukan terhadap subjek pada saat berlakunya peristiwa, sehingga
ketika observasi peneliti berada bersama subjek yang diteliti agar dapat melakukan
pencatatan segera mungkin dan menggunakan alat bantu berupa kamera. Dalam
penelitian ini, peneliti mengamati secara langsung proses pembelajaran dan
kegiatan yang dilakukan di kelas, bagaimana guru menerapkan strategi sehingga
menumbuhkan nilai karakter dalam proses belajar mengajar, dengan menggunakan
alat pengumpulan data yang berupa foto.
2. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan pewawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Moloeng, 2007: 186). Wawancara dipergunakan untuk mengadakan
komunikasi dengan subjek penelitian sehingga diperoleh data-data yang diperlukan.
Teknik wawancara mendalam ini diperoleh langsung dari subyek penelitian melalui
serangkaian tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait langsung dengan pokok
permasalahan. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara bebas terpimpin yaitu cara
mengajukan pertanyaan yang dikemukakan bebas, artinya pertanyaan tidak terpaku
pada pedoman wawancara tentang masalah-masalah pokok dalam penelitian
kemudian dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi di lapangan (Sutrisno Hadi,
1994: 207). Dalam melakukan wawancara ini, pewawancara membawa pedoman
yang hanya berisi garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.
Wawancara atau interview dalam penelitian ini bersifat open ended
artinya bahwa wawancara di mana jawabannya tidak terbatas pada satu tanggapan
saja, sehingga peneliti dapat bertanya kepada informan tidak hanya tentang hakikat
suatu peristiwa melainkan juga akan bertanya mengenai pendapat responden
mengenai peristiwa tersebut. Di samping itu, terkadang peneliti juga akan meminta
informan untuk mengemukakan pengertiannya sendiri tentang suatu peristiwa yang
kemudian dapat dipakai sebagai batu loncatan untuk mendapat keterangan lebih
lanjut. Pertama, wawancara dilakukan dengan Kepala Madrasah MI Madani
Alauddin Pao-Pao Gowa terkait dengan pelaksanaan strategi guru kelas dalam
menumbuhkan nilai karakter di sekolah dan bagaimana strategi yang dilakukan guru
dalam menumbuhkan nilai karakter tersebut. Kedua, Guru kelas MI Madani Alauddin
Pao-Pao Gowa terkait dengan bagaimana
strategi yang digunakan dalam menumbuhkan nilai karakter dikembangkan oleh
guru dalam perangkat pembelajaran, pada proses belajar mengajar, keterkaitan
dengan materi pembelajaran. Ketiga, wawancara dengan peserta didik MI Madani
Alauddin Pao-Pao Gowa dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai
bagaimana strategi dan pelaksanaan guru kelas dalam menumbuhkan nilai karakter
pada proses belajar mengajar oleh guru dalam pembelajaran.
3. Dokumentasi
Dokumen Merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen
yang berbentuk tulisan misalnya catatn harian, sejarah kehdupan , cerita, biografi,
peraturan, kebijakan. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Dokumentasi, peneliti menghimpun data-data kondisi fisik sekolah, letak
sekolah, sarana penunjang pembelajaran, keadaan guru, keadaan siswa, strategi
guru kelas, hasil evaluasi peserta didik dan keadaan pembelajaran di kelas. Peneliti
mengumpulkan data melalui data-data tertulis atau pencatatan untuk memperoleh
data mengenai strategi guru kelas dalam menumbuhkan nilai karakter peserta didik.
4. Triangulasi
Dalam tekhnik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai tekhnik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data
dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus
menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai tekhnik
data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai tekhnik pengumpulan data
dan berbagai sumber data.
F.Tekhnik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada
orang lain Bogdan dan Biklen (Moleong, L.J., 2017: 248). Dari defenisi tersebut
maka dapat dipahami bahwa analisis data merupakan proses mengemukakan
proses, ada pula yang menjelaskan tentang komponen-kompenen yang perlu ada
dalam suatu analisis data.
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen ialah bahwa usaha yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milah data tersebut menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Sugiyono dalam bukunya menyatakan bahwa analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan
setelah selesai di lapangan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti melakukan
analisis data penelitian dalam dua tahapan yaitu yang pertama analisis data pra
lapangan yakni analisis dilakukan terhadap data studi pendahuluan atau data
sekunder. Kedua adalah analisis selama di lapangan. Adapun dalam analisis selama
di lapangan ini peneliti menggunakan Model Miles dan Huberman. Analisis data
dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan
setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles dan Hubermen
(Sugiyono, 2014: 246) juga mengemukakan bahwa analisis data merupakan
aktivitas yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu
data reduction, data display, dan conclusion drawing / verification.
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
yang tertulis dilapangan. Apabila data sudah terkumpul, langkah selanjutnya
adalah mereduksi yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan mengorganisasikannya sehingga nantinya mudah dilakukan penarikan
kesimpulan. Data yang direduksi yaitu data yang diperoleh melalui wawancara
yang meliputi strategi guru kelas dalam menumbuhkan penanaman nilai karakter
peserta didik. Setelah data diperoleh,ckemudian digolongkan berdasarkan sub-
sub kajian yang dipelajari. Hal ini dilakukan karena data yang didapat tidak urut.
Jika data kurang lengkap maka peneliti mencari kembali data yang diperlukan di
lapangan.
2. Display Data (data displai)
Mendisplay data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami. Dalam
melakukan display data selain dengan tes naratif, juga dapat berupa grafik,
matrik, network (jejaring kerja) dan chart.
3. Penarikan Kesimpulan (verifikasi)
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga
setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,
hipoteisis atau teori.
Setelah data disajikan dilakukan penarikan kesimpulan. Dalam penarikan
kesimpulan ini, didasarkan pada reduksi data dan sajian data yang merupakan
jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.
Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data
G. Teknik Keabsahan Data
Pengabsahan data merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
penelitian kualitatif, karena tanpa pengabsahan data yang diperoleh dari lapangan
Reduksi Data
Antisipasi selama setelah
Display Data
Kesimpulan/verifikasi
selama setelah
selama setelah
ANALISIS
maka peneliti akan kesulitan dalam mempertanggung jawabkan hasil penelitiannya.
Dalam hal ini pengabsahan data, peneliti menggunakan metode triangulasi.
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan kebasahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Selain itu triangulasi menurut (Moleong, L.J.,2017:
332) merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaa-perbedaan konstruksi
kenyataan yang ada dalam konsteks atau studi sewaktu mengumpulkan data
tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandagan. Dengan kata lain
bahwa triangulasi peneliti dapat merecheck temuannya dengan jalan
membandingkan degan berbagai sumber, metode, atau teori.
Penjelasan dari ketiga trianggulasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Trianggulasi sumber adalah trianggulasi yang digunakan untuk menguji
kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.
2. Trianggulasi teknik adalah suatu alat untuk menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek data yang sama namun dengan alat yang berbeda.
3. Trianggulasi waktu adalah triangulasi yang sering mempengaruhi data. Data
yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi, siang, maupun malam hari
akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.
Memeriksa keabsahan data dengan berbagai teknik maka peneliti
menggunakan teknik triangulasi dengan sumber yang berarti membandingkan dan
mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif Patton (Moleong, L.J., 2017:
331). Hal ini dapat peneliti capai dengan jalan sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membendingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang seperti orang yang berpendidikan lebih tinggi atau ahli
dalam bidang yang sedang diteliti.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suau dokumen yang berkaitan.
Teknik uji keabsahan lain yang digunakan oleh peneliti adalah perpanjangan
keikutsertaan. Moleong (2017: 327) perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti
tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Dalam
hal ini, peneliti memperpanjang atau menambah waktu wawancara dan observasi
terhadap kedua subjek agar data mencapai kejenuhan. Jika hal itu dilakukan maka
akan membatasi:
1. Membatasi gangguangan dari dampak peneliti pada konteks,
2. Membatasi kekeliruan (biases) peneliti,
3. Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau
pengaruh sesaat.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Karakteristik Objek Penelitian
Berdasarkan dokumentasi peneliti pada saat melakukan penelitian , maka
adapun data yang diperoleh dapat dipaparkan sebagai berikut :
1. Deskripsi Sekolah
letak dan posisi strategis sekolah yang sangat mudah dijangkau
dan aman, menjadi salah satu alasan bagi masyarakat menjadikan
Madrasah madani sebagai pilihan. Lokasi yang begitu luas membuat
para peserta didik merasa nyaman menjadikan sebagai salah satu
media pembelajaran tak membuatnya boan berada di sekolah.
Hubungan sosial yang terjalin antar peserta didik dengan guru, guru
dan orang tua menjadikan daya pikat tersendiri. Mengingat banyak
sekolah tak ubahnya seperti penjara yang lingkupnya hanya di kelas-
kelas saja membuat jiwa sosial peserta didik terkunkun. Sekolah
dengan hamparan alam yang luas menjadi salah satu faktor penunjang
pesantren madrasah madani dalam meraih prestasi.
Data Pesantren/Madrasah Madani Alauddin
Nama Madrasah : Madrasa Ibtidaiyah Madani Alauddin
Alamat : Jl. Bontotangnga No. 36 Kel. Paccinongan Kec.
Somba Opu
Kab. Gowa – Sulawesi Selatan (Kode Pos: 92111)
Email : [email protected]
Web. : www.madanialauddin.sch.id
NSM/NPSN : (NSM: 111273060079 / NPSN : 69854348)
Akreditasi : Nomor :079/SK/BANP-SM/X/2018 (Terak. B)
Luas Lahan : 50.000 m2 (No. 593.33/14/Dit/Agr.1987)
Luas Bangunan : 5000 m2
Akte Pendirian : No. 29 Tahun 2001
SK Kemenkumham : No. AHU-0030805.AH.01.04.Tahun 2016
Akte Notaris : No. 02 Tahun 2016
2. Sejarah Berdirinya MIS Madani Alauddin Pao-Pao
Perkembangan dunia pendidikan saat ini semakin pesat,
sehingga para Pelaku pendidikan terus memikirkan upaya-upaya
peningkatan pelayanan madrasah yang lebih baik. Madrasah Madani
Alauddin Paopao menjadi lembaga yang cukup strategis dalam
mengembangkan Konsep-konsep pendidikan yang berkualitas. Apalagi
disekitar lokasi terdapat pemukiman dan masyarakatnya memiliki
kepedulian besar terhadap kelangsungan pendidikan.
Madrasah Ibtidaiyah Resmi di buka setelah keluarnya surat
Keputusan Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN ALauddin
Makassar Nomor 647. A Tahun 2011 tentang pendirian/pembukaan
Madrasah Ibtidaiyah pada Pesantren/Madrasah Madani Alauddin
Paopao, sehingga pada tahun pelajaran 2012/2013 mulai dibuka
pendaftaran peserta didik dan berlangsung sampai sekarang.
Kemudian eksistensinya diperkuat setelah dikeluarkannya izin
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran pada Madrasah
Ibtidaiyah Madani Alauddin Paopao oleh kementerian Agama
Kabupaten Gowa No. D/Kd.21.02/MI/01/2013 tentang persetujuan
pendirian Madrasah Ibtidaiyah Swasta di Lingkungan Kantor
Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan.
3. Visi, Misi, dan Tujuan
Dalam suatu lembaga tentulah memiliki sebuah visi dan misi
yang ingin dicapai. Sama halnya dengan sekolah MIS Madani Alauddin
Pao-Pao Kab. Gowa.di bawah naungan kementrian Agama memiliki
Visi dan Misi Sebagai Berikut :
1. Visi
Menjadi pusat unggulan pembentukan dan pembinaan sumber daya
manusia yang menguasai ilmu pengetahuan (agama dan umum),
teknologi dan memiliki akhlak yang terpuji.
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas peserta didik dalam bidang ilmu agama
dan umum serta teknologi.
b. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam bidang
penguasaan bahasa asing (Arab dan Inggris).
c. Membiasakan peserta didik mengamalkan nilai-nilai akhlak-
alqarimah.
d. Meningkatkan kualitas tenaga pendidik dalam rangka
peningkatan kualitas belajar mengajar.
e. Menyiapkan saran pendidikan yang memadai.
3. Tujuan
Berdasarkan visi misi tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah:
a. Tercapainya peserta didik yang cerdas, berkarakter dan
memiliki integritas.
b. Kemampuan berbahasa yang unggul dan kompetitif
c. Berakhlakul karimah dan mempunyai pandangan yang luas.
d. Tenaga pendidik yang berdedikasi dan berkomitmen yang tinggi
e. Tersediaanya fasilitas yang memadai
4. Data Guru dan Karyawan
Jumlah tenaga pendidik/ guru di MIS Madani Alauddin Pao-Pao
Kab. Gowa, terdiri dari 9 orang. Sedangkan untuk tenaga
kependidikan/tata usaha terdiri dari 2 Orang.Pada umumnya guru dan
staf tata usaha MIS Madani Alauddin Pao-Pao Kab. Gowa, memiliki
kemampuan mengajar denga baik dan memiliki rasa tangung jawab
atau loyalitas terhadap almamater dan pimpinan dengan baik, karena
atasan guru dan staf tata usaha terjalin hubungan yang sangat
harmonis. Hal ini terlihat dari pelayanannya kepada siswa, guru dan
masyarakat pada umumnya.
No. Nama guru/Staf Jabatan
1. Abu Bakar,S.Pd,M.Pd Kepala Madrasah / guru
Olahraga
2. Andi
kurniati,S.Pd,I.M.Pd
Guru Kelas IV / Guru
bahasa Arab
3 Fatimah,S.Pd Guru Kelas IIB
4 Wahyuni,S.Pd Guru Kelas IA
5 Ira santriani, S.Pd Guru Kelas IB
6 Khaerana Mutia Guru Kelas III
7 Siti Aminah, S.Pd.I Guru Kelas IIA
8 Junaedi,S.Pd Guru Kelas VI
9 Baharuddin, S.Pd.I Guru Kelas VI
10 Siti Rugayya,S.Pd.i Bendahara
11 Hasnita, S.kom Operator
5. Data Peserta Didik
MIS Madani Alauddin termasuk sekolah yang berkembang dan
maju. tahun Ajaran 2012-2013 adalah tahun pertama menerima
peserta didik dengan jumlah 15 orang. Salah satu lembaga sekolah
yang terus menerus bersosialisasi di sekolah taman kanak-kanak. Dari
tahun ketahun terus berbenah hingga pada tahun ajaran 2018-2019,
jumlah peserta didik secara keseluruhan adalah 215 orang. Adapun
rinciannya adalah sebagai berikut :
Kelas Jumlah
Siswa
I.A 25 Orang
I.B 25 Orang
II.A 25 Orang
II.B 25 Orang
III 38 orang
IV 36 orang
V 32 orang
IV 9 orang
6. Sarana dan Prasarana
Dengan sarana dan prasarana yang memadai secara tidak
langsung meningkatkan kualitasdan dapat menumbuhkan nilai karakter
peserta didik MIS Madani Alauddin Kab. Gowa. Untuk lebih
mengetahui apa saja sarana dan prasarana yang terdapat di Sekolah
tersebut, berikut peneliti paparkan. Adapun sarana dan prasarananya
terdiri dari ruang Kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang guru, ruang
perpustakaan, ruang lab komputer, Koperasi, kantin, 8 ruang Kelas,
mushola,Tempat parkir kendaraan, wc, Lapangan Olahraga, dan
fasilitas internet yang baik.
B. Paparan Dimensi Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya. Observasi dilakukan untuk mengamati
secara langsung proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas,
bagaimana guru menerapkan nilai karakter pada proses belajar mengajar
serta kondisi peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung.
Sedangkan wawancara disusun berdasarkan pada rumusan masalah.
Wawancara dilakukan pertama, kepada kepala sekolah terkait pelaksanaan
nilai karakter di sekolah, peran guru dan strategi yang dilakukan guru dalam
penanaman nilai karakter. Kedua, Guru kelas V terkait dengan strategi yang
digunakan dalam menumbuhkan nilai karakter peserta didik. Ketiga peserta
didik kelas V untuk mengetahui bagaimana strategi guru dalam
menumbuhkan nilai karakternya.
Dokumentasi, peneliti menghimpun data-data kondisi fisik sekolah,
letak sekolah, sarana prasarana, keadaan guru, keadaan siswa, RPP guru,
dan hasil tentang nilai karakter peserta didik. Setelah didapat hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi maka hasil penelitian yang diperoleh sebagai
berikut :
1. Perencanaan strategi guru dalam menumbuhkan nilai karakter pada
peserta didik di MI Madani Alauddin Pao-Pao.
Karakter adalah sikap pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi
secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan. Dalam
pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku
yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai
keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk
membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan
pendidikan karakter tidak diserahkan kepada guru agama saja, karena
pelaksanaan pendidikan karakter harus dipikul oleh semua pihak,
termasuk kepala sekolah, para guru, staf tata usaha, tukang sapu,
penjaga kantin, dan bahkan orang tua di rumah. Bahkan dalam langkah
selanjutnya pendidikan karakter perlu dilaksanakan oleh seluruh lapisan
masyarakat, di seluruh instansi pemerintah, ormas, partai politik, lembaga
swadaya masyarakat, perusahan dan kelompok masyarakat lainnya. Juga
dalam pelaksanaannya, pendidikan karakter memerlukan peneladanan
dan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk
berperilaku jujur, tolong-menolong, toleransi, malu berrbuat curang, malu
bersikap malas, malu membiarkan lingkungan kotor. Karena karakter tidak
terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara serius, terus menerus
dan proposional agar mencapai bentuk karakter yang ideal.
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter tidak lepas dari fungsi dan
tujuan pendidikan nasional, yaitu “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab”
Dalam menumbuhkan nilai karakter peserta didik tentu tak lepas
dari apa yang telah direncanakan. Sebagaimana yang dipaparkan oleh
bapak kepala Madrasah pada saat dilakukan wawancara. Berikut adalah
kutipan hasil wawancara dengan Bapak Abu Bakar, S.Pd,.M.Pd
”Pembiasaan-pembiasaan yang kita bentuk mulai dari pagi hari, mulai anak-anak sudah datang itu kita sudah jemput di pekarangan sekolah yang dimana pada saat anak-anak sudah diantar sama orang tuanya,anak-anak pertama sekali bisa hormat sama gurunya. Jadi ada guru yang menjemput ? iya ada guru yang berdiri di depan halaman dan salaman ke guru-gurunya, kami juga berupaya memisahkan antara guru laki-laki dengan prempuan. yang dimna untuk siswa perempuan bersalaman dgn guru perempuan, siswa laki-laki bersalaman dengan guru laki-laki. Kenapa kita tanamkan sejak dini agar supaya anak-anak bisa paham bahwa salaman yang bukan lawan jenis. Artinya kita berusaha dengan begitu siswa berpikir o ternyata tidak boleh bersalaman dengan yang bukan mahram. Itu pelajaran pertama. Bersalaman dengan guru supaya siswa patuh dan sopan sama guru. Itu ketika mereka datang. Itu kita mulai jam 07.00-07-15. Jam 07.15 anak anak sudah masuk di kelas melakukan pembiasaan –pembiasaan yaitu membaca surah-surah pendek, harapan kami ketika ada anak-anak yg tdak hafal surah-surah pendek, anak-anak yang hafal ini akan membaca setiap pagi sehingga anak anak yang
tidak hafal bisa mendengarkan teman-temannya sehingga bisa terbiasa. Harapannya anak-anak bisa menghafal dari mendengarkan. Dan untuk anak-anak kelas 1-6 kita upayakan dan harapannya anak anak bisa hafal jus 30 sehingga di biasakan sejak kelas 1 jadi itu adalah program-program kami.itu kurang lebih 15 menit. Dari rentang waktu dari 07.15 ke 7.30. 07.30 kami melakukan pembiasaan yang ke 3 melakukan pembiasaan shalat duha”. Hal serupa juga diungkapkan oleh Guru Kelas V dalam hal ini
Bapak Baharuddin, S.Pd.I,. kepada peneliti juga mengungkapkan, yaitu
sebagai berikut :
“Jadi sebelum PBM berlangsung anak-anak di jemput dan membimbingnya untuk membacakan dan menghafalkan surah-surah pendek kemudian di biasakan shalat duha. Selain itu diperhatikan juga gerakan dan bacaan shalatnya. Dan pembiasaan menghafal surah-surah pendek dan artinya di gilir dari kelas 1 sampai kelas VI di lakukan di masjid” Tentang perencanaan yang dikemukakan Oleh kepala Madrasah,
dikuatkan dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Adapun
hasil observasi peneliti adalah sebagi berikut :
Pada tanggal 12 Januari 2019, peneliti mengamati bahwa guru-guru di MI hadir lebih awal untuk menjemput para peserta didik. Guru-guru hadir sebelum pukul 07.15. Para peserta didik hadir sebelum pukul 07.00. karena pukul 07.15 – 07.30 peserta didik diharuskan untuk masuk ruang kelas membaca dan menghafalkan surah-surah pendek. Setelah itu, peneliti melihat dan mengamati pada pukul 07.30-08.00 melaksanakan shalat duha’ secara berjamah. Senada dengan apa yang dipaparkan oleh guru kelas VI, diperkuat
oleh Siswinya yang bernama Arini Nurul Iffah, ia menuturkan bahwa :
Iya, sebelum pembelajarn dimulai, kami baca surah-surah pendek, berdoa dan shalat duha. Setelah itu ke kelas mengaji dan langsung belajar.
Dari paparan data tersebut, merupakan sejalan dengan visi dan
misi yang menjadi acuan sekolah dalam hal ini adalah MIS Madani
Alauddin Pao-Pao Kab. Gowa. “Menjadi Pusat unggulan pembentukan
dan pembinaan yang berakhlak mulia”. Dalam mewujudkan visi
tersebut, tentulah stack holder memiliki perencanaan dalam
mengaplikasikannya. Perencanaan yang digagas oleh kepala
madrasah dan seluruh pihak sekolah sehinnga strategi yang
direncanakan menjadi pembiasaan oleh peserta didik hingga melekat
menjadi karakter.
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan RI No. 23 tahun
2015 tentang penumbuhan budi pekerti (PBP). Permendikbud tersebut
menjelaskan bahwa kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di
sekolah dilaksanakan pada hari pertama sekolah.
Pembiasaan menyambut peserta didik di pagi hari memberikan
banyak manfaat dan sejalan dengan program pemerintah dalam
memberikan penguatan pendidikan karakter. Selain disiplin,hal yang
diperoleh adalah berkesempatan mengenal orangtua peserta didik.
2. Pelaksanaan strategi guru kelas dalam menumbuhkan nilai karakter
pada peserta didik di MI Madani Alauddin Pao-Pao.
Strategi merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan.
Sebuah tujuan tidak akan tercapai jika strategi yang direncanakan tanpa
konsep dan analisa di lapangan secara nyata. Pentingnya strategi bisa
dijadikan sebagai landasan penerapan, makanya penerapan strategi perlu
dikaji terlebih dahulu agar tujuan tercapai sesuai harapan.
Waktu yang tepat untuk sebuah strategi yaitu mengacu pada
pengalaman. Apabila strategi belum mencapai hasil yang maksimal maka
itulah tugas kita untuk menganalisis kenapa strategi itu tidak sesuai
harapan. Setiap hasil yang tidak sesuai harapan maka perlu ada
perbaikan ditahapan strategi selanjutnya. Jangan berhenti pada satu level
untuk mengenal strategi, butuh ketelitian, kejelian, kesabaran demi
sebuah tujuan sesua harapan.
Pembelajaran menyenangkan memang selalu menjadi buah bibir
peserta didik dari masa ke masa, oleh karena itulah guru harus memiliki
strategi pembelajaran yang kreatif. Salah satu fungsi dari strategi
pembelajaran bagi guru yaitu untuk menarik minat belajar peserta didik.
Suatu nilai lebih untuk sebuah inovasi dan kreativitas jika seorang guru
dapat menerapkan pembelajaran yang tidak hanya menilai peserta didik
dari sisi pengetahuan dan keterampilan saja, namun tidak kalah penting
juga harus memperhatikan sikap peserta didik ketika mengikuti sebuah
proses pembelajaran. Peran strategi pembelajaran menjadi pengikat
ketetapan seorang guru untuk menentukan kegiatan pada suatu kelas
tertentu. Setiap kelas dalam suatu sekolah memiliki tingkat daya serap
yang berbeda-beda.
Setelah ada perencanaan yang cukup matang dari sekolah yang
direncanakan oleh kepala sekolah dan pihak guru yang berupa program-
program, maka tugas selanjutnya adalah tahap pengaplikasiaan. Program-
progran dari sekolah tentu telah menjadi program unggulan, namun tentu
pihak guru kelas juga mempunyai strategi dalam menumbuhkan nilai
karakter peserta didik.
Sebagaimana yang disampaikan oleh guru kelas V dalam hal ini
bapak Baharuddin. Ia menyampaikan bahwa :
Benar, bahwa kami khususnya di kelas V memiliki strategi tertentu dalam membina dan menumbuhkan nilai karakter. Misalnya sebelum pembelajaran dimulai, biasanya siswaku saya suruh murojaah hafalan surah-surah pendeknya dengan sembung ayat secara bergantian. Selain itu, mereka juga menyanyikan lagu wajib wnasional, senandung Al-quran, baca ayat qursi. Sebenarnya masih banyak strategi kami. Eh terutama hari sabtu, ada namanya sabtu gisi dan sehat. Mereka membawa makanan dari rumah dan setelah itu mereka sikat gigi. Ini kami biasakan tiap hari sabtu.
Senada dengan apa yang disampaikan guru kelas V MIS Madani
Alauddin. Juga dikuatkan oleh bapak kepala Madrasah. Ia
menyampaikan bahwa :
Di Madrasah kami, memiliki program pembiasaan seperti, mengaji, menghafalkan surah-surah pendek, kemudian shalat duha’berjamaah. Karena kami yakin dengan pembiasaan-pembiasaan yang kami programkan, kelak akan menjadi karakter yang melekat pada diri anak-anak. Dan hal tersebut sesuai dengan program pemerintah tentang penguatan pendidikan karakter.
Tentang strategi yang diterapkan Oleh kepala Madrasah dan
diaplikasikan oleh guru kelas V, dikuatkan dengan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti. Adapun hasil observasi peneliti adalah sebagi
berikut :
Pada tanggal 29 januari 2019, pukul 07.15-07.30 peneliti melihat aktivitas peserta didik sedang menghafalkan surah-surah pilihan, sebelum proses pembelajaran dimulai, mereka terlebih dahulu menyanyikan lagu wajib nasional yakni dari sabang sampai marauke. Adapun jumlah siswa yang hadir adalah 29 orang dengan rincian laki-laki 15 orang dan perempuan 14 orang.
Sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti,
peneliti juga mempertanyakan tentang pelaksanaan strategi khususnya
pada proses pembelajaran. Berikut hasil wawancara peneliti dengan
BD guru kelas V. Ia menyampaikan bahwa :
Perencanaan sebelum pembelajaran berlangsung biasanya kita melihat dulu SK/KD pada mapel yang yang mau diajarkan dan juga nilai-nilai karakter yang akan dibentuk pada materi tersebut, dan juga model pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa pembelajaran
berlangsung biasanya kita melihat dulu SK/KD pada mapel yang
yang mau diajarkan dan juga nilai-nilai karakter yang akan dibentuk
pada materi tersebut, dan juga model pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Didalam menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik
terdapat upaya yang berupa program-program yang di lakukan oleh
lembaga yaitu MI Madani Alauddin Pao-pao. Peneliti mengadakan
wawancara dengan Abu Bakar, yang mengatakan bahwa:
Di Madrasah kami berusaha mengarahkan peserta didik pada agar selalu patuh pada ajaran-ajaran agama islam yakni menjauhi laranganya dan melaksanakan perintahnya. Disetiap pembelajaran di kelas kami mengusahan agar setiap sebelum memulai pelajaran diharuskan untuk sholat berjamaah dhuha, untuk melatih peserta didik agar terbiasa melaksanakn salah satu ibadah sunnah ini, selain itu juga melatih agar disiplin tepat waktu karena kegiatan ini berlangsung sebelum pelajarn dimulai, jadi di harapkan agar tidak ada peserta didik yang terlambat. Tidak hanya itu peserta didik juga di haruskan membaca/tadarus jus amma / hafalan surah-surah Pendek di kelas masing-masing sebelum pelajaran di mulai. Dari pernyataan kepala Madrasah diatas dapat diketahui bahwa
upaya yang dilakukan oleh lembaga MI Madani Alauddin Pao-Pao
yaitu terletak pada mengarahkan pada peserta didik untuk selalu ingat
pada sang pencipta, dan biasanya da pembiasaan berupa sholat
berjamaah dhuha, untuk melatih peserta didik agar terbiasa
melaksanakn salah satu ibadah sunnah ini, selain itu juga melatih agar
disiplin dan taat pada perintah agama yaitu menjauhi larangan dan
melaksnakan perintah-Nya. Tidak hanya itu peserta didik juga di
haruskan membaca/tadarus jus amma di kelas masing-masing
sebelum pelajaran di mulai.
Senada dengan hal tersebut, juga diungkapkan oleh ananda
Arini Nurul Iffah, peserta didik kelas V, ia menyampaikan bahwa :
Ia pak, kami datang lebih awal di sekolah kemudian kami membaca surah-surah pendek, mengaji, dan shalat duha berjamaah. Kami juga shalat duhur berjamaah pak. Setelah itu ada dari teman kami yang kultum. Tapi sebelum pembelajaran juga dimulai biasanya kami juga menghafalkan perkalian, membaca buku, karena di kelasku ada pembiasaan literasi, jadi kami punya buku khusus untuk literasi pak.
Hal berbeda disampaikan oleh ananda reza yang juga peserta
didik kelas V yang merupakan pindahan dari kota palu. Ia
menyampaikan bahwa :
Saya senang bisa diajar oleh pak bahar. Orangnya baik, pintar, dan mengajarnya menyenangkan pak. Saya belajar santai karena setiap belajar biasanya bapak ada permainan, kuis, dan sesekali bapak memberikan hadiah. Saya senang bisa belajar disini pak, saya tidak trauma lagi.
3. Evaluasi Strategi Guru Untuk Menanamkan Nilai Karakter Pada
Peserta Didik
Dalam pembelajaran yang berkarakter khususnya dalam
penanaman nilai-nilai karakter pastinya ada hasil yang dimunculkan
baik secara langsung maupun tidak langsung.Berikut ini pernyataan
dari BD guru kelas tentang evaluasi penanaman nilai-nilai karakter:
Mengenai evaluasinya biasanya di setiap akhir pembelajaran akan ada tes lisan maupun tulisan bahkan praktek. Mengenai capaian karakter biasanya saya perhatikan misalnya pembiasaan hafalan surah-surah pendek, mengaji, dan shalat duha’, apakah mereka masih diingatkan atau tidak tentang pembiasaan ?, tapi alhamdulillah kebanyakan dari mereka sudah terbiasa meskipun masih ada beberapa peserta didik yang perlu diingatkan. Selain itu evaluasi kami lakukan pada
akhir semester yangni tertuliskan pada kolom tersendiri dan di munculkan pada raport UTS dan semester.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
pembelajaran akan disampaikan secara lisan kepada wali murid setiap
peserta didik melalui wali kelas, maupun lewat ulasan tertulis di raport
atau lembar penilaian. Dalam sebuah sesi wawancara, Baharuddin
Guru Kelas V menyatakan bahwa dirinya selalu menilai karakter
peserta didik dengan nilai atau karakter yang tertera pada SK atau KD.
Berikut pernyataannya :
Pada tahap evaluasi disini kami memberikan penilaian apakah karakter yang diharapkan tercapai atau tidak pada SK/KD tersebut. Karena sebenarnya di SK/KD sendiri telah tertulis dengan cukup jelas karakter apa yang diharapkan dari masing-masing pelajaran.
Berdasarkan penyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa
penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik haruslah
berdasarpada karakter yang tertulis di SK/KD. Terkait faktor
pendukung penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik, BD Guru
Kelas V memberikan pernyataan berikut ini dalam sebuah sesi
wawancara dengan peneliti:
Faktor pendukungnya salah satunya adalah lingkungan sekolah yang kondusif. Kami para guru disini telah satu suara, untuk memberikan tauladan kepada siswa secara langsung. Dengan hal ini peserta didik melihat kekonsistensiaan para guru dalam mempraktekan nilai karakter tertentu, tidak hanya sekedar ucapan belaka.
Dari pernyatan diatas dapat diketahui bahwa faktor
pendukung Dalam menumbuhkan nilai karakter kepada peserta didik
adalah lingkungan yang kondusif yang mampu menberikan motivasi
dan pembiasaan yang di harapkan sesuai dengan indikator yang ingin
di capai. Karena dari lingkunganlah karakter peserta didik dapat dapat
di perbaiki dan diarahkan.
Selain faktor pendukung, terdapat pula faktor penghambat
upaya dalam menumbuhkan nilai karakter kepada peserta didik.
Berikut ini ungkapan BD terkait faktor penghambat penanaman nilai
karakter di MI Madani Alauddin Pao-Pao :
Kemudian kalo faktor penghambatnya pertama media masa misalnya televisi, internet dan sebagainya. Kedua kesibukan orang tua. Ketiga sikap orang tua dalam menanggapi anak. Keempat lingkungan. Berdasar petikan wawancara dengan BD di atas,
informasi lewat berbagai media sering kali menjadi penghambat
faktor dalam menumbuhkan nila ikarakter kepada peserta didik.
Karena menurutnya suguhan media massa saat ini tidak selalu
edukatif dan layak untuk dilihat anak.
C. Pembahasan
Uraian pembahasan dari hasil penelitian akan menjadi muatan pada
bab ini. Pada pembahasan ini peneliti akan mendialogkan temuan penelitian di
lapangan dengan teori atau pendapat para ahli. Sebagaimana yang
ditegaskan dalam teknik analisa data kualitatif deskriptif, dari data yang telah
diperoleh baik melalui dokumentasi, observasi, dan wawancara diidentifikasi
agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dari hasil penelitian tersebut
dikaitkan dengan teori yang ada dan dibahas, tentang strategi guru dalam
menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik di sekolah dasar.
Strategi yang tepat agar dalam penanaman nilai-nilai karakter menjadi
lebih mudah dan dapat sesuai dengan harapan, tujuan yang ingin dicapai.
Strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan pendidikan karakter
menurut Arismantoro adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif peserta
didik, yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik
karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan
materi pelajaran yang konkrit, bermakna, serta relevan dalam konteks
kehidupanya (student active learning, contextual learning, inquiry based
learning, integreated learning).
2. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive learning
community) sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalam 24
suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman,
dan memberikan semangat.
3. Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan
berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the
good, dan active the good.
4. Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing anak,
yaitu melibatkan kurikulum yang melibatkan juga 9 aspek kecerdasan
manusia.
5. Seluruh pendekatan di atas menerapkan prinsip-prinsip
developmentally apporopriate practices.
6. Membangun hubungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas dan
seluruh sekolah, yang pertama dan terpenting adalah bahwa lingkungan
sekolah harus berkarakteristik aman serta saling percaya, hormat, dan
perhatian pada kesejahteraan lainnya.
7. Model (contoh) perilaku positif.
8. Menciptakan peluang bagi peserta didik utuk menjadi aktif dan penuh
makna termasuk di dalam kehidupan, di kelas, dan sekolah.
9. Mengajarkan keterampilan sosial dan emosional secara esensial.
10. Melibatkan peserta didk dalam wacana moral.
11. Membuat tugas pembelajaran yang penuh makna dan relevan untuk
peserta didik.
12. Tak ada anak yang terabaikan.
Sumber Nilai-nilai Karakter Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan
kepada anak-anak adalah nilai-nilai universal yang mana seluruh agama,
tradisi dan budaya pasti menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai
universal ini harus dapat menjadi perekat bagi seluruh anggota masyarakat
walaupun berbeda latar belakang budaya, suku dan agama. Kementerian
Pendidikan Nasional yang menyebutkan nilainilai pendidikan budaya dan
karakter bangsa diidentifikasi dari sumbersumber berikut:
1. Agama: Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena
itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada
ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan
pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar
pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa
harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
2. Pancasila: Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-
prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.
Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih
lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur
kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara
yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.
3. Budaya: Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang
hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai budaya yang diakui
masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian
makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota
masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan
masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam
pendidikan budaya dan karakter bangsa.
4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki
setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan
pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional
memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara
Indonesia. Nilai-nilai Karakter Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan
kepada anak-anak adalah nilai-nilai universal yang mana seluruh agama,
tradisi dan budaya pasti menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut.
Nilai-nilai universal ini harus dapat menjadi perekat bagi seluruh
anggota masyarakat walaupun berbeda latar belakang budaya, suku dan
agama. Berdasarkan keempat sumber nilai di atas, Kementerian
Pendidikan Nasional menyebutkan nilai-nilai untuk pendidikan budaya dan
karakter bangsa sebagai berikut :
a. Religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan.
c. Toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
d. Disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis yaitu cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar.
j. Semangat kebangsaan yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri dan kelompoknya.
k. Cinta tanah air yaitu cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.
l. Menghargai prestasi yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat atau komunikatif yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta damai yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar membaca yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
q. Peduli sosial yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.
A. Perencanaan Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai Karakter
Peserta Didik.
Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber
daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan
dan upaya-upaya yang dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam
mencapai tujuan. Dalam hal ini, Gaffar menegaskan bahwa perencanaan
dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang
akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan
yang ditentukan.
Ada beberapa definisi tentang perencanaan yang rumusannya
berbeda-beda satu dengan yang lain. Cunningham misalnya,
mengemukakan bahwa perencanaan ialah menyeleksi dan
menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi dan asumsi untuk masa
yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil
yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan dan perilaku dalam
batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam
penyelesaian. Perencanaan di sini menekankan pada usaha menyeleksi
dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan
datang serta usaha untuk mencapainya.
Definisi lain menyebutkan bahwa perencanaan adalah suatu cara
untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan. Dari rumusan
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan suatu
cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan
baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil
kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Perencanaan, sebagaimana yang sering dikemukakan oleh para
ahli, merupakan fungsi awal manajemen. Manajemen itu sendiri menurut
Hersey dan Blanchard diberi batasan: “As working with and through
individuals and groups to accomplish organization goals” (Manajemen
adalah kegiatan kerja bersama dan melalui orang-orang lain dan
kelompok untuk mencapai tujuan (organisasi).
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah bersifat
formal, disengaja, direncanakan, dengan bimbingan guru dan bantuan
pendidik lainnya. Apa yang hendak dicapai dan dikuasai oleh siswa
dituangkan dalam tujuan belajar, dipersiapkan bahan apa yang harus
dipelajari, dipersiapkan juga metode pembelajaran, yaitu sesuai dengan
cara siswa mempelajarinya, dan pada akhirnya dilakukan evaluasi untuk
mengetahui kemajuan belajar siswa. Penjelasan ini memberi gambaran
bahwa kegiatan belajar yang dilaksanakan secara sengaja dipersiapkan
dalam bentuk perencanaan pembelajaran. Persiapan atau perencanaan
pembelajaran ini sebagai kegiatan integral dari proses pembelajaran di
sekolah.
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan RI No. 23 Tahun
2015 tentang penumbuhan Budi Pekerti. Permendikbud ini menjelaskan
bahwa kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah
dilaksanakan pada hari pertama sekolah, pengenalan sekolah kepada
peserta didik baru. Salah satu tujuan dari penumbuhan budi pekerti
(PBP)adalah menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang
menyenangkan bagi peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan.
Salah satu contohnya dalam menumbuhkan nilai karakter adalah
dengan menyambut kedtangan peserta didik. Nur Arif (2018)
menyampaikan bahwa manfaat menyambut kedatangan peserta didik
adalah sebagai berikut :
1. kepala Sekolah, guru, tenaga kependidikan, peserta didik, dan orang
tua peserta didik dapat saling mendoakan setiap hari.
2. Dapat saling mengenal satu sama lain.
3. Dapat tercipta hubungan yang harmonis dalam kegiatan belajar
mengajar.
4. Dapat tercipta komunikasi yang efektif antara kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan,peserta didik, dan orang tua peserta didik.
Dari manfaat tersebut di atas, terdapat nilai-nilai spiritual, nilai
moral, nilai sosial, dan juga nilai budaya. Karena agama mengajarkan
agar kepada kita untuk mengucapkan salam dan berjabat tangan
ketika bertemu sesama muslim. Sebagaimana Hadist Riwayat Muslim,
yang mengatakan bahwa : ”Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari
Rasulullah SAW beliau bersabda : kalian tidak akan masuk jannah
sampai kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sampai kalian
saling mencintai. Maukah aku tunjukkan apa yang bisa membuat kalian
saling mencintai ? para sahabat berkata : “tentu ya Rasulullah.”
Sebarkan salam diantara kalian”. (HR. Muslim N0.54).
Perencanaan di Sekolah / Madrasah harus benar-benar
direncanakan dan diprogramkan secara matang dalam menumbuhkan
nilai karakter peserta didik. Labbiri (2018) menyampaikan bahwa ada
dua faktor yang dihadapi oleh pendidikan di masa depan, yakni
semakin tidak jelasnya batas negara dan perkembangan dunia yang
semakin cepat dan bahkan seringkali tak terduga. Karena manfaat
pendidikan harus mampu memberikan bekal untuk kehidupan yang
seakan tanpa batas negara. Disamping harus mampu
mengembangkan keunggulan budaya setempat, pendidikan harus
mampu menerapkan standar dasar yang dapat ditransfer, ketika
lulusan harus menghadapi tuntutan kehidupan global.
Dari penjelasan tersebut tentulah peran guru sangat dibutuhkan
agar visi dan misi serta program yang direncanakan pihak
sekolah/madrasah dapat tercapai. Salma (2018) menyampaikan bahwa
karakter utama yang harus dimiliki seorang guru adalah komitmen.
Komitmen adalah sebuah tekad yang mengikat dan melekat pada diri
seseorang. Adapun komitmen yang dimiliki seorang guru adalah tekad
untuk menjalankan atau melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai seorang pendidik.
B. Pelaksanaan Strategi Guru Kelas dalam Menumbuhkan Nilai
Karakter Peserta Didik.
Dari penelitian yang telah dilakukan di MIS Madani Alauddin
Pao-Pao terutama di kelas V oleh peneliti mengenai strategi guru kelas
dalam menumbuhkan nilai karakter peserta didik terdapat keselarasan
antara teori dan data yang diperoleh oleh peneliti.
Pada pelaksanaan strategi dalam menumbuhkan nilai karakter
peserta didik di MIS Madani Alauddin Pao-Pao tidak terlepas dari visi,
misi, dan tujuan Madrasah yang dianaut, yakni Menjadi pusat unggulan
pembentukan dan pembinaan sumber daya manusia yang menguasai
ilmu pengetahuan (agama dan umum), teknologi dan memiliki akhlak
yang terpuji. Hal ini menperjelas bahwa sekolah/madrasah tidak hanya
mementingkan aspek kognitif saja tapi juga mengutamakan nilai spiritual
dan memiliki karakter.
Abd. Rahman Hamid, dalam bukunya menjelaskan bahwa tujuan
pembelajaran ada tiga ranah yakni perkembangan otot dan koordinasi
(psikomotorik), pertumbuhan perilaku (afektif), dan perolehan
pengetahuan dan kemampuan intelektual (kognitif).
Gambar 4.1
Kognitif Psikomotorik Afektif
Knowing Doing Being
Berilmu dan Berkarakter
Live Together
Proses dan pelaksanaan pendidikan pendidikan melalui
pembelajaran tidak lain adalah adanya perubahan kualitas tiga
aspek pendidikan. Bagan di atas menunjukkan bahwa tujuan
pembelajaran sebagai peningkatan wawasan, perilaku, dan
keterampilan, dengan berlandaskan empat pilar pendidikan. Tujuan
akhirnya adalah terwujudnya insan yang berilmu dan berkarakter.
Karakter yang diharapkan adalah tidak menghilangkan karakter asli
budaya Indonesia sebagai perwujudan nasionalisme dan sarat
muatan agama (religius).
Hal tersebut juga sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Berangkat dari tujuan tersebut,
harus dipahami bahwa pendidikan juga harus berdampak pada watak
manusia, dengan kata lain pendidikan nasional harus dapat
membentuk sikap peserta didik agar menjadi lebih baik sehingga
mempunyai kontribusi positif dilingkungan sekitarnya terlebih lagi
terhadap bangsa dan negara.
Dalam fungsi pendidikan nasional terlihatjelas bahwa yanmg
dilakukan peserta didik harus terintegrasi dengan pendidikan karakter.
Karena pendidikan karakter yang diamanatkan dalam kurikulum 2013
sangat menekankan kompetensi sikap dan perilaku. Dalam buku
sutarjo Adisusilo dijelaskan jika nilai-nilai karakter berhasil
diintegrasikan dan ditanamkan dalam diri peserta didik maka akan
terbentuk seorang pribadi yang berkarakter, pribadi yang berwatak,
dan bertaqwa. Bagi indonesia nilai-nilai yang akan dapat memberi
karakter khas Indonesia, tidak lain adalah nilai-nilai religiuitas,
humanitas, nasionalitas, demokratis dan berkeadilan sosial.
Dari sinilah dilihat bahwa strategi guru kelas diperlukan dalam
menumbuhkan nilai karakter peserta didik. Memberikan pelayanan
lebih dari program yang telah ditetapkan oleh Madrasah. Memberikan
motivasi dan menumbuhkan kesadaran bagi peserta didik lewat
pembiasaan-pembiaasaan dengan harapan dapat menjadi ciri khas
yang melekat pada pribadinya. Karena peserta didik adalah generasi
yang akan melanjutkan kepemimpinan sehingga dibutukhkan karakter
yang menjadi ciri khasnya. Nilai religius, moral, sosial, dan budaya
adalah nilai yang tak bisa hilang dalam pribadi peserta didik.
Dalam penanaman nilai karakter di sekolah, semua komponen
harus dilibatkan, termasuk didalamnya komponen pendidikan,
penggunaan sarana, pendanaan dan etos kerja seluruh pendidik dan
tenaga kependidikan serta peserta didik. Menumbuhkan nilai karakter
merupakan tugas semua stakeholder pendidikan. Menumbuhkan nilai
karakter tidak hanya dibebankan pada guru agama dan mata
pelajaran tertentu.
Seperti yang dijelaskan oleh Lickona, bahwa prinsip pendidikan
karakter dapat terlaksana secara efektif dengan menciptakan
komunitas sekolah yang penuh perhatian, memberi peserta didik
kesempatan melakukan tindakan moral, membuat kurikulum akademik
yang bermakna yang menghormati semua peserta didik,
mengembangkan sifat-sifat positif yang membantu peserta didik untuk
berhasil, serta melibatkan seluruh civitas sekolah sebagai komunitas
pembelajaran dan moral, melibatkan keluarga dan anggota
masyarakat sebagai mitra dalam melakukan evaluasi karakter
sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter dan sejauh
mana peserta didik memanifestasikan karakter yang baik.
Senada dengan teori yang diungkapkan oleh Lickona juga
disampaikan oleh Abu Bakar, S.Pd,. M.Pd bahwa Madrasah memiliki
perencanaan yang matang dan melibatkan seluruh stakeholder untuk
mencapai visi dan misi madrasah. Tidak hanya direncanakan akan
tetapi juga dilakukan evaluasi terkait pembiasaan-pembiasaan di
Madrasah. Dengan melibatkan orangtua dan masyarakat dapat
membantu mengontrol pembiasaan peserta didik di sekolah yang
kemudian juga dibiasakan di rumah. Menjalin komunikasi antara guru,
siswa, dan orangtua adalah kewajiban yang harus dilakukan. Adapun
pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan oleh pihak madrasah adalah
menjemput peserta didik, murojaah/menghafalkan surah-surah pilihan
dalam al quran, shalat duha secara berjamaah, dan shalat duhur
berjamaah. Adapun pembiasaan-pembiasaan yang lainnya
dikembalikan kepada guru kelasnya untuk berinovasi. Terkait dengan
perencanaan tambahan dan strategi dalam melakukan proses belajar
mengajar seutuhnya milik guru kelas, namun tak lepas dari
pengawasan kami. Karena menumbuhkan nilai karakter peserta didik,
yang lebih paham dan yang sering berkomunikasi dengan peserta
didik adalah guru kelasnya.
Dari paparan tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan
bahwa dalam pelaksanaan strategi guru kelas dalam menumbuhkan
nilai karakter peserta didik di MIS Madani Alauddin Pao-Pao, telah
selaras dengan teori yang dipaparkan sebelumnya, bahwa seluruh
civitas sekolah memiliki peran dalam pembentukan karakter peserta
didik. Dalam menumbuhkan nilai karakter peserta didik dilaksanakan
sebuah pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan baik di dalam
maupun di luar kelas. Memadukan pembelajaran dengan
pembiasaan-pembiasaan yang ada kemudian diinovasi oleh masing-
masing guru kelas. Hal tersebut dilakukan setiap hari dan strategi
yang digunakan oleh guru kelas disesuaikan.
Ada banyak hal yang bisa didapatkan ketika melakukan
pembiasaan-pembiasaan di sekolah khususnya di dalam kelas.
Strategi yang digunakan oleh guru kelas tentunya tak lepas dari visi,
misi, dan tyujuan madrasah yakni menumbuhkan nilai karakter
sehingga menjadi pusat unggulan dalam persoalan karakter. Seperti
berdoa sebelum dan sesudah belajar. adapun manfaatnya adalah
sebagai berikut :
1. Menenangkan hati dan pikiran
2. Otak akan akan selalu berpikiran yang positif.
3. Mencerminkan sikap yang baik.
Selain berdoa, hal yang juga dibiasakan adalah mengaji. Dengan
membiasakan mengaji tentulah akan memberikan ketenangan hati,
dan jugan menjadi investasi bagi peserta didik itu sendiri juga untuk
orangtuanya sebagai ladang pahala.
Selanjutnya adalah shalat duha secara berjamaah. Shalat duha
merupakan kegiatan yang rutin dilakukan dalam menumbuhkan
karakter spiritual peserta didik. Menurut Kharisman (2015) dalam Nur
Arif (2018), banyak keutamaan yang akan didapat ketika
melaksanakan shalat duha, yaitu :
1. Sebagai shodaqoh harian seluruh persendian.
2. Empat rakaat sholat duha bisa menyebabkan perlindungan hingga
sore hari,
3. Shalatnya orang yang senantiasa kembali kepada Allah.
4. Jika seorang ikut shalat subuh di masjid kemudian terus berdzikir
hingga masuk waktu duha dan selanjutnya shalat 2 rakaat di waktu
duha, maka pahalanya seperti haji atau umrah secara sempurna.
5. Dua rakaat shalat duha adalah wasiat Nabi kepada beberapa
sahabat, yaitu Abu Khurairah, Abu dzar, dan Abu Darda.
6. Barang siapa yang berwudu kemudian berangkat ke masjid untuk
shalat duha, maka ia bagaikan pasukan perang dijalan Allah yang
dekat tujuannya, cepat pulangnya, dan banyak ghanimah (harta
rampasang perang) yang didapatkan.
7. Barang siapa yang shalat duha 2 rakaat maka tercatat bukan
sebag orang yang lalai, 4 rakaat tercatat sebagai ahli ibadah, 6
rakaat tercatat sebagai orang yang dicukupi hari itu, 8 rakaat
tercatat sebagai orang yang banyak taat, dan 12 rakaat tercatat
sebag orang yang akan dibangunkan rumah di surga.
Junaedi (2018) mengatakan bahwa manfaat lain dari shalat
duha adalah disamping bagian darikekuatan untuk memperoleh
rezki, shalat duha juga merupakan waktu untuk mengingat Allah
SWT karena diwaktu tersebut kebanyakan orang-orang lengah
berdzikir atau ingan kepada Rabb-Nya. Selain itu, dengan adanya
shalat duha di Madrasah/Sekolah diharapkan mampu jadi
pemantik bagi kita semua untuk melakukan pembiasaan sehingga
pelaksanaannya bukan hanya di sekolah/Madrasah saja, namun
juga dilaksanakan di rumah dan dimanapun kita berada.
Selanjutnya adalah shalat duhur secara berjamaah. Shalat
duhur adalah pembiasaan yang dilakukan agar peserta didik terbiasa
shalat dengan tepat waktu dan juga secara berjamaah. Karena tentu
dipahami bahwa shalat lima waktu adalah kewajiban yang harus
ditunaikan oleh umat muslim.
Selain nilai spiritual, nilain yang ditumbuhkan adalah nilai
budaya. Dalam hal ini yang dilakukan oleh peserta didik lewat
bimbingan guru kelasnya adalah dengan melakukan kegiatan literasi.
Peserta didik tiap hari diwajibkan membaca dan menuliskan hasil
bacaannya lewat buku literasi yang telah disiapkan. Undang-undang
Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, tertuang dengan jelas
aturan-aturan mengenai hak, kewajiban, kewenangan, standar
nasional, koleksi, layanan, pengembangan, penyelenggaraan, sarana
dan prasarana, pendanaan, kerjasama pembudayaan gemar
membaca, dan sanksi. Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa
dalam rangka mencerdkan kehidupan bangsa, perlu ditumbuhkan
budaya gemar membaca melaluipengembangan dan pendayagunaan
perpustakaan sebag sumber informasi yang berupa karya tulis, karya
cetak, dan / atau karya cetak.
Abidin (2010) dalam Nur Arif (2018), membaca adalah produk
yang didefenisikan sebagai pemahaman atas simbol-simbol bahasa
tulis yang dipelajari seseorang. Membaca adalah proses untuk
mendapatkan informasi. Adapun tujuan dari membaca adalah sebagai
berikut :
1. Menemukan informasi yang dibutuhkan.
2. Mendapatkan inspirasi.
3. Mengisi waktu luang.
Strategi yang dilakukan oleh guru kelas V, tentu sejalan
dengan apa yang menjadi program pemerintah dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa. Karena sejatinya penerus generasi adalah peserta
didik. Selanjutnya strategi yang dilaksanakan oleh guru kelas tentu
memberikan situasi yang nyaman bagi peserta didik. Sebagaimana
yang dijelaskan oleh Junaedi (2018) dalam bukunya bahwa
menerapkan strategi kelas tentu ingin menjadi sosok guru yang
dirindui. Adapaun kiat menjadi guru yang dirindui yang sejalan dengan
strategi guru kepada peserta didik adalah menganggap mereka
(peserta didik) adalah teman, membuka dan menutup pembelajaran
dengan games dll, dan tentunya menjadi guru yang gaul yang
uptodate.
C. Evaluasi Strategi Guru kelas dalam Menumbuhkan Nilai Karakter
Peserta didik.
Evaluasi untuk pendidikan karakter dilakukan untuk mengukur
apakah anak sudah memiliki satu atau sekelompok karakter yang
ditetapkan oleh sekolah dalam kurun waktu tertentu. Karena itu, substansi
evaluasi dalam konteks pendidikan karakter dalam upaya membandingkan
perilaku anak dengan standar (indikator) karakter yang ditetapkan oleh
guru dan/atau Madrasah.
Proses membandingkan antara perilaku anak dengan indikator
karakter dilakukan melalui suatu proses pengukuran. Proses
pengukuran dapat dilakukan melalui tes tertentu atau tidak melalui tes
(non tes). Tujuan evaluasi pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kemajuan hasil belajar dalam bentuk kepemilikan sejumlah
indikator karakter tertentu pada anak dalam kurun waktu tertentu;
2. Mengetahui kekurangan dan kelebihan desain pembelajaran yang
dibuat oleh guru; dan
3. Mengetahui tingkat efektivitas proses pembelajaran yang dialami oleh
anak, baik pada setting kelas, sekolah, maupun rumah.
4. Mengetahui tingkat perubahan dari pembiasaan-pembiasaan yang
diterapkan.
Berdasarkan tujuan evaluasi pendidikan karakter di atas, dapat
dipahami bahwasanya evaluasi pendidikan karakter tidak terbatas pada
pengalaman anak di kelas, tetapi juga pengalaman anak di sekolah dan di
rumah. Tentu saja hal ini terbatas pada pengalaman belajar anak yang
didesain secara khusus oleh guru. Dalam hal ini, desain RPP yang dibuat
oleh guru memang betul-betul merumuskan pengalaman belajar anak di
rumah. Artinya evaluasi belajar anak di rumah tidak dilakukan jika
memang guru tidak mendesain adanya pembelajaran di rumah.
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, guru merupakan
komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Ruang kelas
merupakan setting utama dalam penilaian pendidikan karakter. Di dalam
kelas guru akan melaksanakan proses pembelajaran hingga evaluasi
dalam pembelajaran. Evaluasi pendidikan karakter akan dilaksanakan di
dalam kelas dengan melakukan pengamatan (observasi) terhadap tingkah
laku peserta didik, baik perilakunya dengan antar peserta didik maupun
dengan guru.
Sekolah merupakan setting kedua dalam penilaian pendidikan
karakter, dimana di sekolah peserta didik akan berinteraksi dengan teman-
temannya, guru lainnya (termasuk kepala sekolah dan wakil kepala
sekolah), pustakawan, laboran, tenaga administrasi sekolah, dan penjaga
sekolah. Dalam setting kedua ini, peserta didik akan berhadapan dengan
semua warga sekolah dengan jumlah yang lebih besar daripada setting
utama (di kelas). Guru akan mengamati bagaimana peserta didik
berinteraksi dengan warga sekolah, serta memberikan penilaian
berdasarkan aspek karakter apa yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Setting evaluasi pendidikan karakter yang terakhir adalah di rumah,
dimana di rumah penilaian karakter akan melibatkan peserta didik, orang
tuanya (jika masih ada) atau walinya, kakak, dan adiknya (jika ada).
Penilaian karakter pada setting ini, guru dapat melakukan kunjungan
rumah untuk melakukan pengamatan atau interview (wawancara) dengan
orang tua peserta didik. Jika tidak sempat, maka wawancara atau
mengevaluasi nilai karakter peserta didik ditanyakan ke orangtua lewat
media sosial (WA) atau pada saat ada rapat dan penerimaan raport.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa guru
sebagai manajer pembelajaran harus mengambil strategi dan tindakan
perbaikan apabila terdapat kesenjangan antara proses pembelajaran yang
terjadi secara faktual dengan yang telah direncanakan dalam program
pembelajaran. Penilaian merupakan salah satu aspek penting dalam
pembelajaran agar sebagian besar peserta didik dapat mengembangkan
potensi dirinya secara optimal, karena banyaknya peserta didik yang
mendapat nilai rendah atau di bawah standar akan mempengaruhi
efektivitas pembelajaran secara keseluruhan. Oleh karena itu, suatu
karakter tidak dapat dinilai dalam suatu waktu (one shot evaluation), tetapi
harus diobservasi dan diidentifikasi secara terus-menerus dalam
keseharian anak, baik di kelas, sekolah, maupun rumah.
Selain mengevaluasi hasil belajar peserta didik, juga dilakukan
evaluasi terkait dengan pembiasaan-pembiasaan yang diprogramkan baik
pihak madrasah maupun guru kelas itu sendiri. Berikut adalah beberapa
nilai karakter yang dapat dievaluasi oleh guru kelas kepada peserta didik :
Nilai religius dan nilai Moral adalah nilai kerohanian yang tertinggi,
bersifat mutlak dan abadi, serta bersumber pada kepercayaan dan
keyakinan dalam diri manusia.Contoh nilai religius adalah seseorang yang
mengerjakan perintah agamanya seperti shalat. Guru kelas dalam hal ini
sebagai penanggung jawab dalam menumbuhkan nilai karakter peserta
didiknya, dilakukan pengawasan dan penilaian. Hal yang dilakukan oleh
guru kelasnya adalah melihat dan mengawasi aktivitas peserta didiknya,
apakah pembiasaan yang diprogramkannya masih diperintahkan atau
melakukannya dengan sendiri.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan guru kelas, ia
menyampaikan bahwa secara garis besar pembiasaan yang diterapkannya
dapat dilakukan dengan baik oleh peserta didiknya baik ada guru atau
tanpa guru. Apa yang diungkapakan oleh guru kelas V, tentu memebrikan
gambaran bahwa nilai spiritual peserta didiknya sudah tertanam dalam hati
masing-masing dan menyadari bahwa shalat adalah kewajiban yang tidak
boleh ditinggalkan.
Nilai sosial merupakan suatu konsep abstrak di diri manusia
tentang apa yang dianggap baik dan dianggap buruk, indah atau tidak
indah, dan benar atau salah. Kerjasama dan makan bersama yang
diterapkan oleh guru kelas memberikan dampak yang besar kepada
peserta didik. Dengan adanya program sabtu sehat, benar-benar nampak
nilai sosial dari peserta didik. Hal yang disampaikan oleh guru kelas V
bahwa jika ada salah seorang dari mereka yang tidak membawa bekal,
maka teman yang lainnya saling membantu dan berbag makanan. Apa
yang dilakukan oleh peserta didik tentu tak lepas dari bimbingan dan
nasehat guru kelas bahwasanya manusia hidup seperti roda, kadang di
atas kadang juga berada di bawah. Hari ini kita yang membantu, boleh jadi
esok hari kita yang dibantu.
Nilai budaya adalah hasil dari bkebiasaan-kebiasaan yang
dilakukan oleh seseorang. Dalam hal ini, peserta didik menjunjung tinggi
nilai budaya seperti kebiasaan kata ”tolong” senantiasa dituturkan oleh
pseserta didik. Hal yang lain yang juga merupakan budaya peserta didik
kelas V adalah dengan melakukan kegiatan literasi. Guru kelas sengaja
memilih program tersebut agar peserta didik terbiasa sejak dini dalam hal
menulis dan membaca sehinga informasi mudah saja diterima dan tidak
menjadi peserta didik yang ketinggalan informasi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di MIS Madani Alauddin Pao-Pao dalam
menumbuhkan nilai Karakter pada peserta didik, peneliti menarik kesimpulan
bahwa:
1. Terkait dengan perencanaan strategi guru dalam menumbuhkan nilai
karakter pada peserta didik di MIS Madani Alauddin Pao-Pao, dapat
terlaksana secara baik dan secara garis besar yaitu dengan adannya
tindakan seperti:
a. Dalam perencanaan untuk menumbuhkan nilai karakter pada
peserta didik guru terlebih dahulu menganilis SK, KD, dan indikator
materi yang akan disajikan untuk mengetahui nilai karakter yang
akan di selipkan yang sesuai dengan materinya.
b. Dalam praktik pembelajarannya, MIS Madani Alauddin Pao-Pao
menerapkan konsep pembelajaran yang menyenangkan
menerapkan nilai Keislaman, kreatifitasan, menyenangkan, dan
kewirausahaan.
c. MIS Madani Alauddin Pao-Pao memiliki program-progam unggulan
untuk menunjang proses belajar Peserta didik khususnya kelas V
seperti sabtu gizi dan sabtu kuis. Selain itu, program unggulan juga
diterapkan oleh pihak Madrasah yakni kelas tahfidz dan kelas
karate.
d. Menempatkan peserta didik sebagai pusat kegiatan belajar. peserta
didik dilibatkan dalam proses pencarian pengetahuan dan informasi.
Sehingga peserta didik memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi
dan antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, serta cakap
mengolah setiap informasi yang ia peroleh.
e. Untuk mengoptimalkan strategi dalam menumbuhkan nilai karakter,
Mis Madani Alauddin Pao-Pao dalam hal ini guru kelas dan pihak
sekolah bersinergi dengan orang tua dan masyarakat, agar proses
pendampingan belajar peserta didik bisa terfasilitasi dengan baik.
Seperti membentuk forum orang tua dan pelibatan orang tua dalam
beberapa proses belajar putra-putrinya (paguyuban).
f. Dalam Menumbuhkan nilai ke-Islaman lewat tindakan sehari-hari
atau berupa pembiasaan seperti shalat dhuha, shalat dhuhur, ngaji
time, dan baca tulis Al Quran
g. Konsep sekolah yang diterapkan di MIS Madani Alauddin Pao-Pao
adalah Membentuk manusia berakhlak mulia, berprestasi, disiplin,
dan berbudaya lingkungan, menjadikan lingkungan di sekitar
sekolah sebagai sarana belajar peserta didik.
h. Mendesain tempat belajar dengan konsep terbuka sebagai upaya
untuk memerdekakan peserta didik, memfasilitasi gaya belajar
peserta didik, serta menjadikan suasana belajar menjadi lebih
menyenangkan dan tidak membosankan.
i. Para peserta didik diberi tanggung jawab untuk memimpin ibadah
sholat berjama‟ah dengan sesama temannya. Juga dalam
beberapa acara rutin yang biasa diadakan lembaga. Lewat program
ini rasa kepercayaan diri serta tanggung jawab peserta didik
tumbuh.
2. Terkait dengan strategi guru dalam menumbuhkan nilai karakter pada
peserta didik di MIS Madani Alauddin Pao-Pao, dapat terlaksana
secara baik dan secara garis besar yaitu dengan adannya tindakan
seperti:
a. MIS Madani Alauddin Pao-Pao tidak menjadikan nilai-nilai yang
tinggi dalam lembaran raport dan ijazah siswa sebagai hasil yang
ingin dicapai, melainkan hanya memberikan siswa bekal agar
cerdas mengolah informasi yang ia peroleh,serta memiliki
kecakapan untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan.
b. Peserta didik di MIS Madani Alauddin Pao-Pao memiliki kecakapan
untuk mengolah informasi yang mereka peroleh. Karena dalam
proses belajarnya peserta didik dilibatkan dalam proses pencarian,
para guru hanya memposisikan dirinya sebagai pendamping
kegiatan belajar peserta didik.
c. Peserta didik MIS Madani Alauddin Pao-Pao memiliki kemampuan
mengaji yang bagus, sikap dan budi pekerti yang santun.
d. Peserta didik di MIS Madani Alauddin Pao-Pao memiliki rasa
kepercayan diri yang tinggi. Hal ini ditunjukan lewat keberanian
mereka tampil menjadi pengisi acara-acara yang diadakan
lembaga yang dihadiri banyak orang. Rasa percaya diri
penting dimiliki setiap anak agar mampu mengeluarkan segala
potensi yang dimilikinya.
e. Menjadikan ajaran agama Islam sebagai tuntunan dalam
bersikap, mengambil keputusan dan bertutur kata.
f. Peserta didik di MIS Madani Alauddin Pao-Pao mampu
melaksanakan ibadah sholat dengan baik, membaca doa-doa
harian dan memahami pentingnya khusu dalam beribadah.
3. Terkait dengan evaluasi strategi guru kelas dalam menumbuhkan nilai
karakter pada peserta didik di MIS Madani Alauddin Pao-Pao, dapat
terlaksana secara baik dan secara garis besar yaitu dengan adannya
faktor pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan nilai
Karakter pada peserta didik, secara garis besar adalah:
a. Faktor penghambat dalam menumbuhkan nilai Karakter pada
peserta didik di MIS Madani Alauddin Pao-Pao, adalah:
1) Sarana dan prasarana,
2) Peserta Didik,
3) Perkembangan Teknologi, dan
4) Kurikulum yang sesuai.
b. Faktor pendukung dalam dalam menumbuhkan nilai Karakter
pada peserta didik di MIS Madani Alauddin Pao-Pao adalah:
1) Kerjasama pihak sekolah dengan orang tua, dan
2) Optimalisasi pembinaan karakter disekolah (kegiatan
ekstrakurikuler dan kegiatan keagamaan).
B. Saran
Setelah melakukan analisis dan kesimpulan, peneliti memberikan saran-
saran kepada pihak yang berkepentingan, antara lain:
1. Kepala Sekolah atau pengelola lembaga pendidikan perlu menata
orientasi sekolah, agar tidak semata menjadikan peserta didik
unggul secara kognitif. Dengan bukti prestasi pada kejuaraan atau
perlombaan, melainkan lebih pada upaya mempersiapkan peserta
didik menjadi individu yang tangguh menghadapi masalah yang
ditemui di kehidupannya, cakap mengolah informasi, serta memiliki
kepedulian sosial.
2. Bagi guru : pendidikan karakter diharapkan mampu menjadi wahana
yang konstruktif bagi peningkatan pendidikan di sekolah dasar.
Kegiatan pembelajaran tidak seharusna hanya penumpukan
intelektual saja, akan tetapi juga internalisasi nilai spiritual, moral,
sosial dan budaya, sehingga menjadikan peserta didik lebih responsif
terhadap realitas yang ada khususnya lingkungan hidup sebagai
tempat seluruh makhluk hidup ciptaan tuhan.
3. Para orang tua dan peserta didik hendaknya mengerti dan paham
tujuan pendidikan karakter yang tidak fokus pada nilai-nilai tinggi pada
lemabaran ijazah, melainkan lebih pada upaya membantu peserta
didik untuk menemukan potensi peserta didik, untuk dikembangkan
dan diaktualisasikan.
4. Kepada peneliti selanjutnya hendaknya mengembangkan penelitian
ini dengan melakukan penelitian dengan jangkauan lebih luas dan
mendalam. Hasil dari analisis tentang penanaman nilai-nilai karakter
peserta didik ini belum mendalam dan terdapat banyak kekurangan
akibat dari keterbatasan waktu, sumber rujukan, metode serta
pengetahuan dan ketajaman analisis yang peneliti lakukan, oleh
karena itu diharapkan terdapat peneliti baru yang mengkaji ulang
secara lebih mendalam dari hasil penelitian ini.
Daftar Pustaka Arif, Nur. 2018. 6 Rahasia Sukses Pendidikan Karakter di Sekolah. Pare-Pare : CV
Kaaffah Learning Center Sulawesi Selatan
Burhan Nurgiyantoro (2005) .Sastra Anak : Pengantar Pemahaman Dunia Anak.
Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Departemen Agam RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: yayasan penyelenggara
dan Penterjemah al-Qur’an, 1971).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1997)
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Doni kusuma A, Pendidikan Karakter : Strategi Mendidik Anak Zaman Global (cet,I;
Jakarta : Grasindo, 2007),h.312
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta.
Junaedi. 2018. Menjadi Guru yang dirinduinya. Surabaya : CV Pustaka Media Guru .
Junaedi dan Ahmad. 2018. Cintaku Berlabuh di Madrasah (Profil Pesantren
Madrasah Madani). Kalbar-Indonesia : Pustaka One
Kesuma, Dharma, dkk. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Koesoema, A Doni. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. Jakarta: Grasindo.
Labbiri. 2018. Membangun Karakter dan Budaya Literasi. Makassar : P3i Press
Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character. New York: Bantam Books.
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian KualitatifEdisi Revisi. Bandung: PT
Remaja rosdakarya.
M. Munandar Soelaeman 2005. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT Refika Aditama.
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Bina Aksara, 1989), Lihat dalam
Syaiful Bahri Djamalah, op. cit., h. 38
Rosyadi. (1995). Nilai-nilai Budaya dalam Naskah Kaba. Jakarta: CV Dewi.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan
R&D) (Bandung: Alfabeta, 2010) hlm 336.
Salma. 2018. Menjadi Guru Yang Dirindukan Murid. Surabaya : CV Pustaka Media
Guru.
Suprayogo, Imam. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Malang: UIN Malang
Press.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Soekanto,Soerjono.1983. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta
Tim Pelaksana Program DPP Bakat, dan Ketrampilan FITK UIN Sunan Kalijaga.
2011. Pendidikan Karakter : Pengalaman Implementasi Pendidikan Karakter
di Sekolah, Yogyakarta: Aura Pustaka.
UU RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (cetakan II; Jakarta:
BP. Panca Usaha, 2004), h 11
Widyani, Novan Ardy. 2013. Membumikan Pendidikan Karakter di SD; Konsep,
Praktik dan Strategi. Jogjakarta: AR-Ruzz Media
Lampiran 1
InstrumenDokumentasi
Berilah tanda cek (√) pada kolom “Ada” apabila aspek yang diamati muncul
dan berilah tanda cek(√) padakolom “Tidak” apabila aspek yang diamati tidak
muncul serta tuliskan deskripsi mengenai aspek yang diamati jikadi perlukan.
No Dokumen yang dibutuhkan Jenisdokumen Keterangan
Ada Tidak
1 Profil Sekolah
2 Struktur organisasi sekolah
4 Jaminan Mutu sekolah
5 Program kerja
6 Visi-misi sekolah
7 Daftar pegawai tetap
8 Daftar pegawai honorer
9 Kegiatan pembelajaran
11 Kegiatan program tahunan
12 Kegiatan program semester
13 RPP
14 Silabus
Lampiran 2
PEDOMAN OBSERVASI
1. Identitasobservasi
a. Kelas yang diamati :
b. Hari, tanggal :
c. Waktu :
2. Aspek yang diamati
Proses kegiatanbelajar-mengajar
No
Aspek yang di amati
Observasi
Ya Tdk
1 Guru memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran kepada peserta didik.
2 Guru melakukan apresepsi pada awal pembelajaran
3 Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
3 Guru menggunakan variasi metode yang menarik
4 Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman peserta
didik
5 Guru melakukan interaksi terhadap peserta didik
4 Guru member pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa
5 Guru member penilaian terhadap pekerjaan siswa
6 Peserta didik memperhatikan guru yang sedang menyampaikan
pembelajaran
7 Peserta didik antusias mengikuti pembelajaran
8 Peserta didik tekun mengerjakan tugas
9 Peserta didik lebih senang belajar secara mandiri
10 Peserta didik senang mencari dan memecahkan masalah
Pedoman Wawancara
TRANSKIP WAWANCARA
A. Kepala Madrasah
Nama : Abu Bakar, S.Pd,.M.Pd
Hari tanggal :
1. Bagaiman program-program yang ada di MI Pak ?
Berbicara tentang program-program yang ada di madrasah ibtidaiyah itu
pembinaan karakter sesuai dengan kurikulum pemerintah yang dimana
kurikulum 2013 itu sangat menginginkan bagaimana karakter itu bisa
terbentuk terutama di mi. Jadi dari dasar itu kita bicarakan bersama seluruh
stekholder yang ada di madrasah ibtidaiyah madani sama guru-guru,sama
staf,bahwa dalam hal penanaman karakter dan pembiasaan kepada siswa,
apa yang perlu kita lakukan bersama sehingga itu bisa menjadi nilai tambah
sekolah terkhusus bagi siswa itu sendiri. Jadi muncullah beberapa ide-ide
yang paling pertama ingin bentuk adalah pembiasaan. Pembiasaan-
pembiasaan yang kita bentuk mulai dari pagi hari, mulai anak-anak sudah
datang itu kita sudah jemput di pekarangan sekolah yang dimana pada saat
anak-anak sudah diantar sama orang tuanya,anak-anak pertama sekali bisa
hormat sama gurunya. Jadi ada guru yang menjemput ? iya ada guru yang
berdiri di depan halaman dan salaman ke guru-gurunya, kami juga berupaya
memisahkan antara guru laki-laki dengan prempuan. Yang dmna untuk siswa
perempuan bersalaman dgn guru perempuan, siswa laki-laki bersalaman
dengan guru laki-laki. Kenapa kita tanamkan sejak dini agar supaya anak-
anak bisa paham bahwa salaman yang bukan lawan jenis. Artinya kita
berusaha dengan begitu siswa berpikir o ternyata tidak boleh bersalaman
dengan yang buan mahram. Itu pelajaran pertama. Bersalaman dengan guru
supaya siswa patuh dan sopan sama guru. Itu ketika mereka datang. Itu kita
mulai jam 07.00-07-15. Jam 07.15 anak anak sudah masuk di kelas
melakukan pembiasaan –pembiasaan yaitu membaca surah-surah pendek,
harapan kami ketika ada anak-anak yg tdak hafal surah-surah pendek, anak-
anak yang hafal ini akan membaca setiap pagi sehingga anak anak yang
tidak hafal bisa mendengarkan teman-temannya sehingga bisa terbiasa.
Harapannya anak-anak bisa menghafal dari mendengarkan. Dan untuk anak-
anak kelas 1-6 kita upayakan dan harapannya anak anak bisa hafal jus 30
sehingga di biasakan sejak kelas 1 jadi itu adalah program-program kami.itu
kurang lebih 15 menit. Dari rentang waktu dari 07.15 ke 7.30. 07.30 kami
melakukan pembiasaan yang ke 3 melakukan pembiasaan shalat duha. Nah
salah satu kegiatannya di masjid selain shalat duha kita juga ajari anak-anak
tatacara wudhu sambil mengevaluasi tata cara pelaksanaan shalat. Untuk
kelas tinggi mungkin kelas 3 kita evaluasi bacaan shalat. Ya karna kita
harapannya kelas 2 kelas 3 sudah hafal bacaan shalat. Kelas 1 pun kalo bisa
itu kelas 1-3 apalagi kelas 4 sampai kelas 6. Itu sdilakukan kurang lebih 10
menit jam 08.10 menit .jadi kalo masih ada waktu kita juga membiasakan
anak-anak untuk membaca iqra. Jadi ketika anak-anak yang tidak tau baca
iqra kita bina juga. Biasa juga digunakan tutor sebaya jadi anak-anak yang
sudah tau mengajari temannya. Yang ngajar itu pak siapa ? gurunya yang
mengajari tapi biasa jg digunakan tutor sebaya. Terkadang pembacaan iqra di
lakukan di kelas karena di masjid ribut.
2. Apakah guru kelas memiliki peranan penting dalam menumbuhkan nilai-nilai
karakter siswa ?
Sebenarnya guru kelas memiliki peranan penting dari awal anak-anak datang
sampai mereka pulang, itu peranan yang sangat di butuhkan untuk wali kelas.
Jadi jam 08.10 baru di mulai PBM un tuk jam pertama.
3. Nilai-nilai karakter dan outputnya dari pembiasaan yang di tanamkan oleh
siswa melalui guru kelasnya ?
Outputnya yang saya lihat hasil pembiasaan-pembiasaaan yang dilakukan
mulai pagi sampei masuknya proses pembelajaran. Saya selaku penanggung
jawab biasa sharing dengan guru-guru atau wali klas tentang perkembangan
anak-anaknya, karena yang lebih dekat dengan siswa dan orang tua siswa
adalah wali kelasnya. Jadi saya biasa menyampaikan ke wali kelasnya tolong,
di tanyakan kepada orangtuanya di rumah perkembangan anak-anaknya
karena yang bisa kita tau perkembangannya pada saat anak-anak di sekolah.
Jadi saya selalu menyampaikan kepada guru agar membangun komunikasi
aktif pada orang tua. Nah dari situlah biasa orang tua melapor bahwa
anaknya alhamdulillah ada perkembangan, sudah tau cara berwudu, bacaan
shalatnya sudah tau. Alhamdulillah itu laporan dari orang tua siswa. Karena
terkadang hari ahad dan hari libur pembiasaaan itu tidak di laksanakan. Jadi
harapan kita ini pembiasan-pembiasaan pagi sudah tertanam sejak dini.
4. Bagaimana dengan mata pelajaran yang di ajarkan pak ?
Sebenarnya untuk di madrasah kami yang menjadi guru agama adalah guru
kelas masing – masing karena ketika kami melakukan perekrutan itu lebih
banyak dari alumni madrasah / pendidikan guru madrasah ibtidaiyah dari UIN.
Adapun beberapa guru yang bukan dari alumni PGMI, tapi setelah kami
melakukan wawancara basic agamanya lebih banyak dari pgsd dan aktif di
organisasi kampus tentang agama jadi bisa diajarkan oleh siswa. Jadi
perekrutannya itu di lakukan beberapa tahap dan di seleksi oleh beberapa
pimpinan mulai dari wakil direktur 1,2,dan 3 dan 3 kepala madrasah.
5. Apa harapan bapak terkait dengan pendidikan karakter kepada siswa ?
Harapan saya secara pribadi hususnya siswa dari dini tertanam pendidikan
karakter yang bisa di pertahankan hingga nanti dari pembiasaan-pembiasaan
yang dilakukan sehingga bisa menjadi karakternya itu sendiri yang unggul di
pengetahuan umum dan ilmu agama. Harapan saya inipun sama dengan
stekholder yang ada di madrasah menjadi generasi bangsa yang bisa
berakhlak mulia dan menjadi pemimpim bangsa yang islami.
B. Guru Kelas
Nama : Baharuddin, S.Pd.I
Hari tanggal :
1. Bagaiman bapak melihat dan melaksanakan pendidikan karakter
khususnya mata pelajaran ?
Pendidikan karakter, sekarang bukan lagi sekolah tapi sudah menglobal.
Pemerintah sudah canangkan. Tentu kalo berbicara tentang karakter tentu
ada pembiasaan-pembiasaan yang kami lakukan dan hususnya di
lembaga kami memang ada sejalan dengan visi misi yang ada di
madrasah agar senantiasa mengembangkan karakter siswa. Jadi sebelum
PBM berlangsung anak –anak di biasakan shalat duha. Selain itu
diperhatikan juga gerakan dan bacaan shalatnya. Dan pembiasaan
menghafal surah-surah pendek dan artinya di gilir dari kelas 1 sampai
kelas 6. Jadi alhamdulillah anak-anak banyak yang hafal surah – surah
pendek dan artinya. Jadi antara pengetahuan umum dengan pengetahuan
agama itu fifti-fifti. Selain itu kami juga perhatikan kedisiplinannya
kedatangannya dan pengerjaan tugas-tugasnya. Hampir smua mata
pelajaran dan di MI itu ada 5 mata pelajaran agama dan kita ini lebih
banyak akses untuk mengembangkan karakter anak-anak . jadi
penilaiannya itu kita perhatikan kognitifnya afektif dan psikomotoriknya.
Dan selalu juga di berikan pesan-pesan moral sebelum dan di ahir
pelajaran. Adapun mata pelajaran agama itu ada Ski,Fiqih,Quran
Hadist,Bahasa Arab, dan Akidah Akhlak.
2. Apakah bapak menemukan kendala dalam menumbuhkan nilai-nilai
karakter siswa ?
Saya rasa pengalam saya, terus terang bukan juga mau ini yah merasa
hebat ya. Itukan kalo mau mengajar ada namanya persiapan dan evaluasi.
Umunya disini dan semua mungkin selalu ada perencanaan sebelum
pelajaran di mulai,kita rumuskan pembelajarannya., jadi tidak ada kendala
dalam menumbuhkan pendidikan karakter itu. Khusus handphone anak-
anak di larang bawa hp. Kita punya hp umum di kantor yang bisa dipake
untuk komunikasi dengan orang tua, apalagi sekarangkan zaman
globalisasi jadi alhamdulillah komunikasi dengan orangtua siswa itu
lancar.
3. Apakah pembiasan-pembiasaan yang dilakukan di sekolah juga di lakukan
di rumah dan dipantau oleh bpak ?
Kalo di sekolah alhamdulillah dari pembiasaan seperti duha,hafalan dan
lain-lain. Jadi kita komunikasi dengan orangtua di WA dan ada juga kartu
kontrolnya termasuk sebenarnya hafalan surah-surah pendeknya supaya
bisa di evaluasi.
C. Peserta Didik
Nama : Arini Nurul Iffah
Kelas : V (lima)
Hari tanggal :
1. Pembiasaan-pembiaaan apa yang kamu lakukan selama di sekolah ?
baca surah-surah pendek, berdoa dan shalat duha. Setelah itu ke kelas
mengaji dan langsung belajar.
2. Kebaikan-kebaikan apa yang kamu lakukan di dalam kelas ?
Pinjam pulpen dan meminta izin
3. Apakah kamu suka belajar di kelas ?
Saya suka belajar di kelas karena gurunya baik
4. Apakah ibu gurunya suka menegur siswa yang jalan-jaln selama
pembelajaran di mulai ? iya suka menegur
5. Apakah kamu sering mengucapkan salam dan cium tangan guru ketika
bertemu ?
Iya biasanya kalo ketemu salam dan cium tangan
6. Menurut kamu pentingkah pembiasaan-pembiasaan itu dilakukan juga di
rumah ?
Iya penting supaya untuk melatih dapat dibiasakan sampai besar
DOKUMENTASI