BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomyelitis, dan dapat timbul akut atau
kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi
local yang berjalan dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali timbul sebagai
komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring (faringitis), telinga
(otitis media) dan kulit (impetigo). Bakterinya (Staphylococcus aureus, Streptococcus,
Haemophylus influenzae) berpindah melalui aliran darah menuju metafisis tulang didekat
lempeng pertumbuhan dimana darah mengalir ke dalam sinusoid.1,3
Akibat perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat peradangan
yang terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan. Perlu sekali mendiagnosis osteomyelitis
ini sedini mungkin, terutama pada anak-anak, sehingga pengobatan dengan antibiotika dapat
dimulai, dan perawatan pembedahan yang sesuai dapat dilakukan dengan pencegahan
penyebaran infeksi yang masih terlokalisasi dan untuk mencegah jangan sampai seluruh
tulang mengalami kerusakan yang dapat menimbulkan kelumpuhan. Diagnosis yang salah
pada anak-anak yang menderita osteomyelitis dapat mengakibatkan keterlambatan dalam
memberikan pengobatan yang memadai.1,2
Pada orang dewasa, osteomyelitis juga dapat awali oleh bakteri dalam aliran darah,
namun biasanya akibat kontaminasi jaringan saat cedera atau operasi.
Osteomyeelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, osteomyelitis sangan resisten terhadap
pengobatan dengan antibiotika. Infeksi tulang sangat sulit untuk ditangani, bahkan tindakan
drainase dan debridement, serta pemberian antibiotika yang tepat masih tidak cukup untuk
menghilangkan penyakit.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Osteomielitis adalah suatu proses inflamasi akut ataupun kronis dari tulang dan
struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Dalam kepustakaan
1
lain dinyatakan bahwa osteomielitis adalah radang tulang yang disebabkan oleh organism
piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap
terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan
kanselosa dan periosteum.1,4
2.2. Epidemiologi
Pada keseluruhan insiden terbanyak pada negara berkembang. Osteomyelitis pada
anak-anak sering bersifat akut dan menyebar secara hematogen, sedangkan osteomielitis pada
orang dewasa merupakan infeksi subakut atau kronik yang berkembang secara sekunder dari
fraktur terbuka dan meliputi jaringan lunak. 4,5,6
Kejadian pada anak laki-laki lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan
dengan perbandingan 4:1. Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang, misalnya femur,
tibia, humerus, radius, ulna dan fibula. Namun tibia menjadi lokasi tersering untuk
osteomielitis post trauma karena pada tibia hanya terdapat sedikit pembuluh darah. 5,6
Faktor-faktor pasien seperti perubahan pertahanan netrofil, imunitas humoral, dan
imunitas selular dapat meningkatkan resiko osteomielitis. 6
Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonates adalah
sekitar 1 kasus per 1.000 kejadian. Sedangkan kejadian pada pasien dengan anemia sel sabit
adalah sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis setelah trauma pada kaki sekitar 16% (30-40%
pada pasien dengan DM). insidensi osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per
100.000 penduduk. Osteomielitis hematogen akut banyak ditemukan pada anak-anak, anak
laki-laki lebih sering terkena dibanding perempuan (3:1). Tulang yang sering terkena adalah
tulang panjang dan tersering adalah femur, tibia, humerus, radius, ulna, fibula. Pada dewasa
infeksi hematogen biasanya paling banyak pada tulang vertebra dibandingkan tulang
panjang.6,7
Orang dewasa terkena karena menurunnya pertahanan tubuh karena kelemahan,
penyakit ataupun obat-obatan. Diabetes juga berhubungan dengan osteomielitis,
imunosupresi sementara baik yang didapat ataupun di induksi meningkatkan faktor
predisposisi, trauma menentukan tempat infeksi, kemungkinan disebabkan oleh hematom
kecil atau terkumpulnya cairan di tulang. Morbiditas dapat signifikan dan dapat termasuk
penyebaran infeksi lokal ke jaringan lunak yang terkait atau sendi; berevolusi menjadi infeksi
kronis, dengan rasa nyeri dan kecacatan; amputasi ekstremitas yang terlibat; infeksi umum;
atau sepsis. Sebanyak10-15% pasien dengan osteomielitis vertebral mengembangkan temuan
neurologis atau kompresi corda spinalis. Sebanyak 30% dari pasien anak dengan osteomielitis
tulang panjang dapat berkembang menjadi trombosis vena dalam (DVT). Perkembangan
2
DVT juga dapat menjadi penanda adanya penyebarluasan infeksi.4,7
Komplikasi vaskular tampaknya lebih umum dijumpai dengan Staphylococcus Aureus
yang resiten terhadap methacilin yang didapat dari komunitas (Community-Acquired
Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus / CA-MRSA) dari yang sebelumnya diakui.
1. Mortalitas
Tingkat mortalitas rendah, kecuali yang berhubungan dengan sepsis atau keberadaan
kondisi medis berat yang mendasari.
Ras
Tidak ada peningkatan kejadian osteomielitis dicatat berdasarkan ras.
Jenis kelamin
Pria memiliki resiko relatif lebih tinggi, yang meningkatkan melalui masa kanak-
kanak, memuncak pada masa remaja dan jatuh ke rasio rendah pada orang dewasa.
Usia
Secara umum, osteomielitis memiliki distribusi usia bimodal. Osteomielitis akut
hematogenous merupakan suatu penyakit primer pada anak. Trauma langsung dan fokus
osteomielitis berdekatan lebih sering terjadi pada orang dewasa dan remaja dari pada anak.
Osteomielitis vertebral lebih sering pada orang tua dari 45 tahun.5,7
2.3. Etiologi
Organisme spesifik yang diisolasi dari osteomyelitis seringkali dihubungkan dengan usia
pasien atau keadaan-keadaan tertentu yang menyertainya (trauma atau riwayat operasi).
Staphylococcus aureus terlibat pada kebanyakan pasien dengan osteomielitis hematogenous
akut dan bertangguang jawab atas 90% kasus pada anak-anak yang sehat. Penyebab
osteomielitis pada anak-anak ialah Staphylococcus aureus (89-90%), Streptococcus (4-7%),
Haemophillus influenza (2-4%), Salmonella typhi dan Escherichia coli (1-2%). Bakteri
penyebab osteomielitis kronik terutama Staphylococcus aureus (75%), atau Escherichia coli,
Proteus atau Pseudomonas aeruginosa. Staphylococcus epidermidis merupakan penyebab
3
utama osteomielitis kronik pada operasi-operasi ortopedi yang menggunakan implan. 5,6,9
Selain disebabkan bakteri piogenik, osteomielitis juga dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri granulomatosa seperti tuberkulosis dan siphilis melalui proses spesifik, oleh jamur
seperti aktinomikosis yang pada awalnya seringkali bersifat kronik. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh virus. 4,7,9
Organism Comments
Staphylococcus aureus Organism most often isolated in all types of
osteomyelitis
Coagulase-negative staphylococci or
Propionibacterium species
Foreign-bodyassociated infection
Enterobacteriaceae species or Pseudomonas
aeruginosa
Common in nosocomial infections
Streptococci or anaerobic bacteria Associated with bites, fist injuries caused by
contact with another person's mouth, diabetic foot
lesions, decubitus ulcers
Salmonella species or Streptococcus
pneumoniae
Sickle cell disease
Bartonella henselae Human immunodeficiency virus infection
Pasteurella multocida or Eikenella corrodens Human or animal bites
Aspergillus species, Mycobacterium avium-
intracellulare or Candida albicans
Immunocompromised patients
Mycobacterium tuberculosis Populations in which tuberculosis is prevalent
Brucella species, Coxiella burnetii (cause of
chronic Q fever) or other fungi found in
specific geographic areas
Population in which these pathogens are endemic
Organisms Commonly Isolated in Osteomyelitis Based on Patient Age Infants (<1 year)
Group B streptococci
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Children (1 to 16 years)
4
S. aureus
Streptococcus pyogenes
Haemophilus influenzae
Adults (>16 years)
Staphylococcus epidermidis
S. aureus
Pseudomonas aeruginosa
Serratia marcescens
E. coli
Adapted with permission from Dirschl DR, Almekinders LC. Osteomyelitis. Common causes and
treatment recommendations. Drugs 1993;45:29-43.
2.4. Klassifikasi
Osteomyelitis merupakan penyakit yang kompleks, sehingga sistem klasifikasi yang
bervariasi telah dikembangkan disamping kategori umum yaitu akut, sub-akut, dan kronik.
System klasifikasi Waldvogel membagi osteomielitis dalam kategori hematogenous,
contiguous and chronic, sedangkan klasifikasi yang lebih baru menurut sistem klasifikasi
Cierny-Mader berdasarkan status dari proses penyakit, bukan etiologi, kronisitas, atau factor
lainnya sehingga istilah akut dan kronik tidak dipergunakan pada system Cierny-Mader
derajat pada system ini bersifat dinamik dan dapat berubah-ubah sesuai sesuai kondisi medik
pasien, keberhasilan terapi antibiotic dan pengobatan lainnya. 7,8
Waldvogel Classification System for Osteomyelitis Hematogenous osteomyelitis
Osteomyelitis secondary to contiguous focus
of infection
No generalized vascular disease
Generalized vascular disease
Chronic osteomyelitis (necrotic bone)
Cierny-Mader Staging System for Osteomyelitis
Anatomic type
Stage 1: medullary osteomyelitis
Stage 2: superficial osteomyelitis
Stage 3: localized osteomyelitis
Stage 4: diffuse osteomyelitis
Physiologic class
A host: healthy
B host:
Bs: systemic compromise
Bl: local compromise
5
Information from Waldvogel FA, Medoff G,
Swartz MN. Osteomyelitis: a review of clinical
features, therapeutic considerations and unusual
aspects (first of three parts). N Engl J Med
1970;282:198-206.
Bls: local and systemic compromise
C host: treatment worse than the disease
Factors affecting immune surveillance,
metabolism and local vascularity
- Systemic factors (Bs): malnutrition, renal or
hepatic failure, diabetes mellitus, chronic
hypoxia, immune disease, extremes of age,
immunosuppression or immune deficiency
- Local factors (Bl): chronic lymphedema,
venous stasis, major vessel compromise,
arteritis, extensive scarring, radiation fibrosis,
small-vessel disease, neuropathy, tobacco
abuse
Adapted with permission from Cierny G, Mader JT,
Pennick JJ. A clinical staging system for adult
osteomyelitis. Contemp Orthop 1985;10:17-37.
Gambar 1
Ross dan Cole (1985) membagi lesi-lesi ini sebagai yang bersifat agresif atau rongga di
dalam daerah metafisis atau diafisis. Klasifikasi ini membantu dalam perencanaan
pengobatan sebagai lesi yang sifatnya menyerang yang seharusnya diobati dengan
pembedahan untuk mendiagnosisnya. Gledhill mengklasifikasikan osteomyelitis subakut
berdasarkan gambaran radiologinya (1973), dan klasifikasi ini telah dimodifikasi oleh Robert,
6
dkk pada tahun 1982. Klasifikasi ini berguna untuk pelaporan hasil pengobatan berdasarkan
lokasi dan ini bukan merupakan suatu prognosis atau rencana pengobatan. 7,8
A. Tipe I adalah lesi metafisis
- Tipe Ia merupakan lesi di sentral metafisis sebagai gambaran radiolusen,
sering merupakan sugestif dari histiositosis sel Langerhans.
- Tipe Ib merupakan lesi di metafisis yang aneh yang berlokasi pada erosi
korteks, yang mungkin memberikan gambaran dari sarkoma osteogenik.
B. Tipe II merupakan lesi diafisis
- Tipe IIa berlokasi di korteks dan reaksi periosteal meniru osteoid osteoma.
- Lesi tipe IIb merupakan abses meduler diafisis tanpa perusakan korteks
tetapi merupakan reaksi periosteal yang menyerupai kulit bawang mirip sarkoma
Ewing.
C. Tipe III merupakan lesi epifisis
- Tipe IIIa merupakan osteomielitis primer pada epifisis dan tampak sebagai
gambaran konsentrik radiolusen. Tipe ini biasanya tampak pada anak-anak usia 4-5
tahun.
- Tipe IIIb adalah osteomielitis subakut yang menyilang epifisis dan
meliputi baik epifisis maupun metafisis.
D. Lesi tipe IV merupakan lesi yang sama dengan lesi metafisis, yang didefinisikan sebagai
bagian dari tulang yang rata atau ireguler yang dibatasi oleh kartilago (pertumbuhan
lempeng apofisis, kartilago artikuler, atau fibrokartilago), seperti vertebra, pelvis, dan
tulang-tulang pendek seperti tulang tarsal dan klavikula (Nixon, 1978).
- Tipe IVa meliputi tulang belakang dengan proses erosi atau destruksi.
- Tipe IVb meliputi penutup tulang dari pelvis dan paling sklerotik tidak
adanya proses erosi maupun destruksi. Ezra, dkk menyebutkan tipe ini pada tahun 1993
dan 1997.
- Tipe IVc meliputi tulang-tulang pendek, seperti tulang tarsal dan
klavikula.
Walaupun sistem klasifikasi osteomielitis membantu mendiskripsikan infeksi dan
menentukan diperlukan atau tidaknya pembedahan, namun kategori ini tidak dapat digunakan
pada keadaan tertentu (infeksi pada sendi prostetik, material yang di implantasi, atau pada
tulang-tulang kecil dan osteomielitis vertebra). 7,8
7
Gambar 2
2.5. Faktor Resiko
Osteomyelitis biasanya tidak membedakan ras atau jenis kelamin. Tetapi beberapa
orang memiliki resiko lebih untuk terkena penyakit ini, resiko tersebut adalah : 3,6
Diabetes mellitus
Pasien yang mendapat hemodialisis
Orang yang daya tahan tubuhnya lemah/buruk
Sickel cell disease
Penyalahguna obat – obatan IV
Orang tua.
Alkoholisme
Penggunaan steroid jangka panjang
Penyakit sendi kronik
Trauma (pembedahan ortopedi atau fraktur terbuka)
Pemakaian prosthetic ortopedi
2.6. Patogenesis
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang
disebabkan oleh bakteri piogenik dimana mikro-organisme berasal dari focus di tempat lain
dan beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering ditemukan pada anak-anak dan
sangat jarang pada orang dewasa.6,7
Beberapa alasan osteomielitis hematogen menyerang anak-anak adalah karena anak-
anak rentan terhadap infeksi bakteri secara umum. Oleh karena itu, pada anak- anak sering
terjadi infeksi fokus primer dan bakteremia yang menyebabkan osteomielitis. Anatomi yang
8
khas dari lempeng pertumbuhan pada anak-anak juga berperan dalam perkembangan
osteomielitis hematogen. Sebenarnya, osteomielitis hematogen pada anak berasal dari
metafisis tulang, yang berada tepat di bawah lempeng epifisis. Pada regio ini, percabangan
terakhir dari arteri metafisis melingkar, dan masuk sinusoid vena afferen, yang besar dan
irregular. Ukuran dari pembuluh darah akan meningkat secara nyata dari arteri metafise ke
vena sinusoid, dan aliran darah menjadi turbulensi. Perubahan yang mendadak dalam aliran
darah secara dinamik menyebabkan bakteri mengendap dan ter-akumulasi pada tempat ini.
Ini menyebabkan terbentuknya fokus infeksi. Selain itu, sel-sel dalam sinusoid vena dan
daerah sekitarnya hanya sedikit memfagosit atau tidak terjadi fagositosis sehingga menjadi
tempat yang ideal untuk pertumbuhan bakteri.4,7,9
Setelah tulang terinfeksi bakteri secara hematogen, bakteri akan berkembang biak
secara cepat, yang akan membentuk abses tepat dibawah lempeng pertumbuhan tadi. Abses
tersebut meluas ke saluran Volkmann sampai regio subperiosteal, yang akan menyebabkan
peninggian dari periosteum yang tebal. Peninggian periosteum menstimulasi pembentukan
tulang yang baru. Perluasan abses yang lebih lanjut menyebabkan ruptur periosteum dan
mengalir keluar melalui cloaca dan dapat meluas ke jaringan subkutan, dan kemudian ke
kulit, membentuk saluran sinus. Infeksi dapat meluas secara subperiosteal sepanjang batang
tulang. Perluasan ini menguliti bagian dari batang dan supply darahnya, menghasilkan
kepadatan, potongan yang avaskular dari tulang kortikal yang dinamakan sequestrum.
Sequestrum, kekurangan supply darah untuk menghantarkan antibiotik atau sel inflamasi
untuk melawan infeksi.7,9,10
Sebagai usaha untuk membatasi dan mengisolasi infeksi, periosteum yang meninggi
merendahkan tulang yang baru. Tulang baru ini, yang disebut involucrum, terdiri atas sub-
periosteal yang baru, yang seperti ditemukan pada pembentukan callus pada fraktur. Secara
histologis, osteomielitis hematogen akut menipiskan bagian metafise dari tulang panjang,
merusak tulang cancellous (spongy bone) yang normal, yang berbentuk sequestra, dan
membuat involucrum dari tulang baru di sekitar perifer dari infeksi. Terkecuali pada anak
yang sangat muda, infeksi secara jarang meluas melewati barrier fisik dari lempeng
pertumbuhan. Pada anak kurang dari 1 tahun, beberapa cabang dari arteri metafise berjalan
melewati lempeng pertumbuhan untuk memberi makanan ke epifise. Jalan terusan untuk
pembuluh ini diikuti oleh infeksi untuk selanjutnya disebarkan ke epifise, kemudian ke
perbatasan ruang sendi itu sendiri.1,8,7
9
Saat itu, respon imunitas tubuh secara efektif membasmi infeksi minor di metafise.
Jika area infeksi telah terbatasi dan bakteri penyebab infeksi telah mati, ruang abses yang
tersisa dapat ada untuk waktu yang tidak dapat ditentukan. Ruang tersebut, terdiri dari
jaringan fibrous, tetapi tidak mengandung sisa-sisa bakteri yang aktif, disebut juga Brodie
abscess, walaupun tidak ada sisa-sisa infeksi yang aktif. Kebalikannya, infeksi yang lebih
agresif dan mematikan melanjutkan aktifitasnya dalam merusak tulang, dan membuat sinus
yang kering. Sinus akan kering sampai jaringan yang nekrotik dan terinfeksi secara lengkap
dipindahkan dan diganti dengan jaringan fiber atau tulang yang tidak terinfeksi.5,7
GaGambar 3
2.7. Gambaran Klinis
Osteomyelitis hematogeneus biasanya memiliki progresivitas gejala yang
lambat.osteomielitis langsung (direct osteomyelitis) umumnya lebih terlokalisasi dengan
tanda dan gejala yang menonjol. Gejala umum dari osteomielitis meliputi :
2.7.1. Osteomyelitis hematogenus tulang panjang
Demam yang memiliki onset tiba-tiba tinggi (demam hanya terdapat dalam 50% dari
osteomielitis pada neonates)
Kelelahan
10
Rasa tidak nyaman
Irritabilitas
Keterbatasan gerak (pseudoparalisis anggota badan pada neonates)
Edema lokal, eritema dan nyeri.
2.7.2. Osteomyelitis hematogenus vertebral
Ø Onset cepat
Ø Adanya riwayat episode bakterimia akut
Ø Diduga berhubungan dengan insufisiensi pembuluh darah disampingnya
Ø Edema lokal, eritema dan nyeri
Ø Kegagalan pada anak-anak untuk berdiri secara normal.
2.7.3. Osteomyelitis kronik
Ulkus yang tidak sembuh
Drainase saluran sinus
Kelelahan kronik
Rasa tidak nyaman
Drainase saluran sinus (biasanya ditamukan pada stadium lanjut atau jika terjadi infeksi
kronis).
Berdasarkan lama infeksi, osteomyelitis terbagi menjadi 3, yaitu:
Osteomyelitis akut, yaitu osteomyelitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomyelitis akut ini biasanya terjadi pada anak-
anak daripada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam
darah (osteomyelitis hematogen)
Osteomyelitis akut terbagi lagi menjadi 2, yaitu:
- Osteomyelitis hematogen, merupakan infeksi yang penyebarannya berasal
dari darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh
penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasanya terjadi
pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang
tumbuh dengan cepat dan metafisis yang bervaskular banyak. Aliran darah
11
yang lambat pada daerah distal metafisis menyebabkan thrombosis dan
nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis
hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
- Osteomyelitis direk, disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau
bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi
tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang disebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari fokus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokalisasi dan melibatkan
banyak jenis organisme.
- Osteomyelitis sub-akut, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan
sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
- Osteomyelitis kronis, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau
lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.8,9,10
Osteomyelitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi
karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi
pada tulang yang fraktur. Berikut merupakan beberapa pembagian osteomielitis yang lain :
1. Osteomyelitis pada vertebra
Kelainan ini lebih sulit untuk didiagnosis. Biasanya ada demam, rasa sakit pada tulang
dan spasme otot. Proses ini lebih sering mengenai korpus vertebra dan dapat timbul
sebagai komplikasi infeksi saluran kencing dan operasi panggul.8,10
Pada stadium awal tanda tanda destruksi tulang yang menonjol, selanjutnya terjadi
pembentukan tulang baru yang terlihat sebagai skelerosis. Lesi dapat bermula dibagian
sentral atau tepi korpus vertebra .8,10
Pada lesi yang bermula ditepi korpus vertebra, diskus cepat mengalami destruksi dan
sela diskus akan menyempit. Dapat timbul abses para vertebral yang terlihat sebagai
bayangan berdensitas jaringan lunak sekitar lesi. Di daerah torakal, abses ini lebih mudah
dilihat karena terdapat kontras paru. Daerah Lumbal lebih sukar untuk dilihat, tanda yang
penting adalah bayangan psoas menjadi kabur.8.9
Untuk membedakan penyakit ini dengan spondilitis tuberkulosa sukar, biasanya pada
osteomielitis akan terlihat sklerosis, destruksi diskus kurang dan sering timbul penulangan
antara vertebra yang terkena proses dengan vertebra di dekatnya (bony bridging).9,11
2.8. Diagnosis
Diagnosis dari osteomyelitis pada awalnya didasarkan pada penemuan klinik, melalui data
12
dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium memberikan data
dimana respon terapi dapat diukur.
Untuk menegakkan diagnosis osteomielitis dapat ditentukan melalui pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Demam (terdapat pada 50% dari neonates)
Edema
Teraba hangat
Fluktuasi
Penurunan dalam penggunaan ekstremitas (misalnya ketidakmampuan dalam berjalan
jika tungkai bawah yang terlibat atau terdapat pseudoparalisis anggota badan pada
neonatus).
Kegagalan pada anak-anak untuk berdiri secara normal.
Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan darah lengkap
Jumlah leukosit mungkin tinggi, tetapi sering normal. Adanya pergeseran ke kiri
biasanya disertai dengan peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear. Tingkat C-reaktif
protein biasanya tinggi dan nonspesifik; penelitian ini mungkin lebih berguna daripada laju
endapan darah (LED) karena menunjukan adanya peningkatan LED pada permulaan. LED
biasanya meningkat (90%), namun, temuan ini secara klinis tidak spesifik. CRP dan LED
memiliki peran terbatas dalam menentukan osteomielitis kronis seringkali didapatkan hasil
yang normal. Lekositosis, peningkatan laju endap darah, dan C-reaktif protein harus
diperhatikan.
- Kultur
Kultur dari luka superficial atau saluran sinus sering tidak berkorelasi dengan bakteri
yang menyebabkan osteomielitis dan memiliki penggunaan yang terbatas. Darah hasil kultur,
positif pada sekitar 50% pasien dengan osteomielitis hematogen. Bagaimanapun, kultur darah
positif mungkin menghalangi kebutuhan untuk prosedur invasif lebih lanjut untuk
mengisolasi organisme. Kultur tulang dari biopsi atau aspirasi memiliki hasil diagnostik
13
sekitar 77% pada semua studi.
Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos
Pada osteomielitis awal, tidak ditemukan kelainan pada pemerikSosaan radiograf.
Setelah 7-10 hari, dapat ditemukan adanya area osteopeni, yang mengawali destruksi
cancellous bone. Seiring berkembangnya infeksi, reaksi periosteal akan tampak, dan
area destruksi pada korteks tulang tampak lebih jelas. Osteomielitis kronik
diidentifikasi dengan adanya detruksi tulang yang masif dan adanya involukrum, yang
membungkus fokus sklerotik dari tulang yang nekrotik yaitu sequestrum.
Infeksi jaringan lunak biasanya tidak dapat dilihat pada radiograf kecuali apabila
terdapat oedem. Pengecualian lainnya adalah apabila terdapat infeksi yang
menghasilkan udara yang menyebabkan terjadinya ‘gas gangrene’. Udara pada
jaringan lumak ini dapat dilihat sebagai area radiolusen, analog dengan udara usus
pada foto abdomen.
14
b. Ultrasound
USG dapat menunjukkan perubahan sedini mungkin 1-2 hari setelah timbulnya gejala.
USG dapat menunjukkan ketidakabnormalan termasuk abses jaringan lunak atau
penumpukan cairan (seperti abses) dan elevasi periosteal. 6
USG juga dapat digunakan untuk menuntun dalam melakukan aspirasi. Tapi, USG
tidak digunakan untuk mengevaluasi cortex tulang. Berguna untuk mengidentifikasi
efusi sendi dan menguntungkan untuk mengevaluasi pasien pediatrik dengan suspek
infeksi sendi panggul. Teknik sederhana dan murah telah menjanjikan, terutama pada
anak dengan osteomielitis akut. Ultrasonografi dapat menunjukkan perubahan sejak 1-
2 hari setelah timbulnya gejala. Kelainan termasuk abses jaringan lunak atau
kumpulan cairan dan elevasi periosteal. Ultrasonografi memungkinkan untuk
petunjuk ultrasound aspirasi. Tidak memungkinkan untuk evaluasi korteks tulang.
c. Radionuklir
Untuk pencitraan nuclir, Technetium Tc-99m metilen difosfonat adalah agen
pilihan utama. Sensitivitas pemeriksaan ini terbatas pada minggu pertama dan sama
sekali tidak spesifik. Jarang dipakai untuk mendeteksi osteomielitis akut. Pencitraan
ini sangat sensitif namun tidak spesifik untuk mendeteksi infeksi tulang. Umumnya,
infeksi tidak bisa dibedakan dari neoplasma, infark, trauma, gout, stress fracture,
15
infeksi jaringan lunak, dan artritis. Namun, radionuklir dapat membantu untuk
mendeteksi adanya proses infeksi sebelum dilakukan prosedur invasif dilakukan.
d. CT Scan
CT scan dapat menggambarkan kalsifikasi
abnormal, osifikasi dan ketidaknormalan
intrakortikal. CT scan mungkin dapat
membantu dalam mengevaluasi lesi pada tulang
vetebra. CT scan juga lebih unggul dalam area
dengan anatomi yang kompleks, contohnya
pelvis, sternum, dan calcaneus. 6 CT scan
dengan potongan koronal dan sagital berguna
untuk menidentifikasi sequestra pada
osteomielitis kronik. Sequestra akan tampak lebih radiodense dibanding involukrum
disekelilingnya.
e. MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) sangat
membantu dalam mendeteksi osteomielitis.
MRI lebih unggul jika dibandingkan
dengan radiografi, CT scan dan scintigrafi
tulang MRI memiliki sensitifitas 90-100%
dalam mendeteksi osteomielitis. MRI juga
memberikan gambaran resolusi ruang
anatomi dari perluasan infeksi. MRI efektif dalam deteksi dini dan lokalisasi operasi
osteomyelitis. Penelitian telah menunjukkan keunggulannya dibandingkan dengan
radiografi polos, CT, dan scanning radionuklida dan dianggap sebagai pencitraan
pilihan. Sensitivitas berkisar antara 90-100%. Tomografi emisi positron (PET)
scanning memiliki akurasi yang mirip dengan MRI.
f. Radionuklida scanning tulang
Tiga fase scan tulang, scan gallium dan scan sel darah putih menjadi pertimbangan
16
pada pasien yang tidak mampu melakukan pencitraan MRI. Sebuah fase tiga scan
tulang memiliki sensitivitas yang tinggi dan spesifisitas pada orang dewasa dengan
temuan normal pada radiograf. Spesifisitas secara dramatis menurun dalam
pengaturan operasi sebelumnya atau trauma tulang. Dalam keadaan khusus, informasi
tambahan dapat diperoleh dari pemindaian lebih lanjut dengan leukosit berlabel
dengan 67 gallium dan / atau indium 111.
Pemeriksaan histopatologi dan mikrobiologi
Pemeriksaan histopatologi dan mikrobiologi merupakan gold standard dalam
mendiagnosa osteomielitis. Kultur dari sediaan sinus tidak dapat dipercaya sepenuhnya untuk
mengidentifikasi etiologi dari osteomielitis, sehingga biopsi merupakan anjuran untuk
menentukan etiologi dari osteomielitis. Namun keakuratan biopsi seringkali terbatas oleh
kurangnya pengumpulan spesimen yang sama dan penggunaan antibiotik sebelumnya. 7
Diagnosis of Acute Osteomyelitis*
-Pus on aspiration
-Positive bacterial culture from bone or blood
-Presence of classic signs and symptoms of acute osteomyelitis
-Radiographic changes typical of osteomyelitis
*--Two of the listed findings must be present for establishment of the diagnosis.
Information from Peltola H, Vahvanen V. A comparative study of osteomyelitis and purulent arthritis
with special reference to aetiology and recovery. Infection 1984;12(2):75-9.
2.9. Diagnosa BandingDiagnosis banding pada masa akut adalah demam reumatik dan selulitis. Pada demam
reumatik, nyeri cenderung berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya. Bisa terdapat carditis,
nodul-nodul rematik, atau erythema marginatum. Pada selulitis, terdapat kemerahan
superfisial yang melebar, terjadi limfangitis. Arthritis supuratif akut dibedakan dari
osteomielitis hematogen akut berdasarkan adanya nyeri yang difus , dan semua pergerakan
sendi terbatas karena adanya spasme otot. 6
Pada Gaucher’s Disease. Pseudo-osteitis dapat timbul dengan manifestasi klinis yang
sangat mirip dengan osteomielitis. Diagnosis ditegakkan terutama dengan adanya pambesaran
hati dan lien. 6
Gambaran Radiologik osteomielitis dapat menyerupai gambaran penyakit-penyakit
17
lain pada tulang, diantaranya yang terpenting adalah tumor ganas primer tulang. Destruksi
tulang, reaksi periosteal, pembentukan tulang baru, dan pembengkakan jaringan lunak,
dijumpai juga pada osteosarkoma dan Ewing sarkoma. 9
Osteosarkoma, seperti halnya osteomielitis, biasanya mengenai metafisis tulang
panjang sehingga pada stadium dini sangat sukar dibedakan dengan osteomielitis. Pada
stadium yang lebih lanjut, kemungkinan untuk membedakan lebih besar karena pada
osteosarkoma biasanya ditemukan pembentukan tulang yang lebih banyak serta adanya
infiltrasi tumor yang disertai penulangan patologik ke dalam jaringan lunak. Juga pada
osteosarkoma ditemukan segitiga Codman. 9
Pada tulang panjang, Ewing Sarkoma biasanya mengenai diafisis; tampak destruksi
tulang yang bersifat infiltratif, reaksi periosteal yang kadang-kadang menyerupai kulit
bawang yang berlapis-lapis dan massa jaringan lunak yang besar. 9
2.10. Penatalaksanaan
2. 10. 1 Osteomyelitis akut
Osteomielitis akut harus diobati segera. Biakan darah diambil dan pemberian
antibiotika intravena dimulai tanpa menunggu hasil biakan. Karena Staphylococcus
merupakan kuman penyebab tersering, maka antibiotika yang dipilih harus memiliki
spektrum antistafilokokus. Jika biakan darah negatif, maka diperlukan aspirasi subperiosteum
atau aspirasi intramedula pada tulang yang terlibat. Pasien diharuskan untuk tirah baring,
keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan, diberikan antipiretik bila demam, dan
ekstremitas diimobilisasi dengan gips. Perbaikan klinis biasanya terlihat dalam 24 jam setelah
pemberian antibiotika. Jika tidak ditemukan perbaikan, maka diperlukan intervensi bedah.
Terapi antibiotik biasanya diteruskan hingga 6 minggu pada pasien dengan osteomielitis.
LED dan CRP sebaiknya diperiksa secara serial setiap minggu untuk memantau keberhasilan
terapi.
Bila ada cairan yang keluar perlu dibor di beberapa tempat untuk mengurangi tekanan
intraosteal. Cairan tersebut perlu dibiakkan untuk menentukan jenis kuman dan resistensinya.
Bila terdapat perbaikan, antibiotik parenteral diteruskan sampai 2 minggu, kemudian
diteruskan secara oral paling sedikit 4 minggu. 3,4
Penyulit berupa kekambuhan yang dapat mencapai 20%, cacat berupa dekstruksi
sendi, gangguan pertumbuhan karena kerusakan cakram epifisis, dan osteomielitis kronik.
18
Indikasi untuk melakukan tindakan pembedahan ialah:5
a. Adanya abses.
b. Rasa sakit yang hebat.
c. Adanya sekuester.
d. Bila mencurigakan adanya perubahan ke arah keganasan (karsinoma epidermoid).
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila involukrum
telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan. 5
2. 10. 2. Osteomyelitis subakut
Pengobatan osteomyelitis subakut tergantung dari diagnosis. Kebanyakan 1/3 kasus
tidak dapat dibedakan dari keganasan primer dari tumor tulang. Biopsi dan kuretase
diperlukan untuk penegakan diagnosis pada kasus-kasus ini. Pada saat diagnosis ditegakkan,
pemberian antibiotik yang sesuai dengan kelompok gram, kultur, dan sensitivitas harus sudah
dimulai secara intravena selama 2-7 hari, diikuti dengan antibiotik oral selama 6 minggu. 8
Kegagalan gejala untuk timbulnya perbaikan setelah 6 minggu pengobatan dengan
antibiotik atau perburukan kondisi selama pengobatan harus dipikirkan untuk mengevaluasi
ulang dan mendiagnosis secara bakteriologis, diikuti penatalaksanaan operasi dan antibiotik
yang sesuai. Indikasi lain untuk operasi adalah perubahan bentuk sinus yang selanjutnya dan
drainase ke dalam sendi sinovial. Tanda-tanda klinis dari pus subperiosteal atau sinovitis
mengindikasikan bahwa infeksi subakut telah berubah menjadi komponen akut, dan ini harus
dilakukan drainase secara bedah. 8
Indikasi tindakan bedah :
a. Kegagalan gejala untuk memperbaiki setelah lebih dari 6 bulan
dilakukan pengobatan dengan antibiotik atau perburukan kondisi selama pengobatan.
b. Lesi yang cepat berkembang (tidak dapat dibedakan dari keganasan
tulang).
c. Perubahan bentuk sinus atau drainase ke dalam sendi sinovial.
d. Tanda-tanda klinis dari pus subperiosteal atau sinovitis.
Literatur yang ada tidak dapat mendukung pengobatan pada orang dewasa, dikarenakan
penyakit ini paling banyak menyerang kelompok usia anak. Operasi diindikasikan dalam
pengobatan pada orang dewasa. 8
2. 10. 3 Osteomyelitis kronik
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan adjuvan terhadap debridemen bedah.
19
Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat
mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan
rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan
kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang
permanen.Pada beberapa kasus, infeksi sudah terlalu berat dan luas sehingga satu-satunya
tindakan terbaik adalah amputasi dan pemasangan prothesa.
Pengobatan Osteomielitis Kronik: : 3
1. Pemberian antibiotik
Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata-mata
Pemberian antibiotik ditujukan untuk:
Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat lainnya
Mengontrol eksaserbasi
2. Tindakan operatif
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian
dan pemayungan antibiotik yang adekuat.
Operasi yang dilakukan bertujuan:
Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun
jaringan tulang(sekuestrum) sampai ke jaringan sehat sekitarnya.
Selanjutnya dilakukan drainase dan irigasi secara kontinu selama beberapa
hari. Adakalanya diperlukan penanaman rantai antibiotik di dalam bagian
tulang yang infeksi
Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapai
sasaran dan mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut
Kegagalan pemberian antibiotik dapat disebabkan oleh : 5
a. Pemberian antibiotik yang tidak sesuai dengan mikroorganisme
penyebab
b. Dosis tidak adekuat
c. Lama pemberian tidak cukup
d. Timbulnya resistensi
e. Kesalahan hasil biakan (laboratorium)
f. Antibiotik antagonis
g. Pemberian pengobatan suportif yang buruk
h. Kesalahan diagnostik
20
Bila proses akut telah dikendalikan, maka terapi fisik harian dalam rentang gerakan
diberikan. Kapan aktivitas penuh dapat dimulai tergantung pada jumlah tulang yang terlibat.
Pada infeksi luas, kelemahan akibat hilangnya tulang dapat mengakibatkan terjadinya fraktur
patologis. Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang
tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari.
Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris.
Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi
samping dengan pemberian irigasi ini. (Canale, 2007)
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang
penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang
berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun
dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan
darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan
eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan
stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk
mencegah terjadinya patah tulang. Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan
adalah bila involukrum telah cukup kuat; mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.
Initial Antibiotic Regimens for Patients with Osteomyelitis
Organism Antibiotic(s) of first choice Alternative antibiotics
Staphylococcus aureus or
coagulase-negative
(methicillin-sensitive)
staphylococci
Nafcillin (Unipen), 2 g IV every
6 hours, or clindamycin
phosphate (Cleocin
Phosphate), 900 mg IV every
8 hours
First-generation
cephalosporin or vancomycin
(Vancocin)
S. aureus or coagulase-
negative (methicillin-
resistant) staphylococci
Vancomycin, 1 g IV every 12
hours
Teicoplanin (Targocid),*
trimethoprim-
sulfamethoxazole (Bactrim,
Septra) or minocycline
21
(Minocin) plus rifampin
(Rifadin)
Various streptococci (groups
A and B b-hemolytic
organisms or penicillin-
sensitive Streptococcus
pneumoniae)
Penicillin G, 4 million units IV
every 6 hours
Clindamycin, erythromycin,
vancomycin or ceftriaxone
(Rocephin)
Intermediate penicillin-
resistant S. Pneumoniae
Cefotaxime (Claforan), 1 g IV
every 6 hours, or ceftriaxone,
2 g IV once daily
Erythromycin or clindamycin
Penicillin-resistant S.
pneumonia
Vancomycin, 1 g IV every 12
hours
Levofloxacin (Levaquin)
Enterococcus species Ampicillin, 1 g IV every 6
hours, orvancomycin, 1 g IV
every 12 hours
Ampicillin-sulbactam (Unasyn)
Enteric gram-negative rods Fluoroquinolone (e.g.,
ciprofloxacin [Cipro], 750 mg
orally every 12 hours)
Third-generation
cephalosporin
Serratia species or
Pseudomonas aeruginosa
Ceftazidime (Fortaz), 2 g IV
every 8 hours (with an
aminoglycoside given IV once
daily or in multiple doses for at
least the first 2 weeks)
Imipenem (Primaxin I.V.),
piperacillin-tazobactam
(Zosyn) or cefepime
(Maxipime; given with an
aminoglycoside)
Anaerobes Clindamycin, 600 mg IV or
orally every 6 hours
For gram-negative anaerobes:
amoxicillin-clavulanate
(Augmentin) or metronidazole
(Flagyl)
Mixed aerobic and anaerobic
organisms
Amoxicillin-clavulanate, 875
mg and 125 mg, respectively,
orally every 12 hours
Imipenem
IV = intravenous.
*--Currently available only in Europe.
Adapted with permission from Lew DP, Waldvogel FA. Osteomyelitis. N Engl J Med 1997;336:999-1007, and
Mader JT, Shirtliff ME, Bergquist SC, Calhoun J. Antimicrobial treatment of chronic osteomyelitis. Clin
22
Orthop 1999;(360):46-65.
Debridement
Debridement pada pasien dengan osteomielitis kronis dapat dilakukan. Kualitas
debridement merupakan faktor penting dalam suksesnya pengobatan. Setelah debridement
dengan eksisi tulang, adalah hal yang perlu untuk menghapuskan/ menghilangkan dead space
yang dilakukan dengan memindahkan jaringan di atasnya. Pengobatan dead space termasuk
myoplasty lokal, pemindahan jaringan dan penggunaan antibiotik. Pelaksanaan pada jaringan
lunak telah dikembangkan untuk meningkatkan aliran darah lokal dan pendistribusian
antibiotik.
2. 11. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada osteomyelitis adalah: 3,4
- Septikemia
Dengan makin tersedianya obat-obatan antibiotik yang memadai, kematian akibat
septikemia pada saat ini jarang ditemukan.
- Kematian tulang (osteonekrosis)
Infeksi pada tulang dapat menghambat sirkulasi darah dalam tulang, menyebabkan
kematian tulang. Jika terjadi nekrosis pada area yang luas, kemungkinan harus diamputasi
untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
- Arthritis septic
Dalam beberapa kasus, infeksi dalam tuolang bias menyebar ke dalam sendi di dekatnya.
- Artritis Supuratif
Artritis Supuratif dapat terjadai pada bayi muda karena lempeng epifisis bayi (yang
bertindak sebagai barier) belum berfungsi dengan baik. Komplikasi terutama terjadi
pada osteomielitis hematogen akut di daerah metafisis yang bersifat intra-kapsuler
(misalnya pada sendi panggul) atau melalui infeksi metastatik
- Gangguan Pertumbuhan
Osteomielitis hematogen akut pada bayi dapat menyebabkan kerusakan lempeng epifsisis
yang menyebabkan gangguan pertumbuhan, sehingga tulang yang terkena akan menjadi
lebih pendek. Pada anak yang lebih besar akan terjadi hiperemi pada daerah metafisis yang
23
merupakan stimulasi bagi tulang untuk bertumbuh. Pada keadaan ini tulang
bertumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya pemanjangan tulang
- Osteomielitis Kronik
Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan, maka osteomielitis akut akan
berlanjut menjadi osteomielitis kronik
- Fraktur Patologis
- Ankilosis
- Abses Tulang
- Kanker kulit
- Selulitis
2.12. Prognosis
Angka mortalitas pada osteomielitis akut yang diobati adalah kira-kira 1 %, tetapi
morbiditas tetap tinggi. Bila terapi efektif dimulai dalam waktu 48 jam setelah timbulnya
gejala, kesembuhan yang cepat dapat diharapkan pada kira-kira 2/3 kasus. Kronisitas dan
kambuhnya infeksi mungkin terjadi bila terapinya terlambat. 6
Empat faktor penting yang menentukan keefektifan terapi antimikroba dalam terapi
osteomielitis hematogenous akut, sehingga akan mempengaruhi prognosis adalah :6
3. Interval waktu diantara onset penyakit dan permulaan terapi.
Terapi yang dimulai dalam 3 hari pertama adalah yang paling ideal karena pada tahap
ini area lokal dari osteomielitis masih belum menjadi iskemi. Dengan pengobatan dini,
organisme penyebab akan lebih sensitif terhadap obat yang dipilih dan dapat mengontrol
infeksi sehingga osteolisis, nekrosis tulang dan pembentukan tulang baru akan dihambat.
Dengan keadaan seperti ini maka perubahan gambaran radiologik tidak akan muncul
kemudian pengobatan dalam tiga sampai tujuh hari akan mengurangi infeksi baik sistemik
maupun lokal, namun terlalu lambat untuk mencegah kerusakan tulang. Pengobatan yang
dimulai setelah satu minggu infeksi hanya dapat mengontrol septikemia dan
menyelamatkan jiwa, tetapi memiliki efek yang kecil dalam mencegah kerusakan tulang
lebih lanjut.
4. Keefektifan obat antimikroba dalam melawan kuman penyebab
Hal ini bergantung pada jenis kuman penyebab yang bersangkutan apakah kuman
tersebut resisten atau sensitif terhadap antibiotik yang digunakan.
5. Dosis dari obat antimikroba
24
Faktor lokal dari vaskularisasi tulang yang terganggu memerlukan dosis antibiotik
yang lebih besar untuk osteomielitis daripada infeksi jaringan lunak.
6. Durasi terapi antimikroba
Penghentian terapi yang terlalu awal terutama bila kurang dari empat minggu akan mengakibatkan terjadinya infeksi kronik dan rekuren dari osteomielitis.
25
BAB IIIKESIMPULAN
Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sum-sum tulang, biasanya disebabkan
oleh bakteri piogenik atau mikobakteri. Osteomielitis bisa mengenai semua usia tetapi
umumnya mengenai anak-anak dan orang tua. Oteomielitis umumnya disebabkan oleh
bakteri, diantaranya dari species staphylococcus dan stertococcus. Selain bakteri, jamur dan
virus juga dapat menginfeksi langsung melalui fraktur terbuka. Tibia bagian distal, femur
bagian distal, humerus , radius dan ulna bagian proksimal dan distal, vertebra, maksila, dan
mandibula merupakan tulang yang paling beresiko untuk terkena osteomielitis karena
merupakan tulang yang banyak vaskularisasinya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu : osteomielitis akut,
sub akut dan kronis. Gambaran klinis terlihat daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan
membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri. Osteomielitis menahun sering
menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan
pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika
nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran
sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.
Oteomielitis didiagnosis banding dengan osteosarkoma dan Ewing sarkoma sebab
memiliki gambaran radiologik yang mirip. Gambaran radiologik osteomielitis baru terlihat
setelah 10-14 hari setelah infeksi, yang akan memperlihatkan reaksi periosteal, sklerosis,
sekwestrum dan involikrum.
Osteomielitis dapat diobati dengan terapi antibiotik selama 2-4 minggu atau dengan
debridement. Prognosis osteomielitis bergantung pada lama perjalanan penyakitnya, untuk
yang akut prognosisnya umumnya baik, tetapi yang kronis umumnya buruk.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad C. Struktur dan fungsi Tulang. Dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi
3. Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta.2007. Hal 6-11
2. Anatomi Tulang. www.HealthForAll.com . Last update March 2009
3. Rasjad C., Infeksi dan Inflamasi. Dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3.
Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta. 2007. Hal 132- 41.
4. Jong W., Sjamsuhidayat R. 2005. Infeksi Muskuloskeletal. In Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi kedua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 903 – 910.
5. Siregar P. Osteomielitis. Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staff
Pengajar FK UI. Binarupa Aksara. Jakarta. 1995. Hal 472 – 74
6. King R., Johnson D. Osteomyelitis. www.emedicine.com. Last updated: Nov 4, 2008
7. Lew, Daniel P., Waldvogel, Francis A. 1997. Osteomyelitis. The New England
Journal of Medicine.
8. Khoshhal K., Letts R. M. Subacute Osteomyelitis (Brodie Abscess).
www.emedicine.com. Last updated: Jul 18, 2008.
9. Rasad S., Kartoleksono S, Ekayuda I. Infeksi Tulang dan Sendi. Radiologi
Diagnostik. Bagian Radilogi FKUI. Jakarta. 1995. Hal: 62-72.
27