23
Osteomyelitis BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Identifikasi kasus Seorang anak laki-laki usia 10 tahun dating dibawa ibunya ke Unit Gawat Darurat RS A dengan keluhan nyeri terus menerus pada lutut kanan selama beberapa hari belakangan ini. Rasa nyeri bertambah buruk dengan berjalannya waktu dan tidak berkurang dengan dipijit menggunakan minyak gosok. Dia menderita sakit tenggorokan sejak 1 minggu sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik,Rudi tampak sakit berat. Suhu tubuh saat diukur 39 o C. Dia mengalami kesulitan mengangkat tungkai kanannya. Tidak tampak deformitas dan kulitnya tampak normal. Rasa nyeri dirasakan pada tungkai kanannya. Hasil pemeriksaan laboratorium darah menunjukkan jumlah leukosit 15.000/uL. 1.2 - Latar Belakang Infeksi tulang piogenik dapat terjadi semua peringkat usia tetapi paling sering pada anak-anak. Periode pertumbuhan anak merupakan waktu pertumbuhan tulang yang cepat sehingga kerusakan pada lempeng pertumbuhan dapat membawa konsekuensi yang buruk. 1 Osteomyelitis adalah penyakit infeksi pada tulang dan sum-sum 1

Osteomyelitis Blok 14

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

OsteomyelitisBAB IPENDAHULUAN

1.1 - Identifikasi kasusSeorang anak laki-laki usia 10 tahun dating dibawa ibunya ke Unit Gawat Darurat RS A dengan keluhan nyeri terus menerus pada lutut kanan selama beberapa hari belakangan ini. Rasa nyeri bertambah buruk dengan berjalannya waktu dan tidak berkurang dengan dipijit menggunakan minyak gosok. Dia menderita sakit tenggorokan sejak 1 minggu sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik,Rudi tampak sakit berat. Suhu tubuh saat diukur 39oC. Dia mengalami kesulitan mengangkat tungkai kanannya. Tidak tampak deformitas dan kulitnya tampak normal. Rasa nyeri dirasakan pada tungkai kanannya. Hasil pemeriksaan laboratorium darah menunjukkan jumlah leukosit 15.000/uL.1.2 - Latar BelakangInfeksi tulang piogenik dapat terjadi semua peringkat usia tetapi paling sering pada anak-anak. Periode pertumbuhan anak merupakan waktu pertumbuhan tulang yang cepat sehingga kerusakan pada lempeng pertumbuhan dapat membawa konsekuensi yang buruk.1 Osteomyelitis adalah penyakit infeksi pada tulang dan sum-sum tulang dan biasanya menyerang metafise tulang panjang yang umumnya berasal dari bakteri. Kasus yang paling sering pada anak-anak adalah osteomyelitis hematogenous akut. 2 Bakteri bisa sampai ke tulang secara langsung (perkontinuitatum) atau dari aliran darah (hematogen). Streptococcus dan Staphylococcus aureus terutama menyerang anak-anak dan orang dewasa. Secara klinis,terbagi menjadi 3 fase yaitu osteomyelitis akut,osteomyelitis subakut dan osteomyelitis kronik yang mana osteomyelitis fase akut paling sering menyerang pada anak sehingga usia pubertas.3

1.3 - Tujuan Mahasiswa mencari informasi dan memahami sepenuhnya mengenai :1. Prosedur anamnesis1. Pemeriksaan fisik dan penunjang1. Diagnosis banding dan diagnosis kerja1. Etiologi/penyebab osteomyelitis1. Patofisiologi osteomyelitis1. Penatalaksanaan 1. Pencegahan penyakit1. Komplikasi penyakit1. Prognosis penyakit

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 ANAMNESISPada anamnesis saat pasien datang berobat harus diketahui mengenai riwayat penyakit yang deskriptif dan kronologis penyakitnya, faktor yang memperberat penyakit serta hasil pengobatan jika sudah pernah mendapat pengobatan sebelumnya. Harus diketahui umur dan jenis kelamin pasien dan menyanyakan tentang keluhan utama yang menyebabkannya datang berobat. Jika kasus dengan pasien anak atau pasien yang tahap kesadaran menurun,harus ditanyakan pada orang tua atau penjaganya. Dokter harus menanyakan tentang : nyeri sendi pada pasien misalnya lokasi nyeri dan punctum maksimum, penekanan radiks saraf, saat nyeri, nyeri mekanis, nyeri inflamasi gejala kaku sendi yang rasanya seperti diikat, lama terjadinya kekakuan dan beratnya. bengkak sendi ,apakah terjadi perubahan warna, bentuk & posisi struktur ekstremitas deformitas : posisi yang salah, dislokasi atau subluksasi disabilitas : apabila suatu jaringan, organ atau sistem tidak dapat berfungsi secara adekuat handicap : bila disabilitas mengganggu aktivitas sehari-hari, sosial atau mengganggu pekerjaan

2.2 PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG 1,2,4,10Setelah semua informasi telah dikumpulkan,pemeriksaan fisik terhadap pasien dilaksanakan untuk menegakkan diagnosa. Pasien telah diobservasi saat berjalan masuk ke kamar pemeriksaan dengan melihat postur,cara berjalan dan tampilannya. Pada pemeriksaan inspeksi,diperhatikan pada tubuh pasien : Kulit : parut luka (scar), perubahan warna dan lipatan kulit abnormal Bentuk : bengkak, wasting, benjolan, bentuk tulang bengkok Posisi : berbagai kelainan sendi dan lesi saraf mengakibatkan deformitas Pada langkah palpasi,dokter meraba bagian tubuh pasien untuk mengetahui : Kulit : hangat / dingin, lembab / kering, sensoris normal / abnormal Jaringan lunak : benjolan, pulsasi tulang dan sendi : bentuk luar, penebalan sinovial, cairan sendi Nyeri tekan : sering kali diagnostik bila terlokalisir Kemudian,pada pemeriksaan pergerakan,dokter memeriksa pergerakan pasien apakah ada kesulitan saat menggerakkan anggota tubuh : Aktif : minta pasien untuk menggerakkan sendi dan periksa kekuatannya Pasif : catat lingkup gerak sendi pada setiap bidang gerak fisiologis Abnormal : stabilitas gerak sendiTest yang khusus diperlukan untuk menguji bagian tubuh spesifik yang dirasakan nyeri dan kurang nyaman oleh pasien. Misalnya pada kasus ini,pasien merasakan nyeri pada lutut dan kesukaran mengangkat tungkai kanannya. Jadi harus dilakukan pemeriksaan khusus pada bagian tungkai kanan dan lututnyaTes Mc-Murray dilakukan untuk melihat apakah terjadi kerusakan pada meniscus. Pada kasus osteomyelitis,secara umum gejala klinis yang sering didapatkan adalah demam,nyeri hebat dan gangguan anggota gerak. Pada infeksi lokal didapatkan oedem,nyeri tekan, kemerahan dan nekrotik jaringan. Tanda osteomyelitis yang paling dini pada bayi adalah kegagalan menggerakkan ekstremitas yang terkena(pseudoparalisis) dan nyeri pada pergerakan pasif. Bagi menegakkan diagnosis,pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah total, X-ray, kultur pus dan caira infeksi,CT scan dan MRI. Pada pemeriksaan darah total didapatkan hitung sel darah putih perifer total dan hitung jenis sel selalu abnormal tetapi pada kebanyakan kasus,masih di dalam rentang normal. Uji LED didapatkan normal atau sedikit meningkat pada awal penyakit. Rontgenogram biasanya tidak akan memperlihatkan perubahan destruktif sehingga 10-14 hari setelah onset infeksi. Tetapi secara akut foto rontgen mebantu membuktikan perubahan pada jaringan di sekitar tulang yang terinfeksi. Pencitraan radionuklida dengan skintigrafi tulang radiofosfat,pemindaian gallium atau leukosit berlabel indium dapat membantu jika pemeriksaan fisik dan rontgen tidak dapat menegakkan diagnosa. Pemindaian gallium terutama membantu dalam menentukan lokasi osteomyelitis. Skintigrafi nuclear dapat membantu terutama pada pasie anak yang tidak dapat memberitahu secara verbal lokasi nyeri yang dirasakan dan jika daerah yang diduga multiple atau untuk membedakan osteomyelitis dengan selulitis. CT scan membantu mendeteksi destruksi tulang kortikal, reaksi perioteum sekuester dan abses jaringan lunak. Dengan sensitivitas mencapai 97%, MRI menjadi pilihan pasien dengan dugaan tinggi menderita osteomyelitis. Edema dan eksudat dapat dideteksi pada ruang medular pada awal osteomyelitis. Prosedur definitive yang harus dilakukan adalah aspirasi cairan sendi sama ada langsung ke subperiosteal atau aspirasi jarum ke metafisis. Dengan cara ini,identifikasi bakteri melalui pewarnaan Gram dapat ditegakkan. Operasi drainase dapat dilakukan setelah aspirasi tulang.

2.3 MANIFESTASI KLINIS 1,2,4,10Keluhan yang paling sering dilaporkan pada kasus osteomyelitis adalah nyeri local,panas,eritema,pembengkakan dan kurangnya pergerakan ekstremitas. Demam,anoreksia,iritasi dan letalgik mungkin terjadi pada nyeri local. Terjadi pseudoparalisis dimana pasien enggan mengerakkan angota secara aktif atau pasif karena nyeri perioteum dan spasme otot.Kebanyakan pasien hanya terinfeksi pada 1 tulang sama ada femur,tibia atau humerus. Osteomyelitis pada neonates dapat terjadi onset sejak bulan pertama kehidupan akibat prosedur iatrogenic seperti punksi tumit dan pemantauan kulit kepala janin. 50% neonates tidak menunjukkan sebarang gejala,lokasi infeksi tulang multiple terjadi pada separuh pasien dan dekompresi pus ke dalam sendi terjadi pada tiga perempat jumlah mereka.Pada osteomyelitis pelvis,nyeri tidak dapat dilokalisasi dengan baik dan tanda-tanda fisik juga tidak menunjukkan lokasi. Kesan diagnostic awal yang sering adalah abdomen akut,masalah intrapelvik lain dan penyakit sendi pinggul. Pasien osteomyelitis dengan penyakit sel sabit akan sering terjadi infark tulang aseptic dengan perubahan radiografi menyamai gejala osteomyelitis akut. Osteomyelitis vertebra sering terjadi pada anak usia atas 8 tahun khas akibat infeksi hematogen. Tanda-tanda klinis adalah demam,nyeri punggung,nyeri perut dan nyeri pada paha yang mengganggu gaya berjalan. Osteomyelitis kronis mempunyai gejala-gejala yang terlokalisasi dengan tanda-tanda radang sering dengan saluran sinus. Terjadi eksaserbasi akut dengan tanda radang akut dan drainase saluran sinus. 2.4 DIAGNOSIS BANDING Penyakit-penyakit lain yang mempunyai gejala yang hampir sama dengan osteomyelitis adalah selulitis,gout, pseudogout, thrombosis vena dalam dan arthritis infeksiosa.Selulitis adalah penyakit dimana terjadi infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus dan Streptococcus serta bakteri lainnya. Faktor resiko yang dapat menyebabkan selulitis adalah pada gigitan hewan dan sengatan serangga,luka di kulit, pasien dengan riwayat penyakit pembuluh darah perifer atau diabetes,pasien yang baru menjalani prosedur jantung,paru atau gigi serta pasien dengan pemakaian obat imunosupresan atau kortikosteroid. Pada selulitis dapat dilihat gejala-gejala awal misalnya kemerahan dan peradangan yang terlokalisasi pada daerah yang terluka terutama tungkai. Kulit tampak merah, bengkak,licin,neri tekan,terasa hangat dan ruam kulit akan muncul dengan tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas. Gejala lain yang sering adalah demam,mengigil,sakit kepala,nyeri otot dan tidak enak badan.5Gout adalah penyakit yang serangannya secara mendadak dan berulang disebabkan endapan kristal monosodium urat ( MSU ) di dalam sendi akibat dari tingginya kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Peradangan sendi bersifat menahun dan setelah serangan yang berulang kali,sendi pasien akan menjadi bengkok. Criteria-kriteria yang membolehkan penyakit diklasifikasikan sebagai gout adalah ditemukan kristal asam urat dalam cairan sendi atau tofus yang terbukti mengandung kristal asam urat secara mikroskopi. Daripada 12 fenomena klinis,radiologis dan laboratories di bawah harus ditemukan 6 pada pasien untuk dikatakan bahwa pasien menghidap gout yaitu : 3,6i. Serangan arthritis akut lebih dari sekaliii. Inflamasi maksimal terjadi dalam sehariiii. Serangan arthritis monoartikuleriv. Sendi kemerahanv. Nyeri atau bengkak sendi pada MTP-1vi. Serangan unilateral melibatkan sendi MTP-1vii. Serangan unilateral melibatkan sendi tarsalviii. Dugaan tofusix. Hiperurisemiax. Pembengkakan tidak simetris antara sendixi. Kista subkortikal tanpa erosixii. Kultur cairan sendi untuk mikroorganisma saat inflamasi beri hasil negativePada kasus pseudogout, terjadi pengendapan kristal kalsium pirofosfat dihidrat yang ditandai dengan serangan arthritis yang nyeri tetapi sakitnya hilang timbul. Penyakit ini biasanya timbul pada pasien yang tinggi kadar kalsium dalam darah disebabkan hiperparatiroidisme atau tinggi kadar zat besi dalam jaringan atau rendah kadar magnesium dalam darah. Gejala bagi pseudogout adalah bervariasi tetapi yang paling sering adalah serangan yang menimbulkan nyeri pada lutut,pergelangan tangan dan sendi-sendi besar yang lain. Kekakuan sendi pada lengan dan tungkai boleh juga terjadi. Selama fase akut,LED pasein meningkat dan leukosit PMN sedikit meningi. 3,7Pada kasus thrombosis vena dalam ditemukan keadaan bekuan darah dalam vena dalam. Semakin sedikit peradangan di sekitar suatu thrombus atau sumbatan,semakin longgar thrombus melekat ke dinding vena dan semakin mudah terbentuknya emboli. Penekanan pada otot betis boleh membebaskan thrombus saat penderita kembali aktif. Darah dari vena tungkai akan mengalir ke paru jadi emboli dari vena tungkai boleh menyebabkan sumbatan di arteri paru menimbulkan emboli paru. Thrombosis vena dalam boleh disebabkan oleh faktor kecenderungan pembekuan darah misalnya pada pasien kanker,cedera pada lapisan vena, aliran darah di dalam vena melambat disebabkan tirah baring yang terlalu lama dan otot betis kurang berkontraksi ataupun bisa terjadi pada orang yang sering duduk terlalu lama ketika perjalanan jauh. Gejal-gejala thrombosis yang timbul adalah peradangan hebat yang menyebabkan otot betis membengkak dan rasa nyeri,saat diraba terasa nyeri tumpul dan terasa hangat. Pergelangan kaki,kaki atau paha bisa membengkak tergantung vena mana yang terkena. 8Penyakit arthritis infeksiosa adalah penyakit infeksi pada cairan rongga sendi dan jaringan suatu sendi. Organisma penyebab infeksi terutama bakteri boleh mencapai sendi lewat aliran darah atau lewat pembedahan,penyuntikan atau luka kulit. Infeksi virus sering menyebabkan arthalgia atau nyeri sendi multiple yang berpindah. Misalnya Spirochaeta borrelia yang dipindahkan lewat gigitan kutu akan menyebabkan radang sendi kronis dengan papula kulit merah menonjol seperti mata sapi ( Bull eye ). Gejala yang sering muncul pada anak adalah nyeri,demam dan cenderung rewel. Anak enggan menggerakan sendi saat disuruh karena rasa nyeri pada pergerakan dan perabaan. Cairan yang terkumpul dalam sendi yang terinfeksi akan membengkak dan kaku,penderita mungkin mengalami demam dan menggigil. Sendi-sendi yang sering terkena adalah lutut,bahu, pergelangan tangan,jari dan siku.3,9

2.5 DIAGNOSIS KERJABerdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta hasil laboratorium, diagnosis akhir pada pasien adalah pasien menderita osteomyelitis akut. Pasien mengalami demam, sakit tenggorakan dan kesulitan mengangkat tungkai kanannya. Jumlah leukositnya meningkat akibat dari inflamasi yang berlaku. CRP dan LED mengalami peningkatan dan aspirasi cairan sendi pada lutut menunjukkan bahwa terdapat infeksi bakteri .2.6 ETIOLOGI Osteomyelitis hematogen akut disebabkan oleh bakterimia, osteomyelitis subakut biasanya terjadi setelah inokulasi local dari trauma dan tidak berhubungan dengan gejala sistemik manakala osteomyelitis kronis adalah hasil daripada infeksi tulang yang tidak mendapat pengobatan langsung atau pengobatan inadekuat. Pada anak selain neonates tanpa haemoglobinopati infeksi tulang sering menyerang metafisis. Pada anak kurang dari 1 tahun,perforasi kapiler pada lempeng pertumbuhan epifisis memberi laluan kepada bakteri untuk menginfeksi epifisis menyebabkan arthritis supuratif. Pada anak yang lebih tua,infeksi terbatas pada metafisis karena tiada pembuluh darah yang melintasi lempeng epifisis.Staphylococcus aureus lebih mendominasi pada semua peringkat usia. Streptococcus grup B dan S. aureus dan basilus koliformis hanya ditemukan pada bayi baru lahir. Pasien osteomyelitis dengan riwayat sel sabit atau penyakit haemoglobinopati lebih sering disebabkan oleh Salmonella dan S. aureus. Osteomyelitis dari Pasteurella multocida terjadi pada pasien yang cedera digigit hewan. Vaksin yang dicipta telah mengurangkan insidens osteomyelitis yang disebabkan bakteri Haemophilus influenza dan Streptococcus pneumonia. Infeksi pada tulang fokal subakut yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa dan S. aureus sering terjadi pada pasien dengan luka tertusuk pada kaki. Kingella kingae adalah penyebab yang osteomyelitis yang sering di kawasan Timur Tengah dan dilaporkan kasus osteomyelitis disebabkan kuman ini semakin meningkat di Amerika. Osteomyelitis cenderung timbul pada anak kecil yang didasari infeksi saluran nafas atas atau stomatitis oleh Kingella kingae yang juga merupakan bakteri flora normal tenggorokan. 1,2,4Gambar 1 : Identifikasi organisma patogenik dengan hasil kultur positif pada osteomyelitis akut pada anak. 4OrganismFrekuensi (%)

Staphylococcus aureus25-60

Haemophilus influenza tipe b4-12

Streptococcus pneumoniae2-5

Streptococcus grup A2-4

Mycobacterium tuberculosis< 1

Neisseria meningitides< 1

Salmonella < 1

Tidak dapat diidentifikasi10-15

Gambar 2 : Serangan organisma menurut usiaUSIAORGANISMA

< 4 bulanS. aureus,spesies Enterobacter, spesies Streptococcus grup A dan B

4 bulan 4 tahunS. aureus,spesies Enterobacter, spesies Streptococcus grup A, H.influenza

4 tahun remajaS. aureus,spesies Enterobacter, spesies Streptococcus grup A,H.influenza

DewasaS.aureus (tersering)

Penderita penyakit sel sabitSpesies Salmonella

2.7 EPIDEMIOLOGI 4Osteomyelitis dapat menyerang pada semua peringkat umur tetapi yang paling sering terkena adalah dari golongan anak usia 3 hingga 12 tahun dan lebih sering menyerang anak laki-laki berbanding anak perempuan dengan nisbah 2:1. Osteomyelitis hematogen adalah yang paling sering pada anak-anak manakala osteomyelitis disebabkan trauma atau penyakit pembuluh perifer paling sering pada orang dewasa.

2.8 PATOFISIOLOGI 1,2,4,10Osteomyelitis terjadi apabila banyak organisma virulen yang mengatasi pertahanan tubuh hospes untuk membentuk infeksi setempat pada tulang disertai nanah dan nekrosis iskemik,fibrosis dan perbaikan tulang. Metafisis terdiri atas gelung-gelung vascular halus tempat di mana aliran darah sangat lambat. Trauma yang menyebabkan pembuluh ini robek akan menghasilkan satu kondisi yang mendukung pembiakan bakteri ini yang menyebar secara hematogen. Osteomyelitis hematogen akut terjadi akibat lokalisasi bakteri dalam tulang lewat aliran darah. Bakteri seperti S. aureus mempunyai kemampuan untuk melekat pada elemen jaringan ikat tulang misalnya kolagen,dentin,sialoprotein dan glikoprotein lewat perluasan polisakarida ekstraseluler. Terutama pada bayi baru lahir dan bayi muda ada pembuluh darah khas yang menghubungkan metafisis dengan epifisis sehingga pus dari metafisis sering kali mengalir ke rongga sendi. Tulang tidak dapat berdistensi hingga pus yang berada di bawah tekanan akan terhalang dari berdekompresi ke dalam sendi lalu bergerak ke lateral lewat saluran vascular korteks dan berakumulasi di bawah periosteum yang melekat longgar. Setelah pertumbuhan terhenti,ada pembuluh darah yang menghubungkan metafisis dengan epifisis. Tulang korteks metafisis mengandung banyak lubang atau fenestrasi yang menjadi jalan masuk bagi bakteri. Periosteum anak yang tebal dan aktif melakukan osteogenesis dengan mudah dapat dikupas dan diangkat dari korteks metafisis. Pertahanan alami pejamu dapat menyerang dan membunuh bakteri tetapi memerlukan satu sirkulasi untuk mencapai bakteri di tempat infeksi. Enzim lisosom yang efektif membunuh bakteri dapat juga merusak jaringan pejamu terutama kartilago sendi. Proses peradangan ini menimbulkan hyperemia,panas dan bengkak. Staphylococcus menghasilkan toksin dan enzim jaringan yang merusak jaringan,kolagenase dapat menghancurkan matriks tulang dan kartilago sendi dan toksin jaringan dapat membunuh sel-sel tulang dan kartilago.Dalam perjalanan penyakit ini,embolus septic akan tersangkut dalam pembuluh darah kecil di metafisis tulang panjang di daerah vena yang bergelung tadi. Jadi tersumbatnya vena dengan thrombus menghalang pertahanan pejamu untuk mencapai bakteri. Respons inflamasi yang mulai timbul akan bergabung dengan bakteri untuk membunuh tulang. Suatu rongga abses akan terbentuk yang mengandung bakteri,tulang mati dan debris yang tidak akan tercapai oleh pertahanan tubuh. Abses yang membesar akan menembus korteks dan mengangkat perioteum. Tulang subkorteks akan terhalang daripada menerima asupan darah disebabkan abses yang menyumbat pembuluh endosteum. Tulang korteks yang tua dan kehilangan asupan darah akan berubaha menjadi sekuestrum avaskular,debris berukuran besar dalam rongga abses. Selama fase perbaikan,sel pendahulu osteogenik periosteum yang terangkat akan membentuk tulang baru (involukrum) di subperiosteum membungkus daerah yang terinfeksi. Tetapi infeksi bisa saja menembus periosteum dan involukrum dan melibatkan jaringan lunak dan kulit. Hasil akhir dari proses penyakit ini boleh menyebabkan pasien mengalami fraktur patologik atau tulang yang memendek atau anak akan menderita deformitas tungkai dan tungkai tidak berfungsi.

2.9 PENATALAKSANAAN 1,2,4,10Terapi bedah umumnya dilakukan jika pada aspirasi diagostik terdapat pus tetapi jika aspirasi sendi hanya mengeluarkan darah terapi antibiotic sudah cukup. Terapi awal antibiotic adalah berdasarkan organisma yang menyerang pada golongan usia tertentu, pada hasil aspirasi sendi dilihat bakteri Gram apa dan penyakit-penyakit yang mungkin diderita pasien selain osteomyelitis. Terapi antimikroba pada osteomyelitis bertujuan mempertahankan kadar antibiotic efektif pada jaringan yang terinfeksi pada kadar yang melebihi kadar hambatan minimum untuk pathogen. Kadar serum antibiotic bakterisid yang tinggi harus dicapai untuk memastikan kadar antibiotic dalam tulang mencukupi. Antibiotic yang targetnya adalah S. aureus adalah oksasillin,nafsilin dan klindamisin. Jika pasien diduga dengan S.aureus yang resistan dengan methicillin,dapat digantikan dengan vankomisin. Pasien dengan penyakit sel sabit akan diberikan atibiotik yang bersifat melawan aktivitas Salmonella. Pasien dengan infeksi Pseudomonas dengan luka tusuk di kaki akan diberikan antibiotic B-laktam spektrum luas misalnya ceftazidime,cefepime,piperacillin-tazobactam termasuk pemberian aminoglikosida sekurang-kurangnya pada 2 minggu pertama pengobatan. Untuk anak kecil hingga usia 5 tahun boleh diberikan sefalosporin generasi II atau III yang melawan S. aureus, streptococcus dan K. kingae. Setelah pemberian antibiotic secara IV, respon pasien dapat dilihat dalam masa 48 jam. Jika respons yang diharapkan tidak kelihatan,tindak operasi drainase boleh dilakukan dengan indikasi terdapat sekuestrum,ada sendi panggul yang terlibat atau ada kompresi spinal. Durasi pengobatan paling minimum yang dianjurkan adalah 4-6 minggu. Apabila LED dan CRP menurun pengobatan bertukar kepada antibiotic oral sebanyak 2-3 kali sehari untuk menyamai pemberian IV. Absorpsi antibiotic oral harus dipantau dengan pengukuran titer bakterisidal serum terhadap organisma yang diisolasi atau melalui pengukuran kandungan antibiotic serum. Antibiotic oral yang sering digunakan pada anak adalah sefaleksin,amoksisillin,dikloksasillin dan klindamisin.Terapi tambahan yang bisa diberikan adalah analgesik,nutrisi tambahan, hidrasi dan imobilisasi. Pemakaian gibs pada tungkai jarang dilakukan. Pembebanan pada tungkai (weight-bearing) hanya dilakukan setelah gambaran radiologis menunjukkan ada perbaikan.

2.10 PENCEGAHAN 4Sehingga sekarang belum ada usaha yang efektif untuk membendung osteomyelitis hematogen disebabkan S. aureus. Imunisasi global dengan vaksin terhadap H. influenza tipe b telah mengeliminasi infeksi serius dari bakteri ini termasuk infeksi tulang dan sendi. Dengan adanya vaksin terhadap pneumococcal yang diberikan secara imunisasi global,insidens osteomyelitis disebabkan S.pneumoniae diharapkan semakin berkurang. Anak dengan cedera tusuk pada kaki harus menerima pengobatan awal yang sebaiknya seperti irigasi,pembersihan luka, debridement, mengalihkan sebarang debris atau benda asing pada luka dan diberikan profilaksis tetanus.

2.11 KOMPLIKASI 1,4,10Komplikasi dari osteomyelitis akut jarang terjadi dan jika terjadi mungkin karena pengobatan inadekuat atau lambat mendapatkan pengobatan. Pada anak yang infeksinya telah menyebar ke epifisis mungkin terjadi arthritis supuratif. Fraktur patologik jarang terjadi dan jika infeksi mengenai lempeng pertumbuhan,mungkin terjadi sekuele yaitu anak berisiko mengalami deformitas dan abnormalitas panjang tulang yang terkena. Arthritis septik dapat mempersulit perjalanan osteomyelitis dan memerlukan intervensi pembedahan. 2.12 PROGNOSIS 1,4,10Osteomyelitis hematogen akut mempunyai prognosis yang umumnya baik sekiranya mendapat pengobatan yang cepat dan tepat dan operasi drainase dilakukan jika diperlukan. Progonosis buruk jika infeksi pada nenatus dan anak mengenai sendi panggul atau bahu. 4% pasien mungkin mengalami infeksi berulang walaupun telah mendapat pengobatan yang adekuat. Sebanyak 25% pasien gagal untuk berespon baik setelah operasi debridement yang ekstensif dan perpanjangan terapi antimikroba selanjutnya menyebabkan kehilangan tulang,pembentukan sinus dan mungkin diamputasi.

BAB IIIPENUTUP

Berdasarkan kasus,dapat disimpulkan bahwa osteomyelitis dapat menyerang pada semua peringkat usia tetapi lebih sering pada anak di bawah usia 10 tahun. Infeksi bakteri adalah berbeda mengikut golongan usia dan penyakit ini sulit dideteksi pada awal perjalanan penyakit. Tetapi setelah diagnosa ditegakkan, penatalaksanaan yang cepat dapat menyelamatkan pasien tanpa menimbulkan komplikasi setelah pengobatan. Komplikasi hanya timbul jika lambat mendapat pengobatan atau pengobatan tidak mencukupi. Tiada sebarang langkah pencegahan yang efektif melainkan pada kasus osteomyelitis disebabkan H. influenza dan S. pneumonia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abraham M. Rudolph, Julien I.E. Hoffman, Colin D. Rudolph. Buku ajar pediatri Rudolph. Edisi 20, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Volume I ; 2006: 615-8.2. Lisa B. Zaoutis, Vincent W. Chiang. Comprehensive pediatric hospital medicine. Mosby Elsevier,2007: 414-9.3. Aru W. Sudoyo,Bambang Setiyohadi,Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III, Edisi V, Internal Publishing : November 2009.4. Karen J. Marcdante, Robert M. Kliegman, Hal B. Jenson, Richard E. Behrman. Nelson essentials of paediatrics. Sixth edition,Saunders Elsevier : 2011.5. http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=345Diunduh pada 29 Maret 2011.6. http://medicastore.com/penyakit/7/Gout.html.Diunduh pada 29 Maret 2011.7. http://medicastore.com/penyakit/15/Pseudogout.html .Diunduh pada 29 Maret 2011.8. http://medicastore.com/penyakit/645/Trombosis_vena_dalam.html .Diunduh pada 29 Maret 2011.9. http://medicastore.com/penyakit/555/Artritis_Infeksiosa.html Diunduh pada 29 Maret 2011.10. Behrman,Kliegman,Arvin. Nelson ilmu kesehatan anak. Edisi 15, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Volume I ; 20001