Patofisiologi Kejang, Decomp cordis dan renal failure pada kasus eklampsia
Bima Ananta*Wim T Pangemanan**
*PPDS1 OBGYN UNSRI** Staff Konsultan Fetomaternal OBGYN UNSRI
Pendahuluan
Hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi
pada 5-10 persen kehamilan dan salah satu penyebab angka kematian ibu.
Menurut data yang dimiliki WHO tentang kematian ibu secara luas 16 persen
kematian ibu disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan. Menurut penelitian
Berg dan kolega (2010) bahwa 12,3 persen dari 4693 kehamilan yang
berhubungan dengan kematian maternal disebabkan oleh preeclampsia ataupun
eklampsia.
Berdasarkan data dan penelitian sebelumnya itulah maka tulisan ini dibuat
sebagai bahan bacaan dan bahan informasi medis untuk mengetahui
patofisiologi kejang, decomp cordis dan renal failure pada kasus eklampsia.
Kejang pada eklampsia
Eklampsia adalah preeclampsia dengan komplikasi kejang umum tonik klonik
dan meningkatkan resiko pada kedua ibu dan janin. Perubahan pada otak pada
eklampsia dapat terjadi diawali dengan pusing dan gangguan penglihatan.
Perubahan anatomi dari otak selama kejang eklampsia disebabkan oleh dua teori
: teori pertama berdasaran suatu respon terhadap hipertensi berat, regulasi
cerebrovascular secara mendadak akan menyebabkan suatu keadaan
vasospasme pada pembuluh darah otak. Asumsi ini berdasarkan gambarang
angiografik difusa ataupun multifocal segmental yang menyebabkan suatu
vasospasme. Aliran darah yang mengalami hal ini akan menyebabkan iskemik,
edema sitotoksik dan infark jaringan otak hal ini diduga sebagai penyebab
kejang pada eklampsia.
Teori kedua adalah karena adanya peningkatan tekanan darah secara mendadak
pada tekanan darah sistemik peningkatan pada kapasitas autoregulasi pada
cerebrovascular yang normal. Peningkatan tekanan perkembanga vasodilatasi
dan vasokontriksi terutama pada daerah perbatasan. Pada tingkatan kapiler
gangguan pada tekanan end-capilary akan menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik, hiperperfusi dan ekstravasasi plasma dan sel darah merah melalui
endothelial tight junction yang mana hal ini akan berujung pada vasogenik
edema. Berdasarkan teori ini masih belum sempurna karena sangat sedikit
wanita dengan kejang eklampsi memiliki tekanan rata-rata arteri yang melebihi
nilai dari autoregulasi.
Sangat beralasan apabila patofisiologi pada eklampsi ini disebabkan oleh
gabungan dari dua teori diatas, karena pada preeclampsia itu sendiri
berhubungan dengan kebocoran interendotelial sel yang berkembang pada
peningkatan tekanan darah yang akan menyebabkan edema vasogenik. Kejang
pada eklampsia merupakan manisfestasi klinis karena terjadinya lecutan
neurotransmitter yang berlebihan terutama glutamate, terjadinya depolarisasi
massif. Pada banyak penelitian kejang yang berlangsung lama dapat
menyebabkan cedera otak yang signifikan dan dapat berujung pada disfungsi
otak .
Decomp cordis pada preeklampsia
Beberapa perubahan pada system kardiovaskular merupakan hal yang sering
terjadi pada kasus preeclampsia hal ini berhubungan dengan : (1) peningkatan
tekanan afterload yang disebabkan oleh hipertensi (2) cardiac preload, yang
disebabkan oleh keadaan hypervolemia pada kehamilan (3) aktivasi endothelial
dengan ekstravasai interendotelial dari cairan intravascular kedalam
extraselular dan ke paru.
Terjadinya beberapa peningkatan tersebut akan mempengaruhi system venous
return yang dapat menyebabkan pasien jatuh dalam keadaan syok dan edema
pulmo apabila berlangsung lama maka akan menyebabkan decompensasio
cordis
Renal failure pada preeclampsia
Perubahan pada fungsi ginjal pada preeclampsia disebabkan oleh beberapa hal
berikut ini : (1) menurunnya aliran darah ke ginjal yang disebabkan oleh
hipovolemia sehingga menyebabkan oliguria bahkan anuria (2) terjadinya
kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya permeabilitas
membrane basalis sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan proteinuria.
Hal ini akan meyebabkan juga kondisi Glomerular capillary endotheliosis akibat
sel endotel glomerular membengkak disertai dengan deposit fibril. (3) keadaan
ini memicu suatu nekrosis tubulus ginjal yang apabila sebagian besar korteks
ginjal mengalami nekrosis akan menyebabkan keadaan gagal ginjal yang bersifat
ireversibel. Dapat pula terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat
vasospasme pembuluh darah.
Rujukan
1. Prawirohardjo S, Winkojastro. Hipertensi dalam kehamilan. Ilmu Kebidanan. Edisi keenam. Jakarta: Yayaan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008:654-62.
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Hoffman BL, Casey BM, Sheffield JS, eds. William obstetrics. 24th ed. New York: McGraw-Hill; 2014.
3. Creasy R,resnik R, Lams JD, Lockwood J. Moore. T Creasy and resnik’s maternal-fetal medicine, seventh edition. Elsevier ; 2014