TUGAS INDIVIDU
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
MAKALAH
Disusun oleh :
Wahyu Nugroho
A-IV-XVI-0015
Dosen Pengampu
Dr. Sri Marmoah, M. Pd
PROGRAM STUDI AKTA IV
UNIVERSITA BATANGHARI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2011). Menurut Syah (2010), pendidikan diartikan sebagai sebuah proses
dengan metode-metode tertentu sehingga orang memeroleh pengetahuan,
pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
Selanjutnya dijelaskan oleh Tirtarahardja, (2005) bahwa Pendidikan
menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah
peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh sebab itu, pendidikan juga
merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor pembangunan.
Namun demikian kebanyakan masyarakat mempersepsikan pembangunan
bersifat menjurus atau berbentuk material atau bersifat fisik semata, seperti
gedung, jembatan, rumah, pabrik, dan sebagainya. Padahal menurut
Tirtarahardja, (2005) sukses tidaknya pembangunan fisik itu justru sangat
ditentukan oleh keberhasilan di dalam pembangunan rohaniah/spiritual,
yang secara bulat diartikan pembangunan manusia, dan yang terakhir ini
menjadi tugas utama pendidikan. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3 yang diharapkan mampu
mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan pendidikan nasional, yang
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka menyerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab
(www.infokursus.net/download/UU_20_2003.pdf, 2011).
1
Persepsi yang keliru tentang pembangunan tersebut dapat berdampak
negatif, bahkan dapat menghambat pembangunan sistem pendidikan yang
telah tertera di tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan dalam makalah ini penulis rumuskan dalam
bentuk pertanyaan, antara lain :
1. Apa esensi pendidikan dan pembangunan serta titi temunya
2. Apa sumbangan pendidikan pada pembangunan
3. Seperti apa sistem pendidikan nasional
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk
membantu pembaca dalam memahami permasalahan tentang :
1. Apa esensi pendidikan dan pembangunan serta titik temunya
2. Apa sumbangan pendidikan pada pembangunan
3. Seperti apa pembangunan sistem pendidikan
1.4. Manfaat
Penulis mengharapkan dengan adanya makalah yang membahas
tentang Pendidikan dan Pembangunan ini dapat mengurangi kesalahan
persepsi dan ketidak tahuan tentang esensi dari pendidikan dan
pembangunan serta titik temunya, apa sumbangan pendidikan pada
pembangunan dan seperti apa pembangunan sistem pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya
Menurut paham umum kata “pembangunan” lazimnya diasosiasikan
dengan pembangunan ekonomi dan industri yang selanjutnya diasosiasikan
dengan dibangunnya pabrik-pabrik, jalan, jembatan sampai kepada
pelabuhan, alat-alat transportasi, komunikasi, dan sejenisnya. Gambaran
tersebut menunjukkan bahwa membangun dalam arti yang terbatas pada
bidang ekonomi dan industri saja belumlah menggambarkan esensi yang
sebenarnya dari pembangunan, jika kegiatan-kegiatan tersebut belum dapat
mengatasi masalah yang hakiki yaitu terpenuhinya hajat hidup dari rakyak
material dan spiritual. Pembangunan ekonomi dan industri mungkin dapat
memenuhi aspek tertentu dari kebutuhan seperti : Kebutuhan akan sandang,
pangan, dan papan, tetapi mungkin tidak untuk kebutuhan spiritual yang lain
(Tirtarahardja, 2005).
Pembangunan suatu bangsa tak dapat dilepaskan dari pendidikan.
Proses pembangunan mau tidak mau harus menjadikan pendidikan sebagai
variabel utama, disamping menjadi bagian tak terpisahkan dari program
pembangunan itu sendiri, juga pendidikan manjadi bagian penting dalam
menyiapkan SDM yang berperan dalam prosesnya. Selanjutnya dalam
sejarah pembangunan negara-negara maju nampak bahwa elemen
pendidikan menjadi elemen dasar dari pencapaian kemajuan mereka.
Pendidikan memiliki peran penting dalam proses pembangunan, betapa
tidak, laju perubahan sebagai akibat dari perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan teknologi kemudian harus disejajarkan dengan penyediaan sumber daya
manusia yang berkualitas. Dalam pada itu pendidikan kemudian menjadi
pioner utama dalam rangka penyiapan sumber daya manusia. Pendidikan
merupakan salah satu aspek pembangunan yang sekaligus merupakan syarat
mutlak untuk mewujudkan pembangunaan nasional. Dan salah satu aspek
terpenting dalam menyiapkan dan merekayasa arah perkembangan
3
masyarakat dalam pembangunan nasional adalah Pendidikan (Tilaar 1992,
dalam www.elearningpendidikan.com).
Seperti yang dinyatakan dalam GBHN, hakikat pembangunan
nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. Pernyataan tersebut dapat
diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir pembangunan adalah
manusianya, yaitu dapatnya dipenuhi hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah,
sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk religius, agar
dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk
(Tirtarahardja, 2005).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa esensi dari
pembangunan bertumpu dan berpangkal pada manusianya, bukan pada
lingkungannya. Pembangunan haruslah berorientasi pada pemenuhan hajat
hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia, karena hal ini
dapat meningkatkan martabatnya sebagai manusia. Tegasnya bahwa
pembangunan apapun jika berakibat mengurangi nilai manusiawi berarti
keluar dari esensinya (Tirtarahardja, 2005). Selanjutnya jika pembangunan
bertolak dari sifat hakikat manusia, berorientasi kepada pemenuhan hajat
hidup manusia sesuai dengan kodratinya sebagai manusia maka dalam ruang
gerak pembangunan, manusia dapat dipandang sebagai “objek” dan
sekaligus juga sebagai “subjek” pembangunan.
Sebagai “objek” pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran
yang dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtisar ke dalam diri
manusia, berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan
rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan
sikap terhadap lingkungannya, tekad hidup yang positif serta keterampilan
kerja. Hal ini didukung oleh pernyataan Nuh dalam rapat kerja Menteri
Pendidikan Nasional dengan Komisi X DPR, Kamis (9/6/2011), di Gedung
DPR, Jakarta (www. edukasi.kompas.com, 2013), bahwa pembangunan
pendidikan diarahkan untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan
kompetitif melalui peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, kualitas dan
relevansi, kesetaraan dan kepastian memperoleh pendidikan.
4
Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia
dengan segenap kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis
dan kreatif, baik terhadap sarana lingkungan alam maupun lingkungan
sosial/ spiritual.
Uraian di atas menunjukkan “status” pendidikan dan pembangunan
masing-masing dalam esensi pembangunan serta antar keduanya.
1. Pendidikan merupakan usaha dalam diri manusia sedangkan
pembangunan merupakan usaha ke luar dari diri manusia.
2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang
pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan
(pembinaan, penyediaan sarana, dan seterusnya) (prezi.com, 2013).
Hal ini didukung dengan hasil penelitian di negara maju umumnya
menunjukkan adanya korelasi positif antara tingkat pendidikan yang dialami
seseorang dengan tingkat kondisi ekonominya. Semakin tinggi tingkat
pendidikan yang dialami seseorang, semakin baik kondisi sosial
ekonominya (Tirtarahardja, 2005).
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
pendidikan dapat menunjang kemajuan perkembangan, dan sebaliknya hasil
pembangunan merupakan bukti dari usaha pendidikan.
2.2. Sumbangan Pendidikan Pada Pembangunan
Jika ditilik secara seksama tidaklah dapat dipungkiri bahwa andil
yang diberikan pendidikan pada pembangunan sungguh-sungguh sangat
besar. Jika pembangunan dipandang sebagai sistem makro maka pendidikan
merupakan sebuah komponen atau bagian dari pembangunan (Tirtarahardja,
2005). John C. Bock, dalam Education and Development: A Conflict
Meaning (dalam edukasi.kompasiana.com, 2013) mengindentifikasi peran
pendidikan tersebut sebagai : a) masyarakat ideologi dan nilai-nilai sosio-
kultural bangsa, b) mempersiapkan tenaga kerja untuk memerangi
kemiskinan, kebodohan, dan pedorong perubahan sosial , dan c) untuk
meratakan kesepakatan dan pendapatan. Peran yang pertama merupakan
5
Fungsi politik pendidikan dan dua peran yang lain merupakan fungsi
ekonomi.
Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan nasional
muncul dua paradigma yang menjadi kiblat bagi pengambil kebijakan dalam
pengembangan kebijakan pendidikan: Paradigma Fungsional dan paradigma
Sosialisasi. Paradigma Fungsional melihat bahwa keterbelakangan dan
kemiskinan dikarenakan negara tidak mempunyai cukup penduduk yang
memiliki pengetahuan, kemampuan dan sikap modern. Menurut pengalaman
masyarakat di Barat, lembaga pendidikan formal sistem persekolahan
merupakan lembaga utama mengembangkan pengetahuan malatih,
kemampuan dan keahlian serta menanamkan sikap modern para individu
yang diperlukan dalam proses pembangunan. Bukti-bukti menunjukan
adanya kaitan yang erat antara pendidikan formal seseorang dan
partisipasinya dalam pembangunan. Sejalan dengan paradigma Fungsional,
paradigma sosialisasi melihat peranan pendidikan dalam pembangunan
adalah: a) mengembangkan kompetensi individu, b) kompetensi yang lebih
tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan produktivitas, dan c) secara
umum, meningkatkan kemampuan warga masyarakat dan semakin
banyaknya warga masyarakat yang memiliki kemampuan akan
meningkakan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu,
berdasarkan paradigma sosialisasi ini, pendidikan harus di perluas secara
besar-besaran dan menyeluruh, kalau suatu bangsa menginginkan kemajuan
(edukasi.kompasiana.com, 2013).
Selanjutnya Tirtarahardja, (2005) juga menjelaskan bahwa
sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat pada beberapa
segi, antara lain :
1. Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik
agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta
bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia pendidikan adalah
terwujudnya citra manusia yang dapat menjadi sumber daya
6
pembangunan yang manusiawi. Prof. Dr. Slamet Iman Santoso
(dalam Tirtarahardja, 2005) menyatakan bahwa tujuan pendidikan
manghasilkan manusia yang baik. Manusia yang baik dimanapun ia
berada akan memperbaiki lingkungan.
2. Segi Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Keluarga
Didalam keluargalah anak pertama menerima pendidikan dan
pendidikan yang diperoleh dalam keluarga ini merupakan
pendidikan utama atau terpenting terhadap perkembangan
pribadi anak. Alam keluarga adalah pusat pendidikan yang
pertama sejak timbulnya adat kemanusiaan hingga sekarang,
hidup keluarga itu selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi
pekerti dari tiap-tiap manusia (Dewantara dalam Suwarno,
1972). Didalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai
kebiasaan yang baik tentang hal-hal yang berhubungan dengan
kecekatan, kesopanan, dan moral. Juga ditanamkan keyakinan-
keyakinan yang penting utamanya yang bersifat religius.
Kebiasaan baik dan keyakinan-keyakinan penting yang
mendarah daging merupakan landasan yang sangat diperlukan
untuk pembangunan.
Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah (pendidikan formal), peserta didik
dibimbing untuk memperluas bakat yang telah diperolah dari
lingkungan kerja keluarganya berupa pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Bekal dimaksud baik bekal dasar, lanjutan (dari SD
dan sekolah lanjutan) ataupun bekal kerja yang langsung dapat
digunakan secara aplikatif (SMK dan perguruan tinggi). Kedua
macam bekal tersebut dipersiapkan secara formal dan berguna
sebagai sarana penunjang pembangunan di berbagai bidang.
7
Lingkungan Masyarakat
Di lingkungan masyarakat (pendidikan non-formal), peserta
didik memperoleh bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan,
khususnya mereka yang tidak sempat melanjutkan proses
belajarnya melalui jalur formal. Pada masyarakat kita (sebagai
masyarakat yang sedang berkembanga), sistem pendidikan non
formal mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini
bertalian erat dengan berkembangnya sektor swasta yang
menunjang pembangunan.
3. Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah (SM), dan
pendidikan tinggi (PT) memberikan bekal kepada peserta didik
secara bersinambungan. Pendidikan dasar merupakan basic
education yang memberikan bekal dasar bagi pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi. Artinya pendidikan tinggi berkualitas, jika
pendidikan tengahnya kualitas, dan pendidikan menengah
berkualitas jika pendidikan dasarnya berkualitas.
4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi : bidang
ekonomi, komunikasi, hukum, sosial, politik, keuangan,
perhubungan dan komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan,
dan lain-lain. Pembangunan sektor kehidupan tersebut dapat
diartikan sebagai aktivitas, pembinaan, pengembangan, dan
pengisian, bidang-bidang kerjatersebut agar dapat memenuhi hajat
hidup warga negara sebagai suatu bangsa sehingga tetap jaya dalam
kencah kehidupan antara bangsa-bangsa di dunia. Pembinaan dan
pengembangan bidang-bidang tersebut hanya mungkin dikerjakan
jika diisi oleh orang-orang yang memiliki kemampuan seperti yang
dibutuhkan. Orang-orang dimaksudkan hanya tersedia jika
pendidikan berbuat untuk itu.
8
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sumbangan
pendidikan pada pembangunan dapat dilihat dari segi sasaran pendidikan,
segi lingkungan pendidikan, segi jenjang pendidikan, dan segi pembidangan
kerja atau sektor kehidupan. Selain itu sumbangan pendidikan pada
pembangunan juga lebih jelas diuraikan sebagai berikut:
a. Pada langkah pertama, pendidikan menyiapkan manusia sebagai
sumber daya pembangunan. Kemudian manusia selaku sumber
daya pembangunan membangun lingkungannya.
b. Pada instansi terakhir, manusialah yang menjadi kunci
pembangunan. Kesuksesan pembangunan sangat tergantung
kepada manusiannya.
c. Pendidik memegang peranan penting kerena merekalah yang
menciptakan manusia pencipta pembangunan.
2.3. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional
Peranan pendidikan sangat berpengaruh dalam pembangunan suatu
Negara karena Negara yang maju sudah pasti memiliki mutu pendidikan
yang sangat baik di negaranya . karena jika Negara mempunyai generasi
penerus yang cerdas pasti para penerus akan memperbaiki pembangunan
terhadap Negara.
1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun
Adalah logis jika sistem pendidikan yang merupakan sarana bagi
manusia untuk mengantarkan dirinya menuju kepada kesempurnaan
itu juga perlu disempurnakan. Sistem pendidikan sebagai sarana
yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas teka-teki
mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan. Selanjutnya persoalan
pendidikan juga dapat dilihat sebagai persoalan nasional karena
pendidikan berhubungan dengan masa depan bangsa (Tirtarahardja,
2005). Untuk dapat menyongsong suasana hidup yang diperlukan itu
sistem pendidikan harus berubah. Jika tidak, maka pendidikan
sebagai an agent of social change (agen perubahan sosial) tidak
9
berfungsi sebagaimana mestinya. Strukturnya, pengelolaanya, tenaga
kependidikannya mau tidak mau harus disesuaikan dengan tuntutan
baru tersebut.
2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan
Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu
sama lain bertalian erat, yaitu ; aspek filosofis dan keilmuan, aspek
yuridis atau perundang-undangan, kurikulum yang meliputi materi,
metodologi, pendekatan, orientasi (Tirtarahardja, 2005).
a. Hubungan Antar Aspek-aspek
Aspek filosofis, keilmuan, dan yuridis menjadi landasan bagi
butir-butir yang lain, karena memberikan arah serta mewadahi
butir-butir yang lain. Artinya, struktur pendidikan, kurikulum,
dan lain-lain yang lain itu harus mengacu kepada aspek filosofis,
aspek keilmuan, dan aspek yuridis. Aspek filosofis keilmuan dan
yuridis menjadi landasan bagi aspek-aspek yang lain, karena
memberikan arah pada aspek-aspek lainnya. Meskipun aspek
filosofis menjadi landasan, tetapi tidak harus diartikan bahwa
setiap terjadi perubahan filosofis dan yuridis harus diikuti
dengan perubahan aspek-aspek yang lain secara total.
b. Aspek Filosofis dan Keilmuan
Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasioanal pendidikan.
Rumusan tujuan pendidikan nasional yang tentunya memberikan
peluang bagi pengembanga hakikat manusia yang kodrati yang
berartipula bersifat wajar. Bagi kita pengembangan sifat kodrati
manusia itu pararel dengan jiwa Pancasila.
Pendidikan yang sehat harus merupakan titik temu antara “teori”
dengan “praktek”, demikian kata J. H. Gunning, “Theorie zonder
praktijk is voor genieen, praktijk zonder theorie is voor gekken
en schurken”. Teori tanpa praktek hanya cocok bagi orang-orang
pintar, sedangkan praktek tanpa teori hanya terdapat para orang
gila (M.J. Langeveld, dalam Tirtarahardja, 2005).
10
c. Aspek Yuridis
Kemajuan zaman menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru,
khususnya kebutuhan akan penyempurnaan sistem pendidikan yang
sesuai dengan tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru tersebut. Jelasnya
sistem pendidikan perlu disempurnakan, dan tugas ini hanya dapat
dilakukan dengan mendasarkan diri pada Undang-Undang
Pendidikan (Tirtarahardja, 2005).
UUD 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya
relatif tetap. Beberapa pasal yang melandasi pendidikan sifatnya
eksplisit (pasal 31 ayat (1) dan (2); pasal (32)) maupun yang implisit
(pasal 27 ayat (1) dan (2); pasal (34)). Pasal-pasal tersebut sifatnya
masih sangat global dijabarkan lebih rinci kedalam bentuk UU
pendidikan. Berdasarkan UU pendidikan inilah sistem pendidikan
disusun dan dilaksanakan.
Undang-undang Pendidikan No. 4 Tahun 1950 kemudian
dikukuhkan kembali sebagai UU Pendidikan No. 12 Tahun1954.
Namun dirasa masih kurang sesuai bila digunakan sebagai dasar
penyelenggaraan pndidikan. Setelah berlangsung selama 35 tahun,
diterbitkan Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang telah disempurnakan.
Isi UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SPN) lebih komprehensif, dalam arti bahwa UU No. 2 Tahun
1989 ini mencakup semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
Konsep komprehensif ini sejalan dengan esensi pendidikan yang
pada hakikatnya berupa proses bersinambungan yang dimulai
dari masa balita sampai masa manula dan yang berlangsung di
mana saja dan kapan saja.
Sifat UU RI No. 2 Tahun 1989 lebih fleksibel dp. UU No.
4/1950 dan UU No. 22/61. Fleksibilitas ini terlihat dalam hal-hal
seperti :
11
o Masih memberi peluang untuk dilengkapi dengan
peraturan-peraturan pemerintah dan keputusan menteri.
Strategi demikian memungkinkan undang-undang yang
sifatnya normatif itu ddalam realisasinya terkait dengan
kondisi sosial budaya masyarakat yang heterogen dalam
bentangan geografis yang luas dan bervariasi.
o Adanya badan pertimbangan pendidikan nasional (Bab
XIV, Pasal 48), yang bertugas memberikan masukan dan
saran-saran kepada pemerintah/menteri pendidikan,
dalam menyusun peraturan pemerintah dan keputusan
menteri.
o Adanya tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat, dan keluarga dalam menyelenggarakan
pendidikan sehingga pendidikan dapat mengarah kepada
keserasian pemenuhan tujuan negara di satu pihak dan
kepentingan rakyat banyak di pihak yang lain pada masa
mendatang.
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tidak hanya bersifat
mengatur (seperti UU Pendidikan yang lalu), tetapi juga
memiliki kekuatan hukum yang bersifat memaksa. (Bab XVII
Ketentuan Pidana, Pasal 55 dan 56 mengenai pelanggaran
terhadap penggunaan gelar dan atau sebutan lulusan perguruan
tinggi).
UU No. 2 Tahun 1989 lebih memperhatikan prospek masa
depan, bersikap terbuka dalam mengantisipasi perkembangan
masa depan.
d. Aspek Struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada
upaya pembenahan struktur pembangunan pendidikan yang
mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari
jenjang yang satu ke jenjang yang lai, sebagai akibat dari
12
perkembangan sosial budaya dan politik. Dalam prakteknya,
perkembangan pola struktur tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan sosial budaya dan politik.
a. Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan
kurikuler berubah, maka kurikulum berubah pula. Perubahan
tersebut dapat berupa materinya, orientasinya, pendekatannya
maupun metodenya. Kurikulum dalam sistem pendidikan
persekoloahan di negara kita telah mengalami penyempurnaan-
penyempurnaan dalam perjalanannya. Dari pernyataan tersebut,
terlihat bahwa betapa perlunya sistem pendidikan itu selalu
disempurnakan, khususnya dari segi kurikulumnya (Tirtarahardja,
2005).
Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa
sistempendidikan memiliki aspek-aspek yang saling berhubungan dan
berkaitan, aspek-aspek tersebut antara lain ; aspek filosofi dan keilmuan,
aspek yuridis atau perundang-undangan, struktur, dan kurikulum yang
didalamnya meliputi materi, metodologi, pendekatan, orientasi.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di jabarkan di BAB II PEMBAHASAN
maka dapat disambil kesimpulan bahawa :
1. Esensi dari pembangunan bertumpu dan berpangkal pada
manusianya. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan
pembangunan, kita tidak bisa memungkiri bahwa sumbangan
pendidikan pada pembangunan sangatlah besar. Pendidikan
merupakan usaha menuju perubahan pembangunan dan
pembangunan itu sendiri adalah wujud usaha dari pendidikan yang
telah dilaksanakan.
2. Sumbangan pendidikan pada pembangunan terlihat dari :
a. Segi sasaran pendidikan, yaitu menghasilkan manusia yang
baik, artinya dimanapun berada manusia tersebut mampu
memperbaiki lingkungannya.
b. Segi lingkungan pendidikan, yang terdiri dari lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat.
c. Segi jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi akan memberikan bekal
kepada peserta didik secara berkesinambungan, artinya
pendidikan tinggi berkualitas, jika pendidikan tengahnya
kualitas, dan pendidikan menengah berkualitas jika
pendidikan dasarnya berkualitas.
d. Segi pembidangan kerja atau sektor kehidupan, artinya
pembinaan dan pengembangan pada bidang kerja dan
kehidupan akan maksimal bila dilakukan di dalam dunia
pendidikan.
14
3. Pembangunan sistem pendidikan nasional, merupakan suatu usaha
terencana yang dilakukan untuk dapat menyempurnakan sistem
pendidikan sebelumnya, yang meliputi aspek-aspeknya antara lain :
a. Apek filosofi dan keilmuan
b. Aspek yuridis dan perundang-undangan
c. Struktur
d. Kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan,
orientasi.
Atinya dari aspek-aspek tersebut selalu dilakukan perubahan-
perubahan demi menyempurnakan sistem pendidikan yang telah ada
selama ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Corporation, F. (2011). Kamus besar bahasa Indonesia (last updated : Agustus 2011). http://fcorpsoft.tk. Diakses 12 Agustus 2012.
http://edukasi.kompas.com/read/2011/06/09/12503844/5.Program.Prioritas.Pembangunan.Pendidikan. Pembangunan dan Pendidikan. Diakses 24 Januari 2014.
http://edukasi.kompasiana.com/2013/07/14/peran-pendidikan-dalam-pembangunan-576788.html. Peran pendidikan dalam pembangunan. Diakses 24 Januari 2014.
http:// www.infokursus.net/download/ UU _ 20 _ 2003 .pdf . Undang-undang republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Diakses 13 Januari 2012.
Suwarno, (1992). Pengantar Umum Pendidikan. Surabaya: IKIP
Syah, M. (2010). Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Tirtarahardja, U. & S. L. La Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
16