1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA
PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh:
Iwan Purnomo1
Ahmad Amin, M.Si.2
dan Endang Lovisia, M.Pd.Si.3
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Pada Pembelajaran
Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Rumusan
masalahnya adalah apakah hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau
setelah penerapan model pembelajaran Talking Stick signifikan tuntas?. Metode penelitian
yang digunakan berbentuk eksperimen semu yang dilaksanakan tanpa adanya kelas
pembanding. Populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 164 siswa dan sebagai sampelnya adalah kelas X
MIPA 5 yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Data
yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t pada taraf signifikan = 5%. Rata-rata nilai
pre-test sebesar 60,25 dan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 6,25% sedangkan
rata-rata hasil post-test sebesar 85,69 dan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar
81,25%. Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis data tes akhir dimana thitung (5,69) > ttabel
(1,70) maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa di kelas X SMA Negeri 5
Lubuklinggau setelah diterapkan model pembelajaran Talking Stick signifikan tuntas.
Kata kunci: Talking Stick, Hasil Belajar, Fisika
2
A. Pendahuluan
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengembangkan fungsi
tersebut pemerintahan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Trianto, 2011:3).
Paham masyarakat pada umumnya pendidikan merupakan kegiatan
penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan informasi dari guru kepada siswa.
Menurutnya, definisi ini tidak memadai untuk menggambarkan apa yang sebenarnya
penting tentang keberadaan pendidikan dan menjadi berpendidikan. Definisi yang tepat
tentang pendidikan adalah suatu proses untuk menjadi orang yang berpendidikan.
Menjadi orang yang berpendidikan berarti manusia yang menjalani suatu proses
pendewasaan pada dirinya dan pengembangan potensi yang dimilikinya secara
kontinyu dan optimum melalui proses pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks, karena dalam kegiatan
pembelajaran senantiasa mengintegrasikan berbagai komponen dan kegiatan, yaitu
siswa dengan lingkungan belajar untuk memperoleh perubahan perilaku berupa hasil
belajar yang sesuai dengan tujuan. Dalam proses pembelajaran sebaiknya dilaksanakan
dengan melibatkan mental siswa secara individu, bukan hanya menuntut siswa untuk
mendengar dan mencatat penjelasan guru.
Rendahnya hasil belajar fisika disebabkan oleh penguasaan materi fisika dan
kreativitas menjawab soal yang sangat lemah terus berkelanjutan sampai ke tingkat
perguruan tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan adanya kesenjangan antara
kenyataan dan kondisi ideal adalah hasil belajar fisika rendah, siswa kurang aktif dalam
proses belajar mengajar dan cara guru mengajar kurang menarik bagi peserta didik.
Kondisi seperti ini membuat aktifitas siswa kurang optimal, oleh sebab itu diperlukan
perhatian dan perbaikan proses proses pembelajaran fisika di sekolah melalui
3
pemilihan pendekatan yang tepat agar dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam
proses pembelajaran.
Berdasarkan Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 5
Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 diperoleh nilai rata-rata ulangan harian siswa
kelas X MIPA hanya mencapai 68,65. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal yang
ditetapkan sekolah yaitu 75. Jumlah seluruh siswa Kelas X MIPA yaitu sebanyak 164
siswa. Siswa yang mendapatkan nilai dibawah 75 sebanyak 40 siswa dengan persentase
yaitu sebesar 24,39% sementara itu siswa yang mendapatkan nilai 75 atau lebih
sebanyak 124 siswa dengan persentase yaitu sebesar 75,61% dari seluruh jumlah siswa
kelas X MIPA. Sehingga siswa yang belum tuntas harus mengikuti program
perbaikan nilai atau remedial.
Hasil belajar yang rendah juga dapat diakibatkan karena siswa kurang aktif
dalam proses belajar mengajar. Faktor kecil yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil
belajar siswa adalah karena pengajaran disajikan masih dalam bentuk yang kurang
menarik sehingga terkesan sulit, dan menakutkan bagi siswa, sehingga siswa sering
tidak menguasai konsep dasar yang terkandung dalam materi pelajaran fisika yang
dapat menghambat kreativitas siswa dalam menjawab soal, yang akhirnya hasil belajar
siswa menjadi rendah.
Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran mengakibatkan pemahaman
siswa terhadap materi pembelajaran rendah. Di samping itu, media juga jarang
digunakan dalam proses pembelajaran sehingga menjadi kurang menarik dan tidak
bermakna. Akibatnya bagi guru ketika melakukan kegiatan pembelajaran tidak lebih
hanya menggugurkan kewajibannya saja sebagai tenaga pengajar. Sehingga cara guru
mengajar sangat berpengaruh besar dalam proses belajar mengajar, seperti hanya
memberikan catatan, ceramah dan memberikan tugas.
Oleh sebab itu cara guru mengajar tersebut sangat membosankan bagi siswa
dan mengakibatkan siswa malas mengikuti pelajaran yang diajarkan guru tersebut. Dan
hal itu dilakukan selama bertahun-tahun tanpa adanya pembaharuan dalam proses
belajar mengajar. Sehingga cara guru mengajar ini perlu diperhatikan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang diinginkan. Hal ini menjadi tantangan bagi seorang guru untuk
menciptakan suatu pembelajaran fisika agar siswa tidak lagi menganggap fisika sebagai
mata pelajaran yang membosankan, hanya menghafal rumus tanpa mengerti dan
mampu mengaplikasikannya.
4
Masalah yang harus segera diatasi adalah hasil belajar siswa. Perubahan hasil
belajar siswa tersebut akan memudahkan kita dalam mengetahui sejauh mana
perkembangan anak didik kita dalam mengikuti proses belajar mengajar dengan
menggunakan model pembelajaran Talking Stick pada setiap proses pembelajaran yang
dilakukan, untuk mengatasi masalah hasil belajar siswa, perlu diterapkannya
model pembelajaran yang melibatkan eksperimen sehingga dapat membuat siswa lebih
aktif dalam proses pembelajaran.
Salah satu model yang dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran
yaitu model pembelajaran Talking Stick. Model pembelajaran Talking Stick merupakan
model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena model
pembelajarannya yang menarik dengan menggunakan tongkat sehingga dapat
membuat peseta didik menjadi bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Model
ini dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yang pada akhirnya
akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan
judul “Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Pada Pembelajaran Fisika
Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang penting bagis etiap orang, pengetahuan dan
prestasi maupun keahlian yang dimiliki seseorang merupakan akibat yang
dihasilkan setelah menjalani tahap belajar. Belajar pada intinya tertumpu pada
berbagai kegiatan untuk mendapatkan ilmu pengetahua ndan wawasan untuk bekal
hidup dimasa sekarang dan masa yang akan datang.
Dalam proses kegiatan pendidikan di sekolah, belajar merupakan kegiatan
yang paling utama. Ini menunjukkan berhasil atau tidakny atujuan pendidikan
tergantung pada bagaimana kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa selaku anak
didik. Menurut Mudjiono (2009:9), “Belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang
belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka
responnya menurun”. Sedangkan Slameto (2010:2) menyatakan “Belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman sendiri dalm
interaksi dengan lingkungannya”.
5
2. Pengertian Hasil Belajar
Didalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan sekaligus
pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka
membantu meningkatkan keberhasilan siswa. Keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa
itu sendiri. Proses belajar mengajar dilaksanakan dengan maksud untuk melakukan
perubahan pada diri siswa. Perubahan ini dapat dilihat dari hasil akhir yang
diperoleh siswa. Hasil akhir ini diidentikan dengan hasil belajar.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Dimyati & Mudjiono (2009:247) mengatakan bahwa hasil belajar
yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor. Adapun faktor-faktor tersebut
antara lain:
a. Faktor intern
Faktor internyaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti; faktor
kemampuan, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan
belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik, dan
psikis.
b. Faktor ekstern
Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari siswa, seperti: lingkungan sosial
(termasuk teman sebaya), faktor guru, kurikulum sekolah, sarana dan
prasarana.
4. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Trianto (2011:51), model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Menurut Joyce (dalam
Rusman, 2010:132), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas
atau yang lain.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
modelpembelajaran adalah rencana atau pola yang dapat digunakan sebagai
pedoman untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
6
5. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick
Menurut Suprijono (2009:109), pembelajaran dengan model Talking Stick
mendorong peserta didik untuk berani mengungkapkan pendapat. Muawanah
(2014:58) menyatakan bahwa model Talking Stick adalah model pembelajaran
dengan menggunakan bantuan tongkat, siswa yang memegang tongkat wajib
menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.guru
mereka dapa tmerumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percayadiri.
6. Langkah-Langkah Model PembelajaranInkuiri Talking Stick
Menurut Suprijono (2009:109), langkah-langkah dalam model pembelajaran
Talking Stick adalah:
1) Penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari
2) Peserta didik diberikan kesempatan untuk membaca dan mempelajari
materi tersebut, berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini.
3) Guru meminta kepada peserta didik untuk menutup bukunya
4) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya
5) Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik
6) Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab
pertanyaan dari guru demikian seterusnya.
7) Ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya,
seyogyanya diiringi musik
8) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi
terhadap materi yang telah dipelajarinya.
9) Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan
peserta didik.
10) Bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan.
Menurut Uno (2011:86-87), Langkah-langkah model pembelajaran
Talking Stick adalah sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan sebuah tongkat.
2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan
mempelajari materi pada buku paketnya.
3) Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan
siswa untuk menutup bukunya.
4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu
guru memberian pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut
harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
mendapatkan bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
5) Guru memberikan kesimpulan.
6) Evaluasi.
7) Penutup.
7
C. Metodologi Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka jenis penelitian ini adalah
penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2010:9), ”penelitian eksperimen adalah
suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antar dua faktor yang sengaja
ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang
mengganggu”. Dalam hal ini metode eksperimen yang digunakan adalah eksperimen
semu yaitu sebuah eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding.
Desain eksperimen yang akan digunakan berbentuk pre-test and post-test one group
design. Menurut Arikunto (2010:124), adapun desain penelitian dapat dilihat pada tabel
3.1.
Tabel 3.1
Pre-test and Post-test one Group Design
Group Pre-test Treatment Post-test
Eksperimen O1 X O2 D.
(Arikunto, 2010:124)
Keterangan:
O1 : Pre-test
X : Pembelajaran dengan Talking Stick
O2 : Post-test
Populasi dalam penelitian ini adalah Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017.
Sampel penelitian ini sampel diambil secara acak atau Simple Random Sampling.
Berdasarkan hasil undian terpilihlah . Dari hasil pengundian yang dilakukan maka kelas
yang terpilih menjadi sampel penelitian adalah kelas X MIPA 5.
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah tes
dengan bentuk soal uraian. Dalam penelitian ini setelah data diperoleh, selanjutnya
dilakukan analisis data dengan menggunakan perhitungan rata-rata dan simpangan baku,
uji normalitas dan uji kesamaan hipotesis
D. Hasil Penelitian
1. Hasil Pengamatan
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2016 sampai dengan 20
Agustus 2016 di kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 5 SMA Negeri 5 Lubuklinggau
yang berjumlah 32 siswa. Sesuai dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
8
Talking Stick pada Pembelajaran Fisika siswa Kelas X SMA Negeri 5
Lubuklinggau”. Data hasil penelitian diperoleh dari data hasil kemampuan awal
(Pre-test) dan tes kemampuan akhir (Post-test).
pembelajaran Talking Stick.
a. Deskripsi Data Hasil Pre-test
1) Rata-rata dan Simpangan Baku
Rekapitulasi hasil tes awal siswa dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Rekapitulasi Data Tes Awal (Pre-test)
No. Kategori Keterangan
1 Nilai Rata-rata 60,25
2 Nilai Terkecil 45,00
3 Nilai Terbesar 81,00
4 Rentang Nilai 36
5 Simpangan Baku 8,42
Berdasarkan hasil penelitian data hasil tes awal pada tabel 4.1 dapat
dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai lebih atau sama dengan 75 (tuntas)
lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan nilai kurang dari
75 (tidak tuntas). Rata-rata ( ̅) nilai secara keseluruhan sebesar 60,25. Jadi
secara deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan awal siswa sebelum
penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran Talking Stick termasuk
kategori belum tuntas.
2) Uji Normalitas Data Pre-test
Untuk mengetahui kenormalan data, digunakan uji normalitas dengan uji
kecocokan χ2 (chi-kuadrat). Berdasarkan ketentuan mengenai uji normalitas
data dengan taraf kesalahan α = 0,05, jika χ2
hitung < χ2
tabel maka masing-masing
data berdistribusi normal. Kurva normalitas dapat dilihat pada Gambar 4.1.
9
Gambar 4.1 Kurva Normalitas Data Pre-test
Rekapitulasi hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut
Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Pre-test
Tes χ2
hitung dk χ2
tabel Kesimpulan
Awal 3,072379 5 11,070 Normal
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan nilai χ2
hitung data tes awal lebih kecil
dari pada χ2
tabel (χ2
hitung < χ2
tabel ). Dengan demikian kelompok data tes awal dan
tes akhir berdistribusi normal pada taraf kepercayaan α = 0,05.
b. Deskripsi Data Post-test
1) Rata-rata dan Simpangan Baku
Berdasarkan hasil perhitungan data tes akhir, rekapitulasi hasil test akhir siswa
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Rekapitulasi Data Tes Akhir (Post-Test)
No. Kategori Keterangan
1 Nilai Rata-rata 85,69
2 Nilai Terkecil 59,00
3 Nilai Terbesar 100
4 Rentang Nilai 41,00
5 Simpangan Baku 10,62
Berdasarkan hasil penelitian data hasil tes akhir pada tabel 4.2 dapat
dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai lebih atau sama dengan 75 (tuntas)
di kelas X MIPA 5 sebanyak 27 siswa (81,25%). Rata-rata ( ̅) nilai siswa
-1,75; 4,4384
-0,92; 6,1408
-0,33; 8,992
0,39; 6,0672
1,1; 3,9552
1,81; 0,9344 2,52; 0
0
2
4
6
8
10
-2 -1 0 1 2 3
10
secara keseluruhan sebesar 85,69. Sedangkan siswa yang tidak tuntas atau yang
mendapatkan nilai kurang dari 75 sebanyak 5 siswa (15,62%). Jadi secara
deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir siswa setelah penerapan
pembelajaran dengan model pembelajaran Talking Stick secara signifikan
tuntas.
2) Uji Normalitas Data Post-test
Untuk mengetahui kenormalan data, digunakan uji normalitas dengan uji
kecocokan χ2 (chi-kuadrat). Berdasarkan ketentuan mengenai uji normalitas
data dengan taraf kesalahan α = 0,05, jika χ2
hitung < χ2
tabel maka masing-masing
data berdistribusi normal. Kurva normalitas dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Kurva Normalitas Data Post-test
Rekapitulasi hasil perhitungan uji normalitas (lampiran D) dapat dilihat
pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4
Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Post-test
Kelas χ2
hitung dk χ2
tabel Kesimpulan
Tes akhir 3,700675 5 11,070 Normal
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan nilai χ2
hitung data tes akhir lebih kecil
dari pada χ2
tabel (χ2
hitung < χ2
tabel ). Dengan demikian kelompok data tes awal dan
tes akhir berdistribusi normal pada taraf kepercayaan α = 0,05.
c. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji coba normalitas ternyata data tes awal dan tes akhir
berdistribusi normal. Karena simpangan baku populasi tidak diketahui dan data
berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus:
-2,56; 0,7552
-1,9; 2,5216
-1,24; 5,552 -0,58; 7,0288
0,08; 5,632 0,24; 4,7136
1,39; 0 0
5
10
-3 -2 -1 0 1 2
11
t = ̅
√
Hipotesis yang diuji adalah :
Ha : µ ≥ 75 : Rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 5
Lubuklinggau setelah diterapkan model Talking Stick lebih
dari atau sama dengan 75.
H0 : µ < 75 : Rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 5
Lubuklinggau setelah diterapkan model Talking Stick
kurang dari 75.
Grafik kentutasan belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Rekapitulasi hasil perhitungan uji hipotesis (lampiran D) dapat dilihat
pada Tabel 4.4.
Tabel 4.5
Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis
thitung dk ttabel Kesimpulan
5,69 5% 1,70 Ha diterima
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan nilai thitung > ttabel, hal ini berarti Ha
diterima dan H0 ditolak. Dengan kata lain hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima kebenarannya, artinya ”Hasil belajar fisika siswa
kelas X SMA 5 Lubuklinggau setelah diterapkan model pembelajaran Talking
Stick secara signifikan tuntas”.
2. Pembahasan
Berdasarkan pada rumusan masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian
ini adalah “Apakah dengan Menerapkan Model Pembelajaran Talking Stick, hasil
0
20
40
60
80
100
6,25
81,25
Gambar 4.1 Grafik Ketuntasan Belajar
pre-test
post-test
12
belajar fisika di kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau signifikan tuntas?”.
Berdasarkan analisis data pre-test dapat dilihat bahwa hanya ada dua siswa yang
mendapatkan nilai lebih dari 75 (tuntas). Rata-rata nilai siswa secara keseluruhan
60,25, jadi dapat disimpulkan hasil pre-test sebelum diterapkan model Talking Stick
belum tuntas.
Setelah dilakukannya tes awal (pre-test) yang dilaksanakan pada tanggal 26
Juli 2016 dan diikuti oleh 32 siswa, peneliti kemudian memberikan perlakuan
(treatment) dengan melakukan penerapan model pembelajaran Talking Stick.
Pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, pertemuan pertama
dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2016. Sebelum melakukan pembelajaran peneliti
menjelaskan bagaimana cara pembelajaran dengan menggunakan model Talking
Stick serta menyampaikan ketentuan pada saat terjadinya estafet tongkat dari siswa
satu ke siswa yang lain itu tidak boleh dilemparkan. Setelah penjelasan tersebut ada
sebagian siswa yang memahami cara pembelajaran dengan menggunakan model
Talking Stick ada yang belum memahami, karena model ini belum pernah diterapkan
sebelumnya dalam proses belajar mengajar yang telah mereka ikuti sebelumnya.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 02 Agustus 2016, pada pertemuan kedua
ini seluruh siswa mulai paham melakukan pembelajaran dengan menggunakan model
Talking Stick.
Post-test diadakan setelah penyampaian materi dengan model Talking Stick,
dalam hal ini dapat dilihat bahwa 27 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 75.
Nilai rata-rata siswa secara keseluruhan 85,69. Berdasarkan pengujian hipotesis
dapat disimpulkan bahwa “Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5
Lubuklinggau Setelah Diterapkan Model Talking Stick Secara Signifikan Tuntas”.
Temuan-temuan yang terjadi pada saat penerapan model Talking Stick yaitu
pada pertemuan pertama, sebelum pembelajaran dimulai guru menyiapkan sebuah
tongkat dan kemudian guru menjelaskan materi pokok kepada siswa. Setelah itu guru
menuliskan pertanyaan di papan tulis dan memberikan waktu kepada siswa
mempelajari materi yang telah dijelaskan. Jika siswa telah selesai mempelajari materi
tersebut dengan batas waktu yang telah ditentukan barulah menerapkan pembelajaran
dengan menggunakan model Talking Stick. Pada saat penerapan model hanya
sebagian siswa yang mengerti bagaimana cara belajar dengan menggunakan model
Talking Stick ini dan sebagian lainnya masih bingung dan masih bertanya-tanya.
Pada saat tongkat bergulir dari siswa satu ke siswa yang lain mereka memilih untuk
13
melemparkan cepat-cepat tongkat tersebut agar tongkat tersebut tidak berhenti di
dirinya. Hal ini disebabkan siswa takut untuk mengerjakan soal ke depan dan belum
terbiasa dengan menggunakan model Talking Stick ini.
Pertemuan kedua guru kembali menyiapkan tongkat dan menjelaskan materi
pokok. Dalam pertemuan kedua ini siswa sangat menikmati proses pembelajaran
dengan menggunakan model Talking Stick. Siswa sangat senang dan termotivasi
untuk belajar karena belajar mendengarkan musik dan menciptakan suasana belajar
sambil bermain sehingga siswa tidak merasa bosan. Walaupun mereka merasa
senang mengikuti pembelajaran menggunakan model Talking Stick ini tapi sebagian
kecil siswa masih takut dan cemas jika tongkat tersebut berhenti didirinya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, diperoleh bahwa
penggunaan model Talking Stick dapat dijadikan alternatif dalam proses
pembelajaran ketika siswa mengalami kebosanan dalam belajar fisika. Sehingga
siswa lebih aktif mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari dari berbagai
sumber yang memungkinkan siswa dapat menemukan dan membangun
pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator dan
mengontrol tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang siswa perlukan untuk
mengerjakan dan bagaimana mengatasi masalah yang mereka temukan. Guru juga
dapat membimbing siswa saat kesulitan dan membantu siswa untuk mengembangkan
materi yang akan disampaikan.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rata-
rata hasil belajar siswa sebesar 85,69 dan persentase jumlah siswa tuntas sebesar
81,25% dengan hasil uji-t dengan taraf kepercayaan 5% dan dk = n – 1 didapat thitung =
5,09 dan ttabel = 1,70 karena thitung > ttabel maka hasil belajar fisika siswa kelas X SMA
Negeri 5 Lubuklinggau setelah diterapkan model Talking Stick secara signifikan
tuntas.
F. Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2010. Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka
Cipta.
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta.
Muawanah. 2014. Penerapan Model Talking Stick dengan Media Visual dalam
Pembelajaran IPS Materi Perkembangan Teknologi. Jurnal Penelitian
Tindakan Kelas. 2 (16), 58-66.
14
Purwanto. 2011. Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suprijono, A. 2009. Cooperatif Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Uno, H. B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Inovatif. Jakarta:Bumi Aksara.