1
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RETURN ON ASSET, DEBT TO
EQUITY RATIO, OPINI AUDITOR, DAN REPUTASI KAP TERHADAP
AUDIT DELAY
(Study Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2011-2014)
Marta Rachmanda, Inge Lengga Sari Munthe, Sri Ruwanti
Universitas Maritim Raja Ali Haji,Fakultas Ekonomi
Tanjungpinang, Kepulauan Riau 2016
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris dan
menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan, Return on Asset, Debt to Equity
Ratio, Opini Auditor dan Reputasi KAP terhadap Audit Delay (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-
2014).
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014. Teknik
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dan memperoleh
sampel sebesar 56 perusahaan atau 224 pengamatan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014. Jenis data yang
digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id. Metode
analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara parsial
Ukuran Perusahaan, Return on Asset, Opini Auditor, Reputasi KAP tidak
berpengaruh terhadap Audit Delay. Sedangkan Debt to Equity Ratio berpengaruh
terhadap Audit Delay. Dan secara simultan Ukuran Perusahaan, Return on Asset,
Debt to Equity Ratio, Opini Auditor dan Reputasi KAP berpengaruh terhadap
Audit Delay.
Kata Kunci: Ukuran Perusahaan, Return on Asset, Debt to Equity Ratio,
Opini Auditor, Reputasi KAP dan Audit Delay.
PENDAHULUAN
Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi memiliki tujuan tertentu
yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya.
Untuk mengetahui bagaimana kondisi dan kinerja perusahaan dapat dilihat
melalui laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu
sumber informasi yang penting dalam keberlangsungan suatu perusahaan,
terutama perusahaan yang telah go public. Laporan keuangan yang dipublikasi
2
harus disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh
akuntan publik yang terdaftar dalam Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
BAPEPAM sebelumnya mengeluarkan lampiran Keputusan Ketua
BAPEPAM Nomor: KEP-460/BL/2008 yang mewajibkan bagi setiap emiten dan
perusahaan Publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan
dan laporan auditor independennya kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada
akhir bulan ketiga (90 hari). Kemudian BAPEPAM memperbarui peraturan
dengan dikeluarkannya lampiran surat keputusan ketua BAPEPAM Nomor: Kep-
431/BL/2012 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai
laporan akuntan yang memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan harus disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya
pada akhir bulan keempat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
Selain keputusan ketua BAPEPAM, keputusan Direksi PT Bursa Efek
Indonesia melalui keputusan Nomor: Kep-307/BEJ/07-2004 yaitu Peraturan
Nomor 1-H juga mengatakan hal yang sama mengenakan sanksi berupa teguran
dan denda secara berkala bagi perusahaan yang terlambat mempublikasikan
laporan keuangan tahunan pada jangka waktu yang telah ditentukan.
Bagi para investor yang membutuhkan laporan keuangan suatu perusahaan,
informasi yang akurat dan tepat waktu sangatlah penting. Apabila laporan
keuangan tidak disajikan tepat waktu maka laporan keuangan tersebut akan
kehilangan nilai informasinya karena tidak tersedia saat pemakai laporan
keuangan membutuhkannya untuk pengambilan keputusan.
Sementara di satu sisi, publik khususnya investor menuntut auditor untuk
dapat menyelesaikan laporan audit secara tepat waktu. Pada sisi lain, proses audit
merupakan aktivitas yang membutuhkan waktu dimana auditor harus memenuhi
standar auditing seperti standar umum ketiga yang menyatakan bahwa audit harus
dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian, dan standar pekerjaan
lapangan menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan perencanaan yang
matang dan pengumpulan bukti audit yang memadai (Prasongkoputra, 2013). Hal
ini yang kadang menyebabkan lamanya suatu proses pengauditan yang dilakukan,
sehingga publikasi laporan keuangan yang diharapkan secepat mungkin menjadi
terlambat.
Berbicara tentang ketepatan (timeliness) dalam penyampaian laporan
keuangan, tentunya terkait dengan seberapa lama proses audit yang dilaksanakan.
Lamanya waktu penyelesaian audit terhitung mulai dari tanggal penutupan tahun
buku, sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit independen. Perbedaan
waktu ini disebut audit delay (Utami, 2006). Audit delay inilah yang dapat
mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga akan
berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang berdasarkan
informasi yang dipublikasikan (Kartika, 2009). Semakin lama auditor
3
menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka semakin lama pula audit delay. Jika
audit delay semakin lama, maka kemungkinan keterlambatan penyampaian
laporan keuangan akan semakin besar.
Berangkat dari paparan di atas, penelitian ini bermaksud mengkaji lebih
jauh mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Faktor-faktor
tersebut merupakan hal yang turut pula mempengaruhi ketepatan pelaporan
keuangan. Beberapa faktor yang kemungkinan menyebabkan audit delay semakin
lama, yaitu: ukuran perusahaan, return on asset, debt to equity ratio, opini auditor
dan reputasi KAP. Variabel-variabel ini dipilih berdasarkan teori-teori dan
penelitian empiris sebelumnya dan masih mungkin untuk dikaji kembali
mengingat masih terdapat ketidak konsistenan/kontradiksi dari hasil-hasil
penelitian sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RETURN
ON ASSET, DEBT TO EQUITY RATIO, OPINI AUDITOR DAN REPUTASI
KAP TERHADAP AUDIT DELAY (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014)”.
KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Audit Delay
Audit delay didefinisikan sebagai rentang waktu penyelesaian laporan
audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang
dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor independen atas audit
laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per 31
Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen (Aryati
dalam Puspitasari dan Sari, 2012). Menurut Utami (2006) audit delay adalah
lamanya waktu penyelesaian audit terhitung mulai dari tanggal penutupan tahun
buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit independen.
Menurut penelitian Ashton, Wilingham, & Elliott, (1987) audit delay is
defined as the length of time from a company‟s fiscal year-end to the date of the
auditor‟s report . Sedangkan menurut Dyer & McHugh (dalam Utami, 2006)
“Auditors’ report lag is the open interval of number of days from the year end to
the date recorded as the opinion signature date in the auditor’ report”. Audit
delay ini dapat diasumsikan interval jumlah hari dari akhir periode tahun buku
sampai dengan ditandatanganinya laporan keuangan yang telah diaudit oleh
auditor .
Audit dan Standar Auditing
Menurut Mulyadi (2013:9), pengertian pengauditan dapat diartikan sebagai
berikut:
4
”Suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
Sedangkan menurut Agoes (2012:4), pengertian auditing adalah:
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak
yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya,
dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut”.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) seksi 110.1 menjelaskan
secara umum tujuan utama suatu auditing atas laporan keuangan adalah
memberikan suatu pernyataan pendapat mengenai apakah laporan keuangan klien
telah disajikan secara wajar, dalam segala hal material, sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum.
Menurut Mulyadi (2013:30), audit dikelompokkan menjadi 3 golongan
yaitu:
1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
3. Audit Operasional (Operational Audit)
Sebagai ukuran mutu profesional auditor independen dan pertimbangan
yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor,
seorang auditor independen menggunakan standar auditing. Standar auditing ini
merupakan pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit. Standar
auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia (2011), adalah sebagai berikut:
a. Standar Umum
b. Standar Pekerjaan Lapangan
c. Standar Pelaporan
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat
diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain
dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain (Yulianti, 2011).
Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori, yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan
perusahaan kecil (small firm) (Mas’ud Machfoedz dalam Trianto dkk, 2014).
Penelitian ini menggunakan proksi total asset yang dimiliki perusahaan sebagai
alat ukur dalam ukuran perusahaan.
5
Faktor ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang sering diteliti
pada penelitian sebelumnya. Menurut Dyer dan McHugh (dalam Kartika, 2009)
perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan
kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya. Hal ini disebabkan karena
perusahaan besar biasanya memiliki sistem pengendalian internal yang baik,
sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan
keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan.
Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai asset perusahaan maka
semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kemungkinan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian
audit.
Return On Asset
Menurut Kasmir (2011:196), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Dalam rasio
profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan
manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Dalam penelitian ini
yang menjadi tolak ukur tingkat profitabilitas adalah return on asset (ROA).
Menurut Hery (2015:228) hasil pengembalian atas aset (ROA) merupakan
rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba
bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total aset.
Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah
laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas aset berarti semakin rendah
pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam
dalam total aset.
Profitabilitas (ROA) mempunyai pengaruh dalam publikasi laporan
keuangan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah atau dengan kata
lain mengalami kerugian cenderung akan menunda dalam mempublikasi atas
laporan keuangan karena kerugian merupakan bad news yang akan berdampak
negatif pada perusahaan seperti penurunan permintaan akan saham yang
diterbitkan. Sedangkan menurut Sistya (dalam Indriyani dan Supriyati, 2012)
perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas (ROA) yang tinggi
membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat agar segera
dapat memberitahukan kabar baik (good news) kepada publik dan mendapatkan
respon yang positif dari publik.
Debt to Equity Ratio
Menurut Hery (2015:190) Solvabilitas atau Leverage merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan
6
hutang. Dalam penelitian ini yang digunakan untuk mengukur rasio solvabilitas
adalah debt to equity ratio.
Menurut Kasmir (2011:157) debt to equity ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara
membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh
ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang.
Bagi kreditor, semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan
karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin
terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan
semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat
pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi
peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini
juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan
perusahaan.
Opini Auditor
Ada lima kemungkinan pernyataan pendapat auditor independen (Mulyadi,
2013:20) yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified
Opinion Report with Explanatory Language)
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)
Reputasi KAP
Perusahaan dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi akan
kinerja perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk
menggunakan jasa KAP. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No: 5
Tahun 2011, Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha/lembaga yang
didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan memiliki izin
dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalankan
pekerjaannya berdasarkan undang-undang ini.
Untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan
menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik. Hal ini
biasanya ditunjukkan dengan KAP yang berafiliasi dengan KAP besar yang
berlaku universal yang dikenal dengan KAP big four worldwide accounting firm
atau big four (Hilmi dan Ali dalam Saputri, 2012). KAP yang berafiliasi dengan
7
big four lebih awal menyelesaikan auditnya daripada KAP non big four. Karena,
KAP big four diperkirakan memiliki ketersediaan teknologi yang lebih maju dan
staf spesialis sehingga, mereka akan lebih efisien dalam melakukan pelayanan
(Lee dalam Angruningrum dan Wirakusuma, 2013).
Adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi dengan the big
four di Indonesia, yaitu:
1. KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), yang bekerja sama dengan KAP
Drs. Hadi Sutanto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan.
2. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerja sama dengan
KAP Sidharta-Sidharta & Widjaja.
3. KAP Ernst & Young (E & Y), bekerja sama dengan KAP Prasetio,
Sarwoko, & Sanjadja.
4. KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerja sama dengan KAP
Hans Tuanakotta & Mustofa, Osman Ramli Satrio & Rekan.
Hipotesis
Dari penjelasan di atas, hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian
ini adalah:
1. H1: Diduga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
2. H2: Diduga return on asset berpengaruh terhadap audit delay.
3. H3: Diduga debt to equity ratio berpengaruh terhadap audit delay.
4. H4: Diduga opini auditor berpengaruh terhadap audit delay.
5. H5: Diduga reputasi KAP berpengarh terhadap audit delay.
6. H6: Diduga ukuran perusahaan, return on asset, debt to equity ratio,
opini auditor, reputasi KAP berpengaruh terhadap audit delay.
METODOLOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 sampai
dengan tahun 2014.
Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua
variabel yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).
Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan (X1), return on
asset (X2), debt to equity ratio (X3), opini auditor (X4), reputasi KAP (X5) yang
akan mempengaruhi variabel dependen yaitu audit delay (Y).
8
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit delay. Audit delay
diukur secara kuantitatif dalam jumlah hari, ialah jangka waktu antara tanggal
penutupan tahun buku hingga tanggal yang tertera pada laporan auditor
independen.
Variabel Independen
Terdapat lima variabel independen yang akan diuji dalam penelitian ini
dalam hubungannya dengan pengaruh yang diberikan terhadap audit delay, yaitu:
1. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan biasanya dilihat dengan total asset untuk menunjukkan
besar atau kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan yang besar memiliki total asset,
penjualan, maupun ekuitas yang besar pula. Sebaliknya, perusahaan yang kecil
memiliki total asset, penjualan, dan ekuitas yang kecil. Sehingga, perusahaan
yang besar memiliki kecenderungan yang besar pula untuk mengungkapkan
laporan keuangan dan laporan auditnya. Pengukuran ini mengacu pada penelitian
Utami (2006), Lestari (2010).
2. Return on asset
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba baik dalam hubungannya dengan total asset, investasi, maupun ekuitas.
Semakin tinggi tingkat profitabilitas (ROA), suatu perusahaan akan cenderung
mengungkapkannya dalam laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan return
on asset dalam mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Pengukuran ini juga
digunakan oleh Lestari (2010), Yulianti (2011), Rochimawati (2012), Estrini dan
Herry (2013), Prasongkoputra (2013), Trianto dkk (2014).
ROA =
3. Debt to equity ratio
Rasio Solvabilitas atau Rasio Leverage merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya,
berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan
asetnya. Tingginya debt to equity ratio mencerminkan tingginya resiko keuangan
perusahaan. Risiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan
mengalami kesulitan keuangan. Penelitian ini menggunakan debt to equity ratio
dalam mengukur tingkat solvabilitas perusahaan. Pengukuran ini juga digunakan
oleh Utami (2006), Indriyani dan Supriyati (2012), dan Prasongkoputra (2013).
DER =
9
4. Opini auditor
Penelitian ini menggunakan dua klasifikasi pendapat auditor, yaitu wajar
tanpa pengecualian (nilai dummy 1) dan selain wajar tanpa pengecualian (nilai
dummy 0). Pengukuran ini juga digunakan oleh Utami (2006), Kartika (2009),
Lestari (2010), Yulianti (2011), Prayogi (2012), dan Saputri (2012).
5. Reputasi KAP
Reputasi KAP diharapkan dapat mempengaruhi audit delay. KAP besar memiliki
kecenderungan yang besar untuk menyelesaikan audit dengan waktu yang lebih
singkat dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil. Di Indonesia, KAP besar
diklasifikasikan dalam afiliasi firma big four yaitu PWC, Ernst & Young,
Deloitte, dan KPMG. Reputasi KAP diukur menggunakan variabel dummy,
dimana perusahaan yang menggunakan jasa KAP dengan afiliasi big four diberi
nilai 1 dan perusahaan yang menggunakan jasa KAP lainnya diberi nilai 0.
Pengukuran ini juga digunakan oleh Penelitian Saputri (2012), Angruningrum dan
Wirakusuma (2013) dan Estrini dan Laksito (2013).
Metode Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 - 2014 yang berjumlah 141
perusahaan.
Sampel
Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun
kriteria yang ditetapkan untuk memilih sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan berturut-turut sejak
tahun 2011, 2012, 2013, 2014.
2. Perusahaan manufaktur yang memiliki data lengkap untuk penelitian.
3. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya dalam mata uang
rupiah (Rp).
4. Perusahaan yang mengalami laba bersih dari tahun 2011-2014.
Prosedur Pengumpulan Data
Jenis Data
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka. Untuk membantu menganalisis data,
kegiatan penghitungan statistik menggunakan program SPSS 21.0 for Windows
(Statistical Package of Social Science).
10
Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan
data yang diperoleh secara tidak langsung melalui internet dan buku-buku
referensi yang berkaitan dengan topik bahasan dalam penelitian. Sumber
penelitian ini diperoleh dari www.idx.co.id.
Metode Analisis Data
Pada penelitian ini, pengujian dilakukan dengan analisis regresi linear berganda
digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat secara linear dan untuk
mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Obyek Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah laporan keuangan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2014 sejumlah 141 perusahaan. Metode pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yakni metode penetapan
responden untuk dijadikan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu.
Analisis Statistik Deskriptif
Pengujian statistik deskriptif dilakukan terhadap data sampel ukuran
perusahaan, return on asset, debt to equity ratio, opini auditor, reputasi KAP,
audit delay tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Hasil pengujian statistik
deskriptif pada Tabel 4.3 serta frekuensi pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 di bawah
ini menunjukkan informasi mengenai nilai minimum (minimum), nilai maksimum
(maximum), rata-rata (mean), standar deviasi (standar deviation) hingga frekuensi
(frequency) sampel penelitian baik variabel independen maupun variabel
dependen.
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
U.P 224 87.419 236029.000 9946.51022 28452.976862
ROA 224 .001 .416 .10266 .089741
DER 224 .108 7.396 .95931 .970105
A.DELAY 224 33 147 75.45 16.467
Valid N (listwise) 224
11
Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik Frekuensi Variabel Opini Auditor
OPIN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Selain WTP 102 45.5 45.5 45.5
WTP 122 54.5 54.5 100.0
Total 224 100.0 100.0
Tabel 4.5
Hasil Uji Statistik Frekuensi Variabel Reputasi KAP R.KAP
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
KAP Non Big Four 114 50.9 50.9 50.9
KAP Big Four 110 49.1 49.1 100.0
Total 224 100.0 100.0
Analisis Pengujian Asumsi Klasik
Analisis Uji Normalitas
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas
data dengan pengujian statistik one-sample kolmogrov-smirnov test (uji K-S). Uji
normalitas residual ini menunjukan hasil bahwa model penelitian ini tidak
terdistribusi secara normal. Sehingga peneliti melakukan trimming yaitu
memangkas pengamatan yang bersifat outlier untuk mengatasi masalah pada uji
normalitas.
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas (sebelum outlier)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 224
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 15.57185102
Most Extreme Differences
Absolute .100
Positive .100
Negative -.093
Kolmogorov-Smirnov Z 1.493
Asymp. Sig. (2-tailed) .023
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
12
Maka untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti melakukan pemangkasan
data sebanyak 69 data yang semula 224 pengamatan menjadi 155 pengamatan.
Pertimbangan pemangkasan data mengacu pada output yang dihasilkan
sebelumnya. Adapun hasil dari pengujian normalitas data setelah dilakukan
outlier menunjukan bahwa data berdistribusi normal dengan nilai asymp. sig. (2-
tailed) sebesar 0,075 lebih tinggi dari nilai α=0,05.
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas
(Setelah dilakukan Outlier)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 155
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 11.73753924
Most Extreme Differences
Absolute .103
Positive .053
Negative -.103
Kolmogorov-Smirnov Z 1.280
Asymp. Sig. (2-tailed) .075
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Analisis Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
U.P .762 1.312
ROA .738 1.355
DER .757 1.321
OPIN .884 1.131
R.KAP .786 1.273
a. Dependent Variable: A.DELAY
13
Dari uji tersebut diketahui bahwa untuk model penelitian dengan audit delay
sebagai variabel dependen menunjukkan semua variabel independen yang terdiri dari
ukuran perusahaan, return on asset, debt to equity ratio, opini auditor, reputasi KAP
memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa model
penelitian terbebas dari masalah multikolinearitas.
Analisis Autokorelasi
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 2.027a
a. Predictors: (Constant), R.KAP, OPIN, DER, U.P,
ROA
b. Dependent Variable: A.DELAY
Dari hasil output diatas dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi karena
memenuhi syarat yaitu menurut Trihendradi (2009:213) jika range 1.65 < DW <
2.35 tidak terjadi autokorelasi.
Analisis Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Selain menggunakan grafik scatterplot, penelitian ini juga dilakukan
pengujian signifikan dengan menggunakan uji Spearman’s rho. Menurut Priyatno
(2010:84) uji Spearman’s rho yaitu mengkorelasi nilai residual (unstandardized
residual) dengan masing-masing variabel independen, dengan ketentuan jika
14
signifikan korelasi < 0,05 maka pada model regresi terjadi masalah
heteroskedastisitas.
Tabel 4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas Correlations
U.P ROA DER OPIN R.KAP Unstandardized
Residual
Spearman’s
Rho
Unstandardized
Residual
Correlation
Coefficient
.127 .044 -.064 -.040 .051 1.000
Sig. (2-tailed) .116 .587 .426 .618 .532 .
N 155 155 155 155 155 155
Berdasarkan output diatas dapat diketahui bahwa pada model regresi tidak
terjadi gejala heteroskedastisitas. Hal ini menunjukkan semua variabel independen
yang terdiri dari ukuran perusahaan, return on asset, debt to equity ratio, opini
auditor, reputasi KAP terhadap nilai residual (unstandardized residual) memiliki
nilai Sig > 0,05 yang diartikan bahwa model penelitian terbebas dari masalah
Heteroskedastisitas.
Dengan terpenuhinya uji asumsi klasik seperti yang telah dipaparkan
diatas, maka analisis regresi linear berganda layak digunakan dalam model
penelitian karena persyaratan statistik terpenuhi.
Analisis Model Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui hubungan
sebab akibat secara linear dan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian regresi berganda
dengan menggunakan program SPSS 21 dapat dilihat pada Tabel 4.11 sebagai
berikut:
Tabel 4.11 Hasil Persamaan Regresi Linear Berganda Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 73.300 3.474 21.100 .000
U.P .0001 .0002 -.059 -.676 .500
ROA -22.169 19.839 -.100 -1.117 .266
DER 6.761 2.516 .237 2.687 .008
OPIN .789 2.071 .031 .381 .704
R.KAP -2.892 2.179 -.115 -1.327 .186
a. Dependent Variable: A.DELAY
Berdasarkan Tabel 4.11 maka dapat dianalisis model persamaan regresi linear
berganda sebagai berikut:
15
A.DELAY = 73,300 – 0,000186UP – 22,169ROA + 6,761DER + 0,789OPIN -
2,892R.KAP + ε
Dimana:
A.DELAY : Lamanya waktu penyelasaian audit
α : Konstanta
UP : Ukuran perusahaan (total asset)
ROA : Profitabilitas / return on asset
DER : Tingkat leverage / debt to equity ratio
OPIN : Dummy opini auditor
R.KAP : Dummy KAP big four
ε : Standar error
Analisis Uji Hipotesis
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.12
Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .349a .122 .092 11.933
a. Predictors: (Constant), R.KAP, OPIN, DER, U.P, ROA
b. Dependent Variable: A.DELAY
Uji F atau Uji Simultan
Tabel 4.13 Uji F atau Uji Simultan ANOVA
a
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 2938.130 5 587.626 4.127 .002b
Residual 21216.553 149 142.393
Total 24154.684 154
a. Dependent Variable: A.DELAY
b. Predictors: (Constant), R.KAP, OPIN, DER, U.P, ROA
Uji t atau Uji Parsial
Uji ini bertujuan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen. Berikut hasil uji statistik t adalah sebagai berikut:
16
Tabel 4.14 Uji t atau Uji Parsial Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 73.300 3.474 21.100 .000
U.P .0001 .0002 -.059 -.676 .500
ROA -22.169 19.839 -.100 -1.117 .266
DER 6.761 2.516 .237 2.687 .008
OPIN .789 2.071 .031 .381 .704
R.KAP -2.892 2.179 -.115 -1.327 .186
a. Dependent Variable: A.DELAY
Hipotesis pertama adalah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit
delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Hasil
pengujian tampak pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa hipotesis pertama tidak
dapat diterima. Keputusan ini didasarkan pada hasil t hitung sebesar -0,676 lebih
kecil dari t tabel yaitu 1,97591 dan nilai signifikansi 0,500 lebih besar dibanding
tingkat signifikansi yang digunakan peneliti α=0,05. Hal ini membuktikan hasil
penelitian peneliti bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit
delay. Dengan demikian, hipotesis pertama ditolak.
Hipotesis kedua adalah return on asset (ROA) berpengaruh terhadap audit
delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Hasil
pengujian tampak pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa hipotesis kedua dapat
diterima. Keputusan ini didasarkan pada hasil t hitung sebesar -1,117 lebih kecil
dari t tabel yaitu 1,97591 dan nilai signifikansi 0,266 lebih besar dibanding tingkat
signifikansi yang digunakan peneliti α=0,05. Hal ini membuktikan hasil penelitian
peneliti bahwa return on asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Dengan demikian, hipotesis kedua ditolak.
Hipotesis ketiga adalah debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap
audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2014.
Hasil pengujian tampak pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa hipotesis ketiga
dapat diterima. Keputusan ini didasarkan pada hasil t hitung sebesar 2,687 lebih
besar dari t tabel yaitu 1,97591 dan nilai signifikansi 0,008 lebih kecil dibanding
tingkat signifikansi yang digunakan peneliti α=0,05. Hal ini membuktikan hasil
penelitian peneliti bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap audit
delay. Dengan demikian, hipotesis ketiga diterima.
Hipotesis keempat adalah opini auditor berpengaruh terhadap audit delay
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Hasil
pengujian tampak pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa hipotesis keempat tidak
dapat diterima. Keputusan ini didasarkan pada hasil t hitung sebesar 0,381 lebih
17
kecil dari t tabel yaitu 1,97591 dan nilai signifikansi 0,704 lebih besar dibanding
tingkat signifikansi yang digunakan peneliti α=0,05. Hal ini membuktikan hasil
penelitian peneliti bahwa opini auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Dengan demikian, hipotesis keempat ditolak.
Hipotesis kelima adalah reputasi KAP berpengaruh terhadap audit delay
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Hasil
pengujian tampak pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa hipotesis kelima tidak
dapat diterima. Keputusan ini didasarkan pada hasil t hitung sebesar -1,327 lebih
kecil dari t tabel yaitu 1,97591 dan nilai signifikansi 0,186 lebih besar dibanding
tingkat signifikansi yang digunakan peneliti α=0,05. Hal ini membuktikan hasil
penelitian peneliti bahwa reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Dengan demikian, hipotesis kelima ditolak.
Pembahasan Hasil Penelitian
Adapun pembahasan dari setiap hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti dapat dibuktikan
bahwa hipotesis pertama tidak dapat diterima dengan hasil penelitian bahwa
ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Utami (2006), Lestari (2010), Saputri (2012), Prasongkoputra (2013), dan
Estrini & Laksito (2013) yang memperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap audit delay. Berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Yulianti (2011) dan Indriyani & Supriyati (2012) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit
delay.
Pengaruh Return On Asset Terhadap Audit Delay
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti dapat dibuktikan
bahwa hipotesis kedua tidak dapat diterima dengan hasil penelitian bahwa return
on asset tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika
(2009), Yulianti (2011), dan Prayogi (2012) yang menyimpulkan bahwa tingkat
profitabilitas (ROA) tidak memiliki Pengaruh terhadap audit delay.
Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Audit Delay
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti dapat dibuktikan
bahwa hipotesis ketiga dapat diterima dengan hasil penelitian bahwa debt to
equity ratio mempunyai pengaruh terhadap audit delay.
18
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Indriyani dan Supriyati (2012) yang memperoleh hasil bahwa debt to equity
ratio berpengaruh terhadap audit delay. Debt to equity ratio dapat juga digunakan
sebagai indikator tingkat kesulitan keuangan perusahaan. Debt to equity ratio
yang tinggi menandakan tingginya resiko keuangan dan perusahaan akan
mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang
akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen
cenderung akan menunda publikasi atas laporan keuangan dikarenakan berita
buruk tersebut. Hal ini kemungkinan akan menyebabkan audit delay yang lebih
panjang (Utami, 2006).
Pengaruh Opini Auditor Terhadap Audit Delay
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti dapat dibuktikan
bahwa hipotesis keempat tidak dapat diterima dengan hasil penelitian bahwa opini
auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari
(2010), Yulianti (2011), Rochimawati (2012), dan Trianto dkk (2014) yang
menyatakan bahwa opini auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay.
Hal ini dikarenakan opini auditor yang dikeluarkan oleh auditor merupakan
sebuah pendapat atas laporan keuangan perusahaan baik itu bad news maupun
good news atas kinerja perusahaan. Sehingga opini auditor atau pendapat auditor
bukan merupakan faktor penentu dalam ketepatan waktu pelaporan audit.
Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan Arif Wicaksono dalam Yulianti
(2011), Kebijakan untuk mengatur waktu penyelesaian audit merupakan
kesepakatan antara pihak auditor dengan perusahaan klien.
Pengaruh Reputasi KAP Terhadap Audit Delay
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti dapat dibuktikan
bahwa hipotesis kelima tidak dapat diterima dengan hasil penelitian bahwa
reputasi KAP tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Angruningrum dan Wirakusuma (2013) yang menyatakan bahwa reputasi KAP
tidak berpengaruh terhadap audit delay. Hal ini bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Saputri (2012) dan Estrini dan Laksito (2013) menunjukkan
bahwa faktor reputasi KAP berpengaruh negatif terhadap audit delay. Alasan
terhadap ditolaknya hipotesis ini di karenakan KAP big four maupun KAP non
big four sama-sama ingin menjaga reputasinya di mata publik/klien dengan
memberikan perlindungan kepada publik melalui hasil audit atas laporan
keuangannya. Hal ini memperjelas penyebab dari hasil penelitian ini, bahwasanya
audit delay yang lama tidak memiliki hubungan yang kuat dengan auditor dalam
melakukan audit.
19
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return on Asset, Debt to Equity Ratio, Opini
Auditor dan Reputasi KAP Terhadap Audit Delay
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti dapat dibuktikan
bahwa hipotesis keenam dapat diterima dengan hasil penelitian bahwa ukuran
perusahaan, return on asset, debt to equity ratio, opini auditor dan reputasi KAP
secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap audit delay.
Hasil statistik pada model penelitian menyajikan bahwa nilai f hitung
sebesar 4,127 dengan probabilitas 0,002 pada tingkat signifikansi yang digunakan
peneliti 0,05 (5%). Karena nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05
mengindikasikan bahwa model penelitian dengan variabel independen yang terdiri
dari ukuran perusahaan, return on asset, debt to equity ratio, opini auditor,
reputasi KAP secara bersama-sama mempengaruhi audit delay.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2011-2014.
2. Return on asset tidak berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014.
3. Debt to equity ratio mempunyai pengaruh terhadap audit delay pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2011-2014.
4. Opini auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014.
5. Reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014.
6. Ukuran perusahaan, return on asset, debt to equity ratio, opini auditor dan
reputasi KAP berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014.
Saran
Adapun saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya
berdasarkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bisa menjelaskan pemaknaan yang lebih tepat untuk definisi audit delay
dengan memperhatikan waktu perikatan audit.
2. Menambahkan variabel yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini, karena
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya bisa
menjelaskan 9,2 % variabel terikatnya.
20
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambah variabel independen
yang diperkirakan berpengaruh terhadap audit delay, seperti internal audit,
komite audit, klasifikasi industry, dan lain sebagainya.
4. Bisa menambahkan sampel perusahaan yang terdaftar di BEI tidak hanya
pada perusahaan manufaktur saja, misalnya seperti seluruh perusahaan
yang terdaftar BEI, real estate, property, perbankan, pertanian,
infrastruktur, transportasi, dan lain sebagainya.
5. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambahkan jumlah periode
pengamatan dan menggunakan sampel yang lebih banyak agar hasil
pengujiannya bisa lebih akurat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Agoes. Sukrisno, 2012. Auditing. Jakarta Selatan : Salemba Empat.
Ahmed, Alim Al Ayub dan Md.Shakawat Hossain, 2010. Audit Report Lag: A
Study of the Bangladeshi Listed Companies. ASA University Review
Volume 4 Nomor 2 hal 49-56.
Angruningrum, Silvia dan Made Gede Wirakusuma, 2013. Pengaruh
Profitabilitas, Leverage, Kompleksitas Operasi, Reputasi KAP dan Komite
Audit Pada Audit Delay. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2 :
251-270
Ashton, R. H., Wilingham, J. J., & Elliot, R. K, 1987. An Empirical Analysis of
Audit Delay. Journal of Accounting Research. Vol.25 No.2
Esrini, Dwi Hayu dan Laksito Herry, 2013. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011). E-Journal Undip, Volume 2
No.2. 185-202.
Ghozali. Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hery, 2015. Analisis Laporan Keuangan Pendekatan Rasio Keuangan.
Yogyakarta : CAPS (Center for Academic Publishing Service).
Indriyani, R. E., & Supriyati, 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit
Report Lag Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan Malaysia The
Indonesian Accounting Review, Volume 2 No.2. 185-202.
Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.
Jakarta : Salemba Empat.
Kartika, Andi, 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Vol.16, No,1, Maret, hal 1-
17.
Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan . Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Lampiran Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep-307/BEJ/07
2004 tentang Peraturan Nomor I-H Tentang Sanksi.
Lampiran Surat Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-460/BL/2008 tentang
Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala.
22
Lampiran Surat Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-431/BL/2012 tentang
Penyampaian Laporan Tahunan Emiten Atau Perusahaan Publik
Lestari, Dewi, 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay:
Studi Empiris pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi, Program Sarjana Universitas Diponegoro.
Mulyadi. 2013. Auditing, Jakarta : Salemba Empat.
Prasongkoputra, A, 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay.
Skripsi, Program Sarjana Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Prayogi, 2012. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay (Studi
Empiris pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada Tahun 2009-2011). Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma, Bekasi.
Priyatno, Duwi, 2010. Paham Analisis Data dengan SPSS. Jakarta Selatan:
MediaKom. Yogyakarta.
Puspitasari, Elen dan Anggraeni Nurmala Sari, 2012. Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Lamanya Waktu Penyelesaian Audit (Audit Delay)
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 9 No. 1, Hal 1-96.
Rochimawati, 2012. Analisis Diskriminan Audit Delay pada Industri Keuangan di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi. Universitas Gunadarma.
Saputri, Oviek Dewi, 2012. Analisis faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit
Delay (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia). Skripsi, Program Sarjana Universitas Diponegoro.
Subekti, Imam. dan N.W. Widiyanti, 2004. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Audit Delay di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII,
hal. 991-1002.
Sugiono.2011. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Trianto,Imam, dkk. 2014. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay
(Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia ). Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
Trihendradi, C. 2009. Step by Step SPSS 16 Analisis Data Statistik. Yogyakarta :
CV.Andi Offset.
23
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik
Wiwik, Utami, 2006. Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa
Efek Jakarta. Bulletin Penelitian No.09 Tahun 2000.
Yulianti, Ani, 2011. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada
Tahun 2007-2008). Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta.
www.idx.co.id