PENGARUH WUDU
DALAM MEREDUKSI MARAH
SKRIPSi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Kesarjanaan Psikollogi
Oleh
KHOLILUR ROKHMAN hilerima -~~ ~--"' 104070002267 i1~d : ·ri'.il··::::rPi···:::::}r;·@·0
"'
I gl. : ..... ~,1 .. tT"'"k; ........ ln-!.Q. ... )' ( No. Induk : .O .. LD.:::::-. .. (2.::::.1.'l.,(j;),'o klasifikasi : ............................................. .
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDA YATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
Pembimbing I
PENGARUH WUDU
DALAM MEREDUKSI MARAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Kesarjanaan Psikologi
Oleh
KHOULUR ROKHMAN NIM. 104070002267
Di bawah Bimbingan,
[- PERPUSTAf<AAN UTA
~N SYAlifO JAKART~A
Pernbimbing II
Yunita Faela Nisa, M.Psi NIP. 150 368 748
p{,I, S.P•I, M.SI NIP. 150 389 379
FAKUL TAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul PENGARUH WUDU DALA/\11 MEREDUKSI MARAH
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal ti Desember 2008. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Psikologi.
Jakarta, 5 Desember 2008
Sidang Munaqasyah
gkap Anggota,
Ora. Nett artati M.Si NIP. 150 2·. 9'315
Pembimbing I
~ Y"n::t.,, Ni,., M.P•i NIP. 150 368 748
Penguji I
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag NIP. 150 238 344
Sekretaris Merangkap Anggota
M. Si
Pembimbing I/
gSi NIP. 150 389 379
Penguji II
Yunita Faela Nisa, M.Psi NIP. 150 368 748
LEMBAR PENYATAAN
Dengan ini saya :
Nam a NIM Tempat/Tgl Lahir AlamatAsal
: KHOLILUR ROKHMAN : I 04070002267 : Pasuruan, 07 September 1984 : JI. Hangtuah No. 81 Rt/w 04/04 Gadingrejo Pasuruan Jawa Timur (Hp. 021-91452066).
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul: "Pengaruh Wudu
dalam Mereduksi Marah" adalah benar-benar karya asli saya dan bukanjiplakan,
kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila di kemudian hari tidak
benar, saya bersedia menerima sanksi akadernis yang berlaku di Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pisangan, 2 Desember 2008
c~, KHOLILUR ROKHMAN Penulis
Persembahan
Skripsi ini ku persembahkan Buat A.ba
Madiyani lskandar (aim.) dan lbuku Syuaibah
Syihab, yang telah membesarkan dan
mendidikku, buat saudara-saudarc:iku tercinta
"Mas Syarif, Mbak Mia, Kak Arifin, Neng Ummu,
Dik Shohib, Dik Fatir, ponakanku VE=la serta
keluarga besar yang kusayangi. D1an tak
terlupa buat orang yang akan menjadi
pendampingku dalam masa bahagia dan sulit.
MOTTO
-Freedom from the self-
"Orang-orang yang beriman jauh lebih kcikoh cintanya kepada Allah."
Tidak ada manusia yang berfikir jernih,
ketika genggaman tangan dikepalkan
(George Jean Nathan)
{QS. 2:165}
Apapun yang m.embuat orang menjadi lupa kepada hakikat persahabatan,
maka ia akan lupa pula pada dirinya sendiri
(Kholil Eren Masyah)
Ya Tuhan, Engkau menjadi tujuanku dan akan kuraih rida-Mu (puji-puji seorang pencari tuhan)
la yang bijak akan merasa malu,
jika kata-katanya lebih baik daripada tindakannya.
(Kung Fu-Tze)
(A) Fakultas Psikologi (B) Desember 2008 (C) Kholilur Rokhman
ABSTRAK
(D) Pengaruh Wudu dalam Mereduksi Marah (E) 118 halaman (termasuk lampiran) (F) Terapi wudu merupakan sebuah terapi yang mengoptimalkan aspek
kesempumaan wudu, kekhusyukan, air yang dipakai, dan doa yang dipanjatkan saat wudu. Wudu harus dilakukan subjek dengan diawali dari niat, lalu membasuh wajah 3 kali, lalu membasuh kedua tangan hingga siku-siku 3 kali, lalu mengusap sebagian kepala 3 kali, lalu mengusap kedua telinga 3 kali, lalu rnernbasuh kedua kaki hingga rnata kaki 3 kali.
Jen is penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode peneJitian eksperimen dengan desain A-B-A yang dilengkapi dengan data lrnalitatif. Hasil penelitian eksperimen akan disajikan dalam bentuk analisis grafik dan uji hipotesis dengan menggunakan statistik nonparametrik. Sedangkan untuk hasil penelitian kualitatifyaitu berupa ungkapan-ungkapan yang dirasakan subjek yang diperoleh rnelalui wawancara baik ungkapan sebelurn dilakukan perlakukan wudu ataupun sesudah diberi perlakuan.
Partisipan dalam pcnelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ikut organisasi kampus antara semester 3 hingga 5. Partisipan yang dipilih adalah 3 orang dengan teknik pengambilan purposive sampling. lnstrurnen pengumpulan data adalah tensi meter & stetoskop dan pedoman wawancara. Analisis data di!akukan dengan menggunakan analisis grafik dan analisis statistik nonparametrik wilcoxon dengan menggunakan program SPSS 13.0.
Hasil yang diperoleh dari analisis grafik rnenunjukkan perbedaan antara tahap baseline dan intervensi. Pada pengukuran tekanan darah I dari 3 partisipan menunjukkan basil yang sesuai dengan hipotesis penelitian. Pada pengukuran denyut nadi seluruh partisipan (N=3) menunjukkan basil yang sesuai dengan hipotesis penelitian. Sedangkan pada pengukuran pernapasan, l dari 3 pmtisipan menunjukkan hasil yang sesuai dengan hipotesis penelitian. Pada pengujian statistik diperoleh koefisien tekanan darah sebesar -1.000 dengan angka signifikansi .317 (sig > 0,05). Denyut nadi sebesar -1.604 clengan angka signifikansi .109 (sig > 0,05). Sedangkan koefisien pernapasan sebesar -.816 dengan angka signifikansi .414 (sig > 0,05). Maka dapat disimpulkan dari ketiga pengukuran tersebut HO diterirna. Hal ini berarti bahwa pengukuran tekanan darah, frekuensi denyut nadi, dan pernapasan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sebelurn dan sesudah diberikan perlakuan wudu.
Dari hasil wawancara disimpulkan bahwa wudu memiliki daya dan kekuatan untuk meredakan marah, terbukti dengan pernyataan dan pengakuan ketiga subj ek yang merasa rileks, lega, dan tenang setelah melakukan wudu. Saran yang diajukan berdasa.rkan basil penelitian ini, di antaranya yaitu melakukan ekspe.rimen dengan menggunakan kelompok kontrol (N-besar) dan melakukan replikasi penelitian ini, bila menggunakan N-kecil.
(G) Bahan Bacaan: 47 (1981-2008)
(A) Psychology Faculty (B) December 2008 (C) Kholilur Rokhman
ABSTRACTS
(D) The Influence of Wudu In Reducing Anger (E) 118 pages (include attachment) (F) Therapy of wudu represents an optimal therapy of wudu perfection, calmness,
water used, and some wudu prayers. Wudu must be done by subject stmi with intention, after that 3 times washing the face, 3 times washing both hand up the elbow, 3 times pass the hand gently over head, 3 times stroking both ear, then 3 times washing both feet until ankle. This research is using experimental metode with A-B-A design and qualitative -quantitative approach. The result of quantitative data will be displayed in a graphical analisys form and hypothesis test is using a nonparametrical statistic. Mean while, the qualitative result is some desciption about how the subject feels, which is taken from the interview before and after the treatmen ofwudu.
The paiiicipants in this research are the students of UIN SyarifHidayatullah Jakarta, Psychology faculty who are joining the campus organization in between 3rd - 5th semesters. The chosen participants are 3 people, using the purposive sampling technique. Data collector instrument are a tension meter, stethoscope, and interview guidance. The analysis is using graphical and description analysis ofa non parametrical statistical with SPSS 13.0 program.
Result nbtained from graph analysis to show difference between phases baseline (low) and intervention (high) ma,ching with purpose of research. Mean while the statistical test showed blood pressure coefisient 1.000 with the significancy of 317 (sig > 0,05). The heart rate is -1.604 with the level of significance is .109 (sig > 0,05). Its also shown the respiratory coefficient is -.816 with the level of significance .414 (sig. > 0,05). Hence inferential from third of the measurement HO is received. This thing means that measurement of blood pressure, heart rate frequency, and respiration doesn't show difforence significant between before and after given treatment wudu. Thereby, can be taken conclusion that wudu doesn't have influence significant in reducing angry. From result of interview it is concluded that wudu has energy and strength to assuage fulminating, proven by third statement and confession of subject feeling relax, easy, and having taken steps peace wudu. Suggestion submitted based on result of this research, among others is using group of control (Large-N) and replication of this research, if using Small-N.
(G) Reading lists: 47 ( 1981-2008)
KATA PENGANTAR
Bismi/lahirrahmanirrahim Assalamua/aikum Wr. Wb.
Puji syukur yang mendalam penulis ucapkan kepada Ilahi Rabbi, Tuhan segala alam yang selalu melimpahkan kasih sayang dan nikmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat dan salam selalu tercurahkan buat Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa umat manusia menuju alam penuh ilmu pengetahuan dan penelitian.
Berangkat dari sabda Nabi SAW yang diriwayatkan Abu Dawud mengenai anjuran kepada umat Islam supaya melakukan wudu ketika dalam keadaan marah. Maka dari itulah penulis mencoba melakukan penelitian dengan desain eksperimen untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengaruh wudu dalam mengurangi rasa marah.
Kemudian, penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat selesai. Oleh karena :,tu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai kepacla :
I. !bu Dra. Hj. Netty Hartati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi. Dan para pegawai Fakultas Psikologi.
2. Ibu Dra. I-Ij. Zahrotun Nihayah, M.Si, Bapak Abdurrahman Saleh, M.Si dan 13apak 13ambang Suryadi, M.Pd (pembimbing akademik) selaku pembantu Dekan yang turut berperan membuat karya tulis ini menjadi baik.
3. Ibu Yunita Faela Nisa, M.Psi, Psi selaku pembimbing I yang menerima penulis dengan lapang, ketika penulis membutuhkan bimbingan dan bantuan. Semoga Allah rnembalas semua kebaikan !bu dan memudahkan segala urusan !bu.
4. Bpk. Gazi Shaloom, M.Si selaku pembimbing II yang membantu penulis menyelesaikan karya tulis ini dengan semangat, sehingga karya tulis ini dapat terwujud. Semoga bapak selalu dilimpahkan kesuksesesan dan derajat yang tinggi. Amin.
5. Kepada Abaku KH. Madiyani Iskandar (aim.) dan My Mom Syuaibah Syihab tersayang yang selalu memberikan sentuhan kasih sayang, perhatian, nasehat dengan penuh keikhlasan dalam menghadapi penulis karena mereka menjadi sumber inspirasi bagi penulis. Semoga Allah selalu memberikan rahmat, maunah, rida, rezeki dan kesehatan serta mengampuni segala dosa mereka berdua. Kecintaan mereka pada penulis meleburkan segala hiruk-pikuk dunia.
6. Kepada saudaraku yang tercinta Mas SyarifHidayatullah, M.Hum, Mbak Hilmiah, S.Si, Kak Arifin, S.Hi, Neng Ummu Salamah, Dik Shohibul H1tjjah, Dik Fatira Nadya Makkah, dan sepupuku Miera Alfaicla Villa (Vela) yang selalu
menyemangati penulis serta penampung segala keluhan dan cerita penulis, semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita semua.
7. Bapak dan Ibu dosen yang sudah mengajarkan ilmunya kepadaku, kalianlah yang memberikan gambaran warna pada setiap pemikiran dan tindakanku.
8. Sahabatku (Jazim, Agha, Ical, Vina, Izonk, Anis, Ochie, QQ, Hilmi, Lyna, Tri Agustin, de-el-el yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu) yang menjadi teman diskusi penulis sehingga turut membantu proses penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2004 (Ega, Bety, Sai, Nadya, Ijonk, Kresno, Ummil, Ilea, Adist, Dewiningsih, Dewiyanti, Echa, Cia, Adisty, Sabhie, Ferti Sherina, Anggie, Bergas, Abda Alif, Fitri 0, Iqoh, Ratih, Rini, Bayu, Irfan, Darma, Rani, Niken, dll, yang tidak bisa di absen satu persatu). Bafadi (Mas Agus, Rifai, Jarwo, Adi, dan Fadil). Ikatan Mahasiswa Pasuruan di Jakarta (IMPARTA), (Ria, Luluk, Yazid, lit, dan Hani) dan PK.BP (Paguyuban Keluarga Besar Pasuruan di DK! dan Sekitarnya), (Pak Edi, Pak Yongki, Cak Udin). Teman-teman BEM dan TC (Boby, !fa, Hana, Danu, lsmu, Dyah Rabiah dan teman-teman angkatan 2004) yang telah memberikan kebersamaan dan hari-hari indah di organisasi, sehingga banyak ha! yang kita peroleh disana, semoga silaturrahmi kita tetap te1jaga. Teman-Teman EP (Enrichment Program), (Kak Rena, Kak Melok, Kak Eci, Kak Hudan, Kak Adi, Kak Elyana, Dyah, Triani, dan yang lain). Teman-Teman team Talkshow Indigo; Mutie, Nisa, !fa, I-Iamda, Tia dan team yang lain yang tidak disebut namanya satu persatu). Teruntuk adik-adik kelasku, khususnya, Nobel, Desi Pusrikasari, dan Tri I-Iaryono yang telah membantu menjadi sampel dalam penelitian ini, tanpa kalian mungkin skripsi ini tertunda. Terima kasih dan salam sukses buat kalian. Studia Press & Psikologi Kita (Pak Abu, Cak Yudi, Kak Fitri, Riri, dan Dwi) yang memberikan kebaikan buat penulis. Raudhah Community (Kak Rina, Kak Odie, Kak Alya, Kiki, Nia, dan Ai). Tempat berteduh yang nyaman, bagi hati yang sedang kosong. Rental Alicia Komputer (Cak Opik, Cak Habib, Mas Mu, Kaif, Safi'i, Kanjenge, ell!) tempat berbagi menghibur cliri dari rasa jauhnya daerah kita.
Banyak ha! yang penulis dapatkan dari sebuah karya tulis ini, tidak hanya sebuah hasil karya, juga pengalaman hidup yang beragam yang melatih penulis untuk menjadi lebih memahami, tahu, mengerti, cinta, ikhlas, sabar, baik dan dewasa dalam menjalani hidup. Penulis menyadari sekali penulisan ini tidak terlepas clari keterbatasan. Oleh karena itu kritik saran sangat diharapkan demi kematangan karya ini. Semoga penulisan ini menjadi karya terbaik yang dapat mernberikan rnanfaat bagi yang membacanya. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Pisangan, 2 Desember 2008
Penulis,
.JUDUL
PERSETU.JUAN
PENGESAHAN
PERNYATAAN
PERSEMBAHAN
MOTTO
ABSTRAK
ABSTRACTS
KATAPENGANTAR
DAFTAR ISi
DAJITAR TABEL
DAJITAR GAMBAR
DAJITAR LAMPIRAN
Bab I PENDAHULUAN
DAFTARISI
1.1. Latar Belakang Penelitian ............................................ .
Ii
Iii
Iv
v Vi
Viii
x Xii
Vv
Xvi
Xvii
1-11
1.2. ldentifikasi Masalah.. .... .. .... .. .. .. .. .. .... .. .. .. .. .. .. .. .... .. .. .. .. .. .. .. .... .. .. 9
1.3. Pembatasan Masalah... ... . . . . . . .. . .. . . . . . .. . . . ..... . . . . . . . . . . . ...... 10
1.4. Rumusan Masalah . . .. .. .. .. .. .. . . .. .. . .. . . . . .. .. . . .. . . .. . .. . . . .. ..... 10
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian . . . .. . . . . .. . . . .. .. . . . . .. . . . . . . . . ..... 11
1.5.1. Tujuan penelitian.......................................................... 11
1.5.2. Manfaat penelitian........................................................ 11
1.6. Sistematika Penulisan . .. .. . .. . .. .. .. . .. .. . .. .. .. . .. . . . . . . . .. . . .... ... 11
Bab 2 KA.TIAN PUST AKA......................................................................... 13-34
2.1. Mara11 ...................................................................... ,................. 13
2.1.1. Pengertian Marah ...................................................... . 13
2.1.2. Respon dan Proses Marah .......................................... . 15
2.1.2.L ResponMarah........................................... 15
2.1.2.2. Proses Marah ................................. . 16
2.1.3. Jenis-Jenis dan Tingkatan Marah ................................ 17
2.1.4. Ciri-Ciri Marah .. . .. .. .. .. .. .. . .. .. . .. ........... .................. 20
2.1.5. Faktor-Faktor Marah ..... ... ... . . .. ................................ 26
2.1.6. Perubahan-Perubahan Saat Marah ............ .................. 29
2.1.7. Dampak Marah . . . . . . .. . . . . . . . . ....................................... 29
2.1. 7 .1. Pendekatan Islam .. .. .. .. .. . .. .. . .. .. .. .. .. ........ 29
2.1. 7 .1. Pendekatan Psikologi ........................... .
2.1.8. Terapi Marah ......................................................... .
2.1.8.1. Terapi Psikologi ................................. ..
2.1.8.2. Terapi Islam ....................................... .
2.2. Wudu ....................................................................................... .
2.2.1. Pengertian Wudu ....................................................... .
2.2.2. Cara Wuclu ............................................................... ..
2.2.3. Hikmah Wudu ............................................... .
2.2.4. Terapi Wudu .................................................. .
2.3. Kerangka Berpikir. .................................................................. .
2.4. Hipotesis ................................................................................... .
Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................... ..
3 .1. Jenis Penelitian ......................................................................... .
3 .1.1. Pendekatan Penelitian ................................................. .
3 .1.2. Rancangan Penelitian ................................................. .
3.2. Variabel Penelitian ................................................................... .
3.2.1. Definisi Konseptual Variabel Penelitian .................... .
3.2.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................... .
3.2.3. Cara Pengukuran Variabel Terikat ............................. .
3.2.4. Variabel Sekuncler dan Teknik Kontrol. .................... ..
3.2.4. Valiclitas Peenelitian ................................................ ..
31
34
34
34
36-50
36
38
39
40
48
50
51-68
51
51
51
54
54
55
56
58
60
3.3. Partisipan Penelitian ............................................................... 61
3.3.1. Partisipan Penelitian ................................................... 61
3.4. Prosedur Penelitian.................................................................. 62
3.4.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .................................. 62
3.4.2. Instrumen Penelitian ..................................................... 66
3.5. Metode Pengumpulan Data..................................................... 67
3.5.1. Telmik Pengumpulan Data............................................ 67
3.5.2. Instrumen Pengumpulan Data....................................... 68
3.6. Teknik Analisis Data............................................................... 68
Bab 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA......................................... 70-98
4.1. Gambaran Umum Responden................................................... 70
4.2. Presentasi dan Analisis Data................................................... 71
4.2.1. Analisis Grafilc ............................................................ 71
4.2.2. Analisis Uji Statistik Non-parametrik ....................... .
4.2.2.1. Pengukuran Tekanan Darah ......................... .
4.2.2.2. Pengukuran Denyut Nacli ............................. ..
4.2.2.3. Pengukuran Pernapasa.t1 ................................ .
4.2.2.4. Uji Hipotesis ................................................. .
75
75
77
78
79
4.2.3. Analisis Wawancara dan Observasi Subjek ............... 81
4.2.4. Hasil Analisis Kuantitatif dan Kualitatif .................... 98
Bab 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ...................................... .
5.1. Kesimpulan ............................................................................... .
5.2. Diskusi ...................................................................................... ..
5.3. Saran .......................................................................................... .
DAFT AR PUST AKA
DAFT AR LAMPI RAN
101 -104
IOI
102
106
108-111
112-117
Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
Tabel 2.3.
Tabel 2.4.
Tabel3.I.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Tabel 4.8.
Tabel 4.9.
Tabel 4.10.
Tabel 4.11.
Tabel 4.12.
Tabel 4.13.
Tabel 4.14.
DAFTAR TABEL
Rentang Respon Kemarahan
Konsep Marah
Tabel Ciri-Ciri Marah
Bagan Kerangka Berfikir Pengamh Wudu dalam Mereduksi Marah
MetodeABA
Klasifikasi Tekanan Darah pada Dewasa
Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Keterangan Identitas Subjek
Hasil Tekanan Darah A-B-A
Hasil Denyut Nadi A-B-A
Hasil Pernapasan A-B-A
Tekanan Darah
Peringkat. Tekanan Darah
DenyutNadi
Peringkat Denyut Nadi
Pernapasan
Peringkat Pernapasan
Uji Statistik Tekanan Darah
Uji Statistik Denyut Nadi
Uji Statistik Pernapasan
Perilaku Pada Saat Penelitian
Grafilc 4.1.
Grafik 4.2.
Grafik 4.3.
DAFTAR GRAFIK
Tekanan Darah A-B-A
Denyut Nadi A-B-A
Pernapasan A-B-A
Grafik 4.1.
Grafik 4.2.
Grafik 4.3.
DAFT AR GRAFII(
Tekanan Darah A-B-A
Denyut Nadi A-B-A
Pernapasan A-B-A
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
DAFTAR LAMPIRAN
Inform Consent
Identitas Diri
Lembar Observasi
Pedoman wawancara
Laporan Pengukuran Tekanan Darah
Laporan Pengukuran Denyut Nadi
Laporan Pengukuran Pernapasan
Lembar Observasi dan Catatan Subjek
BABl
PENDAHULUAN'
1.1 Latar Belakang Penelitian
Marah adalah bagian dari emosi. Sudah lama dikenal bahwa ernosi merupakan salah
satu aspek yang berpengaruh besar terhadap sikap manusia. Emosi erat sekal i kaitan
nya dengan pola berpikir kita terhadap stimulus yang cliterima. Menurut Du Preez
(dalam Martin, 2003). emosi aclalah hasil reaksi kognitifterhaclap situasi spesifik.
Teori emosi pertarna kali dipopulerkan oleh Wiliarn James dan Carl Lange di tahun
1980. Menurutnya emosi te1jadi karena reaksi fisik. Misalnya kita. sedih karena
rnenangis, kita takut karena badan kita gemetar, clan kita marah karena syaraf
rnenjadi tegang. Kemudian muncul teori baru yang disampaikan oleh Walter Cannon
clan Philip Bard. Menurut mereka teori terdahulu memiliki kelemahan dan ia
memberikan pengertian emosi yaitu suatu stimulus yang akan mengaktifkan
Thalamus untuk membuat reaksi pada perubahan tubuh. Aki bat dari reaksi Thalamus·
inilah te1jadi perubahan fisik sekaligus perubahan emosi. Mereka juga memaparkan
bahwa emosi manusia terkait dengan aspek pembelajaran (pengalaman sosial
budaya) (Martin, 2003:99).
2
Emosi tidak digolongkan pada kutub positif dan negati1: melainkan menyenangkan
dan tidak menyenangkan, sebagaimana diungkapkan oleh Wund yang membagi
emosi menjadi 3 pasang kutub; yaitu senang-tak senang, tegang-tak tegang, dan
semangat-tenang. Hal ini memberikan sebuah pemahaman supaya kita tidak menolak
emosi yang kita anggap negatifyang sebenarnya penting bagi keseimbangan
(homeostatis) bagi tubuh dan mental. Contoh, Tino diajari bapaknya dengan kalimat
"Anak laki-laki tak boleh menangis", namun kenyataannya, penolakan emosi sedih
pada Tino justru menyebabkan gangguan mental (Martin, 2003:103). Sedangkan J.B.
Watson membagi ernosi dasar menjadi 3, yaitu; takut yang berkembang menjacli
cemas, kemarahan menjadi marah, clan cinta menjadi simpati (Hartati dkk, 2004).
Contoh; takut akan dipecat, padahal belum terjadi, kemudian timbul rasa cemas.
Emosi pada prinsipnya adalah kondisi yang netral. Emosi barn menjadi negatif atau
positiftergantung pada akibat yang ditimbulkannya. Misalnya, marah yang selama ini
kita anggap sebagai emosi negatit; sebenamya bisa juga berpengaruh sebagai emosi
positif (Martin, 2003: I 03 ).
Marah bisa timbul dari rnana saja, seperti melakukan sesuatu yang tidak kunjung
selesai, tekanan dari bos, tidak dapat menerima kenyataan, menunggu orang, ke1ja
anak buah yang kurang cepat, tetangga mengeraskan suara radio, hujan belum turun,
dan saat hujan turun pun juga tetap marah, karena jalanjadi banjir. Penyebab marah
bisa bermacam-macam, mulai dari yang sederhana hingga yang serius. Bahkan
akhir-akhir ini, kita sering kali mendengar berita dari televisi tentang bentuk-bentuk
kemarahan. Contoh, Tragedi Monas yaitu kemarahan anggota FPI (Front Pembela
Islam) dengan menyerang anggota AKKBB hingga Iuka-Iuka. Kemarahan
mahasiswa menolak kenaikan harga BBM. Kemarahan warga Siring Porong
Sidomjo pada PT. LAPINDO Brantas.
Setiap orang pasti pernah mengalami marah. Pada kondisi tertentu seseorang boleh
marah, namun disarankan tidak berlebihan (Daradjat, 2001 ). Marah merupakan
kondisi ketika orang kehilangan kontrol terhadap dirinya sendiri. Pada saat marah,
seseorang akan mengalami ketidakseimbangan pikiran berupa hilangnya
kemampuan untuk berpikir sehat. Sepe11i yang diungkapkan Imam Ja'far Ash
Shadiq, ''Marah membinasakan hati dan kebijaksanaan, siapa saja yang tidak dapat
menguasainya, maka ia tidak akan dapat mengendalikan pikirannya" (dalam
Mulyono, 2005:4).
Kadang, marah lebih diperbolehkan daripada takut. Ini terbukti dari penelilian
Jennifer Lerner, Psikolog dari Universitas Carnegie-Mellon mengenai perbedaan
efek yang ditimbulkan dari reaksi marah atau takut pada situasi yang penuh sires
pada tahun 2005 (Llyod, 2008). Penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang
marah menunjukkan sense of control (merasa dapat mengontrol situasi) dan
optimisme, sementara ha! yang sama tidak terlihat pada subjek yang merasa takut.
3
Dalam kondisi marah seseorang dapat melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya.
Marah juga tidak baik secara fisik, psikis, sosial, dan keberagamaan. Dampak marah
mengakibatkan fisik mengalami hipertensi, depresi, maag, gangguan fungsi jantung,
insomnia, kelelahan, bahkan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian
secara mendadak. Sedangkan pada psikis mengakibatkan perasaan takut, sedih,
sulit berpikir sehat dan rasa bersalah. Adapun dampak sosial mengakibatkan
renggangnya atau putusnya hubungan dengan seseorang (Purwanto & Mulyono,
2006).
Marah merupakan tindakan yang sifatnya cenderung merusak. Maka dari itu,
diperlukan sebuah solusi untuk mengendalikan marah dengan mereduksi marah
tersebut. Dalam mereduksi marah setiap orang harus memberikan kesadaran pada
dirinya sendiri bahwa kemarahan tidak akan pernah mencapai suatu tujuan apapun.
McKay dan Dinkmeyer (2002) menyarankar1 pada orang yang sedang marah untuk
mengelola kemarahan dengan berpikir jernih. Sedangkan Maltz dan Dyer (l 977) pun
memberi saran supaya seseorang dapat mengendalikan dirinya dari emosi marah.
Selain terapi mengendalikan marah yang diungkapkan para ahli di atas. Perlu juga
diketahui dan diteliti tentang pengaruh wudu untuk meredakan marah sebagaimana
hadis Nabi Muhammad SAW bahwa marah itu bersumber dari setan. dan setan
tercipta dari unsur api. Bila ingin meredakan marah maka dianjurkan untuk
4
5
melakukan wudu sebagaimana hadis yang yang diriwayatkan Abu Dawud (Dawud,
1998: hadis no. 4152) berikut:
Diceritakan dari kakekku Athiyah, ia berkata bahwa Rasul/ah SAW bersabda,
"1\1arah itu sebagian perilaku setan dan setan itu lercipla dari api. Api akan
padam dengan air, bi la kalian marah maka benvudulah!"
Wudu dapat disebut sebagai terapi air, sebab pelaksanaan wudu unsur yang paling
utama adalah air. Hydrotherapy adalah penggunaan air yang digunakan untuk
perawatan dari berbagi penyakit (Red. Holisticonline.corn). Dalarn karnus lengkap
Psikologi yang ditulis oleh Chaplin (2002:232) disebutkan bahwa terapi air atau
hydrotherapy adalah perlakuan pengobatan dengan bantuan kornpres-kompres air,
mandi dan botol-botol berisi air panas.
Wudu adalah bagian kegiatan muslim yang dilakukan sebelurn melaksanakan salat
dan ibadah-ibadah Jain yang menjadikan wudu sebagai syaratnya dengan membasuh
dan mengusap air ke bagian utama anggota tubuh yaitu, wajah, tangan, sebagian
kepala, dan kaki. Selain yang utama, ada yang harus cliperhatikan pengoptimalannya
yaitu menyela-nyela jari, berkumur, memasukkan air ke dalam hidung dan
mengeluarkannya kembali dan mengurut.
Hasanuddin dalam tesis yang sudah diterbitkan oleh penerbit Qultummedia berjudul
Mukj izat Wudu memaparkan bahwa anggota badan yang terkena air wudu terdapat
ratusan titik akupunktur yang bersifat reseptor memiliki stimulus berupa usapan,
tekanan dan basuhan. Stimulus tersebut akan dihantarkan melalui meridien ke sel,
jaringan, organ, dan sistem organ bersi fat terapetik. Mengapa? Sebab sistem regnlasi
yaitu sistem syaraf dan hormon bekerja membnat homeostatis (keseirnbangan) tubuh
(Hasanuddin, 2007:3).
Dalam dunia pengobatan, air menjadi salah satu substansi yang sangat penting, baik
sebagai media perantara pelarut obat-obatan maupun langsung sebagai media
pengobatan. Contoh untuk rnencegah te1jadinya radangipenyakit kulit (dermatitis)
yaitu dengan teraturnya frekuensi mandi. Kernudian sebagai upaya penyembuhan
bagi penderita demam tinggi dengan cara mengompres atau mengusap tubuh dengan
air dingin (Hasanuddin, 2007:64).
Wudu bisa menjadi sarana cooling down (menurunkan temperatur) dalam setiap
jangka waktu aktivitas yang memunculkan eskalasi stres. Karena air itu bersifat
penetralisir/penyeimbang, baik fisik maupun jiwa yang sedang 1rn:muncak karena
aktivitas dan ketegangan (Hasanuddin, 2007:69). Hal senada juga diungkapkan oleh
Haryanto (2003: l 06).
6
7
Lebih lanjut, Hasanuddin (2007: 154) menjelaskan hikmah wudu bagi kesucian baik
jasmani maupun rohani sangatlah tinggi. Cara wudu selain secara konkrit berfungsi
membersihkan kesehatan jasmani, juga dijadikan sebagai simbol pertaubatan untuk
membersihkan diri dari dosa guna kesucian dan kesehatan rohani yang nantinya akan
terbentuk dan terbangun kecerdasan sipiritual (Spiritual Quotioent), kecerdasan
emosional (Emotional Quotient) dan kecerdasan intelektual (Intellectual Quotient).
Seseorang yang telah berwudu, secara lahiriah ia telah membersihkan badan dari
kotoran lahir. khususnya anggota bagian wudu. Sedangkan pada bakikatnya ia telah
membersihkan rohani dari kotoran batin berupa dosa-dosa. Pembersihan itu
tercermin dari doa seusai wudu, yaitu pennohonan untuk dijadikan kelompok orang
yang bertaubat dan orang yang suci (Hasanuddin, 2007: 151). Selain itu, wudu juga
menjadi terapi penyembuhan seseorang untuk menghilangkan kebiasaan
mengkonsumsi narkoba sebagaimana yang telah dilakukan oleh Pesantren lnabah
dan lnterzone Treatment Center (ITC) Bogor.
Wudu tidak terlepas dari membacakan doa-doa. Doa dipa11jatkan mengiringi kegiatan
wudu hingga wudu selesai dikerjakan. Doa akan memberikan motivasi untuk
melakukan sesuatu dan memberikan ketentraman jiwa seiring dengan kepasrahan dan
keyakinan akan pe1iolongan Allah SWT Doa adalah obat yang mujarab penolak
penyakit serta bencana (Hasanuddin, 2007:141).
8
Doa yang dipanjatkan mengiringi wudu dapat memberikan sebuah energi positif pada
air untuk membentuk sebuah kristal. Hal ini telah dibuktikan pada penelitian ilmuwan
dari Yokohama, Emoto (2006) bahwa air memiliki rahasia tersendiri. Air mampu
menerima ungkapan manusia baik positif maupun negatif dan kernudian ia
membentuk sebuah kristal, atau bunga yang merekah indah, atau potongan permata
dan sebaliknya. Menurutnya, air dapat merespon beraneka ragam bahasa dunia,
seperti kata thank you (lnggris), duoxie (Cina), merci (Perancis), danke (Jerman),
grazie (!tali), kamusamunida (Korea) (Emoto, 2006: l 5-16).
Dari subtansi air yang membentuk sebuah kristal, maka air memiliki kekuatan yang
mampu memberikan kesehatan pada setiap manusia yang meminum atau
membasuhnya, karena air yang diberikan energi positif berupa doa mampu mengubah
air biasa menjadi air alami yang membentuk sebuah kristal yang cantik bersifat
menyehatkan, sebagaimana penelitian Masaru Emoto yang diungkapkan jelas pada
bukunya The Power of Water.
Dalam penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Wiliam R. Parker dan Elaine St.
John (Martin, 2003: 132-133) mengungkapkan keilrniahan suatu doa yang mampu
menyembuhkan penyakit fisik dan mental dikaitkan dengan proses doa para subjek.
Parker & John melakukan penelitian ini di Universitas Redland dcngan
membandingkan tingkat kesembuhan dan perubahan pada pasien mental yang diobati
dengan cara: I) Psikoterapi; 2) Berdoa biasa secara random; dan 3) terapi doa (Prayer
9
Therapy). Pengobatan simton-simton dan mental yang berat sepe1ti stres,
ketakutanlphobia, rasa bersalah berkepanjangan, kebencian, dan depresi berat yang
diobati dengan treatment itu menunjukkan berbagai hasil yang berbeda, sebagai
berikut: Group I Teknik Psikoterapi (tingkat kemajuan 65%), Group II Teknik berdoa
biasa secara random (tingkat kemajuan tidak ada kemajuan bera1ti), Group Ill Teknik
Prayer Therapy (Tingkat kemajuan 75%).
Banyak solusi untuk meredakan marah baik dari aspek psikologi atau yang lain. Dari
fenomena di atas penulis merasa tertarik dan ingin mencoba meneliti untuk
mengetahui secara mendalam sebuah cara alternatifyang dianjurkan oleh Rasulullah
SAW supaya kondisi marah dapat direduksi dengan melaksanakan wudu.
1. 2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah
penelitian sebagai berikut:
I. Apakah wudu bisa disebut terapi air?
2. Apakah marah cenderung bersifat negatif?
3. Dapatkah wudu menjadi terapi untuk mereduksi rasa marah?
4. Bagaimana terapi/cara wudu yang dapat mereduksi rasa marah?
5. Sejauh mana pengaruh wudu terhadap perecluksian rasa marah?
10
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian tidak melebar dan peneliti lebih mudah melaksanakan penelitian ini,
maka dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan sebagai berikut:
I. Terapi wudu. Perintah ini berdasarkan sabda Nabi SAW bila marah dalam
keadaan apapun tidak bisa diredakan, maka gunakanlah wudu sebagai tera
pinya. Terapi wudu merupakan sebuah terapi yang dibantu dari berbagai
aspek kesempurnaan wudu, kekhusyukan, air yang dipakai, dan doa yang di
panjatkan saat wudu.
2. Marah adalah keadaan emosional yang intensitasnya bervariasi dari iritasi
ringan hingga kemarahan yang intens dan balas dendam. Seperti bentuk emosi
lainnya, marah juga diikuti dengan perubahan psikologis clan biologis. Ketika
marah, denyut nadi dan tekanan darah meningkat, begitu juga dengan level
hormon, adrenaline, dan noradrenaline (Spielberger, 2008).
1. 4 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah ada pengaruh yang signifikan wudu terhadap pengendalian marah?
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan tema di atas, maka dalam penelitian ini mempunyai tujuan, yaitu;
Untuk mengetahui pengaruh wudu terhadap pengendalian marah
1.5.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1 I
I. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan akan menambah khazanah ilmu
psikologi pada umumnya, khususnya mengenai pengaruh wudu dan terhadap
pengendalian marah.
2. Secara praktisnya adalah agar dapat memberikan sebuah informasi mengenai
pengaruh wudu terhadap pengendalian marah dan juga diharapkan dapat
menjadi bahan rujukan dan pembanding untuk penelitian-penelitian
selanjutnya yang relevan.
1.6. Sistematika Penulisan
Pada penulisan skripsi ini penulis menggunakan kaidah American P>ychological As
sociation (APA) style. Adapun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
Bab 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis membaginya ke dalam beberapa bagian, yaitu latar belakang
penelitian, permasalahan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika
penulisan.
Bab 2 KAJIAN PUSTAKA
12
Pada bagian kedua merupakan kajian pustaka dari penulis yang berisi tentang teori
teori dari penelitian ini, di antaranya yang terdiri dari pengertian wudu dan penjela
sannya. Se lain itu juga teori tentang marah dan penjelasannya. Dalam kajian pustaka
ini juga ada kemungkinan pengaruh X terhadap Y dan hipotesis.
Bab 3 METODE PENELITIAN
Pad a bagian ini penulis juga membagi ke dalam beberapa bagian, di antaranya pende
katan penelitian, metode pengurnpulan data, subjek penelitian yang terb8gi menjadi
karakteristik dan jumlah subjek penelitian, banyaknya alat bantu pengurnpulan data,
prosedur pengumpulan data dan terakhir adalah analisis data.
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISJS DA TA
Di bagian ini terdapat gambaran umum responden, presentasi, analisis data, uji in
strumen penelitian, uji hipotesis serta hasil utama penelitian
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
BAB2
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini terdiri dari beberapa bagian yang menjelaskan tentang leori marah, wudu,
kerangka berfikir dan hipotesis.
2.l. Marah
2.1.1. Pengertian Marab
Menurut Spielberger (2008). seorang psikolog spesialis dalam studi tentang
kemarahan, mengatakan :
"Anger is an emotional state Iha! varies in intensify ji-om mild irritation lo in
/ensefiay and rage. Like olher emotions, anger is accompanied by
physiological and biological ch :mges; when you get ang1y, your hear/ rate
and blood pressure go up, as do the levels ofyour energy hormones,
adrenaline, and noradrenaline. "
Kemarahan adalah keadaan emosional yang intensitasnya bervariasi dari iritasi ringan
hingga kemarahan yang intens dan balas dendam. Seperti bentuk emosi lainnya,
rnarah juga diikuti dengan perubahan psikologis dan biologis. Ketika Anda marah,
denyut nadi dan tekanan darah meningkat, begitu juga dengan Jev,"I hormon,
adrenaline, dan noradrenaline.
Menu rut Davidoff ( 1991 :72), marah adalah suatu emosi yang mempunyai ciri-ciri
aktivitas sistem syaraf simpatetik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang
sangat kuat yang disebabkan adanya kesalahan yang mungkin nyata salah atau
mungkin tidak.
14
Marah adalah suatu emosi yang terentang mulai dari iritabilitas sampai agresivitas
yang dialami oleh semua orang. Biasanya, kemarahan adalah reaksi terhadap stimulus
yang tidak menyenangkan atau mengancam (Widjaya Kusuma dalam Y osep,
2007: 113).
Stuart dan Sundeen ( dalam Y osep, 2007) juga menyatakan bahwa marah adalah
perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan
sebagai ancarnan.
Dalarn A Critical Dictionmy of Poychoanalysis yang disusun oleh Charles Rycrof
(dalam Purwanto & Mulyono, 2006), pengertian marah sebagai emosi dasar yang
dibangkitkan secara khusus oleh frustasi (Primmy emotion, provoked typically by
fi·ustration). Sedangkan pada Dictionary of Behavior Science dengan editor Benjamin
wohnen (Purwanto & Mulyono, 2006), marah dimtkan sebagai suatu reaksi
ernosional kuat yang didatangkan oleh ancarnan, carnpur tangan, :;erangan kata-kata,
penyerangan jelas, atau frustasi dan dicirikan dengan reaksi-reaksi gawat dari sistern
syarafyang bebas dan dengan balasan-balasan serangan yangjelas atau tersembunyi.
15
Marah adalah reaksi emosional akut yang ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang
merangsang, termasuk ancaman, agresi lahiriah, pengekangan diri, serangan lisan,
kekecewaan atau frustasi, dan dicirikan oleh reaksi kuat pada sistcm syaraf otonomik,
khususnya oleh reaksi darurat pada bagian simpatetik; dan secara implisit disebabkan
oleh reaksi serangan lahiriah, baik yang bersifat somatis ataujasmani maupun yang
verbal atau lisan (Chaplin, 2002).
Berdasarkan teori-teori para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa marah
adalah suatu reaksi emosional akut dan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman yang ditimbu\kan oleh suatu
rangsangan dari luar ataupun dalam dirinya, disertai dengan perasaan tidak suka yang
sangat kuat.
2.1.2. Respon dan Proses Marah
2.1.2.1. Respon Marah
Respon marah sifatnya fluktuatif (naik-turun) dalam rentang adaptif:nwladaptif(me
nerima dan menolak). Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Rentang Rcspon Kemarahan
Respon adaptif Respon maladaptif
Pernyataan (assertion) Frustasi Pas if Agresif Ngamuk
16
a. Pernyataan (assertion) adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyata
kan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan memberi kelegaan
pada individu dan tidak akan menimbulkan masalah.
b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagalnya mencapai tujuan yang ti
dak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan
ini tidak ditemukan alternatiflain. Selanjutnya seseorang merasa tidak mampu
mengungkapkan perasaan, dan terlihat pasif.
c. Pasifadalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya. klien
nampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara, karena rendah diri dan merasa
kurang mampu.
d. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan
untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol. Perilaku yang
tampak dapat berupa: muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai
kekerasan.
e. Ngamuk adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri, orang lain dan lingkungan.
2.1.2.2. Proses Marab
Stres dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak
menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan. Adapun
respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui tiga earn yaitu:;
17
1. Mengungkapkan secara verbal
2. Menekan; dan
3. Menantang.
Dari tiga cara ini yang pertama adalah konstruktif (membangun) sedangkan dua cara
yang lain adalah destruktif (merusak). Dengan melarikan diri atau menantang akan
menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus-menerus, maka
kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri atau lingkungan dan akan tampak
sebagai depresi psikomatik atau agresif dan ngamuk (Yosep 2007: 1 14).
2.1.3. Jcnis-Jenis dan Tingkatan Marah
Kemarahan manusia terdiri dari berbagai macam dan tingkatan. Masing-masing
manusia memiliki tingkatan dan perilaku yang berbeda-beda.
Ghazali (dalam Purwanto & Mulyono, 2006) mengungkapkan bahwa kemarahan
manusia itu banyak macamnya, ada yang cepat marah, cepat marah lalu cepat pula
tenangnya, lam bat marah tapi cepat tenangya. Gymnastiar ( dalam Purwanto & Mu
lyono, 2006) juga menjelaskan lebih lanjut tentang macam-macam marah yang
disebutkan Ghazali. Menurutnyajika ditimbang dari sudut kernarahan, ternyata orang
dapat dikelompokkan dalarn ernpat jenis sebagai berikut:
18
1. Lambat marah, lambat reda orang yang memiliki tipe ini rnemiliki kesulitan
dalam menjalin kembali hubungan harmonis yang sudah clijalin, hal ini dise
babkan durasi marah yang terlalu lama.
2. Lambat marah dan cepat redanya
Orang yang memiliki sifat seperti ini sangat sulit tersinggung, meskipun di
depan matanya te~jadi sesuatu yang benar-benar salah. la akan mencari seribu
alasan untuk memaklumi kesalahan orang, memaalkan lalu melupakannya.
3. Cepat marah dan lambat redanya
Tipe sifat seperti ini akan menimbulkan kemarahan yang sangat
berkepanjangan dan membekas.
4. Cepat marah dan cepat redanya
Tipe sifat ini cenderung fluktuatif. la mudah sekali marah dan mudah pula
redanya.
Marah dibagi men.:adi beberapa tingkatan (Hamzah dalam Purwanto & Mulyono,
2006), yaitu:
I. Marah Berlebihan
Suatu kondisi, dimana seseorang didominasi oleh marah yang dapat mem
buatnya keluar dari sifat rasional dan aturan agama. Terjadinya kondisi
semacam ini karena timbul dari dua faktor, yakni faktor pembawaan dan kebi-
asaan.
Tidak sedikit orang mempunyai kebiasaan pemarah sebagai sifat bawaan,
seakan-akan wajahnya cetminan dari sifat itu. Pembawaan itulah yang dapat
menyulut panasnya kebiasaan hati, karena sifat marah memang disimbolkan
bersumber dari api, sebagaimana Rasulullah SAW bersabcla, "Marah itu
menyulut api di hali bani Adam. Tidakkah engkau perhatikan ma/anya
memerah dan ural lehernya mengembang. " (HR Tirmidzi).
19
Faktor yang kedua sering diakibatkan oleh lingkungan yang gemar melampi
askan kemarahannya dan menyebut itu sebagai keberanian dan kejantanan.
Sifat orang sepe1ti ini, bila diberitahu atau dinasihati, ia ticlak mampu
mendengarkannya sebaliknya akan semakin meningkatkan kemarahannya.
2. Marah yang Sedang
Pada kondisi sepe1ti ini seseorang kehilangan kekuatan, ticlak berdaya. Imam
Syafi'i berkata, "Siapa yang ditunlul oleh sualu kondisi unluk marah akan
tetapi tidak marah, maka ia adalah keledai. " Dalam Alquran disebutkan,
"AJuhammad ilu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya
adalah keras terhadap orang-orang kl!fir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka ... " (QS Al-Fath:29).
3. Kornbinasi antara keduanya
Kondisi ini menunjukkan terdapat dorongan kuat yang ditimbulkan oleh
rangsangan dari faktor rasional dan agarna. Seperti halnya ketika terpancing
marah yang rnengharuskan agar melakukan pernbelaan atau pembalasan dan
segera reda pada kondisi di mana diharuskan untuk kernbali berlaku seperti
biasanya.
Menu rut Daradjat (200 I), marah itu boleh dilakukan oleh seseorang pada kondisi
te1tentu. Bila marah sering dilakukan oleh seseorang pada kondisi yang salah atau
sebab yang tidak jelas, maka ha! itu merupakan tanda dari gangguan mental.
2.1.4. Ciri-Ciri Marah
20
Menurut Beck (dalam Purwanto & Mulyono, 2006), ciri-ciri marah yang terjadi pada
seseorang bisa dilihat dari beberapa aspek biopsikososial-kultural-spiritual, seperti
yang akan dijelaskan berikut:
I. Aspek Biologis
Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonom bereaksi ter
hadap sekresi epinerpin, sehingga tekanan darah meningkat, takikardi
(frekuensi denyut jantung meningkat), W!\jah merah, pupil melebar dan fre
kuensi pengeluaran urin meningkat. Ada g('.jala yang sama dengan kecemasan
seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot sepe1ti rahang terkatup,
tangan dikepal. tubuh kaku dan retleks cepat. Hal ini disebabkan energi yang
dikeluarkan saat marah bertambah.
2. Aspek Emosional
Seseorang yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,jengkel,
frustasi, dendam, ingin berkelahi, mengamuk, bermusuhan, sakit hati, menya
lahkan dan menuntut.
3. Aspek Intelektual
21
Pada gangguan fungsi pancaindera dapat te~jadi penyimpangan persepsi se
seorang sehingga hal itu dapat menimbulkan marah. Sebagian besar
pengalaman kehidupan seseorang melalui proses intelektual. Peran pancain
dera sangat penting untuk beradaptasi pada lingkungan yang selanjutnya
diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Oleh karena itu,
perlu diperhatikan cara seseorang marah, mengidentifikasi keadaan yang
menyebabkan marah, bagaimana informasi diproses, diklasifikasikan dan diin
tegrasikan.
4. Aspek Sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan
emosi marah sering merangsang kemarahan dari orang lain, dan menimbulkan
penolakan dari orang lain. Sebagian orang menyalurkan kemarahan dengan
menilai dan mengkritik tingkah Jaku orang lain, sehingga orang lain merasa
sakit hati. Proses tersebut dapat menyebabkan seseorang mf narik diri dari
orang lain.
5. Dalam memenuhi kebutuhan, seseorang memerlukan saling berhubungan
dengan orang lain. Pengalaman marah dapat mengganggu hubungan
interpersonal sehingga beberapa orang memilih menyangka atau berpura-pura
tidak marah uniuk memperlahankan hubungan tersebut. Pengungkapan marah
bisa juga merefleksikan budaya. Aspek Spiritual
Keyakinan, nilai dan moral mempengaruhi ungkapan marah seseorang. Aspek
tersebut mempengaruhi hubungan seseorang dengan lingkungan. Hal yang
bertentangan dengan norma yang dimilikinya akan dapat rnenimbulkan
kernarahan dan dirnanifestasi dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
22
Nuh (2005) juga menjelaskan beberapa ciri-ciri marah yang dapat dideteksi, di
antaranya:
• Membesarnya pembuluh darah dan urat leher disertai merahnya wajah
dan kedua mata.
• Cemberut dan mengerutnya wajah dan dahi.
• Tetjadi permusuhan kepada pihak lain melalui lisan, tangan. kaki atau
saran lainnya.
• Membalas permusuhan orang lain dengan permusuhan pula tanpa
memperhitungkan akibat yang ditimbulkannya.
Hawwa (2003) menjabarkan ciri-ciri marah secara rinci sebagai berikut:
• Pada wajah. Terlihat perubahan warna kulit rnenjadi kurang pucat,
ujung-ujungjari bergetar keras, tirnbul buih pada >.udut rnulut, bola
mata mernerah, hidung kernbang-kernpis, gerakan rnenjadi tidak
terkendali serta te1jadi perubahan-peruhahan lain pada fisik.
• Pada mulut. Yaitu dengan mudahnya mengeluarkan kata makian,
celaan, kata-kata yang menyakitkan, dan ucapan-ucapan keji.
23
Tabel 2.2. Konsep Marah
A ncaman atau kebutuhan
Stress
Cemas
Marah
Merasa kuat Mengungkapkan secara verbal
v Merasa tidak kuat
Menantang Menjaga keutuhan orang lain Melarikan diri
f Masalah tidak selesai lega f\tfengingkari 1narah
f f Marah berkepanjangan I<etegangan menurun Marah tidak terungkap
L~ Muncul rasa bermusuhan _J
f Rasa bemrnsuhan menahun
" Marah pada diri sendiri Marah pacla orang lain/lingkungan
Depresi psikosomatik Agresi:f mengamuk
24
• Pada anggota tubuh. Yaitu perasaan ingin mernukul, melukai,
rnerobek, bahkan membunuh. Jika marah itu tidak i:erlarnpiaskan pada
orang yang dimarahinya, kekesalannya akan berbalik kepada dirinya
sendiri. Iajuga akan merobek-robel pakaiannya, rnernukuli tubuhnya,
mernukulkan tangannya ke tanah dan jatuh pingsan karena sangat
kesalnya. Kalaupun tidak melakukan demikian, besar kemungkinan ia
akan mencari sasaran lain, sepe1ii melemparkan piring, memukul
binatang, dan mencaci-rnaki sebagaimana tingkah Jaku orang yang
kurang waras.
• Pada hati. Di dalam hatinya akan timbul rasa benci. dendam dan
dengki, menyembunyikan keburukan, merasa gembira dalam dukanya,
dan merasa sedih atas kegembiraannya, rnernutuskan hubungan dan
menjelek-jelekkannya.
Muchtar (dalarn Purwanto & Mulyono, 2006) rnenambahkan bahwa ciri-ciri orang
marah itu mukanya menjadi rnerah, matanya melotot, gugup dan gelisah, tekanan
darah naik, nafas tidak teratur, hidung kembang-kempis, dan setan rnengusai dirinya.
Dari beberapa teori tentang ciri-ciri marah yang telah disebutkan, rnaka dapat
diringkas dalam tabel 2.3. berikut;
25
Tabel 2.3. Ciri-Ciri Marah
Menu rut Ciri-Ciri Mara h
Beck (2006) • Aspek Biologis
• Aspek Emosional
• Aspek I ntelektual
• Aspek Sosial
• Aspek Spiritual
Hawwa (2003) • Pada wajah .
• Pada lidah .
• Pada anggota tubuh .
• Pada hati .
Nuh (2005) Pembuluh darah dan urat leher membesar, wajah d<m
kedua mata memerah. Cemberut dan mengerutnya wajah
dan dahi. Terjadi permusuhan kepa:da pihak lain melalui
lisan, tangan, kaki atau saran lainnya. Membalas
pe11nusuhan orang lain dengan permusuhan pula tanpa
memperhitungkan akibat yang ditimbulkannya.
Muchtar (2006) Muka merah, mata melotot, gugup dan gelisah, tekanan
darah naik, nafas tidak teratur, hidung kembang-kempis,
I dan setan mengusai dirinya
2.1.5. Faktor-Faktor Penyebab Marah
Penyebab orang marah sebenarnya dapat datang dari luar dan dalam diri orang itu,
sehingga secara garis besar sebab yang menimbulkan marah itu terdiri dari faktor
fisik dan psikis (Purwanto & Mulyono, 2006).
1. Faktor Fisik
Sebab-sebab yang mempengaruhi faktor fisik antara lain:
26
• Kelelahan yang berlebihan. Misalnya orang yang terlalu lelah karena
ke~ja keras, akan lebih mudah marah dan mudah sekali tersinggung.
• Zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah. M.isalnya jika otak
kurang mendapatkan zat asam, orang itu akan lebih mudah marah.
• Hormon kelamin pun dapat mempengaruhi kemarahan seseorang. Hal
ini dapat dibuktikan pada sebagmn wanita yang sedang haid, rasa
marah merupakan ciri khasnya yang utarna.
2. Faktor Psikis
Faktor fisik yang menimbulkan marah adalah era! kaitannya dengan
kepribadian seseorang. Terutama yang menyangkut "self-concept yang salah"
yaitu anggapan seseorang terhadap dirinya sendiri salah. Self-concept yang
salah menghasilkan pribadi yang tidak seimbang dan tidak matang. Karena,
27
seseorang akan menilai dirinya sangat berlainan sekali dengan kenyataan yang
ada.
Beberapa selj:concept yang salah dapat kita bagi menjadi:
• Rasa rendah diri (MC= iVlindenvaardigheid Complex), yaitu menilai
dirinya sendiri lebih rendah dari yang sebenamya. Orang ini akan
mudah sekali tersinggung karena segala sesuatu dinilai sebagai yang
merendahkannya, akibatnya wajar ia mudah marah.
• Sombong (Superiority Complex) yaitu menilai dirinya sendiri lebih
dari kenyataanya yang sebenamya. Jadi merupakan sifat kebalikan
sifat dari rasa rendah diri. Orang yang sombong terlalu menuntut
banyak pujian bagi dirinya. Jika yang diharapkan tidak terpenuhi, ia
wajar sekali marahnya.
• Egoistis atau terlalu mementingkan diri sendiri atau menilai dirinya
sangat penting melebihi kenyataan. Orang yang bersifat demikian akan
mudah marah karena selalu terbentur pada pergaulan sosial yang bersi
fat apatis, sehingga orang yang egoistis tersebut merasa tidak
diperlakukan dengan semestinya dalam pergaulan sosial. Biasanya
orang seperti ini diselimuti rasa marah yang berkepanjangan.
Menurut Stearen (Keliat, 2006), kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu
yang tidak menyenangkan, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frnstasi. Beberapa
28
faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri,
kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi. Berikut penjelasannya:
1. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tu-
juan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. la
merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu
dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya mi-
salnya dengan kekerasan.
2. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang
sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas ter-
singgung, lekas marah, dan sebagainya.
3. Kebutuhan akan status dan prestise; Manusia pada umumnya mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui status-
nya. Menumt Hawwa (2003 :282) ada beberapa sebab yang dapat
menimbulkan marah, yaitu; kesombongan, riya, bersenda gurau, perselisihan,
penghinaan, khianat, pemaksaan, kezaliman dan menuntut.
2.1.6. Perubahan-Perubahan Saat Marah
Perubahan-perubahan yang timbul pada saat orang marah (Keliat, 2006) di antaranya
adalah;
29
I. Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan
meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air he
sar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
2. Perubahan emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi wa
jah nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.
3. Perubahan perilaku : Agresif, pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga,
mengamuk, nada suara keras dan kasar.
2.1.7. Dampak Marah
2. l.7.1. Pendekatan Islam
Nuh (dalam Purwanto & Mulyono. 2006) menjelaskan lebih rinci lagi tentang dam
pak/bahaya marah, atara lain:
I. Membahayakan tubuh
Marah tumbuh dari gejolak darah dalam hati. Kemudian bertahan pada urat
urat nadi, seperti terlihat pada wajah dan kedua mata yang memerah. Jika hal
itu te1jadi beru]ang-ulang, maka biasanya ia akan menimbulkan hipe1tensi
bahkan mengakibatkan terpecahnya pembuluh darah yang menyebabkan
kelumpuhan. ltulah dampak dari bahaya marah terhadap tubuh.
2. Menodai agama
Marah kadang-kadang menyeret pelakunya untuk mengurnpat orang lain,
bahkan melecehkan kehormatan, merampas harta, dan menumpahkan darah
mereka. Semua itu adalah dosa dan menodai agama.
3. Tidak mampu mengendalikan diri
30
Marah menjadikan aka! seolah-olah te1tutup dan terhalang. Jika aka! tertutup
atau terhalang, maka manusia rnenjadi tidak rnarnpu mengendalikan dirinya.
Pada saat itulah rntmcul dari dalam dirinya sesuatu yang tidak terpuji, sesuatu
yang membawa kepada penyesalan yang tidak berguna.
Sulaiman bin Dawud a.s. berkata, ".Jangan banyak marah. karena marah dapat
merendahkan hati orang yang sabar."
Seorang ulama berkata pada anaknya, "Hai anakku, aka! tidak kokoh saat
marah seperti tidak tetapnya ruh kehidupan pada tungku yang dinyalakan.
Manusia yang paling sedikit marahnya adalah orang yang banyak akalnya."
4. Te1jerumus ke dalam dalih yang hina
Orang yang marah suka melakukan sesuatu yang tidak diketahui dan
didasarinya. Hal ini dapat menjerumuskannya ke dalam dalih yang hina.
Rasulullah SAW melarang pelaksanaan setiap perkara yang menjerumuskan
ke dalarn alasan yang hina. Beliau bersabda, "Jauhkanlah dirimu dari setiap
perkara yang menuntut pemberian alasan. ..
5. Azab Kerns
Marah menimbulkan banyak kesalahan serta membuat seseorang te1jeru111us
ke dalam kemaksiatan dan keburukan. Akibatnya ia memperoleh azab yang
31
berat di dunia ataupun di akhirat. Dalam surah Al-Jin ayat 17 Allah SWT ber
finnan, "Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa
yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke
dalam azab yang amat berat. " Dan surah Thaha ayat 124, "Siapa saja yang
be1pa/ing dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta".
2.1.7.2. Pendekatan Psikologi
Banyak pendapat yang diuraikan oleh para ahli psikologi mengenai dampak marah.
Ada tiga aspek bahaya marah menurut para ahli psikologi. Pertama, aspek fisiologis.
Kedua, aspek Psikologis. dan ketiga, aspek sosial (dalam Purwanto & Mulyono,
2006).
I. Aspek Fisiologis
Menurut pakar medis, marah dan kekecewaan yang terjadi akan mempenga
ruhi kesehatan seseorang. Hal itu dapat rnenimbulkan hipe1iensi, stress,
depresi, maag, gangguan fungsi jantung, insomnia, kelelahan, bahkan seran
gan jantung yang dapat rnenyebabkan kernatian secara mendadak, jika ha! itu
mencapai tingkat intensitas tertentu.
Menurut Mardin (Lari, 1990), mereka yang rnemiliki mental lernah harus
rnenyadari bahwa beberapa kekecewaan dapat mengorbankan hidupnya.
32
Mereka mungkin tidak mengetahui, ternyata banyak orang yang sehat menjadi
korban akibat marah yang hebat, sehingga ia mati karena :;erangan jantung.
Marah juga dapat berakibat hilangnya nafsu makan serta terganggunya otot
dan saraf selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Marah, sangat merugi
kan, mempengaruhi seluruh fungsi spiritual dan tubuh bahkan marah seorang
ibu yang sedang menyusui dapat mengakibatkan peracunan yang berbahaya
terhadap air susunya.
Menurut Frank Rose (dalam Purwanto & Mulyono, 2006), para dokter mem
peringatkan bahwa marah dapat menyebabkan pembuluh-pembuluh darah
jantung seseorang menyempit secara ketat. Penyempitan itu selanjutnya akan
mengakibatkan serangan jantung yang mematikan. Wayne Dyer (dalam Pur
wanto & Mulyono, 2006) menyatakan bahwa pada faal manusia, marah dapat
menimbulkan tekanan darah tinggi, bisul, bintik-·bintik 1mrnh pada kulit, jan
tung berdebar, sukar tidur, letih dan juga penyakit jantung.
Menurut Charles W. Sheed (dalam Purwanto & Mulyono, 2006), tiga menit
marah akan melemahkan kekuatan dan lebih cepat daripada delapan jam
beke1ja. Hal ini menunjukkan bahwa marah merupakan suatu beban ketegan
gan dahsyat pada tubuh seseorang. Saat orang marah, darahnya membanjiri
otot-otot utama pada tangan dan kaki sehingga ia memiliki kekuatan yang le
bih besar daripada biasanya. Tetapi sebaliknya, persediaan darah pada otaknya
33
banyak berkurang sehingga ia dapat lupa diri dan melakukan perbuatan
perbuatan keji seperti halnya orang mengucapkan makian-makian yang keji.
Perbuatan itu sesaat kemudian sangat disesali olehnya setelah tenang kembali.
2. Aspek Psikologis
Marah menimbulkan sebuah efek yang berakibat pada psikis seseorang. Orang
yang usai marah akan merasa menyesal telah melakukan ~;uatu hal yang
dianggapnya tidak pantas dilakukannya.
Purwanto & Mulyono (2006) menyebutkan bahwa penyesalan yang dirasakan
setelah marah itu akan menjadikan pengutukan terhadap dirinya sendirL
penghukuman diri, hingga depresi atau suatu rasa bersalah yang menghantui
untuk waktu yang lama. Mungkin juga ia tidak dapat mernaafkan dirinya dan
ini selanjutnya rnenjadi beban penyakitjiwa (sick ofsoul) yang sangat
rnerugikan dirinya. Marah juga dapat rnenimbulkan kondisi psikologis yang
rnerugikan, seperti sulitnya berpikir atau tadabur, sulit melakukan hubungan
baik di antara sesama dan sulit menerirna maaf
3. Aspek Sosial
Marah dapat menimbulkan biaya sosial yang sangat mahal. Watak pemarah
mengakibatkan te1jadinya disharmonis, seperti putusnya hubungan dengan
yang dicintai, terputusnya persahabatan dengan teman, kehilangan pekei;jaan,
atau bahkan sampai terkena hukurnan pidana dalam kasus-kasus marah yang
berujung pada penganiayaan atau pembunuhan.
2.1.8. Terapi Marah
2.1.8.1. Terapi Psikologi
McKay dan Dinkmeyer menyarankan pada orang yang sedang marah melakukan
strategi-strategi penanganan marah sebagai berikut;
l. Menakar kemarahan.
2. Memvisualisasi dan bicara pada diri sendiri.
3. Memakai humor
4. Berempati yakni menempatkan diri pada posisi orang lain.
5. Memperhatikan bahasa tubuh.
34
Sedangkan Maltz (dalam Purwanto & Mulyono, 2006) menyarankan tiga cara untuk
mencegah kemarahan:
l. Memandang cermin.
2. Mengalihkan energi marah dengan melakukan aktivitas, rnisalnya t· e1:jalan.
3. Menulis surat paling keji dengan semua kata-kata kasar.
2.1.8.2. Tcrapi Islam
Dalam Islam Rasulullah SAW memberikan banyak cara altematifuntuk
mengendalikan marah, cara tersebut disebutkan sebagai berikut:
I. Membaca Taawuz. Berdasarkan sabda Rasulullah, '"Ada kalimat kalau
diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu A 'uudzu billah
mina-syaithaani-r-rajiim Aku berlindung kepada Allah dari godaan ;yaitan
yang terkutuk" (HR Bukhari-Muslim).
35
2. Berwudu. Rasulullah SAW Bersabda, "Diceritakan dari kakekku Athzyah, ia
berkata bahwa Rasul/ah SAW bersabda, "Jvfarah itu sebagian perilaku setan
dan setan ilu tercipta dari api. Api akan padam dengan air, bila kalian marah
maka berwudulah'" (HR Abu Dawud).
3. Duduk atau Tidur. Dalam sebuah hadis dikatakan, "Bila kalian sedang marah
maka duduklah, bi/a tidak hilangjuga maka tidurlah" (HR Abu Dawud).
4. Diam. Dalam sebuah had is dikatakan, "Ajarilah (orang lain), mudahkanlah,
jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka dzamlah" (HR
Ahmad).
5. Bersujud, maksuclnya melaksanakan salat sunah mininal dua rakaat. Dalam
sebuah hadis dikatakan, "Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api
dalam hati manusia. Tidak/ah en;skau melihat merahnya kedua matanya dan
tegangnya urat darah di lehernya? Maka siapa saja yang mendapatkan ha/
itu, hendak/ah ia menempe/kan pipinya pada tanah (sujuct)." (HR Tirrniclzi)
Untuk penelitian ini, peneliti memilih wudu sebagai terapi dalam mengurangi atau
mereclakan marah.
36
2.2. WUDU
2.2.1. Pcngertian Wudu
Kata wudu atau wudhu' merupakan istilah yang dipakai untuk bebersih/bersuci. Male
na ini bersifat umum meliputi makna syar'i (pengertian secara syariat), karena
penge11iannya secara syariat adalah bebersih/bersuci secara khusus, baik itu secara
inderawi (konkrit) ataupun abstrak (Jaziri, 200 I). Sedangkan menurut Zuhaili (2002)
wudu menurut syara' yaitu bebersih dengan cara yang khusus disertai dengan niat.
Para ahli Fikih mengartikan wudu sebagai pekei:jaan menggunakan air yang dibasuh
kan pada anggota-anggota badan tertentu yang diawali clengan niat dise11ai cara yang
khusus. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Alquran sltl'ah Al-Maidah 5: 6
"Hai orang-orang yang beriman, apabi/a kamu hendak me11ge1.fakan salat, ma
ka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan sik:u, dan sapulah
kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, "
Cara khusus ini menjelaskan akan pentingnya wudu dilihat clari segi inderawi supaya
wudunya menjadi sempuma dan tidak meninggalkan sedikit pun faktor-faktor yang
menjadikan wudu sah.
Wudu secara maknawiyyah sebagai pelebltl' setiap dosa-dosa yang dilakukan oleh
umat muslim sehingga ada anjuran teliti dan tidak bertindak lalai. Selain itu, pada se
tiap basuhan terkandung doa-doa yang dapat menghilangkan dosa kecil. Hal itu telah
37
dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadisnya, "Apabila seorang muslim sedang
berwudu, saat ia membasuh wajah, maka keluarlah setiap dosa-dosa yang dibuat
oleh kedua matanya dari wajahnya bersama tetesan air yangjatuh. Saal ia memba-
suh kedua tangan, maka keluarlah setiap dosa-dosa yang dilakukan kedua tangannya
bersama dengan tetesan yang terakhir. Saat membasuh kedua kakinya. maka keluar-
!ah pula dosa-dosa yang dilakukan kedua kakinya bersama tetesan air sehingga ia
terbebas dari dosa-dosa sehabis berwudu. "
Dalam berwudu. pada tiap-tiap basuhan mulai niat hingga selesai, seorang mukmin
seialu memanjatkan doa-doa. Hal itu tidak lain adalah untuk memberikan kekhusyu-
kan dan ritual dalam melaksanakan wudu (Ghazali, 1998).
2.2.2. Cara Wudu
Secara rincinya, cara wudu dijelaskan sebagai berikut:
I. Membaca basmalah, karena sesuatu yang diawali dengan bacaan basmalah
akan membuahkan basil yang baik.
2. Berkumur sebanyak tiga kali, kemudian membersihkan luhang hidung seba-
nyak tiga kali juga.
3. Membasuh wajah 1 tiga kali, diawali dari pennukaan dahi (tempat tumbuhnya
rambut) sampai ke ujung dagu bagian depan, dan dari telinga kiri kanan sam-
pai telinga kiri, seraya membaca niat wudu seperti lafal berikut:
1 Oalam membasuh wajah, air yang akan dialirkan harus merata ke seluruh wajah sampai pada bagian antara bagian alas telinga dan tepi pelipis.
Nawaitu-1-wudhG'a Ii rafi-l-hadatsi-1-asghari fardhal lillilhi ta'iila
"Saya hernial wudu untuk menghilangkan hadas kecilfardu karena Allah
Ta'ala"
38
Lafal di atas adalah lafal yang biasa clipakai. Sebenarnya lafal wudu itu boleh
berupa apa saja asal tidak menghilangkan makna hadas (Ghazali, 1998)
4. Membasuh kedua tangan hingga siku-siku sebanyak tiga kali. dengan
menclahulukan tangan kanan.
5. Mengusap sebagian rambut tiga kali, dengan cara membasahi kedua telapak
tangan terlebih dahulu.
6. Mengusap kedua telinga sebanyak tiga kali, dengan cara memasukkan keclua
jari telunjuk kedalam dua lubang telinga, lalu usaplah bagian luar daun
telingamu dengan ibu jari bagian dalam.
7. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki tiga kali, dengan mendahulukan kaki
kanan daripada kaki kiri.
8. Setelah membasuh kedua kaki, maka berdoalah kepada Allah dengan meminta
segala ampunan dari-Nya.
2.2.3. Hikmah Wudu
Adapun wudu memiliki beberapa hikmah, antara lain:
39
1. Membersihkan badan dari kotoran, khususnya anggota wudu
2. Mencegah dan menghambat perkembangan atau pertumbuhan bakteri, virus
dan sel kanker
3. Meningkatkan kekebalan tubuh
4. Pembersih dari dosa dan penambah amal kebajikan
5. Anggota wudu akan bercahaya pada hari kiamat. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW,
'· '.I\ \:l\ '· · .. I~~:. i' '· ;\.;.\J:i]\ ., •• _,. :i_; ··' i '· \ >-y-<>y oJ 0" ~ y:- . •. r>.! uJC _ ~ u.
"Sesungguhnya umatku akan dipanggil pada Hari Kiamat nanti dalam
keadaan dahi. kedua tangan dan kaki mereka bercahaya, karena bekas wudu."
(HR Al Bukhari no. 136 dan Muslim no. 246)
Hadis ini menjelaskan bahwa wudu menyebabkan seseorang bercahaya nanti
di Hari Kiamat
6. Terangkat derajatnya disisi Allah SAW
Rasulullah Saw bersabda, "Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang
clengannya Allah akan menghapus dosa-dosa dan rnengangkat clerajatnya!
Para Sahabat berkata, "Tentu, wahai Rasulullah. Kemudian Rasulullah SAW,
'Menyernpurnakan wudu walaupun dalam kondisi sulit, rnemperbanyakjalan
ke masjid, clan rnenunggu salat setelah salat, rnaka itulah yang disebut dengan
ar-Ribath." (HR Muslim no. 251 ).
40
Hamka menjelaskan bahwa keutamaan wudu tidak hanya membersihkan anggota
yang kotor pada bagian lahirnya saja, Akan tetapi, bagian yang batin juga harus dib
ersihkan (Syazuan, 2008).
2.2.4. Terapi Wudu
Wudu adalah kegiatan rnenggunakan air yang suci dan bersih dengan rnernbasuh,
mengusap, menyela-nyela pada organ-organ tubuh yang terletak pada wajah, tangan,
kepala, telinga. dan kaki. Terapi wudu dapat dikategorikan dengan terapi air.
Dalam dunia kedokteran terapi air tel ah lama dikenal. Simon Baruch ( l 840-192 l)
seorang dokter dari Amerika telah menciptakan sebuah teori tentang hukum Baruch,
teori ini menjelaskan bahwa air memiliki daya penenang j ika suhu air sama dengan
suhu kulit, sedang bi la suhu air lebih tinggi atau rendah, maka ia akan mernberikan
efek stimulasi atau merangsang (Efendy, clalam Haryanto: 2003). Pengobatan air atau
clisebut terapi air (hydro-therapy) memiliki beberapa rnanfaat dan efek, yang akan
disebutkan sebagai berikut:
I. Berendam atau menyeka tubuh dengan air dingin akan memberikan efek
mendinginkan dan merangsang tubuh atau bagian tubuh. Sebab air dingin
akan mengerutkan kapiler.
2. Menyeka dengan air dingin dan air hangat secara bergantian akan merangsang
sistem kardiovaskuler.
3. Berendam dalam air atau mandi di pancuran yang hangat akan berkhasiat
melemaskan semua otot tubuh.
41
4. Mandi air hangat akan melemaskan jaringan dan berefek pada kapiler-kapiler
di kulit, hal ini karena ban yak darah dari jaringan yang akan ditarik ke kulit.
Di samping itu juga dapat mengurangi rasa nyeri.
5. Berendam dan mandi air hangat dalam waktu pendek berkhasiat
menghilangkan rasa lelah dan rnenghilangkan ketegangan.
6. Mandi dan menyeka dengan air dingin atau air hangat akan rnenjinakkan
syarafkulit dan syaraf organ-organ intern.
Menurut Haryanto (2003), saat ini banyak orang rnenggunakan air sebagai terapi
untuk mempengaruhi kejiwaan seseorang, terbukti dengan banyaknya pusat
kebugaran di kota-kota besar di Indonesia yang menggunakan efek air. Seperti yang
dilansir oleh ASP! (Asosiasi Spa Indonesia) bahwa pertumbuhan i.ndustri Spa di
Indonesia sangat pesat. Hal itu terbukti dengan meningkatnya pengusaha membuka
Spa pada tahun 2003 berjumlah 600 Spa dan naik 50% satu tahun kemudian menjadi
900 Spa (Rondonuwu, 2007).
Menurut Mujib (2006:266) wudu merupakan kegiatan untuk membersihkan dan
mensucikan diri sebelum melakukan salat. Bersih berarti terhindar dari dari kotoran,
sedang suci terhindar dari najis. Kebersihan dan kesucian tidak hanya pada aspek
fisik (jasmani) , tetapi juga pada aspek psikis (ruhani). Kebersihan dan kesucian fisik
mencegah individu berpenyakit fisik (flu, penyakit kulit, sakit gigi, dan seterusnya),
sedangkan kebersihan dan kesucian psikis menghindarkannya dari penyakit ruhani
(marah, benci, iri hati, dendam, penakut, dan seterusnya). Wudu sebelum salat
merupakan proses pencemerlangan wajah yang memiliki affect display (perasaan
perasaan yang disampaikan lewat gerak-gerak wajah) yang baik, sehingga wajah
tampak berseri.
42
Masih menurutnya, dalam perspektif kesehatan, wudu memiliki makna terapi, baik
jasmani maupun ruhani. Terapi jasmani dijelaskan dalam (1) hydro-therapy, yaitu
terapi air. Terapi ini sangat baik dilakukan bagi individu yang memiliki penyakit
insomnia, stres, dan gampang naik darah (marah) (2) massage-therapy, yaitu terapi
dengan pijatan-pijatan refleksi pada bagian-bagian tertentu di muka, tangan dan kaki.
Pijatan ini selain dapat memiliki makna relaksasi dengan mengendorkan otot atau urat
syarat; juga untuk melancarkan aliran darah yang pada akhirnya dapat berfungsi
sebagai perawatan wajah dan tubuh secara keseluruhan, sebab dalam teknik pijatan
refleksi tangan dan kaki merupakan tusukan. Sedang terapi ruhani, wudu dapat
mengkikis dan menghapus dosa akibat perilaku rnaksiat. Rukun-rukun wudu dapat
rnenghilangkan dosa yang dilakukan oleh mata, mulut, hidung, telinga, tangan dan
kaki. Bagian terakhir ini terkait dengan penyembuhan kelaianan kepribadian Islam
(character disorder).
Emoto (2006) seorang ilmuwan dari Yokohama menyebutkan bahwa air memiliki
rahasia tersendiri. Air mampu menerima ungkapan manusia baik positif maupun
negatif dan kemudian ia membentuk sebuah kristal, atau bunga yang merekah indah,
43
atau potongan permata. Bentuk yang indah tadi tampak di mikroskop setelah proses
pendinginan lalu diberikan kata-kata atau ungkapan yang positif dan diambil
gambarnya. Namun, bi la kata-kata atau ungkapan yang diberikan itu berupa kalimat
negatifmaka air tidak dapat menampakkan keindahannya. Menurutnyajuga, air dapat
merespon beraneka ragam bahasa dunia, seperti kata thank you (lnggris), duoxie
(Cina), merci (Perancis), danke (Jerman), grazie (!tali), kamusamunida (Korea)
(Emoto, 2006:15-16).
Air yang sensitifterhadap suatu bentuk energi yang sulit dilihat disebut Hado. Bentuk
energi yang sulit dilihat inilah yang dapat mempengaruhi kualitas air dan kristal air
yang terbentuk. Semua benda yang ada di dunia ini memiliki gelombang Hada.
Energi ini bisa berbentuk positif dan negatif, dan mudah dipindahkan dari satu benda
ke benda lainnya.
Emoto (2006) berkata, "Penelitian saya rnembuktikan bahwa Hado d 1pat mengubah
air. Apabila kita berbicara ke air dengan sikap positif dan pen uh penghargaan, rnaka
air pasti akan berubah. Bahkan, air dalarn danau yang besar pun bisa berubah. Air
dalarn tubuh Andajuga bisa berubah."
Begitu besarnya air rnenjadi unsur terpenting dari bagian tubuh rnanusia dan sebagai
pelengkap dari sebuah zat lain sehingga di Alquran terdapat sejumlah ayat-ayat yang
menjelaskan sesuatu yang berkenaan dengan air, antara lain:
I. Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya. lalu Kami
ber:firman: "Pulr:ullah batu itu dengan tongkatmu". Latu memancarlah
daripadanya dua be/as mat a air. Sungguh tiap-tiap suku lelah mengetahui
tempat minumnya (masing-masing) ... (QS. 2:60)
44
2. Dal am penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya ma/am dan siang,
bahtera yang berlayar di taut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya ... (QS. 2: 164)
3. . .. dan dari air Kamijadikan segala sesuatu yang hidup ... (QS. 2 J :30)
4. . .. dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabi!a telah Kami turunkan air
di alast(va, hiduplah bumi itu dan suburfah dan menumbuhkan berbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (QS. 22:5)
5. Lalu dengan air itu, Kami twnbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan
anggur; di dalam kebun-k<-bun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak
dan sebagian dari buah-buahan itu kamu makan, (QS. 23: J 9)
6. Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Diajadikan manusia
itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
(QS 25:54)
7. Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan,
(QS. 78: I 5)
45
Ayat-ayat di atas menjadi indikator bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari substansi
air, apalagi manusia. Tidak seorang/makhluk pun yang dapat hidup tanpa air. Sub
stansi manusia itu sendiri lebih dari setengahnya (57%) terdiri dari air.
Dalam dunia pengobatan, air menjadi salah satu substansi yang sangat penting, baik
sebagai media perantara pelarut obat-obatan maupun langsung sebagai media pengo
batan. Contoh untuk mencegah terjadinya radang/penyakit kulit (dermatitis) yaitu
dengan teraturnya frekuensi mandi. Kemudian sebagai upaya penyembuhan bagi
penderita demam tinggi dengan cara mengompres atau mengusap tubuh dengan air
din gin.
Amin Ruwaihah, Dokter Muslim dari Arab, telah menyusun pedoman yang khusus
membahas tentang pengobatan dengan air. Buku yang berjudul al-Tadawy bi al-Ma'
telah menjelaskan lebih dari seratus metode pengobatan dengan media air yang
mengobati lebih dari seratus jenis penyakit. Bermacam penyakit dapat disembuhkan
dengan air melalui beberapa metode, antara lain dengan cara mernndam,
mencurahkan, membalut, menyelimuti, membasuh, mengusap, mengompres, dan
meminum (Hasanuddin, 2007:64).
Karena air adalah media yang digunakan untuk melakukan wudu maka beberapa
ilmuwan telah meneliti manfaat dari wudu itu. Seperti halnya Adi. dan Efendy, (dalam
Haryanto: 2003), yang menyatakan bahwa wudu ternyata memiliki efek refi·eshing,
penyegaran, membersihkan badan dan jiwa, se1ia pemulihan tenaga. Ditambahkan
oleh Najati ( 1985), wudu disamping sebagai persiapan untuk salat ia juga berfungsi
untuk membersihkan tubuh dan jiwa dari kotoran.
Manusia merupakan kesatuan antara jasmani dan rohani. Keselarasan dari kedua
unsur itu melahirkan keseimbangan (homeostatis). Gangguan keseimbangan karena
berbagai sebab dapat menimbulkan penyakit, baik penyakit fisik maupun psikis.
46
Oleh karena itu, apabila seseorang sehat fisiknya bisa mempengaruhi kesehatan
rohaninya, clan juga sebaliknya. Sepetii contoh, seseorang yang menderita benjolan
pada salah satu anggota tubuhnya, kemudian ia berpikir dan menduga kalau benjolan
tersebut berupa kanker. Hal ini memberikan ketakutan pada jiwa orang tersebut yang
kernudian hatinya tidak tenang, risau. dan takut dalarn waktu rel a ti f lama, sehingga
akhirnya muncul penyakit fisik lain seperti insomnia dan palpitasi (jantung berdebar)
(Hasanuddin, 2007:62).
Haryanto (2003) membagi V>'l!du menjadi dua macam, yaitu wudu labir dan wudu
batin. Selanjutnya dijelaskan bahwa wudu memiliki dampak manfaat fisiologis.
Seperti, tubuh lebih rileks. Hal ini terbukti bahwa dibasuhnya tubuh dengan air
sebanyak lima kali sehari akan membantu dalam mengistirahatkan organ-organ tubuh
dan meredakan ketegangan fisik. Dan dampak psikologis. Seperti, marah.
Marah adalah suatu reaksi emosional akut yang ditimbulkan oleh suatu rangsangan
dari luar ataupun dalam dirinya, disertai dengan perasaan tidak suka yang sangat kuat.
Orang yang sedang marah sangat disarankan berwudu agar marahnya menjadi reda.
Hal itu sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud Rasulullah SAW.
47
48
2.3. Kerangka Berpikir
Seseorang akan menjadi tidak terkendali ketika ia dalam keadaan marah. Marah akan
menyebabkan seseorang bertindak secara tidak rasional. Sebenarnya, marah
rnerupakan luapan emosi untuk mengungkapkan rasa tidak senang. Emosi marah
lebih dilekatkan pada insting hewani. Marah juga menimbulkan hilangnya rasa
berpikir logis hingga menimbulkan sebuah tindakan kekerasan yang sadis. Selain itu,
rnarah rnenyebabkan seseorang tidak sehat secara fisik dan psikis.
Pada dasarnya marah tidak dilarang, namun untuk lebih baiknya bagi kesehatan,
maka disarankan untuk mengendalikan marah dengan cara apapun hingga marah
tersebut reda. Marah juga diperbolehkan pad a situasi dan kondisi tertentu, namun
jangan berlebihan. Sebagaimana yang diungkapkan Daradjat (2001).
Marah menimbulkan darnpak pada fisik, psikis, dan sosial. Dampak yang
ditimbulkan marah pada fisik mengakibatkan tekanan darah meningkat, hormon
stress meninggi, nafas jadi pendek, jantung berdebar, gemetar, membentak, pupil
berkontraksi tidak teratur, kekuatan fisik meningkat, cara bicara clan gerak lebih
cepat dan sering, lebih sensitif. Jelas tanda-tanda ini akan mengakibatkan pergerakan
sel dan hormon dalam tubuh jadi tak sesuai, misalnya hipertensi, depresi, maag,
gangguan fongsi jantung, insomnia, kelelahan, bahkan serangan jantung yang dapat
rnenyebabkan kematian secara mendadak. Sedangkan pada psikis mengakibatkan
perasaan cemas, takut, sedih, sulit berpikir sehat dan rasa bersalah. Selain berdampak
pada fisik dan psikis, marah juga berdampak pada interaksi sosial seseorang yang
mengakibatkan renggangnya atau putusnya hubungan dengan sesi~orang (Purwanto
& Mulyono, 2006).
Marah merupakan tindakan yang sifatnya cenderung merusak dan membawa
seseorang kepada ketidaksadaran dan penyesalan. Maka dari itu marah hams
dikendalikan, supaya tidak menimbulkan bahaya pada fisik dan psikis.
49
Perlu diketahui bahwa setiap orang yang ingin mengenclalikan marah, terlebih
clahulu menyaclari pada clirinya sendiri bahwa setiap tindakan yang membuat dirinya
marah ticlak akan pernah mencapai suatu tujuan apapun kecuali penyesalan. Karena
dengan begitu, kemarahan akan mudah di atasi dengan mudah. Apapun bentuk
ketidalcsukaan pada sesuatu harusnya tidak bertindak dengan marah, karena marah
begitu besar clampaknya.
Banyak para ahli memberikan terapi-terapinya untuk dapat mengenclalikan marah.
Berdasarkan had is Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang
menjelaskan bahwa marah diibaratkan sebagai perilaku setan, setan tercipta dari
unsur api, api bisa dipadamkan dengan air. Maka bila sedang marah dianjurkan
melakukan wudu. Maka dari situlah yang menjadi dasar penulis untuk meneliti
te1Jtang keutamaan wudu dalam mereduksi marah.
)
Bagan 2.4. Bagan Pengaruh Wudu Dalam Mereduksi Marah
Subjek
Ma rah
Dampak
Fisik
Terapi Wudu
Reduksi marah
2. 4. Hipotesis
Untuk rnenelaah dan rnenguj i secara empiris tentang ada tidaknya pengaruh wudu
dalam rnereduksi rnarah, maka hipotesis yang diajukan yaitu:
Hi : Ada pengaruh yang signifikan wudu dalam mereduksi marnh.
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan wudu dalarn mereduksi marah.
50
BAB3
METODOLOGI PENELITlAN
3.1. Jenis Penelitian
3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk
mendapatkan hasil penelitian yang komprehensif dengan model two phase design
approach. Two phase design approach adalah melakukan satu pendekatan terlebih
dahulu, kemudian dilanjutkan melakukan pendekatan yang lain (Cresswel, 1994).
Adapun jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
yaitu suatu metode yang bertujuan untuk membuktikan sebab-akibat dari suatu
perlakuan (treatment). Metode ini dipandang sesuai dengan tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh wudu dalam mereduksi marah.
3.1.2. Rancangan Penelitian
Penelitian eksperimen dapat dilakukan dengan menggunakan N-besar ataupun N
kecil. Pada saat ini, penggunaan N-besar dan N-kecil sama-sama digunakan dalam
penelitian eksperimen, seperti yang dapat dilihat pada jurnal-jurnal yang diterbitkan
(APA Journals, Experimental Journal, dll) (Robinson, 81: 380)
~l
52
Dengan demikian, peneliti menggunakan rancangan eksperimen dengan N-kecil atau
subjek penelitian tunggal (single subject research). Adapun desain yang dipakai
adalah desain satu kelompok yaitu A-B-A. Desain ini dapat menunjukkan adanya
hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas.
Desain satu kelompok adalah sebuah desain penelitian untuk mengevaluasi efek suatu
perlakuan dengan kasus tunggal (Kazdin dalam Latipun, 2002: l 39) danjuga untuk
menghindari masalah etik, misalnya berkaitan dengan perlakuan terhadap kelompok
kontrol (Kerlinger & Lee, 1990)
Desain ini dimodifikasi w1tuk melihat pengaruh wudu dalam mereduksi marah.
Tabel 3.1.
A-B-A
A -+ 1. Tekanan darah 2. Denyut nadi 3. Pernapasan
Keterangan :
Perlakuan/lntervensi
Stimulasi 1. Tekanan darah
Marah 2. Denyut nadi 3. pernapasan
A = Pengukuran (fase baseline)
B = Perlakuan (Intervensi)/pretest untuk uji Wilcoxon
(8)
c:~
A = Pengukuran (fase baseline)lposttest untuk uji Wilcoxon
-+ A 1. Tekanan darah 2. Denyut nadi 3. Pernapasan
53
Desain ini memiliki tiga tahap:A (baseline), B (treatment), A (baseline).
• A =baseline yaitu pengukuran tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan sebelum
diberikan perlakuan (treatment).
• B = Treatment/Intervensi, yaitu perlakuan stimulasi marah untuk membangkitkan
rasa marah subjek, lalu pengukuran tekanan darah, denyut nadi,, dan pernapasan. Lalu
perlakuan wudu yang dilakukan oleh subjek dengan tujuan mereduksi kemarahan
yang dialami subjek.
• A =baseline, yaitu pengukuran tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan setelah
diberikan treatment.
Keadaan Awai (Baseline)
Keadaan awal merupakan pengukuran aspek dari perilaku subjek selarna bcberapa
waktu sebelwn perlakuan. Rentangan waktu pengukuran untuk rnenetapkan baseline
ini disebut fase keadaan awal (Latipun, 2004).
Baseline ini harus dilakukan pada desain ini, karena berfungsi sebagai pretes. Fase
tersebut dibagi 2 fungsi yaitu (Latipun, 2004);
1. Fungsi deskriptif. Yaitu untuk rnenggambarkan keberadaan level perfonnansi
(keadaan perilaku) subjek yang dieksperimen clalam keaclaan alamiah, tanpa
adanya suatu perlakuan.
2. Fungsi proyektif. Yaitu untuk meramalkan level performansi (perilaku) subjek
jika ticlak ada intervensi.
Dalam penelitian ini, kondisi baseline dilakukan dengan mengukur, tekanan darah,
denyut nadi, dan pernapasan sehingga dapat melihat kondisi tekanan darah, denyut
nadi, dan pernapasan dalam keadaan subjek normal.
3.2. Variabel Penelitian
54
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel penelitian, yaitu variabel bebas
(independent variable) serta variabel terikat (dependent variable). Variabel penelitian
adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor-faktor
yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Kerlinger, 1986). Dalam
penelitian ini, variabel-variabel penelitian yang dimaksud adalah:
1. Variabel bebas (independent variable), yaitu wudu.
2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu marah.
3.2.1. Definisi Konseptual Variabel Penelitian
Secara konseptual, definisi dari variabel-variabel penelitian yang terdapat dalam
penelitian ini adalah scbagai berikut:
l. Wudu adalah bebersih/bersuci secara khusus, baik itu secara inderawi
(konkrit) ataupun abstrak (Jaziri, 200 I)
55
2. Marah adalah keadaan emosional yang intensitasnya bervariasi dari iritasi
ringan hingga kemarahan yang in tens dan balas dendam. Seperti bentuk
emosi lainnya, marah juga diikuti dengan perubahan psikologis dan biologis.
Ketika marah, denyut nadi dan tekanan darah meningkal, begitu juga dengan
level hormon, adrenaline, dan noradrenaline (Spielberger, 2008).
3.2.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Secara operasional, variabel-variabel penelitian tersebut dapat didefinisikan dengan
batasan sebagai berikut:
1. Wudu merupakan sebuah terapi yang mengoptimalkan aspek kesempurnaan
wudu, kekhusyukan, air yang dipakai, dan doa yang dipanjatkan saat wudu.
Wudu harus dilakukan subjek dengan diawali dari niat, Jalu membasuh wajah
3 kali, lalu membasuh kedua tangan hingga siku-siku 3 kali, laltr rnengusap
sebagian kepala 3 kali, lalu mengusap kedua telinga 3 kali, lalu membasuh
kedua kaki hingga mata kaki 3 kali.
2. Marah yaitu reaksi emosional individu terhadap stimulus dari luar ataupun
dalam dirinya sebagai ancaman dan tidak menyenangkan bagi individu.
Reaksi emosional ini berupa tindakan untuk mencaci-maki, membenci,
menghindar, membentak, memendam dengki, rnerusak benda, dan memukul.
Variabel ini akan diketahui dari perubahan-perubahan sikap, perilaku, bentuk
tubuh dan reaksi yang ditunjukkan subjek pada saat diberikan stimulasi
marah. Ketika marah, denyut nadi dan tekanan darah meningkat. Untuk
56
mengetahui dan membuktikan perubahan tersebut, maka. dibutuhkan alat ukur
dan pengamatan. Alat ukur yang digunakan yakni tensi meter untuk
mengetahui tekanan darah dan stetoskop untuk mengetahui detakan denyut
nadi, dan pernapasan subjek.
3.2.3. Cara Pengukuran Variabel Terikat
Dalam melakukan pengukuran terhadap tingkat marah pada penelitian ini, maka cara
yang digunakan adalah mengukur tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan subjek
dengan alat ukur tensi meter dan stetoskop. Pengukuran tersebut merupakan earn
mengetahui tingkat marah yang dimunculkan oleh masing-masing subjek. Pacla
pelaksanaannya, subjek climinta kesecliaannya untuk diukur tekanan darah, denyut
nadi, dan pernapasannya pada tahap sebelum pengkondisian dan tahap scbelum dan
sesudah diberi perlakuan.
Adapun untuk mengetahui keadaan normal dari setiap jenis pengukuran tekanan
darah, denyut nadi, dan pernapasan (Markum, 2007) yaitu akan dijelaskan sebagai
berikut;
I. Tekanan Darah. Frekuensi tekanan darah normal yaitu antara 120/80
(sistolik/cliastolik) untuk ukuran laki-laki dan 110/70 untuk ukuran
perempuan. Bila di bawah batas normal, maim disebut Hipotensi. Bila di atas
batas normal, maka disebut Hipertensi.
57
Tabet 3.2. Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium I (Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (Hipertensi sedang) 160-179 mmHg I 00-109 mmHg
Stadium 3 (Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 (Hipertensi maligna) 210 mml-Ig atau lebih 120 mmHg atau lebih
Tekanan darah ini untuk mengetahui naik/turunnya tekanan darah subjek dari
tingkat stabil ke tingkat yang tidak stabil (kondisi hipertensi) dan kembali ke
tingkat stabil, sebagaimana yang telah dijelaskan Spielberger (2008). Dalam
penelitian ini, subjek dianggap marah, bila tekanan darah subjek berada pada
kondisi tekanan darah yang lebih tinggi (hipe11ensi sementara) deibandingkan
clengan kondisi nomal subjek. Lalu setelah diberikan perlakukan wudu,
tekanan darah subjek turun/kembali ke keadaan normal, maka marah subjek
clianggap suclah recla.
2. Denyut Nacli.
58
Frekuensi denyut nadi normal yaitu antara 60-100 kali permenit. Bila kurang
dari 60 kali permenit maka disebut Bradikardia. Dan bila lebih dari 100 kali
permenit malca disebut Takikardia.
Denyut nadi ini untuk mengetahui naik/turunnya frekuensi kecepatan nadi
subjek dari tingkat normal ke tingkat yang tidak normal dan ke tingkat
normal. Subjek dianggap marah, bila frekuensi kecepatan denyut nadi subjek
meningkat. Denyut nadi sangat dekat kaitannya dengan tekanan darah, bila
tekanan darah meningkat, maka denyut nadi meningkat atau te1jadi
ketegangan (Markum, 2007)
3. Pernapasan.
Frekuensi pernapasan normal yaitu antara 12-18- kali permenit. Bila kurang
dari 12 kali permenit maka disebut Bradipnea. Dan bila lebih dari 18 kaii
permenit maka disebut Takipnea.
Pernapasan ini untuk mengetahui naiklturunnya frekuensi kecepatan napas
subjek dari tingkat normal ke tingkat yang tidak normal dan ke tingkat
normal. Subjek dianggap marah, bila frekuensi kecepate.n pernapasan subjek
meningkat. Sebagaimana yang diungkapkan Beck ( dalam Purwanto &
Mulyono, 2006).
3.2.5. Variabel Sekunder dan Teknik Kontrolnya
Selain variabel bebas, terdapat variabel lainnya yang dapat mempengaruhi variabel
terikat yang disebut sebagai variabel sekunder. Variabel sekuncler dalam penelitian ini
59
adalah berupa perbedaan karakteristik subjek, seperti; usia, jenis kelamin, kepribadian
dan inteligensi.
Agar lebih memperjelas adanya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel
terikat pada penelitian ini, maka perlu dilakukan kontrol terhadap variabel sekunder.
Kontrol merupakan salah satu ciri dari penelitian ilmiah (Seniati dkk, 2005).
Pada penelitian ini, teknik kontrol yang dilakukan untuk mengontrol variabel
sekunder yaitu dengan konstansi (Robinson, 1981 );
Konstansi merupakan suatu prosedur yang dilakukan dengan cara menyamakan
variabel-variabel Jain yang terdapat dalam penelitian pada subjek penelitian.
Konstansi berarti sama atau setara, dalam hal ini kesetaraan yang dimaksucl adalah
ketika setiap subjek penelitian mendapatkan kondisi yang sama.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka teknik kontrol konstansi pacla penelitian
eksperimental ini mengacu pada dua ha!, yaitu konstansi terhadap kondisi penelitian
dan konstansi terhadap karakteristik subjek (Seniati dkk, 2005).
a. Konstansi kondisi yang clilakukan dalam penelitian ini pada prakteknya
tergambar dalan1 beberapa cara yang digunakan dalam mengontrol kondisi
penelitian. Cara-cam tersebut berupa:
I. Pengaturan setiap ruangan penelitian yang cligunakan untuk subjek
penelitian, yang cliusahakan agar memiliki kondisi yang pacla
umumnya sama, seperti seperti clalam ha! ukuran clan tata rmmg,
kepadatan ruang, suhu ruang, ventilasi udara, intensitas kebisingan,
serta intensitas cahaya dan penerangan. Setiap ruangan yang
digunakan adalah sama.
2. Stimulan dan stimulus yang sama ditujukan untuk setiap subjek.
3. Kesamaan pengukuran pada setiap subjek yang dilakukan oleh tiga
mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakaita semester 5.
4. Alat ukur yang sama digunakan untuk menguku:r subjek, yaitu tensi
meter dan stetoskop.
a. Konstansi karakteristik subjek, yaitu usia subjek 19-21, mahasiswa
semester 2-4, sama-sama aktif dalain kegiatan kemahasiswaan.
3.2.6. Validitas Penelitian
Validitas penelitian terbagi menjadi 2:
1. Validitas Internal. Yaitu sejauhmana hubungan sebab-akibat antara IV
mempengai·uhi DV.
2. Validitas Eksternal. Yaitu sejauhmana hasil penelitian dapat diterapkan pada
subjek, situasi, dan waktu di luar situasi penelitian.
60
Pada penelitian eksperimental, validitas yang ingin dicapai adalah validitas internal,
karena penelitian eksperimental merupakan penelitian yang memberikan IV untuk
dilihat pengaruhnya pada DV (Seniati, dick 2005). Dengan kata lain, penelitian
eksperimental ingin membuktikan hubungan sebab-akibat.
61
3.3. Partisipan Penelitian
3.3.1. l'artisipan l'enclitian
Penggunaan istilah partisipan untuk subjek penelitian banyak dilakukan pada laporan-
laporan penelitian psikologi di jurnal (Nisa, 2008). Hal ini dikarenakan penelitian ini
ingin lebih menitikberatkan pada pencapaian validitas internal yaitu seberapa jauh IV
mempengaruhi DV.
Pacla penelitian ini, partisipan yang dilibatkan yaitu mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hiclayatullah Jakarta yang ikut organisasi kampus antara semester 3
hingga 5. Pertimbangan pemilihan ini berclasarkan pacla anggapan banyaknya faktor
penyebab stres di kalangan Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif 1-lidayatullah
Jakarta (1-lartaty & dick, 2004), menyebabkan rentannya mahasiswa Psikologi
dirangsang rasa marahnya dan mahasiswa yang memiliki karakteristik marah. Untuk
mengetahui mahasiswa itu memiliki karaktersitik marah, penehti mengamati dan
mengobservasinya sebelum dilakukan eksperimen.
Penelitian ini menggunakan N-kecil (3 orang partisipan). Teknik pwposive sampling
cligunakan untuk mendapatkan partisipan. Adapun ciri-ciri secara um um clari
partisipan yang akan cliambil sebagai berikut: partisipan terdiri dari mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN SyarifHidayatullah Jakarta yang ikut organisasi !campus
dengan rentang usia antara 18-22 tahun.
62
Penelitian ini merupakan penelitian yang mengacu pada desain A-B-A Genis
penelitian kasus tunggal), maka dari itu subjek (N-kecil) pada penelitian ini bisa
diambil minimal dari dua orang subjek (Robinson, 1981 ). Karena partisipan yang
dipilih mahasiswa, eksperimen dilakukan di Laboratorium, dan perlakuan yang
diberikan adalah marah. Untuk menghindari masalah etik, maka penelitian dengan N
kecil dianggap yang paling tepat.
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini terdiri dari dua tahapan,
yaitu:
l. Tahap Pra-Eksperimen/Persiapan Penelitian
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan untuk
pelaksanaan penelitian, antara lain:
b. Merumuskan permasalahan yang akan dibahas serta menentukan batasan
variabel yang akan diteliti dan kemudian melakukan studi pustaka untuk
memperoleh gambaran konseptual serta landasan teoritis yang tepat
mengenai variabel penelitian.
c. Mengamati subjek yang akan dijadikan sampel peneiitian
cl. Perkenalan dengan ealon subjek.
63
r PERPUST AKA1\N
! u._' 1'_J _s_Y_A_H_I [-) _"_'A_KJ_o.R_, -_L_A_J
e. Meminta kesediaan calon subjek untuk menjadi subjek dalam penelitian.
f. Subjek diminta untuk mengisi formulir kesediaan menjadi partisipan
dalam penelitian ini.
g. Menjelaskan tabap-tahap penelitian eksperimen dan tahap perlakuan
(perlakuan wudu) yang akan diberikan pada individu yang menjadi subjek
penelitian.
2. Tahap Eksperimen
Tahap eksperimen dilakukan pada hari selasa 26 Agustus 2008 clari jam 15.00 s/d
18.30 di ruang Laboratorium Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sebelum dimulai eksperimen, subjek diberi penjelasan tentang prosedur eksperimen
yang akan clilaksanakan. Kemudian subjek dikenalkan dengan stimulan dan tiga
mahasiswa kedokteran oleh peneliti. Setelah itu, dilakukan eksperimen pada satu
subjek terlebih dahulu, sedangkan untuk kedua subjek yang lain diminta menunggu
dan ditempatkan berbeda dengan subjek yang sedang diteliti.
Adapun untuk rincian dari tahap eksperimen yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Tahap baseline, yaitu tahap pengukuran tekanan darah, denyut nadi dan
pernapasan dengan alat ukur tensi meter dan stetoskop oleh tiga
mahasiswa kedokteran yang masing-masing bertuga,; pada satu jenis
pengukuran.
b. Tahap Treatmentllntervensi yaitu perlakuan stimulasi marah untuk
membangkitkan rasa marah subjek, lalu pengukuran tekanan darah, denyut
nadi, dan pernapasan dengan alat ukur tensi meter dan stetoskop oleh tiga
64
mahasiswa kedokteran. Lalu perlakuan wudu yang dilakukan oleh subjek
dengan tujuan mereduksi kemarahan yang clialarni subj ek.
Stimulasi pengkonclisian marah clibuat clengan perencanaan (skenario) clari
awal penelitian, yalmi subjek cliberi stimulus clengan kalimat-kalimat yang
membuat subjek ticlak suka, merasa ticlak nyaman, clan ticlak sesuai clengan
clirinya. Seperti memojokkan persepsi tujuan hiclupnya, merenclahkan
prinsip-prinsip sebagai mahasiswa iclealis, clan mencela fisik. Sebelum
cliberi stimulus, subjek clibuat menunggu stimulan selama 5 menit.
Kemuclian setelah itu subjek climinta melakukan wuclu sesuai clengan cara
tertentu, meliputi berbagai aspek kesempurnaan wuclu, kekhusyukan, air
yang clipakai, clan cloa yang clipanjatkan saat wuclu. Data pengukuran tahap
ini cligunakan sebagai data pretest untuk uji statistik nonparametrik
wilcoxon.
c. Tahap baseline yaitu tahap pengukuran tekanan clarah, clenyut nacli clan
pernapasan clengan tensi meter clan stetoskop oleh tiga mahasiswa
keclokteran yang masing-masing bertugas pacla satu jenis pengukuran.
Data pengukuran tahap ini cligunakan sebagai data pastiest untuk uji
statistik nonparametrik wilcoxon.
cl. Tahap Wawancara. Wawancara clilakukan untuk menclapatkan gambaran
langsung bagaimana keaclaan, perasaan, sikap, clan tinclakan subjek serta
tingkat frekuensi clenyutan sesuclah cliberi perlakuan wuclu.
65
Agar memperjelas gambaran prosedural dari tahapan pelaksanaan penelitian
yang telah dilakukan, maka berikut ini akan disajikan tabel yang memuat
tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.3.
Tahapan Pelaksanaan Penelitian
No. Tahapan Subjek Penelitian Keterangan
yaitu tahap pengukuran tekanan darah, denyut nadi dan pernapasan dengan alat
1. Tahap baseline ~ ukur tensi meter dan stetoskop oleh tiga mahasiswa kedokteran yang masing-masing bertugas pada satu jenis pengukuran yaitu perlakuan stimulasi marah untuk membangkitkan rasa marah subjek, lalu pengukuran tekanan d.arah, denyut nadi, dan pernapasan dengan alat
Tahap ukur tensi meter dan 2. ~ stetoskop oleh tiga
Treatment/ lntervensi mahasiswa keclokteran. Lalu perlakuan wuclu yang clilakukan oleh subjek dengan tujuan mereduksi kemarahan yang clialami subjek.
yaitu tahap pengukuran tekanan clarah, denyut nadi
3. Tahap baseline ~ clan pernapasan clengan tensi meter clan stetoskop oleh tiga mahasiswa keclokteran
. . yang rnasmg-masmg
66
bertugas pada satu jenis pengukuran.
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan gambaran langsung bagaimana
4. Wawancara '1 keadaan, perasaan, sikap dan, tindakan subjek serta tingkat frekuensi denyutan sesudah diberi perlakuan wudu
3.4.2. Instrumen Penelitian
Dalam menunjang pelaksanaan penelitian, maka penggunaan beragam instrumen
penelitian, seperti alat bantu atau alat peraga, amat dibutuhkan dalarn penelitian.
Berikut beberapa alat bantu yang digunakan dalam penelitian:
I. Alat bantu ruang, kursi, serta ternpat wudu.
2. Satt1 fasilitator (stimulan) yang menstirnulasi marah subjek.
3. Tiga Mahasiswa kedokteran yang membantu mengukur tekanan darah, denyut
nadi dan pernapasan subjek.
4. Alat ukur penelitian; tensi meter (cuff air raksa [ sphygmomanometer]) dan
stetoskop digunakan pada tahap pengukuran.
5. Pedoman wawancara.
6. Alat Tulis, buku, dan penghapus (Tipe-X)
7. Alat perekarn (tape recorder) MP4.
3.5. Metode Pengumpulan Data
3.5.1. Tcknik Pcngumpulan Data
67
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan alat ukur tensi meter, stetoskop dan wawancara. Ada 2 jenis data yang
dikumpulkan pada penelitian ini, yaitu :
I. Data Kuantitatif. Menggunakan tensi meter dan stetoskop
Penggunaan tensi meter ini didasarkan bahwa denyut nadi bisa menjadi
patokan nilai tingkat kemarahan subje!Gn, karena alat ukur ini memiliki
ketepatan dalam ha! mengukur.
2. Data Kualitatif. Wawancara yakni untuk mengetahui dan menggali lebihjelas
apa yang dirasakan oleh subjek selama penelitian berlangsung. Wawancara
dalam penelitian ini adalah sebagaimana yang clikemukakan Mo Jeong (2006),
yaitu percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh peneliti sebagai
pewawancara clengan mengajukan pertanyaan kepacla responclen.
Untuk memperkaya data yang clidapat clari wawancara rnaka observasi
dilakukan sebagai metode penunjang. Yin (2003) menjelaskan bahwa
observasi seringkali memberikan informasi tambahan, yaitu dengan
menclapatkan gambar terperinci mengenai perilaku, sikap, tinclakan indiviclu
selama proses wawancara. Observasi juga biasa disebut pengamatan, yang
bertujuan untuk melihat tingkah laku, pe1formance (penampilan) subjek,
aktivitas snbjek.
3.5.2. Instrumen Pengumpulan Data
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah t·ensi darah dan
stetoskop dan pedoman wawancara yang dapat dilihat pada lampiran 4.
3.6 Teknik Analisis Data
68
Dalam penelitian ini, bentuk analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif
dan kualitatif. Berikut beberapa teknik yang digunakan untuk menganalisis data:
1. Analisis kuantitatif yang digunakan yakni teknik analisi;; data grafik dan
analisis data non-parametrik dengan menggunakan uji Wilcoxon Match Pairs
Test.
Analisis data grafik memiliki dua tujuan utama yaitu, (I) untuk rnembantu
mengorganisasi data sepanjang proses pengumpulan data yang nantinya akan
mempermudah untuk mengevaluasi, dm1 (2) untuk memberikan rangkuman
data kuantitatif serta mendeskripsikan pengaruh wudu clalam merecluksi
marah. Dengan menampilkan grafik, peneliti akan lebih mudah untuk
menjelaskan perilaku subjek secara efisien, kompak, dan detail. Di samping
itu, grafik juga akan mempermudah untuk mengomunikasikan kepacla
pembaca mengenai urutan konclisi eksperimen, dan disain yang digunakan
(Sunanto click, 2005).
Seclangkan uji Wilcoxon cligunakan untuk mengetahui perbeclaan antara
sebelum dan sesuclah diberikan perlakuan (treatment) wudu. Kedua nilai yaitu
69
sebelum dan sesudah perlakuan dibandingkan dan dianalisis. Penyusunan
statistik ini didasarkan atas pertimbangan: (1) sampel penelitian tidak berasal
dari populasi yang diambil secara acak atau sampel penelitiannya diambil
secara purposive, (2) sampel ujicoba relatifkecil, sehingga dengan
menggunakan uj i wilcoxon diharapkan dapat cliketahui perbedaan antara
sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Dalam pelaksanaan uji wilcoxon untuk
menganalisis kedua data yang berpasangan tersebut, dilakukan dengan
menggunakan program SPSS (Statistical Package.for Social Science). Hasil
pengujian ini kemudian clisimpulkan untuk membuktikan pengaruh wudu
dalam mereduksi marah. Pengujian clilakukan dengan rnemasukkan data yang
sudah berbentuk kuantitatifyakni hasil skor pengukuran dari setiap subjek.
Adapun rumus wilcoxon yang cligunakan sebagai berikut :
I Di= Yi-Xi Keterangan : Di = Nilai-nilai kritis Yi = Keadaan pretest Xi = Keadaanposttest
2. Kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Patton (Moleong, 2001) adalah
proses pengatur mutan data, mengorganisasikan kedalam satu po la, kategori
dan uraian dasar. Untuk melakukan analisis kualitatif terhadap data hasil
penelitian ini, akan dilakukan cara-cara sebagai berikut:
a. Mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman suara menjadi bentuk
tertulis secara verbatim.
b. Mengkategorikan data yang relevan clengan permasalahan.
c. Membuat analisis antar subjek secara keseluruhan clan
membandingkan tiap subjek untuk masing-masing kategori.
d. Membuat kesimpulan dari seluruh data yang merupakan jawaban dari
pertanyaan penelitian.
BAB4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Responden
Dalam bagian ini akan dijelaskan data-data mengenai identitas pribadi subjek yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian, sehingga dapat diperoleh garnbaran yang
lebih baik mengenai subjek-subjek dalam penelitian ini.
Tabel 4.1. Keterangan Identitas Pribadi Subjek
Subjek I Subjek II·-+ S•bj<k Iii
Nama NH DP TH ·-·
Usia 19 tahun 20 tahun 18 tahun
Agama Islam :slan1 Islam
---·---Suku Bangsa Indonesia Indonesia Indonesia
i----··
Pendidikan MA SMU SMA
-~ --··-· Aktifitas/Pekerjaan Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa
Semester 2 4 2
Hobby/Kegemaran Jalan-J alan Baca Bermain
Riwayat Penyakit - Maag Hipertensi _J__
70
71
Ketiga subjek penelitian sudah memasuki masa remaja akhir. Ketiga subjek
menganut agama yang sama. Tingkat pendidikan ketiga subjek yaitu lulusan sekolah
menengah atas (SMA) atau sekolah menengah kejuruan (SMK), sehingga cukup
berpengaruh positif dalam kelancaran jalannya wawancara. NH lulusan Madrasah
Aliyah, sedangkan DP lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan TH lulusan
Sekolah Menengah Umum (SMU). Ketiga subjek mempunyai status sebagai
mahasiswa. Dua dari 3 subjek adalah semester 2 dan yang satu semester 4.
Masing-masing subjek memiliki kegemaran atau hobi yang dilakukan untuk mengisi
waktu luang. NH senangjalan-jalan. DP senang membaca dan TH senang bermain.
4.2. Presentasi dan Analisis Data
4.2.1. Analisis Grafik
Hasil penelitian A-B-A harus ditampilkan dengan grafik (Sunanto, 2005). Berikut
bentuk grafiknya;
Tabel 4.2. Hasil Tekanan Darah A-B-A
NO. Nama Subjek Tahap
Baseline I Baseline Intervensi
I NH 120/90 120/100 120/80 2 DP 110/80 110/90 110/90 " TH 130/90 140/100 130/100 J
160 140 120 .
'" 100 0 80 -.!a Cl) 60
40 20 0
'" 80
0 - 60 "' "' Ci 40
20
0
NH
NH
Tekanan Darah
DP
Tekanan Darah
DP
o A (Baseline) 11 B (lntervensi) o A (Baseline)
Grafik 4.1. Tekanan Darah
TH
TH
Dari grafik tekanan darah di atas menunjukkan bahwa pada tekanan darah sistole
tidak terjadi penurunan yang signifikan pada NH dan DP, namun pada TH te1jadi
72
kenaikan ke angka hipertensi (tekanan darah tinggi) saat stimulasi marah (Intervensi)
dan penurunan secara drastis setelah melakukan wudu.
73
Sedangkan pada tekanan darah diastole terjadi penurunan grafik pada baseline setelah
grafik intervensi pada NH, sedangkan grafik pada DP dan TH setelah intervensi tidak
berubah. Perubahan angka yang memiliki fluktuasi pacla penyaji.an grafik di atas
adalah angka diastole. Hal ini sudah dianggap te1jadi tekanan clarah subjek
meningkat, meskipun tidak terlalu tinggi sekali dan penurunan tekanan darah pacla
NHdan TH.
Maka dari ketiga pengukuran ini, memberikan arti bahwa eksperirnen ini
rnernbuktikan wuclu memiliki daya untuk menurunkan clan juga menstabilkan tekanan
darah, bila seseorang seclang marah. Meskipun marah subjek tidak bersifat marah
yang rnenyerang.
Tabel 4.3. Hasil Denyut Nadi A-B-A
NO. Nama Subyek Tahap Baseline Intervensi Baseline
1 NH 85 90 78
2 DP 78 120 88 3 TH 68 96 80
NH 140
120
100 ·;;; c: 80 "' " "' "' ~ u.
40
20
0
Grafik 4.2. Denyut Nadi
Denyut Nadi
DP
f - - - - - -
'DA (Baseline) Ill B (lntervensi) o A (Baseline)
TH
Pada ketiga grafik denyut nadi subjek di atas sudah terlihatjelas perbeclaan antara
proses baseline dan intervensi. Untuk grafik NH, kenaikan grafik (intervensi) nya
74
tidak begitu tinggi dan kanaikan grafik (intervensi) TH cukup tinggi, sedangkan pada
DP kenaikan grafik (intervensi) tinggi sekali.
Hal ini memberikan arti bahwa eksperimen ini membuktikan bahwa wudu memiliki
daya untuk menurunkan dan juga menstabilkan denyut nadi, b; la seseorang sedang
marah.
Tabel 4.4. Hasil Pernapasan A-B-A
NO. Nama Subyek Tahap
Baseline lntervensi Baseline
1 NH 13 13 15 2 DP 20 20 18 3 TH 16 16 20
NH
"' 15 c:
" " "" "' 10 ! ~ u.
5
0
Grafik 4.3. Pernapasan
Pernapasan
DP
--------- - ·----- - -- . ; o A (Baseline) Iii B (ntervensi) DA (Baseline)
TH
Dari grafik pernapasan di atas terlihat bahwa NH dan TH menunjukkan pola yang
sama, yaitu terjadi kenaikan grafik pada proses baseline pertama dan intervensi
pengukuran pernapasan berada pada posisi yang setara, namun setelah intervensi
75
te1jadi kenaikan frekuensi. Sedangkan pada DP terjadi pola yang sebaliknya dari NH
dan TH. Yakni pada baseline dan intervensi pengukuran pernapasan berada pada
tingkat yang sama (20/menit) dan setelah intervensi terjadi penurunan ( 18/menit).
4.2.2. Analisis Uji Statistik Non-Parametrik Wilcoxon
Analisis statistik nonparametrik wilcoxon bertujuan untuk mengetahui perbedaan
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Penggunaannya didasarkan atas
pertimbangan yaitu: subjek penelitian diambil secara purposive, dan jumlah subjek
relatif kecil (3 orang).
76
Tingkat signifikansi tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan dari subjek dapat
dilihat melalui pengujian dengan menggunakan analisis nonpararnetrik, karena sifat
datanya yang bebas distribusi. Analisis data dilakukan dengan cara rnernbandingkan
hasil pre-test dengan post-test, yaitu untuk menguji signifikansi dari hasil setiap
pengukuran subjek penelitian.
4.2.2.1. Pengukuran Tekanan Darah
Basil pre-test dan post-test dari pengukuran tekanan darah, dari 3 subjek yang diuji
dapat dilihat pada tabel 4 .4. berikut :
Tabel 4.5. Tekanan Darah
NO. Nama Subjek Tahap Penurunan Pretest Posttest
1 DP 90 90 0 2 NH 100 80 20
3 TH 100 100 10
Rata-rata 290 270 30
Dari tabel 4,5. menunjukkan bahwa ternyata hasil post-test 270 lebih besar dari pre-
test 290, yang berarti terjadi penurunan frekuensi tekanan darah setelah diberikan
per!akuan wudu.
Berikut Peringkat Tekanan Darah Uji Wilcoxon sebelum dan sesudah perlakuan
dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut:
Tabet 4.6. Peringkat Tekanan Darah
Sesudah - sebe!um
a sesudah < sebelum b sesudah > sebelum c sesudah = sebelum
Negative Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
4.2.2.2. Pengukuran Denyut Nadi
N I Mean Rank Sutn of Ranks
J(a) 1.00 1.00
O(b) .00 .00
2(c)
3
Hasil pre-test dan post-test dari pengukuran denyut nadi, dari 3 subjek yang diuji
dapat dilihat pada tabel 4.7. berikut:
Tabel 4. 7. Dcnyut Nadi
NO. Nama Subjek Tahan Penurunan Pretest Posttest
I NH 90 78 12 2 TH 96 80 16
3 DP 120 88 32
Rata-rata 306 246 60
77
Dari tabel 4,7. menunjukkan bahwa ternyata hasil post-test (246) lebih besar dari pre-
test (306), yang berarti terjadi penurunan frekuensi denyut nadi setelah diberikan
perlakuan wudu.
Berikut Peringkat Tekanan Darah Uji Wilcoxon sebelum dan sesudah perlakuan
dapat dilihat pada tabel 4.8. berikut:
Tabel 4.8. Peringkat Denyut Nadi
I SESUDAH- Negative Ranks SEBELUM Positive Ranks
Ties
Total
a SESUDAH < SEBELUM b SESUDAH > SEBELUM c SESUDAH ~ SEBELUM
4.2.2.3. Pengukuran Pernapasan
N I Mean Rank Sum of Ranks
3(a) I 2.00 6.00
O(b) .00 .00
O(c; I I
l
Hasil pre-test dan post-test dari pengukuran pernapasan, dari 3 :>ubjek yang diuji
dapat dilihat pada tabel 4.9. berikut :
Tabel 4.9. Pernapasan
NO. Nama Subjek Tahap Penurunan Pretest Posttest
1 NH 13 15 2 2 TH 16 20 4
3 DP 20 18 -2
rata-rata 49 53 4
78
Dari tabel 4,9. menunjukkan bahwa ternyata hasil post-test (53) lebih besar dari pre-
test ( 49), yang beraiii te1jadi peningkatan frekuensi pernapasan setelah cliberikan
perlakuan wudu.
Berikut Peringkat Tekai1ai1 Darah Uji Wilcoxon sebelum dan sesudah perlakuan
dapat dilihat pada tabel 4.10. berikut:
Berikut Peringkat Tekanan Darah Uji Wilcoxon sebelum dan sesudah perlakuan
dapat dilihat pada tabel 4.10. berikut:
Tabel 4.10. Peringkat Pernapasan
I SESUDAH- Negative Ranks SEBELUM Positive Ranks
Ties
Total
a SESUDAH < SEBELUM b SESUDAH > SEBELUM c SESUDAH ~ SEBELUM
4.2.2.4. Uji Hipotesis
N Mean Rank Su111 of Ranks I (a) 1.50 I 1.50
2(b) 2.25 4.50
O(c)
3
79
Langkah pengujian hipotesis setelah memperoleh hasil dari pengukuran tekanan
darah, denyut nadi dan pernapasan adalah dengan menggunakan uji statistik
nonparametrik yaitu dengan metode wilcoxon. Uji statistik nonparametrik dengan
metode wilcoxon merupakan uji dua rata-rata untuk dua sampel yang berkaitan.
Perhitungan pengujian statistik ini menggunakan program SPSS 13.0. Kriteria
penerimaan atau penolakan HO pada SPSS 13 .0 adalah dengan melihat Asymp.Sig. (2-
tailed). JikaAsymp.Sig.(2-tailed) >a, maka HO diterima dan sebaliknyajika
Asymp.Sig. (2-tailed) < a, maka HO ditolak. Sedangkan a yang dipakai adalah 5%.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunalcan rumus uji statisitik untuk
melihat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan yakni Wilcoxon. Untuk
penghitungannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 13.0
80
Tabcl 4.11. Uji Statistik Tekanan Darah
Test Stntistics(b) Sesudah -
sebelum
z -1.000(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .317 . .
a Based on positive ranks . b Wilcoxon Signed Ranks Test
Berdasarkan tabel 4.11. diketahui bahwa koefisien tekanan darah adalah sebesar -
1.000 dengan angka signifikansi .317 (sig > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa HO
ditetima. Hal ini memberikan arti bahwa pengukuran tekanan darah tidak ada
perbeclaan yang signifikan antara sebelum clan sesuclah perlakua.n wuclu, maka
diambil kesimpulan bahwa wuclu ticlak memiliki pengaruh clalam merecluksi marah.
Tabel 4.12. Uji Statistik Dcnyut Nadi
Test Statistics(b)
Sesudah -
sebelu1n
z -l.604(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .109
.. a Based on pos1t1ve ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
Berdasarkan tabel 4.12. diketahui bahwa koefisien clenyut nadi aclalah sebesar -1.604
clengan angka signifikansi .109 (sig > 0,05) maka clapat clisimpulkan bahwa HO
cliterima. Hal ini memberikan arti bahwa pengukuran frekuensi denyut nadi tidak ada
81
perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan wudu. maka
diambil kesimpulan bahwa wudu tidak memiliki pengaruh dalam mereduksi marah.
Tabel 4.13. Pernapasan
Test Statistics(b)
sesudah-
sebelum
z -.816(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) .414
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test
Berdasarkan tabel 4.13. diketahui bahwa koefisien pernapasan adalah sebesar -.816
dengan angka signifikansi .414 (sig > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa HO
diterima. Hal ini memberikan arti bahwa pengukuran frekuensi pernapasan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan wudu, maka
diambil kesimpulan bahwa wudu tidak memiliki pengaruh dalam mereduksi marah.
4.2.3. Analisis Wawancara dan Observasi Subjek
Setelah melakukan pengukuran tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan pacla 3
subjek penelitian, maka dilanjutkan tahap wawancara clan observasi. Untuk tahap
observasi dilakukan pada saat penelitian dan saat wawancara. Hasil wawancara dan
observasi dijelaskan sebagai berikut;
82
Tabet. 3.14. Perilaku Pada Saat Penelitian
TAHAP NAMA ..
NH DP TH s NH merasa kesal, DP sudah merasa kesal TH sudah merasa kesal
E karena ia menunggu karena menjadi urutan karena menjadi urutan
B stimulan datang. kedua yang disuruh ketiga yang disuruh
E Sesekali ia melihat jam menunggu, ia terlihat menunggu. Namun, ia
L dan mebalikkan- kurang tenang, sesekali masih tetap mau
u balikkan badan ke ia menghentakkan mengikuti jalannya
M kanan dan ke kiri. kakinya ke lantai eksperimen.
karena harus menunggu
stimulan untuk
memulai stimulasi.
M
A
R
A
H
s NH tegang dan sering DP tegang dan sering TH tegang dan sering
A melakukan gerakan- melakukan gerakan- melakukan gerakan-
A gerakan seperti gerakan gerakan gerakan badan ke depan
T kepala ke depan dan menghentakkan kaki ke dan ke belakang di
belakang, menyilangkan lantai saat duduk tempat duduk. Faktor
M tangan, menyilangkan berhadapan dengan yang mendukung TH
A kaki, raut muka terlihat stimulan. Faktor yang marah terperinci
R tegang,dua tangan menunjukkan DP sebagai berikut di
83
A mengepal, alis marah, terperinci dari ; antaranya ; wajah
H mengkerut dan wajah memerah, pupil memerah, pupil
mengangkat, mulut membesar, alis membesar, alis
ditutup rapat, wajah mengkerut dan mengkerut dan
memerah,pupil mengangkat, mata mengangkat, mata
membesar, mata berkedip atau berkedip atau
berkedip atau terbelalak terbelalak, sikap kaku, terbelalak, mengerak-
berulang kali, ngomel, ngomel, menyilangkan gerakkan tangan, posisi
dan menghela napas dada, suara meninggi, kaki terbuka, memgang
dengan berat. Sikap NH nada yang keras, mulut kertas, mulut melebar,
adalah melawan ( dengan ditutup rapat, dan Jebih dan sikap kaku. Sikap
menimpali perkataan agresif. Sikap DP TH adalah kesal. Marah
stimulan) dan membela adalah melawan TH dari tahap stimulasi
diri ( terlihat dari bentuk ( dengan menimpali n1arah agak lan1a.
nada yang meninggi). perkataan stimulan) stimulasi marah, TH
Marah NH dari tahap dan menghindar tegang, bosan, jengkel,
stimulasi, agak lama (terlihat dari bentuk menahan emosi, dan
ingin pergi dari proses marah kepada stimulan.
eksperimen) kemudian Perasaan ingin pergi
DP menangis begitu TH sangat kuat.
dalam (diam dengan Perasaan TH sangat
raut muka yang kurang marah, ia merasa
bersahabat kepacla kepalanya pusing,
orang yang tekanan darah terasa
clisekitarnya). Marah naik, detakan j an tung
DP dari tahap stimulasi kencang, clan napas
begitu sangat cepat. terengal-engal.
s Perasaan NH lebih Perasaan DP lebih Perasaan TH lebih
84
E tenang, lega dibanding nyaman, tenang, lega 1:enang dan lega
T sebelum melakukan dibanding sebelum dibanding sebelum
E wudu. melakukan wudu. melakukan wudu.
L
A
H
w u D
u
~
Wudu dapat menurunkan Wudu dapat Wudu dapat
rasa marah NH. Terbukti menurunkan rasa menurunkan rasa marah Kesimp
ulan dari penjelasan NH pada marah DP. Terbukti TH. Terbukti dari
peneliti dari penjelasan DP penjelasan TH pada
pada penel iti peneliti
1. SUBJEK I (NH)
1.1. Gambaran NH pada saat penelitian eksperimen
Subjek merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah,
saat ini NH semester 3. NH adalah laki-laki berkulit coklat, bertubuh kurus,
tinggi kurang lebih 165, dan memakai kacamata. NH juga aktivis salah satu
organisasi kemahasiswaan di sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. NH
tergolong orang yang suka bergaul dan gampang untuk diajak melakukan
sebuah kegiatan sosial.
85
Sehari-hari NH lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berkumpul
c\engan teman-teman seorganisasinya. NH bertempat tinggal di kos-kosan
yang sangat c\ekat c\engan kampus Psikologi clan kantor >Jrganisasinya, jac\i hal
itulah yang membuat NH banyak menghabiskan waktunya c\engan teman
teman seorganisasinya.
NH termasuk orang yang penc\iam c\engan orang yang baru c\ikenalnya, tapi
bila suc\ah kenal ia tergolong orang yang terbuka.
Pac\a saat penelitian eksperimen, NH aclalah orang pertama yang
c\ieksperimen. Sebelum NH cliukur clan cliberikan stimulasi NH merasa kesal,
karena ia menunggu stimulan c\atang. Sesekali ia melihat jam clan mebalikkan
balikkan baclan ke kanan clan ke kiri.
Pacla saat tahap pengukuran sebelum stimulasi, tekanan darah NH terukur
120/90 yang menunjukkan bahwa tekanan darah NH termasuk clalam kategori
hipertensi ringan. Sedangkan untuk kecepatan frekuensi denyut nacli terukur
pada kecepatan 85 kali permenit yang menunjukkan kondisi kecepatan NH
normal. Adapun pernapasan NH terukur pada frekuensi 13 kali permenit yang
menunjukkan bahwa napas NH normal. Kemudian setelah itu clilakukan tahap
berikutnya yaitu stimulasi marah.
86
Saat proses stimulasi marah NH terlihat tegang dan sering melakukan
gerakan-gerakan seperti gerakan kepala ke depan dan belakang, menyilangkan
tangan, menyilangkan kaki, raut muka terlihat tegang, dua tangan mengepal,
alis mengkerut dan mengangkat, mulut ditutup rapat, wajah memerah, pupil
membesar, mata berkedip atau terbelalak berulang kali, ngomeL dan
menghela napas dengan berat. Sedangkan sikap yang ditunjukkan oleh NH
adalah melawan (dengan menimpali perkataan stimulan) dan membela diri
(terlihat dari bentuk nada yang meninggi). Dari bentuk perilaku dan sikap
tersebut, NH dianggap sudah marah. Marah NH dari tahap stimulasi, agak
lama.
Setelah diberikan stimulasi rnarah, NH kemudian diukur tekanan darahnya
dan didapat angka 1201100. Pada pengukuran kali ini te1jadi kenaikan pada
diastole tekanan darah subjek setelah pengukuran pertama. Kemudian terjadi
peningkatan pada pengukuran denyut nadi NH yakni 90 kali permenit, narnun
angka 90 rnasih berada pada ukuran normal.
Kernudian pada pengukuran frekuensi pernapasan menunjukkan angka 13 kali
permenit. Anglea ini sama seperti pada angka sebelum diberikan stimulasi
rnarah. Dan angka I 3 merupakan angka yang rnasih berada pada ukuran
nornal.
87
Lalu setelah NH diberi perlakuan wudu. Pengukuran frekuensi tekanan darah
subjek terjadi penurunan yang didapat 120/80. Dan juga penurunan detakan
denyut nadi didapat kecepatan 78 kali permenit. Sedangkan pada pernapasan
terj adi peningkatan pada angka 15 kali permenit.
Setelah tahap ekperimen dengan menggunakan pengukuran tekanan darah,
denyut nadi, dan pernapasan. NH kemudian diwawancara oleh peneliti untuk
mengetahui pengaruh wudu dalam mereduksi marah NH.
Saat tahap wawancara dilakukan NH memberikan kesan-kesannya bahwa
pada saat tahap stimulasi marah, NH merasa sebal, jengkeL dan menahan
emosi kepada stimulan. Perasaan membela diri NH pun kuat. Reaksi NH saat
diberi stimulasi marah ditunjukkan dengan menahan emosi untuk tidak
melakukan tindakan yang macam-macam. Perasaan sebal clan marahnya NH
tidak ditampilkan dengan bentuk menyerang, tapi ia menahan biar marahnya
tidak meluap.
" ... tadi aku sebel, benci, dan marah dengan kakak stimulan, sebab ia tidak berhenti-henti menanyakan sesuatu yang tzdak aku sukai. Aku tidak mau marahku ini akan menjadi keburukan pada diriku. makanya aku lebih baik diem ... "
Kemudian NH melakukan wudu sesuai dengan petunjuk peneliti. Setelah NH
melakukan wudu, ia merasa perasaannya lebih tenang, lega dibanding
sebelum melakukan wudu. lajuga berjanji akan menggunakan wudu sebagai
88
suatu alternatif untuk mengurangi rasa marah, bila di kemudian hari nanti, ia
sedang marah.
" ... rasanya, aku tenang dan terasa Zega setelah melakukan wudu ini, aku jadi berpikir kalo wudu memang bisa menenangkan marah yang kurasakan ta di ... "
1.2. Analisis NH
Berdasarkan dari eksperimen yang dilakukan pada NH menunjukkan bahwa
metode wudu signifikan untuk dijadikan sebagai alternatif terapi dalarn
mereduksi rasa marah. Terbukti dari setiap pengukuran yang diberikan pada
NH terjadi perbedaan angka antara sebelum dan sesudah wudu baik itu turun
(tekanan darah dan denyut nadi). Kecuali pada pengukuran pernapasan,
karena frekuensinya sesudah wudu naik.
Dari pengamatan yang dilakukan peneliti saat eksperimen berlangsung,
melihat dan memperhatikan bahwa subjek merasa tegang sebelum dilakukan
stimulasi marah, dan saat stimlllasi marah berlangsung subjek
memperlihatkan sikap dan perilaku yang yang tidak nyaman berinteraksi
dengan stimulan. Hal inilah yang menandakan bahwa dirinya marah. Tapi
sikap dan perilaku tadi berbeda sesudah subjek berwudu, wajahnya tampak
segar dan ceria, meski terlihat sedikit raut muka kurang sedap dipandang.
Subjek sendiri mengakui dan merasakan bahwa wudu mempunyai daya untulc
mengurangi rasa marah.
2. SUBJEK II (DP)
2.1. Gambaran DP pada saat penelitian eksperimen
DP adalah perempuan yang berstatus mahasiswa Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah, saat ini DP semester 5 dan mengikuti salah satu
organisasi kemahasiswaan di dalam atau luar UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. DP suka menyapa dengan orang yang dikenalnya.
DP lebih sering menghabiskan waktunya untuk membaca buku, ia sering
sekali terlihat di perpustakaan Psikologi untuk membaca buku oleh peneliti.
DP berternpat tinggal di kos-kosan yang jauh (500111) dengan kampus
Psikologi. DP termasuk orang yang pendiam, tidak bisa diajak bercanda,
serius, dan mudah dibuat marah.
89
Pada saat penelitian eksperimen, DP adalah orang kedua yang clieksperimen.
Sebelum DP diukur dan diberikan stimulasi, DP sudah merasa sebal karena
menjadi urutan kedua yang disuruh menunggu, ia terlihat kurang tenang,
sesekali ia menghentakkan kakinya ke lantai karena harus menunggu stirnulan
untuk memulai stimulasi.
Pada saat tahap pengukuran sebelum stimulasi, tekanan darab DP terukur
110/80 yang menunjukkan bahwa tekanan clarah DP naik, karena diastole DP
naik untuk ukuran perempuan. Untuk kecepatan frekuensi denyut nadi terukur
pada kecepatan 78 kali permenit yang menunjukkan kondisi kcccpatan DP
normal. Dan Untuk pernapasan DP terukur pada frekuensi 20 kali permenit
(takipnea) yang menunjukkan bahwa napas DP berada pada batas tidak
normal. Kemudian setelah itu dilakukan tahap berikutnya yaitu stimulasi
marah.
90
Saat proses stimulasi marah, DP terlihat tegang dan sering melakukan
gerakan-gerakan menghentakkan kaki ke lantai saat duduk berhadapan dengan
stimulan. Dan saat tahap ini tampak faktor-faktor yang menunjukkan DP
sedang marah, hal itu terlihat dari ; wajah memerah, pupil membesar, alis
mengkerut dan mengangkat, mata berkedip atau terbelalak, sikap kaku,
ngomel, menyilangkan dacla, suara meninggi, nada yang keras, mulut clitutup
rapat, clan lebih agresif. Seclangkan sikap yang clitunjukkan oleh DP adalah
melawan (clengan menimpali perkataan stimulan) dan rnenghindar (terlihat
dari bentuk ingin pergi dari proses eksperimen) kemuclian DP rnenangis
begitu clalam (diam dengan raut muka yang kurang bersahabat kepada orang
yang disekitarnya). Marah DP clari tahap stimulasi begitu sangat cepat.
Setelah diberikan stimulasi marah, DP kemuclian diukur tekanan clarahnya
yang menunjukkan angka 110/90. Pada pengukuran kali ini terjadi kenaikan
pada diastole dan tidak terjadi kenaikan pada sistole tekanan darah subjek.
Kenaikan ini dianggap subjek telah marah.
Kemudian terjadi peningkatan pada pengukuran denyut nadi DP yakni 120
kali pennenit (takikardi), angka ini dianggap sudah melebihi dari batas
ketentuan kenormalan kecepatan frekuensi denyut nadi.
91
Kemudian pada pengukuran frekuensi pemapasan menunjukkan angka 20 kali
pennenit (takipnea). Angka ini sama seperti pada angka sebelum diberikan
stimulasi marah. Dan angka 20 adalah a.ngka yang tidak normal.
Lalu setelah DP diberi stimulasi marah dan perlakuan wudu. Pengukuran
frekuensi tekanan darah DP didapat 110/90, angka terse but sama seperti
sebelum diberikan stimulasi. Pada pengukuran frekuensi kecepatan detakan
denyut nadi, terjadi penurunan secara drastis. Pengukuran terscbut cliclapat
pada kecepatan 88 kali permenit (normal). Sedangkan pada pernapasan terjadi
penurunan dari angka 20 ke 18 kali permenit (normal).
Setelah tahap ekperimen dengan menggunakan pengukuran tekanan darah,
denyut nacli, clan pemapasan. DP kemuclian diwawancara oleh peneliti untuk
mengetahui pengaruh wuclu clalam merecluksi marah DP.
Saat tahap wawancara clilakukan, DP menceritakan kebenciannya pacla
stimulan, sebenamya ia ingin memukul clan melawan sti.rnulan, namun ia tahu
tak mungkin ia lakukan pacla orang lelaki yang berusia lebih tua clan baru
clikenalnya. Perasaan yang clirasakan.nya bermacam-macam; seperti sebal,
92
jengkel, menahan emosi, dan marah. Perasaan ingin pergi DP pun sangat kuat.
Reaksi marah DP ditunjukkan dengan cara menangis, mata DP menatap tajam
pada peneliti. Perasaan DP sangat marah, ia merasa kepalanya pusing, tekanan
darah terasa naik, detakan jantung kencang, dan napas terengal-engal.
" ... gw benci banget sama kakak stimulan tadi. Rasanya ingin memukul, tapi gak mungkin gw lakukan, diakan cowok. Gw pengen banget pergi dari situ, tapi malu sama peneliti. Saking sebalnya gw gak bisa ngapa-ngapain, terus nangis aja gw dan gw gak mau ngeliat kakak stimulan tadi ... "
Kemudian DP melakukan wudu sesuai dengan petunjuk peneliti. Setelah DP
melakukan wudu, ia merasa perasaannya lebih nyaman, tenang, lega
dibanding sebelum melakukan wudu. Iajuga bilang kepada peneliti akan
menggunakan wudu sebagai suatu alternatif untuk mengurangi rasa marah,
bila di kemudian hari nanti, ia sedang marah.
" ... alhamdulillah rasanya abis wudu gw ngerasc1 lebih enakan, tenang, terus terang wudu mang bisa ngeredain marah gw, ntar kalo gw marah bakal nyari tempat wudu dulu aja deh. .. "
2.2. Analisis Kasus DP
Berdasarkan dari eksperimen yang dilakukan pada DP menunjukkan bahwa
metode wudu signifikan untuk dijadikan sebagai alternatif terapi dalam
mereduksi rasa marah. Terbukti dari setiap pengukuran yang diberikan pada
DP terjadi perbedaan angka antara sebelum dan sesudah wudu pada frekuensi
denyut nadi dan pernapasan. Kecuali pada frekuensi tekanan darah yang tidal<
93
terjadi perbedaan antara sebelum dan sesudah berwudu. Tidak terjadinya
perbedaan untuk tekanan darah ini memberikan arti bahwa DP letap dianggap
marah meski angka aliran darahnya tidak berbeda.
Dari pengarnatan yang dilakukan peneliti saat eksperimen berlangsung,
melihat dan memperhatikan bahwa subj ek merasa tegang, bosan dan terlihat
tidak bersahabat sebelum dilakukan stimulasi marah, dan saat stimulasi marah
berlangsung subjek memperlihatkan sikap dan perilaku egois, kurang
perhatian, menginjakkan kaki ke lantai berkali-kali, sering memutar balik
badan, dan akhimya menangis. Tangisan DP merupakan bentuk ckspresi
marah DP kepada orang yang belum dikenalnya, karena tidak bisa berbnat
apa-apa, berhadapan dengan laki-laki yang lebih tua darinya, dan dalam
keadaan terkondisi. Proses membuat marah DP begitu cepat di banding dengan
NH dan TH, hal itu disebabkan oleh stimulus yang tidak dapat diterima oleh
dirinya.
Setelah itu kemudian dilakukan pengukuran dan DP diminta untuk berwudu.
Pada tahap setelah pengukuran terlihat sekali DP enggan bergerak melakukan
wudu, narnun itu terjadi hanya beberapa detik. Kemudian ia berwudu seperti
yang semestinya.
94
Setelah berwudu raut muka DP masih terlihat marah dan sedikit kebencian.
Kemudian setelah itu dilakukan pengukuran dan pengukuran ini memberikan
hasil dengan angka yang menurun secara drastis.
3. SUBJEK III (TH)
3.1. Gambaran TH pada saat penelitian eksperimen
TH seorang laki-laki yang berstatus mahasiswa Fakulta>: Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah, saat ini TH semester 3 dan ia mengikuti salah satu organisasi
kemahasiswaan extra kampus di sekitar UIN SyarifHidayatullab Jakarta. TH
suka menyapa dengan siapa saja baik yang baru dikenalnya maupun yang
lama.
TH lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain, ia senang bermain
ke rumab teman-temannya. TH bertempat tinggal dengan ayah ibunya di
daerah bogor. TH termasuk orang yang ceria.
Pada saat penelitian eksperimen, TH adalah orang ketiga yang dieksperimen.
Sebelum TH diukur dan diberikan stimulasi, TH sudah rnerasa sebal karena
menjadi urutan ketiga yang disuruh menunggu. Namun, ia masih tetap mau
mengikuti jalannya eksperimen.
95
Pada saat tahap pengukuran sebelurn stirnulasi, tekanan darah TH terukur
130/90 yang rnenunjukkan bahwa tekanan darah TH berada pada level yang
tidak normal/ termasuk dalam kategori Hipertensi ringan untuk ukuran laki
laki, level tinggi ini dianggap bahwa TH memiliki tekanan darah tinggi
ringan. Sedangkan untuk kecepatan frekuensi denyut nadi terukur pada
kecepatan 68 kali permenit yang menunjukkan kondisi kecepatan TH normal.
Adapun pernapasan TH terukur pada frekuensi 16 kali permenit yang
rnenunjukkan bahwa napas TH berada pada batas normal. Kemudian setelah
itu dilakukan tahap berikutnya yaitu stimulasi marah.
Saat proses stimulasi marah, TH terlihat tegang dan sering rnclakukan
gerakan-gerakan badan ke dcpan dan ke belakang di tempat duduk. Hal ini
mengindikasikan bahwa TH sedang marah, faktor yang mendukung TH marah
juga terperinci sebagai berikut di antaranya; wajah memerah, pupil
rnembesar, alis mengkerut dan mengangkat, rnata berkedip atau terbelalak,
mengerak-gerakkan tangan, posisi kaki terbuka, memgang kertas, rnulut
rnelebar, dan sikap kaku. Sedangkan sikap yang ditunjukkan oleh TH adalah
kesal. Marah TH dari tahap stimulasi marah agak lama.
Setelah diberikan stimulasi marah, TH kemudian diukur tekanan darahnya
yang menunjukkan angka 140/l 00. Pada pengukuran kali ini tcrjadi kenaikan
pada sistole clan diastole subjek. Kenaikan ini dianggap subjek telah marah.
96
Kemudian terjadi peningkatan pada pengukuran denyut nadi TH yakni 96 kali
permenit (normal).
Kemudian pada pengukuran frekuensi pernapasan menunjukkan angka 16 kali
permenit (normal). Angka ini sama seperti pada angka sebelum diberikan
stimulasi marah.
Lalu setelah TH diberi stimulasi marah dan perlakuan wudu. Pengukuran
frekuensi tekanan darah TH didapat 130/100, ha! ini menunjukkan te~jadi
penurunan setelah diberi perlakuan wudu. Pada pengukuran frekuensi
kecepatan detakan denyut nadi, terjadi penurunan tapi masih dalam batas
normal. Pengukuran tersebut didapat pada kecepatan 80 kali permenit
(normal). Sedangkan pada pernapasan terjadi peningkatan pada angka 20 kali
permenit (normal).
Setelah tahap ekperimen dengan menggunakan pengukuran tekanan darah,
denyut nadi, dan pernapasan. TH kemudian diwawancara oleh pcneliti untuk
mengetahui pengaruh wudu dalam mereduksi marah TH. Saat tahap
wawancara dilakukan, TH memberikan kesan-kesannya bahwa pada saat
tahap stimulasi marah, TH tegang, bosan, kesal, menahan emosi, menimpali
perkataan stimulan dan marah kepada stimulan.
" ... gw bete sama kakak stimulan tadi, gw timpalin aja apa yang ia bilang kalo gw ngerasa g cocok sama dia. Sebenernya gw pengen pergi tapi gw coba bertahan sampe selesai. "
97
Kemudian TH melakukan wudu sesuai dengan petunjuk peneliti. Setelah TH
melakukan wudu, ia merasa perasaannya lebih tenang dan lega di banding
sebelum melakukan wudu. Iajuga bilang kepada peneliti akan menggunakan
wudu sebagai suatu alternatif untuk mengurangi rasa marah, bila di kemudian
hari nanti, ia sedang marah.
" ... wudu. Tadi pas gw wudu, gw berasa lega dan lebih rileks daripada pas gw sama kakak stimulan. "
3.2. Analisis TH
Berdasarkan dari eksperimen yang dilakukan pada TH menunjukkan bahwa
metode wudu signifikan untuk dijadikan sebagai alternatif tempi dalam
mereduksi rasa marah. Terbukti dari setiap pengukuran yang dibcrikan pada
NH terjadi perbedaan angka antara sebelum dan sesudah wudu baik itu turun
(tekanan darah dan denyut nadi). Kecuali pada pengukuran pernapasa, karena
frekuensinya sesudah wudu naik.
Dari pengamatan yang dilakukan peneliti saat eksperimen berlangsung,
melihat dan memperhatikan bahwa subjek merasa tegang dan agak sebal
sebelum dilakukan stimulasi marah, dan saat stimulasi marah berlangsung
subjek memperlihatkan sikap dan perilaku yang yang tidak nyarnan
berinteraksi dengan stimulan. Hal inilah yang menandakan bahwa dirinya
marah. Sikap dan perilaku tadi berbeda saat sesudah sut0ck bcrwudu,
wajahnya tampak segar, dan lebih tenang. Subjek sendiri mengakui dan
merasakan bahwa wudu mempunyai daya untuk mengurangi rasa marah.
4.1.2 Analisis Hasil Penelitian Eksperimen Antar Subjek
98
Dari pengamatan yang dilakukan peneliti saat eksperimen berlangsung,
melihat dan memperhatikan bahwa ketiga subjek merasa tegang, bosan dan
terlihat tidak bersahabat sebelum dilakukan stimulasi marah, dan saat
stimulasi marah berlangsung mereka juga memperlihatkan tanda-tanda orang
marah, terbukti dari ungkapan bahasa tubuh mereka yang menunj ukkan
ketidaknyamanan saat diberikan stimulus marah. Proses membuat marah
ketiga subjek beragam, ada yang begitu lama seperti yang terjadi pada NH clan
TH, clan begitu cepat yang terjadi pada DP. Setelah berwudu, ketiga subjek
merasakan marah mereka berkurang. Ketegangan otot mereka berkurang,
merasa segar, tenang, dan rileks.
4.2.4. Hasil Analisis Kuantitatif dan Kualitatif
Hasil grafik tekanan darah sistole dan diastole NH terjadi penurnnan setelah
perlakuan wudu, clan tidak terjadi penurunan tekanan darah diastole TH setelah
melakukan wudu, namun tekanan darah sistole TH berada pada level tingkat
99
hipertensi ringan. Sedangkan pada tekanan darah sistole dan diastole DP tidak terjadi
perubahan setelah perlakuan wudu.
Untuk grafik denyut nadi dari ketiga subjek terdapat perubahan pada tahap baseline
dan intervensi. Yakni te1jadi penunman setelah perlakuan wudv..
Namun untuk pernapasan pada tahap baseline clan intervensi, grafik ketiga subjek
berada pada level yang sama. Tapi setelah tahap intervensi grafik NH dan TH
meningkat dan DP menurun. Maka dengan begitu dianggap bahwa te1jadi perubahan
antara grafik pada kondisi baseline clan intervensi.
Hasil uji statistik nonparametrik wilcoxon menunjukkan bahwa dari ketiga
pengukuran (tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan) tersebut diperoleh
kesimpulan Ha ditolak yang berarti hasil tidak signifikan.
Namun demikian, dari wawancara dan observasi dari setiap subjek mengungkapkan
bahwa mereka marah pada saat tahap stimulasi hingga dari salah satu (DP) subjek
meluapkan marahnya dengan menangis. Kemudian setelah perlakuan wudu mereka
merasa tenang, lega, dan nyaman.
Secara lebih ringkas, hasil analisis data kuantitatif dan kualitatif dapat dilihat pada
tabel 4.15 sebagai berikut;
100
Tabcl 4.15.
Analisis Has ii Kctcrangan
Hasil yang diperoleh dari Pada tiap tahap
analisis grafik menunjukkan pengukuran baik tahap
perbedaan antara tahap baseline baseline maupun
dan intervensi. Pada pengukuran intervensi menunjukkan
tekanan darah dari 3 partisipan grafik yang fluktuatif.
menunjukkan hasil yang sesuai Namun pada tekanan
dengan hipotesis penelitian. Pacla clarah sistole dan diastole
Grafik pengukuran denyut nacli seluruh DP terlihat ticlak acla
partisipan (N=3) menunjukkan penurunan setelah
hasil yang sesuai clengan melakukan wudu. Dan
hipotesis penelitian. Seclangkan grafik frekuensi
pacla pengukuran pernapasan, 1 pernapasan NH clan TH
clari 3 partisipan yang setelah wuclu meningkat
menunjukkan basil yang sesuai
clengan hipotesis penelitian
HO cliterima <> ticlak signifikan Dari pengukuran tekanan
Uji statistik clarah, clenyut nadi, clan
wilcoxon pernapasan yang cliberikan
pada subjek
Berclasmlan wawancara dari Setiap subjek
ketiga subjek mereka merasakan mengungkapkan bahwa
Wawancara bahwa wuclu memiliki pengaruh mereka marah pacla saat
clalam merecluksi rasa marah stimulasi dan merasa
subjek sejuk, tenang, lega setelah
melakukan wudu .
BABS
KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan di bab
4, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dari analisis grafik tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan diperoleh perbedaan
grafik antara tahap baseline dan intervensi, ha! ini memberikan arti acla perubahan
dari grafik yang rendah ke tinggi dan ke rendah (A-B-A).
Aclapun clari perhitungan uji statistik nonpararnetrik cliperoleh koefisien tekanan
darah adalah sebesar -1.000 dengan angka signifikansi .317 (sig > 0,05). Pengukuran
yang lain diperoleh koefisien denyut nadi sebesar -1.604 dengan angka signifikansi
. l 09 (sig > 0,05). Danjuga diperoleh koefisi~n pernapasan sebesar -.816 dengan
angka signifikansi .414 (sig > 0,05). Maka dapat disimpulkan clari ketiga pengukuran
tersebut HO cliterima. Hal ini berarti bahwa pengukuran tekanan clarah, frekuensi
clenyut nacli, dan pernapasan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan wuclu. Dengan demikian, dapat cliambil
kesimpulan bahwa wuclu ticlak memiliki pengaruh yang signifikan clalam mereduksi
marah.
102
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap ketiga subjek, clapat disimpulkan
bahwa wudu memiliki daya dan kekuatan untuk mereclakan marah, terbukti dengan
pernyataan clan pengakuan ketiga subjek yang merasakan kesejukan air wuclu pada
baclan clan ketenangan hati setelah clibangkitkan rasa marahnya.
5.2. Diskusi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wuclu memiliki pengaruh yang signifikan dalam
rnerccluksi marah. Pengaruh yang positif clan signifikan wuclu clalam rnerecluksi
marah cliclasarkan pacla analisis grafik dan wawaneara namun tidak clcmikian pacla uji
statistik nonparametrik.
Penelitian ini mcnunjukkan bahwa dari proses grafik baseline clan intervensi terjadi
perubahan serta grafiknya beracla di tingkat tinggi atau renclah. Hal itu memberikan
arti bahwa penelitian tentang wuclu dalam mereduksi marah yang clilihat clari
penurunan tekanan clarah, clenyut nacli, clan pernapasan telah sesuai dengan penjelesan
Hasanuddin (2007) tentang wudu dapat menjacli sarana cooling down (menurunkan
temperatur) dalam setiap jangka waktu aktivitas yang memunculkan eskalasi stres
clan marah. Karena air itu bersifat penetralisir/penyeimbang, baik fisik maupun jiwa
yang seclang memuncak karena aktivitas clan ketegangan.
Penjelasan tentang pengukuran tekanan clarah pacla DP yang diastole-nya tidak
berubah pada tahap setelah cliberikan wudu, bukan berarti DP tidak rnarah, karena
103
pada pengukuran denyut nadi dan pernapasan terlihat nilai yang sangat signifikan
penurunannya dan menjadi alasan bahwa DP marah. Dan penjelasan pernapasan NH
dan TH menjadi naik setelah perlakuan wudu, bukan berarti pengukuran pada kedua
subjek salah. Akan tetapi, kemarahan yang dikondisikan dalam penelitian ini tidak
mencapai kemarahan yang memuncak, sebab saat penelitian eksperimen berlangsung
peneliti melihat kedua subjek tersebut masih tetap menjaga perlakuannya.
Naik atau turunnya setiap jenis pengukuran ini membantu dan rnendukung hasil dari
penelitian eksperimen yang dilakukan oleh peneliti bahwa dengan begitu dapat
cliketahui kondisi marah yang clialami oleh subjek saat penelitian eksperimen
berlangsung dan juga kondisi tenang, lega, nyaman setelah melakukan wudu.
Stimulasi marah yang diberikan pada setiap subjek berhasil dilakukan oleh stirnulan
dengan cukup optimal, meskipun tingkat kemarahan subjek tidak mencapai
kemarahan yang menyerang atau juga ngamuk (Stuart dan Sundeen dalam Y osep,
2007) seperti kemarahan seorang clemonstran pacla polisi. Namun perlu clicermati
bahwa stimulan suclah membuat DP hingga menangis. Tangisan DP ini adalah bentuk
kemarahan karena ia menyadari ticlak mampu untuk melawan stimulan. Saat DP
marah ia begitu susah untuk cliajak ke1jasama saat prosesi perlakuan vruclu namun itu
terjadi hanya beberapa saat. Kemarahan yang dialami DP tersebut, suclab termasuk
ciri-ciri marah pacla aspek interaksi sosial. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Beck
( clalam Purwanto & Mulyono, 2006) bahwa kemarahan clengan menilai clan
104
mengkritik tingkah laku orang lain akan membangkitkan rasa sakit hati clan prosesnya
clapat menyebabkan seseorang menarik cliri clari orang lain. Dan juga termasuk marah
yang clitekan atau pura-pura, seperti yang diungkapkan oleh Harnawatiaj (2008),
kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan
mengganggu hubungan interpersonal.
Saat ditanya oleh peneliti, DP menjelaskan pada peneliti bahwa ia merasa sakit hati,
kesal, jengkel, marah, dan merasa tidak dihargai, karena stimulan melontarkan
kalimat yang menanyakan identitas diri/eksistensi pada DP, seperti karnu memang
anak siapa? Menurut Stearen (Keliat, 2006), pada dasarnya manusia rnernpunyai
kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya
individu tersebut akan merasa rendah diri, ticlak berani bertindak, lekas tersinggung,
lekas rnarah, dan sebagainya.
Saat proses wawancara, ketiga subjek menjelaskan dengan yakin bahwa rncreka
rnerasakan keadaan yang sejuk, rileks, segar, lega, tenang setelah rnereka melakukan
wudu. Merekajuga menyadari bahwa selain wudu sebagai anjuran wajib dilakukan
sebelum melakukan salat lima waktu, wudu juga bisa clilakukan pada waklu kapan
saja selain akan melakukan salat. Karena wuclu memiliki khasiat tersencliri bagi
pencegahan dan pengobatan dari berbagai penyakit. Menurut DP saat ia rnenyiramkan
air ke wajah, tangan, dan kakinya ia merasa kenikmatan kesejukan basuban air clan
105
kerileks-an syaraf-syaraf. Hal yang dirasakan DP sama dengan yang clirasakan dua
subjek yang lain.
Kesejukan clari ketiga subjek itu sesuai dengan pemaparan Hasanudclin (2007) yakni
basuhan dan usapan yang diwajibkan dan disunahkan dalam wudu memiliki ratusan
titik akunpuntur yang bersifat reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan
usapan, dan tekanan/urulan ketika melakukan wudu.
Hasil penelitian dari analisis grafik clan wawancara yang didapat sesuai clengan tujuan
penelitian clan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud
(hadis no. 4152), menganjurkan pada umat Islam untuk melakukan wudu saat mereka
dalam keadaan marah.
Penggunaan alat ukur tensi meter dan stetoskop dalam penelitian ini membantu
penelitian eksperimen yang dilakukan oleh peneliti untuk mengungkap dan
menjelaskan dengan cara yang ilmiah sabda-sabda Rasulullah SAW, meskipun
kemarahan yang dikondisikan dalam penelitian ini tidak menclapatkan keaclaan marah
yang sangat tinggi. Sebenarnya banyak sekali sabcla-sabda Rasulullah yang harus
clicoba untuk dilakukan penelitian psikologis, sehingga hasil penelitian tersebut dapat
menjadi rujukan bagi kalangan intelektual Muslim khususnya. Seperti yang sudah
dilakukan oleh Drs. Oan Hasanudclin, MA., menulis Tesisnya tentang Rahasia Wudu
dari Aspek Ilmu Akunpuntur yang menghasilkan bahwa wudu memiliki korelasi clan
pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan.
106
Pada perhitungan uji statistik tidak didapat angka yang signifikan atau HO diterima,
dikarenakan perbedaan angka yang didapat pada tiap pengukuran tekanan darah,
denyut nadi, dan pernapasan itu terlalu dekat antara angka pretest dan posttcst. Sebab
uji statistik nonparametrik wilcoxon mencari perbedaan antara angka pretest dan
posttest.
Dalam penelitian eksperimen ini, tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan, adapun
kekurangan itu diantaranya; tidak mereplikasi penelitian, tidak terciptanya kondisi
marah yang memuncak, stimulan tidak membuat subjek marah yang menyerang,
dokumentasi digital (video atau gambar) termasuk yang mengoperasikannya, tempat
eksperimen tidak mirror one way, kurangnya tenaga yang membantu c\alam observasi
dan alat pengukur tekanan darah digital. Untuk penelitian lanjutan c\ianjurkan
melengkapi kekurangan pada penelitian ini.
5.3. Saran
Berdasarkan pengalaman yang dialami dalam melakukan penelitian clan clari hasil
penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran gwm menyempurnakan penelitian
penelitian selanjutnya. Ada beberapa ha! yang clapat dipertimbangkan sebagai saran
praktis, yaitu:
I. Seorang peneliti hams mendapatkan proses dan hasil penelitian sebelumnya
dengan menanyakan kepada seorang yang pernah melakukan penelitian ini.
2. Mempersiapan perencanaan eksperimen yang sangat matang.
107
3. Melengkapi dan menambah alat instrumen penelitian, guna memperkuat bukti
pengaruh wudu dalam mereduksi marah. Seperti alat detak jantung, foto aura.
4. Meminimalkan sesuatu yang tidak perlu dan menyebabkan tidak terdukungnya
penelitian eksperimen dengan melakukan pilot test.
5. Dianjurkan pada penelitian selanjutnya; jika memakai N-kecil, maka yang harus
diperhatikan adalah pengukuran yang berulang atau interval waktu yang
berbeda.
6. Dianjurkan pada penelitian selanjutnya; jika memakai N-Besar, maka hal itu
akan memperkuat validitas eksternal dan memungkinkan rnetode metode
eksperimen dengan kelompok kontrol.
7. Bagi umat Islam. Dianjurkan melakukan wudu ketika sedang marah.
DAFTARPUSTAKA
Buku:
Alquran
Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.
Bukhari, I. ( 1998). Shahih Bukhari. CD-Room Mausuah had its syar!f kutubut-tis 'ah:
Global Islamic Software Company
Chaplin, J.P. (1999). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Rajawali
Cresswel, J.W. (1994). Research design: qualitative and qua111ita11ve approach.
Theresand Oaks: Sage Publication
Daradjat, Z. (2001). Kesehalan mental. Jakarta: PT Toko Gunung Agung tbk.
Davidoff L.L. ( l 99 I). Psikologi suatu pengantar. Jakatia: Penerbit Er!angga
Emoto, M. (2006). Yhe true power of water. Bandung: MQ Publishing.
Farhan, A. (2006). Pengendalian diri. Diakses tanggal 1 April 2008.
http:// set ayar. b logspot. com/2006/0 5/pengendal i an-diri .ht m I
108 Ghazali, l.A.H. (I 998). Tuntunan mencapai hidayah ilahi. (Terj. H.M Fadhil Sa'd
An-Nadwi). Surabaya: Al-Hidayah
Haiiati, N., Suryadi, B., & Sumi ya ti, N. T.. (2003). ll"lam dan psikologi . .Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Haryanto, S. (2003). Psikologi shalat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hawwa, S. (2003). Mensucikanjiwa. Teij. Aunur Rafiq Tamhid. Jakarta: Robbani
Press Jakaita: Rineka Cipta.
Jaziri, A.R. (2001 ). Fiqh empat madzhab. (Terj. Prof. Chatibul Umam dan Abu
Hurairah, jil. kedua dan ketiga, cet. Keempat), Jakarta: Darul Ulum Press.
109
Keliat, B.A. (1996). Marah akibat penyakit yang diderita. Jakaita: Buku kedokteran
EGC
Kerlinger, F.N., & Lee, H.B. (1990). Foundations <!fbehaviora/ research. Harcourt
College Publisher: F01t Worth
Lari, S.M.M. (1990). Youth and morals. Teheran: Islamic Culture Development
Office
Markum, H .M.S (2007). Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen llrnu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Martin, A.D. (2003). Emotional quality management. Jakarta: Penerbit Arga
McKay. G.D., & Dinkmeyer, D. How you.feel is up to you. Te1j. Emanuel. Jakaita:
PT Gramedia.
Muj ib, A. (2006). Kepribadian dalam psikologi islam. Jakmta: Rajawali Pers
Mulyono, R. (2005). Terapi marah. Jakarta: StudiaPress
Nisa, Y.F. (2008). Diktat psikologi eksperimen. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta-2008.
Nuh, S.M. (2005). Jvfenggapai rida ilahi. Te1j. D1mnanto dan Abdul Waduc
Poewandari .. K. (200 J) Pendekatan kualitat!f untukpeneltian perilaku manusia,
Jakarta: LPSP UI
Purwanto, Y ., & Mulyono, R. (2006). Psikologi marah. Bandung: Refika Aditama.
Robinson, P.W. ( 198 J ). Fundamentals of experimental psychology. New York:
Prentice-Hall, Inc.
Seniati, L., & dkk. (2005). Psikologi eksperime11. Jakarta: Jndeks
Stuart, GW dan Sundeen. S.J, (1998). Buku Saku: Keperawatan Jiwa. edisi 3.
Jakmta: Buku Kedokteran EGC
l 10
Sunanto, J., Takeuchi, K., & Nakata, H., (2005). Pengantar penelilian dengan kasus
tunggal. Tsukuba: CRICED University Tsukuba.
Tim Penyusun. (2007). Pedoman penulisan kmya ilmiah (Skripsi. Tes is, dan
Disertasi). Jakarta: Ceqda.
Zuhaili, W. (2002). Fiqh as-sunah wadillatuhu. Damascus: dar filer
Yosep, l. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Skripsi:
Rohmah, S. (2004 ). Konsep hikmah wudhu bag;i kesehatan jasmani dan rohani
menurul surat al-lvfaidah Ayat 6. Skripsi Satjana Mahasiswa Jurusan Tafsir
Had its Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UlN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurnal :
CD-Rom:
Penyusun ( l 998). Sunan Ahmad. CD-Room Mausuah hadits syar!f kutubu1-1is 'ah:
Global Islamic Software Company
( 1998). Sunan Abi Dawud. 1""'.D-Room lvfausuah hadits s:var!f kutubut-----
tis 'ah: Global Islamic Software Company
____ ( 1998). Shahih Muslim. CD-Room Mausuah hadits syarif kutubut-tis 'ah:
Global Islamic Software Company
( 1998). Sunan Tirmidzi. CD-Room Mausuah hadits .~var!fkulubut-tis 'ah:
Global Islamic Software Company
Internet
Abduh. (2008). J\1arah. Diakses tanggal 22 Februari 2008.
hltp://209.85.175.104/search?q=cache:BEqQExo_-
11 I
gkJ:abduh l .blogspot.com/2007/09/rnarah.html+marah&hl=id&ct=clnk&cd
=7 &gl=id&cl ient=firefox-a
Harnawatiaj. (2008). Aspek perilaku kekerasan. Diakses tanggal 13 Nopember 2008.
Diposting 27 Maret 2008 di http://harnawatiaj.wordpress/2008/03/27/aspek
peri laku-kesehatan/
Rakhmat. J. (2008). Sabar: kunci kecerdasan emosional. Artikel diakses tanggal 21
Februari 2008 dari (www.jalal-center.com)
Syazuan. (2008). Wudhu. Diakses tanggal 29 Maret 2008.
http://syazuan.blogspot.com/2006/1 O/wudhu.html
Llyod, R. (2008). j\;fanfiiatnya marah-marah. Diakses pada 5 Maret 2008. Diposting
oleh redaksi http://popsy.wordpress.com/tag/marah/
Tim APA Online. (2008). Topic: Anger. Diakses tanggal 25 Juni 2008.
http://www.apa.org/topics/topicanger.htrnl.
Tim Ahli. (2008). Hikmah dan keutamaan wudu. Diakses tanggal 9 Mei 2008.
http:// d2r3 d2. b logspot. com/2007 /09/h ikmah-dan-keu tam aan-wudh u .htm I
Tim Redaksi. (2008). A1arah berarti sehat. Diakses tanggal 22 Februari 2008.
http:/1209.85.175. l 04/search?q=cache:vYSbeVdL5LAJ:www.pontianakpost
.com/berita/index.asp%3FBerita%3DGaul%26id%3D13 2302+marah&hl=id
&ct=clnk&cd=8&gl=id&client=firefox-a
www.Holisticonline.com
LAMPIRAN-LAMPIRA.N
112 LAMPIRANl
INFORM CONSENT
Dibawah ini, saya ;
Nama Inisial
J enis Kelamin
Usia
Mahasiswa
Semester
No Telp.
Mengikuti Oragnisasi : a. Intra kampus _______________ _
b. ekstra kampus _____________ _
Menyatakan kesediaannya menjadi responden dalam penelitian eksperimen yang
dilakukan saudara Kholilur Rokhman, mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta semester IX.
Dan saya akan mengikuti semua proses perlakuan yang diberikan dalam penelitian
ini, yakni; diukur tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan, serta wawancara
setelah proses eksperimen berlangsung.
Demikian Inform Consent yang saya setujui, semoga penelitian eksperimen ini
bermanfaat bagi majunya psikologi. Amin
Jakarta, .......................... 2008
(Tanda Tangan)
LAMPIRAN2
IDENTITAS PRIBADI
1. Nama
2. Usia
3. J enis Kelamin
4. No Telp.
5. Suku Bangsa
6. Agama
7. Pendidikan Terakhir
8. Pekerjaan
9. Riwayat Penyakit
I 0. Pernah Mengikuti Penelitian Eksperimen : a. ya b. tidak
11. Bila ya, penelitian tentang apa?
113
114 LAMPIRAN3
LEMEAR OBSERV ASI
Nama inisial Subyek: .......................................... . Tern pat .......................................... .. Tanggal wawancara ........................................... . Pukul : ........................................... WIB.
Tambahan:
I. Keadaan, tempat wawancara, cuaca, dan kehadiran pihak lain di sekitar tempat
wawancara.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek.
3. Ringkasan sikap subyek selama be1jalannya wawancara.
4. Gangguan clan hambatan selama wawancara.
5. Catalan khusus sdama wawancara.
115 LAMPIRAN 4
Berikut beberapa pertanyaan yang akan meneliti keadaan dan kondisi rnarah seseorang. Tahap wawancara ini dilakukan setelah tahap pengukman setelah wudu.
PEDOMAN WA WAN CARA
A. WA WAN CARA PERLAKUAN EKSPERIMEN I. Apa perasaan Anda setelah dilakukan stirnulasi marah? 2. Apa reaksi ( emosi, fisik, tindakan) Anda pada saat stimulas! marah? 3. Apa yang Anda lakukan setelah diberikan stimulasi marah? 4. Apakah Anda marah? 5. Kenapa Anda marah? 6. Siapa yang membuat Anda marah? 7. Jelaskan, bagaimana Anda menghadapi situasi pada stimulasi tersebut? 8. Apakah Anda merasakan tekanan darah naik? 9. Apakah denyutjantung Anda berdetak kencang? I 0. Apakah tangan Anda menjadi keras? 11. Apakah Anda merasa sesak nafas? l 2. Ceritakan apa yang Anda rasakan sekarang! 13. Apakah Anda merasa kesal?
B. PERLAKUAN WUDU 1. Ceritakan, bagaimana Anda melakukan wudu? 2. Ceritakan apa yang Anda rasakan sekarang! 3. Apakah Anda masih marah? 4. Apakah Anda masih merasakan tekanan darah mengalir cepat? 5. Apakah denyut j an tung Anda masih berdetak kencang? 6. Apakah Anda masih merasa sesak nafas? 7. Apakah dengan berwudu rasa marah Anda berkurang? 8. Jika ya, ceritakan? 9. Apakah wudu membuat Anda menjadi tenang? 10. Jika ya, ceritakan? 11. Jika tidak, ceritakan? 12. Apakah Anda ingin melakukan wudu j ika Anda marah nan ti?
116 LAMPIRANS Laporan di bawah ini digunakan pada saat penelitian eksperimen baik baseline maupun intervensi.
NO
NO
NO
LAPORAN PENGUKURAN TEKANAN DARAII SUBYEK PENELITIAN EKSPERIMEN
NAMA TEKANAN DARAH KETERANGAN
LAPORAN PENGUKURAN DENYUT NADI SUBYEK PENELITIAN EKSPERIMEN
---· NAMA FREKUENSI NADI KETERANGAN
LAPORAN PENGUKURAN PERNAPASAN SUBYEK PENELITIAN EKSPERIMEI\
NAMA FREKUENSI NAP AS KETERANGAN
117 LAMPIRAN6
LEMBAR OBSERVASI DAN CATATAN SUBYI<:K
Beberapa tanda marah dari bahasa tubuh;
Subyek Observer
NO PERILAKU YA TDK KETERANGAN
I. Alis mata mengangkat
2. Mulut rapat
" Wajah mernerah .) .
4. Pupil Mernbesar
5. Mata berkedip atau terbelalak
6. Sikap kaku
7. Ngomel
8. Bergerak rnaju dengan kuat
9. Menyilangkan dada
I 0. Menunjuk
11. Berkacak pinggang
12. Suara yang rneninggi
13. Nada yang keras
14. Bcrbalik diri
15. Melotot
16. Ac uh
17. Agresif
18. Menghela Nafas
LAMPIRAN7
PEDOMAN STIMULASI PENGKONDISIAN MARAH
Stimulasi pengkondisian marah dibuat dengan perencanaan (skenario) dari awa.l penelitian, yakni subjek diberi stimulus dengan kalimat-kalimat yang membuat subjek tidak suka, merasa tidak nyaman, dan tidak sesuai dengan dirinya. Seperti memojokkan persepsi tujuan hidupnya, merendahkan prinsip-prinsip sebagai mahasiswa idealis, dan mencela fisik.
Berikut perntanyaan yang dapat membangkitkan rasa marah partisipan; 1 . A pa kabar? 2. Selamat sore? 3. Nama Anda siapa? 4. Anda mahasiswa Psikologi? 5. Semester berapa? 6. Kamu tahu sekarang lagi penelitian eksperimen? 7. Jika tahu meneliti tentang apa? 8. Kemudian apakah kamu bersedia menjadi partisipan penelitian ini? 9. Kenapa kamu bersedia? 10. Apakah kamu diberi reward!imbalan setelah penelitian? 11. Kenapa juga kamu mau menjadi partisipan yang tidak ada irnbalannya? 12. Apakah kamu kenal dengan peneliti? 13. Keluarga kamu berapa jumlahnya? 14. Apakah kamu mencintai clan menyukai ayah clan ibumu? 15. Apakah kamu membenci mereka atau salah satu dari mereka? 16. Kamu mengerti ayah dan ibu menyayangi kamu? 17. Saya kurang yakin? 18. Saya lihat kamu tidak akan disayangi sama mereka? 19. Apakah kanrn diberi uangjajan tepat waktu? 20. Apakah kamu meminta dan menegur,jika tidak diberi uangjajan? 21. Apakah kamu langsung meia;,sanakan perintah dari ayah dan ibu kamu? 22. Saya yakin kamu tidak langsung melaksanakan perintahnya? 23. Kamu mengerti tujuan kamu kuliah di sini? 24. Kamu yakin akan berhasil/lulus? 25. Saya tidak yakin kamu mengerti dan berhasil tujuanmu kuliah? 26. Saya lihat kamu tidak ada potensi itu? 27. Kenapa diam? Qika pa1tisipan diam) 28. Kamu tidak suka dengan kalimat saya tadi? 29. Saya berbicara berdasarkan fakta yang saya lihat? 30. Kamu ikut organisasi? 31. Saya yakin kamu tidak mengerti apa-apa ikut organisasi itu? 32. Sayajuga yakin organisasi kamu ticlak begitu peduli sama kamu? 33. Menurutmu, orang cerdas clan pintar itu seperti apa? 34. Menurutmu, orang yang cantik dan ganteng seperti apa? 35. Apa kamu pintar, cerdas, ganteng/cantik?
118