i
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN
DAN PLYOMETRICS DITINJAU DARI KECEPATAN
LARI TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT
TUNGKAI
( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI
SMK N 2 Pacitan )
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Megister
Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan oleh :
HOKI SETIYAWAN
A 120908013
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN
PLYOMETRICS DITINJAU DARI KECEPATAN LARI
TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI
( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI
SMK N 2 Pacitan )
Diajukan oleh :
HOKI SETIYAWAN
A. 120908013
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing:
Dewan Pembimbing :
Jawaban Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd .................... .................
NIP.193907151962031001.
Pembimbing II Prof. Dr. Siswandari, M.Stat ..................... …………..
NIP. 131 476 662
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd
NIP. 193907151962031001.
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN
PLYOMETRICS DITINJAU DARI KECEPATAN LARI
TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI
( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI
SMK N 2 Pacitan )
Disusun oleh:
HOKI SETIYAWAN
A. 120908013
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing:
Dewan Pembimbing:
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Prof. Dr. Furqon H, M.Pd ___________ ________
Sekretaris dr. Dr. Mucshin Doewes, AIFO ___________ ________
Anggota Penguji 1.Prof. Dr Sudjarwo, M.Pd ___________ ________
2. Prof. Dr. Siswandari, M.Stat ___________ ________
Mengetahui
Ketua Program Studi
Ilmu Keolahragaan : Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd ___________ ________
NIP. 193907151962031001
Direktur Program
Pasca sarjana : Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D ___________ ________
NIP. 195708201985031004
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hoki Setiyawan
NIM : A.120908013
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul
“PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN PLYOMETRICS
DITINJAU DARI KECEPATAN LARI TERHADAP PENINGKATAN POWER
OTOT TUNGKAI” ( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada
Siswa Putra Kelas XI SMK N 2 Pacitan ), adalah betul-betul karya penulis sendiri.
Hal-hal yang bukan karya penulis dalam tesis tersebut diberi tanda citasi
dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan penulis tidak benar, maka
penulis bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar
yang penulis peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 22 Juli 2010
Yang membuat pernyataan
Hoki Setiyawan
v
MOTTO
Sesungguhnya Allah tiada mengubah keadaan suatu kaum, kecuali jika
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri (Terjemahan Q.S. Ar-
Ra’du : 1)
Hidup adalah perjuangan, maka berusaha, berdoa dan bertawakallah
( Penulis )
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
Bapak dan Ibu tercinta
Kakak dan Adik tersayang
Istri Anik terima kasih atas dukungan serta doanya
Keluarga besar SDN Glinggangan II Pacitan terima kasih atas doanya
Teman-teman IOR angkatan 2008 Prodi Pascasarjana UNS
Teman-teman POK’03 UNS
Teman-teman di Pacitan terima kasih atas bantuannya
Almamater
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayatNya dan bantuan berbagai pihak, maka penelitian
yang berjudul “PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN
PLYOMETRICS DITINJAU DARI KECEPATAN LARI TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI” ( Studi Eksperimen Latihan
Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI SMK N 2 Pacitan )
Terwujudnya tesis ini melewati proses yang cukup panjang. Berbagai
pihak telah memberikan dorongan, arahan, bimbingan, saran dan bantuan. Semua
ini telah mendukung kelancaran dalam upaya menyelesaikan tesis ini, mulai dari
persiapan penelitian, pelaksanaan eksperimen, analisis sampai penulisan tesis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan kesempatan dan bantuan untuk menyelesaikan Pendidikan
Pascasarjana pada Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, diantaranya adalah:
1. Prof. Dr. dr. Syamsul Hadi, Sp. K.J. (K), selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktur Program Pasca sarjana (PPs)
Universitas Sebelas Maret.
3. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Program Pasca Sarjana (PPs) Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
Pembimbing dalam Penelitian tesis ini.
viii
4. Dr. dr. Muchsin Doewes. AIFO selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keolahragaan Program Pasca Sarjana (PPs) Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
5. Prof. Dr. Siswandari, M.Stat selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam menyusun tesis ini.
6. Drs. Sukarni selaku Kepala SMK Negeri 2 Pacitan yang telah memberikan izin
dan menggunakan siswanya sebagai naracoba
7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan perhatian dan dukungan moril
maupun materiil sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis paparkan satu per satu, yang juga telah
banyak membantu dalam penelitian tesis ini.
Semoga amal kebaikan semua berbagai pihak tersebut mendapatkan
imbalan dari Allah SWT, dan diharapkan karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca
dan perkembangan ilmu pengetahuan olahraga pada umumnya.
Surakarta, 22 Juli 2010
Hoki Setiyawan
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
ABSTRAK ....................................................................................................... xvi
ABSTRACT ..................................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 9
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
x
BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori ................................................................................ 12
1. Power Otot Tungkai ....................................................................... 12
a. Macam-macam Power ............................................................... 13
b. Fakto-faktor yang Mempengaruhi Power .................................. 15
c. Hal-hal yang Pelu Diperhatikan dalam Melatih Power ............. 17
d. Dosis Latihan untuk Meningkatkan Power ............................... 19
e. Unsur-unsur Pembebanan Latihan ............................................. 20
f. Peranan Power Otot Tungkai dalam Berbagai Cabang Olahraga 21
2. Latihan ............................................................................................. 23
a. Pengertian Latihan ..................................................................... 23
b. Tujuan Latihan ........................................................................... 24
c. Prinsip-prinsip Latihan .............................................................. 25
d. Pengaruh Latihan ....................................................................... 29
3. Sistem Energi Latihan ...................................................................... 34
a. Sistem Penyediaan Energi ......................................................... 34
b. Karakteristik Umum Sistem Energi .......................................... 37
4. Latihan Berbeban ............................................................................. 37
5. Latihan Plyometrics ......................................................................... 47
a. Pengertian dan Tujuan Latihan Plyometrics ............................. 47
b. Dasar Fisiologis Latihan Plyometrics ....................................... 48
c. Prinsip-prinsip Latihan Plyometrics ........................................... 49
1). Latihan Plyometrics Knee Tuck Jump ........................................ 55
xi
a. Latihan Pelaksanaan Plyometrics Knee Tuck Jump .................. 55
b. Pengaruh Latihan Knee Tuck Jump ........................................... 56
2). Latihan Plyometrics Squat Jump ................................................. 57
a. Latihan Pelaksanaan Plyometrics Squat Jump ........................... 57
b. Pengaruh Latihan Plyometrics Squat Jump................................ 57
6. Kecepatan ......................................................................................... 60
a. Pengertian Kecepatan ................................................................. 60
b. Pengaruh Kecepatan terhadap Power Otot Tungkai .................. 60
B. Penelitian Yang Relevan ............................................................ 61
C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 63
D. Perumusan Hipotesis ................................................................... 66
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 67
B. Metoda Penelitian ........................................................................ 67
C. Variabel Penelitian ........................................................................ 69
D. Devinisi Operasional Variabel Penelitian ..................................... 69
E. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 71
a. Populasi ..................................................................................... 71
b. Sampel ....................................................................................... 71
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 72
1. Mencari Reliabilita Tes .............................................................. 72
2. Uji Coba Instrumen .................................................................... 73
G. Teknik Analisis Data .................................................................... 74
xii
1. Uji Prasyarat Analisis ................................................................. 75
2. Uji Hipotesis .............................................................................. 77
3. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah ANAVA ........................... 80
4. Hipotesis Statistik ...................................................................... 81
BAB VI. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ........................................................................... 83
B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................. 87
C. Pengujian Hipotesis ................................................................... 89
D. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 92
BAB. V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 98
B. Implikasi .................................................................................... 99
C. Saran .......................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 100
LAMPIRAN ..................................................................................................... 104
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1. Sistem Energi Predominan Berdasarkan Waktu Penampilan ................... 36
2. Karakteristik Umum Sistem Energi ........................................................... 37
3. Rancangan Penelitan Faktorial 2 x 2 .......................................................... 68
4. Tabel Koefisien Kategori Reliabilitas ........................................................ 74
5. Satuan Harga untuk Uji Bartlett ................................................................. 76
6. Analisis Variansi Dua Jalur ........................................................................ 77
7. Deskripsi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai Tiap Kelompok Berdasarkan
Pengunaan Motode dan Tingkat Kecepatan ............................................... 83
8. Nilai peningkatan nilai power otot tungkai masing-masing sel (kelompok
perlakuan) .................................................................................................... 85
9. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data...................................................... 87
10. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data................................................... 88
11. Ringkasan Nilai Rata-rata Power Otot Tungkai Berdasarkan Jenis
Latihan Berbeban dan Tingkat Kecepatan ……………………………..... 89
12. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Metode Latihan
(A1 dan A2).................................................................................................. 90
13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Tingkat Kecepatan
(B1 dan B2)……………………………..................................................... 90
14. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor ......................................… 90
15. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis
Varians ………………………………....................................................... 90
xiv
16. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor,
A dan B Terhadap Hasil Power otot tungkai.…………………………… 95
17. Grafik Program Latihan ……………………………………………….... 104
18. Anatomi Latihan ....................................................................................... 104
19. Kelompok Treatment Latihan Berbeban Dengan Kecepatan Tinggi......... 112
20. Kelompok Latihan Plyometrics Dengan Kecepatan Tinggi ..................... 112
21. Kelompok Latihan Berbeban Dengan Kecepatan Rendah ....................... 113
22. Kelompok Latihan Plyometrics Dengan Kecepatan Rendah.................... 113
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1. Latihan Squat ............................................................................................. 43
2. Latihan Leg Press ....................................................................................... 45
3. Latihan Plyometrics Knee Tuck Jumps ...................................................... 56
4. Latihan Plyometrics Squat Jump ................................................................ 57
5. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Power Otot
Tungkai Tiap Kelompok Berdasarkan Jenis Latihan dan Tingkat Kecepatan 84
6. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Power Otot Tungkai Tiap Kelompok
Berdasarkan Tingkat Pembebanan Pada Latihan Berbeban dan Tingkat
Kecepatan .................................................................................................... 86
7. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Hasil Power Otot
Tungkai ........................................................................................................ 96
8. Vertical Jump Test ..................................................................................... 106
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 104
2. Instrumen Penelitian.............................................................................. 105
3. Program Latihan Berbeban dengan Squat dan Leg Press ................... 108
4. Program plyometrics dengan knee tuck jump dan squat jump ............ 110
5. Data Tes Awal Power Otot Tungkai Pada Siswa kelas XI SMK Negeri
2 Pacitan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2009/2010 .............................. 112
6. Data Tes Akhir Power Otot Tungkai Pada Siswa kelas XI SMK Negeri
2 Pacitan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2009/2010 .............................. 113
7. Data Tes Kecepatan Pada Siswa Putra kelas XI SMK
Negeri 2 Pacitan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2009/2010 .................. 114
8. Rekapitulasi data hasil tes kecepatan dan pengklasifikasian
kategorinya. .......................................................................................... 115
9. Rekapitulasi data hasil tes awal dan tes akhir power otot tungkai,
klasifikasi kecepatan beserta pembagian sampel ke sel-sel. ................ 116
10. Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir power otot tungkai pada
kelompok 1 (kelompok latihan berbeban)............................................ 118
11. Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir power otot tungkai pada
kelompok 2 (kelompok latihan plyometrics)........................................ 118
12. Uji Reliabilitas Dengan Anava............................................................. 119
13. Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes awal loncat tegak 122
14. Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes akhir loncat tegak 125
xvii
15. Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors ................................... 128
16. Tabel kerja untuk menghitung nilai homogenitas dan Analisis Varians 133
17. Uji Homogenitas Dengan Uji Bartlet ................................................... 135
18. Analisis Varians ................................................................................... 136
19. Uji Rata-Rata Rentang Newman-Keuls ............................................... 137
xviii
ABSTRAK
HOKI SETIYAWAN. A.120908013. Perbedaan Pengaruh Latihan berbeban
dan Plyometrics Ditinjau dari Kecepatan Lari Terhadap Peningkatan Power
Otot Tungkai (Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada
Siswa Putra Kelas XI SMK N 2 Pacitan Tahun Pejaran 2009/2010 ). Tesis:
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Perbedaan pengaruh
latihan berbeban dan latihan plyometrics terhadap peningkatan power otot
tungkai, 2) Perbedaan peningkatan power otot tungkai siswa yang memiliki
kecepatan tinggi dan kecepatan rendah, 3) Pengaruh interaksi antara metode
latihan berbeban dan plyometrics ditinjau dari kecepatan lari terhadap
peningkatan power otot tungkai.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen
dengan rancangan faktorial 2 x 2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
XI SMK N 2 Pacitan Jawa Timur yang berjumlah 70 siswa. Sampel dalam
penelitian ini adalah 40 siswa yang diambil dengan teknik purposive Random
Sampling. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel : variabel
independent yakni latihan berbeban dan latihan plyometrics, variabel atributif
yakni kecepatan lari serta variabel dependent yakni power otot tungkai, Seluruh
data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran
terhadap kecepatan dengan menggunakan lari cepat 40 meter serta power otot
tungkai dengan vertical power jumps test. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Analisis Varian (ANAVA) dua jalur yang dilanjutkan
dengan uji Rentang Newman Keuls pada taraf signifikansi α = 0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Ada perbedaan pengaruh
yang signifikan latihan berbeban dan latihan plyometrics terhadap peningkatan
power otot tungkai. 2) Ada perbedaan yang signifikan peningkatan power otot
tungkai antara siswa yang memiliki kecepatan tinggi dan siswa yang memiliki
kecepatan rendah. 3) Ada pengaruh interksi yang signifikan antara metode latihan
dan tingkat kecepatan terhadap peningkatan power otot tungkai. Kelompok siswa
yang memiliki kecepatan tinggi lebih tepat jika dilatih dengan latihan plyometrics,
sedangkan kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah lebih baik jika dilatih
dengan latihan beban
Kata kunci : latihan berbeban, plyometrics, kecepatan, power otot tungkai
xix
ABSTRACT
Hoki Setiyawan. A. 120908013. The Effect Different of Weight Training and
Plyometrics For Speed on the Leg Muscle Power (An Experimental Study on
Weight Training and Plyometrics Of Grade XI Male Student Of SMK N 2 Pacitan
East Java in Academic Year Of 2009/2010). Thesis: Postgraduate Program of
Surakarta. Sebelas Maret University. Juli 2010.
The aims of this research are to find out: 1) The difference effect of
weight training and plyometrics on the leg muscle power, 2) The difference effect
on the leg muscle power between the student having higher speed of leg muscle
and the ones having lower speed of leg muscle, 3) Interaction effect between the
training resistance and the speed on the muscle power.
The method employed in this research was an experimental method
using 2 x 2 factorial design. The Population of research was the male students of
grade XI SMK N 2 Pacitan, as many as 70 studens. The sample of research is 40
students taken using purposive Random Sampling. The Variable of research
consists of two independent variable: training resistance ( weight training and
plyometrics) and speed; one dependent variable: leg muscle power. Entire data
needed in this research was obtained throught test and measurement on the speed
using sprint 40 metre as well as the leg muscle power using vertical power jumps
test. Two-way analysis of variance was used to analysis data followed by
Newman Keul’s interval test.
The result shows that 1) there is significant different effect of training
resistance and plyometrics on the leg muscle power. 2) There is significant
difference of leg muscle power between the students having higher speed of leg
muscle and the ones having lower speed of leg muscle. 3) There is significant
interaction effect between the training resistance and the speed level with on the
result of leg muscle power. The group of students having higher speed of leg
muscle is more suitable to be coached using the plyometrics, while the group of
students having lower speed of leg muscle is better to be coached using weight
training.
Keyword : Weight training, plyometrics, speed, leg muscle power
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini peranan olahraga bagi bangsa Indonesia menjadi sangat
penting. Melalui olahraga pada umumnya dan prestasi yang tinggi di bidang
olahraga pada khususnya dapat membangkitkan rasa kebangsaan nasional. Selain
itu olahraga dapat membawa kehormatan dan kebanggaan suatu bangsa.
Prestasi disemua cabang olahraga perlu ditingkatkan dan mendapatkan
perhatian yang sungguh-sungguh. Salah satu unsur penting yang harus disertakan
dalam upaya pembinaan adalah pembinaan dalam kondisi fisik, mengingat bahwa
olahraga melibatkan komponen jasmani dan rohani. Faktor yang paling dominan
adalah jasmani atau yang lebih dikenal dengan istilah badan. Dalam hal ini M.
Sajoto (1995: 8) menyatakan bahwa, “kondisi fisik adalah satu prasyarat yang
sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan prestasi seorang atlet”. Adapun
dalam upaya pembinaan kondisi fisik adalah dengan peningkatan unsur-unsur
kondisi fisik yang meliputi :kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelincahan,
kelentukan, keseimbangan, dan koordinasi.
Tungkai merupakan anggota tubuh yang dominan karena berfungsi
sebagai penopang berat badan dan menjadi tumpuan pada saat melakukan
aktifitas seperti melompat, berjalan, berlari dan sebagainya. Setiap individu
mempunyai kekuatan otot tungkai yang berbeda-beda. Adapun kekuatan itu
sendiri menurut kebutuhannya dapat dibedakan menjadi :kekuatan maksimal
2
(maximal strength), kekuatan daya ledak (explosive power), dan kekuatan daya
tahan (power endurance) Bompa, D.Tudor (1993:23-25).
Peningkatan power otot tungkai tidak dapat dicapai dengan spekulatif,
tetapi harus melalui latihan secara intensif dengan pola latihan yang tepat. Pola
latihan yang tepat, dalam artian tepat sasaran dan tepat ukuran sehingga
menjadikan power otot tungkai seseorang akan berkembang secara baik. Latihan
ini tentunya harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan komponen yang
diperlukan dalam mengembangkan power otot tungkai.
Power otot tungkai dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, salah satunya
adalah latihan resistence. Dalam hal ini Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin
(1993:108) mengemukakan bahwa, “latihan resistence adalah latihan dimana
seorang atlet harus mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban, baik itu
badan atlet itu sendiri maupun bobot dari luar (external resistence)”.
Latihan berbeban dan plyometrics merupakan metode yang bisa digunakan
dalam penerapan latihan resistence. Kedua metode latihan tersebut ditinjau dari
segi kecepatan lari, belum diketahui mana yang lebih efektif dalam meningkatkan
power otot tungkai. Hal ini dikarenakan setiap individu mempunyai karakteristik
yang berbeda dengan kelompok lain. Menurut Suharno HP. (1993:33)
mendefinisikan power sebagai, “Kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot
untuk mengatasi tahanan sebagai beban dengan kecepatan tinggi dalam suatu
gerakan yang utuh”. Kemudian lebih lanjut dijelaskan bahwa power otot tungkai
merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai dalam mengatasi
tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh.
3
Latihan berbeban adalah suatu latihan yang menggunakan beban, baik
latihan secara isometrik, secara isotonik maupun secara isokinetik. Latihan ini
dilakukan dengan menggunakan beban berupa alat maupun berat badan atlet.
Latihan berbeban adalah suatu cara penerapan prosedur tertentu secara sistematis
pada berbagai otot tubuh. Pada program latihan beban ini dalam pelaksanaannya
menggunakan alat-alat berupa barbell atau beban yang telah dikombinasikan
menjadi alat khusus untuk latihan beban (weight training)
Latihan fisik atau olahraga telah diketahui sebagai salah satu cara untuk
memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani. Salah satu latihan fisik yang
sering dilakukan adalah latihan kekuatan menggunakan beban (weight training).
Latihan berbeban merupakan latihan dengan menggunakan suatu beban untuk
meningkatkan kekuatan terutama kekuatan otot. Jenis dari latihan beban memiliki
manfaat yang berbeda pada jenis otot yang akan dilatih. Latihan berbeban
biasanya untuk meningkatkan kekuatan otot dada, otot perut, otot lengan dan otot
tungkai. Berkaitan dengan peningkatan kekuatan otot, penelitian ini akan
mengkaji dan meneliti cara untuk meningkatkan power otot tungkai dengan
latihan beban.
Latihan dilakukan untuk meningkatkan power otot tungkai harus pula
ditujukan pada otot-otot tungkai secara khusus. Bentuk gerakan latihan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah squat dan legg pres. Bentuk latihan tersebut
dipilih karena latihan tersebut melibatkan otot-otot yang terlibat dalam power otot
tungkai
4
Peningkatan power otot tungkai tidak dapat dicapai dengan spekulatif,
tetapi harus melalui latihan secara intensif dengan pola latihan yang tepat. Pola
latihan yang tepat, dalam artian tepat sasaran dan tepat ukuran sehingga
menjadikan power otot tungkai seseorang akan berkembang secara baik. Latihan
ini tentunya harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan komponen yang
diperlukan dalam mengembangkan power otot tungkai.
Latihan plyometrics merupakan metode yang bisa digunakan dalam
penerapan latihan kekuatan. Menurut Suharno HP. (1993:33) mendefinisikan
power sebagai, “Kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi
tahanan sebagai beban dengan kecepatan tinggi dalam suatu gerakan yang utuh”.
Kemudian lebih lanjut dijelaskan bahwa power otot tungkai merupakan
kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai dalam mengatasi tahanan beban
atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh.
Latihan plyometrics berusaha untuk menggunakan berat badan itu sendiri
atau menggunakan beberapa alat untuk meningkatkan rangsang latihan Pelatihan
plyometrics menggunakan kekuatan gaya berat untuk meningkatkan energi
elastik yang tersimpan di otot selama konstraksi eksentrik (masa persiapan) dari
suatu kegiatan. Beberapa energi yang disimpan itu kemudian dilepaskan pada
saat konstraksi konsentris (masa pelepasan) yang menyusul dengan segera.
Energi simpanan ini memudahkan gerakan meninggi atau melompat.
Pelatihan plyometrics digunakan untuk melatih aspek yang eksentris dari kerja
otot. Disamping itu latihan plyometrics membantu mengembangkan seluruh
5
sistem neuro muskuler untuk gerakan-gerakan power, tidak hanya jaringan yang
berkonstraksi.
Latihan-latihan plyometrics diperkirakan menstimulasi berbagai
perubahan dalam neuromuskuler, memperbesar kemampuan kelompok-
kelompok otot untuk memberikan respon lebih cepat dan lebih kuat terhadap
perubahan-perubahan yang ringan dan cepat pada panjangnya otot. Salah satu
ciri penting latihan plyometrics tampaknya adalah pengkondisian sistem
neuromuskuler sehingga memungkinan adanya perubahan-perubahan arah yang
lebih cepat dan lebih kuat, misalnya dari gerakan turun naik pada lompatan dan
gerakan kaki arah anterior dan kemudian arah posterior pada waktu lari. Dengan
mengurangi waktu yang diperlukan untuk perubahan arah ini, maka kekuatan
dan kecepatan dapat ditingkatkan.
Pada dasarnya latihan plyometrics adalah gerakan dari rangsang
peregangan otot secara mendadak supaya terjadi kontraksi yang lebih kuat.
Latihan tersebut dapat menghasilkan peningkatan daya ledak kekuatan otot
kontraksi. Daya ledak dan kekuatan kontraksi otot merupakan cermin
peningkatan adaptasi fungsional neuromuskuler. Peningkatan kontraksi otot
merupakan perbaikan fungsi refleks peregangan dari muscle spindle.
Latihan plyometris lebih ditekankan pada pengembangan power. Power
Sendiri diartikan sebagai kekuatan dan frekuensi atau kekuatan yang terbagi
dengan waktu, maka beban lebih dan temporal harus diberikan. Mengacu pada
permasalahan diatas latihan plyometrics merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan. Program latihan plyometrics harus diberikan beban lebih, temporal
6
dan spesial. Beban lebih yang tepat ditentukan dengan mengontrol ketinggian
turun atau jatuhnya atlet, beban yang digunakan dan jarak tempuh. Beban lebih
yang tidak tepat menggangggu keefektifan latihan atau bahkan menyebabkan
cidera. Jadi dengan menggunakan beban yang melampaui tuntutan beban yang
resestif dari gerakan-gerakan plyometrics tertentu dapat meningkatkan kekuatan
tetapi tidak selalu meningkatkan power eksplosif. Beban lebih resestif pada
kebanyakan latihan plyometrics adalah berupa gaya momentum dari gravitasi
dengan menggunakan beban berat tubuh. Bicara masalah momentum hasil kali
masa dan kecepatan suatu benda yang jatuh semakin tinggi akan semakin cepat,
sehingga momentumnya akan semakin besar.
Untuk meningkatkan power dapat melalui latihan plyometrics. Adapun
bentuk-bentuk latihan plyometrics adalah :melangkah, melompat, melayang,
melompat dengan satu kaki, meloncat dengan menempuh jarak, skiping
mengayun, dan memutar (Bompa, 1994 :77) Beberapa bentuk latihan
plyometrics yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya ledak anggota
gerak bawah adalah “bounds, hops, jumps,leaps, skips, ricochets, jumping-in
place, standing jums, multiple hop and jums, box drill, bounding dan dept jump”.
(Radeliffe,J.C., Farentinos,R.C :1985; Chu: 1992)
Tungkai merupakan anggota tubuh yang dominan karena berfungsi
sebagai penopang berat badan dan menjadi tumpuan pada saat melakukan
aktifitas seperti melompat, berjalan berlari dan sebagainya. Otot tungkai dipakai
sebagai tumpuan dan tolakan didalam lompat jauh. Setiap individu mempunyai
kekuatan otot tungkai yang berbeda-beda, adapun kekuatan itu sendiri menurut
7
kebutuhannya dapat dibedakan menjadi :kekuatan maksimal (maximal strength),
kekuatan daya ledak (explosive power) dan kekuatan daya tahan (power
endurance).
Berdasarkan bentuk latihan plyometrics anggota gerak bawah, latihan
untuk meningkatkan power otot tungkai dapat dilakukan dengan gerakan
melompat-lompat, baik tanpa alat maupun dengan alat. Hal ini dikarenakan,
latihan plyometrics menbacu pada latihan-latihan yang ditandai dengan
kontraksi-kontraksi otot yang kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang
cepat dan dinamis atau peregangan otot-otot yang terlibat. Bentuk latihan
plyometrics yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah knee tuck jump dan
squat jump
Berdasarkan pengamatan peneliti selama mengamati siswa khususnya
putra saat pelajaran olahraga khususnya Atletik, banyak siswa yang mengalami
kesulitan mengikuti materi pelajaran khususnya untuk nomor lari, lompat
maupun lempar. Banyak faktor yang menjadi penyebab ketidak berhasilan siswa
dalam menempuh pelajaran tersebut, diantaranya adalah kemampuan fisik siswa
yang belum optimal, serta pendekatan latihan yang tidak sesuai dengan nomor-
nomor yang ada dalam cabang atletik. Salah satu kemampuan fisik yang
dominan dalam nomor-nomor tersebut adalah power otot tungkai, karena hampir
semua nomor cabang ini membutuhkan power otot tungkai.
Kekuatan otot tungkai merupakan faktor penting untuk meningkatkan
power anggota gerak bawah. Otot-otot tungkai yang baik (kuat) akan membantu
penampilan atlet dalam melakukan gerakan plyometrics. Karena gerakan
8
membutuhkan kekuatan dan kecepatan gerak dari otot-otot yang terlibat.
Radcliffe,J.C., Farentinos,R.C (1985 :4) mengemukakan “setiap keterampilan
olahraga yang menuntut power, yaitu kombinasi atau perpaduan antara kekuatan
dan kecepatan, dapat memperoleh manfaat dari latihan plyometrics”.
Berdasarkan latar belakang diatas perlu adanya penelitian dengan
menggunakan metode latihan berbeban dan latihan plyometrics serta pengaruhnya
terhadap power otot, yang selanjutnya akan dikembangkan model dengan judul
” Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban dan plyometrics Ditinjau dari kecepatan
Lari Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai (Studi eksperimen latihan
berbeban dan plyometrics pada siswa putra kelas XI SMK N 2 Pacitan Tahun
Pelajaran 2009/2010
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah
dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruhi terhadap peningkatan power otot
tungkai .
2. Sejauh mana peranan metode latihan yang diterapkan terhadap hasil latihan
3. Metode latihan berbeban dan plyometrics yang paling tepat yang dapat
digunakan untuk meningkatkan power otot tungkai.
4. Belum diketahui pengaruh kecepatan lari terhadap peningkatkan power otot
tungkai
9
5. Penerapan metode latihan berbeban dan plyometrics dengan kecepatan lari
berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai siswa putra kelas XI
SMK N 2 Pacitan Tahun Pelajaran 2009/2010.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang salah dalam penelitian ini, maka
perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Metode latihan yang tepat untuk peningkatan power otot tungkai.
2. Pengaruh kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai siswa putra
kelas XI SMK N 2 Pacitan Tahun Pelajaran 2009/2010
3. Pengaruh metode latihan dan tinggi rendahnya kecepatan lari terhadap
peningkatan power otot tungkai pada siswa putra kelas XI SMK N 2 Pacitan
Tahun Pelajaran 2009/2010
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka
masalah yang ada dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh latihan berbeban dan latihan plyometrics
terhadap peningkatan power otot tungkai ?
2. Adakah perbedaan peningkatan power otot tungkai antara siswa yang
memiliki kecepatan lari tinggi dan siswa yang memiliki kecepatan lari
rendah?
10
3. Adakah pengaruh interaksi metode latihan dan kecepatan lari terhadap
peningkatan power otot tungkai?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui :
1. Perbedaan pengaruh latihan berbeban dan plyometrics terhadap peningkatan
power otot tungkai
2. Perbedaan pengaruh antara kecepatan lari tinggi dan kecepatan lari rendah
terhadap peningkatan power otot tungkai
3. Pengaruh interaksi metode latihan berbeban dan plyometrics dengan
kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai.
F. Manfaat Penellitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
1. Memberikan sumbangan pengetahuan kepada pengajar, pembina maupun
pelatih cabang olahraga tentang pentingnya memilih dan menggunakan
metode latihan yang tepat dalam meningkatkan power otot tungkai.
2. Memberikan sumbangan pengetahuan kepada pengajar, pembina maupun
pelatih cabang olahraga, dalam merancang variasi metode latihan khususnya
latihan untuk meningkatkan power otot tungkai
3. Dapat dijadikan pedoman untuk menentukan dan memilih metode latihan
tahanan yang lebih baik dan efektif untuk meningkatkan power otot tungkai.
11
4. Dapat dijadikan bahan referensi khususnya bagi pembina dan pelatih cabang
olahraga dalam menerapkan metode latihan, sehingga akan lebih efektif dan
efisien.
12
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Power Otot Tungkai
Pada saat melakukan aktivitas olahraga, pengertian daya ledak atau power
biasanya mengacu pada kemampuan seseorang dalam melakukan kekuatan
maksimal dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya.
Menurut Suharno HP. (1993:33) mendefinisikan power sebagai “ Kemampuan
sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi tahanan sebagai beban
dengan kecepatan tinggi dalam suatu gerakan yang utuh”. Berkaitan dengan
power , M.Sajoto (1995 : 17) menyatakan bahwa, ”Daya ledak otot atau muscular
power adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum,
dengan usaha yang dikerjakan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Dalam hal
ini dinyatakan bahwa daya ledak otot adalah hasil perkalian antara kekuatan dan
kecepatan”. Hal senada dikemukakan oleh Sugiyanto & Sudjarwo (1992 : 21)
bahwa, ”Power atau daya ledak eksplosif adalah kualitas yang memungkinkan
kerja otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik yang eksplosif.
Eksplosif Power ditentukan oleh kekuatan otot dan kecepatan rangsangan syaraf
serta kecepatan kontraksi”. Seperti yang dikemukakan Nossek (1982 : 46-48)
bahwa ”Power adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi tahanan dengan
suatu kecepatan kontraksi otot”. Sedangkan menurut Harsono (1988 : 200)
”Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam
waktu yang sangat cepat”.
13
Berbagai cabang olahraga memerlukan power dalam penampilannya,
terutama cabang-cabang olahraga yang membutuhkan ketangkasan dan kecepatan
dalam bereaksi, sebagai contoh: cabang olahraga atletik, hampir semua nomor
dalam cabang ini memerlukan power, mulai dari nomor lari, lompat maupun
lempar dan berbagai cabang olahraga permainan. Power otot tungkai memegang
peranan penting dan kontribusi yang sangat besar terhadap tercapainya suatu
prestasi dalam berbagai cabang olahraga terutama untuk cabang-cabang olahraga
yang didalamnya terdapat gerakan-gerakan melompat, meloncat, menendang dan
gerakan-gerakan lain yang melibatkan kerja otot tungkai yang dikerahkan secara
meksimal dalam waktu yang singkat
Berdasarkan batasan atau definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa power pada dasarnya adalah kemampuan seseorang untuk mengerahkan
kekuatan secara maksimal dalam waktu yang sependek-pendeknya atau sesingkat-
singkatnya. Dari hal tersebut dapat dirumuskan bahwa power otot tungkai
merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai dalam mengatasi
tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh. Power
otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai untuk melakukan kerja atau gerakan
secara eksplosif yang melibatkan otot otot tungkai sebagai penggerak utama.
a. Macam-macam Power
Berdasarkan jenisnya power dibedakan menjadi dua macam, Bompa (1990
: 285) mengemukakan bahwa ”Power dibedakan dalam dua bentuk yakni power
acyclici dan power cyclic”. Pembedaan jenis power ini dilihat dari segi
14
kesesuaian jenis latihan atau ketrampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga power
asiklik dan siklik dapat dikenali dari peranannya pada suatu cabang olahraga.
Istilah asiklik yang melekat pada power merupakan atribut gerak fisik
yang ditilik dari struktur dan fungsi ketrampilan gerak dalam olahraga. Asiklik
sendiri berarti satu ketrampilan yang berbentuk dari gerak yang terus menerus
berubah tanpa ada kemiripan gerak dengan yang lainnya. Sedangkan siklik adalah
kebalikannya yang berarti satu ketrampilan yang terdiri atas gerak yang diulang
secara terus menerus
Cabang-cabang olahraga yang memerlukan power asiklik secara dominan
adalah cabang olahraga yang dalam penampilannya terdapat gerakan melempar,
menolak dan melompat seperti cabang atletik, unsur-unsur geraka pada senam,
loncat indah dan permainan. Peran power asiklik dalam permainan akan sangat
tampak pada gerakan smash dan block pada permainan bolavoli, slam-dunk dan
jump-shot pada bola basket, jump smash pada permainan bulutangkis dan lainya
sebagainya. Sedangkan power siklik lebih dominan untuk cabang olahraga yang
dalam aktivitasnya terdapat gerak maju seluruh badan seperti lari cepat, dayung,
renang, bersepeda dan sejenisnya.
Besarnya power seseorang dapat dinyatakan kerja per unit waktu dengan
rumus :
P = t
FxD = P =
t
Work (Fox,EL,Bower,R.W.,Fose M.L 1988 : 11)
Keterangan :
P = power, F = Force, D = Disatance, t = time
15
Dari rumus tersebut diatas menyatakan bahwa power menghasilkan suatu
momentum, dan momentum ini merupakan tenaga untuk menghasilkan gerakan
yang kuat dan cepat. Jadi power merupakan performa fungsi kerja otot maksimal
dibagi satuan waktu.
Besarnya power otot tungkai yang diperlukan pada masing-masing cabang
tentunya berbeda-beda, tergantung seberapa besar keterlibatan power otot tungkai
dalam sebuah permainan atau cabang olahraga tersebut. Power otot tungkai yang
diperlukan untuk cabang bolavoli, tentunya berbeda dengan yang diperlukan
untuk cabang sepakbola dan akan berbeda pula dengan cabang olahraga atletik
untuk cabang lempar dan sebagainya. Oleh karena itu sangat penting bagi seorang
pengajar, atlet maupun pelatih untuk mengetahui dan dapat menentukan jenis dan
model latihan yang tepat untuk mengembangkan power otot tungkai yang
dimilikinya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Power
Power atau daya ledak merupakan gabungan antara dua kemampuan yaitu
kekuatan dan kecepatan. Power akan berpengaruh dalam suatu aktivitas olahraga
yang membutuhkan gerakan-gerakan yang eksplosif. Kekuatan dan kecepatan
yang dikombinasikan akan berperan penting dalam berbagai keterampilan
olahraga. Berkenaan dengan itu, dalam rangka melakukan pembinaan dan
peningkatan prestasi dalam olahraga, power otot yang dimiliki oleh atlet dalam
pembinaan fisik di usia dini perlu ditingkatkan.
16
Dalam upaya meningkatkan power otot yang dimiliki oleh para siswa
dengan tepat, pelatih atau guru olahraga perlu memahami hal-hal mengenai seluk
beluk power otot. Dalam menghasilkan power otot yang baik banyak faktor yang
turut menentukan. Suharno HP. (1993:38) menjelaskan bahwa faktor-faktor
penentu power adalah :
1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet.
2) Kekuatan dan kecepatan otot Rumus P = F x V
P = Power F = Force V = Velocity (kecepatan)
3) Waktu rangsangan dibatasi secara konkrit lamanya.
4) Koordinasi gerakan yang harmonis.
5) Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP)
Selanjutnya Bucher seperti yang dikutip Harsono (1988:200) menyatakan
bahwa :
Seorang individu yang mempunyai power adalah orang yang mempunyai :
1) A high degree muscular strength,
2) A high degree of speed,
3) A high degree of skill in in intergrating speed and muscular strength
Faktor utama yang menjadi dasar dari power otot adalah kekuatan dan
kecepatan. Oleh karena itu segala hal yang mempengaruhi kekuatan dan
kecepatan, juga akan berpengaruh terhadap power otot. Disamping unsur
kecepatan dan kekuatan, power juga dipengruhi oleh teknik dan koordinasi
gerakan. Dengan teknik dan koordinasi yang baik, maka akan memungkinkan
gerakan yang dilakukan akan menjadi lebih cepat dan eksplosif.
17
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa power otot dipengaruhi oleh
kecepatan, kekuatan, keterampilan serta koordinasi gerakan. Disamping itu power
juga dipengaruhi oleh serabut otot yang dimiliki. Serabut otot tersebut merupakan
faktor bawaan. Jenis serabut otot yang dimiliki oleh atlet sejak lahir pada dasarnya
ada dua macam yaitu “serabut otot cepat dan serabut otot lambat” (Sadoso
sumosardjuno, 1994:15). Serabut otot cepat merupakan serabut otot putih,
sedangkan serabut otot lambat merupakan serabut otot merah.
Setiap atlet atau siswa memiliki kecenderungan jenis serabut otot yang
berbeda. Jika jenis serabut otot yang dimiliki atlet cenderung serabut otot putih,
maka atlet tersebut berbakat untuk gerakan-gerakan yang memerlukan
kemampuan fisik dengan waktu kontraksi pendek seperti, kecepatan power dan
kekuatan. Sebaliknya jika jenis serabut otot yang dimiliki atlet cenderung serabut
otot merah, maka atlet tersebut berbakat untuk gerakan-gerakan yang memerlukan
waktu kontraksi yang relatif lama atau daya tahan.
c. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melatih Power
Dalam melatih dan mengembangkan power otot tungkai, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan salah satu diantaranya proses terbentuknya power.
Power merupakan perpaduan antara kekuatan dan kecepatan, maka latihan
yang diterapkan harus mempunyai ciri-ciri latihan explosif power. Ciri-ciri
latihan tersebut menurut Suharno HP (1993 : 59) antara lain :
a) Melawan beban relatif ringan yaitu dengan berat badan sendiri, atau dapat
pula dengan tambahan beban luar yang ringan.
b) Gerakan latihan aktif, dinamis dan cepat
c) Gerakannya merupakan satu gerakan yang singkat, serasi dan utuh
18
d) Bentuk gerakan bisa cyclic maupun acyclic
e) Intensitas kerja submaksimal atau maksimal
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa ciri-ciri latihan untuk
mengembangkan power adalah beban latihan ringan dengan gerakan yang
aktif dinamis, cepat, singkat dan serasi serta utuh, gerakannya dapat berbentuk
cyclic dan acyclic dengan intensitas submaksimal dan maksimal
Selain ciri-ciri tersebut, ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melatih power diantaranya adalah perlunya pemanasan. Lebih lanjut Suharno
(1993 : 61) menambahkan bahwa masalah-masalah yang perlu diperhatikan
dalam meliatih power diantaranya adalah ”Pemanasan badan sebelum masuk
kelatihan inti harus cukup baik untuk menghindari cedera dan kesiapan kerja
otot, gerakan-gerakan dalam latihan angkat besi harus benar dan teliti, sesuai
dengan tujuan pengembangan otot yang ingin ditingkatkan kualitasnya”.
Latihan yang benar terlebih dahulu harus diawali dengan peregangan otot
skelet dan ligamen, kemudian dilanjutkan dengan pemanasan dan diakhiri
dengan pendinginan. Peregangan bertujuan agar unsur kelentukan tetap terjaga
dan untuk mencegah cedera, sedangkan pemanasan bertujuan untuk
meningkatkan suhu tubuh yang selanjutnya akan membantu kelancaran
sirkulasi darah, meningkatkan penyaluran oksigen dan pertukaran zat.
Demikian pula dalam pelaksanaan penelitian ini. Treatment dilakukan sesuai
dengan prosedur pelatihan dan dilaksanakan dalam tiga bagian yaitu
pemanasan selama kurang lebih 15 menit, dilanjutkan dengan latihan inti
berkisar 90 menit kemudian diakhiri dengan penutup atau penenangan selama
kurang lebih 10 menit
19
Berdasarkan ciri-ciri latihan tersebut diatas, maka bentuk latihan untuk
meningkatkan power otot tungkai adalah latihan dengan beban ringan,
gerakanya aktif dinamis, cepat, serasi dan utuh gerakannya dapat berbentuk
cyclic dan acyclic, intensitas submaksimal dan maksimal. Beberapa metode
latihan yang sesuai dengan ciri-ciri tersebut diatas diantaranya adalah dengan
latihan berbeban (ketrampilan gerak asiklis), seperti yang dikemukakan
Suharno HP (1993 : 59) bahwa untuk mengembangkan power ”dapat
digunakan metode weight training, interval training, dan repetition training”
dan latihan plyometrics (ketrampilan gerak kombinasi asiklis) (Redciffe,J.C.,
Farentinos, R.C. 1985 : 5). Sehingga dalam penelitian ini akan dikaji lebih
lanjut mengenai pengaruh latihan berbeban dan latihan plyometrics terhadap
power otot tungkai.
Alasan yang digunakan berkaitan dengan metode latihan tahanan
adalah seperti yang telah diuraikan diatas. Demikian pula dengan bentuk
latihannya, masing-masing metode latihan terdiri dari 2 macam jenis latihan.
Untuk latihan berbeban, bentuk latihannya squat dan leg pres, sedangkan
untuk latihan plyometrics dengan knee tuck jump dan squat jump. Pemilihan
jenis latihan tersebut, sesuai dengan prinsip-prinsip dan tujuan latihan dalam
penelitian.
d. Dosis Latihan untuk Meningkatkan Power
Power berhubungan erat dengan kekuatan dan kecepatan, kontraksi
otot dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot
20
maksimum dalam satu durasi waktu yang pendek. Harre (1982) menyatakan
bahwa ”untuk meningkatkan power atau daya ledak diperlukan peningkatan
kekuatan dan kecepatan secara bersama-sama, sehingga bila seseorang dilatih
kecepatan secara khusus, maka kemampuan power akan meningkat’.
Pemberian latihan harus direncanakan, disusun dan diprogram dengan
baik sehingga tujuan dapat tercapai. Dosis beban latihan merupakan
komponen yang sangat penting, yang harus diperhitungkan dengan cermat
dalam menyusun program latihan.
e. Unsur-unsur Pembebanan Latihan
Unsur-unsur pembebanan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
latihan menurut M.Sajoto (1995 : 33-35) diantaranya adalah ”1) jumlah beban,
2) Repetisi dan set, 3) Frekuensi dan lamanya latihan”
Beberapa pendapat berkaitan dengan dosis latihan untuk meningkatkan
power atau daya ledak. Menurut Nossek (1982 : 80) sebagai berikut ”beban
latihan 50% - 75% dari maksimal, repetisi 6-10, set 4-6, dan istirahat antar set
3-5 menit dan irama angkatan cepat, sedangkan menurut Harre (1982 : 81)
”beban latihan 30% - 50% dari maksimal, repetisi 6 – 10, set 4 – 6, istirahat
antar set 2 – 5 menit dan irama angkatan cepat”. Dan dosis untuk latihan
plyometrics menurut Bompa (1994 : 44) adalah dengan ”intensitas
submaksimal, dengan jumlah repetisis 3-25, jumlah setnya 5-15 dan dengan
istirahat antar set 3-5 menit”. Hal ini sesuai dengan pendapat Pyke (1991),
bahwa dalam melatih power atau daya ledak, besarnya beban latihan sangat
21
penting, prinsipnya beban latihan tidak boleh terlalu berat sehingga dapat
digerakkan dalam jumlah yang sangat dan cepat
Mengenai berat latihan Moeloek & Arjatmo Tjokronagara (1984 ;12-
15) menyatakan bahwa ”berat pelatihan dapat diberikan dengan berbagai cara,
antara lain dengan meningkatkan frekuensi pelatihan, jumlah pelatihan,
macam pelatihan, ulangan (repetition), dalam suatu bentuk pelatihan, berat
badan, kesukaran dalam suatu pelatihan dan memperpendek interval
pelatihan”. Dari pendapat tersebut diatas, jelas bahwa beban latihan dapat
ditingkatkan dengan cara meningkatkan frekuensi latihan, meningkatkan
intensitas latihan, meningkatkan program latihan maupun memodifikasi
berbagai komponen dalam pelatihan, sehingga pelatih mempunyai kebebasan
untuk berkreasi dalam melakukan pelatihan.
Sebelum penelitian ini dilaksanakan terlebih dahulu beban yang akan
diberikan disamakan, yaitu dengan intensitas latihan 50% - 75%, repetisi 10
kali, set 4-6, dan recovery 3-5 menit. Tujuan menyamakan beban yang
diterima sampel sehingga dosis yang digunakan untuk kedua metode tersebut
dari awal penelitian betul-betul merupakan sebuah keadaan yang seimbang
f. Peranan Power Otot Tungkai Dalam Berbagai Cabang Olahraga
Power otot tungkai memuliki peranan yang sangat penting hampir
disemua cabang olahraga. Mulai dari atletik sampai dengan berbagai cabang
olahraga permainan baik olahraga individu maupun beregu, power otot tungkai
mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap tercapainya sebuah prestasi.
22
Berdasarkan jenis power dibedakan menjadi dua macam, Bompa
(1990 : 285) mengemukakan bahwa ”power dibedakan dalam dua bentuk
yakni power acyclic dan power cyclic”. Perbedaan jenis power ini dilihat dari
segi kesesuaian jenis latihan atau ketrampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga
power asiklik dan siklik dapat dikenali dari peranannya pada suatu cabang
olahraga. Cabang-cabang olahraga yang memerlukan power asiklik secara
dominan adalah cabang olahraga yang dalam penampilannya terdapat gerakan
melempar, menolak dan melompat seperti pada cabang atletik, unsur-unsur
gerakan pada senam, loncat indah dan permainan. Sedangkan power siklik
lebih dominan untuk cabang olahraga yang aktivitasnya terdapat gerakan maju
seluruh badan seperti lari cepat, dayung, renang, bersepeda dan sejenisnya.
Besarnya power otot tungkai yang diperlukn pada masing-masing cabang
tentunya berbeda-beda, tergantung seberapa besar keterlibatan power otot
tungkai dalam sebuah permainan atau cabang olahraga tersebut. Power otot
tungkai yang diperlukan untuk cabang bolavoli, tentunya berbeda dengan yang
diperlukan untuk cabang sepakbola dan akan berbeda pula dengan cabang
olahraga atletik untuk nomor lempar dan sebagainya. Oleh karena itu sangat
penting bagi seorang pengajar, atlet maupun pelatih untuk mengetahui dan
dapat menentukan jenis dan model latihan yang paling tepat untuk
mengembangkan power otot tungkai yang dimilikinya
23
2. Latihan
a. Pengertian Latihan
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan fisik, teknik, taktik, dan mental dalam upaya untuk meningkatkan
pencapaian prestasi. Untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya dalam
olahraga, atlet harus melaksanakan latihan secara intensif.
Menurut A. Hamidsyah Noer (1995:90) yang dimaksud dengan latihan
adalah : “Suatu proses yang sistematis daripada berlatih atau bekerja yang
dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah beban latihan
untuk mencapai tujuan”. Hal senada disampaikan Mulyono B (1992:21) yang
menyatakan bahwa :
Latihan adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis, kontinyu,
dimana beban latihan dan intensitas latihan makin hari makin bertambah, yang
pada akhirnya akan memberikan rangsangan secara menyeluruh terhadap tubuh
dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental secara bersama-
sama.
Adapun menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:126) “
Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara
berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta
intensitas latihannya”.
Ketiga teori tentang latihan tersebut diatas memiliki pengertian yang sama.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa latihan adalah suatu aktivitas olahraga
yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan peningkatan beban
24
secara bertahap dan berkelanjutan yang dilakukan tertentu untuk mencapai tujuan
yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga.
b. Tujuan Latihan
Upaya peningkatan prestasi di bidang olahraga mutlak memerlukan
latihan. Proses latihan dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu dengan
program yang baik. Latihan memegang peranan penting dalam upaya pencapaian
prestasi olahraga secara optimal.
Tujuan serta sasaran utama dari latihan olahraga menurut A.Hamidsyah
Noer (1995:90) adalah “Untuk membantu para atlet dalam meningkatkan
keterampilan dan pencapaian prestasi semaksimal mungkin, disamping untuk
menjaga stabilitas derajat kesehatan dan kesegaran jasmani atlet”. Sedangkan
tujuan utama latihan dalam olahraga menurut Harsono (1988:100) adalah untuk
membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal
mungkin”.
Jadi, tujuan akhir dalam pelaksanaan latihan adalah pencapaian prestasi
yang semaksimal mungkin dalam olah raga. Untuk dapat mencapai hal tersebut
mutlak diperlukan kemampuan fisik dengan tingkatan fitness yang tinggi. Sebab
hanya dengan kemampuan fisik seperti itulah, seorang atlet akan dapat tampil
prima dalam penampilam olahraganya. Dengan penampilan yang prima akan
dapat memungkinkan pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya dalam olahraga.
Karena tidak bisa ditinggalkan, maka kondisi fisik tersebut harus ditingkatkan
melalui latihan fisik.
25
Sasaran dan tujuan latihan fisik menurut Harsono (1988:153) yaitu “untuk
meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh
sehingga mencapai prestasi yang lebih baik”.
Secara umum tujuan dari latihan kondisi fisik adalah untuk meningkatkan
kesegaran jasmani dalam melakukan olahraga, sedangkan secara khusus latihan
fisik ditunjukkan kepada komponen fisik tertentu. Memang semua komponen-
komponen fisik dalam tubuh manusia tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
lainnya. Akan tetapi latihan fisik yang bersifat khusus, hanya akan menekan
komponen-komponen fisik tertentu. Untuk meningkatkan komponen fisik
tertentu, misalnya power otot, maka latihan fisik yang dilakukan harus bersifat
khusus sesuai denngan karakteristik power otot tersebut.
c. Prinsip-prinsip Latihan
Dalam upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga, menuntut adanya
latihan secara intensif. Penyusunan program dan pelaksanaan latihan yang baik
akan sangat diperlukan dalam pelaksanaan latihan, sebab hal itu akan turut
menentukan terhadap hasil yang akan dicapai. Penyusunan program dan
pelaksanaan latihan harus di dasarkan pada prinsip-prinsip latihan yang benar.
Menurut Nosseck (1982:14) bahwa prinsip-prinsip latihan merupakan garis
pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan
baik”.
26
Usaha untuk mencapai suatu tujuan latihan haruslah dilakukan dengan
berpedoman pada prinsip-prinsi latihan yang benar. Prinsip-prinsip tersebut
menurut E.L Fox yang dikutip M. Sajoto (1995:30-31) yaitu :
1. Prinsip overload
2. Prinsip penggunaan beban secara progresif
3. Prinsip pengaturan latihan
4. Prinsip kekhususan program latihan
Adapun menurut Bompa yang dikutip Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin
(1996:130-140) prinsip-prinsip latihan tersebut adalah :
1. Prinsip beban lebih
2. Prinsip perkembangan multilateral
3. Prinsip intensitas latihan
4. Prinsip kualitas latihan
5. Prinsip berpikir positif
6. Variasi dalam latihan
7. Prinsip individualisasi
8. Penetepan sasaran (goal setting)
9. Prinsip perbaikan kesalahan
Dari pendapat pendapat di atas ada kesamaan dan saling melengkapi,
keduanya dapat disatukan. Prinsip-prinsip latihan tersebut diuraikan sebagai
berikut :
27
1) Prinsip Beban Lebih (overload)
Prinsip latihan lebih merupakan faktor yang penting dalam peningkatan
kemampuan atlet, karena pembebanan yang dilakukan lebih berat dari
kemampuan atlet. Hal ini senada dengan Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin
(1993:131) mengemukakan bahwa, “prinsip beban lebih adalah prinsip latihan
yang menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang
mampu dilakukan oleh atlet”.
Dengan pembebanan yang lebih berat dari sebelumnya, maka akan
merangsang tubuh untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan
tubuh akan meningkat. Dengan pembebanan lebih ini tubuh akan memberi respon
terhadap rangsangan yang tepat dan akan beradaptasi dengan beban yang
diberikan tersebut.
2) Prinsip Penggunaan Beban Secara Progresif
Prinsip penggunaan beban secara progresif yang dimaksud adalah
penggunaan beban yang ditingkatkan secara teratur dan bertahap sedikit demi
sedikit. Hal yang perlu diperhatikan dalam peningkatan beban adalah penentuan
peningkatan harus berada dalam ambang rangsang. Dalam artian, pembebanan
yang dilakukan tidak boleh terlalu berat karena dapat menyebabkan terjadinya
over training. Nosseck (1982:49) menyatakan bahwa “periode stabilitas atau
adaptasi organisme terhadap rentetan beban yang lebih tinggi selesai dalam waktu
yang berbeda, paling tidak satu atau dua minggu”.
28
3) Prinsip Pengaturan Latihan
Pembebanan yang dilakukan dalam latihan berbeban haruslah diatur
sedemikian rupa, sehingga latihan tersebut dapat efektif. Dalam hal ini M. Sajoto
(1995:31) mengemukakan bahwa :
Latihan hendaknya dilakukan sedemikian rupa, sehingga kelompok otot-otot besar
dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil. Hal ini dilaksanakan agar
kelompok otot kecil tidak akan mengalami kelelahan lebih dulu.
4) Prinsip Kekhususan
Pengaruh yang ditimbulkan dalam latihan itu sangat bersifat khusus. Oleh
karena itu, agar aktivitas latihan itu mempunyai pengaruh yang sesuai dengan
tujuan yang diharapkan, maka latihan yang dilakukan harus bersifat khusus pula.
Dalam hal itu Soekarman (1987:60) mengemukakan bahwa, “latihan itu harus
bersifat khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang digunakan
dalam cabang olahraga yang bersangkutan”. Pengaruh yang ditimbulkan dari
latihan tersebut bersifat khusus sesuai dengan karakteristik gerakan dan sistem
energi yang digunakan selama latihan.
5) Prinsip Individual
Kemampuan dan keadaan masing-masing orang berbeda, baik dari segi
fisik, mental, watak, potensi, karakteristik belajarnya dan tingkat kemampuannya.
Perbedaan-perbedaan itu perlu diperhatikan oleh pelatih agar pemberian dosis
29
latihan dan metode latihan dapat serasi untuk mencapai suatu prestasi bagi tiap-
tiap individu.
Dosis latihan yang diberikan kepada atlet hendaknya bersifat individual.
Meskipun sejumlah atlet atau siswa dapat diberi program pemantapan kondisi
fisik yang sama, namun kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama.
Hal ini dikarenakan setiap orang mempunyai ciri yang berbeda. Faktor-faktor
karakteristik individu harus dipertimbangkan dalam menyusun dan memberikan
latihan. Dalam hal ini Harsono (1988:112-113) mengemukakan bahwa :
“Faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan,
latar belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kesegaran jasmani,
ciri-ciri psikologisnya, semua itu harus ikut dipertimbangkan dalam
mendesain program latihan”.
Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan direncanakan dan
dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet atau siswa.
Dengan hal tersebut maka pelatih akan dapat memperhitungkan beban latihan
yang akan diberikan kepada tiap atletnya dengan cepat.
d. Pengaruh Latihan
Telah diketahui bahwa latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan
terukur dengan dosis dan waktu yang cukup, menyebabkan perubahan fisiologi
yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energy yang lebih besar dan
memperbaiki penampilan fisik. Menurut Fox,EL,Bower,R.W.,Fose M.L(1988 :
324) perubahan fisiologi yang terjadi akibat latihan fisik diklafikasikan menjadi 3
30
macam perubahan, yaitu : (a) perubahan yang terjadi pada tingkat jaringan, yakni
perubahan yang berhubungan dengan biomekanika, (b) perubahan yang terjadi
secara sistematis, yakni perubahan pada sistem sirkulasi dan respirasi termasuk
system pengangkutan oksigen, (c) perubahan lain yang terjadi pada komposisi
tubuh, perubahan tekanan darah, dan perubahan yang berkenaan dengan
aklimatisasi panas. Secara lebih rinci perubahan-perubahan akibat latihan oleh
Davis et al (1989 : 175-177) dijabarkan sebagai berikut.
a. Perubahan-perubahan Biokimia :
Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam otot rangka akibat latihan
dikelompokkan menjadi dua, yakni : perubahan yang disebabkan oleh latihan
aerobik dan perubahan yang disebabkan oleh latihan anaerobik.
1) Perubahan yang terjadi pada aerobik otot akibat latihan aerobik
a) Meningkatnya cadangan glukosa dan trigliserida
b) Meningkatnya ekstraksi oksigen yang disebabkan adanya peningkatan
konsentrasi mioglobin
c) Meningkatnya pengangkutan oksigen melalui vaskularisasi, karena
jumlah kapiler dalam otot meningkat
d) Bertambahnya tempat untuk memproduksi energi karena bertambahnya
ukuran dan jumlah mitokondria
e) Terjadi peningkatan produksi ATP melalui sistem aerobik, karena
jumlah enzim oksidatif meningkat sangat banyak.
2) Perubahan yang terjadi pada otot kaki akibat latihan anaerobik
Perubahan yang terjadi dalam otot akibat anaerobik meliputi :
31
a) Peningkatan sistem ATP-PC seiring dengan meningkatnya cadangan ATP-
PC
b) Peningkatan cadangan glukosa dan aktivitas enzim-enzim glikolitik.
c) Meningkatnya kecepatan kontraksi otot.
d) Hipertropi otot ( paling banyak pada serabut-serabut otot cepat).
(1) Meningkatnya area crossectional, dengan demikian meningkatnya
kekuatan (force) otot.
(2) Meningkatnya jumlah dan ukuran myofibril per serabut otot.
(3) Meningkatnya jumlah aktin dan moisin.
(4) Meningkatnya diameter dan (mungkin) jumlah serabut otot.
e) Meningkatnya densitas kapiler per serabut otot.
f) Meningkatnya kekuatan tendon dan ligament.
g) Meningkatnya kemampuan rekruitmen motor unit.
h) Meningkatnya berat tubuh tanpa lemak.
b. Perubahan Pada Sistem Kardiorespiratori
Perubahan yang terjadi pada sistem kardiorespiratori akibat latihan adalah :
1) Hipertropi jantung
Pada latihan aerobik peningkatan ukuran jantung disebabkan oleh
bertambah luasnya ventrikel kiri tanpa disertai penebalan dinding ventrikel,
sedangkan pada latihan anaerobik perubahan ukuran jantung disebabkan
karena terjadi penebalan dinding ventrikel.
2) Bertambahnya volume sekuncup jantung.
32
Dengan bertambah luasnya chambers (bagian dari ventrikel kiri),
bertambah tebalnya dinding ventrikel, dan ekstensibilitas, serta
kontraktilitas jantung. Volume darah yang dipancarkan setiap detak
menjadi lebih banyak.
3) Menurunnya frekuensi detak jantung pada saat istirahat.
Cardiac output yang dibutuhkan pada saat istirahat adalah konstan, dengan
meningkatnya isi sekuncup maka frekuensi detak jantung akan menurun.
4) Meningkatnya volume darah dan haemoglobin
Latihan merangsang peningkatan plasma dan volume sel-sel darah merah,
dengan demikian pengangkutan oksigen dan pembersihannya kembali
menjadi lebih efektif.
5) Tekanan darah pada penderita hipertensi, latihan akan menurunkan tekanan
darahnya sehingga menjadi normal.
6) Sistem respiratori
Pengaruh latihan pada sistem respiratori adalah meningkatnya volume paru
secara keseluruhan, dan pada orang-orang tertentu meningkatkan kapasitas
difusi pulmonal.
c. Perubahan-Perubahan Lain
Disamping perubahan biokimia dan perubahan kardiorespiratori, latihan
juga menghasilkan perubahan-perubahan lain yang penting seperti :
1) Perubahan dalam komposisi tubuh.
2) Perubahan kadar kolesterol dan trigliserida darah.
3) Perubahan dalam tekanan darah.
33
4) Perubahan dalam aklimatisasi ; dan
5) Perubahan dalam jaringan-jaringan penghubung.
d. Perubahan Pada Saraf
Perubahan fisiologis yang lain, selain dari 3 hal yang telah dikemukakan
adalah perubahan-perubahan pada struktur saraf. Perubahan pada sruktur
saraf ini tidak dibahas secara rinci seperti pada perubahan-perubahan otot
skelet, tetapi hanya dikemukakan sebagian saja. Kebanyakan penelitian
fisiologis dari latihan terfokuskan pada perubahan-perubahan dalam otot
skelet. Meskipun demikian,beberapa penelitian yang memusatkan
perhatiannya pada neurumuskuler junction dan motoneuron tidak kalah
pentingnya, bahkan mungkin lebih penting karena ditemukan bahwa susunan
atau struktur ini menunjukkan perubahan sebagai hasil dari latihan (Fox,
1984 : 231).
Kekuatan dan power tidak hanya ditentukan oleh jumlah dan kualitas
massa otot yang terlibat, tetapi juga oleh massa otot yang dapat diaktifkan
melalui usaha yang disadari (volunter). Lebih lanjut ekspresi dari kekuatan
dan power volunter disamakan dengan gerakan yang terampil, yang mana
otot-otot penggerak utama harus diaktifkan secara keseluruhan, demikian
juga otot-otot sinergis, sedangkan otot-otot antagonis dihambat. Latihan
kekuatan dan power menyebabkan perubahan dalam sistem saraf, yang
membuat seseorang lebih baik koordinasi kelompok ototnya, dan dengan
demikian power menjadi lebih besar (Sale dalam Jones, NL., McCarteney,
N., and McCormas, AJ., 1986 : 289-299)
34
3. Sistem Energi Latihan
a. Sistem Penyediaan Energi
Energi didefinisikan sebagai kapasitas atau kemampuan untuk melakukan
kerja, sedangkan kerja didefinisikan sebagai penerapan suatu gaya melalui suatu
jarak. Dengan demikian energi dan kerja tidak dapat dipisahkan (Fox EL., 1984 :
11).
Banyaknya energi yang digunakan untuk kerja otot tergantung pada
intensitas, frekuensi, serta ritme dan durasi latihan. Energi yang diperlukan untuk
suatu kegiatan uatau kontraksi otot tak dapat diserap langsung dari makanan yang
dimakan, akan tetapi diperoleh dari persenyawaan yang disebut ATP ( Adenosin
Triphosphate). ATP inilah yang merupakan sumber energi yang langsung
digunakan otot untuk melakukan kontraksi.
ATP merupakan suatu komponen kompleks yang tersusun atas satu
komponen adenosine dan tiga komponen phosphate. ATP ini tersimpan dalam
otot rangka yang sangat terbatas jumlahnya. Agar supaya kontraksi otot tetap
berlangsung, maka ATP ini harus segera disintesis kembali. ATP bias diberikan
pada sel-sel otot melalui 3 cara metabolisme, yaitu 2 secara anaerobik dan 1
secara aerobik
1) ATP-PC (Sistem Phosphagen)
Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal dari
ATP yang banyak terdapat dalam otot. Apabila otot berlatih lebih banyak, maka
persediaan ATP menjadi labih besar. Agar otot dapat berkontraksi berulang-ulang
35
dengan cepat kuat maka ATP harus dibentuk dengan cepat. Pembentukan kembali
ATP (Resistensi ATP) diperlukan energi, energi tersebut berasal dari PC
(Phosphocreatine) yang juga terdapat dalam otot. Apabila PC dipecah akan keluar
energi, pemecahan tersebut tidak memerlukan oksigen. PC ini jumlahnya sangat
sedikit tetapi merupakan sumber energi tercepat untuk pembentukan kembali
ATP. ATP-PC sudah tersimpan dalam otot, keduanya dapat memberikan energi
yang cukup dalam kerja fisik maksimal yang dilakukan dalam waktu 5 – 10 detik.
Substansi tersebut segera terbentuk kembali setelah 30 detik, sumber energi ini
sudah terbentuk sekitar 70%, untuk mencapai 100% diperlukan waktu 2 – 3 menit.
Sistem ini merupakan sumber energi yang dapat digunakan secara cepat yang
diperlukan untuk olahraga yang memerlukan kecepatan tinggi.
2) Glikolisis anaerobik (sistem asam laktat)
Apabila cadangan PC yang digunakan untuk resintesis ATP berkurang,
maka dilakukan pemecahan cadangan glikogen tanpa menggunakan oksigen
(anaerobik glikolisis). Dalam proses ini diperlukan reaksi yang lebih panjang dari
pada sistem phospahagen, karena glikolisis ini menghasilkan asam laktat,
sehingga pembentukan energi lewat sistem ini berjalan lebih lambat. Aktivitas
yang diperlukan secara maksimal dalam waktu 45 – 60 detik menimbulkan
akumulasi asam laktat. Asam laktat yang terbentuk dalam glikolisis anaerobik
akan menurunkan pH dalam otot maupun darah. Perubahan pH ini akan
menghambat kerja ensim-ensim atau reaksi kimia dalam sel tubuh, terutama
dalam sel otot, sehingga menyebabkan kontraksi menjadi lemah dan akhirnya otot
36
mengalami kelelahan. Untuk menghilangkan diperlukan waktu 3 – 5 menit.
Apabila glikolisis anaerobik ini terus berlangsung maka pH akan menjadi sangat
rendah sehingga menyebabkan atlet tidak dapat meneruskan aktivitasnya.
Semua olahraga yang memerlukan kecepatan, pertama-tama menggunakan
sistem phosphagen dan kemudian sistem asam laktat. Selanjutnya timbunan asam
laktat dapat diubah menjadi glukosa lagi dalam hati. Untuk olahraga yang
memerlukan waktu 1 sampai 3 menit energi yang digunakan terutama dari
glikolisis ini.
1) Sistem aerobik
Untuk jenis olahraga ketahanan yang tidak memerlukan gerakan yang cepat,
pembentukan ATP terjadi dengan metabolisme aerobik. Apabila cukup oksigen,
maka 1 mole glukosa dipecah secara sempurna menjadi CO2 (karbon dioksida)
dan H2O (air), serta mengeluarkan energi yang cukup untuk resistesis 3 mole
ATP. Untuk reaksi tersebut diperlukan berates-ratus reaksi kimia serta
pertolongan berates-beratus ensim, dengan sendirinya sangat rumit bila
dibandingkan dengan kedua sistem terdahulu. Reaksi aerobik ini terjadi di dalam
mitikondria
Tabel 1 : Sistem Energi Predominan Berdasarkan Waktu Penampilan
Waktu Penampilan Sistem Energi Predominan Contoh Jenis Kegiatan
Kurang dari 30 detik
30 detik – 90 detik
90 detik – 3 menit
Lebih dari 3 menit
ATP – PC
ATP – PC dan Asam
Laktat
Asam Laktat dan Oksigen
Oksigen
Lari cepat 100 meter
Lari cepat 200 – 400
meter
Lari 800 dan 1500 meter
Lari 5000 - marathon
37
b. Karakteristik Umum Sistem Energi
Secara ringkas karakteristik umum sistem penyediaan energi yang telah
dikemukakan dapat dirangkum seperti dikemukakan oleh Davis. D., Kimmet, T.,
and Auty, M. (1989 : 52) sebagai berikut
Tabel 2 : Karakteristik Umum Sistem Energi
ATP – PC System Lactic Acid System Oxigen System
Anaerobik
Very rapid
Chemical fuel : PC
Very limited ATP production
Muscular stores limited
Used with sprint or any high-
power,short-duration activity
Anarobic
Rapid
Food fuel : glycogen
Limited ATP production
By-product, lactic acid,
couse muscular fatigue
Used with activities of 1 to
3 min. duration
Aerobic
Slow
Food fuels : glycogen, fats
and protein
Unlimited ATP production
No fatlguing by- products
Used with endurance or
long duration activities
Dalam kaitannya dengan sistem penyediaan energi yang telah diuraikan,
kebanyakan aktivitas fisik atau olahraga menggunakan secara kombinasi.
Aktivitas fisik dalam waktu singkat dan eksplosif sebagaian diperoleh dari sistem
anaerobik (ATP-PC dan LA), sedangkan aktivitas fisik dalam waktu yang lama
energi dicukupi dari sistem aerobik.
4. Latihan Berbeban
Yang dimaksud dengan latihan berbeban, menurut Yusuf Hadisasmita dan
Aip Syarifuddin (1993:109) adalah “latihan-latihan yang sistematis, dimana beban
hanya dipakai sebagai alat untuk menambah tahanan terhadap kontraksi otot,
38
untuk mencapai tujuan tertentu”. Sedangkan menurut M. Furqon (1996:1) adalah
“suatu cara menerapkan prosedur pengkondisian secara sistematis pada berbagai
otot tubuh”.
Pelaksanaan dan penerapan latihan berbeban haruslah dilakukan secara
sistematis dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Dalam hal ini Yusuf
Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1993:109) mengemukakan beberapa syarat dan
prinsip yang penting diperhatikan dalam latihan beban adalah :
1. Latihan beban harus didahului oleh pemanasan yang menyeluruh.
2. Prinsip beban lebih, harus diterapkan.
3. Sebagai patokan, dianjurkan untuk melakukan tidak lebih dari 12 dan
tidak kurang dari 8 ulangan, untuk setiap bentuk latihan.
4. Setiap mengangkat, mendorong atau menarik beban, harus
dilaksanakan dengan teknik yang benar.
5. Ulangan angkatan (repetition) sedikit, dengan beban maksimum akan
menghasilkan adaptasi terhadap kekuatan, artinya akan membentuk
kekuatan, sedangkan ulangan banyak dengan beban ringan, pada
umumnya akan menghasilkan perkembangan daya tahan otot.
6. Setiap bentuk latihan harus dilakukan dalam ruang gerak seluas-
luasnya yaitu sampai batas gerak sendi, sehingga otot agag terasa
tertarik.
7. Setelah latihan, pengaturan pernafasan harus diperhatikan.
8. Pada akhir melakukan suatu bentuk latihan, atlet harus berada dalam
keadaan lelah otot lokal yang berlangsung hanya untuk sementara.
39
9. Latihan beban sebaiknya dilakukan tiga kali seminggu dan diselingi
dengan satu hari istirahat.
10. Latihan beban harus diawasi oleh pelatih yang mengerti betul dengan
latihan beban.
Dalam melakukan latihan beban, agar efek atau pengaruh yang
ditimbulkan dari latihan berbeban dapat efektif, latihan berbeban harus dilakukan
dengan hati-hati. Selain itu pelatih juga harus memperhatikan kondisi fisik atlet.
Latihan berbeban perlu juga memperhatikan umur dari orang yang akan
melakukan latihan berbeban tersebut.
Penyusunan program latihan berbeban akan memberikan manfaat pada
aspek yang dilatih jika dalam pelaksanaan dan penerapannya dilakukan dengan
tepat dan memenuhi prinsip-prinsip latihan beban yang telah digariskan. Dalam
menyusun program latihan harus memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi terhadap hasil latihan. Menurut M. Sajoto (1995:33-35), hal-hal
yang harus diperhatikan dalam latihan beban yaitu :
1. Jumlah beban.
2. Repetisi dan set
3. Frekuensi dan lama latihan
a. Jumlah Beban
Jumlah beban yang harus diberikan dalam latihan harus tepat. Berkaitan
dengan jumlah beban yang harus diberikan dalam latihan kekuatan, Nosseck
(1982:46) mengelompokkan menjadi tiga tujuan yaitu : “ (a) kekuatan maksimum,
(b) kekuatan kecepatan dan (c) ketahanan kekuatan”. Beban yang diberikan dalam
40
latihan kekuatan berbeda-beda, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Unsur
kondisi fisik yang diperlukan dalam meningkatkan kekuatan terutama kekuatan
kecepatan atau yang lebih dikenal dengan daya ledak menurut Nosseck bebannya
adalah ± 70% dari maksimal sedangkan menurut Berger dalam Suharno HP (1985
:33) intensitas bebannya adalah 40%-60% dari maksimal. Beban awal yang
diberikan kepada tiap individu berbeda-beda sesuai dengan kemampuan maksimal
masing-masing individu yang bersangkutan.
b. Repetisi dan Set
Repetisi adalah jumlah ulangan mengangkat suatu beban, sedangkat set
adalah suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisis. Misalnya latihan dilakukan
dalam 2 set dengan 8 repetisi maksudnya adalah melakukan angkatan sebanyak 8
kali diselingi istirahat kemudian melakukan ulangan sebanyak 8 kali lagi.
Penentuan jumlah repetisi dan set disesuiakan dengan tujuan latihan, apakah untuk
meningkatkan kecepatan, kekuatan, daya tahan atau power
Latihan untuk meningkatkan kekuatan kecepatan (power) menurut Nossek
(1982 : 81) adalah ”dengan intensitas 30% - 50%, repetisi 6 – 12, antara 4-6 set,
dengan intirahat 2-5 menit, dengan irama cepat dan eksplosif”. Sedangkan
menurut Sajoto (1995 : 34) latihan dengan beban dapat dilakukan dengan ”10-12
repetisi untuk 3-4 set”. Sedangkan dalam menentukan masa istirahat antara dua
rangkaian latihan, menurut Ozolin yang dikutip Bompa (1994 : 44) yang
menyatakan bahwa ”interval antar rangkaian latihan 2-5 menit, dan apabila
dilakukan secara habis-habisan interval antara 5-10 menit”. Lebih spesifik lagi
41
Harsono (1988 : 198) menyatakan bahwa latihan power dengan weight training
dilakukan dengan ”waktu istirahat 3 – 5 menit”. Selanjutnya antar set satu dengan
set berikutmya dari latihan yang dilakukan harus terdapat waktu interval
(recovery) untuk istirahat dengan tujuan memberikan kesempatan kepada tubuh
untuk pemulihan. Dengan adanya waktu untuk recovery, dimungkinkan kondisi
tubuh sudah siap untuk melakukan latihan berikutnya
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini latihan berbeban
yang dilakukan untuk meningkatkan power otot tungkai adalah dengan repetisi 10
kali, set 4-6, dengan istirahat antar set 3-5 menit, dan beban latihan ditingkatkan
setelah 3 kali latihan.
c. Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah berapa kali latihan dilakukan tiap minggunya.
Lamanya latihan yaitu lama waktu yang diperlukan waktu untuk melatih hingga
terjadi perubahan yang nyata. Pendapat dikemukakan oleh Sajoto (1995 : 48)
mengemukakan banwa ”Para pelatih dewasa ini umumnya setuju untuk
menjalankan program latihan 3 kali seminggu, agar tidak terjadi kelelahan yang
kronis. Adapun lama latihan yang diperlukan adalah selama 6 minggu atau lebih”.
Sedangkan Harsono (1988 : 194) mengemukakan bahwa
Latihan sebaiknya dilakukan tiga kali seminggu, misalnya senin, rabu,jumat
diselingi satu hari istirahat dengan alasan bahwa istirahat antara dua session
latihan sebaiknya 48 jam dan tidak lebih dari 96 jam. Penelitian ini
menunjukkan bahwa istirahat yang dianjurkan sedikitnya adalah 48 jam.
42
Lamanya waktu yang diperlukan dalam latihan disebut duration, lebih
lanjut M.Sajoto (1995 : 139) menambahkan bahwa ”yang dimaksud dengan lama
latihan atau disebut duration, adalah sampai seberapa mingu, atau berapa bulan
program dijalankan”. Lamanya latihan yaitu lama waktu yang diperlukan untuk
melatih hingga terjadi perubahan yang nyata.
Oleh karena itu untuk mendapatkan perubahan yang nyata dan akzn
memberikan pengaruh yang berarti terhadap peningkatan kondisi fisik. Dalam
penelitian ini dilakukan 3 kali seminggu yaitu pada hari senin, rabu dan jumat
mulai pukul 15.30 sampai selesai, secara teratur selama 8 minggu atau 24 kali
pertemuan.
d. Latihan Berbeban untuk Meningkatkan Power Otot Tungkai
Bentuk-bentuk latihan berbeban yang sesuai untuk meningkatkan power otot
tungkai diantaranya adalah :
1) Squat
Gerakan squat bertujuan untuk melatih otot-otot gluteus,
hamstring, quadriseps, spinal erector dan soulder girdle, yang berperan
terhadap grakan vertical jump. Pelaksanaan gerakan latihan squat adalah
berdiri jongkok dengan menekuk lutut kurang lebih 90 derajat dan berdiri
tegak (dengan meluruskan lutut), secara lengkap latihan squat tersebut
adalah sebagai berikut
a) Sikap awal
Berdiri dengan kaki terbuka selebar bahu, selanjutnya pegang barbell
dengan pegangan overhand dibelakang leher dan disandarka pada bahu.
43
b) Gerakan
Tekuklah lutut untuk melakukan squat (kurang lebih 90 derajat),
selanjutnya luruskan kedua lutut untuk kembali keposisi awal. Gerakan
dilakukan secara terus menerus sesuai dengan program latihan yang
harus dilaksanakan.
c) Beban Latihan
Latihan squat ini dilakukan dengan beban latihan 50% - 75% dari beban
maksimal (Beban maksimal = 1 RM), dengan 3 – 6 set, istirahat 3-5
menit dengan gerakan cepat. Program latihan berbeban ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18. Sedangkan bentuk latiahn
squat dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Latihan Squat
(M. Sajoto , 1995:58)
2) Pelaksanaan Latihan Leg press
Gerakan leg press bertujuan untuk melatih otot-otot gluteus, hamstring,
quadriceps dan soleus, yang berperan terhadap gerakan vertical jump.
44
Gerakan leg press adalah latihan yang dilakukan dengan mendorong beban
tertentu dengan kaki. Latihan ini dilakukan dengan gerakan menekuk dan
meluruskan kaki dari posisi duduk, secara lengkap latihan leg press
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sikap awal
Duduk rileks dan punggung bersandar pada bangku, lutut ditekuk
dengan kedua kaki disatukan menahan beban, selanjutnya luruskan kaki
mendorong beban.
b. Gerakan
Luruskan lutut dengan mendorong beban dengan kedua kaki bersama-
sama, selanjutnya tekuk kedua lutut untuk kembali keposisi awal.
Gerakan dilakukan secara terus menerus sesuai dengan program latihan
yang harus dilaksanakan, dengan menekuk dan meluruskan lutut dari
posisi duduk
c. Beban latihan
Latihan leg press ini dilakukan dengan beban latihan 50%-75% dari
beban maksimal (Beban Maksimal = 1 RM), dengan 3-6 set, istirahat 3-
5 menit dengan gerakan cepat. Bentuk latihan leg press menurut
Baechle & Earle (1996 : 151) dapat dilihat pada gambar berikut:
45
Gambar 2. Latihan Leg Press
e. Pengaruh Latihan Berbeban
Manfaat dari latihan berbeban adalah bersifat khusus terhadap sekelompok
otot yang dilatih. Misalnya untuk meningkatkan kemampuan vertical jump, maka
atlet mengikuti program latihan yang telah disusun yang melatih sekelompok otot
yangmenunjang gerakan vertical jump
Latihan berbeban merupakan latihan yang memberikan pembebanan
terhadap otot. Selama latihan, otot-otot tubuh khususnya otot tungkai terlibat
dalam gerakan melawan beban yang dilakukan secara berulang-ulang. Gerakan
melawan beban yang dilakukan terus menerus akan dapat menimbulkan
superkompensasi dan meningkatkan efisiensi gerak dari otot tungkai, sehingga
otot-otot yang terlibat dapat beradaptasi dengan beban, yang akhirnya dapat
meningkatkan kekuatan otot. Peningkatan kekuatan otot ini terjadi akibat adanya
pembesaran (hipertropy) otot. Jones, NL., McCarteney, N., and McCormas, AJ.,
(1986 : 10) mengemukakan bahwa ”otot yang terlatih pada umumnya menjadi
lebih besar dan kuat dari pada yang tidak terlatih. Ukuran penampang lintang
46
maupun volumenya menjadi lebih besar”. Otot yang terlatih dapat menjadi lebih
besar, sehingga kekuatan otot pun akan meningkat.
Secara fisiologis latihan beban dapat meningkatkan efektifitas kerja enzim
di dalam otot dan kerja cardiovaskuler. Dengan kondisi tersebut maka
kemampuan kerja otot pun akan meningkat. Latihan berbeban yang dilakukan
secara teratur dan kontinyu dapat merangsang kerja enzim didalam tubuh dan
merangsang pertumbuhan sel otot. Hal ini sesuai pendapat (Fox,EL, Bower,R.W.,
Fose M.L, 1988) bahwa dengan latihan akan ”terdapat peningkatan jumlah
mitokondria dalam otot rangka dan meningkatkan aktivitas enzim untuk
metabolisme energi, baik secara aerobik maupun anaerobik”. Otot dilatih dengan
latihan beban akan menjadi lebih besar dan lebih kuat, karena ukuran penampang
lintang maupun volumenya menjadi lebih besar.
Meningkatkan kekuatan otot tungkai menjadi modal dasar untuk
mengembangkan power, mengingat power merupakan perpaduan antara kekuatan
dan kecepatan. Oleh karena itu untuk meningkatkan power maka antara kekuatan
dan kecepatan harus dikembangkan dan dilatih secara bersama-sama.
Penekanan latihan berbeban memberikan beberapa keuntungan
diantaranya adalah 1) Peningkatan kekuatan otot tungkai yang cukup besar, 2)
Dengan adanya beban tambahan dari luar, lebih memberikan tantangan bagi
pelaku sehingga dapat meningkatkan semangat dan motivasi dalam latihan. 3)
Kontrol kesungguhan dan kebenaran dalam pelaksanaan program latihan lebih
mudah. 4) Dapat dirancang untuk berbagai keperluan dan 5) Prinsip overload
benar-benar terlihat
47
Sedangkan kelemahan dari latihan berbeban ini diantaranya adalah 1)
Kecepatan gerak otot tungkai terabaikan karena beban terlalu berat sehingga
peningkatan kecepatan lebih rendah, 2) Resiko terjadinya kelelahan dan cedera
otot lebih besar, 3) peningkatan beban latihan, kadang-kadang tidak sesuai dengan
perhitungan karena berat beban yang tersedia ukuranyya terbatas dan 4)
Timbulnya kejenuhan saat melakukan latihan. Namun demikian latihan ini pun
juga dapat digunakan untuk meningkatkan power
5. LATIHAN PLYOMETRICS
a. Pengertian dan Tujuan Latihan Plyometrics
Pengertian latihan plyometrics tidak terlepas dari pengertian latihan pada
umumnya. Adapun pengertian latihan atau training secara umum, menurut
Harsono (1988:101) adalah ,” Proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja
yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah beban
latihannya atau pekerjaannya”. Adapun menurut A. Hamidsyah Noer (1995:9)
bahwa : “Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja
yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari kian
menambah jumlah beban latihan untuk mencapai tujuan”. Latihan adalah suatu
proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-
ulang secara kontinyu dengan kian hari kian menambah beban latihan untuk
mencapai tujuan yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga. Latihan dalam
olahraga meliputi latihan fisik, teknik, taktik dan mental.
48
Latihan plyometrics merupakan salah satu jenis latihan dari latihan fisik.
Latihan fisik merupakan salah satu unsur dari latihan olahraga secara menyeluruh.
Dalam hal ini Harsono (1988:153) menyatakan bahwa tujuan latihan fisik adalah
“untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh
sehingga mencapai prestasi yang lebih baik”.
Latihan Plyometrics merupakan metode latihan yang bersifat khusus.
Latihan plyometrics merupakan metode latihan yang dikembangkan untuk
meningkatkan power otot. Tipe kerja dalam latihan plyometrics yaitu cepat dan
eksposif, sehingga latihan plyometrics cocok untuk mengembangkan power otot.
Menurut Chu D. A (1992:1) bahwa, “ plyometrics adalah latihan yang dilakukan
dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet, yang merupakan
perpaduan latihan kecepatan dan kekuatan”. Perpaduan antara kecepatan dan
kekuatan merupakan perwujudan dari daya ledak otot.
b. Dasar Fisiologis Latihan Plyometrics
Tipe kerja latihan plyometrics yaitu dengan adanya kontraksi-kontraksi
otot yang dilakukan dengan cepat dan kuat. Menurut Radcliffe & Farentinos
(1985:2) bahwa, “Plyometrics mengacu pada latihan-latihan yang ditandai dengan
kontraksi-kontraksi otot yang kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang
cepat dan dinamis atau peregangan otot-otot yang terlibat”.
Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam latihan plyometrics bersifat reflek
dan reaktif. Radcliffe & Farentinos (1985:9) menyakan bahwa , “Dasar – dasar
proses gerak sadar maupun tidak sadar yang terlibat dalam pliometrik adalah apa
yang disebut refleks peregangan (stretch reflex), juga di sebut refleks spindle atau
49
refleks miotatik”. Dalam hal ini Pyke (1991:144) menyatakan bahwa, “Latihan
dan drill plyometrics didasarkan pada prinsip-prinsip peregangan pendahuluan
(pra-peregangan) otot yang terlibat pada saat tahap penyelesaian atas respon untuk
penyerapan kejutan dari tegangan awal yang dilakukan otot sewaktu pendaratan”.
Ciri khas dari latihan plyometrics adalah adanya peregangan pendahuluan
(pre-stretching) dan tegangan awal (pre-tension) pada saat melakukan kerja.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa latihan pliometrik merupakan
latihan yang menjembatani antara kecepatan dan kekuatan. Tipe gerakan dalam
latihan pliometrik adalah cepat, kuat, eksplosif dan reaktif. Tipe-tipe seperti ini
merupakan tipe kemampuan daya ledak. Oleh karena itu latihan plyometrics
merupakan latihan yang sangat cocok untuk meningkatkan daya ledak (power)
c. Prinsip-Prinsip Latihan Plyometrics
Latihan plyometrics merupakan bagian dari latihan olahraga, khususnya
latihan fisik secara umum. Prinsip-prinsip latihan olahraga secara umum, juga
berlaku untuk latihan plyometrics. Selain mengikuti prinsip latihan olahraga
secara umum, latihan plyometrics juga mengikuti prinsip khusus. Prinsip-prinsip
yang harus diterapkan pada latihan plyometrics, menurut Sarwono & Ismaryati
(1999:39-42) antara lain, “(1) memberi regangan (stretch) pada otot, (2) beban
lebih yang meningkatkan (progresive overload), (3) kekhususan latihan, (4) pulih
asal”. Prinsip-prinsip latihan plyometrics tersebut diuraikan sebagai berikut :
50
1) Memberi Regangan
Dasar gerak latihan plyometrics adalah adanya refleks peregangan sebelum
kontraksi otot untuk melawan berat yang berlangsung dengan cepat. Menurut
Sarwono & Ismaryati (1999:39) bahwa, “Tujuan dari pemberian regangan yang
cepat (segera) pada otot-otot sebelum melakukan kontraksi (gerak), secara
fisiologis untuk, (1) memberi panjang awal yang optimum pada otot, (2)
mendapatkan tenaga elastis dan (3) menimbulkan refleks regang”.
Gerakan plyometrics didasarkan pada kontraksi refleks dari serabut-
serabut otot dengan pembebanan yang cepat yang didahului dengan otot secara
cepat pula. Dengan adanya regangan otot sebelum berkontraksi dapat memberikan
stimulasi pada sistem neuromuskuler dan meningkatkan refleks peregangan
dinamis pada otot.
2) Beban Lebih yang Meningkat (progresive Overload)
Prinsip beban lebih atau overload merupakan prinsip dasar latihan,
termasuk dalam latihan plyometrics. Prinsip beban lebih dapat merangsang
penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang dapat mendorong peningkatan
kemampuan otot atau tubuh. Kemampuan seseorang dapat meningkat jika
mendapatkan beban latihan lebih berat dari beban yang diterima sebelummnya
secara teratur dan kontinyu. Dalam hal ini Pate R., Clenaghan M. B. & Rotella R.
(1993:318) mengemukakan bahwa, “Sebagian besar sistem fisiologis dapat
menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari”.
51
Dengan demikian agar kemampuan atlet dapat meningkat, maka beban
yang diberikan dalam latihan harus merupakan beban yang lebih berat dari beban
yang telah terbiasa diterima sebelumnya. Dengan pembebanan yang lebih berat
dari sebelumnya tersebut, akan merangsang tubuh untuk beradaptasi dengan
beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan meningkat. Oleh karena itu,
prinsip beban lebih ini harus benar-benar diterapkan dalam pelaksanaan latihan.
Harus selalu diingat, bahwa peningkatan beban latihan yang diberikan
tidak boleh terlalu tinggi atau berlebihan. Jika beban latihan yang diberikan
tersebut terlalu tinggi dan berlebihan, yang diperoleh bukan kemajuan kondisi
fisik, tetapi malah sebaliknya yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik. Karena
beban yang berlebihan kemungkinan dapat menimbulkan cidera sehingga kondisi
fisiknya menurun karena sakit. Untuk menghindari pemberian beban yang
berlebihan, maka peningkatan beban latihan diberikan secara progresif.
Penggunaan beban secara progresif adalah latihan yang dilakukan dengan
menggunakan beban yang ditingkatkan secara teratur dan bertahap sedikit demi
sedikit. Menurut Soekarman (1987:60) bahwa : “Dalam latihan, beban harus
ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai maksimum. Dan jangan berlatih melebihi
kemampuan”. Dengan pemberian beban yang dilakukan secara bertahap yang kian
hari kian meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan efektivitas
kemampuan fisik.
Pembebanan dalam latihan plyometrics memiliki ciri-ciri yang bersifat
khusus. Menurut Radcliffe & Farentinos (1985:17) bahwa, “program latihan
plyometrics harus diberikan beban lebih dalam hal tahanan atau beban (resistif),
52
kecepatan (temporal) dan jarak (spasial)”. Peningkatan beban latihan plyometrics
dapat dilihat dari beban yang digunakan, kecepatan gerak dan jarak tempuh.
3) Kekhususan Latihan
Pengaruh yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, sesuai
dengan karakteristik kondisi fisik, pola gerakan dan sistem energi yang digunakan
selama latihan. Latihan yang ditujukan pada unsur kondisi fisik tertentu hanya
akan memberikan pengaruh yang besar terhadap komponen tersebut. Berdasarkan
hal tersebut, agar aktivitas latihan itu mempunyai pengaruh yang baik, latihan
yang dilakukan harus bersifat khusus, sesuai dengan unsur kondisi fisik dan pola
gerak jenis olahraga yang akan dikembangkan. Dalam hal ini Soekarman
(1987:60) mengemukakan bahwa, “latihan itu harus khusus untuk meningkatkan
kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang
bersangkutan”. Latihan hendaknya melibatkan gerakan yang langsung menuju
pada nomor-nomor gerakan cabang olahraga yang bersangkutan.
Prinsip kekhususan yang juga berlaku untuk latihan plyometrics. Program
latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang
akan dicapai. Kekhususan tersebut yaitu menyangkut kelompok otot utama yang
digunakan, sistem energi serta pola gerakan (ketrampilan) yang sesuai dengan
nomor olahraga yang dikembangkan. Bentuk latihan-latihan yang dilakukan harus
bersifat khas sesuai cabang olahraga tersebut. Baik pola gerak, jenis kontraksi otot
maupun kelompok otot yang dilatih harus disesuaikan dengan jenis olahraga yang
dikembangkan.
53
Agar memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka program
latihan yang disusun untuk meningkatkan lompat jauh, juga harus berpegang
teguh pada prinsip kekhususan latihan ini. Baik dalam pola gerak, jenis kontraksi
otot, kelompok otot yang dilatih dan sistem energi yang dikembangkan dalam
latihan tersebut harus sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik lompat jauh.
4) Pulih Asal
Prinsip pemulihan sering juga disebut dengan recovery atau sering pula
disebut prinsip interval. Dalam suatu latihan tubuh harus mendapat pulih asal
yang cukup. Penggunaan prinsip interval ini cukup besar manfaatnya dalam
proses pelaksanaan latihan. Menurut Suharno H.P (1993:17), manfaat prinsip
interval ini antara lain untuk “(a) menghindari terjadinya overtraining, (b)
memberikan kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban
latihan, dan (c) pemulihan tenaga kembali bagi atlet dalam proses latihan”.
Cidera dalam latihan sering terjadi karena adanya pembebanan yang berat
dan dilakukan secara terus menerus. Dengan interval istirahat yang cukup akan
dapat memberikan kesempatan pada tubuh untuk istirahat, sehingga dapat
menghindari terjadinya cidera. Interval yang cukup juga dapat memberikan
kesempatan tubuh untuk beradaptasi terhadap beban latihan, sehingga dapat
diperoleh superkompensasi yang baik.
Prinsip pulih asal ini harus diterapkan dalam latihan, termasuk dalam
latihan plyometrics. Lama waktu pulih asal untuk latihan plyometrics, menurut
Chu (1992:14) yaitu, “menggunakan rasio antara kerja dan istirahat 1 : 5 sampai 1
: 10 “. Dalam hal ini Radcliffe & Farentinos (1985:20) mengemukakan bahwa,
54
“Periode istirahat 1-2 menit di sela-sela set biasanya sudah memadai untuk sistem
neuromuskuler yang mendapat tekanan karena latihan plyometrics untuk pulih
kembali”. Dengan pulih asal (recovery) yang cukup, tubuh akan siap kembali
untuk melaksanakan aktivitas latihan selanjutnya. Jika tidak ada waktu pemulihan
yang cukup, atlet akan mengalami kelelahan yang berat dan akibatnya
penampilannya akan menurun.
Latihan plyometrics merupakan metode latihan yang relatif masih baru.
Menurut Chu D. A. (1992:1) bahwa, “plyometrics adalah latihan yang dilakukan
dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet yang merupakan perpaduan
latihan kecepatan dan kekuatan”. Perpaduan antara kecepatan dan kekuatan
merupakan perwujudan dari daya ledak otot. Oleh karena itu plyometrics
merupakan metode latihan yang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan
daya ledak (eksplosif power).
Tipe kerja dalam latihan plyometrics yaitu cepat dan eksplosif. Gerakan-
gerakan yang dilakukan bersifat reaktif. Menurut Pyke (1991:144) bahwa Latihan
drill plyometrics didasarkan pada prinsip-prinsip peregangan pendahuluan (pra-
peregangan) otot yang terlibat pada saat tahap penyelesaian atas respon untuk
penyerapan kejutan dari tegangan awal yang dilakukan otot sewaktu pendaratan.
Ciri khas dari latihan plyometrics adalah adanya peregangan pendahuluan (pre-
stretching) dan tegangan awal (pre-tension) pada saat melakukan kerja.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa latihan plyometrics
merupakan latihan yang menjembatani antara kecepatan dan kekuatan. Tipe
gerakan dalam latihan plyometrics adalah cepat, kuat, eksplosif dan reaktif. Tipe-
55
tipe seperti ini merupakan tipe dari kemampuan daya ledak. Oleh karena itu
latihan plyometrics merupakan latihan yang sangat cocok untuk meningkatkan
daya ledak (power).
1) LATIHAN PLYOMETRICS KNEE TUCK JUMPS
a. Latihan Pelaksanaan Plyometrics Knee Tucks Jumps
Latihan plyometrics knee tuck jumps merupakan bentuk latihan untuk
meningkatkan power otot tungkai dengan gerakan meloncat-loncat di tempat.
Pelaksanaan dari latihan ini adalah sikap berdiri tegak dan sewaktu akan
melakukan gerakan meloncat lutut sedikit ditekuk, kemudian meloncat setinggi-
tingginya dengan ujung telapak kaki. Pada saat kaki sudah terangkat, kedua lutut
ditekuk hingga siku-siku dan kedua lengan disentuhkan dengan lutut. Selanjutnya
mendarat dengan ujung telapak kaki mengeper dan dilanjutkan meloncat kembali
hingga berulang-ulang.
Dalam latihan ini harus meloncat-loncat setinggi-tingginya dengan cepat
dan berulang-ulang. Pada saat melakukan gerakan tersebut otot-otot tungkai
dituntut untuk bekerja secara berulang-ulang dan terus-menerus. Dengan keadan
tersebut maka dapat meningkatkan power otot tungkai.
Karena pelaksanaannya yang cepat dan tidak ada saat relaksasi, maka hal
ini dapat meningkatkan kekuatan sekaligus kecepatan gerak otot tungkai. Dengan
demikian latihan ini dapat memberi manfaat terhadap peningkatan daya ledak otot
tungkai.
56
Gambar 3. Latihan Plyometrics Knee Tuck Jumps
(Chu Donald A., 1992 : 28)
b. Pengaruh latihan Plyometrics Knee Tucks Jumps
Knee Tuck Jumps/loncatan dengan lutut ditekuk yang dimaksudkan
adalah : kaki menolak pada tanah untuk melompat dengan kaki ditekuk secara
vertikal dan mendarat dengan lutut diluruskan kembali seperti semula.
Kemungkinan pengaruh yang ditimbulkan dari pemberian latihan tersebut
terhadap peningkatan power otot tungkai dapat diketahui dari power yang
diperoleh dari latihan
Dengan melihat power yang terdiri dari dua komponen yaitu kekuatan dan
kecepatan maka dimungkinkan power otot tungkai akan meningkat. kelebihan
berupa peningkatan kecepatan yang cukup besar dan disisi lain juga memiliki
kelemahan yaitu tidak optimalnya unsur kekuatan.
57
2) LATIHAN PLYOMETRICS SQUAT JUMP
a. Latihan Pelaksanaan Plyometrics Squat Jump
Menurut James Radcliffe A Robhert & Farentinos (1985:12) “Squat Jump
menekankan pada meloncat untuk mencapai ketinggian maksimal”. Berdasarkan
pendapat tersebut, jelas bahwa Latihan Plyometrics Squat Jump menekankan pada
kemampuan melompat lompat yang tinggi.
Pelaksanaan Latihan Plyometrics Squat Jump adalah meloncat keatas
setinggi mungkin. Setelah mendarat, segera ulangi gerakan ini. Kerjakan latihan
ini setinggi mungkun, untuk lebih jelasnya pelaksanaan Latihan Plyometrics Squat
Jump disajikan gambar sebagai berikut :
Gambar 4. Latihan Plyometrics Squat Jump
(Chu Donald A., 1992:61)
b. Pengaruh Latihan Plyometrics Squat Jump
Di tinjau dari pelaksanaan Latihan Plyometrics Squat Jump, latihan ini
dapat meningkatkan kekuatan dan power otot tungkai. Gerakan Squat Jump
dilakukan dengan kuat dan cepat agar dapat melompat setinggi-tingginya, setelah
58
itu mendarat dengan memantul / mengeper selanjutnya meloncat lagi yang
dilakukan secara berkesinambungan.
Unsur kekuatan dan kecepatan pada gerakan Squat Jump ini
dikembangkan secara optimal, sehingga akan terbentuk kekuatan dan power otot
tungkai. Menurut Pyke (1991:144) “Semua latihan ( lompat memantul ) itu sangat
baik untuk menghasilkan tenaga pada jenis gerakan, karena latihan itu
menjembatani perbedaan kekuatan dan power “.
Pelaksanaan latihan plyometrics Squat Jump ini dilakukan dengan kedua
kaki secara bersamaan sehingga hal ini akan menghasilkan power otot tungkai
yang berimbang. Kekuatan otot tungkai mempunyai peran penting untuk aktifitas
gerakan-gerakan olahraga seperti melompat, meloncat dan sebagainya. Pada
gerakan lompat jauh, keberadaan kekuatan otot tungkai mempunyai peranan
penting untuk menghasilkan daya tolak yang maksimal dengan tenaga yang
eksplosif.
Penekanan latihan plyometrics memberikan beberapa keuntungan
diantaranya adalah 1) Resiko terjadinya cedera otot lebih rendah, sehingga aman
pada saat latihan, 2) Kontrol kesungguhan dan kebenaran dalam pelaksanaan
program latihan lebih mudah 3) Peningkatan beban latihan lebih tepat, sesuai
dengan ketentuan, 4) Memungkinkan sejumlah peserta untuk berlatih bersama,
sehingga menghemat waktu
Sedangkan kelemahan dari latihan plyometrics ini diantaranya adalah 1)
Beban latihan relatif ringan, sehingga peningkatan lebih rendah 2) Unsur
tantangan lebih rendah, sehinggan kurang menarik 3) Timbulnya kejenuhan saat
59
melakukan latihan 4) Timbulnya kelelahan yang sangat bagi pelaku. Namun
demikian latihan ini pun juga dapat digunakan untuk meningkatkan power
KEUNTUNGAN
LATIHAN BERBEBAN PLYOMETRICS
1. Peningkatan kekuatan otot tungkai
yang cukup besar
2. Dengan adanya beban tambahan dari
luar, lebih memberikan tantangan
bagi pelaku sehingga dapat
meningkatkan semangat dan
motivasi dalam latihan
3. Kontrol kesungguhan dan kebenaran
dalam pelaksanaan program latihan
lebih mudah
4. Dapat dirancang untuk berbagai
keperluan dan
5. Prinsip overload benar-benar terlihat
1. Resiko terjadinya cedera otot lebih
rendah, sehingga aman pada saat
latihan
2. Kontrol kesungguhan dan kebenaran
dalam pelaksanaan program latihan
lebih mudah
3. Peningkatan beban latihan lebih
tepat, sesuai dengan ketentuan
4. Memungkinkan sejumlah peserta
untuk berlatih bersama, sehingga
menghemat waktu
KEKURANGAN
1. Kecepatan gerak otot tungkai
terabaikan karena beban terlalu berat
sehingga peningkatan kecepatan
lebih rendah,
2. Resiko terjadinya kelelahan dan
cedera otot lebih besar,
3. Peningkatan beban latihan, kadang-
kadang tidak sesuai dengan
perhitungan karena berat beban yang
tersedia ukuranyya terbatas dan
4. Timbulnya kejenuhan saat
melakukan latihan.
1. Beban latihan relatif ringan, sehingga
peningkatan lebih rendah
2. Unsur tantangan lebih rendah,
sehinggan kurang menarik
3. Timbulnya kejenuhan pada saat
beban latihan semakin bertambah,
karena jenis latihan yang tidak
berubah
4. Timbulnya kelelahan yang sangat
bagi pelaku
60
6. KECEPATAN
a. Pengertian Kecepatan
Kecepatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang memegang
peranan dalam beerbagai cabang olahraga. Kecepatan menurut Suharno HP
(1993:47) “adalah kemampuan atlet untuk melakukan gerakan-gerakan yang
sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Adapun
menurut A. Hamidsyah Noer (1995:158) faktor-faktor yang turut menentukan
baik tidaknya kecepatan yang dimiliki oleh seorang atlet antara lain ditentukan
oleh
1. Usia, bakat dan jenis kelamin
2. Macam fibril otot berdasarkan pembawaan sejak lahir
3. Pengaturan sistem dan koordinasi yang baik
4. Kekutan otot
5. Sifat Elastisitas dan rileks dari otot.
Kecepatan sendiri terbagi menjadi beberapa macam, dalam hal ini menurut
Nosseck (1982:91) kecepatan dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Kecepatan sprint
2. Kecepatan reaksi
3. Kecepatan bergerak
b. Pengaruh Kecepatan terhadap Power Otot Tungkai
Dalam melakukan aktivitas olahraga, kecepatan akan berpengaruh
terhadap cabang olahraga yang dilakukan. Seperti dalam kaitannya dengan power
otot tungkai, kecepatan akan berpengaruh terhadap power otot tungkai. Hal ini
61
dikarenakan semakin cepat seseorang maka kemampuan power yang dihsilkan
akan semakin baik. Hal ini dikarenakan kecepatan merupakan unsur pembangun
dari power. Pada dasarnya serat otot manusia terdiri dari dua macam yaitu serat
otot putih dan serat otot merah. Jenis serat otot yang dimiliki oleh seseorang
merupakan pembawaan dari lahir.seseorang yang mempunyai serat otot putih
yang lebih dominan maka orang tersebut akan memiliki kecenderungan lebih
cepat dari pada yang mempunyai serat otot merah yang dominan.
Kemampuan kecepatan seseorang sangat tergantung pada bakat yang
dibawa sejak lahir. Namun demikian kecepatan seseorang akan dapat
dikembangkan dengan melatih atau mengembangkan unsur-unsur yang
mendukung kecepatan tersebut. Jadi kemampuan kecepatan dapat ditingkatkan
walaupun peningkatan tersebut relatif kecil. Dalam hal ini Nosseck (1982:59)
berpendapat bahwa “peningkatan kecepatan sangat terbatas, misalnya peningkatan
lari hanya berjumlah 20-39%”.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan dalam mendukung kajian teori yang
dikemukakan, sehingga dapat dipergunakan sebuah kajian untuk hipotesis. Hasil
penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :penelitian yang dilakukan
oleh :Indra Jati Kusuma yang berjudul Pengaruh Metode Latihan dan power
lengan terhadap kecepatan smas bulu tangkis, hasil kesimpulan yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
62
1. Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan plyometrics dengan metode
latihan berbeban terhadap peningkatan kecepatan smas bulu tangkis
2. Ada perbedaan kecepatan smes bulu tangkis antara mahasiswa yang
memiliki power lengan tinggi dan power lengan rendah setelah pemberian
latihan.
3. Ada interaksi antara metode latihan dan power lengan terhadap kecepatan
smes bulu tangkis.
a. Kelompok mahasiswa yang memiliki power lengan rendah memiliki
peningkatan hasil kecepatan smas bulutangkis yang besar jika
dilatih dengan latihan plyometrics
b. Kelompok mahasiswa yang memiliki power lengan tinggi memiliki
peningkatan kecepatan smas bulutangkis yang lebih baik jika
mendapat latihan beban
Slamet Riyadi yang berjudul Pengaruh Metode Latihan dan Kekuatan terhadap
Power Otot Tungkai , hasil kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan beban dengan
latihan plyometrics terhadap power otot tungkai.
2. Ada perbedaan yang signifikan power otot tungkai antara mahasiswa yang
memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dengan mahasiswa yang memiliki
kekuatan otot tungkai rendah.
3. Ada interaksi yang signifikan antara latihan beban dan tingkat kekuatan otot
terhadap hasil power otot tungkai. Bagi kelompok mahasiswa yang
memiliki kekuatan otot tungkai tinggi, lebih baik jika dilatih dengan latihan
63
pliometrik dan bagi kelompok mahasiswa yang memiliki kekuatan otot
tungkai rendah, lebih baik jika mendapat latihan berbeban.
C. Kerangka Penelitian
Setelah mengkaji uraian diatas maka dapat disusun kerangka pemikiran
sebagai berikut :
1) Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban dan Plyometrics Terhadap
Peningkatan Power Otot Tungkai
Salah satu faktor kondisi fisik untuk mencapai prestasi dalam olahraga
adalah power otot tungkai. Power otot tungkai merupakan kemampuan otot
tungkai untuk melakukan kerja atau gerakan secara eksplosif. Untuk
meningkatkan prestasi olahraga, kemampuan power otot tungkai atlet harus
ditingkatkan. Metode latihan untuk meningkatkan power harus bersifat khusus
sesuai dengan karakteristik power otot tungkai. Salah satu metode latihan untuk
meningkatkan power otot tungkai adalah latihan berbeban dan plyometrics.
Latihan berbeban adalah latihan tahanan dengan menggunakan media
beban sebagai alat pembebanannya. Latihan ini sistematis, dimana beban hanya
dipakai sebagai alat untuk menambah tahanan terhadap kontraksi otot. Latihan ini
mempunyai keunggulan dalam hal pembebanan karena menggunakan beban
tambahan dari luar. Keuntungan dari latihan berbeban adalah adanya
peningkatan kekuatan otot tungkai yang cukup besar. Padahal kekuatan otot
tungkai merupakan faktor utama pembentuk power. Sedangkan kelemahan dari
latihan ini adalah belum maksimalnya unsur kecepatan, yaitu kecepatan gerak otot
64
tungkai terabaikan karena beban terlalu berat sehingga peningkatan kecepatan
lebih rendah
Latihan plyometrics adalah latihan yang dilakukan dengan sengaja untuk
meningkatkan kemampuan atlet yang merupakan perpaduan latihan kecepatan dan
kekuatan. Oleh karena itu plyometrics merupakan metode latihan yang sangat
efektif untuk meningkatkan kemampuan daya ledak (eksplosif power). Latihan ini
mempunyai kelebihan dalam hal kecepatan karena hanya menggunakan beban
dengan berat badan sendiri. Latihan plyometrics ini memiliki kelebihan berupa
peningkatan kecepatan yang cukup besar dan disisi lain juga memiliki kelemahan
yaitu tidak optimalnya unsur kekuatan. Namun demikian jika latihan dilakukan
dengan cermat, sesuai dengan program latihan yang telah direncanakan, maka
kelemahan dari latihan ini dapat diperkecil
Dari uraian tersebit diatas dan dengan memperhatikan kelebihan serta
kekurangan yang ada pada masing-masing metode latihan, maka dapat diduga
bahwa antara latihan berbeban dan latihan plyometrics akan memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan power otot tungkai. Sehingga
diduga ada perbedaan pengaruh latihan berbeban dan latihan plyometrics terhadap
peningkatan power otot tungkai
2) Perbedaan Siswa yang Memiliki Kecepatan Lari Tinggi dan Memiliki
Kecepatan Lari Rendah Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai
Selain metode latihan, kecepatan juga berpengaruh terhadap kemampuan
power otot tungkai seseorang karena semakin bagus kecepatan seseorang maka
65
kemampuan yang power dihasilkan akan cenderung lebih baik. Hal ini
dikarenakan kecepatan merupakan salah satu unsur pembangun power.
Hal ini semakin memperjelas bagaimana berpengaruhnya kecepatan
terhadap peningkatan power otot tungkai. Dengan power otot tungkai yang sama,
maka akan jauh lebih optimal seseorang yang mempunyai kecepatan tinggi
daripada yang mempunyai kecepatan rendah.
Dari uraian tersebut diatas, dapat diduga bahwa perbedaan tinggi
rendahnya kecepatan yang dimiliki seseorang, akan memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap peningkatan power otot tungkai orang yang bersangkutan.
Sehingga diduga ada perbedaan pengaruh terhadap perbedaan power otot tungkai
antara siswa yang memiliki kecepatan tinggi dengan siswa yang memiliki
kecepatan rendah.
3) Pengaruh Interaksi Latihan berbeban dan plyometrics Ditinjau dari
Kecepatan Lari Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai.
Latihan berbeban dan plyometrics merupakan bentuk latihan yang bisa
digunakan dalam meningkatkan power otot tungkai. Dalam pelaksanannya
latihan berbeban menuntut seseorng untuk mengangkat beban dari luar.
Sedangkan plyometrics menuntut kecepatan gerak karena hanya menggunakan
berat badan sendiri sebagai pembebanannya.
Ditinjau dari pelaksanaannya, masing-masing metode mempunyai
kelebihan masing-masing. Latihan berbeban lebih unggul dalam hal pembebanan,
sedangkan plyometrics lebih unggul dalam hal kecepatan. Karena power otot
tungkai adalah suatu bentuk usaha dalam melakukan daya dalam waktu yang
66
sesingkat-singkatnya, maka kecepatan akan mempengaruhi kerja dari power otot
tungkai.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah
dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh latihan berbeban dan plyometrics terhadap
peningkatan power otot tungkai.
2. Ada perbedaan antara siswa yang memiliki kecepatan lari tinggi dan rendah
terhadap peningkatan power otot tungkai.
3. Ada pengaruh interaksi latihan berbeban dan plyometrics ditinjau dari
kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai.
67
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK N 2 Pacitan
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan selama delapan minggu, dimulai
pada bulan November sampai dengan bulan Januari dengan frekuensi pertemuan
tiga kali dalam seminggu yaitu pada hari senin, rabu dan jumat. Penentuan waktu
pembelajaran dengan frekuensi tiga kali seminggu sesuai dengan pendapat
Brooks,GA, Fahey D (1984 : 405) bahwa dengan rekuensi tiga kali perminggu
akan terjadi peningkatan kualitas penampilan. Dengan alasan bahwa pembelajaran
tiga kali perminggu akan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beradaptasi
terhadap beban yang diterima
Pertemuan dilaksanakan diluar jam sekolah yaitu sehabis pulang sekolah, dengan
tujuan agar tidak mengganggu proses belajar mengajar. Secara keseluruhan
kegiatan perlakuan berlangsung selama 24 kali pertemuan
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Dasar penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan
68
memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna
mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah faktorial 2 x 2. menurut Sugiyanto
(1995:30-31) bahwa :
“rancangan faktorial adalah rancangan dimana bisa dimasukkan dua
variabel atau lebih untuk memanipulasi secara simultan. Dengan
rancangan ini bisa diteliti pengaruh setiap variabel independen terhadap
variabel dependen, dan juga pengaruh interaksi antara variabel-variabel
independent”.
Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan gambar rancangan penelitian
sebagai berikut :
Tabel 3. Rancangan Penelitan Faktorial 2 x 2
Metode
Latihan (B)
Kecepatan
Lari (A)
Latihan berbeban
(b1)
Latihan Plyometrics
(b2)
Kecepatan Tinggi (a1) a1b1 a1b2
Kecepatan Rendah (a2) a2b1 a2b2
Keterangan :
a1 b1 : kelompok siswa yang memiliki kecepatan tinggi yang dilatih dengan
latihan berbeban.
a2 b1 : kelompok siswa yang memiliki kecepatan tinggi yang dilatih dengan
latihan plyometrics
a1 b2 : kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah yang dilatih dengan
latihan berbeban
69
a2 b2 : kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah yang dilatih dengan
latihan plyomertics.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independent) dan satu
variabel terikat (dependen) dengan perincian sebagai berikut :
1. Variabel bebas (independent) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain.
a. Variabel manipulatif , yang terdiri dari dua perlakuan :
1. Latihan berbeban.
2. Latihan plyometrics.
b. Variabel atributif yang dikendali yaitu kecepatan lari, merupakan variabel
yang melekat pada sampel dan menjadi sifat dari sampel tersebut yang
dibedakan menjadi dua yaitu
1. Kecepatan lari tinggi
2. Kecepatan lari rendah
2. Variabel terikat (dependent)
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah peningkatan power otot
tungkai
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Untuk memberikan penafsiran terhadap variabel-variabel dalam
penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi dari vareabel-variabel penelitian
yang ada. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
70
1) Latihan berbeban adalah latihan yang dilakukan dengan menggunakan
bantuan alat berupa besi yang merupakan beban sebagai saran untuk
meningkatkan dan mengembangkan power otot tungkai
Latihan squat adalah latihan yang dilakukan dengan gerakan menekuk
lutut, dan meluruskan kembali pada posisi tegak dengan mengangkat
beban tertentu. Latiahan leg press adalah latihan yang dilakukan
dengan mendorong beban tertentu dengan kaki. Latihan ini dilakukan
dengan gerakan menekuk dan meluruskan kaki dari posisi duduk.
2) Latihan plyometrics, yaitu knee tuck jump dan squat jump.
Latihan plyometrics adalah salah satu bentuk latihan yang didalamnya
terdapat kontraksi dan regangan otot secara cepat yang memungkinkan
otot mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang singkat
Latihan knee tuck jump adalah loncatan dengan lutut ditekuk dengan
kaki menolak pada tanah untuk meloncat dan mendarat dengan
mengeper. Latihan squat jump adalah loncatan keatas setinggi-
tingginya, setelah mendarat segera ulangi gerakan ini
3) Kecepatan lari yang dibedakan atas kecepatan tinggi dan kecepatan
rendah,
4) Power otot tungkai dapat diartikan sebagai kemampuan otot tungkai
seseorang untuk mengerahkan kekuatan secara maksimal dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya. Diukur dengan vertical power jump test,
yang dilakukan sebanyak 3 kali ulangan
71
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas XI SMK Negeri 2
Pacitan tahun ajaran 2009 / 2010 yang berjumlah 70 siswa.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas XI SMK Negeri 2
Pacitan tahun ajaran 2009/2010, yang besarnya 40 orang. Besar sampel tersebut
diperoleh dengan teknik purposive random sampling, yaitu dari sejumlah populasi
yang ada, untuk menjadi sampel harus memenuhi ketentuan-ketentuan sesuai
dengan tujuan penelitian. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah :
a. Berjenis kelamin laki-laki
b. Berminat untuk mengikuti latihan beban dan plyometrics
c. Sehat jasmani dan rokhani
d. Tidak melakukan akrivitas atau latihan fisik yang lain yang terprogram
e. Bersedia menjadi sampel penelitian
Seluruh populasi penelitian selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap
kecepatan, dengan tujuan untuk mengetahui siswa yang memiliki kecepatan tinggi
dan kecepatan rendah kemudian dirangking. Dari hasil rangking tersebut diambil
20 siswa, urutan atau peringkat 1 sampai dengan 20 sebagai sampel dengan
kecepatan tinggi dan peringkat 1 sampai dengan 20 urutan rangking dari bawah
sebagai sampel dengan kecepatan rendah. Kemudian populasi yang berada pada
rangking antara 21 yang memiliki kecepatan tinggi sampai dengan urutan 21 yang
72
memiliki kecepatan rendah dihilangkan. Sehingga terbentuk dua kelompok latihan
yang memiliki kecepatan relatif sama.
Dari dua kelompok yang sudah terbentuk pada setiap taraf, selanjutnya
dengan cara undian (random) ditetapkan sebagai kelompok latihan tahanan yang
mendapat perlakuan latihan berbeban dan latihan plyometrics, yang selanjutnya
untuk membentuk 4 kelompok latihan yang masing-masing jumlahnya sama yaitu
10 orang
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan
pengukuran yaitu dengan pengukuran kecepatan dengan lari cepat 40 m Ismaryati
(2006: 57-58) dan pengukuran power otot tungkai dilakukan dengan vertical
power jump test (Kirkendall DR, Gruber J.J,Johnson R.R 1986 :189-190).
1. Mencari Reliabilita Tes
Sebelum data hasil penelitian dianalisis terlebih dahulu data harus dicari
reliabilitanya, untuk mengetahui keajegan dri tes yang bersangkutan. Untuk
mencari besarnya koefisien reliabilita, dipergunakan ANAVA (Thomas, Nelson.,
2001 : 187) dengan rumus :
R = B
WB
MS
MSMS
Dengan :
MSB = B
B
df
MS
73
MSB = ABA
ABA
dfdf
SSSS
Keterangan :
R = Koefisien reliabilitas
SS = Jumlah kuadrat perlakuan
MS = Rata-rata kuadrat perlakuan
df = Derajat kebebasan
A = Perlakuan kolom
B = Perlakuan baris
AB = Interaksi antara perlakuan baris dan perlakuan kolom
2. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrument penelitian untuk tes kecepatan lari dan tes power otot
tungkai adalah dengan mencari koefisien reliabilitasnya. Tes kekuatan otot
tungkai akan dilakukan pada awal bulan mei dan tes power otot tungkai pertama
kali dilakukan setelah tes kakuatan otot tungkai. Tes kekuatan otot tungkai ini
oleh Bossey Derek (1980 : 26) mempunyai validitas face validity. Setelah
dilakukan uji tes, ternyata diperoleh reliabilita 0.872, selanjutnya hasil tes ini
digunakan untuk mencari dan menetukan sampel yang diperlukan dalam
penelitian ini yaitu sampel yang masuk kategori kekuatan tinggi dan kategori
kekuatan rendah. Sedangkan tes power otot tungkai oleh Johnson (1986 : 293)
dinyatakan mempunyai reliabilitas 0.977 untuk laki-laki, objektivitas 0.99 dan
validitas 0.989 untuk siswa laki-laki, dan selanjutnya setelah dilakukan uji tes
diperoleh reliabilitas tes 0.989
74
Dalam kategori koefisien reliabilita hasil tersebut dengan menggunakan
pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter, yang dikutip Mulyono B
(1992 : 22) yaitu :
Tabel 4. Tabel Koefisien Kategori Reliabilitas
Kategori Validita Reliabilita Obyektivita
Tinggi sekali
Tinggi
Cukup
Kurang
Tidak signifikan
0.80 – 1.00
0.70 – 0.79
0.50 – 0.69
0.30 – 0.49
0.00 – 0.29
0.90 – 1.00
0.80 – 0.89
0.60 – 0.79
0.40 – 0.59
0.00 – 0.39
0.95 – 1.00
0.85 – 0.94
0.70 – 0.84
0.50 – 0.69
0.00 – 0.49
G. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya di analisis dngan menggunakan
teknik analisis statistik, untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan dalam
penelitian ini. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data hasil tes power
otot tungkai pada masing-masing sel atau masing-masing kelompok pada desain
eksperimen
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Varian (ANAVA) dua jalur pada taraf signifikansi α = 0,05. Selanjutnya untuk
membandingkan pasangan rata-rata dari perlakuan yang diberikan uji Rentang
Newman Keuls (Sudjana, 2002 : 36-40).
75
1. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum dilanjutkan ke uji hipotesis, maka terlebih dahulu harus
dilakukan uji prasyarat berupa :
a. Uji Normalitas Sampel
Uji normalitas data dilakukan dengan uji kenormalan secara
nonparametric. Uji normalitas data dilaksanakan dengan menggunakan Uji
Lilliefors dengan α = 0,05, dengan rumus:
=
( dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)
Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, dengan cara membandingkan
hasil Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari table Lilliefors dengan taraf
signifikansi 5% dari rumus L = Max F(Zi) – S(Zi) : F(Zi) – P (Z ≤ (Zi). Ho
diterima bila Lhit < Ltab, yang berarti sampel berasal dari populasi normal
b. Uji Homogenitas Varians
Untuk mengetahui kesamaan atau perbedaan rata-rata dari masing-
masing kelompok sampel yang digunakan dalam penelitian, maka perlu
dilakukan uji homogenitas yang meliputi :
1) Uji homogenitas antara sampel latihan berbeban dan latihan plyometrics.
2) Uji homogenitas antara sampel kecepatan lari tinggi dan kecepatan lari
rendah.
76
Untuk menaksir rata-rata dan menguji kesamaan atau perbedaan dua rata-
rata perlu ditekankan adanya asumsi bahwa kedua kelompok sampel mempunyai
variansi yang sama. Kelompok-kelompok sampel dengan variansi yang sama
besar ini dinamakan homogeny. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis Ho adalah :
F = (Sudjana, 2002 :250)
Uji homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan Uji Bartlett dengan α
= 0,05), dengan rumus :
= (Sudjana, 2002 : 261-466)
Ho diterima bila < tab, yang berarti sampel-sampel berasal dari
populasi yang homogeny. Untuk memudahkan perhitungan, satuan-satuan yang
diperlukan untuk uji Bartlett menurut Sudjana (2002 : 262) akan lebih mudah dan
lebih baik bila disusun kedalam tabel sebagai berikut :
Tabel 5. Satuan Harga untuk Uji Bartlett
Sampel ke Dk 1/(dk) Log (dk) log
1
2
.
.
.
K
Jumlah
-1
-1
-1
∑ ( -1)
1/( -1)
1/( -1)
1/( -1)
∑
-
Log
Log
Log
-
( ) Log
( ) Log
( ) Log
∑ ( ) Log
77
2. Uji Hipotesis
Data hasil tes akhir power otot tungkai dianalisis dengan anava dua jalur
dan pengujian hipotesis dengan perhitungan uji F pada taraf signifikan 0,05 yang
sebelumnya telah dilakukan uji prasyarat yaitu normalitas sampel (uji Lilliefirs
dengan α = 0,05) dan uji homogenitas varians (Uji Bartlett dengan α = 0,05).
Selanjutnya prosedur Analisis dua jalur secara rinci sebagai berikut:
Tabel 6. Analisis Variansi Dua Jalur
Source Of Variance SS Df MS F
Between group
A
B
A*B
Within groups
Total
SS B
SS 1
SS 2
SS 21X
SS w
SST
df B
df 1
df 2
df 21x
df w
df t
MS B
MS 1
MS 2
MS 21x
MS W
F B
F 1
F 2
F 21x
Langkah-Langkah Perhitungan :
a). Sum of Square
1) Total Sum of Square (SS r )
SS r = 2X - 2
N
X
2) Between group sum sguare (SS B )
SS B = 2
1
1
N
X+
2
2
2
N
X+
2
k
k
N
X- 2
N
X
78
3) Within group sum square (SS W )
SS W = SS r - SS B
4) Sum of square for factor 1 (SS 1 )
SS 1 = 2
lumnNinearchco
olumnSumofeachc- 2
N
X
5) Sum of square for factor 2 (SS 2 )
SS 2 = 2
Nineachrow
owSumofeachr- 2
N
x
6) Sum of square for Interactions (SS 21x )
SS 21x = SS b - SS 1 - SS 2
b). Degrees of freedom
1) Total Degrees of Freedom
df r = N – 1
2) Degrees of Freedom Within Groups
df w = N – K
3) Degrees of Freedom for Factor 1
df 1 = one less than the number of levels for factor 1
4) Degrees of Freedom for factor 2
df 1 = one less than the number of levels for factor 2
5) Degrees of Freedom for interaction
df 21x = df 1 xdf 2
79
6) Degrees of Freedom Between Groups
df B = k – 1
c). Mean Square
1) Mean Square Between Groups(MS B )
MS B = b
B
df
SS
2) Mean Square within Groups (MS W )
MS W = w
W
df
SS
3) Mean Square for factor 1 (MS 1 )
MS B = 1
1
df
SS
4) Mean Square for factor 2 (MS 2 )
MS B = 1
2
df
SS
MS B = 3
3
df
SS
5) Mean Square for interactioa (MS 21X )
MS 21X = 21
21
x
X
df
SS
d). Frations and test of significance
1) Effect of Between group (F B )
F = W
B
MS
MS
80
2) Effect of factor 1 (F 1 )
F = WMS
MS1
3) Effect of factor 2 (F 2 )
F = WMS
MS2
4) Effect of interaction (F 21X )
F = W
x
MS
MS 21
=
Penggunaan anava harus memenuhi persyaratan : (1) observasi untuk masing-
masing kelompok independen, (2) setiap kelompok perlakuan memiliki
variansi yang sama (Homogen), (3) populasi berdistribusi normal.
3. Uji Rentang Newman – Keuls Setelah ANAVA
Menurut Sudjana (2002:36) langkah-langkah untuk melakukan uji
Newman-Keuls adalah sebagai berikut :
1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari yang terkecil
sampai yang terbesar
2) Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJK disertai dk-nya.
3) Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk setiap perlakuan dengan rumus :
81
=
RJK (kekeliruan) juga didapat dari hasil rangkuman ANAVA
4) Tentukan taraf signifikan α, lalu gunakan Daftar Rentang Student. Untuk uji
Newman-Keuls, diambil V = dk dari RJK (Kekeliruan) dan P = 2,3,…,k.
Harga-harga yang didapat dari bagian daftar sebanyak (k-1) untuk V dan P
supaya dicatat.
5) Kalikan harga-harga yang didapat dititik……..di atas masing-masing dengan
Sy dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang signifikan
yang terkecil (RST).
6) Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k selisih
rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-1), dan
seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-rata terbesar kedua
rata-rata terkecil dengan RST untuk P = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua
dan selisih rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-2), dan
seterusnya. Dengan jalan begitu semua akan ada 1/2
K(k-1) pasangan yang
harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat lebih besar daripada
RST-nya masing-masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata perlakuan
4. Hipotesis Statistik
Hipotesis 1 H0 = A1 = A2
H1 = A1 ≠ A2
Hipotesis 2 H0 = B1 = B2
82
H1 = B1 ≠ B2
Hipotesis 3 H0 = A1 B2 = A1 B2
H1 = A1 B2 A1 B2
Keterangan:
= Nilai rata-rata
A = Metode latihan
B = Tingkat kekuatan
A1 = Rata-rata kelompok dengan latihan berbeban
A2 = Rata-rata kelompok dengan latihan plyometrics
B1 = Rata-rata kelompok dengan kecepatan tinggi
B2 = Rata-rata kelompok dengan kecepatan rendah
A1 B2 = Interaksi antara metode latihan berbeban dan plyometrics dengan
kecepatan
83
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.
Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan
pada tes awal dan tes akhir hasil power otot tungkai. Berturut-turut berikut
disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis
dan pembahasan hasil penelitian.
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data hasil tes hasil power otot tungkai yang
dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan disajikan sebagai berikut:
Tabel 7. Deskripsi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai Tiap Kelompok
Berdasarkan Pengunaan Motode dan Tingkat Kecepatan
Perlakuan Tingkat
Kecepatan
Statistik Hasil
Tes
Awal
Hasil
Tes
Akhir
Peningkatan
Latihan berbeban
Tinggi
Jumlah 954.6 1005.3 50.7
Rerata 95.460 100.530 5.070
SD 7.976 7.448 1.721
Rendah
Jumlah 813.3 874.1 60.8
Rerata 81.330 87.410 6.080
SD 7.694 8.347 1.678
Latihan
plyometrics
Tinggi
Jumlah 945.8 1033 87.2
Rerata 94.580 103.300 8.720
SD 11.181 11.686 2.017
Rendah
Jumlah 860.5 911.9 51.4
Rerata 86.050 91.190 5.140
SD 11.114 11.231 1.646
84
Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki peningkatan yang
berbeda. Nilai rata-rata peningkatan power otot tungkai yang dicapai tiap
kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram. Gambaran menyeluruh
dari nilai rata-rata power otot tungkai maka dapat dibuat histogram perbandingan
nilai-nilai sebagai berikut:
82
84
86
88
90
92
94
96
98
100
102
104
LB (A1) LP (A2) K T (B1) K R (B2)
Kelompok
Nil
ai
Po
wer
Oto
t T
un
gkai
Tes Awal
Tes Akhir
Gambar 5. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Power Otot
Tungkai Tiap Kelompok Berdasarkan Jenis Latihan dan Tingkat
Kecepatan
LB = Kelompok latihan berbeban
LP = Kelompok latihan plyometrics
K T = Kelompok kecepatan tinggi
K R = Kelompok kecepatan rendah
= Hasil tes awal
= Hasil tes akhir
85
Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki peningkatan nilai power
otot tungkai yang berbeda. Nilai peningkatan nilai power otot tungkai masing-
masing sel (kelompok perlakuan) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8. Nilai peningkatan nilai power otot tungkai masing-masing sel
(kelompok perlakuan)
No Kelompok Perlakuan
(Sel)
Nilai Peningkatan
Power Otot Tungkai
1 A1B1 (KP1) 4.91
2 A1B2 (KP2) 5.75
3 A2B1 (KP3) 8.62
4 A2B2 (KP4) 5.32
Keterangan :
KP 1 = Kelompok latihan berbeban dengan tingkat kecepatan tinggi
KP 2 = Kelompok latihan berbeban dengan tingkat kecepatan rendah
KP 3 = Kelompok latihan plyometrics dengan tingkat kecepatan tinggi
KP 4 = Kelompok latihan plyometrics dengan tingkat kecepatan rendah
Gambaran dari nilai peningkatan power otot tungkai pada masing-masing
kelompok berdasarkan tingkat pembebanan dan tingkat kecepatan dapat dilihat
pada histogram sebagai berikut:
86
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9N
ilai
Pen
ing
kata
n P
ow
er
Tu
ng
kai
A1B1 (KP1) A1B2 (KP2) A2B1 (KP3) A2B2 (KP4)
Kelompok
Gambar 6. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Power Otot Tungkai Tiap
Kelompok Berdasarkan Tingkat Pembebanan Pada Latihan
Berbeban dan Tingkat Kecepatan
Kelompok siswa yang mendapat latihan berbeban dan plyometrics memiliki
peningkatan power otot tungkai yang berbeda. Jika antara kelompok siswa yang
mendapat latihan berbeban dan plyometrics dibandingkan, maka dapat diketahui
bahwa kelompok perlakuan plyometrics memiliki peningkatan hasil power otot
tungkai sebesar 1.64 yang lebih tinggi dari pada kelompok latihan berbeban.
Perbedaan tingkat kecepatan berpengaruh pada peningkatan power otot
tungkai. Jika antara kelompok siswa yang memiliki kecepatan tinggi dan rendah
dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok siswa yang memiliki
kecepatan tinggi memiliki peningkatan hasil power otot tungkai sebesar 1.23 yang
lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah.
87
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji
normalitas data penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas
data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok
Perlakuan N M SD Lhitung Ltabel 5% Kesimpulan
KP1 10 4.910 1.415 0.1611 0.258 Berdistribusi Normal
KP2 10 5.750 1.329 0.1389 0.258 Berdistribusi Normal
KP3 10 8.620 1.758 0.1212 0.258 Berdistribusi Normal
KP4 10 5.320 2.172 0.1370 0.258 Berdistribusi Normal
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP1 diperoleh nilai Lo =
0.1611. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf
signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
pada KP1 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan
pada KP2 diperoleh nilai Lo = 0. 1389, yang ternyata lebih kecil dari angka batas
penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP2 termasuk berdistribusi normal.
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP3 diperoleh nilai Lo = 0.1212.
Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan
signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
88
pada KP3 termasuk berdistribusi normal. Adapun dari hasil uji normalitas yang
dilakukan pada KP4 diperoleh nilai Lo = 0.1370, yang ternyata juga lebih kecil
dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu
0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP4 juga termasuk
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk menguji kesamaan varians antara
kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan
dengan uji Bartlet. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2
adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
∑ Kelompok Ni SD2
gab χ2o χ2
tabel 5% Kesimpulan
4 10 2.894 2.768 7.81 Varians homogen
Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2o = 2.768. Sedangkan dengan K
- 1 = 4 – 1 = 3, angka χ2tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai χ2
o = 2.768 lebih
kecil dari χ2tabel 5% = 7.81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara kelompok
dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.
89
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data
dan interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai
langkah-langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis
varians dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji.
Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab
II. Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut:
Tabel 11. Ringkasan Nilai Rata-rata Power Otot Tungkai Berdasarkan Jenis
Latihan Berbeban dan Tingkat Kecepatan
Variabel
Rerata Power
Otot Tungkai
A1
A2
B1 B2 B1 B2
Hasil tes awal 95.460 81.330 94.580 86.050
Hasil tes akhir 100.530 87.410 103.300 91.190
Peningkatan 5.070 6.080 8.720 5.140
Keterangan :
A1 = Latihan berbeban.
A2 = Latihan plyometrics.
B1 = Kelompok siswa yang memiliki kecepatan tinggi
B2 = Kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah
90
Tabel 12. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Metode Latihan
(A1 dan A2)
Sumber
Variasi dk JK RJK Fo
Ft
A 1 26.8960 26.896 8.3654 * 4.11
Kekeliruan 36 115.7460 3.215
Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Tingkat Kecepatan (B1 dan
B2)
Sumber
Variasi dk JK RJK Fo
Ft
B 1 15.1290 15.129 4.7055 *
Kekeliruan 36 115.7460 3.215
Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor
Sumber
Variasi dk JK RJK Fo
Ft
Rata-rata
Perlakuan 1 1512.9000 1512.900
A 1 26.8960 26.896 8.3654 * 4.11
B 1 15.1290 15.129 4.7055 *
AB 1 42.8490 42.849 13.3271 *
Kekeliruan 36 115.7460 3.215
Total 40 1713.5200
Tabel 15. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians
KP A1B1 A2B2 A1B2 A2B1 RST
Rerata 4.910 5.320 5.750 8.620
A1B1 4.910 - 0.410 0.840 3.710 * 1.6387
A2B2 5.320 - 0.430 3.300 * 1.9732
A1B2 5.750 - 2.870 * 2.1774
A2B1 8.620 -
Keterangan ;
Yang bertanda * signifikan pada 0,05.
91
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis
sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis I
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan berbeban memiliki
peningkatan yang berbeda dengan latihan plyometrics. Hal ini dibuktikan dari
nilai Fhitung = 8.365 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol (H0) ditolak.
Yang berarti bahwa latihan berbeban memiliki peningkatan yang berbeda dengan
latihan plyometric dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh
bahwa ternyata latihan plyometrics memiliki peningkatan yang lebih baik dari
pada latihan berbeban, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 5.33
dan 6.97.
2. Pengujian Hipotesis II
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kecepatan
tinggi memiliki peningkatan hasil power otot tungkai yang berbeda dengan siswa
yang memiliki kecepatan rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 4.706 >
Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa
siswa yang memiliki kecepatan tinggi memiliki peningkatan hasil power otot
tungkai yang berbeda dengan siswa yang memiliki kecepatan rendah dapat
diterima kebenarannya.
Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata siswa yang memiliki
kecepatan tinggi memiliki peningkatan hasil power otot tungkai yang lebih baik
92
dari pada siswa yang memiliki kecepatan rendah, dengan rata-rata peningkatan
masing-masing yaitu 6.77 dan 5.34
3. Pengujian Hipotesis III
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara latihan berbeban
dan tingkat kecepatan sangat bermakna. Karena Fhitung = 13.327 > Ftabel = 4.11.
Dengan demikian hipotesa nol ditolak. Terdapat interaksi yang signifikan antara
jenis latihan yang diterapkan untuk meningkatkan power otot tungkai dan tingkat
kecepatan.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut
mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan
pengujian hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu :
(a) ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian
(b) ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi
dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai
berikut:
1. Perbandingan Pengaruh Latihan Berbeban dan Plyometrics
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh
yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan latihan berbeban dan
kelompok siswa yang mendapatkan latihan plyometrics terhadap peningkatan
hasil power otot tungkai. Pada kelompok siswa yang mendapat latihan
93
plyometrics mempunyai peningkatan hasil power otot tungkai yang lebih baik
dibandingkan dengan kelompok siswa yang mendapat latihan berbeban.
Latihan plyometrics lebih memungkinkan untuk melakukan gerakan dengan
cepat. Pada latihan ini otot-otot dituntut untuk bekerja melawan beban yang
dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus dengan cepat. Beban latihan
plyometric yaitu berupa berat badan sendiri (beban internal). Latihan plyometrics
yang terapkan berupa gerakan melompat-lompat. Gerakan melompat-lompat yang
dilakukan dengan cepat dan eksplosif dapat meningkatkan kecepatan sekaligus
kecepatan gerak otot. Latihan plyometrics dapat mengembangkan kecepatan dan
kekuatan secara terpadu. Kecepatan dan kekuatan gerak yang terpadu dalam satu
gerakan merupakan kemampuan daya ledak (power).
Power otot tungkai merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot
tungkai untuk mengatasi tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu
gerakan yang utuh secara eksplosif. Faktor utama power otot adalah kekuatan dan
kecepatan. Power otot dapat ditingkatkan dan dikembangkan melalui latihan fisik
yaitu dengan meningkatkan unsur kekuatan dan unsur kecepatan secara bersama-
sama. Latihan plyometrics dapat mengembangkan kekuatan dan kecepatan secara
terpadu. Oleh karena itulah latihan plyometrics memiliki hasil yang lebih baik
dibandingkan latihan berbeban dalam meningkatkan power otot tungkai. Latihan
plyometrics merupakan latihan yang sangat efektif mengembangkan power otot.
Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa
perbandingan rata-rata peningkatan persentase hasil power otot tungkai yang
94
dihasilkan oleh latihan plyometrics lebih tinggi 1.64 dari pada dengan power otot
tungkai.
2. Perbandingan Antara Taraf Kecepatan Tinggi dan Rendah
Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan pengaruh
yang nyata antara kelompok siswa dengan kecepatan tinggi dan kecepatan rendah
terhadap peningkatan power otot tungkai. Pada kelompok siswa dengan kecepatan
tinggi mempunyai peningkatan power otot tungkai lebih tinggi dibanding
kelompok siswa dengan kecepatan rendah. Pada kelompok siswa kecepatan tinggi
memiliki potensi yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kecepatan
rendah. Kecepatan merupakan modalitas untuk melakukan latihan. Kecepatan
yang baik menunjang kesiapan siswa untuk melakukan latihan khususnya yang
bertujuan untuk meningkatkan power.
Kekuatan merupakan unsur dasar pembentuk power otot. Siswa yang
memiliki kecepatan tinggi, lebih memungkinkan memiliki power otot tungkai
yang baik. Makin tinggi tingkai kecepatan yang dimiliki siswa maka makin besar
pula potensi power otot yang dimungkin dapat dicapai. Oleh karena itulah siswa
yang memiliki kecepatan tinggi memiliki peningkatan power otot tungkai yang
lebih baik, dari pada siswa yang memiliki kecepatan rendah.
Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa
perbandingan rata-rata peningkatan hasil power otot tungkai pada siswa yang
memiliki kecepatan tinggi 1.23 yang lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang
memiliki kecepatan rendah.
95
3. Pengaruh Interaksi Latihan Berbeban dan Plyometrics dengan Tingkat
Kecepatan
Dari tabel 10 ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa
faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi
yang nyata. Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel
12 dibawah ini.
Tabel 16. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan
B Terhadap Hasil Power otot tungkai.
Faktor A = Metode latihan berbeban
B = Kecepatan
Taraf A1 A2 Rerata A1 – A2
B1 4.910 8.620 6.765 3.710
B2 5.750 5.320 5.535 0.430
Rerata 5.33 6.97 6.15 1.23
B1 – B2 0.840 3.300 1.64
Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A1 A2
96
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
B1 B2
Gambar 7. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Hasil Power Otot
Tungkai
Keterangan :
: A1 = Latihan berbeban
: A2 = Latihan plyometrics.
: B1 = Kecepatan tinggi
: B2 = Kecepatan rendah
Atas dasar gambar 7 di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai
hasil power otot tungkai adalah tidak sejajar dan bersilangan. Garis perubahan
peningkatan power otot tungkai antar kelompok memiliki suatu titik pertemuan
atau persilangan. Antara jenis latihan (metode latihan) untuk meningkatkan power
otot tungkai dan tingkat kecepatan memiliki titik persilangan. Berarti terdapat
interaksi yang signifikan diantara keduanya. Gambar tersebut menunjukkan
bahwa kecepatan berpengaruh terhadap hasil latihan berbeban.
Berdasarkan tabel 16, hasil penelitian yang dicapai, ternyata siswa yang
memiliki kecepatan tinggi memiliki peningkatan hasil power otot tungkai yang
besar jika dilatih dengan latihan plyometrics yaitu sebesar 8.620. Siswa yang
97
memiliki kecepatan rendah dengan latihan berbeban, memiliki peningkatan power
otot tungkai yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kecepatan tinggi dan
mendapat perlakuan latihan berbeban yaitu sebesar 5.750. Kefektifan metode
latihan yang diterapkan untuk meningkatkan power otot tungkai dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya kecepatan yang dimiliki siswa.
98
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan latihan berbeban dan plyometrics
terhadap peningkatan power otot tungkai. Hasil tersebut dibuktikan dengan
harga F- hitung dengan tingkat signifikansi lebih besar 0,05
2. Ada perbedaan peningkatan power otot tungkai yang signifikan siswa yang
memiliki kecepatan tinggi dengan kecepatan rendah. Hasil tersebut dibuktikan
dengan harga F- hitung dengan tingkat signifikansi lebih besar 0,05
3. Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan latihan berbeban dan plyometrics
ditinjau dari kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai. Hasil
tersebut dibuktikan dengan harga F- hitung dengan tingkat signifikansi lebih
besar 0,05
a. Kelompok siswa yang memiliki kecepatan tinggi memiliki peningkatan
hasil power otot tungkai yang besar jika dilatih dengan latihan
plyometrics.
b. Kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah memiliki peningkatan
power otot tungkai yang lebih baik jika mendapat latihan berbeban
99
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, ternyata latihan berbeban dan
plyometrics memiliki efek peningkatan yang signifikan, sehingga guru, pelatih
dan pembina olahraga dapat menerapkan salah satunya untuk mendukung latihan
kecepatan dalam rangka peningkatan power otot tungkai. Dengan demikian
latihan plyometrics dapat dipergunakan bagi siswa yang memiliki kecepatan tinggi
agar power otot tungkai meningkat, sedangkan latihan berbeban dapat
dipergunakan bagi siswa yang memiliki kecepatan rendah agar power otot tungkai
meningkat
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka kepada pengajar dan pelatih diberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi siswa yang memiliki kecepatan tinggi agar power otot tungkai meningkat
sebaiknya dilatih dengan latihan plyometrics
2. Bagi siswa yang memiliki kecepatan rendah agar power otot tungkai dapat
meningkat sebaiknya dilatih dengan latihan berbeban.
3. Penerapan latihan plyometrics dan latihan berbeban untuk meningkatkan hasil
power otot tungkai, perlu memperhatikan faktor kecepatan.
100
DAFTAR PUSTAKA
A. Hamidsyah Noer. 1995. Ilmu kepelatihan lanjut, Surakarta, Universitas
Sebelas Maret Press
Barry L. Johnson dan Jack K. Nelson 1986. Practical Measurement For
Evaluation Pysical Education. Minesota USA: Publishing Company
Bompa, D. Tudor, 1990, Theory and Methodology of Training : The key To
Atletic Performance, Second Edition Dubuque Lowa : Kendall/Huns
Publishing Company
, 1994. Power Training for Sport : Plyometrics for Maximum for Power
Development. Two Edition. Ontario Coaching Association of Canada
Brooks, GA, Fahey D. 1984. Exercise physiology human Bionergenetics and its
Aplication. New York : Juhn Willy an Sons Inc
Chu Donald. A. 1992. Jumping into Plyometrics. California : Leisure Press
Champaign. IIIians
Davis. D., Kimmet, T., and Auty, M., 1989 Physical Education :Theory and
Practice. South Melbourne :The Macmillian Company of Australia, Pty.
Ltd
Foss, M.L., Keteyian, S.J. 1998. Fox’s Physiological Basis for Exercise and
Sport, Boston. WCB. Mc Graw-Hill Companies
Fox, EL, Bower, R.W., Fose M.L. 1988, The Physicological Basis of Physical
Education an Atletic, New York : Sounder College Publishing
101
Fox, EL., 1984. Sport Pphysiology. Tokyo :Sounders College Publishing
Fox, Merle L, Foss, Steven J. 1998, Physiological Basis For Exercise and Sport,
Sixth Edition, Dubuque lowa : The Mc. Graw-Hill Companies
Harre, Dietrich. 1982.Principle of Sport Training Introduction to The Theory
and Methods of Training. Berlin: Sport Verlag
Harsono, 1988, Coaching dan Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching, Jakarta :
Ditjendikti
James C, Radelife & Farentinos, R. C. 1999, Training For Speed And
Endurance, Sydney : Allen dan Unwin
Johnson, B.L., Nelson, J.K. 1987. Practical Measurment for Evaluation Physical
Education.Fuor Edition. Minesota USA: Macmillan Publishing Company
Jones, NL., McCarteney, N., and McCormas, AJ., 1986. Human Muscle Power
(Ed) Illionis :Human Kinetics Publisher Inc.
Kirkendall DR, Gruber J.J,Johnson R.R. 1986. Measurement and Evalution for
Physical Educators. Dubuque, Lowa :Wm. C. Brown Company Publiser
M. Furqon H. 1996. Latihan Berbeban. Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Press.
M. Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam
Olagraga. Semarang : Dahara Prize
Moeloek, D., Arjatmo Tjokronagara, A. 1984. Kesehatan dan Olahraga.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Mulyono, B. 1992. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Press
102
Nossek. J. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan African Press. Ltd
Pate R., Clenaghan M. B. & Rotella R. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan,
Alih Bahasa Kasiyo Dwijowinoto. Semarang : IKIP Semarang Press
Pyke F. S. 1991. Better Coaching. Australia : Austalian Coaching Council
Incorporated
Radcliffe, J. C., Farentinos, R. C. 1985. Plyometrics: Explosive Power Training.
Illionis: Human Kinetics Publisher. Inc.
Sadosa Sumosardjuno. 1994. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga.
Jakarta : Gramedia.
Sarwono & Ismaryati. 1999. Laporan Penelitian Pengaruh Metode Kombinasi
latihan Sirkuit Pliometrik, Berat Badan dan Waktu Reaksi Terhadap
Kelincahan. Surakarta : FKIP UNS
Soekarman. 1987. Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih Dan Atlet. Jakarta :
Inti Idayu Press
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjarwo. 1995. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Press
Sugiyanto. 1995. Metodologi Penelitian. Surakarta: UNS Press.
1996. Belajar Gerak I. Surakarta: UNS Press.
Sugiyanto & Sudjarwo. 1992. Materi Pokok Perkembangan dan Belajar Gerak.
Jakarta: Depdikbud. Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II.
Suharno HP. 1993. Metodologi Pelatihan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Thomas, J.P. Nelson, J.K. 2001. Research Methods in Physical Activity. Second
Edition. Champaign Illinois: human Kinetic Publiser
103
Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin, 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta
: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjendikti. Proyek
Pendidikan Tenaga Akademik