perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH
BERMAIN DAN KELOMPOK UMUR
KEMAMPUAN GERAK DASAR
( Eksperimen Perbedaan
Individual Games dan Group
7,1 – 8,0 Tahun SD Muhammadiyah Program Khusus
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Ilmu Keolahragaan
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN
KELOMPOK UMUR TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN GERAK DASAR
Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain
Groups Games pada Siswa Putra Usia 6,1 – 7,0 Tahun d
Tahun SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta )
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan oleh :
AGUS SUPRIYOKO
A. 120809001
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
PENINGKATAN
Bermain
Tahun dan
Surakarta )
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN
BERMAIN DAN KELOMPOK UMUR TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN GERAK DASAR
( Eksperimen Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain
Individual Games dan Groups Games pada Siswa Putra Usia 6,1 – 7,0 Tahun dan
7,1 – 8,0 Tahun SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta )
Disusun Oleh
AGUS SUPRIYOKO
A.120809001
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. H. M. Furqon H., M.Pd
Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO
-------------------
-------------------
---------------
---------------
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO NIP. 194805311976031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN
BERMAIN DAN KELOMPOK UMUR TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN GERAK DASAR
( Eksperimen Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain
Individual Games dan Groups Games pada Siswa Putra Usia 6,1 – 7,0 Tahun dan
7,1 – 8,0 Tahun SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta )
Disusun Oleh
AGUS SUPRIYOKO A.120809001
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua
Sekretaris
Anggota Penguji
Prof. Dr. Sugiyanto
Dr. dr. Kiyatno, PFK, M.Or, AIFO
1. Prof. Dr. H. M. Furqon H., M.Pd
2. Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO
-------------------
-------------------
-------------------
-------------------
---------------
---------------
---------------
---------------
Mengetahui
Ketua Program Studi
Ilmu Keolahragaan
Direktur Program
Pascasarjana
Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO
NIP. 194805311976031001
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D
NIP. 195708201985031004
-------------------
-------------------
---------------
---------------
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini , saya :
Nama : Agus Supriyoko
NIM : A. 120809001
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul, ” PERBEDAAN
PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERMAIN DAN
KELOMPOK UMUR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN
GERAK DASAR ” adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya
saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis tersebut.
Surakarta, 24 Desember 2010
Yang Membuat Pernyataan
Agus Supriyoko NIM. A120809001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Mungkin saja suatu kebaikan dapat diperoleh dari musibah yang menimpa,
boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal ia amat baik bagi kalian.
( QS. Al Baqarah: 216)
Gerak, gairah dan kekuatan berkumpul anak bersama teman-temannya yang
lain pada masa kecilnya akan memberikan tambahan akalnya ketika dewasa
(HR. Ath Thirmidzi)
Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang
beruntung. Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi. Dan jika
hari ini lebih jelek dari kemarin adalah orang celaka.
(Ali bin Abi Tholib)
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu.
Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan.
Selalu berikhtiar ikuti dengan doa, kemudian bertawakallah
( Penulis )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
Kedua orang tuaku
Sebagai tanda bakti dan terima kasih
Atas doa yang tak pernah henti, nasehat, cinta dan kasih sayang yang selalu hadir, atas
keringat serta air mata yang telah menetes
untuk mengasuh dan mendewasakan
penulis.
Bapak dan Ibu mertua serta Istri yang selalu bisa membuatku tenang, percaya diri
dan selalu bersemangat untuk terus mendorongku maju
serta anakku tercinta (mas Arya)
yang selalu menjadi inspirasiku dan membuatku bahagia
untuk tidak menyerah dan terus berjuang.
Kakak-kakakku yang selalu mendukung
Keponakan-keponakanku yang imut
Sobatku semua senasib dan seperjuangan Pascasarjana UNS Angkatan 2009,
Uztad dan uztazah SD Muhammadiyah PK Surakarta, mas Jujuk, Om Pomo,
dan Keluarga besar FKIP UTP Surakarta.
Mudah-mudahan persaudaraan ini abadi selamanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Dengan memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat Nya, sehingga tesis saya yang berjudul ” Perbedaan
Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain Dan Kelompok Umur Terhadap
Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar”, dapat saya selesaikan dengan baik. Tesis ini
tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan serta dukungan dari
semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah saya
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada
:
a. Prof. Dr. dr. Moch. Syamsul Hadi, SP.KJ selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan kempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan Program Pasca sarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
b. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
c. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd. (Alm) selaku ketua program, program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret atas dukungan dan arahan guna
kelancaran studi.
d. Prof. Dr. H.M. Furqon H, M.Pd. dan Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd (Alm) serta Dr.
dr. Muchsin Doewes, MARS sebagai pembimbing tesis yang telah secara
seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu,
serta tenaga untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selasai.
e. Bapak Muhammad Ali, M.Pd selaku kepala SD Muhammadiyah Program
Khusus Surakarta serta staf yang telah membantu terlaksanaannya penelitian
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
f. Bapak Pungki Indarto, S.Pd. guru pendidikan jasmani SD Muhammadiyah
Program Khusus Surakarta yang juga rekan penulis dalam membantu
selesainya penelitian ini dari awal sampai akhir.
g. Kakanda Tutik Keluarga kakanda Yani/Sulis, keluarga kakanda Tri/Ika, adinda
Arham.
h. Keponakan-keponakanku yang imut ( Raisa, Avilia, asqa)
i. Keluarga Besar FKIP UTP yang telah memberikan dorongan dan doa sehingga
penulisan tesis ini dapat terselesaikan.
j. Rekan-rekan program studi IOR angkatan 2009 yang telah membantu dalam
proses penyelesaian penulisan tesis ini.
k. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik moril
atau materiil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang diberikan
dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna,
oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharap saran dan kritik yang
bersifat membangun sebagai bekal demi kesempurnaan tesis ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 24 Desember 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. iv
MOTTO ............................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
ABSTRAK ........................................................................................................... xvii
ABSTRACT .......................................................................................................... xviii
BAB I . PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B. Perumusan Masalah......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 8
BAB II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN........................ . 9
A. Kajian Teori..................................................................................... 9
1. Perkembangan dan Belajar Gerak.............................................. 9
2. Pendekatan Pembelajaran Bermain............................................ 21
a) Pendekatan Pembelajaran Bermain Individual games
(Permainan perorangan)....................................................... 34
1) Karakteristik Permainan Perorangan.............................. 36
2) Kelebihan dan Kekurangan Permainan Peroragan......... 36
b) Pendekatan Pembelajaran Bermain Groups games
(Permainan beregu)............................................................... 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
1) Karakteristik Permainan Beregu.................................... 39
2) Kelebihan dan Kekurangan Permainan Beregu.............. 40
3. Kelompok Umur......................................................................... 41
a) Pertumbuhan pada Masa Kanak-kanak Awal...................... 46
b) Pertumbuhan pada Masa Kanak-kanak Akhir..................... 52
4. Kemampuan Gerak Dasar.......................................................... 58
a) Perkembaangan Kemampuan Gerak Dasar.......................... 58
b) Gerakan yang Terampil dan Efisien pada Anak-anak........ 67
c) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan
Gerak Dasar.......................................................................... 79
B. Penelitian yang Relevan.................................................................... 84
C. Kerangka Pemikiran.......................................................................... 86
D. Perumusan Hipotesis......................................................................... 90
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 91
A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 91
B. Metode Penelitian............................................................................. 92
C. Variabel Penelitian............................................................................. 93
D. Definisi Operasional Variabel........................................................... 94
E. Populasi dan Sampel......................................................................... 96
F. Kerangka Operasional penelitian...................................................... 97
G. Teknik Pengumpulan data Data........................................................ 98
H. TeknikAnalisis Data.......................................................................... 99
1. Uji Prasarat Analisis..................................................................... 99
a) Uji Normalitas Tes.................................................................. 99
b) Uji Homogenitas..................................................................... 100
2. Analisis Data................................................................................. 101
a.) ANAVA 2 (dua) Jalur……………........................................ 101
b.) Uji Rentang Newman – Keuls setelah ANAVA..................... 103
c.) Hipotesis Statistik.................................................................... 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 106
A. Deskripsi Data................................................................................... 106
B. Uji Reliabilitas................................................................................... 109
C. Pengujian Persyaratan Analisis......................................................... 110
1. Uji Normalitas............................................................................... 110
2. Uji Homogenitas Varians.............................................................. 111
D. Pengujian Hipotesis........................................................................... 112
E. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................. 116
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN................................................ 120
A. Kesimpulan....................................................................................... 120
B. Implikasi........................................................................................... 121
C. Saran................................................................................................. 122
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 123
LAMPIRAN........................................................................................................... 126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Periodesasi perkembangan berdasarkan usia........................................... 45
Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan gerak dasar................... 82
Tabel 3. Rancangan faktorial 2 x 2........................................................................ 92
Tabel 4. Validitas General motor ability test (Barry & Nelson 1969 : 118)......... 98
Tabel 5. Reliabilita Stand, Brandford N, Wilson dikutip Mulyono B................... 98
Tabel 6. Ringkasan Anava untuk Eksperimen Faktorial 2 x 2.............................. 101
Tabel 7. Diskripsi data Tes Kemampuan Gerak Dasar tiap kelompok
berdasarkan Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Usia...................... 106
Tabel 8. Range Kategori Reliabilitas...................................................................... 109
Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data...................................................... 110
Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data...................................................... 110
Tabel 11. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data.................................................. 111
Tabel 12. Ringkasan Nilai rata-rata Kemampuan Gerak Dasar berdasarkan
Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Usia siswa................................. 112
Tabel 13. Ringkasan hasil Analisis Varian untuk penggunaan Pendekatan
Pembelajaran Bermain (A1 dan A2)........................................................ 113
Tabel 14. Ringkasan hasil Analisis Varian untuk Usia Siswa (B1 dan B2)............. 113
Tabel 15. Ringkasan hasil Analisis Varian Dua Faktor........................................... 113
Tabel 16. Ringkasan hasil Uji Rentang Newman-Keuls setelah Analisis
Varians..................................................................................................... 114
Tabel 17. Pengaruh sederhana, Pengaruh utama dan Interaksi faktor A dan B
terhadap Kemampuan Gerak Dasar......................................................... 117
Tabel 18. Hasil klasifikasi siswa kelompok umur 6,01 - 7.00 tahun dan 7,01
- 8,00 tahun siswa putra Sekolah Dasar Muhammadiyah Program
Khusus Surakarta.................................................................................... 126
Tabel 19. Matriks Hasil Klasifikasi Pendekatan pembelajaran Bermain dan
Kelompok Umur..................................................................................... 126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Tabel 20. Hasil Randomisasi Pengambilan Sampel dan Perlakuan......................... 127
Tabel 21. Rekapitulasi data tes awal general motor ability siswa putra
SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta..................................... 128
Tabel 22. Rekapitulasi data tes akhir general motor ability siswa putra
SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta..................................... 130
Tabel 23. Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir pada kelompok A1................... 132
Tabel 24. Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir pada kelompok A2................... 134
Tabel 25. Uji Reliabilitas tes awal Standing Broad Jump...................................... 136
Tabel 26. Uji Reliabilitas tes akhir Standing Broad Jump...................................... 139
Tabel 27. Uji Reliabilitas Tes Awal Shot-put........................................................... 142
Tabel 28. Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Shot-put.................................................. 145
Tabel 29. Tabel kerja untuk menghitung nilai Homogenitas dan Analisis
Varians...................................................................................................... 152
Tabel 30. Hasil perhitungan data unutk uji Homogenitas dan Analisis
Varians...................................................................................................... 153
Tabel 31. Harga-harga yang diperlukan untuk uji Bartlet......................................... 154
Tabel 32. Ringkasan hasil analisis varians............................................................... 156
Tabel 33. Hasil Rentang Newman-Keuls Setelah Anava......................................... 158
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tingkatan Perkembangan Keterampilan gerak ............................... 14
Gambar 2. Tahap Penampilan Keterampilan .................................................... 20
Gambar 3. Komponen gerakan efisien ............................................................ 67
Gambar 4. Komponen Gerakan Ketrampilan Dasar ......................................... 95
Gambar 5. Kerangka Operasional Penelitian..................................................... 97
Gambar 6. Histogram Nilai rata-rata hasil tes awal dan tes akhir Kemampuan
Gerak Dasar tiap kelompok berdasarkan pendekatan pembelajaran
dan usia siswa.................................................................................. 107
Gambar 7. Histogram Nilai rata-rata Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar
pada tiap kelompok perlakuan......................................................... 108
Gambar 8. Bentuk Interaksi perubahan besarnya peningkatan Kemampuan
Gerak Dasar..................................................................................... 118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Prosedur dan proses terbentuknya sampel .................................. 126
Lampiran 2. Rekapitulasi data tes awal general motor ability siswa putra SD
Muhammadiyah Program Khusus Surakarta................................ 128
Lampiran 3. Rekapitulasi data tes akhir general motor ability siswa putra
SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta.......................... 130
Lampiran 4. Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir pada kelompok A1....... 132
Lampiran 5. Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir pada kelompok A2 ...... 134
Lampiran 6. Uji Reliabilitas tes awal Standing Broad Jump........................... 136
Lampiran 7. Uji Reliabilitas tes akhir Standing Broad Jump ......................... 139
Lampiran 8. Uji Reliabilitas Tes Awal Shot-put ............................................. 142
Lampiran 9. Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Shot-put..................................... 145
Lampiran 10. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan pendekatan
` pembelajaran bermain Individual games usia, 6,01-7,00 tahun.. 148
Lampiran 11. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan pendekatan
pembelajaran bermain Individual games usia, 7,01-8,00 tahun.. 149
Lampiran 12. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan pendekatan
pembelajaran bermain Groups games usia, 6,01-7,00 tahun...... 150
Lampiran 13. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan pendekatan
pembelajaran bermain Groups games usia, 7,01-8,00 tahun...... 151
Lampiran 14. Tabel kerja untuk menghitung nilai Homogenitas dan Analisis
Varians........................................................................................ 152
Lampiran 15. Hasil perhitungan data unutk uji Homogenitas dan Analisis
Varians........................................................................................ 153
Lampiran 16. Uji Homogenitas dengan Uji Barlet............................................ 154
Lampiran 17. Analisis Varians.......................................................................... 155
Lampiran 18. Uji Rata-rata Rentang Newman-keuls......................................... 157
Lampiran 19. Schedule Pelaksanaan Penelitian.................................................. 159
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Lampiran 20. Program perlakuan pendekatan pembelajaran bermain
Groups games.............................................................................. 160
Lampiran 21. Program perlakuan pendekatan pembelajaran bermain
Individual games.......................................................................... 163
Lampiran 22. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kemampuan Gerak Dasar................. 170
Lampiran 23. Dokumentasi................................................................................ 174
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRAK
AGUS SUPRIYOKO. A.120809001. Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain Dan Kelompok Umur Terhadap Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar (Eksperimen Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Bermain Individual Games Dan groups Games Pada Siswa Putra Usia 6,1 – 7,0 Tahun Dan 7,1 – 8,0 Tahun SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta). Tesis. Program Pascasarjana UNS Surakarta, Januari 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain antara individual games dan groups games pada kelompok umur 6,1 – 7,0 tahun dan kelompok umur 7,1 – 8,0 tahun terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar. (2) Perbedaan pengaruh peningkatan kemampuan gerak dasar anatara kelompok umur 6,1 – 7,0 tahun dan 7,1 – 8,0 tahun. (3) Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran bermain dan kelompok umur terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen yang melibatkan tiga variabel, yaitu variabel independent (pendekatan pembelajaran), variabel atributif (kelompok umur) dan variabel dependent (kemampuan gerak dasar). Penelitian menggunakan rancangan faktorial 2x2. Populasi penelitian adalah siswa putra Sekolah Dasar Muhammadiyah Program Khusus Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 yang berumur antara 6 – 8 tahun. Sampel penelitian sebanyak 40 siswa, ditentukan dengan purposive random sampling dengan cara undian. Tes dan pengukuran untuk menaksir kemampuan gerak dasar anak adalah (test of general motor ability) terdiri atas : 1) Standing Broad Jump, 2) Shot-put, 3) Body weight, (Barry L. Jhonson & Jack K. Nelson.1969 :118-119). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Varians (ANAVA) dua jalur yang dilanjutkan dengan uji Rentang Newman Keuls pada taraf signifikansi α = 0,05.
Penelitian menyimpulkan : (1) Ada perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain yang bermakna antara individual games dan groups games terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar (Fhitung = 6,56 > Ftabel = 4.11). Pengaruh pendekatan pembelajaran bermain groups games lebih baik daripada individual games, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 2,63 dan 2,07. (2) Ada perbedaan pengaruh kemampuan gerak dasar yang bermakna antara siswa usia 6,1 – 7,0 tahun dan siswa usia 7,1 – 8,0 tahun (Fhitung = 5,22 > Ftabel = 4.11). Peningkatan kemampuan gerak dasar pada siswa usia 7,1 – 8,0 tahun lebih baik daripada siswa usia 6,1 – 7,0 tahun, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 2,52 dan 2,15. (3) Terdapat pengaruh interaksi yang bermakna antara pendekatan pembelajaran bermain dan usia terhadap kemampuan gerak dasar. (Fhitung = 16,79 > Ftabel = 4.11). a). Siswa usia 6,1 – 7,0 tahun lebih cocok jika diberikan pendekatan pembelajaran bermain individual games. b). Siswa usia 7,1 – 8,0 tahun lebih cocok jika diberikan pendekatan pembelajaran bermain groups games. Kata kunci : pendekatan pembelajaran bermain, kelompok umur, kemampuan gerak
dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
ABSTRACT Agus Supriyoko. A. 120809001. The Difference of play learning approach and Age Group Effects on the Improvement of Basic Motor Ability (An Experiment on the Effect of play learning approach between Individual and Group Games in the Male Students in 6,01-7,00 and 7,01-8,00 Years Age in the Special Program of SD Muhammadiyah Surakarta). Thesis. Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University, January 2011.
This research aims to find out : (1) The difference of play learning approach
between individual and groups games effect in 6,01-7,00 and 7,01-8,00 years groups on the improvement of Basic Motor Ability. (2) The difference of Basic Motor Ability effect between the 6,01-7,00 years students and 7,01-8,00 years student. (3) In addition, it also aims to find out the interaction between play learning approach type and age group on the improvement of basic movement.
The study was carried out using experimental method involving three variables: independent variable (play learning approach), attributive variable (age group) and dependent variable (Basic Motor Ability). The research design used was a 2x2 factorial design. The population of research was the male students of Special Program SD Muhammadiyah Surakarta in the school year of 2010/2011 in 6-8 year age. The sample taken in this research consisted of 40 students. The sampling technique used was purposive random sampling with lottery method. Test and measurement to estimate the student’s Basic Motor Ability included: test of general motor ability consisting of: 1) Standing broad jump, 2) Shot-put, 3) Body weight, (Barry L. Johnson & Jack K. Nelson. 1969: 118-119). Technique of analyzing data used in this research was a two-way Variance Analysis (ANAVA) followed by Newman Keuls’ Range test at significance level α = 0.05.
The research concludes that: (1) there is a difference of play learning approach between individual and group games effect on the Basic Motor Ability. ( Fstatistic = 6.56 > Ftable = 4.11). The effect of group games is better than individual game, with the mean improvement of 2.63 and 2.07, respectively. (2) there is a significant difference of Basic Motor Ability effect between the 6,01-7,00 years students and 7,01-8,00 years students. (Fstatistic = 5.22 > Ftable = 4.11). The improvement of Basic Motor Ability in 7-8 years students is better than that in 6-7 years students, with the mean improvement of 2.52 and 2.15, respectively. (3) there is a significant interaction effect between the game type and the age on the Basic Motor Ability. (Fstatistic = 16.79 > Ftable = 4.11). a) The 6,01-7,00 years students are more appropriate to be given play learning approach with individual game type. b) The 7,01-8,00 years students are more appropriate to be given play learning approach with group games type. Key word : play learning approach, age group, basic motor ability
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan
jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total,
daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan
mentalnya. Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas.
Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi,
pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah
pendidikan lainnya: hubungan antara perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran
dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah
pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang
menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani
yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.
Pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat.
Namun esensinya sama, jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan
jasmani memanfaatkan fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia. Dalam
kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut
terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan
bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung
maupun secara tidak langsung. Hasil-hasil pendidikan jasmani tidak hanya
terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi pendidikan
jasmani tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita
harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih
abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.
Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu
pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan
ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti,
seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan
peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran
merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Pergaulan yang bersifat mendidik itu terjadi melalui interaksi aktif
antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar
dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan ini akan ada perubahan perilaku,
sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi proses
belajar. Kedua peranan itu tidak terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam
pola hubungan antara dua subyek, meskipun di sini guru lebih berperan sebagai
pengelola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Kegiatan pembelajaran merupakan masalah yang amat kompleks, dan
melibatkan keseluruhan aspek psiko-fisik, bukan saja aspek kejiwaan, tetapi juga
aspek neuro-fisiologis. Pada tahap awal pembelajaran, siswa baru mengenal
substansi yang dipelajari yang menyangkut aspek pembelajaran kognitif, afektif
maupun psikomotor. Bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi sesuatu yang
asing pada mulanya, namun setelah guru berusaha untuk memusatkan dan
menarik perhatian siswa pada peristiwa pembelajaran maka sesuatu yang asing itu
menjadi berangsur-angsur berkurang. Siswa sangat peduli dengan apa yang
dilakukan oleh gurunya. Oleh karena itu, guru harus mengupayakan semaksimal
mungkin penataan lingkungan belajar dan perencanaan materi agar terjadi proses
pembelajaran yang menarik dan membangkitkan motivasi siswa di dalam
mengikuti pembelajaran.
Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani, ada beberapa faktor
pendukung yang diperlukan antara lain faktor guru sebagai penyampai informasi,
siswa sebagai penerima informasi, sarana prasarana, dan juga metode atau cara
untuk menyampaikan informasi. Metode yang dipilih dan diperkirakan harus
cocok digunakan dalam proses pembelajaran teori dan praktek keterampilan,
semata-mata untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses. Proses
pembelajaran dapat dikatakan efektif bila perubahan perilaku yang terjadi pada
siswa setidak-tidaknya mencapai tingkat optimal. Efisiensinya terletak pada
kecepatan dikuasainya materi pelajaran yang disajikan, sekalipun dalam waktu
yang relatif pendek. Dengan kata lain hendaknya guru dalam mengajar
menggunakan pendekatan yang diharapkan mampu memberikan pengalaman yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
berarti kepada siswa, baik secara fisik maupun psikis sehingga akan meningkatkan
partisipasi minat gerak seluruh siswa sehingga tingkat kualitas gerak maksimal.
Dengan demikian jika metode yang dipilih itu tepat maka efektifitas dan efisiensi
proses pembelajaran itu akan produktif yaitu memberikan hasil yang banyak.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan jasmani tersebut, salah satu upaya
yang hendaknya dilakukan adalah dengan mengembangkan kemampuan gerak
dan dengan olahraga permainan. The ACC/NCAS dalam Dwi Hatmisari A, dkk
(2009:133) mengemukakan bahwa ”anak bermain olahraga untuk (1) memperoleh
kesenganan; (2) Persahabatan atau memperoleh teman baru; (3) merasa enak; (4)
belajar ketrampilan baru”. Tujuan seperti ini dapat dicapai, jika aktifitas olahraga
sesuai dengan anak dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Permainan merupakan salah satu jenis olahraga yang sangat digemari oleh
anak-anak. Permainan memberikan kesenangan yang lebih besar bagi siswa.
Menurut A.M.Patty : (1999: 1-175) jenis permainan ada enam macam yaitu : (1)
permainan perkenalan, (2) permainan perorangan, (3) permainan beregu, (4)
permainan pada upacara pesta, (5) permainan dalam air, (6) permainan pramuka.
Dalam penerapan pembelajaran pendidikan jasmani disekolah guru jarang
sekali memperbaharui pendekatan pembelajaran melalui jenis-jenis permainan
yang dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa. Untuk meningkatkan
kemampuan gerak dasar siswa dibutuhkan pendekatan pembelajaran bermain
yang sesuai dengan kondisi para siswa. Untuk itu seorang guru harus tepat dalam
memilih dan menentukan strategi, cara (metode) atau pendekatan pengajaran,
sehingga tujuan belajar dapat tercapai secara efektif. Ada beberapa bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pendekatan pembelajaran bermain yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan gerak dasar. Bentuk pendekatan pembelajaran bermain yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa diantaranya adalah
pendekatan pembelajaran bermain individual games dan groups game, namun
efektifitas dari kedua bentuk pendekatan pembelajaran bermain tersebut belum
diketahui sehingga diperlukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengkaji
tentang perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain individual games
dan groups game terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar. Selain olahraga
permainan yang tepat, faktor-faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan dalam
proses pembelajaran untuk peningkatan kemampuan gerak dasar adalah umur.
Penampilan seorang anak dipengaruhi oleh faktor umur. Faktor umur
memiliki tingkat perkembangan yang berbeda secara kapasitas. Setiap kelompok
umur berbeda kapasitas fisik, mental dan sosial yang disebabkan faktor individu
dan lingkungan. Perbedaan ini memiliki implikasi terhadap proses pembelajaran.
Anak yang memiliki tahapan umur lebih tinggi memiliki aspek kognisi yang lebih
tinggi pula. Aspek kognisi mempengaruhi penerimaan informasi; makin tinggi
tingkat kognisi makin mudah menerima informasi. Fakta dilapangan
menunjukkan bahwa pembelajaran khususnya pendidikan jasmani kurang
memperhatikan karakteristik siswa yang didasarkan pada perkembangan usia.
Sebagai contoh pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar anak-anak
kelas II diberikan pembelajaran yang sama dengan anak kelas V. Karakteristik
fisik dan motorik, perkembangan kognitif dan afektif, serta implikasi program
pengembangan gerak dipastikan memiliki perbedaan, oleh karena itu semestinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
diberikan model pendekatan pembelajaran yang berbeda. Kelompok umur di
Sekolah Dasar diperkirakan antara 6 – 12 tahun, maka dalam penelitian ini
nantinya akan mengambil sampel siswa kelompok umur 6 – 8 tahun yang
diperkirakan duduk dikelas I – III. Uraian diatas menimbulkan permasalahan
apakah ada perbedaan hasil pendekatan pembelajaran bermain yang diberikan
kepada anak yang memiliki perbedaan usia.
Bertolak dari permasalahan di atas, penelitian ini akan membandingkan
pengaruh kedua pendekatan pembelajaran bermain tersebut yaitu individual
games dan groups games serta membedakan kriteria sampel atas kelompok umur.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, sebagai orang coba dalam penelitian ini
adalah siswa putra usia 6,01 – 7,00 tahun dan 7,01 – 8,00 tahun SD
Muhammadiyah Program Khusus Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
Siswa putra usia 6,01 – 7,00 tahun dan 7,01 – 8,00 tahun SD
Muhammadiyah Program Khusus Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 menarik
untuk diteliti, berdasarkan kenyataan pelaksanaan pendidikan jasmani yang
diajarkan kurang berjalan dengan baik. Pendidikan jasmani yang diajarkan selama
ini berdasarkan atau berpedoman pada kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) dan kurikulum syariah, tetapi sarana prasarana olahraga masih kurang
memadai dan kurangnya variasi dalam memberikan materi pelajaran serta
kurangnya pemahaman guru tentang karakteristik fisik dan motorik,
perkembangan kognitif dan afektif, serta implikasi program pengembangan gerak.
Keadaan seperti di atas perlu mendapat perhatian dari pihak sekolah maupun
orang tua murid. Kurangnya perhatian dan tidak adanya komunikasi yang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dari pihak sekolah ke orang tua murid mengakibatkan keadaan tersebut tidak
dapat dicegah secara dini. Jika hal ini tidak segera diatasi akan mempengaruhi
pencapaian tujuan belajar mengajar secara menyeluruh.
Permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan di atas
melatarbelakangi judul ”Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain
Dan Kelompok Umur Terhadap Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar”.
(Eksperimen Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain Individual
Games Dan Groups Games Pada Siswa Putra Usia 6,01 – 7,00 tahun dan 7,01 –
8,00 tahun SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain antara
individual games dan groups games terhadap peningkatan kemampuan gerak
dasar ?
2. Adakah perbedaan pengaruh peningkatan kemampuan gerak dasar antara
kelompok umur 6,01 – 7,00 tahun dan 7,01 – 8,00 tahun?
3. Adakah pengaruh interaksi pendekatan pembelajaran bermain dan kelompok
umur terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh
pendekatan pembelajaran dan kelompok umur terhadap peningkatan kemampuan
gerak dasar, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui :
1. Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain antara individual
games dan groups games terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar.
2. Perbedaan pengaruh peningkatan kemampuan gerak dasar antara kelompok
umur 6,01 – 7,00 tahun dan 7,01 – 8,00 tahun.
3. Pengaruh interaksi pendekatan pembelajaran bermain dan kelompok umur
terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nanti diharapkan dapat bermanfaat :
1. Secara teoritik untuk penelusuran yang lebih mendalam mengenai variabel-
variabel pendukung yang turut mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
meningkatkan kemampuan gerak dasar.
2. Secara praktik dapat digunakan sebagai pedoman diadakan pembelajaran
dalam rangka meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa.
3. Sebagai masukan bagi guru penjaskes di SD Muhammadiyah Program Khusus
Surakarta untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar, sehingga dapat
mendukung pencapaian prestasi belajar secara maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
aBAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. KAJIAN TEORI
1. Perkembangan dan Belajar Gerak
Pengertian belajar merupakan sesuatu yang kompleks, karena itu
pengertiannya bisa bermacam-macam. Belajar bisa dipandang sebagai suatu hasil
apabila yang dilihat adalah bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi
edukatif, bisa dipandang sebagai suatu proses apabila yang dilihat adalah kejadian
selama siswa menjalani proses belajar untuk mencapai suatu tujuan, dan bisa juga
dipandang sebagai suatu fungsi apabila yang dilihat adalah aspek-aspek yang
menentukan terjadinya perubahan tingkah laku siswa.
Belajar perlu dibedakan dengan konsep-konsep yang berhubungan seperti
berpikir, berperilaku, perkembangan atau perubahan. Demikian pula Gagne
dalam Brophy (1990 : 129), mengemukakan bahwa “ Hirarki belajar adalah
dimana belajar disusun berurutan dari yang paling sederhana ke yang paling
kompleks “. Sebagai contoh hirarki mengandung tiga kategori yaitu : (1) Belajar
signal adalah belajar suatu respon umum ke dalam bentuk isyarat, misalnya
menyiapkan kelas dengan bunyi bel. (2) Belajar respon stimulus yaitu belajar
suatu respon stimulus yang tepat ke suatu rangsangan yang dibedakan, misalnya
memanggil orang dengan nama-nama yang dibedakan (3) Belajar diskriminasi
yaitu belajar membedakan antara anggota dalam kumpulan stimulus yang sama
supaya mempunyai respon pada perbedaan ciri individu, misalnya
mengindentifikasi perbedaan jenis-jenis anjing yang berbeda, sehingga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
ditarik kesimpulan bahwasannya metode mengajar adalah merupakan salah satu
cara untuk menciptakan suatu bentuk pengajaran dengan kondisi yang diinginkan
guna membantu tercapainya tujuan proses belajar mengajar secara efektif.
Piaget dalam Brophy (1990:134) menyatakan dalam pembelajaran gerak
disebut “ Skema Sensor Motorik ” yaitu suatu pembelajaran lebih efisien bila
diberikan contoh sehingga dapat meniru dan dengan instruksi verbal dan
gambaran visual dapat menggunakannya sebagai penuntun terhadap penampilan
dan menjadi tambahan kesempatan dalam praktek dengan umpan balik yang
korektif. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Adams (1991:134) bahwa “
Umpan balik dalam belajar keterampilan gerak bersifat internal selain umpan
balik internal ini keterampilan gerak juga menghasilkan umpan balik external
melalui kejadian di lingkungannya “. Pada pembelajaran keterampilan gerak
penting untuk mencegah berkembangnya kebiasaan buruk. Bila siswa tidak
diajarkan prinsip dasar dan bentuk yang tepat, maka mereka dapat
mengembangkan keterampilan yang sangat berfungsi sampai pada tahap tertentu
tetapi tidak efisien dan secara potensial tidak produktif.
Menurut Winarno Surakhmad (1992:24) bahwa “ Metode mengajar adalah
cara yang mempergunakan teknik yang beraneka ragam yang didasari oleh
pengertian yang mendalam dari guru akan memperbesar minat belajar murid-
murid, sehingga mempertinggi hasil belajar ”. Program yang diberikan kepada
siswa harus disusun secara sistematis, berurutan, berulang-ulang dan kian hari
bertambah bebannya dan yang mudah sampai dengan yang sulit sehingga dalam
menyampaikan pesan dapat ditangkap oleh siswa dan memperoleh hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
secara optimal yang berupa perubahan-perubahan kemampuan permainan ke arah
peningkatan kualitas gerak, karena setiap individu memiliki kemampuan gerak
dasar yang berbeda. Nana Sudjana (2000:25) menyatakan bahwa “ Hakikat
belajar-mengajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada siswa secara aktif
berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru “. Asumsi yang
melandasi hakikat belajar-mengajar tersebut adalah : (a) proses belajar-mengajar
yang efektif memerlukan strategi dan teknologi pendidikan yang tepat. (b)
program belajar mengajar dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu sistem. (c)
Proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang di dalam
pelaksanaan kegiatan-belajar, (d) pembentukan kompetensi profesional
memerlukan pengintegrasian fungsional antara teori dan praktek serta materi
penyampaiannya. (e) pembentukan kompetensi profesional memerlukan
pengalaman lapangan, latihan keterampilan terbatas sampai dengan pelaksanaan
dan penghayatan tugas-tugas kependidikan secara lengkap dan aktual, (f) kriteria
keberhasilan yang mana dalam pendidikan adalah pendemonstrasian penguasaan
kompetensi, (g) materi pengajaran, sistem penyampaiannya selalu berkembang.
Pendidikan jasmani adalah disiplin akademik yang bersifat interdisipliner
pengembangannya sangat bergantung dari ilmu yang menyangga (psikologi,
kesehatan. filsafat, pendidikan, pengajaran dan sebagainya. Untuk dapat
mengembangkan pendidikan jasmani sebagai disiplin, prasyarat mutlak yang
harus dilaksanakan adalah insan akademik pendidikan jasmani untuk
mengeksplorasi ilmu-ilmu penyangganya, tanpa menguasai ilmu penyangga
pendidikan jasmani akan semakin jauh tertinggal, karena pengembangan konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dan teori ilmu penyangganya maju dengan pesat. Ilmu pengajaran merupakan
salah satu penyangga pendidikan jasmani, baik teoritis maupun praktis.
Pengajaran pendidikan jasmani tidak akan berkembang tanpa mengikuti
perkembangan ilmu pengajaran. Demikian pula ilmu pengajaran itu tidak akan
berkembang tanpa mengikuti perkembangan teori belajar.
Menurut Gagne dalam Sugiyanto (1998:267), bahwa “ belajar adalah suatu
perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam jangka waktu
tertentu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan “. Hal yang
sama juga dikemukakan oleh Toeti Soekamto (1992:71), bahwa “ Tujuan belajar
merupakan komponen sistem pengajaran yang sangat penting di dalamnya
meliputi pemilihan metode mengajar yang dipakai, sumber belajar yang dipakai,
harus bertolak dari tujuan belajar yang akan dicapai ”. Oleh karena kompleksitas
pengembangan teori yang saling berkaitan, maka dalam strategi pengembangan
ilmu pendidikan jasmani akan semakin berkembang apabila insan akademiknya
mampu mempelajari dan mengembangkan ilmu penyangganya.
Belajar mempunyai makna sebagai proses perubahan tingkah laku akibat
adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar gerak menurut
Magill (1980:8) adalah “ Perubahan dari individu yang didasarkan dari
perkembangan permanen dari individu yang dicapai oleh individu sebagai hasil
praktek ”. Di dalam belajar gerak, materi yang dipelajari adalah pola-pola gerak
keterampilan tubuh, misalnya gerakan-gerakan olahraga. Proses belajarnya
meliputi pengamatan gerakan untuk bisa mengerti prinsip bentuk gerakannya,
kemudian menirukan dan mencoba melakukannya berulang kali. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
menerapkan pola-pola gerak yang dikuasai di dalam kondisi tertentu yang
dihadapi dan pada akhirnya diharapkan siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas
gerak tertentu.
Pada awal tahap pembelajaran siswa yang baru mengenal subtansi yang
dipelajari baik yang menyangkut pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotor
bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi asing pada awalnya, namun setelah
guru berusaha untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa pada materi
pembelajaran, maka diharapkan sesuatu yang asing bagi siswa tersebut berangsur-
angsur hilang dengan sendirinya.
Dalam tahap ini seorang guru harus mengupayakan pembelajaran dengan
menata lingkungan belajar dan perencanaan materi yang akan dipelajari atau akan
dibahas. Guru harus berperan sebagai fasilitator dan motivator sehingga siswa
berminat untuk mengikuti pembelajaran. Klasifikasi tingkah laku domain kognitif,
afektif dan psikomotor seperti telah dikemukakan sebelumnya. Domain kognitif
Guiford dalam Magill (l980:2), menamakan “intelectual activities” yaitu “
kemampuan individu dalam hubungannya dengan pengenalan informasi, dan
ingatan yang berkenaan dengan aktivitas berpikir ”. Kemudian domain afektif
adalah penalaran yang mempunyai peran penting sebagai motivasi dalam belajar
keterampilan gerak dan yang terakhir adalah domain psikomotor sangat penting
dalam belajar keterampilan gerak, karena berhasil tidaknya seseorang memahami
keterampilan gerak dari gerakan yang sederhana ke dalam gerakan yang lebih
kompleks. Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon
muskular yang diekspresikan dalam gerakan-gerakan bagian tubuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Menurut Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:201), bahwa “
Pembelajaran bertahap keterampilan gerakan yang rumit adalah fenomena yang
kompleks dimulai secara periodik dalam kandungan dan berlangsung sampai usia
dewasa “. Kemampuan untuk bergerak dengan baik dalam lingkungan seseorang
tergantung pada perpaduan aspek sensorik dan aspek sistem syaraf secara efisien”.
Sebelum memulai dengan pembahasan tentang perbaikan keterampilan olahraga
tingkat lanjut, perlu terlebih dahulu dibahas bagaimana seseorang memperoleh
kemampuan untuk dapat bergerak dengan kompleks. Tanpa informasi dasar ini
akan sulit bagi guru untuk memahami mengapa beberapa penampilan mempunyai
kesulitan yang lebih besar dalam menguasai gerakan yang menuntut keterampilan
siswa. Pembelajaran bertahap keterampilan gerak dapat benar-benar dipahami
apabila menggunakau model “tingkatan”. Ketika seorang anak menjadi dewasa
sistem syaraf otot mulai mampu melakukan gerakan yang makin lama makin sulit.
Gambar 1. Tingkatan Perkembangan Ketrampilan gerak. Sumber. Pate, Rotclla
dan McClenaghan (1993:202)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Perkembangan gerak adalah suatu proses yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya usia dimana secara bertahap dan bersinambung gerakan individu
meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisasi dan tidak trampil ke arah
penampilan gerak yang kompleks dan terorganisasi dengan baik, yang pada
akhirnya ke arah penurunan ketrampilan menyertai terjadinya proses menua.
Perkembangan gerak dapat dibagi dalam dua periode utama : tahap pra-
keterampilan dan tahap perbaikan keterampilan. Dalam masing-masing tahap
terdapat tingkatan yang berurutan yang digunakan untuk membantu dalam
menggambarkan pengamatan tingkah laku.
Pada tahap pra-keterampilan tingkah laku gerak awal dimulai kira-kira
pada periode 6 bulan dalam kandungan dan terus berlangsung sepanjang
kehidupan seseorang. Perbaikan kemampuan gerakan selama periode bayi dan
masa anak-anak awal terpusat pada perolehan kemampuan yang memberikan
dasar pada semua perkembangan keterampilan lebih lanjut. Pada tahap ini
pengembangan pra-keterampilan gerak, gerakan bayi diperbaiki dari gerak reflek
awal menjadi pola dasar yang sangat terkoordinasikan atau bisa dikatakan bahwa
tahap ini adalah merupakan “periode kritis” dalam pencapaian ketrampilan gerak.
Tiga tingkatan dalam tahap ini adalah tingkat refleksi, integrasi sensorik
(penggabungan sensor) dan pola gerakan dasar. Tingkatan refleksi adalah unit
yang paling sederhana dan otot (neoromuskular).
Menurut Sage dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:203), bahwa “
Gerakan refleks adalah akibat dari rangsangan reseptor sensoris yang
mengirimkan suatu tanda sepanjang jalur syaraf refleks dan balik ke serabut-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
serabut otot ”. Biasanya, gerakan-gerakan ini dikendalikan pada tingkat jaringan
syaraf tulang belakang gerak reflek ini mempunyai peranan penting dalam
olahraga. Misalnya penjaga belakang (catcher) baseball harus melihat bola yang
masuk dalam sarung tangannya meskipun naluri alamiah adalah berkedip.
Tingkatan integrasi sensoris adalah gerakan dini terkendali yang
cenderung kasar dan tidak teratur. Bayi memperoleh pengaturan terkendali yang
makin bertambah atas otot-otot rangka yang lebih besar dan kemudian
memperoleh kekuatan untuk membuat penyesuaian sikap tubuhnya dalam belajar
bergerak. Selama penampilan gerakan sederhana yang terpisah, anak mulai
mengintegrasikan masukan dari berbagai penerima sensoris dengan penampilan
gerakan motorik. Proses Perseptual ini penting untuk perolehan tingkah laku
gerak yang efisien. Anak-anak segera belajar melalui pengamatan untuk
menggunakan masukan sensoris guna membuat keputusan yang sesuai untuk
menghasilkan respon gerak. Perkembangan pola gerakan dasar dimulai pada awal
masa anak-anak usia 2 – 8 tahun ditunjukan oleh pencapaian dan perkembangan
yang cepat dari kemampuan gerak yang semakin kompleks. Pengembangan gerak
selama dua tingkatan pertama sangat tergantung pada proses kematangan sebagai
akibat dari bertambahnya usia dan tidak terlalu tergantung pada pengalaman anak-
anak, tetapi tingkatan pola gerak dasar menandai peralihan yang cepat dari
perkembangan yang berdasar pada kematangan menuju suatu proses yang sangat
tergantung dari pemikiran dan proses pernbelajaran keterampilan gerak.
Istilah terampil telah digunakan oleh pengarang yang berbeda untuk
menggambarkan tingkat kemampuan yang bervariasi. Meskipun istilah ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
memiliki banyak pengertian pada umumnya yang dimaksud adalah penampilan
gerakan yang lebih tinggi. Sage dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:204)
bahwa “ Penampilan yang terampil sering ditandai dengan penampilan yang
mudah, mulus, dan kemampuan untuk menanggulangi kondisi lingkungan ”.
Keterampilan olahraga adalah gerakan-gerakan tersebut yang dikaitkan
dengan kegiatan olahraga. Selama masa awal pra-remaja anak-anak mulai sangat
mementingkan keikutsertaan yang berhasil dalam olahraga. Ketika remaja telah
membatasi pilihannya dan berkonsentrasi pada keterampilan gerak, tekanan harus
diarahkan pada perbaikan keterampilan tersebut. Keterampilan olahraga dapat
menjadi lebih baik ketika kesempatan untuk turut serta dalam kegiatan yang cocok
bertambah. Tahap-tahap dalam perolehan keterampilan olahraga mencakup
periode perkembangan perbaikan, penampilan, dan kemunduran. Satu hal yang
sangat penting adalah bahwa cara seseorang dalam tahap-tahap perkembangan
tergantung pada kecenderungannya untuk ikut serta kegiatan yang berorientasi
pada kegiatan olahraga.
Tingkat perbaikan keterampilan remaja secara terus menerus mulai
mengatur pola gerak dasar dengan penuh terpadu. Gerakan dasar secara penuh
sudah terkuasai. Latihan diperlukan untuk perbaikan keterampilan dan
pengendalian gerakan. Program gerak ini didefinisikan sebagai suatu perangkat
perintah gerak yang membantu dalam menampilkan pola keterampilan gerak yang
sulit dengan campur tangan susunan syaraf sadar yang terbatas. Latihan yang
terus-menerus selama tingkat perkembangan ini penting untuk mengembangkan
mekanisme kontrol gerakan. Kemampuan dalam mengontrol gerakan akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang
seharusnya dilakukan akan lebih mudah untuk mengikuti aturan-aturan,
termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi terampil. Belajar gerak
adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh, proses belajarnya
melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola yang dipelajari.
Periode pra-remaja sangat penting dalam pembelajaran gerak yang makin
terpadu. Schmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993;205) menggunakan
dasar kognitif dari bagan untuk menolong perolehan penampilan yang terampil
bahwa Program gerak yang disimpan dalam selaput otak bukan rekaman khusus
dari gerakan-gerakan, tetapi lebih merupakan aturan-aturan umum yang
membantu mengatur penampilan. Hal senada diungkapkan oleh Fitts, Adams
dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993 : 205) menandai tiga langkah dalam
perolehan yang terampil. Tampaknya semua pelaku tanpa pandang umur, maju
melalui langkah-langkah perkembangan berikut ini :
Langkah 1. Tingkat kognitif ditandai oleh usaha pertama siswa untuk
menguasai suatu keterampilan gerak baru atau dengan kata lain proses belajarnya
diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Siswa berusaha
untuk mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan
kepadanya
Langkah 2. Tingkat asosiatif yaitu dalam perbaikan keterampilan olahraga
ditandai oleh naiknya penampilan melalui latihan dan pada saat program gerak
dibuat atau seorang siswa sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam
bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat dalam pelaksanaannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Langkah 3. Tahap otonom. Latihan yang rutin dan terus-menerus
menghasilkan perbaikan lebih lanjut dari keterampilan gerak rnenjadi suatu gerak
yang otomatis. Dalam kegiatan ini, hanya sedikit perhatian yang dibutuhkan agar
siswa dapat memusatkan perhatian pada faktor lingkungan yang mempengaruhi
penampilannya.
Guru yang berpengalaman dapat dengan mudah mengamati siswa yang
banyak dengan siapa belajar melewati tahap-tahap perbaikan keterampilan.
Dampak pengajaran ini sangat jelas, pengalaman belajar awal harus
memungkinkan terjadinya waktu untuk pemrosesan kognitif dalam lingkungan
yang terkendali. Jika keterampilan membaik, waktu latihan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang siswa menampilkan kegiatan
itu dalam berbagai situasi lingkungan. Sebagai contoh, tingkatan awal dalam
mengajar teknik ketrampilan melempar sebuah objek ( misalnya, bola ) dari
bawah, samping atau atas secara bertahap berkembang dan kemudian di gunakan
dalam berbagai ketrampilan olahraga dan rekreasi. Tujuan guru memberikan
materi latihan dasar ini adalah tercapainya kemampuan untuk menampilkan segala
macam keterampilan yang mungkin dibutuhkan dalam pertandingan yang
sebenarnya. Untuk itu siswa harus memperhatikan contoh gerakan dan merespon
gerakan tersebut. Dalam tahap otonom ini keterampilan gerak yang dikuasai oleh
siswa akan berlanjut sejalan dengan bertambahnya latihan dan berlanjut ke tahap
yang lebih kompleks.
Tingkatan penampilan keterampilan bertambah pada saat remaja
memasuki tahap perbaikan keterampilan otonom. Minat remaja sudah pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
aktifitas kompetitif. Lingkungan remaja memandang penguasaan keterampilan
sebagai suatu prestasi yang perlu ditampilkan. Prestasi puncak sebagian besar
nomor-nomor olahraga dicapai pada tahap ini. Pada tahap ini perbaikan
keterampilan menjadi kompleks sekali. Schmidt dalam Pate. Rotella dan
McClenaghan (1993:205) menunjukkan bagaimana mengubah satu variabel
kecepatan mengayun dapat mempengaruhi kemampuan keseluruhan seorang
pemukul baseball. la menemukan bahwa menambah kecepatan memukul
memberikan lebih banyak waktu untuk memonitor melayangnya bola yang
tampak sebelum memulai gerakan. Hal ini dapat di lihat pada gambar 2.
Gambar 2. Tahap Penampilan Keterampilan. Sumber Pate, Rotella dan
McClenaghan. (1993:206)
Tahap kemunduran keterampilan merupakan konsekuensi alamiah dari
terjadinya proses penuaan. Proses penuaan ditandai dengan merosotnya fungsi
fisik dan fisiologis, dan kemunduran keterampilan. Pada tahap ini pemusatan
penampilan berubah dari lingkungan yang sangat menantang ke hal-hal yang lebih
berkaitan dengan rekreasi. Seseorang yang telah berpartisipasi dalam kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
olahraga sejak dini harus mengarahkan tenaga mereka pada aktivitas lain yang
sesuai dengan kemampuannya. Namun semua ini tergantung pada keinginan
olahragawan tersebut untuk tetap aktif dalam kegiatan olahraga yang mereka ikuti
sebelumnya. Seseorang yang sebelumnya ikut serta dengan aktif dalam suatu
olahraga yang terorganisasi dengan baik mungkin akan merasa kehilangan akan
keterampilan yang dimiliki sebelumnya kesimpulannya adalah bahwa setelah usia
25 tahun ada kemunduran yang bertahap pada semua segi penampilan gerakan
cabang olahraga. Faktor lain yang ikut mempengaruhi kemunduran keterampilan
gerak. Menurut Scmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:207) bahwa
“ Penampilan yang optimal biasanya dicapai pada usia lebih awal dalam olahraga
yang memerlukan kecepatan dan kekuatan, sedangkan aktivitas yang menekankan
pada kemampuan kognitif, seperti halnya strategi, dapat menjadi dikuasai dengan
bertambahnya umur ”.
2. Pendekatan Pembelajaran Bermain
Pembelajaran menurut Buku Diknas (2003: 7) mendefinisikan sebagai
suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajar yang
direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar
subyek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien. Dengan demikian jika pembelajaran dipandang sebagi suatu
sistem, berati pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir
antara lain: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode
pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi
pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (misalnya layanan remedial).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Sebaliknya bila pembelajaran dipandang sebagai proses, maka pembelajaran
merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa
belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan,
semester, dan penyusunan persiapan mengajar berikut penyiapan perangkat
kelengkapannya antara lain berupa alat peraga, dan alat-alat evaluasi.
Pendekatan menurut Buku Diknas (2003: 9) merupakan suatu rangkaian
tindakan yang terpola atau terorganisir berdasar prinsip-prinsip tertentu (misalnya
dasar filosofis, prinsip psikologis, prinsip didaktis, atau prinsip ekologis) yang
terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian pola tindakan tersebut dibangun di atas prinsip-prinsip yang telah
terbukti kebenarannya sehingga tindakan-tindakan yang diorganisir dapan berjalan
secara konsisten ke arah tercapainya tujuan dan teratasinya suatau masalah.
Pendekatan merupakan cara untuk mendekati agar hasil pembelajaran
menjadi baik. Tujuan pembelajaran adalah anak mampu secara tepat menguasai
dasar-dasar keterampilan yang diajarkan. Pembelajaran merupakan usaha untuk
merubah perilaku anak, proses perubahan perilaku sebagai akibat anak mampu
menerima informasi, meniru dan menguasai keterampilan yang diajarkan. Anak
yang semula belum mampu melakukan gerak keterampilan dapat melukukan
secara baik. Pendekatan pembelajaran merupakan aset yang sangat penting dalam
proses pembelajaran. Model pendekatan pembelajaran ditinjau dari sisi interaksi
guru dan siswa terdiri dari beberapa gaya mengajar maupun pendekatan
pembelajaran berdasakan materi yang menjadi bahan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki
kemiripan makna, menurut Wina Senjaya (http://smacepiring.wordpress.com/
2008) ”Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran”, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua
jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Ada empat unsur strategi dari setiap
usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out
put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan
aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)
yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement)
usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni
perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.
3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,
metode dan teknik pembelajaran.
4) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu Wina Senjaya (http://smacepiring.wordpress.com/ 2008)
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Selanjutnya, menyebutkan bahwa dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya,
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1)
exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning. Ditinjau dari
cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan
antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
sedangkan metode adalah “a way in achieving something”. Jadi, metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Bermain (play) adalah suatu kegiatan yang bentuknya sederhana dan
menyenangkan. Kegiatan bermain sangat disukai oleh anak-anak (siswa). Hal ini
dapat dilihat pada waktu bel istirahat berbunyi atau bel berakhirnya pelajaran,
para siswa langsung berebut keluar kelas untuk bermain di halaman sekolah,
mereka berlari berkejar-kejaran, berjingkrak-jingkrak, melompat-lompat,
melempar-lempar, dan lain-lain. Bermain yang dilakukan tertata, mempunyai
manfaat yang besar bagi siswa. Bermain dapat memberikan pengalaman belajar
yang sangat berharga untuk siswa. Pengalaman itu bisa berupa membina
hubungan sesama teman dan menyalurkan perasaan yang tertekan.
Bermain adalah kegiatan yang tidak berpretensi apa-apa, kecuali sebagai
luapan ekspresi, pelampiasan ketegangan, atau menirukan peran. Dengan kata lain
aktifitas bermain dalam nuansa keriangan itu memiliki tujuan yang melekat di
dalamnya. Menurut Rusli Lutan (2001: 31) Memaparkan karakteristik “ bermain
sebagai aktivitas yang dilakukan secara bebas dan sukarela ”. Bermain itu sendiri
hakikatnya bukanlah suatu kesungguhan tetapi bersamaan dengan itu pula, kita
melihat kesanggupan yang menyerap konsentrasi dan tenaga mereka ketika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
sedang bermain. Menurut Sukintaka (1992: 2) “ Apabila bermain bertujuan untuk
memperoleh uang atau perbaikan rekor maka bukan merupakan bermain lagi ”.
Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dalam bermain
merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh tetapi
bermain bukan suatu kesungguhan. Rasa senang bermain itu harus disebabkan
karena bermain itu sendiri, bukan suatu yang terdapat di luar bermain.
Bermain senantiasa melibatkan perasaan atau emosi kita, melibatkan
pikiran atau panca indera kita yang pasti bermain mendatangkan suka cita dan
kegembiraan sebagai pelepas dari banyaknya rutinitas, sehingga bermain pada
anak berlangsung dengan tidak sungguh-sungguh. Akan tetapi bersamaan itu pula,
kita melihat kesanggupan yang menyerap konsentrasi dan tenaga mereka ketika
sedang bermain.
Berkaitan dengan tujuan bermain, Gusril dalam desertasinya tahun 2004,
menyimpulkan bahwa tujuan anak-anak dalam melakukan permainan dapat
ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut: (1) aspek kognitif antara lain
menambah wawasan bermain, melatih pola berfikir; (2) aspek psikomotorik antara
lain: terampil dalam bermain, melatih fisik; (3) menyenangkan hati; dan (4) aspek
sosial antara lain: menambah pergaulan dan keakraban, rekreasi dan agar tidak
dihina. Selain itu, perasaan anak sewaktu dan sesudah melakukan bermain antara
lain: merasa senang, gembira, bugar, dan bersemangat. Lebih lanjut Gusril
menyatakan terdapat hubungan antara aktivitas bermain dengan kemampuan
motorik siswa SD Negeri Kota Padang. Dalam artian, semakin tinggi aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
bermain yang mengeluarkan energi yang cukup, berguna untuk kesehatan dan
pertumbuhan.
Ada beberapa keuntungan yang diperolah dari aktivitas bermain bagi anak-
anak sebagai berikut: (1) mengubah ekstra energi, (2) mengoptimalkan
pertumbuhan seluruh begian tubuh seperti tulang, otot, dan organ-organ, (3) dapat
meningkatkan nafsu makan anak, (4) anak belajar mengontrol diri, (5)
berkembangnya berbagai keterampilan yang berguna sepanjang hidupnya, (6)
meningkatkan daya kreativitas, (7) mendapat kesempatan menemukan arti benda-
benda yang ada di sekitar anak, (8) merupakan cara untuk mengatasi kemarahan,
kekuatiran diri, iri hati, dan kedukaan, (9) kesempatan untuk bergaul dengan anak
lainnya, (10) kesempatan menjadi pihak yang kalah atau menang di dalam
bermain, (11) kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan, dan (12) dapat
mengembangkan kemampuan intelektualnya. Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam aktifitas bermain adalah: (1) ekstra energi, (2) waktu yang
cukup untuk bermain, (3) alat permainan, (4) ruangan untuk bermain, (5)
pengetahuan cara bermain, dan (6) teman bermain.
Sedangkan M. Furqon H. (2008: 4) berpendapat, “ Bermain merupakan
cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga
menemukan sesuatu dari pengalaman bermain ”. Mempelajari suatu cabang
olahraga yang dikonstruksi dalam bentuk bermain menuntut siswa untuk mandiri
dan memecahkan permasalahan yang muncul dalam permainan. Dalam
pendekatan bermain siswa dituntut mengaplikasikan teknik ke dalam suatu
permainan. Tidak menutup kemungkinan teknik yang buruk atau rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk itu seorang guru harus mampu
mengatasinya. Dalam hal ini Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 35-36)
menyatakan:
Manakala guru atau pelatih menyadari bahwa rendahnya kualitas permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai beberapa pilihan sebagai berikut: a) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama
sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang dilakukannya.
b) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan membiarkan siswa berlaih mengkombinasikan keterampilan tanpa tekanan untuk menguasai strategi.
c) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar startegi bermain.
Memahami dan memberikan solusi yang tepat adalah sangat penting dalam
pembelajaran bermain, jika pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai seperti yang
diharapkan. Selama pembelajaran berlangsung seorang guru harus mencermati
kegiatan permainan sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama
bermain harus dicermati dan dibenarkan. Jika kesalahan-kesalahan yang dilakukan
selama bermain dibiarkan akan berakibat penguasaan skil yang salah, sehingga
tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai. Aktivitas bermain sering diidentikkan
dengan dunia anak-anak, sebab anak-anak lebih sering menghabiskan waktunya
untuk bermain. Akan tetapi, permainan atau bermain sering dimaksudkan dengan
suatu aktivitas yang bernada negatif (kurang berarti) setidaknya dilihat dari fungsi
seperti kegiatan bernuansa canda, senda gurau dan lebih jauhnya tidak serius,
tidak sungguh-sungguh, menghamburkan waktu efektif yang mengarah pada suatu
aktivitas atau kegiatan yang tidak berguna. Padahal secara tidak langsung, anak
akan memulai kegiatan belajar salah satunya melalui aktivitas bermain. Yudha M
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Saputra (2001: 6) berpendapat bahwa, ” bermain dapat memberikan pengalaman
belajar yang sangat berharga untuk siswa, pengalaman itu bisa berupa membina
hubungan dengan sesama teman dan menyalurkan perasaan yang tertekan ”. Ahli
lain menyatakan, kegiatan bermain bukan hanya sekedar pengisi waktu luang,
tetapi menjadi suatu kebutuhan. Apabila kebebasan bermain tersebut atau
spontanitasnya ditunda, maka di masa selanjutnya daya kreatif, imajinasi bahkan
kemampuan belajar anak akan mengalami hambatan.
Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa, bermain
bukanlah suatu perbuatan ataupun aktivitas yang melulu merugikan bagi yang
melakukannya, tetapi dapat dipandang juga sebagai suatu media ataupun alat yang
kaya akan imajinasi dan kreatifitas. Secara tidak langsung wahana bermain dapat
memberikan suatu metode pembelajaran yang menggabungkan segala unsur
(kesenangan, motivasi, rasa ingin tahu, minat ataupun simulasi, modelling,
problem solving, dan lain-lain).
Aktivitas yang kita namakan bermain itu sebenarnya adalah media belajar
bagi anak-anak, hanya penafsirannya saja yang berbeda. Untuk itu, mengapa kita
harus melarang bermain pada anak, sedangkan kegiatan yang kita namakan
bermain itu sebenarnya merupakan media belajar buat mereka.
Bermain merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan
masa kanak-kanak. Dapat dikatakan bahwa, hampir semua waktunya dihabiskan
dengan bermain. Namun disisi lain dari bermain yang dilakukan anak mempunyai
pengaruh terhadap perkembangannya. M. Furqon H. (2008: 7-9) menyatakan
pengaruh bermain terhadap perkembangan anak yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
a. Pengembangan keterampilan gerak Bermain berisi berbagai keterampilan gerak, mulai dari
keterampilan gerak yang sederhana atau dasar hingga keterampilan yang kompleks. Anak perlu belajar keterampilan gerak dasar seperti, lari, lompat, loncat, berbelok, menendang dan melempar. Jika anak memiliki keterampilan gerak dasar yang baik. Selanjutnya anakmemiliki landasan untuk mengembangkan keterampilan gerak yang kompleks. Oleh karena itu, dengan bermain akan memberikan perkembangan keterampilan gerak bagi anak.
b. Perkembangan fisik dan kesegaran jasmani Bermain penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan
melatih seluruh bagian tubuh, termasuk mengembangkan daya tahan kardiovaskuler. Bermain juga berfungsi sebagai penyaluran tenaga yang berlebih, bila tidak tersalurkan akan menyebabkan anak tegang, gelisah dan lain-lain.
c. Dorongan berkomunikasi Di dalam suasana bermain, memberikan peluang anak untuk
berkomunikasi dengan teman bermainnya. Di samping itu, agar anak dapat bermain dengan baik, anak secara tidak langsung belajar berkomunikasi dan sebaliknya anak harus belajar belajar berkomunikasi agar dapat saling memahami dan dipahami di antara teman bermain.
d. Penyaluran energi emosional yang terpendam Bermain merupakan wahana yang baik bagi anak untuk
menyalurkan ketegangan yang disebabkan lingkungan terhadap aktivitas anak.
e. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan Kebutuhan dan keinginan yang tidak terpenuhi dengan cara lain
atau aktivitas lain seringkali dapat terpenuhi dengan bermain. Misalnya, anak yang tidak mendapatkan kesempatan dalam peran tertentu seringkali dapat mendapat peran tertentu dalam bermain.
f. Sumber belajar Bermain dapat dikatakan sebagai bentuk miniatur dari kehidupan
masyarakat. Dengan bermain berarti anak dapat memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal. Bahkan banyak pelajaran dan pengalaman dapat diperoleh melalui bermain daripada di rumah atau di sekolah.
g. Rangsangan bagi kreativitas
Melalui eksprimen dan eksplorasi dalam bermain, anak akan menemukan sesuatu dan terbiasa menghadapi berbagai persoalan dalam bermain untuk dipecahkan. Suasana dan kebiasaan ini biasanya akan memberikan transfer nilai ke dalam situasi lain, sehingga anak terbiasa untuk kreatif dalam menghadapi dan memecahkan persoalan.
h. Perkembangan wawasan diri Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya
dibandingkan dengan teman bermainnya. Kondisi ini memungkinkan anak untuk mengembangkan konsep diri secara lebih nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
i. Belajar bermasyarakat Dengan bermain bersama teman-teman lain, anak belajar tentang
tbagaimana membentuk hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan sosial tersebut.
j. Perkembangan kepribadian Melalui bermain anak terbiasa dengan aturan-aturan yang lebih
disepakati dalam bermain, seperti larangan-larangan yang harus ditaati, disiplin sportivitas, kerjasama, menghargai teman lain, jujur dan lain-lain, secara tidak langsung kondisi tersebut membentuk kepribadian anak.
Permainan adalah bagian dari bermain yang mempunyai metode atau cara
tertentu sesuai situasi, dan memiliki peraturan-peraturan yang tidak boleh
dilanggar. Dalam permainan terdapat semangat keberanian, ketangguhan dan
kejujuran pemain. Menurut Huizinga, Roger Caillois dalam Rusli Lutan (2001:
33) membagi permainan (games) secara umum menjadi 4 kategori utama yaitu :
a) Agon – permainan yang bersifat pertandingan, perlawanan kedua belah pihak dengan kesempatan yang sama untuk mencapai kemenangan sehingga dibutuhkan perjuangan fisik yang keras.
b) Alea – permainan yang mengandalkan hasil secara untung-untungan, atau hukum peluang seperti dadu, kartu, rolet, dan lain-lain. Sementara kemampuan otot tidak diperlukan.
c) Mimikri – permainan fantasi yang memerlukan kebebasan, dan bukan kesungguhan.
d) Illinx – mencakup permainan yang mencerminkan untuk melampiaskan kebutuhan untuk bergerak, berpetualang, dan dinamis, lawan dari keadaan diam, seperti berolahraga di alam terbuka, mendaki gunung.
Permainan tidak hanya populer di program sekolah dan kegiatan rekreasi,
tetapi juga populer di masyarakat luas. Permainan dapat dilakukan dan sesuai
dengan semua orang. Permainan dapat dilakukan mulai dari anak bayi sampai
orang usia lanjut, laki-laki maupun perempuan, di kota maupun di desa, di dalam
ruangan maupun di luar ruangan, dapat menggunakan alat maupun tidak, dan lain-
lain. Permainan memiliki makna penting dalam program pendidikan jasmani. Hal
ini bukan hanya popularitasnya bagi anak sepanjang usia, namun juga memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
potensi nilai yang menyeluruh. Sebagai bagian integral dari program pendidikan
jasmani, permainan memerlukan kajian dan pengembangan yang cermat, terutama
kaitannya dengan upaya mendidik anak.
Anak dapat menciptakan dan memodifikasi permainan untuk memenuhi
kebutuhannya. Melalui pengalaman-pengalaman ini anak dapat belajar tentang
komponen permainan dan cara mengubah serta memodifikasi komponen-
komponen tersebut dengan cara-cara tertentu. Guru harus memandang permainan
sebagai sesuatu yang dapat memberikan kontribusi yang berharga pada
perkembangan total anak. Melalui permainan, anak dapat memiliki pengalaman
sukses dan berprestasi. Di samping itu, beberapa tujuan sosial dapat dicapai
melalui permainan, seperti ketrampilan sosial, menerima aturan, dan pemahaman
yang lebih baik pada dirinya dalam situasi kompetitif dan kooperatif.
Permainan merupakan suatu laboratorium di mana anak dapat menerapkan
ketrampilan baru yang dipelajari dengan cara yang tepat. Banyak permainan yang
dapat membantu mengembangkan kelompok otot-otot besar dan dapat
meningkatkan kemampuan berlari, lari berbelok-belok, mulai dan berhenti berlari
di bawah kontrol dengan berbagai kesempatan dengan teman yang lain.
Perkembangan kognitif juga di tingkatkan karena anak belajar memahami dan
mengikuti aturan. Dengan menerapkan strategi di dalam permainan, anak juga
belajar tentang pentingnya ketajaman perhatian dan keterlibatan aspek mental.
Permainan tampaknya merupakan pokok bahasan yang mudah diajarkan, karena
permainan hanya memerlukan sedikit intervensi dari guru, kecuali untuk
mengatasi kesulitan atau karena alasan-alasan tertentu. Dalam mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
permainan perlu memperhatikan dan menciptakan berbagai variasi kesempatan
belajar, termasuk mengembangkan ketrampilan gerak anak. Di dalam program
semacam ini anak akan memperoleh suatu landasan ketrampilan gerak yang
memungkinkan anak berpartisipasi dengan baik. Jika anak telah memperoleh
prasyarat ketrampilan permainan maka olahraga menjadi suatu alternatif pengisi
waktu luang yang menarik dalam kehidupan anak. Namun olahraga yang
menumbuhkan tingkat penguasaan tehnik yang tinggi belum sesuai untuk
kebanyakan anak.
Anak dapat dibantu mempelajari banyak hal melaui bermain (play) dan
permainan (game), tetapi jika anak tidak merasa senang melakukannya, maka
permainan tersebut tidak banyak artinya. Semua anak harus memiliki kesempatan
untuk berpartisipasi dalam berbagai permainan. Permainan memiliki nilai rekreatif
yang baik, memberikan kesempatan jasmani, dan memberikan jalan keluar yang
diperlukan untuk kegembiraan yang alami. Permainan merupakan alat yang sangat
baik untuk mengembangkan aspek sosial dan moral anak, karena ada aturan-
aturan tertentu yang harus diikuti oleh semua anak. Jika permainan menjadi lebih
terorganisasi dan aturan-aturan dapat diterapkan, maka anak belajar memodifikasi
perilakunya untuk menghormati yang lain dan mematuhi batas-batas sosial. Jika
anak matang, ia makin sadar mengenai kebutuhan kerja tim. Beberapa permainan
yang lebih kompleks memerlukan kerja secara kognitif untuk mengembangkan
strategi yang sederhana.
Permainan tidak secara inherent (melekat) suatu kesenangan. Permainan
harus diajarkan dalam suasana yang membuat anak percaya bahwa dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
partisipasi penuh anak sangat diperlukan dalam permainan tersebut, jika anak
tersisih karena ketrampilannya jelek maka permainan akan menjadi suatu
pengalaman yang tidak menyenangkan. Anak sangat menyenangi permainan jika
anak telah menguasai ketrampilan permainan dan mempelajari aturan-aturan yang
penting. Oleh karena itu, tiap permainan yang diajarkan harus memberikan
sumbangan pada beberapa tujuan. Permainan dapat memainkan peran yang
penting dalam mengembangkan dan memperhalus berbagai kemampuan gerak
dasar, jika permainan secara tepat dimasukkan ke dalam program pengembangan
gerak. Seringkali guna memberikan permainan untuk menumbuhkan kesenangan
anak atau menguatkan ketrampilan sosial tertentu. Meskipun hal ini memiliki
tujuan yang bermanfaat, maka permainan harus tidak dipandang sebagai tujuan
utama, melainkan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu.
Jika permainan memiliki berbagai nilai yang nyata, maka juga harus
ditinjau dari perspektif perkembangan anak. Sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya bahwa anak usia sekolah dasar dalam taraf pengembangan gerak
dasar. Oleh karena itu, permainan harus secara berhati-hati dipilih dan
diimplementasikan dengan mengkaitkan kemampuan gerak lokomotor, manipulasi
dan stabilitas.
a. Pendekatan pembelajaran bermain Individual games (Permainan
perorangan)
Permainan perorangan (individual games) merupakan salah satu bentuk
model pendekatan pembelajaran bermain dalam pendidikan jasmani, yang
didalamnya terdapat rasa senang dan gembira tanpa ada paksaan dari siapapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
juga. Dalam permainan perorangan tidak terlepas dari karateristik individu pemain
karena dalam permainan tersebut pelaku melakukannya tanpa bantuan orang lain.
Setiap individu memiliki kualitas diri dan sifat-sifat yang berbeda satu sama lain.
Kenyataan ini membawa konsekuensi bahwa setiap individu memiliki potensi
yang berbeda untuk berhasil dalam mempelajari keterampilan gerak tertentu.
Namun sebenarnya bahwa pencapaian hasil prestasi belajar bukan karena
dipengaruhi oleh sifat bawaan seperti di atas, melainkan juga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Perbedaan kemampuan terjadi terutama karena kualitas fisik
yang berbeda-beda. Perbedaan kualitas fisik terjadi karena pengalaman setiap
orang berbeda-beda.
Individu berasal dari kata latin individuum yang artinya tidak terbagi.
individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang
istimewa dan seberapa mempengaruhi kehidupan manusia. Individu bukan berarti
manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagi
kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan. Individu adalah
seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan
sosialnya, malainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik
dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu,
yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila
terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang
lainnya. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada 3
kemungkinan: pertama menyimpang dari norma kolektif kehilangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga mempengaruhi
masyarakat.
1) Karakteristik permainan perorangan
Permainan perorangan adalah permainan yang lebih menonjolkan kegiatan
individu atau perorangan. Individu berasal dari kata latin individuum yang artinya
tidak terbagi. Permainan perorangan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
permainan perorangan sendirian dan permainan perorangan yang berhubungan.
Permainan perorangan sendirian, seorang pemain hanya bermain seorang diri saja
(sendirian) ia aktif, ia bergerak sendiri, ia tidak membutuhkan pemain lain, ia
tidak mempunyai kaitan apa-apa dengannya.
Sebaliknya permainan perorangan yang berhubungan, pemain satu dengan
pemain lain saling berhubungan, dan saling berkaitan. Para pemain diikat oleh
jenis permainan yang memaksa mereka bersaing, berkompetisi, dalam permainan
ini pemain saling membutuhkan. Akan tetapi bukan untuk kerjasama melainkan
untuk menjadi lawan yang harus dikalahkan atau ditaklukkan. Oleh karena itu
jenis permainan ini membutuhkan pemain lebih dari satu orang. Permainan
perorangan dapat dilakukan dalam ruangan maupun luar ruangan.
2) Kelebihan dan kekurangan permainan perorangan
Pada dasarnya permainan perorangan merupakan jenis permainan yang
menonjolkan kegiatan individu. Siswa diberi kebebasan untuk melakukan gerakan
tanpa bantuan dari teman atau orang lain. Berdasarkan hal tersebut maka
permainan perorangan memiliki kelebihan diantaranya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
a) Dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar berasal dari diri sendiri
bukan bantuan yang lain.
b) Meningkatkan kemandirian siswa.
c) Kondisi fisik anak lebih baik, karena kesempatan mengulang aktivitas
lebih banyak.
d) Terjadinya kompetisi yang lebih ketat dan seimbang, karena pemain satu
melawan satu pemain yang lain.
Disamping kelebihan di atas permainan perorangan juga memiliki
kelemahan yaitu :
a) Siswa kurang memiliki semangat dalam melakukan permainan.
b) Beban tugas yang harus ditanggung sendiri setiap individu terkadang
dirasa memberatkan.
c) Peningkatan hasil permainan perorangan terhadap tingkat kemampuan
gerak dasar dirasa tidak merata tergantung daripada individu sendiri.
b. Pendekatan pembelajaran bermain Groups games (Permainan beregu)
Permainan beregu (groups games) merupakan bentuk lain dari model
pendekatan pembelajaran bermain dalam pendidikan jasmani, yang didalamnya
juga terdapat rasa senang dan gembira tanpa ada paksaan dari siapapun juga.
Permainan beregu erat kaitannya dengan karakteristik kelompok karena dalam
bermain secara beregu membutuhkan kerjasama antar anggota kelompok.
Manusia di dunia tidak ada satupun yang dalam melaksanakan tugas sehari-hari
tanpa bantuan orang lain. Tidak hanya itu saja bahwa manusia dalam memenuhi
kebutuhannya sehari-hari pun perlu mengadakan hubungan dengan orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Oleh karena itu manusia harus berkelompok yang pada akhirnya berorganisasi
dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Karena pada hakekatnya
menusia mempunyai kemampuan yang terbatas. Suatu kelompok didefinisikan
sebagai dua orang atau lebih yang saling berinteraksi sedemikian rupa dimana
setiap orang mempengaruhi dan terpengaruh oleh lainnya.
Kiranya jelas bahwa kelompok adalah kumpulan beberapa orang atau
benda yang berkumpul dan atau dikumpulkan menjadi satu ikatan atau kumpulan.
Sebagai kelompok manusia dimana anggotanya berintegrasi satu sama lain dapat
menimbulkan kerjasama yang baik tetapi dapat pula melahirkan perbedaan dan
pertentangan yang menyebabkan kelompok tersebut pecah bercerai berai. Seperti
diketahui bahwa salah satu ciri manusia adalah hidup berkelompok untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan biologis, ekonomis maupun
kebutuhan penting lainnya.
Kerja sama kelompok (team building) sangat bagus untuk melatih peserta
bekerja sama dalam memecahkan masalah, melatih kekompakan tim, membangun
kepemimpinan (leadership), berempati terhadap orang lain, belajar bertanggung
jawab dalam setiap tindakan, dan lain-lain. Kerja sama kelompok tidak akan solid
(kokoh) tanpa adanya persaingan dari groupnya. Oleh karena itu, dengan
ditumbuhkannya suasana kompetitif antar kelompok maka akan muncul naluri
untuk bersaing dalam hal positif. Untuk itu, banyak di antara permainannya
dibuatkan simulasi lomba. Kelompok juga berfungsi untuk memberikan adanya
suatu kepastian dan ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan hubungan kerjasama
manusia. Selain itu kelompok juga bersifat dinamis yang selalu berubah-ubah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
sesuai keadaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelompok pada
umumnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : (1) Faktor internal dianggap sebagai
unsur penting. Karena manusia mempunyai kepentingan, kecakapan yang berbeda
satu sama lain. Disamping itu komunikasi juga sangat berperan dalam membuat
kelompok itu dinamis. (2) Faktor eksternal atau lingkungan yang sering
mempengaruhi kelompok harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
Dapat dipahami bagaimana faktor internal dan eksternal tersebut diatas
sangat mempengaruhi kelompok. Untuk kelangsungan hidupnya kelompok
tersebut harus senantiasa menyesuaikan diri dimana kelompok itu berada.
1) Karakteristik permainan beregu
Permainan beregu adalah permainan yang dimana setiap pesertanya harus
menjadi bagian sebuah regu. Jumlah anggota regu tergantung dari jenis permainan
yang hendak dimainkan. Permainan beregu sangat mengutamakan kekompakan
dan kerja sama antara anggota regu atau kelompok. Oleh karena itu tujuan utama
permainan beregu selain untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan
gerak dasar tetapi juga untuk memupuk rasa kebersamaan dan keakraban itu akan
menjadi bagian hidup yang dapat diterapkan sehari-hari. Tujuan lain dari
permainan ini yaitu untuk mengakrabkan suasana, menumbuhkan persaingan yang
sehat dan memupuk semangat perjuangan. Khusus yang bagian terakhir ini sangat
penting, karena bagi setiap orang khususnya anak-anak dan pemuda kegembiraan
hidup dan kedewasaan diperoleh justru melalui perjuangan. Hidup berarti siap
untuk menghadapi berbagai tantangan. Oleh karena itu hidup adalah proses
perjuangan yang membutuhkan berbagai keputusan yang cepat, cermat dan akurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Kelebihan dan kekurangan permainan beregu.
Perlu disadari, bahwa setiap permainan itu memiliki kelebihan dan
kelemahan. Berdasarkan pengertian permainan beregu dan karakteristik
kelompok, maka dapat diidentifikasikan kelebihan dan kelemahan permainan
beregu. Permainan beregu memiliki kelebihan antara lain :
a) Untuk membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap
anggota lainnya dalam kelompok, sehingga timbul rasa saling menghargai,
saling keterbukaan dan saling toleransi.
b) Untuk menimbulkan rasa solidaritas dari seluruh anggota kelompok
sehingga timbul partisipasi yang spontan dalam rangka mencapai tujuan
bersama.
c) Memberi motivasi kepada siswa untuk melakukan gerakan yang benar dan
sungguh-sungguh.
d) Peningkatan hasil belajar dapat dirasakan serempak, sehingga siswa dapat
merasakan bersama dampak permainan beregu terhadap peningkatan
kemampuan gerak dasar.
Disamping kelebihan di atas, permainan beregu juga memiliki beberapa
kelemahan diantaranya :
a) Apabila siswa masuk kelompok yang kurang disukainya maka akan timbul
perpecahan, sehingga tidak terjadi kekompakan.
b) Beban kekuatan tergantung kekompakan dari kelompoknya.
c) Apabila ada salah satu siswa melakukan kesalahan maka semua anggota
kelompoknya juga akan mendapatkan hukuman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3. Kelompok Umur
Kedudukan siswa dalam proses pembelajaran itu hakiki. Karena mereka
belajar dan aktif, maka dapat dipandang sebagai subyek atau pelaku proses
belajar. Apapun yang diberikan guru bagi siswanya tidak akan berhasil apabila
siswa itu sendiri tidak mau dan mampu mengadakan perubahan pada dirinya.
Proses belajar itu tidak terjadi pada diri siswa. Siswa itu tidak hanya pasif
menerima, menyesuaikan atau mengulang apa yang diberlakukan atas dirinya.
Siswa hendaknya dipandang sebagai suatu individu yang unik, bukan
orang dewasa dalam format kecil. Dalam diri siswa itu terdapat potensi untuk
tumbuh dan berkembang, ada daya pengendalian dan pengarahan dirinya siswa itu
mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai dirinya. Dengan
sendirinya ia mengetahui kebutuhan belajarnya. Dengan demikian, siswa inilah
yang berwenang mengambil keputusan dalam segala hal yang bersangkutan
dengan proses belajar-mengajar. Siswalah yang seharusnya menetapkan cara,
bahan, tempat dan tingkat hasil belajarnya.
Prinsip ini juga berlandaskan pada kenyataan bahwa anak sebagai individu
di samping mempunyai sifat yang universal, terdapat juga perbedaan yang berarti.
Drowatzky (1975 : 53), menyatakan bahwa : “ Perbedaan individu itu dipengaruhi
oleh bentuk badan dan watak, pola pertumbuhan, latar belakang pengalaman dan
prestasi serta kapasitas fisik ”.
Bentuk badan dan watak setiap anak mempunyai bentuk badan dan watak
yang lebih cocok untuk suatu cabang olahraga dari pada cabang olahraga yang
lain. Setiap bentuk badan mempunyai suatu karakteristik yang mempermudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
keikutsertaannya dalam suatu cabang olahraga tertentu. Watak seseorang akan
lebih cocok untuk suatu kedudukan dalam tim atau olahraga dari pada tim atau
olahraga lain. Sifat pasif, agresif, keras dan sosialitas seseorang menentukan
kedudukannya dan peranannya dalam kegiatan olahraga atau program pendidikan
jasmani.
Setiap anak mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda dengan pola
pertumbuhan anak yang lain. Karakteristik usia yang umum memang ada, tetapi
variasi dari karakteristik umum pada setiap anak itu nampak nyata. Setiap anak
mempunyai tempo dan irama perkembangan sendiri-sendiri. Latar belakang
pengalaman dan prestasi siswa itu berbeda-beda. Mobilitas siswa pada saat ini
sangat tinggi sehingga saat ini jarang ada siswa yang mempunyai latar belakang
geografis, sosial dan ekonomi yang sama. Mereka yang hidup dekat waduk,
danau, atau laut atau mempunyai pengalaman dan prestasi yang banyak dalam
olahraga air. Anak yang hidup di gunung dan padang pasir mempunyai
pengalaman yang kurang sehubungan dengan olahraga air ini. Kapasitas fisik
untuk bergerak, termasuk di dalamnya kardiovaskuler dan ketahanan otot
mempengaruhi juga kapasitas respiratori. Kapasitas ini mempengaruhi
kemampuan maksimum. Akibatnya kemampuan maksimum setiap anak akan
berbeda-beda.
Prestasi di bidang olahraga tidak dapat dicapai dalam satu atau dua hari,
tetapi memerlukan waktu yang lama guna proses pembinaan dan latihan serta
harus dimulai pada usia muda. Siregar (1975 : 11), menyatakan bahwa : “
Pembinaan harus bertujuan untuk pertumbuhan secara keseluruhan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
pengembangan kemampuan gerak dasar, prinsip-prinsip dasar teknik dan bukan
semata-mata latihan yang mempersiapkan alat-alat tubuh untuk kerja keras ”.
Anak-anak umur 6 tahun sampai 12 tahun mempunyai pertumbuhan yang
relatif lambat tetapi teratur dan berakhir dengan pertumbuhan yang cepat di masa
remaja. Mereka sangat memerlukan berbagai macam kegiatan untuk memperoleh
pengetahuan dan ketangkasan. Periode ini merupakan perubahan bagi anak-anak
dari lingkungan rumah menuju lingkungan sekolah sebagai salah satu lingkungan
sosial yang terbatas. Ciri-ciri khas yang dapat dilihat dari mereka ialah bahwa
ingin belajar sesuatu dengan cepat, adanya dorongan untuk berkelompok,
keinginan mereka untuk bermain-main, mengerjakan sesuatu dan meningkatkan
keterampilan.
Pertumbuhan yang lambat dan teratur pada periode ini merupakan salah
satu faktor yang penting dalam usaha pengembangan fungsi gerak dan koordinasi.
Sebagian besar tenaga anak-anak dapat ditujukan langsung guna penyempurnaan
pola dasar gerak yang telah ditetapkan selama periode ini sebagai adaptasi dan
modifikasi guna menghadapi berbagai tugas dan peningkatan situasi.
Pada hakekatnya proses pembinaan pada usia muda memberikan dasar
yang baik dan benar, kemudian meningkat sesuai dengan peningkatan umur guna
mencapai prestasi optimal dalam olahraga. Hal ini sesuai pendapat Annarino, et al
(1980:146), yaitu; “ Anak usia Sekolah Dasar merupakan usia yang paling sesuai
guna pencapaian ketangkasan dasar olahraga, baik untuk anak-anak putera
maupun puteri ”. Berdasarkan pada pendapat Annarino tersebut, seorang guru
pendidikan jasmani mempunyai kesempatan yang baik di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
mempertimbangkan potensi keterampilan siswa guna keperluan pengembangan di
masa datang. Tingkat potensi keterampilan siswa dapat digunakan dalam
pengembangan kurikulum olahraga pendidikan. Tingkat kemampuan siswa yang
sama dapat pula digunakan untuk mengadakan pengelompokkan siswa secara
homogen agar dapat diperoleh keuntungan yang lebih baik dari program kegiatan
olahraga. Dalam membuat kelompok yang homogen siswa dapat melakukan
kegiatan dan bersaing dalam taraf kemampuan yang sama.
Pengelompokan siswa menurut Clarke dalam Drowatzky (1975:61) yaitu:
“ Ada dua prosedur utama yang dapat digunakan untuk mengadakan
pengelompokkan siswa secara homogen, yakni dengan cara pengelompokkan
berdasarkan macam kegiatan khusus yang mereka ikuti dan berdasarkan
kemampuan umur yang mereka miliki ”. Kegiatan khusus adalah mencari
kemampuan setiap siswa yang dinilai dari setiap kegiatan olahraga pendidikan di
sekolah dan kategori siswa dalam kegiatan tersebut. Pengelompokkan siswa
berdasarkan kegiatan khusus ini dapat berubah dari satu kegiatan-kegiatan yang
lain. Sedangkan pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan umum dapat
dilakukan dengan mengadakan tes ketangkasan olahraga secara menyeluruh atau
kemampuan gerak. Menurut Piaget dalam Husdarta, Yudha M Saputra (2000 : 29-
31) membagi kelompok umur menjadi empat fase berdasarkan perkembangan
perilaku kognitif secara kualitatif yaitu :” fase sensori motor (0,0 – 2,0 tahun),
fase preoperational (2,0 – 7,0 tahun), fase concrete operational (7,0 – 11,0/12,0
tahun) dan fase formal operational (11,0/12,0 – 14,0/15,0) ”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Anak-anak adalah anak yang berusia 2 – 6 tahun dan anak yang berusia 6
sampai dengan 12 tahun (Gallahue dan Ozmun 1998:189). Selain itu menurut
(Sugiyanto, 1998:8) anak-anak dapat dibagi menjadi dua bagian yakni masa anak
kecil dan masa anak besar. Masa anak kecil adalah anak yang ber usia 1 atau 2
tahun sampai dengan 6 tahun. Sedangkan masa anak besar adalah anak yang
berusia 6-10 tahun untuk anak perempuan dan antara 6 sampai dengan 12 tahun
untuk anak laki-laki. Untuk lebih memperjelas batasan periodisasi perkembangan
berdasarkan usia maka dapat kita lihat dari tabel berikut ini :
Tabel 1. Periodesasi Perkembangan Berdasarkan Usia (Sugiyanto, 1998:9) Fase Perkembangan Batasan Usia
Fase Sebelum Lahir
1. Awal
2. Embrio
3. Janin
Selama 9 bulan 10 hari
Saat pembuahan sampai dua minggu.
2 sampai 8 minggu
8 minggu sampai saat lahir
Bayi
Neonatal
Saat lahir 1-2 tahun
Saat lahir sampai 4 minggu
Anak-anak
1. Anak Kecil
2. Anak Besar Perempuan
3. Anak besar Laki-laki
1 atau 2 sampai 10 atau 12 tahun
1 atau 2 sampai 6 tahun
6 sampai 10 tahun.
6 sampai 12 tahun
Adolesensi
1. Perempuan
2. Laki-laki
10 sampai 18 tahun
12 sampai 20 tahun
Dewasa
1. Dewasa Muda
18 atau 20 sampai 40 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Dewasa Madya
3. Dewasa Tua
40 sampai 60 tahun
60 tahun keatas
Pada anak-anak sudah terjadi perkembangan, perkembangan dapat
diartikan sebagai peningkatan kapasitas fungsi atau kemampuan kerja organ-organ
tubuh, peningkatan bisa berbentuk daya fisik, koordinasi dan kontrol tubuh.
Misalnya peningkatan fungsi-fungsi otot, otak syaraf, jantung, paru-paru dan lain
sebagainya. Dari segi perkembangan fisik, pada masa ini sudah terjadi
perkembangan komponen biomotorik diantaranya: kekuatan, fleksibilitas, daya
tahan, power dan kemampuan biomotorik lainnya (Gallahue dan Ozmun
1998:267-292).
Masa anak-anak ditandai oleh keteraturan pertumbuhan pada tinggi badan,
berat, dan berat otot. Masa anak-anak disini dibagi menjadi masa anak-anak awal
dengan usia 2 sampai 6 tahun, dan masa anak-anak akhir dari usia 6 sampai
dengan 10 tahun. Pada anak-anak masa pertumbuhan dan perkembangan anak
dibagi menjadi dua tahapan yaitu : 1). Pertumbuhan dan perkembangan pada
anak-anak awal pada usia (2-6 tahun) dan 2). Pertumbuhan dan perkembangan
pada anak-anak akhir pada usia (6-10 tahun) (Gallahue dan Ozmun 1998:189-
205). Sedangakan menurut Sugiyanto (1998:8) anak-anak dibagi menjadi :
1).Masa anak kecil (usia 1 atau 2 tahun sampai 6 tahun) dan 2). Masa anak besar
(usia 6 sampai dengan 12 tahun).
a. Pertumbuhan pada Masa Kanak-kanak Awal
Selama masa kanak-kanak awal, pertumbuhan tinggi dan berat tidak
secepat pada masa kecil. Tingkat pertumbuhan melambat secara perlahan. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
usia 4 tahun, anak-anak memiliki ukuran panjang tubuh 2 kali panjang tubuh
sewaktu kelahirannya. Peningkatan jumlah total berat tubuh pada usia 2 sampai 5
tahun lebih rendah dari peningkatan pada tahun pertama. Proses pertumbuhan
melambat setelah 2 tahun pertama, tapi tetap konstan sampai usia remaja.
Peningkatan tinggi tahunan dari periode masa kanak-kanak awal sampai usia
remaja adalah sekitar 2 inchi (5,1 cm) per tahun. Peningkatan berat rata-rata 5
pound (2,3 kg) per tahun. Masa kanak-kanak awal, oleh karena itu,
menggambarkan masa ideal anak-anak untuk mengembangkan dan memperbaiki
berbagai macam gerakan mulai dari gerakan dasar pada masa kanak-kanak awal
sampai pada kemampuan olahraga pada pertengahan masa kanak-kanak.
Karakteristik perkembangan berikut menggambarkan sebuah pembentukan
penemuan dari berbagai macam sumber dan dihadirkan disini untuk memberikan
pandangan yang lebih lengkap dari seluruh anak selama tahun-tahun masa kanak-
kanak awal.
1. Karakteristik Perkembangan Fisik dan Motorik.
a) Anak laki-laki dan perempuan dengan range dari sekitar 33 sampai 47
inchi (83,8-119,4 cm) dalam tinggi dan dari 25 sampai 53 pound (11,3-
24,0 kg) dalam berat.
b) kemampuan perseptual motorik berkembang secara cepat, tetapi
kebingungan sering terdapat pada tubuh, arah, waktu dan kesadaran akan
tempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
c) Pengendalian buang air kecil dan buang air besar yang baik pada
umumnya terbangun pada berakhirnya periode ini, tetapi hal-hal yang tak
terduga tetap terjadi.
d) Anak kecil selama periode ini secara cepat mengembangkan kemampuan
gerakan mendasar dalam berbagai kemampuan motorik. Gerakan bilateral
seperti loncat-loncatan, bagaimanapun, seringkali menunjukkan kesulitan
yang lebih daripada gerakan unilateral.
e) Anak kecil aktif dan energetik dan biasanya lebih memilih berlari daripada
berjalan, tetapi mereka tetap memerlukan sedikit waktu untuk beristirahat.
f) Kemampuan motorik dikembangkan dengan tujuan agar anak-anak mulai
belajar bagaimana mereka berpakaian, walaupun mereka mungkin
memerlukan bantuan meluruskan dan mengencangkan bagian-bagian dari
pakaian.
g) Fungsi tubuh dan proses menjadi lebih teratur. Sebuah tingkat
keseimbangan (physiological homeostatis) terbangun dengan baik.
h) Perkembangan tubuh anak laki-laki dan perempuan dapat dikatakan sama.
i) Kontrol motorik yang baik tidak dibangun secara penuh, walaupun kontrol
motorik yang kurang baik (gross) dibangun dengan cepat.
j) Mata pada umumnya tidak siap untuk menutup dalam waktu lama karena
penglihatan jauhnya.
2. Karakteristik Pengembangan Kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
a) Selama fase ini anak-anak bersifat egosentrik dan beranggapan bahwa
semua orang berpikir seperti mereka. Hasilnya, mereka kelihatannya
sering bertengkar dan enggan untuk berbagi dengan yang lain.
b) Mereka seringkali sangat ketakutan akan situasi yang baru, malu, sadar
diri, dan tidak mempunyai keinginan untuk meninggalkan pengamanan
yang kelihatannya telah biasa dikenal.
c) Mereka belajar untuk membedakan benar dan salah dan mulai menuruti
kata hati nurani.
d) anak usia 2 dan 4 tahun seringkali terlihat aneh dan tidak seperti biasanya
dalam perilaku mereka, dimana anak dengan usia 3 dan 5 seringkali
digambarkan sebagai anak yang stabil dan sesuai dengan perilaku anak
seusianya.
e) Konsep-diri secara cepat berkembang. Bimbingan yang bijaksana,
pengalaman yang berorientasi pada keberhasilan, dan bantuan yang positif
adalah hal-hal penting selama tahun-tahun ini.
3. Karakteristik Perkembangan Afektif
a) Kesukaan anak laki-laki dan perempuan dapat dikatakan sama.
b) Anak-anak cenderung egosentris, ingin selalu aktif bergerak dan umumnya
menyenangi gerak berirama.
c) Selalu ingin tahu, imajinatif/meniru-niru gerakan serta bersifat
individualistik dan egosentrik dalam beraktifitas.
d) Suka menjelajah dan mencoba-coba dalam beraktifitas serta suka gaduh
dalam bermain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
4. Implikasi untuk Program Pengembangan Gerak
a) Kesempatan yang banyak untuk permainan motorik gross harus diberikan
dalam bentuk langsung adan tidak langsung.
b) Pengalaman gerak seharusnya menekan eksplorasi gerak dan aktifitas
penyelesaian masalah untuk memaksimalkan kreatifitas anak dan
keinginan untuk mengeksplorasi sesuatu.
c) Tekanan harus di tempatkan pada pengembangan sebuah jenis locomotor
dasar, manipulatifdan kemampuan yang seimbang, kemajuan dari
sederhana menuju kompleks/rumit sehingga anak menjadi ”siap”.
d) Minat dan kemampuan anak laki-laki dan perempuan adalah sama, tidak
memerlukan pemisahan aktifitas selama periode/masa ini.
e) Aktifitas yang banyak yang didesain khususnya untuk meningkatkan
perseptual motorik adalah diperlukan.
f) keuntungan harus diambil dari anak yang mempunyai imaginasi yang
hebat melalui susunan aktifitas seperti drama dan perumpamaan.
g) Karena gerakan anak seringkali kaku dan tidak efisien, maka pastikan
untuk mencocokksn pengalaman gerak sesuai dengan tingkat
kematangannya.
h) Karena anak-anak seringkali melakukan gerakan yang janggal dan tidak
efisien, maka pastikan untuk memberikan latihan gerak yang sesuai
dengan tingkat kematangan mereka.
i) menyediakan berbagai macam kegiatan yang melibatkan perlakuan objek
dan koordinasi mata-tangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
j) mulai memasukkan aktivitas bilateral dan cross-lateral, seperti berlari
cepat, skipping, setelah gerak unilateral seperti melompat telah dapat
dilakukan dengan baik.
k) memberi semangat pada anak-anak membantu dalam mengatasi
kecenderungan untuk malu dan percaya diri untuk aktif dalam program
pendidikan gerak dengan “menunjukkan” dan “memberi tahu” anak-anak
lain apa yang dapat mereka lakukan.
l) aktivitas harus melibatkan penekanan tangan, bahu dan badan bagian atas.
m) tanpa penekanan, penyelesaian mekanik dengan benar dalam gerak dasar
yang luas adalah tujuan pertama.
n) jangan memaksa koordinasi pada persendian dengan kecepatan dan
kegesitan.
o) kebiasaan buruk dari postur dimulai. Perkuat postur yang baik dengan
pernyataan yang positif.
p) menyediakan akses yang nyaman ke fasilitas toilet dan menyarankan anak-
anak untuk mengemban tanggung jawab.
q) memberikan perbedaan individu dan memperbolehkan mereka untuk
meningkatkan sesuai dengan tingkat mereka.
r) membuat standar untuk sikap yang dapat diterima dan dipatuhi oleh
mereka. Memberikan bimbingan yang bijaksana dalam membangun rasa
akan melakukan hal yang benar dan tepat dan melakukan hal yang salah
dan tidak dapat diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
s) program pengembangan gerak harus menentu dan berdasar akan level
perkembangan masing-masing individu.
t) Pendekatan multisensory harus digunakan, yaitu, suatu pengalaman yang
berbagai macam dimasukkan, menggunakan beberapa sensory modalities.
b. Pertumbuhan pada Masa Kanak-kanak Akhir
Periode dari usia 6 sampai 10 tahun dari masa kanak-kanak termasuk
dalam peningkatan yang lambat tetapi konstan, baik itu dalam hal tinggi badan,
berat dan kemajuan system motorik dan sensorik. Perubahan dalam pembangunan
tubuh hanya terjadi sedikit saja dalam tahun-tahun ini. Masa kanak-kanak adalah
lebih pada perpanjangan dan pengisian sebelum pertumbuhan pra-pubertal yang
terjadi secara tiba-tiba pada usia sekitar 11 tahun (untuk anak perempuan) dan 13
tahun (untuk anak laki-laki). Walaupun tahun-tahun ini ditandai dengan
pertumbuhan fisik yang bertahap, anak kecil tetap melakukan peningkatan yang
cepat dalam mempelajari dan fungsinya pada tingkat kematangan yang lebih
dalam kemampuannya berolahraga dan bermain.
Masa pertumbuhan yang relatif lambat ini memberi anak-anak tersebut
untuk membiasakan diri terhadap pertumbuhan yag dialaminya, dan merupakan
faktor penting juga pada perbaikan dramatik tertentu yang terlihat dalam
koordinasi dan control motorik selama masa kanak-kanak. Perubahan secara
gradual dalam ukuran dan terjalinnya hubungan tertutup antara perkembangan
tulang dan jaringan dapat dijadikan faktor penting dalam meningkatnya tingkat
fungsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1. Karakteristik Perkembangan Fisik dan Motorik
a) Anak laki laki dan perempuan mempunyai tinggi sekitar 44 - 60 inchi
(111.8 - 152.4 cm) dan memiliki berat sekitar 44 - 90 pound (20.0 - 40.8
kg).
b) Pertumbuhannya lambat, khususnya dari usia 8 sampai akhir periode ini.
Walaupun lambat tetapi kenaikannya teratur, tidak seperti pertambahan
tinggi dan berat selama tahun-tahun pra-sekolah.
c) Tubuh mulai memanjang, dengan pertambahan tinggi tahunan hanya 2 - 3
inchi (5.1 7.6 cm) dan pertambahan berat tahunan hanya 3 - 6 pound (1.4 -
2.7 kg).
d) Chepalocaudal (dari kepala hingga jari kaki) dan pronsip perkembangan
proximodistal (pusat keliling tubuh), yang mana otot yang lebih besar
dalam tubuh akan lebih berkembang daripada otot kecil, dan ini sangat
jelas.
e) Anak perembuan pada umumnya setahun lebih depan dari pada laki laki
dalam hal perkembangan psikologi, dan minat yang berbeda mulai timbul
pada akhir periode ini.
f) Preferensi/pilihan tangan terbangun dengan 85 persen memilih tangan
kanan dan 15 persen tangan kiri.
g) Waktu reaksi lambat, disebabkan oleh sulitnya koordinasi antara mata-
tangan dan mata-kaki yang berada pada awal periode. Setelah berakhirnya
periode ini, hal tersebut pada umumnya telah berhasil dibangun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
h) Anak laki-laki dan perempuan sangat berenergi tapi seringkali memiliki
daya tahan yang rendah dan mudah lelah. Walau bagaimanapun
ketanggapan dalam latihan sangat hebat.
i) Mekanisme pandangan perceptual telah terbangun sepenuhnya pada akhir
periode ini.
j) Anak-anak biasanya memiliki pandangan jauh selama periode ini dan tidak
siap untuk bekerja dengan penglihatan dekat dalam waktu lama.
k) Sebagian besar kemampuan gerak dasar mempunyai potensi untuk
diperbaiki selama periode ini.
l) Keterampilan dasar diperlukan untuk permainan yang baik sebelum hal ini
dikembangkan dengan baik.
m) Aktivitas yang melibatkan mata, lengan dan kaki berkembang lambat.
Seperti aktifitas bermain volley atau melempar bola dan melempar apapun
membutuhkan latihan yang banyak untuk menjadi ahli.
n) Periode ini menandai peralihan dari kemampuan gerak yang diperbaiki
menuju pembentukan keterampilan gerak transisi dalam menjalankan
permainan dan keterampilan atletik.
2. Karakteristik Perkembangan Kognitif
a) Masa perhatian pada umumnya pendek pada awal periode ini tapi secara
bertahap bertambah. Bagaimanapun, anak laki-laki dan perempuan pada
usia ini akan lebih sering menghabiskan waktu untuk kegiatan yang
menyenangkan begi mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b) Mereka sangat suka belajar dan menyenangkan hati orang dewasa tetapi
masih memerlukan bantuan dan tuntunan dalam membuat keputusan.
c) Anak-anak memiliki imaginasi yang bagus dan menunjukkan pikiran yang
sangat kreatif; tapi bagaimanapun, kesadaran diri kelihatannya menjadi
sebuah faktor pada akhir periode ini.
d) Mereka biasanya menyukai televisi, computer, video game, dan membaca.
e) Mereka tidak mempunyai kemampuan dalam berpikiran ringkas dan
menghadapi contoh dan situasi nyata selama awal periode.
f) Anak-anak secara intelektual sangat ingin tahu dan ingin selalu tahu
“kenapa”.
3. Karakteristik Perkembangan Afektif
a) Kesukaan anak laki-laki dan perempuan adalah sama pada awal periode,
tetapi segera setelah itu mulai terdapat perbedaan.
b) Anak-anak cenderung egosentris dan tidak suka bermain dalam kelompok
besar pada awal tahun ini, mereka lebih suka bermain dalam kelompok
kecil .
c) Anak-anak biasanya agresif, sombong, kritis, over-aktif, dan tidak dapat
menerima kekalahan ataupun kemenangan dengan baik.
d) Terdapat ketidaksesuaian dalam kedewasaan; anak-anak biasanya lebih
cepat dewasa di sekolah daripada di rumah.
e) Anak-anak tanggap terhadap kekuasaan, hukuman “yang adil, disiplin, dan
pemaksaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
f) Anak-anak suka berpetualang dan sangat ingin terlibat dengan teman
dalam kelompok anak-anak yang melakukan kegiatan yang “berbahaya”
atau “rahasia”.
g) Konsep diri anak-anak tetap terbentuk.
4. Implikasi Program Pengembangan Gerak
a) Harus tersedia kesempatan bagi anak-anak untuk memperbaiki
kemampuan gerak dasar yaitu dalam daya gerak, manipulasi, dan
ketetapan akan sebuah tujuan pada saat mereka labil.
b) Anak-anak memerlukan bantuan dalam peralihan dari fase gerak dasar
menuju fase gerak khusus.
c) Penerimaan dan penegasan memberi tahu anak-anak bahwa mereka
memiliki tempat yang aman dan tetap di sekolah dan rumah.
d) Kesempatan yang berlimpah dalam pemberian semangat dan pemaksaan
yang positif dari orang dewasa sangat diperlukan untuk meningkatkan
pengembangan konsep diri.
e) Kesempatan dan pemberian dorongan untuk mengeksplorasi dan mencoba
melalui gerakan dengan tubuh mereka dan benda di lingkungan dapat
meningkatkan efisiensi perceptual-motor.
f) Harus terdapat pengalaman-pengalaman yang terbuka untuk mengenalkan
akan tanggung jawab dan untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
g) Anak-anak belajar menyesuaikan diri terhadap permainan yang kasar
dalam sebuah kelompok tanpa mereka menjadi kasar atau kacau.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
h) Kesempatan untuk memperkenalkan kerja tim harus diberikan pada saat
yang tepat.
i) Aktivitas yang melibatkan imajinasi dan kelucuan dapat dimasukkan
dalam program selama tahun-tahun awal karena imajinasi anak masih
tinggi/sangat baik.
j) Aktivitas yang berkaitan dengan musik dan ritmik dapat dinikmati dalam
tingkat ini dan sangat penting dalam meningkatkan kemampuan gerak
dasar, kreativitas, dan pemahaman mendasar akan musik dan ritme.
k) Anak-anak pada tingkat ini belajar dengan sangat baik melalui partisipasi
aktif.
l) Aktivitas seperti memanjat dan bergantungan bermanfaat untuk
mengembangkan tubuh bagian atas dan seharusnya dimasukkan dalam
program ini.
m) Situasi permainan diskusi yang melibatkan beberapa topik seperti
bergantian (antri), fair-play, tidak mencontek, dan berbagai nilai universal
yang mengandung arti pembedaan antara benar dan salah.
n) Mulai menitik beratkan pada ketepatan, bentuk, dan keterampilan dalam
melakukan gerak.
o) Menganjurkan anak untuk berpikir sebelum mereka terikat pada sebuah
kegiatan. Membantu mereka dalam mengenal resiko dengan maksud
mengurangi sifat mereka yang sering nekat/sembrono.
p) Membentuk kegiatan dalam kelompok kecil dilanjutkan ke kelompok yang
lebih besar dan pengalaman olahraga team.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
q) Postur sangat penting, aktivitas memerlukan penekanan pada susunan
tubuh yang tepat.
r) Penggunaan aktivitas ritmik untuk memperbaiki koordinasi diperlukan.
s) Keterampilan gerak khusus dikembangkan dan diperbaiki pada akhir
periode. Latihan yang banyak, dorongan semangat, dan perintah selektif
itu penting.
t) Partisipasi dalam aktivitas olahraga anak-anak yang bila dikembangkan
sesuai dan tepat dengan kebutuhan dan minat anak-anak harus di berikan.
4. Kemampuan Gerak Dasar
a. Perkembangan kemampuan gerak dasar
Perkembangan koordinasi gerak tubuh merupakan kunci perkembangan
penguasaan berbagai macam gerak keterampilan yang telah mulai dikuasai sejak
masa anak-anak. Sejalan dengan meningkatnya umur, maka meningkat pula
ukuran tubuh dan kemampuan fisik, secara otomatis akan meningkat pula
kemampuan gerak dasar anak. Peningkatan kemampuan gerak dasar dapat
diidentifikasikan dalam bentuk : gerakan dengan mekanika tubuh makin efisien,
gerakan yang dilakukan semakin lancar dan terkontrol, bentuk gerakan bervariasi
dan bertenaga. Gerakan-gerakan seperti berjalan, meloncat, berjengket,
menyepak, melempar, menangkap, memukul semakin dikuasai. Kecepatan
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kesempatan yang diperoleh untuk
melakukan aktivitas. Anak yang kurang mendapatkan kesempatan melakukan
gerakan atau selalu terkekang di rumah, mereka cenderung memiliki kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
gerak dasar yang rendah, sedangkan anak yang diberikan kebebasan melakukan
aktivitas memiliki kecenderungan berkemampuan gerak dasar yang baik.
Hurlock ( 1991 : 156 ), menyatakan bahwa : “ Masa kecil sering disebut
sebagai masa ideal untuk mempelajari keterampilan gerak “. Hal ini ada sejumlah
alasan yang mendasarinya, yaitu : (1) karena tubuh anak lebih lentur ketimbang
tubuh orang dewasa, sehingga anak lebih mudah menerima semua pelajaran,
(2) anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan
dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, maka bagi anak mempelajari
keterampilan baru lebih mudah, (3) secara keseluruhan anak lebih berani pada
waktu kecil ketimbang ketika anak besar. Oleh karena itu, mereka lebih berani
mencoba sesuatu yang baru. Hal yang demikian menimbulkan motivasi yang
diperlukan untuk belajar. (4) orang dewasa merasa bosan melakukan pengulangan,
tetapi sebaliknya anak-anak justru menyenangi yang demikian. Oleh karena itu,
anak-anak bersedia mengulangi suatu tindakan hingga pola otot terlatih untuk
melakukannya secara efektif. (5) karena anak memiliki tanggung jawab dan
kewajiban yang lebih kecil ketimbang yang akan mereka miliki pada waktu
mereka bertambah besar, maka mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk
belajar menguasai keterampilan ketimbang yang dimiliki remaja atau orang
dewasa. Bahkan seandainya mereka nantinya bertambah besar dan memiliki
waktu yang cukup, mungkin akan merasa bosan dengan pengulangan yang
diperlukan di dalam mempelajari keterampilan, sehingga keterampilan yang telah
dikuasai tidak berkembang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Keterampilan gerak tidak akan berkembang melalui kematangan saja,
melainkan keterampilan itu harus dipelajari. Di dalam mempelajari keterampilan
gerak menurut Hurlock (1991 : 157), yaitu : “ Hal terpenting di dalam
mempelajari keterampilan gerak meliputi : kesiapan belajar, kesempatan belajar,
kesempatan berpraktek, model yang baik, bimbingan, motivasi, individu dan
sistematis. Apabila pembelajaran dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka
keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh orang yang
sudah siap hasilnya akan lebih unggul dibandingkan dengan orang yang belum
siap untuk belajar.
Kesempatan untuk mempelajari keterampilan gerak bagi anak sangat
penting, karena kondisi anak memungkinkan untuk dapat mencoba berbagai
gerakan yang sederhana. Banyak diantara siswa yang tidak berkesempatan untuk
mempelajari keterampilan gerak karena hidup dalam lingkungan yang tidak
menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua yang melarang anaknya
untuk banyak bergerak, mereka takut hal yang demikian akan dapat menciderai
atau melukai anaknya.
Untuk dapat mempelajari keterampilan motorik dengan baik anak harus
banyak diberikan kesempatan melakukan praktek. Anak harus diberi waktu untuk
berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan.
Meskipun demikian kualitas praktek jauh lebih penting ketimbang kualitasnya.
Jika anak berpraktek dengan model sekali pukul hilang, maka akan berkembang
kebiasaan kegiatan yang jelek dan gerakan yang tidak efisien. Karena dalam
mempelajari keterampilan gerak, meniru model memainkan peranan yang penting,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
maka untuk mempelajari suatu keterampilan dengan baik, bagi anak model yang
baik merupakan suatu keharusan.
Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan
bimbingan dari orang dewasa. Bimbingan juga membantu anak membetulkan
suatu kesalahan yang dilakukan oleh anak sebelum kesalahan tersebut terlanjur
dipelajari dengan baik atau menjadi gerakan yang otomatis meskipun salah,
sehingga sulit dibetulkan kembali.
Di dalam berusaha menguasai keterampilan gerak diperlukan suatu proses
belajar yaitu proses belajar gerak. Proses belajar gerak berbeda dengan proses
belajar kognitif dan proses belajar efektif. Perbedaan yang ada bersumber dari
aspek-aspek yang dominan keterlibatannya di dalam proses belajar. Yang
dominan keterlibatannya dalam proses belajar gerak adalah aspek fisik dan
psikomotor. Yang dominan keterlibatannya dalam belajar kognitif adalah aspek
pikir ; sedangkan yang dominan keterlibatannya dalam belajar afektif adalah
aspek emosi dan perasaan. Dengan kata dominan di sini dimaksudkan untuk
menggambarkan bahwa di situ ada keterlibatan yang lebih intensif dari salah satu
aspek fungsi dalam diri siswa; sementara aspek fungsi yang lain juga terlibat
namun dengan kadar yang lebih rendah. Di dalam belajar gerak aspek fisik dan
psikomotor terlibat lebih besar dibanding aspek pikir serta aspek emosi dan
perasaan.
Fitts dan Postner dalam Sugiyanto (1998: 315), mengemukakan bahwa : “
Proses belajar gerak keterampilan digambarkan memiliki 3 fase belajar, yaitu :
Fase awal (kognitif), Fase penghubung (asosiatif), dan Fase akhir (otonom) “.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Fase kognitif merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Fase
kognitif merupakan perkembangan yang menonjol terjadi pada diri siswa, di mana
siswa mengerti tentang gerakan yang dipelajari. Sedangkan penguasaan geraknya
sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba – coba gerakan. Pada
fase kognitif proses belajar di awali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang
dipelajari. Siswa berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari informasi
yang diberikan kepadanya. Informasi dapat bersifat verbal atau bersifat visual.
Informasi verbal adalah informasi yang berbentuk penjelasan dengan
menggunakan kata-kata. Di sini indera pendengaran aktif berfungsi. Informasi
visual adalah informasi yang dapat dilihat. Informasi ini dapat berbentuk contoh
gerakan atau gambar gerakan, di sini indera penglihatan aktif berfungsi.
Informasi yang ditangkap oleh indera kemudian di proses dalam
mekanisme perseptual. Mekanisme perseptual berfungsi untuk menangkap makna
informasi. Dengan informasi ini siswa dapat memperoleh gambaran tentang
gerakan yang dipelajari. Setelah memperoleh gambaran tentang gerakan, maka
gambaran tersebut diproses lagi ke dalam mekanisme pengambilan keputusan.
Dalam mekanisme ini siswa mengambil keputusan apa yang akan diperbuat.
Apakah ia akan melakukannya atau tidak. Misalnya apabila gerakan yang
diketahui itu ternyata sulit atau dirasa membahayakan dirinya, dapat jadi siswa
tidak ingin melakukan karena takut, dan memutuskan untuk tidak melakukannya.
Tetapi sebaliknya bila dari informasi tentang gerakan, siswa merasa dapat atau
berani melakukannya, maka ia memutuskan untuk mencoba melakukannya.
Keputusan ini kemudian diwujudkan dalam bentuk rencana gerak. Selanjutnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
rencana gerak diproses dalam mekanisme pengerjaan. Dalam mekanisme
pengerjaan terjadi pengorganisasian respon untuk dikirim sebagai komando gerak
ke sistem muskular untuk diwujudkan menjadi gerakan tubuh. Berdasarkan
komando gerak tersebut terwujudkan gerakan-gerakan. Melalui proses semacam
itulah siswa mencoba melakukan atau mempraktekkan gerakan yang dipelajari.
Dengan mempraktekkan berulang-ulang gerakan demi gerakan, penguasaan
keterampilan melakukan gerakan menjadi meningkat.
Pada fase kognitif ini siswa baru dalam taraf mengembangkan citra
kognitifnya, oleh sebab itu lebih lanjut Drowatzky (1975: 242), menyatakan
bahwa : “ Instruktur yang baik akan memusatkan perhatian pada isyarat persepsi
dan karakteristik respon serta memberikan pengetahuan hasil diagnose pada fase
ini “. Pada fase kognitif siswa belum dapat melakukan gerakan-gerakan dengan
baik. Setelah mempraktekkan berulang-ulang dan kemampuan melakukan gerakan
– gerakan sudah menjadi lancar dan baik, maka siswa berarti sudah meningkat
memasuki fase belajar selanjutnya yaitu memasuki fase asosiatif.
Fase asosiatif disebut juga fase penghubung atau menengah. Fase ini
ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana siswa sudah mampu
melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat
pelaksanannya. Dengan tetap mempraktekkan berulang-ulang, pelaksanaan
gerakan akan menjadi semakin efektif, lancar, sesuai dengan keinginannya dan
kesalahan gerakan akan semakin berkurang. Untuk meningkatkan penguasaan dan
kebenaran gerakan, siswa perlu tahu kesalahan yang masih diperbuatnya. Karena
tahu tentang kesalahan gerakan yang dilakukan siswa perlu mengarahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
perhatiannya untuk membetulkan dengan mempraktekkan berulang-ulang.
Kemampuan untuk mengenali kesalahan gerakan sangat diperlukan untuk
peningkatan penguasaan gerak. Untuk meningkatkan penguasaan gerak
diperlukan kesempatan yang leluasa untuk praktek berulang-ulang.
Pada fase asosiatif ini respon yang dipelajari sudah siap, sehingga
memungkinkan kesalahan tidak lagi sering terjadi, bahkan secara bertahap akan
hilang. Pada fase asosiatif ini merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi
rangkaian gerakan yang terpadu, yang merupakan unsur penting untuk menguasai
berbagai gerakan keterampilan.
Fase otonom dapat dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Fase
ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana siswa mampu melakukan
gerakan keterampilan secara otomatis. Fase ini dikatakan sebagai fase otonom
karena siswa mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh
walaupun pada saat melakukan gerakan itu siswa harus memperhatikan hal-hal
lain selain gerakan yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi karena gerakannya
sendiri sudah dapat dilakukan secara otomatis.
Untuk mencapai fase otonom diperlukan praktek berulang-ulang secara
teratur. Setelah dicapai fase otonom kelancaran dan kebenaran gerakan masih
dapat ditingkatkan, namun peningkatannya tidak lagi secepat pada fase-fase
belajar sebelumnya. Pada fase ini dimana gerakan sudah menjadi otomatis, untuk
mengubah bentuk gerakan cukup sulit. Untuk mengubahnya perlu ketekunan.
Mengingat menjadi sulitnya mengubah bentuk gerakan setelah gerakan
menjadi otomatis, maka pembentukan gerakan harus dilakukan pada fase belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
sebelumnya. Sejak awal siswa sudah harus diarahkan melakukan gerakan-gerakan
yang benar secara mekanik, agar setelah mencapai fase otonom gerakannya benar-
benar efisien. Perlu dijelaskan bahwa gerakan otomatis tidak sama dengan
gerakan yang efisien atau gerakan yang terampil. Gerakan yang otomatis belum
tentu efisien. Gerakan yang salah secara mekanisme dapat menjadi otomatis
apabila terus dilakukan berulang-ulang. Sedangkan gerakan yang benar dan
dilakukan secara otomatis akan menjadi gerakan yang efisien.
Di dalam proses pembelajaran gerak keterampilan diperlukan adanya
kondisi tertentu yang berbeda dengan kondisi belajar pada jenis belajar yang lain.
Ada dua jenis kondisi pada belajar gerak keterampilan, yaitu kondisi internal dan
kondisi eksternal (Sugiyanto, 1998: 324 - 334). Kondisi internal adalah kondisi
yang ada pada diri pelajar, sedangkan kondisi eksternal adalah kondisi yang ada
pada situasi belajar. Kondisi internal meliputi dua hal, yaitu: mengingat bagian-
bagian keterampilan (recall of part-skills) dan mengingat rangkaian pelaksanaan
(recall of executing routine). Kondisi eksternal meliputi lima hal, yaitu: instruksi
verbal, gambar, demontrasi, praktek, dan umpan balik.
Kemampuan memahami mekanika gerakan penting peranannya seperti
halnya kemampuan memahami keterampilan yang harus dilakukan. Dengan
memahami bentuk-bentuk gerakan yang benar, maka otak dapat memberi
komando gerak kepada sistem penggerak tubuh untuk melakukan gerakan-
gerakan dengan bentuk yang benar. Kemampuan berkonsentrasi sangat penting
dalam pelaksanaan keterampilan yang memerlukan keseriusan, kecermatan, dan
pengerahan seluruh daya yang dimiliki. Misalnya di dalam persiapan melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
gerakan loncat indah, senam prestasi (gymnastic), dan angkat besi, tanpa
berkonsentrasi, seseorang tidak akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan
sebaik-baiknya. Seperti halnya unsur fisik dan mental, unsur emosional juga
merupakan faktor penentu penampilan gerak yang efisien.
Kemampuan dan kondisi emosional yang diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan gerakan yang efisien adalah: kemampuan mengendalikan emosi dan
perasaan, tidak ada gangguan emosional, merasa perlu dan ingin mempelajari atau
melakukan gerakan, memiliki sikap yang positif terhadap prestasi gerak gangguan
emosional misalnya ketegangan emosi, kemarahan, kesedihan, erat kaitannya
dengan penampilan gerak. Koordinasi gerak dapat terganggu karena keadaan
emosi yang tidak terkendali. Apabila koordinasi gerak terganggu maka tidak
mungkin melakukan keterampilan gerak yang sebaik-baiknya.
Merasa perlu dan ingin untuk mempelajari atau melakukan gerakan
merupakan motivasi internal atau larangan dari dalam diri untuk berbuat dalam
bentuk mempelajari atau melakukan gerakan. Apabila seseorang berbuat karena
adanya dorongan dari dalam dirinya sendiri, maka ia akan cenderung berbuat
sebaik – baiknya karena tidak merasa terpaksa. Seseorang berbuat secara sukarela
cenderung akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan yang
dihasilkan oleh seseorang yang berbuat karena terpaksa.
Kemampuan untuk mengendalikan diri memberikan kemungkinan bagi
seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang seharusnya dilakukan atau tidak
berbuat di luar batas. Seseorang yang mengendalikan diri akan lebih mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
mengikuti aturan-aturan, termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi
terampil.
b. Gerakan yang terampil dan efisien pada anak-anak.
Gerakan yang terampil pada dasarnya merupakan gerakan yang efisien.
Keterkaitan antara berbagai faktor akan dapat menimbulkan gerakan yang efisien.
Hal ini sesuai pendapat Drowatzky (1975: 34), yaitu: “ Tiga komponen utama
yang mendukung gerakan yang efisien, yaitu: kesegaran jasmani dan kemampuan
gerak, kemampuan penginderaan atau sensori serta proses-proses perseptual “.
Gambaran mengenai komponen-komponen pendukung gerakan yang efisien dan
unsur – unsurnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3. Komponen gerakan efisien (Drowaztky, 1975:34)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Unsur-unsur pendukung gerakan yang terampil dan efisien menurut Broer
dan Zernicke (1979: 35), menyatakan bahwa: “ tiga prasarat untuk gerakan yang
efisien, yaitu unsur fisik, mental, dan emosional “. Ketiga unsur tersebut tidak
dapat berfungsi sendiri – sendiri secara terpisah dalam mewujudkan gerakan yang
terampil dan efisien. Ketiganya harus berfungsi dalam suatu mekanisme yang
serasi atau terorganisasi dengan baik.
Unsur fisik merupakan fungsi dari sistem muskular, skeletal, sirkulatori,
respiratori, dan indera. Sistem ini secara bersama- sama dengan komponen mental
dan emosional mempengaruhi sistem syaraf. Sistem syaraf melalui kontrol
keseimbangan, kontrol muskular dan kontrol ketepatan waktu mempengaruhi
kelincahan dan koordinasi tubuh. Kelincahan dan koordinasi tubuh inilah yang
mencerminkan gerakan yang efisien.
Di dalam berbagai gerakan, semua sistem tubuh difungsikan melalui
sistem syaraf untuk meghasilkan kontrol keseimbangan tubuh pada saat
melakukan gerakan. Kontrol tubuh ini meliputi : kontrol keseimbangan, kontrol
ketepatan, waktu berbuat, dan kontrol muskular. Kelima macam kontrol tersebut
tergantung pada unsur fisik, mental dan emosional.
Kontrol keseimbangan meliputi kemampuan untuk menyelesaikan pusat-
pusat gravitasi secara efektif dalam hubungannya dengan bidang tumpuan, baik
timpuan yang tidak bergerak maupun tumpuan yang bergerak. Kontrol
keseimbangan merupakan fungsi dari organ vestibular yang berada pada telinga
bagian dalam dan di dalam berfungsinya ditunjang oleh fungsi mata. Pada saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
seseorang dalam keadaan bergerak, tangan dan kaki berperan penting dalam
menjaga keseimbangan tubuh.
Kontrol ketepatan waktu bergerak pada dasarnya merupakan pengatur
irama gerakan, dalam hal ini terwujud dalam bentuk ketepatan waktu kontraksi
sekelompok otot sehingga dapat menghasilkan gerakan dengan kecepatan, urutan
dan lamanya tiap unsur gerakan yang sesuai dengan kebutuhan.
Kontrol muskular merupakan kemampuan mengendalikan kontraksi dan
relaksasi otot. Pengendalian otot-otot mana yang harus berkontraksi dan otot –
otot mana yang tidak perlu berkontraksi untuk melakukan suatu gerakan sangat
diperlukan agar suatu gerakan dapat dilakukan dengan baik. Di dalam melakukan
aktivitas fisik, bukan hanya kemampuan kontraksi otot yang diperlukan,
kemampuan relaksasi otot juga penting. Kemampuan relaksasi penting untuk
memperoleh efisiensi gerakan dan mempercepat proses pemulihan kesegaran
sesudah melakukan aktivitas.
Kontrol keseimbangan, kontrol ketepatan waktu bergerak dan kontrol
muskular saling berhubungan di dalam pelaksanaan fungsinya. Misalnya, kontrol
muskular berperan dalam kontrol keseimbangan, kontrol timing berperan di dalam
pelaksanaan gerakan yang memerlukan ketepatan waktu pelaksanaan atau gerakan
berirama. Pelaksanaan gerakan merupakan fungsi kontrol muskular, sedangkan
iramanya merupakan fungsi kontrol timing.
Ketika fungsi kontrol tersebut secara bersama-sama mewujud dalam
bentuk kelincahan dan koordinasi gerakan. Kelincahan (agility) adalah
kemampuan mengubah arah gerakan atau posisi tubuh dengan cepat. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
koordinasi adalah pemfungsian beberapa otot secara bersama dengan timing dan
keseimbangan yang baik di dalam suatu gerakan. Gerakan yang berkoordinasi
dengan baik tidak akan menimbulkkan ketegangan otot yang tidak perlu dan
pelaksanaannya lancar atau mulus. Apabila berbagai macam gerakan yang
terkoordinasi dengan baik dikombinasikan secara serasi, maka akan menghasilkan
gerakan yang efisien.
Gerakan dikatakan efisien apabila gerakan-gerakan yang terkoordinasi
dengan baik dikombinasikan untuk menghasilkan gerakan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas tertentu, dan memanfaatkannya dengan perolehan nilai yang
tinggi, dengan arah yang baik, dan menggunakan tenaga sekecil mungkin.
Seseorang yang mampu melakukan gerakan-gerakan secara efisien, orang tersebut
dapat dikatakan terampil.
Pengembangan kemampuan gerak dasar banyak tergantung pada dasar
fisiologis, peranan belajar, lingkungan kebudayaan dan kemampuan masing –
masing individu. Faktor- faktor biologis dan fisiologi memainkan peranan penting
dalam menentukan kemampuan gerak dasar seseorang. Flieshman (1965: 10),
menyatakan bahwa : “ Kemampuan gerak dasar seseorang terdapat perbedaan, hal
ini tergantung pada sensitif tidaknya otot-otot dan kelompok otot, komposisi
jaringan otot atau perbedaan susunan sistem saraf pusat “. Faktor keturunan juga
memberikan pengaruh pada kemampuan gerak dasar terutama dalam menetapkan
pembatasan kondisi seseorang.
Faktor – faktor lingkungan dan belajar memainkan peranan penting dan
memiliki sumbangan yang lebih besar di dalam mempengaruhi perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
kemampuan gerak dasar seseorang. Oleh karena itu prinsip seluruh pendidikan
formal dalam pendidikan jasmani merupakan dasar dari proses pengembangan
kemampuan gerak. Flieshman (1965: 11), menyatakan bahwa : “ Kemampuan
dasar mulai diperoleh pada awal kehidupan, oleh karena itu lingkungan hidup
anak harus ditujukan pada pemeliharaan pertumbuhan yang baik, hal ini penting
bagi pengembangan kemampuan gerak dasar”.
Kemampuan gerak dasar mempunyai pengertian yang hampir sama
dengan kemampuan motorik atau motor ability yang menunjukkan gambaran
tentang keterampilan di dalam aktivitas olahraga atau motor ability indicates
precent athletic ability, yang berarti tingkat kemampuan seseorang dalam
melakukan suatu keterampilan gerak yang luas. Oleh sebab itu salah satu
pengembangan kemampuan gerak dasar dapat dilakukan melalui pendidikan
jasmani disekolah.
Kemampuan gerak dasar merupakan bahasan yang komplek, artinya di
dalam membahas mengenai kemampuan gerak dasar ini dari sudut mana mereka
memandang. Harrow (1977: 84), mengklasifikasikan dalam bentuk keterampilan,
yaitu: “ Keterampilan pemula, menengah, dan keterampilan tinggi “.
Pengklasifikasikan oleh Magill (1980: 10), yaitu: “ klasifikasi keterampilan gerak
didasarkan pada kecermatan gerakan, perbedaan titik awal, stabilitas lingkungan
dan kontrol umpan balik “.
Berdasarkan pada kecermatan gerakan, gerakan keterampilan dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu : keterampilan gerak agal atau gross
motor skills dan keterampilan gerak halus atau fine motor skills (Singer;1980: 14).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Keterampilan gerak agal ditandai oleh keterlibatan otot-otot besar sebagai basis
primer dalam gerakan. Keterampilan gerak halus merupakan keterampilan yang
memerlukan kemampuan mengontrol otot-otot halus dalam tubuh untuk
pencapaian pelaksanaan keterampilan gerak.
Berdasarkan titik awal dan titik akhir pelaksanaan, gerakan keterampilan
dapat dibedakan dalan dua kategori, yaitu: “ Keterampilan gerak diskret atau
discrete motor skill dan keterampilan gerak kontinus atau continuous motor skill
(Singer; 1980: 19). Suatu keterampilan gerak dapat diklasifikasikan ke dalam
keterampilan gerak diskret apabila dalam pelaksanaan keterampilan gerak dapat
dibedakan antara titik awal dan titik akhir dari gerakan itu. Keterampilan gerak
kontinus adalah keterampilan gerak yang tidak ditandai dengan jelas adanya titik
awal dan titik akhirnya. Kekuatan eksternal lebih menentukan dalam memulai dan
mengakhiri suatu gerakan, bila dibandingkan dengan pengaruh bentuk gerakannya
sendiri.
Berdasarkan stabilitas lingkungan, keterampilan gerak menurut Singer
(1980: 14), dibedakan menjadi : “ Gerak tertutup (self paced), gerak terbuka
(externally paced) dan gabungan gerak tertutup dan terbuka (mixed paced) “.
Keterampilan tertutup merupakan gerakan yang terjadi dalam kondisi lingkungan
tertentu dan tidak berubah – ubah. Stimulus dalam setiap gerakan dimulai oleh
pelaku sendiri. Keterampilan terbuka terjadi pada lingkungan yang berubah –
ubah secara temporal dan spacial. Pelaku bergerak berdasarkan stimulus dari
lingkungan di mana siswa berada. Sedangkan keterampilan gerak gabungan atau
mixed paced terjadi antara siswa dan obyek dalam situasi bergerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Klasifikasi gerakan berdasarkan kontrol umpan balik, didasarkan pada
bagaimana dan kapan umpan balik sensori yang dihasilkan dari gerakan dapat
dimanfaatkan oleh pelaku untuk melakukan gerakan berikutnya. Umpan balik
sensori diartikan sebagai informasi yang diterima oleh seseorang melalui indera
selama melakukan gerakan. Berdasarkan kontrol umpan balik, dapat dibedakan
menjadi dua kategori, yaitu : kontrol lingkaran tertutup (closed loop) dan kontrol
lingkaran terbuka (open loop). Jika informasi umpan balik dapat digunakan untuk
menyesuaikan aksi selama gerakan itu berlangsung, maka keterampilan itu dapat
diklasifikasikan ke dalam kontrol lingkaran tertutup, sedangkan jika umpan balik
itu tidak dapat digunakan untuk membuat penyesuaian gerakan selama aksi
berlangsung, maka keterampilan itu dikatakan berada dalam kontrol lingkaran
terbuka.
Berdasarkan klasifikasi tersebut bila dikaitkan dengan penguasaan
keterampialn bermain sepak bola, maka dapat disampaikan sebagai berikut : (1)
berdasarkan kecermatan gerak, termasuk gerak agal dan halus, karena melibatkan
sejumlah otot besar dan kecil, (2) berdasarkan titik awal dan titik akhir, termasuk
gerakan serial, karena gerakan terdiri dari bagian-bagian yang jelas titik awal dan
titik akhirnya dan dilakukan secara berangkai, (3) berdasarkan stabilitas
lingkungan, termasuk keterampilan terbuka, karena gerakannya terjadi pada
kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan stimulusnya berasal dari luar, (4)
berdasarkan kontrol umpan balik termasuk dalam kontrol lingkaran terbuka,
karena umpan balik yang timbul dapat dimanfaatkan untuk gerakan berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Keterampilan gerak harus dibedakan dengan gerak dasar yang merupakan
pola gerak. Keterampilan gerak menunjukkan tingkat pengembangan kecakapan,
sedangkan gerak dasar merupakan gerakan yang nampak nyata dalam penampilan
dan mempunyai tujuan sendiri yang penting. Gerakan keterampilan mempunyai
tingkat efisiensi dalam melakukan tugas yang kompleks, meliputi tugas-tugas
gerakan dalam belajar dan berlatih. Gerak yang terampil menunjukkan
perkembangan tingkat ketangkasan.
Klasifikasi gerakan terampil menurut Harrow (1977:76), yaitu:
“Klasifikasi gerakan yang terampil dibagi menjadi dua kontinum, yaitu kontinum
vertikal dan kontinum horisontal “. Kontinum vertikal menunjukkan derajat
kesukaran gerak yang dilakukan dari berbagai keterampilan dan biasanya disebut
sebagai tingkat kompleksitas. Sedangkan kontinum horisontal menggambarkan
tingkat penguasaan keterampilan yang dicapai oleh siswa dan biasa disebut
sebagai tingkat ketangkasan.
Dalam keterampilan gerak pada cabang olahraga tertentu, seorang guru
atau pelatih harus dapat membuat kategori perilaku gerak atas dasar tingkat
kesukaran dari keterampilan maupun tingkat ketangkasan siswa. Beradasarkan
kontinum vertikal, gerak keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
keterampilan adaptif sederhana, terpadu, dan kompleks.
Keterampilan adaptif sederhana menunjukkan adaptasi gerakan dan gerak
dasar utama. Gerakan-gerakan dasar utama dimodifikasi untuk menyesuaikan
dengan situasi atau lingkungan yang baru. Keterampilan terpadu terbentuk dari
efisiensi dalam keterampilan dasar siswa dan disatukan dengan penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
perlengkapan dan alat – alat yang digunakan. Siswa diharapkan dapat mengatur
tubuhnya sambil menggunakan perlengkapan selama melakukan penampilan
dalam keterampilan terpadu tersebut. Sedangkan keterampilan adaptif kompleks
merupakan keterampilan yang memerlukan penguasaan mekanika tubuh yang
lebih besar sebagai pelaksanaan hukum – hukum fisika terhadap tubuh. Untuk
mengidentifikasi gerakan yang dapat dikategorikan keterampilan kompleks ini
adalah keterlibatan tubuh pelaku secara total, seringkali tanpa landasan penopang
atau dalam keadaan melayang di udara harus membuat penyesuaian postural
terhadap rangsangan atau isyarat yang tidak terduga, dan mengatur gerakan di
lapangan yang luas.
Kontinum horizontal berhubungan dengan derajat ketangkasan atau
penguasaan keterampilan yang dapat dicapai dalam keterampilan tertentu. Harrow
(1977:78), menyatakan bahwa : “ Kontinum horizontal dibagi menjadi empat
tingkat, yaitu tingkat pemula, menengah, lanjut, dan keterampilan tinggi “. Setiap
siswa yang mempelajari keterampilan baru, digolongkan dalam tingkat pemula.
Selanjutnya sesuai dengan perkembangan derajat keterampilannya, kemampuan
siswa dapat dikategorikan ke dalam klasifikasi tingkat selanjutnya, dan seterusnya
sampai tingkat keterampilan tinggi. Kontinum horizontal mempunyai empat
klasifikasi yang selalu berada dalam setiap klasifikasi kontinum vertikal.
Keterampilan dapat pula diklasifikasikan menjadi dua, yaitu atas dasar
persepsi dan kebiasaan. Cabang olahraga anggar, bola basket atau tenis dapat
digolongkan sebagai cabang olahraga yang berkiblat pada persepsi, sedangkan
jenis cabang olahraga senam, tolak peluru ataupun keterampilan mengemudi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
termasuk kebiasaan. Dalam kegiatan olahraga potensi siswa sangat diperlukan
untuk situasi yang selalu berubah. Reaksi tidak dapat dipastikan tergantung pada
situasi yang dihadapi. Keterampilan memerlukan latihan dan ulangan – ulangan
sampai menjadi gerakan yang memerlukan kebiasaan.
Keterampilan yang bersifat kebiasaan memerlukan respons yang tepat
terhadap situasi yang dihadapi, hal ini sesuai dengan teori tentang hubungan
antara stimulus (S) dengan respons (R). Singer (1980: 18), menyatakan bahwa : “
Situasi yang dihadapi secara relatif adalah tetap, sedangkan respon yang
diinginkan hanya dapat dihasilkan melalui latihan yang teratur dan perhatian dari
siswa tersebut kegiatan yang dilakukan. Hasilnya adalah keterampilan yang
berlangsung secara otomotik “.
Belajar keterampilan, baik keterampilan yang bersifat sederhana maupun
yang kompleks, menghendaki terintegrasinya fungsi – fungsi jiwa secara baik.
Oleh karena itu diperlukan ketekunan, ketelitian, keterikatan pada tugas yang
dihadapi, terpusatnya perhatian secara tajam dan terkoordinasinya antara persepsi
dan gerakan. Romizowsky (1981: 129) mengemukakan bahwa : “ Belajar
keterampilan melalui tahap – tahap : (1) memperoleh pengetahun, (2) melakukan
respon (aplikasi dari pengetahuan itu), (3) mengalihkan kontrol dari persepsi
kepada feeling dan kemudian gerakan, (4) otomatisasi gerak keterampilan itu, dan
(5) generalisasi keterampilan”.
Suatu keterampilan harus dipelajari secara baik dalam kondisi – kondisi
yang tetap sebelum siswa mengalami keadaan – keadaan yang sulit diperkirakan.
Suatu respons tertentu tidak berguna bagi siswa untuk bereaksi di bawah aneka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
ragam kondisi. Seorang pemain sepak bola (penjaga gawang) mungkin memiliki
keterampilan yang baik ketika menangkap bola yang keluar dari mesin pelempar
bola atau jet ball, tetapi situasi pertandingan menghendaki banyak keluwesan
respons pada waktu bola datang dengan kecepatan yang berbeda – beda, dengan
putaran, slice dan arah dan kecepatan yang berbeda.
Hampir semua gerak keterampilan memerlukan lebih dari satu reaksi yang
disiapkan. Kerumitan tersebut memerlukan pengertian dari pihak guru atau pelatih
dan dari siswa sendiri agar diperoleh keterampilan sesuai dengan harapan. Oleh
karena itu pengajaran harus tanggap terhadap penekanan-penekanan yang penting
dalam belajar keterampilan.
Kadang-kadang orang sulit membedakan antara kemampuan dan
keterampilan. Kemampuan sifatnya umum dan tahan lama, suatu pembawaan
yang dipengaruhi oleh belajar dan pengalaman. Sedangkan keterampilan bersifat
spesifik untuk kegiatan tertentu yang diperoleh dari pengalaman dan berkenaan
dengan suatu urutan respons yang dikembangkan secara spesifik.
Untuk memprediksi kemampuan gerak dasar masing-masing individu,
telah banyak tes-tes ketangkasan gerak yang telah dikembangkan untuk diterapkan
pada orang coba baik laki-laki maupun perempuan pada tingkat perkembangan
yang berbeda. Tes tersebut bertujuan untuk membuat klasifikasi dan pencapaian
tingkat ketangkasan sebagai prediksi terhadap kemampuan ketangkasan seseorang
di dalam aktivitas jasmani.
Jenis tes kemampuan gerak untuk anak Sekolah Dasar di sesuaikan dengan
perkembangan fisik dan fisiologis anak. Pertumbuhan fisik erat kaitannya dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
terjadinya proses peningkatan pematangan fisiologis pada diri setiap individu.
Pertumbuhan dan tingkat kematangan fisik dan fisiologis membawa dampak pada
perkembangan kemampuan fisik. Indikasi untuk menaksir kemampuan fisik anak
dapat dilakukan dengan mengadakan tes. Tes untuk menaksir kemampuan gerak
dasar anak adalah (test of general motor ability) terdiri dari : 1) Standing Broad
Jump, 2) Shot-put, 3) Body weight, (Barry L. Jhonson & Jack K. Nelson.1969
:118-119).
Perkembangan kemampuan gerak dasar anak usia sekolah dasar meningkat
sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan meningkatnya kemampuan fisik.
Berbagai kemampuan gerak dasar yang sudah mulai dapat dilakukan pada masa-
masa sebelumnya semakin dikuasai. Peningkatan kemampuan gerak dapat
diidentifikasi dalam bentuk gerakan mekanika tubuh yang makin efisien,
gerakannya semakin lancar dan terkontrol serta pola gerakannya makin bervariasi
dan bertenaga.
Kemampuan gerak dasar dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan dalam
kesehariannya. Apabila aktivitas yang dilakukan dapat leluasa, maka kemampuan
gerak dasarnya akan berkembang dengan baik, tetapi sebaliknya bila aktivitasnya
terkekang dan tidak diberikan kebebasan, maka kemampuan gerak dasarnya
secara otomatis akan menjadi jelek. Padahal usia untuk belajar gerak yang paling
tepat adalah masa sebelum adolensensi. Dapat ditegaskan bahwa keterampilan
dasar dan minat terhadap keterampilan gerak harus ditemukan pada umur 12 tahun
atau sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masa anak-anak
merupakan waktu yang tepat dan ideal untuk belajar keterampilan gerak dasar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
sedangkan masa adolensensi merupakan waktu yang digunakan untuk
penyempurnaan dan penghalusan serta mempelajari berbagai macam variasi
keterampilan gerak.
Perkembangan kemampuan gerak dasar anak dapat diketahui melalui
pengetesan dan pengukuran. Espenschade dan Eckert (1980 : 196), menyatakan
bahwa : “ Perkembangan kemampuan gerak pada anak-anak dapat diketahui
dengan menggunakan pengetesan dan pengukuran kemampuan berlari, meloncat
dan melempar”. Perkembangan kemampuan gerak dasar pada anak dewasa sangat
dipengaruhi oleh penguasaan gerak dasar pada masa kanak-kanak dan faktor
latihan. Oleh karena itu kecenderungan keterampilan gerak setiap individu pada
anak bervariasi. Dengan demikian akan terdapat kemampuan gerak dasar yang
tinggi yang ditandai dengan adanya penguasaan keterampilan gerak yang tinggi
dan kemampuan gerak dasar rendah yang ditandai dengan penguasaan
keterampilan gerak yang rendah.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Gerak Dasar
Istilah ketrampilan dapat diartikan sebagai keahlian seseorang dalam
melakukan aktifitas pada tingkat kemampuan yang bervariasi. Meskipun istilah ini
memiliki banyak pengertian, pada umumnya yang dimaksud adalah kemampuan
gerak dengan tingkatan tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Singer (1980: 34) yang mengatakan bahwa ”skill is the
consistent degree of success in achieving with efficiency and effectifitness”.
Menurut Pate dkk (1993: 204) mengatakan bahwa orang yang terampil seringkali
digambarkan dengan mudah bergerak, luwes, dan memiliki kemampuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
mengatasi masalah lingkungan. Istilah terampil juga diartikan suatu perbuatan dan
sebagai indikator suatu tingkat kemahiran.
Penguasaan suatu kemahiran motorik merupakan sebuah proses dimana
seeorang mengembangkan seperangkat respon kedalam suatu pola gerak yang
terkoordinasi, dan terintegrasi. Sebagai indikator – indikator dari tingkatan
kemahiran, maka keterampilan diartikan sebagai kompetensi yang diperagakan
oleh seseorang dalam melaksanakan suatu tugas yang berkait dengan pencapaian
suatu tujuan. Semakin tinggi kemampuan seseorang menjadi tujuan yang
diharapkan, maka semakin terampil orang tersebut. Rusli Lutan (1988: 95)
mengatakan bahwa seseorang semakin mampu mencapai tujuan yang diharapkan,
maka orang tersebut dikataka semakin terampil. Dari uraian diatas dapat
dijelaskan bahwa seseorang disebut terampil apabila memiliki kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu dengan kualitas yang tinggi (cepat, cermat, dan tepat).
Ketrampilan harus dipelajari, karena suatu ketrampilan tidak terkuasai
dengan sendirinya. Dengan demikian, agar ketrampilan itu dapat dikuasai dengan
baik sejak awal, maka dibutuhkan proses pembelajaran yang baik pula. Suatu
anggapan yang menyatakan, bahwa ketrampilan itu akan terkuasai, karena
menyenangkan, juga tak dapat dipertahankan. Guru pendidikan jasmani harus
berupaya untuk memberikan bimbingan kepada anak-anak, agar para siswanya
dapat menguasai ketrampilan dasar dengan baik. Pendidikan jasmani di sekolah
dasar janganlah dipandang hanya sekedar sebagai proses pelepas lelah atau
pengisi waktu kosong untuk memberikan kesenangan kepada anak-anak. Kini
semakin disadari bahwa penguasaan ketrampilan itu tidak cukup karena anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
sudah matang. Juga tidak cukup hanya mengandalkan perkembangan yang terjadi
dengan sendirinya, dan berlangsung begitu saja. Untuk itu faktor kesempatan dan
dorongan sangat diperlukan.
Fungsi pengajaran adalah memberikan kesempatan, disamping
memberikan dorongan semangat kepada anak untuk menyukai kegiatan itu. Tidak
ada cara lain untuk menguasai suatu ketrampilan, kecuali dengan berlatih.
Maksudnya, anak itulah yang harus melakukan tugas-tugas belajar, agar kemudian
terjadi perubahan perilaku. Prinsip belajar aktif sungguh cocok dalam pendidikan
jasmani. Demikian juga penerapan prinsip pengulangan, yang menjadi bagian dari
prinsip latihan. Tugas gerak dilakukan berulang-ulang, sampai kemudian anak
makin mahir dan terampil.
Disamping kesempatan untuk berlatih, faktor dorongan semangat kepada
siswa sangat di perlukan. Dorongan itu berasal dari guru kelas, guru pendidikan
jasmani, orang tua dan bahkan teman bermain. Pengalaman menunjukkan orang
tua memegang peranan sangat besar dalam hal memberikan dorongan kepada
anak untuk rajin berlatih. Sebaliknya, orang tua dapat menjadi hambatan bagi
anak untuk aktif bermain, akibat terlalu banyak larangan, karena berbagai alasan.
Misalnya, karena takut anak-anaknya cidera, atau memang orang tua tidak suka
melihat anak melakukan aktivitas jasmani.
Pengajaran dalam arti sempit adalah bantuan khusus kepada anak,
sehingga ia dapat dengan cepat menguasai suatu ketrampilan. Kesempatan dan
dorongan saja tidak cukup dan karena itu dibutuhkan unsur pengajaran. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
merupakan kunci keberhasilan. Sebagai guru pendidikan jasmani memegang
peranan penting untuk mengajarkan kepada anak ketrampilan gerak dasar.
Perkembangan kemampuan gerak dasar masing-masing siswa akan
berlainan. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam yaitu
pembawaan maupun dari luar yaitu lingkungan dan sarana belajar. Dengan
demikian akan terdapat kemampuan gerak dasar tinggi dan rendah. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan gerak dasar
Kemampuan gerak dasar tinggi Kemampuan gerak dasar rendah
1. aktivitas pada masa sebelumnya
diberikan kebebasan
2. lingkungan, orang tua dan pra
sarana pendukung
3. memiliki koordinasi tubuh dan
kekuatan otot yang baik
4. motivasi melakukan kegiatan
tinggi
1. aktivitas pada masa anak kurang
atau dikekang
2. lingkungan, orang tua dan pra
sarana kurang mendukung
3. koordinasi tubuh dan kondisi fisik
lemah
4. kurang bermotivasi terhadap
kegiatan olahraga.
Seorang guru mempunyai kesempatan yang baik untuk
mempertimbangkan potensi ketangkasan muridnya guna keperluan
pengembangan di masa yang akan datang. Tingkat potensi ketangkasan siswa
dapat pula digunakan sebagai salah satu faktor dalam pengembangan kurikulum
olahraga pendidikan. Tingkat kemampuan siswa yang sama dapat pula digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
sebagai usaha untuk mengadakan pengelompokkan siswa secara homogen agar
diperoleh keuntungan yang lebih baik dari program kegiatan olahraga. Dalam
pengelompokkan yang homogen para siswa dapat melakukan kegiatan dan
bersaing dalam kemampuan yang sama.
Pengembangan kemampuan gerak dasar juga banyak tergantung dari pada
dasar fisiologis, peranan belajar dan lingkungan kebudayaan serta kemampuan
seseorang. Faktor-faktor biologi dan fisiologi memainkan peranan penting dalam
menentukan kemampuan gerak dasar seseorang. Sebagai contoh adalah seseorang
yang mempunyai indera mata kurang berfungsi, maka hasil tersebut akan
mempengaruhi dan membatasi penglihatannya sehingga menyebabkan perbedaan
dalam melakukan kegiatannya. Kemampuan gerak dasar seseorang berbeda,
tergantung dari sensitif tidaknya otot-otot dan kelompok otot, komposisi jaringan
otot atau perbedaan susunan dari sistem saraf pusat.
Faktor keturunan memberikan pengaruh pula pada kemampuan gerak
dasar, terutama dalam menetapkan pembatasan kondisi, akan tetapi variasi yang
sangat luas masih tetap dimungkinkan. Faktor-faktor lingkungan dan belajar
memainkan peranan yang lebih besar dalam mempengaruhi pengembangan
kemampuan, oleh karena itu prinsip seluruh proses pendidikan formal merupakan
dasar. Kemampuan dasar mulai diperoleh dari awal kehidupan, oleh karena itu
lingkungan kehidupan anak-anak terutama adanya pemeliharaan pertumbuhan
yang baik sangat penting artinya bagi pengembangan kemampuan dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian ini adalah : hasil
penelitian M. Furqon H. (2008) telah mampu membedakan jenis-jenis permainan
berdasarkan kelompok umur serta mengembangkan pengaruh bermain terhadap
perkembangan anak, sehingga dapat dijadikan sebagai panduan bagi guru SD
bidang pendidikan jasmani untuk dapat melakukan variasi dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani disekolah.
Huizinga, Roger Caillois dalam Rusli Lutan (2001: 33) membagi
permainan (games) secara umum menjadi 4 kategori utama yaitu : (1) Agon yaitu
permainan yang bersifat pertandingan, perlawanan kedua belah pihak dengan
kesempatan yang sama untuk mencapai kemenangan sehingga dibutuhkan
perjuangan fisik yang keras, (2) Alea yaitu permainan yang mengandalkan hasil
secara untung-untungan, atau hukum peluang. Sementara kemampuan otot tidak
diperlukan, (3) Mimikri yaitu permainan fantasi yang memerlukan kebebasan,
dan bukan kesungguhan, (4) Illinx yaitu mencakup permainan yang
mencerminkan untuk melampiaskan kebutuhan untuk bergerak, berpetualang, dan
dinamis, lawan dari keadaan diam, seperti berolahraga di alam terbuka, mendaki
gunung.
McCloy dalam Donald K Mathews (1963 :145-148) telah mampu
mengembangkan tes kemampuan gerak umum. Dari tes yang mereka kembangkan
tersebut mampu untuk meramalkan keberhasilan individu dalam usaha-usaha
mempelajari gerak keterampilan dalam olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Drowatzky (1981: 4), menyimpulkan dan mendefinisikan belajar motorik
sebagai proses perubahan atau modifikasi individu sebagai hasil hasil timbal balik
antara latihan dan lingkungan. Adapun faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai
berikut : (1) faktor proses belajar, (2) faktor personal meliputi persepsi, ketajaman
berfikir, intelegensi, ukuran fisik, latar belakang, pengalaman, emosi, kapabilitas,
motivasi, kemampuan gerak, sikap, jenis kelamin, dan usia; (3) faktor situasi
meliputi situasi alami dan situasi sosial.
Guttridge dalam Sugiyanto (1998:103) meneliti perbandingan kemampuan
gerak antara anak laki-laki dan anak perempuan berumur 2 sampai 7 tahun.
Kesimpulan penelitiannya adalah bahwa anak perempuan cenderung lebih baik
penguasaannya dalam gerakan berjengket, lompat tali dan mencongklang
(galloping). Sementara itu anak laki-laki cenderung lebih menguasai gerakan
meloncat dan melempar.
Sugiyanto (1998) meneliti perbandingan kemampuan keseimbangan gerak
antara anak laki-laki dan anak perempuan. Kesimpulan penelitiannya adalah
antara umur 6 sampai dengan 16 tahun anak-anak umumnya mengalami
peningkatan keseimbangan dinamik, tetapi antara umur 12 sampai 14 tahun hanya
sedikit penigkatannya. Peningkatan keseimbangan tidak selalu tetap
kecepatannya. Pada anak laki-laki peningkatannya melambat pada usia antara 7
sampai 9 tahun., dan anak perempuan melambat pada usia antara 8 sampai 10
tahun. Dalam hal keseimbangan statik ada peningkatan yang ajeg pada masa anak
besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
C. Kerangka Pemikiran
1. Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain antara
individual games dan groups games terhadap peningkatan kemampuan
gerak dasar
Ditinjau dari jumlah pemainnya, permainan perorangan (individual games)
adalah permainan yang dilakukan oleh satu orang atau sendirian saja, ia aktif
bergerak sendiri tanpa bantuan orang lain. Seandainya ada pemain lain ia tidak
mempunyai kaitan apa – apa denganya. Dalam permainan ini ada permainan yang
para pemainnya saling membutuhkan, tetapi bukan untuk kerja sama melainkan
untuk menjadi lawan yang harus ditaklukkan. Sedangkan permainan beregu
(groups games) adalah permainan yang dilakukan dua orang atau lebih tergantung
dari jenis permainan yang akan dimainkan. Dimungkinkan dengan bermain secara
beregu akan menimbulkan rasa solidaritas, saling menghargai, saling toleransi,
dan saling keterbukaan sesama teman, membentuk kekompakan dan kerja sama
antar pemain dalam satu regu.
Ditinjau dari tujuan permainan perorangan (individual games) dan
permainan beregu (groups games) pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu
meningkatkan kemampuan gerak dasar bagi pelakunya. Selain ditinjau dari hal
tersebut, permainan perorangan (individual games) dan permainan beregu (groups
games) juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda pula. Kelebihan
permainan perorangan (individual games) adalah dapat meningkatkan kemampuan
gerak dasar berasal dari sendiri bukan bantuan orang lain, meningkatkan
kemandirian siswa, kondisi fisik anak lebih baik karena kesempatan mengulang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
aktivitas lebih banyak, dan terjadi kompetisi yang lebih ketat dan seimbang.
Kekurangannya adalah siswa kurang memiliki semangat dalam melakukan
permainan, beban tugas harus ditanggung sendiri terkadang dirasa memberatkan
dan peningkatan hasil permainan perorangan terhadap peningkatan kemampuan
gerak dasar dirasa tidak merata karena tergantung individu itu sendiri. Sedangkan
kelebihan dari permainan beregu (groups games) adalah dapat membangkitkan
kepekaan diri seseorang terhadap orang lain dalam sebuah kelompok,
menimbulkan solidaritas sehingga timbul partisipasi yang spontan dalam
mencapai tujuan, memberi mtivasi kepada siswa untuk melakukan gerakan yang
benar dan sungguh-sungguh, dan peningkatan hasil belajar dapat dirasakan
serempak. Kekurangannya adalah apabila siswa masuk kelompok yang tidak
disukai maka akan timbul perpecahan, baban kekuatan tergantung pada
kekompakan kelompoknya, dan apabila satu siswa melakukan kesalahan maka
semua anggota kelompoknya juga mendapat hukuman.
Dari uraian diatas dengan memperhatikan segala kelebihan dan
kekurangan masing-masing pendekatan pembelajaran bermain tersebut maka
dapat diduga bahwa antara kedua pendekatan pembelajaran bermain individual
games dan groups games akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil
peningkatan kemampuan gerak dasar.
2. Perbedaan pengaruh peningkatan kemampuan gerak dasar antara
kelompok umur 6,01 – 7,00 tahun dengan 7,01 – 8,00 tahun.
Berdasarkan pada karakteristik fisik dan motorik, perkembangan kognitif
dan afektif, serta implikasi program pengembangan gerak anak yang berumur 6,01
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
– 7,00 tahun berbeda dengan anak yang berumur 7,01 – 8,00 tahun, karakteristik
anak laki-laki umur 6,01 – 7,00 tahun umumnya masih duduk di kelas I dan II
sedangkan karakteristik anak laki-laki umur 7,01 – 8,00 tahun umumnya duduk di
kelas II dan III Sekolah Dasar. Siswa sekolah dasar sesuai dengan perkembangan
karakteristiknya senang berkompetisi diantara teman-temannya. Mereka lebih
termotivasi untuk bersaing dalam segala hal dengan teman sekelas atau seumur
dengannya, sehingga ia dapat membanggakan dirinya akan keterampilan yang
dimilikinya. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran yang mempelajari
keterampilan perlu untuk dikelompokkan. Pengelompokan ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan maksimal siswa di dalam kelompoknya dan siswa yang
bersangkutan lepas melakukan aktivitas karena merasa bersaing dengan teman
sebaya atau siswa yang berumur sama.
Kemampuan gerak dasar terkait erat dengan kematangan seseorang.
Seseorang yang memiliki tingkat kemampuan gerak dasar yang tinggi akan
memiliki kematangan sistem syaraf, otot dan organisme tubuh yang baik pula.
Kemampuan gerak dasar siswa akan meningkat seiring dengan aktivitas yang
dilakukan. Aktivitas yang diberikan seharusnya memperhatikan kebutuhan dan
tingkat karakterislik fisik dan motorik, perkembangan kognitif dan afektif, serta
implikasi program pengembangan gerak anak. Dengan demikian antara kelompok
umur 6,01 – 7,00 tahun dan kelompok umur 7,01 – 8,00 tahun terdapat perbedaan
dalam peningkatkan kemampuan gerak dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
3. Pengaruh interaksi pendekatan pembelajaran bermain dan kelompok
umur terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar.
Permainan perorangan (individual games) dan permainan beregu (groups
games) merupakan salah satu bentuk model pembelajaran dalam pendidikan
jasmani, yang didalamnya terdapat rasa senang dan gembira tanpa ada paksaan
dari siapapun juga. Ditinjau dari tujuannya pendekatan pembelajaran bermain
memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar bagi pelakunya,
namun pengaruh yang ditimbulkan tentu berbeda karena kedua permainan tersebut
mempunyai perbedaan. Pendekatan pembelajaran bermain yang tepat dalam
pendidikan jasmani akan meningkatkan motivasi anak untuk melakukan aktivitas
yang diberikan. Dengan banyak aktivitas yang dilakukan dapat memacu
meningkatkan kemampuan gerak dasar anak, apalagi dalam kelompok belajar itu
umur siswa rata-rata sama, hal ini akan mendorong siswa untuk berkompetisi
sesama teman.
Proses pembelajaran yang mempelajari keterampilan perlu untuk
dikelompokkan. Pengelompokan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
maksimal siswa di dalam kelompoknya dan siswa yang bersangkutan lepas
melakukan aktivitas karena merasa bersaing dengan teman sebaya atau siswa yang
berumur sama, sehingga akan menjadi situasi pembelajaran yang baik dan
kompetitif. Dengan demikian antara kemampuan gerak dasar dan kelompok umur
akan terjadi pengaruh interaksi melalui pendekatan pembelajaran bermain yang
diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Berdasarkan karakteristik perkembangan fisik dan motorik, perkembangan
kognitif dan afektif, serta implikasi program pengembangan gerak pendekatan
pembelajaran bermain dengan permainan perorangan (individual games) lebih
tepat diberikan pada masa kanak-kanak awal. Sedangkan pendekatan
pembelajaran bermain dengan permaian beregu (groups games) lebih tepat
diberikan pada masa kanak-kanak akhir.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain antara individual
games dan groups games terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar.
2. Ada perbedaan pengaruh peningkatan kemampuan gerak dasar antara
kelompok umur 6,01 – 7,00 tahun dengan 7,01 – 8,00 tahun.
3. Ada pengaruh interaksi pendekatan pembelajaran bermain dan kelompok
umur terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat pengambilan data tes kemampuan gerak dasar dan pelaksanaan
perlakuan dalam penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah Program
Khusus Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Pertimbangan yang mendasari
pemilihan lokasi penelitian adalah :
a. Keterbatasan dalam penelitian yang menyangkut waktu, tenaga dan biaya
sehingga dipilih lokasi tempat peneliti mengajar pendidikan jasmani
sekaligus berdekatan dengan tempat tinggal.
b. Disekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian yang menyangkut
permasalahan seperti yang diajukan dalam penelitian ini.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu awal bulan Oktober
sampai November 2010. Sifat penelitian ini adalah eksperimen maka jadwal
pelatihan haruslah kontinyu, sehingga perlu dimampatkan sebanyak tiga kali
seminggu. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut :
a. Tes awal 1 Oktober 2010
b. Pelaksanaan treatment tanggal 4 Oktober sampai 26 November 2010.
c. Tes akhir tanggal 27 November 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
B. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Dasar penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan
memberikan perlakuan kepada sampel yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna
mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan.
2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 X 2. “ Rancangan
faktorial adalah rancangan dimana bisa dimasukkan dua variabel atau lebih untuk
memanipulasi secara simultan. Dengan rancangan ini bisa diteliti pengaruh setiap
variabel independen terhadap variabel dependen, dan juga pengaruh interaksi
antara variabel-variabel independen (Sugiyanto, 1995: 30) ”.
Tabel 3. Rancangan faktorial 2 X 2
Pendekatan Pembelajaran
Bermain (A)
Kelompok Umur (B)
6,01 – 7,00 tahun (b1) 7,01 – 8,00 tahun (b2)
Individual games (a1) a1 b1 a1 b2
Groups games (a2) a2 b1 a2 b2
Keterangan :
a1 b1 : Kelompok pendekatan pembelajaran bermain Individual games yang
memiliki umur 6 ,01 – 7,00 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
a1 b2 : Kelompok pendekatan pembelajaran bermain Individual games yang
memiliki umur 7,01 – 8,00 tahun.
a2 b1 : Kelompok pendekatan pembelajaran bermain groups games yang
memiliki umur 6,01 – 7,00 tahun.
a2 b2 : Kelompok pendekatan pembelajaran bermain groups games yang
memiliki umur 7,01 – 8,00 tahun.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independen) dan satu
variabel terikat (dependen) yaitu :
1. Variabel bebas (independen) yaitu Variabel yang mempengaruhi variabel lain.
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu :
a) Pendekatan pembelajaran bermain individual games
b) Pendekatan pembelajaran bermain groups games
2. Variabel atributif adalah variabel yang melekat pada sampel dan menjadi sifat
sampel tersebut. Variabel atributif dalam penelitian ini meliputi kelompok
umur, yang dibedakan antara kelompok umur 6,01 – 7,00 tahun dan kelompok
umur 7,01 – 8,00 tahun.
3. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan gerak dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
D. Definisi Operasional Variabel
1. Pendekatan pembelajaran bermain individual games
Individual games (permainan perorangan) adalah permainan yang lebih
menonjolkan kegiatan individu atau perorangan, permainan perorangan ini dapat
dibagi menjadi dua jenis yaitu (1) permainan perorangan sendirian adalah seorang
pemain hanya bermain sendirian. Ia aktif bergerak sendiri tanpa membutuhkan
pemain lain. Seandainya ada pemain lain, ia tidak mempunyai kaitan apa-apa
dengannya. Keberadaannya pun tidak mempengaruhi pemain lain. Sebaliknya (2)
permainan perorangan bersama adalah pemain satu dengan pemain yang saling
berhubungan atau saling berkaitan. Para pemain diikat oleh jenis permainan yang
memaksa mereka bersaing, berkompetisi. Dalam permainan ini para pemain saling
membutuhkan, tetapi bukan untuk bekerja sama melainkan untuk menjadi lawan
yang harus ditaklukan.
2. Pendekatan pembelajaran bermain groups games
Groups games (permainan beregu) adalah permainan yang setiap
pesertanya harus menjadi bagian dari sebuah regu. Jumlah anggota tergantung
jenis permainan yang hendak dimainkan. Permainan ini sangat mengutamakan
kekompakan dan kerjasama antara anggota regu atau kelompok. Namun demikian
bukan tidak ada persaingan, tetapi yang terjadi adalah persaingan antar regu atau
kelompok. Permainan beregu dapat membangkitkan kepekaan diri seorang
anggota kelompok terhadap anggota lainnya dalam kelompok, timbul partisipasi
yang spontan dalam rangka mencapai tujuan bersama, pemberian motivasi kepada
siswa yang lain dalam kelompoknya untuk melakukan gerakan yang benar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
sungguh-sungguh, sehingga menjadikan peningkatan hasil belajar dapat dirasakan
serempak, siswa dapat merasakan bersama dampak permainan beregu terhadap
peningkatan kemampuan gerak dasar dikarenakan akifitas secara berkelompok.
3. Kelompok Umur
Kelompok umur merupakan variabel atributif yang melekat pada setiap
orang. Dalam penelitian ini siswa dibagi menjadi dua kelompok, yakni ; (a)
Kelompok 1 : sesuai dengan observasi yang telah dilakukan maka yang termasuk
kelompok ini adalah siswa yang berusia antara 6,01 tahun sampai 7,00 tahun. (b)
Kelompok 2 : sesuai dengan observasi yang telah dilakukan maka yang termasuk
kelompok ini adalah siswa yang berusia antara 7.01 tahun sampai 8,00 tahun.
4. Kemampuan Gerak dasar
Kemampuan gerak dasar merupakan variabel terikat dalam penelitian ini,
komponen dalam gerak dasar terdapat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4. Komponen Gerakan Ketrampilan Dasar (Sukintaka, 2001: 19)
Lokomotor · Jalan · Lari · Merangkak · Lompat · Loncat Kombinasi · Menderap · Memanjat · Slide · Rolling
Manipulatif · Menendang · Memukul · Melempar · Memantul · Mengontrol · Menangkap · Dll
Non Lokomotor/ Stabilitas · Peregangan · Memutar · Menarik · Mendorong · Membungkuk · Dll
Komponen Gerak Dasar
Kemampuan gerak dasar merupakan kualitas hasil gerak individu dalam melakukan gerak dengan pelaksanaan dan peragaan yang terampil. yang mana bisa diketahui melalui tes Standing Broad Jump, Shot-put, dan berat badan. (Barry L. Jhonson & Jack K. Nelson.1969 :118-119)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
E. Populasi dan Sampel.
1. Populasi
Populasi adalah sejumlah atau seluruh individu yang akan dijadikan
obyek penelitian, dan keseluruhan individu tersebut paling sedikit mempunyai
satu sifat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putra
Sekolah Dasar Muhammadiyah Program Khusus Surakarta berumur 6 – 8 tahun
yang berjumlah 82 siswa, yang terbagi menjadi dua kelompok yakni, kelompok
umur 6,01 – 7,00 tahun berjumlah 39 siswa dan kelompok umur 7,01 – 8,00 tahun
berjumlah 43 siswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel itu harus
representative, artinya segala karakteristik populasi hendaknya tercermin pula
dalam sampel yang diambil. Selain harus dikumpulkan data yang benar,
samplingpun harus dilakukan dengan benar dan mengikuti cara-cara yang dapat
dipertanggungjawabkan agar kesimpulannya dapat dipercaya.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa putra Sekolah Dasar
Muhammadiyah Program Khusus Surakarta yang berumur 6-8 tahun yang
berjumlah 40 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
tehnik purposive random sampling, yaitu dengan menggunakan sampel penelitian
berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : (a) Siswa putra yang berumur
antara 6 – 8 tahun, (b) Bersedia mengikuti perlakuan yang sudah diprogramkan.
(c) Sehat jasmani dan rohani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Setelah seluruh populsi dipilih sesuai dengan ketentuan-ketentuan diatas,
masing-masing siswa diberikan hak yang sama untuk dipilih menjadi sampel
penelitian tanpa pengecualian dengan cara undian.
F. Kerangka Operasional Penelitian.
Gambar 5. Kerangka Operasional Penelitian.
POST –TEST KEMAMPUAN GERAK DASAR
KELOMPOK UMUR 7.01-8,00
TAHUN (10 orang)
KELOMPOK UMUR 7,01-8,00
TAHUN (10 orang)
Ø KOMPETISI Ø KEMANDIRIAN SISWA Ø KONDISI FISIK Ø KESEGARAN JASMANI
Ø SOLIDARITAS Ø TOLERANSI Ø MOTIVASI GERAKAN Ø KESEGARAN JASMANI
PERMAINAN PERORANGAN
PRE –TEST KEMAMPUAN GERAK DASAR
PERMAINAN BEREGU
KELOMPOK UMUR 6,01-7,00
TAHUN (10 orang)
KELOMPOK UMUR 6,01-7,00
TAHUN (10 orang)
POPULASI PENELITIAN (82 ORANG)
PURPOSIVE RANDOM SAMPLING (40 ORANG)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
G. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan tes dan pengukuran. Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan
bagaimana teknik pengumpulan data ; Pertama, kelompok umur diambil
berdasarkan hasil observasi, data hasil observasi tersebut dipakai untuk
mengelompokkan sampel yang memiliki kelompok umur antara 6,01 – 7,00 dan
7,01 – 8,00 tahun. Kedua, Kemampuan gerak dasar diperoleh dengan General
Motor Ability Tes (Barry & Nelson 1969 : 118). Validitas dan reliabilitas kedua
data sebagai berikut :
Tabel 4. Validitas, General motor ability test (Barry & Nelson 1969 : 118).
No Jenis data Validitas Reliabilitas
1.
2.
Kelompok umur
General motor ability test
-
0.82
-
-
Tabel 5. Reliabilita Strand, Brandford N, Wilson dikutip Mulyono B(2010: 49)
Kategori Reliabilitas
Tinggi Sekali
Tinggi
Cukup
Kurang
Tidak Signifikan
0,95 – 0,99
0,90 – 0,94
0,80 – 0,89
0,70 – 0,79
0,60 – 0,69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
H. Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis penelitian, analisis data diselesaikan dengan
teknik analisis varian (ANAVA) rancangan penelitian dengan faktorial 2 x 2 pada
a = 0,05 dan jika F0 – nya signifikan analisis dilanjutkan dengan uji rentang
newman – keuls (Sudjana, 1992: 36-40). Untuk memenuhi asumsi dalam
teknikanava, maka dilakukan uji normalitas ini dilakukan (Uji Liliefors) dan uji
Homogenitas Varians (dengan uji Bartlett) (Sudjana, 1992 : 261-264).
Penggunaan uji normalitas dilandasakan pada beberapa alasan (1) pada
kenyataanya distribusi dari beberapa variabel adalah mendekati normal (2)
distribusi normal relatif mudah dilakukan secara matematis (3) meskipun pada
dasarnya distribusi suatu variabel tidak mengikuti distribusi normal, jika cacah
sampel ditambah (ukuran sampel diperbesar) maka variabel tersebut akan
cenderung berdistribusi normal.(Siswandari, 2006 : 107)
Uji normalitas ini dilakukan untuk memenuhi apakah data yang digunakan
dalam penelitian berasal dari sampel distribusi normal atau tidak.sedangkan uji
homogenitas variansi dilakukan untuk memenuhi apakah kedua kelompok
perlakuan berasal dari populasi yang memiliki variasi homogen atau
tidak.prosedur dan langkah – langkah analisis data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Pengujian Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Liliefors
(Sudjana, 1992: 466). Prosedur pengujian normalitas adalah sebagai
berikut :
1) Pengamatan x1, x2, ………….xn dijadikan bilangan baku z1, z2,
………zn dengan menggunakan rumus :
s
xxz
-= 1
1
keterangan :
x1 = Nilai tiap kasus
x = Rata-rata
s = Simpangan baku
2) Untuk tiap bilangan baku ini dapat menggunakan daftar normal baku,
kemudian dihitung peluang F(z1) = P(z ≤ z1)
3) Selanjutnya dihitung proposi z1, z2, ………………zn yang lebih kecil atau
sama dengan z1. jika proporsi dinyatakan oleh S(z1).
Maka S(z1) = N
zz n 121 z yang .............,z Banyaknya £
4) Hitung selisih F(z1) - S(z1) kemudian ditentukan harga mutlaknya
5) Ambil harga yang paling besar diantara harga mutlak, selisih tersebut
sebagai Lhitung
b. Uji Homogenitas
Uji homogitas dilakukan dengan uji bartlet. Langkah-langkah pengujian
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom-kolom kelompok
sampel; dk (n-1) ; 1/dk ; SD12 ; dan (dk) log SD1
2.
2) Menghitung variasi gabungan dari semua sampel
Rumusnya :SD2 = )1(
)1( 2
--n
SDn…………. (1)
B = log SD1 (n - 1)2
3) Menghitung x2
Rumusnya : x2 = (Ln) B-(n-1) Log SD1 ………… (2)
Dengan (Ln 10) = 2,3026
Hasilnya (x2hitung ) kemudian dibandingkan dengan x2
tabel
Pada taraf signifikasi α = 0,05 dan dk (n-1)
4) Apabila x2hitung < x2 tabel, maka H0 diterima
Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila x2hitung <
x2 tabel, maka H0 ditolak. Artinya varians sampel bersifat homogen.
2. Analisis Data
a. ANAVA Rancangan Faktorial 2x2
1) Metode AB untuk perhitungan Anava Dua Faktor
Tabel 6. Ringkasan Anava untuk eksperimen faktorial 2 x 2
Sumber Variasi Dk JK RJK F0
Rata-rata
Perlakuan
A
B
1
a-1
b-1
(a-1) (b-1)
Ry
Ay
By
ABy
R
A
B
AB
A / E
B / E
AB / E
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
AB
Kekeliruan
ab (n-1) Ey E
Keterangan :
A = Taraf faktorial A
B = Taraf faktorial B
N = Jumlah sampel
Langkah-langkah perhitungan
a) å åå= =
=a
i
b
jijYY
1 1
22
b) Ry = abn
Ya
i
b
jijåå
= =1 1
2
c) Jab = åå= =
-a
i
b
j
RyJij1 1
2 )(
d) Ay = å=
-a
i
RybnA1
21 )/(
e) By = å=
-b
j
RyanB1
21 )/(
f) Aby = Jab – Ay – By
g) Ey = Y2 – Ry – Ay – By = Aby
2) Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika F ≥ F (1-α) (V1 – V2), maka hipotesis nol ditolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Jika F ≤ F (1-α) (V1 – V2), maka hipotesis nol diterima
Dengan : dk pembilang V1(k-1) dan dk penyebut V2 – (n1 + …..nk-k),
α taraf signifikansi untuk pengujian hipotesis.
b. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Anava
Menurut Sudjana (1992: 36) langkah-langkah untuk melakukan uji Newman-
Keuls adalah sebagai berikut:
1. Susun K buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya, dan yang
paling kecil sampai kepada yang besar.
2. Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJKe disertai dk-nya
3. Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk tiap perlakuan dengan rumus :
Sy = N
RJK kekeliruanE )(
RJK (kekeliruan) juga didapat dari hasil rangkaian ANAVA
4. Tentukan taraf signifikasi α, lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji
Newman-Keuls, diambil v = dk dari RJK (kekeliruan) dan p = 2,3 ….k
harga-harga yang didapat dari daftar sebanyak (K-1) untuk v dan p supaya
dicatat.
5. Kalikan harga-harga yang didapat di titik …… diatas masing-masing
dengan Sy, dngan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang
signifikan terkecil (RST).
6. Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari p-k selisih
rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RSJ untuk p + (K-1),
dan seterusnya. Dengan jalan begini semua akan ada ½ k (k-1) pasangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
yang harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat lebih besar dari
RST-nya masing-masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikansi dianatara rata-rata perlakuan.
c. Hipotesis Statistik
Untuk memudahkan dalam pengujian hipotesis, maka perlu dirumuskan
hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) sebagai berikut :
Hipotesis 1 H0 : µ a1 = µ a2
H1 : µ a1 ≠ µ a2
Hipotesis 2 H0 : µ b1 = µ b2
H1 : µ b1 ≠ µ b2
Hipotesis 3 H0 = µ a1 b2 = µ a2 b1
H1 = µ a1 b2 ≠ µ a2 b1
Hipotesis 4 H0 = µ a2 b1 = µ a1 b1
H1 = µ a2 b1 ≠ µ a2 b1
Keterangan
a = Pendekatan pembelajaran bermain
b = Kelompok umur
µ a1 = Rata – rata kelompok dengan pendekatan pembelajaran bermain
individual games yang memiliki umur 6,01 – 7,00 tahun.
µ a2 = Rata – rata kelompok dengan pendekatan pembelajaran bermain
individual games yang memiliki umur 7,01 – 8,00 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
µ b1 = Rata-rata kelompok dengan pendekatan pembelajaran bermain
groups games yang memiliki umur 6,01 – 7,00 tahun.
µ b2 = Rata-rata kelompok dengan pendekatan pembelajaran bermain groups
games yang memiliki umur 7,01 – 8,00 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.
Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada
tes awal dan tes akhir kemampuan gerak dasar. Berturut-turut berikut disajikan
mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan
pembahasan hasil penelitian.
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data hasil tes kemampuan gerak dasar yang
dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan disajikan sebagai berikut:
Tabel 7. Deskripsi data hasil tes kemampuan gerak dasar tiap kelompok
berdasarkan pendekatan pembelajaran bermain dan usia siswa
Perlakuan Kelompok
umur
Statistik Hasil
Tes Awal
Hasil
Tes Akhir
Peningkatan
Pendekatan
pembelajaran
bermain
Individual
games
6,01 – 7,00
tahun
Jumlah 1460,1 1484,87 24,75
Rerata 146,01 148,48 2,25
SD 4,29 5,39 4,50
7,01 – 8,00
tahun
Jumlah 1602 1583,62 18,37
Rerata 160,87 158,36 1,89
SD 3,05 4,22 1,83
Pendekatan
pembelajaran
bermain
groups
games
6,01 – 7,00
tahun
Jumlah 1608,12 1625 16,87
Rerata 160.8 162,50 2,10
SD 12,80 14,15 2,28
7,01 – 8,00
tahun
Jumlah 1567,87 1595,5 27,62
Rerata 156,78 159,55 3,15
SD 4,50 5,61 3,45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambaran menyeluruh dari nilai rata
dapat dibuat histogram perbandingan nilai
Gambar 6. Histogram nilai
gerak dasar tiap
Keterangan :
A1 = Kelompok pendekatan pembelajaran bermain
A2 = Kelompok pendekatan pembelajaran bermain
B1 = Kelompok siswa usia 6
B2 = Kelompok siswa usia 7
= Hasil tes awal
= Hasil tes akhir
Hal-hal yang menarik dari nilai
sebagai berikut:
1. Jika antara kelompok siswa yang mendapat
individual games dan
bahwa kelompok perlakuan dengan
148
150
152
154
156
158
160
162
Individual games (A1)
menyeluruh dari nilai rata-rata kemampuan gerak dasar
dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:
ilai rata-rata hasil tes awal dan tes akhir kemampuan
iap kelompok berdasarkan permainan dan usia siswa
pendekatan pembelajaran bermain Individual games
pendekatan pembelajaran bermain groups games
siswa usia 6,01 – 7,00 tahun
siswa usia 7,01 – 8,00 tahun
hal yang menarik dari nilai-nilai yang terdapat dalam tabel di atas adalah
Jika antara kelompok siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran bermain
dan groups games dibandingkan, maka dapat diketahui
bahwa kelompok perlakuan dengan pendekatan pembelajaran bermain
Groups games (A2)
Usia 6,01-7,00 (B1)
Usia 7,01-8,00 (B2)
Series1
Series2
107
gerak dasar maka
emampuan
usia siswa
Individual games
nilai yang terdapat dalam tabel di atas adalah
pendekatan pembelajaran bermain
dibandingkan, maka dapat diketahui
pendekatan pembelajaran bermain groups
Series1
Series2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
games memiliki peningkatan kemampuan
pada kelompok dengan pendekatan pembelajaran bermain
2. Jika antara kelompok siswa
tahun dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok siswa
8,00 tahun memiliki peningkatan kemampuan
kelompok siswa usia 6,01
3. Agar nilai rata-rata peningkatan kemampuan
kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai peningkatan kemampuan
gerak dasar pada tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram
sebagai berikut:
Gambar 7. Histogram nilai rata
tiap kelompok p
Keterangan :
A1B1 = Kelompok pendekatan pembelajaran bermain
siswa usia 6,01 – 7
-20.0
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
140.0
160.0
180.0
A1B1
memiliki peningkatan kemampuan gerak dasar yang lebih tinggi dari
dengan pendekatan pembelajaran bermain individual games
tara kelompok siswa usia 6,01 – 7,00 tahun dan siswa usia 7,01
dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok siswa usia 7
memiliki peningkatan kemampuan gerak dasar lebih tinggi dari pada
,01 – 7,00 tahun.
rata peningkatan kemampuan gerak dasar yang dicapai tiap
kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai peningkatan kemampuan
pada tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram
Histogram nilai rata-rata peningkatan kemampuan gerak dasar
tiap kelompok perlakuan.
pendekatan pembelajaran bermain individual games
7,00 tahun
A1B2 A2B1 A2B2
Tes Awal
Tes Akhir
Gain Score
108
yang lebih tinggi dari
individual games.
,01 – 8,00
usia 7,01 –
lebih tinggi dari pada
yang dicapai tiap
kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai peningkatan kemampuan
pada tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram
gerak dasar pada
individual games dengan
Tes Awal
Tes Akhir
Gain Score
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
A1B2 = Kelompok pendekatan pembelajaran bermain individual games dengan
siswa usia 7,01 – 8,00 tahun
A2B1 = Kelompok pendekatan pembelajaran bermain groups games dengan siswa
usia 6,01 – 7,00 tahun
A2B2 = Kelompok pendekatan pembelajaran bermain groups games dengan siswa
usia 7,01 – 8,00 tahun
B. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes dilakukan uji reliabilitas pada
tes awal dan tes akhir kemampuan gerak dasar. Hasil uji reliabilitas data
kemampuan gerak dasar kemudian dikategorikan, dengan menggunakan pedoman
tabel koefisien korelasi dari Strad & Wilson yang dikutip Mulyono B. (2010: 49),
yaitu :
Tabel 8. Range Kategori Reliabilitas
Kategori Reliabilitas
Tinggi Sekali
Tinggi
Cukup
Kurang
Tidak Signifikan
0,95 – 0,99
0,90 – 0,94
0,80 – 0,89
0,70 – 0,79
0,60 – 0,69
Adapun hasil uji reliabilitas data kemampuan gerak dasar pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data
Variabel Reliabilitas Kategori
a. Tes Awal Standing board jump 0,84 Cukup
b. Tes Awal Tolak Peluru 0,97 Tinggi Sekali
c. Tes Akhir Standing board Jump 0,84 Cukup
d. Tes Akhir Tolak Peluru 0,97 Tinggi Sekali
C. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji terdistribusii kenormalannya.
Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji
normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok
Perlakuan
N M SD Lhitung Ltabel 5% Kesimpulan
KP1 10 146,01 4,29 0,1534 0,190 Berdistribusi Normal
KP2 10 160,2 3,05 0,1777 0,190 Berdistribusi Normal
KP3 10 160,81 11,45 0,1253 0,190 Berdistribusi Normal
KP4 10 156,78 4,43 0,1351 1,90 Berdistribusi Normal
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP1 diperoleh nilai Lo =
0.1534. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
signifikansi 5% yaitu 0.190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada
KP1 termasuk berterdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan
pada KP2 diperoleh nilai Lo = 0.1777, yang ternyata lebih kecil dari angka batas
penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.190. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP2 termasuk berterdistribusi
normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP3 diperoleh nilai Lo =
0.1253. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan
signifikansi 5% yaitu 0.190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada
KP3 termasuk berterdistribusi normal. Adapun dari hasil uji normalitas yang
dilakukan pada KP4 diperoleh nilai Lo = 0.1351, yang ternyata juga lebih kecil dari
angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.190.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP4 juga termasuk
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara
kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan
dengan uji Bartlett. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2
adalah sebagai berikut
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
∑
Kelompok
Ni SD2gab χ2
o χ2tabel 5% Kesimpulan
4 10 16,056 1,4189 7.81 Varians homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2o = 1,4189. Sedangkan dengan
K - 1 = 4 – 1 = 3, angka χ2tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai χ2
o = 1,4189
lebih kecil dari χ2tabel 5% = 7.81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara
kelompok dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan
interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai
langkah-langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis
varians dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji.
Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab
II.
Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai
berikut:
Tabel 12. Ringkasan Nilai Rata-rata Kemampuan Gerak Dasar Berdasarkan
Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Usia Siswa
Variabel
Rerata
Kemampuan
Gerak Dasar
A1
A2
B1 B2 B1 B2
Hasil tes awal 146,01 160,87 160,81 156,78
Hasil tes akhir 148,48 158,36 162,50 159,55
Peningkatan 2,25 1,89 2,10 3,15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Keterangan :
A1 = Pendekatan pembelajaran bermain Individual games.
A2 = Pendekatan pembelajaran bermain groups games
B1 = Kelompok siswa Usia 6,01 – 7,00 Tahun
B2 = Kelompok siswa Usia 7,01 – 8,00 Tahun
Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Penggunaan Pendekatan
Pembelajaran Bermain (A1 dan A2)
Sumber
Variasi dk JK RJK Fo Ft
A 1 324,18 324,18 6,56 4.11
Kekeliruan 36 1777,50 49,37
Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Usia Siswa (B1 dan B2)
Sumber
Variasi dk JK RJK Fo Ft
B 1 258,19 258,19 5,22 4.11
Kekeliruan 36 1777,50 49,37
Tabel 15. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor
Sumber
Variasi Dk JK RJK Fo Ft
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Rata-rata
Perlakuan 1 972855,08 072855,08
A 1 324,18 324,18 6,56 4,11
B 1 258,19 258,19 5,22
AB 1 829,23 829,23 16,79
Kekeliruan 36 1777,50 49,37
Total 40
Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians
KP A2B2 A2B1 A1B2 A1B1 RST
Rerata
A2B2 146,01 - - - -
A2B1 156,78 10,77 * - - - 6,42
A1B2 160,20 14,18 * 3,41 - - 7,73
A1B1 160,81 14,8 * 4,02 0,61 - 8,53
Keterangan :
Yang bertanda * signifikan pada P £ 0,05.
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis
sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis I
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran
bermain Individual games memiliki peningkatan yang berbeda dengan pendekatan
pembelajaran bermain groups games. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 6,56 >
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa
pendekatan pembelajaran bermain groups games memiliki peningkatan yang
berbeda dengan pendekatan pembelajaran bermain Individual games dapat diterima
kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata pendekatan
pembelajaran bermain groups games memiliki peningkatan yang lebih baik dari
pada pendekatan pembelajaran bermain Individual games, dengan rata-rata
peningkatan masing-masing yaitu 2,63 dan 2,07.
2. Pengujian Hipotesis II
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa usia 6,01 – 7,00 tahun
memiliki peningkatan kemampuan gerak dasar yang berbeda dengan siswa usia
7,01 – 8,00 tahun. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 5,22 > Ftabel = 4.11. Dengan
demikian hipotesa nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa siswa usia 6,01 – 7,00
tahun memiliki peningkatan kemampuan gerak dasar yang berbeda dengan siswa
usia 7,01 – 8,00 tahun dapat diterima kebenarannya.
Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata siswa usia 7,01 – 8,00 tahun
memiliki peningkatan kemampuan gerak dasar yang lebih baik dari pada siswa usia
6,01 – 7,00 tahun, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 2,52 dan
2,15.
3. Pengujian Hipotesis III
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara pengaruh
pendekatan pembelajaran bermain dan usia sangat bermakna terhadap peningkatan
kemampuan gerak dasar. Karena Fhitung = 16,79 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian
hipotesa nol ditolak. Yang berarti bahwa keberhasilan pendekatan pembelajaran
bermain dipengaruhi oleh tingkat usia siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut
mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian
hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu : (a) ada
perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian (b) ada
interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi dua
faktor. Kelompok kesimpulan analisis tersebut dapat dipaparkan lebih lanjut
sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh antara Pendekatan Pembelajaran Bermain
individual games dan groups games Terhadap Kemampuan Gerak Dasar
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh
yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan pendekatan pembelajaran
bermain individual games dan groups games terhadap peningkatan kemampuan
gerak dasar. Pada kelompok siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran
bermain groups games mempunyai peningkatan kemampuan gerak dasar yang
lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang mendapat pendekatan
pembelajaran bermain individual games.
Pendekatan pembelajaran bermain groups games memiliki kelebihan
dalam hal semangat kompetisi dan kerjasama siswa dalam melakukan gerakan,
yaitu siswa lebih semangat melakukan gerakan karena kompetisi dan kerjasama
antar kelompok siswa sehingga akan memungkinkan siswa meningkat kemampuan
geraknya dikarenakan melakukan gerak dasar dengan sempurna.
Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan
bahwa perbandingan rata-rata peningkatan persentase kemampuan gerak dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
yang dihasilkan dengan pendekatan pembelajaran bermain groups games lebih
tinggi daripada dengan pendekatan pembelajaran bermain Individual games.
2. Perbedaan Kemampuan Gerak Dasar siswa usia 6,01 – 7,00 tahun dan
siswa usia 7,01 – 8,00 tahun
Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan pengaruh
yang nyata antara kelompok siswa usia 6.01 – 7,00 tahun siswa usia 7,01 – 8,00
tahun terhadap kemampuan gerak dasar. Pada kelompok siswa usia 7,01 – 8,00
tahun mempunyai peningkatan kemampuan gerak dasar lebih tinggi dibanding
kelompok siswa usia 6,01 – 7,00 tahun.
Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan
bahwa perbandingan rata-rata peningkatan kemampuan gerak dasar pada siswa usia
7,01 – 8,00 tahun lebih tinggi dari pada kelompok siswa usia 6,01 – 7,00 tahun.
3. Pengaruh Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Usia
Siswa terhadap Kemampuan gerak Dasar
Dari tabel 13 ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa
faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi
yang nyata. Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel
17 dibawah ini.
Tabel 17. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B
Terhadap Kemampuan Gerak dasar
Faktor A = Jenis Permainan
B = Usia Siswa
Taraf A1 A2 Rerata A1 – A2
B1 2,25 2,10 2,17 0,15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
B2 1,89 3,15 2,52 1,26
Rerata 2,07 2,62 2,34
B1 – B2 0,36 1,05 -
Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 8. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Kemampuan
Gerak Dasar
Keterangan :
135
140
145
150
155
160
165
A1 A2
Series1
Series2
135
140
145
150
155
160
165
1 2
B1
B2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
: A1 = Pendekatan pembelajaran bermain individual games
: A2 = Pendekatan pembelajaran bermain groups games
: B1 = Usia siswa 6,01 – 7,00 tahun
: B2 = Usia siswa 7,01 – 8,00 tahun
Atas dasar gambar 5 di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai
kemampuan gerak dasar adalah persimpangan. Garis tersebut memiliki suatu titik
pertemuan antara penggunaan pendekatan pembelajaran bermain dan usia siswa.
Berarti terdapat interaksi yang signifikan diantara keduanya. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa usia siswa memiliki pengaruh yang bermakna terhadap
kemampuan gerak dasar.
Keefektifan penggunaan pendekatan pembelajaran bermain untuk
meningkatkan kemampuan gerak dasar dipengaruhi oleh usia siswa. Berdasarkan
hasil penelitian yang dicapai, ternyata siswa usia 7,01 – 8,00 tahun memiliki
peningkatan kemampuan gerak dasar yang besar jika menggunakan pendekatan
pembelajaran bermain groups games. Siswa usia 6,01 – 7,00 tahun lebih baik jika
dilatih dengan pendekatan pembelajaran bermain Individual games.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kesimpulan analisis data dan pembahasannya, yang telah
diungkapkan pada BAB IV, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain antara individual
games dan groups games terhadap kemampuan gerak dasar. Pengaruh
pendekatan pembelajaran bermain groups games lebih baik daripada
individual games.
2. Ada perbedaan kemampuan gerak dasar yang bermakna antara siswa usia
6,1 – 7,0 tahun dan siswa usia 7,01 – 8,00 tahun. Peningkatan kemampuan
gerak dasar pada siswa usia 7,01 – 8,00 tahun lebih baik daripada siswa usia
6,1 – 7,0 tahun.
3. Terdapat pengaruh interaksi yang bermakna antara pendekatan pembelajaran
bermain dan usia terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar.
a). Siswa usia 6,1 – 7,0 tahun lebih cocok jika diberikan pendekatan
pembelajaran bermain individual games.
b). Siswa usia 7,01 – 8,00 tahun lebih cocok jika diberikan pendekatan
pembelajaran bermain groups games.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
B. Implikasi
Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide
yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar
kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut:
1. Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, memberikan implikasi bahwa
dalam merancang program pembelajaran, khususnya dalam menentukan
pendekatan pembelajaran bermain yang akan digunakan untuk meningkatkan
kemampuan gerak dasar, para pengajar perlu memperhatikan pilihan-pilihan
metode, teknik dan strategi secara tepat. Metode atau bentuk permainan yang
digunakan dalam proses pembelajaran harus dipertimbangkan efektifitas dan
efisiensi dari metode tersebut dalam mencapai hasil pembelajaran yang
maksimal.
2. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendekatan pembelajaran bermain
dengan groups games memperoleh hasil yang lebih baik dan optimal dalam
pembelajaran. Kebaikan pendekatan pembelajaran bermain groups games ini
dapat dipergunakan sebagai solusi bagi pengajar dan pelatih dalam upaya
meningkatkan kemampuan gerak dasar.
3. Dalam proses pendekatan pembelajaran bermain untuk meningkatkan
kemampuan gerak dasar, karakteristik siswa yang perlu diperhatikan dan
menjadi dasar untuk menetukan pendekatan pembelajaran bermain yang akan
digunakan adalah kelompok umur. Siswa usia 6,1 – 7,0 tahun lebih cocok jika
diberikan pendekatan pembelajaran bermain individual games sedangkan
siswa usia 7,01 – 8,00 tahun lebih cocok jika diberikan pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
pembelajaran bermain groups games. Dalam penjelasan diatas maka
perbedaan siswa dalam hal usia akan membawa implikasi bagi pengajar dalam
menentukan metode pendekatan pembelajaran bermain yang tepat dalam
meningkatkan kemampuan gerak dasar.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan melihat hasilnya, maka
dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Kepada guru pendidikan jasmani hendaknya lebih memilih pendekatan
pembelajaran bermain dengan groups games dalam upaya meningkatkan
kemampuan gerak dasar siswa, meskipun sebenarnya kedua jenis pendekatan
pembelajaran bermain tersebut sama-sama dapat meningkatkan kemampuan
gerak dasar. Selain itu guru juga harus memperhatikan faktor usia.
2. Kepada peneliti lain disarankan untuk mengadakan penelitian dengan
menambah variabel lain yang dapat menunjang keberhasilan belajar dan
meningkatkan kemampuan gerak dasar. Selain jumlah variabel ditambah,
hendaknya juga diadakan penelitian dengan menggunakan sampel yang lebih
besar.