1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan Subarachnoid (PSA) merupakan gangguan mekanikal sistem
vaskuler pada intrakranial yang menyebabkan masuknya darah ke dalam Ruang
Subarachnoid1. Sekitar 80% Perdarahan Subarachnoid disebabkan oleh ruptur
aneurisma vaskular Intracranial dan 20% disebabkan oleh trauma kepala,
Malformasi Arterio Venosa (MAV) atau ruptur aneurisma mikotik. Aneurisma
terjadi apabila terdapat gangguan pada Lamina Elastis Interna atau dinding arterial
yang bisa menyebabkan ruptur. Kebanyakan pasien yang mengalami ruptur
berusia di antara 35 hingga 65 tahun. Aneurisma sering terjadi pada Bifurcatio
Arteri Serebri atau cabangnya. 85% aneurisma terletak pada Sirkulasi Anterior
dan 15% aneurisma terletak pada Sirkulasi Posterior. Aneurisma multipel di
identifikasi pada 15 hingga 20% pasien. Arteri Serebri terletak di dalam Ruang
Subarachnoid maka apabila terjadi ruptur dapat menyebabkan Perdarahan
Subarachnoid2,3.
Ruptur aneurisma intrakranial dapat menyebabkan kematian pada sebagian
pasien dan sebagian pasien yang masih hidup akan mengalami defisit neurologik
yang disebabkan oleh komplikasi seperti perdarahan ulang, vasospasme atau
hidrosefalus. Penatalaksanaan Perdarahan Subarachnoid memerlukan teknik
intervensi bedah saraf dan perawatan Intensive Care Unit (ICU) yang baik3.
1
2
Di Amerika Insiden tahunan PSA aneurisma non-traumatik adalah 6-25
kasus per 100.000. Lebih dari 27.000 orang Amerika menderita ruptur aneurisma
intrakranial setiap tahunnya. Insiden tahunan meningkat seiring dengan usia dan
mungkin dianggap remeh karena kematian dihubungkan dengan penyebab lain
yang tidak dapat dipastikan dengan autopsi. Secara Internasional beragam insiden
PSA telah dilaporkan pada daerah lain di dunia (2-49 kasus per 100.000)4.
Insiden bagi Perdarahan Subarachnoid lebih tinggi pada pria daripada
wanita bagi usia di bawah 40 tahun tetapi pada usia lebih dari 40 tahun
perbandingan wanita : pria adalah 3:2. Di Amerika Serikat, dilaporkan terdapat 6
hingga 28 kasus per 100.000 orang per tahun. Perdarahan subarachnoid sering
terjadi pada usia lebih daripada 50 tahun dan insiden tertinggi terjadi pada usia 50
hingga 60 tahun. Penyebab kongenital bisa memicu Perdarahan Subarachnoid
misalnya pada kejadian aneurisma multipel. Insiden dapat meningkat bagi pasien
dengan penyakit sistemik herediter1.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan referat ini diantaranya adalah untuk memberikan
gambaran ringkas mengenai Gambaran CT-Scan Perdarahan Subarachnoid.
1.3 Mafaat Penulisan
Referat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis serta
pembaca mengenai Gambaran CT-Scan Perdarahan Subarachnoid. Selain itu,
referat ini juga akan dijadikan untuk melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik
di bagian Radiologi FKU Malahayati.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Meningea terdiri daripada tiga lapisan membran penghubung yang
memproteksi Otak dan Medulla Spinalis. Dura Mater adalah membran yang
paling superfisial dan tebal. Dura Mater meliputi Falx Serebri, Tentorium
Serebelli dan Falx Serebelli. Dura Mater membantu memfiksasi otak di dalam
tulang kepala. Membran Meningea seterusnya adalah sangat tipis yang dinamakan
Arachnoid Mater. Ruang antara membran ini dengan Dura Mater dinamakan
ruang Subdural dan mempunyai sangat sedikit cairan serosa. Lapisan Meningea
yang ketiga adalah Pia mater yang melapisi permukaan otak. Antara Arachnoid
Mater dan Pia Mater mempunyai ruang Subarachnoid di mana terdapat banyak
pembuluh darah dan dipenuhi dengan cairan Serebrospinal5.
Gambar 1: membran meningea pada permukaan otak.
3
4
Gambar 2: Lapisan Carpalia dan Otak
Walaupun berat otak adalah 2% daripada jumlah total berat badan namun
otak menerima 15 hingga 20% darah yang dipompa oleh jantung. Darah tiba di
otak melalui Arteri Carotis Interna dan Arteri Vertebralis. Arteri Vertebralis
bergabung membentuk Arteri Basilaris yang berada pada ventral batang otak.
Arteri Basilaris dan Arteri Carotis Interna membentuk Sirkulus Willisi. Cabang-
cabang dari Sirkulus Willisi dan dari Arteri Basilaris mensuplai darah ke otak5.
Kortex Serebri pada otak kiri dan kanan disuplai dengan darah oleh tiga
cabang arteri dari Sirkulus Willisi yaitu; Arteri Serebri Anterior, Arteri Serebri
Media dan Arteri Serebri Posterior. Arteri Serebri Media mensuplai darah pada
permukaan lateral otak. Arteri Serebri Anterior mensuplai darah pada bagian
medial Lobus Parietalis dan Frontalis. Arteri Serebri Posterior mensuplai
darah pada Lobus Occipital dan permukaan Medial Lobus Temporal. Arteri
5
Serebri dan cabangnya terletak dalam Ruang Subarachnoid. Cabang arteri
meninggalkan Ruang Subarachnoid dan memasuki Pia Mater. Cabang pre kapiler
meninggalkan Pia Mater dan memasuki otak. Arteri di dalam otak membentuk
kapiler5.
Gambar 3: arteri-arteri intrakranial.
2.2 Pengertian
Perdarahan Subarachnoid adalah perdarahan ke dalam rongga diantara
otak dan selaput otak (rongga subarachnoid). Perdarahan subarachnoid merupakan
penemuan yang sering pada trauma kepala akibat dari robeknya pembuluh darah
leptomeningeal pada vertex di mana terjadi pergerakan otak yang besar sebagai
dampak, atau pada sedikit kasus, akibat rupturnya pembuluh darah Serebral
Major6.
Subarachnoid Hemorrhage (SAH) atau Perdarahan Subarachnoid (PSA)
menyiratkan adanya darah di dalam ruang Subarachnoid akibat beberapa proses
patologis. SAH biasanya disebabkan oleh tipe perdarahan non-traumatik,
6
biasanya berasal dari ruptur aneurisma Berry atau arteriovenous malformation
(AVM)/malformasi arteriovenosa (MAV) dan trauma kepala4.
2.3 Etiologi
Perdarahan Subarachnoid non-traumatik adalah pendarahan di dalam
ruang Subarachnoid yang sering disebabkan oleh ruptur aneurisma Arteri Serebri
atau malformasi arteriovenosa. Ruptur aneurisma sakular melibatkan 75% kasus
dengan insiden 6 kasus per 100,000 orang per tahun. Hipertensi tidak dinyatakan
dengan jelas akan keterlibatannya dengan aneurisma tetapi peninggian tekanan
darah secara akut bisa menyebabkan ruptur. Malformasi arteriovenosa intrakranial
dapat menyebabkan perdarahan Subarachnoid sebanyak 10%, terjadi dua kali
lebih banyak pada pria dan sering terjadi perdarahan pada usia dekade kedua
hingga keempat walaupun insiden bisa terjadi sampai usia 60 tahun. Darah di
dalam ruang Subarachonoid bisa juga disebabkan oleh perdarahan Intraserebral,
strok emboli dan trauma7.
2.4 Patofisiologi
Aneurisma pada Arteri Serebri yang paling sering adalah aneurisma
sakular yang bersifat kongenital, di mana terjadi kelemahan dinding vaskuler
terutama yang terletak pada cabang-cabang arteri. Aneurisma sakular terjadi pada
Bifurcatio Arteri Intakranial dan bisa ruptur ke dalam ruang Subarachnoid di
dalam sisterna basalis. Sekitar 85% aneurisma terjadi pada Sirkulasi Anterior
terutama pada Sirkulus Willisi. 20% kasus dilaporkan terjadi aneurisma multipel.
Ukuran dan lokasi aneurisma sangat penting dalam menentukan risiko ruptur.
Aneurisma dengan diameter 7mm, terletak lebih tinggi dari Arteri Basilaris atau
7
berasal dari Arteri Comunikan Posterior mempunyai risiko yang tinggi untuk
ruptur7,8.
Infeksi sistemik seperti endokarditis bisa menyebar ke Arteri Serebri dan
menyebabkan aneurisma mikotik, dilaporkan sebanyak 2 hingga 3% kasus dari
ruptur aneurisma. Malformasi arteriovenosa adalah gangguan komunikasi
vaskuler di mana darah arterial memasuki system venous. Sering terjadi pada
Arteri Serebri Media8.
Ruptur aneurisma intrakranial bisa meningkatkan tekanan intrakranial dan
menyebabkan nyeri kepala. Tekanan intrakranial bisa mencapai tekanan perfusi
sistemik dan menurunkan sirkulasi darah secara akut, di mana bisa menyebabkan
penurunan kesadaran yang terjadi pada onset sekitar 50% dari pasien. Peningkatan
tekanan intrakranial secara cepat bisa menyebabkan perdarahan retina
subhyaloid8.
Gambar 4: Perdarahan Subarachnoid
8
Gambar 5: Aneurisma pada arteri cerebri
2.5 Diagnosis
a. Gejala Klinis
Kebanyakan aneurisma intrakranial yang belum ruptur bersifat
asimptomatik. Apabila terjadi ruptur pada aneurisma, tekanan intrakranial
meningkat. Ini bisa menyebabkan penurunan kesadaran secara tiba-tiba yang
terjadi sebagian daripada pasien. Penurunan kesadaran secara tiba-tiba sering
didahului dengan nyeri kepala yang hebat. 10% kasus pada perdarahan aneurisma
yang sangat hebat bisa menyebabkan penurunan kesadaran selama beberapa hari.
Nyeri kepala biasanya disertai dengan kaku kuduk dan muntah7.
Aneurisma pada arteri komunikan anterior atau Bifurcatio Arteri Serebri
Media bisa ruptur dan defisit yang sering terjadi adalah hemiparesis, afasia dan
abulia. Simptom prodromal bisa menunjukkan lokasi pembesaran aneurisma yang
belum ruptur. Paresis Nervus Cranialis III yang berkaitan dengan dilatasi pupil,
refleks cahaya negatif dan nyeri fokal di atas atau belakang mata bisa tejadi
9
dengan pembesaran aneurisma pada persimpangan antara Arteri Comunikan
Posterior dan Arteri Carotis Interna. Paresis Nervus Cranialis VI menunjukkan
aneurisma dalam sinus cavernosus. Gangguan ketajaman penglihatan bisa terjadi
dengan pembesaran aneurisma pada Arteri Serebri Anterior. Nyeri pada Occipital
dan Cervikal Posterior menunjukkan aneurisma pada Arteri Cerebellar Posterior
Inferior atau Arteri Serebellar Anterior Inferior7.
Aneurisma bisa mengalami ruptur kecil dan darah bisa masuk ke dalam
ruang Subarachnoid, ini dinamakan perdarahan sentinel. Nyeri kepala prodromal
dari ruptur kecil dilaporkan pada 30 hingga 50% aneurisma perdarahan
Subarachnoid. Nyeri kepala sentinel dapat muncul 2 minggu sebelum diagnosa
perdarahan Subarachnoid. Kebocoran kecil umumnya tidak memperlihatkan
tanda-tanda peningkatan intrakranial atau rangsang meningeal7.
b. Gambaran Radiologi
Computed tomography (CT) Scan adalah pilihan awal untuk mengevaluasi
perdarahan. Pada pasien yang mengeluh dengan mengatakan “nyeri kepala yang
sangat hebat” dapat di suspek perdarahan di dalam ruang Subarachnoid. Darah
yang berada dalam ruang Subarachnoid pada fasa akut mempunyai intensitas yang
sama dengan cairan Serebrospinal maka MRI tidak disarankan. Suspek dengan
kasus perdarahan Subarachnoid seharusnya dievaluasi dengan CT scan tanpa zat
kontras9.
CT scan bisa positif pada 90% kasus jika CT scan dilakukan dalam
beberapa hari selepas perdarahan. Pada CT scan, gambaran perdarahan
Subarachnoid menunjukkan peningkatan density (hiperdens) pada ruang cairan
10
Serebrospinal. Aneurisma sering terjadi pada Sirkulus Willisi maka pada CT scan,
darah tampak pada Cisterna Basalis. Perdarahan yang hebat bisa menyebabkan
seluruh ruang Subarachnoid tampak opasifikasi. Jika hasil CT scan negatif tetapi
terdapat gejala perdarahan Subarachnoid yang jelas, pungsi lumbal harus
dilakukan untuk memperkuatkan diagnosis10.
Perdarahan Subarachnoid non-traumatik harus dilakukan pemeriksaan
angiografi untuk mendeteksi aneurisma karena bisa terjadi perdarahan ulang.
Melalui pemeriksaan angiografi dapat dilakukan terapi intervensi neuroradiologi.
Perdarahan dari ruptur aneurisma bisa meluas sehingga ke parenkim otak dan
lebih jauh ke dalam sistem ventrikular. Perdarahan Subarachnoid yang hebat bisa
mengganggu absorpsi Cairan Serebrospinal dan hidrosefalus bisa terjadi11.
Gambar 6 : CT scan kepala normal dan CT scan kepala dengan SDH
11
Gambar 7: CT scan kepala di mana terdapat gambaran hiperdens dalam cisterna suprasellar (anak
panah besar) dan dalam fissura Sylvian (anak panah kecil) yang menunjukkan perdarahan
Subarachnoid.
Gambar 8: CT scan kepala di mana terdapat gambaran hiperdens dalam fissura Sylvian
(anak panah) yang menunjukkan perdarahan Subarachnoid.
12
Gambar 9: gambaran angiografi sirkulasi posterior menunjukkan gambaran aneurisma
(anak panah), terletak di antara Arteri Basilaris dan Arteri Serebri Posterior.
2.6 Diagnosis Banding
Riwayat nyeri kepala yang hebat secara tiba-tiba disertai dengan kaku
kuduk, pemeriksaan neurologik yang non-fokal dan perdarahan cairan spinal
adalah spesifik untuk perdarahan Subarachnoid. Hipertensi perdarahan
intraserebral juga bermanifestasi dengan perdarahan cairan spinal tetapi terdapat
penemuan fokal yang prominen pada pemeriksaan neurologik. Pada pemeriksaan
CT scan, perdarahan intraserebral memperlihatkan gambaran fokal, batas tegas,
berbentuk bulat pada otak yang menunjukkan darah beku dan biasanya multipel
yang dikelilingi dengan edema. Daerah yang sering terjadi perdarahan
intraserebral adalah Frontalis Inferior dan Lobus Temporalis Anterior, di mana
perdarahan sering pada subkortikal. Di diagnosis dengan ruptur aneurisma
mikotik jika terdapat gejala-gejala endokarditis. Pada pemeriksaan MRI,
13
aneurisma mikotik lebih banyak terjadi pada perifer berbanding aneurisma
sakular terutama pada cabang arteri komunikan media8,10.
2.7 Pengobatan
Semua pasien dengan SAH harus dievaluasi dan diobati secara darurat
dengan pemeliharaan jalan napas dan kardiovaskular fungsi. Setelah stabilisasi
awal, pasien harus dirujuk ke pusat-pusat dengan keahlian neurovaskular dan
sebaiknya dengan unit perawatan kritis khusus neurologis untuk mengoptimalkan
perawatan. Tujuan utama dari pengobatan adalah pencegahan rebleeding,
pencegahan dan pengelolaan vasospasme, dan pengobatan lainnya komplikasi
medis dan neurologis yaitu vasospasme, cerebral dan akut hydrocephalus13,14.
Penatalaksanaan standard termasuk istirahat dan tidak melakukan hal yang
berat, serta pemberian obat analgesik. Hiponatremia sering terjadi beberapa hari
selepas perdarahan Subarachnoid. Pemberian supplemen garam secara oral
ditambah dengan normal saline IV bisa diberikan untuk mengatasi masalah ini.
Risiko perdarahan ulang sangat tinggi dengan 20 hingga30% dalam tempo 2
minggu, maka penatalaksanaan awal dalam 1 hingga 3 hari setelah perdarahan
digalakkan untuk mengelakkan ruptur ulang dan sekalian penatalaksanaan
vasospasme12.
Pengobatan berfokus pada pertama menemukan sumber perdarahan dan,
jika mungkin, pembedahan memperbaiki aneurisma atau AVM untuk
menghentikan pendarahan. Waktu terbaik untuk melakukan operasi masih
kontroversial. Operasi awal (dalam waktu 3 hari pertama) mengurangi
kemungkinan rebleeding, tetapi operasi tertunda (setelah 14 hari) menghindari
14
waktu antara 3 dan 14 hari ketika kontraksi abnormal dari arteri (vasospasme) dan
konsekuensinya adalah terbesar. Secara umum, pasien yang sadar dengan defisit
neurologis yang minimal pada saat datang terapi yang terbaik dengan operasi
awal, sedangkan individu tidak sadar lebih baik operasinya ditunda15.
Ruptur aneurisma serebral diperbaiki melalui pembedahan menggunakan
salah satu dari tiga prosedur: menyelaraskan tepi aneurisma pecah untuk
menghentikan pendarahan dengan stainless steel atau klip paduan kobalt (kliping),
mengikat dari pembuluh darah dengan pendarahan jahitan (ligasi), atau
membungkus aneurisma dengan otot. Cara terbaik untuk mencegah SAH dari
pecahnya aneurisma serebral adalah untuk mendiagnosa dan memperbaiki
pembedahan aneurisma sebelum pecah15.
Setelah aneurisma diperlakukan, tindak lanjut berfokus pada mencegah
komplikasi seperti rebleeding, vasospasme serebral, jumlah abnormal CSS
mengumpulkan sekitar otak (hidrosefalus), dan efek dari tekanan intrakranial
tinggi. Sejumlah besar cairan intravena (IV) yang diberikan untuk mengobati
vasospasme dengan meningkatkan tekanan darah untuk meningkatkan aliran
darah ke otak. Meningkatnya aliran darah ini memastikan tingkat oksigen yang
cukup ke otak dan meminimalkan kerusakan pada jaringan otak sekitarnya15.
Jika hidrosefalus tidak terkontrol, kerusakan jaringan otak dapat terjadi
sebagai akibat dari kompresi otak dari kelebihan cairan. Obat anti inflamasi yang
disebut steroid dan obat untuk membersihkan tubuh dari kelebihan cairan
15
(diuretik) juga dapat digunakan dalam upaya untuk sementara mengontrol tekanan
intrakranial meningkat15.
2.8 Komplikasi
Tiga komplikasi terbesar aneurisma perdarahan Subarachnoid adalah
perdarahan ulang, vasospasme dan hidrosefalus. Jika aneurisma intrakranial tidak
dirawat dengan baik, perdarahan ulang bisa terjadi dalam 20% kasus pada dua
minggu pertama selepas perdarahan inisial. Risikotertinggi adalah 24 jam pertama
dan penatalaksanaan dengan surgeri atau teknik intervensi embolisasi diperlukan.
Vasospasme serebri adalah komplikasi lambat yang sering terjadi pada perdarahan
Subarachnoid dan mempunyai kaitan dengan jumlah darah yang berada di dalam
ruang Subarachnoid3.
Hidrosefalus komunikan adalah komplikasi lain yang bisa terjadi
pada perdarahan Subarachnoid dan sekunder kepada obstruksi cairan
serebrospinal daripada direabsorpsi. Hidrosefalus bisa terjadi pada fasa akut atau
subakut. Beberapa gangguan sistemik bisa terjadi seperti kardiac arrhythmias dan
miokardial iskemia. Komplikasi respiratorius seperti edema pulmonari, acute
respiratory distress syndrome (ARDS) dan pneumonia sering terjadi. Gangguan
lain seperti anemia, perdarahan gastrointestinal, deep vein thrombosis dan
hiponatremia terjadi dengan frekuensi yang berbeda3.
2.9 Prognosis
Mortalitas yang disebabkan oleh aneurisma perdarahan Subarachnoid
adalah tinggi. Sekitar 20% pasien meninggal dunia sebelum sampai ke rumah
sakit, 25% meninggal dunia kerana pendarahan inisial atau komplikasinya dan
16
20% meninggal dunia kerana pendarahan ulang disebabkan aneurisma tidak
dirawat dengan baik. Banyak pasien meninggal dunia setelah beberapa hari
perdarahan terjadi. Kemungkinan hidup disebabkan ruptur aneurisma
bergantung pada kondisi kesadaran pasien dan waktu sejak perdarahan terjadi.
Bagi pasien yang masih hidup, sebagian daripada jumlah pasien mengalami
kerusakan otak permanen. Hampir 90% pasien pulih dari ruptur intraserebral
arteriovenous malformasi tetapi perdarahan ulang tetap membahayakan8.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perdarahan Subarachnoid (PSA) merupakan gangguan mekanikal sistem
vaskuler pada intrakranial yang menyebabkan masuknya darah ke dalam Ruang
Subarakhnoid1. Sekitar 80% Perdarahan Subarakhnoid disebabkan oleh ruptur
aneurisma Sakular Intracranial dan 20% disebabkan oleh trauma kepala,
Malformasi Arterio Venosa (MAV) atau ruptur aneurisma mikotik1.
Kebanyakan pasien yang mengalami ruptur berusia di antara 35 hingga 65
tahun. Aneurisma sering terjadi pada Bifurcatio Arteri Serebri atau cabangnya.
85% aneurisma terletak pada Sirkulasi Anterior dan 15% aneurisma terletak pada
Sirkulasi Posterior. Aneurisma multipel di identifikasi pada 15 hingga 20%
pasien. Arteri Serebri terletak di dalam Ruang Subarakhnoid maka apabila terjadi
ruptur dapat menyebabkan Perdarahan Subarakhnoid2,3.
Di Amerika Insiden tahunan PSA aneurisma non-traumatik adalah 6-25
kasus per 100.000. Lebih dari 27.000 orang Amerika menderita ruptur aneurisma
intrakranial setiap tahunnya4.
Insiden bagi Perdarahan Subarakhnoid lebih tinggi pada pria daripada
wanita bagi usia di bawah 40 tahun tetapi pada usia lebih dari 40 tahun
perbandingan wanita : pria adalah 3:21.
Meningea terdiri daripada tiga lapisan membran penghubung yang
memproteksi Otak dan Medulla Spinalis yaitu Dura Mater, Arachnoid mater dan
17
18
Pia mater. Antara Arachnoid Mater dan Pia Mater mempunyai ruang
Subarachnoid di mana terdapat banyak pembuluh darah dan dipenuhi dengan
cairan Serebrospinal5.
Perdarahan Subarachnoid adalah perdarahan ke dalam rongga diantara
otak dan selaput otak (rongga subarachnoid). Perdarahan subarachnoid merupakan
penemuan yang sering pada trauma kepala akibat dari robeknya pembuluh darah
leptomeningeal pada vertex di mana terjadi pergerakan otak yang besar sebagai
dampak, atau pada sedikit kasus, akibat rupturnya pembuluh darah Serebral
Major6.
Perdarahan Subarachnoid non-traumatik adalah pendarahan di dalam
ruang Subarachnoid yang sering disebabkan oleh ruptur aneurisma Arteri Serebri
atau malformasi arteriovenosa7.
Kebanyakan aneurisma intrakranial yang belum ruptur bersifat
asimptomatik. Apabila terjadi ruptur pada aneurisma, tekanan intrakranial
meningkat. Ini bisa menyebabkan penurunan kesadaran secara tiba-tiba yang
terjadi sebagian daripada pasien. Penurunan kesadaran secara tiba-tiba sering
didahului dengan nyeri kepala yang hebat7.
Aneurisma pada arteri komunikan anterior atau Bifurcatio Arteri Serebri
Media bisa ruptur dan defisit yang sering terjadi adalah hemiparesis, afasia dan
abulia. Simptom prodromal bisa menunjukkan lokasi pembesaran aneurisma yang
belum ruptur. Paresis Nervus Cranialis III yang berkaitan dengan dilatasi pupil,
refleks cahaya negatif dan nyeri fokal di atas atau belakang mata7.
19
Gambaran CT scan bisa positif pada 90% kasus jika CT scan dilakukan
dalam beberapa hari selepas perdarahan. Pada CT scan, gambaran perdarahan
Subarachnoid menunjukkan peningkatan density (hiperdens) pada ruang cairan
Serebrospinal. Aneurisma sering terjadi pada Sirkulus Willisi maka pada CT scan,
darah tampak pada Cisterna Basalis. Perdarahan yang hebat bisa menyebabkan
seluruh ruang Subarachnoid tampak opasifikasi. Jika hasil CT scan negatif tetapi
terdapat gejala perdarahan Subarachnoid yang jelas, pungsi lumbal harus
dilakukan untuk memperkuatkan diagnosis10.
Riwayat nyeri kepala yang hebat secara tiba-tiba disertai dengan kaku
kuduk, pemeriksaan neurologik yang non-fokal dan perdarahan cairan spinal
adalah spesifik untuk perdarahan Subarachnoid8,10.
Pengobatan berfokus pada pertama menemukan sumber perdarahan dan,
jika mungkin, pembedahan memperbaiki aneurisma atau AVM untuk
menghentikan pendarahan. Waktu terbaik untuk melakukan operasi masih
kontroversial. Operasi awal (dalam waktu 3 hari pertama) mengurangi
kemungkinan rebleeding, tetapi operasi tertunda (setelah 14 hari) menghindari
waktu antara 3 dan 14 hari ketika kontraksi abnormal dari arteri (vasospasme) dan
konsekuensinya adalah terbesar. Secara umum, pasien yang sadar dengan defisit
neurologis yang minimal pada saat datang terapi yang terbaik dengan operasi
awal, sedangkan individu tidak sadar lebih baik operasinya ditunda15.
Tiga komplikasi terbesar aneurisma perdarahan Subarachnoid adalah
perdarahan ulang, vasospasme dan hidrosefalus3. Mortalitas yang disebabkan oleh
aneurisma perdarahan Subarachnoid adalah tinggi. Sekitar 20% pasien meninggal
20
dunia sebelum sampai ke rumah sakit, 25% meninggal dunia kerana pendarahan
inisial atau komplikasinya dan 20% meninggal dunia kerana pendarahan ulang
disebabkan aneurisma tidak dirawat dengan baik8.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Gruenthal M. Subarachnoid hemorrhage. In: Ferri FF, editor. Ferri's clinical
advisor 2004:instant diagnosis and treatment. 6th edition. United States of
America: Mosby, Inc; 2004.
2. Bernstein RA. Cerebrovascular disease: hemorrhagic stroke. In: Brust JCM,
editor. Currentdiagnosis & treatment in neurology. United States of America:
The McGraw-Hill Companies,Inc; 2007.
3. Lycette CA, Doberstein C, Rodts GE, Jr., McBride DQ. Neurosurgical critical
care. In:Bongard FS, Sue DY, editor. Current critical care diagnosis &
treatment. 2nd edition. United Stateof America: The McGraw-Hill Companies,
Inc; 2003.
4. Ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/08/06subarachnoid-hemorrhage/
5. Tate SS. Brain and cranial nerves. In: Tate SS, editor. Anatomy and
Physiology. 6th edition.United State of America: The McGraw-Hill
Companies, Inc; 2004.
6. Anonim.,2005, Subarachnoid Hemorrhage ,Granial Computed Tomography.
7. Smith WS, Johnston SC, Easton JD. Cerebrovascular diseases. In: Kasper
DL, Fauci AS,Longo DL, Braunwald E, Hauser SS, Jameson JL, editor.
Harrison’s principles of internalmedicine. 16th edition. United States of
America: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2005.
22
8. Greenberg DA, Aminoff MJ, Simon RP. Headache & facial pain. In:
Greenberg DA, Aminoff MJ, Simon RP, editor. Clinical neurology. 5th edition.
United State of America: The McGraw-Hill Companies, Inc; February 2002.
9. Mayor NM. Neuroimaging. In: Mayor NM, editor. A practical approach to
radiology.Philadelphia: Saunders, an imprint of Elsevier Inc; 2006.
10. Jager R, Saunders D. Cranial and intracranial pathology (2): cerebrovascular
disease and non-traumatic intracranial hemorrhage. In: Grainger RG, Allison
D, Adam A, Dixon AK, editor.Grainger & Allison’s diagnostic radiology: a
textbook of medical imaging. 4th edition. London:Churchill Livingstone;
2001.
11. Eastman GW, Wald C, Crossin J. Central nervous system. In: Eastman GW,
Wald C, CrossinJ, editor. Getting started in clinical radiology from image to
diagnosis. Germany: Thieme; 2006.
12. Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL.
Medicalemergencies. In: Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL,
Longo DL, Jameson JL, editor.Harrison’s manual of medicine. 16th edition.
United States of America: The McGraw-HillCompanies, Inc; 2005.
13. Suarez JI, Tarr RW, WR Selam. Aneurismal subarachnoid hemorrhage.N
Engl J Med 2006.
14. Suarez JI, Zaidat OO, Suri MF, Feen ES, Lynch G, Hickman J, et al. Length of
stay and mortality in neurocritically ill patients: impact of a specialized
neurocritical care team. Crit Care Med 2004.
23
Gerson, Abner, dan Robert Feld. "Perdarahan subarachnoid." eMedicine.
Eds. Hugh J. Robertson, et al. 11 Juni 2004. Medscape. 3 November 2004
(http://emedicine.com/radio/topic661.htm).