1
PIUTANG PAJAK
OLEH
FITRIKA MANURUNG
1201120101
ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
2
DAFTAR ISI
Isi Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................. i
PENDAHULUAN .............................................................................. 3
A. Latar belakang ............................................................................. 3
B. Tujuan ........................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................ 5
A. Pembahasan ................................................................................. 5
PENUTUP ........................................................................................... 19
A. Kesimpulan ................................................................................. 19
B. Saran ........................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
”Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk
individu, perusahaan atau organisasi lainnya” Seomarso berpendapat, bahwa Piutang
merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada
para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan
biasanya dalam bentuk mempernolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas
penjualan barang atau jasa yang dilakukan (Soemarso, 2004 : 338).Sedangkan menurut buku
Akuntansi Perpajakan Sukrisno Agoes dan Estralita Trisnawati, Piutang adalah hak
perusahaan kepada pihak lain yang akan diterima dalam bentuk kas.
Pajak pada dasarnya merupakan iuran umum untuk mengisi kas negara/daerah yang
menurut ketentuan perundang-undangan bersifat memaksa untuk membiayai pengeluaran
umum, dan kepada pembayar pajak tidak diberikan imbalan secara langsung. Setiap
perusahan memiliki kegiatan oprasional usaha. Kegiatan pajak piutang peraturan pajak
piutang harus di patuhi ketetapanny karena di perkuat undang-undang keuangan
perbankan.Syarat-syarat pendirian perusahaan salah satunya yaitu syariat pendidikan . Bidang
usaha. Tatacara pendirian, Syarat izin usaha. Dan pajak piutang itu seperti ketetapan yg
harus di patuhi oleh si pembuat perjanjian karena memiliki undang2.
4
B.Tujuan
Agar para pembaca mengerti dan mengetahui tentang:
1.Definisi Piutang Pajak
2. Keberadaan piutang pajak di perusahaan maupun pemerintah.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Piutang Pajak
PIUTANG
1. Definisi Piutang
Piutang dagang merupakan jumlah yang terutang oleh pembeli yang timbul karena
penjualan kepadanya barang dagangan atau jasa atau aktiva lainnya yang dilakukan secara
kredit. Piutang dagang biasanya berupa suatu tagihan kepada pembeli yang tidak disertai
dengan dokumen yang mempunyai kekuatan hokum yang dapt memaksa debitur untuk
melakukan pembayaran. Oleh karena itu piutang ini sangatt riskan terhadap kemungkinan
tidak terbayar dikarenakan berbagai hal. Oleh karenanya dalam melakukan penjualan secara
kredit perusahaan harus yang harus dilakukan antara lain:
1. Character,
karakter merupakan sifat dasar atau tabiat dari seseorang yang sangat menentukan
pola piker dan pola tindakannya. Karakter pelanggan yang akan melakukan
pembelian kredit harus betul – betul dijadikan referensi.
2. Criterion,
criteria lebih sebagai ukuran/skala/golongan pelanggan apakah dia termasuk
pelanggan tetap atau bukan, apakah dia termasuk pelanggan kecil, menengah atau
besar. Termasuk apakah perusahaan pelanggan dalam keadaan sehat atau tidak.
6
3. Commitment,
komitmen menyangkut tanggungjawab seseorang terhadap setiap apa yang telah
disepakati, pernah tidaknya seorang pelanggan mengingkari suatu kesepakatan
merupakan ukuran penting tingkat komitmen pelanggan yang bersangkutan.
4. Credibility,
kredibilitas menunjukkkan tingkat kepercayaan terhadap seseorang. Kepercayaan ini
dapat terbentuk dari pengetahuan tentang Capital (modal) dan Capacity (kemampuan)
pelanggan untuk memenuhi kewajibannya
5. Credit amount,
pemberian kredit kepada seorang pelanggan perlu ditetapkan batas maksimumnya,
pemberian kredit kepadanya tidak diperbolehkan melebihi batas maksimumnya yang
dihitung dengan memperhatikan keempat karakteristik sebelumnya.
2. Klasifikasi Piutang
Tagihan bisa timbul dari berbagai macam sumber, tetapi jumlah yang terbesar
biasanya timbul dari penjualan barang atau jasa. Tagihan-tagihan yang dimiliki perusahaan
dapat dibaagi dalam dua kelompok yaitu :
1. Tagihan-tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis disebut piutang.
2. Tagihan-tagihan yang didukung dengan janji tertulis disebut piutang wesel.
Piutang diklasifikasikan lagi dalam beberapa judul sebagai berikut :
- Piutang dagang (usaha)
Piutang Usaha terjadi karena adanya pemberian kredit pada transaksi penjualan dari
penjual pada konsumen. Piutang dapat dicatat jika barang telah diserahkan. Terhadap piutang
yang diragukan tingkat kolektabilitasnya, perusahaan dapat menghapuskan dan
membebankannya pada cadangan dimaksud. Meskipun demikian, ketentuan pajak tidak
memperkenankan pada cadangan penghapusan tersebut. Ketentuan pajak lebih melihat
realitas dan memberlakukan metode penghapusan langsung (direct written off).
7
Adapun syarat-syarat penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih menurut UU
PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) huruf (h) adalah sebagai berikut
(h.) piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu;
4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang
tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;yang
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
Akan tetapi pembentukan cadangan/pemupukan dana cadangan untuk jenis usaha tertentu,
diperkenankan membentu penyisihan (cadangan) sesuai dengan PMK-81/PMK.03/2009 dan
ketentuan perpajakan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1) huruf (c) yang
berbunyi sebagai berikut;
(c.) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
8
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengolahan limbah industri,
Metode penghapusan piutang uang yang digunakan :
1. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-off Method)
Pada periode dimana terdapat piutang yang tidak dapat ditagih, maka ada saat itu dilakukan
pencatatan.
Jurnal :
Biaya piutang yang tidak tertagih xxx
Piutang Dagang xxx
1. Metode Penyisihan/Pencadangan (Allowance Method)
Piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih dicatat melalui ayat jurnal.
Jurnal :
Biaya piutang yang tidak tertagih xxx
Penyisihan piutang tidak tertagih xxx
- Piutang bukan dagang
Piutang juga dapat timbul karena pemberian pinjaman kepada pihak ketiga dan pegawai,
klaim asuransi, restitusi pajak, royalty, dan lain-lain.
Piutang dalam Hubungan Istimewa
Piutang dalam hubungan istimewa merupakan saldo tagihan dari transaksi yang dilakukan
dengan pihak dimana perusahaan mempunyai hubungan istimewa. Piutang dalam hubungan
istimewa dapat timbul karena terjadinya transaksi seperti ;
9
1. Pengeluaran atau pembebanan yang dilakukan oleh WP kepada pihak lain dalam
hubungan istimewa untuk biaya suatu usaha, seperti sewa kantor, asuransi, listrik, dan
lain-lain; penjualan harta tetap seperti mesin di mana pengeluaran atau pembebanan
tersebut akan ditagih lagi kepada pihak tersebut
2. Peminjaman dana
3. Transaksi penyerahan barang atau penyerahan jas
Menurut UU PPh Nomor 36 tahun 2008 pasal 18 ayat 4,
(4) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sampai dengan ayat (3d), Pasal
9 ayat (1) huruf f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila:
1. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib
Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib
Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut
terakhir;
2. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada
di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
3. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan
lurus dan/atau ke samping satu derajat.
- Piutang penghasilan.
Piutang sangat penting dalam kegiatan penghimpunan bukti untuk keperluan fiskal. Hal ini
dilakukan karena sebaiknya sistem akuntansi dapat menyajikan saldo piutang kepada pihak
yang ada dalam hubungan istimewa dengan maksud untuk mempermudahkan fiskus dalam
mengetahui apakah wajib pajak melakukan penghindaran pembayaran pajak melalui
penetapan harga transfer (transfer pricing). Adapun keterangan-keterangan yang dibutuhkan
dalam pembukuan piutang yaitu ;
10
1. Nama dan alamat lengkap debitur
2. Jumlah Piutang kepada masing-masing debitur
3. Saat timbul maupun berkurangnya piutang
4. Jenis Piutang
5. Hak Penerimaan bunga
6. Tanggal Jatuh Tempo piutang
7. Jumlah Piutang yang dapat dihapuskan
8. Keterangan lainnya yang berkaitang dengan piutang
Metode penghapusan secara langsung
Metode penghapusan langsung umumnya di gunakan oleh perusahan yang relative baru
berdiri, yang belum mempunyai cukup data-data historis tentang piutang-piutangnya, atau
perusahaan yang sebagian kecil saja dari penjualannya yang dilakukan secara kredit. Pada
perusahaan-perusahaan besar atau perusahaan yang sebagian besar penjualannya dilakukan
secara kredit, yang sudah memiliki data-data historis tentang piutang-piutangnya,
penggunaan metode ini dirasa kurang dapat memberikan informasi yang tepat bagi pengguna
laporan keuangan.
Penghapusan secara langsung tidak memerlukan dilakukannya estimasi kerugian
penghapusan piutang pada setiap akhir periode, pencatatan terhadap piutang yang dihapuskan
dilakukan langsung pada saat dinyatakan suatu piutang harus dihapuskan karena suatu hal.
Jurnal yang terkait dengan penghapusan piutang menurut metode ini antara lain :
1. Jurnal saat dinyatakan suatu piutang harus dihapuskan :
Kerugian Penghapusan Piutang Rp. XXX,00
Piutang dagang Rp. XXX,00
2. Bila suatu piutang yang telah dihapuskan dinyatakan kembali sebagai piutang yang akan
dibayar oleh debiturnya (piutang diketemukan kembali), maka :
11
a. Bila dinyatakan dapat ditagih kembali pada periode yang sama dengan saat
dihapuskannya (sebelum tutup buku), maka jumlahnya adalah :
Piutang dagang Rp XXX,00
Kerugian penghapusan piutang Rp XXX,00
b. Bila dinyatakan dapat ditagih kembali setelah tutup buku, maka jurnalnya adalah :
Piutang dagang Rp XXX,00
Laba dari piutang diketemukan kembali Rp XXX,00
Metode Penghapusan Tidak Langsung
Metode ini lebih sesuai digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar atau yang sebagian
besar penjualannya dilakukan secara kredit, yang mempunyai data-data historis tentang
piutangnya. Pemakaian metode ini mengharuskan dilakukannya estimasi pada setiap akhir
periode akuntansi terhadap kemungkinan piutang-piutang yang tidak dapat ditagih dalam
periode akuntansiyang akan datang. Sebesar nilai piutang yang diestimasi tidak dapat ditagih
tersebut sudah boleh dianggap sebagai kerugian. Jurnal-jurnal yang terkait dengan
penghapusan piutang menurut metode ini antara lain :
1. Jurnal saat dilakukan estimasi adanya piutang yang mungkin tidak dapat ditagih.
Kerugian penghapusan piutang Rp XXX,00
Cadangan penghapusan piutang Rp XXX,00
2. Saat dinyatakan suatu piutang harus dihapuskan karena suatu hal :
Cadangan penghapusan piutang Rp XXX,00
Piutang dagang Rp XXX,00
3. Bila suatu piutang yang telah dihapuskan dinyatakan kembali sebagai piutang yang akan
dibayar oleh debiturnya (piutang diketemukan kembali), maka jurnalnya adanya :
Piutang dagang Rp XXX,00
Cadangan penghapusan piutang Rp XXX,00
12
4. Cadangan Penghapusan Piutang
Perkiraaan cadangan penghapusan piutang merupakan perkiraan tandingan atau perkiraan
penilai (contra account or valuation account) perkiraan kontrolnya yaitu perkiraan piutang
dagang. Di neraca saldo perkiraan ini dilaporkan sebagai pengurang dari saldo perkiraan
piutang dagang, dengan begitu maka piutang dagang dilaporkan dalam neraca menurut nilai
historis dan nilai wajarnya.
a. Cadangan penghapusan piutang dinaikkan sampai dengan /hingga sebesar persen tertentu
dari saldo piutang.
Menurut teknik estimasi ini perushaan terlebih dulu menetapkan tingkat persentase yang akan
digunakan sebagai dasar untuk menentukan besarnya saldo perkiraan cadangan penghapusan
piutang. Besarnya persentase ini hanyalah suatu estimasi yang dapat ditentukan begitu saja
atau berdasarkan persentase rata-rata penghapusan piutang dari saldo piutang selama periode
tertentu. Missal, selama 5 tahun terakhir total penghapusan piutang Rp. 4.500.000,00 dan
total saldo piutang selama periode yang sama Rp. 45.000.000,00 maka besarnya estimasi
cadangan penghapusan piutang adalah 10 % dari saldo piutang.
b. Cadangan Penghapusan piutang dinaikkan dengan sebesar pesen tertentu dari saldo
piutang.
Menurut teknik estimasi ini saldo perkiraan cadangan penghapusan piutang tidak
diperhitungkan dalam melakukan estimasi kerugian penghapusan piutang.
c. Cadangan penghapusan piutang dinaikkan sampai dengan/hingga sebesar tertentu
berdasarkan analisis umur piutang.
Pada teknik ini besarnya piutang dagang yang diperkirakan tidak dapat ditagih ditentukan
secara lebih realistis, sebab tingkat penghapusannya disesuaikan dengan umur kadaluarsa
piutang yang bersangkutan dari tanggal jatuh temponya. Semakin lama umur kadaluarsa
suatu piutang semakin besar kemungkinan tidak dapat ditagih kembali. Untuk dapat
menentukan umur kadaluarsa suatu piutang, maka setiap lembar faktur harus tertera syarat
pembayaran yang dgunakan.
5.Piutang Wesel
Piutang wesel atau wesel tagih merupakan tagihan atau piutang yang dinyatakan secara
tertulis dalam bentuk surat perintah membayar (wesel) atau surat kesanggupan membayar
(promes). Wesel merupakan surat perintah tidak bersyarat yang dibuat oleh kreditur debitur
untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan datang
13
kepada pihak pembuat wesel.
Wesel tagih dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis wesel, yaitu :
1. Berdasarkan masa jatuh temponya, wesel tagih diklasifikasikan dalam dia jenis 1). Wesel
tagih jangka pendek, dan 2). Wesel tagih jangka panjang.
2. Berdasarkan ada tidaknya pembebanan bunga, maka wesel tagih diklasifikaskan dalam dua
jenis, yaitu:
1). Wesel tagih tanpa bunga,
2). Wesel tagih berbunga.
3. Berdasarkan bisa tidaknya didiskontikan, wesel tagih diklasifikasikan dalam dua jenis,
yaitu:
1). Wesel tagih yang tidak dapat didiskontokan,
2). Wesel tagih yang dapat didiskontokan.
Wesel tagih/piutang wesel dapat timbul bersamaan dengan terjadinya penjualan
barang/jasa atau mutasi piutang usaha menjadi wesel tagih dengan cara membuat wesel atau
diterimanya promes.
Ilustrasi : tanggal 4 April 2009 dijual barang dagangan kepada Tn. KaLnadi seharga Rp.
7.500.000,00 dengan diaskep sebuah wesel 60 harian. Maka jurnal untuk mencatat penjualan
tersebut adalah :
Wesel Tagih Rp. 7.500.000,00
Penjualan Rp. 7.500.000,00
PAJAK
1.Definisi Pajak
Pajak pada dasarnya merupakan iuran umum untuk mengisi kas negara/daerah yang
menurut ketentuan perundang-undangan bersifat memaksa untuk membiayai pengeluaran
umum, dan kepada pembayar pajak tidak diberikan imbalan secara langsung.
14
Terhadap piutang-piutang yang telah lama dan sulit untuk ditagih akan dilimpahkan
ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPNKL) untuk dilakukan proses
penagihan sesuai dengan ketentuab yang berlaku. Terhadap piutang yang telah dilimpahkan
ini, satuan kerja yang mempunyai piutang tetap mengakui piutang tersebut sebagai asetnya di
Neraca satuan kerja yang bersangkutan dan harus mengungkapkan mengenai piutang yang
dilimpahkan penagihannya ke KPNKL pada Catatan atas Laporan Keuangan.
1. Pemberian pinjaman
Piutang karena pinjaman timbul sehubungan dengan adanya pinjaman yang diberikan
pemerintah kepada pemerintah lainnya, perorangan, BUMN/D, perusahaan swasta, atau
organisasi lainnya.
Definisi Piutang Pajak
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, piutang pajak diakui pada saat terbitnya
SKP dan/atau STP. Proses penyelesaian atas SKPdan STP akan diuraikan secara ringkas pada
bagian ini. Skp sebagaimana dimaksud dalam uu 28 tahun 2007 mengenai Perubahan
Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun1983 Tentang Ketentuan Umum
Perpajakan (UU KUP) Pasal 1 nomor15 adalah: “surat ketetapan yang meliputi Surat
Ketetapan PajakKurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat
Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar”.
Dalam hal ini, timbulnya piutang pajak disebabkan oleh SKP KurangBayar (SKPKB)
dan SKPKB Tambahan (SKPKBT).Lebih lanjut, menurut UU KUP yang dimaksud
SKPKB adalah:“surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokokpajak,
jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokokpajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masihharus dibayar” (pasal 1 Nomor 16 ) , dan
SKPKBT adalah: “suratketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang
15
telah ditetapkan” (pasal 1 Nomor 17).SKPKB diterbitkan akibat adanya kekurangan
pembayaranpajak dari yang seharusnya sebagaimana ditetapkan Undang-undang.
SKPKB dapat diterbitkan antara lain disebabkanberdasarkan hasil pemeriksaan atau
keterangan lain terdapat pajakyang terutang atau kurang dibayar, serta apabila wajib pajak
tidak menyampa ikan Surat Pemberitahuan (SPT) dalam jangka waktuyang telah
ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidakdisampaikan pada waktunya sebagaimana
ditentukan dalam Surat Teguran (pasal 13 ayat (1)).Atas SKP tersebut, wajib pajak dapat
mengajukan keberatankepada Dirjen Pajak sebagaimana diatur dalam pasal 25 UU
KUP.Dalam pengajuan keberatan ini, terdapat beberapa hal yang harusdiperhatikan oleh
wajib pajak yaitu:1 . Keberatan diajukan dalam jangka 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya
SKP.2.Dalam pengajuan keberatan tersebut, wajib pajak wajib melunasi pajak yang
masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yangtelah disetujui Wajib Pajak.Produk
hukum yang dikeluarkan fiskus sehubungan dengansurat keberatan yang diajukan
wajib pajak adalah Surat Keputusan Keberatan.
Surat Keputusan Keberatan ini hanya diberikan atas surat keberatan yang
memenuhi syarat formal. Surat KeputusanKeberatan dapat berupa menerima
seluruhnya, menerima sebagian,menolak, atau bahkan menambahkan pajak terutang.Selain
keberatan, sesuai dengan UU 16 Tahun 2000 Pasal 36 ayat (1) b, wajib pajak juga dapat
mengajukan permohonanpengurangan atau pembatalan SKP yang tidak benar.
Permohonanpengurangan ini harus:1.Diajukan atas suatu SKP tertentu,
dan2 .Menyebutkan jumlah pajak yang seharusnya terutang menurutwajib pajak.Permohonan
ini dapat diajukan apabila wajib pajak tidak dapatmemenuhi syarat formal pengajuan
keberatan, namun, secarasubstansial mempunyai alasan yang memadai.
Terhadap permohonan dimaksud fiskus dapat mengurangkan,
menghapus,atau menguatkan ketetapan pajak yang dimohonkan tersebut. Terhadap
keputusan atas permohonan dan/atau keberatanyang diajukan, sebagaimana diatur dalam
UU 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak, wajib pajak masih dapat melakukanupaya
hukum yaitu banding, dengan memenuhi ketentuan a.l.:
Keberadaan Piutang Pajak di Perusahaan maupun di
Pemerintah
16
HAK MENDAHULU PIUTANG PAJAK (Pasal 21 Undang-Undang Nomor 28 TAHUN 2007)
1) Apa yang dimaksud dengan Hak Mendahulu Piutang Pajak berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
Negara mempunyai hak mendahulu untuk tagihan pajak atas barang Wajib Pajak begitu pula atas barang-barang milik wakil yang menurut peraturan perpajakan bertanggung jawab secara pribadi dan / atau secara renteng.
Ketentuan tentang hak mendahulu, meliputi pokok pajak, bunga, dan denda administrasi, kenaikan dan biaya penagihan.
2) Apa saja yang termasuk pengecualian atas Hak Mendahulu Piutang Pajak?
Pengecualian
Hak mendahulu lebih kuat dari segala hak lainnya kecuali terhadap :
Biaya perkara yang semata-mata disebabkan karena suatu penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak maupun tidak bergerak.
Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu barang Biaya perkara yang semata-mata disebabkan karena pelelangan dan penyelesaian
suatu warisan, biaya ini didahulukan daripada gadai dan hipotek.
PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK :
1. KMK No.565/KMK.04/2000 Jo KMK No. 539/KMK.03/2003
Berdasarkan piutang pajak yang dihapuskan adalah piutang pajak yang jumlahnya masih harus ditagih sebagaimana tercantum dalam STP, SKPKB, SKPKBT (termasuk SKP, BPHTB, SK Keberatan, SK Putusan Banding) yang meliputi pajak kenaikan bunga dan atau denda.
1. Syarat-syarat piutang pajak yang dihapuskan adalah
• Piutang pajak wajib pajak orang pribadi - Wajib pajak dan atau penanggung pajak tidak dapat ditemukan atau meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan atau tidak ada ahli waris • Wajib pajak dan atau penanggung pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi • Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa atau sebab lain sesuai hasil penelitian. • Piutang wajib pajak badan • Wajib pajak bubar, likuidasi atau pailit dan pengurus, direksi, komisaris, pemegang saham, pemilik modal tidak dapat ditemukan • Wajib pajak dan atau penanggung pajak tidak memiliki harta kekayaan lagi • Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa • Sebab lain sesuai hasil penelitian
17
a. Pungutan Pendapatan Negara/Daerah
Timbulnya piutang di lingkungan pemerintahan pada umumnya terjadi karena adanya
tunggakan pungutan pendapatan dan pemberian pinjaman serta transaksi lainnya yang
menimbulkan hak tagih dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan.
Piutang Berdasarkan Pungutan Pendapatan Negara/Daerah
Pendapatan negara/daerah secara umum terdiri dari dua bagian besar, yaitu pendapatan pajak
dan selain pajak. Pendapatan selain pajak ini, pada Pemerintahan Pusat dikenal dengan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB) dan pada pemerintah daerah disebut retribusi.
Walaupun ada dasar yang kuat bagi negara untuk memungut, dalam praktik dapat terjadi
bahwa pendapatan yang seharusnya telah menjadi hak negara/daerah oleh wajib bayar belum
dilunasi dengan berbagai alasan.
1.Piutang Pajak Pemerintah Pusat
Pada Pemerintah Pusat, piutang pajak ini timbul karena tunggakan oleh wajib pajak atas
pembayaran pajak dan bea yang terdiri dari :
a. Pajak Dalam Negeri
Pajak penghasilan (UU/71983, dilakukan perubahan ke 3UU 17/2000)
Pajak Pertambahan Nilai (UU 8/1983, dilakukan perubahan ke 2 UU 18/2000)
Pajak Bumi dan Bangunan (UU 12/1985, diubah dengan UU 12/1994)
BPHTB (UU21/1997 diubah dengan UU 20/2000)
Cukai (UU 11/1995, terakhir diubah dengan UU 39/2007)
Pajak lainnya
b. Pajak Perdagangan Internasional
Bea masuk (UU 21/1997 diubah dengan UU 17/2007)
Pajak/pungutan ekspor
2.Piutang Pajak Daerah Pemerintah Provinsi
Berdasarkan UU34/2000, pajak daerah dibedakan antara tingkat pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota. Jenis pajak provinsi terdiri dari :
Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
18
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Piutang atas pajak-pajak tersebut di atas dapat timbul karena tunggakan pajak yang belum
dilunasi oleh WP. Tunggakan ini terjadi karena perbedaan penetapan pajak dalam SKP
dengan jumlah yang telah dilunasi WP. Selanjutnya kekurangan bayar itu diwujudkan dengan
terbitnya Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB). Surat ketetapan ini
merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlahpokok pajak, jumlah
kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan
jumlah yang masih harus dibayar.
3.Piutang Pajak Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota
Jenis pajak yang dapat dipunggut oleh pemerintah kabupaten/kota terdiri dari :
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
Pajak Parkir
Pajak Lain-lain
Nilai piutang pajak yang dicantumkan dalam laporan keuangan adalah sebesar nilai yang
tercantum dalam SKP yang hingga akhir periode belum dibayar/dilunasi. Hal ini bisa didapat
dengan melakukan inventarisasi SKP yang hingga akhir periode belum dibayar oleh WP.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa Piutang merupakan bagian dari aset lancar. Jika ditinjau
dari sumber terjadinya, piutang digolongkan menjadi dua kategori :
1. Piutang Usaha (account receivables)
2. Piutang Lain-lain (other receivables)
Penyajian piutang usaha dan piutang lain-lain dalam laporan keuangan harus secara terpisah
dengan menggunakan identifikasi yang jelas. Piutang dalam keuangan dinyatakan sebesar
jumlah kotor tagihan diikuti dengan umlah takdiran piutang yang tidak dapat ditagih dan
piutang yang diragukan.Kemungkinan tidak semua jumlah piutang dapat ditagih. Berikut
metode panghapusan piutang yang digunakan :
1. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-off Method)
2. Metode Penyisihan/Pencadangan (Allowance Method)
Pada prinsipnya, terdapat dua cara dalam menetapkan jumlah penyisihan piutang tidak
tertagih, yaitu :
1. Atas dasar Saldo Piutang
2. Atas dasar Saldo Penjualan
Besarnya dana cadangan piutang tidak tertagih yang diperkenankan untuk dibebankan
sebagai biaya Usaha Bank tersebut sebagai berikut :
1. 5% dari kredit yang digolongkan perhatian khusus
20
2. 15% dari kredit yang digolongkan kurang lancar
3. 50% dari kredit yang digolongkan diragukan
4. 100% dari kredit yan digolongkan macet
Kerugian sebenarnya yang disebabkan oleh piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dibebankan ke akun Cadangan/Penyisihan Piutang Tidak Tertagih dengan ayat jurnal :
Penyisihan piutang tidak tertagih xxx
Piutang usaha xxx
Kesimpulan pajak piutang itu seperti ketetapan yg harus di patuhi oleh si pembuat
perjanjian karena memiliki undang-undang . Dalam islam bi sebagai tuhan perbankan syariah
diatur oleh bi dan kafalah sebagai produk bi. Dan Nilai piutang pajak yang dicantumkan
dalam laporan keuangan adalah sebesar nilai yang tercantum dalam SKP yang hingga akhir
periode belum dibayar/dilunasi. Hal ini bisa didapat dengan melakukan inventarisasi SKP
yang hingga akhir periode belum dibayar oleh WP.
B. Saran
Dengan demikian Kegiatan pajak piutang peraturan pajak piutang harus di patuhi ketetapannya karena di perkuat undang-undang keuangan perbankan. Syarat-syarat pendirian perusahaan salah satunya yaitu syariat pendidikan . Bidang usaha. Tatacara pendirian, Syarat izin usaha.
21
Daftar pustaka
Kumpulan Ilmu. (2012, 04). Kumpulan Ilmu. Retrieved September 14, 2012, from http://mbegedut.blogspot.com/2012/04/pengertian-definisi-piutang-menurut.html
Sukrisno Agus dan Estralita Trisnawati. 2011. Akuntansi Pajak. Edisi 2. Penerbit Salemba Empat.
……………….……UU No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Waluyo. 2012. Akuntansi Pajak. Edisi 4. Penerbit Salemba Empat.
22