1
PORTOFOLIO
PENGGUNAAN OBAT PADA USIA LANJUT
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Farmasi Simulasi
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Arvalendini Arsirianti
2. Benny Budiman Al-Haq
3. Diana Sari
4. Dwi Apipa
5. Farida Budiarti
6. Gemi Oktami
7. Ika Yuliana
Kelas : III Reguler A
Dosen Pembimbing : Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt. , M.Kes
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
JURUSAN FARMASI
2014/2015
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur
dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Boedi, 2006).
Pemberian obat atau terapi untuk kaum lansia, memang banyak
masalahnya, karena beberapa obat sering beinteraksi. Kondisi patologi pada
golongan usia lanjut, cenderung membuat lansia mengkonsumsi lebih banyak
obat dibandingkan dengan pasien yang lebih muda sehingga memiliki risiko lebih
besar untuk mengalami efek samping dan interaksi obat yang merugikan
(Anonim, 2004).
Penyakit pada usia lanjut sering terjadi pada banyak organ sehingga
pemberian obat sering terjadi polifarmasi. Polifarmasi berarti pemakaian banyak
obat sekaligus pada seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan secara logis-
rasional dihubungkan dengan diagnosis yang diperkirakan. Diantara demikian
banyak obat yang ditelan pasti terjadi interaksi obat yang sebagian dapat bersifat
serius dan sering menyebabkan hospitalisasi atau kematian. Kejadian ini lebih
sering terjadi pada pasien yang sudah berusia lanjut yang biasanya menderita
lebih dari satu penyakit. Penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi,
gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus,
gangguan fungsi ginjal dan hati. Selain itu, juga terjadi keadaan yang sering
mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan,
penglihatan dan pendengaran. Semua keadaan ini menyebabkan lansia
memperoleh pengobatan yang banyak jenisnya (Darmansjah, 1994).
Oleh karena itu, pasien usia lanjut memerlukan pelayanan farmasi yang
berbeda dari pasien usia muda. Dan di portopolio ini akan membahas tentang
penggunaan obat pada usia lanjut, berdasarkan resep tertentu.
3
B. Tujuan
1. Untuk latihan praktik di lapangan kerja sebagai Asisten Apoteker.
2. Untuk latihan menjadi tenaga farmasis yang sesuai dengan kriteria
C. Manfaat
1. Menjadi tenaga kerja sebagai Asisten Apoteker yang profesional.
2. Menjadi tenaga farmasis yang ideal.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Lansia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas (Notoatmojo, 2007). Sedangkan dalam bukunya
Hardywinoto (2005) mengatakan yang dimaksud dengan kelompok lanjut usia
adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Batasan lanjut usia
menurut dokumen perkembangan lanjut usia dalam kehidupan bangsa yang
diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka pencanangan hari lanjut usia
nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI, batas umur lanjut usia adalah 60
tahun atau lebih (Setiabudi, 1999 dalam Setiadi 2005).
Ada beberapa pembagian lansia, antara lain : menurut Depkes RI, WHO,
dan menurut pasal 1 Undang – undang No. 4 tahun 1965.
a. Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut : kelompok
menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas, kelompok usia
lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium, kelompok usia lanjut (kurang dari 65
tahun) sebagai senium.
b. Organisasi kesehatan dunia (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria
berikut : usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun, usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun, usia tua (old) antara 75-90
tahun, usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
c. Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 4 tahun 1965 : “Seseorang dinyatakan
sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah yang bersangkutan mencapai
usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri
untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari orang lain”
(Mubarak, 2009 ).
B. Konsep Dasar Pemakaian Obat
Ada tiga faktor yang menjadi acuan dasar dalam pembuatan atau
peresepan obat, yaitu:
a. Diagnosis dan patofisiologi penyakit
b. Kondisi organ tubuh
5
c. Farmakologi klinik obat
Setelah dokter mendiagnosis penyakit pasien, maka sebelum penentuan
obat yang akan diberikan perlu dipertimbangkan kondisi organ tubuh serta
farmakologi dari obat yang akan diresepkan. Pada usia lanjut banyak hal-hal
yang lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan obat, karena pada
golongan lansia berbagai perubahan fisiologik pada organ dan sistem tubuh akan
mempengaruhi tanggapan tubuh terhadap obat. Adapun prinsip umum
penggunaan obat pada usia lanjut :
1. Berikan obat yang betul-betul diperlukan artinya hanya bila ada indikasi yang
tepat. Bila diperlukan efek plasebo berikan plasebo yang sesungguhnya.
2. Pilihlah obat yang memberikan rasio manfaat yang paling menguntungkan
dan tidak berinteraksi dengan obat yang lain atau penyakit lainnya.
3. Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasa
diberikan pada orang dewasa yang masih muda.
4. Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik pasien, dan bila perlu dengan
memonitor kadar plasma pasien. Dosis penunjang yang tepat umumnya
lebih rendah.
5. Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang mudah
ditelan untuk memelihara kepatuhan pasien.
6. Periksa secara berkala semua obat yang dimakan pasien, dan hentikan obat
yang tidak diperlukan lagi (Manjoer, 2004)
C. Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Farmakokinetika dan farmakodinamika pada pasien geriatri akan berbeda
dari pasien muda karena beberapa hal, yakni terutama akibat perubahan
komposisi tubuh, perubahan faal hati terkait metabolisme obat, perubahan faal
ginjal terkait ekskresi obat serta kondisi multipatologi. Selain itu, perubahan
status mental dan faal kognitif juga turut berperan dalam pencapaian hasil
pengobatan. Tidak dapat dipungkiri bahwa aspek psikososial juga akan
mempengaruhi penerimaan pasien dalam terapi medikamentosa. (Depkes, 2006)
Perubahan Farmakokinetika
Oral bioavailability
Sejak 60 tahun yang lalu Vanzant dkk (1932) telah melaporkan terjadinya
aklorhidria (berkurangnya produksi asam lambung) dengan bertambahnya usia
seseorang. Aklorhidria terdapat pada 20-25% dari mereka yang berusia 80 tahun
6
dibandingkan dengan 5% pada mereka yang berusia 30 tahun-an. Maka obat-
obat yang absorbsinya di lambung dipengaruhi oleh keasaman lambung akan
terpengaruh seperti: ketokonazol, flukonazol, indometasin, tetrasiklin dan
siprofloksasin. (Depkes, 2006)
Akhir-akhir ini dibicarakan pengaruh enzim gut-associated cytochrom P-
450. Aktivitas enzim ini dapat mempengaruhi bioavailability obat yang masuk per
oral. Beberapa obat mengalami destruksi saat penyerapan dan metabolisme
awal di hepar (first-pass metabolism di hepar); obat-obat ini lebih sensitif
terhadap perubahan bioavailability akibat proses menua. Sebagai contoh,
sebuah obat yang akibat aktivitas enzim tersebut mengalami destruksi sebanyak
95 % pada first-pass metabolism, sehingga yang masuk ke sirkulasi tinggal 5 %;
jika karena proses menua destruksi obat mengalami penurunan (hanya 90 %)
maka yang tersisa menjadi 10% dan sejumlah tersebut yang masuk ke sirkulasi.
Jadi akibat penurunan aktivitas enzim tersebut maka destruksi obat berkurang
dan dosis yang masuk ke sirkulasi meningkat dua kali lipat. Obat dengan
farmakokinetik seperti kondisi tersebut di atas disebut sebagai obat dengan high
first-pass effect; contohnya nifedipin dan verapamil. (Depkes, 2006)
Distribusi obat (pengaruh perubahan komposisi tubuh & faal organ akibat
penuaan)
Sesuai pertambahan usia maka akan terjadi perubahan komposisi tubuh.
Komposisi tubuh manusia sebagian besar dapat digolongkan kepada komposisi
cairan tubuh dan lemak tubuh. Pada usia bayi, komposisi cairan tubuh tentu
masih sangat dominan; ketika beranjak besar maka cairan tubuh mulai berkurang
dan digantikan dengan massa otot yang sebenarnya sebagian besar juga berisi
cairan. Saat seseorang beranjak dari dewasa ke usia lebih tua maka jumlah
cairan tubuh akan berkurang akibat berkurangnya pula massa otot. (Depkes,
2006)
Sebaliknya, pada usia lanjut akan terjadi peningkatan komposisi lemak
tubuh. Persentase lemak pada usia dewasa muda sekitar 8-20% (laki-laki) dan
33% pada perempuan; di usia lanjut meningkat menjadi 33% pada laki-laki dan
40-50% pada perempuan. Keadaan tersebut akan sangat mempengaruhi
distribusi obat di dalam plasma. Distribusi obat larut lemak (lipofilik) akan
meningkat dan distribusi obat larut air (hidrofilik) akan menurun. Konsentrasi obat
hidrofilik di plasma akan meningkat karena jumlah cairan tubuh menurun. Dosis
7
obat hidrofilik mungkin harus diturunkan sedangkan interval waktu pemberian
obat lipofilik mungkin harus dijarangkan. (Depkes, 2006)
Kadar albumin dan a1-acid glycoprotein juga dapat mempengaruhi
distribusi obat dalam tubuh. Hipoalbuminemia sesungguhnya tidak semata-mata
disebabkan oleh proses menjadi tua namun juga dapat disebabkan oleh penyakit
yang diderita. Tinggi rendahnya kadar albumin terutama berpengaruh pada obat-
obat yang afinitasnya terhadap albumin memang cukup kuat seperti naproxen.
Kadar naproxen bebas dalam plasma sangat dipengaruhi oleh afinitasnya pada
albumin. Pada kadar albumin normal maka kadar obat bebas juga normal; pada
kadar albumin yang rendah maka kadar obat bebas akan sangat meningkat
sehingga bahaya efek samping lebih besar. (Depkes, 2006)
Metabolic Clearance
Faal hepar
Massa hepar berkurang setelah seseorang berumur 50 tahun; aliran darah
ke hepar juga berkurang. Secara umum metabolisme obat di hepar
(biotransformasi) terjadi di retikulum endoplasmik hepatosit, yaitu dengan
bantuan enzim mikrosom. Biotransformasi biasanya mengakibatkan molekul obat
menjadi lebih polar sehingga kurang larut dalam lemak dan mudah dikeluarkan
melalui ginjal. Reaksi kimia yang terjadi dibagi dua yaitu reaksi oksidatif (fase 1)
dan reaksi konyugasi (fase 2). Reaksi fase satu dapat berupa oksidasi, reduksi
maupun hidrolisis; obat menjadi kurang aktif atau menjadi tidak aktif sama sekali.
Reaksi fase 1 (melalui sistem sitokhrom P- 450, tidak memerlukan energi)
biasanya terganggu dengan bertambahnya umur seseorang. Reaksi fase dua
berupa konyugasi molekul obat dengan gugus glukuronid, asetil atau sulfat;
memerlukan energi dari ATP; metabolit menjadi inaktif. Reaksi fase 2 ini tidak
mengalami perubahan dengan bertambahnya usia. (Depkes, 2006)
Reaksi oksidatif dipengaruhi pula oleh beberapa hal seperti: merokok,
indeks ADL's (= Activities of Daily Living) Barthel serta berat ringannya penyakit
yang diderita pasien geriatri. Keadaan-keadaan tersebut dapat mengakibatkan
kecepatan biotransformasi obat berkurang dengan kemungkinan terjadinya
peningkatan efek toksik obat. (Depkes, 2006)
8
Faal ginjal
Fungsi ginjal akan mengalami penurunan sejalan dengan pertambahan
umur. Kalkulasi fungsi ginjal dengan menggunakan kadar kreatinin plasma tidak
tepat sehingga sebaiknya menggunakan rumus Cockroft-Gault,
CCT = (140-umur) x BB (kg) (dalam ml/menit)
72 x [kreatinin]plasma
dikali 0,85 untuk pasien perempuan.
GFR dapat diperhitungkan dengan mengukur kreatinin urin 24 jam;
dibandingkan dengan kreatinin plasma. Dengan menurunnya GFR pada usia
lanjut maka diperlukan penyesuaian dosis obat; sama dengan pada usia dewasa
muda yang dengan gangguan faal ginjal. (Depkes, 2006)
Penyesuaian dosis tersebut memang tak ada patokannya yang sesuai
dengan usia tertentu; namun pada beberapa penelitian dipengaruhi antara lain
oleh skor ADL’s Barthel. Pemberian obat pada pasien geriatri tanpa
memperhitungkan faal ginjal sebagai organ yang akan mengekskresikan sisa
obat akan berdampak pada kemungkinan terjadinya akumulasi obat yang pada
gilirannya bisa menimbulkan efek toksik. Patokan penyesuaian dosis juga dapat
diperoleh dari informasi tentang waktu paruh obat. (Depkes, 2006)
T 1/2 = 0,693 x volume distribusi
clearance
contoh: antipyrine, distribusi plasma menurun, clearance juga menurun sehingga
hasil akhir T 1/2 tidak berubah. Sebaliknya pada obat flurazepam, terdapat
sedikit peningkatan volume distribusi dan sedikit penurunan clearance maka hasil
akhirnya adalah meningkatnya waktu paruh yang cukup besar. (Depkes, 2006)
Perubahan Farmakodinamika
Sensitivitas jaringan terhadap obat juga mengalami perubahan sesuai
pertambahan umur seseorang. Mempelajari perubahan farmakodinamik usia
lanjut lebih kompleks dibanding farmakokinetiknya karena efek obat pada
seseorang pasien sulit di kuantifikasi; di samping itu bukti bahwa perubahan
farmakodinamik itu memang harus ada dalam keadaan bebas pengaruh efek
perubahan farmakokinetik. Perubahan farmakodinamik dipengaruhi oleh
9
degenerasi reseptor obat di jaringan yang mengakibatkan kualitas reseptor
berubah atau jumlah reseptornya berkurang. (Depkes, 2006)
Berikut ini disampaikan beberapa contoh obat yang sering digunakan pada
usia lanjut dengan beberapa pertimbangan sesuai respons yang bisa berbeda:
- Warfarin: perubahan farmakokinetik tak ada, maka perubahan respon yang
ada adalah akibat perubahan farmakodinamik. Sensitivitas yang meningkat
adalah akibat berkurangnya sintesis faktor-faktor pembekuan pada usia lanjut.
- Nitrazepam: perubahan respons juga terjadi tanpa perubahan farmakokinetik
yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia lanjut sensitivitas terhadap
nitrazepam memang meningkat. Lebih lanjut data menunjukkan bahwa
pemberian diazepam intravena pada pasien usia lanjut memerlukan dosis
yang lebih kecil dibandingkan pasien dewasa muda, selain itu efek sedasi
yang diperoleh memang lebih kuat dibandingkan pada usia dewasa muda.
- Triazolam: pemberian obat ini pada warga usia lanjut dapat mengakibatkan
postural sway-nya bertambah besar secara signifikan dibandingkan dewasa
muda. (Depkes, 2006)
Sensitivitas obat yang berkurang pada usia lanjut juga terlihat pada
pemakaian obat propranolol. Penurunan frekuensi denyut nadi setelah
pemberian propranolol pada usia 50-65 tahun ternyata lebih rendah
dibandingkan mereka yang berusia 25-30 tahun. Efek tersebut adalah pada
reseptor b1; efek pada reseptor b2 yakni penglepasan insulin dan vasodilatasi
akibat pemberian isoprenalin tidak terlihat. (Depkes, 2006)
Perubahan sensitivitas menunjukkan bahwa terdapat perubahan pada pasca-
reseptor intraselular.(Depkes, 2006)
D. Penyakit yang Sering Terjadi pada Lansia
Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS
Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu
pelatihan di kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah
yang kerap muncul pada usia lanjut , yang disebutnya sebagai a series of I’s.
Mulai dari immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence
(inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi),
impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran),
isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga
immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).
10
Selain gangguan-gangguan tersebut, Nina juga menyebut tujuh penyakit
kronik degeratif yang kerap dialami para lanjut usia, yaitu:
a. Osteo Artritis (OA)
OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan
biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan
perkapuran. OA merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut,
yang dipertinggi risikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang dan
obesitas.
b. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa
atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk
pada percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah
menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut
karena terganggunya produksi vitamin D.
c. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau
lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang
terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak
ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah
(arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal.
d. Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula
darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat
berkembang menjadi diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas
atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126
mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut
mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75
tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak
berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan
luka yang lambat sembuh.
e. Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi
intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi
11
aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang
paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut,
penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma
kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi
pada wanita dan individu dengan pendidikan rendah.
f. Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju
jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas,
pingsan, hingga kebingungan.
g. Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel
mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih
sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia
tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini
mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama
sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker merupakan penyebab kematian nomor
dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua
pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko
untuk timbul kanker meningkat.
12
BAB III
TINJAUAN RESEP
A. RESEP 1
Dr. Maulana Spd
SIP: 153/2011
Alamat: Kertapati 75 Palembang
Palembang, 31 Oktober 2014
R/ Vaclo 75 mg No XXX
S 1 d d I
R/ Canderin 8 mg No XXX
S 1 d d I
R/ Ascardia 80 mg No. XXX
S 1 d d I pc
R/ ISDN 5 mg No XXX
Sublingual
R/ Atorsan 20 mg No XXX
S 1 d d I
Pro: Husni K ( 60 th )
Kertapati 99 Kelinci 25
13
1. Salinan Resep
Apotek Simulasi Farma
SIP No. 512/IPD/0037/KPPT/2012
Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Palembang. Telp (0711) 352671
Apoteker: Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt
Palembang, 31 Oktober 2014
Salinan Resep
Nomor : 03 Dari Dokter : Dr. Maulana Spd Ditulis tanggal : 06-11-14 Pro : Husni K Alamat : Kertapati 99 Kelinci 25 Dibuat tanggal : 06-11-14
R/ Vaclo 75 mg No XXX
S 1 d d I
R/ Canderin 8 mg No XXX
S 1 d d I
R/ Ascardia 80 mg No. XXX
S 1 d d I pc
R/ ISDN 5 mg No XXX
Sublingual
R/ Atorsan 20 mg No XXX
S 1 d d I
-----------------------------------------------detur
p.c.c
Mona Rahmi Rulianti, S.Farm, Apt, M.Farm
Cap
Apotek
14
2. Preformulasi
a. Vaclo 75 mg (http://www.dexa-medica.com/)
Tablet salut selaput.
Komposisi
Tiap tablet film caoted berisi:
clopidogrel bisulfat
setara dengan clopidogrel 75 mg
Farmakologi
Clopidogrel adalah penghambat agregasi platelet. Berbagai obat yang
menghambat fungsi trombosit telah terbukti menurunkan kejadian
mengerikan pada orang dengan penyakit kardiovaskular aterosklerotik
yang dibuktikan dengan stroke atau serangan iskemik transien, infark
miokard, atau butuh untuk memotong atau angioplasti. Hal ini
menunjukkan bahwa trombosit berpartisipasi dalam inisiasi dan/atau
evolusi peristiwa ini dan bahwa menghambat mereka dapat
mengurangi tingkat kejadian.
Farmakodinamik
Metabolit aktif, turunan thiol, dibentuk oleh oksidasi clopidogrel hingga
2-okso-clopidogrel dan hidrolisis berikutnya.
Clopidogrel selektif menghambat pengikatan adenosin difosfat (ADP)
ke reseptor platelet dan aktivasi ADP-dimediasi berikutnya dari
glikoprotein GPIIb / IIIa kompleks, sehingga menghambat agregasi
platelet. Biotransformasi clopidogrel diperlukan untuk menghasilkan
penghambatan agregasi platelet, tetapi metabolit aktif yang
bertanggung jawab untuk kegiatan obat belum diisolasi. Clopidogrel
juga menghambat agregasi platelet yang disebabkan oleh agonis
selain ADP dengan menghalangi amplifikasi aktivasi platelet oleh dirilis
ADP. Clopidogrel tidak menghambat aktivitas fosfodiesterase.
Clopidogrel bertindak dengan ireversibel memodifikasi reseptor ADP
platelet. Akibatnya, trombosit terkena clopidogrel terpengaruh untuk
sisa jangka hidup mereka.
Dosis penghambatan tergantung agregasi platelet dapat dilihat 2 jam
setelah dosis oral tunggal Clopidogrel. Dosis berulang 75 mg
Clopidogrel per hari menghambat agregasi platelet yang diinduksi ADP
15
pada hari pertama, dan penghambatan mencapai kondisi mapan
antara Hari 3 dan Day 7. Pada steady state, tingkat penghambatan
rata diamati dengan dosis 75 mg Clopidogrel per hari adalah antara
40% dan 60%. Agregasi platelet dan waktu perdarahan secara
bertahap kembali ke nilai-nilai dasar setelah pengobatan dihentikan,
umumnya sekitar 5 hari.
Farmakokinetik
Pengaruh makanan
Administrasi clopidogrel dengan makanan tidak secara signifikan
mengubah bioavailabilitas clopidogrel sebagaimana dinilai oleh
farmakokinetik metabolit yang beredar utama.
Penyerapan dan distribusi
Clopidogrel cepat diserap setelah pemberian oral dosis diulang 75 mg
clopidogrel (base), dengan tingkat puncak plasma (@ 3 mg / L) dari
metabolit yang beredar utama terjadi sekitar 1 jam setelah pemberian
dosis. Farmakokinetik metabolit yang beredar utama adalah linear
(konsentrasi plasma meningkat sebanding dengan dosis) dalam
kisaran dosis 50 sampai 150 mg clopidogrel. Penyerapan setidaknya
50% berdasarkan ekskresi metabolit-clopidogrel terkait.
Clopidogrel dan metabolit yang beredar utama mengikat secara
reversibel in vitro protein plasma manusia (98% dan 94%, masing-
masing). Mengikat adalah nonsaturable in vitro hingga konsentrasi 100
mg / mL.
Metabolisme Dan Eliminasi
In vitro dan in vivo, clopidogrel mengalami hidrolisis yang cepat
menjadi turunan asam karboksilat nya. Dalam plasma dan urin,
glukuronida dari turunan asam karboksilat juga diamati.
Indikasi
Clopidogrel diindikasikan untuk pengurangan kejadian aterosklerotik
(infark miokard, stroke dan kematian vaskular) pada pasien dengan
aterosklerosis terdokumentasi oleh stroke yang baru-baru ini, infark
miokard, atau penyakit arteri perifer didirikan.
Kontraindikasi
Penggunaan Clopidogrel merupakan kontraindikasi pada kondisi
berikut: Hipersensitivitas terhadap zat obat atau komponen produk
16
Perdarahan patologis aktif seperti ulkus peptikum atau perdarahan
intrakranial
Dosis dan Administrasi
Dosis yang dianjurkan dari Clopidogrel adalah 75 mg sekali sehari
dengan atau tanpa makanan. Tidak ada penyesuaian dosis diperlukan
untuk pasien usia lanjut atau pasien dengan penyakit ginjal.
Efek Samping
1. Otonom sistem saraf gangguan: Sinkop, palpitasi. Tubuh secara
keseluruhan jenderal gangguan: Arthenia, hernia. Jarang dilaporkan
(<1%): Reaksi alergi, nekrosis iskemik.
2. Gangguan kardiovaskular: kegagalan jantung, edema umum jarang
dilaporkan (<1%).
3. Saraf pusat dan perifer gangguan sistem: kaki Kram,
hypoaesthesia, neuralgia, parestesia, vertigo.
4. Gangguan sistem pencernaan: Sembelit, muntah. Jarang dilaporkan
(<1%): ulkus lambung berlubang, gastritis hemoragik, atas GI ulkus
hemoragik.
5. Denyut jantung dan gangguan irama: Fibrilasi atrium.
6. Hati dan sistem bilier gangguan: enzim hepatik meningkat. Jarang
dilaporkan (<1%): Billirubinemia, hepatitis menular, lemak hati.
7. Gangguan metabolisme dan nutrisi: Gout, hiperurisemia, nitrogen
non-protein (NPN) meningkat.
8. Gangguan otot-tulang sistem: Arthritis, arthrosis.
9. Trombosit, perdarahan dan gangguan pembekuan: GI perdarahan,
hematoma, trombosit menurun. Jarang dilaporkan (<1%):
10. Hemarthrosis, hematuria, hemoptisis, perdarahan dari luka
operasi, perdarahan okular, perdarahan paru, purpura alergi,
trombositopenia.
11. Gangguan kejiwaan: Kecemasan, insomnia.
12. Kelainan sel darah merah: anemia. Jarang dilaporkan (<1%):
13. Anemia aplastik, anemia hipokromik.
14. Gangguan sistem pernafasan: Pneumonia, sinusitis. Jarang
dilaporkan (<1%): hemothorax.
17
15. Kulit dan embel-embel gangguan: eksim, ulserasi kulit. Jarang
dilaporkan (<1%): letusan bulosa, eritematosa ruam-ruam
makulopapular, urtikaria.
16. Gangguan sistem kemih: sistitis.
17. Gangguan penglihatan: Katarak, konjungtivitis.
18. Efek samping yang berpotensi serius lain yang mungkin menarik
klinis tetapi jarang dilaporkan (<1%):
19. Gangguan reproduksi, perempuan: Menorrhagia
20. Sel darah putih dan sistem retikuloendotelial gangguan:
agranulositosis, granulositopenia, leukemia, leukopenia, neutrofil
menurun.
b. Canderin 8 mg (http://www.dexa-medica.com)
Tablet
Kemasan
Canderin 8 mg: kotak, 3 blister 10 tablet.
Komposisi
Canderin 8 mg
Tiap tablet CANDERIN 8 mg mengandung:
Candesartan cilexetil 8 mg
Indikasi
Hipertensi.
Pengobatan pada pasien dengan gagal jantung dan gangguan fungsi
sistolik ventrikel kiri (LVEF =40%) ketika obat penghambat ACE tidak
ditoleransi.
Dosis dan Cara Penggunaan
Dosis pada hipertensi
Dosis awal candesartan yang direkomendasikan adalah 4 mg per hari
dan dapat ditingkatkan hingga 16 mg satu kali sehari. Efek
antihipertensi maksimal akan dicapai dalam waktu 4 minggu setelah
pengobatan.
Dosis pada gagal jantung
Dosis awal candesartan yang direkomendasikan adalah 4 mg per hari.
Candesartan hanya digunakan satu kali sehari dengan atau tanpa
makanan.
18
Kontraindikasi
- Pasien yang hipersensitif terhadap candesartan atau komponen
yang terkandung dalam formulasinya.
- Wanita hamil dan menyusui.
- Gangguan hati yang berat dan/ ketoasidosis.
Peringatan dan Perhatian
Jika candesartan digunakan pada pasien hipertensi dengan gangguan
ginjal, disarankan dilakukan pemantauan secara berkala kadar kalium
dan kadar kreatinin dalam serum. Stenosis arteri renalis, intravascular
volume depletion, kehamilan dan menyusui.
Efek Samping
Infeksi saluran pernafasan bagian atas, nyeri punggung, dan pusing.
c. Ascardia 80 mg (http://www.apotikantar.com/)
Kemasan
Tablet 80 mg x 10 x 10
Komposisi
Acetylsalicylic acid 80 mg
Indikasi
Mengurangi kematian dan atau serangan infark miokard pada
penderita dengan riwayat infark atau TIA yang berulang atau pada
pasien dengan riwayat stroke dan risiko iskemia otak sementara
dimana terjadi hiperaktifitas dari trombosit atau aktivitasinya
merupakan faktor penentu terbentuknya trombo-emboli.
Dosis
80-160 mg/hari. Untuk infark miokard : sampai dengan 300 mg/hari.
Untuk TIA : sampai dengan 1000 mg/hari.
Pemberian Obat
Telan utuh, jangan dikunyah atau dihancurkan.
Kontra Indikasi
Tukak peptik aktif. Gangguan perdarahan, hipersensitivitas.
Perhatian
Gangguan fungsi hati, hamil dan laktasi.
Efek samping
Iritasi saluran cerna, hipoprotrombinemia dan reaksi hipersensitivitas.
19
Interaksi Obat
Dengan Warfarin meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna dan
intra serebral.
d. ISDN
Sediaan:
- Tablet Sublingual : 2,5 mg, 5 mg, 10 mg
- Tablet Kunyah : 5 mg, 10 mg
- Tablet : 5 mg, 10 mg, 20 mg, 30 mg, 40 mg
- Injeksi 1 mg/ml
Cara Kerja Obat:
Isosorbide dinitrate adalah jenis vasodilator. Obat ini mengendurkan
pembuluh darah, meningkatkan persediaan darah dan oksigen ke
jantung. Obat ini digunakan untuk mencegah sakit di dada yang
disebabkan oleh angina.
Indikasi :
- Untuk mencegah sakit di dada yang disebabkan oleh angina
- Gagal jantung kiri
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas terhadap nitrat, hipotensi dan hipovolemia, kardiopati
obstruktif hipertrofik, stenosis aorta, tamponade jantung, perikarditis
konstriktif, stenosis mitral, anemia berat, trauma kepala, perdarahan
otak, glaukoma sudut sempit.
Dosis:
- Sublingual : 5-10 mg
- Oral : sehari dalam dosis terbagi, angina 30-120 mg, dosis
maksimum 240 mg/hr
- Infus Intravena : 2-10 mg/jam; dosis lebih tinggi sampai 20 mg/jam
mungkin diperlukan
Peringatan dan Perhatian:
Gangguan hepar atau ginjal berat; hipotiroidisme, malnutrisi, atau
hipotermia; infark miokard yang masih baru; sistem transdermal yang
mengandung logam harus diambil sebelum kardioversi atau diatermi.
Senyawa nitrat kerja panjang atau transdermal dapat mengakibatkan
toleransi (efek terapi berkurang). Jika toleransi diperkirakan setelah
20
penggunaan sediaan transdermal, sediaan tersebut harus dilepas
selama beberapa jam berurutan dalam setiap kurun waktu 24 jam.
Efek Samping:
Sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing, hipotensi postural,
takikardi (dapat terjadi bradikardi paradoksikal). Efek samping yang
khas setelah injeksi meliputi hipotensi berat, mual dan muntah,
diaforesis, kuatir, gelisah, kedutan otot, palpitasi, nyeri perut, sinkop,
pemberian jangka panjang disertai dengan methemoglobinemia.
e. Atorsan 20 mg (http://www.apotikantar.com/)
Kemasan
Tablet salut selaput 20 mg x 3 x 10
Komposisi
Atorvastatin Ca
Indikasi
Terapi tambahan untuk menurunkan kadar LDL total, apolipoprotein B,
dan trigliserida yang meningkat pada pasien dengan
hiperkolesterolemia primer, hiperlipidemia kombinasi atau campuran,
hiperkolesterolemia familial heterozigot dan homozigot dimana respon
terhadap diet dan terapi non farmakologi lain tidak adekuat.
Dosis
Awal 10 mg 1 kali/hari. Kisaran dosis anjuran : 10-80 mg/hari 1
kali/hari.
Pemberian Obat
Diberikan sebelum atau sesudah makan.
Kontra Indikasi
Hamil dan laktasi. Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase
serum yang persisten dan tidak diketahui penyebabnya.
Perhatian
Lakukan tes fungsi hati sebelum terapi atau sebelum peningkatan
dosis. Pasien alkoholik berat. Hentikan terapi jika kadar transaminase
serum meningkat lebih dari 3 kali batas normal. Penggunaan bersama
fibrat, niasin, siklosporin atau eritromisin dapat meningkatkan risiko
miopati. Anak, usia lanjut.
Efek Samping
21
Sakit kepala, mual, diare, insomnia, nyeri perut, dispepsia, konstipasi,
kembung, mialgia, astenia.
Interaksi Obat
Antasid oral yang mengandung Mg dan Al hidroksida, digoksin,
eritromisin, kontrasepsi oral, siklosporin, derivat asam fibrat, niasin,
antijamur azol, klaritromisin.
3. Perhitungan Bahan dan Aturan Pakai
a. Vaclo = 30 tablet
Satu kali sehari satu tablet
b. Canderin = 30 tablet
Satu kali sehari satu tablet
c. Ascardia = 30 tablet
Satu kali sehari satu tablet, sesudah makan
d. ISDN = 30 tablet
Satu kali sehari satu tablet, di bawah lidah
e. Atorsan = 30 tablet
Satu kali sehari satu tablet
4. Perhitungan Harga
a. Vaclo (isi 30) = Rp. 300.000,-
Diambil setengah dari resep 15 tab = Rp. 150.000 + 1500 + 500
= Rp. 152.000,-
b. Canderin (isi 30 tablet) = Rp. 180.000,-
Diambil setengah dari resep 15 tab = Rp. 90.000 + 1500 + 500
= Rp. 92.000,-
c. Ascardia (isi 100 tablet) = Rp. 116.900,-
Diambil setengah dari resep 15 tab = Rp. 17.535 + 1500 + 500
= Rp. 19.535,-
d. ISDN (isi 100 tablet) = Rp. 10.000,-
Diambil setengah dari resep 15 tab = Rp. 5.000 + 1500 + 500
= Rp. 7.000,-
e. Atorsan (isi 30 tablet) = Rp. 300.000,-
Diambil setengah dari resep 15 tab = Rp. 150.000 + 1500 + 500
= Rp. 152.000,-
22
5. Etiket
Apotek Simulasi Farma SIP No. 512/IPD/0037/KPPT/2012
Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Palembang. Telp (0711) 352671
Apoteker: Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt Palembang, 06 November 2014
Nomor : 01
Vaclo
Satu kali sehari satu tablet
Canderin
Satu kali sehari satu tablet
Ascardia
Satu kali sehari satu tablet, sesudah makan
ISDN
Letakkan di bawah lidah
Satu kali sehari satu tablet
Atorsan
Satu kali sehari satu tablet
Pro : Husni ( 60 th )
B. Resep 2
Dr. Muslim
SIP : 142/2009
Alamat: Poli RS Telkom Palembang
Palembang, 31 Oktober 2014
R/ Diazepam 2 mg X
S 1 d d I
R/ Meloxicam 15 mg VI
S 2 d d I
Pro: Ahad (52 th)
Kompleks Telkom Km 12, Palembang
23
1. Salinan Resep
Apotek Simulasi Farma
SIP No. 512/IPD/0037/KPPT/2012
Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Palembang.
Telp (0711) 352671
Apoteker: Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt
Palembang, 31 November 2014
Salinan Resep
Nomor : 03 Dari Dokter : Dr. Muslim Ditulis tanggal : 06-11-14 Pro : Bapak Ahad (52 th) Alamat : Kompleks Telkom Km 12, Plbng Dibuat tanggal : 06-11-14
R/ Diazepam 2 mg X
S 1 d d I
R/ Meloxicam 15 mg VI
S 2 d d I
-----------------------------------------------detur 1/2
p.c.c
Mona Rahmi Rulianti, S.Farm, Apt, M.Farm
Cap
Apotek
24
2. Preformulasi
a. Diazepam 2 mg (http://bukusakudokter.org/)
Komposisi
Tiap tablet mengandung : Diazepam 2 mg
Cara Kerja Obat
Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam
yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat
(GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat. Dimetabolisme
menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan oxazepam.
Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1 – 2 jam pemberian
oral. Waktu paruh bervariasi antara 20 – 50 jam sedang waktu paruh
desmetildiazepam bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan
fungsi hati.
Indikasi
Untuk pengobatan jangka pendek pada gejala ansietas. Sebagai
terapi tambahan untuk meringankan spasme otot rangka karena
inflamasi atau trauma; Digunakan juga untuk meringankan gejala-
gejala pada penghentian alkohol akut dan premidikasi anestesi.
Kontra Indikasi
- Penderia hipersensitif
- Bayi dibawah 6 bulan
- Wanita hamil dan menyusui
- Depress pernapasan
- Glaucoma sudut sempit
- Gangguan pulmoner akut
- Keadaan Phobia
Cara Penggunaan
Dewasa
- Ansietas 2-10 mg, 2-4 kali sehari
- Terapi tambahan pada spasme otot rangka : 2 -10 mg. 3-4 kali
sehari dalam dosis bagi
- Penghentian alkohol akut 10 mg. 3-4 kali sehari selama 24 jam
pertama, kemudian dikurangi menjadi 5 mg. 3 – 4 kali sehari.
- Premidikasi: dewasa: 10 mg: anak-anak diatas 2 tahun: 0,25
mg/kg.
25
- Usia lanjut dan pasien yang lemah : 2 – 2,5 mg, 1 – 2 kali sehari
dapat ditingkatkan secara bertahap sesuai kebutuhan.
- Pada penderita dengan gangguan pulmoner kronik, penderita hati
dan ginjal kronik.
- Anak-anak 0.12 – 0.8 mg/kg sehari dibagi dalam 3 atau 4 dosis.
Efek Samping
Mengantuk,ataksia. kelelahan Erupsi pada kulit. edema, mual dan
konstipasi, gejala-gejala ekstra pirimidal. jaundice dan neutropenia.
perubahan libido, sakit kepala, amnesia, hipotensi. gangguan visual
dan retensi urin, incontinence.
Peringatan Dan Perhatian
- Jangan mengemudikan kendaraan bermotor atau menjalankan
mesin selama minum obat ini.
- Ansietas atau ketegangan karena stress kehidupan sehari-hari
biasanya tidak memerlukan pengobatan dengan ansiolitik.
- Keefektifan dalam pengobatan jangka lama (lebih dari 4 bulan)
belum diuji secara klinis sistematik.
- Penggunaan jangka lama dapat menyebabkan ketergantungan
pada obat
- Pada penderita lemah dan lanjut usia dianjurkan dengan dosis
efektif terkecil.
- Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan pulmoner kronik,
penderita fungsi hati dan ginjal kronik.
- Hentikan pengobatan jika terjadi reaksi-reaksi paradoksikal seperti
keadaan hiper eksitasi akut. ansietas. halusinasi dan gangguan
tidur.
INTERAKSI OBAT Penggunaan bersama obat-obat depresan Susunan Syaraf Pusat
atau alkohol dapat meningkatkan efek depresan. Cimetidin dan
Omeprazol mengurangi bersihan benzo-diazepin. Rifampisin dapat
meningkatkan bersihan benzodiazepin.
26
b. Meloxicam 15 mg (http://www.dexa-medica.com/)
TABLET
Komposisi
Meloxicam 15 mg
Tiap tablet mengandung: Meloxicam 15 mg.
Farmakologi
Meloxicam merupakan golongan Anti Inflamasi Non steroid (NSAID)
derivat asam enolat yang bekerja dengan cara menghambat
biosintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi melalui
penghambat cyclooxygenase 2 (COX-2), sehingga terjadinya proses
inflamasi dapat dihambat tanpa terjadi efek samping terhadap ginjal
dan gastro intestinal yang merupakan ciri khas pada penggunaan
obat-obat Anti Inflamasi Non Steroid selama ini.
Meloxicam merupakan golongan Anti Inflamasi Non steroid (NSAID)
derivat asam enolat yang bekerja dengan cara menghambat
biosintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi melalui
penghambat cyclooxygenase 2 (COX-2), sehingga terjadinya proses
inflamasi dapat dihambat tanpa terjadi efek samping terhadap ginjal
dan gastro intestinal yang merupakan ciri khas pada penggunaan
obat-obat Anti Inflamasi Non Steroid selama ini.
Indikasi
Osteoarthritis dan Rheumatoid Arthritis.
Dosis
Pemberian oral:
Pada osteoarthritis: 7,5 mg satu kali sehari, jika diperlukan dosis
dapat ditingkatkan hingga 15 mg satu kali sehari.
Pada rheumatoid arthritis: 15 mg satu kali sehari, dapat dikurangi
sampai 7,5 mg/hari tergantung respon klinis.
Untuk pasien dengan resiko tinggi diberikan dosis awal 7,5 mg satu
kali sehari.
Untuk pasien penderita gagal ginjal dosis tidak lebih dari 7,5 mg satu
kali sehari.
Peringatan dan perhatian
- Iritasi saluran cerna, tukak lambung, pendarahan dan perforasi
dapat terjadi pada penggunaan obat-obat NSAID.
27
- Hati-hati jika diberikan kepada pasien dengan riwayat penyakit
gastrointestinal (pendarahan dan tukak), penurunan fungsi ginjal,
kegagalan fungsi hati, penyakit hepatik, dehidrasi, hipertensi
ataupun asma.
- Hati-hati jika diberikan pada orang tua.
- Hati-hati jika digunakan bersamaan dengan antikoagulan.
- Keamanan penggunaan pada anak belum diketahui dengan pasti.
- Keamanan penggunaan untuk ibu menyusui belum diketahui
dengan pasti maka tergantung dari pentingnya pengobatan bagi si
ibu disarankan untuk menghntikan penggunaan obat atau berhenti
menyusui.
- Penderita sebaiknya diberitahu tentang tanda-tanda atau gejala-
gejala toksisitas gangguan pencernaan yang serius dan langkah-
langkah yang harus diambil jika terjadi.
- Pengobatan harus dihentikan pada kasus tukak lambung atau
perdarahan gangguan saluran pencernaan
Efek Samping
Efek Samping jarang terjadi, seperti:
- Gangguan pencernaan: sakit perut, konstipasi, diare,
dispepsia, flatulence, mual dan muntah. Seluruh tubuh: edema,
pain.
- Sistem saraf pusat dan periferal: pusing, sakit kepala.
- Hematologi: anemia.
- Musculo-skeletal: artralgia, back pain.
- Psikiatri: insomnia.
- Sistem pernafasan: batuk, sistem pernafasan bagian atas, infeksi
saluran pernafasan.
- Kulit: pruritus, rash.
- Saluran kemih: micturition frequency, infeksi saluran kemih.
Kontraindikasi
- Pasien yang hipersensitif terhadap Meloxicam, Aspirin atau obat-
obat Anti inflamasi Non Steroid lainnya.
- Penderita dengan penyakit ginjal berat.
- Wanita hamil dan menyusui.
28
- Anak-anak.
- Tukak lambung aktif selama 6 bulan terakhir atau memiliki riwayat
penyakit tukak lambung yang berulang.
- Gagal ginjal non-dialisis berat.
- Perdarahan gangguan saluran pencernaan, perdarahan
cerebrosvaskular atau perdarahan penyakit lainnya.
Interaksi obat
- Risiko pendarahan dapat meningkat jika diberikan bersamaan
dengan antikoagulan (walfarin, heparin), anti platelet
(ticlopidine,clopidogrel,
aspirin, abciximab, dipyridamole, eptifibatide, tirofiban).
- NSAID dapat menurunkan efek antihipertensi dari ACE Inhibitor,
hidralazine dan thiazide.
- Penggunaan bersamaan dengan kortikosteroid dapat
meningkatkan risiko tukak lambung.
- Aspirin meningkatkan konsentrasi meloxicam dalam serum.
- Cholestyramine (kemungkinan juga colestipol) meningkatkan
meloxicam clearance.
- NSAID dapat meningkatkan nefrotoksisitas cylosporine.
- NSAID dapat meningkatkan kadar litium.
- Konsumsi alkohol dapat meningkatkan iritasi mukosa lambung
3. Perhitungan Bahan dan Aturan Pakai
1. Diazepam = 10 tab
Penggunaan 1 x sehari satu tab
2. Meloxicam = 6 tab
Penggunaan 2 x sehari satu tablet
4. Perhitungan Harga
1. Diazepam ( Isi 100 tab) = Rp.12.500,-
Dalam Resep diambil 5 tab = Rp. 250 + 1500 + 500
= Rp. 2.250,-
2. Meloxicam ( isi 20 tablet) = Rp. 40.000,-
Diambil setengah dari resep 3 tab = Rp.6.000 + 1500 + 500
= Rp. 8.000,-
29
5. Etiket
Apotek Simulasi Farma SIP No. 512/IPD/0037/KPPT/2012
Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Palembang. Telp (0711) 352671
Apoteker: Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt
Palembang, 06 Oktober 2014
Nomor : 03
Diazepam Satu kali sehari satu tablet
Meloxicam
Dua kali sehari satu tablet
Pro : Ahad (52 th)
30
BAB IV
SKENARIO
Resep 1
AA : Selamat pagi mbak
Mbak : Pagi juga
AA : Ada yang bisa saya bantu
Mbak : Ini mbak, saya mau nebus resep dokter
AA : Boleh dilihat dulu resepnya
Mbak : Iya ini resepnya..
AA :Tunggu bentar ya mbak. Mau dicek dulu obatnya, ada semua atau tidak.
Mbak : Oh ya mbak.
AA : Ini Mbak, obat yang atorsan 20 mg gak ada, adanya yang 40 mg.
Gimana kalau kami nelfon dokter dulu mb, jadi tunggu dulu ya mb, jika
agak lama.
Mbak : tapi jangan terlalu lama ya mbak. Soal nya lagi buru-buru.
AA : Iya, tunggu sebentar ya mbak.
Mbak : iya.
Lalu AA dalam menelfon Dokter yang bersangkutan.
AA dlm : Selamat pagi dok,kami dari apotek simulasi farma, ada resep dari
dokter atas nama bapak Husni. Dokter meresepkan atorsan 20mg, tapi apotek
kami adanya yang 40mg dok. Jadi gimana dok? Mau diganti apa tidak?
Oh baik dok..
Lalu AA dalam mengatakan pada AA luar.
AA : Mbak obat yang Atorsan tidak ada, jadi harga semuanya Rp. 624.000,-
tanpa Atorsan. Mau di tebus semuanya atau separuh dulu?
Mbak : separuh aja dulu deh mb.
AA : ini Obatnya mb.
Mbak : Aturan pakainya gimana Mb?
31
AA : Semuanya diminum satu kali sehari satu tablet ya mbak. Tapi,khusus
untuk obat ISDN minum nya jangan langsung ditelan,tapi diletakkan di
bawah lidah.
Mbak : Loh,biasanya obat tu di telan kenapa ISDN diletakkan dibawah lidah
mbak?
AA : Soalnya obat ini diserapnya bukan dilambung mbak,tapi lewat pembuluh
darah yang ada di bawah lidah.
Mbak : apa nggak pahit mbak kalau diletakkan dibawah lidah, nanti kakek saya
nggak mau gimana?
AA : gak Mb, gak pahit kok.
Mbak : ohh..gitu ya mbak. Terus ini kan semu nya diminum satu kali sehari,nah
minumya sekaligus apa ada jeda waktunya tiap obat?
AA : Diminum sekaligus aja nggak apa-apa mbak.
AA : Terus yang empat macam nya bisa diminum pagi hari nggak apa-apa.
Mbak :Oke mbak, jadi berapa harganya mbak?
AA : Totalnya jadi Rp. 270.535,-
Mbak : ini mbak uangnya.
AA : oh iya,ini uangnya pas ya mbak.
Mbak : Terima kasih mbak
AA : Sama-sama,semoga kakek nya cepat sembuh ya mbak.
32
Resep 2
Di suatu pagi yang cerah,
AA : Selamat pagi !
Bapak Ahad : selamat pagi. Ada perlu apa ya ?
AA : Loh, harusnya saya yang tanya pak, ada perlu apa ?
Bapak Ahad : Oaaallaah, iya salah dek, ini saya mau tanya, saya mau apa ya
kemari ?
AA : Loh, mungkin bapak mau beli obat,
Bapak Ahad : Oh iya ini resep saya.
AA : biar saya lihat dulu ya pak.
AA : bapak, meloxicam nya lagi kosong.
Bapak Ahad : Jadi gimana dek ?
AA : Ini pak kita punya gantinya, namanya camelox, guna obat nya
sama kok pak, mau gak diganti ?
Bapak Ahad : Aduh gimana ya dek . Saya ndak tau masalah kayak itu. Saya
taunya Cuma ambil resep, tebus obat, trus makan.
AA : Oh kalo begitu saya coba tanya ke dokter nya aja ya pak.
AA : Halo, Selamat pagi, dengan dr. Muslim ?
Dokter : Iya Selamat pagi, Ini siapa ya ?
AA : Maaf mengganggu pak, saya Dwi Apipa, AA dari Apotek Simulasi
Farma. Ini kan ada resep dokter atas nama Bapak Ahad.
Dokter : Iya ada masalah apa ?
AA : Ini dok, dalam resep dokter tertulis dua obat, Meloxicam dengan
Diazepam. Apotik kami sedang tidak ada Meloxicam, adanya
Camelox dok.
Dokter : Branded ya ? Ya udah saya setuju saja, tapi coba tanya lagi
sama pasiennya mau atau tidak.
AA : Oh iya, terima kasih dok.
AA : Nah pak, kalo kata dokternya gak apa apa diganti, bapak mau
gak ?
33
Bapak Ahad : Kira-kira berapa itu harga obat nya ? saya Cuma bawa uang
sedikit ini.
AA :Oh yasudah kita hitung dulu ya pak.
AA : Ini pak, harganya Rp 14.500
Bapak Ahad : Aduh kayak nya kurang ini uang nya.
AA : boleh ditebus setengah kok pak.
Bapak Ahad : Setengah Obatnya ya ? Ya udah ndak papa lah dek.
AA : Ya sudah ditunggu dulu ya pak. Ini nomor antriannya. bapak
nunggu nya sambil duduk disana ya.
Bapak Ahad : Iya .
Setelah resepnya jadi.
AA : Bapak Ahad.
Bapak Ahad : Iya, ada apa ya ?
AA : Ini resepnya sudah siap pak.
AA : Bapak sudah biasa minum obat ini ?
Bapak Ahad : Iya biasa dek, saya biasa minum pagi hari 3 tablet.
AA : Aduh pak,bapak sudah lupa ya ? Ini Cuma ada dua obat pak.
Diminumnya ada aturan pak. Kalo yang camelox diminum nya
dua kali sehari satu tablet. Pagi hari satu tablet, malam hari satu
tablet lagi pak.
Bapak : Ooh, kalo yang ini ?
AA : Obat yang ini diazepam pak, diminum satu kali sehari, minum
nya malam hari pak satu tablet.
Bapak Ahad : Loh kok malem ? Ndak pagi aja dek ?
AA : Gak boleh pak, ini kan obatnya biar bapak bisa tidur , biar bisa
istirahat. Kalo diminum pagi hari nanti bapak jadi mau tidur terus
seharian.
Bapak Ahad : Oh begitu. Jadi gimana tadi ?
AA : Hhhh... Begini aja pak,bapak tinggal sama siapa dirumah ?
Bapak Ahad : Sendirian dek. Anak saya lagi kerja kalo pagi begini.
AA : Hhhh... Berarti ada orang di rumah ya pak.
34
Bapak Ahad : Ada kalo sore, dia udah pulang kerja.
AA : Hhhhh.. Begini aja pak, biar saya buatkan catatan kecil, nanti
kalo anak bapak sudah pulang, catatan nya dikasih sama anak
nya ya pak. Biar nanti anak nya yang ngingatin bapak kalo udah
waktunya minum obat.
Bapak Ahad : oh ya udah, boleh juga .
AA : Ini pak obatnya, harganya Rp 7.500
Bapak Ahad : Ya udah ini uangnya. bapak pulang ya.
AA : Sebentar pak, uang bapak lebih.
Bapak Ahad : Oh iya, udah terima kasih ya . Hati-hati di jalan ya.
AA : Iya Pak sama-sama
35
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah
Sakit. Depkes RI: Jakarta.
Darmansjah, Iwan, Prof.1994. Jurnal Ilmiah : Polifarmasi pada Usia Lanjut.
Diakses tanggal 31 Oktober 2014
Darmojo-Boedi, Martono Hadi (editor). 2006. Buku Ajar Geriatri. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran UI: Jakarta
Depkes. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata Laksana Terapi Obat) Untuk
Pasien Geriatri. Depkes RI: Jakarta
http://www.apotikantar.com/. Diakses pada 01 November 2014
http://bukusakudokter.org/. Diakses pada 01 November 2014
http://www.dexa-medica.com/. Diakses pada: 01 November 2014
Mansjoer, Arif. 2004. Kapita Selekta Kedokteran Ed 3. Media Aesculapius:
Jakarta
Mubarak. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi. Salemba
Medika: Jakarta
Notoatmodjo, S.2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta:
Jakarta.
Setiabudhi, T. & Hardywinoto. (2005). Panduan Gerontologi Tinjauan dari
Berbagai Aspek Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut
Usia. Gramedia: Jakarta
Setiabudi, S. & Hardywinoto. (2005). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
ASKEP. Salemba Medika: Jakarta
36
Lampiran 2
Daftar Nama Pemain
1. Sutradara : Ika Yuliana
2. Pasien 1 : Diana Sari
3. Pasien 2 : Benny Budiman Al-Haq
4. AA depan : Gemi Oktami
5. AA depan : Dwi Apipa
6. AA belakang : Arvalendini Arsyrianti
7. AA belakang : Farida Budiarti