P a g e | 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST PARTUM BLUES
(MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH REPRODUKSI)
DISUSUN OLEH : RIA PARAMITA JARWO (121141040) DONY IRVANSYAH (121141042) M. GHUFRON (121141017)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURABAYA2014
KATA PENGANTAR
P a g e | 2
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT Yang Maha Mendengar Lagi Maha
Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah “Asuhan Keperawatan pada Klien Post Partum Blues” dengan waktu
yang telah direncanakan.
Dalam proses menyelesaikan tugas makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah
memberikan bantuan berupa ilmu, saran, serta kritik yang menunjang, yang berarah positive pada
tugas penulis.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis
harapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kami mahasiswa/i ilmu keperawatan.
Surabaya, 15 Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
P a g e | 3
KATA PENGANTAR ................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan…… ................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................... 3
2.1 Definisi ...................................................................................... 3
2.2 Individu yang berisiko................................................................ 3
2.4 Etiologi ..................................................................................... 4
2.5 Patofisiologi ............................................................................... 5
2.6 Manifestasi klinis ....................................................................... 5
2.7 Penatalaksanaan ........................................................................ 6
2.8 WOC.......................................................................................... 8
2.9 Pemeriksaan penunjang .............................................................. 9
2.10 Komplikasi............................................................................... 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................... 10
3.1 Pengkajian.................................................................................. 10
3.2 Riwayat kesehatan...................................................................... 10
3.3 Pemeriksaan fisik ....................................................................... 12
3.4 Diagnosa keperawatan................................................................ 13
3.5 Rencana keperawatan ................................................................. 13
3.6 Implementasi.............................................................................. 18
3.7 Evaluasi ..................................................................................... 19
BAB IV PENUTUP ........................................................................ 20
4.1 Kesimpulan ................................................................................ 20
4.2 Saran.......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 21
P a g e | 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan
adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap
bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap
sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan
emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses
kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari
norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus
berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang
berat.
Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis
terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian masa nifas
adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan
dengan kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989). Dari dua pengertian di atas kelompok
meyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat
kandungan dan anggota badan serta psikososial yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan
selama 6 minggu. Dalam proses adaptasi pada masa postpartum terdapat tiga metode yang meliputi
”immediate puerperineum” yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan, ”early puerperineum” yaitu
setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan ”late puerperineum” yaitu setelah satu minggu sampai 6
minggu postpartum.
Perubahan psikologi pascapartum pada seorang ibu yang baru melahirkan terbagi dalam tiga
fase:
1. Taking in dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak bertanya dan bercerita
tentang pengalamannya selama persalinan yang berlangsung 1 sampai 2 hari.
2. Taking hold dimana pada fase ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang berlangsung 4 sampai 5
minggu.
3. Letting-go dimana ibu mempunyai persepsi bahwa bayinya adalah perluasan dari dirinya, mulai
fokus kembali pada pasangannya dan kembali bekerja mengurus hal-hal lain.
Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi pada seorang ibu yang baru
melahirkan. Namun, kadang-kadang terjadi perubahan psikologi yang abnormal.
P a g e | 5
Gangguan psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum blues atau kesedihan
pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis, dan psikosis pascapartum.
Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai post partum blues. Beberapa
penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada
minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi
psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak
berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala
atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan postpartum blues?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
1.3.1.1 Menjelaskan konsep tentang postpartum blues.
1.3.1.2 Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien postpartum blues.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Menjelaskan definisi dari postpartum blues.
1.3.2.2 Menjelaskan etiologi dari postpartum blues.
1.3.2.3 Menjelaskan patofisiologi dari postpartum blues.
1.3.2.4 Menjelaskan manifestasi klinis dari postpartum blues.
1.3.2.5 Menjelaskan komplikasi postpartum blues.
1.3.2.6 Menjelaskan penatalaksanaan medis postpartum blues.
1.3.2.7 Menjelaskan pemeriksaan fisik postpartum blues.
1.3.2.8 Menjelaskan WOC postpartum blues.
1.3.2.9 Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien postpartum blues.
P a g e | 6
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis
referensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-salin yang disebut
sebagai ‘milk fever ‘ karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini,
post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai
suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan
atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan
berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Post-partum blues ini sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak
ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak
menyenangkan dan dapat membuat perasaan-perasaan tidak nyaman bagi wanita yang
mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang
lebih berat yaitu depresi, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan
perkawinan dengan suami dan perkembangan anak, karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-
menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis, cenderung rewel,
pencemas, pemurung dan mudah sakit. Keadaan ini sering disebut puerperium atau trimester keempat
kehamilan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan) atau gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan
hubungannya dengan si bayi, ataupun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat
persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam
tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
2.2 Individu yang Berisiko
Secara global diperkirakan terdapat 20% wanita melahirkan menderita post partum blues, di
Belanda diperkirakan sekitar 2-10% ibu melahirkan mengidap gangguan ini. Beberapa kondisi yang
dapat memunculkan depresi post partum blues:
2.1.1 Ibu yang pernah mengalami gangguan kecemasaan termasuk depresi sebelum hamil.
2.1.2 Kejadian-kejadian sebagai stressor yang terjadi pada ibu hamil, seperti kehilangan
suaminya.
P a g e | 7
2.1.3 Kondisi bayi yang cacat, atau memerlukan perawatan khusus pasca melahirkan yang
tidak pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnya.
2.1.4 Melahirkan di bawah usia 20 tahun.
2.1.5 Tidak adanya perencanaan kehamilan atau kehamilan yang tidak diharapkan
2.1.6 Ketergantungan pada alkohol atau narkoba.
2.1.7 Kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, suami, dan teman.
2.1.8 Kurangnya komunikasi, perhatian, dan kasih sayang dari suami, atau pacar, atau orang
yang bersangkutan dengan sang ibu.
2.1.9 Mempunyai permasalahan keuangan menyangkut biaya, dan perawatan bayi.
2.1.10 Kurangnya kasih sayang dimasa kanak-kanak
2.1.11 Adanya keinginan untuk bunuh diri pada masa sebelum kehamilan.
2.3 Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui secara pasti, namun banyak faktor yang diduga berperan
dapat menyebabkan post partum blues, diantaranya :
2.3.1 Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesterone,
prolaktin dan ekstradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada
gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktivitas enzim monoamine
aksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang
berperan dalam perubahan mood dan depresi.
2.3.2 Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
2.3.3 Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
2.3.4 Latar belakang psikososial ibu, seperti ; tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan jiwa sebelumnya, social ekonomi serta
keadekuatan dukungan social dari lingkungan ( suami, keluarga dan teman ). Apakah suami
menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga dan teman memberikan dukungan moril (
misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tang selama atau berperan sebagai tempat ibu
mengadu/berkeluh-kesah ) selama ibu menjalani kehamilannya atau timbul permasalahan misalnya
suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan
suami, problem dengan orangtua dan mertua, problem dengan si sulung.
2.3.5 Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
P a g e | 8
Ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa postpartum blues tidak berhubungan
dengan perubahan hormonal, biokimia atau kekurangan gizi. Antara 8 % sampai 12 % wanita tidak
dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan sehingga mencari bantuan
dokter. Dengan kata lain para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi postpartum jika
mereka tertekan secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang
menekan.
Ada juga pendapat bahwa kemunculan dari postpartum blues ini disebabkan oleh beberapa
faktor dari dalam dan luar individu. Penelitian dari Dirksen dan De Jonge Andriaansen ( 1985 )
menunjukan bahwa depresi tersebut membawa kondisi yang berbahaya bagi perkembangan anak
dikemudian hari.
2.4 Patofisiologi
Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bisa menimbulkan terjadinya baby blues ini atau
biasa dikenal dengan post partum blues. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat
berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas
enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi nonadrenalin dan
serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
Karena proses ini pula seorang ibu setelah melahirkan mengalami perubahan pada tingkat
emosional. Biasanya ibu akan mengalami kenaikan dalam resons psikologisnya, sensitive dan lebih
membutuhkan perhatian, kasih sayang dari orang di sekitarnya yang di anggap penting baginya.
Keabnormalitasan pada post partum blues ini mengakibatkan rasa tidak nyaman, kecemasan yang
mendalam pada diri ibu, tek jarang terkadang seorang ibu menangis tanpa sebab yang pasti. Khawatir
pada bayinya dengan kekhawatiran yang berlebihan
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala post partum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala
tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan
sikap tersebut diantaranya Ibu sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak
mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung (iritabilitas),
merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah, khususnya terhadap hal yang semula
sangat diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan, merasa tidak
mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja di lahirkan, insomnia yang berlebihan.
Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu
P a g e | 9
antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau
beberapa bulan itu dapat disebut post partum depression.
2.6 Penatalaksanaan
Post partum blues atau gangguan mental pasca-salin seringkali terabaikan dan tidak ditangani
dengan baik. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka
merasakan ada suatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang
sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya untuk minta
pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih banyak, tidak
gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa gembira menyambut
kedatangan bayi yang mereka cintai.
Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan
gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues
membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan
yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik
lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran
dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan
dan atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis. Dengan
bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali
kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan
konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan
pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam
bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk
kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan yang tepat
bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang
diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat
sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang
proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa
tersebut serta penanganannya.
Post partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas
panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru
sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan
mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Dalam
P a g e | 10
penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues dibutuhkan pendekatan
menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan
pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-
saat tertentu.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku,
emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan
lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
P a g e | 11
2.7 WOC (Web Of Caution)
Faktor hormonal: perubahan
kadar estrogen, progesterone, prolaktin dan
ekstradiol
Estrogen
Estrogen me
Faktor demografi (usia
& paritas)
Faktor pengalamandalam proses kehamilan &
persalinan
Factor latar belakang
psikososial
Faktor Takut
kehilangan bayinya/kecewadengan bayinya
POST PARTUM BLUES
Efek supresi enzim
monoamineoksidase me
Inaktivasi noradrenalin & serotonin
Perubahan mood & depresi
Anstabil koping individual
Progesteron
Stimulant kelejar susu
Payudara >>, areola melebar & lebih gelap
Tidak nyaman (minder)
MK: Resiko perubahan peran menjadi orang tua
Prolaktin (+)
Prolaktin me
Stimulant kelenjar susu
me
Produksi ASI me
MK: Ansietas
Oxitoksin +/-
Kontraksi rahim
MK: Nyeri
Partus lama
MK: Gangguan pola tidur
Endorphin
Rasa senang & mengurangi rasa nyeri
MK: Kurang pengetahuan
mengenai keperawatan diri & bayi
MK: Potensial terhadap pertumbuhan koping
keluarga
P a g e | 12
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung post
partum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat disimpulkan
sebagai gangguan depresi post partum blues bila memenuhi kriteria gejala yang ada. Kekurangan
hormon tyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa (fatigue)
ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar tyroid yang
sangat rendah.
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca
salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa questioner sebagai alat
bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan quesioner dengan validitas yang
teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin.
Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah
serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10
(sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang
mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca
salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu
5 menit. Cox et. Al., mendapati bahwa nilai skoring lebih besar dari 12 (dua belas) memiliki
sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian post-partum blues .
EPDS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia, dan
Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya
meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.
Pertanyaan- pertanyaan pada EPDS berhubungan dengan labilitas perasaan (suasana hati yang
terus menerus berubah- ubah dan tidak dimengerti), kecemasan (rasa cemas yang dialami ibu tanpa
sebab yang jelas) serta perasaan bersalah (perasaan menyalahkan diri sendiri atas semua rasa
ketidakmampuan menjadi seorang ibu).
2.8.1 Cara Menggunakan EPDS
a. Ibu diminta utnuk memeriksa respon paling dekat yang datang dengan apa yang dia rasakan
dalam 7 hari.
b. Semua item harus diselesaikan.
c. Perawatan harus keluar untuk menghindari kemungkinan ibu mendiskusikan jawaban dengan
lain (jawaban berasal dari ibu atau wanita hamil).
P a g e | 13
d. Ibu harus menyelesaikan skala sendiri, kecuali dia memiliki keterbatasan bahasa inggris atau
memiliki kesulitan dengan membaca.
2.8.2 Cara Skoring EPDS
2.8.2.1 Pernyataan 1,2, dan 4 ( Tidak ada tanda bintang ) skornya :
a. 0
b. 1
c. 2
d. 3
2.8.2.2 Pernyataan 3,5,6,7,8,9, dan 10 ( Ditandai dengan tanda bintang ) skornya :
a. 3
b. 2
c. 1
d. 0
2.8.3 Penghitungan skor :
a. Skor maksimal : 30
b. Kemungkinan Depresi : 10 atau kurang
c. Selalu lihat item 10 (berfikiran untuk bunuh diri)
2.8.4 Penghitungan skor :
a. 0 -8 : kemungkinan depresi rendah
b. 8 – 12 : baru pengalaman mempunyai bayi atau mengalami Postpartum Blues
c. 13 – 14 : tanda- tanda kemungkinan terjadi PPD; take preventive measures
d. 15+ : kemungkinan pasti mengalami depresi postpartum secara klinis
P a g e | 14
2.9 Pencegahan
Pencegahan pada post partum blues dapat dicegah dengan cara, yaitu:
2.9.1 Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu
memperhatikan si ibu.
2.9.2 Menu makan yang seimbang.
2.9.3 Olahraga secara teratur.
2.9.4 Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.
Contoh data kuesioner EPDS
P a g e | 15
2.9.5 Rencanakan acara keluar bersama bayi, berdua dengan suami.
2.9.6 Rekreasi.
P a g e | 16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN POST PARTUM BLUES
3.1 Pengkajian
a) Identitas klien
Nama ibu : Ny. IR
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jln. Raya SMAN 1 Gading rejo
b) Identitas suami
Nama : Tn. A
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Raya SMAN 1 Gading rejo
3.2 Riwayat kesehatan
Anamnesa tanggal 11 Agustus 2007
1. Keluhan utama
Ibu dengan P2A0 post partum 4 hari yang lalu mengatakan sulit tidur, cemas, tidak nafsu
makan, perasaan tidak berdaya, tidak senang melihat bayinya, tidak perduli dengan bayinya dan tidak
perduli dengan penampilan dan kebersihan dirinya.
2. Riwayat Persalinan saat ini
Anak lahir spontan pada hari senin tanggal 07 Agustus 2007 pukul 18.30 WIB.
a) Kala I : Lamanya 4 jam 15 menit, jumlah perdarahan blood slym dan berlangsung normal.
b) Kala II : Pukul 15.30, persalinan spontan pervaginam, jenis kelamin perempuan, BB 3000
gram, PB 48 cm, Agar score 8/10, rupture perineum tidak ada, perdarahan 50 cc, lamanya 15 menit.
P a g e | 17
c) Kala III : Placenta lahir pada pukul 15.45. WIB dengan melakukan manajemen aktif kala III,
berat placenta 500 gr, panjang tali pusat 30 cm, dengan jumlah perdarahan 250 cc, lamanya 15 menit.
d) Kala IV : Berlangsung normal, keadaan umum baik, kesadaran composmentis, kontraksi
uterus baik, tidak ada nyeri tekan.
e) TD : 110/70 mmHg, RR : 20 x/mnt, Suhu 36,70C, Pols 80 x/mnt, Perdarahan 100 cc lamanya
2 jam.
3. Pola hidup sehari-hari
a) Nutrisi
Sebelum melahirkan : Sebelum perut ibu terasa mulas, ibu makan 3 x sehari dan minum 7-8
gelas/hari. Tapi setelah timbul rasa mulas nfasfu makan ibu berkurang, tetapi ibu banyak minum air
putih.
Setelah melahirkan : Ibu makan 2 x sehari, dengan porsi makan ½ piring nasi, ¼ mangkuk
sayur bening, 2 potong tempe, ibu tidak suka minum susu, nafsu makan berkurang, minum 6-8 gelas
per hari.
b) Eliminasi
Sebelum melahirkan : Ibu biasanya BAB 1 x sehari, yaitu pada pagi hari, dan ibu mengatakan
sering BAK.
Setelah melahirkan : Ibu mengatakan setelah melahirkan baru BAB 1 x
c) Istirahat
Sebelum melahirkan : Sebelum perut ibu terasa mulas ibu bisa tidur 6-7 jam/hari dan tidur
siang 1 jam dalam sehari.
Setelah melahirkan : Ibu mengatakan sulit tidur dan tidak pernah tidur siang, ibu hanya tidur 3-
4 jam/hari.
d) Aktifitas
Sebelum melahirkan : Ibu masih sanggup melakukan aktifitasnya termasuk mengurus segala
keperluan rumah tangga, contohnya masak.
Setelah melahirkan : Saat ini ibu merasa masih perlu bantuan dalam melakukan aktifitasnya.
e) Personal hygiene
Sebelum melahirkan : Ibu mengatakan mandi 2 x sehari, ganti pakaian 2 x sehari dan cuci
rambut 1 x sehari.
P a g e | 18
Setelah melahirkan : Ibu mengatakan mandi 1 x sehari, ganti pakaian 1 x sehari dan cuci
rambut 1 x seminggu.
f) Ekstermitas
Simetris kanan dan kiri, tidak cacat, jari-jari lengkap, tidak ada varices dan oedem, kuku jari
terlihat agak panjang dan kotor.
3.3 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Ibu tampak cemas dan gelisah
Kesadaran : Composmentis
2. TTV (Tanda-Tanda Vital)
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36˚C
RR : 20 x/menit
Pols : 80 x/menit
3. Pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
a) Rambut : hitam, pendek, kusam, terlihat kering dan kotor.
b) Wajah : oedema (-), terlihat agak kusam dan tidak ada cloasma glavidarum.
c) Mata : konjungtiva agak pucat, sclera putih, oedema pada kelopak mata (-)
dan penglihatan normal.
d) Hidung : fungsi penciuman (+), kebersiahan baik, polip (-), peradangan (-) dan
mukosa berwarna merah muda.
e) Mulut : fungsi pengecapan (+), stomatis (-), caries (-), bibir pecah-pecah dan
terlihat kering.
f) Telinga : simetris kanan dan kiri, fungsi pendengaran (+), kebersihan kurang,
tidak ada pengeluaran serum, daun telinga ada.
g) Leher : pembesaran kelenjar btyroid dan vena jugularis (-), terlihat agak kotor.
h) Dada : payudara simetris kanan dan kiri, puting susu menonjol, pembesaran
(+), benjolan pada payudara (-), konstitensi keras, keadaannya kurang bersih, hyperpigmentasi
areola mammae.
i) Abdomen : nyeri tekan (-), oedema (-) dan varises pada restal, tidak ada hemoroid.
j) Ekstermitas
- Ekstermitas atas : Simetris kanan dan kiri, tidak ada cacat, bebas digerakkan,
lengkap dan keadaannya kurang bersih
P a g e | 19
- Ekstermitas bawah : Simetris kanan dan kiri, tidak ada cacat, bebas digerakkan,
lengkap dan keadaannya kurang bersih.
3.4 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues menurut Marilynn E.Doenges ( 2001 )
Adalah :
1) Risiko kekerasan terhadap diri sendiri b.d status emosional post partum.
2) Resiko gangguan proses menyusui b.d karakteristik fisik payudara ibu.
3) Nyeri b.d efek-efek hormonal.
4) Gangguan pola tidur b.d respon hormonal dan psikologis (sangat gembira, ansietas,
kegirangan), nyeri atau ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melelahkan.
5) Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua b.d pengaruh komplikasi fisik dan
emosional.
6) Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi b.d kurang paparan
informasi, kesalahan interprestasi, tidak mengenal sumber-sumber.
7) Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga b.d kecukupan pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan individu dan tugas-tugas adaptif memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke
permukaan.
3.5 Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan/Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1. Risiko
kekerasan terhadap
diri sendiri b.d status
emosional post
partum.
Mengenal penangana
n klien dengan
perilaku kekerasan.
Penanganan klien
dengan perilaku
kekerasan.
Cara yang dipilih
untuk membantu
merubah perilaku
klien.
Tingkat kemarahan
Bantuan kontrol marah:
- Observasi tanda-tanda
perilaku kekerasan pada
klien.
- Bantu klien
mengidentifikasi tanda-
tanda perilakukekerasan :
(emosi, fisik,social,
spiritual).
- Dukung dan fasilitasi
klien untuk mencari
-Tanda-tanda kemarahan
dapat beresiko terjadi
kekerasan terhadap diri
sendiri maupun orang lain.
-Pasien mengetahui respon
marah.
-Meminimalisir resiko
kekerasan.
P a g e | 20
bantuan saat muncul
marah.
- Diskusikan bersama
klien pangaruh
negatif perilaku
kekerasan terhadap
dirinya, orang lain dan
lingkungan.
2. Resiko gangguan
proses menyusui b.d
karakteristik fisik
payudara ibu
Mengungkapkan
pemahaman tentang
proses / situasi
menyusui
mendemonstrasikan
teknik efektif dari
menyusui,
menunjukan
kepuasan regimen
menyusui satu sama
lain
- Kaji pengetahuan dan
pengalaman klien
tentang menyusui
sebelumnya.
- Tentukan system
pendukung yang tersedia
pada klien, dan sikap
pasangan / keluarga.
- Demonstrasikan dan
tinjau ulang teknik-
teknik menyusui.
- Identifikasi sumber-
sumber yang tersedia di
masyarakat sesuai
indikasi.
- Membantu dalam
mengidentifikasi
kebutuhan saat ini.
- Mempunyai dukungan
yang cukup meningkat
kesempatan untuk
pengalaman menyusui
dengan berhasil.
- Membantu menjamin
suplai susu adekuat dan
mencegah putih pecah.
- Pelayanan ini mendukung
pemberian ASI melalui
pendidikan klien.
3. Nyeri b.d efek-
efek hormonal.
Mengidentifikasi
kebutuhan dan
mengunakan
intervensi untuk
mengatasi
ketidaknyamanan
- Tentukan adanya, lokasi
dan sifat.
ketidaknyamanan.
- Inspeksi perbaikan
perineum dan epiostomi.
- Mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan
khusus.
- Dapat
menunjukkan trauma
berlebihan
pada jaringan perineal
& terjadinya komplikasi
yang memerlukan evaluasi
/ intervensi lanjut.
P a g e | 21
- Berikan kompres es pada
perineum, khususnya
selama 24 jam pertama
setelah melahirkan.
- Berikan kompres panas
lembab (misalnya :
rendam duduk / bak
mandi).
- Anjurkan duduk dengan
otot gluteal terkontraksi
diatas perbaikan
episiotomy.
- Kolaborasi dalam
pemberian obat analgesic
30-60 menit sebelum
menyusui.
- Memberikan anestesi
local, meningkatkan
vasokontriksi, dan
mengurangi edema &
vasodilatasi.
- Meningkatkan sirkulasi
pada perineum,
meningkatkan oksigenasi
dan nutrisi pada jaringan,
menurunkan edema dan
meningkatkan
penyembuhan.
- Penggunaan
pengencangan gluteal
saat duduk
menurunkan stress &
tekanan langsung pada
perineum.
- Memberikan
kenyamanan,
khususnya selama
laktasi, bila afterpain
palinghebat karena
pelepasan oksitosin
4. Gangguan pola
tidur b.d respon
hormonal dan
psikologis (sangat
gembira, ansietas,
kegirangan), nyeri
atau
ketidaknyamanan,
proses persalinan
dan kelahiran
- Pantau pola tidur dan
catat hubungan faktor-
faktor fisik
- Hindari suara keras dan
penggunaan lampu saat
tidur malam.
- Cari teman sekamar
yang cocok bagi pasien,
jika memungkinkan.
- Berikan tidur siang jika
- Pola tidur yang efektif
membuat pasien lbih
segar.
- Suara keras dapat
mengganggu tidur pasien.
- Teman sekamar sebagai
tempat berbagi masalah.
- Tidur siang dapat
P a g e | 22
melelahkan diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan
tidur.
memenuhi kebutuhan
tidur.
5. Resiko terhadap
perubahan peran
menjadi orang tua
b.d pengaruh
komplikasi fisik dan
emosional
Mengungkapkan
masalah dan
pertanyaan tentang
menjadi orang tua,
mendiskusikan peran
menjadi orang tua
secara realistis, dan
secara aktif mulai
melakukan tugas
perawatan bayi baru
lahir dengan tepat
- Kaji kekuatan,
kelemahan, usia , status
perkawianan,
ketersediaan sumber
pendukung dan latar
belakang budaya.
- Perhatikan respon
klien/pasangan terhadap
kelahiran dan peran
menjadi orang tua.
- Evaluasi sifat dari
menjadi orang tua secara
emosi dan fisik yang
pernah dialami
klien/pengalaman selama
kanak-kanak.
- Evaluasi status fisik
masa lalu dan saat ini
dan kejadian komplikasi
prenatal, intranatal dan
pascapartal.
- Evaluasi kondisi bayi ;
komunikasikan dengan
staf perawatan sesuai
dengan indikasi.
- Rujuk pada kelompok
pendukung komunitas.
-Mengidentifikasi factor-
faktor resiko potensial.
- Kemampuan klien untuk
beradaptasi secara positif
untuk menjadi orang tua
mungkin dipengaruhi oleh
reaksi ayah dengan kuat.
- Peran menjadi orang tua
dipelajari & individu
memakai peran orang tua
mereka sendiri menjadi
model peran.
- Adanya komplikasi ibu
mempengaruhi kondisi
psikologi klien.
- Ibu sering mengalami
kesedihan karena
mendapati bayinya tidak
seperti bayi yang
diharapkan.
- Membantu meningkatkan
peran menjadi orang tua.
6. Kurang
pengetahuan
Mengungkapkan
berhubungan dengan
- Pastikan persepsi klien
tentang persalinan dan
- Terhadap hubungan antara
lama persalinan dan
P a g e | 23
mengenai perawatan
diri dan perawatan
bayi b.d kurang
paparan informasi,
kesalahan
interprestasi, tidak
mengenal sumber-
sumber
pemahaman
perubahan fisiologis,
kebutuhan individu,
ahasil yang
diharapkan,
melakukan aktivitas
/ prosedur yang perlu
menjelaskan alas an-
alasan untuk
tindakan
kelahiran, lama
persalinan, dan tingkat
kelelahan klien.
- Kaji persiapan klien dan
motivasi untuk belajar.
- Berikan informasi
tentang perawatan diri,
termasuk perawatan
perineal dan hygiene,
perubahan fisiologis.
- Diskusikan kebutuhan
seksualitas dan rencana
untuk kontrasepsi.
kemampuan untuk
melakukan tanggung
jawab tugas dan aktifitas.
- Aktifitas perawatan diri /
perawatan bayi.
- Membantu mencegah
infeksi, mempercepat
pemulihan &
penyembuhan, berperan
pada adaptasi yang positif
dari perubahan fisik dan
emosional.
- Pasangan mungkin
memerlukan kejelasan
mengenai ketersediaan
metoda kontrasepsi &
kenyataan bahwa
kehamilan dapat terjadi
bahkan sebelum
kunjungan minggu ke-6.
7. Potensial terhadap
pertumbuhan koping
keluarga b.d
kecukupan
pemenuhan
kebutuhan-
kebutuhan individu
dan tugas-tugas
adaptif
memungkinkan
tujuan aktualisasi
diri muncul ke
permukaan
Mengungkapkan
keinginan untuk
melaksanakan tugas-
tugas yang mengarah
pada kerjasama dari
anggota keluarga
baru,
mengekspresikan
perasaan percaya diri
dan kepuasan
dengan terbentuknya
kemajuan dan
adaptasi.
- Kaji hubungan anggota
keluarga satu sama lain.
- Anjurkan partisipasi
seimbang dari orang tua
pada perawatan bayi.
- Perawat dapat membantu
memberikan pengalaman
positif di RS &
menyiapkan keluarga
terhadap pertumbuhan
melalui tahap-tahap
perkembangan dengan
penyertaan tambahan
anggota keluarga baru.
- Fleksibilitas & sensitisasi
terhadap kebutuhan
keluarga membantu
mengembangkan harga
diri & rasa kompeten
P a g e | 24
- Berikan bimbingan
antisipasi mengenai
perubahan emosi normal
berkenaan dengan
periode pasca partum.
- Berikan informasi
tertulis mengenai buku-
buku yang dianjurkan
untuk anak-anak
(sibling) tentang bayi
baru.
- Kolaborasi dalam
merujuk klien/pasangan
pada kelompok orang tua
pasca partum
dikomunitas.
dalam perawatan BBL
setelah pulang.
- Membantu menyiapkan
pasangan untuk
kemungkinan perubahan
yang mereka alami,
menurunkan stress
berkenaan dengan
ketidaktahuan atau dengan
kejadian yang tidak
diperkirakan & dapat
meningkatkan koping
positif.
- Membantu anak
mengidentifikasi &
mengatasi perasaan akan
kemungkinan
penggantian/penolakan.
- Meningkatkan
pengetahuan orang tua
tentang membesarkan
anak & perkembangan
anak, dan memberikan
atmosfer yang mendukung
saat orang tua
memerankan peran baru.
3.6 Implementasi (Pelaksanaan)
3.6.1 Menjelaskan bahwa ibu berada dalam masa nifas dengan depresi, yang ditandai dengan gejala
sulit tidur, tidak nafsu makan, cemas, perasaan tidak berdaya tidak senang melihat bayinya,
tidak ada perhatian pada bayinya, tidak ada perhatian dengan penampilan, kebersihan dirinya
dan bayinya. Hal ini dapat dicegah dengan ibu merawat diri, makan dengan menu seimbang
olah raga, istirahat untuk mencegah dan mengurangi perubahan perasaan. Mintalah bantuan
P a g e | 25
keluarga, teman, tetangga untuk menjaga bayi sementara saat tidur, rekreasi dan rencanakan
acara keluar bersama bayi dan bersama suami dan jika dilakukan sejak dini depresi ibu dapat
dicegah. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu :
TD :100/80 mmHg, Suhu : 36,90C, RR : 24 x/mnt, Nadi : 90 x/mnt.
3.6.2 Membantu ibu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan melibatkan keluarganya
seperti pemenuhan nutrisi, personal hygiene dan kebutuhan yang lain.
3.6.3 Menganjurkan tentang perawatan bayi sehari-hari seperti menggendongnya bila bayi
menangis, menyusuinya, mengganti popoknya bila basah, menjaga bayinya tetap kering,
bersih dan hangat, agar ibu merasa lebih dekat dengan bayinya, menyukainya dan mulai
tumbuh kasi sayangnya pada bayinya.Menganjurkan keluarga dan teman untuk mendukung
3.6.4 karena ibu membutuhkan pengertian emosional, konseling, serta tenggang waktu untuk lepas
sejenak dari kegiatan merawat bayi, bantuan dari keluarga dan teman sangat berpengaruh
dalam proses penyelesaian masalah.
3.6.5 Menganjurkan kepada ibu untuk selalu merawat dirinya dan juga bayinya.
3.6.6 Menganjurkan pada ibu untuk beristirahat cukup 8 jam sehari dan usahakanlah kalau siang
istirahat 1-2 jam waktu bayinya tidur. Menganjurkan pada keluarga selalu memantau pola
istirahat ibu.
3.6.7 Menjelaskan faktor-faktor yang dapat memperberat depresi seperti kurangnya dukungan
keluarga dirumah, peruahan hormonal, lingkungan melahirkan, jumlah anak dan hubungan
seksual yang kurang menyenangkan setelah melahirkan.
3.6.8 Melakukan kolaborasi dengan dokter/psikiater untuk mendapatkan terapi yaitu psikoterapi
dan pengobatan seperti penenangan.
3.7 Evaluasi
3.7.1 Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini.
3.7.2 Keadaan umur ibu cemas, kesadaran composmentis.
3.7.3 Tanda-tanda vital
- TD : 100/80 mmHg
- Nadi : 90 x/mnt
- RR : 24 x/mnt
- Suhu : 36,90C
3.7.4 Ibu mengerti hal-hal yang dijelaskan dan mau melakukan anjuran.
3.7.5 Ibu sudah mau mandi sore, tapi belum mau cuci rambut.
3.7.6 Ibu masih belum mau makan.
P a g e | 26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan
hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat
persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam
tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
4.2 Saran
Post partum blues dapat dicegah dengan cara :
1. Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu
memperhatikan si ibu
2. Menu makanan yang seimbang
3. Olah raga secara teratur
4. Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.
5. Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami
6. Rekreasi
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan
pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b. Dapat memahami dirinya
c. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
d. Dengan cara peningkatan support mental
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :
a. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah
seperti: membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
b. Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan
merawat bayi
P a g e | 27
c. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap
istrinya
d. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
e. Memperbanyak dukungan dari suami
f. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
g. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
h. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
i. Mengganti suasana, dengan bersosialisasi
j. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya
2. Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri klien
sendiri, diantaranya dengan cara :
a. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
b. Tidurlah ketika bayi tidur
c. Berolahraga ringan
d. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
e. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
f. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
g. Bersikap fleksibel
h. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
i. Bergabung dengan kelompok ibu
P a g e | 28
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby
Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). America :
Mosby
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.Geissler ( 2000 ), Rencana Asuhan
Adele Pilliters, Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak, EGC : Jakarta, 2002
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi - 4. Jakarta: EGC.
Budi Santosa. Panduan Diagnosa Keperawatan – Nanda 2005-2006. Prima Medika : Jakarta
Http://Www.Scribd.Com/Doc/23775250/Depresi-Post-Partum
Http://Klinis.Wordpress.Com/2007/12/29/Depresi-Postpartum
www.http//post-partum-blues.html
www.http//askep-pada-post-partum-dengan_8492.html