0
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
1
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penyelenggaraan pembangunan kesehatan
mestilah dilaksanakan dengan perencanaan program pembangunan kesehatan yang baik sesuai
dengan kebutuhan, terarah, menyeluruh dan berkesinambungan oleh segenap bangsa
Indonesia; baik oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten / kota, maupun oleh sektor
swasta dan masyarakat.Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan kesehatan nasional tersebut,
salah satu upaya yang dikembangkan adalah Sistem Informasi Kesehatan.
Sistem Informasi Kesehatan bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan
bagian fungsional dari Sistem Kesehatan yang dibangun dari himpunan atau jaringan sistem-
sistem informasi kesehatan, baik yang telah lama ada maupun yang baru diadakan, baik
manual maupun elektronis.
Kegiatan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan yang dilaksanakan
diantaranya adalah pengemasan data dan informasi kesehatan dalam bentuk penyusunan buku
Profil Kesehatan Kabupaten / Kota. Profil Kesehatan diupayakan untuk lebih berkait dengan
Sistem Kesehatan.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016 memuat berbagai data tentang
kesehatan, yang meliputi situasi derajat kesehatan, situasi upaya kesehatan, dan situasi sumber
daya kesehatan di Kabupaten Banyuasin selama tahun 2016. Profil kesehatan ini juga
menyajikan data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan seperti data
kependudukan, dan data lingkungan.
Data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat strategis bagi suatu
organisasi yang melaksanakan prinsip – prinsip manajemen modern, yaitu sebagai masukan
dalam proses pengambilan keputusan. Ketersediaan data dan informasi yang akurat, cepat, tepat
dan terkini juga dapat menggambarkan performance manajemen dari suatu organisasi.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
2
Bidang kesehatan memiliki aspek yang sangat luas sehingga kebutuhan akan data
dan informasi yang akurat, cepat, tepat dan terkini sangat besar. Pelayanan kesehatan tidak
hanya dilaksanakan oleh pemerintah akan tetapi juga oleh sector swasta. Pelayanan kesehatan
oleh pemerintah memiliki struktur organisasi yang berjenjang hingga ke tingkat desa.
Tujuan utama diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016 ini
adalah:
1. Diperolehnya gambaran keadaan kesehatan masyarakat di Kabupaten Banyuasin tahun 2016.
2. Sebagai salah satu sarana evaluasi terhadap tingkat pencapaian kinerja penyelenggaraan
program-program kesehatan di Kabupaten Banyuasin, khususnya selama tahun 2016, yang
diukur melalui Indikator Kinerja SPM (Standar Pelayanan Minimal) bidang Kesehatan.
Profil ini juga merupakan salah satu sarana pemantau pencapaian visi , yaitu
“Banyuasin Sehat dan Berkualitas tahun 2018”
Hasil evaluasi akan sangat bermanfaat untuk perencanaan dan perbaikan
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di masa mendatang.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016 ini disajikan dalam bentuk
narasi, tabel dan gambar yang terbagi dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I – Pendahuluan.
Bab ini menyajikan tentang tujuan penyusunan Profil Kesehatan dan sistematikanya
Bab II – Gambaran Umum.
Bab ini menyajikan gambaran umum dalam hal Keadaan Geografi, Keadaan Demografi,
Keadaan Lingkungan dan Keadaan Perilaku Masyarakat di Kabupaten Banyuasin
Bab III – Situasi Derajat Kesehatan.
Bab ini berisi uraian tentang indikator keberhasilan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tahun
2016 yang mencakup tentang angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi
Bab IV – Situasi Upaya Kesehatan.
Bab ini merupakan penggambaran dari upaya Pelayanan Kesehatan Dasar, Pelayanan
Kesehatan Rujukan, Pemberantasan Penyakit Menular, Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan
Sanitasi Dasar, Perbaikan Gizi Masyarakat dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
3
Bab V – Situasi Sumber Daya Kesehatan.
Bab ini menguraikan tentang Keadaan Sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan, Pembiayaan
Kesehatan dan Sarana Informasi Kesehatan
Bab VI – Kesimpulan
Bab ini memuat hal-hal yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut, berkaitan dengan
keberhasilan-keberhasilan dan hal-hal yang masih dianggap kurang dalam rangka
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Kabupaten Banyuasin
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
4
BAB IIGAMBARAN UMUM
A. LETAK GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH
Kabupaten Banyuasin adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera
Selatan, terletak di pantai timur Sumatera. Wilayahnya seluas 11.832,99 km2 (sekitar 12,18% dari
luas Propinsi Sumatera Selatan).
Gambar 2.01. Peta Wilayah Kabupaten Banyuasin
Kabupaten Banyuasin terletak di antara 1,30 – 40 Lintang Selatan dan 1040 40’ –
1050 15’ Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sbb :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Muara Jambi Provinsi Jambi dan Selat
Bangka,
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
5
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Air Sugihan dan Kecamatan Pampangan
Kabupaten Ogan Komering Ilir.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sira Pulau Padang Kabupaten Ogan
Komering Ilir; Kota Palembang; Kecamatan Gelumbang dan Kecamatan Talang Ubi
Kabupaten Muara Enim,
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lais, Kecamatan Sungai Lilin dan Kecamatan
Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin,
B. KEADAAN ALAM
1. Iklim dan Curah HujanWilayah Kabupaten Banyuasin memiliki iklim tropis basah dengan dua musim
(hujan dan kemarau), atau tipe iklim B1 menurut klasifikasi Oldemand. Suhu rata-rata 26,1 0-
27,40 Celcius. Kelembaban relatif 69,4%-85,5%. Variasi curah hujan antara 1,07–13,32 mm
sepanjang tahun. Rata-rata curah hujan 2,723 mm/tahun.
2. TopografiGambar 2.02. Bentang Alam Wilayah Kabupaten Banyuasin
Sebagian besar (80%) dari wilayah Kabupaten Banyuasin memiliki topografi
datar berupa lahan rawa pasang surut dan rawa lebak. Sedangkan selebihnya (20%) berupa
lahan kering yang berombak sampai bergelombang (berbukit-bukit) dengan sebaran
ketinggian antara 0-40 meter di atas permukaan laut. Lahan rawa pasang surut terletak di
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
6
sepanjang Pantai Timur sampai ke pedalaman, meliputi wilayah Kecamatan Banyuasin I, Air
Kumbang, Muara Padang, Muara Sugihan, Air Saleh, Makarti Jaya, Muara Telang, Sumber
Marga Telang, Banyuasin II, Pulau Rimau, sebagian Kecamatan Talang Kelapa, sebagian
Kecamatan Banyuasin III, sebagian Kecamatan Betung dan sebagian Kecamatan Tungkal Ilir.
Selanjutnya lahan rawa lebak terdapat di Kecamatan Rantau Bayur, sebagian
Kecamatan Rambutan, sebagian kecil Kecamatan Banyuasin I dan Kecamatan Banyuasin III.
Sedangkan lahan kering dengan topografi agak bergelombang terdapat di sebagian besar
Kecamatan Betung, Kecamatan Banyuasin III, Kecamatan Talang Kelapa serta sebagian kecil
Kecamatan Rambutan.
3. HidrologiBerdasarkan sifat tata air, wilayah Kabupaten Banyuasin dapat dibedakan
menjadi daerah dataran kering dan daerah dataran basah yang sangat dipengaruhi oleh pola
aliran sungai. Aliran sungai di daerah dataran kering berpola aliran dendritik (yaitu pola aliran
sungai seperti percabangan pohon dimana anak-anak sungai berkumpul bermuara ke sungai
utama dengan membentuk sudut yang tidak beraturan, baik lancip maupun tumpul).
Sedangkan aliran sungai di daerah dataran basah (rawa lebak dan rawa pasang surut)
berpola rectangular (yaitu anak-anak sungai yang menuju induk sungai membentuk sudut
siku-siku, belokan terjadi dengan tiba-tiba). Lokasi bagian tengah di setiap daerah itu sering
dijumpai genangan air yang cukup luas. Aliran sungai-sungai tersebut bermuara di Selat
Bangka. Persinggungan daratan Kabupaten Banyuasin dengan Selat Bangka membentuk
garis pantai sepanjang lebih dari 150 Km.
Beberapa sungai besar (Sungai Musi, Sungai Banyuasin, Sungai Calik, Sungai
Telang, Sungai Upang dan yang lainnya) berperan sebagai jalur transportasi yang sangat
penting bagi penduduk, dengan menggunakan sarana transportasi perahu, tongkang,
speedboat. Selain itu, di sepanjang daerah alirannya, sungai - sungai itu juga berperan
penting sebagai sumber penghidupan bagi para nelayan.
Kondisi geografis dengan banyak sungai dan rawa-rawa tersebut menjadi suatu
tantangan tersendiri yang tidak ringan bagi Tenaga Kesehatan dalam upaya memberikan
pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
4. Keadaan TanahAda 4 jenis tanah di Kabupaten Banyuasin, yaitu :
a) Organosol : terdapat di dataran rendah/rawa-rawa.
b) Klei Humus : terdapat di dataran rendah/rawa-rawa.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
7
c) Alluvial : terdapat di sepanjang sungai.
d) Podzolik : terdapat di daerah berbukit-bukit.
C. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
Kabupaten Banyuasin merupakan pemekaran dari Kabupaten Musi Banyuasin,
diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden RI pada tanggal 2 Juli 2002 sesuai
dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin. Ibukota
Pangkalan Balai.
Sejak dibentuk tahun 2002, Kabupaten Banyuasin mengalami beberapa kali
pemekaran wilayah kecamatan dan desa/ kelurahan. Hasil dari pemekaran wilayah terakhir ini,
Kabupaten Banyuasin terbagi dalam 19 wilayah kecamatan dengan jumlah desa/ kelurahan
masih tetap sebanyak 304 desa/ kelurahan. Dengan jumlah desa sebanyak 288 dan kelurahan
sebanyak 16 kelurahan.
Jarak terjauh Ibukota Kecamatan dan Ibukota Kabupaten sekitar 183 km dengan
waktu tempuh kurang lebih 5 jam perjalanan dengan transportasi air + darat. Sedangkan jarak
antara Ibukota Kabupaten (Pangkalan Balai) dengan ibukota Propinsi (Palembang) adalah 45 km
yang dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 1,5 jam dengan menggunakan kendaraan roda
empat (mobil). Pangkalan Balai, ibukota Kabupaten Banyuasin, terletak di Jalur Lintas Timur
Sumatera yang menghubungkan Kota Palembang dan Kota Jambi.
Tabel II.1. Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kel Per Kecamatan & Ibukota Kecamatan Dalam Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
2
No Nama Kecamatan Luas(Km2)
Jumlah Ibukota Kecamatan
Desa Kelu-rahan
Desa + Kel Lokasi
Jarak ke Ibukota
Kab.
1. Rambutan 450,04 19 0 19 Rambutan 85 Km
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
8
2. Banyuasin I 186,69 11 2 13 Mariana 60 Km
3. Air Kumbang 328,56 16 0 16 Cinta Manis Baru 80 Km
4. Muara Padang 917,60 15 0 15 Sumber Makmur 150 Km
5. Muara Sugihan 696,40 22 0 22 Tirta Harja 183 Km
6. Air Saleh 311,57 14 0 14 Saleh Mukti 110 Km
7. Makarti Jaya 300,28 11 1 12 Makarti Jaya 100 Km
8. Sumber Marga Telang 174,89 10 0 10 Muara Telang 100 Km
9. Muara Telang 341,57 16 0 16 Telang Jaya 85 Km
10. Tanjung Lago 802,42 15 0 15 Tanjung Lago 73 Km
11. Talang Kelapa 439,43 6 6 12 Sukajadi 35 Km
12. Rantau Bayur 556,91 21 0 21 Pengumbuk 18 Km
13. Sembawa 196,14 11 0 11 Lalan Sembawa 15 Km
14. Banyuasin III 294,20 21 5 26 Pangkalan Balai 3 Km
15. Betung 354,41 9 2 11 Betung 23 Km
16. Suak Tapeh 312,70 11 0 11 Lubuk Lancang 10 Km
17. Tungkal Ilir 648,14 14 0 14 Sidomulyo 145 Km
18. Pulau Rimau 888,64 29 0 29 Teluk Betung 37 Km
19. Banyuasin II 3.632,40 17 0 17 Sungsang 115 Km
JUMLAH 11.832,99 288 16 304
D. KEPENDUDUKAN
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
9
Penduduk Kabupaten Banyuasin pada tahun 2016 berjumlah 822.575 jiwa, laki-laki
419.567 jiwa dan perempuan 403.008 jiwa dengan kepadatan penduduk 69,5 jiwa per km.
TABEL II.2. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
NO KECAMATANLUAS
JUMLAH PENDUDUK
KEPADATANWILAYAH PENDUDUK
(km2) per km2
1 RAMBUTAN 450,04 44.964 99,912 BANYUASIN I 186,69 54.803 293,553 AIR KUMBANG 328,56 22.492 68,464 MUARA PADANG 917,60 31.861 34,725 MUARA SUGIHAN 696,40 39.781 57,126 AIR SALEH 311,57 36.726 117,877 MAKARTI JAYA 300,28 31.072 103,488 SUMBER MARGA TELANG 174,89 26.399 150,959 MUARA TELANG 341,57 38.218 111,89
10 TANJUNG LAGO 802,42 43.294 54,7411 TALANG KELAPA 439,43 130.970 298,0512 RANTAU BAYUR 556,91 41.460 74,4513 SEMBAWA 196,14 31.402 160,1014 BANYUASIN III 294,20 64.427 218,9915 BETUNG 354,41 56.970 160,7516 SUAK TAPEH 312,70 18.649 59,6417 TUNGKAL ILIR 648,14 25.067 38,6818 PULAU RIMAU 888,64 42.357 47,6619 BANYUASIN II 3.632,40 41.033 11,30
JUMLAH (KAB/KOTA) 11.833,0 822.575 69,52
Gambar 2.03. Kepadatan Penduduk per Kecamatan Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
10
Gambar 2.04. Jumlah Penduduk Kabupaetn BanyuasinTahun 2004 s/d 2016
Gambar 2.05. Kepadatan Penduduk Kabupaten BanyuasinTahun 2004 s/d 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
11
E. WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Dalam rangka melaksanakan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat,
maka dibentuklah puskesmas-puskesmas beserta jaringannya. (dibahas lebih lanjut pada BAB IV
tentang Sumber Daya Kesehatan).
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana pelayanan
kesehatan masyarakat yang sangat penting di Indonesia, yang merupakan unit pelaksana teknis
dinsa kabupaten/koya yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja (Depkes, 2011)
Berdasarkan Peraturan Bupati Banyuasin Nomor 75.a Tahun 2016, Tentang Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Dalam Jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuasin, Pusat
Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan
fungsional dalam wilayah kecamatan yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya.
Pada tahun 2016 di Kabupaten Banyuasin terdapat penambahan 1 puskesmas,
yaitu Puskesmas Tanjung Api-api yang diresmikan oleh Bupati Banyuasin pada tanggal 8 Maret
2016, sehingga total puskesmas yang ad di Kabupaten Banyuasin menjadi 32 Puskesmas.
Puskesmas rawat jalan adalah puskesmas yang memberikan pelayanan
pengobatan dengan tidak harus menginap di fasilitas pelayanan kesehatannya baik di dalam
gedung ataupun di luar gedung.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
12
Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang selain memberikan pelayanan
rawat jalan juga diberikan tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat
darurat, baik merupakan tindakan operatif terbatas maupun rawat inap sementara.
Sementara puskesmas poned adalah puskesmas yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan untuk melakukan penanganan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal dasar dan
siap 24 jam sebagai mrujukan antara kasus-kasus rujukan dari polindes dan puskesmas non
perawatan.
Puskesmas Perawatan terdiri dari Puskesmas Betung Kota, Puskesmas Dana
Mulya, Pangkalan Balai, Puskesmas Kenten Laut, Puskesmas Sukajadi, Puskesmas Mariana,
Puskesmas Sungai Dua, Puskesmas Daya Utama, Puskesmas Makarti Jaya, Puskesmas
Karang Agung Ilir, Puskesmas Sungsang, Puskesmas Telang Jaya Telang dan Puskesmas
Muara Telang. Sedangkan Puskesmas Non Perawatan terdiri dari Puskesmas Semuntul,
Puskesmas Pengumbuk, Puskesmas Talang Jaya Betung, Puskesmas Suak Tapeh,
Puskesmas Sumber, Puskesmas Mekarsari, Pukesmas Karang Manunggal, Puskesmas
Sukaraja, Puskesmas Sidomulyo, Puskesmas Petaling, Puskesmas Sembawa, Puskesmas
Gasing, Puskesmas Tanjung Lago, Puskesmas Cinta Manis, Puskesmas Simpang Rambutan,
Puskesmas Margo Mulyo dan Puskesmas Tirta Harja.
Yang merupakan Puskesmas Poned adalah Puskesmas Betung Kota, Puskesmas
Dana Mulya, Puskesmas Pangkalan Balai, Puskesmas Sukajadi, Puskesmas Sungai Dua,
Puskesmas Daya Utama, Puskesmas Makarti Jaya, dan Puskesmas Sungsang. Puskesmas
diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator, dan turut serta memantau
terselenggaranya prosese pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda, maka
kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh sebuah puskesmas akan berbeda pula, namun
kegiatan pokok puskesmas yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut : KIA,
Keluarga Berencana, Usaha Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular, Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena
kecelakaan, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Sekolah, Kesehatan Olah Raga,
Perawatan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Kesehatan Gigi dan
Mulut, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Mata, Laboratorium Sederhana, Pencatatan Laporan dalam
rangka Sistem Informasi Kesehatan, Kesehatan Usia Lanjut dan pembinaan Pengobatan
Tradisional.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
13
Agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih merata dan meluas, puskesmas perlu
ditunjang dengan puskesmas pembantu (putsu), penempatan bidan di desa yang belum
terjangkau oleh pelayanan yang ada, puskesmas keliling (pusling).
Tabel II.3. Koordinat Lokasi Puskesmas Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
NAMA PUSKESMASLINTANG / LATITUDE BUJUR / LONGITUDE
N/S D M S W/E D M S1 Simpang Rambutan S 3 º 7’ 46,4” E 104 º 54’ 40,2”
2 Sungai Dua S 3 º 3’ 25,2” E 104 º 51’ 55,8”
3 Mariana S 2 º 57’ 49,8” E 104 º 52’ 43,0”
4 Cinta Manis S 2 º 55’ 31,1” E 105 º 0’ 4,0”
5 Daya Utama S 2 º 35’ 27,1” E 105 º 6’ 42,9”
6 Margo Mulyo S 2 º 31’ 50,0” E 105 º 10’ 15,9”
7 Tirta Harja S 2 º 27’ 54,0” E 105 º 12’ 22,0”
8 Srikaton S 2 º 42’ 22,8” E 105 º 0’ 32,4”
9 Makarti Jaya S 2 º 29’ 4,5” E 104 º 58’ 15,2”
10 Muara Telang S 2 º 31’ 1,7” E 104 º 49’ 30,8”
11 Telang Jaya Telang S 2 º 40’ 24,8” E 104 º 54’ 6,8”
12 Tanjung Lago S 2 º 43’ 41,1” E 104 º 42’ 34,4”
13 Kenten Laut S 2 º 53’ 38,9” E 104 º 46’ 16,8”
14 Gasing Laut S 2 º 48’ 16,7” E 104 º 44’ 12,1”
15 Sukajadi S 2 º 54’ 43,8” E 104 º 39’ 10,0”
16 Semuntul S 3 º 1’ 29,5” E 104 º 36’ 17,3”
17 Pengumbuk S 2 º 58’ 38,5” E 104 º 18’ 2,7”
18 Sembawa S 2 º 55’ 33,0” E 104 º 32’ 34,7”
19 Pangkalan Balai S 2 º 53’. 24,5” E 104º 24’ 4,5”
20 Petaling S 2 º 55’ 50,6” E 104 º 18’ 4,1”
21 Talang Jaya Betung S 2 º 52’ 7,5” E 104 º 15’ 20,4”
22 Betung Kota S 2 º 50’ 55,0” E 104 º 14’ 26,0”
23 Suak Tapeh S 2 º 51’ 25,2” E 104 º 21’ 18,3”
24 Sukaraja S 2 º 35’ 11,6” E 104 º 12’ 28,7”
25 Sido Mulyo S 2 º 29’ 19,5” E 104 º 14’ 18,8”
26 Teluk Betung S 2 º 40’ 25,0 E 104 º 19’ 35,7”
27 Dana Mulya S 2 º 34’ 57,3” E 104 º 26’ 22,1”
28 Mekarsari S 2 º 33’ 58,5” E 104 º 34’ 23,0”
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
14
29 Karang Manunggal S 2 º 25’ 17,8” E 104 º 32’ 2,8”
30 Karang Agung Ilir S 2 º 16’ 26,5” E 104 º 40’ 4,5”
31 Sungsang S 2 º 21’ 48,0” E 104 º 54’ 10,0”Sumber : Dinkes Kab Banyuasin 2016
Tabel II.4. Jumlah Desa/Kelurahan & Jumlah Penduduk Per Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
No NAMA PUSKESMAS KECAMATANJUMLAH
DESA KEL DESA+KEL
1 Simpang Rambutan Rambutan 12 0 12
2 Sungai Dua Rambutan 7 0 7
3 Mariana Banyuasin I 11 2 13
4 Cinta Manis Air Kumbang 16 0 16
5 Daya Utama Muara Padang 15 0 15
6 Margo Mulyo Muara Sugihan 10 0 10
7 Tirta Harja Muara Sugihan 12 0 12
8 Srikaton Air Saleh 14 0 14
9 Makarti Jaya Makarti Jaya 11 1 12
10 Muara Telang Sumber Marga Telang 10 0 10
11 Telang Jaya Telang Muara Telang 16 0 16
12 Tanjung Lago Tanjung Lago 12 0 12
13 Kenten Laut Talang Kelapa 1 2 3
14 Gasing Laut Talang Kelapa 4 0 4
15 Sukajadi Talang Kelapa 4 4 8
16 Semuntul Rantau Bayur 10 0 10
17 Pengumbuk Rantau Bayur 11 0 11
18 Sembawa Sembawa 11 0 11
19 Pangkalan Balai Banyuasin III 11 5 16
20 Petaling Banyuasin III 10 0 10
21 Talang Jaya Betung Betung 4 0 4
22 Betung Kota Betung 5 2 7
23 Suak Tapeh Suak Tapeh 11 0 11
24 Sukaraja Tungkal Ilir 6 0 6
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
15
25 Sido Mulyo Tungkal Ilir 8 0 8
26 Teluk Betung Pulau Rimau 6 0 6
27 Dana Mulya Pulau Rimau 10 0 10
28 Mekarsari Pulau Rimau 8 0 8
29 Karang Manunggal Pulau Rimau 5 0 5
30 Karang Agung Ilir Banyuasin II 7 0 7
31 Sungsang Banyuasin II 10 0 10
JUMLAH 288 16 304Sumber : Dinkes Kab Banyuasin 2016
Tabel II.5. Puskesmas di Kabupaten Banyuasin Tahun 2016 Beserta Tipe dan Kriteria Wilayah Kerjanya
No Nama PuskesmasTipe Puskesmas Kriteria Wilayah Kerja
Puskesmas PONEDRawat
InapNon
Rawat Inap
Pedesaan Perkotaan Terpencil
1 Simpang Rambutan - 1 1 - - -2 Sungai Dua 1 - 1 - - 13 Mariana 1 - - 1 - -4 Cinta Manis - 1 1 - - -5 Daya Utama 1 - - - 1 16 Margo Mulyo - 1 - - 1 -7 Tirta Harja - 1 - - 1 -8 Srikaton - 1 - - 1 -9 Makarti Jaya 1 - 1 - - 110 Muara Telang 1 - - - 1 -11 Telang Jaya Telang 1 - 1 - - -12 Tanjung Lago - 1 1 - - -13 Kenten Laut 1 - - 1 - -14 Gasing - 1 1 - - -15 Sukajadi 1 - - 1 - 116 Semuntul - 1 1 - - -17 Pengumbuk - 1 1 - - -18 Sembawa - 1 1 - - -19 Pangkalan Balai 1 - - 1 - 120 Petaling - 1 1 - - -21 Talang Jaya Betung - 1 1 - - -22 Betung Kota 1 - 1 - - 1
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
16
23 Suak Tapeh - 1 1 - - -24 Sukaraja - 1 - - 1 -25 Sido Mulyo - 1 - - 1 -26 Teluk Betung - 1 1 - - -27 Dana Mulya 1 - - - 1 128 Mekarsari - 1 - - 1 -29 Karang Manunggal - 1 - - 1 -30 Karang Agung Ilir 1 - - - 1 -31 Sungsang 1 - 1 - - 132 Tanjung Api-api - 1 1 - - -
JUMLAH 13 19 27 4 11 8Sumber : Dinkes Kab Banyuasin 2016
Pembagian tersebuat sesuai dengan Peraturan Bupati Banyuasin Nomor 75.a
Tahun 2014, Tentang Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dalam Jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyuasin yang menyatakan pembagian wilayah kerja puskesmas.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
17
BAB IIISITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. IPM (Indeks Pembangunan Manusia) IPM merupakan indeks yang mengukur pencapaian suatu wilayah yang
direpresentasikan dalam tiga dimensi, yaitu : ekonomi (pendapatan rill per kapita), pendidikan
(angka melek huruf dan sekolah), dan indeks kesehatan (umur harapan hidup dan waktu lahir)
Dengan demikian IPM tersusun dari tiga komponen indeks, yaitu :
1) Peluang umur (longevity) yang digambarkan oleh Angka Harapan Hidup saat lahir (Life expectency at birth). Angka ini mencerminkan rata-rata jumlah tahun yang akan dijalani oleh
sekelompok orang yang dilahirkan pada suatu waktu tertentu dengan asumsi pola mortalitas
untuk setiap kelompok umur pada masa yang akan datang tetap.
2) Pengetahuan (knowledge) yang digambarkan oleh Angka Melek Huruf (Literacy rate, Lit) dan
Rata-rata Lama Sekolah/LS(Mean Years School, MYS)
3) Standar hidup layak (decent living) yang digambarkan oleh Daya Beli Riil (Real purchasing power parity, PPP).
Tabel III.1. IPM Kabupaten Banyuasin tahun 2006 – 2013
IPM & Komponennya 2010 2011 2012 2013 2014
IPM 60,31 61,04 61,69 62,42 63,21
AHH 68,17 68,19 68,21 68,21 68,21
EYS 10,21 20,52 10,56 10,61 10,87
MYS 6,81 6,21 6,49 6,55 6,87
PENGELUARAN 7293,3 7518,5 7685,77 8157,13 8218,23
Sumber : Kantor BPS Kabupaten BanyuasinPada awalnya, status pembangunan manusia di Kabupaten Banyuasin termasuk
klasifikasi Menengah Bawah (50 ≤ IPM < 66). Sejak tahun 2004, sudah termasuk Menengah
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
18
Atas (66 ≤ IPM < 80). Setiap tahun besar IPM, Angka Harapan Hidup dan komponen lainnya terus
menunjukkan peningkatan. IPM untuk Sumatera Selatan pada tahun 2014 sebesar 66,75 yang
masih masuk dalam kategori sedang, dan terus meningkat setiap tahunnya.
B. IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) 1. IPKM 2007
IPKM merupakan penjabaran lebih lanjut dari indikator AHH (Angka/
Umur Harapan Hidup waktu lahir) yang merupakan salah satu komponen pembentuk
IPM (Indeks Pembangunan Manusia), yang merupakan indikator komposit yang
menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan di suatu daerah (Kabupaten/
Kota/ Propinsi), yang besar nilainya dirumuskan dari data kesehatan berbasis komunitas
yang dikumpulkan dari tiga survei yaitu Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar), Susenas (Survei
Ekonomi Nasional) dan Survei Podes (Potensi Desa).
IPKM merupakan indeks komposit yang dirumuskan dari 24 indikator
kesehatan yang sangat erat korelasinya dengan AHH (Angka/ Umur Harapan Hidup
waktu lahir) :
Tabel III.2 Indikator IPKM
JENIS NAMA BOBOT
1. Indikator Mutlak ( 11 Indikator)
1. Prevalensi balita gizi buruk dan kurang
2. Prevalensi balita pendek dan sangat pendek
3. Prevalensi balita kurus dan sangat kurus
4. Proporsi rumah tangga dengan akses air bagus
5. Proporsi rumah tangga dengan akses sanitasi bagus
6. Proporsi penimbangan balita yang rutin
7. Cakupan kunjungan neonatus I
8. Cakupan imunisasi lengkap
9. Rasio dokter terhadap puskesmas
10. Rasio bidan terhadap desa
11. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
2. Indikator Penting( 5 Indikator)
12. Prevalensi balita gemuk
13. Prevalensi penyakit diare
14. Prevalensi penyakit hipertensi
15. Prevalensi penyakit pneumoni
4
4
4
4
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
19
16. Proporsi cuci tangan dengan benar 4
3. Indikator Perlu( 8 Indikator)
17. Prevalensi gangguan mental emosional
18. Prevalensi merokok
19. Prevalensi penyakit gigi dan mulut
20. Prevalensi penyakit asma
21. Prevalensi disabilitas (bermasalah dan sangat
bermasalah)
22. Prevalensi cedera
23. Prevalensi penyakit sendi
24. Prevalensi penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
3
3
3
3
3
3
3
3
Setiap Kabupaten/Kota memiliki nilai IPKM. Besarnya nilai IPKM antara
0 (nilai terendah) dan 1 (nilai tertinggi = nilai ideal secara teoritis).
Berdasarkan nilai tersebut maka disusunlah peringkat / ranking IPKM
Kabupaten/ Kota seluruh Indonesia berdasarkan kemajuan pembangunan
kesehatannya. Berdasarkan nilai tersebut ditentukan pula Kabupaten/ Kota mana saja yang
merupakan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) :
1. Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) adalah kabupaten atau kota yang
mempunyai nilai IPKM di antara Rata-rata sampai dengan – 1 (minus satu)
simpang baku (Rata-rata > IPKM ≥ -1 SD), dan mempunyai nilai kemiskinan
(Pendataan Status Ekonomi/ PSE) di atas Rata-rata (masing-masing untuk kelompok
kabupaten dan kelompok kota).
2. Daerah Bermasalah Kesehatan Berat (DBK-B) adalah kabupaten atau kota
yang mempunyai nilai IPKM lebih rendah dari Rata-rata IPKM –1 (minus satu)
simpang baku (IPKM < -1 SD).
3. Daerah Bermasalah Kesehatan Khusus (DBK-K) adalah kabupaten atau kota yang
mempunyai masalah khusus, sepert i misalnya yang terkait dengan:
a. Geografi, yaitu daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan.
b. Sosial budaya, yaitu tradisi atau adat kebiasaan yang mempunyai dampak
buruk terhadap kesehatan.
c. Penyakit tertentu yang spesif ik di daerah tersebut.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
20
Berdasarkan data hasil Riskesdas 2007, Susenas 2007 dan Podes 2008
terhadap 440 Kabupaten/ Kota yang ada pada saat itu, didapatlah data sebaran
IPKM sebagai berikut :
Tabel III.3 Sebaran IPKM secara Nasional
SebaranSecara Nasional
Rata-rata IPKMKabupaten + Kota Kabupaten Kota
Rata-rata IPKM 0,508629 0,4825410,60867
8
Simpang Baku 0,092642 0,0833910,04705
8
Nilai IPKM terendah 0,247059 0,2470590,46730
3
Nilai IPKM tertinggi 0,708959 0,7064510,70895
9
Kabupaten Banyuasin secara Nasional berada pada peringkat 212 diantara 440
Kabupaten/ Kota yang ada pada saat itu. Di tingkat Propinsi, Kabupaten Banyuasin berada
pada peringkat 7 diantara 14 Kabupaten/ Kota di Sumatera Selatan pada saat itu. Jadi, dapat
dikatakan, posisi rangking Kabupaten Banyuasin dalam bidang kesehatan adalah sedikit di
atas rata-rata Nasional.
Khusus untuk kelompok Kabupaten di Propinsi Sumatera Selatan, Banyuasin
pada peringkat 3 diantara 10 Kabupaten yang ada saat itu.
Rata-rata IPKM Nasional adalah 0,508629 dan simpang baku
sebesar 0,092642. IPKM Terendah adalah 0,247059 (yaitu Kabupaten Pegunungan
Bintang, Propinsi Papua), dan tertinggi adalah 0,708959 (dicapai oleh Kota Magelang,
Propinsi Jawa Tengah). Sedangkan khusus untuk Propinsi Sumatera Selatan) data
IPKM dan peringkatnya adalah sebagai berikut :
Tabel III.4. IPKM Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Selatan Dan Ranking Tingkat Nasional Maupun Ranking Tingkat Provinsi Tahun 2007
NO KABUPATEN/ KOTA IPKM RANKING NASIONAL
RANKING PROPINSI
KODE KATEGORI
A KELOMPOK KABUPATEN
1 OGAN KOMERING ULU 0,587234 107 4KaF
2 OKU TIMUR 0,572968 123 5KaF
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
21
3 BANYUASIN 0,515820 212 7KaF
4 LAHAT 0,491570 243 8KaE
5 MUARAENIM 0,477975 263 9KaD
6 OGAN ILIR 0,473348 275 10KaC
7 OGAN KOMERING ILIR 0,471179 276 11KaC
8 MUSI RAWAS 0,440754 338 12KaC
9 OKU SELATAN 0,419539 366 13KaD
10 MUSI BANYUASIN 0,406375 384 14KaC
B KELOMPOK KOTA
1 KOTA LUBUK LINGGAU 0,623778 51 1KoE
2 KOTA PALEMBANG 0,611286 71 2KoE
3 KOTA PRABUMULIH 0,606275 74 3KoD
4 KOTA PAGARALAM 0,559428 138 6KoA
SUMATERA SELATAN 0,399359 10
RATA-RATA NASIONAL 0,508629
Keterangan :No Kode Makna Kode No Kode Makna Kode
1. KaA Kabupaten Bermasalah Berat Miskin 1. KoA Kota Bermasalah Berat Miskin
2. KaB Kabupaten Bermasalah Berat Non-Miskin 2. KoB Kota Bermasalah Berat Non-Miskin
3. KaC Kabupaten Bermasalah Miskin 3. KoC Kota Bermasalah Miskin4. KaD Kabupaten Bermasalah Non-Miskin 4. KoD Kota Bermasalah Non-Miskin5. KaE Kabupaten Tidak Bermasalah Miskin 5. KoE Kota Tidak Bermasalah Miskin
6. KaF Kabupaten Tidak Bermasalah Non-Miskin 6. KoF Kota Tidak Bermasalah Non-Miskin
Nampak dalam Tabel di atas, IPKM Kabupaten Banyuasin sebesar 0,515820. Di
tingkat Nasional, IPKM Kabupaten Banyuasin berada di atas rata-rata IPKM Nasional secara
keseluruhan (0,508629) dan juga berada di atas rata-rata IPKM Nasional khusus Kabupaten
(0,482541).
Dengan Demikian Kabupaten Banyuasin tidak tergolong dalam DBK (Daerah
Bermasalah Kesehatan), namun dikategorikan dalam KaF (Kabupaten Tidak Bermasalah
Kesehatan, Non-Miskin) oleh Kementerian Kesehatan.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
22
2. IPKM 2013Perhitungan IPKM 2013 dilakukan dengan menggunakan data RISKESDAS
2013 dan PODES 2011. Indikator kesehatan yang termasuk dalam perhitungan IPKM 2013
terdiri dari 31 variabel kesehatan yang dikelompokkan dalam tujuh kelompok indikator
mencakup, kesehatan balita, kesehatan reproduksi, pelayanan kesehatan, perilaku berisiko
kesehatan, penyakit tidak menular, penyakit menular dan kesehatan lingkungan
Skor IPKM Kab Banyusin meningkat dari 0,5158 (IPM 2007) menjadi 0,6582
(IPKM 2013), namun peringkatnya turun dari 212 diantara 440 Kabupaten/ Kota (peringkat
2007) menjadi 293 diantara 497 Kabupaten/ Kota (peringkat 2013).
Tabel III.5. IPKM Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Selatan Dan Ranking Tingkat Nasional Maupun Ranking Tingkat Provinsi Tahun 2013
NO KABUPATEN/ KOTA IPKM RANKING NASIONAL
PERUBAHAN
PERINGKAT DARI IPKM
2007A KELOMPOK KABUPATEN
1 OGAN KOMERING ULU 0,6776 241 TURUN
2 OKU TIMUR 0,7025 170 TURUN
3 BANYUASIN 0,6582 293 TURUN
4 LAHAT 0,6816 232 NAIK
5 MUARAENIM 0,6829 226 NAIK
6 OGAN ILIR 0,6839 221 NAIK
7 OGAN KOMERING ILIR 0,6986 186 NAIK
8 MUSI RAWAS 0,6556 299 NAIK
9 OKU SELATAN 0,5724 412 TURUN
10 MUSI BANYUASIN 0,6758 246 NAIKB KELOMPOK KOTA
1 KOTA LUBUK LINGGAU 0,7073 157 TURUN
2 KOTA PALEMBANG 0,7478 57 NAIK
3 KOTA PRABUMULIH 0,7137 139 TURUN
4 KOTA PAGARALAM 0,7309 99 NAIK
SUMATERA SELATAN 0,6849
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
23
Dari data yang didapat, bisa disimpulkan bahwa di Provinsi Sumatera Selatan
untuk seluruh kabupaten/kota mengalami kenaikan skor. Sebanyak 6 kabupaten/kota dari 14
kabupaten/kota mengalami penurunan peringkat.
C. MORTALITAS
Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat
tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya
yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk.
Angka kematian pada umumnya dihitung dengan melakukan berbagai survei dan
penelitian. Data berikut tidak berasal dari survei atau penelitian, namun berdasarkan laporan dari
petugas-petugas kesehatan di desa-desa dan di sarana pelayanan kesehatan yang ada di
Kabupaten Banyuasin.
1. Angka Kematian Bayi (AKB) & Angka Kematian Balita (AKABA)AKB adalah jumlah yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang
dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB merupakan indikator
yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu,
banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan AKB.
Peraturan Presiden no 5 tahun 2010 tentang RPJMN (Rencana Pembangunan
Jangka Menengah) mengamanatkan agar AKB bisa diturunkan maksimal 24 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2016.
Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB, diantaranya
pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal ini disebabkan AKB sangat sensitif
terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang
tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui
perbaikan gizi yang berdampak pada daya tahan terhadap infeksi penyakit.
Kematian Neonatal yang terlaporkan di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2016
sebanyak 57 kematian diantara 16.569 yang lahir hidup. Kematian bayi 57, anak balita 1, dan
balita 58. AKABA adalah jumlah yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang
dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Gambar berikut ini
menunjukkan banyaknya kematian Bayi dan Balita yang terlapor ke petugas kesehatan dalam
delapan tahun terakhir (2008-2016).
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
24
Gambar 3.01. Kematian Bayi Kabupaten Banyuasin Tahun 2008-2016
Gambar 3.02. Kematian Balita Kabupaten Banyuasin Tahun 2008-2016
2. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan,
persalinan, dan masa nifas. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian yang terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa
nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000
kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. Peraturan Presiden no 5 tahun 2010 tentang
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
25
RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) mengamanatkan agar AKI bisa
diturunkan pada tahun 2016.
Pada tahun 2016 di Kabupaten Banyuasin dilaporkan adanya 10 kasus kematian
maternal diantara 16.569 bayi yang lahir hidup. Profil tahun 2016 ini tidak menampilkan Angka
Kematian Ibu karena jumlah kelahiran hidup bayi kurang dari 40.000.
Gambar berikut ini menunjukkan banyaknya kematian Ibu Maternal yang terlapor
ke petugas kesehatan dalam tujuh tahun terakhir (2008-2016).
Gambar 3.03. Kematian Ibu Maternal Kabupaten Banyuasin 2008-2016
D. MORBIDITAS
Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insidensi maupun prevalensi suatu
penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu
tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.
1. Sepuluh Penyakit Terbanyak Tahun 2016Sepuluh penyakit terbanyak yang terjadi pada tahun 2016 di Kabupaten
Banyuasin ditunjukkan oleh gambar-gambar berikut ini.
Gambar 3.04. 10 Penyakit Terbanyak di Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
26
Kasus penyakit paling banyak pada pasien di 32 Puskesmas di Kabupaten
Banyuasin tahun 2016 adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), sejumlah 34.892
kasus.
2. Penyakit Menular Langsunga. TB Paru
Tuberculosis (TB) juga merupakan salah satu penyakit menular yang upaya
pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs).
TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet (percikan ludah) orang yang
telah terinfeksi basil TB.
Gambar 3.05. Penemuan Kasus TB Paru BTA (+) di Kabupaten Banyuasin Tahun 2003-2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
27
b. HIV / AIDS HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus
Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut
menyebabkan penderita mengalami penurunan kekebalan tubuh sehingga sangat mudah
untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai
HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode,
yaitu pada layanan Voluntary Counselling and Testing (VCT), sero survey, dan Survey
Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).
Secara nasional, perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan
peningkatan, meskipun berbagai upaya penanggulangan terus dilakukan. Semakin
tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan
ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya
penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat
risiko penyebaran HIV/AIDS.
Gambar 3.06. Penderita HIV (+) di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 – 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
28
Gambar 3.07. Penderita AIDS di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 - 2016
Di Kabupaten Banyuasin, untuk pertama kalinya ditemukan 1 kasus AIDS (1
Pr) pada tahun 2008. Pada tahun 2009 ditemukan 5 orang penderita AIDS (3 Lk, 2 Pr).
Tiga orang (2 Lk, 1 Pr) diantara kelima penderita AIDS tersebut kemudian meninggal.
Pada tahun 2010 ditemukan 3 orang penderita positif HIV (2 Lk, 1 Pr) dan 5 orang
penderita AIDS (2 Lk, 3 Pr). Pada tahun 2011 ditemukan 8 orang penderita positif HIV (5
Lk, 3 Pr). Pada tahun 2012 ditemukan 14 penderita positif HIV (6 Lk, 8 Pr) dan 3 orang
penderita AIDS (1 Lk, 2 Pr). Pada tahun 2013 ditemukan 3 penderita positif HIV (3 Lk) dan
1 orang penderita AIDS (1 Pr), Penderita AIDS ini meninggal. Pada tahun 2014 ditemukan
lagi 4 penderita positif HIV (3 Lk, 1 Pr). Pada tahun 2015 ditemukan 3 orang penderita HIV.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
29
Tahun 2016 ditemukan lagi 4 penderita HIV (3 Lk dan 1 Pr) dan 2 penderita AIDS (2 Lk),
dua penderita aids tersebut meninggal..
Besaran Kasus HIV / AIDS biasanya dinyatakan dengan Case Rate, yaitu
perbandingan jumlah kasus kumulatif terhadap jumlah penduduk.
c. ISPA – Pneumonia BalitaDalam pelaksanaan program penanggulangannya, ISPA (Infeksi Saluran
Pernafasan Akut) dibagi dalam dua kategori besar, yaitu : ISPA non Pneumonia dan
Pneumonia. Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi
ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur, dan dapat juga terjadi akibat
kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia.
Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang
dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun atau orang yang memiliki masalah kesehatan
(malnutrisi, gangguan imunologi).Yang menjadi fokus perhatian utama dari program penanggulangan ISPA
adalah penanggulangan Pneumonia pada Balita. Hal ini karena Pneumonia masih menjadi
penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia.
Dari beberapa hasil kegiatan SKRT diketahui bahwa 80%-90% dari seluruh
kasus kematian ISPA disebabkan pneumonia. Pneumonia merupakan penyebab kematian
pada balita dengan peringkat pertama hasil Sirkesnas 2001.
Oleh karena itu, upaya pemberantasan penyakit ISPA lebih difokuskan pada
upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita
Pneumonia Balita yang ditemukan guna menekan angka kematian bayi dan balita karena
Pneumonia.
Kejadian Pneumonia balita di Indonesia diperkirakan antara 10% - 20% per
tahun. Karena itu, Program P2 ISPA menetapkan bahwa target penemuan penderita
Pneumonia Balita per tahun pada suatu wilayah kerja sebesar 10% balita.
Sebagaimana kecenderungan yang terjadi secara nasional, data cakupan
penemuan penderita Pneumonia Balita di Kabupaten Banyuasin dari tahun ke tahun
tampaknya tidak menunjukkan adanya peningkatan yang berarti.
Adapun besar cakupan penemuan kasus Pnemuonia Balita di Kabupaten
Banyuasin adalah sebagaimana tergambar dalam grafik. Cakupan penemuan kasus yang
tertinggi adalah sebesar 43,3% yang terjadi pada tahun 2004 dan yang terendah adalah
sebesar 3,1% pada tahun 2008. Cakupan tahun 2016 sebesar 9,3%.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
30
Gambar 3.08. Penemuan Kasus Balita Pneumonia di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008-2016
Rendahnya cakupan penemuan penderita Pneumonia Balita ini,
nampaknya karena adanya perbedaan persepsi tentang gejala-gejala yang dapat
diidentifikasi sebagai pneumonia.
Para petugas kesehatan di lapangan umumnya hanya mengidentifikasi balita
dengan tarikan dada yang dalam sebagai gejala pneumonia, tanpa memperhatikan jumlah
nafas per menit. Akibatnya, banyak penderita pneumonia ringan dan sedang yang tidak
terdeteksi dan terjadi under reported.
Semua penderita Pneumonia Balita yang ditemukan di Kabupaten Banyuasin
telah ditatalaksana sesuai prosedur standar.
d. Kusta Meskipun Indonesia mencapai eliminasi kusta pada pertengahan tahun 2000,
sampai saat ini penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat.
Hal ini terbukti dengan masih tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia dan
merupakan negara dengan urutan ketiga penderita terbanyak di dunia.
Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta
menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, syaraf, anggota gerak
dan mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut :
a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
31
b. Penebalan syaraf tepi yang disertai gangguan fungsi syaraf berupa mati rasa dan
kelemahan / kelumpuhan otot.
c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA positif).
Program penanggulangan penyakit kusta pada intinya adalah
mengelola kontak, penderita dan keluarganya serta orang-orang di sekitarnya,
menemukan kasus sedini mungkin dan mencegah/ memutuskan rantai penularan.
Penemuan penderita kusta bisa melalui Pemeriksaan anak sekolah, bisa
dengan Rapid Village Survey (RVS) atau Survei Cepat, dan bisa juga dari laporan
keluarga atau masyarakat. Selanjutnya dilakukan klasifikasi penderita, termasuk Kusta PB
(Pausi Basiler) ataukah Kusta MB (Multi Basiler), kemudian melakukan kegiatan paket
pengobatan, atau tepatnya disebut tatalaksana kasus penderita kusta.
Ketika pasien kusta berhasil disembuhkan, berarti kita telah menyelamatkan
kehidupannya dan melepaskannya dari stigma sosial sebagai kutukan.
Selama tahun 2016, Kasus Kusta baru yang berhasil ditemukan untuk diobati
di Kabupaten Banyuasin adalah sebanyak 75 orang, terdiri dari 20 orang penderita Kusta
PB dan 55 orang penderita Kusta MB. Ada 2 kasus baru usia 0-14 tahun di Kabupaten
Banyuasin, dan cacat tingkat 2 berjumlah 6 kasus.
Gambar 3.09. Penemuan Kasus Baru (NCDR) Kusta di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 - 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
32
Dalam hal endemisitas kusta, Kabupaten Banyuasin tergolong Daerah
Endemis Rendah, dengan Angka penemuan kasus baru (NCDR/ New Case Detection Rate) < 10 per 100.000 penduduk.
e. Diare Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses
selain dari frekuensi buang air besar.
Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair daripada
biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih atau buang air besar yang berair
tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.
Jumlah seluruh target kasus diare yang ditangani selama tahun 2016 di
Kabupaten Banyuasin ada sebanyak 17.603 kasus dan yang ditangani berjumlah 23.394
jiwa.
Gambar 3.10. Penemuan Kasus dan IR Diare Pada di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 – 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
33
3. Penyakit Menular Bersumber Binatang
a. Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya
pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs (Millenium Development Goals).
Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel
darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk Malaria (Anopheles) betina.
Faktor-faktor penyebabnya antara lain adalah sistem pelayanan kesehatan
yang buruk, meningkatnya resistensi terhadap pemakaian obat dan insektisida, pola
perubahan iklim, gaya hidup, migrasi dan perpindahan penduduk.
Angka kesakitan malaria diukur dengan AMI (Annual Malaria Incidence) dan
API (Annual Parasite Incidence). AMI menunjukkan banyaknya kasus malaria (kasus baru
maupun lama) dengan gejala-gejala klinis malaria per 1.000 penduduk. Suatu daerah
tergolong High Incidence Area (HIA) bila AMI > 50 ‰, Medium Incidence Area (MIA) bila
AMI 10 – 50 ‰ dan Low Incidence Area (LIA) bila AMI < 10 ‰.
Sedangkan API menunjukkan banyaknya kasus malaria (kasus baru maupun
lama) yang didiagnosis (pemeriksaan specimen/ sediaan darahnya) secara mikroskopis
atau rapid diagnosis test hasil positif mengandung plasmodium per 1.000 penduduk.
Suatu daerah tergolong High Case Incidence (HCI) bila API > 5 ‰, Moderate Case Incidence (MCI) bila API 1 - < 5 ‰, dan Low Case Incidence (LCI) bila API < 1‰ .
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
34
b. Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti.
Gambar 3.11. Penemuan Kasus DBD di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 - 2016
Jumlah kasus DBD di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2016 sebanyak 589
kasus, dan tidak ada yang meninggal akibat DBD. Dengan demikian, Angka Kesakitan (IR)
DBD Kabupaten Banyuasin tahun 2016 sebesar 16,8 per 100.000 penduduk, dan
incidence rate per penduduk sebesar 71,60 0%.
Kasus DBD terjadi di 20 wilayah kerja Puskesmas. Penyebaran kasusnya
tidak merata. Yang terbanyak adalah kasus DBD yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas
Mariana (189 kasus).
Gambar 3.12. Puskesmas Dengan Kasus DBD di Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
35
Upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dititik-beratkan pada
penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam Pemberantasan
Sarang Nyamuk (Gerakan 3 M), pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) serta pengenalan
gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Kegiatan lain dalam upaya
pemberantasan DBD adalah pengasapan (fogging) terfokus.
c. Filariasis Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria
yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Terdapat tiga spesies cacing penyebab
Filariasis yaitu: Wuchereria bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori.Semua spesies tersebut
terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh
Brugia malayi. Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga
menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan
kronis.
Gejala akut berupa peradangan kelenjar dan saluran getah bening
(adenolimfangitis) terutama di daerah pangkal paha dan ketiak tapi dapat pula di daerah
lain. Gejala kronis terjadi akibat penyumbatan aliran limfe terutama di daerah yang sama
dengan terjadinya peradangan dan menimbulkan gejala seperti kaki gajah (elephantiasis),
dan hidrokel.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
36
Filariasis dapat ditularkan oleh seluruh jenis spesies nyamuk. Di Indonesia
diperkirakan terdapat lebih dari 23 spesies vektor nyamuk penular filariasis, terdiri dari
genus Anopheles, Aedes, Culex, Mansonia, dan Armigeres. Untuk menimbulkan gejala
klinis penyakit filariasis, diper-lukan beberapa kali gigitan nyamuk terinfeksi filaria dalam
waktu lama.
Endemisitas Filaria suatu daerah ditentukan berdasarkan besarnya
Mikrofilaria (Mf) Rate. Bila Mf Rate suatu Kabupaten ≥1%, berarti Kabupaten tersebut
tergolong Kabupaten Endemis Filariasis.
Mikrofilaria Rate diperoleh sebagai hasil survei pada desa yang memiliki
kasus kronis, dengan memeriksa darah jari 500 orang yang tinggal di sekitar tempat
tinggal penderita kronis tersebut pada malam hari. Mf rate dihitung dengan cara membagi
jumlah sediaan positif mikro-filaria dengan jumlah sediaan darah yang diperiksa dikali
seratus persen.
Menurut survey tahun 2009, ternyata dari 495 kabupaten/ kota yang ada di
Indonesia saat itu, 71,9% diantaranya (356 kabupaten/ kota) merupakan daerah endemis
Filariasis. Kabupaten Banyuasin juga tergolong Endemis Filariasis dengan Mf Rate
sebesar 1,92%.
Jumlah kasus klinis Filariasis ini merupakan jumlah kumulatif yang dilaporkan
dari waktu ke waktu, baik penderita lama maupun baru.
Pada tahun 2016, di Kab.Banyuasin kini terdapat total 142 kasus. Tetapi
seiring waktu, jumlah penderita yang masih hidup di tahun 2016 berjumlah 98 orang.
Filariasis menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia sesuai dengan
resolusi World Health Assembly (WHA) pada tahun 1997. Program eliminasi filariasis di
dunia dimulai berdasarkan deklarasi WHO tahun 2000.
Di Indonesia, program eliminasi filariasis dimulai pada tahun 2002.
Pencanangan dilakukan oleh Menteri Kesehatan tanggal 8 April 2002 bertempat di Desa
Mainan Kabupaten Banyuasin.
Gambar 3.13. Jumlah Kasus Filariasis di Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
37
4. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan
pelaksanaan program imunisasi. Selanjutnya, dilakukan upaya pemantauan dengan
melaksanakan program Surveilans Terintegrasi terhadap PD3I tersebut.
a. Tetanus Neonatorum Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani yang
masuk ke dalam tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah
satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Tahun 2016
tidak ada kasus Tetanus Neonatorum (TN).
b. Difteri Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang
sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki gejala sakit leher, demam ringan dan
sakit tekak. Difteri juga kerap ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi
tonsil serta bagian saluran pernafasan. Selama tahun 2016 tidak ad kasus yang
dilaporkan.
c. Campak
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
38
Campak disebabkan oleh virus campak, sebagian besar menyerang anak-
anak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang
yang telah terinfeksi.
Selama tahun 2016 dilaporkan adanya 58 kasus Campak, yang tersebar di 10
wilayah kerja Puskesmas, yaitu Puskesmas Sungai Dua, Puskesmas Tirta Harja,
Puskesmas Srikaton, Puskesmas Muara Telang, Puskesmas Telang Jaya Telang,
Puskesmas Kenten Laut, Puskesmas Sukajadi, Puskesmas Semuntul, Puskesmas
Sembawa, dan Puskesmas Pangkalan Balai.
Gambar 3.14. Kasus Campak di Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
d. Polio dan AFPPolio disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf hingga
penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak usia 0-
3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan
sakit di lengan dan tungkai. Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal ketika
seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas dan kemudian
berakibat pada kelumpuhan.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio telah dilakukan
melalui gerakan imunisasi polio, yang ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans
epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus AFP (Acute Flaccid Paralysis / Lumpuh
Layu Mendadak) pada anak kelompok umur <15 tahun (kelompok yang rentan terhadap
penyakit Polio).
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
39
Penjaringan kasus AFP dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kasus Polio,
tetapi AFP sendiri belum tentu Polio. Untuk menentukan Polio atau bukan, suspek diambil
sampel tinjanya dan sampel tersebut dikirimkan ke Laboratorium di Kemenkes Jakarta.
Ditargetkan bahwa setiap Kabupaten/Kota dapat menemukan kasus AFP Non-Polio
sebanyak 2 per 100.000 usia <15 tahun pada setiap tahunnya.
Grafik 3.15. Cakupan Penemuan Kasus AFR di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 – 2016
Pada tahun 2016 kegiatan surveilans aktif AFP menemukan 6 kasus suspect AFP di 3 puskesmas, yaitu di Puskesmas Sungai Dua, Puskesmas Daya Utama dan
Puskesmas Kenten Laut.
Gambar 3.16. Kasus AFP di Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
e. Status Gizi Status Gizi adalah cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi. Status gizi
yang baik akan menghasilkan generasi yang sehat, kuat dan cerdas. Hal ini berdampak
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
40
kepada peningkatan dalam produktivitas kerja masyarakat, prestasi bangsa, daya saing
bangsa di dunia internasional, ketahanan nasional dan keberhasilan pembangunan
nasional.
Masa yang sangat penting dan menentukan dalam siklus hidup manusia
adalah usia dini, yaitu sebelum lima tahun; dan lebih khusus lagi adalah sejak janin dalam
kandungan ibu hingga usia dua tahun. Terjadinya kekurangan gizi pada masa ini dapat
berakibat terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain, meningkatnya
kematian balita, kecerdasan rendah, keterbelakangan mental, ketidakmampuan
berprestasi, produktivitas rendah dan selanjutnya akan berdampak pada rendahnya
kualitas sumberdaya manusia (SDM).
Dengan demikian, memantau dan mengadakan perbaikan gizi usia dini ini
bukan hanya menangani masalah gizi pada usia tersebut tetapi juga meningkatkan status
gizi masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemantauan status gizi sejak dini
sangat penting untuk dilakukan.
Pemantauan status gizi terhadap Balita di lapangan yang umum dilakukan
adalah pengukuran-pengukuran anthropometris (seperti : berat badan waktu lahir, berat
badan menurut umur, berat badan menurut tinggi/panjang badan dan tinggi badan menurut
umur) dan pengamatan klinis (seperti : marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor).
Beberapa status gizi bermasalah yang penting untuk dipantau adalah :
1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah
satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. Selain
itu, BBLR juga berperan dalam peningkatan kesakitan diare dan ISPA pada bayi,
peningkatan resiko stunting (badan pendek akibat kurang gizi kronis) dan penurunan
perkembangan mental dan fisik di masa selanjutnya.
Jumlah bayi dengan BBLR yang dilaporkan di Kabupaten Banyuasin
selama tahun 2016 sebanyak 127 orang (0,99%) dari 16.659 bayi lahir hidup.
Gambar 3.17. Bayi BBLR di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008-2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
41
2. Kurang Energi Protein (KEP) / Underweight.Yaitu : Kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKG) dalam jangka waktu yang lama. Ciri-ciri fisik yang
ditunjukkannya adalah berat badan balita berada di bawah standar normal balita
seusianya.
Pengukurannya berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U).
Indeks BB/U ini hanya mengindikasikan adanya gangguan gizi secara UMUM. Bila
suatu daerah memiliki banyak anak kurang gizi (KEP) berarti daerah tersebut memiliki
masalah gizi, namun belum jelas apakah masalahnya akut atau kronis.Dalam
pengukuran dengan indeks BB/U, Balita dikelompokkan dalam 4 status gizi, yaitu : Gizi
Buruk, Gizi Kurang, Gizi Baik,dan Gizi Lebih
Prevalensi Kurang Gizi (KEP Total) Balita suatu daerah didapatkan
dengan menjumlahkan banyaknya Balita yang berstatus Gizi Buruk dan Gizi Kurang.
Bila Prevalensi Kurang Gizinya kurang dari 15%, maka daerah tersebut tergolong
Daerah Bebas Rawan Gizi.
3. Kurang Gizi Akut (Badan Kurus) / Wasting.Yaitu : Kondisi kurang gizi yang diukur berdasarkan indeks berat badan
menurut tinggi (BB/TB) dibandingkan dengan standar, biasanya digunakan pada balita.
Ciri-ciri fisik yang ditunjukkannya adalah Berat badan balita berada di bawah berat
badan normal menurut tinggi badannya.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
42
Tubuh kurus (Indeks BB/TB) mengindikasikan adanya gangguan gizi
AKUT. Balita kurus seringkali karena terkena penyakit infeksi yang berakibat
menurunnya nafsu makan atau terganggunya penyerapan zat gizi dalam tubuh. Hal ini
terjadi dalam waktu yang relatif singkat/akut. Penanganan masalah ini harus dilakukan
segera dan merupakan tanggungjawab utama sektor kesehatan.
4. Kurang Gizi Kronis (Badan Pendek) / Stunting.Yaitu : Kondisi kurang gizi yang diukur berdasarkan indeks tinggi badan
menurut umur (TB/U) dibandingkan dengan standar, biasanya digunakan pada Balita
dan Anak Sekolah Dasar. Ciri-ciri fisik yang ditunjukkannya adalah Tinggi badan Balita
lebih rendah daripada standar tinggi badan normal menurut umur.
Tubuh pendek (Indeks TB/U) mengindikasikan adanya gangguan gizi
KRONIS. Anak kurus disebabkan karena kekurangan makan atau menderita sakit yang
terjadi dalam waktu lama / kronis. Hal ini sangat berkaitan dengan kondisi sosial budaya
dan ekonomi masyarakat, seperti : kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, buruknya
kondisi kesehatan lingkungan, kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat, pola asuh
anak yang kurang baik, dll. Penanganan masalah ini harus dilakukan secara
komprehensif melalui kerjasama lintas sektoral dan bukan hanya tanggungjawab sektor
kesehatan.
Menurut WHO, Balita pendek dianggap sebagai masalah gizi masyarakat
bila telah mencapai 20% atau lebih di suatu daerah. Tahun 2016, tidak ada data
tentang hal ini. Dalam tahun 2016 di Kabupaten Banyuasin tidak dilakukan Penentuan
Status Gizi (PSG).
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
43
BAB IVSITUASI UPAYA KESEHATAN
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat.
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting
dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat diharapkan
sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi.
A. PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN BAYI
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan
perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami ibu bisa berpengaruh pada kesehatan
janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya
1. Pelayanan Antenatal Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, perawat)
kepada ibu hamil selama masa kehamilannya. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari
cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan
gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran
besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar serta paling
sedikit empat kali kunjungan (sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan
dua kali pada trimester ketiga).
Cakupan pelayanan K1 (Kunjungan Pertama Ibu Hamil) di Kabupaten Banyuasin
pada tahun 2016 sebesar 17.381 (93,12%). Sedangkan cakupan K4 (Kunjungan Keempat Ibu
Hamil) sebesar 16.969 (90,91%).
Gambar 4.01. Presentase K-1 di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 – 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
44
Gambar 4.02. Presentase K-1 di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 – 2016
2. Ibu Bersalin / NifasPada tahun 2016 tercatat ada 17.671 ibu bersalin/nifas dari total ibu hamil
18.665. Persalinan ditolong tenaga kesehatan sebanyak 16.057 (90,87%), mendapat yankes
nifas sebanyak 15.803 (89,4%), ibu nifas mendapat vitamin A sebanyak 16.057 (90,87%).
Gambar 4.03. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
45
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi
pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional).
4. Kunjungan Neonatus (KN) Bayi hingga usia kurang dari satu bulan (0-28 hari) merupakan golongan umur
yang paling rentan atau memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Dalam
melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan
kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.
Secara keseluruhan cakupan KN1 di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2016
adalah 15.270 jiwa (92,16%) dari seluruh kelahiran 16.569 jiwa. Sedangkan KN3 (KN
lengkap) berjumlah 15.219 jiwa (91,85%).
Gambar 4.04. Persentase Kunjungan Neonatus Kabupaten Banyuasin Tahun 2007-2016
5. ASI Eksklusif Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi
secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
46
sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.
Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi; baik
dari aspek gizi, imunologis, psikologis, neurologis, ekonomis maupun aspek kecerdasan dan
aspek penundaan kehamilan.
Secara Nasional menurut Susenas 2009 terdapat 61,3% bayi umur 0-5 bulan
yang mendapat ASI eksklusif, dengan rentang terendah dan tertinggi antara 48,8% hingga
78,8%. Di Kabupaten Banyuasin sendiri pada tahun 2016, dari seluruh bayi (0 s/d 6 bulan)
yang ada (8.285 bayi), yang berhasil didata mendapat ASI eksklusif baru sebanyak 3.931 bayi
(42,72%)
Rendahnya cakupan tersebut secara Nasional antara lain karena belum adanya
peraturan perundangan tentang pemberian ASI, belum maksimalnya sosialisasi dan
kampanye pemberian ASI dan MP-ASI dan belum optimalnya pembinaan kelompok
pendukung ASI dan MP-ASI. Sementara itu, promosi/ iklan dan pemasaran susu formula
sangat intensif dan sulit dikendalikan.
Pada tahun 2016 di Kabupaten Banyuasin tercatat sebanyak 3.916 bayi (0-6
bulan) atau sekitar 47,27% dari 8.285 bayi, mendapatkan ASI eksklusif.
6. Kunjungan Bayi Yang dimaksud dengan Kunjungan Bayi adalah kunjungan bayi umur 29 hari –
11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin dan
rumah sakit) maupun posyandu guna memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu
satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan,
dan 1 kali pada umur 9-11 bulan.
Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/
HB1-3, Polio 1-4, Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi
dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Penyuluhan perawatan kesehatan bayi meliputi :
konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan, perawatan
dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai MTBS), pemantauan pertumbuhan dan pemberian
vitamin A kapsul biru pada usia 6 – 11 bulan. Indikator ini merupakan penilaian terhadap
upaya peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini
mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
serta peningkatan kualitas hidup bayi. Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2016
mencakup 90,66%.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
47
B. PELAYANAN KELUARGA BERENCANA
Jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2016 sebesar 172.741, yang
menjadi peserta KB aktif sebesar 117.032 orang atau 67,75%. Naik dari tahun sebelumnya yaitu
95.712 atau 55,37,8%.
Gambar 4.05. Presentase Akseptor KB Aktif di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 – 2016
Dari data yang didapat, bisa disimpulkan bahwa akseptor KB aktif tahun 2016
meningkat dari tahun sebelumnya.
Gambar 4.06. Jenis Kontrasepsi yang Digunakan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
48
C. PELAYANAN IMUNISASI
Pencapaian Universal Child Imunization (UCI) pada dasarnya merupakan suatu
gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap.
Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut
dapat digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I
Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT (3 kali), Polio (4 kali),
Hepatitis B (3 kali) dan Campak (1 kali) yang dilakukan melalui pelayanan rutin di posyandu dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Adapun cakupan pelayanan imunisasi bayi di Kabupaten Banyuasin pada tahun
2016 adalah : BCG berjumlah 15.783 bayi (95,26%), DPT3-HB3 berjumlah 15.980 bayi (96,45%),
Polio3 berjumlah 15.545 bayi (93,82%), dan Campak sebesar 15.741 bayi (95,00%) dari 16.569
bayi yang ada. Sedangkan bayi yang mendapatkan pelayanan imunisasi dasar lengkap
sebanyak 15.604 bayi atau sekitar 94,18%.
Gambar 4.07. Persentase Imunisasi Lengkap di Kabupaten Banyuasin Tahun 2003 – 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
49
Sedangkan jumlah desa/kelurahan yang telah mencapai UCI adalah 297
desa/kelurahan dari 304 desa/kelurahan yang ada (97,70%), meningkat dari tahun sebelumnya.
Gambar 4.08. Persentase Desa/Kelurahan UCI Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 – 2016
D. PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT Usila (usia >60 tahun) yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Kabupaten
Banyuasin tahun 2016 sebanyak 48.580 jiwa (82,62%) dari 58.801 jiwa. Mereka mendapatkan
pelayanan, baik di dalam gedung Puskesmas (di Poli Pengobatan bagian Usila) maupun di Luar
Gedung Puskesmas. Pelayanan di Luar Gedung berbasis di Posbindu Usila (Pos Pembinaan
Terpadu Usia Lanjut) di lingkungan tempat tinggal para usila.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
50
Setiap bulan Posbindu Usila memberikan pelayanan berupa, antara lain :
Penimbangan berat badan, Pemeriksaan tekanan darah, Pemeriksaan kesehatan secara umum,
Rujukan ke Puskesmas bagi yang memerlukan, Konsultasi dan penyuluhan kesehatan, dan
Pembinaan Senam Usila. Pada tahun 2016 tercata ada 58.801 usila, yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sebanyak 48.580 (82,62%).
E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakekatnya dimaksudkan untuk menangani
permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa permasalahan gizi sering dijumpai pada
kelompok masyarakat adalah kekurangan kalori protein, kekurangan vitamin A, gangguan akibat
kekurangan yodium, dan anemia zat besi.
1. Pemantauan Pertumbuhan Balita dan Baduta
Upaya pemantauan terhadap
pertumbuhan balita dilakukan melalui kegiatan
penimbangan di posyandu secara rutin setiap
bulan. Hasil kegiatan penimbangan Balita oleh
para kader posyandu dari 32 puskesmas di
Kabupaten Banyuasin selama tahun 2016
menunjukkan bahwa Jumlah balita yang ada
66.508 jiwa; Balita datang ke posyandu untuk
ditimbang sebanyak 54.223 jiwa (73,49%).
Balita dengan status penimbangan di Bawah Garis Merah (BGM) adalah
sebanyak 420 (0,77% dari yang ditimbang di posyandu).
Sedangkan untuk baduta berjumlah 32.694 jiwa, sekitar
27.330 jiwa (83,59%) yang datang ke posyandu untuk
ditimbang, dengan status penimbangan BGM berjumlah
163 jiwa (0,60%)
Gambar 4.10. Hasil Penimbangan Baduta di Posyandu di Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
Gambar 4.09. Hasil Penimbangan Balita di Posyandu di Kabupaten Banyuasin Tahun
2016
51
2. Pemberian Kapsul Vitamin A Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada Balita adalah untuk menurunkan
prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A pada Balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi
terbukti efektif untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A (KVA) pada masyarakat
apabila cakupannya tinggi. Bukti-bukti lain menunjukkan peranan vitamin A dalam
menurunkan secara bermakna angka kematian anak, maka selain untuk mencegah kebutaan,
pentingnya pemberian vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup,
kesehatan dan pertumbuhan anak. Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah
kebutaan serta meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-anak yang mendapat cukup vitamin A,
bila terkena diare, campak atau penyakit infeksi lainnya, maka penyakit-penyakit tersebut
tidak mudah menjadi parah sehingga tidak membahayakan jiwa anak.
Sasaran pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi adalah bayi usia 6-11 bulan
(diberi kapsul vitamin A 100.000 SI), anak balita usia 12-59 bulan (diberi kapsul vitamin A
200.000 SI) dan ibu nifas (diberi kapsul vitamin A 200.000 SI). Pemberian pada ibu nifas
dimaksudkan agar bayinya dapat memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI.
Pemberian vitamin A pada bayi 6-12
bulan dan anak balita 12-59 bulan dilakukan dua kali
setahun serentak pada bulan Februari dan Agustus.
Sedangkan pada ibu nifas, dilakukan terintegrasi
dengan pelayanan kesehatan ibu nifas. Cakupan
pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi sebanyak 2
kali (pada bulan Februari dan Agustus) untuk anak
balita di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2016
adalah sebesar 53.031 dari 66.508 sasaran anak
balita atau 79,74%.
Gambar 4.11. Bayi dan Balita Yang Mendapat Vitamin A di Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
52
3. Pemberian Tablet Besi Anemia gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di
Indonesia, sebagian besar anemia ini disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe), sehingga
disebut sebagai Anemia kekurangan zat besi atau Anemia Gizi Besi (AGB).
Salah satu kelompok yang rentan terhadap AGB ini adalah wanita hamil. Karena
itu, kepada ibu hamil perlu diberikan tablet tambah darah (Fe) sebanyak 90 tablet (3 kali @ 30
tablet) selama masa kehamilannya.
Pada tahun 2016 ibu hamil yang ada di Kabupaten Banyuasin sebanyak 18.665
orang, yang mendapatkan pemberian 90 tablet besi(Fe3) sebanyak 16.829 orang (90,16%)
bumil.
F. PROMOSI KESEHATAN & PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1. Rumah Tangga Sehat (PHBS)Yang dimaksud “Rumah tangga Sehat” adalah rumah tangga yang anggotanya
melakukan sepuluh indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupannya
sehari-hari. Yaitu :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi ASI eksklusif
3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik dirumah
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok didalam rumah.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
53
Data hasil pemantauan petugas kesehatan di lapangan melaporkan bahwa
141.983 rumah tangga ( 73,4% ) di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2016 yang menerapkan
PHBS dari seluruh total rumah tangga (243.811)
2. Posyandu Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di
masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal masyarakat untuk mendekatkan pelayanan
kesehatan pada masyarakat melalui wadah keterpaduan lintas sektor dan masyarakat.
Posyandu menyelenggarakan minimal lima program prioritas, yaitu Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare. Posyandu
dikelompokkan menjadi 4 strata, yaitu Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri.
Pada tahun 2016 di Kabupaten Banyuasin terdapat 683 posyandu yang terdiri dari
: Posyandu Pratama 20 buah (2,93%), Madya 216 buah (31,63%), Purnama 320 buah
(46,85%) dan Mandiri 127 buah (18,59%). Adapun yang dimaksud “Posyandu Aktif” adalah
Posyandu strata Purnama dan Mandiri. Di Kabupaten Banyuasin tahun 2016 terdapat
Posyandu Aktif sebanyak 447 buah (65,45%). Ini sudah di atas target Indonesia Sehat 2016,
yaitu 40%.
Gambar 4.12. Jumlah Posyandu Menurut Strata di Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
Perkembangan posyandu sangat dipengaruhi oleh upaya kader dalam
mengelola posyandu, ditambah dukungan dari perangkat desa dan dinas terkait seperti Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Sosial, Dinas Kesehatan, Badan Keluarga Berencana, dll.
Adapun kegiatan revitalisasi posyandu sendiri lebih diarahkan untuk meningkatkan jumlah dan
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
54
mutu posyandu dengan cara peningkatan ketrampilan petugas kesehatan dalam membina
posyandu
3. Poskesdes Pada tahun 2016, seluruh desa / kelurahan yang ada di wilayah Kabupaten
Banyuasin telah menjadi Desa / Kelurahan Siaga. Di setiap desa / kelurahan tersebut telah
pula dibentuk Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Ada Poskesdes yang benar-benar baru dibentuk dan ada pula Poskesdes yang
merupakan pengembangan dari Polindes ataupun UKBM (Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat) lainnya yang telah ada di desa / kelurahan tersebut.
Poskesdes adalah suatu bentuk UKBM yang merupakan wahana kewaspadaan
dini terhadap berbagai resiko dan masalah kesehatan yang dikelola oleh kader/forum
masyarakat desa dengan bimbingan tenaga kesehatan. Total Poskesdes 300, Polindes
sebanyak 56, dan Posbindu 150.
G. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
1. Rumah Sehat Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan,
yaitu bangunan yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan
sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah
yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.
Menurut laporan yang terkumpul dari puskesmas se-Kabupaten Banyuasin tahun
2016, dari seluruh jumlah rumah yang ada (192.438 rumah) presentase rumah sehat sebesar
60,64 % (116.690 rumah)
2. Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan Tempat-tempat umum dan Tempat Umum Pengolahan Makanan merupakan
suatu sarana yang dikunjungi banyak orang dan berpotensi menjadi tempat persebaran
penyakit. TTU meliputi sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan hotel, dan lain-lain,
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
55
sedangkan TPM meliputi jasa boga, restoran, depot air minum, kantin, makanan jajanan dan
lain-lain.
TTU dan TPM yang sehat adalah yang memenuhi syarat kesehatan yaitu
memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah
(SPAL), ventilasi yang baik, luas lantai/ruangan yang sesuai dengan banyaknya pengunjung
dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai.
Tempat-tempat umum meliputi sarana pendidikan, sarana kesehatan dan hotel.
Dari 730 TTU yang tercatat di Kabupaten Banyuasin, 549 TTU yang memenuhi syarat
(75,21%). Sedangkan untuk tempat pengelolaan makanan meliputi jasa boga, rumah
makan/restoran, depot air minum, dan makanan jajanan dengan total jumlah 1.727 TPM,
1.066 TPM memenuhi syarat higiene sanitasi.
Gambar 4.13. Jumlah TTU dan TPM di Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
Dari 2.699 TUPM yang ada di Kabupaten Banyuasin, TPM dibina sebanyak 237
(35,48%) 39 TPM diuji petik (3,00%).
3. Akses Terhadap Air BersihKeluarga yang memiliki akses terhadap air bersih adalah keluarga yang
mempunyai kemudahan dalam memperoleh air bersih dalam jumlah yang cukup sesuai
dengan kebutuhan. Adapun sumber air bersih yang biasa digunakan oleh rumah tangga
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
56
dibedakan sebagai berikut : SGT (Sumur Gali Terlindungi), SGP (Sumur Gali Pompa), SBP
(Sumur Bor Pompa), Terminal Air, Mata Air Terlindung, PAH (Penampungan Air Hujan),
perpipaan (PDAM, BPSPAM).
Berdasarkan laporan dari Puskesmas, rumah tangga di Kabupaten Banyuasin
yang mendapatkan akses air bersih sebanyak 453.493 (55,1%), jumlah ini meningkat dari
data tahun 2015, tetapi persentasenya menurun
Gambar 4.14. Penduduk Dengan Akses Air Bersih1 di Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
1. Sarana Sanitasi Dasar Sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi jamban, tempat
sampah, dan saluran pembuangan air limbah (SPAL). Dari 243.811 rumah tangga yang ada
(822.575 penduduk), tidak semuanya bisa diperiksa karena keterbatasan sumber daya yang
ada. Jenis sarana jamban yang digunakan berupa komunal, leher angsa, plengsengan, dan
cemplung.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
57
Data yang masuk dari Puskesmas melaporkan bahwa, pada tahun 2016, jumlah
sarana jamban berjumlah 171.284, yang memenuhi syarat berjumlah 135.148. Jadi penduduk
dengan akses sanitasi layak berjumlah 460.018 (55,9%)
Gambar 4.15. Penduduk Dengan Akses Fasilitas Sanitasi di Kabupaten BanyuasinTahun 2016
5. Pembinaan Kesehatan Lingkungan pada InstitusiUntuk memperkecil risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat
dari lingkungan yang kurang sehat, dilakukan berbagai upaya peningkatan kualitas
lingkungan, antara lain dengan pembinaan kesehatan lingkungan pada institusi yang
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
58
dilakukan secara berkala. Upaya yang dilakukan mencakup pemantauan dan pemberian
rekomendasi terhadap aspek penyediaan fasilitas sanitasi dasar.
6. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan MasyarakatDalam rangka meningkatkan kepesertaan masyarakat dalam pembiayaan
kesehatan, berkembang berbagai cara pembiayaan pra upaya. Selama tahun 2016, penduduk
Kabupaten Banyuasin yang termasuk dalam Jaminan Kesehatan Nasional sebanyak 333.929
orang, dan Jamkesda 477.577 orang.
Gambar 4.16. Kepesertaan Jaminan Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
59
BAB VSITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan merupakan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan, meliputi rumah sakit pemerintah dan swasta, puskesmas, puskesmas
pembantu, poliklinik atau balai pengobatan, BKIA, dokter dan bidan praktik swasta, posyandu,
apotek, dan laboratorium.
1. Puskesmas Saat Kabupaten Banyuasin berdiri (tahun 2002), jumlah puskesmas yang ada
sebanyak 23 buah. Pada tahun 2015, ada penambahan puskesmas sebanyak dua
puskesmas yaitu Puskesmas Suak Tapeh dan Puskesmas Sidomulyo, pertengahan tahun
2016 ada penambahan 1 puskesmas yaitu Puskesmas Tanjung Api-api, sehingga sudah ada
32 Puskesmas yang siap memberikan pelayanan kepada masyarakat Kabupaten Banyuasin.
Secara konseptual, Puskesmas menganut konsep wilayah dan diharapkan dapat
melayani sasaran penduduk rata-rata 30.000 jiwa. Dengan jumlah penduduk 822.575 jiwa
pada tahun 2016, berarti 1 puskesmas di Kabupaten Banyuasin rata-rata melayani sekitar
25.705 jiwa.
Dari 32 puskesmas tersebut, 13 puskesmas diantaranya adalah Puskesmas
Perawatan, yaitu Puskesmas Pangkalan Balai, Puskesmas Betung, Puskesmas Dana Mulya,
Puskesmas Karang Agung Ilir, Puskesmas Sungsang, Puskesmas Makarti Jaya, Puskesmas
Daya Utama, Puskesmas Mariana, Puskesmas Sungai Dua, Puskesmas Sukajadi,
Puskesmas Muara Telang, Puskesmas Telang Jaya Telang dan Puskesmas Kenten Laut.
19 Puskesmas lainnya merupakan Puskesmas non perawatan atau puskesmas
rawat jalan yaitu Puskesmas Petaling, Puskesmas Pengumbuk, Puskesmas Srikaton,
Puskesmas Semuntul, Puskesmas Talang Jaya Betung, Puskesmas Simpang Rambutan,
Puskesmas Sembawa, Puskesmas Sumber, Puskesmas Mekar Sari, Puskesmas Gasing
Laut, Puskesmas Tanjung Lago, Puskesmas Cinta Manis, Puskesmas Margo Mulyo,
Puskesmas Tirta Harja, Puskesmas Suak Tapeh, Puskesmas Sido Mulyo, Puskesmas Karang
Manunggal, dan Puskesmas Tungkal Ilir dan Puskesmas Tanjung Api-api.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
60
2. Puskesmas Pembantu (Pustu)Untuk mendukung pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat di desa-desa,
didirikanlah Pustu-Pustu. Pada tahun 2016 tercatat ada 119 Pustu di Kabupaten Banyuasin.
Namun, diantara 119 Pustu tersebut, terdapat beberapa bangunan Pustu yang
keadaannya rusak total, sehingga sama sekali tidak bisa dimanfaatkan.
3. Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana Rumah Sakit (RS)
antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dari
jumlah RS dan tempat tidurnya serta rasio terhadap jumlah penduduk.
Jumlah RS Umum di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2016 adalah 2 buah,
yaitu RSUD Banyuasin ( yang berlokasi di Seterio Kecamatan Banyuasin III) dan RSK dr.Rivai
Abdullah ( yang berlokasi di Sei Kundur Kel. Mariana Kecamatan Banyuasin I).
RSUD Banyuasin berdiri dan mulai beroperasi sejak Oktober 2006. RS Sei
Kundur (milik Kementerian Kesehatan Pusat) semula adalah RS Khusus Kusta kemudian
dikembangkan menjadi RS Umum .
Selain sarana di atas, ada beberapa sarana pendukung kesehatan lainnya,
misalnya balai pengobatan atau klinik, praktek dokter, apotek dan sebagainya. Pada tahun 2016
di Kabupaten Banyuasin tercatat ada, 6 balai pengobatan/klinik, 95 praktek dokter perorangan
((RIK dan RIPS), bank darah rumah sakit 1, unit transfusi darah 1, apotek 14, toko obat 5.
Sarana pelayanan kesehatan tahun 2016 yang tercatat ada di Kabupaten Banyuasin
adalah sebagai berikut :
Gambar 5.01. Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
61
Gambar 5.02. Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta di Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
B. TENAGA KESEHATAN
SDM yang memberikan pelayanan kesehatan di Kabupaten Banyuasin tahun 2016
di tiap puskesmas dan rumah sakit yang terdata adalah Tenaga medis 134 orang (36 Dokter
Spesialis, 83 Dokter Umum, 15 Dokter Gigi), tenaga keperawatan 583 orang (542 perawat dan
41 perawat gigi), tenaga bidan 856 orang, tenaga kefarmasian 67 orang(Tenaga Teknis
Kefarmasian 46 orang dan Apoteker 21) tenaga kesehatan masyarakat dan sanitasi orang 232
orang (kesehatan masyarakat 154 orang dan kesehatan lingkungan 78 orang), tenaga gizi 46
orang, terapi fisik 7 orang, teknisi medis 73 orang, tenaga kesehatan lain 215 orang, dan tenaga
non kesehatan 186 orang.
Gambar 5.03. Tenaga SDM di Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
62
BAB VI
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016
63
PENUTUP
Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan
organisasi dalam pelaksanaan manajemen. Oleh karena itu penyediaan data dan informasi yang
berkualitas sangat dibutuhkan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan.
Di bidang kesehatan, data dan informasi ini diperoleh melalui penyelenggaraan sistem
informasi kesehatan. Perlu disadari bahwa sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih
belum dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal. Hal ini berimplikasi
pada kualitas data dan informasi yang disajikan dalam Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin yang
diterbitkan saat ini yang belum sesuai dengan harapan.
Namun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin dapat
memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan
kesehatan masyarakat yang telah dicapai. Dan Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin ini juga
merupakan salah satu publikasi data dan informasi yang meliputi data capaian Standar Pelayanan
Minimal (SPM) dan Indikator Indonesia Sehat 2016 (IIS 2016) Kabupaten Banyuasin pada tahun
2016.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan
data yang diperlukan dalam rangka penyusunan Profil Kesehatan Tahun 2016 ini.
Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2016