RADEN INTAN
LAMPUNG
PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MUSIK KLASIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS
VIII SMP N 5 TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH TAHUN AJARAN 2016/2017
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Pendidikan Matematika
Oleh
AGUNG AKBAR MADEN GUMANTI NPM : 1211050084
Jurusan : Pendidikan Matematika
Pembimbing I : Dr. Nanang Supriadi, M.Sc
Pembimbing II : Suherman, M.Pd
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1438 H / 2017 M
PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MUSIK KLASIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS
VIII SMP N 5 TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH TAHUN AJARAN 2016/2017
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Pendidikan Matematika
Oleh
AGUNG AKBAR MADEN GUMANTI NPM : 1211050084
Jurusan : Pendidikan Matematika
Pembimbing I : Dr. Nanang Supriadi, M.Sc
Pembimbing II : Suherman, M.Pd
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG 1438 H / 2017 M
ABSTRAK
PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MUSIK KLASIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS
VIII SMP N 5 TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH
TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh Agung Akbar Maden Gumanti
Pendidikan merupakan sesuatu yang penting, dengan pendidikan kita dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam diri. Berdasarkan hasil pra survey yang dilakukan di SMP N 5 Terbanggi Besar Lampung Tengah ditemukan bahwa permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik, hal tersebut dipengaruhi oleh penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh pembelajaran dengan iringan musik klasik terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu, populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas VIII SMP N 5 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2016/2017, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik acak kelas dimana kelas VIII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol. Teknik analisis data dalam menggunakan uji-t.
Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas, diperoleh data bahwa hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis dari kedua kelompok tersebut normal dan homogen, sehingga untuk pengujian hipotesisnya digunakan uji-t. Menurut hasil penelitian dan pembahasan perhitungan uji-t diperoleh bahwa 2,13 > 2,002. Berdasarkan kajian teori dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa: Terdapat pengaruh pembelajaran dengan musik klasik terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dan pembelajaran dengan musik klasik lebih baik dari pembelajaran konvensional.
Kata Kunci : Musik Klasik, Pemecahan Masalah Matematis.
MOTTO
موالكم وھو خیر الناصرین {١٥٠} بل هللا
Artinya :
“Tetapi (ikutilah Allah), Allahlah Pelindungmu, dan Dia-lah Sebaik-baik penolong.”(QS.Ali-Imron:150)1
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, (Bandung:CV Penerbit
Diponegoro), h. 69
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan
karya sederhana ini sebagai tanda bakti atas cinta kasih untuk :
1. Kedua orang tuaku tersayang, ayahanda Mat Amin dan ibunda Denti Eliana yang
tiada henti-hentinya mendo’akanku dan memberikan semua yang terbaik demi
tercapainya keberhasilanku.
2. Adikku tersayang Nilam Jelfa Rani Gumanti, S.Pd dan Ria Rucuh Maden
Gumintang, terimakasih yang sebesar-besarnya atas kasih sayang, semangat serta
do’a yang tulus demi terselesaikannya pendidikanku.
3. Almamaterku UIN Raden Intan Lampung.
RIWAYAT HIDUP
Agung Akbar Maden Gumanti dilahirkan di Metro pada tanggal 21 November
1992. Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan bapak Mat Amin dan ibu Denti
Eliana. Peneliti memiliki satu adik perempuan dan satu adik laki-laki. Peneliti mulai
menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak Aisiyah Metro, tamat pada tahun 1998.
Kemudian peneliti menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN 1 Indra Putra Subing
Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2004, SMP N 1
Terbanggi Besar lulus pada tahun 2007, kemudian melanjutkan sekolah di SMK N 2
Terbanggi Besar lulus tahun 2010. Pada tahun 2012 peneliti terdaftar sebagai
mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden
Intan Lampung.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. Shalawat dan salam senantiasa selalu
tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW. Berkat petunjuk dari Allah, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Tarbiyah UIN Raden Intan
Lampung.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN
Raden Intan Lampung
2. Bapak Dr. Nanang Supriadi, M.Sc dan ibu Farida, S.Kom.,MMSI selaku Ketua
dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Raden Intan Lampung
3. Bapak Dr. Nanang Supriadi, M.Sc selaku pembimbing I dan Bapak Suherman,
M.Pd selaku pembimbing II yang telah bersedia menyediakan waktu dan
bimbingannya serta pengarahan
4. Bapak dan Ibu dosen serta Staf karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Raden Intan Lampung yang telah mendidik, memberikan ilmu pengetahuan
kepada penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN
Raden Intan Lampung
5. Kepala Sekolah, Guru dan Staff TU SMP N 5 Terbanggi Besar Lampung Tengah
yang telah memberikan izin dan bantuan hingga terselesaikannya skripsi ini
6. Rekan-rekan seperjuangan Pendidikan Matematika angkatan 2012 khususnya
kelas E terima kasih atas kebersamaan dan persahabatan yang terbangun selama
ini
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telas membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini
Seiring do’a dan harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca serta dapat memberikan masukan dalam upaya meningkatkan hasil
belajar peserta didik. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan, sebab keterbatasan ilmu dan teori yang penulis miliki. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun
untuk skripsi ini. Akhirnya kepada Allah SWT penulis memohon rahmat dan
hidayah-Nya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan berguna untuk
semua. Amin.
Bandar Lampung, April 2018
Agung Akbar Maden Gumanti NPM.1211050084
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
PERSETUJUAN MUNAQOSYAH ........................................................... iii
PENGESAHAN MUNAQOSYAH ............................................................. iv
MOTO .............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
G. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 12
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 12
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ............................................ 12
2. Pengertian Pembelajaran Matematika ........................................... 14
3. Pembelajaran Matematika di SMP ................................................ 15
4. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika ............... 18
5. Pengertian Pendekatan Pembelajaran............................................ 19
6. Pembelajaran Konvensional .............................................................. 21
7. Pengertian Musik ............................................................................... 23
8. Jenis-jenis Musik ............................................................................... 24
9. Fungsi Musik ...................................................................................... 27
10. Pengertian Musik Klasik .... 29
11. Pengaruh Musik Klasik Terhadap Pembelajaran ........................... 30
12. Kemampuan Pemecahan Masalah .................................................. 31
B. Penelitian Yang Relevan........................................................................ 35
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 36
D. Hipotesis ................................................................................................. 37
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 39
A. Metode Penelitian .................................................................................. 39
B. Variabel Penelitian ................................................................................. 40
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............................ 40
1. Populasi Penelitian ............................................................................. 40
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........................................ 41
D. Teknik Pengambilan Data ..................................................................... 42
1. Observasi ............................................................................................ 42
2. Wawancara ......................................................................................... 42
3. Dokumentasi ...................................................................................... 42
4. Tes ....................................................................................................... 43
E. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ............................................................... 44
G. Analisis Data Instrumen ........................................................................ 45
1. Uji Validitas ....................................................................................... 46
2. Uji Tingkat Kesukaran....................................................................... 47
3. Uji Daya Pembeda ............................................................................. 49
4. Uji Reliabilitas ................................................................................... 50
H. Teknik Analisis Data ............................................................................. 52
1. Uji Prasyarat Analisis ........................................................................ 52
a. Uji Normalitas ............................................................................... 52
b. Uji Homogenitas ........................................................................... 54
2. Uji Hipotesis ...................................................................................... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 59
A. Hasil Pengujian Intrumen Penelitian ............................................... 59
B. Deskripsi Data Amatan .................................................................... 64
C. Teknik Analisis Data ........................................................................ 68
D. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 71
E. Pembahasan ....................................................................................... 74
F. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 79
A. Kesimpulan ....................................................................................... 79
B. Saran .................................................................................................. 79
C. Penutup .............................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1Hasil Ulangan Semester Genap Kelas VIII........................................ 5
Tabel 3.1Jumlah Seluruh Peserta Didik Kelas VIII ......................................... 40
Tabel 3.2Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ........... 43
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian .......................................................... 45
Tabel 3.4 Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ..................................... 48
Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda ..................................................................... 50
Tabel 4.1 Validitas Item Soal ............................................................................ 60
Tabel 4.2 Tingkat Kesukaran Butir Soal........................................................... 61
Tabel 4.3 Daya Pembeda ................................................................................... 62
Tabel 4.4 Validitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran ....................................... 63
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas
Eksperimen ......................................................................................... 65
Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas
Kontrol ................................................................................................ 66
Tabel 4.7 Rekapitulasi Perhitungan Uji Normalitas......................................... 70
Tabel 4.8 Rekapitulasi Perhitungan Uji Homogenitas ..................................... 71
Tabel 4.9 Rekapitulasi Perhitungan Uji Hipotesis ........................................... 72
Tabel 4.10 Rekapitulasi Perhitungan Uji-t satu pihak ..................................... 73
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, oleh karena itu
setiap orang berhak memiliki pendidikan yang baik demi memperoleh kehidupan
yang lebih layak. Hal ini diatur dalam UUD 1945 Bab XIII tentang Pendidikan
dan Kebudayaan, Pasal 31 yang menyebutkan bahwa “Setiap warga Negara
berhak mendapat pendidikan”.2 Pendidikan diawali dari pendidikan dalam
keluarga, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan formal ketika seseorang telah
memasuki usia sekolah.
Program pendidikan merupakan hak yang dimiliki warga negara
Indonesia, yaitu dengan memberikan suatu wadah berupa pendidikan formal.
Pendidikan formal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu peserta didik,
kurikulum, tenaga kependidikan, biaya, sarana dan prasarana, serta faktor
lingkungan. Faktor-faktor tersebut sebagai media penunjang proses pembelajaran,
akan membantu pencapaian hasil belajar yang maksimal sehingga akan
memberikan nilai positif pada mutu pendidikan.
Berbagai cara yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
antara lain dengan memperbaiki sistem pembelajaran yang dilakukan guru dan
2http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_19_05.html (Diakses tanggal8Agustus 2016 pukul
22.29)
peserta didik. Proses belaja rmengajar tidak hanya menekankan pada pemahaman
peserta didik tetapi juga menerapkan atau mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari, sebagaimana firman Allah SWT suratAr-Ra’adayat 11:
�� ۥ������ ۦ����� �� �� ���� و�� ���� �ۥ �� أ إن� ٱ�� ٱ�� ��� �
أراد ����� �ذاوا �� �� ��� ��� ���� �� و�� ۥ ���� ��ء� �� ��د� � ٱ��
��� وال و��ۦد ��� ��
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya ata sperintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.3
Ayat diatas menjelaskan bahwa hendaknya setiap manusia sebagai
mahluk ciptaan Allah SWT harus berusaha sebaik mungkin agar memperoleh apa
yang ingin dicapai, karena yang membuat manusia itu lebih baik adalah manusia
itu sendiri. Dengan demikian, semakin banyak usaha dalam proses belaja
rmengajar itu dilakukan, semakin baik dan semakin meningkat perubahan yang
akan diperoleh dalam proses belajar mengajar tersebut.
Matematika merupakan komponen penting dalam serangkaian peranan
dalam proses pendidikan, karena matematika merupakan salah satu bidang studi
3Departemen Agama RI, h.199.
yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu diajarkan disekolah, mulai dari
jenjang pendidikan dasar, menengah hingga perguruan tinggi, guna
mempersiapkan peserta didik sebagai individu yang memiliki kecerdasan,
memiliki pemikiran yang logis, rasional, kritis, kreatif, dan efisien. Peranan
matematika sangatlah penting, karena matematika merupakan suatu alat untuk
mengembangkan cara berpikir kreatif dan logis sehingga mampu
mengembangkan kemampuan pemecahan masalahnya.4 Artinya dalam
mempelajari matematika peserta didik harus mengembangkan cara berpikir
kreatif matematis terlebih dahulu, agar dapat mengaplikasikan matematika itu
sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
NCTM (National Council of Theacher Mathematics) menetapkan
bahwa terdapat lima keterampilan proses yang perlu dimiliki peserta didik
melalui pembelajaran matematika yang tercakup dalam standar proses, yaitu
pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan pembuktian (reasoning
and proof), koneksi (connection) dan representasi (representation).5
4Hidayaturrizkiah, Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Metode Student Facilitator and Explaining (SFAE) pada
Peserta Didik Kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014, Skripsi
Pendidikan Matematika IAIN Raden Intan Lampung, Lampung,2014), h.3. 5NCTM, Principles and Standards for School Mathematics, 2000, www.nctm.org,
diakses 8Agustus 2016, pukul 22.00
Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan
matematika yang dianggap penting, baik oleh para guru maupun siswa di semua
tingkat mulai dari SD sampai SMA. Hal tersebut dianggap menjadi hal yang sulit
dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya. Suatu masalah
biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus
dikerjakan untuk menyelesaikannya.
Pada saat ini, banyak peserta didik yang merasa bahwa matematika
sebagai bidang studi yang sulit dibandingkan dengan bidang studi yang lain.
Peserta didik menganggap matematika itu sulit dan menakutkan. Berdasarkan
hasil wawancara singkat dengan guru matematika (Rosmawati, S.Pd) dan data
hasil pra survey pada tanggal 12 April 2016 di SMPN 5 Terbanggi Besar,
diperoleh informasi bahwa masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan
dalam mengerjakan soal-soal matematika, selama proses belajar mengajar
berlangsung, guru berperan aktif dalam menyampaikan beberapa informasi,
sedangkan peserta didik mendengarkan, kemudian mencatat informasi yang telah
disampaikan. Hal ini megnakibatkan pembelajaran masih berpusat pada guru.
Guru terkadang kurang mampu mengontrol sejauh mana peserta didik
telah memahami apa saja yang telah disampaikan, karena tidak adanya interaksi
antara guru dengan peserta didik, sehingga menyebabkan proses belajar mengajar
hanya bersifat satu arah. Peserta didik masih sulit untuk mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah nya pada saat kegiatan belajar mengajar bidang
studi matematika. Sehingga berpengaruh terhadap hasil pembelajaran peserta
didik.
Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Huri Suhendra dalam
penelitiannya bahwa, kemampuan pemecahan masalah berpengaruh positif yang
signifikan terhadap hasil belajar peserta didik.6 Disisi lain diketahui bahwa, hasil
nilai ulangan matematika yang diperoleh peserta didik masih dikatakan kurang
maksimal. Nilai ulangan matematika tersebut dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 1.1
Hasil Ulangan Matematika Semester Genap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 5 Terbanggi Besar Lampung Tengah
Tahun Ajaran 2016/2017
No Kelas KKM Nilai
Jumlah <70 ≥ 70
1 VIII A 70 26 12 38
2 VIII B 70 25 11 36
3 VIII C 70 22 12 34
4 VIII D 70 19 16 35
5 VIII E 70 27 9 36
6 VIII F 70 19 17 36
Jumlah 138 77 215
Sumber: Guru Matematika Kelas VIII dan Daftar Nilai Matematika Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 5 Terbanggi Besar Lampung Tengah.
6Huri Suhendra, “Pengaruh Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kemandirian Belajar
Terhadap Hasil Belajar Matematika”, Jurnal pendidikan Universitas Indraprasta (UNINDRA),
2011, h.38.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 215 peserta didik, yang mendapat
nilai ≥ 70 hanya berjumlah 77 peserta didik, atau setara dengan 36%, dan peserta
didik yang mendapatkan nilai < 70 berjumlah 138 peserta didik dengan
persentase yaitu sekitar 64% dari seluruh peserta didik kelas VIII di SMP Negeri
5 Terbanggi Besar. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika yang
telah dicapai oleh peserta didik masih tergolong rendah. Rendahnya hasil belajar
peserta didik dalam proses belajar mengajar dapat disebabkan oleh beberapa
faktor salah satunya kemampuan pemecahan masalah.
Pemecahan masalah merupakan proses mental dan intelektual dalam
menentukan suatu masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi
yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses
pemecahan masalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untk berperan
aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi atau data
untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Keterampilan
memecahkan masalah dapat dimiliki oleh peserta didik bila guru mengajarkan
bagaimana cara memecahkan masalah yang efektif. Agar peserta didik mampu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan belajar, maka peserta
didik harus lebih tekun dan giat dalam belajarnya, karena masalah yang dihadapi
peserta didik dalam kegiatan belajar tidak akan dicapai tanpa adanya usaha
sendiri.
Selain kelemahan pemecahan masalah matematika peserta didik, salah
satu faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah sikap
peserta didik terhadap matematika itu sendiri. Jika peserta didik bersikap senang
terhadap matematika, tentu sikapnya itu mempengaruhi tingkah lakunya terhadap
matematika, sedangkan sikap peserta didik yang tidak senang merupakan suatu
hambatan untuk belajar matematika. Ini menunjukkan bahwa peserta didik yang
memiliki sikap senang terhadap matematika, maka dalam dirinya akan tumbuh
keinginan atau dorongan untuk belajar matematika dengan baik.
Kemampuan pemecahan masalah matematika menjadi sangat penting
karena akan membantu penguasaan pemahaman konsep yang bermakna dan
membantu menyelesaikan tugas melalui keterkaitan antara konsep matematika
dengan konsep dalam disiplin ilmu yang lain. Kemampuan pemecahan masalah
matematika membantu peserta didik dalam menyusun model matematika yang
menggambarkan antar konsep dan data suatu masalah atau situasi yang diberikan.
Mengingat pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematika tersebut
maka perlu dirancang suatu pembelajaran yang mengutamakan proses belajar,
dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu peserta didik
mencapai keterampilan berfikir.
Langkah awal yang perlu dilakukan untuk dapat menghasilkan peserta
didik yang berkualitas tinggi adalah bagaimana peserta didik dapat menyukai
materi yang akan dibawakan oleh guru dan dapat memecahkan masalah
matematika tersebut. Sebaik apapun pendekatan atau metode pembelajaran yang
dilakukan oleh seorang guru dalam membawakan materi pembelajarannya akan
kurang bermakna dan akan banyak menemui hambatan bila peserta didik tidak
memahami materi yang disampaikan. Agar peserta didik menyukai mata
pelajaran matematika dan tidak membuat mereka takut serta cemas maka
diberikan suatu iringan musik klasik sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Menurut jurnal penelitian pendidikan, musik memiliki pengaruh baik bagi
perkembangan siswa. Dalam kegiatan belajar, penggunaan musik pada saat
proses pembelajaran berpengaruh pada penataan suasana hati, meningkatkan
hasil belajar yang diinginkan serta menyoroti hal-hal penting. Dengan demikian,
aktivitas musik yang kontruktif dapat membantu menyeimbangkan fungsi otak
kanan dan otak kiri sehingga kegiatan yang dilakukan mendapat hasil yang
optimal yang dapat membantu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
pada peserta didik.7 Beberapa hal yang telah dijelaskan di atas, maka penulis
tertarik untuk lebih lanjut meneliti masalah ini dengan judul “Pengaruh Musik
Klasik Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VIII
SMP N 5 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Ajaran 2016/2017”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, ada beberapa
masalah yang dapat penulis identifikasikan yaitu:
1. Peserta didik menganggap matematika merupakan bidang studi yang sulit dan
menakutkan.
7Maya Anggraini, dkk. Pengaruh Musik Instrumental Dalam Penyelesaian Soal Matematika
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMP N 8 Bandar Lampung Tahun ajaran 2012/2013,
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Universitas Lampung
2. Selama proses belajar mengajar masih berpusat satu arah.
3. Peserta didik merasa takut dan cemas selama proses belajar mengajar
4. Hasil belajar matematika peserta didik masih tergolong rendah.
5. Kemampuan pemecahan masalah peserta didik di SMP Negeri 5 Terbanggi
Besar masih rendah
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah yang dikaji focus dan terarah, maka peneliti membatasi
masalah- masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Penulis hanya akan meneliti pada pengaruh musik klasik terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis
2. Kemampuan yang akan diteliti adalah kemampuan pemecahan masalah
matematis
3. Penelitian ini dilakukan di kelasVIII SMP N 5 TerbanggiBesar Lampung
Tengah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan idintifikasi masalah diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh musik klasik terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa kelas VIII SMP N 5 Terbanggi Besar Lampung
Tengah tahun ajaran 2016/2017?
2. Apakah pembelajaran dengan musik klasik lebih baik dari pembelajaran
konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui :
1. Pengaruh musik klasik terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kelas VIII SMP N 5 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun ajaran
2016/2017.
2. Pembelajaran dengan musik klasik atau pembelajaran konvensional yang
lebih baik.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini yaitu:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan menjadi obyek dalam menemukan dan menghadapi
suatu permasalahan dalam proses belajar mengajar matematiaka serta
mendapatkan pengalaman dari penelitian yang telah dilakukan.
2. Secara Praktis
Penelitian ini dapat menjadi suatu alternative untuk lebih kreatif dalam
menciptakan suasana belajar yang lebih aktif sehingga dapat meningkatkan
kualitas peserta didik dalam pembelajaran matematika.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup dari penelitian ini adalah:
1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini menitik beratkan pada kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik.
2. Subjek Penelitian
Peserta didik kelasVIII SMP N 5 Terbanggi Besar Lampung Tengah
3. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP N 5 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun
Pelajaran 2016/2017.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Menurut Kimbel, belajar adalah perubahan yang relatif permanen yang
ada di dalam diri manusia sebagai akibat dari peraktik yang diperkuat
(reinforced practice).8 Senada dengan hal tersebut, Mayer menyebutkan
bahwa belajar adalah menyangkut adanya perubahan prilaku yang relatif
permanen pada pengetahuan atau prilaku seseorang karena pengalaman.9
Dipihak lain Bell-Gredler menyatakan bahwa, belajar adalah proses
yang dilakukan manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan,
keterampilan dan sikap yang diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan.10
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah upaya yang dilakukan individu agar terjadi perubahan dalam
dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Sedangkan pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori,
kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah
8Karwono, Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar, Raja
Grafindo Persada, cetakan ke-1, Jakarta, 2012, h.13 9 Ibid 10 Ibid
yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah
setiap orang.11 Menurut Syaiful Bahri Djamarah, pembelajaran adalah suatu
kondisi yang dengan sengaja diciptakan oleh guru guna membelajarkan siswa.
Menurut Erman Suherman, mengartikan pembelajaran sebagai upaya penataan
lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan
berkembang secara optimal.12
Dipihak lain Sugihartono menyatakan bahwa, pembelajaran adalah
suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan, mengorganisir, dan menciptakan sistem lingkungan dengan
berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara
efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.13 Dari beberapa pendapat
di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan perubahan prilaku
seseorang serta pembelajaran sebagai suatu proses interaksi antara individu
dengan lingkungan sekitarnya.
11Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, Pustaka pelajar,
Yogyakarta, 2014, h.2. 12 Hety Rusyanti, Pengertian Pembelajaran Matematika, tersedia di
http://www.kajianteori.com/2014/02/pengertian-pembelajaran matematika.html,8 Agustus 2016,
jam 20.24 13 Ibid
2. Pengertian Pembelajaran Matematika
Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir.
Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-
operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya.14 Matematika
adalah ilmu yang abstrak, kasat mata atu tidak dapat dilihat langsung oleh
mata manusia, akan tetapi matematika dapat dipahami berdasarkan simbol-
simbol. Matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak
yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, yang artinya bahwa
materi matematika tersusun menurut urutan-urutan dari yang rendah sampai
tertinggi yang didasarkan pada kebenaran-kebenaran yang telah terbukti
benar.15
Menurut Tinggih, matematika merupakan pelajaran yang tersusun
berjenjang dari paling mudah hingga paling sulit, beraturan dan logis.
Pembelajaran matematika diawali dengan pengertian serta hitungan yang
mudah terlebih dahulu, setelah memahaminya baru mempelajari bagian yang
lebih sulit.16 Kesabaran dan keuletan juga sangat dibutuhkan dalam
memecahkan masalah-masalah matematika yang dihadapi. Ketelitian dalam
14 Zubaidah Amir MZ, “Perspektif Gender Dalam Mempelajari Matematika”, Jurnal
pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Vol.XII No.1 Juni Th.2013, Bandung, h.20. 15Ibid 16Abied, Pengertian Pembelajaran Matematika Menurut Para Ahli, tersedia di,
http://www.duniapelajar.com/2014/08/06/pengertian-pembelajaran-matematika-menurut-para-
ahli/, 8 Agustus 2016, jam 20.24
pengerjaan masalah juga sangat penting untuk mendapatkan hasil yang sesuai
dengan harapan kita.
3. Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Pembelajaran matematika yang diajarkan pada setiap jenjang
pendidikan baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak sepenuhnya sama dengan matematika
sebagai ilmu. Menurut Soedjadi hal ini dikarenakan adanya perbedaan dalam
beberapa hal yaitu17:
a. penyajiannya yang disesuaikan dengan perkembangan intelektual perseta
didik.
b. menggunakan pola pikir deduktif namun dalam proses pembelajaran
dapat digunakan pola pikir induktif
c. keterbatasan semestanya yang lebih dipersempit dari aspek matematika
yang kompleks dan selanjutnya semakin diperluas seiring dengan
peningkatan perkembangan perseta didik
d. Tingkat keabstrakannya yang lebih dikurangi dan selanjutnya sifat
abstraknya semakin banyak seiring dengan peningkatan perkembangan
perseta didik.
17Sukiyo Bisa, Jelajah Dunia Untuk Memajukan Pendidikan, tersedia di,
http://jeranopendidikan.blogspot.co.id/2012/09/pembelajaran-matematika-di-sekolah.html, 8
Agustus 2016, pukul 17.57 wib
Oleh karena itu pada pembelajaran matematika di sekolah, anak didik
memerlukan tahapan belajar sesuai dengan perkembangan jiwa dan
kognitifnya. Potensi yang ada pada diri anak pun berkembang dari tingkat
rendah ke tingkat tinggi, dari sederhana ke kompleks. Karakteristik
pembelajaran matematika tidak dapat begitu saja diterapkan tanpa
menyesuaikan dengan perkembangan anak didik. Perkembangan intelektual
anak dapat dibagi dalam empat periode, yaitu periode sensori motorik pada
usia 0-2 tahun, periode pra-operasional pada usia 2-7 tahun, periode operasi
konkrit pada usia 7-11 tahun, periode operasi formal pada usia 11 atau 12
tahun ke atas.
Berdasarkan pembagian periode perkembangan intelektual di atas,
siswa SMP berada pada periode operasi konkrit dan mulai memasuki periode
operasi formal. Periode operasi konkrit merupakan permulaan berpikir
rasional dan siswa memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkan pada
masalah konkrit. Kemampuan siswa operasi konkrit berbeda dengan siswa
operasi formal. Siswa pada periode konkrit dan formal keduanya sudah dapat
menyelesaikan masalah klasifikasi, namun pada periode konkrit siswa belum
mampu menyelesaikan masalah klasifikasi tanpa adanya data konkrit. Anak-
anak pada periode formal sudah dapat memberikan alasan dengan
menggunakan lebih banyak simbul atau gagasan dalam cara berpikirnya. Anak
sudah dapat mengoperasikan argumen-argumen tanpa berkaitan dengan
benda-benda empirik.
Anak mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik dan
kompleks dari pada anak yang masih berada dalam periode operasi konkrit.
Tujuan mata pelajaran matematika di sekolah menengah pertama adalah agar
siswa memiliki kemampuan sebagai berikut18:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep,
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian di atas pembelajaran matematika disekolah baik
dalam hal penyajian, pola pikir, keterbatasan semesta, dan tingkat
18 Ibid
keabstrakannya disesuaikan dengan perkembangan intelektual perseta didik.
Tujuan matematika diajarkan di sekolah yaitu agar siswa memiliki
kemampuan memahami konsep matematika, menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan, memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika banyak
jenisnya. Menurut slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
adalah19:
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu faktor
jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Adapun penjelasan dari
masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1) Faktor jasmani, terdiri atas kesehatan dan cacat tubuh.
2) Faktor psikologis, terdiri atas intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motivasi, kematangan dan kesiapan.
3) Faktor kelelahan, terdiri atas kelelahan jasmani dan rohani.
b. Faktor ekstern
19 IAIN-tulungagung.ac.id/1890/4/BAB%20II.
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor
ekstern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat. Adapun penjelasan dari masing-masing faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Faktor keluarga
Faktor keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang
tua dan latar belakang kebudayaan.
2) Faktor sekolah
Mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik,
relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah.
3) Faktor masyarakat
Terdiri atas kegiatan peserta didik dalam masyarakat, teman bergaul dan
bentuk kehidupan masyarakat.
5. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pada hakekatnya, pendekatan
pembelajaran dipahami sebagai cara-cara yang ditempuh oleh seorang
pembelajar untuk bisa belajar dengan efektif. Dalam hal ini, guru juga
berperan penting dalam menyediakan perangkat-perangkat metodis yang
memungkinkan siswa untuk mencapai kebutuhan tersebut. Melalui
pendekatan pembelajaran, siswa bertanggung jawab pada pemahamannya
sendiri.20 Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy Kellen mencatat bahwa
terdapat dua jenis pendekatan dalam pembelajaran, yaitu :21
a. Pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approaches)
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru adalah
pendekatan yang menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar dan
kegiatan belajar bersifat klasik. Dalam pendekatan ini guru menempatkan
diri sebagai orang yang serba tahu dan sebagai satu-satunya sumber
belajar.
b. Pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approaches)
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa adalah
pendekatan yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan kegiatan
belajar bersifat modern. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada
siswa manajemen dan pengelolaannya ditentukan oleh siswa. Pada
pendekatan ini siswa memiliki kesempatan yang terbuka untuk
melakukan kreativitas dan mengembangkan potensinya melalui aktivitas
secara langsung sesuai dengan minat dan keinginannya.
20 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2014, h.184. 21Rusman, Model-model Pembelajaran, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Edisi
Kedua,2012,h.380.
Berdasarkan kajian diatas, maka pendekatan pembelajaran
merupakan langkah awal pembentukan suatu ide dalam memandang suatu
masalah atau objek kajian yang akan ditangani. Pendekatan akan
menentukan arah pelaksanaan ide tersebut untuk menggambarkan
perlakuan yang diterapkan terhadap masalah atau objek kajian yang akan
ditangani.
6. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional dianggap sebagai pembelajaran yang
praktis dan tidak memerlukan banyak aktivitas pendukung sumber belajar.
Dalam pembelajaran konvensional peserta didik tidak dituntut untuk
menemukan konsep sendiri namun guru menyampaikan materi kepeserta didik
dengan tujuan peserta didik dapat menguasai materi secara penuh. Sehingga
sering disebut juga dengan istilah “chalk and talk”.22
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berorientasi
pada guru. Guru memiliki peranan dominan terhadap penyampaiaan materi
sehingga peserta didik diharapkan mampu menguasai materi dengan baik.
Materi pembelajaran yang disampaikan berupa materi yang sudah jadi seperti
data, fakta, atau konsep-konsep yang harus dihafal sehingga tidak menuntut
siswa untuk berfikir ulang.
22 Sanjaya,Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta, Kencana, 2009, h.177.
Menurut Philip R. Wallace ciri–ciri pembelajaran konvensional adalah:23 a. Otoritas seorang guru lebih diutamakan dan berperan sebagai
contoh bagi peserta didik. b. Perhatian kepada masing – masing individu atau minat siswa
sangat kecil. c. Pembelajaran disekolah lebih banyak dilihat sebagai persiapan
akan masa depan, bukan sebagai peningkatan kompetensi peserta didik saat ini.
d. Penekanan yang mendasar adalah bagaimana pada pengetahuan dapat diserap oleh peserta didik dan penguasaan pengetahuan tersebutlah yang menjadi tolak ukur keberhasilan tujuan, sementara pengembangan potensi siswa diabaikan.
Prinsip komunikasi yang dilakukan dalam pembelajaran ini
merupakan komunikasi satu arah. Komunikasi satu arah adalah proses
penyampaian yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik dengan harapan
peserta didik dapat menangkap dan mengingat materi yang telah diberikan
oleh guru dan mengungkapkannya kembali dengan respon terhadap
pertanyaan guru.
Kegiatan belajar peserta didik mengandalkan informasi yang
disampaikan guru dan peserta didik hanya mendengarkan, mencatat dan
sekali-sekali bertanya jika ada materi pelajaran yang belum dimengertinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, proses pembelajaran ini kurang baik karena
peserta didik hanya menerima dan kurang mampu berfikir secara luas serta
23Sunarto, Pembelajaran Konvensional, tersedia di, http: // sunartombs.wordpress.com
/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-banyak-disukai/ (diakses tanggal
8 Agustus 2016).
peserta didik tidak mampu mengembangkan materi yang diberikan oleh
pendidik.
Adapun sintaks atau langkah-langkah pembelajaran konvensional dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut24:
a. Menyampaikan tujuan.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut
b. Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa secara tahap demi tahap dengan
metode ceramah.
c. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
Guru mengecek keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik dengan
diiringi iringan musik klasik.
d. Memberikan kesempatan latihan lanjutan.
Guru memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan di rumah
7. Pengertian Musik
Menurut Bernstein dan Picker musik adalah suara yang diorganisir ke
dalam waktu. Musik juga merupakan seni tingkat tinggi yang dapat
24Muh Syahrul, Model dan Sintaks Pembelajaran Konvensional, tersedia di
http://www.wawasanpendidikan.com/2013/08/model-dan-sintaks-pembelajaran-
konvensional.html, diakses pada tanggal 4 September 2016, jam 21.00.
mengakomodir interprestasi dan kreativitas individu.25 Sedangkan menurut
Campbell mendefenisikan musik sebagai bahasa yang mengandung unsur
universal, bahasa yang melintasi batas usia, jenis kelamin, ras, agama dan
kebangsaan.26
Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa musik
adalah suatu hasil karya yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk
dan struktur lagu serta ekspresi sebagai suatu kesatuan. Musik salah satu
media ungkapan kesenian, musik mencerminkan kebudayaan masyarakat
pendukungnya serta di dalam musik terkandung nilai dan norma-norma yang
menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal
maupun informal.
8. Jenis – Jenis Musik
Adapun jenis – jenis musik adalah sebagai berikut27:
a. Musik Klasik
Musik klasik biasanya merujuk pada musik klasik Eropa, tapi kadang juga
pada musik klasik Persia, India, dan lain-lain. Musik klasik Eropa sendiri
25 Ayu Lestari, Pengertian Musik Klasik Menurut Para Ahli, tersedia di
http://www.google.co.id/#q=pengertian+musik+klasik+menurut+para+ahli, pada tanggal 9
Agustus 2016, jam 20.30. 26 Ibid 27Hidayatul Husnah, Jenis – jenis Musik, tersedia di http://hidayatul-
husnah.blogspot.co.id/2011/12/jenis-jenis-musik.html, pada tanggal 13 November 2016, jam
10.30
terdiri dari beberapa periode, misalnya barok, klasik, dan romantik.
Musik klasik merupakan istilah luas yang biasanya mengacu pada musik
yang dibuat dari tradisi kesenian Barat, musik kristiani, dan musik
orchestra.
b. Blues
Blues adalah nama yang diberikan untuk kedua bentuk musik dan genre musik
yang diciptakan oleh masyarakat di Deep South Amerika Serikat pada
akhir abad ke-19. Genre blues didasarkan pada bentuk blues tetapi
memiliki karakteristik lain seperti lirik tertentu, garis bass dan instrumen.
c. Keroncong
Keroncong merupakan nama dari instrumen musik sejenis ukulele dan juga
sebagai nama dari jenis musik khas Indonesia yang menggunakan
instrumen musik keroncong, flute, dan seorang penyanyi wanita.
d. Jazz
Berendt mendefinisikan jazz sebagai bentuk seni musik yang berasal dari
Amerika Serikat melalui konfrontasi orang kulit hitam dengan musik Eropa
Pada musik jazz mungkin sulit untuk menentukan, improvisasi jelas salah
satu elemen kunci.
e. Rock
Musik rock adalah genre musik populer yang mulai diketahui secara umum
pada pertengahan tahun 50an. Bunyi khas dari musik rock sering berkisar
sekitar gitar listrik atau gitar akustik, dan penggunaan back beat yang
sangat kentara pada rhythm section dengan gitar bass dan drum, dan kibor
seperti organ, piano atau synthesizer.
f. Country
Musik country adalah campuran dari sejumlah unsur musik Amerika yang
berasal dari Amerika Serikat Bagian Selatan dan Pegunungan Appalachia.
Musik ini berakar dari lagu rakyat Amerika Utara, musik kelt, musik
gospel, dan berkembang sejak tahun 1920-an.
g. Reggae
Reggae memang adalah musik unik bagi Jamaika, ironisnya akarnya berasal
dari New Orleans R&B. Dengan berpedoman pada iringan gitar pas - pasan
dan putus – putus adalah interprestasi mereka akan R&B dan mampu jadi
populer di tahun 60an.
h. R&B
R&B adalah genre musik populer yang menggabungkan jazz, gospel, dan
blues, yang pertama kali diperkenalkan oleh pemusik Afrika-Amerika.
i. Ska
Ska adalah genre musik yang berasal di Jamaika pada akhir 1950-an, dan
merupakan pendahulu rocksteady dan reggae. Ciri khas musik ini adalah
jalur bass berjalan dengan aksentuasi pada ritme upbeat.
j. Funk
Funk adalah sebuah aliran musik yang mengandung unsur musik tarian
Afrika-Amerika. Umumnya musik funk dapat dikenali lewat ritme yang
sering terpotong singkat, bunyi gitar ritme yang tajam, perkusi yang
dominan, pengaruh jazz yang kuat, irama-irama yang dipengaruhi musik
Afrika, serta kesan gembira yang didapati saat mendengarnya.
k. Dangdut
Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di
Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-
an. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh
bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock,
pop, bahkan house musik.
l. Heavy metal
Heavy metal adalah sebuah aliran musik rock yang berkembang pada 1970-
an. Aliran musik ini mengutamakan gitar
m. Gospel
Gospel adalah genre yang didominasi oleh vokal dan biasanya memiliki tema
Kristen. Beberapa subgenrenya adalah contemporary gospel dan urban
contemporary gospel.
9. Fungsi Musik
Musik adalah suatu elemen yang penting dalam kehidupan manusia.
Sejak dahulu kala musik telah memegang peranan dalam fungsi-fungsinya
berdasarkan jenis dari musik itu sendiri. Dari beragam type musik tersebut,
kegunaan musik dapat dikategorikan dalam beberapa bagian yakni seperti
berikut28:
a. Musik Sebagai Media Ekspresi Diri
Jika akan berekspresi sedih, suara yang dimainkan berbentuk suara yang
bertempo lambat serta halus. Demikian sebaliknya, apabila suara itu cepat
serta menggelora, umumnya mewakili ekspresi suka dan bahagia.
b. Musik Sebagai Media Hiburan
Musik begitu efektif dalam menghibur, sepanjang suatu musik itu
dianggap indah, pastinya musik itu bisa menghibur. Seseorang bahkan
juga membutuhkan musik untuk menghibur diri saat tengah bosan
maupun sedih.
c. Musik Sebagai Media Terapi
Musik banyak digunakan untuk terapi penyakit mental atau kelumpuhan
organ tubuh. Musik dapat juga bermanfaat untuk menyegarkan kembali
sistem kerja otak setelah lama digunakan untuk bekerja.
d. Musik Sebagai Media Upacara
Musik di Indonesia, pastinya akan senantiasa berhubungan erat dengan
upacara-upacara tertentu seperti perkawinan, kelahiran, kematian, dan
upacara keagamaan serta kenegaraan. Di banyak daerah, bunyi dari suatu
alat musik dipercaya mempunyai kekuatan magis.
28 Lahiya, Pengertian Seni Musik, tersedia di http://www.lahiya.com/pengertian-seni-
musik/, pada tanggal 13 November 2016, jam 10.16.
e. Musik Sebagai Media Komersial
Untuk beberapa seniman musik atau musisi, musik adalah satu diantara
sumber pendapatan. Mereka merekam hasil karya mereka berbentuk pita
kaset atau CD, lalu karya mereka dapat dipasarkan.
f. Musik Sebagai Media Tari
Musik sangat pas bila dikaitkan dengan tarian. Keduanya sama-sama
terkait karenanya ada persamaan pola serta ritme keduanya, sebuah tarian
tanpa diiringi irama musik akan terasa hampa (kosong) serta dapat
mempersulit sang penari.
10. Pengertian Musik Klasik
Menurut Grolier Academic Encyclopedia dalam Cristianti menjelaskan
pengertian musik klasik sebagai berikut29:
Musik klasik merupakan musik yang tersusun dari rangkaian nada-nada ritmik yang teratur dan harmonis. Keteraturan nada-nada tersebut membuat pendengar menikmati musik. Suara musik klasik tersebut berasal dari alat musik tanpa vocal, sebab jika dilengkapi vocal maka musik tersebut menjadi musik vocal.
Istilah musik klasik terdiri dari dua kata, yaitu musik dan klasik.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia musik adalah seni menyusun nada
atau suara dalam urutan kombinasi dan temporal untuk menghasilkan
komposisi yang mempunyai kesatuan dan keseimbangan. Sementara klasik
29 Rini Maya Sofa, dkk. Pengaruh Musik Instrumental Dalam Pembelajaran Terhadap
Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII SMP N 12 Bandar Lampung, Jurnal Penelitian
Pendidikan Matematika Universitas Lampung.
yaitu karya sastra yang bernilai tinggi serta langgeng dan sering dijadikan
tolak ukur atau karta sastra zaman kuno yang bernilai kekal.30
Siegel mengatakan bahwa, musik klasik menghasilkan gelombang Alfa
yang menenangkan yang dapat merangsang sistem limbik jaringan neuron
otak. Musik klasik menurut Haydn dan Mozart mampu memperbaiki
konsentrasi ingatan dan persepsi spasial. Sedangkan Gallahue mengatakan
bahwa kemampuan-kemampuan motorik, visual, auditif dan sentuhan makin
dioptimalkan melalui stimulasi dengan memperdengarkan musik klasik.
Ritme, melodi, dan harmoni dari musik klasik dapat memberikan stimulasi
untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. 31
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa, melalui musik klasik anak mudah menangkap hubungan antara
waktu, jarak dan urutan (rangkaian) yang merupakan keterampilan yang
dibutuhkan untuk kecakapan dalam logika berpikir, matematika dan
penyelesaian masalah.
30 Salmin Mointi, Musik Klasik dan Progresif, tersedia di http://netblog-
mointi.blogspot.co.id/2012/10/makalah-musik-klasik-dan-progresive.html, pada tanggal 9
Agustus 2016, jam 19.4 31 Ibid
11. Pengaruh Musik Klasik Terhadap Pembelajaran
Pengaruh musik klasik terhadap pembelajaran adalah sebagai berikut32:
a. Musik meningkatkan energi otot
b. Mampu membuat siswa rileks dan mengurangi stres (stres dapat
menghambat proses pembelajaran)
c. Mengurangi masalah disiplin
d. Merangsang kreativitas dan berpikir
e. Membantu kreativitas dan membawa otak pada gelombang tertentu
f. Merangsang minat baca, keterampilan motorik dan pembendaharaan kata
g. Sangat efektif untuk proses pembelajaran yang melibatkan pikiran sadar
maupun pikiran bawah sadar
12. Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah proses yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah. Menurut Sternberg dan Ben-Zeev menyatakan
pemecahan masalah adalah suatu proses kognitif yang membuka peluang
pemecah masalah untuk bergerak dari suatu keadaan yang tidak diketahui
bagaimana pemecahannya kesuatu keadaan tetapi tidak mengetahui
32 Rini Maya Sofa, dkk. Pengaruh Musik Instrumental Dalam Pembelajaran Terhadap
[emahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII SMP N 12 Bandar Lampung, Jurnal Penelitian
Pendidikan Matematika Universitas Lampung.
bagaimana cara memecahkannya.33 Menurut Soedjadi kemampuan
pemecahan masalah adalah suatu keterampilan pada peserta didik agar
mampu menggunakan kegiatan matematis untuk memecahkan masalah
dalam matematika, masalah dalam ilmu lain, dan masalah kehidupan sehari-
hari. Sedangkan pemecahan masalah menurut Suherman merupakan bagian
dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses
pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh
pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah
dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak
rutin.34
Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pembelajaran matematika,
mengandung pengertian bahwa matematika dapat membantu dalam
memecahkan persoalan baik dalam pelajaran lain maupun dalam kehidupan
sehari-hari. Suatu masalah juga dapat diartikan sebagai situasi dimana
seseorang diminta menyelesaikan persoalan yang belum pernah dikerjakan
dan belum memahami pemecahannya. Sebuah soal pemecahan masalah
33 Raden heri setiawan, Idris Harta, “Pengaruh pendekatan Open-Ended dan Pendekatan
Kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah dan sikap siswa terhadap Matematika”.
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Vol. 1 No. 2 (November 2014), h.244 34 Widya Septi Prihastuti Hudiono, Dan Ade Mirza, Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Ditinjau Dari Tingkat Kemampuan Dasar Matematika, jurnal pemecahan masalah Pogram
Studi Pendidikan Matematika Fkip Untan.
biasanya memuatsuatu situasi yang dapat mendorong seseorang untuk
menyelesaikannya akan tetapi tidak secara langsung tahu caranya.
“Sri Wardani mengungkapkan bahwa masalah matematika adalah masalah yang dikaitkan dengan materi belajar atau materi tugas matematika, bukan masalah yang dikaitkan dengan kendala belajar atau hambatan hasil belajar matematika”.35
Jika seorang peserta didik dihadapkan pada suatu masalah matematika
dan peserta didik tersebut langsung tahu cara menyelesaikannya dengan
benar, maka masalah yang diberikan tidak dapat digolongkan pada kategori
soal pemecahan masalah. Sumarno mengatakan terdapat dua makna yang
terkandung dalam pemecahan masalah matematis yaitu36:
a. Pemecahan masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran, yang
digunakan untuk menemukan kembali (reinvention) dan memahami
materi, konsep, dan prinsip matematika. Pembelajaran diawali dengan
penyajian masalah atau situasi yang kontekstual kemudian melalui
induksi peserta didik menemukan konsep atau prinsip matematika.
b. Pemecahan masalah sebagai kegiatan yang meliputi37:
1. Mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah
35 Abdul Muin dan Siska Amelia, “Strategi Think Alound dalam Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa”. Jurnal Pendidikan Matematika, Uin Syarif
Hidayatullah, Jakarta: 2013, h.3. 36 Ibid, h.14. 37 Ibid
2. Membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari
dan menyelesaikannya.
3. Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah
matematika dan atau di luar matematika.
4. Menjelaskan dan menginterpresentasikan hasil sesuai masalah asal,
serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.
5. Menerapkan matematika secara bermakna.
Dalam penelitian ini, pemecahan masalah matematis yang
dimaksud adalah pemecahan masalah sebagai sebuah kegiatan. Melalui
pemecahan masalah ini, peserta didik akan memiliki kemampuan dasar
yang bermakna, lebih dari sekedar kemampuan berfikir, sebab dalam
proses pemecahan masalah, peserta didik dituntuk untuk terampil dalam
menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisisnya dan
akhirnya meneliti hasilnya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan
yang harus dilakukan dalam upaya untuk menyelesaikan permasalahan
matematika dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah.
Adapun langkah-langkah pemecahan masalah adalah sebagai berikut:38
a. Memahami masalah
38 Ibid
b. Mengorganisasikan data dan memilih informasi yang relevan
c. Menyajikan masalah-masalah
d. Memilih metode pemecahan masalah
e. Mengembangkan strategi pemecahan masalah
f. Menafsirkan model dari suatu masalah
g. Menyelesaikan masalah.
Adapun indikator pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut39:
a. Merumuskan masalah atau menyusun model matematika
b. Merencanakan strategi
c. Melaksanakan strategi
d. Menguji kebenaran jawaban
B. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rini Maya Sofa, dkk yang berjudul “Pengaruh
Pendekatan Musik Instrumental Dalam Pembelajaran Terhadap Pemahaman
Konsep Peserta Didik”, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh perbedaan pemahaman konsep dengan menerapkan musik
instrumental pada saat pembelajaran. Terdapat kesamaan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Rina Maya Sofa yaitu penerapan musik instrumental.
39 Siti Solikah, Pengaruh Pendekatan Accelerated Learning Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VIII SMP Waskita Bekri Lampung Tengah
Tahun Pelajaran 2014/2015, skripsi,fakultas tarbiyah dan keguruan IAIN Raden Intan Lampung,
h.21.
Perbedaannya terletak pada kemampuan kognitifnya, yaitu Rina Maya Sofa
menggunakan kemampuan pemahaman konsep sedangkan dalam penelitian
ini menggunakan kemampuan pemecahan masalah matematis.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Maya Anggraini, dkk yang berjudul “Pengaruh
Iringan Musik Instrumental Dalam Penyelesain Soal Matematika Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa”, dalam penelitian ini dapat diperoleh
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh iringan musik instrumental terhadap
hasil belajar peserta didik. Terdapat kesamaan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Rachmita yaitu penerapan musik instrumental. Perbedaannya
terletak pada kemampuan kognitifnya, yaitu Rachmita menggunakan
kemampuan penyelesaian soal terhadap hasil belajar peserta didik.
C. Kerangka Berpikir
Uma Sekaran mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Berdasarkan teori yang telah
dikemukakan diatas, maka peneliti merumuskan kerangka berfikir dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :40
40 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung,2010,h.91.
Materi Pembelajaran
Berdasarkan uraian di atas, teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut,
selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa
tentang hubungan antara variabel yang diteliti. Sintesa tersebut tentang hubungan
antara variabel tersebut untuk merumuskan hipotesis.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam kalimat
pernyataan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
Proses
Pembelajara
Kelas Ekxperimen Menerapkan musik klasik
pada saat proses pembelajaran
Kelas Kontrol Tidak menerapkan musik
klasik pada saat proses pembelajaran
Tes Ur
Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
Terdapat pengaruh musik klasik terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VIII SMP
N 5 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun ajaran
diperoleh melalui pengumpulan data.41 Dalam penelitian ini, diajukan hipotesis
sebagai berikut:
1. Hipitesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh musik klasik terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP N 5
Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun ajaran 2016/2017.
2. Hipotesis Statistik
Hipotesis Uji yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut :
H0 : µ1 = µ2 (Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik dengan menerapkan musik klasik sama dengan hasil rata-
rata kemampuan pemecahan masalah matematis dengan tidak
menerapkan musik klasik)
H1 : µ1 ≠ µ2 (Rata–rata kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik dengan menerapkan musik klasik tidak sama dengan hasil
rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis dengan
tidak menerapkan musik klasik)
41 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung,2010,h.96.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.42 Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan metode kuantitatif atau penelitian kuantitatif. Karena data
yang ditemukan berupa angka-angka dan penganalisiannya berupa analisis
statistik.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen. Penelitian
melakukan perlakuan terhadap variabel bebas dan mengamati perubahan yang
terjadi pada satu variabel terikat atau lebih. Jenis eksperimen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design. Design ini mempunyai
kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan kelas eksperimen.43
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.44
Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 42 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2013,h.3.
43 Ibid, h.14. 44 Ibid, h.61.
1. Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang cenderung mempengaruhi,
dalam hal ini yang menjadi variabel bebas adalah musik klasik .
2. Variabel terikat (dependen) yaitu variabel yang cenderung dapat dipengaruhi
oleh variabel bebas, dalam hal ini yang menjadi variabel terikat adalah
kemampuan pemecahan masalah .
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh subjek penelitian.45 Populasi dalam penelitian
ini yaitu seluruh peserta didik kelas VIII dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Peserta Didik Kelas VIII SMP N 5 Terbanggi Besar
Tahun Pelajaran 2016/201746 No Kelas Jumlah 1 VIII A 38 2 VIII B 30 3 VIII C 34 4 VIII D 30 5 VIII E 36 6 VIII F 36
Jumlah Total 204 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah seluruh populasi
penelitian sebesar 215 siswa. Dengan jumlah siswa kelas A sebanyak 38 siswa,
kelas B 30 siswa, kelas C 34 siswa, kelas D 30 siswa, kelas E 36 siswa dan
kelas F 36 siswa.
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
45 Ibid, h.117.
46 Sumber : Dokumentasi SMP N 5 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2015/2016
Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti.47
Teknik sampling yang akan digunakan dalam pengambilan kelas eksperimen
dan kelas kontrol adalah probability sampling dengan teknik acak kelas.
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel.48
Teknik pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata didalam populasi itu.49 Pengundian dilakukan dengan
membuat daftar nama kelas, memberi kode pada nama kelas dengan angka,
menulis kode kertas tersebut dan menggulungnya. Selanjutnya dimasukkan
kedalam kaleng, pada pengambilan pertama untuk kelas eksperimen dan
pengambilan kedua kelas kontrol, sehingga didapat kelas B untuk kelas
eksperimen dan kelas D untuk kelas kontrol.
D. Teknik Pengambilan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan pada pelaksanaan penelitian
ini, penulis menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Observasi
Sugiyono Hadi mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
47 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung,2013
h.18. 48 Ibid 49 Ibid , h.120.
biologis dan psikologis.50 Dengan demikian, hasil observasi pada penelitian
ini adalah hasil proses kegiatan belajar mengajar peserta didik.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang
harus diteliti.51 Wawancara penelitian ini dilakukan pada guru mata pelajaran
matematika untuk memperoleh informasi pendekatan apa yang digunakan
pada saat pembelajaran serta kesulitan-kesulitan yang dialami oleh peserta
didik kelas VIII di SMP N 5 Terbanggi Besar Lampung Tengah.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang mampu
memberikan informasi kuantitatif, seperti jumlah guru, murid dan tenaga
administrasi dalam suatu sekolah. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
teknik dokumentasi untuk mendapatkan profil sekolah, data hasil belajar
peserta didik, dan hal lain yang diperlukan dalam penelitian.
4. Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
dan mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara atau aturan-aturan yang
50 Ibid, h.203. 51 Ibid, h.194
sudah ditentukan.52 Tes ini digunakan untuk mengetahui dan mengukur
keberhasilan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan
menerapkan music klasik pada saat proses pembelajaran berlangsung. Tes
yang dilakukan didalam penelitian ini berupa tes uraian (essay). Hasil tes
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik diberi skor sesuai
dengan kriteria penskoran. Berikut ini adalah table penskoran hasil tes
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik:
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis53
Skor Kriteria Keterangan
4 Semua yang berikut ini terpenuhi: a. Jawaban yang diperoleh benar b. Penjelasan jelas dan lengkap c. Perhitungan matematis yang dilakukan
benar
Respon yang patut dicontoh
3 Hanya terjadi salah satu dari yang berikut: a. Jawaban salah karena sedikit
kesalahan perhitungan b. Penjelasan kurang jelas c. Penjelasan kurang lengkap
Respon yang baik
2 Terjadi 2 dari 3 hal pada skor 3 di atas, atau salah satu atau lebih dari cirri-ciri berikut terjadi:
a. Jawaban tidak benar, disebabkan kesalahan analisis (bukan kesalahan perhitungan)
b. Penjelasan tidak jelas atau
Respon yang kurang tepat
52Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Raja Grafindom Persada, Jakarta, 2012,
h.66. 53 Siti Solikah, Pengaruh Pendekatan Accelerated Learning Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Peserta Dididk Kelas VIII SMP Waskita Bekri Lampung Tengah
Tahun Pelajaran 2014/2015, h 33
membingungkan c. Ada kesalahan penerapan strategi
penyelesaian 1 Jawaban tidak benar dan penjelasan (jika ada)
dengan alas an yang tidak benar dan strategi yang diterapkan tidak benar atau membingungkan
Respon yang kurang
0 Kertas jawaban dalam keadaan kosong atau berisi catatan yang tidak relevan menjawab masalah.
Tidak ada respon
Selanjutnya skor yang diperoleh ditransformasikan menjadi nilai dengan skala 0
sampai 100 maka rumus yang akan digunakan yaitu :
E. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian
Menurut pengertiannya kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan
hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang
desebutkan dalam kolom.54 Berikut ini adalah tabel kisi-kisi instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
Indikator Materi
No Item Soal
1. Merumuskan masalah atau menyusun model matematika
1. Menggunakan Teorema Pythagoras untuk menentukan panjang sisi-
1, 2, 3
54 Op Cit, Sugiyono, h.138
2. Merencanakan strategi 3. Melaksanakan strategi 4. Menguji kebenaran
jawaban
sisi segitiga siku-siku 2. Memecahkan masalah
pada bangun datar yang berkaitan dengan Teorema Pythagoras
4, 5
Jumlah soal 5
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, terdapat empat indikator
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik yang harus terpenuhi,
yaitu merumuskan masalah atau menyusun model matematika, merencanakan
strategi, melaksanakan strategi, menguji kebenaran jawaban.
F. Analisi Data Instrumen
Sebelum tes terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis yang
diberikan kepada peserta didik, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen
kepada peserta didik diluar sampel yang telah mempelajari materi tersebut. Uji
coba instrumen meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.
Seperti yang telah diuraikan di bawah ini :
1. Uji Validitas
Salah satu ciri tes itu baik adalah apabila tes itu dapat mengukur apa
yang hendak diukur.55 Dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (content
validity) dan validitas konstruk. Proses validasi isi sebuah instrumen harus
dilakukan melalui penelaah, justifikasi pakar atau melalui penilaian
55 Ibid, h.176
sekelompok panel yang terdiri dari orang-orang yang menguasai substansi
dari variabel yang hendak diukur.56
Maka dalam penelitian ini peneliti meminta para dosen-dosen prodi
Pendidikan Matematika IAIN Raden Intan Lampung sebagai validator.
Sedangkan validitas konstruk berarti tes disusun sesuai dengan materi dan
tujuan pembelajaran. Untuk menentukan validitas instrumen digunakan rumus
korelasi Product Moment yaitu sebagai berikut:57
Keterangan:
= nilai koefisien korelasi pada butir atau item soal ke- i sebelum
dikoreksi
= nilai jawaban responden pada butir atau item soal ke-i
56 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Cet
Ke- 12, 2012, h.164. 57 Novalia dan Muhamad Syazali, Olah Data Penelitian Pendidikan, Bandar Lampung:
Anugrah Utama Raharja, 2014, h.38.
= nilai total responden ke-i
N = Jumlah peserta didik
Kemudian dicari corrected item-total correlation coefficient dengan rumus
sebagai berikut:
= corrected item-total correlation coefficient
= nilai jawaban responden pada butir atau item soal ke-i
= nilai total responden ke-i
= standart deviasi total
= standart deviasi butir atau item soal ke-i
Uji validitas instrument dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan
di atas yaitu rhitung dengan rtabel pada taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan
dk = n – 2 dengan ketentuan jika rhitung < rtabel berarti butir soal yang diujikan
tidak valid.
2. Uji Tingkat Kesukaran
Menganalisi tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari
segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk
mudah, sedang dan sukar. Instrumen yang baik adalah instrumen yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran
pada item instrumen penelitian, penelitian ini menggunakan rumus58 :
Keterangan :
P : Indeks kesukaran untuk setiap butir soal
: banyaknya peserta didik yang menjawab benar
Sm : Skor maksimal
N : Jumlah Peserta didik
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin
sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh makin
mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Soal59
Besar tingkat kesukaran (P) Katagori
0 ≤ P ≤ 0,30
0,30 < P ≤ 0,70
0,70 < P ≤ 1
Sukar
Sedang
Mudah
58 Ibid, h.372.
59 Anas Sudijono, Ibid, h.372.
Suatu butir soal dikatakan sukar apabila perhitungan yang didapat yaitu nilai
dari 0 ≤ I ≤ 0,30, dikatakan sedang apabila didapat nilai 0,30 < I ≤ 0,70 dan
dikatakan mudah jika 0,70 < I ≤ 1.
3. Uji Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan butir soal dalam membedakan
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus sebagai
berikut60 :
DP = PA – PB
Dimana :
Keterangan :
DP : Daya Pembeda
PA : Proporsi peserta didik kelompok atas yang dapat menjawab butir soal
secara benar
PB : Proporsi peserta didik kelompok atas yang dapat menjawab butir soal
dengan salah
BA : banyak peserta didik kelompok atas yang menjawab benar 60 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Cet
Ke- 12, 2012, h.389.
BB : banyak peserta didik kelompok bawah yang menjawab salah
JA : jumlah peserta didik yang termasuk kelompok atas
JB : jumlah peserta didik yang termasuk kelompok bawah
Klasifikasi interprestasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda61
Daya Pembeda (DP) Kriteria 0,70 < DP ≤ 1.00 0,40 < DP ≤ 0,70 0,20 < DP ≤ 0,40 0,00 < DP ≤ 0,20
Bertanda negative (-)
Baik sekali Baik
Cukup Jelek
Jelek sekali
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, daya pembeda dikatakan
baik sekali jika 0,70 < DP ≤ 1.00, dikatakan baik jika 0,40 < DP ≤ 0,70,
dikatakan cukup jika 0,20 < DP ≤ 0,40, dikatakan jelek jika 0,00 < DP ≤ 0,20
dan dikatakan jelek sekali jika bertanda negative.62
4. Uji Reliabilitas
Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya
konsisten, cermat dan akurat. Tujuan dari uji reliabel adalah untuk mengetahui
konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran dapat
61 Ibid, h.389.
62 Ibid
dipercaya.63 Untuk mengetahui reliabilitas instrumennya, dalam penelitian ini
menggunakan rumus Alfa Cronbach.64 Pengujian reliabilitas dengan teknik
Alfa Cronbach dilakukan untuk jenis data interval atau essay.
Keterangan :
ri : Koefisien reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir soal
st2 : Varians total
Σ si2 : Jumlah seluruh varians masing-masing soal.
Rumus untuk varians butir ke-i:
Rumus untuk varians total :
Keterangan :
= varians butir ke-i
= jumlah kuadrat butir ke-i
(Σxi) = jumlah butir soal ke-i
= jumlah total kuadrat butir ke-i
63 Ibid, h.208.
64 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian(Bandung:Alfabeta,2013), h.365.
(Σxt) = jumlah total butir soal ke-i
n = jumlah peserta tes
Suatu butir soal dikatakan reliabel apabila perhitungan yang didapatkan yaitu
nilai dari 0,7 ≤ r11 < 1 dan dikatakan tidak valid jika r11 < 0,7.65
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Sesuai dengan tujuan hipotesis yaitu terdapat pengaruh musik klasik
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VIII
SMP N 5 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun ajaran 2016/2017, maka
hipotesis itu akan diuji kebenarannya. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan uji-t. Dalam hal ini uji-t merupakan salah satu uji statistik
parametrik sehingga mempunyai asumsi yang harus terpenuhi yaitu uji
normalitas dan homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah
dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang akan
digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah uji Liliefors. Uji
Normalitas dengan uji liliefors apabila data masih disajikan secara
65 Ibid
individu. Uji Liliefors dilakukan dengan mencari nilai hitung, yakni nilai
|f(zi)-s(zi)| yang terbesar. Rumus uji liliefors sebagai berikut 66:
Lhitung = Max | f(zi) – s(zi) |, Ltabel = L( α, n )
Dengan hipotesis :
H0 : data mengikuti sebaran normal
H1 : data tidak mengikuti sebaran normal
Kesimpulan : jika Lhitung ≤ Ltabel , maka H0 diterima
Langkah – langkah uji liliefors :
a. mengurutkan data
b. Menentukan frekuensi masing – masing data
c. Menentukan frekuensi komulatif
d. Menentukan nilai Z dimana :
e. Menentukan nilai peluang n(p) dengan melihat tabel z
f. Menentukan nilai f(zi) dengan ketentuan jika z(+) maka f(zi) = 0,5 +
n(P) dan jika z(-) maka f(zi) = 0,5 – n(p)
g. Menentukan nilai s(zi) dengan rumus:
66 Budiyono, Statistik Untuk Peneliti, UPT dan UNS Perss, Surakarta, 2009, Cet 3, hal 170.
dan menentukan nilai s dengan rumus :
h. Menentukan L = | f(zi) – s(zi) |
i. Nilai Lhitung = Max | f(zi) – s(zi) |
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dimaksud untuk memberikan keyakinan
bahwa sekumpulan data yang dimanipulasi dalam serangkaian analisis
memang berasal dari populasi yang tidak jauh berbeda keragamannya
(variannya). Uji ini sebagai prasyarat dalam analisis independent t test, uji
homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji F. Uji F biasanya
digunakan untuk menguji homogen dari dua kelompok data. Hipotesis
yang akan diuji adalah sebagai berikut :
H0 :Tidak terdapat perbedaan antara variansi 1 dengan variansi 2
(homogen)
H1 :Terdapat perbedaan antara variansi 1 dengan variansi 2 (tidak
homogen)
Untuk menguji homogenitas variansi, digunakan rumus sebagai berikut67:
67 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian (Bandung, Alfabeta, cet 18, 2011), h.140.
Kesimpulan jika Fhitung ≤ Ftabel , maka H0 diterima artinya data homogen.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Mencari
b. Menentukan taraf signifikan (α)
c. Menghitung Ftabel = F(α,db)
db = (dk varian terbesar-1, dk varian terkecil-1)
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis merupakan prosedur yang berisi kesimpulan antara yang
menuju kepada suatu keputusan apakah akan menerima atau menolak
hipotesis. Dalam hal ini uji-t merupakan salah satu uji statistik parametrik
sehingga mempunyai asumsi yang dipenuhi yaitu normalitas dan
homogenitas. Jika kedua asumsi tidak terpenuhi, maka uji yang digunakan uji-
t non parametrik. Hipotesis Uji yang akan digunakan peneliti adalah sebagai
berikut :
H0 : µ1 = µ2 (Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik kelas eksperimen sama dengan hasil rata-rata kemampuan
pemecahan masalah matematis kelas kontrol)
H1 : µ1 ≠ µ2 (Rata–rata kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik kelas eksperimen tidak sama dengan hasil rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematis kelas kontrol)
Rumus uji-t yang digunakan untuk menguji hipotesis perbandingan 2 sampel
tidak berkorelasi adalah sebagai berikut 68:
ttabel = t(α; n1 + n2-2)
Keterangan :
x1 : rata – rata sampel eksperimen
x2 : rata – rata sampel kontrol
n1 : banyak anggota sampel eksperimen
n2 : banyak anggota sampel kontrol
: variansi sampel eksperimen
: variansi sampel kontrol
Kesimpulan : jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak
a. Uji-t Satu Pihak
Uji-t satu pihak digunakan untuk mengetahui bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik dengan menerapkan musik
klasik lebih dari sama dengan hasil rata-rata kemampuan pemecahan
masalah matematis dengan tidak menerapkan musik klasik. Sedangkan
68 Siti Solikah, Pengaruh Pendekatan Accelerated Learning Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VIII SMP Waskita Bekri Lampung Tengah Tahun
Pelajaran 2014/2015, skripsi,fakultas tarbiyah dan keguruan IAIN Raden Intan Lampung, h.43
untuk uji-t satu pihak yaitu pihak kiri hipotesis yang akan diuji adalah
sebagai berikut :
H0 : µ1 < µ2 (Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik dengan menerapkan musik klasik kurang dari
hasil rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis
dengan tidak menerapkan musik klasik)
H1 : µ1 ≥ µ2 (Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik dengan menerapkan musik klasik lebih dari
sama dengan hasil rata-rata kemampuan pemecahan masalah
matematis dengan tidak menerapkan musik klasik)
Rumus statistik yang digunakan adalah sebagai berikut 69:
Kesimpulan : jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak
Jika thitung untuk asumsi homogen tidak terpenuhi maka digunakan rumus
sebagai berikut:70
69 Siti Solikah, Pengaruh Pendekatan Accelerated Learning Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VIII SMP Waskita Bekri Lampung Tengah Tahun
Pelajaran 2014/2015, skripsi,fakultas tarbiyah dan keguruan IAIN Raden Intan Lampung, h.43 70 Ronal E.Walpole, Pengantar Statistik, Gramedia Pustaka, Jakarta, Cet 3, 2005, h.305.
Keterangan :
: rata – rata sampel eksperimen
: rata – rata sampel kontrol
n1 : banyak anggota sampel eksperimen
n2 : banyak anggota sampel kontrol
: simapangan baku sampel eksperimen
: simpangan baku sampel kontrol
Kesimpulan : jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak (tidak homogen)
Sedangkan jika thitung untuk asumsi normal tidak terpenuhi maka
digunakan rumus Mann-Whitney U-Test. Terdapat rumus yang digunakan
untuk pengujian. Kedua rumus tersebut digunakan dalam perhitungan, karena
untuk mengetahui harga U mana yang lebih kecil. Harga U yang lebih kecil
yang akan dugunakan untuk pengujian dan membandingkan dengan U tabel.71
dan
71 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, cet 18, 2011,h.153.
Keterangan :
n1 : jumlah sampel 1
n2 : jumlah sampel 2
U1 : jumlah peringkat 1
U2 : jumlah peringkat 2
R1 : jumlah rengking pada sampel n1
R2 : jumlah rengking pada n2
Kesimpulan : atau maka tolak H0.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengujian Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen yang telah dilakukan di di SMP N 5 Terbanggi Besar
Lampung Tengah yaitu uji coba tes kemampuan pemecahan masalah matematis.
Sebelum instrumen diberikan di kelas kontrol dan kelas eksperimen, terlebih
dahulu dilakukan penelaahan hasil uji coba instrumen. Hasil penelaahan dan
analisis data uji coba instrumen dijelaskan sebagai berikut:
1. Validasi Isi dan Validasi Konstruk Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
Upaya untuk mendapatkan data yang akurat, maka instrumen harus
memenuhi kriteria yang baik.Instrumen yang digunakan diuji cobakan terlebih
dahulu di luar sampel penelitian. Uji coba tes dilakukan untuk mengetahui
apakah butir soal dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sebelum
melakukan uji coba diluar sampel, peneliti melakukan validitas isi terlebih
dahulu terhadap kesesuaian isi yang terkandung dalam butir tes.
Uji validasi isi dilakukan dengan menggunakan daftar checklis
olehdosen Pendidikan Matematika UIN Raden Intan Lampung Suherman,
M.Pd serta satu pendidik matematika di SMP N 5Terbanggi Besar Lampung
Tengah Rosmawati, S.Pd hal-hal yang diperbaiki yaitu mengenai simbol –
simbol matematika pada soal, indikator kemampuan pemecahan masalah
disetiap jawaban sehingga soal yang diujikan telah memenuhi kriteria yang
baik.
Berdasarkan uji validitas isi yang telah dilakukan, dari 5 butir soal uji
coba maka semua soal dapat digunakan untuk instrumen penelitian dalam
pengambilan data tes terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik. Selanjutnya dilakukan uji validitas konstruk, pengujian tersebut
penulis lakukan dengan menggunakan rumus korelasi produk momen. Data
hasil penilaian validasi konstruk dapat dilihat pada lampiran 10.
Tabel 4.1 Validitas Item Soal Tes
No rxy Keterangan 1 0,3 Tidak Valid 2 0,766 Valid 3 0,173 Tidak Valid 4 0,383 Valid 5 0,321 Valid
Karena telah ditetapkan bahwa butir soal dikatakan valid jika memiliki
rhitung > rtabel. Dengan melihat tabel r product moment n=37 dengan taraf
signifikan 0,05, maka didapat rtabel = 0,32 maka dapat disimpulkan bahwa soal
dengan nilai rxy> 0,32 yaitu soal no 2, 4 dan 5 dikatakan valid untuk diambil
sebagai soal karena soal tersebut dapat mengukur kemampuan pemecahan
masalah matematis. Soal 1 dan 3 tidak valid dan tidak dapat dipakai, karena
soal tersebut tidak dapat mengukur kemampuan pemecahan masalah
matematis. Perhitungan validitas uji coba tes kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11.
2. Tingkat Kesukaran Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
Analisis tingkat kesukaran butir soal digunakan untuk menguji soal-
soal tes dari segi kesukarannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang
termasuk mudah, sedang dan sukar. Adapun hasil analisis tingkat kesukaran
butir soal dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2 Tingkat Kesukaran Butir Soal
No Besar Tingkat Kesukaran
(I) Keterangan
1 0,574 Sedang 2 0,560 Sedang 3 0,547 Sedang 4 0,547 Sedang 5 0,520 Sedang
Perhitungan tingkat kesukaran butir soal uji coba tes kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 12. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa dari 5 buitr soal
yang diujicobakan, dikategorikan sedang dengan 0,30 <I ≤ 0,70.
3. Daya Beda Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Setelah dilakukan uji tingkat kesukaran buitr soal, kemudian dilakukan
uji daya pembeda buitr soal. Adapun uji coba daya beda yang digunakan
untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan
peserta didik yang berkemampuan rendah. Hasil analisis daya pembeda buitr
soal dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Daya Pembeda Item Soal
No Daya Pembeda (DP)
Keterangan
1 0,236 Cukup 2 0,421 Baik 3 0,052 Jelek 4 0,257 Cukup 5 0,223 Cukup
Perhitungan analisis daya pembeda butir soal tes kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 13. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa terdapat 1 soal
dikategorikan baik dengan DP > 0,4. 1 soal jelek dengan DP ≤ 0,2 dan 3 soal
dikategorikan cukup dengan 0,2 < DP ≤ 0,4. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa, soal yang digunakan sebagai instrument penelitian adalah soal no 2, 4
dan 5,karena soal tersebut dapat untuk membedakan peserta didik yang
berkemampuan tinggi dengan peserta didik berkemampuan rendah. Soal no 1
dan 3 tidak diambil sebagai instrument penelitian,karena soal tersebut tidak
dapat untuk membedakan peserta didik yang berkemampuan tinggi dan
berkemampuan rendah.
4. Reliabilitas Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Perhitungan reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten. Menurut Anas Sudijono, suatu tes dikatakan baik
jika memiliki reliabilitas 0,70 < r11 ≤ 1.00. Dengan menggunakan rumus
Alpha Cronbach diperoleh hasil perhitungan reliabilitas butir soal sebesar
0,924. Dimana angka tersebut memenuhi kriteria soal yang layak
digunakanuntuk mengetahui konsistensi dari instrument sebagai alat ukur
sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya. Selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 15.
5. Hasil Kesimpulan Uji Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dari uji
coba soal kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh 3 kriteria soal
tes yang diharapkan, dirangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4.4 Uji Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran
No Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda 1 Tidak Valid Sedang Cukup 2 Valid Sedang Baik 3 Tidak Valid Sedang Jelek 4 Valid Sedang Cukup 5 Valid Sedang Cukup
Berdasarkan tebel perhitungan validitas, tingkat kesukaran dan daya beda butir
soal, dari 5 soal yang diuji cobakan sehingga dapat disimpulkan bahwa
peneliti hanya mengambil 3 soal yaitu no2,4, 5.
B. Deskripsi Data Amatan
Pengambilan data dilakukan setelah proses pembelajaran pada materi
Teorema Pythagoras. Setelah data dari semua variabel terkumpul selanjutnya
digunakan untuk menguji hipotesis. Data tentang kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik materi Teorema Pythagorasyang sudah
dipelajari, selanjutnya dapat dicari nilai tertinggi (xmaks) dan nilai terendah (xmin)
pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kemudian dicari ukuran tendensi
sentralnya meliputi rataan, median, modus dan ukuran variansi kelompok
meliputi jangkauan (Q) dan simpangan baku (s) yang dapat dirangkum dalam
penjelasan berikut ini:
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas
Eksperimen
Berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada kelas eksperimen dengan
menerapkan iringan musik klasik pada saat proses pengerjaan soal bahwa dari
30 peserta didik diperoleh rata-rata 70,76 atau 71, median 66, modus 83,
variansi 316, simpangan baku18, perhitungan dapat dilihat pada lampiran 16.
Hasil nilai tes kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas
eksperimen dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini:
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Peserta Didik Kelas Eksperimen Statistika Nilai
Jumlah Peserta Didik (N) 30 Nilai Tertinggi (xmaks) 100 Nilai Terendah (xmin) 41 Rata-rata 71 Median 66 Modus 83 Variansi 316 Simpangan Baku 18
Rekapitulasi nilai kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik pada
kelas eksperimen dalam bentuk grafik:
Banyak Siswa
Gambar 4.1
Grafik Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas Eksperimen
Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa nilai tes kemampuan
pemecahan masalah matematis pada kelas eksperimen memiliki nilai tertinggi
100 dan nilai terendah 41.
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas
Kontrol
Berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada kelas kontrol dari 30
peserta didik diperoleh rata-rata 63, median 66, modus 66, variansi (s2) 156,
simpangan baku (s) 12, perhitungan dapat dilihat pada lampiran 16. Hasil nilai
tes kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas kontrol
dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini:
Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Peserta Didik Kelas Kontrol Statistika Nilai
Jumlah Peserta Didik (N) 30 Nilai Tertinggi (xmaks) 83 Nilai Terendah (xmin) 41 Rata-rata 63 Median 66 Modus 66 Variansi 156 Simpangan Baku (s) 12
Banyak Siswa
Gambar 4.2
Grafik Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa nilai
kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelas kontrol memiliki nilai
tertinggi 83 dan nilai terendah 41. Hal ini disebabkan karena peserta didik
kelas kontrol kurang memperhatikan dan masih banyak bermain pada saat
pembelajaran serta dipengaruhi oleh iringan musik klasik yang mampu
mempengaruhi suasana hati serta membuat otak kiri dan kanan menjadi
seimbang pada saat pengerjaan soal tes kemampuan pemecahan masalah
matematis.
3. Diagram Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Proses penyajian data dengan rata-rata, median dan modus dengan
kemampuan pemecahan masalah matematis kelas eksperimen dan kelas
kontrol digambarkan dalam bentuk diagram batang di bawah ini:
Gambar 4.3 Diagram Batang Perbandingan Antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kelas eksperimen dan Kelas Kontrol
Pada gambar diagram di atas menjelaskan bahwa nilai modus, median
dan mean pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun nilai pada kelas
eksperimen modus 83, median 66 dan mean 71 sedangkan pada kelas kontrol
modus 66, median 66 dan mean 63. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai
modus, median dan mean kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol.
C. Teknik Analisis Data
Uji yang digunakan untuk menguji hipotesis statistik dalam penelitian ini
adalah uji-t berdasarkan variabel x (musik klasik), variabel y (kemampuan
pemecahan masalah matematis) yang akan diukur. Sebelum dilakukan uji-t, maka
harus memenuhi asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel
tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data amatan dalam
penelitian ini menggunakan metode Liliefors. Uji normalitas data kemampuan
pemecahan masalah matematis dengan materi Teorema Pythagoras terhadap
masing-masing kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Apabila
maka H0 diterima dan Apabila maka H1
diterima dan H0 ditolak. Pasangan hipotesis yang akan diujikan adalah sebagai
berikut:
H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Berdasarkan hasil pengujian untuk kelas eksperimen diperoleh
nilai rata-rata 71 dan nilai simpangan baku = 18. Berdasarkan perhitungan
diperoleh = 0,132 yaitu harga yang besar dengan banyak sampel
sebanyak 30 dan taraf α = 0,05 maka didapat = 0,161 selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 17. Terlihat bahwa pada taraf signifikan
0,05 yang berarti bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
b. Uji Normalitas Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil pengujian untuk kelas kontrol diperoleh nilai
rata-rata 63 dan nilai simpangan baku = 12. Berdasarkan perhitungan
diperoleh = 0,1462 yaitu harga yang besar dengan banyak sampel
sebanyak 30 dan taraf α = 0,05 maka didapat = 0,161 selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 17. Terlihat bahwa pada taraf signifikan 0,05
yang berarti bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas
Kelas Jumlah
Sampel Kesimpulan
Eksperimen 30 0,132 0,161
Normal Kontrol 30 0,146
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen kurang
dari yaitu sebesar 0,132<0,161 dan pada kelas kontrol
kurang dari yaitu sebesar 0,1462<0,161 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data populasi kedua kelas tersebut berdistribusi
normal.
2. Uji Homogenitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel
memiliki karakter yang sama atau tidak. Uji homogenitas variansi dilakukan
pada dua variabel terikat yaitu data hasil kemampuan pemecahan masalah
matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji homogenitas variansi data
dalam penelitian ini yaitu membandingkan variansi terbesar dan variansi
terkecil. Hasil pengujian uji homogenitas dengan taraf signifikan α = 5 %
diperoleh = 1,90 dan hasil perhitungan diperoleh = 1,85
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17. Lebih jelasnya hasil
uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Kelas Jumlah
Sampel Variansi (S2)
Kesimpulan
Eksperimen 30 316 1,85 1,87
Homogen Kontrol 30 156
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampel-sampel berasal dari populasi yang homogen.
D. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil uji asumsi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
data berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya akan dianalisis untuk
menguji hopotesis. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t.
Pasangan hipotesis yang akan diujikan adalah sebagai berikut:
H0 : µ1 = µ2 (Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik
dengan menerapkan musik klasik sama dengan hasil rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematis dengan tidak
menerapkan musik klasik)
H1 : µ1 ≠ µ2 (Rata–rata kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik
dengan menerapkan musik klasik tidak sama dengan hasil rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematis dengan tidak
menerapkan musik klasik)
Apabila maka H0 diterima dan Apabila maka H1
diterima dan H0 ditolak.Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji-t
maka diperoleh nilai = 2.13 dan = 2.002 dengan taraf signifikan 5%.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Hipotesis
Kelas Jumlah
Sampel Rata - rata
Kesimpulan
Eksperimen 30 71 2.13 2.002 Menerima H1 Kontrol 30 63
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa maka H1 diterima dan H0
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata–rata kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik dengan menerapkan musik klasik tidak sama
dengan hasil rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis dengan tidak
menerapkan musik klasik
a. Uji-t Satu Pihak
H0 : µ1< µ2 (Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik dengan menerapkan musik klasik kurang dari hasil rata-
rata kemampuan pemecahan masalah matematis dengan tidak
menerapkan musik klasik)
H1 : µ1 ≥ µ2 (Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik dengan menerapkan musik klasik lebih dari sama
dengan hasil rata-rata kemampuan pemecahan masalah
matematis dengan tidak menerapkan musik klasik)
Apabila maka H0 diterima dan Apabila maka
H1 diterima dan H0 ditolak. Setelah dilakukan perhitungan dengan
menggunakan uji-t satu pihak yaitu pihak kiri maka diperoleh nilai =
2.13 dan = 1,672 dengan taraf signifikan 5%. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji-t Satu Pihak
Kelas Jumlah Sampel
Kesimpulan
Eksperimen 30 2.13 1.672 Menerima H1 Kontrol 30
Berdasarkan tabel di atas diperoleh , sehingga dapat
disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik dengan menerapkan musik klasik lebih dari sama dengan hasil
rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis dengan tidak
menerapkan musik klasik
E. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti, kegiatan
pembelajaran berlangsung secara kondusif sehingga tujuan pembelajaranpun
tercapai. Pada pertemuan pertama di kelas kontrol hal yang dilakukan peneliti
adalah memberi tahu kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama pembelajaran
dan metode apa yang akan digunakan sehingga peserta didik tahu apa yang akan
mereka lakukan dan kerjakan. Selama kegiatan berlangsung peserta didik sangat
antusias namun ada beberapa peserta didik yang kurang serius menanggapi apa
yang peneliti sampaikan.
Pada pertemuan pertama kelas eksperimen selain memberitahukan hal apa
saja yang akan dilakukan tetapi peneliti juga memperkenalkan musik klasik
kepada peserta didik sehingga mereka mengetahui manfaat dan kegunaan dari
musik klasik itu sendiri.Selama kegiatan berlangsungpeserta didik pun sangat
antusias namun ada beberapa peserta didik yang kurang serius menanggapi apa
yang peneliti sampaikan.
Pada pertemuan selanjutnya pada kelas kontrol, saat pembelajaran sedang
berlangsung penyampaian materi dilaksanakan seperti apa yang peneliti
sampaikan pada pertemuan sebelumnya, yaitu pembelajaran berlangsung secara
konvensional pada materi pythagoras. Pembelajaran berlangsung dengan
penyampaian materi lalu diberikan tugas, tanya jawab serta diskusi. Selama
kegiatan berlangsung peserta didik mengikuti arahan yang telah diberikan oleh
peneliti, namun ada beberapa peserta didik yang kurang serius dalam
menjalankan proses-proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Penelitipun
menyadari akan hal itu dan langsung memberi arahan untuk tetap fokus pada
kegiatan belajar mengajar.
Pada pertemuan selanjutnya yaitu pertemuan kedua pada kelas
eksperimen, peneliti mempersiapkan media berupa mp3 player serta speaker agar
proses pembelajaran dengan iringan musik klasik dapat dilaksanakan. Peneliti
mulai menerapkan pembelajaran dengan iringan musik klasik pada materi
teorema pythagoras. Selama kegiatan berlangsung, iringan musik klasik mulai
diperdengarkan pada saat peserta didik mengerjakan tugas, diskusi dan tanya
jawab. Kegiatan belajar mengajar berlangsung kondusif, namun ada beberapa
peserta didik yang masih bingung dengan proses pembelajaran karena ini dinilai
sebagai hal yang baru bagi mereka. Tetapi, peneliti dapat memahami serta
membimbing mereka agar dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar
sebagaimana mestinya.
Pada pertemuan ketiga di kelas kontrol, yaitu pemberian materi lalu
pengerjaan tugas, diskusi dan tanya jawab dengan menggunakan metode
konvensional. Hal yang terjadi saat pembelajaran pun berlangsung sama seperti
pertemuan sebelum nya. Pada pertemuan selanjutnya di kelas eksprimen yaitu
pemberian materi lalu pengerjaan tugas, diskusi dan tanya jawab yang diiringi
dengan iringan musik klasik.
Selama penelitian berlangsung, ada beberapa faktor penghambat kegiatan
belajar mengajar yaitu terdapat beberapa peserta didik yang tidak fokus serta
kegiatan pembelajaran yang di nilai baru bagi mereka dan waktu kegiatan
belajar mengajar yang kurang cukup untuk dapat menerapkan metode yang
dipakai. Namun peneliti dapat sepenuhnya menangani kekurangan tersebut
dengan memberi arahan serta membimbing peserta didik dan menggunakan
waktu yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga kegiatan pembelajaran
berlangsung kondusif.
Setelah selesai memberikan materi, penelitipun mulai menguji
kemampuan pemecahan masalah peserta didik melalui tes untuk melihat apakah
ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis yang diiringidengan
iringan musik klasik pada kelas eksperimen dengan yang tidak diiringi iringan
musik klasik pada kelas kontrol.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diketahui bahwa data
berdistribusi normal dan homogen, artinya sampel memiliki kemampuan yang
sama sehingga dapat digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Hasilyang
didapat dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh musik klasik terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VIII di SMP N 5
Terbanggi Besar Lampung Tengah.Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang
didapat pada kelas kontrol yaitu 63 dari 30 siswa sedangkan untuk nilasi rata-rata
kelas eksperimen yaitu 71 dari 30 siswa.
Hal tersebut dikarenakan musik klasik menghasilkan gelombang Alfa
yang menenangkan yang dapat merangsang sistem limbik jaringan neuron otak,
mampu memperbaiki konsentrasi ingatan dan persepsi spasial, kemampuan-
kemampuan motorik, visual, auditif dan sentuhan makin dioptimalkan melalui
stimulasi dengan memperdengarkan musik klasik. Ritme, melodi, dan harmoni
dari musik klasik dapat memberikan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan
belajar anak. Selain itu pengaruh musik klasik terhadap pembelajaran adalah
sebagai berikut72:
h. Musik meningkatkan energi otot
i. Mampu membuat siswa rileks dan mengurangi stres (stres dapat
menghambat proses pembelajaran)
j. Mengurangi masalah disiplin
k. Merangsang kreativitas dan berpikir
l. Membantu kreativitas dan membawa otak pada gelombang tertentu
m. Merangsang minat baca, keterampilan motorik dan pembendaharaan
kata
n. Sangat efektif untuk proses pembelajaran yang melibatkan pikiran
sadar maupun pikiran bawah sadar.
Musik klasik juga dipercaya memiliki banyak keunggulan khususnya bagi
anak berupa pengembangan intelektualitas, motorik, dan kemampuan serta
ketrampilan sosial.Dalam psikologi musik, Djohan menjelaskan bahwa musik
dapat digunakan sebagai terapi, yaitu sebagai peralatan terapis untuk
memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental dan fisik.73 Kemampuan
non-verbal, kreativitas dan rasa alamiah dari musik klasik menjadi fasilitator
untuk hubungan, ekspresi diri komunikasi dan pertumbuhan.
72Rini Maya Sofa, dkk. Pengaruh Musik instrumental Dalam Pembelajaran
Terhadap Pemahaman konsep Matematika, Jurnal penelitian Pendidikan Matematika Universitas Lampung.
73Lahiya, Pengertian Seni Musik, tersedia di http://www.lahiya.com/pengertian-seni-musik/, pada tanggal 13 November 2016, jam 10.16.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, melalui musik
klasik anak mudah menangkap hubungan antara waktu, jarak dan urutan
(rangkaian) yang merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk kecakapan
dalam logika berpikir, matematika dan penyelesaian masalah.
F. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini banyak faktor yang tidak diperhitungkan dan
merupakan keterbatasan dalam penelitian. Faktor-faktor yang dimaksud seperti
subyek penelitian, waktu pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran. Waktu
pembelajaran terbatas dan kurang efektif karena terganggu aktivitas di sekolah
tersebut. Evaluasi hasil pembelajaran terbatas pada tes tertulis yang berbentuk
uraian sebagai akhir dari pembelajaran. Seharusnya evaluasi dilakukan sepanjang
proses pembelajaran berlangsung. Pada proses mengerjakan soal tertulis untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik masih ada
yang mengerjakan dengan tidak mandiri yang mengakibatkan hasilnya kurang
akurat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Adanya pengaruh positif yang signifikan musik klasik terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VIII di SMP N 5 Terbanggi
Besar Lampung Tengah.
2. Pembelajaran dengan musik klasik lebih baik dari pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang dikemukakan di atas,
maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Lembaga pendidikan khususnya SMP N 5 Terbanggi Besar dapat menerapkan
pembelajaran dengan diiringi musik klasik pada materi pokok matematika
lainnya, sehingga dapat berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik.
2. Kepada penelitian lanjutan, kiranya dapat melanjutkan penelitian ini dengan
menerapkan musik klasik dalam pembelajaran dan meningkatkan kemampuan
matematika lain.
C. Penutup
Alhamdulillahirobbil’alamin atas ridho Allah SWT, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk menyempurnakan skripsi ini menjadi lebih baik lagi.
Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan pada penulis khususnya. Kepada semua pihak yang turut membantu
dalam penyusunan skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih semoga apa yang telah
dilakukan dicatat sebagai amal ibadah oleh Allah SWT. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Muin dan Siska Amelia. 2013. Strategi Think Alound dalam Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Jakarta : Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol. 5 No 3
Abied, Pengertian Pembelajaran Matematika Menurut Para Ahli, tersedia di
http://www.duniapelajar.com/2014/08/06/pengertian-pembelajaran matematika-
menurut-para-ahli/, 8 Agustus 2016, jam 20.24
Anas Sudijono, 2012, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Raja Grafindom Persada,
Jakarta
Ayu Lestari, Pengertian Musik Klasik Menurut Para Ahli, tersedia di
http://www.google.co.id/#q=pengertian+musik+klasik+menurut+para+ahli,pad
a tanggal 9 Agustus 2016, jam 20.30
Budiyono, 2009, Statistik Untuk Peneliti, UPT dan UNS Perss, Surakarta
Hety Rusyanti, Pengertian Pembelajaran Matematika, tersedia di
http://www.kajianteori.com/2014/02/pengertian-pembelajaran
matematika.html,8 Agustus 2016, jam 20.24
Hidayaturrizkiah, 2014, Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Metode Student Facilitator and
Explaining (SFAE) pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2013/2014, Skripsi Pendidikan Matematika IAIN
Raden Intan Lampung
Huri Suhendra. 2011. Pengaruh Kemampuan Pemecahan Masalah Dan
Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jakarta : Jurnal
Pendidikan Universitas Indraprasta, Vol. 3 No. 7
Karwono, 2012, Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar, Raja
Grafindo Persada, cetakan ke-1, Jakarta
Maya Anggraini, dkk. 2012. Pengaruh Musik Instrumental Dalam Penyelesaian Soal
Matematika Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMP N 8 Bandar
Lampung. Lampung : Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Universitas
Lampung, Vol. 4 No. 8
Miftahul Huda, 2014, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, Pustaka pelajar,
Yogyakarta
Muh Syahrul, Model dan Sintaks Pembelajaran Konvensional, tersedia di
http://www.wawasanpendidikan.com/2013/08/model-dan-sintaks pembelajaran-
konvensional.html, diakses pada tanggal 4 September 2016, jam 21.00.
NCTM, Principles and Standards for School Mathematics, 2000, diakses 8 Agustus
2016, pukul 22.00
Novalia dan Muhamad Syazali, 2014, Olah Data Penelitian Pendidikan, Bandar
Lampung: Anugrah Utama Raharja
Raden heri setiawan, Idris Harta. 2014. Pengaruh pendekatan Open-Ended dan
Pendekatan Kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah dan sikap
siswa terhadap Matematika. Bandung : Jurnal Riset Pendidikan Matematika,
Vol. 1 No. 2.
Rini Maya Sofa, dkk. Pengaruh Musik Instrumental Dalam Pembelajaran Terhadap
kemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII SMP N 12 Bandar Lampung,
Lampung : Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Universitas Lampung,
Vol. 12 No. 9
Reno, Hukum dan Peraturan, tersedia di http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_19_05.htm
(Diakses tanggal 8 Agustus 2016 pukul 22.29
Ronal E.Walpole, 2005, Pengantar Statistik, Gramedia Pustaka, Jakarta, Cet 3,
h.305.
Rusman, 2012, Model-model Pembelajaran, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Edisi
Kedua
Sanjaya Wina, 2009, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta, Kencana
Salmin Mointi, Makalah Musik Klasik dan Progresif, tersedia di http://netblog-
mointi.blogspot.co.id/2012/10/makalah-musik-klasik-dan-progresive.html, pada
tanggal 9 Agustus 2016, jam 19.40
Siti Solikah, Pengaruh Pendekatan Accelerated Learning Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Peserta Dididk Kelas VIII SMP Waskita Bekri
Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015
Sugiyono, 2013, Statistika Untuk Penelitian, Bandung:Alfabeta
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung
Sukiyo Bisa, Jelajah Dunia Untuk Memajukan Pendidikan, tersedia di
http://jeranopendidikan.blogspot.co.id/2012/09/pembelajaran-matematika-di-
sekolah.html, 8 Agustus 2016, pukul 17.57 wib
Sunarto, Pembelajaran Konvensional, tersedia di http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional banyak-dikritik-namun-banyak-disukai/ (diakses tanggal 8 Agustus 2016).
Widya Septi Prihastuti Hudiono, Dan Ade Mirza, Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Ditinjau Dari Tingkat Kemampuan Dasar Matematika, jurnal pemecahan
masalah Pogram Studi Pendidikan Matematika Fkip Untan, Vol. 10 No. 6
Zubaidah Amir MZ. 2013. Perspektif Gender Dalam Mempelajari Matematika.
Bandung : Jurnal pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.Vol.12. No.1.
LAMPIRAN
Lampiran
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1 Sedang berlangsungnya proses pembelajaran Kelas Kontrol
Gambar 2
Peserta didik sedang berdiskusi dengan sesama anggota kelompoknya,
Pembelajaran Kelas Eksperimen