RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN ISLAM UNTUK UAS
Financing product on Islamic Bank: exchange based and lease based financing
1. - Akad Salam: Kata salam secara syara’ didefinisikan sebagai jual beli dengan
menerangkan spesifikasinya dimana pembeli membayar kontan harganya dan penjual
menyerahkan barangnya kemudian. Hukum akad salam adalah boleh, berdasarkan Al-
Qur’an, Hadist, dan ijma’ ulama.
Di antara dalil firman Allah Ta’ala: QS. Al-Baqarah: 282
dan hadis Nabi: Dari Ibnu Abbas ra, beliau berkata: Nabi Saw tiba di Madinah pada
masa mereka biasa meminjam buah-buahan setahun dan dua tahun. Kemudian beliau
bersabda: Barang siapa yang meminjam/mengutang buah-buahan, maka hendaklah dia
mengutangnya dengan penakaran tertentu, dan dengan pertimbangan tertentu, hingga
batas waktu tertentu. (Muttafaq ‘alaih).
Dari Muhammad bin Abi Mujalid berkata, saya diutus oleh Abdullah bin Syaddad
kepada Abdurrahman bin Abza dan Abdullah bin Aufa, lalu aku bertanya tentang salaf?
Mereka menjawab: ketika itu kami mempunyai bagian harta rampasan perang dari
Rasulullah, lalu datang kepada kami sekelompok orang dari Syam, lalu kami
meminjamkan mereka gandum dan kismis. Aku bertanya lagi: Apakah mereka
mempunyai tanaman atau tidak? Kami jawab: kami tidak menanyakan hal tersebut
kepada mereka. (HR. Bukhari)
Dan Ijma’ ulama: Walaupun ada sebagian ulama yang tidak memperbolehkan akad
salam, jumhur ulama memperbolehkan akad salam dan Fatwa DSN MUI No. 05/DSN-
MUI/IV/2000.
Rukun dan syarat sah
a. Orang atau pihak yang berakad, yakni penjual dan pembeli:
b. Barang yang diperjualbelikan:
c. Harga: Pembeli diwajibkan untuk membayar harga secara penuh di awal transaksi.
Akad salam batal jika pembeli menangguhkan pembayaran setelah akad terjadi
d. Penyebutan kriteria akad: Untuk menghindari gharar, barang yang diperjualbelikan
harus disebutkan kriterianya. Jika tidak, dikhawatirkan akan terjadi peselisihan di
kemudian hari dan menyebabkan salah satu pihak terdzolimi. Yang harus
disebutkan di awal akad adalah spesifikan barang, takaran, dan waktu penyerahan.
Barang-barang yang terlalu spesifik seperti: “mobil ini”, “motor ini”, dan
sejenisnya tidak boleh dijual secara salam.
e. Tempo penyerahan barang: waktu penyerahan barang harus ditentukan di awal
akad dan merupakan waktu tertentu di masa yang akan datang. Jangka waktu
penyerahan barang diperlukan agar kewajiban penjual menjadi jelas kapan harus
dilunasi dan hak pembeli juga menjadi jelas kapan akan diterima.
f. Kebebasan penjual dalam penyediakan barang: penjual memiliki kebebasan penuh
untuk menyediakan barang dari sumber manapun dan dengan cara apapun.
g. Sesuai dengan hadis berikut: Dari Muhammad bin Abi Mujalid berkata, saya diutus
oleh Abdullah bin Syaddad kepada Abdurrahman bin Abza dan Abdullah bin Aufa,
lalu aku bertanya tentang salaf? Mereka menjawab: ketika itu kami mempunyai
bagian harta rampasan perang dari Rasulullah, lalu datang kepada kami
sekelompok orang dari Syam, lalu kami meminjamkan mereka gandum dan kismis.
Aku bertanya lagi: Apakah mereka mempunyai tanaman atau tidak? Kami jawab:
kami tidak menanyakan hal tersebut kepada mereka. (HR. Bukhari).
Akad salam
a. Pertama, dalam akad salam yang dijual adalah spesifikasi barang dan bukan barang
spesifiknya. Misalkan ada 2 kontrak jual beli:
Kasus I: A bilang, “saya jual kambing ini (padahal milik C) ke Anda B seharga
Rp700.000 dan akan aku serahkan 1 minggu kemudian, apakah engkau mau?”
Kasus II: A bilang, “saya jual kambing yang seperti ini (sambil menunjuk
kambingnya C) seharga Rp700.000 dan akan aku serahkan 1 minggu kemudian,
apakah engkau mau?”
k larangan Rasulullah dan Kasus II adalah bentuk jual
beli salam yang dibolehkan
Perkataan “kambing yang seperti ini” tidak mewajibkan bagi A untuk menyerahkan
kambingnya B, namun A menjadi fleksibel untuk mencari kambing asal
spesifikasinya seperti kambing B. Sehingga gharar yg muncul akibat ketidakpastian
A mampu menyerahkan kambing 1 minggu kemudian menjadi terminimalisir
Sebaliknya, ketika A bilang “kambing ini” maka wajib bagi A menyerahkan
kambingnya B. Dalam kasus jual beli hasil pertanian, kontrak ini bermakna “saya
jual jagung 1 ton dari ladang ini, padahal jagungnya baru saja tumbuh”, maka ini
tidak lain adalah bentuk jual beli ijon yang terlarang.
b. Kedua, terdapat kemaslahatan bagi penjual dan pembeli.
Bagi penjual (lazimnya adalah petani), maka dia dapat memperoleh
dana/modal kerja sehingga dapat menghidupkan ladangnya.
Bagi pembeli, dia memperoleh keuntungan “hedging” karena ada jaminan
akan memperoleh bahan baku di waktu yang dijanjikan
tangkan
kemaslahatan dan menghilangkan kemudharatan bagi manusia
c. Ketiga, bentuk jual beli ini dilegalkan langsung oleh Rasulullah (lihat Bukhari II:35
no.2253; Muslim: 1604).
Beberapa ketentuan jual beli salam
a. Spesifikasi harus jelas terkait kualitas dan kuantitas barang
b. Waktu penyerahan barang harus jelas
c. Uang (pembayaran) harus diserahkan ketika kontrak juali beli secara kontan (tidak
boleh terhutang)
d. Tempat penyerahan dapat bersifat fleksibel tergantung kesepakatan kedua pihak
e. Dibolehkan mengambil agunan (rahn) dan penjamin (kafalah)
f. Penjual (petani) tidak dipersyaratkan memiliki ladang pertanian (lihat Fathul Bari
IV: 430 no 2244; an Nasai VII:290)
Skema salam pada bank
1. Bank akan membeli barang
dari Nasabah A dengan pembayaran
atas harga secara penuh dan
penyerahan barang pada tanggal yang
telah disepakati.
2. Nasabah (penjual) akan
menyerahkan komoditas pada waktu
dan tempat yang telah ditentukan.
3. Bank akan menjual komoditas
tersebut kepada pihak ketiga C dengan
salah satu cara di bawah ini:
Salam paralel dengan C untuk
penerimaan pembayaran secara penuh;
mendapatkan janji untuk
membeli dari C dengan harga yang
telah ditentukan;
menunjuk A sebagai wakilnya
untuk menjual barang kepada pihak
ketiga mana pun;
menunggu hingga barang-
barangnya diterima dan kemudian menjualnya di pasar.
4. Setelah menerima penyerahan dari A pada tanggal yang telah ditentukan, Bank
dapat melakukan penyerahan kepada C atau pembeli lainnya.
Risiko pada Akad Salam
a. Jenis risiko yang melekat pada akad salam:
Risiko pembiayaan (default): debitur default segera setelah menerima
pembiayaan, debitur tidak mampu mengirimkan aset yang dijanjikan
Risiko terkait aset: tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan ketika
akad terjadi, bank menanggung risiko kepemilikan aset
Risiko pasar: harga komoditas mengalami penurunan ketika akad salam jatuh
tempo
b. Mitigasi risiko:
Bank dapat meminta debitur menyediakan aset lain sebagai kolateral
Bank dapat meminta debitur menunjuk pihak ketiga sebagai penjamin
(kafalah)
Penggunaan kontrak salam pararel
Penetapan sanksi atau pinalti ketika terjadi keterlambatan pengiriman asset
= harus digunakan untuk kepentingan sosial
2. – Akad Istishna: Akad Istishna’ adalah akad yang terjalin antara pemesan sebagai pihak
pertama dengan seorang produsen suatu barang atau yang serupa sebagai pihak kedua, agar
pihak kedua membuatkan suatu barang sesuai yang diinginkan pihak pertama dengan harga
yang disepakati antara keduanya. (Badai’i Ash Shanaai’i oleh Al Kasaani 5/2 & Al Bahrur
Raa’iq oleh Ibnu Nujaim 6/185)
Pendapat pertama:
Istishna’ adalah akad yang tidak benar alias batil dalam syari’at Islam. Pendapat ini dianut
oleh para pengikut mazhab Hambali dan Zufar salah seorang tokoh mazhab Hanafi. (Al
Furu’ oleh Ibnu Muflih 4/18, Al Inshaf oleh Al Murdawi 4/300, Fathul Qadir oleh Ibnu
Humaam 7/114 & Al Bahrur Raa’iq oleh Ibnu Nujaim 6/185)
Dalil:
Hadits Hakim bin Hizam radhiallahu ‘anhu:
“Janganlah engkau menjual sesuatu yang tidak ada padamu.” (Riwayat Ahmad, Abu
Dawud, An Nasa’i, At Tirmizy, Ibnu Majah, As Syafi’i, Ibnul Jarud, Ad Daruquthny, Al
Baihaqy 8/519, dan Ibnu Hazem)
Pendapat kedua:
Istishna’ adalah salah satu bentuk akad salam, dengan demikian akad ini boleh dijalankan
bila memenuhi berbagai persyaratan akad salam. Dan bila tidak memenuhi persyaratan
salam, maka tidak dibenarkan alias batil. Ini adalah pendapat yang dianut mazhab Maliki
dan Syafi’i. (Mawahibul Jalil oleh Al hatthab 4/514, Al Muqaddamat Al Mumahhidaat
2/193, Al Muhazzab oleh Asy Syairozi 1/297, Raudhatut Thalibin oleh An Nawawi 4/26)
Dalil:
Ulama’ yang berfatwa dengan pendapat kedua ini berdalilkan dengan dalil-dalil yang
berkaitan dengan akad salam.
Bila pembeli tidak mendatangkan bahan baku (hanya membayar) maka termasuk akad
salam. Akan tetapi bila mendatangkan sendiri bahan baku maka termasuk akad ijarah.
Pendapat ketiga:
Istishna’ adalah akad yang benar dan halal, ini adalah pendapat kebanyakan ulama’ mazhab
Hanafi dan kebanyakan ulama’ ahli fiqih zaman sekarang. (Al Mabsuth oleh As Sarakhsi,
12/138, Fathul Qadir oleh Ibnul Humaam 7/114, Al Bahrur Raa’iq oleh Ibnu Nujaim 6/185,
Suq Al Auraaq Al Maaliyah Baina As Sayari’ah Al Islamiyyah wa An Nuzhum Al
Wad’iyyah oleh Dr. Khursyid Asyraf Iqbal 448).
Ketentuan akad istishna’
a. Ketentuan tentang barang
1. Barang dalam akad istishna’ adalah barang yang harus diproduksi atau
dikonstruksi terlebih dahulu.
2. Barang tersebut harus diketahui spesifikasinya (jenis, tipe, kualitas, dan
kuantitasnya).
3. Barang dalam akad istishna’ tidak boleh berupa barang yang sudah ada.
4. Penyerahan barang harus ditentukan waktu dan tempatnya
5. Pembeli (mustashni’) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.
7. Dalam hal terdapat cacat, atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan,
pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau
membatalkan akad.
8. Barang tidak harus diproduksi oleh produsen sendiri kecuali dinyatakan dalam
kontrak bahwa produsen sendiri yang harus membuat barang.
9. Tidak boleh merupakan menukar barang kecuali dengan barang sejenis yang
sesuai kesepakatan.
b. Ketentuan dalam alat pembayaran dan harga
1. Pembayaran bisa berupa uang tunai, barang atau hak guna dari suatu aset
tertentu.
2. Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan hutang.
3. Harga harus disebutkan secara jelas di akad.
4. Harga boleh bervariasi tergantung tanggal penyerahannya.
5. Harga tidak boleh dinaikkan atau diturunkan kecuali ada persetujuan bersama
dikarenakan perubahan material atau perubahan harga bahan.
6. Harga tidak harus dibayar dimuka, boleh dibayar bertahap selama periode
tertentu atau sesuai dengan prosentase penyelesaian proyek.
7. Harga tidak boleh ditentukan berdasarkan biaya plus keuntungan seperti pada
akad murabahah karena biaya dalam akad istishna’ belum diketahui.
8. Diperbolehkan menggunakan urbun (uang muka).
Skema akad Istishna
a. Kontrak istishna merupakan gabungan 2 kontrak:
Ijarah atas jasa kontraktor dalam membangun rumah
Jual beli atas fisik rumah itu sendiri
b. Variasi bentuk:
Bentuk I: ijarah + jual beli muajjal
Bentuk II: ijarah + jual beli salam
Bentuk III: ijarah + jual beli muajjal (model cicilan)
c. Ketentuan akad istishna
Spesifikasi barang jelas dan harga disepakati di awal kontrak
Waktu penyerahan barang dan atau uang harus dinyatakan dalam
kontrak
Pembeli tidak diperbolehkan membayar dengan bahan material
untuk konstruksi barang. Jika pembeli yang menyediakan bahan baku,
maka kontrak istishna otomatis berubah menjadi ijarah murni
3. - Ijarah: secara terminology adalah akad pemindahan hak guna(manfaat) atas suatu barang
atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang sendiri.
Hukum:
a. Q.S Az-zukhruf (32): “… agar sebagian mereka dapat menggunakan
sebagian yang lain. Dan rahmat tuhanmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan”
b. HR. Ibnu Majah dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “
Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering”
c. Fatwa DSN NO. 09/DSNMUI/IV/2000.
Jenis ijarah
Berdasarkan manfaat:
a. Manfaat atas asset: asset dapat berupa asset tidak bergerak seperti rumah atau
bergerak seperti kendaaraan.
b. Manfaat atas jasa: berasal dari hasil karya atau pekerjaan seseorang
Berdasarkan istilah:
a. IMBT dikenal dengan financial lease. Dimana terjadi transfer
kepemilikan/kegunaan dari sebuah asset dengan harga sewa lebih tinggi dari nilai
pasar agar si penyewa terdorong untuk membeli asset tersebut diakhir periode.
b. Ijarah klasik dikenal dengan operating lease. Dimana bank akan menyewakan
asetnya hingga akhir periode sewa dan kepemilikan tetap pada bank.
Implementasi Ijarah
a. Ijarah klasik: akad pemindahan hak guna atas suatu asset dalam waktu tertentu
dengan pembayaran upah sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas asset.
b. Ijarah muntahia bittamlik(IMBT): merupakan ijarah dengan wa’aad dari pemberi
sewa berupa pemindahan kepemilikan obyek ijarah pada saat tertentu.
c. Jual dan sewa kembali: terjadi dimana seseorang menjual asetnya kepada pihak lain
dan menyewa kembali asset tersebut. Transaksi ini harus merupakan transaksi yang
terpisah dan tidak saling bergantung (ta’alluq)
4. Implementasi Ijarah, Salam dan Istishna
Trade Finance
Dalam corporate finance, trade finance adalah pembiayaan terstruktur untuk
menyediakan solusi jual beli dan working capital sekaligus. Salah satu bentuk trade
finance adalah project finance dimana bank menyediakan jasa konsultan, perencanaan,
strukturisasi dan jasa penjaminan untuk sebuah proyek dalam kerangka syariah.
Sektor yang membutuhkan project finance:
1. PPP (public private partnership)
2. Transportasi infrastruktur dan pengapalan
3. air, limbah dan lingkungan
4. minyak dan gas
5. Energi dan listrik
6. Telekomunikasi
Fee based services on Islamic Bank
1. Pentingnya Fee Based Services
Industri perbankan modern tidak hanya bergantung pada fungsi intermediasi saja
sebagai penyalur pembiayaan:
a. Sumber
b. Pada kasus Indonesia, tingkat persaingan antar bank cukup tinggi yang
menimbulkan tekanan pada pricing produk pembiayaan bank syariah
c. Bank syariah harus memperhitungkan pricing yang sesuai agar dapat menutup cost
of fundnya
Kinerja pembiayaan tidak sepenuhnya dapat dikontrol oleh bank syariah:
a. Kredit macet tetap dapat terjadi meskipun bank telah menjalankan manajemen
risiko yang baik
b. Faktor eksternal seperti kondisi perekonomian, social, keluarga turut menentukan
kinerja pembiayaan
Pada fee based service, bank memiliki kontrol penuh terhadap revenue dan beban
terkait.
Bank dapat memilih “model bisnis”:
a. Fokus pada penyaluran pembiayaan
b. Fokus pada fee based services
c. Diversifikasi keduanya
Contoh bank yang
2. Contoh Fee Based Services
Jasa-jasa tradisional perbankan: Provisi dan komisi, Remittance, Letter of Credit,
Transfer (LLG dan RTGS), SDB, Jasa custodian, dan Jasa trustee.
Aktifitas Off Balance Sheet (Rekening administratif):
Stand by credit agreements, Interest rate swaps, Financial futures & option interest,
rate contracts, Forex contracts, Loan commitment, DLL
3. Fee Based Bank Syariah
Bank syariah semestinya banyak memanfaatkan fee based services:
- Banyak pilihan akad yang dapat digunakan
- Kombinasi antar akad dapat menghasilkan produk keuangan
yang menarik dan sesuai kebutuhan
Tabarru’ vs Tijarri
Jenis akad dalam produk jasa
Hawalah, kafalah, wakalah, qardh, rahn, dan jualah
Klasifikasi akad dalam jasa
a. Tabarru’: qardh, hawalah, kafalah, wakalah, rahn, jualah
b. Tijarah: ijarah, mudharabah muqayadah
Measurement of Islamic Bank Performance
1. Dasar Pengukuran Kinerja
a. PBI: NOMOR:9/1/PBI/2007 Tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
b. SEBI : No.9/24/DPbS Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah
c. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.13/1/PBI/2011 4 faktor pengukuran yaitu profil
risiko (risk profile), good corporate governance (GCG), rentabilitas (earnings), dan
permodalan (capital).
2. Bukan CAMEL tapi RGEC (RBBS)
a. 5 Januari 2011 Bank Indonesia mengeluarkan peraturan baru mengenai penilaian
tingkat kesehatan bank umum melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.13/1/PBI/2011 yang menyebabkan terjadinya perubahan tata cara penilaian dan
pelaporan bank.
b. Munculnya peraturan ini adalah dalam rangka meningkatkan efektivitas penilaian
tingkat kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko dan menggunakan 4
faktor pengukuran yaitu profil risiko (risk profile), good corporate governance (GCG),
rentabilitas (earnings), dan permodalan (capital). Keempat faktor ini adalah satu
kesatuan nilai yang akan menjadi hasil akhir peringkat tingkat kesehatan bank.
3. Faktor yang menjadi penilaian tingkat kesehatan bank untuk bank umum Syariah
a. Faktor yang menjadi penilaian Tingkat Kesehatan Bank untuk Bank Umum Syariah
adalah:
- Profil Risiko (risk profile),
- Good Corporate Governance,
- Rentabilitas (earnings), dan
- Permodalan (capital).
b. Sedangkan, untuk Unit Usaha Syariah faktor yang menjadi penilaian Tingkat
Kesehatan Bank hanya faktor Profil Risiko (risk profile).
4. Metode CAMELS
a. Penilaian “Capital” hanya menggunakan satu ukuran saja, yaitu CAR (Capital
Adequacy Ratio) yaitu “Rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko”;
b. Penilaian “Asset Quality” berdasarkan kualitas aktiva produktif bank dengan
menggunakan dua indikator yaitu “Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan
terhadap aktiva produktif” dan “Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif
terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan”;
c. Penilaian “Management” menggunakan 250 pertanyaan, yang mencakup manajemen
permodalan, manajemen aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan
manajemen likuiditas;
d. Penilaian “Earning” menggunakan dua ukuran yaitu ROA (rasio laba terhadap total
aset) dan BOPO (rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional); dan
e. Penilaian “Liquidity” menggunakan LDR yaitu “rasio kredit terhadap dana yang
diterima” dan “Rasio kewajiban call money bersih terhadap aktiva lancar”
Selain perhitungan kuantitatif di atas, metode CAMEL memperhitungkan faktor lain, yaitu
pelaksanaan pemberian kredit usaha kecil (KUK); pelaksanaan pemberian kredit ekspor;
pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK); dan
Pelanggaran terhadap Posisi Devisa Netto (PDN). Selain itu, tingkat kesehatan bank akan
diturunkan menjadi “tidak sehat” apabila ada perselisihan internal, campur tangan pihak
luar dalam manajemen, “window dressing” atau rekayasa keuangan, praktek “bank dalam
bank”, dan kesulitan keuangan yang mengakibatkan penghentian sementara atau
pengunduran diri dari keikutsertaannya dalam kliring.
5. Metode RGEC
Tingkat kesehatan bank dilihat dari empat faktor penilaian dalam RGEC, yaitu:
1. Risk Profile menggunakan perhitungan rasio NPL (Non Performing Loan) dan LDR
(Loan to Deposit Ratio).
NPL = (Kredit bermasalah / total kredit) x 100%
LDR = (Jumlah dana yang diberikan/total dana pihak ketiga) x 100%
2. Good Corporate Governance
Good Corpotrate Governance(GCG) ditinjau dari sIsi pemenuhan prinsip – prinsip
GCG. GCG mencerminkan bagian manajemen dari CAMELS namun telah
disempurnakan. Bank memperhitungkan dampak GCG perusahaan pada kinerja
GCG bank dengan 41 mempertimbangkan signifikan dan materialitas perusahaan
anak dan atau signifikasi kelemahan GCG perusahaan anak
3, Earnings menggunakan perhitungan ROA (Return On Assets), ROE (Return On Equity),
NIM (Net Interst Margin), BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional).
ROA = (Laba sebelum pajak / Rata-rata total aset) x 100%
ROE = (Laba setelah pajak / total ekuitas ) x 100%
NIM = (pendapatan bunga bersih / aktiva produktif) x 100%
BOPO = ( biaya operasional + pendapan operasional / total aktiva ) x 100%
4. Capital menggunakan perhitungan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio).
CAR = (modal/ ATMR) x 100%
Asset and Liability Management (ALMA) on Islamic Bank
1. Scope of ALMA
a. Analisis rasio yang dilakukan untuk evaluasi kinerja keuangan bank biasanya
dilakukan hanya pada periode tertentu:
tahunan
an
dengan nilai pasar
b. Bank berbeda dengan perusahaan jenis lain seperti perusahaan jasa non bank dan
manufaktur:
Interaksi antara funding dan financing terjadi secara dinamis dan seringkali berubah
dalam hitungan hariKomposisi funding dan financing diisi oleh berbagai jenis
transaksi yang rate sensitive
c. ALMA sangat erat kaitannya dengan strategic balance sheet management
Memiliki cakupan analisis yang lebih strategis dibandingkan analisis rasio
Berguna untuk membuat berbagai keputusan penting terkait proses bisnis dari bank
d. Pembahasan dalam ALMA selalu terkait dengan match between assets and liabilities
dalam Neraca
e. Berbagai risiko muncul akibat adanya mismatch antara asset dan liability:
Liquidity risk
Market risk
Credit risk
Dll
f. ALMA bukan sekedar tools untuk mengurangi risiko, namun untuk mengatur risiko
agar tingkat profitabilitas dapat terus terjaga
g. Ingat, bank berada di antara dua unit ekonomi: deficit unit dan surplus unit:
Use of fund terdapat pada aset bank dan source of fund terdapat sisi kewajiban
Tugas bank adalah mengatur komposisi use of fund dan source of fund dalam
rangka mencapai target profitabilitas, tingkat risiko, maupun tingkat modal tertentu
h. Asset-Liability Management involves the raising and use of funds:
-
dpk (pasar uang antar bank, pinjaman, ekuitas)
pembiayaan (surat berharga, penempatan pada bank lain, dsb
i. Secara spesifik, ALMA mencakup:
Strategic planning
Implementation
Control process
j. Asset and liability management sangat berkaitan dengan pengaturan/pengelolaan aset
dan kewajiban secara dinamis:
Dilakukan dalam jangka
Tidak dapat diukur hanya dengan ukuran-ukuran rasio berbasis akuntansi (laporan
keuangan)
Bersifat internal
pendek
k. Pada prakteknya, fungsi ALM biasanya dijalankan oleh ALCO (Asset Liability
Committee):
Terdiri dari CEO, CFO, Treasurer, Senior managers, bagian kredit, bagian deposit
dan investasi, banking and economic research
ALCO menetapkan tujuan untuk market risk dan liquidity risk
2. Interaksi antara asset dan management
a. Di masa lalu, sebelum tahun 1990-an, mayoritas bank menggunakan prinsip asset
management tanpa memperdulikan liability management:
Fokus pada komposisi portofolio pinjaman yang bank salurkan kepada debitur
Mengabaikan komposisi funding yang akan berimpilikasi pada cost of fund yang
harus bank bayarkan
b. Setelah tahun 1990-an, liability management mulai diperhatikan:
Cost of fund merupakan komponen biaya bank yang paling besar dan menentukan
keberlanjutan usaha bank
Bergerak dinamis dalam hitungan hari karena terkait aktivitas nasabah dalam
menarik simpanan dari bank
c. Secara teoritis, bank Islam yang ideal memiliki risiko ALMA yang rendah:
Prinsip hedging dari sisi maturity dapat selalu dilakukan
Mismatch maturity cenderung rendah
d. Equity contract pada asset dan liability mengurangi mismatch maturity:
Funding dengan mudharabah muqayyadah atau musyarakah dengan skema profit
-waktu
Financing dengan menyalurkannya kepada pembiayaan jangka panjang berbasis
trade financing atau investment financing
Risk sharing berjalan antara sisi aset dan liability
e. Distorsi kondisi teoritis pada bank Islam terjadi manakala:
Bank Islam sangat bergantung pada sumber dana jangka pendek
Profit loss sharing diganti dengan net revenue sharing
Treasury Management
1. Arti penting fungsi treasury dalam perusahaan
a. Dengan perubahan regulasi yang cepat dan meningkat dari waktu ke waktu, kepatuhan
dan teknologi di sektor keuangan, fungsi treasury menjadi mitra bisnis strategis di
semua bidang usaha, dan nilai tambah bagi divisi operasi perusahaan.
b. Misalnya, bekerja sama dengan departemen penjualan untuk menetapkan setiap
potongan penjualan dalam setiap kontrak yang baik hingga metode pembayaran yang
disepakati, bermanfaat bagi bisnis yang ditawarkan.
c. Kondisi pasar saat ini juga memperkuat kebutuhan untuk korporat dalam memastikan
bahwa posisi keuangan mereka dikelola seefisien mungkin, tanpa modal kerja
berlebihan dalam bisnis.
d. Pepatah lama 'uang adalah raja' tentu sebagai suatu hal yang relevan saat ini.
e. Departemen Treasury berfungsi untuk meng-cover dalam melengkapi lingkungan
keuangan, dari struktur modal dan investasi jangka panjang untuk likuiditas dan
manajemen modal kerja. Jika Treasury dapat mendorong perbaikan dalam siklus
Purchase-To-Pay dan Order-To Cash, disana akan ada efek langsung pada utang
keseluruhan dan persyaratan investasi, dengan demikian berdasarkan pada struktur
modal yang dibutuhkan dalam bisnis.
f. Pertanyaannya kemudian adalah: jika fungsi Treasury menjadi lebih dari mitra bisnis,
bagaimana departemen dapat mengatur waktu untuk memastikan penyelesaian
administrasi dari hari ke hari, proses pengolahan dan eksekusi transaksi, dengan
menggunakan sumber daya yang minimum?
Jawaban: Jawabannya adalah bahwa kebanyakan perusahaan besar mengotomatisasi
sebagian besar pengolahan keuangan dan administrasi tugas-tugas sehari-hari mereka,
yang didukung oleh standar kebijakan, pengendalian, dan proses monitoring,
embedding praktek keuangan terbaik di seluruh bisnis.
Mengintegrasikan sistem perusahaan dengan perbankan, dimana mencapai tingkat
signifikan secara otomatisasi, mengurangi jumlah waktu yang harus dihabiskan untuk
tugas-tugas seperti menghitung posisi kas harian.
g. Pada saat yang sama, penggunaan yang efisien dari sebuah sistem yang aman dapat
meminimalisir risiko operasional, meningkatkan keamanan operasional dan
memaksimalkan hal tersebut melalui suatu pengolahan.
h. Penambahan otomatisasi rekonsiliasi data rekening bank dan fungsi treasury dapat
mengelola pengecualian dari setiap item, memberi mereka waktu untuk memberikan
layanan bernilai tambah di seluruh perusahaan.
i. Kas dan likuiditas manajemen selalu menjadi tugas utama di setiap perusahaan untuk
memastikan debitur, kreditur dan saham yang dikelola seefisien dan seefektif mungkin.
Ketika lingkungan bisnis lebih menantang, korporasi dapat memperoleh keunggulan
kompetitif melalui pengelolaan yang optimal dari setiap aspek posisi keuangan mereka.
Sebagai salah satu contoh, disampaikan oleh treasurer sebuah perusahaan
multinasional, beliau berkomentar pada suatu konferensi Manajemen Kas baru-baru
ini,"Selama masa kesulitan, treasurer menunjukkan kebenaran dari suatu bisnis".
2. Pasar uang antar bank Syariah
a. Dalam ALMA, seringkali ditemukan kondisi dimana bank syariah mengalami
kelebihan atau kekurangan likuiditas
b. Likuiditas berbanding terbalik dengan profitabilitas
Peningkatan likuiditas diiringi dengan penurunan profitabilitas dan sebaliknya
Terlalu banyak aset likuid dalam portofolio aset akan mengorbankan kesempatan
mendapatkan peningkatan earning
Terlalu banyak aset tidak likuid dalam portofolio akan mengorbankan kemampuan
bank syariah dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
c. Kebijakan umum terkait kelebihan atau kekurangan likuiditas:
Jika kekurangan likuiditas, bank syariah harus mencari sumber dana dari eksternal
Jika kelebihan likuiditas, bank syariah harus membeli instrument keuangan jangka
pendek yang likuid dan memberikan return sepadan
Kedua hal tersebut dapat dilakukan jika terdapat pasar uang antar bank syariah yang
likuid
3. Definisi Pasar uang antar bank Syariah
a. Menurut PBI No. 14/1/PBI/2012, pasar uang antarbank syariah (PUAS) adalah
kegiatan transaksi keuangan jangka pendek antarbank berdasarkan prinsip syariah, baik
dalam Rupiah maupun valas
Instrumen PUAS adalah instrument keuangan berdasarkan prinsip syariah yang
diterbitkan oleh BUS dan UUS yang digunakan sebagai sarana transaksi di PUAS
b. Peserta PUAS:
Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, Bank
diperbolehkan menjadi peserta PUAS?, Bank asing
c. Pada saat penerbitan instrument PUAS:
BUS dan UUS dapat melakukan penempatan dana atau penerimaan dana
Bank konvensional dan bank asing hanya dapat melakukan penempatan dana
d. PUAS didukung oleh Fatwa DSN Nomor 78/DSN-MUI/IX/2010
Sertifikat PUAS adalah instrument bukti kepemilikan investasi yang
ditransaksikan dalam PUAS
Pialang adalah perantara perdagangan sertifikat PUAS, yang mendapatkan izin
dari Bank Indonesia
e. Beberapa sertifikat PUAS yang dapat digunakan adalah:
f. Fatwa No. 37/DSN-MUI/X/2002 menyatakan beberapa akad yang dapat digunakan
untuk transaksi PUAS:
Mudharabah, Musyarakah, Qardh, Wadiah, dan Sharf
Monitoring and corporate governance in Islamic bank
1. Tata kelola perusahaan adalah sistem dimana perusahaan bisnis diarahkan dan
dikendalikan. Struktur tata kelola perusahaan menentukan distribusi hak dan tanggung
jawab di antara para peserta di perusahaan, seperti dewan, manajer, pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya, dan merinci aturan dan prosedur untuk membuat
keputusan tentang urusan perusahaan. Dengan melakukan ini, itu juga menyediakan
struktur di mana tujuan perusahaan ditetapkan, dan sarana untuk mencapai tujuan tersebut
dan memantau kinerja. Kehadiran sistem tata kelola perusahaan yang efektif, di dalam
perusahaan individu dan di seluruh perekonomian secara keseluruhan, membantu
memberikan tingkat kepercayaan yang diperlukan untuk berfungsinya ekonomi pasar
dengan baik. Akibatnya, biaya modal lebih rendah dan perusahaan didorong untuk
menggunakan sumber daya lebih efisien, sehingga mendukung pertumbuhan.orporate
Governance Definition
2. Corporate Governance in Islamic Banking
CG bukan hal baru dalam keuangan Islam. Memang, keuangan Islam menanamkan
prinsip dasar tata kelola perusahaan yang baik, menekankan tiga bidang utama
akuntabilitas, transparansi, dan kepercayaan.
Perbankan syariah menawarkan paradigma yang berbeda dari perbankan konvensional,
dan dari sudut pandang tata kelola perusahaan, perbankan ini memiliki sejumlah fitur
menarik karena partisipasi ekuitas, pengaturan pembagian risiko dan laba rugi menjadi
dasar pembiayaan Islam.
Pengaturan keuangan ini menyiratkan hubungan pemangku kepentingan yang berbeda,
dan oleh struktur tata kelola yang wajar, dari model konvensional karena deposan
memiliki kepentingan keuangan langsung dalam investasi bank dan partisipasi ekuitas.
Selain itu, bank syariah adalah subjek untuk lapisan tambahan pemerintahan yang
dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah.