Download pdf - Regulasi Roadmap Bab1 2

Transcript

1

1. Latar BelakangProtein hewani sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan, kesehatan dan kecerdasan manusia. Ternak sebagai sumber pangan (daging, telur dan susu) bagi manusia memberikan kontribusi yang besar terhadap pemenuhan kebutuhan protein hewani. Persoalan tentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan akan pangan hewani asal ternak ini sangat penting diperhatikan karena menyangkut pemenuhan gizi bagi penduduk yang jumlahnya tinggi. Penduduk Indonesia diperkirakan sebanyak 226 juta jiwa pada tahun 2008 dan akan meningkat menjadi 229 juta jiwa pada tahun 2009 dan 232 juta jiwa pada tahun 2010. Dalam upaya pemenuhan protein hewani, potensi ternak yang ada di Indonesia diperkirakan belum dapat sepenuhnya memenuhi seluruh kebutuhan di dalam negeri. Populasi ternak di Indonesia pada tiga tahun mendatang (2008 s/d 2010) diprediksi berkembang, namun akan stagnan atau turun bila kecukupan tersedianya bibit ternak untuk replacement, pertumbuhan populasi dan untuk pensuplai kebutuhan daging, telur dan susu tidak terpenuhi. Otomatis kecukupan akan permintaan daging, telur dan susu juga menjadi terganggu. Apabila kebutuhan bibit ternak terpenuhi dengan baik, maka terjadi pertumbuhan populasi ternak dan kebutuhan daging, telur dan susu juga terpenuhi. Namun bila kebutuhan bibit ternak tidak terpenuhi maka akan berakibat pada berbagai alternatif, yaitu (a) konsumsi daging, telur, susu terpenuhi, namun populasi ternak berkurang, (b) konsumsi daging, telur, susu tidak terpenuhi, namun populasi ternak bertahan, atau (c) konsumsi daging, telur, susu kurang terpenuhi dan populasi ternak berkurang. Bibit yang tidak terpenuhi jumlahnya akan berakibat pada penurunan populasi ternak secara terus menerus, karena kebutuhan atau permintaan konsumen yang terus berkembang dan tidak bisa diabaikan. Gambaran tersedianya bibit ternak untuk pemenuhan kebutuhan daging, telur dan susu tergambar pada bagan alur ketersediaan bibit ternak yang menggambarkan status ketersediaan bibit ternak dan kemampuan suplai kebutuhan konsumen. Berdasarkan alur ketersediaan bibit ini maka dapat diketahui (i) kekurangan/kelebihan jumlah bibit ternak masing-masing komoditas untuk pemenuhan daging telur dan susu per tahun, (ii) prediksi tercapainya pemenuhan daging, telur dan susu per tahun dan (iii) dasar penyusunan Road Map untuk masing-masing komoditas ternak. Road map perbibitan ternak ini merupakan strategi yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah dalam upaya penyediaan bibit ternak bagi pemenuhan kebutuhan daging, telur dan susu yang dijabarkan dalam langkah-langkah kegiatan per tahun. Langkah-langkah kebijakan perbibitan ternak yang dilakukan oleh pemerintah mengacu pada UU No.2 tahun 1999 dan PP No. 5 tahun 2000 bahwa pemerintah memiliki kewenangan dalam pengaturan ekspor dan impor bibit ternak serta pembuatan pedoman standar bibit ternak; pengaturan dan pengawasan produksi, distribusi dan penggunaan benih; pelepasan dan penetapan galur ternak serta mencegah terjadinya inbreeding yang dapat mempengaruhi penyediaan bibit di masa mendatang. Langkah-langkah tersebut untuk saat ini dan masa mendatang akan bergantung kepada kemampuan seluruh stakeholders peternakan baik koperasi, swasta maupun pemerintah melalui kegiatan perbibitan yang terarah dan menyesuaikan pada satuan waktu dan kebutuhan dalam negeri dengan memperhatikan situasi global.

2

2. Kebutuhan/Permintaan Daging, Telur dan SusuPemenuhan kebutuhan/permintaan daging diperoleh dari produksi daging sapi, kerbau, kambing, domba serta ayam ras, ayam lokal dan itik. Sedangkan telur diperoleh dari produksi telur ayam ras, ayam lokal serta itik. Susu terpenuhi dari produksi susu sapi perah dalam negeri dan impor dalam bentuk susu bubuk. Tabel 1. Kebutuhan/permintaan daging, telur dan susu tahun 2008 s/d 2010 (target atau sasaran) No Uraian Tahun 2008 1 Kebutuhan Daging (Ribu Ton) Sapi Potong Kerbau Kambing Domba Ayam lokal Itik Ayam Ras Pedaging Babi Kuda 2 Kebutuhan Telur (Ribu Ton) Ayam lokal Itik Ayam Ras Petelur 3 Kebutuhan Susu (Ribu Ton) Sapi Perah (dalam negeri) Susu bubuk (Impor) 4 Jumlah Penduduk (Juta orang) 1.539,8 411,0 27,2 34,0 45,3 178,8 13,5 528,8 119,6 1,4 1.273,5 165,7 173,8 934,3 1.783,0 535,0 1.248,0 226,7 Kebutuhan Daging, Telur dan Susu Tahun 2009 1.615,2 426,0 29,8 34,4 45,9 182,0 13,9 561,8 121,3 1,4 1.371,5 180,0 184,0 1.009,2 1.812,0 616,0 1.196,0 229,3 Tahun 2010 1.694,4 441,0 32,5 34,8 46,4 187,0 14,3 596,9 122,9 1,4 1.477,2 195,0 193,0 1.076,0 1.832,8 707,0 1.126,8 231,9

Sumber : data Statistik Peternakan tahun 2007 dan data Tim P2SDS Ditjen Peternakan (diolah)

3

Berdasarkan tren kenaikan konsumsi dari masing-masing komoditi (Tabel 1) dapat diprediksi kebutuhan/permintaan daging, telur dan susu pada masa mendatang semakin meningkat. Kebutuhan daging pada 25 tahun kedepan dapat mencapai sekitar 5 juta ton yang kemungkinan dipenuhi terutama dari produksi ayam ras pedaging dan ayam lokal serta sapi potong. Sedangkan kebutuhan telur pada 25 tahun mendatang dapat mencapai 8 juta ton, terutama dipenuhi dari produksi telur ayam ras petelur dan ayam lokal. Kebutuhan susu pada 25 tahun kedepan sekitar 2,5 juta ton terutama akan dipenuhi oleh produksi susu sapi perah dalam negeri, karena iklim usaha sapi perah di Indonesia yang semakin baik.

3 . Populasi TernakPopulasi ternak merupakan aset bagi penyediaan bibit untuk pemenuhan permintaan daging, telur dan susu. Populasi ternak diprediksi naik setiap tahunnya selama 3 tahun (Tabel 2). Peningkatan populasi ternak paling besar diprediksi pada sapi perah yang tumbuh sekitar 15% per tahun. Tabel 2. Populasi ternak tahun 2008 s/d 2010 (prediksi) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jenis Ternak Sapi Potong Kerbau Kambing Domba Ayam Ras Pedaging Ayam Ras Petelur Ayam lokal Itik Puyuh* Sapi Perah Babi Kuda Tahun 2008 11.664.155 2.410.755 13.983.689 9.510.080 1.215.651.614 72.700.000 328.087.112 52.029.221 15.090.076 441.684 7.341.316 426.699 Populasi (ekor) Tahun 2009 11.963.103 2.413.166 14.235.395 9.776.362 1.291.561.592 78.000.000 329.772.828 58.349.997 15.793.273 508.034 7.976.780 442.017 Tahun 2010 12.284.326 2.415.579 14.491.633 10.050.100 1.372.211.608 83.800.000 334.502.341 65.331.997 16.529.239 584.351 8.667.250 457.084 Pertumbuhan populasi (% per tahun) 2,62 0,10 1,80 2,80 6,24 7,29 1,00 12,07 4,65 15,00 8,65 3,58

Sumber : data Statistik Peternakan tahun 2007 dan *survey Rumah Tangga Peternakan 2007

4

Berdasarkan angka pertumbuhan populasi ternak per tahun seperti tertera pada Tabel 2, maka dapat diprediksi populasi ternak pada 25 tahun kedepan akan meningkat pesat terutama sapi perah dan itik. Populasi sapi perah diprediksi pada 25 tahun kedepan adalah 14 juta ekor, terutama karena disebabkan oleh harga jual susu sapi perah di peternak yang membaik dan adanya keinginan mengurangi impor susu bubuk dari luar negeri. Prediksi populasi ternak ayam lokal pada 25 tahun kedepan sekitar 5 milyar ekor dan sapi potong 22 juta ekor, sehingga kedua komoditi tersebut diperkirakan sebagai sumber utama pemenuhan daging di Indonesia. Sedangkan kebutuhan telur pada 25 tahun ke depan terutama dipenuhi oleh produksi telur ayam ras yang diperkirakan populasinya 900 juta ekor.

4. Tujuan dan SasaranRoadmap perbibitan ternak ini disusun untuk tujuan antara lain : (1) (2) Mengetahui ketersediaan bibit ternak (jumlahnya cukup, kurang atau lebih) dikaitkan dengan kebutuhan daging, telur dan susu sesuai target atau sasaran yang ditentukan serta populasi ternak; Merumuskan strategi atau upaya-upaya pemenuhan kekurangan jumlah bibit maupun pemanfaatan potensi bibit ternak yang dijabarkan dalam langkah-langkah kegiatan.

Sasaran penyusunan Road map ini antara lain adalah : (1) Pemenuhan bibit ternak yang berkualitas baik dan jumlahnya cukup; (2) Dasar kebijakan dan program perbibitan ternak.

5

1. Pengertian Benih/Bibit TernakSebelum membahas tentang Road Map Perbibitan Ternak, maka berikut ini disampaikan beberapa pengertian tentang benih dan bibit ternak dan beberapa hal yang sering berkaitan dengan benih atau bibit ternak. Bibit ternak adalah semua hasil pemuliaan ternak yang memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakan. Benih adalah hasil pemuliaan ternak yang berupa mani (semen), sel (oocyt), telur tetas dan embrio. Betina produktif yaitu ternak betina yang memiliki status reproduksi normal, mampu melahirkan dan membesarkan anak. Betina Calon Induk yaitu ternak betina yang memiliki status reproduksi normal dan merupakan hasil seleksi. Perusahaan Pembibitan adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu secara komersial guna menghasilkan bibit ternak yang jumlahnya melebihi jumlah ditetapkan pada peternakan rakyat untuk tiap jenis ternaknya. Perusahaan Peternakan adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan menghasilkan ternak bibit atau ternak potong, telur, susu serta usaha penggemukan ternak termasuk kegiatan mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkannya dalam jumlah melebihi jumlah yang ditetapkan pada peternakan rakyat untuk tiap jenis ternak. Secara umum klasifikasi bibit terdiri atas bibit dasar, bibit induk dan bibit sebar. Bibit dasar (Foundation Stock) atau Grand Parent Stock (GPS) merupakan bibit murni dan unggul, hasil dari suatu proses pemuliaan oleh elite breeder dengan spesifikasi tertentu yang mempunyai silsilah untuk menghasilkan bibit induk. Bibit induk (Breeding Stock) atau Parent Stock (PS) merupakan bibit dengan spesifikasi tertentu yang mempunyai silsilah untuk menghasilkan bibit sebar yang biasanya dilakukan oleh multiplier breeder dengan cara memperbanyak bibit dasar. Bibit sebar atau bibit niaga (Commercial Stock) atau Final Stock (FS) merupakan bibit dengan spesifikasi tertentu untuk digunakan dalam proses produksi.

2. Penyediaan Benih/Bibit TernakPada kondisi riil ternyata usaha-usaha pembibitan ternak, kecuali ayam ras masih menghadapai berbagai tantangan dan permasalahan, diantaranya adalah (i) kebutuhan ternak yang belum terpenuhi, (ii) kualitas bibit yang masih rendah, (iii) nilai margin atau keuntungan usaha yang kecil dengan skala usaha yang rendah terutama untuk pembibitan ternak sapi, kambing/domba dan unggas lokal, serta (iv) tingginya pemotongan ternak betina produktif terutama pada ternak sapi dan ayam buras.

6

a. Penyediaan Benih/bibit Ternak Ruminasia Benih untuk sapi potong atau sapi perah berupa semen atau embrio berasal dari ternak asal luar negeri maupun dalam negeri, sedangkan benih untuk ternak kambing dan domba masih berupa semen dari ternak dalam negeri. Penyediaan bibit sapi potong, kerbau, kambing dan domba belum dipisahkan antara bibit dasar, bibit induk dan bibit sebar. Penyediaan bibit sapi potong berupa (i) penjaringan bibit sapi potong lokal di daerah sumber bibit, (ii) pengadaan bibit sapi potong ex-impor, (iii) penyelamatan sapi potong betina produktif di rumah potong dan pasar hewan, serta (iv) pemasukan donor dan ternak bibit dari luar negeri. Penyediaan bibit kerbau berupa (i) penjaringan bibit kerbau lokal di daerah populasi padat kerbau dan pasar hewan, (ii) penyelamatan kerbau betina produktif di rumah potong, serta (iii) pemasukan ternak bibit dari luar negeri. Penyediaan bibit kambing/domba berasal dari penjaringan berdasarkan performan ternak di daerah sumber bibit dan pasar hewan atau pemasukan ternak bibit dari luar negeri. Penyediaan bibit sapi perah dikembangkan sebagai berikut (i) bibit dasar sejumlah 5 sampai 15% yang berasal dari populasi dengan produksi susu tertinggi atau bibit berasal dari induk dengan produksi susu lebih dari 6.000 kg/laktasi, (ii) bibit induk sejumlah antara 15 hingga 30% yang berasal dari induk dengan produksi susu lebih dari 5.000 kg/laktasi hingga 6.000 kg/laktasi, serta (iii) bibit sebar sejumlah lebih dari 30% yang berasal dari induk dengan produksi susu antara 4.000 hingga 5.000 kg/laktasi. Penyediaan bibit ternak sapi perah berasal dari penjaringan di daerah sumber bibit sapi perah berdasarkan performan, uji zuriat, penyelamatan sapi perah betina produktif di rumah potong hewan dan pemasukan donor dan ternak bibit sapi perah dari luar negeri. Uji zuriat (progeny test) dilakukan dalam rangka penyediaan bibit sapi perah pejantan berkualitas dan memiliki adaptasi tinggi terhadap iklim di Indonesia berdasarkan evaluasi performans keturunannya. Uji zuriat dilakukan sejak tahun 2004 hingga sekarang. b. Penyediaan Benih/bibit Non Ruminansia Penyediaan bibit ayam ras pedaging (broiler) dan petelur (layer) telah dikembangkan oleh industri perunggasan Dalam Negeri berupa pembibitan ayam bibit dasar (GPS), ayam bibit induk (PS) dan ayam niaga (FS). Ayam ras umur sehari atau day old chick (DOC) FS broiler telah ditetapkan dengan SNI 01-4868.1-2005, sedangkan untuk DOC FS layer dengan SNI 01-4868.2-2005. Penyediaan bibit itik komersial dikembangkan seperti halnya ayam ras, tetapi terbatas pada pembibitan itik induk (PS). Penyediaan bibit ayam lokal dan itik belum seperti halnya pada ayam ras maupun itik komersial, yaitu masih dengan cara seleksi dan pemurnian ayam lokal atau itik, penjaringan calon induk (dara) atau persilangan. Penyediaan bibit atau benih ayam dan itik dalam bentuk dara (pullet), DOC/DOD atau telur tetas (Hatching Egg). Penyediaan bibit ternak babi telah dilakukan oleh swasta dengan baik, namun belum dilakukan untuk kuda, kelinci dan puyuh. Penyediaan keempat jenis ternak ini belum dibahas secara khusus dalam road map ini, karena permintaan bibitnya terbatas.

7

3.

Kelembagaan PerbibitanDalam usaha pembibitan ternak, pemerintah selain berperan sebagai regulator, fasilitator dan motivator juga sebagai penyedia benih/bibit unggul. Usaha penyediaan benih/bibit ternak dapat dilakukan oleh lembaga perbibitan pemerintah (pusat dan daerah), swasta/koperasi atau oleh masyarakat dalam bentuk pembibitan rakyat di pedesaan (Village Breeding Centre/VBC). a. Pembibitan Pemerintah Pengembangan pembibitan ternak oleh pemerintah dilaksanakan melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) perbibitan pusat dan daerah. UPT perbibitan pusat terdiri atas 3 (tiga) UPT di bidang produksi benih, yaitu yaitu Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang dan Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari; serta 7 (tujuh) UPT di bidang produksi bibit yaitu Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Dwiguna dan Ayam di Sembawa Sumatera Selatan, BPTU Kambing, Domba dan Itik di Pelaihari Kalimantan Selatan, BPTU Babi dan Kerbau di Siborong Borong Sumatera Utara, BPTU Sapi Potong di Padang Mangatas Sumatera Barat, BPTU Sapi Aceh di Indrapuri NAD, BPTU Sapi Bali di Pulukan Bali dan Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul (BBPTU) Sapi Perah di Baturraden Jawa Tengah. Ke-10 UPT Perbibitan tersebut satu dengan lainnya saling bersinergi dalam menghasilkan bibit ternak unggul sesuai dengan tupoksinya (Tabel 3). UPT daerah berupa Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) yang dibentuk dalam rangka mendekatkan penyediaan atau distribusi semen beku kepada peternak dengan jenis dan jumlah sesuai kebutuhan peternak. Sampai saat ini sudah terbentuk UPT perbibitan daerah di 14 propinsi, yaitu 3 (tiga) BIB Daerah yang diarahkan untuk proses akreditasi: Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Bali, serta 11 BIB Daerah yang diarahkan sebagai penguatan Tupoksi: Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DIY, Kalimantan Selatan, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Timur. Dalam rangka memfokuskan kegiatan perbibitan, maka kegiatan BIB Daerah akan disinkronisasikan dengan BBPTU, BPTU, BBIB, BIB dan BET dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan dan berkelanjutan. BIB sebagai penghasil benih harus mampu memproduksi semen beku berkualitas baik, mampu melakukan pemetaan distribusi semen beku, katalog pejantan, promosi, uji performans dan uji zuriat. Sedangkan BET Cipelang harus memproduksi embrio dan bibit setingkat bibit dasar. BPTU sebagai sumber bibit harus mampu menyediakan bibit ternak yang baik, melakukan seleksi dan perbaikan mutu secara terprogram. UPT perbibitan dalam melaksanakan kerjasama operasional (KSO) maupun kerjasama teknis (KST) dengan stakeholder harus sesuai dengan tupoksi sehingga output yang dihasilkan lebih optimal. Antar UPT perbibitan (BET dengan BBPTU/BPTU dan BBIB/BIB) juga saling bersinergi dalam menghasilkan bibit ternak yang unggul.

8

Tabel 3. Uraian Tugas Pokok dari 10 UPT Perbibitan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama UPT BBIB Singosari BIB Lembang BET Cipelang BBPTU Baturraden BPTU Siborong Borong BPTU Padang Mangatas BPTU Sembawa BPTU Pelaihari BPTU Indrapuri BPTU Bali Uraian Tugas Pokok Melaksanakan produksi,pemasaran dan pemantauan mutu semen unggul ternak serta pengembangan inseminasi buatan (IB) Melaksanakan produksi dan pemasaran benih unggul ternak serta pengembangan inseminasi buatan (IB) Melaksanakan produksi, pengembangan dan distribusi embrio ternak. Melaksanakan pemuliaan, pemeliharaan, produksi dan pemasaran bibit unggul sapi perah. Melaksanakan pemuliaan dan produksi bibit babi dan kerbau unggul, serta pemasarannya. Melaksanakan pemuliaan, produksi dan pemasaran bibit sapi potong unggul Melaksanakan pemuliaan, produksi dan pemasaran bibit sapi dwiguna dan ayam unggul Melaksanakan pemuliaan, produksi dan pemasaran kambing, domba dan itik unggul Melaksanakan pemuliaan, produksi dan pemasaran sapi Aceh unggul Melaksanakan pelestarian, pemuliaan, pembibitan, produksi dan pengembangan serta penyebaran hasil produksi bibit sapi Bali murni unggul secara nasional

b. Pembibitan Swasta Pembibitan Swasta dilakukan oleh perusahaan pembibitan dengan kriteria sebagai berikut: (i) memiliki persetujuan prinsip, ijin usaha dan ijin perluasan peternakan; (ii) memiliki jumlah ternak lebih dari 100 ekor campuran (sapi potong), 75 ekor campuran (kerbau), 300 ekor campuran (kambing dan atau domba), 15.000 ekor campuran (itik), 15.000 ekor produksi per siklus (ayam ras pedaging), 10.000 ekor induk (ayam ras petelur) dan 20 ekor campuran (sapi perah); (iii) tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD) setempat; (iv) sanggup melakukan prinsip-prinsip perbibitan (Good Breeding Practices / Good Hatchery Practice) dan; (v) sanggup membuat laporan perkembangan usaha pembibitan. Pendaftaran usaha peternakan telah diatur dalam Keputusan Menteri Pertanian No. 404/Kpts/OT.210/6/2002 tentang Pedoman Perijinan dan Pendaftaran Usaha Peternakan.

9

Pembibitan swasta yang telah berkembang saat ini adalah pembibitan ayam ras, babi, sapi perah, kuda pacu dan sapi potong. Pembibitan ayam ras telah memiliki assosiasi yaitu Gabungan Pengusaha Pembibitan Unggas (GPPU). Pembibitan swasta untuk sapi potong antara lain adalah PT. Lembu Jantan Perkasa, PT. Widodo Makmur, PT. Agro Giri Perkasa dan PT Santori. Pembibitan untuk ternak kerbau, kambing dan domba kurang diminati oleh swasta, karena memerlukan modal dalam jumlah besar, waktu pengembalian modal relatif lama dan nilai margin kecil. Untuk itu, maka dalam usaha pembibitan ternak masih diperlukan fasilitasi dan insentif dari pemerintah. Namun, perlu dipertimbangkan bahwa beberapa perusahaan masih berorientasi hanya untuk pemenuhan kebutuhan sendiri (replacement stock) dan masih kurang memperhatikan kepentingan bibit bagi masyarakat. c. Pembibitan Ternak Rakyat Pembibitan ternak yang dilakukan oleh rakyat dalam bentuk kelompok atau perorangan dengan menerapkan prinsip-prinsip perbibitan. Pembibitan ternak rakyat atau Village Breeding Centre (VBC) sampai saat ini masih merupakan andalan bagi penyediaan bibit ternak sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, domba, babi, ayam lokal dan itik. VBC dilakukan oleh peternak yang tergabung dalam kelompok dan berperan dalam menghasilkan bibit ternak untuk memenuhi kebutuhan kelompok/individu. Pemerintah telah mengalokasikan dana untuk mendukung perbibitan ternak di VBC, terutama untuk lebih meningkatkan peran serta masyarakat di bidang perbibitan, meliputi penyediaan bibit ternak untuk kebutuhan lokal dan regional, pemetaan sumber bibit ternak, pencatatan ternak (recording), serta perbaikan sistem perkawinan dan pelayanan kesehatan reproduksi.

10