RESPON JAMAAH HAJI TERHADAP PELAYANANKESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN
DAERAH KABUPATEN BEKASITAHUN 2013
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh GelarSarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :ARIEF RIDWAN BUDIMAN
NIM. 1110053100004
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROHJURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhisalah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam(S.Kom.I) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah sayacantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya aslisaya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka sayabersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
Ciputat, 4 Juli 2014
Arief Ridwan Budiman
i
ABSTRAK
Arief Ridwan Budiman, 1110053100004, Respon Pelayanan KesehatanJamaah Haji di Dinas Kesehatan Wilayah Kabupaten Bekasi Tahun 2013, dibawah bimbingan Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si.
Latar belakang penelitian ini adalah semakin meningkatnya jumlah hajidari berbagai tingkat pendidikan dan usia mengamali banyak masalah kesehatan.Berbagai macam penyakit yang diderita oleh jamaah seperti hipertensi, saluranpernafasan, saluran pencernaan, penyakit jantung dan paru-paru ditambah suhu diArab Saudi yang sangat dingin sehingga menyebabkan banyak jamaah haji wafatdari tahun ke tahun. Maka, semua permasalahan ini menjadikan penulis utnuklebih jauh tentang respon pelayanan kesehatan. Objek dari penelitian ini padaDinas Kabupaten Bekasi karena berdekatan dengan rumah penulis.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon jamaah hajiterhadap kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi tahun 2013 danmengetahui perbedaan kualitas pelayanan kesehatan jamaah haji dengan variableyaitu tingkat pendidikan dan usia jamaah haji tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis deskriptif,yaitu pengumpulan data menggunakan instrumen berbentuk kuesioner. Teknikpengambilan sampel menggunakan simple random sampling dari populasi jamaahhaji sebanyak 2122 orang, maka sampel yang diambil sebanyak 45 orang.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bekasi dengan cara menyebarkankuesioner ke setiap rumah responden yang berangkat haji pada tahun 2013. Datajamaah haji diperoleh dari Kementerian Agama Kabupaten Bekasi.
Hasil dari penelitian ini Respon jamaah haji terhadap kualitas pelayanankesehatan di Kabupaten Bekasi terbagi menjadi tiga aspek yaitu dampak kognitif,dampak afektif, dan dampak konatif, yaitu. Secara keseluruhan respon jamaah hajipada aspek kognitif termasuk kategori tinggi didapat persentase sebesar 79,56%.Secara keseluruhan respon jamaah haji pada aspek afektif termasuk kategoritinggi didapat persentase sebesar 81,11%. Secara keseluruhan respon jamaah hajipada aspek konatif termasuk kategori tinggi didapat persentase sebesar 83,56%
Perbedaan usia jamaah haji tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanankesehatan haji di Kabupaten Bekasi tahun 2013 dengan nilai chi-square hitungsebesar 0,652 sedangkan nilai chi-square tabel dengan nilai 5,991 maka 0,652 <5,991. Perbedaan tingkat pendidikan jamaah haji tidak berpengaruh terhadapkualitas pelayanan kesehatan haji di Kabupaten Bekasi tahun 2013 nilai chi-square hitung sebesar 1,161 sedangkan nilai chi-square tabel dengan nilai 5,991maka 1,161 < 5,991. Perbedaan jenis kelamin jamaah haji tidak berpengaruhterhadap kualitas pelayanan kesehatan haji di Kabupaten Bekasi tahun 2013 nilaichi-square hitung sebesar 0,161 sedangkan nilai chi-square tabel dengan nilai3,841 maka 0,161 < 3.841.Kata kunci : Respon, Pelayanan Kesehatan dan Haji.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan amanah yang sangat besar kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respon Pelayanan Kesahatan Jamaah Haji
di Dinas Kesehatan Wilayah Kabupaten Bekasi Tahun 2013”. Shalawat kepada
Nabi Muhammad SAW yang dimuliakan oleh Allah SWT. Skripsi ini ditujukan
untuk memenuhi syarat kelulusan Strata 1 dan mendapatkan gelar Sarjana
Komunikasi Islam (S.Kom.I). Ucapan terima kasih penulis berikan kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi periode 2013-2017.
Dekan, Dr. H. Arief Subhan, MA. Wakil Dekan I, Suparto, M.Ed. Ph.D.
Wakil Dekan II, Drs. Jumroni, M.Si. Wakil Dekan III, Drs. Sunandar, MA.
2. H. Eddy Sirotim, SKM dan Hj. Tini Agustiatu Rohma, S.SiT sebagai orang
tua. Dewi Marifah Anggraeni, Tri Ayati dan Muhammad Andika Rachman
sebagai Adik serta Fitria Anggraeni semoga selalu dalam rahmat Allah SWT.
3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah, H.
Mulkanasir, BA., S.Pd. MM. Selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah,
Ir. Noor Bekti Negoro, SE., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing, Kalsum
Minangsih, MA. Selaku Dosen Pembimbing Akademik, Seluruh Dosen
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Seluruh Staf dan jajaran
Kementerian Agama Kabupaten Bekasi, Seluruh Staf dan jajaran Dinas
Kesehatan Kabupaten Bekasi.
4. Muhammad Padil, teman-teman Konsentrasi Manajemen Haji dan Umroh dan
semua pihak yang tidak penulis ucapkan satu persatu.
Sekian kata pengantar yang penulis buat dengan mengharapkan rahmat
dan ridho Allah SWT. Amiin.
Bekasi, 03 Juni 2014
Arief Ridwan Budiman
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………. iKATA PENGANTAR………………………………………………... iiDAFTAR ISI………………………………………………………….. iiiDAFTAR TABEL……………………………………………………. vDAFTAR GAMBAR………………………………………………… vii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. 1A. Latar Belakang Masalah…………………………………… 1B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………… 8C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………. 9D. Tinjauan Pustaka…………………………………………... 10E. Sistematika Penulisan……………………………………… 13
BAB II TINJAUAN TEORITISA. Respon……………………………………………………... 15
1. Pengertian Respon…………………………………....... 152. Teori Respon………………………………………….... 16
B. Pelayanan Kesehatan………………………………………. 191. Pengertian Pelayanan………………………………….. 192. Pengertian Kesehatan…………………………………... 203. Pengertian Pelayanan Kesehatan ………………………. 214. Jenis Pelayanan Kesehatan……………………………... 22
C. Jamaah Haji…………………………………………………. 251. Pengertian Jamaah Haji…………………………………. 252. Syarat-Syarat Haji…………………………….……….... 27
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………….. 31A. Pendekatan dan Jenis Penelitian…………………………… 31B. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………. 31C. Subjek dan Objek Penelitian………………………………. 32D. Populasi dan Sampel………………………………………. 32E. Variabel Penelitian………………………………………… 33F. Definisi Operasional Variabel Penelitian………………….. 33G. Teknik Pengumpulan Data………………………………… 36H. Uji Validitas dan Uji Realibilitas………………………….. 37I. Teknik Pengolahan Data………………………………… 39
iv
BAB IV TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN KABUPATENBEKASI……………………………………………………………... 42
A. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi………………. 42B. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi…….... 43C. Sumber Daya Kesehatan………………………………… 44D. Situasi Upaya Kesehatan………………………………… 47E. Kaitan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Dengan Pelayanan
Kesehatan Jamaah Haji…………………………………. 48
BAB V ANALISIS DATA DAN HASIL………………………… .. 52A. Bentuk Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji……………… 52B. Karakteristik Responden………………………………… 69C. Respon Jamaah Haji Terhadap Pelayanan Kesehatan Pada
Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi…………………….. 73D. Respon Jamaah Haji Secara Keseluruhan………………. 81E. Perbedaan Usia Jamaah Haji terhadap Kualitas Pelayanan
Kesehatan Haji…………………………………………. . 85F. Perbedaan Tingkat Pendidikan Jamaah Haji Terhadap
Kualitas Pelayanan Kesehatan Haji…………………….. 86G. Perbedaan Jenis Kelamin Jamaah Haji dengan Kualitas
Pelayanan Kesehatan Haji……………………………… 87
BAB VI PENUTUP………………………………………………... 89A. Kesimpulan…………………………………………….. . 89B. Saran…………………………………………………. … 90
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 91LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 1 Data Haji Wafat 5
Tabel 2 Blue Print Skala Independen (Sebelum Uji Validasi) 38
Tabel 3 Blue Print Skala Dependen (Sebelum Uji Validasi) 38
Tabel 4 Blue Print Skala Independen (Setelah Uji Validasi) 38
Tabel 5 Blue Print Skala Dependen (Setelah Uji Validasi) 39
Tabel 6 Skala Likert 39
Tabel 7 Data Puskesmas di Kabupaten Bekasi 44
Tabel 8 Data Rumah Sakit di Kabupaten Bekasi 45
Tabel 9 Data Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) di Kabupaten Bekasi 45
Tabel 10 Data Tenaga Kesehatan di Kabupaten Bekasi 46
Tabel 11 Sumber Anggaran Kesehatan di Kabupaten Bekasi 46
Tabel 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 71
Tabel 13 Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden 72
Tabel 14 Karakteristik Jenis kelamin Responden 73
Tabel 15 Respon Jamaah Haji Terhadap Materi PelayananKesehatan 75
Tabel 16 Respon Jamaah Haji Terhadap Metode PelayananKesehatan 76
Tabel 17 Respon Jamaah Haji Terhadap Media PelayananKesehatan 77
Tabel 18 Respon Jamaah Haji Terhadap Sikap PelayananKesehatan 78
Tabel 19 Perbandingan Unsur-Unsur Pelayanan Kesehatan 79
Tabel 20 Respon Jamaah Haji Terhadap Dampak Kognitif 80
vi
Tabel 21 Respon Jamaah Haji Terhadap Dampak Afektif 81
Tabel 22 Respon Jamaah Haji Terhadap Dampak Konatif 82
Tabel 23 Perbandingan Dampak Aspek Pelayanan Kesehatan 83
Tabel 24 Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek KognitifPada Kualitas Pelayanan Kesehatan DaerahKabupaten Bekasi Tahun 2013 84
Tabel 25 Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek AfektifPada Kualitas Pelayanan Kesehatan DaerahKabupaten Bekasi Tahun 2013 85
Tabel 26 Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek KonatifPada Kualitas Pelayanan Kesehatan DaerahKabupaten Bekasi Tahun 2013 86
Tabel 27 Respon Jamaah Haji Berdasarkan Usia 87
Tabel 28 Respon Jamaah Haji Berdasarkan TingkatPendidikan 88
Tabel 29 Respon Jamaah Haji Berdasarkan Jenis Kelamin 90
vii
DAFTAR GAMBAR
Nama Gambar Halaman
Gambar 1. Teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respons)…………….................. 17
Gambar 2. Saling Berkaitan Unsur Pelayanan Kesehatan .…………………….... 24
Gambar 3. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN……... 51
Gambar 4. Respon Jamaah Haji Pada Aspek Kognitif…………………………… 84
Gambar 5 Respon Jamaah Haji Pada Aspek Afektif……………………………... 85
Gambar 6 Respon Jamaah Haji Pada Aspek Konatif…………………………….. 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Haji merupakan ibadah yang wajib dikerjakan sekali seumur hidup
bagi setiap muslim dewasa yang mampu dipandang baik dari sisi ilmu,
kesehatan fisik dan ataupun keuangan. Setiap tahun lebih 2 juta penduduk
dunia yang berasal dari berbagai negara, dan dengan warna kulit dan jenis
kelamin yang berbeda, menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Satu dari sepuluh jemaah yang hadir di Mekkah berasal dari Indonesia.
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang tidak saja memerlukan
persiapan dari aspek tuntunan agama tapi juga kesiapan fisik yang
merupakan suatu persyaratan (istitho’ah. Untuk memenuhi ketentuan
syar’i dimaksud, diperlukan upaya bimbingan, penyuluhan, dan pelayanan
kesehatan pada jemaah haji. Bimbingan, penyuluhan, dan pelayanan
kesehatan jemaah haji merupakan rangkaian kegiatan terstruktur dalam
upaya meningkatkan status kesehatan dan kemandirian jemaah haji.
Kegiatan bimbingan, penyuluhan, dan pelayanan kesehatan dilaksanakan
secara bertahap danberkesinambungan sejak dari puskesmas, pemeriksaan,
bimbingan, dan penyuluhan kesehatan di unit pelayanan di
kabupaten/kota, bimbingan, penyuluhan, dan pelayanan kesehatan jemaah
haji selama perjalanan dari daerah asal, di asrama haji embarkasi, selama
perjalanan Indonesia-Arab Saudi, selama di Arab Saudi, di asrama haji
2
debarkasi, sampai dengan empat belas hari pertama sekembalinya ke
Indonesia.1
Hal ini sesuai dengan fungsi Departemen Kesehatan untuk
mempersiapkan, meningkatkan dan mempertahankan kondisi kesehatan
jemaah haji agar sehat mandiri. Untuk dapat melaksanakan peran tersebut
Menteri Kesehatan RI telah menerbitkan Keputusan Nomor
1394/Menkes/SK/XI/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Haji Indonesia.2
Kesehatan adalah modal dalam perjalanan ibadah haji. Tanpa
kondisi kesehatan yang memadai, niscaya pencapaian peribadatan menjadi
tidak maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri
agar memiliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya.3
Penyelenggaraan Ibadah Haji yang bertujuan untuk memberikan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya melalui
sistem dan manajemen penyelenggaraan yang terpadu agar pelaksanaan
ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai
dengan tuntunan agama serta Jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji
secara mandiri sehingga diperoleh haji mabrur.
Sejalan dengan dukungan kebijakan yang ada, upaya
penyelenggaraan ibadah haji termasuk upaya kesehatan dari waktu
1Artikel diakses pada hari Minggu tanggal 23-Maret-14 daribapelkescikarang.or.id/.../drfatmodul2-yankesbinluh-progkesji.pdf
2Artikel diakses pada hari jumat tanggal 28-Maret-14 daridewapurnama.files.wordpress.com/.../modul-dewa89s-bahan-bacaan-pes...
3Artikel diakses pada hari Minggu tanggal 23-Maret-14 daribapelkescikarang.or.id/.../drfatmodul2-yankesbinluh-progkesji.pdf
3
kewaktu selalu ditingkatkan. Namun dengan makin meningkatnya jumlah
calon jemaah haji dari berbagai keragaman etnis dan tingkat pendidikan,
masalah masih selalu muncul dan semakin kompleks, seperti yang
dilaporkan bahwa angka kesakitan jemaah haji Indonesia 3,3 kali episode.
Angka kematian jemaah haji setiap tahunnya rata-rata 2 orang perseribu
jemaah, dengan proporsi sebab kematian terbanyak dikarenakan penyakit
jantung dan penyakit paru-paru. Penyelenggaraan haji tahun 2004
melaporkan bahwa 45% jemaah haji meninggal dipondokan. Masalah
kesehatan tersebut diatas diperburuk dengan masalah lingkungan di Arab
Saudi yaitu suhu udara yang sangat dingin serta kelembaban udara yang
sangat rendah yang merupakan faktor risiko yang memberatkan kesehatan
Jemaah haji. Penyebab masalah kesehatan di atas antara lain karena
pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan jemaah haji yang masih rendah,
serta kurangnya kemampuan petugas kesehatan dalam pemberdayaan
jemaah haji.4
Data penyelenggaraan kesehatan haji menunjukkan bahwa
karakteristik jemaah haji Indonesia tidak banyak mengalami perubahan
dalam lima belas tahun terakhir, terdapat kecenderungan semakin tinggi
pendidikan dan semakin tua usia saat menunaikan ibadah haji. Proporsi
jemaah haji risiko tinggi berkisar 10-30%, sebagian besar karena usia
lanjut. Hipertensi merupakan risiko tinggi terbanyak (25-37%), sementara
penyakit saluran pernapasan dan saluran pencernaan semakin meningkat.
4Artikel diakses pada hari jumat tanggal 28-Maret-14 daridewapurnama.files.wordpress.com/.../modul-dewa89s-bahan-bacaan-pes...
4
Dalam lima belas tahun terakhir (1995-2008) angka kematian jemaah haji
berkisar antara 2,0-3,9 per 1000 jemaah atau 0,5-0,9 per hari per 10.000
jemaah. Risiko wafat pada usia lanjut sangat tinggi. Jemaah pada
kelompok usia 60 tahun ke atas berkisar antara 20-25% dari keseluruhan
jemaah, tetapi sekitar 70% jemaah wafat terjadi pada kelompok usia ini.
Secara umum, tujuan pemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum
keberangkatan ke Arab Saudi adalah terselenggaranya pemeriksaan,
pengobatan, dan pemeliharaan kesehatan Jemaah haji sebelum
keberangkatan melalui pendekatan etika, moral, keilmuan, dan
profesionalisme dengan menghasilkan kualifikasi data yang tepat dan
lengkap sebagai dasar pembinaan kesehatan jemaah haji di Indonesia dan
pengelolaan kesehatan jemaah haji di Arab Saudi.
Tujuan penyelenggaraan kesehatan haji adalah meningkatkan
kondisi kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan, menjaga agar
jemaah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah sampai tiba
kembali ke Indonesia, serta mencegah terjadinya transmisi penyakit
menular yang mungkin terbawa keluar/masuk oleh jemaah haji.5
Jamaah haji di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat
dikarenakan ekonomi Negara yang terus meningkat. Indonesia menjadi
Negara yang memiliki jumlah porsi besar yang diberikan oleh Kerajaan
Arab Saudi. Penetapan kuota haji berdasarkan jumlah umat Islam dari
suatu Negara. Penetapan kuota haji bersifat Nasional yaitu 1 per 1.000
5Artikel diakses pada hari Minggu tanggal 23-Maret-14 daribapelkescikarang.or.id/.../drfatmodul2-yankesbinluh-progkesji.pdf
5
umat Islam. Atas dasar itu, maka Indonesia menerima jatah kuota
sebanyak 221 ribu jemaah apalagi jumlah umat Islam di Indonesia ada
sekitar 221 juta orang.6
Dengan banyaknya jumlah jamaah haji, jamaah haji wafat dari
tahun ke tahun mengalami kenaikan dan penurunan. Jamaah haji wafat
dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1 Data Haji Wafat
No Tahun Jumlah Jamaah Haji Jumlah Haji wafat
1 2006 189.087 437
2 2007 205.185 646
3 2008 191.822 462
4 2009 207.000 323
5 2010 211.000 451
6 2011 221.000 522
7 2012 211.000 451
Dari data tabel di atas, wafatnya haji disebabkan antara lain sistem
sirkulasi, sistem pernafasan, penyakit darah dan organ pembuluh darah,
trauma, keracunan, sistem syaraf dan neoplasma. Penyakit yang diidap
oleh jamaah Indonesia yang wafat merupakan bawaan dari tanah air.
6Berita diakses pada hari Minggu tanggal 30-Maret-14 darihttp://www.iphi.web.id/2013/03/14/kemenag-rohul-usul-penetapan-rasio-kuota-haji-perdaerah/
6
Namun di Arab Saudi yang menjadi pencetusnya karena kelelahan dan ada
yang mendapatkan penyakit dari Arab Saudi.7
Dalam menyikapi kasus penyakit yang menjangkit jamaah haji,
pemerintah Indonesia sendiri sudah membentuk tim untuk menangani
permasalahan kesehatan pada saat melakukan ibadah haji yaitu TKHI
kelompok terbang (kloter). Tugas TKHI adalah memberikan pembinaan,
pelayanan, dan perlindungan kesehatan terhadap jamaah kelompok terbang
serta tugas-tugas administrasi di Asrama Embarkasi, selama perjalanan,
selama di Arab Saudi sampai di Asrama Debarkasi.8
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh TKHI (Tim Kesehatan
Haji Indonesia) sebagai penunjang dalam kesehatan para jamaah haji di
kloter. Sampai pada saat ini, tenaga kesehatan dituntut agar semua haji di
kloter yang mengalami gangguan pada kesehatan harus ditangani dengan
maksimal dan profesional. Pada kenyataannya, untuk menangani jamaah
yang sakit tenaga medis harus mempersiapkan tempat dan lokasi
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sendiri yang
terdiri dari 1 (satu) orang Dokter dan 2 (dua) paramedis di tiap kloter.
Sarana yang menjadi tempat tinggal dalam tiap kloter tidak dapat cukup
menampung jamaah haji yang sakit maka sebagian dari jamaah haji
bergabung dengan kloter lain untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
7Berita diakses pada hari Minggu tanggal 30 Maret 2014 darihttp://kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=81263
8Artikel diakses pada hari Minggu tanggal 30 Maret 2014 darihttp://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/index.php?option=com_jevents&task=icalrepeat.detail&evid=83&Itemid=298&year=2012&month=05&day=27&uid=c7d25a36b9ff76e308c9d87f5c15264b
7
sehingga dalam kunjungan pelayanan kesehatan dan penyuluhan harus
mencari jamaah yang bergabung dengan kloter lain. Tempat tidur
perawatan sementara di sektor hanya terdapat 1 (satu) tempat tidur
pemeriksaan dan 3 (tiga) tempat tidur untuk rawat inap sedangkan jamaah
haji yang harus dirawat/dilayani melebihi kapasitas dikarenakan
kurangnya sarana untuk menunjang pelayanan kesehatan.
Tiap-tiap kloter dan sektor (membawahi tiap kloter) jaraknya
berjauhan sehingga mengalami kesulitan ketika jamaah haji hendak
dirujuk ke rumah sakit terdekat dari maktab dan mengambil kebutuhan
obat-obatan atau alat-alat medis yang kurang di setiap kloter. Tenaga
kesehatan juga membawa alat-alat dan obat-obatan dari lokasi satu ke
lokasi lain sesuai dengan urutan kegiatan haji sedangkan dalam hal seperti
ini dibutuhkan tenaga khusus untuk membawa peralatan dan alat-alat
kesehatan guna memaksimalkan pelayanan kesehatan terhadap jamaah haji
di kloter.
Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian ini dalam rangka
melihat respon jamaaah haji yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul
“Respon Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji pada Dinas Kesehatan
Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2013“
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk memberikan penjelasan yang sesuai dalam penulisan ini,
maka peneliti melakukan pembatasan masalah dalam cakupan respon
pelayanan kesehatan jamaah haji di dinas kesehatan wilayah
Kabupaten Bekasi tahun 2013. Batasan masalah respon dalam
penelitian ini yang meliputi faktor kualitas pelayanan kesehatan,
tingkat pendidikan jamaah haji dan usia jamaah haji. Sedangkan
batasan jamaah haji hanya jamaah haji yang melakukan ibadah haji
pada tahun 2013 di Kabupaten Bekasi.
2. Rumusan Masalah
Dari banyaknya masalah yang terdapat pada pembatasan masalah
yang dipaparkan di atas maka peneliti mempersempit masalahnya
menjadi rumusan masalah. Adapun rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
a. Bagaimana respon jamaah haji terhadap aspek kognitif, afektif,
dan konatif kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi
tahun 2013?
b. Apakah perbedaan usia jamaah haji berpengaruh terhadap
respon kualitas pelayanan kesehatan haji?
c. Apakah tingkat pendidikan jamaah haji berpengaruh terhadap
respon kualitas pelayanan kesehatan haji?
9
d. Apakah jenis kelamin jamaah haji berpengaruh terhadap respon
kualitas pelayanan kesehatan haji?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari pemaparan rumusan masalah yang dijelaskan di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
(1) Untuk mengetahui respon jamaah haji terhadap aspek kognitif,
afektif, dan konatif kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten
Bekasi tahun 2013.
(2) Mengetahui perbedaan usia jamaah haji berpengaruh terhadap
respon kualitas pelayanan kesehatan haji.
(3) Mengetahui perbedaan tingkat pendidikan jamaah haji
berpengaruh terhadap respon kualitas pelayanan kesehatan
haji.
(4) Mengetahui perbedaan jenis kelamin jamaah haji berpengaruh
terhadap respon kualitas pelayanan kesehatan haji.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terbagi dua yaitu sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
penelitian selanjutnya agar lebi akurat, menambah referensi
pustaka dalam rangka mengembangkan keilmuan manajemen haji
10
dan umroh dan sebagai tolak ukur pemerintah khususnya dinas
kesehatan dalam pelayanan kesehatan haji di Indonesia.
b. Manfaat Praktis
Secara praktisi, manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
(1) Penulis,
Penulis dapat menambah wawasan pengetahuan dari
pengamatan lapangan.
(2) TKHI (Tenaga Kerja Haji Indonesia)
Penelitian ini dapat menjadi bahan acuan agar TKHI lebih
cekatan dalam menangani pelayanan kesehatan haji dengan
lebih maksimal.
(3) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Penelitian ini untuk menjadi patokan agar jamaah haji
sebelum pemberangkatan, jamaah yang sedang melakukan
ibadah haji dan sesudah kepulangan di tanah air diperiksa
secara optimal.
(4) Konsentrasi Manajemen Haji dan Umroh
Memberi referensi kepustakaan jurusan Manajemen Haji dan
Umroh yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan jamaah
haji.
D. Tinjauan Pustaka
Sebagai patokan dari sumber terdahulu agar terciptanya
keakuratan data yang akan dihasilkan dan supaya terhindar dari
11
penjiplakan atau plagiat dalam penelitian ini. Berikut adalah sumber
terdahulu yang peneliti tulis guna membedakan hasil karya peneliti
sebelumnya dengan peneliti, antara lain :
1. Rohayati Khosidah. “Manajemen Pelayanan Pemondokan Asrama Haji
Jakarta Pondok Gede Pada Musim Haji tahun 2011”. Kesimpulan dari
skripsi ini ialah memberikan pelayanan kepada calon/jamaah haji,
dikarenakan dalam memberikan pelayanan kepada calon/jamaah haji
pihak BPAH bekerja sama dengan instansi terkait seperti panitia
penyelenggara ibadah haji (PPIH) bekerja sama dengan pihak
kepolisian untuk pelayanan keamanan, pelayanan keimigrasian bekerja
sama dengan pihak imigrasi dan pelayanan makan/konsumsi bekerja
sama dengan perusahaan katering. Metodologi penelitiannya
menggunakan kualiatatif. Subjeknya adalah Badan Pengelola Asrama
Haji Jakarta Pondok Gede dan objeknya Manajemen Pelayanan pada
Pemondokan Asrama Haji Jakarta Pondok Gede. Sedangkan pada
skripsi yang peneliti tulis menganai respon pelayanan kesehatan
jamaah haji di daerah Kabupaten Bekasi.
2. Isnaini S. “Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Pada Musim Haji Tahun 2010”.
Kesimpulan dari skripsi ini yaitu penerapan manajemen di dinas
kesehatan dalam pelayanan kesehatan jamaah haji berdasarkan fungsi
manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan untuk mencapai tujuan dari
12
penyelenggaraan kesehatan jamaah haji yang bersifat kontinum dan
komprehensif dengan proses pemeriksaan kesehatan, pengobatan,
pemeliharaan sesuai standar agar jamaah menjalankan haji dengan
baik. Pemeriksaan fisik yaitu General check up (dari kepala hingga
perut), pemerikasaan penunjang yaitu test darah, urin, test kehamilan
dan EKG, vaksinasi Imunisasi meningitis dan influenza. Metodologi
deskriptif kualitatif, subjeknya kepala seksi bagian pelayanan
kesehatan dan para jajaran bagian haji/staf haji serta jamaah haji yang
telah dibantu oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang dan objeknya
adalah manajemen yang digunakan dalam pelayanan kesehatan pada
jamaah haji. Sedangkan penulis hanya melihat respon jamaah haji
terhadap pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi.
3. Samsul Arif. “ Respon Warga Binaan Terhadap Dakwah Yayasan
Media Amal Islami Dalam Membina Keluarga Pemulung Di Lebak
Bulus Jakarta Selatan”. Kesimpulan skripsi ini yaitu dakwah yang
dilakukan Yayasan Media Amal Islami mengandung efek dakwah
yang baik dalam memberikan informasi atau wawasan Agama Islam
sehingga warga binaan mampu memahami dan mengetahui tentang
ajaran islam. Sedangkan penulis mengkaji tentang respon pelayanan
kesehatan jamaah haji di dinas kesehatan tahun 2013.
Dari penelitian terdahulu yang dipaparkan di atas, penulis dengan
ini menegaskan bahwa dalam pembuatan penelitian yang dibuat sangat
berbeda dari skripsi sebelumnya. Dalam hal ini, Skripsi yang penulis buat
13
berjudul Respon Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji di Dinas Kesehatan
Wilayah Kabupaten Bekasi tahun 2013 berbeda dengan judul penelitian
sebelumnya, dari segi metodologi menggunakan penelitian pendekatan
kuantitatif dengan jenis penelitian pendekatan deskriptif dari segi
metodologi berbeda dengan penelitian sebelumnya. Objek dari penelitian
yang diangkat adalah respon pelayanan kesehatan jamaah haji tahun 2013
dan subjeknya adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. Maka penulis
tegaskan kembali bahwa penelitian yang ambil belum ada dari penelitian
sebelumnya.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memperjelas pembahasan penelitian dalam skripsi ini, maka
penulis memberikan gambaran bab per bab guna untuk mempermudah
membacanya. Berikut ini adalah sistematika penulisan dalam skripsi ini,
antara lain :
BAB I merupakan Bab Pendahuluan yang menjabarkan tentang
latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II adalah Bab Landasan Teori. Bab ini menjadi suatu
landasan dalam menganalisis dari data yang telah diperoleh. Landasan
teori yang digunakan adalah teori-teori mengenai Teori Stimulus Respon
dan Teori Pelayanan Kesehatan Haji
BAB III adalah Metodelogi Penelitian. Pada bab ini peneliti
membahas tentang pendekatan dan jenis, tempat dan waktu penelitian serta
14
subjek dan objek penelitian. Menjelaskan populasi dan sampel, variable,
definisi operasional variable penelitian. Menguraikan teknik pengumpulan
data, uji validitas dan realibilitas dan teknik pengolahan data.
BAB IV adalah Profil Lembaga. Bab ini menjabarkan tentang
eksistensi pelayanan kesehatan haji Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi.
Dalam pembahasan bab ini terdiri dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Bekasi, Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Sumber Daya
Kesehatan, Situasi Upaya Kesehatan dan Kaitan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bekasi dengan Pelayanan Kesehatan Jamaah haji.
BAB V adalah Hasil dan Analisa. Bab ini membahas Bentuk
Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji, Karakteristik Responden, Respon
Jamaah Haji Terhadap Pelayanan Kesehatan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Bekasi, Respon Jamaah Haji Secara Keseluruhan, Perbedaan
Usia Jamaah Haji dengan Kualitas Pelayanan Kesehatan Haji, Perbedaan
Tingkat Pendidikan Jamaah Haji dengan Kualitas Pelayanan Kesehatan
Haji, dan Perbedaan Jenis Kelamin Jamaah Haji dengan Kualitas
Pelayanan Kesehatan Haji.
BAB VI adalah Kesimpulan dan Saran. Pada bab terakhir ini penulis
memberikan kesimpulan terhadap bab 5 yang sebelumnya telah dibahas dan
memberikan saran yang berguna untuk pelayanan kesahatan haji agar dapat
diperbaiki di masa yang akan datang.
15
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Respon
1. Pengertian Respon
Respon dalam Bahasa Prancis berarti réponse yang artinya
membalas, sedangkan menurut Bahasa Belanda respon yaitu responsie
yang artinya jawab; pembelaan; mempertahankan.1 Respon atau
respons dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya tanggapan;
reaksi; jawaban.2 Dalam kamus Psikologi, response (respon) adalah
Sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh satu
perangsang ataupun salah satu jawaban, khususnya satu jawaban bagi
pertanyaan tes atau satu kuesioner atau dapat diartikan sebagai suatu
tingkah laku baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang
tersembunyi atau tersamar.3
Menurut Diah Wulandari, komunikasi dinyatakan berhasil apabila
komunikan mampu memberikan umpan balik yang berbentuk
tanggapan atau respon.4 Mengutip dari Skiner (1938) seorang ahli
psikologi dalam Soekidjo Notoatmodjo, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar).5
Secara garis besar respon dapat disimpulkan yang berarti suatu
rangsangan yang diberikan kepada penerima pesan yang berupa
1 Datje Rahajoekoesoemah, Kamus Belanda-Indonesia, edisi kedua, (Jakarta: PT. RINEKACIPTA, 1991), h.290.
2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1, h. 746.
3 J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), cet.Ke-14, h. 432.
4 Diah Wulandari, Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan, (Jogjakarta: NuhaMedika Press, 2009), Cet. Ke-1, h. 6.
5 Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), cet. Ke-2,h. 43.
16
tanggapan, reaksi atau tingkah laku dari pembawa berita. Sehingga
pembawa berita dapat menyampaikan informasinya dengan baik guna
mencapai tujuan dan harapan yang diinginkan.
2. Teori Respon
Respon sangat erat hubungannya dengan proses komunikasi,
dalam komunikasi terdapat komponen-komponen yang meliputi :
a. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan;
b. Pesan : pernyataan yang di dukung oleh lambang;
c. Komunikan : orang yang menerima pesan;
d. Media : sarana atau saluran yang mendukung pesan bila
komunikasi jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;
e. Efek : dampak sebagai pengaruh pesan.6
Efek ini yang terpenting, dalam suatu komunikasi agar
pesan yang disampaikan komunikator dapat menimbulkan
efek atau dampak tertentu pada komunikan. Dampak ini
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Dampak kognitif, yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat
intelektualnya.
2) Dampak afektif, afektif lebih tinggi kadarnya
daripada dampak kognitif bukan hanya sekedar tahu
tetapi menimbulkan perasaan tertentu.
3) Dampak behavior, dampak yang timbul pada
komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau
kegiatan.
Mengenai ruang lingkup teori respon, mengutip teori Skiner
dalam Soekidjo Notoatmodjo menyatakan bahwa perilaku manusia
terjadi melalui proses: Stimulus-Organisme-Respons sehingga teori ini
6 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2002), cet. Ke-5, h. 6.
17
disebut dengan Teori “S-O-R”.7 Teori ini memberikan asumsi bahwa
penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas
rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya,
kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas,
kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan
perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.8
Selanjutnya teori ini menekankan pada perilaku dapat berubah
hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar
melebihi dari stimulus semula. Stimulus dapat melebihi stimulus
semula ini berarti stimulus yang diberikan dapat meyakinkan
organisme.9 Organisme adalah 1. Sebarang makhluk hidup yang
melakukan fungsi hidup, antara lain ialah melaksanakan metabolism,
pernafasan, pencernaan, pengeluaran kotoran badan, dan reproduksi.
Pembagian umum yang paling besar dari organisme ini ialah dalam
kelompok tanaman dan binatang. Apabila istilah tersebut dipakai
tanpa spesifikasi dalam penulisan psikologis, hal tersebut menunjuk
pada binatang. 2. Secara metaforis, berarti kelompok sosial.10
Model teori S-O-R dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 1. Teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respons)
Sumber : Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi
7 Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 43.8 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu&Seni, edisi revisi 2011 (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2011), cet. Ke-2, h. 154.9 Ibid, h. 155.10 J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, h. 344
STIMULUS ORGANISMERESPONS TERTUTUP
Pengtahuan Sikap
RESPONS TERBUKAPraktik Tindakan
18
Gambar 1 diatas menjelaskan bahwa perilaku manusia dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup (Covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus
tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar)
secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk
perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap
stimulus yang bersangkutan.
b. Perilaku terbuka (Overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus
tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati
orang lain dari luar.
Dalam teori Skiner dalam Soedikjo Notoatmodjo, respon terbagi
dua jenis respons, yaitu :
a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang
ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu
yang disebut eleciting stimuli, karena menimbulkan respons-
responyang relative tetap dan respondent respons juga
mencakup perilaku emosional.
b. Operant respons atau instrumental respon, yakni respons
yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli
atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini
disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena berfungsi
untuk memperkuat respons.11
Dengan demikian, proses untuk menerima suatu pesan yang
diberitakan oleh pembawa berita kepada penerima pesan tergantung
terhadap stimulus dan rangsangan dari penerima pesan agar pesan
yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
11 Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 43-45.
19
B. Pelayanan Kesehatan
1. Pengertian Pelayanan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pelayanan adalah 1.
Perihal atau cara melayani; 2. Servis, jasa; 3. Kemudahan yang
diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.12 Pelayanan
adalah sebuah cara untuk melayani dalam bidang jual beli sebuah
barang ataupun yang dilakukan hanya menggunakan jasa.
Untuk meningkatkan mutu dalam pelayanan, Parasuraman,
Zeithaml, dan Berry mengutip pendapatnya Philip kottler dalam Dzul
Kifli menyatakan bahwa faktor penentu peningkatan mutu pelayanan,
sebagai berikut :
1. Akses
Pelayanan harus mudah dijangkau dalam lokasi yang mudah
dicapai pada saat yang tidak merepotkan dan cepat.
2. Komunikasi
Pelayanan harus diuraikan dengan jelas dalam bahasa yang
mudah dimengerti oleh klien.
3. Kompetensi
Pegawai atau karyawan harus memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang dibutuhkan.
4. Kesopanan
Pegawai atau karyawan harus bersikap ramah, penuh hormat
dan penuh perhatian.
5. Kredibilitas
Instansi atau pegawai harus bisa dipercaya dan memahami
keinginan utama yang diharapkan klien.
6. Reabilitas
Pelayanan harus dilaksanakan secara konsisten dan cermat.
7. Cepat tanggap
12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 504.
20
Pegawai harus memberikan tanggapan dengan cepat dan
kreatif atas permintaan dan masalah klien.
8. Kepastian
Pelayanan harus bebas dari bahaya, resiko, atau hal-hal yang
meragukan.
9. Hal-hal yang berwujud
Hal-hal yang berwujud pada sebuah pelayanan harus dengan
cermat memproyeksikan mutu pelayanan yang akan diberikan.
10. Memahami atau mengenali masyarakat
Pegawai harus memahami kebutuhan masyarakat atau klien
dengan memberikan perhatian secara individu.13
2. Pengertian Kesehatan
Kesehatan asal kata dari sehat yang artinya keadaan (hal) sehat;
kebaikan keadaan (badan dsb).14 Mengutip dari Juli Soemirat Slamet
istilah kesehatan itu sendiri di dalam Undang-Undang no.9 Tahun
1960, tentang pokok-pokok, Bab I Pasal 2 didefinisikan sebagai
berikut :
“yang dimaksud dengan kesehatan dalam Undang-Undang ini
ialah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), dan
sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan
kelemahan”
Istilah ini telah sedikit berubah dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab 1 pasal 1
sebagai berikut :
“kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
ekonomi”
13 Dzul Kifli, “Manajemen Pelayanan Haji dan Umrah PT. Patuna Tour dan Travel,”(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h.15-16.
14 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 794
21
Definisi kesehatan dalam Undang-Undang no. 9 tahun 1960
tersebut sangat mirip dengan definisi yang dianut oleh organisasi
kesehatan sedunia sebagai berikut :
“health is defined as a state of complete physical, mental, and
social wellbeing and not morely the absence of disease or infirmity”15
artinya adalah kesehatan didefinisikan sebagai keadaan kesejahteraan
fisik, mental, dan sosial secara lebih lengkap dan tidak adanya
penyakit atau kelemahan.
Menurut Dr. Ahmad Watik Pratiknya dan Abdul Salam M. Sofro
problem kesehatan adalah problem kesehatan yang menyangkut
keadaan jasmani, jiwa dan sosial.16 Menurut pandangan Islam,
kesehatan yaitu bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah adalah
orang yang paling bertaqwa.17 Kesehatan dan kemampuan fisik prima
(kebugaran), merupakan prasyarat mutlak untuk mampu
melaksanakan kegiatan ibadah haji dengan baik dan sempurna.
Pengertian sehat adalah sehat jasmani, mental dan sosial, jadi bukan
hanya bebas dari penyakit dan cacat semata.18
Jadi kesehatan dapat disimpulkan yang artinya terbebas dari
penyakit dan cacat yang membuat jasmani, rohani dan sosial bugar
karena mendapatkan nikmat mulia dari Allah swt.
3. Pengertian Pelayanan Kesehatan
Dalam ekonomi kesehatan mengutip dari Mill yang
diterjemahkan kedalam pengertian kesehatan dan pelayanan
kesehatan, bahwa kesehatan hanya memiliki value in use dan
bukannya value in excharge. Kesehatan sendiri tidak dapat diperjual
belikan (not tradeable). Dengan demikian berarti kesehatan bukanlah
15 Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress, 1994), cet. Ke-1, h. 4.
16Ahmad Watik Pratiknya dan Abdul Salam M. Sofro, Etika, Islam, dan Kesehatan :Sumbangan Islam Dalam Menghadapi Problema Kesehatan Indonesia, (Jakarta: CV. Rajawali,1986), cet. Ke-1, h.158
17 Ibid, h.162.18 Anasrul, Sehat&Mandiri dalam Berhaji&Umrah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2012), cet. Ke-1,
h. 42.
22
suatu komoditi sedangkan pelayanan kesehatan adalah suatu
komoditi.19 Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmodjo, pelayanan
kesehatan adalah tempat atau sarana yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.20 Sedangkan dalam Buku Acuan
Nasional, pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang
diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok dan/ataupun masyarakat.21
Untuk mengadakan pelayanan ada yang dinamakan pemeriksaan
kesehatan, pemeriksaan kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang
dimaksudkan untuk menentukan keadaan kesehtan seseorang.22
4. Jenis Pelayanan Kesehatan
Setelah menjabarkan pengertian dari pelayanan kesehatan,
menurut Soekidjo Notoatmodjo pelayanan kesehatan dibagi atas 2
jenis, yaitu :
a. Pelayanan preventif dan promotif, adalah pelayanan bagi
kelompok masyarakat yang sehat, agar kelompok ini tetap
sehat dan bahkan meningkatkan status kesehatannya. Pada
dasarnya pelayanan ini dilaksanakan oleh kelompok profesi
kesehatan masyarakat.
b. Pelayanan kuratif dan rehabilitatif, adalah pelayanan
kelompok masyarakat yang sakit, agar kelompok ini sembuh
dari sakitnya dan menjadi pulih kesehatannya. Pada
prinsipnya pelayanan jenis ini dilakukan oleh kelompok
profesi kedokteran.23
19 Prijono Tjiptoherijanto dan Budi Soesetyo, Ekonomi Kesehatan, (Jakarta: PT. RinekaCipta, 1994), cet. Ke-1, h. 7.
20 Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 5.21 Yayasan Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional; Pelayanan
Kesehatan maternal dan Neonatal, edisi pertama (Jakarta: JNPKKR-POGI, 2002), cet. Ke-3, h. 17.22 Anasrul, Sehat&Mandiri dalam Berhaji&Umrah, h. 26.23 Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 36.
23
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan perlu terus
ditingkatkan mutu pelayanan rumah-rumah sakit, lemabaga-lembaga
pemulihan kesehatan, pusat-pusat kesehatan masyarakat serta
lembaga-lembaga kesehatan lainnya, perlu juga pemerataan tenaga
medis, paramedis dan tenaga kesehatan lainnya serta penyedian obat
yang semakin merata dan terjangkau oleh rakyat.24 Mengutip dari
Robert dan Prevost dalam YBP.SP menyatakan bahwa mutu
pelayanan memiliki perbedaan dimensi, yaitu :
1. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, mutu pelayanan
kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas
memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas
dengan pasien, keprihatinan serta keramahtamahan petugas
dalam melayani pasien, dan atau kesembuhan penyakit yang
sedang diderita oleh pasien.
2. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan, mutu pelayanan
kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu
dan teknologi mutakhir dan atau otonomi profesi dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien.
3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan, mutu pelayanan
kesehatan lebih terkait pada dimensi efisiensi pemakaian
sumber dana, kewajaran pembiayaan, dan atau kemampuan
menekan beban biaya penyandang dana.25
Adapun unsur-unsur pelayanan kesehatan yang saling berkaitan
dan mempengaruhi yaitu sebagai berikut :26
1. Unsur masukan
24 Prijono Tjiptoherijanto dan Budi Soesetyo, Ekonomi Kesehatan, h. 286.25 Yayasan Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional, h. 2126 Ibid, h. 20.
24
Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu
pelayanan kesehatan. Dan unsur masukan yang terpenting
adalah tenaga, dana dan sarana.
2. Unsur lingkungan
Keadaan sekitar yang mempengaruhi penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Unsur lingkungan yang terpenting
adalah kebijakan, organisasi dan manajemen untuk suatu
institusi kesehatan.
3. Unsur proses
Semua tindakan yang dilakukan pada waktu
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Tindakan dalam hal
ini dibedakan menjadi dua macam yaitu tindakan medis dan
tindakan non-medis.
4. Unsur keluaran
Menunjukan pada penampilan (performance) pelayanan
kesehatan. Penampilan dibedakan menjadi dua macam yaitu
penampilan aspek medis pelayanan kesehatan dan penampilan
aspek non-medis pelayanan kesehatan.
Keempat unsur pelayanan kesehatan ini dapat dilihat dengan
menggunakan gambar, sebagai berikut :27
Gambar 2. Saling Berkaitan Unsur Pelayanan Kesehatan
Sumber :Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternaldan Neonatal
LINGKUNGAN
MUTU PELAYANAN
(KELUARAN)
MASUKAN PROSES
27 Yayasan Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional, h. 20-21
25
Dengan demikian, pelayanan kesehatan mempunyai arti
memberikan kegiatan yang pantas diberikan kepada seseorang guna
membantu agar dapat pulih dari masalah ataupun gangguan kesehatan.
Setelah pulih dari masalah itu, sebaiknya dijaga dan dirawat agar sehat
seterusnya.
C. Jamaah Haji
1. Pengertian Jamaah Haji
Jamaah adalah sekumpulan atau sekelompok orang yang secara
bersama-sama dalam satu ikatan yang bertujuan mengerjakan amal
kebajikan.28
Haji adalah salah satu rukun islam yang kelima ditujukan kepada
muslim yang mampu (fisik dan materi), bila seorang muslim mampu
untuk mengerjakan haji tetapi dia melaksanakan haji selama hidupnya
maka islamnya tidak sempurna. Menurut Thalal bin Ahmad Al-‘Aqil
dalam bukunya menyatakan haji adalah salah satu rukun dari rukun
islam, tidak sempurna islamnya seseorang yang mampu menunaikan
haji sampai ia berhaji.29 Haji dalam pengertian bahasa, mempunyai arti
adalah menyengaja atau menuju dan mengunjungi.30
Menurut Sahlan Asnawi, haji merupakan puncak ibadah bagi
ummat Islam, oleh karena itu haji merupakan lambing setinggi-
tingginya bagi seorang hamba kepada Rabbnya.31 Menurut Gus Arifin,
menyatakan bahwa menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual
tahunan yang dilaksanakan bagi umat Islam sedunia yang mampu
(secara materiil, fisik) serta aman dalam perjalanan menuju haramain
(dua tempat haram) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa
28 Arsikum Al-Mashudi dan Arief Nuryadin, Sepuluh Peristiwa Besar Menjelang HariKiamat Kubra, (Jakarta: Al-Ihsan Media Utama, 2006). Cet, ke-1, h. 25.
29 Thalal Bin Ahmad Al-‘Aqil, Petunjuk Bagi Jama’ah Haji dan Umroh, (Jeddah: T.pn., t.t.).h. 7.
30 Gus Arifin, Peta Perjalanan Haji dan Umrah; Panduan Lengkap dan PraktisMenjalankan Ibadah Haji dan Umrah Sejak dari Rumah Hingga kembali lagi, edisi revisi (Jakarta:PT. Elex Media Komputindo, 2013), cet. Ke-6, h. 17
31 Sahlan Asnawi, Cara Meraih Kesempurnaan Haji Mabrur, (Jakarta: Studia Press, 2001),cet. Ke-1, h. 17.
26
kegiatan di beberapa tempat pada suatu waktu yang dikenal sebagai
musim haji.32
Dari semua pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa haji adalah
proses ibadah yang dikerjakan oleh umat muslim yang mampu secara
materi maupun fisik agar dapat melaksanakan rukun islam kelima,
dikerjakan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan oleh Al-
Qur’an dan Hadist.
Adapun sejarah dimulainya haji itu saat terunnya Nabi Adam ke
bumi, dan alloh mendirikan bangunan pertama kali yaitu baitullah.
Sesuai dengan surat Ali Imron ayat 96 yang berbunyi :
Artinya :“Sesungguhnya permulaan rumah yang dibangun untuk
tempat beribadah, itulah rumah yang di Ka’bah yang diberkati dan
yang menjadi petunjuk bagi segenap manusia” (QS: Ali Imron;96)
Ka’bah merupakan rumah yang mula-mula ada dibangun
dipermukaan bumi sekaligus merupakan tempat menyembah Allah
subhanahu wata’ala, namun mengingat karena tuanya maka menjadi
rapuh dan setelah terkena banjir (zaman Nabi Nuh) maka Ka’bah
menjadi rusak. Pada masa Nabi Ibrahim, Allah memerintahakn kepada
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk membangun kemabali Ka’bah
yang rusak. Ketika Ka’bah selesai di bangun, Allah kembali
memerintahkan kepada seluruh umat manusia agar dipakai dan
dikunjungi untuk tempat ibadah. Sesuai dengan FirmanNya dalam
Kitab Al-Qur’an yang berbunyi :
32 Gus Arifin, Peta Perjalanan Haji dan Umrah, h. 17
27
Artinya : “Dan Kami telah perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail;
Sucikanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang bertawaf,, yang
beri’tikaf, orang-orang yang ruku’ dan sujud” (QS: Al-Baqarah; 125)
Mengutip pendapat Jumhur Ulama dalam Sahlan Asnawi, ibadah
haji difardhukan pada tahun ke 6 Hijriyah. Namun, ketika pada saat itu
di Mekah dan sekitar Ka’bah orang-orang Jahiliyah masih berthawaf
dengan telanjang maka Nabi memerintahkan Abu Bakar untuk
membenahi dan menyempurnakan syariat haji sesuai perintah Allah.
Maka kaum muslimin mengerjakan haji pada tahun ke 9 Hijriyah
disusul dengan Ali sahabat Rasullah.33
2. Syarat-Syarat Haji
Ada beberapa syarat-syarat haji, antara lain :34
a. Islam
b. Baligh (dewasa)
c. Berakal sehat
d. Merdeka (bukan budak)
e. Istitha’ah (mampu) :
1) Jasmani & rohani
2) Ekonomi
3) Keamanan
Penulis hanya membahas syarat haji tentang istitha’ah jasmani&
rohani, ekonomi dan keamanan. Para ulama menjelaskan makna
istithâ’ah mencakup dalam beberapa hal, antara lain :35
33 Sahlan Asnawi, Cara Meraih Kesempurnaan Haji Mabrur, h. 41-44.34 Chabiburrachim, Agenda Perjalanan Haji dan Umrah, (Jakarta: Kuwais, t.t.), h. 27.
28
a. Istithâ’ah harta
yaitu adanya perbekalan untuk membayar Ongkos Naik
Haji (ONH) pergi dan pulang serta biaya hidup, tempat tinggal,
makanan dan minuman yang cukup. Orang yang berangkat haji
dengan cara meminta-minta dan mengajukan proposal untuk
mendapatkan ongkos haji atau meminta jatah dari pemerintah atau
dari instansi tertentu. Sebenarnya belum ada kewajiban haji bagi
mereka. Namun demikian, bila haji dilaksanakan dengan biaya
pemberian orang lain, hajinya tetap sah dan sudah dianggap
melaksanakan rukun Islam yang kelima.
Berangkat haji dengan pemberian atau hadiah orang lain
boleh diterima, namun tidak wajib menerimanya apalagi bila
diketahui bahwa biaya yang diberikan bersumber dari yang haram,
misalnya seorang koruptor menghajikan karyawannya atau hasil
dari perjudian dan minuman keras atau hasil pajak judi dan
perzinahan dan lain-lain, maka sebaiknya dia tidak menerima
pemberian tersebut dan tidak boleh berangkat dengan uang yang
haram.
Oleh sebab itu seorang koruptor tidak wajib melaksanakan
haji sebelum dia mengembalikan harta hasil korupsinya kepada
pemiliknya, karena haqqul ibadah (hak manusia) berdasarkan
pada perjanjian (kompromi) sedangkan haji adalah hak Allah Swt
berdasarkan pada toleransi. Oleh sebab itu hendaklah
mendahulukan hak manusia dari hak Allah karena Alah Maha
Mulia lagi Maha Pemaaf.
Diriwayatkan dalam beberapa hadis bahwa ketika orang
yang berangkat haji dengan harta yang halal berkata Labbaik
Allahumma labbaik (Ya Allah kami datang menjawab panggilan-
35http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7414:polri-dan-kpk-join-jerat-anggodo&catid=38:nasional
29
Mu, maka Allah menjawab : Allah menerima permohonan-Mu
dan Allah memuliakan-Mu. Sedangkan ketika orang yang berhaji
dengan harta yang haram ketika berteriak dengan ucapan Labbaik
Allahumma labbaik, Allah berkata kepadanya : Allah tidak
menjawab permohonanmu dan tidak pula memuliakanmu dan
hajimu dikembalikan kepadamu, kembalilah dengan membawa
dosa dan tanpa pahala.
b. Istithâ’ah dalam kesehatan.
Kemampuan fisik salah satu syarat wajib mengerjakan haji
karena pekerjaan ibadah haji berkaitan dengan kemampuan
badaniah, hampir semua rukun dan wajib haji berkaitan erat
dengan kemampuan fisik, terkecuali niat (adalah rukun qalbi).
Dalam hal ini seorang yang buta atau seorang yang bodoh (safih)
atau idiot jika mempunyai kemampuan harta, maka syarat wajib
haji baginya ada pemandu atau penuntun yang membimbing
pelaksanaan hajinya.
Dan bagi seorang Lansia (lanjut usia) yang tidak
mempunyai kemampuan untuk duduk lama di dalam kendaraan
atau di perjalanan, boleh mewakilkan hajinya kepada orang lain.
Diriwayatkan dalam hadis shahih dari Jamaah dari Ibnu Abbas ra.
bahwa ada seorang perempuan dari Khatsam berkata : Wahai
Rasulullah, sesungguhnya ayahku punya kemampuan harta untuk
mengerjakan haji, namun dia sudah tua renta, tidak mampu duduk
lama di dalam kendaraan (di atas unta), maka Rasulullah Saw
bersabda : Hajikanlah dia, dan peristiwa itu ditanyakan kepada
Rasulullah pada Haji Wada’.
Berdasarkan hadis ini, kemampuan fisik sangat menentukan
dan tidak melihat kepada umur. Oleh sebab itu rencana Kerajaan
Arab Saudi untuk memberlakukan batas umur 65 tahun tidak
boleh haji, belum layak untuk diberlakukan, karena ada sebagian
30
orang meskipun umur sudah lebih 65 tahun, akan tetapi masih
mempunyai kemampuan fisik untuk berhaji.
c. Kemampuan (istithâ’ah) untuk mendapatkan kendaraan atau alat
transportasi sama ada dengan menyewa atau membeli tiketnya
merupakan syarat wajib haji.
Jika seseorang sudah mendapatkan visa haji akan tetapi
tidak ada tiket pesawat reguler atau carter yang membawanya ke
haji, maka kewajibannya telah gugur, dan demikian pula bagi
seorang wanita yang berangkat tanpa muhrim/mahram, maka
belum wajib melaksanakan ibadah haji. Rasul Saw bersabda :
Wanita tidak boleh bepergian lebih dari dua hari kecuali ditemani
suami atau mahramnya. (HR. Bukhari dan Muslim). Persoalan
mahram ini, Kerajaan Arab Saudi telah memberi kemudahan bagi
wanita usia lanjut dan berombongan, tidak disyaratkan mahram
untuk mendapatkan visa haji dan umrah.
Akhirnya, istithâ’ah dalam semua ibadah menjadi syarat
terlaksananya semua perintah Allah Swt, semakin tinggi
kemampuan, semakin tinggi pula tuntutan syara’ kepadanya.
Sebaliknya, berkurang kemampuan, berkurang pula tuntutan Allah
kepadanya. Dan Allah Swt tidak membebankan seseorang
melainkan sesuai kemampuan. Hikmah dari semua itu agar ibadah
terlaksana dengan ikhlas.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena pada
pendekatan kuantitatif dapat diukur dan hitung sehingga penelitian ini
menjadi lebih teliti untuk mendapatkan hasil yang akurat.
penelitian/metode kuantitatif adalah suatu penelitian/metode yang didasari
oleh falsafah positivism yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari
empiris, teramati, terukur, menggunakan logika matematika dan membuat
generalisasi atas rerata.1
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif.
Penelitian/metode deskriptif adalah suatu metode dalam pencarian fakta
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan
interprestasi yang tepat.2
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini bertempat di Dinas Kesehatan
Kabupaten Bekasi yang beralamat di Jl. Jend. A Yani No. 1 Bekasi. Dan
yang menjadi alasan lokasi penelitian adalah sebagai berikut.
1. Lokasi penelitian cukup terjangkau dari tempat tinggal peneliti
sehingga penelitian mudah untuk dikerjakan.
2. Orang tua (Bapak maupun Ibu) peneliti menyarankan untuk
dilakukannya penelitian ini, karena Orang tua pernah menjadi
Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) pada tahun 2007 dan
2011.
1 Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: CV. MandarMaju, 2011), cet. Ke-2, h. 35.
2 Ibid, h. 33.
32
3. Terdapat keterbatasan waktu dan tenaga sehingga peneliti
memilih penelitian ini.
Adapun waktu penelitian skripsi ini diawali pada bulan Februari
sampai dengan bulan Mei 2014.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Dinas Kesehatan Kabupaten
Bekasi, sedangkan pada objek penelitiannya adalah respon pelayanan
kesehatan jamaah haji tahun 2013.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah sebuah kumpulan dari semua kemungkinan orang-
orang, benda-benda, dan ukuran lain dari objek yang menjadi perhatian.3
Dalam penelitian ini, populasi adalah Jamaah Haji di Kabupaten Bekasi
tahun 2013 yaitu sebanyak 2122 orang. Sedangkan sempel adalah
kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi
sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki ileh sampel.4
Sampel dalam penelitian ini yaitu Jamaah haji yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Jamaah haji yang melakukan ibadah haji pada tahun 2013.
2. Jamaah haji yang berasal dari Kabupaten Bekasi.
Sesuai dengan karakteristik yang dipaparkan di atas, karena jumlah
populasi jamaah haji yang cukup banyak maka penelitian ini menggunakan
teknik simple random sampling ialah sampling dimana pemilihan elemen
populasi dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap elemen tersebut
mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih.5 Untuk menentukan
sampel menggunakan rumus slovin diantaranya sebagai berikut:6
3 Suharyadi dan Purwanto S. K., Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, edisi2, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), cet. ke-2, h. 12.
4 Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, h. 124.5 J. Supranto, Statistik: Teori dan Aplikasi, edisi 7, (T.tp.: Erlangga, 2008), h. 24.6 Husein Umar, Metode Riset Bisnis: Panduan Mahasiswa untuk Melaksanakan Riset
Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang Manajemen dan Akutansi, (Jakarta: PT.Gramedia Pusaka Utama, 2003) cet. Ke-2, h. 141-142.
33
n = N
1 + Ne2
keterangannya :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat ditolerir
Maka dalam menentukan sampel dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
Diketahui: N = 2122
e = 15% = 0,15
Ditanyakan: nilai n
Jawab: n = 2122 = 2122
1 + 2122 (0,15)2 1 + 2122 (0,0225)
n = 2122
48.745
= 43.53267 maka mendekati angka 44
Jadi, sampel pada penelitian ini sebanyak 44 responden tetapi
penulis menggenapkan menjadi 45 responden agar lebih mudah
menghitungnya.
E. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah respon
pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan wilayah Kabupaten Bekasi tahun
2013.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Penelitian ini membagi dua variable penelitian agar lebih spesifik
dan tidak samar untuk dibaca yaitu, sebagai berikut:
a. Variabel independen
1. Materi pelayanan kesehatan yang digunakan oleh tenaga
kesehatan.
34
1) Definisi operasi : Wawasan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan kepada jamaah haji, mengenai
pelayanan kesehatan.
2) Indikator :
a) Materi yang diberikan tentang sikap hidup bersih
kepada jamaah.
b) Materi seputar kebersihan lingkungan.
c) Materi tentang makanan yang sehat.
d) Materi membahas tentang berolahraga
e) Materi yang diberikan seputar kebiasaan merokok
2. Metode pelayanan kesehatan yang digunakan oleh tenaga
kesehatan
1) Definisi operasional: teknik atau usaha yang
digunakan oleh tenaga kesehatan dalam melakukan
pelayanan kesehatan.
2) Indikator:
a) Penyuluhan langsung kesehatan perorangan.
b) Penyuluhan langsung terhadap kelompok.
c) Peragaan/alat peraga yang mudah dimengerti.
d) Diskusi yang bersifat interaktif/tukar pendapat
secara nyaman
3. Media yang digunakan dalam pelayanan kesehatan
1) Definisi operasional: Media yang digunakan oleh
tenaga kesehatan dalam proses pelayanan kesehatan.
2) Indikator:
a) Tenaga kesehatan menyampaikan materi
menggunakan microphone.
b) Tenaga kesehatan menyampaikan materi melalui
kaset/tape recorder.
c) Media VCD/DVD dalam rangkaian materi
pelayanan kesehatan haji.
35
d) Pemutaran film tentang kesehatan haji.
4. Sikap dari petugas pelayanan kesehatan haji
1) Definisi operasional: pengaruh sikap tenaga kesehatan
terhadap jamaah haji.
2) Indikator:
a) Petugas kesehatan terlihat ramah saat melakukan
tindakan kesehatan.
b) Sopan santun yang diberikan jamaah haji.
c) Petugas pelayanan kesehatan melakukan tugasnya
secara professional.
d) Kreatif dan inovatif ketika memberikan
penyuluhan kesehatan.
b. Variabel dependen
1. Dampak kognitif
1) Definisi operasional:
2) Indikator:
a) Jamaah haji mengetahui tenaga kesehatan
memberikan pelayanan kesehatan dengan sopan
santun.
b) Jamaah haji mendapat pelayanan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhannya.
c) Jamaah haji tahu pelayanan kesehatan yang
memuaskan atau tidak memuaskan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.
d) Jamaah haji mendapatkan pengetahuan tentang
pelayanan kesehatan yang sebelumnya tidak
diketahui.
2. Dampak afektif
1) Definisi operasional:
2) Indikator:
36
a) Jamaah haji menyukai tenaga kesehatan yang
ramah dan sopan.
b) Jamaah haji merasakan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan saat melaksanakan
ibadah haji.
c) Jamaah haji merasakan perubahan ketika
mengikuti proses pelayanan kesehatan.
d) Jamaah haji menyukai sikap dari tenaga
kesehatan dalam proses pelayanan kesehatan.
e) Jamaah haji menyukai pelayanan kesehatan yang
diberikan tenaga kesehatan haji Indonesia.
3. Dampak konatif
1) Definisi operasional:
2) Indikator:
a) Jamaah haji berusaha lebih khusu dalam
menjalankan ibadah haji.
b) Jamaah haji lebih semangat dalam melaksanakan
ibadah sunah di Tanah Suci.
c) Jamaah haji lebih rajin konsultasi tentang
kesehatan kepada petugas kesehatan.
d) Jamaah haji memiliki perasaan yang peka
terhadap kesehatan diri sendiri maupun jamaah
yang lain.
e) Jamaah haji lebih sigap dalam menjaga pola
hidup sehat.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini, sebagai berikut:
a. Observasi atau pengamatan langsung
Observasi atau pengamatan langsung adalah mengadakan
penelitian langsung ke lapangan atau di laboratorium terhadap objek
37
penelitan.7 Penelitian ini mengamati langsung tentang respon
pelayanan kesehatan jamaah haji di Kabupaten Bekasi.
b. Angket
Angket adalah satu set pertanyaan yang tersusun secara sistematis
dan standar sehingga pertanyaan yang sama dapat diajukan kepada
setiap responden.8 Angket dalam penelitian ini ditujukan kepada
jamaah haji di Kabupaten Bekasi yang berangkat pada tahun 2013
untuk menanyakan tentang pelayanan kesehatan.
c. Dokumentasi
Mengutip Meleong dan Parsudi dalam dokumentasi adalah catatan
tertulis yang isinya merupakan setiap pernyataan tertulis untuk
keperluan pengujian berguna bagi sumber data dan bukti.9
H. Uji Validitas dan Uji Realibilitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang berguna untuk menentukan
tingkat valid atau kurang valid. Apabila suatu instrumen memiliki validitas
yang tinggi berarti instrument valid sedangkan sebaliknya apabila
instrument memiliki validitas yang rendah artinya instrument tersebut
kurang valid. Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
mengukur apa yang akan diukur.10
Uji reabilitas adalah suatu nilai yang menunjukan konsistensi suatu
alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.11
Adapun untuk mempermudah penjelasan dalam setiap instrument
peneliti membuat blue print untuk skala independen dan skala dependen
menggunakan perangkat lunak SPSS 22.0 for windows sebelum dilakukan
uji coba validitas pada Tabel 2 dan Tabel 3, sebagai berikut :
7 Sudjana, Metoda Statistika, edisi 6, (Bandung: Tarsito, 1995), h. 8.8 J. Supranto, Statistik: Teori dan Aplikasi, edisi 7, h. 26.9 Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, h. 86.10 Husein Umar, Metode Riset Bisnis, h. 103.11 Ibid, h. 115.
38
Tabel 2 Blue Print Skala Independen (Sebelum Uji Validasi)
No Dimensi
Independen
Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Materi 1,4,5,6,7 2,3 7
2 Metode 8,11 9,10,12 5
3 Media 13,15 14,16 4
4 Sikap 19 17,18,20 4
Jumlah 20
Tabel 3 Blue Print Skala Dependen (Sebelum Uji Validasi)
No Dimensi Dependen Item Jumlah
favorable Unfavorable
1 Dampak kognitif 22,24,25,26 21,23 6
2 Dampak afektif 27,28,29,30,31 5
3 Dampak konatif 32,33,34,35,36 5
Jumlah 16
Setelah dilakukan uji validitas sebanyak 30 orang respon dengan
menggunakan teknik Pearson Product moment r-tabel 0.361 dengan taraf
signifikansi 5% (0,05). Skala independen dari 20 pertanyaan yang
diujicoba terdapat 11 pertanyaan yang valid dan 9 pertanyaan yang tidak
valid dapat dilihat pada blue print Tabel 4 (Skala Independen Setelah Uji
Validasi). Skor pada Independen minimal 11 poin dan maksimal 55 poin.
Tabel 4 Blue Print Skala Independen (Setelah Uji Validasi)
No Dimensi Independen Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Materi 1,2 2
2 Metode 3,4 5,6 4
3 Media 7,8 9 3
4 Sikap 10,11 2
Jumlah 11
39
Sedangkan pada skala Dependen, dari 16 pertanyaan yang
diujicobakan terdapat 10 pertanyaan yang valid dan 6 pertanyaan yang
tidak valid sehingga skor skala Dependen yaitu minimal 10 poin dan
maksimal 50 poin. Dapat dilihat pada berikut ini :
Tabel 5 Blue Print Skala Dependen (Setelah Uji Validasi)
No Dimensi Dependen Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Dampak kognitif 1,2,3 4,5 5
2 Dampak afektif 6,7 2
3 Dampak konatif 8,9,10 3
Jumlah 10
Dari uji validitas dan reabilitas angket dapat diambil Cronbach’s
Alpha sebesar 0.877. Oleh karena itu, r = 0.877 > r tabel = 0.361 dapat
disimpulkan dari pernyataan tersebut bahwa item-item tersebut reliable.
I. Teknik Pengolahan Data
Teknik penelitian penelitian ini menggunakan metode deskriptif
tujuannya untuk menggambarkan respon jamaah haji terhadap pelayanan
kesehatan tahun 2013. Peneliti menggambarkannya dengan menggunakan
skala likert, adapun skala likert sebagai berikut:
Tabel 6 Skala Likert
Singkatan Kelompok Nilai
Sangat setuju SS 5
Setuju S 4
Netral N 3
Tidak setuju TS 2
Sangat tidak setuju STS 1
40
Dengan menggunakan skala likert, responden dapat memilih dengan
leluasa dan mengekspresikan setiap pendapatnya melalui daftar pertanyaan
menggunakan skala likert.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode analisa
yang berbentuk angka yang diperoleh dengan cara mengumpulkan,
mengelolah data dan menyajikannya. Analisa yang dipakai adalah mean
(rata-rata hitung), chi-kuadrat dan dasar pengambilan keputusan, berikut
penjelasannya:
1. Rumus Menghitung Mean (Rata-rata Hitung)
Mean atau rata-rata hitung adalah nilai yang diperoleh
dengan menunjukan semua nilai data dan membagikannya dengan
jumlah data.12
Rumus:13 x = fixi
fi
Keterangan :
x = mean atau rata-rata
xi = nilai pengamatan
fi = jumlah total pengamatan
Atau dengan menggunakan rumus lain sebagai berikut :
x = x1 + x2 + ………….xn
n
atau x = xi
n
12 Suharyadi dan Purwanto S. K., Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, h. 51.13 Sudjana, Metoda Statistika, h. 67.
41
2. Chi kuadrat
Chi kuadrat atau dengan nama lainnya chi square
mempunyai arti distribusi dengan variable acak kontinu. Adapun
rumus chi kuadrat sebagai berikut :
Rumus14 : = ∑ ( )Dimana :
Obk = hasil obsevasi pada baris b kolom k
ebk = nilai harapan pada baris b kolom k
derajat bebas Chi-Square=df (k – 1) (b – 1)
k = jumlah kolom observasi
b = jumlah baris observasi
3. Dasar pengambilan keputusan
Berdasarkan Chi-square hitung antara lain:15
a) Jika Chi-Squarehitung<Chi-Squaretabel maka Ho diterima.
b) Jika Chi-Squarehitung>Chi-Squaretabel maka Ho ditolak.
Dimana Ho = tidak terdapat perbedaan yang signifikan
(bermakna) antara tingkat pendidikan maupun usia
terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten
Bekasi tahun 2013.
14 Arif Pratisto, Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaandengan SPSS 12, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), cet. Ke-1, h. 63.
15 Ibid, h. 71.
42
BAB IV
TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BEKASI
A. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi
Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Tujuan
Pembangunan Millenium (MDGs) berkomitmen mewujudkan tujuan
MDGs tersebut, sebagai perwujudan peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan kualitas hidup yang lebih baik. Secara nasional komitmen
tersebut dituangkan dalam berbagai dokumen perencanaan nasional, antara
lain dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
tahun 2004 – 2009, kemudian dipertegas pada RPJMN 2010–2014 dan
Inpres No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.
Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan dapat dilihat
dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup,
angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.1
Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi sendiri mempunyai profil
Kesehatan Kabupaten Bekasi sebagai salah satu indikator keluaran dari
sistem kesehatan daerah yang merupakan buku statistik kesehatan
Kabupaten Bekasi untuk menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan
masyarakat di Kabupaten Bekasi. Profil Kesehatan ini berisi data /
informasi yang menggambarkan derajat kesehatan, sumber daya kesehatan
dan upaya kesehatan serta pencapaian indikator pembangunan kesehatan
1 Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi, Kompleks Perkantoran PemdaBekasi Desa Sukamahi Kecamatan Cikarang Pusat Bekasi Telp. 021-89970347,2013, h. 1-2
43
khususnya di Kabupaten Bekasi. Oleh karena itu Profil Kesehatan
Kabupaten Bekasi ini dipakai sebagai alat untuk mengevaluasi kemajuan
pembangunan kesehatan di Kabupaten Bekasi dari tahun ke tahun, untuk
itu perlu terus disempurnakan dari waktu ke waktu.
Data/informasi profil Kesehatan Kabupaten Bekasi tahun 2012 ini
merupakan data kegiatan kesehatan yang dilakukan selama tahun 2012
yang bersumber dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas,
pencatatan pelaporan program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten
Bekasi, buku-buku produk Kantor Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Dinas
Pendidikan Nasional, Instansi Swasta yang terkait seperti Rumah Sakit –
Rumah Sakit Swasta, termasuk hasil studi dan survei kesehatan yang
dilakukan di Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa maupun Nasional. Semua
pembiayaan dalam penyusunan Profil Kesehatan ini dibiayai dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bekasi Tahun
Anggaran 2013.2
B. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi
Sebagai salah satu instansi dan lembaga Pemerintahan, Dinas
Kesehatan mempunyai visi dan misi untuk menjadi tujuan Dinas
Kesehatan dalam menjalankan tugas-tugas. Adapun visi dan misi sebagai
berikut:3
1. Visi
Terwujudnya masyarakat Kabupaten Bekasi yang sehat dan bersih.
2. Misi
a. Meningkatkan Sumber Daya Kesehatan yang berkualitas
b. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang efektif dan responsive
c. Meningkatkan kemandirian dan partisipasi masyarakat di bidang
kesehatan
2 Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi, Kompleks Perkantoran PemdaBekasi Desa Sukamahi Kecamatan Cikarang Pusat Bekasi Telp. 021-89970347,2013, h. 2-3
3 Visi dan Misi Kabupaten Bekasi. Artikel diakses pada hari kamis tanggal 03 April 2014dari http://dinkes.bekasikab.go.id/text/187/visi-&-misi
44
C. Sumber Daya Kesehatan
Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung
untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Adapun
sumber daya kesehatan yaitu sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan
pembiayaan kesehatan. Untuk memperinci sumber daya kesehatan, sebagai
berikut :4
1. Sarana kesehatan
Sarana kesehatan di kabupaten Bekasi meliputi :
a. Puskesmas
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan yang
paling terdepan dan pertama dalam sistem pelayanan
kesehatan. Jumlah Puskesmas sebagai berikut :
Tabel 7 Data Puskesmas di Kabupaten Bekasi
URAIAN JUMLAH
Puskesmas Perawatan 8 Unit
Puskesmas Non Perawatan 32 Unit
Total 40 Unit
b. Rumah Sakit
Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain
upaya promotif dan preventif, di dalamnya juga terdapat
pembangunan kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan pada
masyarakat yang bergerak dalam kegiatan kuratif dan
rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana
pelayanan kesehatan rujukan. Adapun jumlah rumah sakit
antara lain:
4 Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi, Kompleks Perkantoran PemdaBekasi Desa Sukamahi Kecamatan Cikarang Pusat Bekasi Telp. 021-89970347,2013, h. 66-72.
45
Tabel 8 Data Rumah Sakit di Kabupaten Bekasi
URAIAN JUMLAH
Rumah Sakit Umum 25 Unit
Rumah Sakit Khusus 13 Unit
Total 38 Unit
c. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat
dilakukan dengan menerapkan berbagai pendekatan,
termasuk di dalamnya dengan melibatkan potensi
masyarakat. Jumlah dari Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM), sebagai berikut :
Tabel 9 Data Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) di Kabupaten Bekasi
JENIS UKBM JUMLAH
Posyandu 2035 Unit
Kelompok Dana Sehat 23 Unit
Polindes 14 Unit
Pos Obat Desa (POD) 30 Unit
Tanaman Obat Keluarga
(TOGA)
6521 Unit
Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren)
13 Unit
Saka Bhakti Husada (SBH) 13 Unit
Pos Unit Kesehatan Kerja
(UKK)
4 Unit
Total 8653 Unit
2. Tenaga kesehatan
Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan
pembangunan kesehatan adalah tenaga kesehatan yang
46
bertugas di sarana pelayanan kesehatan di masyarakat. Jumlah
tenaga kesehatan Kabupaten Bekasi, antara lain :
Tabel 10 Data Tenaga Kesehatan di Kabupaten Bekasi
Jenis tenaga kesehatan Jumlah Persentase (%)
Medis 590 14.54
Perawat dan Bidan 2346 57.81
Tenaga Farmasi 274 6.75
Tenaga Gizi 72 1.77
Teknisi Medis 672 16.57
Tenaga Sanitasi 37 0.91
Tenaga Kesehatan
Masyarakat
67 1.65
Total 4058 100
3. Pembiayaan kesehatan
Salah satu komponen sumber daya yang diperlukan dalam
menjalankan pembangunan kesehatan adalah pembiayaan
kesehatan. Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah
dan pembiayaan yang bersumber dari masyarakat. Anggaran
yang dialokasikan untuk pembiayaan kesehatan diperjelas pada
tabel berikut :
Tabel 11 Sumber Anggaran Kesehatan di Kabupaten
Bekasi
Sumber Anggaran Persentase (%)
APBD Kabupaten 56.19
APBD Provinsi 35.11
APBN 8.7
Total 100
47
D. Situasi Upaya Kesehatan
Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya
kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup
upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan
penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan
lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, dan
lain-lainnya.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan
mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit,
pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan
pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.
Adapun uraian situasi kesehatan di Kabupaten Bekasi dalam
beberapa tahun terakhir khususnya pada tahun 2012, sebagai berikut :5
1. Pelayanan Kesehatan Dasar
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah
penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar secara tepat
dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan
masyarakat dapat diatasi. Berbagai macam pelayanan
kesehatan dasar, sebagai berikut:
a. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, terdiri dari :
1) Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
5 Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi, Kompleks Perkantoran Pemda Bekasi DesaSukamahi Kecamatan Cikarang Pusat Bekasi Telp. 021-89970347,2013, h. 41-45.
48
2) Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
dengan Kompetensi Kebidanan (Pn)
3) Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
4) Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal
5) Kunjungan Neonatal
6) Pelayanan Kesehatan Pada Bayi
7) Pelayanan Kesehatan pada Balita
8) Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan setingkat
b. Pelayanan Keluarga Berencana ( KB )
c. Pelayanan Imunisasi
1) Imunisasi Dasar pada Bayi
2) Imunisasi pada Ibu Hamil
2. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
a. Pengendalian Penyakit Polio
b. Pengendalian TB-Paru
c. Pengendalian Penyakit ISPA
d. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS
e. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
f. Pengendalian Penyakit Kusta
g. Pengendalian Penyakit Filariasis
h. Surveilans Vektor
3. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
a. Pemberian Tablet Tambah Darah
b. Pemberian Kapsul Vitamin A
c. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif
d. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)
E. Kaitan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Dengan Pelayanan
Kesehatan Jamaah Haji
Penulis akan menjabarkan pelayanan kesehatan yang diatur oleh
Undang-Undang Dasar No 13 Tahun 2008 pasal 6 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji yang menyatakan Pemerintah berkewajiban
49
melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan
layanan administrasi, bimbingan Ibadah Haji, Akomodasi, Transportasi,
Pelayanan Kesehatan, keamanan, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh
Jemaah Haji.6
1. Surveilans Epidemiologi, SKD-KLB serta Manajemen Data
Penyelenggaraan Sistem Informasi dan Surveilans Epidemiologi
bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dalam perencanaan, pengendalian, monitoring dan
evaluasi penyelenggaraan haji, terutama bidang kesehatan, serta
menunjang pelaksanaan sistem kewaspadaan dini dan respon kejadian
luar biasa penyakit dan keracunan.7
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah melalui
Kementerian Agama bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan
yang membentuk panitia penyelenggaraan ibadah haji untuk
menangani permasalahan kesehatan yaitu Tim Kesehatan Haji
Indonesia (TKHI). Penyelenggaraan kesehatan haji adalah rangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan,
bimbingan dan penyuluhan kesehatan haji, pelayanan kesehatan,
imunisasi, surveilans, SKD dan respon KLB, penanggulangan KLB
dan musibah massal, kesehatan lingkungan dan manajemen
penyelenggaraan kesehatan haji.8
Penyelenggaraan Sistem Informasi Manajemen memanfaatkan
teknologi komunikasi-informasi berbasis komputer terhubung dengan
jaringan maya Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan
(SISKOHATKES). Sumberdata jemaah diperoleh dari Sistem
Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT), data status kesehatan
jemaah berdasarkan pemeriksaan kesehatan haji di Puskesmas dan
6 Undang-Undang Dasar No 13 Tahun 2008 pasal 6 tentang Penyelenggaraan IbadahHaji.
7 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 442/MENKES/SK/VI/2009, H.34.
8 Ibid, h. 5.
50
Rumah Sakit; data kesakitan dan kematian jemaah di
Embarkasi/Debarkasi, selama perjalanan di Arab Saudi di kelompok
terbang (kloter), BPHI dan unit pelayanan lainnya, data distribusi obat
dan alat kesehatan, serta data kesehatan lingkungan asrama, pondokan
dan tempat-tempat pelayanan jemaah haji. Tatalaksana pencatatan dan
pelaporan berasal dari sarana pelayanan kesehatan di TKHI Kloter,
Sub-BPHI Sektor, BPHI Daker dan RS Arab Saudi. Adapun tenaga
dan jenisnya sebagai berikut :
A) Kloter yaitu TKHI dengan jenis laporan berupa kunjungan berobat
dan wafat.
B) Sektor yaitu Sansur dengan jenis laporan di Sub-BPHI berupa
kunjungan berobat, rawat inap, rujukan dan wafat.
C) Daker
1) Sansur dengan jenis laporan rawat inap di RSAS, wafat, safari
wukuf dan badal
2) Siskohatkes mengakomodir seluruh jenis laporan.
Rekam Medis dengan jenis laporan kunjungan berobat,
rawat inap, rujukan, wafat, safari wukuf dan badal. Jejaring dan
mekanisme SISKOHATKES.
51
Gambar 3. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN
Sumber : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 35 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI
PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BEKASI
KEPALA DINAS KESEHATAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KESEHATAN
KEPALA BAGIAN TATA USAHA
SUB BAGIANPERENCANA
AN
Sub Bagian PelayananKesehatan Farmasi
Dan Makanan
SUB BAGIANKEPEGAWAI
AN
SUB BAGIANUMUM
SUB BAGIANKEUANGAN
Seksi PelayananKesehatan Pasar dan
Rujukan
Seksi PelayananKhusus dan Penunjang
Seksi Pengawasan,Pengendalian,
Distribusi Farmasi,Makanan dan
Minuman
Seksi Perumahan diBidang Kesehatan
Sub DinasPemberantasan
Penyakit Menular
Seksi SurveliansEfidemologi dan
Imunisasi
Seksi PemberantasanPenyakit Menukar
Langsung
Seksi PemberantasanPenyakit Bersumber
Binatang
Sub Dinas PenyehatanLingkungan
Seksi PengendalianKualitas Air danSanitasi Umum
Seksi Higiene Tempat-Tempat Umum
Seksi PenyehatanLingkungan Industri
Seksi Laboratorium
Seksi Kesehatan Ibu
Seksi Kesehatan GiziMAsyarakat
Sub Dinas KesehatanKeluarga dan Gizi
Masyarakat
Seksi Kesehatan Anakdan Usia Lanjut
Sub DinasPengembangan
Program Kesehatan
Seksi PromosiKesehatan dan PSM
Seksi AkreditasiTenaga Institusi danSarana Kesehatan
Seksi PengembanganSDM dan Industri diBidang Kesehatan
Seksi JaminanPemeliharaan
Kesehatan Masyarakat
52
BAB V
ANALISIS DATA DAN HASIL
A. Bentuk Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji
Bimbingan dan penyuluhan kesehatan yang diprioritaskan pada
Jemaah haji usia lanjut, Jemaah dengan potensi masalah kesehatan
(Jemaah resiko tinggi), menderita penyakit menular, dan Jemaah haji
hamil.
1. Pelayanan, Bimbingan dan Penyuluhan Kesehatan Jemaah Haji di
Daerah
Pelayanan kesehatan bagi jemaah haji dilaksanakan secara pasif
karena sakit atau secara aktif meminta dilakukan pemeriksaan
kesehatan, baik sejak di daerah (Puskesmas, Rumah Sakit), maupun
selama dalam perjalanan di masing-masing kelompok terbang dan
pelayanan kesehatan di BPHI dan BPHI sektor. Setiap pelayanan
kesehatan akan diikuti dengan bimbingan dan penyuluhan kesehatan
agar jemaah haji terpelihara kesehatannya. Bimbingan dan penyuluhan
kesehatan dapat dilakukan dengan menyediakan ruangan khusus untuk
melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kesehatan bagi jemaah haji.
2. Kunjungan Rumah
Jemaah haji usia lanjut, jemaah dengan masalah kesehatan,
menderita penyakit menular atau hamil diprioritaskan mendapat
53
kunjungan rumah agar mendapat pemeliharaan kesehatan, bimbingan
dan penyuluhan kesehatan yang memadai. Sebaiknya petugas
pembinaan jemaah haji ini pernah bertugas sebagai TKHI atau pernah
berhaji, sehingga dapat menjelaskan kondisi nyata perjalanan ibadah
haji dan pengelolaannya yang lebih tepat agar kesehatan jemaah dapat
tetap terjaga.
3. Kegiatan Bimbingan Manasik Haji
Kegiatan Bimbingan Manasik Haji merupakan media yang tepat
melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kesehatan bagi jemaah haji,
baik berkelompok maupun perorangan. Bimbingan dan penyuluhan
kesehatan selama mengikuti kegiatan manasik haji menjadi media
diskusi antar jemaah dan konsultasi berhaji sehat dan mandiri.
4. Kemitraan dalam Bimbingan dan Penyuluhan Kesehatan Jemaah Haji
Bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah haji dapat dilakukan
kelompok pengajian (majlis Ta’lim), Kelompok Bimbingan Ibadah
Haji (KBIH), Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji Umroh Republik
Indonesia (AMPHURI) dan sebagainya. Kelompok-kelompok
masyarakat tersebut perlu mendapat pembinaan yang memadai dengan
bekerjasama dengan sektor terkait (Departemen Agama, Pemerintah
Daerah dan kelompok-kelompok masyarakat)
5. Penyuluhan Media
Bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah tidak selalu
melaksanakan pertemuan tatap muka antara petugas dan jemaah, tetapi
54
dapat juga dilakukan melalui penyuluhan media cetak, elektronik,
buku bacaan, booklet dan sebagainya dengan pendekatan teknologi
promosi kesehatan yang sesuai. Prioritas Penyuluhah Media antara
lain:
a. Sehat untuk berhaji serta istithoah, hamil dan penyakit menular
serta perlunya imunisasi meningitis.
b. Berhaji sehat mandiri secara umum, kondisi Arab Saudi dan cara-
cara pengelolaannya (sering minum, makan dan istirahat yang
efektif).
c. Berhaji sehat mandiri bagi jemaah usia lanjut.
d. Perlunya pemeriksaan kesehatan dan persiapan fisik sebelum
keberangkatan melaksanakan perjalanan ibadah haji.
6. Bimbingan dan Penyuluhan Kesehatan Pada Kelompok Terbang
Pelayanan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah di
kelompok terbang adalah 2 kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu
oleh petugas TKHI, terutama pada bimbingan dan penyuluhan
perorangan. Bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah haji
berkelompok dilaksanakan dengan cara penyuluhan dalam suatu
pertemuan khusus untuk itu, atau pada saat kunjungan anjangsana ke
tempat tinggal jemaah, disela-sela waktu makan bersama dan
sebagainya.
Bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah dapat dilaksanakan
sendiri oleh petugas TKHI atau oleh petugas lain, bahkan bisa
55
dilaksanakan antar jemaah. Oleh karena itu, perlu dikoordinasikan
dengan baik oleh petugas TKHI. Jemaah usia lanjut, jemaah berisiko
tinggi mendapat masalah kesehatan, perlu adanya anggota jemaah yang
mendampinginya selama perjalanan ibadah haji, terutama anggota
keluarga, atau jemaah lain dalam satu kamar.
Pengendalian faktor risiko kesehatan, penyehatan lingkungan dan
surveilans meliputi perlindungan terhadap penularan penyakit melalui
imunisasi, sanitasi dan penyehatan lingkungan, higiene sanitasi makanan,
pencegahan dan penanggulangan KLB - Musibah Massal , surveilans dan
SKD-respon KLB.1 Antara lain :
1. Imunisasi
a. Imunisasi meningitis meningokokus
Meningitis Meningokokus adalah penyakit radang selaput
otak dan selaput sumsum tulang (meninges) yang terjadi secara
akut dan cepat menular. Adapun gejala awal yang terjangkit
penyakit meningitis meningokokus, sebagai berikut :
Demam mendadak
Sakit kepala
Mual dan muntah
Anorexia
Sakit pada sendi
Belum imunisasi atau imunisasinya inadekuat.
1 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 442/MENKES/SK/VI/2009, H.18-20.
56
Gejala dan tanda lanjut, sebagai berikut :
Kaku kuduk
Kejang
Kemerahan di kulit, seperti : rash, petechiae, vesicular,
ecchymosis
Kesadaran menurun, seperti : delirium, shock dan koma
Pemeriksaan pendukung (Laboratorium) :
Pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang dengan teknik
sedot sumsum
Pemeriksaan darah
Pencegahan :
Vaksinasi Meningitis ACW135Y paling lambat 10 hari sebelum
berangkat ke Arab Saudi.
Memelihara kebersihan diri dan lingkungan secara baik.
Membiasakan diri membersihkan ingus dengan menggunakan
tissue dan membuangnya ke tempat sampah.
Selalu memakai penutup hidung dan mulut (masker) kecuali
sedang berpakaian ihram bagi laki-laki.
Hindari tempat umum yang padat dan berdesak-desakan yang
tidak ada kaitannya dengan ibadah haji.
57
Hindari diri dari terkena percikan air ludah, dahak, ingus, dan
cairan bersin dari orang lain.
Hindari diri agar tidak kontak terlalu dekat dengan penderita
meningitis.2
b. Imunisasi influenza musiman
Influenza adalah penyakit infeksi saluran pernafasan yang
bersifat akut dan sangat mudah menular yang disebabkan karena
menghirup virus influenza. Virus flu ini memiliki tipe A, B, C,
namun virus yang paling mematikan bagi manusia adalah Virus A,
yaitu A(H3N2)(flu Hongkong), A(H2N2) (flu Asia), A(H1N1) (flu
Spanyol), dan A(H2N2) (flu Rusia). Gejala influenza secara umum
adalah demam tiba-tiba, menggigil, dan kehilangan selera makan.3
Adapun pencegahannya adalah, sebagai berikut :
Pemberian vaksinasi influenza kepada calon jamaah haji risti
(resiko tinggi) dengan gangguan pernafasan (PPOK & Asma).
Memelihara kesehatan diri dan lingkungan.
Menghindari pemadatan penghuni kamar di pemondokan.
Cukup makan makanan yang bergizi, cukup minum , dan
cukup istirahat.
Tambahkan asupan vitamin C dosis tinggi atau menambahkan
buah-buahan yang segar dan sayuran hijau.
2 Kementerian Agama RI, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji Bahan AjarPelatihan Petugas Haji Tahun 1432 H/2011 M, h. 78-80.
3 Ibid, h. 86.
58
Selalu menggunakan masker bila keluar pemondokan, dan
menjaga kelembaban masker, kecuali sedang ihram.4
2. Sanitasi dan penyehatan lingkungan
Merupakan kegiatan pemeriksaan, pemantauan, kajian,
rekomendasi antisipasi, kewaspadaan dan tindakan penanggulangan
serta kerjasama berbagai pihak dalam sanitasi makanan, penyehatan
lingkungan asrama/pondokan, transportasi, restoran, dan tempat-
tempat pelayanan agar jemaah haji dan petugas bebas dari ancaman
terjadinya KLB keracunan dan penyakit menular, atau timbulnya
gangguan kesehatan lainnya. Penyehatan lingkungan dan sanitasi
makanan dilaksanakan sebelum/persiapan dan selama operasional haji,
baik di Tanah Air, di Pesawat dan di Saudi Arabia, dengan sasaran
kegiatan sesuai kebutuhan5 antara lain :
a. Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Makanan di Tanah Air
Kegiatannya sendiri dibagi dalam 2 tahap, yaitu
Pemeriksaan dan Penilaian Awal, dan Kegiatan Selama
Operasional. Antara lain :
1) Pemeriksaan dan Penilaian Awal Asrama Haji Transit dan
Embarkasi/Debarkasi
a) Pemeriksaan dan penilaian dilakukan oleh tim penilai
4 Departemen Agama RI, Modul IV Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji BahanAjar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1428 H/2007 M, h. 20-21.
5 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 442/MENKES/SK/VI/2009, h.22.
59
b) Pemeriksaan dan penilaian awal asrama haji
transit/embarkasi/ debarkasi untuk mengetahui kondisi
sanitasi lingkungan asrama dan sanitasi makanan.
c) Obyek pemeriksaan dan penilaian awal asrama adalah
meliputi : umum, ruang bangunan, kamar tidur jemaah,
penyediaan air bersih, dapur, pengelolaan limbah dan
pengendalian vektor.
2) Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Makanan di Asrama
Transit/Embarkasi/Debarkasi Selama Operasional Haji
a) Melaksanakan pemantauan kesehatan lingkungan pada
lokasi penyelenggaraan kesehatan haji di kabupaten/kota,
provinsi dan pelabuhan embarkasi/debarkasi haji.
b) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan kesehatan
perorangan (personal higiene) jemaah haji di puskesmas,
kabupaten/kota, provinsi dan embarkasi/debarkasi haji.
c) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi rumah
makan dan restoran maupun jasaboga lainnya yang
menyediakan makanan dan minuman bagi jemaah haji
dalam perjalanan dari daerah asal ke asrama
embarkasi/debarkasi haji sesuai peraturan terkait.
d) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi jasaboga
yang menyediakan makanan dan minuman bagi calon
60
jemaah haji selama berada di asrama embarkasi/debarkasi
haji sesuai peraturan terkait
e) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi jasaboga
yang menyediakan makanan dan minuman bagi calon
jemaah haji selama berada dalam penerbangan dari
Indonesia menuju Saudi Arabia dan sebaliknya sesuai
peraturna terkait.
f) Pengambilan sampel untuk setiap jenis makanan dan
minuman yang disajikan oleh jasaboga kepada jemaah haji
baik yang melayani dalam perjalanan dari dan ke daerah
asal, selama di embarkasi/debarkasi haji maupun dalam
penerbangan menuju Saudi Arabia dan sebaliknya. Sampel
disatukan pada bank sampel dan disimpan pada suhu dan
waktu yang tepat.
g) Pengendalian vektor dilakukan satu hari sebelum
operasional haji dan secara teratur selama operasional haji.
Pengendalian vektor berkoordinasi dengan Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan Dinas Kesehatan setempat
di embarkasi/ debarkasi haji.
b. Penyehatan Lingkungan Pesawat/Kapal dan Sanitasi Makanan
Kegiatannya Penyehatan Lingkungan Pesawat/Kapal dan
Sanitasi Makanan selama operasional haji adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan fisik kebersihan lingkungan di dalam pesawat
61
2) Pemeriksaan dan pemantauan kehidupan vektor serangga, serta
rekomendasi dan kerjasama dalam hapus serangga
3) Kapal laut disamping dilakukan pengamatan dan pemantauan
kehidupan vektor serangga yaitu hapus serangga juga harus
bebas dari kehidupan tikus dengan menujunkan sertifikat bebas
hapus tikus (Deratting Exemption Certificate/DEC)
4) Pengawasan higiene dan sanitasi makanan-minuman di pesawat
sebelum keberangkatan pesawat, dan pengambilan sample
setiap jenis makanan yang disajikan. Sample makanan dikelola
sesuai dengan standar Jasaboga pesawat
c. Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Makanan Selama Operasional
di Saudi Arabia
Kegiatannya sendiri dibagi dalam 2 tahap, yaitu Kegiatan
Persiapan dan Kegiatan Selama Operasional, antara lain :
1) Kegiatan Persiapan
Secara teratur perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut :
a) Penetapan standar Pondokan Jemaah Haji dan Petugas,
Kantor dan Tempat-tempat Pelayanan Umum serta Standar
Jasaboga bersama dengan unit terkait dan sektor.
b) Penyesuaian Cara-cara Pemeriksaan dan Pemantauan
Pondokan Jemaah Haji dan Petugas, Kantor dan Tempat-
tempat Pelayanan Umum serta Pemeriksaan dan
Pemantauan Jasaboga
62
c) Pemeriksaan dan Penilaian Awal Pondokan Jemaah Haji
dan Petugas, Kantor PPIH Daerah Kerja dan Sektor serta
Tempat-tempat Pelayanan Umum (BPHI dan sebagainya)
d) Pemeriksaan dan penilaian Awal Jasaboga di Arab Saudi
2) Kegiatan Selama Operasional Haji.
a) Melaksanakan pemeriksan dan pemantauan kesehatan
lingkungan Kantor PPIH Daerah Kerja, Sektor, dan
Pelayanan Umum, terutama BPHI menjelang dan selama
operasional haji
b) Melaksanakan pemeriksaan dan pemantauan kesehatan
lingkungan pada Pondokan Jemaah Haji menjelang jemaah
datang dan selama operasional haji.
c) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan kesehatan
perorangan (personal higiene) jemaah haji selama di
Pondokan Jemaah Haji.
d) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi rumah
makan dan restoran maupun jasaboga lainnya yang
menyediakan makanan dan minuman bagi jemaah haji
selama di Arab Saudi sesuai peraturan terkait.
e) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi jasaboga
yang menyediakan makanan dan minuman bagi jemaah haji
selama berada di asrama embarkasi/debarkasi haji sesuai
peraturan terkait
63
f) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi jasaboga
yang menyediakan makanan dan minuman bagi jemaah haji
selama berada dalam penerbangan dari Indonesia menuju
Saudi Arabia dan sebaliknya sesuai peraturan terkait
g) Pengambilan sampel untuk setiap jenis makanan dan
minuman yang disajikan oleh jasaboga kepada jemaah haji
baik yang melayani dalam perjalanan dari dan ke daerah
asal, selama di embarkasi/debarkasi haji maupun dalam
penerbangan menuju Saudi Arabia dan sebaliknya. Sampel
disatukan pada bank sampel dan disimpan pada suhu dan
waktu yang tepat.
h) Pengendalian vektor dilakukan satu hari sebelum
operasional haji dan secara teratur selama operasional haji.
Pengendalian vektor di embarkasi/debarkasi berkoordinasi
dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan Dinas
Kesehatan setempat di embarkasi/ debarkasi haji.
d. Higiene sanitasi makanan
1) Hygiene sanitasi makanan adalah pengendalian terhadap
faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang
dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan
lainnya. Pengendalian dilakukan di Asrama Haji, di
Pesawat dan di Saudi Arabia.
64
2) Pemeriksaan dan pemantauan hygiene sanitasi makanan di
pesawat ditujukan untuk memeriksa makanan dan minuman
yang disajikan di pesawat, bersamaan dengan pemeriksaan
hygiene dan sanitasi pesawat.
3) Pemeriksaan dan pemantauan higiene dan sanitasi makanan
di Saudi Arabia ditujukan pada jasaboga massal bagi
jemaah dan petugas PPIH non kloter serta jemaah sakit di
BPHI.6
3. Penanggulangan KLB Penyakit Menular dan Keracunan
KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan
atau kematian yang bermakna epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjerumus
pada terjadinya wabah.
Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit masih sering terjadi pada saat
penyelenggaraan ibadah haji baik di Indonesia maupun di Arab Saudi.
Kasus yang sering menimbulkan KLB baik di Indonesia maupun di
Arab Saudi antara lain penyakit meningitis dan keracunan makanan.
Adapun penatalaksanaan penanggulangan meningitis terbagi menjadi 2
bagian, antara lain :
a. Di Pesawat
6 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 442/MENKES/SK/VI/2009, h.22-25.
65
1) Setelah berkoordinasi dengan purser penderita dipindah ke
tempat duduk di belakang sekaligus dipasangkan masker,
dicatat identitasnya termasuk status vaksinasinya.
2) Infus dengan cairan 2A, RL : 14-20 tpm
3) Diberikan ciprofloxacin kepada suspek dan seluruh jamaah haji
b. Di Pondokan
1) Pasien di isolasi, dipasangkan masker dan dilakukan
pencatatan identitas yang lengkap termasuk status
vaksinasinya.
2) Infus dengan cairan 2A RL : 14-20 tpm.
3) Diberikan ciprofloxacin kepada suspek dan seluruh jamaah
haji yang berada satu lantai dengan penderita, satu lantai di
atas dan satu lantai di bawahnya.
4) Segara rujuk ke BPHI
5) Segera lapor ke wakadaker bidang kesehatan melalui
petugas Sansur di kantor Daker setempat.
Keracunan makanan adalah kejadian kesakitan yang dialami seseorang
atau lebih setelah memakan makanan. Adapaun penatalaksanaan
penanggulangan keracunan makanan, antara lain :
a. Pengobatan
Simptomatik
66
Antibiotik/antimikroba
Rehidrasi
Untuk dehidrasi ringan dan sedang berikan oralit dan dapat
dirawat di pondokan. Penderita dengan dehidrasi berat diberikan
infus Ringer Laktat.
b. Rujukan
Penderita dengan dehidrasi berat segera dirujuk ke BPHI.7
4. Penanggulangan Musibah Massal
Musibah Massal adalah suatu kondisi terjadinya kejadian yang
tidak diinginkan pada sekelompok populasi yang mengakibatkan
masalah kesehatan.8 Adapun penanggulangan musibah massal terdiri
dari :
a. Kegiatan Persiapan Penanggulangan Musibah Massal di Arab
Saudi
Persiapan Penanggulangan Musibah Massal dapat
dilaksanakan jauh hari sebelum terjadinya musibah massal
dengan memperhatikan potensi musibah massal setiap daerah
kerja, sehingga bisa terdpat beberapa jenis persiapan
penanggulangan massal.
1) Membentuk Tim Penanggulangan Musibah Massal bidang
kesehatan, dimana struktur organisasi penanggulangan
bencana atau musibah masal mengikuti struktur organisasi
7 Kementerian Agama RI, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji, h. 88-92.8 Ibid, h. 102
67
penyelenggaraan kesehatan haji di Indonesia dan PPIH di
Saudi Arabia. Koordinator penanggulangan musibah massal
adalah Kepala BPHI DAKER ditempat kejadian, dengan
anggota dari unsur-unsur yang diperlukan sesuai dengan
jenis dan besarnya musibah massal. Tim ini merupakan
bagian dari tim penanggulangan musibah massal yang ada
di DAKER
2) Meningkatkan intensitas pelayanan dan memberdayakan
tenaga yang terampil yang ada di BPHI DAKER dan Sektor
serta Tenaga kesehatan yang ada di kelompok terbang,
dengan memperhatikan agar pelayanan rutin di masing-
masing unit yang tenaganya akan diberdayakan tetap
berjalan. Tenaga yang dapat diberdayakan sejauh mungkin
memiliki pengetahuan tentang penanggulangan kesehatan
pada bencana, memiliki dedikasi untuk bekerja dalam
situasi yang serba terbatas, memiliki hubungan kerja yang
baik dengan pihak lain dan kerjasama dengan sistem yang
telah ada di Indonesia atau di Saudi Arabia.
3) Menetapkan rantai pertolongan korban musibah massal,
yaitu unit pelayanan gawat darurat yang efisien, jaringan
komunikasi medik, prosedur koordinasi antar instasi dan
komponen-komponen yang terlibat, tim penolong
(manajemen dan teknis medis) dan prosedur kerja tetap.
68
4) Meningkatkan kesiapsiagaan penanggulangan musibah
masal pada pra, saat kejadian dan paska kejadian.
5) Membagi tiga daerah musibah masal pada saat terjadi
bencana yaitu : Daerah Lingkaran Satu (DLS), Daerah
Lingkaran Dua (DLD), Daerah Lingkaran Tiga (DLT).
Kegiatan Operasional Penanggulangan Musibah Massal, antara
lain :
1) Penilaian cepat kesehatan (Rapid Health Asessment), untuk
mengidentifikasi dampak musibah masal pada kesehatan,
dan menyusun kebutuhan dan prioritas upaya
penanggulangan musibah massal bidang kesehatan
2) Operasional pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan
kesamaan persepsi, terkoordinasikannya gerak, tindakan,
komando antar unit dan dengan berbagai pihak terkait.
3) Pelaksanaan penanggulangan gawat darurat medis massal.
4) Pelaksanaan penatalaksanaan di lapangan yang teridiri dari
proses penyiagaan, identifikasi awal lokasi musibah massal,
tindakan penyelamatan nyawa, pengamanan, dan
mendirikan Pos Komando
5) Pelaksanaan perawatan di lapangan, yaitu melakukan triase
(tempat, medik, dan evakuasi), pertolongan pertama
(tenaga, tempat, dan tata cara), pos medis lanjutan (tujuan,
lokasi, peranan, dan tenaga pelaksana).
69
6) Pelaksanaan pelayanan kesehatan dasar, termasuk gizi dan
kesehatan jemaah.
7) Surveilans, termasuk data dan informasi kesehatan.
8) Penyehatan lingkungan.
9) Pemberantasan penyakit menular.
10) Perekaman kegiatan dan logistik.9
B. Karakteristik Responden
Setelah melakukan penyebaran kuesioner kepada Jamaah haji di
Kabupaten Bekasi tahun 2013 dengan jumlah kuesioner sebanyak 21
pertanyaan, ditemukan beberapa hal untuk menjadi temuan lapangan.
Penelitian ini diadakan untuk mengetahui respon pelayanan
kesehatan di Kabupaten Bekasi, maka pada penelitian ini yang menjadi
sampel populasi sebanyak 45 jamaah haji tahun 2013.
Dari 21 kuesioner yang valid, peneliti menemukan data-data untuk
data responden dan selanjutnya peneliti klasifikasikan menjadi tiga bagian,
yaitu usia, tingkat pendidikan dan jenis kelamin.
1. Usia
Untuk mengklasifikasikan usia menurut Dra. Ny. Jos Masdani
dalam Wahjudi Nugroho mengatakan usia kedewasaan dibagi menjadi
4 bagian, antara lain :
a. Fase Iuventus (25 – 40 tahun)
b. Fase Verilitas (40 – 50 tahun)
9 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 442/MENKES/SK/VI/2009, H.31-32
70
c. Fase Prasenium (55 – 69 tahun)
d. Fase Senium (65 tahun hingga tutup usia)
Sedangkan menurut WHO klasifikasi lansia, sebagai berikut :
a. Usia Pertengahan (Middle Age) yaitu berusia 45 tahun sampai
dengan 59 tahun.
b. Usia Lansia (elderly) yaitu berusia 60 tahun sampai dengan 74
tahun.
c. Usia Lansia Tua (Old) yaitu berusia 75 tahun sampai dengan 90
tahun.10
Sesuai dengan data yang diperoleh karakteristik responden
berdasarkan usia dikelompokkan dalam beberapa tingkatan usia yaitu
25 – 40 tahun, 41 – 59 tahun dan 60 – 74 tahun. Adapun uraiannya
sebagai berikut :
Tabel 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Persentase
1 25 – 40 Tahun 15 33.33 %
2 41 – 59 Tahun 23 51.11 %
3 60 – 74 Tahun 7 15.56 %
Jumlah 45 100 %
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa pada usia 41 – 59 tahun
mendominasi sebagian besar responden dengan frekuensi 23 responden
atau persentase 51.11 %. Sedangkan pada usia 25 – 40 tahun dengan
10 Wahjudi Nugroho, Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik, (Jakarta: BukuKedokteran EGC, 2009), cet. Ke-1, h. 5.
71
frekuensi 15 responden atau persentase 33.33 % dan usia 60 – 74 tahun
dengan frekuensi 7 responden atau persentase 15.56 %. Sehingga total
pada frekuensi 45 responden dengan persentase 100 %.
2. Tingkat Pendidikan
Klasifikasi tingkat pendidikan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia No 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 11 berbunyi
pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi.11 Adapun pendidikan dasar yaitu SD dan
SMP12, sedangkan menurut Rianto Adi pengelompokan tingkat
pendidikan disusun berdasarkan urutan dari yang rendah ke tinggi atau
dari yang tinggi ke yang rendah. Dalam pengelompokan ini tidak ada
ketentuan khusus dalam menentukan banyaknya kelompok maupun
batas antara kelompok.13
Sehingga karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
sesuai dengan data yang diperoleh dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
pendidikan rendah (tidak sekolah, SD dan SMP), pendidikan sedang
(SMA), dan pendidikan tinggi (S1 dan S2). Adapun uraiannya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
11 Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem PendidikanNasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 11.
12 Sri hayati, dkk., Ilmu Pengetahuan Sosial Geografi untuk SMP dan MTs Kelas VIII,(T.tp.: Erlangga, 2007), h.87.
13 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Edisi 1, (Jakarta : Granit, 2004), h.143.
72
Tabel 13 Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden
No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
1 Pendidikan Rendah 20 44.44 %
2 Pendidikan Sedang 7 15.56 %
3 Pendidikan Tinggi 18 40 %
Jumlah 45 100
Dari data yang telah diuaraikan pada tabel 13 dapat diartikan
bahwa pendidikan rendah mendominasi sebagian besar responden
dengan frekuensi 20 atau persentase 44.44 % setelah itu disusul oleh
pendidikan tinggi dengan frekuensi 18 atau persentase 40 % dan
pendidikan sedang dengan frekuensi 7 atau persentase 15.56 %.
3. Jenis Kelamin
Perbedaan laki-laki dengan perempuan dalam hal cara mereka
bertindak, bereaksi, dan bekerja dalam situasi yang mempengaruhi
setiap segi kehidupan. Beberapa studi baru yang provokatif
mengungkapkan bahwa perempuan melibatkan lebih banyak otak
mereka ketika memikirkan hal-hal menyedihkan, dan boleh jadi,
kurang menggunakan otak mereka ketika memecahkan soal
matematika.14 Adapun uraian jenis kelamin pada penelitian ini, sebagai
berikut :
14 Susan B. Bastable, Perawat Sebagai Pendidik Prinsip-Prinsip Pengajaran &Pembelajaran, (Jakarta: EGC, 2002), cet. Ke-1 ,H.192.
73
Tabel 14 Karakteristik Jenis kelamin Responden
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-laki 20 44.44%
2 Perempuan 25 55.56
Jumlah 45 100 %
Dari tabel 14 menyatakan bahwa jumlah jamaah haji berjenis
kelamin Laki-laki 20 orang dengan persentase 44.44% dan jamaah haji
berjenis kelamin Perempuan berjumlah 25 orang dengan persentase
55.56%.
C. Respon Jamaah Haji Terhadap Pelayanan Kesehatan Pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Bekasi
Setelah melakukan penelitian di Kabupaten Bekasi, peneliti
menemukan beberapa hal sebagai temuan lapangan. Responden dalam
penelitian ini adalah jamaah haji yang berangkat pada tahun 2013 di
Kabupaten Bekasi dan yang menjadi sampelnya 45 orang dari jumlah
populasi jamaah haji yang berangkat pada tahun 2013 sebanyak 2122
orang.
Pada tahap selanjutnya, peneliti menyebarkan angket yang sudah
valid datanya dengan menggunakan SPSS 22.0 for windows sebanyak 21
pertanyaan. Dari hasil angket yang telah disebarkan, penulis akan
menguraikan analisa hasil dengan menggunakan tabel yang dikelompok
menjadi dua bagian yaitu bagian pertama menguraikan respon jamaah haji
tentang butir pertanyaan mengenai materi, metode, media dan sikap
berdasarkan usia dan tingkat pendidikan sedangkan bagian kedua
74
menguraikan aspek kognitif, afektif dan konatif berdasarkan usia dan
tingkat pendidikan. Peneliti akan menguraikan setiap bagian dari tabel
tersebut.
Adapun hasil dari penelitian ini, sebagai berikut :
a. Pertanyaan Mengenai Materi
Tabel 15 Respon Jamaah Haji Terhadap Materi Pelayanan Kesehatan
No Pertanyaan
Respon
Skor RangkingSS S N TS STS
1
Karena materipelayanan kesehatanyang diberikan, sayalebih sigap dalammenjaga hidup sehat.
33 12 - - - 213 1
2
Materi yangdisampaikan olehpetugas seputarolahraga untukmenyegarkan tubuh.
8 30 4 3 - 178 3
3 Petugas kesehatanmemberikan wawasanyang lebih banyaktentang kesehatan.
8 33 4 - - 184 2
JUMLAH 575
MEAN 191.67
Berdasarkan pada rangking penilaian pada tabel 15 respon jamaah
haji terhadap materi pelayanan kesehatan. Maka jamaah haji menyetujui
bahwa setelah mengikuti pelayanan kesehatan, jamaah haji lebih sigap
dalam menjaga hidup sehat dengan skor 213. Jamaah haji setuju bahwa
Petugas kesehatan memberikan wawasan yang lebih banyak tentang
75
kesehatan dengan skor 184. Setelah itu, jamaah haji juga menyetujui
bahwa materi yang disampaikan seputar olahraga untuk menyegarkan
tubuh dengan skor 178.
b. Pertanyaan Mengenai Metode
Tabel 16 Respon Jamaah Haji Terhadap Metode Pelayanan Kesehatan
No Pertanyaan
Respon
Skor RangkingSS S N TS STS
1
Penyuluhan langsungkesehatan perorangandilaksanakan dengan baik.
9 30 5 1 - 182 1
2
Penyuluhan kelompokkesehatan dilaksanakankurang baik.
- 4 3 36 2 171 4
3
Diskusi yang diberikan olehpetugas kesehatan bersifatinteraktif/saling tukarpendapat.
5 33 5 - 2 174 3
4
Umumnya penyampaianceramah oleh petugaskesehatan dalammenjabarkan materi sangatmembosankan.
- - 8 30 7 179 2
JUMLAH 706
MEAN 176.5
Dari hasil data yang diperoleh tentang respon pelayanan
kesehatan terhadap metode pelayanan kesehatan, yaitu jamaah menyetujui
bahwa penyuluhan langsung kesehatan perorangan dilaksanakan dengan
baik dengan skor 182. Oleh karena itu, jamaah haji tidak menyetujui
metode yang disampaikan oleh petugas kesehatan dalam menjabarkan
materi sangat membosankan dengan skor 179.
76
Respon menyetujui bahwa diskusi yang diberikan oleh petugas
kesehatan bersifat interaktif/saling bertukar pendapat dengan skor 174.
Sehingga jamaah haji menolak penyuluhan kelompok kesehatan
dilaksanakan kurang baik dengan skor 171.
c. Pertanyaan Mengenai Media
Tabel 17 Respon Jamaah Haji Terhadap Media Pelayanan Kesehatan
No Pertanyaan
Respon
Skor RangkingSS S N TS STS
1
Petugas kesehatanmenggunakan microfon dalammenyampaikan materi denganbaik.
7 33 5 - - 182 1
2
Alat bantu seperti kaset/taperecorder tidak mudahdimengerti dalammenyampaikan isi materi.
- 12 9 22 2 149 3
3
Dalam rangkaian pelayanan
kesehatan, petugas kesehatan
menggunakan VCD/DVD
untuk membantu pelayanan
yang akan diberikan.
4 30 8 3 - 170
2
Jumlah 501
Mean 167
Sesuai dengan tabel 17, rangking penilaian jamaah haji terhadap
media pelayanan kesehatan. Responden menyetujui petugas kesehatan
menggunakan microfon dalam menyampaikan materi dengan baik dengan
rangking ke 1 skor 182. Respon menyetujui dalam rangkaian pelayanan
77
kesehatan, petugas kesehatan menggunakan VCD/DVD untuk membantu
pelayanan yang diberikan dengan skor 170. Sehinggga jamaah haji tidak
menyetujui alat bantu seperti kaset/tape recorder tidak mudah dimengerti
dalam menyampaikan isi materi dengan skor 149.
d. Pertanyaan Mengenai Sikap
Tabel 18 Respon Jamaah Haji Terhadap Sikap Pelayanan Kesehatan
No Pertanyaan
Respon Skor Rangking
SS S N TS STS
1 Tidak semua Petugaskesehatan bersikap ramahtamah.
- 5 10 27 3 163 1
2 Tidak semua Petugaskesehatan bersikap sopansantun.
- 6 11 25 3 160 2
3 Didalam pelayanankesehatan, tidak semuapetugas kesehatanmemberikan pelayanankesehatan dengan sopan.
- 6 10 24 5 163 1
Jumlah 486
Mean 162
Berdasarkan pada rangking respon jamaah haji terhadap sikap
pelayanan kesehatan diatas. Jamaah haji tidak menyetujui bahwa tidak
semua Petugas kesehatan bersikap ramah tamah. Jamaah haji juga tidak
setuju apabila didalam pelayanan kesehatan, tidak semua petugas
kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dengan sopan. Dan tidak
menyetujui bahwa tidak semua Petugas kesehatan bersikap sopan santun.
78
Hasil dari keempat data diatas, yaitu data materi, metode, media
dan sikap. Maka penulis membandingkan hasil data tersebut :
Tabel 19 Perbandingan Unsur-Unsur Pelayanan Kesehatan
No Unsur-Unsur Pelayanan Kesehatan Skor Mean Rangking
1 Materi 575 191.67 1
2 Metode 706 176.5 2
3 Media 501 167 3
4 Sikap 486 162 4
Jumlah 2268
Dari tabel diatas dapat simpulkan bahwa materi diurutan pertama
diikuti sikap, selanjutnya metode dan media dengan urutan yang paling
terakhir. Seseorang mempunyai kebutuhan akan motivasi ekstrinsik dan
objektif yang didefinisikan dari luar. Seorang dapat belajar lebih baik jika
materi yang harus dipelajari memiliki konteks social.15
e. Dampak Kognitif
Tabel 20 Respon Jamaah Haji Terhadap Dampak Kognitif
No Pertanyaan Respon Skor Rangking
SS S N TS STS
1 Petugas kesehatanmemberikan pelayanankesehatan yangmemuaskan.
4 31 10 - - 174 3
2 Petugas kesehatankurang memberikanpelayanan kesehatansaat dibutuhkan.
- 7 5 18 15 176 2
15 Susan B. Bastable, Perawat Sebagai Pendidik Prinsip-Prinsip Pengajaran &Pembelajaran, h. 77.
79
3 Petugas kesehatanmemberikan pelayanankesehatan sesuaidengan standarkesehatan.
13 29 2 1 - 189 1
Jumlah 539
Mean 179.67
Jamaah haji setuju bahwa petugas kesehatan memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar kesehatan. Para jamaah haji
tidak setuju kalau Petugas kesehatan kurang memberikan pelayanan
kesehatan saat dibutuhkan. Tetapi jamaah haji setuju terhadap Petugas
kesehatan memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan.
f. Dampak Afektif
Tabel 21 Respon Jamaah Haji Terhadap Dampak Afektif
No Pertanyaan Respon Skor Rangking
SS S N TS STS
1 Petugas kesehatanmelayani kebutuhankesehatan jamaah hajidengan baik dan cepat.
4 38 3 - - 181 2
2 Petugas kesehatanmelakukan rangkaianpelayanan kesehatandengan sikap yang baik.
4 39 2 - - 182 1
Jumlah 363
Mean 181.5
80
Jamaah haji menyetujui bahwa Petugas kesehatan melakukan
rangkaian pelayanan kesehatan dengan sikap yang baik. Sehingga jamaah
haji setuju Petugas kesehatan melayani kebutuhan kesehatan jamaah haji
dengan baik dan cepat.
g. Dampak Konatif
Tabel 22 Respon Jamaah Haji Terhadap Dampak Konatif
No Pertanyaan Respon Skor Rangking
SS S N TS STS
1 Jamaah haji lebih rajinuntuk konsultasitentang kesehatankepada petugaskesehatan.
4 37 3 1 - 179 3
2 Jamaah haji lebih pekaterhadap kesehatan dirisendiri.
22 20 3 - - 199 1
3 Jamaah haji juga lebihpeka terhadapkesehatan jamaah hajiyang lain.
8 35 2 - - 186 2
Jumlah 564
Mean 188
Berdasarkan pada tabel 22 rangking dampak konatif terhadap
pelayanan kesehatan diatas. Dapat disimpulkan, Jamaah haji lebih peka
terhadap kesehatan diri sendiri. Dan Jamaah haji juga lebih peka terhadap
kesehatan jamaah haji yang lain. Sehingga Jamaah haji lebih rajin untuk
konsultasi tentang kesehatan kepada petugas kesehatan.
81
Hasil dari ketiga data diatas, yaitu dampak kognitif, dampak
afektif dan dampak konatif. Maka penulis membandingkan hasil data
tersebut :
Tabel 23 Perbandingan Dampak Aspek Pelayanan Kesehatan
No Dampak Aspek Pelayanan Kesehatan Skor Mean Rangking
1 Dampak Kognitif 539 179.67 3
2 Dampak Afektif 363 181.5 2
3 Dampak Konatif 564 188 1
Jumlah 1466
D. Respon Jamaah Haji Secara Keseluruhan
Setelah diketahui jawaban responden di atas pada setiap item
pernyataan mengenai pelayanan kesehatan jamaah haji yang terdiri dari 21
item pernyataan yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Selanjutnya
membuat persentase kategori untuk memudahkan penulis dalam
mengambil kesimpulan mengenai respon jamaah haji terhadap aspek
kognitif, afektif dan konatif pelayanan kesehatan daerah Kabupaten Bekasi
tahun 2013. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan skor
aktual dan ideal yang terlampir pada lampiran data penelitian sehingga
didapat hasil sebagai berikut. Sebagai berikut :
82
a. Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek Kognitif
Tabel 24 Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek Kognitif PadaKualitas Pelayanan Kesehatan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun2013
No Kategori Frekuensi Persentase
1 Tinggi 38 84,4%
2 Sedang 7 15,6%
3 Rendah 0 0%
Jumlah 45 100%
Berdasarkan tabel 24 di atas, dapat diketahui bahwa dari 45
responden sebagai sampel secara keseluruhan mayoritas memiliki
respon yang tinggi sebanyak 38 orang (84,4%) terhadap aspek kognitif
pada kualitas pelayanan kesehatan di kabupaten Bekasi tahun 2013,
sedangkan sisanya memiliki respon yang sedang atau cukup sebanyak
7 orang (15,6%).
Secara keseluruhan respon jamaah haji pada aspek kognitif didapat
dengan nilai skor aktual sebanyak 537 dengan dengan nilai skor ideal
675 sehingga didapat persentase sebesar 79,56% yang termasuk
kategori tinggi. Jika digambarkan dalam garis kontinum sesuai hasil
perhitungan interval di atas, maka akan tampak sebagai berikut :
Gambar 4 Respon Jamaah Haji Pada Aspek Kognitif
73,3%
Sedang
79,56%
100%20% 46,7%
Rendah Tinggi
83
b. Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek Afektif
Tabel 25 Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek Afektif PadaKualitas Pelayanan Kesehatan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun2013
No Kategori Frekuensi Persentase
1 Tinggi 40 88,9%
2 Sedang 5 11,1%
3 Rendah 0 0%
Jumlah 45 100%
Berdasarkan tabel 25 di atas, dapat diketahui bahwa dari 45
responden sebagai sampel secara keseluruhan mayoritas memiliki
respon yang tinggi sebanyak 40 orang (88,9%) terhadap aspek afektif
pada kualitas pelayanan kesehatan di kabupaten Bekasi tahun 2013,
sedangkan sisanya memiliki respon yang sedang atau cukup sebanyak
5 orang (11,1%).
Secara keseluruhan respon jamaah haji pada aspek afektif didapat
dengan nilai skor aktual sebanyak 365 dengan dengan nilai skor ideal
450 sehingga didapat persentase sebesar 81,11% yang termasuk
kategori tinggi. Jika digambarkan dalam garis kontinum sesuai hasil
perhitungan interval di atas, maka akan tampak sebagai berikut :
Gambar 5 Respon Jamaah Haji Pada Aspek Afektif
73,3%
Sedang
81,11%
100%20% 46,7%
Rendah Tinggi
84
c. Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek Konatif
Tabel 26 Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek Konatif PadaKualitas Pelayanan Kesehatan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun2013
No Kategori Frekuensi Persentase
1 Tinggi 42 93,3%
2 Sedang 3 6,7%
3 Rendah 0 0%
Jumlah 45 100%
Berdasarkan tabel 26 di atas, dapat diketahui bahwa dari 45
responden sebagai sampel secara keseluruhan mayoritas memiliki
respon yang tinggi sebanyak 42 orang (93,3%) terhadap aspek konatif
pada kualitas pelayanan kesehatan di kabupaten Bekasi tahun 2013,
sedangkan sisanya memiliki respon yang sedang atau cukup sebanyak
3 orang (6,7%).
Secara keseluruhan respon jamaah haji pada aspek konatif didapat
dengan nilai skor aktual sebanyak 564 dengan dengan nilai skor ideal
675 sehingga didapat persentase sebesar 83,56% yang termasuk
kategori tinggi. Jika digambarkan dalam garis kontinum sesuai hasil
perhitungan interval di atas, maka akan tampak sebagai berikut :
Gambar 6 Respon Jamaah Haji Pada Aspek Konatif
73,3%
Sedang
83,56%
100%20% 46,7%
Rendah Tinggi
85
E. Perbedaan Usia Jamaah Haji terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan
Haji
Untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara
usia jamaah haji dengan kualitas pelayanan kesehatan haji, maka
menggunakan analisis chi Square dengan bantuan software SPSS 21 for
Statistic. Dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 27 Respon Jamaah Haji Berdasarkan Usia
Berdasarkan tabel 27 di atas, dapat diketahui bahwa dari 15 orang
yang berusia antara 25-40 tahun mayoritas memiliki respon terhadap
kualitas pelayanan yang tinggi (93,33%). Sedangkan dari 23 orang yang
berusia antara 41-59 tahun mayoritas memiliki respon yang tinggi terhadap
kualitas pelayanan (91,30%). Dan dari 7 orang yang berusia antara 60-74
tahun secara keseluruhan memiliki respon yang tinggi juga (100%). Nilai
chi-square hitung sebesar 0,652 sedangkan nilai chi-square tabel bisa
dihitung pada chi-square tabel dengan α (0,05) dan df 2, didapat nilai chi-
square tabel 5,991 maka 0,652 < 5,991 serta menggunakan uji probabilitas
nilai signifikansi (0,722) > α (0,05) maka Ho diterima dapat disimpulkan
bahwa perbedaan usia jamaah haji tidak berpengaruh terhadap kualitas
86
pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi tahun 2013 dalam artian lain
baik usia muda maupun tua memiliki respon yang sama terhadap kualitas
pelayanan kesehatan.
F. Perbedaan Tingkat Pendidikan Jamaah Haji Terhadap Kualitas
Pelayanan Kesehatan Haji
Untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara
tingkat pendidikan jamaah haji dengan kualitas pelayanan kesehatan haji,
maka menggunakan analisis chi Square dengan bantuan software SPSS 21
for Statistic. Dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 28 Respon Jamaah Haji Berdasarkan TingkatPendidikan
Berdasarkan tabel 28 di atas, dapat diketahui bahwa dari 18 orang
yang berpendidikan rendah mayoritas memiliki respon terhadap kualitas
pelayanan yang tinggi (88,9%). Sedangkan dari 7 orang yang
berpendidikan sedang secara keseluruhan memiliki respon yang tinggi
terhadap kualitas pelayanan (100%). Dan dari 20 orang yang
berpendidikan tinggi mayoritas memiliki respon yang tinggi juga (95,0%).
87
Sedangkan nilai chi-square hitung sebesar 1,161 sedangkan nilai chi-
square tabel bisa dihitung pada chi-square tabel dengan α (0,05) dan df 2,
didapat nilai chi-square tabel 5,991 maka 1,161 < 5,991 serta
menggunakan uji probabilitas nilai signifikansi (0,56) > α (0,05) maka Ho
diterima dapat disimpulkan bahwa perbedaan tingkat pendidikan jamaah
haji tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan di
Kabupaten Bekasi tahun 2013 dalam artian lain baik pendidikan rendah
maupun tinggi, memiliki respon yang sama terhadap kualitas pelayanan
kesehatan.
G. Perbedaan Jenis Kelamin Jamaah Haji dengan Kualitas Pelayanan
Kesehatan Haji
Untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan
berdasarkan jenis kelamin jamaah haji dengan kualitas pelayanan
kesehatan haji, maka menggunakan analisis chi Square dengan bantuan
software SPSS 21 for Statistic. Dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 29 Respon Jamaah Haji Berdasarkan Jenis Kelamin
88
Berdasarkan tabel 29 di atas, dapat diketahui bahwa dari 20 orang laki-laki
mayoritas memiliki respon terhadap kualitas pelayanan yang tinggi (95,00%) dan
dari 25 orang perempuan mayoritas memiliki respon yang tinggi terhadap kualitas
pelayanan (92,00%). Sedangkan nilai chi-square hitung sebesar 1,161 sedangkan
nilai chi-square tabel bisa dihitung pada chi-square tabel dengan α (0,05) dan df 1,
didapat nilai chi-square tabel dengan nilai 3.841 maka 1,161 < 3.841 serta
menggunakan uji probabilitas nilai signifikansi (0,688) > α (0,05) maka Ho
diterima maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin jamaah haji
tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi
tahun 2013 dalam artian baik laki-laki maupun perempuan, memiliki respon yang
sama terhadap kualitas pelayanan kesehatan.
89
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya,
maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sesuai rumusan masalah,
dengan hasil sebagai berikut:
1. Respon jamaah haji terhadap kualitas pelayanan kesehatan di
Kabupaten Bekasi terbagi menjadi tiga aspek yaitu dampak kognitif,
dampak afektif, dan dampak konatif. Adapun penjelasannya sebagai
berikut :
a. Dampak Kognitif
Berdasarkan gambar 4, secara keseluruhan respon jamaah
haji pada aspek kognitif didapat dengan nilai skor aktual sebanyak
537 dengan dengan nilai skor ideal 675 sehingga didapat
persentase sebesar 79,56% yang termasuk kategori tinggi.
b. Dampak Afektif
Berdasarkan gambar 5, secara keseluruhan respon jamaah
haji pada aspek afektif didapat dengan nilai skor aktual sebanyak
365 dengan dengan nilai skor ideal 450 sehingga didapat
persentase sebesar 81,11% yang termasuk kategori tinggi.
c. Dampak Konatif
Berdasarkan gambar 6, secara keseluruhan respon jamaah
haji pada aspek konatif didapat dengan nilai skor aktual sebanyak
564 dengan dengan nilai skor ideal 675 sehingga didapat
persentase sebesar 83,56% yang termasuk kategori tinggi.
2. Sesuai dengan tabel 27, perbedaan usia jamaah haji tidak berpengaruh
terhadap kualitas pelayanan kesehatan haji di Kabupaten Bekasi tahun
90
2013. Hal ini dibuktikan dengan nilai chi square hitung sebesar 0,652
sedangkan nilai chi square tabel bisa dihitung pada chi-square tabel
dengan α (0,05) dan df 2, didapat nilai chi-square 5,991 maka 0,652 <
5,991 serta menggunakan uji probabilitas nilai signifikansi (0,722) > α
(0,05).
3. Sesuai dengan tabel 28, perbedaan tingkat pendidikan jamaah haji
tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan haji di
Kabupaten Bekasi tahun 2013. Hal ini dibuktikan dengan nilai chi-
square hitung sebesar 1,161 sedangkan nilai chi-square tabel dihitung
pada chi-square tabel dengan α (0,05) dan df 2, didapat nilai chi-
square 5,991 maka 1,161 < 5,991 serta menggunakan uji probabilitas
nilai signifikansi (0,56) > α (0,05).
4. Sesuai dengan tabel 29, perbedaan jenis kelamin jamaah haji tidak
berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan haji di Kabupaten
Bekasi tahun 2013. Hal ini dibuktikan dengan nilai chi-square hitung
sebesar 0,161 sedangkan nilai chi-square tabel bisa dihitung pada chi-
square tabel dengan α (0,05) dan df 1, didapat nilai chi-square tabel
dengan nilai 3,841 maka 0,161 < 3.841 serta menggunakan uji
probabilitas nilai signifikansi (0,688) > α (0,05).
B. Saran
Adapun saran yang diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi lebih meningkatkan lagi pelayanan
kesehatan khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan jamaah
haji baik di Indonesia, sedang berhaji maupun setelah kepulangan
jamaah haji dari Tanah Suci.
2. Dinas kesehatan agar terus melakukan kordinasi kepada lembaga atau
institusi terkait seperti Kementerian Agama dalam hal meningkatkan
pelayanan kesehatan jamaah haji.
3. Bagi semua jamaah haji agar mengikuti proses dan rangkain pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh dinas kesehatan.
91
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Rianto. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit,2004.
Al-Aqil, Thalal Bin Ahmad. Petunjuk Bagi Jamaah Haji dan Umrah.Jeddah.
Anasrul. Sehat&Mandiri dalam Berhaji&Umrah. Jakarta: ZikrulHakim,2012.
Arifin, Gus. Peta Perjalanan Haji dan Umrah; Panduan Lengkap danPraktik Menjalankan Ibadah Haji dan Umrah Sejak dari RumahHingga Kembali Lagi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013.
Asnawi, Sahlan. Cara Meraih Kesempurnaan Haji Mabrur. Jakarta: StudiaPress, 2001.
Bastable, Susan B. Perawat Sebagai Pendidik Prinsip-Prinsip Pengajaran& Pembelajaran. Jakarta: EGC, 2002.
Chabiburrachim. Agenda Perjalanan Haji dan Umroh. Jakarta: Kuwais.
Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. RajaGrasindo Persada,2011.
Departemen Agama RI, Modul IV Pengelolaan Pelayanan KesehatanJamaah Haji Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1428H/2007 M.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi.
Effendi, Onong Uchajana. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2002.
Hayati, Sri. Dkk. Ilmu Pengetahuan Sosial Geografi untuk SMP dan MTsKelas VIII. Erlangga, 2007.
Kementerian Agama RI, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan HajiBahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1432 H/2011 M.
92
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor442/MENKES/SK/VI/2009 Tentang Pedoman PenyelenggaraanKesehatan Haji Indonesia
Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu&Seni. Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2011.
___________. Promosi Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010.
Nugroho, Wahjudi. Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta:Buku Kedokteran EGC, 2009.
Praktiknya. Dkk. Etika, Islam, dan Kesehatan: Sumbangan Islam dalamMengahadapi Problema Kesehatan Indonesia. Jakarta: CV.Rajawali, 1986.
Pratisto, Arif. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan RancanganPercobaan dengan SPSS 12. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,2004
Rahajoekoesoema, Datje. Kamus Belanda-Indonesia, Edisi kedua. Jakarta:PT. Rineka Cipta, 1991.
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. Metodologi Penelitian. Bandung:CV. Mandar Maju, 2011.
Slamet, Juli Soemirat. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah MadaUniversity Press, 1994.
Suharyadi dan Purwanto. Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.Jakarta: Salemba Empat, 2008.
Sujana. Metode Statistika, edisi 6. Bandung: Tarsito, 1995.
Supranto, J. Statistik: Teori dan Aplikasi, Edisi 7. Erlangga, 2008.
Tjiptoherijanto, Prijono dan Budi Soesetyo. Ekonomi Kesehatan. Jakarta:PT. Rineka Cipta, 1994.
Umar, Husein. Metode Riset Bisnis: Panduan Mahasiswa untukMelaksanakan Riset Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil RisetBidang Manajemen dan Akutansi. Jakarta: PT. Gramedia PusakaUtama, 2003.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang SistemPendidikan Nasional
93
_______________________. No 13 Tahun 2008 Tentang PenyelenggaraanIbadah Haji
Wulandari, Diah. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika Press, 2009.
Yayasan Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo. Buku Acuan National;Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI,2002.
Internet
Artikel diakses pada hari sene tanggal 7 juli 2014 darihttp://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7414:polri-dan-kpk-join-jerat-anggodo&catid=38:nasional
Artikel diakses pada hari Minggu tanggal 23-Maret-14 daribapelkescikarang.or.id/.../drfatmodul2-yankesbinluh-progkesji.pdf
Artikel diakses pada hari Jumat tanggal 28-Maret-14 daridewapurnama.files.wordpress.com/.../modul-dewa89s-bahan-bacaan-pes....
Artikel diakses pada hari Minggu tanggal 30 Maret 2014 darihttp://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/index.php?option=com_jevents&task=icalrepeat.detail&evid=83&Itemid=298&year=2012&month=05&day=27&uid=c7d25a36b9ff76e308c9d87f5c15264b
Berita diakses pada hari Selasa tanggal 1 April 2014 darihttp://ipaninfo.wordpress.com/2011/11/17/undang-undang-ri-no-13-tahun-2008-tentang-penyelenggaraan-ibadah-haji/
Berita diakses pada hari Minggu tanggal 30 Maret 2014 darihttp://kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=81263
Berita diakses pada hari Minggu tanggal 30-Maret-14 darihttp://www.iphi.web.id/2013/03/14/kemenag-rohul-usul-penetapan-rasio-kuota-haji-perdaerah/
94
Skripsi
Dzul Kifli. “Manajemen Pelayanan Haji dan Umrah PT. Patuna Tour danTravel.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010