Upload
lynguyet
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PELAYANAN KESEHATAN JAMAAH HAJI PADAPUSAT KESEHATAN HAJI KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2014
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
OLEH:
PUTRI DEBBY ISWARA. RNIM: 1111053100003
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAHPROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA1436 H/2015 M
iv
ABSTRAK
Putri Debby Iswara. R, 1111053100003, Evaluasi Pelayanan Kesehatan JamaahHaji Pada Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI Tahun 2014 di bawahbimbingan Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si
Ibadah haji merupakan rukun kelima dari rukun Islam. Ia diwajibkan AllahSWT, kepada orang- orang yang mampu. Dalam al- Qur’an dinyatakan bahwa ibadahhaji wajib atas setiap muslim yang mampu, yakni memiliki bekal sehat jasmani danrohani, sebagaimana dijelaskan dalam surat Ali Imran/3: 97. Kesehatan adalah modaldalam perjalanan ibadah haji. Salah satu upaya yang dilakukan adalah denganpemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatannya ke Arab Saudi.Merupakan rangkaian pelayanan kesehatan yang bersifat kontinum dan komprehensifdengan melaksanakan proses pemeriksaan kesehatan, pengobatan, dan pemeliharaankesehatan terhadap jamaah haji sesuai standar agar jamaah haji dapat melaksanakanibadah haji yang sebaik- baiknya. Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan terdiridari pelayanan kesehatan di daerah (pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan/pra haji dan pada saat kepulangan/ pasca haji), pelayanan kesehatan di embarkasi dandebarkasi, pelayanan kesehatan selama penerbangan, pelayanan kesehatan selama diArab Saudi, dan pelayanan kesehatan dikelompok terbang.
Tujuan dilakukan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan pelayanankesehatan jamaah haji di Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI dan untukmengetahui evaluasi pelayanan dalam pelaksanaan kesehatan haji, dengan melihatbagaimana pelaksanaan pelayanan kesehatan jamaah haji di Pusat Kesehatan HajiKementerian Kesehatan RI tahun 2014 dan bagaimana evaluasi pelaksanaan danpelayanan kesehatan jamaah haji.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode penelitian kualitatifsering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan padakondisi yang alamiah (natural setting) disebut metode kualitatif karena data yangterkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Setelah di analisis evaluasi dari jemaah wafat pada tahun 1435H/ 2014Mberdasarkan tempat wafat yaitu (BPHI, Sektor dan RSAS) sebesar 61,6 % atausebanyak 183 jemaah haji wafat di Sarana Pelayanan Kesehatan; dan sebesar 38,4 %atau 114 jamaah haji wafat di luar sarana pelayanan kesehatan (Pondokan, Masjid,Perjalanan dan Pesawat). Jika dibandingkan dengan tahun 1434H/2013M maka padatahun 1435H/2014M persentase jamaah wafat di sarana kesehatan lebih rendah,sedangkan di luar sarana kesehatan lebih tinggi. Itu artinya pelayanan kesehatanjamaah haji yang diberikan oleh petugas maupun tim kesehatan jamaah haji Indonesiasudah lebih baik dari tahun sebelumnya.
Kata Kunci: Evaluasi dan Pelayanan Kesehatan Haji
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
maka penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Sholawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. atas
perjuangan dan kemuliaan akhlaknya semoga dapat menjadi suri tauladan bagi kita
semua hingga akhir zaman.
Penulisan skripsi dengan judul “Evaluasi Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji
Pada Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI Tahun 2014” bertujuan untuk
memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana strata satu di Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi pada Program Studi Manajemen Haji dan Umrah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tujuan penulisan skripsi ini, tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan moril dan materiil dari banyak pihak terutama kepada kedua
orang tua saya Bapak Abdul Rasyid dan Ibu Inni Djuniati Sutetri yang sangat penulis
cintai dan sayangi, yang senantiasa mendo’akan penulis dan selalu memberikan
dukungan yang luar biasa agar penulis dapat menyelesaikan skripsi dan wisuda, yang
selalu sabar dalam memberikan sesuatu yang terbaik untuk penulis, dan yang selalu
perhatian terhadap penulis. Terimakasih juga untuk keempat kakak- kakakku yang
sangat penulis sayangi, Irma Yulinsa, Ade Zailani, Dhita Sefrita, Oka Wirahadi
Kusuma. Semoga penulis dapat menjadi anak yang dapat dibanggakan bagi kedua
v
orang tua juga keluarga, dan ilmu yang di dapat selama diperkuliahan menjadi
bermanfaat bagi umat manusia.
Dengan segala kerendahan hati penulis juga mengucapkan terimakasih
sebesar- besarnya kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan , MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Suparto, M.E.d, Ph.D selaku Wakil Dekan I, Dr. Roudhonah, MA selaku Wakil
Dekan II, Dr. Suhaimi, MSi selaku Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah,
dan Sugiharto, MA selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Dakwah.
4. Ir. Noor Bekti Negoro, SE., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang
senantiasa membantu penulis dalam bimbingan skripsi hingga selesai.
5. Muammar Aditya SE, M.Ak selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Tim penguji sidang skripsi pada tanggal 15 September 2015. Dr. Suhaimi, M.Si
sebagai ketua sidang, Drs. Sugiharto, MA selaku sekertaris sidang, Prof. Dr. H.
Syamsir Salam, MS sebagai penguji I dan Drs. Sugiharto, MA sebagai penguji II.
7. Seluruh Dosen- dosen Manajemen Haji dan Umrah yang tidak bisa penulis
sebutkan namanya satu persatu, penulis ucapkan terimakasih yang tak terhingga
banyaknya atas ilmu yang telah diberikan, atas kesabaran, perhatian, pengorbanan
dan kasih sayangnya dalam mendidik penulis hingga akhir skripsi
8. Drs. H. Mahmud Jalal, MA yang sudah memberikan support dan motivasinya
terus kepada penulis dari sebelum masuk perkuliahan sampai saat ini.
v
9. Budi Maulana ST selaku Kasubbag Tata Usaha Pusat Kesehatan Haji
Kementerian Kesehatan RI yang telah memberikan izin penulis untuk
melaksanakan penelitian.
10. Mulyanti selaku Staf Perencana Kesehatan Haji di Pusat Kesehatan Haji
Kementerian Kesehatan RI yang sudah sabar direpotkan oleh penulis untuk
mendapatkan data- data dari penulisan skripsi ini.
11. Sahabat Keluarga (Lollypop) Difla Karisha, Rizka Zahara, Pipit Deviyanti, Kicky
Mayantie dan Annisa Nuraddina yang penulis sayangi dan yang selalu
memberikan dukungan serta doanya untuk penulis.
12. Teman- teman Manajemen Haji dan Umroh angkatan 2011 yang selalu
dirindukan kebersamaannya, semoga kita semua menjadi orang yang sukses.
Aamiiin.
13. Teman- teman KKN Origami UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014,
terima kasih banyak atas doa dan motivasinya.
Tiada kata yang paling indah selain Jazakkalloh Khoiron Katsira, semoga
Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, dengan
sebaik- baik balasan dan semoga selalu dalam naungan rahmat dan Ridho-Nya.
Aamiin…
Jakarta, 27 Agustus 2015
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 5
D. Metodologi Penelitian .................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 11
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Evaluasi ........................................................................................ 12
1. Pengertian Evaluasi ................................................................ 12
2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi ................................................... 14
3. Proses Evaluasi ...................................................................... 14
x
4. Desain Evaluasi ...................................................................... 15
B. Pelayanan Kesehatan Haji............................................................. 16
1. Pengertian Pelayanan Kesehatan Haji .................................... 16
2. Jenis- jenis Pelayanan Kesehatan Haji ................................... 18
3. Standar Pelayanan Kesehatan Haji ......................................... 19
C. Jamaah Haji .................................................................................. 23
1. Pengertian Jamaah Haji .......................................................... 23
2. Klasifikasi Jamaah Haji .......................................................... 25
3. Standar Kelaikan Kesehatan Jamaah Haji............................... 26
BAB III GAMBARAN UMUM PUSAT KESEHATAN HAJIKEMENTERIAN KESEHATAN RI
A. Profil Umum Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI ...................... 29
B. Visi dan Misi Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI ...................... 30
C. Tugas Pokok dan Fungsi .............................................................. 31
D. Tujuan, Sasaran, Kebijakan, Strategi dan Target ......................... 37
E. Struktur Organisasi Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI ............ 42
BAB IV ANALISIS EVALUASI PELAYANAN KESEHATAN JAMAAHHAJI PUSKES HAJI TAHUN 2014
A. Deskripsi Pelayanan Kesehatan Haji Terhadap Jamaah Haji Tahun2014 .............................................................................................. 43
B. Analisis Evaluasi Pelayanan Kesehatan Haji berdasarkan PedomanPenyelenggaraan Kesehatan Haji ..................................................... 54
x
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 70
B. Saran ............................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 72
LAMPIRAN- LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Formasi Tenaga Kesehatan Kloter Per Embarkasi ............................... 44
Tabel 2. Data Jamaah Wafat Berdasarkan Tahun 2012, 2013 dan 2014 ............ 45
Tabel 3. 10 Penyakit Teratas Jamaah Haji Indonesia Tahun 2014 ..................... 48
Tabel 4. Pemantauan Higiene Sanitasi Jamaah Haji dan Katering ...................... 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Distribusi Jumlah Jamaah Berdasarkan Risti Tahun 2014................. 46
Gambar 2. Distribusi Jumlah Jamaah Risti Berdasarkan Sebab Risti.................. 47
Gambar 3. Perbandingan Rate Jamaah Wafat (per mil) di Arab Saudi .............. 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibadah haji merupakan rukun kelima dari rukun Islam. Ia diwajibkan
Allah SWT, kepada orang- orang yang mampu.1 Dalam al- Qur’an dinyatakan
bahwa ibadah haji wajib atas setiap muslim yang mampu, yakni memiliki bekal
sehat jasmani dan rohani, sebagaimana dijelaskan dalam surat Ali Imran/3: 97.
Pelaksanaan ibadah haji yang dimulai sejak dari persiapan di tanah air,
penerbangan ke Arab Saudi, selama di Arab Saudi dan penerbangan kembali ke
tanah air penuh dengan aktifitas fisik dan rohani yang intensitasnya sangat
tinggi. Pelaksanaan ibadah haji tersebut dilaksanakan di Negara yang
mempunyai lingkungan dan iklim yang sangat berbeda dengan situasi di tanah
air. Situasi demikian mengharuskan setiap calon jamaah haji harus mampu dan
siap baik secara fisik, mental maupun ekonomi.2
Kesehatan adalah modal dalam perjalanan ibadah haji. Tanpa kondisi
kesehatan yang memadai, niscaya pencapaian ritual peribadatan menjadi tidak
maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar
memiliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya. Salah satu upaya
yang dilakukan adalah dengan pemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum
1Wahbah Al- Zuhaily, Fikih Shaum, I’tikaf dan Haji: Kajian Berbagai Mazhab(Bandung: Pustaka Media Utama, 2006), Cet. Ke- 1, h. 167.
2Farid W Husein, Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Bagi Calon Jamaah Haji danJamaah Haji: Pedoman Bagi Petugas Kesehatan (Jakarta: Direktorat Jenderal BinaPelayanan Medik, 2006) h. 2.
2
keberangkatannya ke Arab Saudi. Agar mencapai tujuan, maka pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan pada jemaah haji sebelum keberangkatan harus dapat
memprediksi risiko kesakitan dan kematian saat melakukan perjalanan ibadah
haji. Risiko kesakitan dan kematian ini selanjutnya dikelola dengan tujuan
menurunkan angka kesakitan dan kematian jemaah haji selama perjalanan
ibadah haji.3
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No 1394/
MENKES/SK/XI/2002 menimbang bahwa penyelenggaraan ibadah haji tidak
saja memerlukan persiapan dari aspek tuntutan agama tapi juga kesiapan fisik
agar ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib dan lancar. Untuk
mempersiapkan, meningkatkan dan mempertahankan kondisi kesehatan jamaah
haji diperlukan suatu sistem dan manajemen pembinaan dan pemberian
pelayanan kesehatan secara terpadu dan menyeluruh.
Merupakan rangkaian pelayanan kesehatan yang bersifat kontinum dan
komprehensif dengan melaksanakan proses pemeriksaan kesehatan,
pengobatan, dan pemeliharaan kesehatan terhadap jamaah haji sesuai standar
agar jamaah haji dapat melaksanakan ibadah haji yang sebaik- baiknya.
Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan terdiri dari pelayanan kesehatan di
daerah (pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan/ pra haji dan pada saat
kepulangan/ pasca haji), pelayanan kesehatan di embarkasi dan debarkasi,
pelayanan kesehatan selama penerbangan, pelayanan kesehatan selama di Arab
3http://www.indonesian-publichealth.com/2014/06/penyelenggaraan-kesehatan-haji.html
3
Saudi, dan pelayanan kesehatan dikelompok terbang. Pelayanan kesehatan
tersebut satu dengan lain merupakan proses pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif.4
Rangkaian pelayanan kesehatan yang bersifat kontinum dan komprehensif
dengan melaksanakan proses pemeriksaan kesehatan, pengobatan, dan
pemeliharaan kesehatan terhadap jamaah haji sesuai standar agar jamaah haji
dapat melaksanakan ibadah haji dengan sebaik- baiknya.
Penyelenggaraan kesehatan Haji adalah rangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan haji, pelayanan medis,
imunisasi, surveilans, kesehatan lingkungan dan manajemen penyelenggaraan
kesehatan haji.
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan dilaksanakan
oleh pemerintah secara interdepartemental.5 Kementerian Kesehatan merupakan
salah satu departemen terkait dan bertanggung jawab dalam masalah
pengamanan kesehatan bagi calon/ jamaah haji Indonesia. Keterlibatan
Kementerian Kesehatan dalam penyelenggaraan ini perlu terus ditingkatkan
untuk mencapai tujuan jangka panjang bidang Agama, antara lain:
“ Melanjutkan usaha untuk terus meningkatkan pelayanan dan kelancaran
penunaian ibadah haji bagi umat Islam sesuai dengan kemampuan masyarakat.6
4Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji (Keputusan Menkes RI Nomor 442/MENKES/ SK/ VI/ 2009) h. 13
5UU. No. 17 tahun 1999 BAB III Pasal 6 ayat 16TAP MPR nomer. II/ MPR/ 1993
4
Tanggung jawab pelayanan kesehatan ini meliputi sejak sebelum
keberangkatan ke Arab Saudi, diperjalanan pergi/ pulang, selama di Arab Saudi
dan setelah kembalinya jamaah haji ke tanah air. Sebelum keberangkatan
Kementerian Kesehatan telah menyiapkan sarana, prasarana, termasuk tenaga
kesehatan haji dalam mengidentifikasi status kesehatan calon haji yang
memenuhi persyaratan kesehatan (Isthitho’ah kesehatannya) untuk berangkat ke
Arab Saudi, rujukan bagi calon haji resiko tinggi, pembinaan kesehatan yang
dikoordinasikan dengan pihak terkait seperti Departemen Agama, KBIH
(Kelompok Bimbingan Ibadah Haji), LSM penyelenggara JPKM (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat), Askes (Asuransi Kesehatan) dan lain-
lain.
Berdasarkan paparan yang sudah dijelaskan sebelumnya, membuat
penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan
tugas akhir skripsi untuk menjawab gelar kesarjanaan pada bidang haji dan
umrah dengan judul : “Evaluasi Pelayanan Kesehatan Haji Tahun 2014 Pada
Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI”.
B. Batasan Masalah Dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada evaluasi pelayanan kesehatan jamaah
haji tahun 2014 pada Pusat Kesehatan Haji yang berada di Kementerian
Kesehatan RI
5
2. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah pokok yang akan dibahas pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan pelayanan kesehatan jamaah haji di Pusat
Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI tahun 2014?
b. Bagaimana evaluasi pelaksanaan dan pelayanan kesehatan haji?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok rumusan masalah, maka penulis mempunyai
tujuan dalam penulisan ini adalah:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan kesehatan jamaah haji di
Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI
b. Untuk mengetahui evaluasi pelayanan dalam pelaksanaan kesehatan
jamaah haji.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi Khazanah keilmuan
Manajemen Haji dalam lingkup Kesehatan Haji oleh Pusat
Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI dan dapat dijadikan
acuan sebagai penulisan karya ilmiah.
6
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan haji yang memenuhi pedoman
penyelenggaraan kesehatan haji pada pusat kesehatan haji
Kementerian Kesehatan RI
c. Manfaat Akademis
Sebagai persyaratan akhir untuk mendapatkan gelar sarjana
strata satu (S1) dalam bidang Manajemen Dakwah (Haji dan
Umroh).
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan penulis adalah metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah. (Sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan
makna dari pada generalisasi.
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada
7
awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
antropologi budaya, disebut metode kualitatif karena data yang terkumpul
dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.7
2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi pada Pusat
Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI yang beralamat di Jl. HR
Rasuna Said No. X-5 Kav 4-9 Kuningan, Jakarta 12750 Telp. / Fax : 021 -
525 1689. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 28 Mei- 28 Agustus
2015.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah orang yang memberikan informasi dan
data kepada penulis. Sedangkan objeknya adalah evaluasi hasil dari
pelaksanaan dalam pelayanan kesehatan jamaah haji tahun 2014 pada
Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan data dengan
menggunakan penelitian lapangan (Field Riseach) yaitu penelitian yang
dilakukan dilapangan, tempat dimana objek penelitian itu berada sebagai
pengambilan datanya dalam penelitian lapangan adalah dengan metode:
7 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. (Bandung:2009) h. 8-9
8
a. Interview
Interview atau wawancara adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara denngan informan, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang
relatif lama. Penulis melakukan wawancara dengan Staf Perencana
Kesehatan Haji Indonesia Ibu Mulyanti.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian
manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu
utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, penciuman,
mulut dan kulit. Karena itu observasi adalah kemampuan seseorang
untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra
mata serta panca indra lainnya. Adapun observasi atau pengamatan
pada Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI.
c. Dokumentasi
Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan
data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Atau
metode yang digunakan untuk menelusuri data historis yang
memiliki peranan yang sangat penting.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dokumen yang
didapat dari proses observasi.
9
5. Teknik Analisis Data
Setelah data penulis peroleh melalui observasi dan wawancara,
selanjutnya penulis mengolahnya denngan menggunakan metode content
analysis yaitu menganalisa dan menguraikan secara jelas dan utuh hal- hal
yang berkaitan dengan permasalahan yang ada yaitu sesuai dengan judul
skripsi penulis, yang telah diuraikan perumusan dan pembatasan
masalahnya yaitu mengenai evaluasi pelayanan dalam pelaksanaan
kesehatan haji oleh Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI.
Untuk memperkuat analisis, penulis membandingkan dengan informasi
yang diberikan oleh informan.
Kemudian setelah metode penelitian ini ditempuh, penulis
selanjutnya membuat kesimpulan dengan pendekatan metode induktif
yaitu menyimpulkan kesimpulan dari yang bersifat khusus ke umum.
E. Tinjauan Pustaka
Dari Beberapa referensi dan skripsi yang penulis baca, ada beberapa
skripsi yang hampir sama dengan yang akan penulis teliti walaupun sebenarnya
tidak sama. Judul-judul tersebut antara lain :
1. Wasilaturohmah, dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Pelayanan
Manasik Haji Tahun 2013 Pada Kementerian Agama Jakarta Timur.8
Jurusan Manajemen Dakwah (Haji dan Umroh), penelitian ini hampir
8 Wasilaturohmah, Evaluasi Pelayanan Manasik Haji Tahun 2013 pada KementerianAgama Jakarta Timur
10
sama dengan penelitian yang penulis lakukan, hanya saja penulis
melakukan penelitian tentang kesehatan haji yang berada di Pusat
Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI.
2. Nadiatul Khairiyah, dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi
Pelayanan Umroh Angkatan ke- 6 tahun 2011 PT. Mulia Utama Tour
Jakarta.
3. Isnaini S, dalam penelitiannya yang berjudul “Manajemen Pelayanan
Kesehatan Jamaah Haji Dinas Kesehatan Kota Tangerang Pada Musim
Haji Tahun 2010”
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, adapun pembahasannya
secara rinci adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, bab ini membahas latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori, bab ini berisi pengertian evaluasi, jenis- jenis
evaluasi, tujuan dan fungsi evaluasi, proses evaluasi, desain
evaluasi, pengertian pelayanan kesehatan, jenis- jenis pelayanan
kesehatan, standar pelayanan kesehatan, pengetian jamaah haji dan
standar kelaikan kesehatan jamaah haji.
BAB III Gambaran umum Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI,
bab ini berisi profil umum, visi, misi, tugas pokok dan fungsi,
11
tujuan, sasaran, kebijakan, strategi dan target, struktur organisasi
pusat kesehatan haji.
BAB IV Analisis Evaluasi Pelaksanaan dalam Pelayanan Kesehatan Haji,
dalam bab ini penulis menerangkan analisis evaluasi pelayanan
kesehatan haji tahun 2014 pada Pusat Kesehatan Haji Kementerian
Kesehatan RI dan Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji tahun
2014.
BAB V Penutup kesimpulan dan saran
12
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Menurut kamus istilah manajemen, Evaluasi adalah proses
bersistem dan objektif yang menganalisa sifat dan ciri pekerjaan di dalam
perusahaan atau organisasi.9 Menurut Arikunto, “Evaluasi adalah suatu
kegiatan yang bertujuan untuk tingkat keberhasilan suatu kegiatan.10
Dengan demikian, penelitian evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat efektifitas pelaksanaan program dengan cara mengukur hal- hal
yang berkaitan dengan keterlaksanaan program tersebut.
Menurut Firman B. Aji dan Martin, “Evaluasi adalah suatu usaha
untuk mengukur dan memberi nilai secara objektif pencapaian hasil- hasil
yang telah direncanakan sebelumnya. Hasil- hasil evaluasi dimaksudkan
menjadi umpan balik untuk perencanaan kembali.11
(Cross, 1973: 5), mengutip bahwa “Evaluation is process which
determines the extent to which objectives have been achieved”. Evaluasi
merupakan proses yang menentukan kondisi, di mana suatu tujuan telah
9Firman B. Aji, S. Martin, Perencanaan dan Evaluasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990)cet ke-3 h.30
10 Suharsimi Arikunto, Penelitian Program Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara,1998), cet ke-1 h.8
11 Firman B. Aji, S. Martin, Perencanaan dan Evaluasi, (Jakarta: Bumi Aksara,1990) cet ke-3 h.30
13
dapat dicapai. Definisi ini menerangkan secara langsung hubungan
evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, di mana
suatu tujuan dapat dicapai, sebenarnya evaluasi juga merupakan proses
memahami, memberi arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu
informasi bagi keperluan pengambilan keputusan.12
Sedangkan menurut Perhimpunan Ahli Kesehatan Masyarakat
Amerika, evaluasi ialah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah
keberhasilan dan usaha pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Proses tersebut mencakup kegiatan- kegiatan memformulasikan tujuan,
identifikasi kriteria yang tepat untuk digunakan mengukur keberhasilan,
menentukan dan menjelaskan derajat keberhasilan, dan rekomendasi
untuk kelanjutan aktivitas program.13
Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu
penilaian terhadap kinerja yang sebelumnya sudah menetapkan target
tertentu sebagai tolak ukur apakah suatu kinerja tersebut sudah mencapai
target yang ditentukan atau belum.
2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Menentukan tujuan evaluasi kinerja dapat berupa tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja
12 Sukardi, Evaluasi Pendidikan “Prinsip dan Operasionalnya” (Jakarta: BumiAksara, 2009) cet ke-3, h. 1
13 Notoatmodjo Soekidjo, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. (Jakarta: RinekaCipta, 2007) h. 103
14
karyawan secara rutin. Sedangkan evaluasi kinerja juga dapat disusun
untuk mencapai tujuan khusus. Misalnya, evaluasi kinerja dapat disusun
untuk mengurangi jumlah karyawan.
Fungsi Evaluasi Kinerja antara lain sebagai berikut:
a. Memberikan balikan kepada pegawai ternilai mengenai kinerjanya.
b. Alat promosi dan demosi
c. Alat memotivasi ternilai
d. Penentuan dan pengukuran kinerja
e. Sebagai alat pemutusan hubungan kerja dan merampingkan
organisasi
f. Konseling kinerja buruk perberdayaan pegawai.14
3. Proses Evaluasi
Proses atau kegiatan dalam evaluasi itu mencakup langkah- langkah
sebagai berikut, yaitu:
a. Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang
apa yang akan dievaluasi terhadap program yang dievaluasi.
b. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan
keberhasilan program yang akan dievaluasi.
c. Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan.
14 A. Dale Timpe, Seri Manajemen Sumber Daya Manusia Kinerja (Jakarta: PT.ElexMedia Komputindo,kelompok Gramedia, 1999) h. 15
15
d. Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil
pelaksanaan evaluasi tersebut.
e. Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan tersebut, serta memberikan
penjelasan- penjelasannya.
f. Menyusun rekomendasi atau saran- saran tindakan lebih lanjut
terhadap program berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut.15
4. Desain Evaluasi
Semua metode dan desain penelitian pada dasarnya dapat diterapkan
pada penelitian evaluasi kinerja.
a. Survei dengan desain korelasional
Penelitian survei kinerja dapat dilakukan dengan metode
survei dan desainnya korelasional (mencari hubungan atau
pengaruh) antara variabel independen dan variabel dependen.
b. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian dengan karakteritik
berikut: menekankan pada proses komprehensif terjadinya suatu
fenomena, menggunakan data kualitatif sebagai sumber utama
dalam bentuk narasi,dan peneliti sebagai instrumen utama.peneliti
mengobservasi proses evaluasi kinerja pada suatu organisasi dari
15 Notoatmodjo Soekidjo, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. (Jakarta: RinekaCipta, 2007) h. 104
16
proses perencanaan kinerja, pelaksanaan kinerja, sampai dokumen
kinerja ternilai oleh penilai, proses penilaian kinerja, wawancara
kinerja sampai proses naik banding. Disamping itu penilai juga
mewawancarai penilai dan ternilai untuk menjaring informasi
mnegenai persepsi mereka tentang sistem evaluasi kinerja.16
B. Pelayanan Kesehatan Haji
1. Pengertian Pelayanan Kesehatan Haji
Menurut Levey dan Loomba (1973) Pelayanan Kesehatan Adalah
upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.17
Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmojo, Pelayanan kesehatan
merupakan konsep yang digunakan untuk menyediakan layanan kesehatan
pada masyarakat, ini merupakan sub sistem dari layanan kesehatan
dimana tujuan utamanya adalah pelayanan pencegahan atau preventif dan
peningkatan kesehatan (promotif) dengan sasaran masyarakat.18
16 Wasilaturohmah, Evaluasi Pelayanan Manasik Haji Tahun 2013 padaKementerian agama Jakarta Timur. h. 14-15
17 http://peterpaper.blogspot.com/2010/04/pelayanan-kesehatan-1.html diakses pada12 Juni 2015, pukul 22:11
18 http://www.konsultankolesterol.com/pelayanan-kesehatan.html diakses pada 12Juni 2015, pukul 22.25
17
Dengan kata lain pelayanan kesehatan merupakan upaya yang
dilakukan baik sendiri atau bersama-sama di dalam sebuah organisasi
untuk memelihara kesehatan, meningkatkan kesehatan, mencegah, dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat.
Kesehatan adalah modal dalam perjalanan ibadah haji. Tanpa
kondisi kesehatan yang memadai, niscaya pencapaian ritual peribadatan
menjadi tidak maksimal.
Pelayanan kesehatan Haji secara umum antara lain adalah pelayanan
kesehatan yang dilakukan secara berjenjang mulai dari tanah air sampai
saat di Arab Saudi, yang memungkinkan setiap jamaah dapat
memanfaatkan pelayanan kesehatan bagi dirinya termasuk pada saat
gawat darurat sehingga jamaah haji dapat beribadah dengan baik.19
Penyelenggaraan kesehatan haji bertujuan untuk memberikan
pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik- baiknya bagi
jamaah haji pada bidang kesehatan, sehingga jamaah haji dapat
menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam.
Tujuan tersebut dicapai melalui upaya-upaya peningkatan kondisi
kesehatan sebelum keberangkatan, menjaga kondisi sehat selama
menunaikan ibadah sampai tiba kembali ke Indonesia, serta mencegah
19 Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI “Laporan Penyelenggaraan Kesehatan HajiTahun 2009” (Jakarta: 2010) h. 11
18
transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar/ masuk oleh
jamaah haji.20
2. Jenis- jenis Pelayanan Kesehatan Haji
a. Pemeriksaan kesehatan pertama di Puskesmas
Pemeriksaan pertama dilakukan di puskesmas terdekat tempat
jemaah tinggal. Saat pemeriksaan pertama inilah jemaah haji
didiagnosis penyakitnya, jika diperoleh jemaah haji dengan risiko
tinggi maka dilakukan peningkatan kesehatan agar penyakitnya
dapat diobati dan dapat di kontrol dengan baik. Pembinaan
kesehatan juga dilakukan saat pemeriksaan kesehatan pertama
berlangsung.
b. Pemeriksaan kesehatan kedua di Rumah Sakit
Pemeriksaan kedua ini merupakan pemeriksaan rujukan dari
pemeriksaan pertama pada mereka yang mengalami penyakit
dengan risiko tinggi seperti jantung, hipertensi DM, dan ginjal.
Selain itu pada kesempatan ini dilakukan pemberian vaksinasi
Meningitis Meningkokus dan influenza.
c. Pelayanan kesehatan di Embarkasi
Penyelenggaraan kesehatan diembarkasi meliputi pemeriksaan
dokumen kesehatan jemaah, pelayanan rawat jalan dan pelayanan
rawat inap (rujukan).
20 Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji, (Departemen Kesehatan RI: 2009),h.5
19
d. Pelayanan Kesehatan di Arab Saudi
Pelayanan kesehatan jemaah haji ketika di Arab Saudi terdiri
dari pelayanan rawat jalan (Kloter, BPHI Sektor dan BPHI Daker),
rawat inap BPHI Sektor dan BPHI Daker serta perawatan rujukan
ke RSAS. Pelayanan kesehatan penunjang yaitu pelayanan
kesehatan gigi, pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan
dietasi/nutrisionis. Pelayanan kesehatan pencegahan dan
penanggulangan penyakit dengan melakukan pengawasan sanitasi
catering, sanitasi pondokan, penyuluhan pencegahan, pemantauan
jemaah haji sakit di RSAS, penyelesaian administrasi jemaah haji
wafat, pemantauan, pencegahan dan penanggulangan Kejadian Luar
Biasa (KLB).21
3. Standar Pelayanan Kesehatan Haji
Pelayanan kesehatan haji berpedoman pada keputusan menteri
kesehatan Republik Indonesia nomor 442/Menkes/SK/VI/2009 tentang
pedoman penyelenggaraan kesehatan haji Republik Indonesia. Dalam
pedoman tersebut pelayanan kesehatan haji meniliki indikator sebagai
berikut :
21 Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI “Laporan Penyelenggaraan Kesehatan HajiTahun 2009” (Jakarta: 2010) h. 11
20
a. Pengerahan Tenaga Kesehatan
Pengerahan tenaga kesehatan adalah kebijakan terkait
kewajiban pemerintah untuk melindungi warga negara selama
menjalankan ibadah haji. Tenaga kesehatan yang dikerahkan dibagi
menjadi 2(dua) kelompok grup pertama yaitu tenaga kesehatan
kloter yang mendamping jemaah haji dalam kelompok dari
keberangkatan, penerbangan sampai dengan diarab saudi. Kedua
tenaga kesehatan non kloter atau Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
(PPIH) yang bertugas pada sektor, Balai Pengobatan, dan sarana
kesehatan dibandara. Dalam pedoman penyelenggaraan haji
indikator pengerahan tenaga kesehatan di syaratkan ketentuan
sebagai berikut:
1) Minimal satu petugas kloter pernah menjadi petugas
kesehatan haji 4 tahun terakhir
2) Minimal sepertiga jumlah petugas kesehatan disetiap bidang
PPIH, dua tahun terakhir pernah bertugas pada bidang tugas
yang sama
3) 100% petugas kesehatan mengikuti pelatihan kompetensi
teknis kesehatan dan kompetensi koordinasi tim dikloter dan
PPIH
21
b. Bimbingan dan Penyuluhan
Bimbingan, penyuluhan dan pelayanan kesehatan jemaah haji
merupakan rangkaian kegiatan terstruktur dalam upaya
meningkatkan status kesehatan dan kemandirian jemaah haji.
Kegiatan bimbingan, penyuluhan dan pelayanan kesehatan
dilaksanakan secara bertahap atau berkesinambungan.
Bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan setelah mengetahui
hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan dipuskesmas, dengan
bimbingan dan penyuluhan yang optimal dapat mengurangi angka
kematian jemaah haji diluar sarana kesehatan. Atau yang
disyaratkan dalam pedoman penyelenggaraan haji yaitu angka
kematian jemaah haji diluar sarana kesehatan < 40%
c. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian kegiatan bersifat
kontinum dan komprehensif dengan melaksanakan proses
pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan
terhadap jemaah haji sesuai standar agar jemaah haji dapat
melaksanakan ibadah haji yang sebaik-baiknya. Dasar pemberian
pelayanan kesehatan diperoleh dari catatan medis yang dapat
diperoleh informasinya dalam Buku Kesehatan Jemaah Haji
(BKJH), oleh karena itu kelengkapan dokumen BKJH lebih dari
22
70% merupakan suatu indikator dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
Informasi status kesehatan dari BKJH jemaah haji dapat
dikategorikan dalam kelompok risiko tinggi (risti) dan non
kelompok risiko tinggi (non risti). Selain dari status kesehatan
sebelum keberangkatan ibadah haji faktor usia khususnya jemaah
haji dengan usia 60 tahun keatas dikategorikan kedalam kelompok
risiko tinggi, hal ini disebabkan usia tersebut memiliki kerentanan
terhadap penyakit lebih tinggi.
Pengelompokan ini membantu dalam pemberian prioritas
pelayanan kesehatan terhadap jemaah haji.
d. Pengendalian Penyakit
Pengendalian penyakit merupakan upaya yang dilakukan
untuk mengurangi faktor risiko terjadi/ timbulnya penyakit,
misalnya dengan menerapkan lingkungan sehat dan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS).
Dalam pedoman penyelenggaraan kesehatan haji sarana
gedung maupun ruangan yang dipakai disyaratkan 80% memenuhi
standar sanitasi yang terdiri dari :
1) Penyediaan air minum (Water Supply)
2) Pengelolaan sampah padat, air kotor, dan kotoran manusia
(Wastes Disposal meliputi sewage, refuse, dan excreta)
23
3) Hygiene dan sanitasi makanan (Food Hygiene and Sanitation)
4) Perumahan dan kontruksi bangunan (Housing and
Construction)
5) Pengawasan vektor (Vector Control)
6) Pengawasan pencemaran fisik (Physical Pollution)
7) Hygiene dan sanitasi industri (Industrial Hygiene and
Sanitation)
Pedoman tersebut mensyaratkan 5(lima) dari 7(tujuh) kondisi
yang ada dapat dipenuhi dan berfungsi dengan baik. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi jemaah haji terhindar dari
kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menyebabkan
gangguan terhadap kesehatan jemaah dan petugas yang berada
dalam lokasi yang sama. Selain itu juga agar Jemaah haji
menggunakan dan memelihara fasilitas sanitasi yang tersedia, juga
agar pengelola/penanggung jawab sarana dengan upaya sendiri
menciptakan sanitasi sarana.
C. Jamaah Haji
1. Pengertian Jamaah Haji
Jamaah adalah kata dalam bahasa Arab yang artinya “kompak” atau
“bersama- sama”, ungkapan shalat berjamaah berarti shalat yang
dikerjakan secara bersama-sama dibawah pimpinan seorang imam.
Jamaah juga berarti sekelompok manusia yang terikat oleh sikap
24
pendirian, keyakinan dan tugas serta tujuan yang sama. Islam
menganjurkan umat Islam menggalang kekompakan dan kebersamaan,
yaitu suatu masyarakat yang terdiri dari pribadi- pribadi muslim, yang
berpegang pada norma- norma Islam, menegakkan prinsip “ta’awun”
(tolong- menolong) dan (kerja sama) untuk tegaknya kekuatan bersama
demi tercapainya tujuan yang sama.22
Secara substansial haji merupakan bagian dari ritual keagamaan
kaum Muslim yang bersifat personal. Meskipun demikian, sepanjang
sejarahnya pelaksanaan ibadah haji selalu mendapatkan perhatian
Negara.23
Dalam buku Fiqih Empat Mazhab bagian ibadat (puasa, zakat, haji
kurban), Abdurrahman al- Zaziri menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan “Haji” secara bahasa menuju kemuliaan, sedangkan pengertian
haji secara istilah adalah amalan- amalan tertentu dan cara tertentu pula.24
Sebagai salah satu rukun Islam, ibadah haji diwajibkan satu kali
sepanjang hidup setiap muslim yang telah memenuhi syarat- syarat
utamanya yaitu memiliki kemampuan ekonomi maupun fisik. Faktor-
faktor lain yang berhubungan dengan syarat tersebut adalah keamanan,
22 Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta, Djembatan 1992) h. 486-487
23 Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta: FDK Press, 2008)h.45
24 Abdurrahman al-Zaziri, Fiqih 4 Mazhab Bagian Ibadat (Puasa, Zakat, Haji,Kurban), (Jakarta: Darul Ulum Press, 1996), cet ke- 1. h. 177
25
transportasi, dan akomodasi selama pelaksanaan haji. Seorang muslim
yang melakukan ibadah haji akan melaksanakan rangkaian ritual mulai
dari memakai ihram, thawaf, wukuf dan sebagainya, berikut larangan-
larangan yang berkaitan dengan ibadah.25
Sedangkan pengertian jamaah haji yaitu Warga Negara Indonesia
beragama Islam yang telah mendaftrakan diri untuk menunaikan ibadah
haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan telah melunasi Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).26
2. Klasifikasi Jamaah Haji
Adapun ruang lingkup jamaah haji adalah sebagai berikut:
a. Jemaah haji mandiri adalah jamaah haji yang memiliki kemampuan
mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa tergantung kepada bantuan
alat/ obat dan orang lain.
b. Jamaah haji observasi adalah jamaah haji yang memiliki
kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat
dan obat.
c. Jamaah haji pengawasan adalah jamaah haji yang memiliki
kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat,
obat dan orang lain.
25 Abdul Halim, Ensiklopedi Haji dan Umroh, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2002) h. 84
26 Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji, (Pusat Kesehatan HajiKementerian Kesehatan RI: 2010) h.9
26
d. Jamaah haji resiko tinggi adalah jamaah haji dengan kondisi
kesehatan yang secara epidemiologi beresiko sakit dan atau mati
selama perjalanan ibadah haji, meliputi:
1) Jamaah haji lanjut usia
2) Jamaah haji penderita penyakit menular tertentu yang tidak
boleh terbawa keluar dari Indonesia berdasarkan peraturan
kesehatan yang berlaku.
3) Jamaah haji wanita hamil
4) Jamaah haji dengan ketidakmampuan tertentu terkait penyakit
kronis dan atau penyakit tertentu lainnya.
e. Jamaah haji tunda adalah jamaah haji yang kondisi kesehatannya
tidak memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji.27
3. Standar Kelaikan Kesehatan Jamaah Haji
Standar Kelaikan Kesehatan adalah rumusan kriteria jamaah haji
untuk memenuhi syarat kesehatan dalam mengikuti perjalanan ibadah haji
secara mandiri, tidak membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang
lain. Penetapan memenuhi syarat kesehatan mempertimbangkan aspek-
aspek sebagai berikut:
a. Status kesehatan. Status kesehatan dikategorikan menjadi 4 (empat)
yaitu mandiri, observasi, pengawasan dan tunda keberangkatan.
27 Ibid h. 9-10
27
b. Peraturan Kesehatan Internasional dan Ketentuan Keselamatan
Penerbangan.
1) Peraturan Kesehatan Internasional menyebutkan jenis- jenis
penyakit menular tertentu sebagai alasan pelarangan kepada
seseorang untuk keluar-masuk antar negara, yaitu:
a) Penyakit Karantina
(1) Pes (plague)
(2) Kolera (cholera)
(3) Demam kuning (yellow fever)
(4) Cacar (small pox)
(5) Tifus bercak wabahi (typhus xanthomaticus
infectiosal louse borne typhus)
(6) Demam balik- balik (louse borne relapsing fever)
(7) Penyakit menular lain yang ditentukan kemudian
b) Penyakit menular, yang menjadi perhaian WHO
(1) Tuberkulosis paru dengan BTA positip
(2) Kusta tipe multi basiler
(3) SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
(4) Avian influenza (AI)
(5) Influenza A baru (H1N1)
(6) Penyakit menular lain yang ditentukan kemudian
28
c) Imunisasi meningitis meningkokus ACW135Y,
dibuktikan dengan kartu ICV (International
Certificate of Vaccination) yang sah.
2) Ketentuan Keselamatan Penerbangan
a) Penyakit tertentu yang berisiko kematian dikarenakan
ketinggian/ penerbangan
b) Usia kehamilan
c. Jamaah haji dinyatakan tidak memenuhi syarat apabila:
1) Status kesehatan termasuk kategori tunda
2) Mengidap salah satu atau lebih penyakit menular tertentu pada
saat di embarkasi
3) Tidak memenuhi persyaratan keselamatan penerbangan28
28 Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji, (Kementerian KesehatanRI: 2011) h. 18-19
29
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSAT KESEHATAN HAJI (PUSKES HAJI)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
A. Profil Umum29
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas Nasional dan dilaksanakan
oleh Pemerintah secara inter departemental (UU no. 17 tahun 1999 Bab III
Pasal 6 ayat 1). Kementerian Kesehatan merupakan salah satu Kementerian
terkait dan bertanggung jawab dalam masalah pengamanan kesehatan bagi
calon/ jamaah haji Indonesia. Keterlibatan Kementerian kesehatan dalam
penyelenggaraan ini perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tujuan jangka
panjang bidang agama, antara lain : “Melanjutkan usaha untuk terus
meningkatkan pelayanan dan kelancaran penunaian ibadah haji bagi umat Islam
sesuai dengan kemampuan masyarakat (TAP MPR nomer II/MPR/1993).
Tanggung jawab pelayanan kesehatan ini meliputi sejak sebelum keberangkatan
ke Arab Saudi, diperjalanan pergi/ pulang, selama di Arab Saudi dan setelah
kembalinya jamaah haji ke tanah air. Sebelum keberangkatan Kementerian
Kesehatan telah menyiapkan sarana, prasarana termasuk tenaga kesehatan haji
dalam mengidentifikasi status kesehatan calon haji yang memenuhi persyaratan
kesehatan (Isthitho’ah kesehatannya) untuk berangkat ke Arab Saudi, rujukan
bagi calon haji resiko tinggi, pembinaan kesehatan yang dikoordinasikan
29 Profil Kesehatan Haji Indonesia (Kementerian Kesehatan: 2008) h. 2
30
dengan pihak terkait seperti Kementerian Agama, KBIH, LSM Penyelenggara
JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat), Askes, dll.
B. Visi dan Misi Kesehatan Haji Indonesia30
Visi
“Calon/ jamaah haji bebas penularan penyakit, mandiri dalam
pemeliharaan kesehatan, untuk istitho’ah ibadah haji”.
Misi
1. Memfasilitasi terselenggaranya upaya- upaya mencapai kemandirian
calon/ jamaah haji dalam pemeliharaan kesehatannya dan perilaku hidup
sehat.
2. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan kesehatan haji.
3. Mengembangkan dan memanfaatkan jejaring informasi telekomunikasi
berbasis komputer untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
4. Mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia yang
berpengetahuan, terampil, berdedikasi, dan profesional dalam kesehatan
haji.
5. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dalam surveilans,
penanggulangan KLB/ wabah dan bencana atau musibah missal.
6. Mengembangkan kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM),
organisasi profesi, badan pengelola pembiayaan pemeliharaan kesehatan,
30 Ibid
31
lembaga/ badan penelitian dan kerja sama lintas program serta lintas
sektor.
C. Tugas Pokok dan Fungsi
Pusat Kesehatan Haji adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas
Kementerian Kesehatan di bidang kesehatan haji yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan melalui Sekertaris Jenderal.
Pusat Kesehatan Haji dipimpin oleh seorang kepala.
Pusat Kesehatan Haji mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
kebijakan teknis dan pelaksanaan pelayanan, pendayagunaan, peningkatan dan
pengendalian kesehatan haji dan umrah. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 978 Permenkes 1144 Tahun 2010, Pusat
Kesehatan Haji menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang pembinaan
kesehatan jamaah, pelayanan medis, pengendalian kesehatan jamaah,
penyehatan lingkungan pemondokan, keamanan makanan dan risiko
kesehatan lingkungan lainnya, sistem kewaspadaan dini dan respon
kejadian luar biasa penyakit dan musibah missal,pendayagunaan dan
pengembangan sumberdaya dan layanan informasi kesehatan haji dan
umrah.
b. Pelaksanaan tugas di bidang pembinaan kesehatan jemaah, pelayanan
medis, pengendalian kesehatan jemaah, penyehatan lingkungan
pemondokan, keamanan makanan dan risiko kesehatan lingkungan
32
lainnya, sistem kewaspadaan dini dan respon kejadian luar biasa penyakit
dan musibah massal, pendayagunaan dan pengembangan sumberdaya dan
layanan informasi kesehatan haji dan umrah.
c. Pemantauan evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang
pembinaan kesehatan jemaah, pelayanan medis, pengendalian kesehatan
jamaah, penyehatan lingkungan pemondokan, keamanan makanan dan
risiko kesehatan lingkungan lainnya, sistem kewaspadaan dini dan respon
kejadian luar biasa penyakit dan musibah massal, pendayagunaan dan
pengembangan sumber daya dan layanan informasi kesehatan haji dan
umrah dan
d. Pelaksanaan administrasi pusat.
Berikut ini adalah susunan organisasi Pusat Kesehatan Haji beserta
tugas dan fungsinya.
Pusat Kesehatan Haji terdiri atas:
1) Bidang Pelayanan dan Pendayagunaan Sumber Daya Kesehatan
Haji.
Bidang pelayanan dan pendayagunaan sumber daya kesehatan
haji mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan
kebijakan teknis, koordinasi dan pelaksanaan pelayanan,
pendayagunaan dan pengembangan sumber daya kesehatan haji dan
umrah.
33
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, bidang
pelayanan dan pendayagunaan sumber daya kesehatan haji
menyelenggarakan fungsi:
a) Penyiapan penyusunan kebijakan teknis pelayanan,
pendayagunaan dan pengembangan tenaga dan penunjang
pelaksanaan kesehatan haji dan umrah.
b) Penyiapan bahan koordinasi dan pelaksanaan pelayanan,
pendayagunaan dan pengembangan tenaga dan penunjang
pelaksanaan kesehatan haji dan umrah
c) Pemberian bimbingan teknis pelayanan, pendayagunaan dan
pengembangan tenaga dan penunjang pelaksanaan kesehatan
haji dan umrah dan
d) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pelayanan,
pendayagunaan, dan pengambangan tenaga dan penunjang
pelaksanaan kesehatan haji dan umrah.
Bidang pelayanan dan pendayagunaan sumber daya kesehatan
haji terdiri atas:
Subbidang Pelayanan Kesehatan Haji dan
Subbidang pendayagunaan dan pengembangan sumber daya
kesehatan haji
34
Subbidang pelayanan kesehatan haji mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis
koordinasi dan bimbingan teknis serta monitoring dan evaluasi
pelaksanaan pelayanan medis di puskesmas dan rumah sakit serta
pelayanan medis lapangan di bidang kesehatan haji dan umrah.
Subbidang pendayagunaan dan pengembangan sumber daya
kesehatan haji mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan kebijakan teknis, koordinasi dan bimbingan teknis serta
monitoring dan evaluasi pelaksanaan pemilihan, pelatihan dan
pengerahan tenaga, pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
sarana kesehatan haji dan umrah.
2) Bidang Peningkatan Kesehatan dan Pengendalian Faktor Risiko
Kesehatan Haji.
Bidang peningkatan kesehatan dan pengendalian faktor risiko
kesehatan haji mempunyai tugas melaksanakan program
penyusunan kebijakan teknis, koordinasi dan pelaksanaan
peningkatan kesehatan, pengendalian faktor risiko dan pengelolaan
sistem informasi kesehatan haji dan umrah.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang
peningkatan kesehatan haji dan pengendalian faktor risiko
kesehatan haji menyelenggarakan fungsi:
35
a) Penyiapan penyusunan kebijakan teknis peningkatan
kesehatan, pengendalian faktor risiko dan pengelolaan sistem
informasi kesehatan haji dan umrah dan
b) Penyiapan koordinasi dan pelaksanaan peningkatan
kesehatan, pengendalian faktor risiko dan pengelolaan sistem
informasi kesehatan haji dan umrah
c) Bimbingan teknis peningkatan kesehatan, pengendalian faktor
risiko dan pengelolaan sistem informasi kesehatan haji dan
umrah dan
d) Monitoring dan evaluasi peningkatan kesehatan, pengendalian
faktor risiko dan pengelolaan sistem informasi kesehatan haji
dan umrah
Bidang penigkatan kesehatan dan pengendalian faktor risiko
kesehatan haji terdiri atas:
Subbidang peningkatan kesehatan haji dan
Subbidang pengendalian faktor risiko kesehatan haji
Subbidang peningkatan kesehatan haji mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis,
koordinasi dan bimbingan teknis serta monitoring dan evaluasi
pelaksanaan peningkatan kesehatan haji dan umrah.
36
Subbidang pengendalian faktor risiko kesehatan haji
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
kebijakan teknis, koordinasi dan bimbingan teknis serta monitoring
dan evaluasi pelaksaan pengendalian faktor risiko kesehatan haji
dan umrah serta pengelolaan sistem informasi.
3) Subbagian Tata Usaha
Subbagian tata usaha mempunyai tugas melakukan urusan
tata persuratan, kearsipan, rumah tangga, perlengkapan, dan
keuangan, serta kepegawaian.
D. Tujuan, Sasaran, Kebijakan, Strategi dan Target31
1. Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan umum penyelenggaraan kesehatan haji :
Meningkatnya kondisi kesehatan calon/ jamaah haji Indonesia
serta terbebasnya masyarakat Indonesia/ Internasional dari transmisi
penyakit menular yang mungkin terbawa keluar/ masuk oleh calon/
jamaah haji Indonesia.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penyelenggaraan kesehatan haji :
31 Ibid h. 3
37
1) Teridentifikasinya calon jamaah haji yang memenuhi
persyaratan kesehatan untuk ibadah haji.
2) Terbinanya kondisi kesehatan calon jamaah haji dan
kemandirian pemeliharaan kesehatan.
3) Tersedianya petugas kesehatan haji yang berpengetahuan,
terampil, berdedikasi, dan professional disetiap jenjang
pelayanan kesehatan haji.
4) Meningkatnya surveilans, sistem kewaspadaan dini dan
respon KLB.
5) Terwujudnya kesiapsiagaan dalam mengantisipasi
penanggulangan bencana dan musibah masal pada jamaah
haji Indonesia.
6) Tersedianya data/ informasi cepat, tepat, terpercaya dan
diseminasi informasi kesehatan haji.
7) Terbinanya kerjasama dan kemitraan lintas program, sektor,
bilateral, dan multilateral tentang kesehatan haji.
8) Tersedianya obat dan alat kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
9) Menurunnya angka kunjungan sakit dan angka kematian
jamaah haji di Arab Saudi.
2. Sasaran
Sasaran penyelenggaran kesehatan haji Indonesia adalah seluruh
calon/ jamaah haji sejak terdaftar di daerah asal, di perjalanan, selama di
38
Arab Saudi dan 14 hari setelah kembali dari Arab Saudi, pengelola
kesehatan haji, tenaga kesehatan, instansi pemerintah di semua jenjang
administrasi yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan haji dan
petugas kesehatan haji (Tim kesehatan haji Indonesia dan Panitia
Penyelenggaraan Ibadah Haji di Arab Saudi bidang kesehatan).
3. Kebijakan
a. Meningkatkan sistem dan manajemen penyelenggaraan kesehatan
haji secara terpadu, menyeluruh baik lintas program maupun lintas
sektor dengan pendekatan epidemiologi.
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan haji dengan
mengoptimalkan kemampuan di puskesmas, dinas kesehatan
provnsi, embarkasi/ debarkasi haji dan di Arab Saudi.
c. Mengembangkan dan meningkatkan pembinaan kesehatan calon/
jamaah haji dengan pendekatan manajemen resiko, professional,
terintegrasi lintas program, lintas sektor terkait dan mengikut
sertakan peran masyarakat.
d. Mengembangkan dan memperkuat jejaring surveilans dengan fokus
penyakit potensial wabah terutama Meningitis meningkokus,
penyakit menular baru (new emerging diseases) dan penyakit
39
menular yang berjangkit kembali (re emerging diseases), sistem
kewaspadaan dini dan respon KLB, bencana serta musibah masal.
e. Mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme sumber daya
manusia dalam penyelenggaraan kesehatan haji dibidang
pemeriksaan dan pembinaan, surveilans, Kesehatan Lingkungan,
penanggulangan KLB dan musibah masal, sistem informasi
kesehatan haji.
f. Menyediakan dan meningkatkan perangkat keras dan perangkat
lunak sistem informasi manajemen kesehatan haji pada setiap
jenjang administrasi kesehatan .
g. Menyiapkan dan menyusun daftar kebutuhan obat, alat kesehatan
haji maupun distribusinya.
h. Menjalin kerjasama lintas program, sektoral, regional Asean,
bilateral dengan Pemerintah Arab Saudi maupun Internasional.
i. Meningkatkan dan memantapkan sistem rekrutmen Panitia
penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi bidang
kesehatan dan petugas yang menyertai jamaah haji (TKHI Kloter)
melalui prosedur, kriteria serta cara penyeleksian secara berjenjang
dari dinas kesehatan provinsi dan pusat.
j. Meningkatkan kemampuan penggalian sumber daya daerah
(provinsi dan kabupaten/ kota) dan sumber daya yang berasal dari
masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan haji.
40
4. Strategi
a. Sosialisasi pemeriksaan dan pembinaan kesehatan calon jamaah haji
sehingga petugas dan masyarakat mengetahui manfaat dari
pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji.
b. Standarisasi pemeriksaan dan pembinaan kesehatan calon jamaah
haji
c. Advokasi pada pengambil keputusan untuk dukungan politis dan
komitmen dalam pembiayaan terutama SKD dan respon KLB,
bencana dan musibah masal.
d. Intensifikasi pemeriksaan fisik didukung pemeriksaan laboratorium
yang akurat, tatalaksana kasus dengan pendekatan manajemen
resiko sesuai dengan standar yang berlaku.
e. Swadana dalam pemeriksaan dan pembinaan kesehatan calon
jamaah haji
f. Penggalangan kemitraan dengan badan pengelola pembiayaan
kesehatan seperti Asuransi Kesehatan (ASKES), Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) dan asuransi
kesehatan lainnya dalam pembinaan kesehatan haji.
g. Fasilitasi asistensi metode, teknologi pemeriksaan, pembinaan serta
pengukuran kualitas (quality assurance) kesehatan haji.
41
h. Pengembangan metode dan materi pelatihan petugas kesehatan haji
(PPIH dan TKHI) yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan
(aplikatif)
i. Intensifikasi surveilans epidemiologi, SKD, dan respon KL
5. Target
a. Seluruh Puskesmas pemeriksa kesehatan calon jamaah haji dan
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melaksanakan
pemeriksaan, rujukan dan pembinaan kesehatan sesuai dengan
standar.
b. Cakupan pemeriksaan kesehatan calon jamaah haji 100%
c. Cakupan tes kehamilan pada calon jamaah haji wanita pasangan
usia subur (PUS) 100%.
d. Cakupan imunisasi Meningitis meningkokus, tetravalen 100%
dengan Indeks Pemakaian (IP) 9.
e. Frekuensi KLB menurun
f. Menurunnya angka kunjungan dan angka kematian.
g. Seluruh pelabuhan embarkasi/ Debarkasi Haji melaksanakan
pemeriksaan dokumen kesehatan haji sesuai dengan standar.
h. Cakupan pengumpulan Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jamaah Haji
(K3JH) 80%
42
E. Struktur Organisasi Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI
KEPALA PUSAT KESEHATANHAJI
KASUBAG TATAUSAHA
KABID PENINGKATANDAN PFR KES. HAJI
KABID PELAYANANDAN PSD KES. HAJI
KASUBIDPELAYANAN KES.
HAJI
KASUBIDPENINGKATAN
KES. HAJI
KASUBIDPENGEMBANGANFAKTOR RESIKO
KASUBIDPENGEMBANGAN
SI KES. HAJI
JABATAN FUNGSIONAL
43
BAB IV
EVALUASI PELAYANAN KESEHATAN HAJI PUSAT KESEHATAN
HAJI TAHUN 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN RI
A. Deskripsi Pelayanan Kesehatan Haji Terhadap Jamaah Haji Tahun 201432
Sebelum melakukan analisis evaluasi pelayanan dalam pelaksanaan
evaluasi pelayanan kesehatan haji pada Pusat Kesehatan Haji Kementerian
Kesehatan RI, penulis akan memaparkan terlebih dahulu berbagai pelayanan
yang diberikan oleh kantor Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI
pada jamaah calon haji tahun 2014.
Setelah jamaah terdaftar sebagai calon jamaah haji yang akan berangkat
pada Agustus 2014, jamaah wajib menjalani pemeriksaan pertama pada bulan
Maret tahun 2014 di Puskesmas daerah masing- masing yang ditunjuk untuk
diadakan pemeriksaan kesehatan haji, kemudian jamaah calon haji di wajibkan
untuk mengikuti pemeriksaan kesehatan kedua yang dilaksanakan oleh tim
pemeriksa kesehatan kedua (rujukan) di Rumah Sakit yang ditunjuk. Frekuensi
dan jenis pemeriksaan kesehatan pertama dan pemeriksaan kesehatan kedua
sesuai status kesehatan dan kebutuhan pemeriksaan kesehatan masing- masing
jamaah haji.33
Pelayanan Kesehatan Haji pada Pusat Kesehatan Haji Kementerian
Kesehatan RI di bagi menjadi 4 indikator yaitu:
32 Semua data di dapat dari Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI33Wawancara langsung dengan ibu Mulyanti, staf perencanaan haji Pusat Kesehatan
Haji Kementerian Kesehatan RI, tanggal 27 July 2015
44
1. Pengerahan Tenaga Kesehatan.
Hasil rekruitmen tenaga kesehatan setelah verifikasi dan validasi
serta memenuhi persyaratan didapat komposisi tenaga kesehatan haji
dalam tabel 1 sebanyak 1.113 tenaga kesehatan kloter.
Tabel 1. Formasi tenaga kesehatan kloter per embarkasi
No Embarkasi Kloter Jml. TKHI Berangkat
1 Aceh (BTJ) 7 21
2 Medan(MES) 15 45
3 Padang(PDG) 9 27
4 Palembang(PLM) 13 39
5 Batam(BTH) 21 54
6
Jakarta Pondok Gede
(JKG) 12 36
7 Jakarta Bekasi (JKS) 83 249
8 Solo (SOC) 71 213
9 Banjarmasin (BDJ) 10 39
10 Balikpapan(BPN) 12 36
11 Makassar (UPG) 25 75
12 Mataram (LOP) 11 33
13 SUB 62 186
14 GTO 2 6
15 LAMPUNG 12 36
16 PKY 3 9
17 BENGKULU 3 9
JUMLAH 371 1113
45
2. Bimbingan dan Penyuluhan
Tabel 2. Data Jemaah Wafat Berdasarkan Tempat Tahun 2012, 2013 dan
2014
NO TEMPATWAFAT
TAHUN 1433H/2012M TAHUN 1434H/2013M TAHUN 1435H/2014M
Wafat (%) Ket Wafat (%) Ket Wafat (%) Ket
SARANA KESEHATAN
1 BPHI 139 32.48 28 10.53 47 15.8
2 SEKTOR 18 4.21 63.5% 16 6.02 63.0% 7 2.4 61.6%
3 RSAS 115 26.87 123 46.24 129 43.4
DI LUAR SARANA KESEHATAN
4 PONDOKAN 114 26.64 79 29,70 91 30.6
5 MASJID 12 2.80 36.5% 7 2,63 37.0% 7 2.4 38.4%
6 PERJALANAN 28 6.54 13 4,88 13 4.4
7 PESAWAT 2 0.47 0 0 3 1.0
428 266 297
Dari tabel dan grafik diatas tampak bahwa pada tahun
1435H/2014M jemaah wafat berdasarkan tempat wafat sebesar 61,6 %
atau sebanyak 183 jemaah haji wafat di Sarana Pelayanan Kesehatan dan
sebesar 38,4 % atau 114 jemaah haji wafat di luar sarana pelayanan
kesehatan. Jika dibandingkan dengan tahun 1434H/2013M maka pada
tahun 1435H/2014M persentase jemaah wafat di sarana kesehatan lebih
rendah, sedangkan di luar sarana kesehatan lebih tinggi.
46
3. Pelayanan Kesehatan
Jemaah haji Indonesia berjumlah 169.475 jemaah, berdasarkan risti
ada sebanyak 92,703 jamaah (54,7%) dan non risti sebanyak 76.772
jamaah (45,3%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 :
Gambar 1 . Distribusi Jumlah Jamaah Berdasarkan Risti Tahun
1435H/2014M
Jamaah risti ini dibagi menjadi 3, yaitu risti karena usia ≥ 60 tahun,
risti karena penyakit dan risti karena usia ≥ 60 tahun di sertai penyakit.
Pada tahun 1435H/2014M risti karena usia usia ≥ 60 tahun berjumlah
10.221 jamaah (12,2%), risti karena penyakit berjumlah 40.670 jamaah
(48,6%) dan risti karena usia ≥ 60 tahun di sertai penyakit berjumlah
32.839 jamaah (39,2%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2
:
47
Gambar 2. Distribusi Jumlah Jemaah Risti Berdasarkan Sebab Risti
Tahun 1435H/2014M
Jika dibandingkan dengan jumlah jemaah risti pada tahun 2013, maka
pada tahun 2014 jemaah risti mengalami peningkatan. Pada tahun 2013
persentase jumlah jemaah risti sebesar 51% dan pada tahun 2014 menjadi
54,7%. Kelompok prioritas utama jamaah haji adalah risti baik risti usia,
risti penyakit maupun risti keduanya. Untuk itu identifikasi jemaah haji
risti sejak awal di tanah air untuk mengendalikan faktor risiko penyakit
yang diderita para calon jemaah haji, pembinaan secara terus menerus
untuk meningkatkan pengetahuan calon para jemaah haji agar jemaah
yang sakit menjadi sehat dan yang sehat tetap terpelihara dan pada saat
operasional haji meningkatkan visitasi dan bimbingan pada jemaah di
setiap kloter.
Berikut adalah grafik rate kematian jamaah haji dari tahun 2011-
2014.
48
Gambar 3. Perbandingan Rate Jemaah Wafat (per mil) di Arab Saudi
Tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014.
Distribusi Jemaah Wafat berdasarkan Penyakit Penyebab Kematian
Tahun 1435H/2014M pada tabel 3.
Tabel 3. 10 penyakit teratas jamaah haji Indonesia Tahun 2014
49
4. Pengendalian Penyakit
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Tim pemeriksaan, penilaian dan
pemantauan yang berasal dari Pusat Kesehatan Haji, Kantor Kesehatan
Pelabuhan, Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota, BTKL-PPPL, Labkesda
dan Kanwil Kemenag dengan melakukan pengamatan
langsung/observasi higiene sanitasi dan wawancara kepada pengelola
asrama haji dan pengelola jasaboga. Berdasarkan pemeriksaan pertama,
kedua, dan ketiga, didapatkan nilai pemantauan higiene sanitasi asrama
haji dan katering bagi jemaah haji tahun 1435 H/ 2014M diperoleh hasil
pemantauan sebagai berikut :
Tabel 4. Pemantauan Higiene Sanitasi Asrama Haji dan Katering Tahap I,II dan III
Banda Aceh Asrama Haji 22,95 78,40 78,40ACS 81 89,30
Catering Asrama 89,30Medan Asrama Haji 70,86 71,49 72,32
ACSCatering Asrama
Padang Asrama Haji 70,70 73,44 82,76ACS
Catering Asrama 76Batam Asrama Haji 79,94 83,22 92,12
ACS 94Catering Asrama 93
Palembang Asrama Haji 65 68,70 74,54ACS
Catering AsramaJakarta Asrama Haji 65,06 84,23 84,86
ACS 70,20 83,72Catering Asrama 86,05
Bekasi Asrama Haji 66,46 79,54 82,54ACS
Catering AsramaBalikpapan Asrama Haji 45,13 67,74 78,98
ACS 90 90Catering Asrama 81
Tahap IIITahap IITahap IEmbarkasi
50
a. Hasil pemeriksaan hygiene sanitasi asrama dan catering I (pertama)
di 13 embarkasi dan 4 embarkasi antara. Pada pemeriksaan tahap
pertama, yang dilakukan 3 (tiga) bulan sebelum operasional haji,
dengan hasil pemantauan sebagai berikut :
1) Secara umum sebagian besar asrama haji di Embarkasi belum
tertata rapi, masih kotor dan belum sesuai dengan standar
kesehatan
2) Bangunan fisik, ruang pertemuan, kamar tidur, ruang makan,
kamar mandi, plafon masih banyak yang bocor, dinding cat
Solo Asrama Haji 75,45 77,17 80,85ACS 94
Catering Asrama 84Surabaya Asrama Haji 55,62 73,34 81,20
ACS 97,55 98,70Catering Asrama 82
Makassar Asrama Haji 67,20 57,03 67,20ACS
Catering Asrama 70Banjarmasin Asrama Haji 42,55 65,21 76,96
ACS 80.94Catering Asrama
Lombok Asrama Haji 67,77 82,52 87,80ACS
Catering AsramaGorontalo Asrama Haji 49,42 49,42
ACSCatering Asrama
Lampung Asrama Haji 53,07 76,29ACS
Catering AsramaBengkulu Asrama Haji 77,07 75,28
ACS 72,75Catering Asrama
Palangkaraya Asrama Haji 72,65 77,86ACS
Catering Asrama
Tahap IIITahap IITahap IEmbarkasi
51
kusam, ruang makan dan dapur masih kotor dan wastafel
banyak yang tidak berfungsi.
3) Kondisi masjid dan poliklinik, serta halaman asrama masih
kotor, banyak rumput tinggi, sampah berserakan dan belum
siap menerima jemaah. Hal ini dikarenakan sebagian besar
asrama haji hanya dipergunakan pada saat operasional haji
saja.
4) Poliklinik di asrama haji belum dilengkapi tempat sampah
medis, tempat tidur pasien, tempat periksa, apotik dan
laboratorium masih berantakan/belum tertata dan kotor
5) Kasa-kasa dan exhaust kotor dan banyak sarang laba-laba,
perlu dibersihkan sebelum asrama haji dipergunakan.
6) Tempat sampah sebagian besar tidak tertutup dan belum ada
pemisahan tempat sampah anorganik dan organik.
7) Ditemukan keberadaan kecoa dengan melihat secara visual
tanda-tanda, yaitu terdapat kotoran kecoa dan terdapat kecoa
dewasa (hidup) pada dapur.
8) Ditemukan keberadaan lalat, yang mana menurut hasil
pengukuran menunjukkan bahwa index populasi / kepadatan
lalat tersebut masih rendah, dikarenakan pada area dapur,
belum beroperasi, sehingga tidak terdapat tumpukan sampah
basah.
52
9) Ditemukan keberadaan tikus dengan melihat secara visual
tanda-tanda, yaitu terdapat kotoran tikus. Untuk tikus
(hidup/mati) tidak ditemukan
10) Pemeriksaan higiene sanitasi katering asrama haji belum
dilaksanakan, karena pada pemeriksaan 3 bulan sebelum
oprasional belum ada pemenang tender katering asrama.
b. Hasil pemeriksaan hygiene sanitasi asrama dan catering II (kedua)
di 13 embarkasi dan 4 embarkasi antara. Pada pemeriksaan tahap II,
yang dilakukan 1 (tiga) bulan sebelum operasional haji, dengan
hasil pemantauan sebagai berikut :
1) Bangunan fisik beberapa asrama haji embarkasi dalam proses
renovasi, baik renovasi besar maupun kecil, seperti perbaikan
plafon, WC, wastafel, jendela, atap dan sebagainya, baik
ruangan/aula, poliklinik, ruang makan, kamar dan dapur
sesuai dengan rekomendasi hasil pemantauan I.
2) Pada saat pemeriksaan ke II beberapa gedung sudah mulai
dicat dan dibersihkan, tetapi masih ada beberapa temuan yaitu
belum ada tempat sampah tertutup dan terpisah, perlu
penyediaan tempat penampungan sampah sementara,
halaman masih kotor, saluran pembuangan air limbah tidak
tertutup dan banyak sampah, rumput masih tinggi, banyak
nyamuk, kecoak dan kotoran tikus.
53
3) Beberapa saran/rekomendasi pada pemeriksaan I belum
dilaksanakan.
4) Perlu dilakukan pemeriksaan penjamah dan peralatan katering
dilakukan pembersihan sesegera mungkin.
5) Katering asrama haji belum ada karena masih dalam proses
pemilihan katering oleh panitia pengadaan barang/jasa
Kementerian Agama, hanya beberapa embarkasi yang
melibatkan KKP dalam tim teknis/panitia pengadaan katering.
6) Jasaboga/katering pesawat sudah memulai persiapan
operasional penyelenggaraan haji seperti perbaikan bagian
yang rusak, stock bahan pangan, ujicoba makanan jemaah,
koordinasi dengan PRL KKP, pengendalian vektor dan
sebagainya.
7) Peningkatan koordinasi dengan KKP, BTKL, dan lintas sektor
lainnya sebagai upaya persiapan operasional asrama haji.
c. Pemantauan Sanitasi Asrama dan Katering Haji ke III dilakukan 1
minggu sebelum operasional pada 13 embarkasi.
1) Pelaksanaan proses renovasi mendekati tahap penyelesaian,
sedangkan dilakukan pengecatan dan pembersihan asrama
haji.
2) Ruangan (aula), ruang makan, dapur dan kamar jemaah sudah
tertata dengan baik.
54
3) Katering asrama haji sudah ditentukan pemenangnya, dan
pihak katering sudah melakukan persiapan di dapur asrama
haji seperti penataan ruangan tempat memasak, peracikan,
pencucian peralatan, penyiapan peralatan memasak, peralatan
makanan, ruangan makan, tempat sampah, persiapan sabun
dan lap di wastafel dapur dan ruang makan, dan sebagainya.
4) Pembinaan oleh KKP terhadap penjamaah makanan katering
asrama haji dan katering pesawat dilaksanakan 1 minggu
sebelum oprasional.
5) Katering asrama haji sudah mulai melakukan ujicoba
beberapa makanan ringan untuk jemaah.
6) Pengendalian vektor penyakit di lingkungan asrama haji
dilaksanakan 2 hari menjelang operasional bekerjasama
dengan KKP.
B. Analisis Evaluasi Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji berdasarkan
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji
Analisis pelaksanaan kesehatan ibadah haji berdasarkan pedoman
penyelenggaraan kesehatan haji pada Pusat Kesehatan Haji Kementerian
Kesehatan RI, yaitu analisis reabilitas, analisis daya tangkap, analisis jaminan,
dan analisis bukti fisik:
1. Analisis Reabilitas Pelayanan (Reability)
a. Pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan kesehatan haji
55
Dalam pelayanan kesehatan haji Pusat Kesehatan Haji
berusaha memberikan pelayanan yang terbaik untuk jamaah haji
Indonesia. Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan terdiri dari
pelayanan kesehatan di daerah (pemeriksaan kesehatan sebelum
keberangkatan/ pra haji dan pada saat kepulangan/ pasca haji),
pelayanan kesehatan di embarkasi dan debarkasi, dan pelayanan
kesehatan selama penerbangan, pelayanan kesehatan selama di
Arab Saudi, dan pelayanan kesehatan di kelompok terbang.
Pelayanan kesehatan merupakan bagian yang sangan penting
dalam mencapai jamaah haji sehat mandiri sehingga dapat
menjalankan ibadah haji sebaik- baiknya. Oleh karena itu, dalam
penyelenggaraan kesehatan haji perlu melakukan peningakatan
kemampuan menyelenggarakan pelayanan kesehatan di setiap etape
perjalanan ibadah haji.
Daerah-daerah kabupaten/ kota mempersiapkan tim
pemeriksa kesehatan pertama di puskesmas dan pada pemeriksaan
kesehatan kedua di Rumah Sakit rujukan. Juga perlu ditetapkan
prosedur baku pemeriksaan kesehatan pertama dan pemeriksaan
kesehatan kedua masing- masing unit pelayanan pemeriksa
kesehatan jamaah haji, pelatihan dan dukung sarana yang memadai.
Daerah- daerah dengan jumlah jamaah haji cukup besar dan
terutama dengan indikator kesehatan haji yang tidak
56
menggembirakan, menjadi prioritas mendapatkan dukungan
peningkatan kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
didaerahnya.34
b. Pelayanan Informasi yang mudah diterima
Menyelenggarakan pembinaan kesehatan jamaah haji dan
masyarakat luas dalam pelaksanaan ibadah haji sehat dan advokasi,
menciptakan iklim yang tepat dan kampanye melalui media cetak
dan elektronik, slebaran, dan berbagai pertemuan kampanye. Serta
menyampaikan pemberitaan publik dan menyiapkan press release
penyelenggaraan kesehatan haji.
Cara menyalurkan informasi agar mudah diterima oleh calon
jamaah haji maupun masyarakat luas ada 2 cara, yaitu:
1) Komunikasi Publik
Masyarakat perlu mendapat informasi yang benar
tentang pelayanan kesehatan jamaah haji Indonesia yang
diselenggarakan oleh pemerintah, karena hal tersebut
merupakan hak publik untuk mengetahui pelayanan kesehatan
kepada jamaah haji oleh petugas kesehatan.
34 Wawancara Langsung dengan mba Mulyanti, selaku staf perencana PusatKesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI, tanggal 27 july 2015
57
Kegiatan komunikasi publik dilakukan sejak sebelum,
pada saat dan setelah penyelenggaraan haji. Kegiatan tersebut
meliputi:
a) Penyiapan bahan berita dan informasi yang layak untuk
disampaikan kepada publik dan melakukan koordinasi
secara baik dan media tanah air
b) Melakukan koordinasi dan pendampingan pers dan
media massa
c) Melakukan jumpa pers dan talk show sesuai kebutuhan
d) Menyebarkan informasi penyelenggaraan kesehatan haji
di Arab Saudi
e) Menyusun laporan dan dokumentasi
2) Promosi
Promosi kesehatan haji adalah upaya untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih
dan sehat jamaah haji agar mampu sehat mandiri, melalui
pembelajaran dari, oleh, dan bersama jamaah haji, sesuai
sosial budaya setempat, dan didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan haji. Konsep promosi kesehatan
haji melalui kemitraan dengan strategi Advokasi, Bina
suasana dan Gerakan Pemberdayaan (ABG). Kegiatan
promosi kesehatan haji dilaksanakan dimulai dari Puskesmas,
58
Kabupaten/ Kota, Provinsi, Pusat, Embarkasi/ Debarkasi Haji
dan Arab Saudi untuk mewujudkan jamaah haji sehat mandiri
menuju haji mabrur.
c. Bimbingan, Penyuluhan dan Pelayanan yang sopan, ramah, baik
dan siap menolong dalam pelaksanaan kesehatan haji.
d. Penyelenggaraan Kesehatan Haji dilakukan dengan baik dan benar.
Penyelenggaraan haji sudah dilakukan dengan baik dan benar
oleh dokter- dokter beserta tim kesehatan haji Indonesia. Hal ini di
ungkapkan langsung oleh ibu Hj. Mulyanah selaku jamaah haji asal
Jakarta Barat yang berhaji pada tahun 2014 beserta suaminya H.
Suhaimi. Ibu Hj. Mulyanah merasakan betul adanya pelayanan
kesehatan meskipun ia tidak memiliki penyakit resiko tinggi, akan
tetapi dokter dan tim kesehatan haji Indonesia selalu sigap dan
tanggap dalam melayani jamaah haji Indonesia. Jamaah haji sering
sekali ditanya oleh tim kesehatan kelompok terbang tentang
keluhan- keluhan yang dialami jamaah.
Tim kesehatan haji Indonesia juga mendirikan posko- posko
di depan kamar jamaah, agar ketika jamaah haji ada yang sakit
ataupun harus menjalani tindakan ke Rumah Sakit, maka tim
59
kesehatan haji Indonesia segera memberikan pelayanan yang sudah
semestinya.35
2. Analisis Daya Tanggap (Responssiveness)
a. Petugas kesehatan haji Indonesia melayani dengan sigap dan
tanggap
Kesiapan petugas dalam melayani jamaah sakit terlihat sigap,
hal ini terlihat dari semua jamaah dapat tertangani, walaupun
kecepatan penanganan terlihat berbeda pada setiap tempat dan
waktu tergantung dari jumlah petugas yang ada dan jumlah pasien
yang harus ditangani.
b. Menghadapi masalah- masalah dan keluhan- keluhan jamaah haji
Petugas ataupun pelaksana kesehatan haji Indonesia selalu
siap menghadapi masalah- masalah atau keluhan jamaah calon haji
sejak di tanah air yaitu misalnya masalah kesehatan jiwa, calon/
jamaah haji mendapat bimbingan dan pembinaan tentang kesehatan
jiwa, penyuluhan kesehatan jiwa dan manajemen resiko, termasuk
pengobatan dan perawatan yang diperlukan. Ketika di dalam
perjalanan, pelayanan kesehatan jiwa di pesawat dilaksanakan oleh
dokter dan tenaga keperawatan kloter. Kegiatan ini meliputi:
memeriksa kelengkapan obat yang disediakan di pesawat,
35 Wawancara via telpon dengan ibu Hj. Mulyanah jamaah haji asal Jakarta Baratpada tgl 18 Agustus 2015.
60
melakukan kunjungan secara berkala kepada calon/ jamaah haji
resiko tinggi serta memberikan pengobatan kepada jamaah haji
yang sakit. Ketika jamaah sudah tiba di Arab Saudi pun petugas
kesehatan haji terus melakukan kunjungan secara berkala kepada
calon jamaah haji resiko tinggi, memberikan pengobatan kepada
jamaah haji yang sakit dan melakukan rujukan ke BPHI atau ke
RSAS.
3. Analisis Jaminan (Assurance)
a. Pengetahuan dan kecakapan petugas kesehatan haji Indonesia dalam
menjalankan operasional penyelenggaraan kesehatan haji
Setiap petugas yang akan menjadi tim kesehatan haji
Indonesia adalah dokter- dokter dan perawat- perawat yang sudah
berpengalaman dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan
memiliki ilmu tentang melaksanakan ibadah haji. Sangat menguasai
di bidang pelayanan kesehatan, meskipun demikian petugas
kesehatan Haji Indonesia harus menjalankan beberapa pembinaan
yang dilaksanakan oleh pusat kesehatan haji dalam pertemuan
tertentu agar terselenggaranya ibadah haji yang aman dan lancar.
b. Komunikasi yang baik antara pelaksana kesehatan haji Puskes Haji
dengan Petugas Kesehatan Haji Indonesia (PKHI) terhadap jamaah
haji dalam penyelenggaraan kesehatan haji
61
Untuk terlaksananya komunikasi yang baik antara pusat
kesehatan haji dengan petugas kesehatan haji Indonesia, sebelum
menjalankan operasional haji petugas kesehatan haji Indonesia
sudah diberikan pembinaan khusus atau solusi khusus untuk
menangani berbagai jenis masalah kesehatan jamaah haji Indonesia.
Dan untuk menjaga komunikasi antara petugas kesehatan haji
Indonesia dengan jamaah haji Indonesia, itu diadakannya visitasi
jamaah haji dan sweeping jamaah haji yang tujuannya agar jamaah
haji yang mengalami masalah kesehatan dapat langsung bertanya
atau mendapatkan pelayanan kesehatan.
4. Analisis Empati (Empathy)
Petugas Kesehatan Haji melakukan visitasi jamaah haji di Kloter.
Visitasi jamaah haji adalah upaya yang dilakukan untuk memantau
kondisi kesehatan jamaah haji dan responnya serta bimbingan kesehatan
di kelompok terbang (kloter) yang dilakukan setiap saat agar tercapainya
jamaah haji sehat. Visitasi dilakukan selama operasional haji di asrama
embarkasi/ debarkasi haji, pesawat dan di pondokan Arab Saudi.
Kegiatan visitasi berupa pemantauan dan respon serta bimbingan
kesehatan yang meliputi:
1) Deteksi adanya masalah kesehatan (menderita sakit atau problem
kesehatan lainnya)
62
2) Deteksi adanya kondisi yang berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan, baik pada diri jamaah maupun kondisi lingkungan
(jamaah lain atau tempat tinggal)
3) Timbul tindakan pemeriksaan, pengobatan, dan pemeliharaan
kesehatan
4) Timbul tindakan preventif dan promotif dengan sasaran semua
jamaah, dan diprioritaskan pada jamaah usia lanjut serta jamaah
dengan penyakit yang secara epidemiologi terbukti menjadi
penyebab kematian terbanyak yaitu: penyakit sistem sirkulasi
(hipertensi, infark miokard akut, penyakit jantung koroner) dan
sistem pernafasan (penyakit paru obstruktif kronik, udem paru)
5. Analisis Bukti Fisik (Tangibles)36
Jamaah haji Indonesia mendapatkan Buku Kesehatan Jamaah Haji
(BKJH)
Buku kesehatan jamaah haji adalah faktor penting bagi para jamaah
haji, Buku kesehatan jamaah haji disimpan oleh dinas kesehatan wilayah
jamaah haji berada dan akan dibagikan ketika di embarkasi. Buku
kesehatan jamaah haji wajib diisi agar petugas kesehatan haji Indonesia
dapat lebih mudah melayani setiap masalah kesehatan yang dialami oleh
36Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji, Kementerian Kesehatan RIth. 2010
63
jamaah haji Indonesia. Berikut beberapa cara petunjuk pengisian Buku
Kesehatan Jamaah Haji (BKJH):
a. Sampul Buku
o Kulit muka luar
1) Warna cover hijau
2) Pada sisi atas terdapat nomor seri buku tercetak
perforasi sebagai penanda keaslian buku
3) Terdapat kotak jendela untuk melihat isi tulisan kotak
Risti pada halaman Identitas Jamaah Haji
4) Terdapat tulisan: “Buku Kesehatan Jamaah Haji
Indonesia” (Indonesian Hajj Pilgrim’s Medical Record).
Disisi bawah terdapat tulisan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (Ministry of Health of The Republic
of Indonesia)
5) Biarkan halaman ini tanpa tambahan tulisan dan coret-
coret
o Kulit Muka Dalam. Biarkan halaman ini tanpa tulisan
o Kulit Belakang Luar
1) Informasi tentang Kartu Kewaspadaan Kesehatan
Jamaah Haji
a) Bilamana anda tetap sehat dalam waktu 2 minggu
sejak kedatangan dari tanah suci. Kirimkanlah
64
kartu ini ke puskesmas terdekat dimana saudara
berada
b) Bilamana anda jatuh sakit dalam waktu 2 minggu
sejak kedatangan dari tanah suci . diwajibkan
berobat dengan membawa Buku Kesehatan
Jamaah Haji ini ke Dokter Puskesmas setempat.
2) Terdapat keterangan tahun cetakan buku
o Kulit Belakang Dalam. Terdapat amplop sebagai tempat
lembar cetak lepas
Formulir cetak lepas terdiri dari:
1) Form surat pernyataan Jamaah Haji Wanita Usia Subur
(WUS)
2) Form surat rujukan pemeriksaan kesehatan
3) Form rujukan balik pemeriksaan kesehatan
4) Form surat keterangan pemeriksaan kesehatan pertama,
dibuat rangkap 3 untuk:
a) Kantor Kementerian Agama
b) Jamaah Haji yang bersangkutan
c) Arsip Puskesmas
5) Form surat keterangan pengobatan jamaah haji
6) Form surat keterangan pendamping jamaah haji
65
b. Identitas Jamaah Haji (BKJH)
o Kotak “Jenis Risti”
1) Diisi nama diagnosis oleh petugas kesetahan Rumah
Sakit atau Puskesmas (bukan kode diagnosis). Contoh
nama diagnosis: Diabetes Melitus tipe II terkontrol,
Hipertensi sedang, penyakit jantung koroner, dll.
2) Boleh berisi lebih dari satu jenis diagnosis. Contoh
pengisian:
3) Pengisian dilakukan berdasar hasil akhir pemeriksaan
kesehatan tahap pertama, kedua dan pemeriksaan
kesehatan di Embarkasi.
4) Yang berwenang menuliskan nama diagnosis RISTI
adalah dokter pemeriksa kesehatan tahap pertama,
kedua dan dokter pemeriksa di embarkasi.
5) Bila kotak ini terisi, maka berikan stempel resiko tinggi
(RT) dengan tinta warna merah, sehingga tampak dari
kotak transparan.
Contoh stempel:
RT
DIABETES MELITUS tipe II TerkontrolHIPERTENSI SedangOBESITAS dll.
66
o Kotak Nama
1) Ditulis nama lengkap jamaah haji (nama lengkap sesuai
dengan nama yang tercantum dalam Paspor dengan
Huruf Balok.
2) Ditulis oleh petugas Puskesmas
o Kotak Nomor Paspor
1) Diisi sesuai nomor paspor
2) Ditulis oleh petugas kesehatan di Embarkasi
o Kotak Nomor Kloter
1) Diisi sesuai nomor kloter. Contoh: 046-SOC, 012-BTJ,
025-SUB.
2) Ditulis oleh petugas kesehatan di Embarkasi (dibantu
petugas kloter)
3) Kotak Nomor Maktab
a) Diisi sesuai nomor maktab di Makkah/ Madinah
(contoh: 123- Makkah, 100- Madinah)
b) Ditulis oleh petugas kesehatan di Kloter
4) Kotak Pas Foto
a) Ditempelkan pas foto jamaah haji terbaru (foto 3
bulan terakhir) dengan ketentuan sesuai
rekomendasi Kemenag, berukuran 4x6
b) Ditempel oleh petugas puskesmas
67
c) Di cap dengan stempel dari sarana layanan
kesehatan di Puskesmas atau Rumah Sakit,
dengan mengenai sebagian lembar pas foto.
c. International Certificate Of Vaccination Or Prophylaxis
International Health Regulation (2005)
a. Page 1:
Isian dilakukan oleh petugas KKP dalam rangka
pendampingan vaksinasi.
Issued to: diisi dengan nama jamaah haji (tidak boleh dihapus
atau di type ex atau dicoret)
Paspor number or travel document number: diisi nomor
paspor jamaah haji atau nomor dokumen travel jamaah haji
b. Page 2:
Isian dilakukan oleh petugas KKP dalam rangka
pendampingan vaksinasi.
This is to certify that (name), diisi nama jamaah haji; date of
birth, diisi tanggal lahir; sex diisi jenis kelamin;
Nationality, diisi Indonesia; national identification document,
if applicable, diisi kartu tanda penduduk (KTP) nomer KTP.
Whose signature follows,
Has on the date indicated been vaccinated or received
prophylaksis against: (name of disease or condition)
68
Meningitis Meningkokus ACW 135Y in accordance with
IHR: diisi jenis vaksinasi yang diberikan pada jamaah haji;
Tabel sertifikat vaksinasi atau profilaksis:
1) Diisi oleh dokter/ petugas kesehatan yang memberikan
vaksinasi, kecuali tanda tangan pada kolom signature an
professional of supervising clinicians
2) Vaccine or prophylaksis: diisi nama vaksin atau
profilaksis yang digunakan telah diakui oleh WHO
3) Date: diisi dengan tanggal vaksinasi
4) Signature an professional status of supervising
clinicians,
Keputusan soal ini telah final: tanda tangan oleh petugas
KKP, setelah jamaah menunjukan surat keterangan
vaksinasi, jika diisi oleh petugas bukan dari KKP, maka
ICV harus diganti. Dokter pemeriksa kesehatan yang
memberikan vaksinasi membuat surat keterangan
vaksinasi.
5) Manufacturer and batch no. of vaccine or prophylaksis,
diisi dengan nama pabrik vaksin atau profilaksis dan no.
batch vaksin atau profilasksis; contoh: GSK ACW 135Y,
Lot: N. 358- A. 41A;
69
6) Certificate valid from…until…, diisi sertifikat berlaku
dari tanggal sampai tanggal yang dicantumkan;
7) Official stamp of administering center, hanya boleh cap
KKP, jika ada stempel selain KKP, maka ICV harus
diganti.
d. Surat Keterangan Vaksinasi
Sebagai isiian setelah vaksinasi oleh petugas puskesmas/
rumah sakit. Isiian oleh petugas puskesmas atau rumah sakit
Lembar pernyataan ini diberikan kepada:
a. Nama: diisi nama jamaah haji serta diisi nama bin/ binti
b. Lahir: diisi tempat lahir, tanggal: diisi/ bulan/ tahun
c. Kelamin: dipilih pria/ wanita (coret salah satu)
d. No. identitas: diisi nomor KTP/ SIM/ Passpor*)
e. Suku bangsa: diisi jenis suku bangsa
f. Tabel surat keterangan vaksinasi:
1) Vaksin atau profilasksis dan dosis: diisi nama vaksin
atau profilaksis serta dosis yang diberikan pada jamaah
haji
2) Tanggal pemberian: diisi tanggal pemberian vaksin atau
profilaksis
3) Tanda tangan dan nama dokter penanggung jawab: diisi
nama pabrik dan nomor batch vaksin atau profilaksi
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa
hal tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan haji Indonesia, yaitu:
1. Ada beberapa standar pelaksanaan kesehatan haji yang diselenggarakan
oleh Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI yaitu, pengerahan
tenaga kesehatan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan pengendalian penyakit.
2. Setelah di analisis evaluasi dari jemaah wafat pada tahun 1435H/ 2014M
berdasarkan tempat wafat yaitu (BPHI, Sektor dan RSAS) sebesar 61,6 %
atau sebanyak 183 jemaah haji wafat di Sarana Pelayanan Kesehatan; dan
sebesar 38,4 % atau 114 jemaah haji wafat di luar sarana pelayanan
kesehatan (Pondokan, Masjid, Perjalanan dan Pesawat). Jika
dibandingkan dengan tahun 1434H/2013M maka pada tahun
1435H/2014M persentase jemaah wafat di sarana kesehatan lebih rendah,
sedangkan di luar sarana kesehatan lebih tinggi. Itu artinya pelayanan
kesehatan jamaah haji yang diberikan oleh petugas maupun tim kesehatan
jamaah haji Indonesia sudah lebih baik dari tahun sebelumnya.
71
B. Saran- saran
Berdasarkan hasil penelitian kesimpulan diatas, maka dapat disampaikan
beberapa saran yang dapat membangun dan memberikan manfaat Pelayanan
Kesehatan bagi Jamaah Haji Indonesia pada Pusat Kesehatan Haji Kementerian
Kesehatan RI dan seluruh instansi pemerintahan dan pihak- pihak yang terkait
dengan penyelenggaraan kesehatan haji.
Adapun saran tersebut adalah:
1. Hendaknya Kementerian Kesehatan dengan Kementerian Agama lebih
mensinergikan upaya- upaya peningkatan pelayanan kesehatan untuk
meminimalisir jumlah jamaah haji wafat.
2. Hendaknya kementerian kesehatan khususnya Pusat Kesehatan Haji
melakukan koordinasi secara berkala dengan petugas- petugas kesehatan
haji di daerah agar tidak terjadi calon jamaah haji risti ikut dalam
keberangkatan sebelum dilakukan pembinaan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Zaziri, Abdurrahman, Fiqih 4 Mazhab Bagian Ibadat (Puasa, Zakat, Haji,Kurban), (Jakarta: Darul Ulum Press, 1996)
Al- Zuhaily, Wahbah, Fikih Shaum, I’tikaf dan Haji: Kajian Berbagai Mazhab(Bandung: Pustaka Media Utama, 2006)
Arikunto, Suharsimi, Penelitian Program Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1998)
Basyuni, M, Muhammad, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta: FDK Press, 2008)
Halim, Abdul, Ensiklopedi Haji dan Umroh, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2002)
Husein, W, Farid, Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Bagi Calon Jamaah Haji danJamaah Haji: Pedoman Bagi Petugas Kesehatan (Jakarta: Direktorat JenderalBina Pelayanan Medik, 2006)
Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji (KeputusanMenkes RI Nomor 442/ MENKES/ SK/ VI/ 2009)
, UU. No. 17 tahun 1999 BAB III Pasal 6 ayat 1 tentangpenyelenggaraan kesehatan haji (Jakarta: Kementerian Kesehatan, 2009)
, TAP MPR nomer. II/ MPR/ 1993 tentang keterlibatanKementerian Kesehatan dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji.
, Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji,(Kementerian Kesehatan RI: 2009)
, Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan JamaahHaji, (Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI: 2010)
, Profil Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2008, PusatKesehatan Haji
Martin. S dan B. Firman Aji, Perencanaan dan Evaluasi, (Jakarta: Bumi Aksara,1990)
Nasution, Harun, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta, Djembatan 1992)
Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI “Laporan Penyelenggaraan Kesehatan HajiTahun 2009” (Jakarta: 2010)
Soekidjo, Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. (Jakarta: RinekaCipta, 2007)
Sukardi, Evaluasi Pendidikan “Prinsip dan Operasionalnya” (Jakarta: Bumi Aksara,2009)
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. (Bandung:2009)
Timpe, A, Dale, Seri Manajemen Sumber Daya Manusia Kinerja (Jakarta: PT.ElexMedia Komputindo,kelompok Gramedia, 1999)
Wasilaturohmah, Evaluasi Pelayanan Manasik Haji Tahun 2013 pada KementerianAgama Jakarta Timur