RESPON TANAMAN TERHADAP PEMBERIAN NUTRISI TANAMAN
MELALUI DAUN MENGGUNAKAN PUPUK DAUN
Disusun Oleh :
ARGHYA NARENDRA DIANASTYA (111510501105)
(Mahasiswa Penerima Beasiswa Unggulan S-1 PS. Agroteknologi Fakultas
Pertanian UNEJ)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER
2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan
tidak tersedia di tanah menjadi tersedia untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa pupuk yang diproduksi dan beredar di
pasaran sangatlah beragam, baik dalam hal jenis, bentuk, ukuran, kandungan
unsur hara maupun kemasannya. Dengan beragamnya jenis pupuk dengan
berbagai karakter masing-masing, sering membuat pemakainya kebingungan
untuk menggunakannya. Tidak mengherankan jika sering dijumpai kegagalan
produksi tanaman sebagai akibat kesalahan pemupukan. Untuk mengatasi hal
tersebut sebelum dilakkan pemupukan ada beberapa hal yang perlu dilakukan,
yaitu melakukan analisis tanah dan daun, mengidentifikasi gejala kekurangan
unsur hara, dan menentukan metode pemupukan.
Analisis tanah dan daun adalah untuk mengetahui ketersediaan unsur hara
dalam tanah dan unsur hara apa yang dibutuhkan tanaman. Di samping itu dengan
mengidentifikasi gejala kerusakan/kelainan pada tanaman kita sudah dapat
memprediksi unsur hara yang kurang yang dibutuhkan tanaman. Untuk
mengaplikasikan pupuk sesuai dengan rekomendasi hasil analisis perlu metode
pemupukan yang tepat, karena kesalan cara aplikasinya, pemupukan yang kita
berikan tidak/kurang bermanfaat.
Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada terganggunya
pertumbuhan tanaman. Bahkan unsur hara yang dikandung oleh pupuk tidak dapat
dimanfaatkan tanaman. Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan
pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa
makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh
bakteri pengurai.
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh
pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase
kandungan hara yang tinggi.
Menurut cara aplikasinya, pupuk buatan dibedakan menjadi dua yaitu
pupuk daun dan pupuk akar. Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan pada
daun tanaman. Pupuk akar diserap tanaman lewat akar dengan cara penebaran di
tanah.
Pemupukan lewat daun dilakukan dengan cara melarutkan pupuk ke dalam
air dengan konsentrasi tertentu. Setelah itu, larutan pupuk disemprotkan ke
pemukaan daun dengan mengikuti dosis sesuai anjuran di label kemasan.
Pasalnya, tanaman hias mati keracunan atau terbakar jika dosis pemupukannya
berlebihan. Sebaliknya, jika konsentrasinya kurang, pemupukan menjadi tidak
efektif lantaran pengaruhnya tidak tampak pada tanaman.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman akibat pemberian pupuk
lewat daun
2. Untuk mengetahui konsentrasi pemupukan lewat daun yang tepat
( optimum) dengan dosis yang sama pada tumbuhan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Umumnya pupuk anorganik lebih merangsang tanaman dalam
pertumbuhan dan kematangannya, tetapi dari segi keamanan terhadap lingkungan
dan keberlangsungan kesehatan tanaman lebih memungkinkan untuk penggunaan
pupuk organik. Kelebihan pupuk anorganik adalah dari segi kepraktisan dan
kebersihan lingkungan yang lebih terjaga. Pupuk anorganik tersedia dalam bentuk
pupuk akar ataupun pupuk daun. Dari segi penggunaan, pupukpun terbagi menjadi
dua, yang pertama adalah pupuk akar yaitu pupuk yang digunakan langsung
dengan pencampuran dalam media dan digunakan untuk diserap nutrisinya
melalui bulu-bulu akar tanaman. Jenis pupuk yang kedua adalah pupuk daun
dimana pengaplikasiannya pada bagian daun dengan cara penyemprotan
menggunakan sprayer dengan maksud butir-butir kecil air yang mengandung
pupuk dapat diserap melalui stomata daun, sebaiknya penyemprotan lebih
ditekankan di bawah permukaan daun dimana banyak sekali stomata terdapat pada
bagian ini(Novizan. 2005)
Pemupukan melalui daun telah sering digunakann dalam tanaman hias.
Dengan cara ini efisiensi penggunaan pupuk menjadi semakin tinggi (Wittwer dan
Teubner, 1968), terutama untuk perbaikan kualitas dan kuantitas tanaman yang
diicobakan.
Soepartini et al. (1994) menjelaskan bahwa pemberian pupuk yang
berlebihan selain merupakan pemborosan dan, juga mengganggu keseimbangan
hara dalam tanah, menurunkan efisiensi pemupukan, dan menimbulkan polusi
yang berbahaya bagi lingkungan. Sedangkan pemupukan yang terlalu sedikit tidak
dapat memenuhi kebutuhan tanaman untuk mencapai tingkat produksi yang
optimal. Oleh karena itu, pemupukan harus didasarkan atas hasil uji tanah dan
analisis tanaman.
Pemupukan lewat daun dilakukan dengan cara melarutkan pupuk ke dalam
air dengan konsentrasi tertentu. Setelah itu, larutan pupuk disemprotkan ke
pemukaan daun dengan mengikuti dosis sesuai anjuran di label kemasan.
Pasalnya, tanaman hias mati keracunan atau terbakar jika dosis pemupukannya
berlebihan. Sebaliknya, jika konsentrasinya kurang, pemupukan menjadi tidak
efektif lantaran pengaruhnya tidak tampak pada tanaman.( Lingga, P dan
Marsono. 2006)
Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi hari pukul 07.00
– 10.00 atau pada sore hari pukul 15.00 – 18.00 karena bertepatan pada saat
membukanya stomata. jika penyemprotan dilakukan saat matahari terik, air akan
cepat menguap, sehingga konsentrasi pupuk menjadi lebih pekat. Hal inilah yang
membuat daun tanaman terbakar.( Lingga, P dan Marsono. 2006)
Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk daun.
Penyemprotan pada saat hujan sebaiknya tidak dilakukan. Dua jam setelah
penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan mengurangi efektifitas
penyerapan pupuk dan, pupuk akan tercuci oleh air hujan sebelum sempat
menempel pada permukaan daun. Akibatnya pemupukan akan sia-sia saja.
Prioritaskan penyemprotan pada bagian bawah daun karena masuknya pupuk daun
melalui stomata (mulut daun) dimana stomata ini merupakan lubang untuk
transpirasi dan juga sekaligus untuk masuknya cairan baik yang berupa pupuk
atau pestisida yang bersifat sistemik, dan stomata ini sebagian besar terdapat
dibawah permukaan daun. Mulut daun ini berfungsi untuk mengatur penguapan
air dari tanaman sehingga air dari akar dapat sampai daun. Saat suhu udara terlalu
panas, stomata akan menutup sehingga tanaman tidak akan mengalami
kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata akan membuka
sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk dalam jaringan daun.
Dengan sendirinya unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga masuk
ke dalam jaringan daun. Membuka dan menutupnya stomata berkaitan dengan
tekanan turgor melaului proses defusi-osmosis, dan proses defusi-osmosis pada
daun di pengaruhi oleh sinar matahari. Oleh karena itu penyemprotan sebaiknya
dilakukan setelah ada sinar matahari namun penyemprotan sebaiknya dihentikan
setelah sinar matahari sudah mulai terasa terik, karena sebagian unsur akan lebih
banyak menguap bila matahari semakin panas dan angin lebih kencang
berhembus. Sementara bila penyemprotan dilakukan pada sore hari juga tidak
terlalu efektif karena pada sore hari biasanya angin lebih kencang berhembus
sehingga akurasi penyemprotan tidak sempurna, dan sinar matahari segera
menghilang sehingga stomata juga segera menutup. Sementrara proses masuknya
unsur hara kedalam daun yang optimal memakan waktu sekitar 2-4 jam.
( Rinsema, W. T. 1993)
The foliar application of mineral nutrients offers a method of supplying
nutrients to higher plants more rapidly than methods involving root application. It
was established that foliar fertilizer applied at early vegetative stages increased
yields and enhanced quality in soybean (Mallarino and UI-Hag, 1998) and garden
been (Stancheva et al., 2004b). Plant response is dependent on species, fertilizer
form, concentration, and frequency of application, as well as the stage of plant
growth (Faulkner, 1999; Eddy, 2000).
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Inovasi Produksi Pertanian ini dilaksanakan pada
pukul 14.00 hari kamis tanggal 21 Oktober 2010 yang bertempat di Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan di Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Timbangan
Spreyer
3.2.2 Bahan
Bibit tanaman tomat
Polibag
Tanah kering angin
Pupuk daun baypolan
aquadest
3.3 Cara Kerja
1. Mengisi polobag dengan tanah 6kg dan bibit tanaman tomat yang sudah
berumur 2 minggu
2. Menambahkan pupuk dasar kedalam masing-masing polibag 2,5 gr urea,
TSP dan KCL
3. Menyiapkan pupuk daun dengan 2 perlakuan ,yaitu 0ml/l dan 3ml/l
aquadest dan menyemprotkan secara marata pada setiap perlakuan dengan
interval 3 hari (satu kali penyemprotan) selama 1 bulan.
4. Menyiram 2 kali sehari dengan interval 3 hari untuk konsentrasi
0ml/l(control) dan 3ml/l
5. Melakukan pemeliharaan dan pemberantasan hama dan penyakit yang
mungkin menyerang
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.2 PEMBAHASAN
Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk
tanaman dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Pupuk
digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk
organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah
melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Pupuk organik
mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap
jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan
organik pupuk ini termasuk tinggi. Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah
jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia
sehingga memiliki prosentase kandungan hara yang tinggi.
Menurut cara aplikasinya, pupuk buatan dibedakan menjadi dua yaitu
pupuk daun dan pupuk akar. Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan pada
daun tanaman. Contoh pupuk daun adalah Gandasil B dan D, Grow More,
Gandasil Daun 14.12.14 dilengkapi dengan Mn, Mg, B, Cu, Zn dan Vitabloom,
Baypolan, Wuxal, Complesal, Hyponex, Liftonik, Mastsfol, Tristal dll. Pupuk
akar diserap tanaman lewat akar dengan cara penebaran di tanah. Contoh pupuk
akar adalah urea, NPK, dan Dolomit.
Pemupukan lewat daun dilakukan dengan cara melarutkan pupuk ke dalam
air dengan konsentrasi tertentu. Setelah itu, larutan pupuk disemprotkan ke
pemukaan daun dengan mengikuti dosis sesuai anjuran di label kemasan.
Pasalnya, tanaman hias mati keracunan atau terbakar jika dosis pemupukannya
berlebihan. Sebaliknya, jika konsentrasinya kurang, pemupukan menjadi tidak
efektif lantaran pengaruhnya tidak tampak pada tanaman.
Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi hari pukul 07.00
– 10.00 atau pada sore hari pukul 15.00 – 18.00 karena bertepatan pada saat
membukanya stomata. jika penyemprotan dilakukan saat matahari terik, air akan
cepat menguap, sehingga konsentrasi pupuk menjadi lebih pekat. Hal inilah yang
membuat daun tanaman terbakar.
Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk daun.
Penyemprotan pada saat hujan sebaiknya tidak dilakukan. Dua jam setelah
penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan mengurangi efektifitas
penyerapan pupuk dan, pupuk akan tercuci oleh air hujan sebelum sempat
menempel pada permukaan daun. Akibatnya pemupukan akan sia-sia saja.
Prioritaskan penyemprotan pada bagian bawah daun karena masuknya pupuk daun
melalui stomata (mulut daun) dimana stomata ini merupakan lubang untuk
transpirasi dan juga sekaligus untuk masuknya cairan baik yang berupa pupuk
atau pestisida yang bersifat sistemik, dan stomata ini sebagian besar terdapat
dibawah permukaan daun. Mulut daun ini berfungsi untuk mengatur penguapan
air dari tanaman sehingga air dari akar dapat sampai daun. Saat suhu udara terlalu
panas, stomata akan menutup sehingga tanaman tidak akan mengalami
kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata akan membuka
sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk dalam jaringan daun.
Dengan sendirinya unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga masuk
ke dalam jaringan daun. Membuka dan menutupnya stomata berkaitan dengan
tekanan turgor melaului proses defusi-osmosis, dan proses defusi-osmosis pada
daun di pengaruhi oleh sinar matahari. Proses masuknya unsure hara melalliu
daun ada dengan cara difusi dan osmosis.Dengan cara difusi melalui stomata yaitu
Difusi adalah pergerakan molekul atau ion dari dengan daerah konsentrasi tinggi
ke daerah dengan konsentrasi rendah. Laju difusi antara lain tergantung pada suhu
dan densitas (kepadatan) medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan
zat cair, sedangkan zat padat berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat cair.
Molekul berukuran besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul
yang lebih kecil. Pertukaran udara melalui stomata merupakan contoh dari proses
difusi. Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel. Masuknya larutan
ke dalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses osmosis. Osmosis juga
dapat terjadi dari sitoplasma ke organel-organel bermembran. Osmosis dapat
dicegah dengan menggunakan tekanan.
Pada siang hari terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga
konsentrasi O2 meningkat. Peningkatan konsentrasi O2 ini akan menyebabkan
difusi O2 dari daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO2 di
dalam jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO2 dari
udara luar masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata (transpirasi)
juga merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran air menyebarkan
molekul lebih cepat disbanding dengan proses difusi. Oleh karena itu
penyemprotan sebaiknya dilakukan setelah ada sinar matahari namun
penyemprotan sebaiknya dihentikan setelah sinar matahari sudah mulai terasa
terik, karena sebagian unsur akan lebih banyak menguap bila matahari semakin
panas dan angin lebih kencang berhembus. Sementara bila penyemprotan
dilakukan pada sore hari juga tidak terlalu efektif karena pada sore hari biasanya
angin lebih kencang berhembus sehingga akurasi penyemprotan tidak sempurna,
dan sinar matahari segera menghilang sehingga stomata juga segera menutup.
Sementrara proses masuknya unsur hara kedalam daun yang optimal memakan
waktu sekitar 2-4 jam.
Sebagian besar stomata terletak di bagian bawah daun. Perlu diperhatikan
bahwa pemupukan lewat daun sebaiknya disemprotkan melalui bagian bawah
permukaan daun dan dilakukan pada pagi hari, Tidak disarankan menyemprotkan
pupuk daun pada saat suhu udara sedang panas karena konsentrasi larutan pupuk
yang sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar dengan
menggunakan alat semprot (sprayer). Lubang keluarnya air (nosel) juga diatur
sedemikian rupa agar ait tidak keluar seperti kabut (mist). Penyemprotan
sebaiknya diarahkan ke permukaan atas daun. Temuan terakhir membuktikan jika
penyemprotan yang dilakukan ke permukaan atas daun justru lebih efektif
dibandingkan dengan penyemprotan ke bagian bawah daun.
Ada satu hal kelebihan yang paling mencolok dari pupuk daun, yaitu
penyerapan haranya berjalan lebih cepat disbanding pupuk yang diberikan lewat
akar. Akibatnya, tanaman akan lebih cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak
rusak. Oleh karena itu, pemupukan lewat daun dipandang lebih berhasil guna
disbanding lewat akar.
Agar tujuan pemupukan tercapai, pupuk harus diaplikasikan secara tepat.
Dalam pemupukan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu :
1) Jenis tanaman yang akan dipupuk.
2) Jenis pupuk yang digunakan, dan
3) Waktu pemberian yang tepat.
Jika ketiga hal itu terpenuhi, maka efisiensi dan efektivitas pemupukan akan
tercapai. Seperti telah diketahui, pupuk yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan jenis dan kondisi tanaman.
Sebelum memberikan pupuk ke daun ada beberapa hal yang dianggap
mutlak diketahui dulu, yaitu:
1. Konsentrasi larutan pupuk yang dibuat harus sangat rendah atau mengikuti
petunjuk dalam kemasan pupuk. Jangan berlebihan, lebih baik kurang
daripada berlebihan. Kalau konsentrasinya lebih rendah dari anjuran maka
untuk mengimbanginya frekuensi pemupukan bisa dipercepat, misalnya
dianjurkan 10 hari bisa dipercepat jadi seminggu sekali
2. Pupuk daun disemprotkan ke bagian daun yang menghadap ke bawah. Hal
ini disebabkan karena pada kebanyakan daun tanaman, mulut daun
(stomata) umumnya menghadap ke bawah atau bagain punggung daun
3. Pupuk hendaknya disemprotkan ketika matahari tidak sedang terik-
teriknya. Paling ideal dilakukan sore atau pagi hari persis ketika matahari
belum begitu menyengat. Kalau dipaksakan juga menyemprot ketika
panas, pupuk daun itu banyak menguap daripada diserap oleh daun
4. Penyemprotan pupuk daun jangan dilaksanakan menjelang musim hujan.
Resikonya pupuk daun akan habis tercuci oleh air hujan dan lagipula pada
saat seperti itu stomata sedang menutup
5. Biasakanlah untuk membaca keterangan yang ada pada kemasan pupuk,
karena disinilah kuncinya.
Cara pemupukan dengan penyemprotan melalui daun dilakukan dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Unsur hara sulit diambil tanaman melalui akar tanah, misalnya tanaman
yang tumbuh pada tanah berpasir atau tanah-tanah yang berbatu
2. Bila unsur hara dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit
(unsur hara mikro).
3. Pemupukan melalui daun memberikan pengaruh yang lebih cepat terhadap
tanaman dibanding lewat akar. kecepatan penyerapan hara juga
dipengaruhi oleh status hara dalam tanah.
4. Kondisi dan sifat fisik dari pupuk yang buruk
5. Bila pemakaian pupuk dengan cara pemberian melalui akar tidak berhasil
6. Pengaruh maksimum dari pupuk terhadap tanaman dapat diperoleh selama
musim kering.
7. Bila kadar hara dalam tanah rendah maka penyerapan unsur hara melalui
daun relatif lebih cepat dan sebaliknya.
8. Pupuk daun merupakan pupuk bentuk padat atau cair yang dapat langsung
diserap oleh daun tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Faulkner, S.P., 1999. Foliar feeding when your plants need it fast, the growing
Edge. May-June, 42-47.
Lingga, P dan Marsono. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya
Jakarta.
MALLARINO, A., UI-HAQ, 1998. What about foliar fertilization of soybean?
Fluid Journal, 31, 8-11.
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. AgroMedia Pustaka.
Jakarta.
Rinsema, W. T. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Karya Aksara.
Jakarta.
Soepartini, M., Nurjaya, A. Kasno, S. Ardjakusumah, Moersidi S., dan J. Sri
Adiningsih. 1994. Status hara P dan K serta sifat-sifat tanah sebagai
penduga kebutuhan pupuk padi sawah di Pulau Lombok. Pemb. Pen.
Tanah dan Pupuk 12 : 23-34.
STANCHEVA, I., GENEVA, M., GEORGIEV, G., 2004a. Effects of mineral
nutrient rates on the growth and nitrate assimilation of milk thistle
(Silybum marianum L). Compt. Rend. Acad. Bulg. Sci. 57, 81-84.
Witter, S.H. and F.G. Teubner. 959. Foliar Absorbtion of Mineral Nutrients. Ann.
Rev. Plant Physiol. Vol.10(2):13-27.