Diabetes Mellitus Tipe 2
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAMRUMAH SAKTI DUSTIRA/FAK. KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANICIMAHI
Nama Penderita : Tn.Sugiyo Ruangan : X1
Jenis Kelamin : Laki-laki No. Cat. Med : 17.18.47
Agama : Islam Usia : 43 tahun
Bangsa : Indonesia
Jabatan/Pekerjaan : TNI-AD
Nama & Alamat Keluarga
: Jl. Salak no 2 Bandung
Dikirim Oleh : RS Sariningsih
Tanggal Dirawat : 20 Juli 2006 Pukul : 14.10
Tanggal Diperiksa (Co-Ass)
: 21 Juli 2006
Diagnosa Kerja
Dokter : Abses a.r Plantar Pedis Distal Digiti 11 Pedis sinistra + DM tipe 2
Co-ass: DM tipe 2 dan sellulitis + Abses a.r Plantar Pedis Distal Digiti 2 Pedis sinistra
KELUHAN UTAMA : Luka bernanah pada telapak kaki kiri
I. ANAMNESA KHUSUS : (Autoanamnesa dan Heteroanamnesa) Enam hari yang lalu penderita mengeluhkan luka akibat tertusuk pecahan kaca
pada telapak kaki kiri. Luka tersebut berukuran ± 1x1,5 cm. Karena merasa tidak terlalu
parah penderita hanya memberi obat merah pada luka tersebut. Sejak 4 hari yang lalu
daerah sekitar luka bekas tusukan kaca tampak berwarna kuning seperti berisi nanah
disertai bengkak dan kemerahan sampai pergelangan kaki. Keluhan diikuti dengan panas
badan yang tidak begitu tinggi tanpa disertai menggigil dan kejang.
Sejak 1 tahun yang lalu penderita merasakan kesemutan atau sering baal pada
kedua tangan dan kaki, terus menerus dan tidak menghilang atau berkurang dengan
perubahan posisi maupun istirahat.
1
Diabetes Mellitus Tipe 2
Sejak 3 tahun yang lalu, penderita mengeluhkan kondisi indera penglihatannya
yang dirasakan semakin hari semakin sulit untuk melihat. Penglihatannya menjadi buram
dan terlihat samar.
Sejak 7 tahun yang lalu penderita merasakan ada perubahan pada dirinya, sering
merasa haus (dalam sehari bisa menghabiskan 2 teko air berukuran 2 liter), cepat lapar
dimana dalam satu hari penderita dapat mengkonsumsi makanan jauh lebih banyak
daripada biasanya yaitu 4-5 kali makan ditambah sering mengemil makanan manis.
Namun, walaupun mengkonsumsi banyak makanan, berat badan penderita dinilai turun
dari 82 kg menjadi 56 kg dalam waktu 7 tahun. Penderita juga mengeluh mudah lelah dan
mengantuk. Penderita juga merasa menjadi sering buang air kecil dimana dalam satu hari
dapat kencing sebanyak 10-15 kali dalam jumlah banyak, terutama dirasakan pada malam
hari sehingga mengganggu aktivitas tidurnya. Oleh karena semua keluhan tersebut
penderita berobat ke dokter dan mengetahui bahwa dirinya menderita sakit kencing manis
dan dirawat di RS Dustira.
Setelah sempat mendapat perawatan kurang lebih satu bulan, penderita
merasakan adanya perbaikan dari kondisi kesehatan daripada sebelumnya, dan keluhan-
keluhan rasa cepat lapar, rasa cepat haus, dan rasa sering ingin kencing sudah berkurang.
Namun penderita sejak itu tidak melakukan kontrol secara teratur dan tidak patuh
menjalankan aturan makan serta tidak berolah raga secara teratur.
Riwayat penyakit diabetes mellitus dalam keluarga tidak diketahui.
Keluhan jantung berdebar-debar dan nyeri dada yang menjalar ke bagian tubuh
lain tidak ada.
Keluhan kencing sedikit-sedikit, air kencing menjadi keruh dan penyakit darah
tinggi tidak ada.
Keluhan lumpuh pada tangan dan kaki tidak ada.
2
Diabetes Mellitus Tipe 2
Riwayat Perawatan
Selama dirawat di Bangsal XI RS. Dustira, penderita mendapatkan pengobatan
berupa infus dan obat yang dimasukkan lewat selang infuse (nama dan dosis obat tersebut
tidak diketahui oleh penderita). Hasil selama perawatan tersebut membuat penderita
merasa lebih baik daripada saat masuk RS.
3
Diabetes Mellitus Tipe 2
A Keluhan keadaan umum E Keluhan organ perut
4
Diabetes Mellitus Tipe 2
Panas badan : ada Nyeri lokal Tidak ada
Nafsu makan : ada (meningkat) Nyeri tekan Tidak ada
Tidur : tidak ada Nyeri seluruh perut : tidak ada
Edema : tidak ada Nyeri berubungan dengan
Ikterus : tidak ada Makanan : tidak ada
Haus : ada BAB : tidak ada
Berat badan : ada (menurun) Haid : tidak ada
B Keluhan organ kepala Perasaan tumor di perut : tidak ada
Penglihatan : ada (kabur atau
berkurang)
Muntah-muntah : tidak ada
Hidung : tidak ada Diare : tidak ada
Lidah : tidak ada Obstipasi : tidak ada
Gangguan menelan : tidak ada Tenesmus ad anum : tidak ada
Pendengaran : tidak ada Perubahan dalam b.a.b : tidak ada
Mulut : tidak ada Perubahan dalam miksi : ada
Gigi : tidak ada Perubahan dalam haid : tidak ada
Suara : tidak ada F Keluhan tangan dan kaki
C Keluhan organ di leher Rasa kaku : tidak ada
Rasa sesak di leher : tidak ada Rasa lelah : ada
Pembesaran kelenjar : tidak ada Mialgia/atralgia : tidak ada
Kaku duduk : tidak ada Parestesi/estesi : ada
D Keluhan organ di thorax Parese/paraparese : tidak ada
Sesak napas : tidak ada Fraktur : tidak ada
Sakit dada : tidak ada Claudicatio : tidak ada
Napas berbunyi : tidak ada Nyeri tekan : tidak ada
Batuk : tidak ada Luka/bekas luka : ada
Jantung berdebar : tidak ada Edema : ada
G Keluhan-keluhan lain
ANAMNESA TAMBAHAN Kulit : ada (bercak2 hitam)
Gizi : Kualitas Cukup Ketiak : tidak ada
Kwantitas cukup Keluhan kelenjar limfe : tidak ada
Penyakit menular : tidak ada Keluhan kelenjar endokrin
Penyakit turunan : tidak ada Tiroid : tidak ada
Ketagihan : tidak ada Haid : tidak ada
5
Diabetes Mellitus Tipe 2
Penyakit venerik : tidak ada D.M : ada
Lain-lain : tidak ada
STATUS PASIENI. KESAN UMUM
6
Diabetes Mellitus Tipe 2
a. Keadaan umumKesan sakitnya : tampak sakit sedang Kesadarannya : kompos mentis Pergerakannya : AktifKeadaan gizi : cukupTinggi badan : 165 cmGizi kulit : cukupTidur : terlentang dengan satu bantalWatak : kooperatifUmur yang ditaksir : sesuai Bentuk badan : atletikusBerat badan : 56 kgGizi otot : cukupKulit : turgor kulit cukup
Keadaan sirkulasi Suhu : 36,4 0C Tekanan darah :110/70mmHg Nadi Ka
Nadi Ki: 75 x/m: 75 x/m
, Reguler, equal, isi cukup, Reguler, equal, isi cukup
Keringat dingin : tidak ada Sianose : tidak ada
Keadaan pernapasanTipe : abdomino- torakalFrekuensi : 20 x/menitCorak : Normal Hawa/bau nafas : fetor uremikum (-)Bunyi nafas : tidak ada
II. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kepala
1. Tengkorak :
- inspeksi : simetris
- palpasi : tidak ada kelainan
2. Muka :
- inspeksi : simetris
- palpasi : tidak ada kelainan
3. Mata :
7
Diabetes Mellitus Tipe 2
- letak : simetris
- kelopak mata : tidak ada kelainan
- kornea : tidak ada kelainan
- pupil : bulat, isokor
- reaksi konvergensi : + / +
- Sklera : Ikterik -/-
- Pergerakan : normal, ke segala arah
- Konjungtiva : anemis -/-
- Iris : tidak ada kelainan
- Reaksi cahaya : direk +/+ indirek +/+
- Visus : tidak dilakukan pemeriksaan
- Funduskopi : tidak dilakukan pemeriksaan
4. Telinga
Inspeksi : tidak ada kelainan
Palpasi : tidak ada kelainan
Pendengaran : tidak ada kelainan
5. Hidung
Inspeksi : tidak ada kelainan
Sumbatan : tidak ada
Ingus : tidak ada
Bentuk : tidak ada kelainan
6. Bibir
Sianosis : tidak ada
Kheilitis : tidak ada
Stomatitis angularis : tidak ada
Rhagaden : tidak ada
Perleche : tidak ada
8
Diabetes Mellitus Tipe 2
7. Gigi dan gusi
X = gigi tanggal
O = gigi caries
8. Lidah
Sianosis : tidak ada
Besar : tidak ada kelainan
Pergerakan : tidak ada kelainan
Bentuk : tidak ada kelainan
Permukaan : basah, bersih
9. Rongga mulut
Selaput lendir
Hiperemis : tidak ada
Lichen : tidak ada
Aphtea : tidak ada
Bercak : tidak ada
10. Rongga leher
Selaput lendir : tidak ada kelainan
Dinding belakang pharinx : hiperemis ( - )
Tonsil : Tidak ada kelainan
b. Leher
- Inspeksi
Gld. Tiroid : tidak terlihat membesar
Pembesaran vena : tidak ada
Pulsasi vena leher : tidak ada
Tekanan vena : tidak meningkat (5+2)cmHg
9
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 87 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Diabetes Mellitus Tipe 2
- Palpasi
Trachea : tidak ada deviasi
Gld. Tiroid : tidak teraba membesar
Otot leher : tidak ada kelainan
Kel. getah bening : tidak teraba membesar
Tumor : tidak ada
Kaku kuduk : tidak ada
c. Ketiak
- Inspeksi
Rambut ketiak : tidak ada kelainan
Tumor : tidak ada
- Palpasi
Kel. Getah bening : tidak teraba membesar
Tumor : tidak ada
d. Pemeriksaan Thorax
Thorax depan
Inspeksi
Bentuk umum : simetris
Sela iga : tidak melebar, tidak menyempit
Sudut epigastrium : < 900
Diameter frontal dan sagital : Ǿ frontal < Ǿ sagital
Pergerakan : simetris
Muskulatur : tidak ada kelainan
Kulit : scratch effect (-)
Tumor : tidak ada
Ictus cordis : tidak terlihat
Pulsasi lain : tidak ada
Pelebaran vena : tidak ada
10
Diabetes Mellitus Tipe 2
Palpasi
Kulit : tidak ada kelainan
Muskulatur : tidak ada kelainan
Mammae : tidak ada kelainan
Sela iga : tidak melebar, tidak menyempit
Thorax dan paru kanan kiri
- Pergerakan : simetris, paru kanan = paru kiri
- Vokal fremitus : normal, kanan = kiri
Iktus cordis
- Lokalisasi : teraba, ICS V linea midclavicularis sinistra
- Intensitas : tidak kuat angkat
- Pelebaran : tidak ada
- Thrill : tidak ada
Perkusi
Paru-paru
Batas paru hepar : ICS VI, linea midclavicular dextra
Peranjakan : 2 cm
Suara perkusi : sonor paru kanan = paru kiri
Jantung
Batas atas : ICS III Linea parasternalis sinistra
Batas kanan : Linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V Linea midclavicular sinistra
Auskultasi : BJ I & II murni regular
Paru-paru
11
Diabetes Mellitus Tipe 2
Paru kanan paru kiri
Suara pernafasan : vesikuler kanan = kiri
Suara tambahan : ronkhi -/- ; wheezing -/-
Vokal resonansi : normal kanan = kiri
Jantung
Irama : regular
Bunyi jantung pokok : M1 > M2 ; P1 < P2
T1 > T2 ; A2 > P2
A1 < A2
Splitting : tidak ada Bunyi jantung I : tunggal
Bunyi jantung II : tunggal
Bunyi jantung tambahan : tidak ada
Bising jantung : tidak ada
Bising gesek jantung : tidak ada
Thorax belakang
Inspeksi
Bentuk : simetris
Muskulatur : tidak ada kelainan
Simetris : kanan = kiri
Kulit : scratch effect (-)
Palpasi
Muskulatur : tidak ada kelainan
Sela iga : tidak melebar, tidak menyempit
Vocal fremitus : normal paru kanan: = paru kiri
Perkusi paru kanan: Paru Kiri
12
Diabetes Mellitus Tipe 2
Batas bawah : vertebra th X vertebra th XI
Peranjakan : 2 cm
Auskultasi paru kanan paru kiri
Suara pernafasan : vesikuler vesikuler
Suara tambahan : ronkhi -/-, wheezing -/-
Vokal resonasi : normal, paru kanan = paru kiri
Bunyi gesek pleural : tidak ada
e. Abdomen
Inspeksi
Bentuk : datar
Kulit : tidak ada kelainan
Otot dinding perut : tidak ada kelainan
Pergerakan waktu nafas : simetris
Pergerakan usus : tidak terlihat
Pulsasi : tidak ada
Palpasi
Dinding : lembut
Nyeri tekan local : Tidak ada
Nyeri tekan difus : tidak ada
Nyeri lepas : tidak ada
Defance muskuler : tidak ada
Hepar
Teraba/tidak teraba : tidak teraba
Besar : -
Konsistensi : -
Permukaan : -
Tepi : -
Nyeri tekan : tidak ada
Lien
13
Diabetes Mellitus Tipe 2
Perbesaran : tidak teraba, ruang TRAUBE kosong
Konsistensi : -
Permukaan : -
Insisura : -
Nyeri tekan : tidak ada
Tumor/massa : tidak ada
Ginjal : tidak teraba
Pembesaran : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Perkusi
Suara perkusi : thympani
Dullness : tidak ada
Ascites
- shifting dullness : tidak ada
- fluid wave : tidak ada
Auskultasi
Bising usus : (+) normal
Bruit : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
f. CVA (Costo-vertebra angel) : nyeri ketok CVA -/-
g. Lipat paha:
Inspeksi : Tumor : tidak ada
Pembesaran kelenjar : tidak ada
Hernia : tidak ada
Palpasi: Tumor : tidak ada
Perbesaran kelenjar : tidak ada
Pulsasi A. femoralis : tidak ada
Hernia : tidak ada
Auskultasi: A. femoralis : tidak dilakukan pemeriksaan
h. Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
14
Diabetes Mellitus Tipe 2
i. Sakrum : tidak dilakukan pemeriksaan
j. Rectum & Anus : tidak dilakukan pemeriksaan
k. Kaki & Tangan : scratch effect (-)
Inspeksi: Kulit : Abses a/r plantar pedis sinistra ukuran 2x1 cm ,
Basah (-), pus (+)
Selulitis a/r pedis sinistra, hiperemis
Pergerakan : tidak ada kelainan
Bentuk : tidak ada kelainan
Clubbing finger : tidak ada
Otot-otot : tidak ada kelainan
Palmar eritema : tidak ada
Edema : ada a/r dorsum pedis sinistra
Rasa sakit : tidak ada
Palpasi: Nyeri tekan : tidak ada selulitis a/r Pedis sinistra
Tumor : tidak ada abses a/r Plantar pedis ukuran 2x1cm
Pitting edema : ada a.r dorsum pedis sinistra
Lain-lain : Abses a/r plantar pedis sinistra ukuran 2x1 cm,
Nyeri tekan (-), panas (+), nanah (+), darah (-)
Pulsasi (+)
l. Sendi-sendi
Inspeksi: Kelainan bentuk : tidak ada
Tanda radang : tidak ada
Kulit : tidak ada kelainan
Otot sendi : tidak ada kelainan
Palpasi: bentuk : tidak ada kelainan
Cairan dalam sendi: tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
15
Diabetes Mellitus Tipe 2
m. Neurologik:
Reflek fisiologik - KPR : ↓/↓
- APR : ↓/↓
Refleks patologik : -/-
Rangsangan meningen : tidak ada
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DARAH URINE FAECES
Hb
Leukosit
Eritrosit
Hitung jenis
Baso
Eos
Staff
Segmen
Limfe
Mono
Trombosit
: 12,4 gr%
: 13,2rb mm
: 4,8jt/mm3
:
: 0%
: 0%
: 6%
: 64%
: 30%
: 0%
: 255rb/mm³
Warna
Kekeruhan
Ban
B.J
Reaksi
Albumin
Reduksi
Urobilin
Bilirubin
: kuning
: jernih
: amoniak
: 1,015
: asam
: -
: +
: +
: -
Warna
Bau
Konsistensi
Lendir
Darah
Parasit
Eritrosit
Lekosit
Telur cacing
Sisa makanan
: Kuning
: Indol skatol
: lembek
: -
: -
: -
: -
: -
: -
: +
Sediment leukosit = 0-1 / LPB
eritrosit =1-2 / LPB
epitel = 0-1 / LPB
L.E.D I : 50 mm/jam
II: 80 mm/2jam
RESUME
16
Diabetes Mellitus Tipe 2
Penderita laki-laki berumur 43 tahun, sudah berkeluarga, pekerjaan Kopka datang ke RS
Dustira dengan keluhan utama luka bernanah pada telapak kaki kiri.
Pada anamnesa lanjut :
Sejak empat hari sebelum masuk rumah sakit, penderita mengeluh ada abses pada
plantar pedis sinistra yang berawal dari luka akibat tertusuk pecahan kaca, dan daerah
sekitar luka menjadi oedem dan eritem hampir meliputi daerah pedis sinistra. Keluhan
diikuti febris tanpa disertai menggigil dan kejang.
Penderita mengetahui menderita diabetes mellitus sejak tujuh tahun yang lalu saat
berobat ke dokter. Saat itu penderita mengeluh poliuri, polifagi, polidipsi, malaise dan
penurunan berat badan.
Sejak tiga tahun yang lalu penderita mengeluh penglihatannya semakin kabur.
Sejak satu tahun yang lalu penderita merasakan sering parestesi dan hipestesi
pada kedua tangan dan kakinya.
Keluhan tidak disertai chest pain yang menjalar ke daerah bahu atau lengan.
Keluhan oliguria, kencing yang keruh dan hipertensi tidak ada.
Keluhan Parese pada anggota gerak tidak ada.
Pada anggota keluarga tidak diketahui adanya penyakit diabetes mellitus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
KU : Kesadaran : composmentis Kesan sakit : berat
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi :75 x/menit, reguler, equal, isi cukup
Temperatur : 36,4oC
Pernafasan : 20x/menit
Sianose : tidak ada
Keringat dingin : tidak ada Status gizi : cukup (BMI)
Pada pemeriksaan lebih lanjut didapatkan :
Kepala : Mata : Sklera : ikterik -/-
17
Diabetes Mellitus Tipe 2
Konjunctiva : anemis -/-
Mulut : Foetor uremicum tidak ada
Lidah basah bersih
THT : Tonsil T1 – T1 tenang
Pharynx tidak hiperemis
Leher : KGB : Tidak teraba membesar
JVP : Tidak meningkat (5+2 cm H2O)
Thorax : Bentuk dan gerak simetris
Cor : BJ I – II murni, reguler
Pulmo : VBS kanan = kiri, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, lembut, nyeri tekan (-)
Bising usus : (+) normal
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba, ruang TRAUBE kosong
Ren : Ballotement -/-
Ekstremitas : akral hangat., pergerakan aktif
Kulit : Abses a.r plantar pedis sinistra, Calor(+), Rubor (+), Dolor (-)
Tumor(+), Functiolaesa (+)
Selulitis a/r pedis sinistra, Rubor (+)
Neurologik :
Refleks fisiologis KPR : ↓/↓
Refleks fisiologis APR : ↓/↓
Refleks patologis : - / -
Rangsang meningen : -
Pemeriksaan laboratorium :
Darah : Leukositosis, LED meningkat, pemeriksaan lain dalam batas normal.
Urine :Reduksi (+), pemeriksaan lain dalam batas normal.
Feses : tidak ada kelainan
IV. DIAGNOSA BANDING:
18
Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Abses a/r plantar pedis sinistra + Selulitis a/r pedis sinistra
DIAGNOSA KERJA: Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Abses a/r plantar pedis sinistra + Selulitis a/r pedis sinistra
USUL PEMERIKSAAN -Pemeriksaan gula darah dan 2 jam pp -Ureum kreatinin -Kolesterol Total, HDL, LDL, Trigliserida -Pemeriksaan Dag curve -Foto thorax PA -EKG -Konsul ke ahli bedah -Konsul ke ahli mata
V. PENGOBATAN
-Diet DM 2100 kalori
-Humulin Reguler 4-4-4 Unit ½ h.a.c sc
-Cefotaxime IV 3 x 1 gr
-Metronidazole IV 3 x 500 mg
-Perawatan Abses (kompres NaCl 0,9% + Garamycin) sehari 2 x
- Edukasi tentang penyakit DM
VI. PROGNOSA
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
DISKUSI
19
Diabetes Mellitus Tipe 2
DEFINISI
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditandai dengan
hiperglikemia, gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, protein yang berkaitan dengan
berkurangnya Insulin baik secara absolute maupun relative.
Absolute : Terjadi apabila sel beta pancreas tidak dapat menghasilkan insulin
dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan sehingga penderita
membutuhkan suntikan insulin.
Relatif : Sel beta pancreas masih mampu memproduksi insulin yang
dibutuhkan tetapi hormon yang dihasilkan tersebut dapat bekerja
secara optimal.
DIAGNOSIS
Diagnosis diabetes mellitus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah
dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan
diagnosis diabetes mellitus harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara
pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosa diabetes mellitus pemeriksaan yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah
plasma vena.
Keluhan khas diabetes mellitus :
Poliuria.
Polidipsia.
Polifagia.
Berat badan menurun cepat.
Keluhan tidak khas diabetes mellitus :
Kesemutan.
Gatal di daerah genital.
Keputihan.
Infeksi sulit sembuh.
Bisul yang hilang sembuh.
Penglihatan terganggu.
Cepat lelah.
20
Diabetes Mellitus Tipe 2
Mudah mengantuk, dll.
Faktor resiko diabetes mellitus :
Usia > 45 tahun.
Kegemukan (BBR>110% BB idaman atau IMT > 23 kg/m2).
Hipertensi (TD > 140/90 mmHg).
Riwayat DM dalam garis keturunan.
Riwayat melahirkan bayi dengan BB > 4000 gram, melahirkan bayi cacat atau
abortus berulang.
Kolesterol HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl
Catatan :
Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya negative,
pemeriksaan ulangan dilakukan tiap tahun, sedangkan bagi mereka yang berusia >
45 tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3
tahun.
Kadar Glukosa darah sewaktu puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM
(mg/dl).
Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Kadar Glukosa darah sewaktu (mg/dl)
PlasmaVena
< 110 110 – 199 > 200
DarahKapiler
< 90 90 – 199 > 200
Kadar Glukosa darah puasa (mg/dl)
PlasmaVena
< 110 110 – 125 > 125
DarahKapiler
< 90 90 – 109 > 110
Klasifikasi Etiologis Diabetes Melitus :
21
Diabetes Mellitus Tipe 2
Tipe 1 : Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke definisi insulin absolute.
Autoimun.
Idiopatik.
Tipe 2 : Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai definisi
insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin.
Tipe lain : Defek genetic fungsi sel beta.
Defek genetic kerja insulin.
Penyakit eksokrin pancreas.
Endokrinopati.
Karena obat atau zat kimia.
Infeksi.
Sebab imunologi yang jarang.
Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan DM.
Diabetes mellitus gestational.
Patofisiologi
Tubuh manusia membutuhkan energi agar dapat berfungsi dengan baik. Energi
tersebut diperoleh dari hasil pengolahan makanan melalui proses pencernaan di usus. Di
dalam saluran pencernaan itu, makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan
tersebut. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi menjadi asam amino, dan lemak
menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan tersebut akan diserap oleh usus kemudian
masuk ke dalam pembuluh darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh untuk
dipergunakan sebagai bahan bakar. Dalam proses metabolisme, insulin memegang
peranan sangat penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya
digunakan sebagai bahan baker. Pengeluaran insulin tergantung pada kadar glukosa
dalam darah. Kadar glukosa darah sebesar > 70 mg/dl akan menstimulasi sintesa insulin.
Insulin yang diterima oleh reseptor pada sel target, akan mengaktivasi tyrosin kinase
dimana akan terjadi aktivasi sintesa protein, glikogen, lipogenesis dan meningkatkan
transport glukosa ke dalam otot skelet dan jaringan adipose dengan bantuan transporter
glukosa (GLUT 4).
22
Diabetes Mellitus Tipe 2
Patofisiologi DM tipe 1
Pada saat diabetes mellitus tergantung insulin muncul, sebagian sel beta
pancreas sudah rusak. Proses perusakan ini hampir pasti karena proses autoimun, meski
rinciannya masih samar. Pertama, harus ada kerentanan genetik terhadap penyakit ini.
Kedua, keadaan lingkungan biasanya memulai proses ini pada individu dengan
kerentanan genetik. Infeksi virus diyakini merupakan satu mekanisme pemicu tetapi agen
non infeksius juga dapat terlibat. Ketiga, dalam rangkaian respon peradangan pankreas,
disebut insulitis. Sel yang mengifiltrasi sel beta adalah monosit atau makrofag dan
limfosit T teraktivasi. Keempat, adalah perubahan atau transformasi sel beta sehingga
tidak dikenali sebagai sel sendiri, tetapi dilihat oleh sistem imun sebagai sel. Kelima,
perkembangan respon imun karena dianggap sel asing terbentuk antibodi sitotoksik dan
bekerja bersama-sama dengan mekanisme imun seluler. Hasil akhirnya adalah perusakan
sel beta dan penampakan diabetes.
Patofisiologi DM tipe 2
Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 mempunyai dua efek fisiologis. Sekresi insulin
abnormal dan resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran. Ada tiga fase
normalitas. Pertama glukosa plasma tetap normal meskipun terlihat resistensi urin karena
kadar insulin meningkat. Kedua, resistensi insulin cenderung menurun sehingga
meskipun konsentrasi insulin meningkat, tampak intoleransi glukosa bentuk
hiperglikemia.
Pada diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin normal, malah mungkin banyak,
tetapi jumlah reseptor pada permukaan sel yang kurang. Dengan demikian, pada DM tipe
2 selain kadar glukosa yang tinggi, terdapat kadar insulin yang tinggi atau normal.
Keadaan ini disebut sebagai resistensi insulin. Penyebab resistensi insulin sebenarnya
tidak begitu jelas, tetapi faktor berikut ini turut berperan :
Obesitas terutama sentral.
Diet tinggi lemak rendah karbohidrat.
Tubuh yang kurang aktivitas.
Faktor keturunan.
23
Diabetes Mellitus Tipe 2
Baik pada DM tipe 1 atau 2, jika kadar glukosa dalam darah melebihi ambang batas
ginjal, maka glukosa itu akan keluar melalui urine.
DM tipe 1
Mudah terjadi ketoasidosis.
Pengobatan harus dengan insulin.
Onset akut.
Biasanya kurus.
Biasanya pada umur muda.
Berhubungan dengan HLA DR3 dan HLA DR4.
Didapatkan islet cell antibody (ICA).
Riwayat keluarga diabetes (+) pada 10%.
30 – 50 % kembar identik terkena.
DM tipe 2
Tidak mudah terjadi ketoasidosis.
Tidak harus dengan insulin.
Onset lambat.
Gemuk atau tidak gemuk.
Biasanya > 45 tahun.
Tidak berhubungan dengan HLA.
Tidak ada ICA.
Riwayat keluarga (+) pada 30 %.
± pada 100% kembar identik terkena. (Penatalaksanaan DM terpadu, FKUI)
Komplikasi Diabetes Mellitus
1. Komplikasi akut :
24
Diabetes Mellitus Tipe 2
Ketoadosis Diabetik, ditandai dengan :
Symptom DM (poliuri,polifagi,polidipsi)
Hipotensi
Tachicardi
Bau nafas aseton
Respirasi Kussmaul
Penurunan kesadaran (bahan kuliah DM,UNPAD)
Hiperosmolar Non ketotik.
Hipoglikemia.
2. Komplikasi kronis :
Microangiopathy
Retinopathy diabeticum yang disebabkan karena kerusakan pembuluh
darah retina. Ada dua klasifikasi dari retinopathy yaitu non-proliferative
dan proliferative. (www.Medlineplus.com)
Nephropathy diabeticum yang ditandai dengan ditemukannya kadar
protein yang tinggi dalam urine. Hal ini disebabkan adanya kerusakan
pada glomerolus berupa penebalan glomerolus pada awalnya. Diabetic
nephropathy merupakan faktor resiko dari gagal ginjal kronik.
(www.Medlineplus.com)
Neuropathy diabeticum biasanya ditandai dengan hilangnya rasa
sensorik terutama bagian distal diikuti dengan hilangnya reflex. Selain itu
bisa juga terjadi poliradiculopathy diabeticum yang merupakan suatu
sindrom yang ditandai dengan gangguan pada satu atau lebih akar saraf
dan dapat disertai dengan kelemahan motorik. Biasanya self-limited dalam
waktu 6-12 bulan. (Harrison 16th edition, halaman 2165)
Macroangiopathy
Coronary heart disease , dimana berawal dari berbagai bentuk
dislipidemia, yaitu hipertrigliseridemia dan penurunan kadar HDL. Pada
DM sendiri tidak meningkatkan kadar LDL, namun sedikit partikel LDL
25
Diabetes Mellitus Tipe 2
pada DM tipe 2 sangat bersifat atherogenik karena mudah mengalami
glikasilasi dan oksidasi. (Harrison 16th edition, hal.2167)
Cerebrovascular disease
Peripheral vascular disease dengan tanda klinis:
Nyeri kaki bila berjalan dan hilang bila beristirahat.
Perubahan warna pada kaki
Nyeri otot pada kaki
Kaki terasa dingin
Kaki terlihat membiru (sianosis)
Pulsasi lemah atau hilang (www.Medlineplus.com)
EMPAT PILAR PENGELOLAAN DIABETES MELITUS
- Edukasi.
- Perencanaan.
- Latihan Jasmani.
- Intervensi Farmakologis.
1. Edukasi.
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan
partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan harus
mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai
keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif,
pengembangan keterampilan dan motivasi.
Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang :
- Penyakit DM.
- Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM.
- Komplikasi DM.
- Intervensi farmokologi dan non-farmakologis.
26
Diabetes Mellitus Tipe 2
- Hipoglikemia.
- Masalah khusus yang dihadapi.
- Cara mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan keterampilan.
- Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
2. Perencanaan makanan.
Perencanaan makanan merupakan salah satu pilar pengelolaan diabetes mellitus,
meski sampai saat ini tidak ada perencanaan makan yang sesuai untuk semua
pasien.
Prinsip Pembagian Porsi Makanan Sehari-hari
Disesuaikan dengan kebiasaan makan pasien dan diusahakan porsi tersebar
sepanjang hari. Disarankan porsi terbagi (3 besar dan 3 kecil) :
1. Makan pagi - Makan selingan pagi.
2. Makan siang - Makan selingan siang.
3. Makan malam - Makan selingan malam.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi :
- Karbohidrat 60 – 70 %
- Protein 10 – 15 %
- Lemak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, ada tidaknya
stress akut, dan kegiatan jasmani.
Untuk penentuan status gizi, dapat dipakai indeks masa tubuh (IMT) dan rumus
Broca. Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus IMT = BB (kg)/TB (m).
Klasifikasi IMT
- BB kurang < 18,5
- BB normal 18,5 – 22,9
- BB lebih > 23,0
Dengan resiko 23,0 – 24,9
Obes I 25,0 – 29,9
Obes II > 30
27
Diabetes Mellitus Tipe 2
Klasifikasi Asia Pasific
Untuk menghitung kebutuhan kalori, dapat dipakai rumus Broca, yaitu :
Berat Badan Idaman (BBI) = (TB – 100) – 10 %
Status gizi : BB actual x 100 % / TB (cm) – 100
- BB kurang bila BB, 90% BBI
- BB normal bila BB 90 – 110 % BBI
- BB lebih bila BB 110 – 120 % BBI
- Gemuk bila BB > 120 % BBI
3. Latihan Jasmani.
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu selam
kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes tipe
2. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas
terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan
jasmani yang dimaksud adalah jalan, bersepeda santai, jogging, berenang. Latihan
jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
Kegiatan sehari-hari seperti berjalan ke pasar, menggunakan tenaga, berkebun tetap
dilakukan. Batasi atau jangan terlalu lama kegiatan yang kurang gerak seperti
menonton televisi.
4. Intevensi Farmakologis.
- Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 3 golongan :
- Pemicu sekresi insulin : sulfonilurea dan glinid.
- Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion.
- Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase alfa.
- Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
- Penurunan berat badan yang cepat.
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis.
28
Diabetes Mellitus Tipe 2
- Ketoasidosis metabolic.
- Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik.
- Hiperglikemia dengan asidosis laktat.
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal.
- Stres berat (infeksi sistematik, operasi besar, IMA, stroke).
- Kehamilan dengan DM/diabetes mellitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makanan.
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.
Insulin
Insulin Mulai Bekerja
(jam)
Kerja Maksimum
(jam)
Lamanya Bekerja
(jam)
Short acting
Regular 0,25 – 1 2 – 6 4 – 12
Semilente 0,5 – 1 3 – 6 8 – 16
Intermediate acting
NPH 1,5 – 4 6 – 16 12 – 24
Lente 1 – 4 6 – 16 12 – 28
Long acting
PZI 3 – 8 14 – 24 24 – 48
Ultralente 3 – 8 14 – 24 24 – 48
Penggunaan insulin dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan beberapa efek samping
seperti alergi lokal, lipodistropi di tempat suntikan, resistensi terhadap insulin.
- Terapi kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian
dinaikan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Kalau dengan
OHO tunggal sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, perlu kombinasi dua
kelompok obat hipoglikemik oral yang berbeda mekanisme kerjanya. Untuk memulai
29
Diabetes Mellitus Tipe 2
kombinasi tidak perlu dosis maksimal dan dapat pula diberikan kombinasi ketiga
kelompok OHO.
Kalau dengan OHO dosis hampir maksimal, baik sendiri-sendiri atau kombinasi,
sasaran glukosa darah belum tercapai, dipikirkan adanya kegagalan pemakaian OHO.
Pada keadaan demikian dapat dipakai kombinasi OHO dan insulin.
Lampiran KEBUTUHAN KALORI
30
Diabetes Mellitus Tipe 2
Nama : Tn. Sugiyo / 43 tahun
DATA KLIEN
TB : 165cm BB ideal = 90% (TB – 100)kg
BB aktual : 56 kg = 90% (165 – 100) kg
Jenis kelamin : Laki-laki = 58,5 kg .......................(a)
Kalori Basal = 30 x 58,5 kg
= 1755 kal...................................................................................(b)
Umur : 43 tahun
PERHITUNGAN KALORI
Kalori Basal........................................................................................ = 1755 kalori
Koreksi :
-. Umur > 40 tahun (-5% x Kalori basal) -5% x1755 = -87,75 kalori
- Aktivitas sedang (30% x kalori basal) → 20% x 1755 = 526,5 kalori
Total kebutuhan ................................................................................ = 2193,75 kalori
Contoh Menu
Waktu Makanan Penukar Kebutuhan Bahan Contoh menuPagi Nasi
Telur ayamTahu
1 gelas (150g)1 butir (50 g)1 buah besar (110 g)
NasiTelur rebusTahu goreng
10.00 Pisang 1 buah (50g) PisangSiang Nasi
Ikan segarTempeKangkungJeruk
2 gelas (250 g)1 potong (40g)2 potong sedang (50g)100 g2 buah (110 g)
NasiIkan gorengTempe gorengCah kangkungJeruk manis
16.00 Pepaya 1 potong besar (190 g) PepayaMalam Nasi
AyamKacang merahSawiMinyakPisang
2 gelas (250 g)1 potong2 sdm (15 g)100 g½ sdm1 buah (50g)
NasiSop ayam + kacang merah
Tumis sawi
Pisang
31
Diabetes Mellitus Tipe 2
DAFTAR PUSTAKA
32
Diabetes Mellitus Tipe 2
Powers, Alvin C. Diabetes Mellitus dalam Harrison’s Principles of Internal
Medicine 16th edition volume II. Kasper, dkk. United States of America. 2005. 2152-
2180.
Konsesus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. PERKENI.
Semarang 2002.
Suyono, Slamet dkk., Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Suyono, dkk.
Balai Penerbit FKUI Jakarta. 2005.
Suyono, Slamet dkk. I Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam edisi ke-3 jilid I. Suyono, dkk. Balai Penerbit FKUI Jakarta.
2001.571-705.
Bahan-bahan kuliah Ilmu Penyakit Dalam yang menunjang Fakultas Kedokteran
UNJANI.
www.Medlineplus.com
33
Recommended