Halaman 1
PENDAHULUAN
PERKEMBANGAN RISET OPERASI
Sejak revolusi industri , dunia usaha tampaknya telah diwarnai pertumbuhan dalam
hal ukuran (besarnya) dan kompleksitas organisasai – organisasi perusahaan. Bagian yang
mengalami perubahan yang cukup menyolok adalah perkembangan dalam pembagian kerja
dan segmentasi tanggung jawab menegemen dalam organisasi – organisasi tersebut.
Perkembangan spesialis ini, bagaimanapun juga telah menciptakan masalah – masalah baru
yang sekarang masih banyak terjadi di organisasi. Salah satu adalah kecenderungan unit –
unit suatu organisasi tumbuh secara relatif menjadi “kerajaan” yang otonomi dengan tujuan –
tujuan dan sistem – sistem nilai sendiri. Oleh sebab itu, kehilangan pandangan bagaimana
kegiatan – kegiatan dan tujuan – tujuan mereka disatukan pada keseluruhan organisasi. Selain
itu, kompleksitas dan spesialisasi dalam sutau organisasi menumbuhkan kesulitan yang
semakin besar untuk mengalokasikan sumber daya – sumber daya yang tersedia untuk
kegiatan – kegiatan organisasi yang bermacam – macam dengan cara yang paling efektif
sebagai organisasi keseluruhan. Masalah – masalah ini dan kebutuhan untuk menemukan cara
yang lebih baik dalam memecahkannya telah menimbulkan kebutuhan akan teknik – teknik
riset operasi (operation research).
Di sisi lain, organisasi – organisasi (perusahaan) pada saat ini harus beroperasi di
dalam situasi dan kondisi lingkungan bisnis yang dinamis dan selalu bergejolak , serta ssiap
untuk berubah – ubah. Perubahan – perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dri kemajuan
teknologi yang begitu pesat ditambah dengan dampak dari beberapa faktor – faktor
lingkungan lainnya, seperti keadaan ekonomi, politik, sosial dan sebagainya. Akibatnya
perusahaan tidak lagi hanya dapat menggantungkan kelangsungannya pada kejadian dan
ketajaman panca indera para managernya, tetapi sudah harus mengalihkan perhatiaanya pada
penggunaan metode – metode kuantitatif dan peralatan komputer sebagai alat bantu manager
dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Metode – metode dan peralatan –
peralatan kuantitatif ini merupakan pendekatan ilmiah untuk menemukan cara yang lebih
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
BAB 1
Halaman 2
baik untuk memecahkan masaalah yang harus dihadapi dalam lingkungan dan untuk memilih
alternatif terbaik dengan bantuan perlatan – peralatan matematis tersebut.
Akar dari perkembangan riset operasi dapat ditelusur kembali dalam beberapa dekade,
dimana penggunaan pendekatan ilmiah dalam managemen organisasi dimulai. Bagaimanapun
juga permualaan dari kegiatan yang disebut riset operasi telah mulai dikembangkan
penggunaanya pada permulaan perang dunia kedua. Pada saat itu dirasa perlu untuk
mengalokasikan sumber daya – sumber daya yang terbatas dan langka untuk bemacam –
macam operasi militer, dan kegiatan – kegiatan pada setiap operasi harus dilakukan dengan
cara efektif dan memenangkan perang. Managemen inggris dan kemudian Amerika mulai
“memanggil” para ahli untuk menerapkan pendekatan ilmiah untuk keperluan strategi dan
taktik militernya. Karena mereka diminta untuk melakukan riset pada operasi – operasi
(militer), mereka merupakan tim riset operasi yang pertama. Keberhasilan usaha ini tampak
dalam kemenangan Angkatan Udara Inggris, peperangan di Atlantik Utara, dan sebagainya.1
Setelah perang dunia kedua berakhir, dengan melihat sukses penggunaan riset operasi
dalam militer, kalangan industri menjadi tertarik pada bidang baru ini. Pertumbuhan industri
(setelah perang berakhir) terjadi sangat pesat, sehingga tim – tim riset operasi menjadi sangat
dibutuhkan dalam dunia bisnis, karena masalah – masalah yang timbul pada dasarnya sama
walaupun konteksnya berbeda dengan yang telah dihapai kalangan militer. Dari waktu ke
waktu, kegunaan riset operasi sebagai peralatan managemen (tool of management), semakin
dirasakan oleh perusahaan – perusahaan (terutama perusahaan – perusahaan besar), sehingga
mereka berlomba – lomba untuk menarik para ahli di bidang ini atau mengirimkan staff
mereka untuk memperdalam ilmunya di bidang riset operasi.
Tim – tim riset operasi dalam lingkungan dunia bisnis ini menandai kemajuan teknik
– teknik riset operasi. Sebagai contoh utama adalah metode simpleks untuk pemecahan
masalah – masalah linier programming, yang dikembangkan oleh George Dantzig pada tahun
1947. Di samping itu, banyak perlatan – peralatan riset operasi standar, seperti linier
programming, dynamic programming, teori antrian dan teori pengendalian persediaan telah
dikembangkan sebelum akhir tahun 1950 – an. Sebagai tambahan, kemajuan teknologi
komputer juga telah menandai kemajuan teori riset operasi dan banyak membantu
pengambilan keputusaan
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 3
1 Cerita panjang lebar tentang sejarah perkembangan riset operasi dapat ditemukan
hampir di semua buku – buku riset operasi (operation research).
pemecahan masalah yang optimum dalam berbagai bidang dan permasalahan. Perkembangan
komputer – komputer elektronik digital dengan kemampuannya untuk melakukan
perhitungan – perhitungan aritmatik ribuan atau bahkan jutaan kali lebih cepat dari
kemampuan manusia, merupakan perkembangan “dahsyat” riset operasi.
ARTI RISET OPERASI
Arti riset operasi (operations research) telah banyak didefinisikan ileh beberapa ahli.
Morse dan Kimball 2 mendefinisikan riset operasi sebagai metode ilmiah (scientific method)
yang memungkinkan para manager mengambil keputusan mengenai kegiatan yang mereka
tangani dengan dasar kuantitatif. Tampaknya definisi lain kurang tegas, karena tidak
tercermin perbedaan antara riset operasi dengan disiplin ilmu yang lain. Sedangkan
Churcman, Arkoff dan Arnoff 3 pada tahun 1950 – an mengemukakan pengertian riset operasi
sebagai aplikasi metode – metode, teknik – teknik dan peralatan – peralatan ilmiah dalam
mengahadapi masalah – masalah yang timbul di dalam operasi perusahaan dengan tujuan
ditemukannya pemecahan yang optimum masalah – masalah tersebut. Dua penulis lain,
Miller dan M.K Starr 4, mengartikan riset operasi sebagai peralatan managemen yang
menyatukan ilmu pengetahuan, matematika dan logika dalam rangka pemecahan masalah –
masalah yang dihadapi sehari – hari, sehingga akhirnya permasalahan tersebut dapat
dipecahkan secara optimal.
Dari ketiga definisi di atas dapat diimpulkan bahwa riset operasi berkenaan dengan
pengambilan keputusan dalam dalam dan penyusunan model dari sistem – sistem baik
deterministik maupun probabilistik yang berasal dari kehidupan nyata.
2 P.M. Morse dan G.E Kimball, Methods of Operation Research, John Wiley & Sons..
New York , 1951.
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 4
3 G.W. Churchman, R.L. Arkhoff & E.L Arnoff, Introduction to Operation Research,
John Wiley & Sons, New York, 1957.4 D.W Miller & M.K Starr, Executive Decisions and Operation Research, Prentice –
Hall, New York, 1960.
Aplikasi – aplikasi ini yang terjadi dalam pemerintahan, bisnis, teknik, ekonomi serta ilmu
pengetahuan alam dan sosial ditandai dengan kebutuhan untuk mengalokasikan sumber daya
– sumber daya yang terbatas , karena sifat dasar organisasi secara hakiki adalah “immaterial”.
Dari riset operasi (berarti research on operations) yang mengandung baik pendekatan maupun
bidang aplikasi, sangat berguna dalam menghadapi masalah – masalah bagaimana
mengarahkan dan mengkoordinasi operasi – operasi atau kegiatan – kegiatan dalam suatu
organisasi dengan segala batasan – batsannya melalui prosedur “search of optimally”.
Kontribusi pendekatan – pendekatan riset operasi yang akan dibahas pada bab – bab
berikut terutama berasal dari :
1) Penyusunan situasi kehidupan nyata ke suatu model matematis, dan pemisahan elemen –
elemen pokok agar suatu penyelesaian yang relevan dengan sasaran atau tujuan pengambil
keputusan dapat tercapai. Ini melibatkan pandangan pada masalah dalam konteks
keseluruhan sitem.
2) Pencarian struktur penyelesaian – penyelesaian dan pengembangan prosedur – prosedur
sistematis untuk mendapatkannya.
3) Pengembangan suatu penyelesaian, termasuk teori atau model matematika, bila perlu,
yang menghasilkan suatu nilai optimal dari sistem sesuai tingkat yang diinginkan (atau
perbandingan alternatif – alternatif kegiatan yang dinilai denga tingkat yang diinginkan),
biasanya dalam dunia bisnis diukur dengan biaya dan laba.
KERANGKA DAN SUSUNAN BUKU INI
Sebagai dasar – dasar riset operasi, buku ini disusun untuk memperkenalkan kepada
para manager, mahasiswa dan para pemakai lainnya, perumusan, penyelesaian dan
implementasi model – model riset operasi untuk penganalisaan masalah – masalah dari sistem
– sistem yang kompleks dalam industri atau pemerintahan. Bagian 1 menyajikan dasar –
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 5
dasar programasi sistematis, yang merupakan bidang riset operasi yang sangat penting
(menonjol), terutama tentang bagaimana mengalokasikan sumber daya – sumber daya yang
terbatas diantara bermacam – macam kegiatan pada suatu organisasi. Bagian 2 membahas
sejumlah model – model probalistik yang membicarakan perhitungan hubungan
ketidakpastian (uncertainty) kejadian – kejadian di waktu yang akan datang untuk
menganalisa tipe – tipe penting yang pasti dari masalah – masalah yang dihadapi.
Sebagian besar materi yang disajikan dalam bagian 1 dan 2 digambarkan dalam
kerangka contoh – contoh khusus situasi – situasi yang akan banyak dijumpai pada praktek.
Bagian 1 dimulai dengan membicarakan teknik linear programming yang meliputi metode
grafik dan simpleks, teori dualitas serta analisa sensitivitas dalam bab 2,3 dan 4. Teknik ini
merupakan alat optimisasi matematis yang banyak berguna untuk pengambilan keputusan
optimal dimana sumber daya – sumber daya yang terbatas harus digunakan seefisisen
mungkin. Salah satu tipe khusus yang penting dari teknik – teknik linear programming
disebut metode transportasi dan masalah penugasan akan dibahas dalam bab 5 dan bab 6.
Kemudian dilanjutkan dengan analisa network , baik PERT atau CPM , serta penerapan
metode matriks dan linear programming pada analisa network. Sebagai tambahan dari teknik
linear programming, ada sejumlah teknik – teknik programasi matematis yang saling
berhubungan dalam mengahadapi beberapa masalah – masalah yang mirip satu denga yang
lain. Salah satu teknik tersebut, yang akan dibahas pada bab 9 adalah programasi dinamis
(dynamic programming), yang dimaksudkan untuk pembuatan keputusan – keputusan antar
hubungan yang berurutan. Sebelumnya pada bab 8 , akan dibicarakan teori permainan (game
theory).
Model probalistik pertama yang akan diuraikan dalam bagian 2 adalah teori
keputusan (decision theory) (bab 10), dimana keputusan dengan kondisi kepastian, risiko dan
ketidakpastian. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan model pengendalian persediaan
(inventory model), yang menjadi sangat penting karena pengelolaan persediaan dengan baik,
organisasi (perusahaan) dapat “menyelamatkan” kekayaannya yang tertanam dalam
persediaan. Pengunaan proses – proses rantai Markov (Markov Chain) akan dibicarakan
dalam bab 12 dan bab 13 akan menguraikan model – model antrian (queueing models), atau
sering disebut metode garis tunggu (waiting line method). Model – model ini merupakan
peralatan riset operasi tertua yang dikembangkan pada tahun 1910 – an oleh seorang Insinyur
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 6
berkebangsaan Denmark bernama A.K Erlang dan sebagai akhir bagian 2 (bab 14) akan
dibahas simulasi (simulation) dalam riset operasi.
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 7
BAGIAN SATU
PROGRAM MATEMATIS
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 8
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
BAB 2 : LINEAR PROGRAMMING
BAB 3 : METODE SIMPLEKS DALAM LINEAR PROGRAMMING
BAB 4 : DUALITAS DALAM LINEAR PROGRAMMING DAN ANALISA SENSITIVITAS
BAB 5 : METODE TRANSPORTASI
BAB 6 : MASALAH PENUGASAN
BAB 7 : ANALISA NETWORK
BAB 8 : TEORI PERMAINAN
BAB 9 : PROGRAMASI DINAMIS
Halaman 9
LINEAR PROGRAMMING
PENDAHULUAN
Linear programming merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam
pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimal. Masalah
tersebut timbul apabila seseorang diharuskan untuk memilih atau menentukan tingkat setiap
kegiatan yang akan dilakukannya, di mana masing-masing kegiatan membutuhkan sumber
yang sama sedangkan jumlahnya terbatas. Secara sederhana, dapat digambarkan sebuah
contoh keadaan bagian produksi suatu perusahaan yang dihadapkan pada masalah penentuan
tigkat produksi masing-masing jenis produk dengan memperhatikan batasan faktor-faktor
produksi: mesin, tenaga kerja, bahan mentah, dan sebagainya untuk memperoleh tingkat
keuntungan maksimal atau biaya yang minimal.
Dalam memecahkan masalah di atas linier programming menggunakan model
matematis. Sebutan “linear”berarti bahwa semua fungsi-fungsi matematis yang disajikan
dalam model ini haruslah fungsi-fungsi linear. Kata “programming” jangan dikacaukan
dengan “computer programming”, seperti yang sering didengar dalam pembicaraan sehari-
hari, walaupun secara mendasar keduanya sering digunakan untuk perencanaan. Jadi, linear
programming mencakup perencanaan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu hasil yang
“optimal”, yaitu suatu hasil yang mencerminkan tercapainya sasaran tertentu yang paling baik
(menurut model matematis) di antara alternatif-alternatif yang mungkin, dengan
menggunakan fungsi linear.
Karena pentingnya, pembahasan linear programming akan dibagi dalam beberapa
bab. Bab 2 akan menguraikan dasar-dasar bentuk umum linear programming, yang meliputi
bentuk model dan prosedur penyelesaiannya dengan metode grafik. Bab 3 akan melanjutkan
pembahasan tentang metode simpleks dalam linear programming. Bab 4 membicarakan teori
dualitas dalam linear programming analisa sensitivitas. Kemudian akan dibahas pula aplikasi-
aplikasi khusus dari linear programming dalam bidang-bidang riset oprasi lainnya pada bab-
bab selanjutnya.
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
BAB 2
Halaman 10
MODEL LINEAR PROGRAMMING
Model matematis perumusan masalah umum pengalokasian sumber daya untuk
berbagai kegiatan, disebut sebagai model linear programming (LP). Model LP ini merupakan
bentuk dan susunan dari dalam menyajikan masalah-masalah yang akan dipecahkan dengan
teknik LP. Dalam model LP dikenal 2 (dua) macam “fungsi”, yaitu fungsi tujuan (objective
function) dan fungsi-fungsi batasan (constraint functions). Fungsi tujuan adalah fungsi yang
menggambarkan tujuan/sasaran di dalam permasalahan LP yang berkaitan dengan pengaturan
secara optimal sumber daya-sumber daya, untuk memperoleh keuntungan maksimal atau
biaya minimal. Pada umumnya nilai yang akan dioptimalkan dinyatakan sebagai Z. Sedang
fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara matematis batasan-batasan kapasitas yang
tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan.
Agar memudahkan pembahasan model LP ini, digunakan simbol-simbol sebagai
berikut:
m = macam batasan-batasan sumber atau fasilitas yang tersedia.
n = macam kegiatan-kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas tersebut.
i = nomor setiap macam sumber atau fasilitas yang terjadi (i = 1,2,......m).
j = nomer setiap macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang
tersedia (j = 1,2,.....n).
xj = tingkat kegiatan ke, j. (j = 1,2,......n)
aij = banyaknya sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit keluaran
(output) kegiatan j (i=1,2,......m, dan j = 1,2,.....n).
bi = banyaknya sumber (fasilitas) i yang tersedia untuk dialokasikan kesetiap unit
kegiatan (i = 1,2,.....,n).
Z = nilai yang dioptimalkan (maksimum atau minimum).
Cj = kenaikan nilai Z apabila ada bertambahan tingkat kegiatan (xj) dengan satu satuan
(unit); atau merupakan sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan j terhadap
nilai Z.
Keseluruhan simbol-simbol diatas selanjutnya disusun ke dalam bentuk tabel standar
LP seperti tampak pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Data untuk model linear programming
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 11
Kegiatan
Sumber
Pemakaian sumber per unit
kegiatan (keluaran)
1 2 3 .......... n
Kapasitas
sumber
1
2
3
:
:
:
m
a11 a12 a13 ........ a1n
a21 a22 a23 ........ a2n
a31 a32 a33 ........ a3n
:
:
:
am1 am2 am3 ........ anm
b1
b2
b3
:
:
:
bm
ΔZ pertambahan
tiap unit
Tingkat kegiatan
C1 C2 C3 ........ Cn
X1 X2 X3 ........ Xn
Atas dasar tabel diatas kemudian dapat disusun suatu model matematis yang
digunakan untuk mengemukakan suatu permasalahan LP sebagai berikut:
Fungsi tujuan:
Maksimumkan Z = C1 X1 + C2 X2 + C3 X3........ + Cn Xn
Batasan-batasan:
1) a11 X1 + a12 X2 + a13 X3........ + a1n Xn ≤ b1
2) a21 X1 + a22 X2 + a23 X3........ + a2n Xn ≤ b2
:
:
m) am1 X1 + am2 X2 + am3 X3........ + amn Xn ≤ bm
dan
X1 ≥ 0, X2 ≥ 0, .......................... Xn ≥
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 12
Seperti telah diuraikan dimuka, fungsi tujuan dalam LP mencerminkan atau
menggambarkan tujuan yang ingin dicapai dalam pemecahan suatu masalah LP. Batasan
pertama mempunyai arti bahwa jumlah baran/jasa 1 yang dihasilkan oleh kegiatan 1 dikalikan
dengan kebutuhan akan sumber 1/satuan (berarti total alokasi 1 untuk kegiatan 1) ditambah
hasil kegiatan 2 dikalikan dengan kebutuahan tiap satuan keluaran 2 terhadap sumber 1 (dan
seterusnya sampai dengan kegiatan ke-n) tidak akan melebihi jumlah (kapasitas) tersediaya
sumber 1 (yang dinyatakan dengan b1). Hal ini berlaku pula untuk batasan-batasan lainnya
sampai ke-m.
Bentuk atau model LP diatas merupakan bentuk standar bagi masalah-masalah LP
yang akan dipakai selanjutnya. Dengan kata lain bila setiap masalah dapat diformulasikan
secara matematis mengikuti model di atas, maka masalah tersebut dapat dipecahkan dengan
teknik LP.
Terminologi umum untuk model LP yang diuraikan di atas dapat diringkas sebagai
berikut:
1) Fungsi yang akan dimaksimumkan: C1 X1 + C2 X2 + C3 X3........ + Cn Xn disebut
fungsi tujuan (objective function).
2) Fungsi-fungsi batasan dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu;
a. Fungsi batasan fungsional, yaitu fungsi-fungsi batasan sebanyak m (yaitu ai1 X1 +
ai2 X2 + ai3 X3........ + aim Xn).
b. Fungsi batasan non-negatif (non-negatif-constraints) yaitu fungsi-fungsi batasan
yang dinyatakan dengan Xi ≥ 0.
3) Variabel-variabel Xj disebut sebagai decision variables.
4) aij, bi dan Cj, yaitu masukan-masukan (input) konstan; disebut sebagai parameter
model.
Tentu saja, dalam praktek, tidak semua masalah Lp dapat persis mengikuti model di atas.
Masalah- masalah tersebut antara lain adalah:
1) Masalah minimisasi, di mana seseorang dituntut untuk menentukan kombinasi
(output) yang dapat minimumkan pengorbanan (misal: biaya). Dalam hal ini, fungsi
tujuan dinyatakan sebagai berikut:
meminimumkan Z = C1 X1 + C2 X2 + C3 X3........ + Cn Xn
2) Masalah dengan fungsi batasan fungsional yang memiliki tanda matematis ≥;
sehingga apabila dirumuskan terlihat sebagai berikut:
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 13
ai1 X1 + ai2 X2 + ai3 X3........ + ain Xn ≥ bi
3) Masalah dengan fungsi batasan fungsional yang memiliki tanda matematis ≥;
sehingga apabila dirumuskan sebagai berikut:
ai1 X1 + ai2 X2 + ai3 X3........ + ain Xn ≥ bi
4) Masalah tertentu, dimana fungsi batasan non-negatif tidak diperlukan; atau dengan
kata lain xj tidak terbatas.
Penyimpangan-penyimpangan dari bentuk standarini akan dibahas lebih terperinci
dibelakang.
ASUMSI-ASUMSI DASAR LINEAR PROGRAMMING
Seharusnya semua asumsi-asumsi (anggapan-anggapan) dasar LP telah tersirat pada
model yang telah dibahas di atas. Tetapi ada baiknya untuk menguraikan asumsi-asumsi
dasar tersebut agar penggunaan teknik LP ini dapat memuaskan tanpa terbentur pada berbagai
hal.
Asumsi-asumsi dasar LP dapat diperinci sebagai berikut:
1. Proportionality
Asumsi ini berarti bahwa naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas
yang tersedia akan berubah secara sebanding (proportional) dengan perubahan tingkat
kegiatan.
Misal:
a) Z = C1 X1 + C2 X2 + C3 X3........ + Cn Xn
Setiap pertambahan 1 unit X1 akan menaikkan Z dengan C1, Setiap pertambahan 1
unit X2 akan menaikkan Z dengan C2, dan seterusnya.
b) a11 X1 + a12 X2 + a13 X3........ + a1n Xn ≤ b1
Setiap pertambahan 1 unit X1 akan menaikkan penggunaan sumber/fasilitas 1 dengan
a11.
Setiap pertambahan 1 unit X2 akan menaikkan penggunaan sumber/fasilitas 1 dengan
a12, dan seterusnya. Dengan kata lain, setiap ada kenaikan kapasitas riil tidak perlu
ada biaya persiapan (set up cost).
2. Additivity
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 14
Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau
dalam LP dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan (Z) yang diakibatkan oleh kenaikan
suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh
dari kegiatan lain.
Misal:
Z = 3X1 + 5X2
Dimana X1 = 10; X2 = 2;
Sehingga Z = 30 + 10 = 40
Andaikan X1 bertambah 1 unit, maka sesuai dengan asumsi pertama, nilai Z menjadi 40
+ 3 = 43.
Jadi, nilai 3 karena kenaikan X1 dapat langsung ditambahkan pada nilai Z mula-mula
tanpa mengurangi bagian Z yang diperoleh dari kegiatan 2 (X2). Dengan kata lain, tidak
ada korelasi antara X1 dan X2.
3. Disibility
Asumsi menyatakan bahwa keluaran (output) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan
dapat berupa bilangan pecahan. Demikian pula dengan nilai Z yang dihasilkan. Misal: X1
= 6,5; Z = 1.000,75.
4. Deterministic (Certainty)
Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model LP (a ij,
bi, Cj) dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan tepat.
METODE GRAFIK
Contoh Masalah LP
Sebelum membicarakan langkah-langkah yang dipakai dalam metode grafik, akan
disajikan terlebih dahulu sebuah contoh masalah LP yang sederhana berikut ini:
Perusahaan sepatu “IDEEAL” membuat dua macam sepatu. Macam pertama merek I1,
dengan sol dari karet, dan macam kedua merek I2 dengan sol dari kulit. Untuk membuat
sepatu-sepatu itu perusahaan memiliki 3 macam mesin. Mesin 1 khusus membuat sol dari
karet, mesin 2 khusus membuat sol dari kulit, dan mesin 3 membuat bagian atas sepatu dan
melakukan assembling bagian atas dengan sol. Setiap lusin sepatu merek I1 mula-mula
dikerjakan dimesin 1 selama 2 jam, kemudian tanpa melalui mesin 2 terus dikerjakan di
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 15
mesin 3 selama 6 jam. Sedang untuk sepatu merek I2 tidak diproses di mesin 1, tetapi pertama
kali dikerjakan di mesin 2 selama 3 jam kemudian di mesin 3 selama 5 jam. Jam kerja
maksimum setiap hari untuk mesin 1 = 8 jam, mesin 2 = 15 jam, dan mesin 3 = 30 jam.
Sumbangan terhadap laba untuk setiap lusin sepatu merek I1 = Rp30.000,00 sedang merek I2
= Rp50.000,00. Masalahnya adalah menentukan berapa lusin sebaiknya sepatu merek I1 dan
merek I2 yang dibuat agar bisa memaksimumkan laba.
Data tersebut di atas dapat disusun ke dalam tabel seperti yang terlihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Data dari perusahaan sepatu “IDEAL”
Merek
Mesin
I1 I2 Kapasitas
Maksimum
1
2
3
2 0
0 3
6 5
8
15
30
Sumbangan
Terhadap laba
(Rp10.000,00)
3 5
Untuk melakukan formulasi masalah di atas, maka pertama-tama tentukan simbol-simbol
yang akan dipakai:
X1 = jumlah sepatu merek I1 yang akan dibuat setiap hari.
X2 = jumlah sepatu merek I2 yang akan dibuat setiap hari.
Z = jumlah sumbangan seluruh sepatu merek I1 dan merek I2 yang akan diperoleh.
Masalah diatas dapat dipecahkan dengan metode grafik dalam LP dengan langkah-langkah
dan persyaratan-persyaratan penggunaannya secara terperinci di bawah ini.
Langkah-langkah dan Persyaratan Penggunaan Metode Grafik
Secara maatmatis telah digambarkan bentuk dan susunan model yang berlaku dalam
LP, yang bila diteliti nampak meliputi “kolom” dan “baris” yang teratur. Jumlah baris
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 16
(menunjukkan batasan-batasan) ditentukan oleh banyaknya sumber yang akan dialokasikan
ke setiap jenis kegiatan. Jumlah kolom ditentukan oleh jumlah/macam kegiatan yang
memerlukan sumber-sumber tersebut. Bila dikembalikan lagi pada uraian di muka, m
menunjukkan jumlah baris dan n menunjukkan jumlah kolom. Sehingga tampak “dimensi”
suatu masalah LP yang dinyatakan dengan m x n.
Metode grafik hanya dapat digunakan dalam pemecahan masalah LP yang
ber”dimensi”: 2 x n atau m x 2, 1 karena keterbatasan kemampuan suatu grafik dalam
“menyampaikan” sesuatu (sebenarnya grafik 3 dimensi dapat digambarkan, tetapi sangat
tidak praktis). Hal ini merupakan persyaratan mutlak untuk dapat digunakannya metode
grafik; selain beberapa persyaratan dan asumsi-asumsi dasar di muka.
Langkah-langkah penggunaan metode grafik dapat ditunjukkan secara ringkas sebagai
berikut:
a. Menentukan fungsi tujuan dan memformulasikannya dalam bentuk matematis.
b. Mengidentifikasi batasan-batasan yang berlaku dan memformulasikannya dalam
bentuk matematis.
c. Menggambarkan masing-masing garis fungsi batasan dalam satu sistem salib
sumbu.
d. Mencapai titik yang paling menguntungkan (optimal) dihubungkan dengan fungsi
tujuan.
Sebelum mempraktikkan setiap langkah di atas sebaiknya terlebih dahulu diuraikan
masalah yang biasannya paling kritis, yaitu menggambarkan garis-garis dari fungsi-fungsi
batasan. Fungsi-fungsi batasan ini dinyatakan dalam tiga tanda, yaitu:
≤ kurang dari atau sama dengan
≥ lebih besar dari atau sama dengan
= sama dengan.
Sebagai contoh sederhana :
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 17
1Pembahasan akan diputuskan pada masalah m x 2 (di mana n = 2). Masalah 2 x n (di
mana m = 2) akan lebih mudah dipahami pemecahannya bila telah dibicarakan masalah
dualitas dalam LP.
a. Grafik dari 4X + 3Y ≤ 12
Gambar 2.1. Garis dari fungsi batasan dengan tanda ≤
b. Grafik dari 4X + 3Y ≥ 12
Gambar 2.2. Grafis dari fungsi batasan dengan tanda ≥
c. Grafik dari 4X + 3Y = 12
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 18
Gambar 2.3. garis dari fungsi batasan dengan tanda =
Di sini tidak akan dijelaskan bagaimana cara menggambarkan persamaan garis dalam
suatu grafik, karena hal ini tentunya telah banyak dibahas pada berbagai literatur matematika
dasar. Tetapi yang penting dipahami adalah bahwa bagian yang diarsir menunjukkan
“daerah” (space) yang memenuhi persyaratan fungsi-fungsi batasan tersebut di atas. Pada
gambar contoh c tidak ada bagian yang diarsir, karena yang memenuhi persyaratan hanya
titik-titik sepanjang garis saja.
Dengan contoh masalah perumusan sepatu “IDEAL” di atas, pendekatan grafik akan
mudah dipahami. Secara grafis akan digambarkan sumber mendatar X1 untuk produk 1 dan
sumbu vertikal X2 untuk produk 2, jumlah n = 2, yaitu produk 1 (sepatu merek I1) dan produk
2 (sepatu merek I2).
Tujuan kita adalah akan memakimumkan laba yang akan diperoleh. Sumbangan tiap
lusin sepatu merek I1 = Rp30.000,00 sedang merek I2 = Rp50.000,00. Oleh karena itu dapat
kita formulasikan fungsi tujuannya (dalam puluhan ribu rupiah) sebagai berikut:
Maksimumkan Z = 3X1 + 5X2
Dengan adanya batasan kapasitas mesin 1, mesin 2, dan mesin 3 (maksimum 8 jam, 12
jam, dan 30 jam setiap hari), maka kita dapat membuat formulasi batasan-batasan itu, sebagai
berikut:
1) 2X1 ≤ 8
2) 3X2 ≤ 15
3) 6X1 + 5X2 ≤ 30
Batasan (1) adalah mesin 1, yang berarti 2 jam kali jumlah sepatu merek I1 yang dibuat (2X1)
tidak dapat lebih dari 8 jam. Batasan (2) berarti 3 jam kali jumlah sepatu merek I2 yang dibuat
(3X2) tidak dapat lebih dari 15 jam. Sedang batasan (3) berarti bahwa 6 jam kali nilai X1
ditambah 5 jam kali nilai X2 tidak dapat lebih dari 20 jam. Selain itu perlu pula diperhatikan
batasan-batasan “non-negatif”, yaitu nilai X1 ≥ 0 dan X2 ≥ 0. Artinya kombinasi X1 dan X2
nanti hanya akan terletak pada kuadran pertama, yaitu kuadran yang memuat nilai-nilai
positif bagi X1 dan X2.
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 19
Fungsi batasan pertama (2X1 ≤ 8) akan digambarkan sebagai garis tegak lurus pada
sumbu X1 di titik 2X1 = 8 seperti tampak pada gambar berikut ini:
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 20
Gambar 2.4. grafik fungsi (1) perusahaan sepatu “IDEAL”
Bagian yang diarsir pada gambar di atas merupakan bagian yang memenuhi batasan-
batasan: X1 ≥ 0, X2 ≥ 0 dan 2X1 ≤ 8. Dengan cara yang sama fungsi batasan kedua (3X2 ≤ 15)
dapat digambar. Fungsi batasan ketiga (6X1 + 5X2 ≤ 30) digambar dengan terlebih dahulu
mencari titik-titk perpotongan garis 6X1 + 5X2 = 30 dengan sumber X1 dan X2. Akhirnya
ketiga fungsi batasan tersebut dapat digambar secara lengkap berikut ini:
Gambar 2.5. Grafik fungsi-fungsi batasan perusahaan sepatu “IDEAL”
Bagian yang diarsir (disebut daerah feasible) pada gambar di atas menunjukkan bagian yang
memenuhi “persyaratan” yang ditetapkan oleh ketiga fungsi-fungsi batasan, atau merupakan
daerah kemungkinan-kemungkinan kombinasi (X1, X2) yang memenuhi batasan-batasan.
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 21
Langkah terakhir pendekatan ini adalah mencari suatu titik (kombinasi X1 dan X2)
yang terletak pada daerah feasible yang dapat memaksimumkan nilai Z. Hal ini dapat
dilakukan dengan 2 cara: dengan menggambarkan fungsi tujuan (disebut sebagai cara trial
and error) dan dengan membandingkan nilai Z pada tiap-tiap alternatif.
a. Dengan menggambarkan fungsi tujuan
Misal digambarkan Z = 10 = 3X1 + 5X2 (garis P pada gambar di bawah ini).
Untuk mengetahui apakah ada nilai (X1 , X2) di dalam daerah feasible yang akan
mendapatkan Z = 10
Gambar 2.6 Grafik fungsi tujuan dan batasan – batasan perusahaan sepatu “IDEAL”
Ternyata dengan menggambarkan 3X1 + 5X2 = 10 tampak bahwa terdapat lebih dari satu
titik pada garis tersebut yang terletak di dalam feasible. Sehingga garis Z = 3X1 + 5X2
perlu digeser ke kanan agar lebih menjauhi titik origin atau agar Z lebih besar.
Seandainya garis tersebut digeser menjadi 3X1 + 5X2 = 20 (garis q pada gambar
2.6). Tampak bahwa masih terdapat lebih dari satu titik pada garis tersebut yang terletak
di dalam daerah feasible. Artinya belum ditemukan satu titik (X1 , X2) yang
menghasilkan Z tertinggi. Garis Z = 3X1 + 5X2 digeser lebih jauh ke kanan, sampai
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 22
akhirnya ditemukan garis 3X1 + 5X2 = 27,5 , yang menyinggung daerah feasible di titik C
(5/6 , 5). Berarti kombinasi optimal adalah : X1 = 5/6 dan X2 = 5, dengan Z maksimal
sebesar 27,5.
Jadi, langkah terakhir mencari titik optimal dengan “trial & error” pada
prinsipnya dilakukan dengan menggambarkan “family” garis atau fungsi tujuan sampai
ditemukan satu titik pada garis tersebut yang menyinggung daerah feasible.
b. Dengan membandingkan nilai Z pada tiap – tiap alternatif
Apabila cara di atas terasa rumit, dapat dilakukan cara lain yang lebih sederhana
yakni dengan membandingkan berbagai alternatif kombinasi X1 dan X2 . atau dengan kata
lain dengan membandingkan nilai Z yang diperoleh pada berbagai titik kombinasi X1 dan
X2 di daerah feasible. Tentu saja nilai Z makin tinggi bila makin jauh dari titik origin (O).
Sehingga sebaiknya yang dibandingkan adalah titik – titik yang ada di sudut – sudut
daerah feasible.
Titik O :
Pada titik nilai X1 = 0 ; X2 = 0
Tentu saja Z = 0
Titik A :
Pada titik ini, nilai X1 = 4 ; X2 = 0
Sehingga, Z = 3 (4) + 0 = 12
Titik B :
Pada titik ini nilai X1 = 4. Substitusikan nilai ini pada persamaan batasan (3), maka 6 (4)
+ 5X2 = 30. Jadi nilai X2 = (30 – 25) / 5 = 6/5.
Nilai Z = 3 (4) + 5 (6/5) = 18.
Titik C :
Pada titik ini nilai X2 = 5. Substitusikan nilai ini pada persamaan batasan (3), maka 6X1 +
5 (5) = 30. Jadi nilai X2 = (30 – 25) / 6 = 5/6.
Nilai Z = 3 (5/6) + 5 (5) = 27,5.
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 23
Titik D :
Pada titik ini, nilai X2 = 5 ; X1 = 0
Sehingga, Z = 3 (0) + 5 (5) = 25
Diantara kelima alternatif tersebut di atas yang mempunyai nilai Z terbesar
adalah alternatif C, sebesar 27,5. Jadi titik inilah yang paling optimal. Keputusannya
sepatu merk I1 dibuat 5/6 dosin dan sepatu merk I2 dibuat 5 dosin setiap hari, dengan laba
setiap hari sebesar Rp 275.000,00.
Beberapa Hal Lain dalam Metode Grafik
a. Masalah minimisasi
Pada contoh di atas tampak bahwa permasalahan yang dihadapi adalah
permasalahan maksimisasi. Artinya tujuan yang ingin dicapai adalah laba (dalam hal ini)
semaksimal mungkin. Kalau fungsi tujuan bersifat minimisasi maka alternatif yang
optimal adalah alternatif yang dapat meminimumkan niali Z. Bila ditempuh cara yang
menggunakan gambar fungsi Z harus digeser ke kiri. Bila ditempuh cara
membandingkan nilai Z pada setiap alternatif maka laternatif yang mempunyai nilai Z
terendah adalah alternatif yang optimal.
b. Fungsi batasan bertanda “lebih besar atau sama dengan” ( > )
Apabila fungsi batasan tidak bertanda < ; melainkan bertanda > maka arah daerah
feasible akan berada di sebelah kanan atas garis batas tersebut.
Seandainya : batasan ketiga pada permasalahan di atas (6X1 + 5X2 < 30) diubah tanda
ketidaksamaannya sehingga menjadi 6X1 + 5X2 > 30 sedangkan batasan – batasan lain
tetap, maka daerah feasible yang terjadi seperti tampak pada gambar 2.7 ; yakni pada
segitiga ABC.
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 24
Gambar 2.7 Apabila batasan ketiga bertanda >
c. Fungsi batasan bertanda “sama dengan” ( = )
Apabila fungsi batasan bertanda = ; maka daerah feasible akan terletak pada garis
yang memiliki tanda tersebut. Seandainya batsan ketiga pada permasalahan perusahan
sepatu “IDEAL” diubah tandanya sehingga menjadi 6X1 + 5X2 = 30 , sedangkan batasan
– batasan yang lain tetap seperti semula, maka daerah feasible yang baru terletak pada
garis 6X1 + 5X2 = 30 antara titik A dan B ; seperti tampak pada gambar 2.8 berikut :
Gambar 2.8 Daerah feasible sepanjang garis AB bila batasan (3) bertanda “=”
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 25
BEBERAPA PENGERTIAN DALAM LINEAR PROGRAMMING
Sebelum menginjak pembicaraan mengenai metode simpleks pada bab berikutnya
terlebih dahulu kita bicarakan beberapa pengertian yang sering kita jumpai, yakni
sebagai berikut :
Solution (penyelesaian)
Solution adalah jawaban akhir dari suatu masalah.
Feasible Solution
Feasible Solution adalah penyelesaian yang tidak melanggar batsan – batasan
yang ada. Misalnya dalam contoh pada metode grafik di depan, seperti terlihat pada
gambar 2.9 yang disebut daerah feasible adalah daerah OABCD.
Gambar 2.9 Daerah Feasible OABCD
No Feasible Solution
No feasible solution berarti tidak ada daerah feasible. Artinya apabila sifat atau
letak batasan – batasan sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan terdapatnya
daerah atau alternatif – alternatif yang feasible. Sebagai contoh apabila batasan ketiga
(6X1 + 5X2 < 15) pada gambar 2.2 diubah menjadi 3X1 + 5X2 > 60, maka grafiknya
seperti tampak pada gambar 2.10. Pada gambar ini batasan 2X1 < 8 menyatakan bahwa
daerah feasible mulai garis X = 4 ke kiri, batasan 3X2 < 15 menyatakan bahwa daerah
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 26
feasible mulai garis X2 = 5 ke bawah, dan batasan 3X1 + 5X2 > 60 menyatakan bahwa
daerah feasible mulai garis 3X1 + 5X2 > 60 ke kanan atas. Akibatnya tidak ada daerah
yang tidak melanggar salah satu dari ketiga batasan itu.
Gambar 2.10 No Feasible Solution
Optimal Solution
Optimal solution adalah feasible solution yang mempunyai nilai tujuan (nilai Z
dalam fungsi tujuan) yang optimal atau terbaik (maksimum atau minimum).
Misalnya pada contoh di depan, dimana fungsi tujuan memaksimumkan Z = 3X1 + 5X2 ,
maka nilai X1 , X2 , dan Z pada alternatif – alternatif atau titik – titik A, B, C, dan D pada
gambar 2.2 pada metode grafik. Hasilnya seperti terlihat pada tabel 2.3 sebagai berikut :
Tabel 2.3 Nilai Z pada alternatif A, B, C, dan D, untuk memilih titik yang optimal
Alternatif Nilai X1 Nilai X2 Nilai X3 Keterangan
A
B
C
D
4
4
5/6
0
0
6/5
5
5
12
18
27,50
25
Maksimum, optimal
Multiple Optimal Solution
Multiple optimal solution berarti terdapatnya beberapa alternatif optimal dalam
suatu masalah. Misalnya bila fungsi tujuan dari contoh di depan diubah menjadi
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 27
memaksimumkan nilai Z = 6X1 + 5X2 , maka fungsi tujuan ini bila digambarkan akan
sejajar dengan batasan ketiga (6X1 + 5X2 < 30). Akibatnya gambar dari fungsi tujuan
akan sejajar dengan batasan ketiga itu, sehingga bila garis itu digeser ke kanan atas,
maka yang feasible dan paling optimal akan berhimpit dengan batasan ketiga. Oleh sebab
itu, titik B dan titik C serta titik – titik yang berada di sepanjang garis itu semuanya
mempunyai nilai Z sama dan optimal, dengan Z = 30.
Gambar 2.11 Multiple Optimal Solution
Boundary Equation
Boundary equation terjadi apabila suatu batasan dengan tanda “sama dengan”.
Misal bila batasan pertama (2X1 < 8) diubah tandanya menjadi “sama dengan” (2X1 = 8),
maka daerah feasible terletak sepanjang garis X1 = 4 yang tidak melebihi batasan kedua
dan ketiga. Dalam gambar 2.8 terletak di sepanjang garis antara titik A dan titik B.
Corner Point Feasible Solutions
Corner point feasible solutions adalah feasible solutions yang terletak pada sudut
(perpotongan) antara 2 garis. Dalam gambar 2.9 adalah titik – titik (4 , 0) ; (4 , 6/5) ;
(5/6 , 5) ; (0 , 5) dan (0 , 0).
Corner Point Infeasible Solutions
Titik ini adalah titik yang terletak pada perpotongan 2 garis tetapi di luar daerah
feasible. Pada gambar 2.9 adalah titik – titik E, F, dan G.
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 28
No Optimal Solutions
No optimal solutions terjadi apabila suatu masalah tidak mempunyai jawaban atau
penyelesaian optimal. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor – faktor berikut :
1. Tidak ada feasible solutions
2. Ada batasan yang tidak membatasi besar nilai Z.
Faktor kedua terjadi misalnya andaikan suatu masalah adalah sebagai berikut :
Fungsi tujuan :
Maksimumkan : Z = 3X1 + 5X2
Batasan – batasan : (1) 2X1 < 8
(2) X1 < 5
(3) X1 > 0 ; X2 > 0
Batasan – batasan itu dapat kita gambarkan seperti gambar 2.12
Gambar 2.12 Nilai Z tidak terbatas
Karena ada batasan yang membatasi X2 , maka nilai Z dapat ditambah (digeser ke kanan
atas) terus tanpa nilai maksimum.
KETENTUAN – KETENTUAN ATAU SIFAT LINEAR PROGRAMMING
Dalam bagian ini akan dibahas beberapa ketentuan yang terdapat pada linear
programming. Ketentuan – ketentuan berikut ini akan dipakai sebagai pedoman di dalam
nalisa berikutnya.
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649
Halaman 29
Ketentuan 1 :
a. Kalau hanya ada satu optimal solutions, pasti berupa corner point feasible
solutions.
b. Kalau multiple solutions maka terdapat lebih dari dua titik optimal yang terletak
pada garis yang menghubungkan dua corner solutions.
Ketentuan 2 :
Corner point feasible solutions jumlahnya terbatas. Dalam contoh kita di depan
hanya ada lima titik, yaitu : O , A , B , C , dan D.
Ketentuan 3 :
Kalau suatu corner point feasible solution lebih baik dari dua corner point feasible
solutions yang terdekat, maka titik itu merupakan titik optimal atau terbaik diantara semua
corner point feasible solutions. Dalam contoh kita nilai Z pada titik C lebih besar dari nilai
– nilai pada titik B dan titik D, maka titik C pasti mempunyai nilai Z terbesar diantara titik
– titik O , A , B , D. Selama tujuan dari masalah itu memaksimumkan niali Z, maka titik C
merupakan titik optimal.
Mata Kuliah Riset Operasi Muhamad Dwi Suyanto - 130521612649