Strategi Komunikasi Klub Motor Vespa “MoVe Surabaya”
dalam Pembentukan Citra di Masyarakat
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Komunitas Klub
Motor Vespa “MoVe Surabaya” dalam Pembentukan Citra di Masyarakat)
SKRIPSI
Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya
“Almamater Wartawan Surabaya” untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh:
RIZKY FAUZIAH SAMANJAYA
NPM: 12.31.0030
Kekhususan : Broadcasting
SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI
ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA
2016
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI………………………………………i
PENGESAHAN TIM PENGUJI.............................................................................ii
PERNYATAAN ORISINALITAS.........................................................................iii
MOTTO..................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………………v
ABSTRAK.............................................................................................................vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
I.1 Latar Belakang ........................................ Error! Bookmark not defined.
I.2 Rumusan Masalah ................................... Error! Bookmark not defined.
I.3 Tujuan Penelitian .................................... Error! Bookmark not defined.
I.4 Manfaat Penelitian .................................. Error! Bookmark not defined.
I.5 Batasan Masalah ..................................... Error! Bookmark not defined.
I.6 Kajian Pustaka ........................................ Error! Bookmark not defined.
I.6.1 Komunikasi ............................................. Error! Bookmark not defined.
I.6.2 Proses Komunikasi........................... Error! Bookmark not defined.
I.6.3 Strategi Komunikasi......................... Error! Bookmark not defined.
ix
I.6.4 Public Relation................................. Error! Bookmark not defined.
I.6.5 Peran dan Fungsi Public Relation .... Error! Bookmark not defined.
I.6.6 Strategi Public Relations.................. Error! Bookmark not defined.
I.6.7 Komunitas ........................................ Error! Bookmark not defined.
I.6.8 Citra.................................................. Error! Bookmark not defined.
I.6.9 Proses Pembentukan Citra ............... Error! Bookmark not defined.
I.7 Penelitian Terdahulu ............................... Error! Bookmark not defined.
I.8 Kerangka Berpikir ................................... Error! Bookmark not defined.
I.9 Metodologi Penelitian ............................................................................. 24
I.9.1 Tempat dan Waktu Penelitian .......... Error! Bookmark not defined.
I.9.2 Strategi dan Jenis Penelitian ............ Error! Bookmark not defined.
I.9.3 Metode Penelitian ............................ Error! Bookmark not defined.
I.9.4 TeknikPengambilan Data…………………………………………25
I.9.5 Sumber Data..................................................................................... 25
I.9.6 Teknik Analisis Data........................ Error! Bookmark not defined.
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ........ Error! Bookmark not defined.
II.1 Gambaran Umum Komunitas Vespa ...... Error! Bookmark not defined.
II.2 MoVe Surabaya ...................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III ANALISA DATA ................................... Error! Bookmark not defined.
III.1 Penyajian Data ........................................ Error! Bookmark not defined.
x
III.2 Profil Informan Kunci ............................. Error! Bookmark not defined.
III.3 Strategi Komunikasi................................ Error! Bookmark not defined.
III.3.1 Formative Research ......................... Error! Bookmark not defined.
III.3.2 Strategy ............................................ Error! Bookmark not defined.
III.3.3 Tactics .............................................. Error! Bookmark not defined.
III.3.4 Evaluating Research ........................ Error! Bookmark not defined.
III.4 Pembahasan Hasil Penelitian ........... Error! Bookmark not defined.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............. Error! Bookmark not defined.
IV.1 Kesimpulan ............................................. Error! Bookmark not defined.
IV.2 Saran ....................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Contoh Vespa .................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar II.2 Contoh Komunitas Vespa ................. Error! Bookmark not defined.
Gambar II.3 Contoh Komunitas Vespa Ekstrem ... Error! Bookmark not defined.
Gambar II.4 Kopdar MoVe Surabaya di Cafe Starbucks Grandcity MallError! Bookmark not
defined.
Gambar II.5 Kegiatan Touring MoVe Surabaya ... Error! Bookmark not defined.
Gambar II.6 Logo yang Digunakan Pada Foto Profil Facebook MoVe SurabayaError!
Bookmark not defined.
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jawaban Wawancara Informan Kunci 1Error! Bookmark not defined.
Lampiran 2 Jawaban Wawancara Informan Kunci 2Error! Bookmark not defined.
Lampiran 3 Jawaban Wawancara Informan Kunci 3Error! Bookmark not defined.
Lampiran 4 Jawaban Wawancara Informan Kunci 4Error! Bookmark not defined.
Lampiran 5 Dokumentasi Logo dan Kegiatan-kegiatan MoVe SurabayaError! Bookmark not
defined.
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ditengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tidak stabil beberapa tahun terakhir,
pertumbuhan otomotif khususnya sepeda motor masih dirasa cukup besar dampaknya terhadap
arus transportasi dan kegiatan masyarakat. Berdasarkan data dari salah satu perusahaan otomotif
terbesar di Indonesia menyebutkan bahwa pada tahun 2014 penjualan sepeda motor mencapai
1.440.619 unit.
Besarnya angka penjualan sepeda motor menjadi sesuatu yang sangat wajar apabila di
kota-kota besar muncul beberapa komunitas sepeda motor sebagai ajang untuk menyalurkan hobi
maupun sekedar ajang berkumpul. Hal ini dikarenakan sepeda motor tidak hanya berfungsi
sebagai sarana transportasi saja, melainkan sepeda motor juga bisa menjadi simbol identitas
sebuah komunitas seiring berkembangnya komunitas-komunitas penggemar sepeda motor.
Identitas sosial dapat diartikan sebagai definisi seseorang tentang siapa dirinya, termasuk di
dalamnya atribut pribadi dan atribut yang dibaginya bersama dengan orang lain (Baron dan
Byrne, 2003: 163).
Munculnya komunitas sepeda motor tersebut berawal dari sepeda motor yang dianggap
sebagai gambaran dari pemiliknya, menjadi sebuah hobi bagi pemiliknya, dan dari sinilah
masyarakat dalam hal ini pemilik atau pengguna sepeda motor mulai mencari wadah atau tempat
untuk menyalurkan hobinya yang kemudian membentuk kelompok-kelompok pecinta sepeda
motor atau yang lebih akrab kita kenal dengan komunitas motor, klub motor maupun geng
2
motor. Sehingga kemudian muncul dan berkembangnya beragam komunitas motor dengan
karakteristik atau ciri khas yang berbeda-beda (Firmansyah dan Handoyo, 2014 : 2).
Pertumbuhan dan perkembangan komunitas motor saat ini mengalami kemajuan yang
pesat. Hal ini dibuktikan dengan munculnya komunitas-komunitas motor di Indonesia yang
beragam dan bertingkat sesuai dengan kategori dan variansi motor (Ningsih, 2014: 109).
Beberapa contoh komunitas-komunitas motor yang terbentuk diantaranya sesuai dengan merk
motor (seperti Honda, Yamaha, dan Kawasaki), tipe motor (seperti Vario, Scoopy, Mio yang
merupakan motor matic, dan Tiger yang berbodi besar), ataupun sesuai variansi motor lainnya
seperti motor gede dan vespa.
Sebagai salah satu jenis dari komunitas motor, komunitas vespa saat ini juga banyak
diminati dari kalangan muda sampai tua meskipun jenis motor ini termasuk kuno. Komunitas
vespa merupakan suatu wadah yang dibentuk karena persamaan kecintaanya terhadap kendaraan
jenis vespa.Komunitas vespa yang beranggotakan para scooterist (penggemar vespa),secara fisik
biasanya diikat berdasarkan batas lokasi atau wilayah geografis.Keunikan komunitas vespa
dicirikan melalui penampilan para scooterist, seperti cara berbusana, gaya rambut, gaya
berbicara, kebiasaan, dan model maupun modifikasi dari vespa yang mereka tunggangi.
Citra merupakan salah satu aset terpenting yang harus dimiliki, tidak hanya untuk
perusahaan atau organisasi, tetapi juga komunitas termasuk komunitas vespa. Citra bersifat
intangible(tidak terlihat) dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan
berupa penilaian positif dan negatif dari publik. Seperti halnya pada sebuah perusahaan maupun
organisasi, komunitas juga perlu untuk menciptakan dan mempertahankan citra positif demi
eksistensinya di tengah publik.Salah satu cara untuk menciptakan dan mempertahankan citra
3
positif suatu komunitas dapat dilakukan dengan menanamkan kepercayaan kepada masyarakat
atau lingkungan yang ada di sekitarnya.
Citra muncul berdasarkan pengalaman publik ketika berhubungan dengan komunitas.
Pengalaman tersebut akan menimbulkan kesan di mata publik yang nantinya akan
mempengaruhi sikap publik terhadap komunitas tersebut. Dalam proses pembentukan sebuah
citra positif oleh komunitasdiperlukan waktu yang tidak sebentar. Citra positif akan mampu
terlihat atau terbentuk melalui strategi komunikasi yang tepat. Proses pembentukan citra dimulai
dari penerimaan secara fisik (panca indra) yang kemudian masuk dalam bentuk perhatian
(attention filter) dan dari situ menghasilkan pesan yang dapat dimengerti atau dilihat (perceived
message), kemudian akan berubah menjadi persepsi dan akhirnya citra (DeLozier, 1976:44).
Strategi komunikasi dengan hanya menanamkan kepercayaan kepada publik saja tidak
cukup untuk memperoleh citra positif.Citra positif yang sudah dibangun perlu dipertahankan dan
dipelihara, karena erat kaitannnya dengan reputasi sebuah komunitas. Begitu kepercayaan publik
luntur karena reputasi yang negatif, maka akan sulit untuk memulihkan kepercayaan tersebut.
Pelaksanaan strategi yang tepat dapat meningkatkan publisitas suatu komunitas dihadapan
publik, ditambah dengan menanamkan kepercayaan serta membangun reputasi yang baik
merupakan cara dalam memperoleh citra positif.
Keberhasilan pembentukan citra dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni citra dibangun
berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan kelompok sasaran; citra
ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan/organisasi/komunitas; citra yang ditonjolkan
mudah dimengerti kelompok sasaran; citra yang ditonjolkan merupakan sarana bukan tujuan
usaha (Ardianto, 2011: 65).Citra sendiri dibentuk pengalaman maupun persepsi seseorang
mengenai suatu komunitas. Oleh sebab itu, suatu komunitas sebaiknya tidak kehilangan
4
kesempatan untuk dapat mengetahui opini dan aspirasi dari masyarakat terkait.Pengetahuan
mengenai opini dan aspirasi publik merupakan suatu hal yang penting bagi komunitas untuk
mengetahui posisi atau citranya di mata publik.Hal ini juga berguna untuk menentukan strategi
dalam menciptakan dan mengelola citra komunitas.
Sehingga untuk dapat membentuk dan memelihara citra positif, komunitas vespa juga
memerlukan strategi komunikasi yang tepat dan sistematis.Smith (2005: 10-11) mengungkapkan
bahwa strategi komunikasi yang dilakukan public relations dalam mengelola citra memiliki
langkah-langkah antara lain Formative Research (pencarian informasi dan analisa situasi),
Strategy (rencana dalam mencapai tujuan), Tactics(pemilihan teknik komunikasi yang
digunakan), dan Evaluative Research(mengetahui efektivitas taktik komunikasi yang digunakan).
Fungsi strategi komunikasi ini yaitu untuk menyelaraskaan dan mengupayakan sinkronisasi
antara membangun citra dan memelihara reputasi komunitas dengan pembentukan persepsi dan
preferensi publik.
Surabaya sebagai salah satu kota metropolitan dan kota tersibuk kedua setelah Jakarta,
memiliki komunitas klub motor yang cukup banyak. Hal ini yang kemudian menjadi perhatian
pemerintah Kota Surabaya untuk dapat memberikan fasilitas bagi para anggota komunitas agar
dapat mencegah tindakan-tindakan negatif yang mungkin ditimbulkan dari komunitas klub
motor. Tindakan pencegahan tidak jarang dilakukan oleh pihak pemerintah kota mengingat citra
buruk yang melekat pada anggota klub motor, diantaranya ugal-ugalan, kebut-kebutan di jalan,
bahkan sering memicu terjadinya tawuran.
Namun, kondisi ini sangat kontra terhadap realita yang ada bahwa tidak semua komunitas
klub motor memiliki citra yang negatif. Hal ini tidak lain dikarenakan komunitas klub motor
berbeda dengan adanya geng motor yang saat ini meresahkan masyarakat. Masyarakat
5
menganggap komunitas klub motor dan genk motor merupakan suatu hal yang sama. Sehingga
peneliti mempunyai keinginan untuk menunjukkan bahwa komunitas klub motor berbeda dari
geng motor.
Komunitas klub motor lebih cenderung memiliki kegiatan organisasi yang terarah dan
mempunyai aturan-aturan yang ada dalam komunitas. Mereka lebih mengarah pada sport dan
kegemaran mereka terhadap motor. Komunitas klub motor cukup mudah untuk dicirikan salah
satunya yaitu tidak ugal-ugalan dijalan dan tertib lalu lintas.Walaupun terkadang masih terdapat
klub-klub motor yang memiliki sifat arogan serta pengetahuan berlalu lintas yang minim
(Wulandari, 2012: 1).
Sementara itu, gengmotor cenderung kepada perkumpulan yang bebas, tidak terarah, dan
tidak memiliki aturan yang mengikat seseorang yang ada dalam perkumpulan itu untuk
menaatinya. Misalnya, geng motor lebih suka untuk melakukan balap liar dari pada balap resmi
yang diadakan oleh pemerintah setempat. Menurut para pengikut geng motor balap liar lebih
menantang dan dapat memenuhi kepuasaan hati mereka. Penyebab inilah yang membuat
masyarakat memandang komunitas klub motor dengan sebelah mata dan menganggap
meresahkan masyarakat (Wulandari, 2012: 1).
Seperti di kota besar lainnya, Surabaya juga memiliki beragam jenis komunitas motor,
salah satunya adalah Modern Vespa (MoVe) Surabaya. MoVe Surabaya merupakan salah satu
bagian dari MoVe Indonesia. MoVe Indonesia berdiri pada 23 September 2011 oleh para pecinta
vespa modern yang berawal dari sebuah grup BBM1. Kegiatan yang dilakukan oleh kumunitas
MoVe Surabaya mulai dari sekedar kumpul bersama dalam agenda rutin kopdar maupun touring
jarak dekat dan jarak jauh. Komunitas MoVe Surabaya juga tak jarang mengikuti kegiatan
1Liputan 6
www.liputan6.com/health/read/621289/pecinta-vespa-modern-istirahat-itu-wajib
(Akses 12 Agustus 2016)
6
touring bersama yang diadakan oleh MoVe di Indonesia dengan komunitas MoVe dari daerah-
daerah lainnya seperti Malang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Bali.
MoVe Surabaya beranggotakan pecinta vespa dari berbagai kalangan dan usia mulai dari
pelajar/mahasiswa dan karyawan, dariyang berusia remaja hingga yang sudah berkeluarga, serta
dari laki-laki maupun perempuan. Sebagai sebuah komunitas, MoVe Surabaya memiliki tujuan
dan aturan-aturan yang dibuat sendiri dan merupakan konstribusi arus informasi di antara
anggota sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas
dan melekat.MoVe Surabaya merupakan komunitas yang tidak menonjolkan ego individu, tetapi
lebih untuk membentuk persaudaraan dalam satu komunitas guna mempererat tali persaudaraan
antara sesama penggemar vespa.
Tujuan positif untuk menyalurkan hobi dalam sebuah wadah yang dimiliki oleh
komunitas MoVe Surabaya tidak lantas mendapatkan pandangan yang sependapat dari
masyarakat. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa sebagian dari masyarakat
memandang sama antara komunitas motor dan geng motor. Masyarakat beranggapan bahwa anak
vespa identik dengan hal-hal negatif. Tak bisa dipungkiri, hal ini merupakan imbas dari stigma
negatif geng motor sehingga komunitas motor lainnya terhukum oleh hal-hal yang juga negatif
(Permana, 2011: 1). Persepsi buruk yang diberikan oleh masyarakat misalnya selalu ngebut saat
berkendara, atau sering melakukan kumpul antar anggota yang dianggap kurang kerjaan, dan
touring baik dalam atau luar yang dianggap kurang kerjaan dan mengganggu pengguna jalan
yang lain.
Meskipun komunitas motor sering menerima tudingan dari masyarakat yang bersifat
negatif, namun para anggota komunitas motor vespa tidak lantas terpengaruh dan menjadikan
mereka berperilaku buruk karena terbawa oleh cap negatif yang diberikan masyarakat. Hal ini
7
dikarenakan tujuan utama para anggota adalah untuk menyalurkan hobi dan kecintaan terhadap
kendaraan vespa serta meningkatkan solidaritas antar anggota komunitas.Pada dasarnya sikap
para anggota komunitas tidak sebebas penampilan mereka.Dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan terutama touring mereka tetap mentaati peraturan yang berlaku dijalan.Para anggota
juga tetap menjaga kesopanan saatberkomunikasi dengan masyarakat, dan juga selalu menjaga
kebersihan lingkungan pada setiap tempat pemberhentian saat melakukan touring baik jarak
dekat maupun jarak jauh.
Sebagai salah satu jenis dari komunitas motor,secara tidak langsung MoVe Surabaya
diindikasikan mendapatkan citra yang negatif dari masyarakat sekitar. Hal ini membuat MoVe
Surabaya juga memerlukan suatu strategi komunikasi yang tepat dan sesuai untuk dapat
memperbaiki reputasi dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sehingga citra positif
komunitas motor pada umumnnya dan MoVe Surabaya khususnya dapat tercapai. Hal ini perlu
dilakukan dengan tujuan untuk dapat menjaga eksistensi dan keberlangsungan dari program-
program dan kegiatan-kegiatan rutin maupun insidentalyang dimiliki oleh MoVe Surabayaseperti
kumpul intern antar anggota yang biasanya dituangkan dalam kopdar rutin, touring intern baik
jarak dekat maupun jauh, serta touring bersama dengan komunitas MoVe lainnya yang ada di
Indonesia.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti ingin mengetahui langkah
atau cara yang diambil oleh MoVe Surabaya sebagai salah satu komunitas motor dalam
membentuk citra positif dari masyarakat. Langkah atau cara yang dimaksud yaitu strategi
komunikasi yang menghubungkan antara intern (anggota) dari komunitas MoVe Surabaya
dengan masyarakat sekitar dalam mengubah pandangan negatif masyarakat dan memberikan
pengertian bahwa komunitas motor berbeda dari geng motor. Peneliti ingin mengetahui seperti
8
apa strategi komunikasi yang digunakan sehingga masyarakat sekitar dapat mengenal lebih
dalam megenai MoVe Surabaya dimana pada dasarnya memiliki tujuan komunitas yang baik dan
jauh dari persepsi-persepsi negatif yang selama ini ada di tengah-tengah masyarakat.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini permasalahan yang akan
diteliti adalahbagaimana strategi komunikasi komunitas klub motor vespa “MoVe Surabaya”
dalam pembentukkan citra di masyarakat?
I.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, adapun yang menjadi tujuan dari penelitian
ini adalah untukmengetahui strategi komunikasi komunitas klub motor vespa “MoVe Surabaya”
dalam pembentukkan citra di masyarakat.
I.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dibagi menjadi 2 yakni secara teoritis dan secara praktis.Secara
teoritis melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi dalam kajian
ilmu komunikasi serta untuk mengetahui bagaimana pola strategi komunikasi dalam
pembentukan citra bagi kalangan komunitas klub motor.Sementara itu secara praktis, hasil
penelitian diharapkan mampu memberikan deskripsi mengenai strategi pola komunikasi
9
komunitas klub mtor dalam pembentukan citra positif kepada publik melalui program-program
kerja komunitas yang langsung memberikan dampak dan manfaat bagi masyarakat umum.
Selain kedua bentuk manfaat diatas, penelitian diharapkan juga akan memberikan
manfaat bagi para anggota komunitas klub motor, masyarakat, maupun peneliti sendiri, diantara
manfaatnya adalah sebagai berikut.
Bagi anggota komunitas klub motor, dapat mengetahui strategi komunikasi yang
dapat membentuk citra positif di masyarakat.
Bagi masyarakat, mengubah pandangan negatif terhadap komunitas klub motor.
Dan bagi peneliti sendiri dapat menambah informasi dan pengetahuan mengenai
karakteristik masing-masing komunitas klub motor yang menjadi objek penelitian.
I.5 Batasan Masalah
Batasan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terdiri dari batasan masalah
substansi pembahasan masalah dan batasan masalah wilayah.Batasan masalah substansi
pembahasan dalam penelitian ini adalah mengenai strategi komunikasi komunitas klub motor,
pembahasan dilakukan terhadap komunitas klub motor dengan pemilihan klub motor sesuai
dengan subjektifitas peneliti yaituModern Vespa (MoVe). Sementara itu untuk batasan masalah
dari segi wilayah penelitian ini hanya dilakukan untuk komunitas Modern Vespa (MoVe) yang
ada di Surabaya.
10
I.6 Kajian Pustaka
Pada sub-bab kajian pustaka ini memuat literatur-literatur yang mendukung dengan tema
penelitian. Penelitimemperoleh data referensi dari sumber-sumber buku tertulis, e-book, jurnal
ilmiah serta internet yang valid. Kepustakaan ini dilakukan untuk mengkaji mempelajari dan
mencoba mengimplementasikan sumber terkaitdengan penelitian yang diteliti. Selain
memperoleh sumber dari buku serta sumber internet sebagai bahan refrensi peneliti. Tinjauan
pustaka yang di gunakan meliputi komunikasi, proses komunikasi, strategi komunikasi,
komunitas, klub motor, citra, proses pembentukan citra, public relation, peran dan fungsi public
relationdalam suatu komunitas.
I.6.1 Komunikasi
Secara singkat, komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu orang
kepada orang lain, dari satu kelompok ke kelompok lain yang ditujukan dengan menggunakan
media tertentu. Media ini haruslah dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.Pada umumnya
komunikasi dilakukan dengan menggunakan media berupa kata-kata (verbal) atau bisa juga
dengan menggunakan gerakan.
Mengacu pada tema penelitian, komunikasi tidak hanya hubungan antar manusia, namun
lebih jauh komunikasi antara kelompok dengan individu, maupun antar kelompok juga sangat
penting dilakukan. Ketidaktepatan komunikasi yang dilakukan dapat berakibat kontra produktif
pada kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh organisasi atau komunitas. Untuk itu,
komunikasi yang efektif perlu dilakukan sehingga dapat terbentuk citra yang positif dan dapat
terjalin hubungan yang baik dengan stakeholder.
11
Komunikasi dapat dibagi dalam dua bentuk yakni komunikasi internal dan komunikasi
eksternal.Komunikasi internal merujuk pada pertukaran informasi dan gagasan di dalam
organisasi atau komunitas.Komunikasi internal komunitas menjadi sangat penting untuk
pencapaian tujuan, misi komunitas.Sementara komunikasi eksternal dapat dikatakan sebagai
membawa informasi ke dalam atau keluar organisasi/komunitas (Effendy, 2009: 17).Komunikasi
eksternal dilakukan dengan para stakeholder di luar komunitas atau organisasi.Hal ini menjadi
keharusan untuk menciptakan hubungan yang baik dengan publik dan masyarakat, sehingga
dapat mengurangi citra negatif yang terbentuk sebelumnya.
I.6.2 Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses, dimana proses komunikasi terbagi menjadi dua
tahap yakni primer dan sekunder (Effendy, 2009: 11). Proses komunikasi primer merupakan
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang sebagai media. Sementara proses komunikasi sekunder merupakan penyampaian pesan
oleh seorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
setelah memakai lambang sebagai media pertama.
I.6.3 Strategi Komunikasi
Strategi merupakan perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.
Definisi lain menyebutkan bahwa strategi merupakan jalan utama yang dipilih untuk menjamin
tercapainya tujuan secara efektif dan efisien (Santoso, 2005: 6).
12
Strategi komunikasi menurut Effendy (2003: 301) merupakan paduan dari perencanaan
komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan.Strategi komunikasi harus dapat
menunjukkan bagaimana operasional secara taktis harus dilakukan dalam arti kata bahwa
pendekatan bisa berbeda-beda bergantung pada situasi dan kondisi.
I.6.4 Public Relation
Dalam menjaga hubungan komunikasi antar stakeholder, keberadaan humas atau public
relation menjadi sangat penting dalam proses penyampaian informasi mengenai suatu organisasi
atau komunitas kepada publik. Public relation merupakan suatu usaha yang sengaja dilakukan
dan direncanakan secara berkesinambungan untuk menciptakan saling pengertian antar sebuah
organisasi atau komunitas dengan masyarakat.Menurut pertemuan asosiasi public relation
seluruh dunia di Mexico City, Agustus 1978 menghasilkan pernyataan mengenai definisi Public
Relation, yakni.
“Praktik kehumasan atau public relation merupakan seni sekaligus disiplin ilmu social yang
menganalisis berbagai kecenderungan, memperkirakan setiap kemungkinan konsekuensi darinya,
memberikan masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, serta menerapkan
program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan atau
kepentingan khalayak.”
Public relation merupakan fungsi manajemen untuk mencapai target tertentu yang
sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas dan rinci, mencari fakta, merencanakan,
mengkomunikasikan, hingga mengevaluasi hasil-hasil yng telah tercapai. “public relation is
planned, persuasive communication designed to influence significant public” (Marston, 1979: 3).
13
Menurut Willian (1999), public relation merupakan sebuah fungsi manajemen yang
memfokuskan diri pada membangun/mengembangkan relasi serta komunikasi yang dilakukan
individual maupun organisasi terhadap publik guna menciptakan hubungan yang saling
menguntungkan.
I.6.5 Peran dan Fungsi Public Relation
Tujuan public relation secara universal adalah untuk menciptakan, memelihara dan
menciptakan citra yang baik dari organisasi atau komunitas kepada publiknya yang disesuaikan
dengan kondisi daripada publik yang bersangkutan dan memperbaikinya jika citra tersebut
menurun atau rusak (Yulianita, 2007: 43).
Terdapat empat peran public relation, antara lain;
1. Expert Preciber Communication, yakni Public relation dianggap sebagai yang ahli
komunikasi.
2. Problem Solving Process Facilitator, yakni public relation dianggap sebagai
fasilitator dalam proses pemecahan permasalahan.
3. Communication Facilitator, yakni public relation sebagai penghubung, penerjemah,
penengah dan mediator antara organisasi atau komunitas dengan publik.
4. Technician Communication, yakni public relation sebagai pelaksana pekerjaan teknis
dari pimpinan dibidang komunikasi dan menjalin relasi dengan publiknya.
Menurut Ruslan (2005: 39), tujuan umum dari program kerja dan berbagai aktivitas
public relation adalah menciptakan hubuungan harmonis antara organisasi atau komunitas yang
diwakilinya dengan publik yang terkait.
14
I.6.6 Strategi Public Relations
Menurut Smith (2005: 10-11), terdapat beberapa langkah yang ditetapkan sebagai strategi
Public relations, yaitu:
1. Formative Research
Fase pertama dalam proses perencanaan strategis menurut Smith adalah riset
formatif atau riset stategis adalah kegiatan pendahuluan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi dan menganalisa situasi yang dihadapi yang terdiri dari 3
tahap:.
a. Analyzing the situation (menganalisa situasi)
b. Analyzing the organization (menganalisa oranisasi)
c. Analyzing the public (menganalisa publik)
2. Strategy
Strategi merupakan jantung dari perencanaan public relations maupun bidang
lainnya yang berkaitan. Strategi adalah keseluruhan rencana meliputi apa yang ingin
dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Strategi memiliki tiga tahap, yakni:
a. Establishing goals and objectives (menentukan sasaran dan objektif)
b. Formulating action and response strategies (memformulasikan aksi dan respon)
c. Using effective communication (menggunakan komunikasi yang efektif)
3. Tactics
Pada fase ini terdiri dari pemilihan taktik komunikasi yang akan digunakan dan
melakukan implementasi rencana strategis yang sudah disusun.
15
a. Choosing communication tactics (memilih taktik komunikasi)
b. Implementing the strategic plan (mengimplementasikan strategi)
4. Evaluative Research
Pada fase terakhir adalah untuk mengetahui efektivitas berbagai taktik komunikasi
yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Tahap ini
adalah tahap akhir dimana dikembangkan metode yang spesifik dalam mengukur
keefektifan dari strategi yang diterapkan.
I.6.7 Komunitas
Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian
dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak".
Komunitas sebagai sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan,
umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia,
individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya,
preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Menurut Soenarno (2002),
definisi komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai
dimensi kebutuhan fungsional.
Pengertian komunitas Menurut Kertajaya (2008: 32), adalah sekelompok orang yang
saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi
relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest
atau values.
Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud,
kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa
16
(Wenger, Richard, dan William, 2002:4). Menurut Crow dan Allan (1994), Komunitas dapat
terbagi menjadi 2 komponen:
1. Berdasarkan Lokasi atau Tempat Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat
sebagai tempat dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara
geografis.
2. Berdasarkan Minat Sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena
mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku, ras,
maupun berdasarkan kelainan seksual.
Proses pembentukannya bersifat horisontal karena dilakukan oleh individu-individu yang
kedudukannya setara. Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun
dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional (Soenarno,2002). Kekuatan pengikat suatu
komunitas, terutama, adalah kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan
sosialnya yang didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial-
ekonomi.Disamping itu secara fisik suatu komunitas biasanya diikat oleh batas lokasi atau
wilayah geografis. Masing-masing komunitas, karenanya akan memiliki cara dan mekanisme
yang berbeda dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang dihadapinya serta
mengembangkan kemampuan kelompoknya.
Komunitas adalah group beberapa orang yang berbagi minat yang sama, yang terbentuk
oleh 4 faktor, yaitu.
1. Komunikasi dan keinginan berbagi, para anggota saling menolong satu sama lain.
2. Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu.
3. Ritual dan kebiasaan, orang-orang datang secara teratur dan periode.
4. Influencer – influencer merintis sesuatu hal dan para anggota selanjutnya
17
Vanina juga menjelaskan bahwa komunitas mempunyai beberapa aturan sendiri, yaitu:
1. Saling berbagi, dimana mereka saling menolong dan berbagi satu sama lain dalam
komunitas.
2. Komunikasi: Mereka saling respon dan komunikasi satu sama lain.
3. Kejujuran: Dilarang keras berbohong. Sekali seseorang berbohong, maka akan segera
ditinggalkan.
4. Transparansi: Saling bicara terbuka dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu hal.
5. Partisipasi: Semua anggota harus disana dan berpartisipasi pada acara bersama
komunitas.
I.6.8 Citra
Citra merupakan kesan atau impresi seseorang terhadap sesuatu. Citra merupakan
persepsi yang terbentuk dalam benak manusia. Pembentukan persepsi manusia menurut K.
Sereno & Edward M Bodaken yang dikutip dari buku “Ilmu Komunikasi suatu pengantar”,
Deddy Mulyana, terdiri dari tiga aktivitas yaitu seleksi, organisasi & intepretasi. Seleksi yang
dimaksudkan adalah sensasi dan atensi terhadap stimulus (fisik & psikologis) yang ditangkap
oleh indra manusia, kemudian diorganisasikan atau digabungkan dengan stimulus pengetahuan
serta pengalaman masa lalu.
Citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul
sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamanya. Selanjutnya dalam ilmu Psikologi
Komunikasi citra diartikan sebagai penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan
realitas, citra adalah dunia menurut persepsi.Citra yang ada dalam perusahaan / lembaga /
18
organisasi tidaklah sama maka selanjutnya bawah ini disebutkan beberapa jenis image atau citra
yang bisa timbul atau tercipta dalam suatu organisasi menurut Jefkins (1996:17-20), yaitu:
1. Citra Bayangan
Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang-orang dalam (biasanyapimpinan)
mengenai pandangan orang luar terhadap organisasi/perusahaannya. Citra ini cenderung
positif dan bersifat fantasi. Namun karena ketiadaan informasi yang lengkap, maka citra
yang diperoleh itu belum tentu tepat.
2. Citra yang berlaku
Citra yang berlaku adalah citra yang melekat pada orang lain terhadap
organisasi/perusahaan. Citra ini sering tidak sesuai kenyataan, karena semata terbentuk
karena pengalaman atau pengetahuan orang lain yang beleum tentu memadai. Citra ini
cenderung negatif.
3. Citra yang diharapkan
Adalah citra yang diinginkan oleh manajemen namun tidak selalu sama dengan citra
sebenarnya. Biasanya citra yang diharapkan adalah lebih baik dari citra sebenarnya.
4. Citra perusahaan
Citra perusahaan juga sering disebut sebagai citra lembaga yaitu citra dari suatu
organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya.
5. Citra majemuk
19
Citra majemuk adalah citra yang dibentuk oleh masing-masing orang di dalam suatu
perusahaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya dan juga tidak sama dengan citra
organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.
I.6.9 Proses Pembentukan Citra
Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengetiannya
yentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap objek dapat
diketahui dari sikapnya terhadap objek tersebut. Semua sikap bersumber pada organisasi
kognitif-pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Tidak akan ada teori dan sikap atau
aksi sosial yang tidak didasarkan pada penyelidikan tentang dasar-dasar kognitif. Efek kognitif
dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk
berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak
secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita
mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan2.
Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem
komunikasi dijelaskan oleh Danasaputra dalam Soemirat dan Ardianto (2005: 78) sebagai
berikut: “Public relation digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah
pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah adalah
tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi kognisi-
motivasi-sikap.
2 Gema Wirausaha
http://gemawirausaha.blogspot.co.id/2011/05/tentang-pembentukan-citra-image.html
(Akses 9 Agustus 2016)
20
Berdasarkan pemahaman mengenai pembentukan persepsi atau pencitraan, maka
seringkali pembentukan citra lebih bersifat subyektif dan tidak sesuai dengan realitas yang ada.
Oleh karena itu, banyak organisasi kemudian tidak cukup menjalankan program komunikasinya
untuk pembentukan citra, melainkan lebih kepada pembentukan reputasi organisasi. Reputasi
yang berasal dari kata bahasa Inggris Reputation memiliki arti nama baik. Tujuan program
komunikasi PR pada akhirnya tidak hanya membangun atau menciptakan image/citra positif
namun juga membangun kepercayaan terhadap public sehingga mereka percaya dengan apa yang
dilakukan organisasi adalah yang terbaik dan mengharumkan namanya. Reputasi pada akhirnya
dibentuk dari pembuktian yang kuat mengenai apa yang dilakukan organisasi adalah
memberikan yang terbaik bagi publik sasarannya
I.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu juga sangat penting untuk dasar pijakan dalam penyusunan
penelitian. Fungsinya untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan peneliti terdahulu, sekaligus
sebagai perbandingan yang telah dilakukan sebagai perbandingan dan gambaran untuk
mendukung kegiatan penelitian berikutnya. Wulandari (2012) meneliti tentang “Strategi
Komunikasi Komunitas Klub MotorDalam Pembentukan Citra” yaitu penelitian tersebut
membahas mengenai strategi komunikasi komunitas klub motor New Sniper (Solo Ninja
Performance) dalam membentuk citra. Penelitian lain tentang strategi komunikasi juga pernah
dilakukan oleh Margaretha pada tahun 2012. Margaretha (2012) meneliti tentang“Strategi
Komunikasi Dalam Hubungan Pemerintah (Government Relation) Pada Industri Minyak dan Gas
Bumi (Studi Kasus pada PT Moses Petroleum), dimana tujuan penelitian untuk memaparkan dan
member gambaran mengenai strategi komunikasi yang dilakukan Communication officer dalam
membina hubungan dengan pemerintahan.
21
I.8 Kerangka Berpikir
Komunitas “MoVe
Surabaya”
STRATEGI KOMUNIKASI
Anggota Komunitas
MoVe Surabaya
PUBLIC RELATION
Formative
Research
Strategy Tactics Evaluative
Research
22
I.9 Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi strategi komunikasi komunitas klub
motor di Surabaya dalam pembentukan citra. Dalam mengidentifikasi strategi komunikasi
dilakukan studi kasus komunitas klub motor vespa yang ada di Surabaya yaitu MoVe
Surabaya.Pada sub-bab ini akan diuraikan mengenai perencanaan metode analisa penelitian yang
akan digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam penulisan sub-bab ini terdiri dari
tempat dan waktu penelitian, strategi dan jenis penelitian, metode penelitian, populasi dan
jumlah sampel penelitian.
I.9.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pelataran Cafe Starbucks Grandcity Mall Surabaya.Sementara
pelaksanaa penelitian dilakukan selama kurang lebih 3 bulan, dimulai pada bulan Mei hingga
Agustus 2016 dan dilakukan setiap hari Sabtu Jam 19.30 WIB – Selesai.
kendala
Pembentukan Citra Positif Masyarakat
23
I.9.2 Strategi dan Jenis Penelitian
Strategi dalam hal ini merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan
menganalisis data.Strategi yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan analisa
dekriptif.Sementara bentuk penelitian mengenai strategi komunikasi komunitas MoVe Surabaya
dalam pembentukan citra ini menggunakan pendekatan kualitatif.
I.9.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode wawancara.Wawancara dilakukan kepada pengurus dan anggota komunitas MoVe
Surabaya dengan jumlah sebanyak 4 orang terdiri dari ketua, sekretaris dan 2
anggota.Wawancara yang dilakukan terhadap pengurus dan anggota komunitas MoVe Surabaya
selain dengan tujuan untuk mengetahui penilaian masyarakat terhadap komunitas MoVe
Surabaya, juga untuk mengetahui strategi komunikasi komunitas MoVe Surabaya dalam
bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.
I.9.4 Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah.
1. Observasi, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata atau pengamatan
yang meliputi kegiatan, pemusatan perhatian terhadap suatu objek.
24
2. Wawancara yakni dengan melakukan sesi tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung.
3. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar atau karya-karya monumental seseorang.
I.9.5 Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini terdiri dari.
1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek peneliti. Dalam
penelitian ini, data primer didapatkan dari hasil wawancara terhadap responden terpilih.
2. Data sekunder, data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek yang diteliti. Data
sekunder didapatkan dari hasil kajian terhadap beberapa jurnal, buku, maupun karya-
karya ilmiah yang dipublikasikan sebelumnya sesuai tema penelitian.
I.9.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data induktif yang
terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.Empat tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
25
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dari beberapa informan
kemudian dicatat dan dikumpulkan. Data tersebut berisi tentang hasil tanya jawab
dengan informan yang ditulis secara lengkap jawaban-jawaban dari pertanyaan dalam
penelitian tersebut, kemudian akan menjadi data kasar yang perlu diproses.
2. Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dari hasil penelitian. Proses ini juga dinamakan
transformasi data yang mengubah data kasar yang muncul dari hasil penelitian
kemudian dijadikan data halus dan siap pakai. Pada proses ini peneliti membuat
ringkasan maupun pengelompokan setelah sebelumnya dibuat transkrip dari hasil
wawancara.
3. Penyajian Data
Penyajian data merupakan proses dengan tujuan membuat data menjadi semakin
menarik dan mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Penyajian data ini dapat
dilakukan dalam bentuk teks, uraian singkat, bagan, ataupun jaringan.Penyajian data
dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk teks deskriptif yang bersumber data hasil
penelitian.Peneliti juga mengkaitkan data hasil penelitian dengan beberapa teori yang
berkaitan dengan penelitian ini.
4. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan proses untuk merangkum data-data yang telah
direduksi ataupun telah disajikan. Tahap ini merupakan interpretasi peneliti, dimana
peneliti menggambarkan makna dari data yang ditampilkan.
26
BAB II
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
2.1 Gambaran Umum Komunitas Vespa
Vespa adalah merek sepeda motor jenis skuter yang berasal dari Italia. Perusahaan induk
dari vespa adalah Piaggio dimana produksinya dimulai sekitar tahun 1945. Pada awal
kedatangannya vespa mempunyai saingan berat yaitu skuter Lambretta, namun sekarang vespa
telah menjadi motor skuter konvensional yang tidak mempunyai saingan lagi. Vespa juga
termasuk transportasi yang ekonomis, karena harganya yang relatif murah namun tetap
berkualitas, akan tetapi semakin tua tahun pembuatan vespa, akan semakin mahal pula harga
vespa tersebut.
27
Gambar II.1Contoh Vespa
Sampai saat ini sudah puluhan varian vespa yang terdapat di Indonesia dari yang paling
tua hingga yang paling baru.Demam vespa di tanah air sangat di pengaruhi oleh “Vespa
Congo”.Menurut sejarahnya, vespa ini merupakan vespa yang diberikan sebagai Penghargaan
oleh Pemerintah Indonesia terhadap Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang bertugas di
Congo.Setelah banyak vespa Congo berkeliaran di jalanan, mulailah vespa menjadi salah satu
pilihan kendaraan roda dua di Indonesia.
Scooterist begitulah sebutan dari para penggemar dan pengendara dari sepeda vespa yang
nyentrik ini. Terlihat dari banyaknya scooterist yang ada, maka di Indonesia sepeda motor ini
seakan-akan sudah menjadi icon di berbagai kota. Sehingga dari kegemaran tersebutlah para
scooterist mendirikan suatu wadah untuk mengapresiasikan gaya mereka atau yang biasa kita
sebut sebagai komunitas. Gaya hidup komunitas vespa lebih berorientasi pada kebebasan.
Ekspresi gaya hidup komunitas vespa ditampilkan melalui penampilan para scooterist, seperti
cara berpakaian, model rambut, gaya berbicara, dan kebiasaan yang tampak dari para scooterist
serta model vespa yang mereka tunggangi.
Gambar II.2Contoh Komunitas Vespa
28
Berdasarkan tipe vespa yang digemari, terdapat beberapa jenis komunitas
vespa.Komunitas vespa antik merupakan komunitas vespa yang lebih mengedepankan keantikan
atau keelokan vespa yang dimiliki, baik secara fisik maupun mesin.Terdapat pula komunitas
vespa ekstrem yang berbeda dari komunitas vespa antik. Komunitas inibiasanya lebih cenderung
sebagai komunitas yang lebih mengedepankan kreativitas anggotanya dalam hal modifikasi
vespa, contohnya membuat vespa menjadi bentuk lain seperti mobil hingga membuat vespa
menjadi vespa gembel dimana vespa tersebut hampir tidak terlihat seperti vespa pada umumnya.
Adapula komunitas vespa modern dimana komunitas ini merupakan komunitas dengan anggota
yang lebih cenderung menggemari vespa atau scooter dengan tipe modern dan masa kini.
Gambar II.3Contoh Komunitas Vespa Ekstrem
Selain didasarkan pada tipe vespa yang digemari, komunitas vespa juga dibedakan
berdasarkan batas lokasi atau wilayah geografis dengan batas-batas tertentu.Faktor utama yang
29
menjadi dasar terbentuknya komunitas vespa sesuai dengan wilayah geografis adalah interaksi
yang lebih besar diantara anggota komunitas dalam satu wilayah dibandingkan dengan interaksi
dengan penggemar vespa lain yang berada di luar batas wilayahnya. Hal ini dapat dilihat dari
adanya komunitas vespa yang tersebar di berbagai kota dan provinsi di Indonesia. Komunitas-
komunitas vespa tersebut biasanya menggunakan nama kota atau wilayahnya sebagai nama akhir
komunitas vespa mereka.
Para anggota komunitas vespa pada umumnya memiliki rasa solidaritas yang tinggi antar
anggota yang semakin terpupuk dengan adanya kesamaan dalam mengendarai vespa dan
kesamaan dalam mengetahui bagaimana suka duka yang dialami dalam memiliki vespa.Hal ini
dibuktikan dengan seringnyapara anggota komunitasvespa dalam menolong sesama pengguna
vespa di jalan dan seringnya para anggota komunitas untuk berkumpul untuk hanya sekedar
bertukar informasi mengenai vespa ataupun untuk mempererat persaudaraan antar sesama
pecinta vespa.
2.2 MoVe Surabaya
MoVe (Modern Vespa) Surabaya merupakan komunitas vespa yang merupakan bagian
dari MoVe Indonesia. MoVe Indonesia berdiri pada 23 September 2011 oleh para pecinta vespa
modern yang saat ini sudah memiliki sub-komunitas yang tersebar di berbagai kota dan provinsi
di Indonesia diantaranya seperti MoVe Malang, MoVe Jakarta, MoVe Bandung, MoVe
30
Semarang, MoVe Yogyakarta, dan MoVe Bali. Komunitas MoVe Indonesia ini berawal dari
sebuah grup BBM yang dibentuk antar sesama pecinta vespa modern.
Berdirinya MoVe Surabaya, berawal dari diadakannya Jambore Nasional (Jamnas) untuk
para pecinta vespa yang bertempat di Bromo.Kegiatan ini membuat para scooterist yang ada di
Surabaya untuk berkumpul sebagai panitia Jamnas di Bromo. Sehingga dari hal tersebut para
scooterist di Kota Surabaya,khususnya pecinta vespa modern memutuskan untuk membentuk
komunitas MoVe Surabaya. Terdapat beberapa alasan yang membuat MoVe Surabaya memilih
vespa modern untuk komunitas mereka.Salah satunya adalah jika dibandingkan dengan vespa
klasik yang lebih mementingkan orisinalitas kendaraan, biaya perawatan dari vespa modern jauh
lebih terjangkau.Hal ini dikarenakan mesin ataupun bagian vespa klasik lainnya yang orisinil
tidak terdapat di Indonesia, yang membuat pemiliknya harus membeli dari Italia sehingga
menghabiskan biaya yang cukup mahal.Selain itu, vespa modern juga tidak mudah mogok jika
digunakan untuk perjalanan jauh, mengingat dalam komunitas MoVe Surabaya salah satu agenda
yang dimiliki adalah touring.
Jika dilihat dari jenis komunitas, MoVe Surabaya merupakan komunitas dengan anggota
yang lebih cenderung menggemari vespa atau scooter dengan tipe modern dan masa kini, dimana
anggotanya berasal dari satu wilayah yaitu Kota Surabaya.Layaknya sebuah komunitas, MoVe
Surabaya juga memiliki struktur tersendiri dalam mempertahankan komunitas mereka.Struktur
komunitas yang dibangun oleh komunitas ini berbasis independen.Karena memiliki struktur yang
independen, struktur yang terdapat pada komunitas MoVe Surabaya tidak terlalu formal dan
aturan yang tercipta dalam komunitas tidak terlalu mengikat atau mengharuskan segala hal bagi
anggota yang tergabung didalamnya.
31
Seperti pada komunitas lainnya, MoVe Surabaya juga memiliki struktur
kepengurusandalam menjalankan komunitasnya.Struktur kepanitiaan tersebut antara lain adalah
ketua, sekretaris dan penasihat. Kepengurusan sebagai ketua dalam komunitas MoVe Surabaya
memiliki periode yang cukup pendek yaitu satu tahun.Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
setiap anggota dapat merasakan tanggung jawab sebagai ketua.Ketua komunitas dipilih melalui
musyawarah mufakat. Struktur kepengurusan untuk periode 2016-2017 antara lain:
1. Ketua : Fido
Program kerja yang dimiliki ketua untuk kepengurusan 2016-2017 yaitu:
a. Merapikan data anggota
b. Mensukseskan acara intern maupun ekstern
c. Mempererat tali persaudaraan
2. Sekretaris : Bagus Aryan
3. Penasihat : Agus Nadi
Bapak Agus Nadi selain sebagai anggota juga merupakan penasihat tetap, karena
merupakan anggota MoVe Surabaya yang paling tua dan berpengalaman dibandingkan
dengan anggota lainnya.
Persyaratan bagi pecinta vespa khususnya vespa modern di Surabaya yang ingin
bergabung untuk menjadi anggota komunitas MoVe Surabaya cukup mudah, yaitu hanya dengan
mengumpulkan fotocopy KTP dan SIM.Kemudahan untuk menjadi anggota membuat MoVe
Surabaya memiliki anggota yang cukup besar sampai saat ini yaitu sejumlah 146 orang
anggota.Walaupun cara masuk komunitas ini cukup mudah, namun anggota MoVe Surabaya
harus tetap menjaga nama baik komunitasnya dengan selalu sopan dan tertib saat berkendara,
serta tidak memicu konflik baik dengan komunitas motor yang lain ataupun masyarakat sekitar.
32
Konsekuensi bagi anggota yang melanggar adalah akan mendapatkan teguran halus hingga
dikeluarkan keanggotaannya dari MoVe Surabaya.
Anggota MoVe Surabaya berasal dari kalangan yang terpelajar dari yang masih menjadi
siswa SMA, mahasiswa, maupun yang sudah memiliki pekerjaan.Para anggota umumnya berasal
dari kalangan ekonomi menengah ke atas mengingat dalam pembelian maupun perawatan vespa
modern membutuhkan biaya yang tidak sedikit walaupun tidak semahal vespa klasik. Latar
belakang sosial yang dimiliki, menunjukkan bahwa anggota komunitas merupakan warga yang
beretika dan jauh dari kata “urakan” yang selama ini menjadi anggapan masyarakat untuk
komunitas motor.
Komunitas MoVe Surabaya memiliki kegiatan-kegiatan baik yang rutin maupun yang
insidental dan juga baik dalam intern komunitas MoVe Surabaya, dengan komunitas vespa yang
lain maupun dengan masyarakat sekitar. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain yaitu:
1. Kopi Darat (Kopdar)
Kopdar MoVe Surabaya merupakan kegiatan rutin yang diadakan setiap hari Jumat dari
pukul 19.30 hingga selesai.Kegiatan ini biasa dilakukan di Cafe Starbucks, Grandcity
Mall Surabaya.Kopdar merupakan kegiatan yang lebih bersifat intern, dimana kegiatan
ini bertujuan untuk mempererat persaudaraan antar anggota MoVe Surabaya.Selain itu,
selama kopdar para anggota juga dapat melakukan sharing dan berbagi ilmu mengenai
vespa modern maupun hal-hal lainnya.
33
Gambar II.4Kopdar MoVe Surabaya di Cafe Starbucks Grandcity Mall
2. Keliling Kota Surabaya
Kegiatan ini juga merupakan kegiatan yang rutin dilakukan selesai kegiatan kopdar. Rute
dari kegiatan keliling kota Surabaya berawal dari Grandcity kemudian melewati
Jl.Pemuda lalu belok keJl. Yos Sudarso. Rute selanjutnya setelah Jl. Yos Sudarso belok
ke Jl. Wali Kota Mustajab dan kemudian menuju ke Jl. Genteng Kali melewati Siola
lurus kearah Tugu Pahlawan.Setelah itu melewati kantor Gubernur lalu lurus kearah Jl.
Tunjungan melewati hotel Majapahit dan akhirnya berpisah masing-masing.
3. Kegiatan pada bulan puasa
Selain melakukan kegiatan untuk mempererat solidaritas anggota, MoVe Surabaya juga
melakukan kegiatan sosial khususnya pada bulan puasa.Kegiatan ini selain digunakan
sebagai sarana untuk membantu masyarakat sekitar, juga dilakukan dengan tujuan untuk
lebih memperkenalkan komunitas MoVe Surabaya pada masyarakat sekitar di lingkungan
Kota Surabaya. Kegiatan yang dilakukan selama bulan puasa antara lain adalah:
a) Bagi-bagi takjil
34
b) Memberikan santunan ke Panti Asuhan
c) Buka puasa bersama
4. Touring
Kegiatan touring yang dilakukan MoVe Surabaya terdiri dari kegiatan touring jarak dekat
maupun jarak jauh.Kegiatan touring tersebut terkadang juga dilakukan bersama dengan
komunitas MoVe dari daerah lainnya ataupun komunitas vespa jenis lainnya.
Gambar II.5Kegiatan Touring MoVe Surabaya
5. Jambore Nasional
Kegiatan ini merupakan kegiatan ekstern yang diikiuti komunitas dengan penggemar
vespa lainnya dari berbagai daerah.Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan rasa
persaudaraan antar pengguna vespa.Kegiatan ini diadakan diberbagai tempat berbeda di
Indonesia untuk setiap tahunnya.
35
Dalam mempererat solidaritas antar anggota MoVe Surabaya selain dengan bertemu
langsung melalaui kopdar ataupun turing, dalam komunitas ini juga digunakan media sosial
berupa grup dengan aplikasi whatsapp dan line.Melalui dua aplikasi ini komunikasi antar
anggota komunitas menjadi lebih mudah. MoVe Surabaya juga menggunakan media sosial
instagram, facebook, dan twitter untuk lebih mengenalkan diri kepada masyarakat non
komunitas MoVe Surabaya ataupun masyarakat lainnya yang bukan pecinta kendaraan vespa.
Melalui aplikasi-aplikasi ini, masyarakat umum dapat melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan
MoVe Surabaya dari foto-foto yang diunggah.
Gambar II.6 Logo yang Digunakan Pada Foto Profil Facebook MoVe Surabaya
42
BAB III
ANALISA DATA
3.1 Penyajian Data
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola strategi komunikasi komunitas klub
motor vespa dalam pembentukkan citra di masyarakat. Dalam beberapa teori yang digunakan,
strategi komunikasi terdapat 4 tahap, yakni Formative Research, Strategy, Tactics, dan
Evaluating Research.
Penyajian data yang digunakan untuk analisis dan pembahasan mengenai 4 tahapan
strategi komunikasi dilakukan terhadap hasil jawaban informan kunci (IK) dari wawancara yang
dilakukan sebelumnya. Wawancara ini merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap mukaantara pewawancara dengan informan
atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.
Selain itu, wawancara berfungsi untuk data penelitian, wawancara yang dilakukan digunakan
sebagai sarana untuk mengamati secara langsung kegiatan ataupun aktifitas-aktifitas yang
dilakukan anggota klub motor dalam komunitasnya.
Komunitas MoVe Surabaya memiliki kegiatan-kegiatan baik yang rutin maupun yang
insidental dan juga baik dalam intern komunitas MoVe Surabaya, dengan komunitas vespa yang
lain maupun dengan masyarakat sekitar. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain yaitu:
43
1. Kopi Darat (Kopdar)
Kopdar MoVe Surabaya merupakan kegiatan rutin yang diadakan setiap hari Jumat dari
pukul 19.30 hingga selesai.Kegiatan ini biasa dilakukan di Cafe Starbucks, Grandcity
Mall Surabaya.Kopdar merupakan kegiatan yang lebih bersifat intern, dimana kegiatan
ini bertujuan untuk mempererat persaudaraan antar anggota MoVe Surabaya. Selain itu,
selama kopdar para anggota juga dapat melakukan sharing dan berbagi ilmu mengenai
vespa modern maupun hal-hal lainnya
2. Keliling Kota Surabaya
Kegiatan ini juga merupakan kegiatan yang rutin dilakukan selesai kegiatan kopdar. Rute
dari kegiatan keliling kota Surabaya berawal dari Grandcity kemudian melewati
Jl.Pemuda lalu belok keJl. Yos Sudarso. Rute selanjutnya setelah Jl. Yos Sudarso belok
ke Jl. Wali Kota Mustajab dan kemudian menuju ke Jl. Genteng Kali melewati Siola
lurus kearah Tugu Pahlawan.Setelah itu melewati kantor Gubernur lalu lurus kearah Jl.
Tunjungan melewati hotel Majapahit dan akhirnya berpisah masing-masing.
3. Touring
Kegiatan touring yang dilakukan MoVe Surabaya terdiri dari kegiatan touring jarak dekat
maupun jarak jauh.Kegiatan touring tersebut terkadang juga dilakukan bersama dengan
komunitas MoVe dari daerah lainnya ataupun komunitas vespa jenis lainnya.
Selain beberapa aktifitas yang sudah dilakukan secara rutin, komunitasMoVe juga
memiliki cara lain dalam mempererat solidaritas antar anggota MoVe Surabaya yakni
menggunakan media sosial berupa grup dengan aplikasi whatsapp dan line. Melalui dua aplikasi
ini komunikasi antar anggota komunitas menjadi lebih mudah. MoVe Surabaya juga
menggunakan media sosial instagram dengan akun @movesurabaya, facebook
44
(www.facebook.com/move.surabaya), twitter dengan akun @movesurabaya, dan juga email
([email protected]) untuk lebih mengenalkan diri kepada masyarakat non komunitas
MoVe Surabaya ataupun masyarakat lainnya yang bukan pecinta kendaraan vespa. Dalam
mempererat solidaritas antar anggota MoVe Surabaya selain dengan bertemu langsung melalaui
kopdar ataupun turing, dalam komunitas ini juga digunakan media sosial berupa grup dengan
aplikasi whatsapp dan line.Melalui dua aplikasi ini komunikasi antar anggota komunitas menjadi
lebih mudah. MoVe Surabaya juga menggunakan media sosial instagram dengan akun
@movesurabaya, facebook (www.facebook.com/move.surabaya), twitter dengan akun
@movesurabaya, dan juga email ([email protected]) untuk lebih mengenalkan diri
kepada masyarakat non komunitas MoVe Surabaya ataupun masyarakat lainnya yang bukan
pecinta kendaraan vespa.
Setelah penulis mengamati cara bersosialisasi dan berkomunikasi komunitas ini, terlihat
bahwa anggota klub motor bersikap sewajarnya dengan masyarakat pada umumnya dan dapat
memposisikan di tengah-tengah masyarakat. Tapi ketika melakukan pengamatan mengenai cara
pandang masyarakat, kebanyakan cara pandang masyarakat terhadap klub motor selalu negatif.
3.2 Profil Informan Kunci
Informan kunci (IK) merupakan narasumber kunci yang memiliki kriteria berikut
(Bungin, 2001).
1. Orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan permasalahan
yang diteliti.
2. Orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas mengenai masalah yang
diteliti
45
Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi latar belakang penelitian dan berkewajiban secara sukarela menjadi tim
anggota penelitian walaupun hanya bersifat informal.
Dalam penelitian ini, penulis menentukan bahwa akan menjadi informan kunci dan akan
diwawancara sebanyak 4 orang anggota klub motor vespa, diantaranya adalah.
1. Saudara Fido, merupakan ketua klub motor vespa. Beliau merupakan narasumber yang
sudah memiliki pengalaman yang cukup lama didalam komunitas motor vespa. Selain itu
juga memiliki tugas dan tanggung jawab dalam setiap aktifitas komunitas motor dengan
stake holder.
2. Sekretaris, Bagus Aryan
3. Anggota 1, Agus Nadi (Penasihat)
4. Anggota 2, Nawi
3.3 Strategi Komunikasi
Dalam analisa dan pembahasan mengenai strategi komunikasi yakni Formative Research
(pencarian informasi dan analisa situasi), Strategy (rencana dalam mencapai tujuan),
Tactics(pemilihan teknik komunikasi yang digunakan), dan Evaluative Research(mengetahui
efektivitas taktik komunikasi yang digunakan). Berdasarkan tahapan tersebut analisa dan
pembahasan dapat dijabarkan melalui beberapa pertanyaan diantaranya mengetahui bagaimana
cara anggota MoVe Surabaya dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan masyarakat
(Tactics), bagaimana anggota MoVe Surabaya menyikapi beraneka ragamnya pendapat
masyarakat terhadap komunitas motor (Formative Research), program-program yang menjadi
46
andalan MoVe Surabaya dalam usaha pembentukkan citra yang positif (Strategy), dan
bagaimana penerimaan masyarakat terhadap MoVe Surabaya (Evaluating Research).
3.3.1 Formative Research
Dalam pembahasan mengenai Formative Research (pencarian informasi dan analisa
situasi), komunitasMoVe Surabaya tidak terlepas dari pendapat dan penilaian yang sangat
beragam yang berkembang dalam masyarakat mengenai komunitas motor. Dalam menganalisa
hal ini peneliti memberikan pertanyaan tentang “Pendapat Anggota Tentang Beraneka Ragam
Pandangan Masyarakat”, dan “Sikap anggota dalam bersosialisai dengan lingkungan yang
berbeda-beda dari setiap lapisan masyarakat”
Dalam pertanyaan mengenai pendapat anggota tentang beraneka ragamnya pandangan
masyarakat, secara garis besar anggota klub MoVe menyadari bahwa komunitasnya juga
mendapat kritik negatif di masyarakat. Dimana IK (informan kunci) 1 dan IK 4 menyatakan
bahwa sebagai komunitas kita tetap menerima kritik ataupun saran baik itu positif ataupun
negatif, yang terpenting sebagai komunitas,MoVe Surabaya tetap harus bersikap positif
dimanapun berada.
Pendapat IK 2 mengenai beraneka ragamnya pendapatan masyarakat baik positif maupun
negatif yaitu
“Semua itu wajar ketika masyarakat luas memandang komunitas motor itu negatif. Tapi tidak
semua komunitas motor negatif, contohnya komunitas saya Klub Motor Vespa Move, saat
dijalan raya komunitas saya tidak menunjukan sifat yang urakan atau ugal-ugalan dijalan raya,
para anggota Vespa Move selalu menaati rambu-rambu lalu lintas yang ada. Para anggota
Vespa Move juga tidak pernah mengadakan balap liar dijalan raya.Jikapun ada anggota yang
47
ingin balapan, mereka selalu ikut balapan resmi.Komunitas kamipun juga selalu bersikap
positif, misalnya melakukan baksos (bakti sosial), memberikan santunan dan bantuan terhadap
masyarakat yang mengalami musibah bencana alam”.
Sementara itu, IK 3 menyatakan “Semua orang punya hak untuk berpendapat, jadi kita
tanggapi dengan positif biar stigma masyarakat tentang klub motor bisa terbuka, karena klub
motor beda dengan geng motor”.
Dalam pertanyaan “sikap anggota dalam bersosialisai dengan lingkungan yang berbeda-
beda dari setiap lapisan masyarakat”.IK 1 menyatakan “Sebagai anggota kita tetap menerima
dan tidak terlalu dibawa susah omongan orang lain atau pandangan yang berbeda-beda setiap
masyarakat. Jadi kayak misal orang bilang A yasudah kita denger aja, walaupun tidak tau itu
fakta atau bukan”
IK 2 menyatakan “Didalam klub, saya selalu berusaha untuk melalukan hal-hal yang
positif. Selalu bersikap ramah dan suka bergaul dengan semua anggota yang ada.begitu juga
dengan klub Vespa Move selalu berusaha untuk melakukan hal-hal yang positif dengan cara
bersosialisasi dengan masyarakat maupun sesama komunitas klub yang ada. Terkadang
pemikiran tentang citra komunitas klub motor itu selalu dianggap negatif. Saya selaku anggota
berusaha untuk menunjukkan kepada masyarakat maupun komunitas lain bahwa klub motor itu
tidak selalu negatif. Saya sebagai anggota juga bisa menempatkan diri saya ketika saya sedang
berada didalam klub atau saat saya sedang ada ditengah-tengah masyarakat yang heterogen.”
IK 3 menyatakan “Sikap saya sebagai anggota klub, menanggapi dengan dingin dan
mecoba masuk dalam masyarakat dan mencoba merubah stigma masyarakat yg negatif terhadap
klub motor”.
48
3.3.2 Strategy
Dalam tahapan strategi, komuitas memiliki beberapa strategi untuk tujuan membentuk
citra positif di masyarakat.Strategi ini tertuang dalam beberapa program kerja yang dijalankan
oleh komunitas klub MoVe.Program kerja klub Move diantaranya kopi darat (kopdar) rutin,
sarapan pagi bersama setiap minggu, bakti sosial, touring, dan rapat koordinasi.
“Program komunitas saya ya setiap jumat selalu ada kopdar rutin, kemudian
diadakannya touring jarak pendek dan jarak panjang (tergantung keputusan dari rapat),
kemudian kita ada sarapan pagi setiap minggu”, ujar Informan Kunci 1.
Sementara menurut IK 3 Program-program yang sudah di jalankan rapat koordinasi, bakti
social, touring.
3.3.3 Tactics
Dalam tahapan taktis, peneliti memberikan pertanyaan mengenai “cara anggota klub
MoVeberkomunikasi dan bersosialisasi dengan masyarakat”.Pemilihan taktik berkomunikasi
sangat penting dalam membentuk citra pada masyarakat. Dalam hasil wawancara dengan
informan kunci diperoleh, IK 1 menyatakan bahwa untuk berkomunikasi dan bersosialisasi
anggota klub motor selalu diarahkan untuk terbuka dengan masyarakat.
“Setiap kita nongkrong dimanapun dan mengadakan acara dimanapun kita selalu terbuka ke
masyarakat saat masyarakat bertanya 'kita ini siapa?' atau masyarakat bertanya tentang motor
yang kita pakai” ujarnya.
IK 2 lebih menekankan bahwa dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan
masyarakat, dilakukan dengan normal, tanpa ada hambatan dalam pergaulan, baik dengan teman,
49
keluarga maupun masyarakat lainnya.Menurut IK 3 dan IK 4 dalam komunikasi dan
bersosialisasi dengan masyarakat dilakukan dengan pengenalan komunitas biasanya dimana hal
ini dilakukan melalui kegiatan “nongkrong" bersama anggota komunitas, dimana pengenalan
dilakukan terhadap masyarakat di sekitar tempat berkumpul.
Selain dari pertanyaan mengenai “cara anggota MoVeSurabaya berkomunikasi dan
bersosialisasi dengan masyarakat” untuk mengetahui taktik klub MoVe dalam berkomunikasi
dengan masyarakat juga ditanyakan mengenai “faktor pendukung komunitas Klub MoVe”.
Berdasarkan hasil wawancara juga didapatkan bahwa menurut IK 1 untuk berkomunikasi dengan
masyarakat MoVe Surabaya menggunakan media sosial.
“Faktor pendukung komunitas banyak apalagi sekarang kan ada media sosial. Jadi kita
diuntungkan dari situ, karena setiap acara apa atau kegiatan apa yang kita ikutin selalu kita
update tuh di media sosial, bisa lewat ig bisa lewat line atau pun bisa lewat anggota kita. Dari
situ bisa berkomunikasi dengan masyarakat luas”.
3.3.4 Evaluating Research
Dalam tahapan evaluating research, untuk mengetahui efektivitas taktik komunikasi yang
digunakan, peneliti memberikan beberapa pertanyaan yang secara tidak langsung dapat
menjawab tahapan ini.Diantara pertanyaan tersebut adalah “apakah anda sering berkomunikasi
dengan lingkungan disekitar anda?”, “faktor penghambat dan pendukung Komunitas Klub Motor
Vespa MoVe”, dan “apakah lingkungan sekitar anda menerima bahwa anda adalah anak motor?”
Berdasarkan beberapa pertanyaan yang diajukan dalam proses wawancara diperoleh, IK 1
menyatakan bahwa secara pribadi mengaku sering berkomunikasi dengan masyarakat dimana
penilaian masyarakat terhadap IK 1 sangat postif.
50
“Ya sering.Tidak semua orang melihat saya sebagai anak motor. Kebanyakan orang
melihatnya sebagai anak komunitas”
Sementara IK 3 menyatakan “Lumayan sering dan lingkungan sekitar saya menerima
dengan keberadaan komunitas”.
Selain itu, tahapan evaluating research dapat dilihat dari jawaban hasil wawancara untuk
pertanyaan faktor penghambat dan pendukung komunitas klub MoVe dalam membentuk citra di
masyarakat.Menurut IK 1 faktor penghambat klub MoVe dalam berkomunikasi tidak ada
sementara faktor pendukung banyak diantara melalui media social.
“Kalau penghambat menurut saya tidak ada, kalau pendukung banyak apalagi sekarang
kan ada media sosial. Jadi kita diuntungkan dari situ, karena setiap acara apa atau kegiatan
apa yang kita ikutin selalu kita update tuh di media sosial, bisa lewat ig bisa lewat line atau pun
bisa lewat anggota kita. Dari situ bisa berkomunikasi dengan masyarakat luas”.
Sementara itu IK 3 menyatakan “faktor penghambat : stigma negative masyarakat
terhadap komunitas motor faktor pendukung: banyak masyarakat indonesia dan surabaya
khususnya sangat menerima atas eksistensi klub motor vespa”.
Menurut IK 2 menyatakan bahwa strategi yang digunakan dalam berkomunikasi dengan
masyarakat memberikan dampak yang cukup positif meskipun masih terdapat beberapa hal
negatif yang diterima klub MoVe.
“Sejauh ini belum ada faktor penghambat antara komunitas saya dengan masyarakat
mbak.Adanya faktor pendukung itu pasti.masyarakat bisa menerima adanya komunitas kami
ditengah-tengah masyarakat dan masyarakat juga mendukung kegiatan positif untuk selalu
bersosialisasi dengan masyarakat luas.Meskipun ada penolakan, saya anggap itu sebagai kritik
dan saran untuk member motivasi terhadap komunitas saya”.
51
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
MoVe Surabaya beranggotakan pecinta vespa dari berbagai kalangan dan usia mulai dari
pelajar/mahasiswa dan karyawan, dari yang berusia remaja hingga yang sudah berkeluarga, serta
dari laki-laki maupun perempuan. Sebagai sebuah komunitas, MoVe Surabaya memiliki tujuan
dan aturan-aturan yang dibuat sendiri dan merupakan konstribusi arus informasi di antara
anggota sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas
dan melekat. MoVe Surabaya merupakan komunitas yang tidak menonjolkan ego individu, tetapi
lebih untuk membentuk persaudaraan dalam satu komunitas guna mempererat tali persaudaraan
antara sesama penggemar vespa.
Oleh karena itu, berdasarkan jawaban yang dikemukan oleh informan kunci dapat
dijabarkan langkah-langkah yang diambil oleh MoVe Surabaya dalam membentuk citra positif
dalam masyarakat yaitu:
1. Formative Research
Fase ini merupakan proses pendahuluan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dan
menganalisa situasi yang dihadapi komunitas MoVe Surabaya. Dalam fase ini terdapat tiga
tahap yakni analisis situasi, analisis organisasi dan analisis publik.
a. Analyzing the situation (menganalisa situasi)
Tujuan positif untuk menyalurkan hobi dalam sebuah wadah yang dimiliki oleh
komunitas MoVe Surabaya tidak lantas mendapatkan pandangan yang sependapat dari
masyarakat. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa kondisi di masyarakat
sebagian memandang sama antara komunitas motor dan geng motor. Masyarakat
52
beranggapan bahwa anak vespa identik dengan hal-hal negatif. Tak bisa dipungkiri, hal
ini merupakan imbas dari stigma negatif geng motor sehingga komunitas motor lainnya
terhukum oleh hal-hal yang juga negatif (Permana, 2011: 1). Persepsi buruk yang
diberikan oleh masyarakat misalnya selalu ngebut saat berkendara, atau sering melakukan
kumpul antar anggota yang dianggap kurang kerjaan, dan touring baik dalam atau luar
yang dianggap kurang kerjaan dan mengganggu pengguna jalan yang lain.
Berdasarkan situasi yang berkembang di masyarakat, terdapat pandangan bahwa
semua komunitas motor memiliki citra yang negatif dimana para anggotanya terkesan
kurang menjaga kesopanan, tidak menaati peraturan dan sering mengganggu masyarakat
sekitar khususnya saat berkendara. Hal ini dikhawatirkan membuat masyarakat memiliki
pandangan yang sama terhadap MoVe Surabaya.
Meskipun komunitas motor sering menerima tudingan dari masyarakat yang
bersifat negatif, namun para anggota komunitas motor vespa tidak lantas terpengaruh dan
menjadikan mereka berperilaku buruk karena terbawa oleh cap negatif yang diberikan
masyarakat. Hal ini dikarenakan tujuan utama para anggota adalah untuk menyalurkan
hobi dan kecintaan terhadap kendaraan vespa serta meningkatkan solidaritas antar
anggota komunitas.
b. Ananlyzing the organization (menganalisa organisasi)
Pada tahap ini diperlukan pengamatan yang tepat terhadap tiga aspek komunitas yaitu
lingkungan internalnya (misi,performance, dan sumber daya komunitas), reputasi dan
lingkungan eksternalnya.Seperti yang telah dijelaskan bahwa anggota MoVe Surabaya
berasal dari kalangan yang terpelajar dan beretika.Para anggota juga selalu menjaga
53
kesopanan dan tidak mengadakan kumpul di sembarang tempat karena komunitas ini
sudah memiliki tempat khusus yaitu Cafe Starbucks di Grandcity Mall.
Pada dasarnya sikap para anggota komunitas tidak sebebas penampilan
mereka.Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan terutama touring mereka tetap mentaati
peraturan yang berlaku dijalan.Para anggota juga tetap menjaga kesopanan saat
berkomunikasi dengan masyarakat, dan juga selalu menjaga kebersihan lingkungan pada
setiap tempat pemberhentian saat melakukan touring baik jarak dekat maupun jarak jauh.
c. Analyzing the public (menganalisa publik)
Merupakan tahap untuk mengidentifikasi dan menganalisa publik yang menjadi
sasaran. Menurut para anggota, selama ini masyarakat sekitar tidak pernah memberikan
komentar negatif atau kritikan secara langsung terhadap MoVe Surabaya.Pandangan
negaif hanya ditujukan untuk klub motor pada umumnya.
Hal ini dikarenakan strategi komunikasi komunitas MoVe Surabaya yang tepat
dan sesuai klub motor MoVe untuk dapat memperbaiki reputasi dan mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat sehingga citra positif komunitas motor MoVe Surabaya
dapat tercapai. Sehingga hal ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk dapat menjaga
eksistensi dan keberlangsungan dari program-program dan kegiatan-kegiatan rutin
maupun insidental yang dimiliki oleh MoVe Surabaya seperti kumpul intern antar
anggota yang biasanya dituangkan dalam kopdar rutin, touring intern baik jarak dekat
maupun jauh, serta touring bersama dengan komunitas MoVe lainnya yang ada di
Indonesia.
2. Strategy
54
Strategi merupakan keseluruhan rencana organisasi, meliputi apa yang ingin dicapai dan
bagaimana cara mencapainya. Strategi memiliki tiga tahap, yakni menetapkan tujuan dan
sasaran,memformulasikan aksi dan strategi respon, kemudian menggunakan komunikasi
efektif.
a. Establishing goals and objectives (menentukan sasaran dan objektif)
Tahap ini dapat membuat komunitas MoVe Surabaya mengembangkan objektif yang
jelas, spesifik dan terukur (measurable) sesuai dengan yang diinginkan.Dalam
menciptakan citra positif, sasaran yang dituju adalah masyarakat sekitar khususnya yang
ada di wilayah Surabaya.Hal ini dikarenakan, tujuan komunitas hanya dapat tercapai
apabila komunitas tersebut dapat hidup berdampingan dengan baik dengan lingkungan di
sekitarnya.
b. Formulating action and response strategies (memformulasikan aksi dan respon)
Tahap ini merupakan tahap dimana antara kegiatan atau aksi dipadukan dengan respon
yang akan diterima.Pada tahap ini, aksi yang dilakukan komunitas MoVe Surabaya
dengan menjaga komunikasi, baik komunikasi internal maupun eksternal.
c. Using effective communication (menggunakan komunikasi yang efektif)
Pada tahap ini komunikasi dilakukan semaksimal mungkin, dimana tujuan dari
komunikasi internal adalah untuk selalu memantau para anggota untuk selalu menjaga
sikap dalam berhubungan dengan masyarakat.Sementara itu, komunikasi eksternal
dengan masyarakat ditujukan untuk lebih mengenalkan komunitas MoVe Surabaya
sebagai komunitas yang jauh dari hal-hal negatif.
3. Tactics
55
Pada fase ini terdiri dari pemilihan taktik komunikasi yang akan digunakan dan melakukan
implementasi rencana strategis yang sudah disusun.
a. Choosing communication tactics (memilih taktik komunikasi)
Taktik yang digunakan untuk melakukan komunikasi internal yaitu dengan bertatap
muka secara langsung melalui kopdar dan touring, serta dengan sarana media sosial yaitu
grup whatsapp dan Line.Sementara itu, taktik dalam komunikasi eksternal juga dilakukan
dengan secara langsung dan menggunakan sarana media sosial yaitu melalui akun
facebook ataupun instagram.
Kopdar MoVe Surabaya merupakan kegiatan rutin yang diadakan setiap hari Jumat
dari pukul 19.30 hingga selesai.Kegiatan ini biasa dilakukan di Cafe Starbucks, Grandcity
Mall Surabaya.Kopdar merupakan kegiatan yang lebih bersifat intern, dimana kegiatan
ini bertujuan untuk mempererat persaudaraan antar anggota MoVe Surabaya.Selain itu,
selama kopdar para anggota juga dapat melakukan sharing dan berbagi ilmu mengenai
vespa modern maupun hal-hal lainnya.
Kegiatan touring yang dilakukan MoVe Surabaya terdiri dari kegiatan touring jarak
dekat maupun jarak jauh.Kegiatan touring tersebut terkadang juga dilakukan bersama
dengan komunitas MoVe dari daerah lainnya ataupun komunitas vespa jenis lainnya.
Sementara itu, untuk media sosial komunitas klub MoVe Surabaya menggunakan
akun @movesurabaya, facebook (www.facebook.com/move.surabaya), twitter dengan
akun @movesurabaya, dan juga email ([email protected]).
b. Implementing the strategic plan (mengimplementasikan strategi)
56
Implementasi yang dilakukan MoVe Suabaya khususnya untuk komunikasi
eksternal yaitu dengan mengunggah foto dari kegiatan-kegiatan telah yang dilakukan
sehingga masyarakat lebih mengenal dan tahu bahwa yang kegiatan yang dilakukan
MoVe Surabaya bersifat positif dan jauh dari hal-hal yang negatif. Selain itu MoVe
Surabaya juga melakukan interaksi secara langsung dengan masyarakat sekitar melalui
“nongkrong” bersama masyarakat umum, bakti sosial, dan membantu masyarakat yang
sedang terkena musibah atau bencana.
Salah satu kegiatan yang dilakukan diantaranya Kegiatan pada bulan puasa,
kegiatan ini untuk mempererat solidaritas anggota, MoVe Surabaya juga melakukan
kegiatan sosial khususnya pada bulan puasa. Kegiatan ini selain digunakan sebagai sarana
untuk membantu masyarakat sekitar, juga dilakukan dengan tujuan untuk lebih
memperkenalkan komunitas MoVe Surabaya pada masyarakat sekitar di lingkungan Kota
Surabaya. Kegiatan yang dilakukan selama bulan puasa antara lain adalah:Bagi-bagi
takjil dan Memberikan santunan ke Panti Asuhan, serta Buka puasa bersama
4. Evaluative Research
Pada fase terakhir adalah untuk mengetahui efektivitas berbagai taktik komunikasi yang
digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.Strategi komunikasi
yang digunakan dalam membangun citra positif MoVe Surabaya memberikan hasil yang
baik, dimana masyarakat sekitar khususnya Surabaya tidak memberikan pandangan negatif
terhadap MoVe Surabaya, baik kepada anggota maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
Selama berkomunikasi dengan masyarakat sekitar, komunitas MoVe Surabaya juga tidak
mengalami hambatan atau kendala yang berarti.Bahkan kendala yang diperoleh bukan dari
57
masyarakat umum melainkan komunitas motor lain yang menunjukkan arogansi mereka
ketika sedang berpapasan saat touring.
56
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan hasil wawancara yang dilakukan dapat
diperoleh bahwa strategi komunikasi komunitas motor MoVe Surabaya dalam pembentukan
citra, diantaranya adalah.
1. Tahap Formative Research
Berdasarkan hasil wawancara bahwa situasi yang berkembang di masyarakat, terdapat
pandangan bahwa semua komunitas motor memiliki citra yang negatif dimana para
anggotanya terkesan kurang menjaga kesopanan, tidak menaati peraturan dan sering
mengganggu masyarakat sekitar khususnya saat berkendara. Dalam hal anggota, MoVe
Surabaya berasal dari kalangan yang terpelajar dan beretika.
2. Tahap Strategy
Berdasarkan pembahasan, aksi yang dilakukan komunitas MoVe Surabaya dengan
menjaga komunikasi, baik komunikasi internal maupun eksternal.Dimana secara internal
dilakukan dengan memantau para anggota untuk selalu menjaga sikap dalam
berhubungan dengan masyarakat.
3. Tahap Tactics
Taktik yang digunakan untuk melakukan komunikasi internal yaitu dengan bertatap muka
secara langsung melalui kopdar dan touring, serta dengan sarana media sosial yaitu grup
whatsapp dan Line.Sementara itu, taktik dalam komunikasi eksternal juga dilakukan
57
dengan secara langsung dan menggunakan sarana media sosial yaitu melalui akun
facebook ataupun instagram.Penggunaan media sosial dilakukan dengan mengunggah
foto dari kegiatan-kegiatan MoVe Surabaya.
4. Tahap Evaluative Research
Berdasarkan hasil pembahasan diketahui bahwa masyarakat sekitar khususnya Surabaya
tidak memberikan pandangan negatif terhadap MoVe Surabaya, baik kepada anggota
maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan.Selama berkomunikasi dengan masyarakat sekitar,
komunitas MoVe Surabaya juga tidak mengalami hambatan atau kendala yang berarti.
4.2 Saran
Berdasar simpulan diatas, maka saran yang dapat diajukan peneliti untuk pengembangan
penelitian selanjutnya dalam rangka menghasilkankarya penilitian yang lebih baik adalah.
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menggunakan
metode atau jenis penelitian yang berbeda maupun gabungan metode yakni dengan
menggunakan penelitian secara kuantitatif maupun gabungan kuantitatif dan
kualitatif.
2. Objek penelitian lebih diperluas, karena dengan memperluas objek penelitian dapat
mendapatkan hasil yang lebih menyeluruh dalam kaitannya mengetahui pola strategi
komunitas klub motor.
3. Bagi masyarakat, setidaknya dapat dijadikan informasi mengenai aktivitas positif
klub motor MoVe dan program kerja yang dilakukan. Sehingga secara langsung
masyarakat dapat membedakan antara klub motor dengan geng motor.
58
4. Bagi klub motor pada umumnya dan klub MoVe pada khususnya, dapat memberikan
program kerja yang menyentuh langsung masyarakat sehingga dapat memberikan
manfaat secara langsung serta dapat mengubah pandangan negatif masyarakat kepada
klub motor.
56
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ardianto, Elvinaro. 2011. Handbook of Public Relation. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Baron, Robert A. dan Byrne, Don. 2003. Psikologi Sosial. Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Crow, G. dan Allan, G. 1994. Community Life: An Introduction to Local Social. Hemel
Hempstead: Harvester Wheatsheaf.
DeLozier, M. Wayne. 1975. The Marketing Communications Process. New York: McGraw-
Hill.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu,Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Effendy, Onong Uchjana. 2009. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Jefkins, Frank. 1996. Public Relations. Bandung: Erlangga.
Kertajaya, Hermawan. 2008. Arti Komunitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Marston, John E. 1979. Modern Public Relation. New York: Mc Graw-Hill.
Neuman, W. Lawrence. 2003. Basic of Social Research: Qualitative and Quantitative. Boston:
Allyn and Bacon.
Ruslan, Rosady. 2005. Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Smith, Ronald D. 2005. Strategic Planning for Public Relation.Second Edition. New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates.
Santoso, S. Hamijoyo. 2005. Komunikasi Partisipatoris. Bandung: Humaniora.
Soemirat dan Ardianto, Elvinaro.Dasar-dasar Public Relations.Bandung: Rosda Karya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RND. Bandung: Alfabeta.
Wenger, E., Richard M., dan William, S. 2002.Cultivating Communities of Practice. Boston:
Harvard Business School Press.
Willian, Dunn. 1999. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yulianita, Neni. 2007. Dasar-dasar Public Relations. Jakarta: Pusat Penerbitan.
Jurnal
57
Permana, Rendi Dwi. 2011. “Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap Komunitas Motor Gede”.
Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.
Firmansyah, Rakhmad dan Handoyo, Pambudi. 2014. “Gaya Hidup Komunitas Motor Jupiter di
Surabaya”. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Ningsih, Dian Ady. 2014. “Komunitas Motor Gede‘Tiger Community Samarinda’ (TCS) di Kota
Samarinda”. Samarinda: Universitas Mulawarman.
Soenarno.2002 “Kekuatan Komunitas Sebagai Pilar Pembangunan Nasional”. Jakarta: Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Wulandari, Asri. 2012. “Strategi Komunikasi Komunitas Klub Motor Dalam Pembentukan
Citra”. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Margaretha, Titi Mora. 2012. “Strategi Komunikasi Dalam Hubungan Pemerintah (Government
Relation) Pada Industri Minyak dan Gas Bumi (Studi Kasus pada PT Moses Petroleum)”.
Jakarta: FISIP Universitas Indonesia.