SKENARIO I
PERILAKU KESEHATAN
(drg. Hestieyonini Hadnyanawati, M.Kes. drg. Kiswaluyo, M.Kes.
DR.drg Ristya Widi Endah Yani M.Kes)
Drg Hana bekerja di puskesmas “Makmur Jaya”. Beliau sebagai penanggung
jawab program kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan pelaksanaan suatu
program ditentukan oleh faktor perilaku masyarakat. Peningkatan program
kesehatan gigi dan mulut menempatkan faktor perilaku sebagai hambatan utama
dalam pencapaian target. Laporan puskesmas menunjukkan tingkat kebersihan
gigi dan mulut masyarakat masih rendah. Hasil observasi yang dilakukan drg
Hana pada siswa SD diwilayah kerjanya menunjukkan bahwa banyak siswa yang
melakukan kebiasaan sikat gigi pada saat mandi (sebelum sarapan pagi). Drg
Hana ingin merubah perilaku siswa SD tersebut. Perubahan perilaku ditentukan
oleh disposing factor, enabling factor, dan reinforcing factor.
STEP 1 (Identifikasi Kata Kunci)
1. Perilaku kesehatan : merupakan bentuk respon manusia terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,pelayanan kesehatan, makanan,
dan lingkungan. Jadi perilaku kesehatan merupakan segala bentuk
pengalaman dan interaksi individu, dengan lingkungan khususnya yang
menyangkut pengetahuan, sikap tentang kesehatan serta tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan.
2. Predisposing Factor : merupakan faktor yang berpengaruh dalam
memberikan efek kecenderungan untuk berperilaku. Contoh : Kebiasaan,
kepercayaan, prediksi, dan pengetahuan.
3. Reinforcing Factor : merupakan faktor yang berpengaruh dalam
mendorong seorang individu untuk berperilaku. Contoh : sikap perugas
kesehatan yang kurang ramah akan mendrong seorang individu enggan
untuk memeriksakan kesehatannya.
4. Enabling Factor : merupakan faktor yang memungkinkan individu untuk
berperilaku. Contoh : Ketika fasilitas kesehatan tidak tersedia, maka
individu akan enggan untuk memeriksakan kesehatannya.
5. Observasi : merupakan metode penelitian dimana peneliti terjun langsung
untuk meneliti suatu objek tertentu
6. Program Kesehatan Gigi dan Mulut : merupakan suatu program yang
direncanakan oleh tenaga kesehatan ditujukan untuk masyarakat dalam
mencapai kesehatan gigi dan mulut.
7. Faktor Perilaku Masyarakat : merupakan faktor pendorong, penguat, yang
memungkinkan agar masyarakat sadar akan perilaku kesehatan
STEP 2 (Rumusan Masalah)
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan beserta indikator
keberhasilan perilaku tersebut ?
2. Mengapa faktor perilaku dijadikan faktor utama sebagai hambatan
pencapaian kesehatan gigi dan mulut ?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan agar masyarakat sadar tentang
pentingnya kebersihan gigi dan mulut ?
4. Mengapa program kesehatan gigi dan mulut harus dilaksanakan pada
masyarakat ?
5. Apakah disforcing factor , reinforcing factor dan enabling factor saling
berkaitan ?
6. Bagaimana proses dari perubahan perilaku kesehatan ?
STEP 3 (Jawaban Permasalahan)
1. Faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan berupa ilmu
pengetahuan.
a. Imu pengetahuan ini didapatkan dari adanya pendidikan kesehatan,
pengalaman, penyuluhan kesehatan. Dari hal tersebut akan didapatkan
ilmu pengetahuan baru yang dapat diturunkan ke anak cucu kita.
b. Sikap : Menerima upaya medis.
c. Lingkungan sekitar atau dukungan dari masyarakat apabila masyarakt
disekitarnya mendukung kegiatan kesehatan tersebut maka akan lebih
mudah utuk menerapkan program kesehatannya tapi apabila
masyarakat tidak peduli dengan prigram kesehatan maka akan terjadi
kegagalan dalam mewujudkan program kesehatan.
d. Terjaungkanya informasi : apabila informasi tentang kesehatan
diketahui oleh seluruh masyarakat maka masyarakat akan
mengunjungi tempat pemeriksaan kesehatan.
2. Karena perilaku sangat erat kaitannya dengan sikap yang menyangkut
kesehatan serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Sebagai
faktor utama yaitu disforcing factor apabila individu tersebut tidak sadar
akan kebersihan rongga mulut maka faktor perilaku yang lain akan
percuma.
3. Upaya yang dilakukan dapat berupa pendekatan yaitu pendekatan kepada
tokoh-tokoh masyarakat seperti haknya kepala dusun, RT dan RW
kemudian pendekatan tersebut juga dapat dilakukan secara personal
dengan cara membujuk orang tersebut. Dalam melakukan pendekatan kita
juga harus menceritakan fakta yang terjadi berupa sebab akibat, apabila
tidak menggosok gigi maka akan terjadi gigi berlubang.
Penyuluhan dapat dilakukan dengan menggunakan poster-poster yang
menarik, game dan cerita maupun teater. Tetapi yang paling penting dalam
penyuluhan yaitu dengan menggunakan parktek secara langsung agar lebih
mudah diingat. Contoh : Praktek menyikat gigi.
4. Karena program kesehatan gigi dan mulut ditujukan untuk mencegah
penyakit-penyakit yang ada di dalam rongga mulut. Muut merupakan pintu
gerbang penyakit jika program kesehatan gigi dan mulut terlaksana maka
akan mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap kesehatan gigi dan
mulut. Tidak semua masyarakat sadar terhadap kebersihan gigi dan mulut,
banyak masyarakat yang belum tahu dampak dari kurangnya menjaga
kesehatan ggi dan mulut.
5. Disforcing factor, reinforcing factor dan enabling factor saling berkaitan.
Pada disforcing factor memberikan efek kecenderungan untuk berperilaku
seperti halnya kebiasaan seseorang akan memberikan kecenderungan
terhadap sikap individu. Contoh : ketika seseorang terbiasa menyikat gigi
maka akan cenderung bersikap peduli terhadap kesehatan. Kemudian pada
reinforcing factor dimana factor ini mendorong seorang individu untuk
berperilaku misalnya ketika petugas kesehatan itu memliki sifat kurang
ramah maka pasien akan enggan untuk mengunjungi ataupun
memeriksakan kesehatannya.
Kemudian enabling factor memungkinkan individu untuk
berperilaku, ketika fasilitas kesehatan tidak tersedia maka individu akan
enggan untuk memeriksakan kesehatannya.
Disforcing factor juga dapat diartikan sebagai pengetahuan dalam
masyarakat, ketika masyarakat memiliki pengetahuan yang tinggi tentang
kesehatan maka masyarakat akan lebih memperhatikan kesehatannya
kemudian berkaitan dengan reinforcing factor dan enabling factor. Dalam
peningkatan dan perubahan perilaku harus ada ketiga faktor tersebut.
6. Proses dari perubahan perilaku kesehatan diawali dengan kesadaran
individu. Setelah masyarakat maupun individu mendapatkan penyuluhan
ataupun pendidikan tentang jesehatan maka masyarakat mulai tertarik
untuk mengubah gaya hidup mereka dari gaya hidup yang buruk menjadi
gaya hidup yang lebih sehat lagi, kemudian individu atau masyarakat yang
sadar akan kesehatan gigi dan mulut akan mencari suatu informasi
kemudian mereka akan melakukan suatu evaluasi dan menerapkan.
Dalam penerapan kesehatan gigi dan mulut bisa terjadi kecocokan
maupun ketidakcocokan. Apabila terjadi kecocokan maka akan dilakukan
secara terus menerus apabila terjdi ketidakcocokan maka akan dihentikan.
Proses perubahan perilaku dapat juga dilakukan dengan pendekatan dokter
gigi kepada masyarakat berupa penyuluhan, penyuluhan dapat dilakukan
dengan cara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung dapat
dilakukan dengan menggunakan poster, video, pamflet dsb. Proses
perubahan perilaku kesehatan diawali dengan adanya pendidikan
kesehatan, dari pendidikan kesehatan tersebut akan meningkatkan
wawasan atau pengetahuan masyarakat sehingga masyarakat dapat
merubah perilaku dalam merawat kesehatan gigi dan mulut.
STEP 4 (Mapping)
v
Perilaku Kesehatan Masyarakat
DeterminanDomain
Proses Perubahan Perilaku Kesehatan
Masyarakat
Upaya dalam Program Kesehatan
Gigi dan MUlut
Disposing Factor
TindakanSikapIlmu
Pengetahuan
Indikator Perubahan
Enabling Factor
Reinforching Factor
Faktor yang Mempengaruhi
STEP 5 (Learning Object)
1. Memahami dan menjelaskan proses perubahan perilaku kesehatan di
masyarakat
2. Memahami dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi perilaku
kesehatan gigi dan mulut meliputi domain dan determinan
3. Memahami dan menjelaskan indkator dan upaya perubahan perilaku
kesehatan gigi dan mulut
STEP 7 (Learning Object)
1. Mampu Memahami dan Menjelaskan Proses Perubahan Perilaku
Kesehatan di Masyarakat
Menurut Rogers (1974), sebelum seseorang mengadopsi suatu perilaku
baru, di dalam dirinya terjadi suatu proses yang berurutan. Yaitu
1. Awareness (tahu)
Individu mulai mengalami pengenalan dengan suatu inovasi pada tahap
ini, tetapi belom memperoleh informasi yang cukup mengenai inovasi
tersebut. Individu mulai mengetahui tentang inovasi yang diperkenalkan
padanya, namun dia masih belum tertarik untuk mencari informasi lebih
lanjut tentang inovasi yang baru dikenalnya itu.
2. Interest (tertarik)
Individu sudah mengalami pengenalan dengan inovasi tersebut pada tahap
ini dan mulai tertarik untuk memperoleh informasi lebih banyak. Individu
mulai bertanya – tanya kepada orang – orang yang dianggap mengetahui
inovasi yang sudah dikenalnya itu.
3. Evaluation (penilaian)
Pada tahap ini dividu mulai melakukan penilaian untuk mengetahui
apakah inovasi tersebut sesuai dengan dirinya, baik untuk sekarang
maupun untuk kedepannya. Individu perlu mendapatkan dukungan agar
keyakinannya dimantapkan bahwa inovasi tersebut sesuai dengan dirinya
dan dia sudah melakukan hal yang benar. Individu meminta pendapat dari
orang – orang yang dipercayainya.
4. Trials (percobaan)
Individu mulai menerapkan inovasi yang dikenalnya pada tahap ini
sebagai suatu percobaan, untuk mengetahui apakah inovasi tersebut sesuai
bagi dirinya atau tidak. Hasil dari percobaan ini adalah apakah ia
menerima atau menolak inovasi tersebut.
5. Adoption (menerima)
Pada tahap ini individu sudah mengambil keputusan akan terus menerima
dan terus menjalankan inovasi terkait. Individu telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Kemungkinan dari jalannya proses perubahan perilaku tidak
berjalan sesuai dengan yang sudah dijabarkan karena ada beberapa faktor
seperti proses tersebut tidak diakhiri dengan proses adopsi karena individu
tersebut menolak inovasi tersebut pada tahap-tahap sebelumnya. Atau pada
beberapa kasus individi tidak hanya berhenti pada proses adoption,
melainkan masih mencrai informasi-informasi terkait inovasi baru
dikenalnya itu.
Menurut Hosland et al (1953) proses perubahan perilaku pada
hakikatnya sama dengan proses belajar, dengan beberapa tahapan seperti :
Adanya stimulus atau rangsangan yang diberikan pada individu,
individu tersebut dapat menerima atau menolaknya. Dikatan efektif
jika individu menerima stimulus tersebut dan dikatak kurang efektif
jika individu menolak stimulus
Jika stimulus tersebut diterima, maka individu tersebut akan
melanjutkan pada tahapan berikutnya
Indvidu akan mengolah stimulus tersebut sehinggga terjadi kesediaan
untuk bersikap demi stimulus yang telah ia terima
Dungan fasilitas serta adanya dorongan dari lingkungan, mendukung
stimulus untuk memiliki efek tindakan atau perubahan perilaku pada
individu bersangkutan
Menurut Walgito(2003), pembentukan perilaku bisa dibentuk dengan
tiga cara yaitu:
1. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kebiasaan.
Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan,
akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut.
2. Pembentukan perilaku dengan pengertian
Pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian. Cara ini
didasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya
pengertian.
3. Pembentukan Perilaku dengan Model
Disamping cara-cara diatas, pembentukan perilaku dengan menggunakan
model atau contoh. Pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yng
dipimpinnya agar bisa ditiru.
2. Memahami dan Menjelaskan Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Kesehatan Gigi dan Mulut Meliputi Domain dan Perilaku
A. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan (dalam Taylor
2003) antara lain:
a. Faktor demografik
Perilaku kesehatan berbeda berdasarkan pada faktor demografik.
Individu yang masih muda, lebih makmur, memiliki tingkat
pendidikan yang lebih baik dan berada dalam kondisi stress yang
rendah dengan dukungan sosial yang tinggi memiliki perilaku sehat
yang lebih baik dari pada orang yang memiliki resources yang lebih
sedikit (Gottlieb & Green, 1984)
b. Usia
Perilaku kesehatan bervariasi berdasarkan usia. Secara tipikal
perilaku kesehatan pada anak-anak dapat dikatakan baik, memburuk
pada remaja dan orang dewasa, namun meningkat kembali pada orang
yang lebih tua (Leventhal, dkk., 1985).
c. Nilai
Nilai-nilai sangat mempengaruhi kebiasaan perilaku sehat
individu. Misalnya latihan bagi wanita sangat diinginkan bagi budaya
tertentu tetapi tidak bagi budaya lain (Donovan, Jessor & Costa,
1991).
d. Personal Control
Persepsi bahwa kesehatan individu dibawah personal control
juga menentukan perilaku sehat seseorang. Misalnya penelitian yang
dilakukan padaHealth locus of control scale (Wallstone, Wallstone &
DeVellis, 1978) yang mengukur derajat sejauh mana persepsi individu
dapat mengontrol kesehatan mereka.
e. Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial juga dapat mempengaruhi perilaku sehat individu.
Keluarga, teman, dan lingkungan kerja dapat mempengaruhi perilaku
sehat (Broman, 1993; Lau, Quadrel & Hartman, 1990).
f. Personal Goal
Kebiasan perilaku sehat juga memiliki hubungan dengan tujuan
personal (Eiser & Gentle, 1988). Jika tujuan menjadi atlet berprestasi
merupakan tujuan yang penting, individu akan cenderung olah raga
secara teratur dibandingkan jika hal itu bukan tujuan personal.
g. Perceived Symptoms
Kebiasaan sehat dikontrol oleh perceived symptoms. Misalnya
perokok mungkin mengontrol perilaku merokok mereka berdasarkan
sensasi pada paruparu mereka.
h. Akses ke Health Care Delivery system
Akses ke Health care juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
Menggunakan program screen tuberkolosis, pap smear yang teratur,
mamogram, imunisasi, merupakan contoh perilaku kesehatan yang
secara langsung berhubungan dengan health care systemi. Faktor
kognisi Perilaku kesehatan memiliki hubungan dengan faktor kognisi,
seperti keyakinan bahwa perilaku tertentu dapat mempengaruhi
kesehatan.
B. Ada pula faktor yang mempengaruhi perilaku lewat pengaruhnya terhadap
proses pendidikan kesehatannya, yakni dibagi dalam 3 faktor:
a. Faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor ini berpengaruh dalam memberikan efek kecenderungan untuk
berperilaku. Sebagai contoh,kebiasaan,kepercayaan,tradisi, dan
pengetahuan. Dimana pada suatu individu yang menganut suatu
kepercayaan tertentu akan member kecendurang indicvidu itu bersikap.
b. Faktor yang memungkinkan (enabling factor)
Faktor ini akan berpengaruh dalam memungkinkan individu untuk
berperilaku. Faktor yang termasuk dalam enabling factor adalah
ketersediaan fasilitas dan ketercapaian fasilitas. Anallogi yang terjadi
adalah ketika fasilitas kesehatan tidak tersedia makan individu akan
sangat mungkin enggap memeriksakan kesehatannya, jika hal itu
percuma apabila fasilitas perawatannya tidak tersedia.
c. Faktor yang memperkuat (reinforcing factor)
Faktor ini berpengaruh dalam mendorong seorang individu untuk
berperilaku. Sebagai contohnya adalah sikap/perilaku pertugas
kesehatan yang kurang ramah akan mendorong seorang individu
enggan juga untuk memeriksakan kesehatannya.
C. Ada pula faktor yang mempengaruh terbentuknya kebiasaan dan berujung
terhadap perubahan perilaku, yakni:
a. Disebabkan oleh providernya, yakni dikarenakan sector pelayanannya.
Sebagai contoh adalah adanya pelayanan yang kurang ramah
b. Disebabkan oleh pihak dari masyarakatnya sendiri
Dimana 5 kondisi ini berpengaruh terhadap karakteristik individunya
(i) Pengetahuannya
(ii) Sikapnya
(iii) Sarana yang diperlukan
(iv) Norma masyarakat
(v) Motivasi
c. Disebabkan diluar dari keduannya
Adalah faktor yang terjadi diluar dari provider maupun consumer, dan
kita tidak mampu merubahnya. Sebagai contoh adalah kondisi geografi
suatu wilayah, yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut adalah
kadar yodium dan fluor pada suatu daerah.
Domain
Pembagian domain menjadi tiga kawasan (Benyakin Bloom, 1908) yaitu :
Ranah Kognitif (Cognitive domain)
Ranah Afektif (Affective domain)
Ranah Psikomotor ( Psychomotor domain)
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan
untuk kepentingan hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari :
Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(knowledg).Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat, yakni :
a. Tahu ( Know)
Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall )terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajariantara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentangobjek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara benar. Orangyang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telahdipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikanaplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainyadalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya
dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsipsiklus pemecahan masalah
(problem solving cycle) didalam pemecahan masalahkesehatan dari kasus
yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebutdan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja yaitu dapat
menggambarkan (membuat bagan),membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
ataumenghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengankata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapatmeringkaskan, dapat menyesuaikan,
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaianterhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yangditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
Determinan
Perilaku adalah suatu bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus
atau rangsangan dari luar organisme (orang) ,namun dalam memberikan
respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang
yang bersangkutan.Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa
orang,namun respons tiap-tiap orang berbeda.Faktor-faktor yang membedakan
respons terhadap stimulus yang berbeda disebut dengan determinan
perilaku.Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu
1. Determinan yang berlatar belakang dari faktor internal, yaitu karakteristik
orang yang bersangkutan misalnya kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin dan lain sebagainya
2. Determinan yang berlatar belakang dari faktor eksternal, yaitu lingkungan
fisik berupa (cuaca, iklim, sarana dan prasarana layanan kesehatan) dan
lingkungan non fisik ( budaya setempat dan nilai ekonomi suatu
masyarakat pada daerah tertentu)
Menurut notoatmojo (2005) dia mengidentifikasi adanya lima determinan
perilaku, yaitu :
1. Adanya niat (intention), sesuatu yang baru semuanya harus diawali dengan
niat dari dalam diri seseorang tersebut. Sebelum mendapatkan dorongan
dari orang lain maka yang pertama harus niat dari dalam diri orang
tersebut.
2. Adanya dukungan dari masyarakat (social support), selanjutnya yang
mempengaruhi prilaku seseorang selain niat dari dalam diri seseorang
tersebut yaitu adanya dorongan dari masyarakat. Di dalam kehidupan
masyarakat, perilaku seseorang cenderung melakukan legitimasi dari
masyarakat sekitar. Apabila perilaku tersebut bertentangan dan tidak
memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan berasa kurang atau
tidak nyaman, paling tidak untuk berperilaku kesehatan tidak menjadi
gunjingan atau bahan pembicaraan masyarakat.
3. Terjangkaunya informasi ( accessibility of information ), adalah
tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan
diambil seseorang.
4. Adanya kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil
keputusan. Di indonesia kebebasan pribadi masih terbatas maka
dibutuhkan suatu kebebasan pribadi di lingkungan indonesia ini.
5. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation).
3. Memahami dan Menjelaskan Indikator dan Upaya Perubahan Perilaku
Kesehatan Gigi dan Mulut
1. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan.
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia
mau melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan – peraturan
/ undang – undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan
perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena
perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya
perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah
pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak
pagar yang kurang terawat.
2. Pemberian Informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan
kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan
pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan
kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku
sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan
waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.
3. Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian
informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal
ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif
berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini
memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan
tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan
mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.
Bentuk pendekatan massa antara lain:
1) Ceramah umum, metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah, biasanya sering digunakan pada acara hari kesehatan
nasional, pejabat berpidato dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan
pesan-pesan kesehatan.
2) Tulisan-tulisan di majalah atau surat kabar, misalnya dalam bentuk artikel,
tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan dan penyakit.
3) Siaran berprogram adalah penyampaian informasi secara terprogram
melalui siaranradio dan televisi yang bertujuan untuk merubah sikap,
pengetahuan, dan tindakan masyarakat.
4) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan,
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan.
5) Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, pamflet,
leaflet, booklet dan sebagainya.
6) Pidato atau diskusi melalui media elektronik. Pada dasarnya metode ini
merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa untuk menyampaikan
pesan-pesan kesehatan yang dikemas dalam suatu acara dengandipandu
oleh penyiar/presenter yang telah mahir dibidang kesehatan.
7) Kampanye adalah tindakan yang mempengaruhi dengan cara apapun
untuk membuat orang berpihak pada kita. Sasaran dari kampanye ini
tidak memihak apakah dari masyarakat menengah ke bawah atau
menengah ke atas.
Penyuluhan
a. Pengertian Penyuluhan
Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan
kesehatan itu penting untuk menunjang program-program kesehatan yang lain
(Notoatmodjo, 2003). Penyuluhan kesehatan masyarakat di dalam bahasa
inggris disebut Education for Health. Sedangkan di Indonesia disebut dengan
komunikasi, informasi, dan eduksi (KIE). Pendidikan kesehatan atau
penyuluhan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2003).
Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan di sekolah-sekolah dan juga
di lapangan. Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan
yang dilakukan dengan menebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga
masyarakat tidak hanya tahu, sadar, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
b. Pengertian penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah upaya-upaya yang dilakukan
untuk merubah perilaku seseorang, sekelompok orang atau masyarakat
sehingga mempunyai kemampuan dan kebiasaan untuk berperilaku hidup
sehat di bidang kesehatan gigi dan mulut.
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah bukan hanya sekedar
memberitahukan kepada orang-orang bagaimana caranya untuk mempertinggi
kesehatan yang akan dicapai tetapi seharusnya menciptakan suasana atau
keadaan di mana mereka mendapat kesempatan untuk belajar dengan orang
lain dan untuk mereka sendiri sehingga mereka dapat merubah cara hidupnya
yang kurang baik untuk kesehatan pribadinya dan untuk masyarakat dengan
cara hidup sehat.
c. Tujuan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
Tujuan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah mengubah perilaku
masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan gigi
dan mulut yang optimal. Adapun tujuan dari penyuluhan kesehatan gigi dan
mulut adalah :
1) Meningkatkan pengetahuan kesehatan sasaran di bidang kesehatan gigi dan
mulut.
2) Membangkitkan kemauan dan membimbing masyarakat dan individu
untuk meningkatkan dan melestarikan kebiasaan pelihara diri di dalam bidang
kesehatan gigi dan mulut.
3) Mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut baik sendiri maupun
kesehatan keluarga.
4) Mampu menjalankan upaya mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut
serta menjelaskan kepada keluarganya tentang pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut.
5) Mampu mengenal adanya kelainan dalam mulut sedini mungkin kemudian
mencari sarana pengobatan yang tepat dan benar.
6) Mengenalkan kepada masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut dan
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.
7) Menjelaskan akibat-akibat yang ditimbulkan dari kelalaian menjaga
kesehatan gigi dan mulut.
8) Menanamkan perilaku sehat sejak dini melalui kunjungan ke sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat .Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta
2. Nursalam. 2006. Pendidikan Dalam Pendidikan. Jakarta: Salemba
3. Maulana H.2007.Promosi Kesehatan.jakarta:EGC
4. Budiharto. 2008. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan
Kesehatan Gigi. Jakarta: Kedokteran EGC