34
Nama : Reinecke Ribka Halim NIM : 04011281320031 1. Bagaimana hubungan jenis kelamin dan pekerjaan dengan keluhan yang dialami pada kasus? Jenis Kelamin : Gangguan bipolar terjadi pada laki-laki dan perempuan dengan prevalensi yang seimbang, kira-kira 1:1 (tidak ada hubungan usia dengan keluhan) Usia : Bukti- bukti pada saat sekarang menunjukkan puncak terjadinya gangguan bipolar adalah pada usia 20 hingga 25 tahun. Beberapa survei menunjukkan gejala-gejala premorbid bahkan bisa dimulai lebih awal, pada masa remaja. Pekerjaan : 2. Bagaimana fisiologi tidur? 3. Mengapa 1.5 tahun yang lalu Ny. SST cenderung normal? Fase normal pada Ny.SST merupakan gejala khas pada bipolar disorder yaitu adanya fase penyembuhan sempurna antar episode. 4. Bagaimana pengaruh stressor emosional dengan perubahan perilaku dan mood pada kasus? Untuk mempermudah, masalah psikososial dan lingkungan tersebut dikelompokkan bersama sesuai kategori: 1. Masalah dengan primary support group, misalnya: kematian anggota keluarga; masalah kesehatan dalam keluarga; kekacauan keluarga disebabkan oleh

Skenario C

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tutorial

Citation preview

Page 1: Skenario C

Nama : Reinecke Ribka Halim

NIM : 04011281320031

1. Bagaimana hubungan jenis kelamin dan pekerjaan dengan keluhan yang dialami

pada kasus?

Jenis Kelamin : Gangguan bipolar terjadi pada laki-laki dan perempuan

dengan prevalensi yang seimbang, kira-kira 1:1 (tidak ada hubungan usia dengan

keluhan)

Usia : Bukti- bukti pada saat sekarang menunjukkan puncak

terjadinya gangguan bipolar adalah pada usia 20 hingga 25 tahun. Beberapa survei

menunjukkan gejala-gejala premorbid bahkan bisa dimulai lebih awal, pada masa

remaja.

Pekerjaan :

2. Bagaimana fisiologi tidur?

3. Mengapa 1.5 tahun yang lalu Ny. SST cenderung normal?

Fase normal pada Ny.SST merupakan gejala khas pada bipolar disorder yaitu adanya

fase penyembuhan sempurna antar episode.

4. Bagaimana pengaruh stressor emosional dengan perubahan perilaku dan mood pada

kasus?

Untuk mempermudah, masalah psikososial dan lingkungan tersebut dikelompokkan

bersama sesuai kategori:

1. Masalah dengan primary support group, misalnya: kematian anggota keluarga;

masalah kesehatan dalam keluarga; kekacauan keluarga disebabkan oleh

perpisahan, perceraian, atau kerenggangan; pengusiran dari rumah; orang tua

menikah lagi; kekerasan secara fisik dan seksual; proteksi yang berlebihan dari

orang tua; menyia-nyiakan anak; disiplin yang lemah; perselisihan dengan

saudara kandung; kelahiran saudara kandung

2. Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial, misalnya: kehilangan atau

kematian teman; dukungan sosial yang lemah; hidup sendiri; kesulitan dalam

akulturasi; diskriminasi; penyesuaian pada transisi siklus kehidupan (misalnya

masa pensiun)

3. Masalah pendidikan, misalnya: buta huruf, masalah akademis, perselisihan

dengan guru atau teman sekelas; lingkungan sekolah yang tidak memadai

Page 2: Skenario C

4. Masalah pekerjaan, misalnya: pengangguran, ancaman kehilangan pekerjaan,

jadwal kerja yang membuat stres, kondisi kerja yang sulit; ketidakpuasan pada

pekerjaan; perubahan pekerjaan; perselisihan dengan atasan atau rekan sekerja

5. Masalah perumahan, misalnya: tidak memiliki rumah, perumahan yang tidak

layak, hubungan dengan tetangga yang tidak nyaman, perselisihan dengan

tetangga atau pemilik tanah

6. Masalah ekonomi, misalnya: kemiskinan yang ekstrem; keuangan yang tidak

memadai; dukungan kesejahteraan yang buruk

7. Masalah akses ke pelayanan kesehatan, misalnya: pelayanan kesehatan yang

tidak memadai; tidak tersedia alat transportasi ke fasilitas pelayanan

kesehatan; asuransi kesehatan yang tidak cukup

8. Masalah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal, misalnya: penahanan;

penuntutan hukum; korban tindakan kriminal

9. Masalah psikososial dan lingkungan lain, misalnya: terkena bencana alam,

perang, kekerasan lain; perselisihan dengan pengasuh yang bukan anggota

keluarga seperti konselor, pekerja sosial atau dokter; tidak tersedia lembaga

pelayanan sosial

Stres yang terjadi dalam peristiwa kehidupan sering mengawali terjadinya episode

pertama gangguan mood. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat menyebabkan perubahan

neuronal permanen yang menjadi predisposisi pada seseorang bagi terjadinya

rentetan episode gangguan mood.

Stresor yang terdapat pada manusia bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari

kehilangan orang yang dicintai, bencana yang tidak terduga (angin topan, tornado,

banjir, perang, kecelakaan), dan masalah keuangan atau bisa juga berupa rangkaian

dari pengalaman yang mengganggu dari hari ke hari.

5. Apa saja macam-macam gangguan kepribadian?

Menurut PPDGJ III ( Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa di

Indonesia III ). Pada Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III (Rusdi,2000:102-105)

Terdapat Yang di sebut dengan diagnosa Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa

dewasa antara lain adalah sebagai berikut:

1. Gangguan Kepribadian Paranoid 

Page 3: Skenario C

dengan ciri-ciri :

Kepekaan berlebihan terjadap kegagalan dan penolakan

Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam

Kecurigaan dan kecenderungan mendistorsikan pengalaman dengan menyalah

artikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap

permusuhan dan penghinaan

Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan

situasi yang ada (actual situation)

Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification) tentang kesetiaan

seksual dari pasangannya

Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang

bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (self-referential

attitude)

Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak

substatantuf dari suatu peristiwa baik yang menyangkut diri pasien sendiri

maupun dunia pada umumnya.

Untuk mendiagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

2. Gangguan Kepribadian Skizoid

ditandai dengan deskripsi berikut :

Sedikitnya (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan

Emosi dingin, efek mendatar, atau tak peduli (detachment)

Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau

kemarahan terhadap orang lain

Tampak nyata ketidak-pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman

Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain

(perhitungkan usia penderita)

Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri

Preokupasi dengan fantasi dan intropeksi yang berlebihan

Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada

hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu

Sangat sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku

Page 4: Skenario C

Untuk mendiagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

3. Gangguan Kepribadian Dissosiala

deskripsi berikut :

Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain

Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus-menerus

(persistent), serta tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial

Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun

tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya

Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah untuk

melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan

Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman,

khususnya dari hukuman

Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi

yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan

masyarakat

Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

4. Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil

Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif tanpa

mempertimbangkan konsekuensinya

Dua varian yang khas adalah berkaitan denga impulsivitas dan kekurangan

pengendalian diri.

5. Gangguan Kepribadian Histrionik

deskripsi sebagai berikut :

Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self dramatization) seperti bersandiwara

(theariticality) yang dibesar-besarkan (exaggerated)

Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan

Keadaan afektif yang dangkal dan labil

Terus-menerus mencari kegairahan (excitement). Penghargaan (appreation)

dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian

Page 5: Skenario C

Penampilan atau perilaku ”merangsang” (seductive) yang tidak memadai

Terlalu peduli dengan daya tarik fisik

Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

6. Gangguan Kepribadian Anankastik 

ditandai dengan ciri-ciri :

Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan;

Preokupasi dengan hal-hal yang rinci (detail), peraturan, daftar, urutan,

organisasi, atau jadwal;

Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas;

Ketelitian yang berlebihan, terlalu berhati-hati, dan keterikatan yang tidak

semestinya pada produktifitas, sampai mengabaikan kepuasan dan hubungan

interpersonal;

Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial;

Kaku dan keras kepala;

Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya

mengerjakan sesuatu atau keengganan yang tak beralasan untuk mengizinkan

orang lain mengerjakan sesuatu;

Mencampur-adukan pikiran dan dorongan yang memaksa dan yang enggan.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

7. Gangguan Kepribadian Cemas ( Menghindar )

dengan ciri ciri :

Perasaan tegang dan taku yang menetap dan pervasif

Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain

Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi social

Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan

disukai

Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik

Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak

interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

Page 6: Skenario C

8. Gangguan Kepribadian Dependen 

Mendorong dan membiarkan orang lain untuk mengambil sebahagian besar

keputusan penting untuk dirinya

Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia

bergantung dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka

Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang dimana

tempat ia bergantung

Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan

yang dibesar-besarkan tentang ketidak mampuan mengurus diri sendiri

Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengan

nya dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri

Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa

mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain.

Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas

6. Apa saja diagnosis banding pada kasus?

Diffrensial diagnosis

Skizofrenia

Agak sulit membedakan episode manik dengan skizofrenia, sehingga dapat menjadi

salahsatu diagnosis banding. Gembira berlebihan, elasi, dan pengaruh mood

lebih banyak ditemukan pada episode manik dibandingkan pada skizofrenia.

Kombnasi dari moodmanik, cara bicara yang cepat dan hiperaktivitas yang

berlebihan daapt ditemukan dalamepisode manik. Onset pada episode manik

berlangsung cepat dan menimbulkan sebuah perubahan pada perubahan perilaku

pasien. Sebagian dari pasien bipolar I memilikiriwayat keluarga dengan gangguan

mood. Kataonik dapat menjadi bagian dari fasedepresif gangguan bipolar I. Saat

mengevaluasi pasien dengan katatonia dokter harusteliti dengan riwayat

sebelumnya untuk manik atau episode depresi serta riwayat keluargadengan

gangguan mood.

Depresi berat

Gangguan bipolar tipe I sering dapat bertumpang tindih dengan depresi berat,

perludibedakan antara depresi berat yang berdiri sendiri atau depresi yang

merupakan bagiandari gangguan bipolar. Gejala dari kedua gangguan ini hampir sama

Page 7: Skenario C

dimana seseorangmengalai afek depresi, kehilangan semangat, putus asa dan tidak

bersemangat ditambahgelaja seperti sulit tidur, napsu makan menurun dan lain

sebagainya. Sehingga teknik wawancara yang baik diperlukan untuk menggali apakah

pasien memiliki episode manik atau hipomanik sebelumnya dan apakah pasien

menunjukan gejala-gejala yang sesuaidengan episode manik, sehingga dapat

dibedakan antara depresi yang berdiri sendiridangan depresi yang menjadi

bagian dari gangguan afek bipolar.

Intoksikasi obat

Penyalahgunaan obat seperti amfetamin dapat memicu keadaan manik. Selain

itu, penyalahgunaan obat seperti benzodiazepine dapat memicu keadaan

depresif.

Hiper dan hipotiroid

Gangguan bipolar dapat berupa epidose manik atau hipomanik maupun episode

depresi.Kondisi hiper dan hipotiroid dapat memnyebabkan pasien menunjukan

gejala-gejala yangmirip dengan gangguan bipolar. Pada hipertiroid pasien

akan merasa mudah tersinggung,

dan dapat terjadi hiperaktivitas yang harus dibedakan dengan episode manik

padagangguan bipolar. Sedangkan pada hipotiroid pasien dapat mengalami

penurunanaktivitas, pasien menjadi lemas dan tidak bersemangat. Pemeriksaan

fisik yang baik serta penggalian informasi pada anamnesis dapat membedakan

gangguan bipolar dengan hiper atau hipotiroid, penemuan gejala lain

gangguan pada tiroid seperti penurunan berat badancepat adanya pembesaran pada

leher maupun gejala hiper dan hipotiroid lainnya dapatmembedakan kedua gangguan ini.

Skizoafektif 

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif

adanyaskizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang

bersamaan(simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang

lain, dalam satuepisode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai

konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik

skizofrenia maupun episode manik atau depresif.

7. Bagaimana epidemiologi dari diagnosis pada kasus?

Page 8: Skenario C

Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa berat yang prevalensinya cukup tinggi.

Studi di berbagai negara menunjukkan bahwa risiko untuk terjadinya gangguan

bipolar sepanjang kehidupan adalah sekitar 1-2%.

Studi Epidemiologic Catchment Area (ECA) menemukan bahwa prevalensi sekali

seumur hidup gangguan bipolar adalah antara 0,6%-1,1% (antara 0,8%-1,1% pada

pria dan 0,5%-1,3% pada wanita).

Studi-studi yang dilakukan di Eropa menunjukkan bahwa angka prevalensi gangguan

bipolar mungkin mencapai 5%. Angka prevalensi dari keseluruhan spektrum

gangguan bipolar pada seumur hidup adalah 2,67,8%.

Walaupun dalam buku-buku teks tradisional disebutkan bahwa gangguan bipolar

memiliki awitan pada usia yang relatif tua, namun bukti bukti pada saat sekarang

menunjukkan puncak terjadinya gangguan bipolar adalah pada usia 20 hingga 25

tahun. Beberapa survei menunjukkan gejala-gejala premorbid bahkan bisa dimulai

lebih awal, pada masa remaja. Jarang awitan di atas usia 60 tahun. Gangguan bipolar

terjadi pada laki-laki dan perempuan dengan prevalensi yang seimbang, kira-kira 1:1

(tidak seperti depresi, di mana kejadian pada perempuan diperkirakan dua kali lebih

sering dibandingkan laki-laki). Gangguan depresif mayor dan gangguan bipolar

frekuensinya lebih tinggi pada kejadian perceraian, perpisahan dan pada janda.

8. Bagaimana patogenesis dari diagnosis pada kasus?

9. Apa saja komplikasi dari diagnosis pada kasus?

Gangguan emosi atau gangguan neurologik 

Pasien dengan bipolar, terutama tipe II atau siklotimik, memiliki episode depresi berat

yang sering. Gangguan anxietas, seperti panik, juga sering timbul pada pasien

ini.Pasien dengan bipolar, terutama tipe II, juga sering menderita fobia.

Suicide

Risiko untuk suicide sangat tinggi pada pasien dengan bipolar dan yang

tidak menerima tindakan medis. 10-15% pasien dengan Bipolar I melakukan

percobaan bunuh diri,dengan risiko tertinggi saat episode depresi atau campuran.

Beberapa studi memperlihatkanrisiko suicide pada pasien dengan bipolar II lebih

tinggi dibanding bipolar I atau depresi berat.Pasien yang menderita gangguan anxietas

juga memiliki resiko tinggi untuk suicide.

Page 9: Skenario C

Masalah memori dan berpikir

Studi menunjukkan bahwa pasien dengan bipolar bisa memiliki masalah yang bervariasi pada

ingatan jangka pendek dan panjang, kecepatan memproses informasi, danfleksibilitas

mental. Masalah seperti ini bahkan dapat muncul diantara episode. Masalah

inicenderung lebih parah ketika seseorang memiliki episode manik lebih sering.

Efek perilaku dan emosional saat fase manik pada pasien

Dalam persentase kecil dari pasien bipolar mendemonstrasikan kenaikan produktivitas dan

kreativitas saat episode manik. Kelainan cara berpikir dan penilaian yangmerupakan

karakterisik dari episode manik dapat berujung pada perilaku berbahaya seperti:

Mengeluarkan uang dengan ceroboh, yang dapat menghancurkan finansial-

Mengamuk, paranoid, dan bahkan kekerasan-

Perilaku keinginan untuk sex terhadap banyak orang. Perilaku seperti di atas

sering diikuti dengan rasa bersalah dan penurunan harga diri, yangdiderita saat

fase depresi.

 

Penyalahgunaan zat

Merokok merupakan salah satu hal tersering yang digunakan pada pasien

bipolar,dibandingkan mereka yang memiliki gejala psikotik. Beberapa dokter

berspekulasi, dalamskizofren, nikotin digunakan sebagai self-medication karena efek

spesifik pada otak.

Sampai 60% pasien dengan gangguan bipolar menyalahgunakan zat lain (palingsering

merupakan alcohol, diikuti marijuana atau kokain) pada suatu titik dalam

perjalanan penyakitnya.

Beberapa factor resiko untuk alkoholisme dan penyalahgunaan zat pada pasiendengan

bipolar:

Memiliki episode campuran dibandingkan pasien dengan mania murni

Laki-laki dengan bipolar.

Efek pada orang yang disayangi

Pasien tidak mengembangkan perilaku negatif dalam sekejap. Mereka memiliki efek langsung

pada orang sekitar mereka. Sangat sulit bahkan bagi keluarga atau pengasuh

Page 10: Skenario C

untuk objektif dan secara konsisten simpatis dengan individu yang secara periodic dan

tidak terdugamembuat kekacauan disekitar mereka.

Banyak pasien dan keluarga mereka merasa sulit untuk menerima episode ini sebagai bagian dari

penyakit dan bukan hal ekstrim, tapi normal, karakteristik. Penyangkalan sepertiitu

sering dibesar-besarkan oleh pasien yang pintar, yang dapat menjustifikasi

kelakuandestruktif mereka, tidak hanya kepada orang lain, namun juga kepada diri

mereka sendiri.

Anggota keluarga juga dapat merasakan dikucilkan secara sosial dengan fakta bahwamemiliki

kerabat dengan gangguan jiwa, dan merasa dipaksa untuk menyembunyikaninformasi

ini dari kenalan mereka.

Asosiasi dengan gangguan fisik 

Orang dengan gangguan mental memiliki insiden lebih tinggi pada banyak

kondisimedis, termasuk penyakit jantung, asma dan masalah paru lainnya, kelainan

gastrointestinal,infeksi kulit, diabetes, hipertensi, migraine, sakit kepala, hipotiroid,

dan kanker. Pasiendengan bipolar lebih jarang mendapatkan penanganan medis dibanding orang

dengangangguan mental. Penyalahgunaan zat, termasuk merokok, alcohol, dan penyalahgunaan

obat, juga berkontribusi untuk masalah penyakit ini, termasuk mengurangi akses

kepada penanganan medis. Pengobatan untuk bipolar bisa meningkatkan resiko untuk

masalahmedis.

Diabetes

didiagnosa hamper 3x lebih sering pada orang dengan bipolar dibanding pada

populasi umum. Banyak pasien dengan biporal mengalami overweight, dengan 25%-

nya berkriteria obesitas. Mengalami overweight merupakan factor resiko besar untuk

diabetes.Obat yang digunakan untuk menangani bipolar bisa juga menyebabkan kenaikan berat

badandan diabetes. Factor genetic dalam diabetes dan bipolar dapat menyebabkan gangguan

yang jarang seperti wolfram syndrome dan masalah lainnya yang terkait metabolisme

karbohidrat.

 

Hipertensi

Pasien dengan bipolar dapat beresiko tinggi untuk hipertensi dibanding pasien tanpa

bipolar. Tingginya prevalensi dari hipertensi diantara pasien dengan bipolar

Page 11: Skenario C

jugamemperbesar resiko untuk penyakit dan kematian akibat kondisi yang berkaitan

dengan jantung.

 

Migraine

Migraine merupakan masalah umum pada pasien dengan gangguanmental, tapi lebih sering

terjadi pada gangguan bipolar II. Pasien dengan bipolar II menderitadari migraine

lebih sering dibanding pasien bipolar I, diperkirakan bahwa berbagai factor  biologis

dapat terlibat dengan berbagai bentuk bipolar.

Hipotiroid

Hipotiroid merupakan efek samping yang sering terjadi pada lithium, penanganan

standar untuk bipolar. Namun, bukti juga menyatakan bahwa pasien, terutamawanita,

memiliki resiko lebih besar untuk memiliki kadar tiroid rendah terlepas dari obat

apayang digunakan. Hipotiroidism dapat menjadi factor resiko untuk bipolar pada

beberapa pasien.

Beban ekonomi.

Beban ekonomi pada bipolar sangat signifikan. Diperkirakan bahwagangguan tersebut

menimbulkan kerugian pada sector industry di US sebesar 14,1 miliar dollar per tahun

akibat hilangnya produktivitas, sebagian besar akibat rendahnya fungsi

kerja.Berdasarkan studi pada tahun 2006 yang disponsori US National Institute of

Mental Health, bipolar 2x lebih besar menimbulkan hilangnya produktivitas sebagai

Major DepressiveDisorder (MDD). Walau nyatanya MDD lebih sering terjadi. Setiap

pekerja dengan bipolar kehilangan 66 hari kerja setahun dibandingkan 27 hari kerja

setahun orang dengan MDD.Penelitian memperlihatkan episode depresi pada bipolar

lebih merusak produktivitasdibanding episode manik.

Ego Defense Mechanism

Ego defense mechanism atau koping merupakan proses psikologis yang secara otomatis

muncul ketika seseorang melindungi diri dari kecemasan atau dari adanya bahaya atau

stressor yang berasal dari dalam atau luar dirinya. Orang sering tidak sadar dengan proses

yang mereka lakukan. Defense mechanism memediasi rekasi seseorang terhadap konflik

Page 12: Skenario C

emosional dan terhadap stressor internal maupun eksternal. Defense mechanism seseorang

dibagi secara konseptual dan empiris menjadi kelompok-kelompok yang terkait yang disebut

dengan Defense Levels.

Terdapat beberapa tingkatan dalam ego defense mechanism, yaitu

1. Defense Levels and Individual Defense Mechanisms High adaptive level

Orang dengan tingkatan defense tinggi/matur beradaptasi secara optimal dalam

mengontrol stressor. Mekanisme ini biasanya memaksimalkan gratifikasi dan adanya

kesadaran perasaan dan ide. Mereka juga mengembangkan keseimbangan secara

optimal antara motif pertikaian. Contoh dari defense mechanism pada level ini adalah

anticipation, affiliation, altruism, humor, self-assertion, self-observation, sublimation,

dan suppression.

2. Mental Inhibitor Level

Orang dengan defense pada level ini berpotensi mengancam ide, perasaan, memori,

keinginan dan ketakutan dari alam sadar. Contohnya adalah displacement,

dissociation, intellectualization, isolation of affect, reaction formation, repression dan

undoing.

3. Minor image-distorting level

Individu dengan tingkatan defense yang seperti ini dicirikan dengan penyimpangan

gambaran diri, tubuh, atau lainnya yang dapat digunakan untuk mengatur kepercayaan

diri. Contohnya adalah devaluation, idealization dan omnipotence.

4. Disavowal level

Individu dengan tingkatan defense ini akan menjaga stressor, impuuls, ide, afek, atau

tanggung jawab yang tidak menyenangkan atau tidak bisa diterima dari alam sadar

dengan atau tanpa kegagalan hubungan dengan penyebab eksternal. Contohnya adalah

denial, projection dan rationalization

5. Major image-distorting level

Individu dengan tingkatan defense yang seperti ini dicirikan dengan penyimpangan

besar terhadap gambaran diri atau orang lain. Contohna autistic fantasy, projective

identification dan splitting.

6. Action level

Pada level ini dapat dilihat bahwa individu akan menerima stressor internal atau

eksternal dengan aksi. Contohnya acting out, apathetic, withdrawal, help-rejecting,

dan passive aggression.

7. Level of defensive dysregulation

Page 13: Skenario C

Pada level ini akan tampak kegagalan individu untuk mengatur mekanisme

pertahanan untuk mengisi reaksi individu terhadap stressor, yang berujung pada

hilangnya realitas objektif. Contohnya delusional projection, psychotic denial dan

psychotic distortion.

Namun berdasarkan pemahaman psikodinamika, ego defense mechanism dibagi menjadi tiga

tingkat :

1. Mature Defenses

Humour

Suppression

Asceticism

Altruism

Anticipation

Sublimation

2. Higher-Level Neurotic Defenses

Introjection

Identification

Displacement

Intellectualization

Isolation of Affect

Rationalization

Sexualization

Reaction Formation

Repression

Undoing

3. Primitive Defenses

Splitting

Projective Identification

Projection

Denial

Dissociation

Idealization

Page 14: Skenario C

Acting out

Somatization

Regression

Schizoid Fantasy

1. Alturism

Individu dengan defense altruism akan merasa puas (gratifikasi) secara naluriah

apabila berkorban demi kepentingan orang lain. Hal ini termasuk dalam formasi

rekasi yang tidak membahayakan dan bersifat konstruktif. Altruism berbeda dengan

altruistic surrender, dimana gratifikasi atau kebutuhan naluriah dikorbankan untuk

memenuhi kepentingan orang lain dengan merugikan diri sendiri, dan rasa puas hanya

dapat dinikmati sendiri melalui interoyeksi.

2. Anticipation

Antisipasi merupakan ego defense mechanism dimana secara realistic berantisipasi

atau merencanakan untuk sesuatu yang tidak menyenangkan dimasa depan.

Mekanisme ini merupakan mekanisme yang goal-directed dan menunjukkan

perencanaan yang matang dan antisipasi afektif terhadap kekhawatiran yang

berpotensi membahayakan secara dini dan realistis.

3. Asceticism

Asceticsm merupakan mekanisme dimana menghilangkan pengalaman yang

menyenangkan. Terdapat unsur moral dalam menetapkan nilai terhadap kesenangan

tertentu. Gratifikasi berasal dari penolakan/pembuangan.

4. Humor

Humor dalam mekanisme pertahanan merupakan menggunakan komedi untuk

mengekspresikan perasaan dan pikirannya secara terbuka tanpa adanya

ketidaknyamanan dan tanpa adanya afek yang tidak menyenangkan terhadap yang

lain. Hal ini menjadikan individu mentoleransi dan tidak terfokus pada hal terburuk

yang harus ditanggung.

5. Sublimation

Sublimasi merupakan pencapaian gratifikasi spontan dan retensi terhadap tujuan

tetapi mengubah objek tujuan yang dapat diterima oleh masyarakat sosial. Sublimasi

mengizinkan naluriah terhubung. Perasaan diketahui, dimodifikasi dan diarahkan

kepada tujuan atau objek yang signifikan.

6. Suppression

Page 15: Skenario C

Supressi merupakan mekanisme dimana menunda atau mengesampingkan konflik

atau dorongan sadar tertentu. Isu mungkin dengan sengaja dipotong, namun mereka

tidak menghindari hal tersebut.

7. Denial

Denial merupakan mekanisme dimana menghindari aspek ketidaknyamanan realitas

secara sadar dengan meniadakan data sensoris. Meskipun respresi mirip dengan denial

namun denial meniadakan realitas eksternal. Denial dapat muncul dalam keadaan

normal maupun patologis.

8. Distortion

Distorsi adalah membentuk kembali realitas eksternal sehingga sesuai dengan

kebutuhan internal (termasuk keyakinan megalomania yang tidak realistis, halusinasi,

delusi wish-fullsilling) dan menggunakan perasaan yang berkelanjutan dan hak delusi.

9. Projection

Proyeksi merupakan memberikan persepsi dan reaksi terhadap dorongan dari dalam

yang tidak dapat diterima dan turunannya seolah-olah mereka bukan berasal dari

dirinya (berasal dari luar diri). Dalam level psikologis, mekanisme ini membentuk

delusi terhadap realitas eksternal (biasanya persecutor) dan termasuk dalam persepsi

perasaannya sendiri dan persepsi tindakan yang selanjutnya (psychotic paranoid

delusions). Dorongan dapat berasal dari id atau superego namun mengalami

transformasi. Oleh karena itu, sesuai dengan analisis Freud terhadap proyeksi

paranoid, dorongan libido homoseksual dibah menjadi kebencian dan diproyeksikan

kepada objek dotongan homoseksual yang tidak dapat diterima.

10. Acting out Expressing an unconscious wish or impulse through action to avoid being

conscious of an accompanying affect. The unconscious fantasy is lived out

impulsively in behavior, thereby gratifying the impulse, rather than the prohibition

against it. Acting out involves chronically giving in to an impulse to avoid the tension

that would result from the postponement of expression.

11. Blocking

Blocking merupakan mekanisme dimana secara temporer menghambat pikiran,

termasuk afek dan dorongan. Blocking hampir sama dengan represi namun berbeda

dalam tekanan yang muncul ketika dorongan, afek, dan pemikiran dihambat.

12. Hypochondriasis

Hipokondriasis merupakan perasaan sakit yang berlebihan dengan tujuan evasi dan

regresi. Celaan muncul dari berita kematian, kesendirian atau dorongan agresif yang

Page 16: Skenario C

tidak diterima kepada orang lain diubah menjadi celaan untuk diri sendiri dan keluhan

sakit, sakit fisik, dan neurasthenia. Dalam hipokondriasis, individu dapat menghindari

tanggungjawab, mengelak rasa bersalah, dan menghentikan dorongan naluriah.

13. Introjection

Interyeksi merupakan memasukkan kualitas suatu objek ke dalam dirinya. Meskipun

penting untuk perkembangan, interoyeksi juga melayani fungsi defensive tertentu.

Ketika digunakan sebagai defense, hal ini dapat menghilangkan perbedaan subjek dan

objek. Melalui interoyeksi terhadap objek yang disenanginya, rasa sakit akibat

kehilangan dapat dihindari.

Interoyeksi terhadap objek yang di takuti akan menghindari kecemasan ketika

karakteristik objek yang agresif diinternalisasm sehingga menempatkan agresi

dibawah kendali.

14. Passive-aggressive

Passive-aggresive merupakan ekspresi agresif terhadap lainnya secara tidak langsung

melalui kepasifan, masochism, perilaku yang melawan dirinya sendiri. Manifestasi

dari mekanisme ini adalah kegagalan, procrastination, dan penyakit yang

mempengaruhi orang lain dibandingkan diri sendiri.

15. Regression

Regresi merupakan mekanisme dimana mencoba untuk kembali ke fase libido awal

yang berfungsi untuk menghindari tekanan dan konflik berkelanjutan yang muncul

masa sekarang. Hal ini mencerminkan kecenderungan dasar untuk membangun naluri

gratifikasi pada masa kurang berkembang (saat kecil). Regresi merupakan hal normal

karena sejumlah regresi baik untuk relaksasi, tidur, orgasme pada hubungan seksual.

16. Fantasi schizoid

Melakukan penyerahan autistic dengan tujuan menyelesaikan konflik dan

mendapatkan imbalan. Hubungan keintiman interpersonal dihindari dan keanehannya

menyingkirkan hubungan lainnya. Individu ini tidak percaya secara seutuhnya tentang

fantasi dan tidak ingin mengekspresikannya

17. Somatisasi

Mengubah derivat-derivat psikis menjadi gejala fisik dan cenderung untuk bereaksi

terhadap manifestasi somatic dibanding manifestasi psikis. Pada desomatisasi, respon

somatic yang kekanak-kanakan digantikan oleh pemikiran dan perasaan, sedangkan

Page 17: Skenario C

pada resomatisasi, individu kembali ke bentuk somatiknya semula dalam menghadapi

masalah yang tak terselesaikan

18. Kontrol neurotic

Mencoba untuk mengatur atau menyusun kejadian atau objek di lingkungan untuk

mengurangi kecemasan dan menyelesaikan konflik batin

19. Pergantian

Mengubah emosi atau dendam dari sebuah ide atau objek menjadi yang lainnya yang

dapat menggambarkan keaslian suatu aspek atau kualitas. Pergantian ini membentuk

suatu representasi secara simbolis terhadap keaslian ide atau objek yang mengurangi

dendam atau kesedihan.

20. Eksternalisasi

Kecenderungan untuk memikirkan dunia luar dan objek yang berada di luar individu,

termasuk insting, konflik, mood, sikap, dan cara berpikir. Eksternalisasi adalah kata

yang lebih umum dari proyeksi

21. Inhibisi

Mengurangi atau menghentikan secara sadar beberapa fungsi ego, salah satu atau

beberapa sekaligus, untuk menghindari kecemasan yang meningkat akibat konflik

dengan insting, superego atau faktor lingkungan.

22. Intelektualisasi

Menggunakan proses intelektual secara berlebih untuk menghindari ekspresi atau

pengalaman afektif. Perhatian yang berlebihan berfokus pada benda mati untuk

menghindari hubungan dekat dengan orang lain, perhatian diberikan untuk realita

eksternal untuk menghindari ekspresi batin dan stress diberikan dengan berlebih untuk

detil-detil yang tidak penting untuk menghindari pemikiran tentang hal yang

sesungguhnya.

23. Rasionalisasi

Page 18: Skenario C

Memikirkan penjelasan rasional dalam memahami sikap, kepercayaan atau sifat yang

mungkin tidak dapat diterima. Motif yang mendasarinya biasanya didapatkan secara

insting

24. Disosiasi

Mengubah karakter  atau perasaan individu secara drastis dan terus-menerus terhadap

identitas seseorang untuk menghindari sakit pada emosional. Fugue state dan reaksi

konversi hysteria adalah gejala umum pada disosiasi. Disosiasi dapat juga ditemukan

pada sifat counterphobic, penyakit disosiatif dan penyalahgunaan narkotika atau

kesenangan religious

25. Formasi reaksi

Mengubah impuls yang tak dapat diterima menjadi kebalikannya. Reaksi formasi ini

adalah karakteristik dari neurosis obsesi, namun dapat timbul pada bentuk-bentuk

neurosis yang lain. Jika mekanisme ini sering digunakan pada tahap awal

perkembangan ego, maka hal ini dapat menjadi sifat yang permanen, seperti pada

individu-individu berobsesi

26. Represi

Memguang sebuah pemikiran atau perasaan secara paksa. Represi primer merupakan

penghambatan pemikiran dan perasaan sebelum berkembang menjadi kesadaran.

Represi sekunder adalah mengabaikan pemikiran yang telah mencapai level

kesadaran. Hal-hal yang dihambat/diabaikan ini tidak dilupakan secara total sehingga

sifat simbolik masih muncul. Pertahanan ini berbeda dari supresi dengan

mempengaruhi inhibisi impuls sehingga menjadi hilang dan tidak hanya menunda

tujuan. Persepsi sadar akan insting dan perasaan dihambat oleh represi

27. Seksualisasi

Memberikan perhatian seksual terhadap suatu objek atau fungsi yang tidak memiliki

arti sebelumnya sehingga individu dapat menyingkirkan kecemasan akibat dari impuls

atau derivatenya

Adapted by from Vaillant GE: Adaptation to Life. Little Brown, Boston, 1977; Semrad

E: The operation of ego defenses in object loss. In The Loss of Loved Ones, DM

Page 19: Skenario C

Moriarity, editor. Charles C Thomas, Springfield, IL, 1967; and Bibring GL, Dwyer

TF, Huntington DS, Valenstein AA: A study of the psychological process in pregnancy

and of the earliest mother-child relationship: Methodological considerations.

Psychoanal Stud Child 16:25, 1961. *The categorization of these defenses as narcissistic

is controversial. Many psychoanalysts would subsume them under "Immature

Defenses."

EGO DEFENSE MECHANISMS DALAM KELAINAN KEJIWAAN

1. Psikosis Pada stadium akut terdapat kehilangan ego defense mechanism, dan gangguan pikiran, perasaan, dan impuls yang mengganggu alam sadar. Namun secara bertahap akan muncul ego defense, seperti :

Proyeksi Denial delusi Distorsi Regresi

2. Gangguan Neurosis Berdasarkan DSM IV kecemasan, gangguan somatoform, dan gangguan disosiatif termasuk kedalah gangguan neurosis. Defense yang digunakan tidak adaptif dalam interaksi social, karena bersifat stereotipik dan berulang-ulang. Secara klinis dapat berupa :

Ganguan pikiran dan impuls yang dikontrol dengan ego defense Gangguan perasaan yang menggangu ke alam sadar Penderita merasa cemas, mencari pertolongan karena dia merasa tidak nyaman

dengan pengalaman hidupnya (ego-alien) Phobia Orang dengan phobia memiliki beberapa ego defense mechanism, iatu displacement, avoidance, simbolisasi, dan restriction of the ego.

Obsessive Compulsive Disorder Orang dengan OCD memiliki ego defense mechanism, antara lain undoing, isolation, intellectualization, reaction formation, dan kepercayaan yang bersifat magis.

Gangguan Somatoform Pada gangguan ini akan muncul beberapa ego defense mechanism, antara lain somatisasi, konversi, passivity.

Gangguan disosiasi Ego defense mechanism yang muncul pada gangguan ini adalah disosiasi dan denial.

3. Gangguan Kepribadian Defense yang digunakan sangat efisien mengontrol kecmasan sehingga pasien tidak merasa terganggu dengan pemikiran atau perasaan bawah sadar. Perilaku dan impuls yang dibentuknya bersifat maladaptive dan mengganggu hubungan interpersonal dan hubungan kerja.

Page 20: Skenario C

Kesimpulannya, semua orang menggunakan ego defense pada waktu tertentu, namun bukanlah hal yang wajar untuk menggunakannya berulang atau secara berlebihan sehingga berujung pada kebiasaan yang maladptif (tidak adekuat untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan). Kluster A

Paranoid Personality Disorder ProjectionSchizoid Personality Disorder Restriction of ego functionsSchizotypal Personality Disorder --Distortion

--Identificatin

--Somatization

--Repression

--Acting out

--Fantasy of love and attention

--Dissociation

--Regression

Kluster B Histrionic Personality Disorder --Denial

--Identification

--Somatization

--Repression

--Acting out

--Fantasy of love and attention

--Dissociation

--Regression

Borderline Personality Disorder --Splitting

--Projective identification

--Acting out

Narcissistic Personality Disorder --Splitting

--Over-idealization and devaluation (envy)

Page 21: Skenario C

--Projective identification

--Fantasy of grandiosity and behavior

--Acting out

Antisocial Personality Disorder --Projection

--Externalization

--Rationalization

--Acting out

--(Superego deficits)

Kluster C OCD --Isolation

--Rationalization

--Intellectualization

--Reaction formation

--Fantasy re aggression

Passive-Aggressive Personality Disorder

--Repression

--Denial

Avoidant Personality Disorder --Displacement

Dependent Persoanlity Disorder --Passivity

4. Depresi Orang dengan depresi akan memperlihatkan beberapa ego defense menchanism, antara lain interoyeksi, melawan dirinya, passivity, isolasi, dan identifikasi.

5. MaturOrang dengan perilaku matur akan memperlihatkan ego defense antara lain supresi, humor, sublimasi, intelektualisasi, dan asceticism.

http://www.psychlotron.org.uk/resources/abnormal/A2_AQB_abnormal_bipolartheories.pdf

Bipolar dalam Psikologis

Page 22: Skenario C

Berdasarkan pandangan psikodinamik, diasumsikan bahwa masalah utama dari bipolar

disorder adalah depresi dengan episode manic dimana penderita melawan keadaan

depresinya. Dalam pendekatan Freudian, depresi diperkirakan hasil dari agresi dari id yang

berbalik melawan diri sendiri. Episode depresi, akan ditampilkan kembali id yang menjadi

dominan dan berusaha melawan ego dan superego.

Fase manic akan terjadi ketika ego berusaha untuk mempertahankan dirinya melawan agresi

id dengan menggunakan defense mechanism berbasis denial. Hal ini mungkin menjelaskan

kepecayaan diri yang berlebihan dan delusi grandiose pada pasien manic : yang bertujuan

untuk menjaga dirinya dari perasaan tidak berarti, ego menciptakan khayalan/fantasi dimana

orang tersebut lebih berhasil atau berkuasa dibanding mereka yang sebenarnya.

Padangan ego defence pada gangguan bipolar merupakan observasi klinis yang konsisten.

Walaupun maniak diyakinkan sebagai situasi berkebalikan dari depresi namun hal ini tidak

universal. Beberapa pasien selama episode manic melaporakan bahwa mereka merasa

euphoria. Emosi yang dominan pada pasien manic adalah iritabilitas, ketika sedang

bersemangat maupun sedang sedih, terutama ketika ambisi mereka menyebabkan frustasi.

Pasien bipolar juga terdengar tidak memiliki harapan dan lebih banyak pikiran untuk bunuh

diri disbanding control normal. Hal ini meyakinkan bahwa episode depresi tidak hilang

sepenuhnya ketika pasien dalam keadaan manic, bahwa manic muncul disertai dengan

depresi.

Daftar Pustaka

Amir N. 2010. Gangguan mood bipolar: kriteria diagnostic dan tatalaksana dengan obat antipsikotik atipik. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, h. 3-32.

Soreff S, Ahmed I. 2103. Bipolar affective disorder. Diunduh dari emedicine.medscape.com, 24 April 2013.

Simon H, Zieve D. Bipolar Disorder.2009. Diunduh dariwww.umm.edu,24 April 2013.

Fakultas Kedokteran Universiats Indonesia. 2010. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; hlm.197-208.