SKRIPSI
OPTIMASI VITAMIN C DALAM PAKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN SINTASAN Daphnia sp.
SUROHMAN
10594089414
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
i
OPTIMASI VITAMIN C DALAM PAKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN SINTASAN Daphnia sp.
SUROHMAN
10594 089414
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
Pada Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammmadiyah Makassar
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Proposal : Optimalisasi Vitamin C Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan
Dan Sintasan Dapnia Sp.
Nama : Surohman
Stambuk : 10594089414
Prodi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar
Disetujui:
Pembimbing I,
Asni Anwar, S,Pi., M.Si
NIDN : 0921067302
Pembimbing II,
Dr. Murni, S.Pi., M.Si
NIDN : 0903037306
Diketahui :
Dekan Fakultas Pertanian,
Dr.H. Burhanuddin, S.Pi., MP
NIDN : 0912066901
Ketua Program Studi
Budidaya Perairan,
Dr.Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd
NIDN : 0926036803
iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul : Optimasi Penggunaan Vitamin C Dalam Pakan Terhadap
Pertumbuhan dan Sitasan Daphnia sp
Nama Mahasiswa : Surohman
Stambuk : 10594089414
Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar
KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Asni Anwar, S.Pi., M.Si
Ketua Sidang
( ………………………..)
2. Dr. Murni, S.Pi., M.Si
Sekretaris
( ………………………..)
3. Dr.Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd
Anggota
( ………………………..)
4. Dr.H. Burhanuddin, S.Pi., M.P
Anggota
( ………………………..)
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
Optimasi Vitamin C Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan dan
Sintasan Daphnia sp adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri
yang belum di ajukan oleh siapapun, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau di kutip dari karya yang di terbitkan maupun tidak di
terbitkan dari penulis lain telah di sebut di dalam teks dan di cantumkan dalam
daftar pustaka pada bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Februari, 2020
v
HALAMAN HAK CIPTA
@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2020
Hak cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan, karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh
Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memeperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar.
vi
ABSTRAK
Surohman 10594089414. OPTIMALISASI VITAMIN C DALAM PAKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN Daphnia sp. Dibimbing
oleh ASNI ANWAR dan MURNI.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Optimalisasi Vitamin C
Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Daphnia sp.
Metode penelitian yang digunakan adalah Daphnia sp yang diperoleh di BalaI
Benih Ikan Bantaeng yang di kultur dalam skala intermedit. Daphnia sp yang di
gunakan sebanyak 10 ekor/l wadah penelitian. Jumlah wadah penelitian sebanyak
12 buah dengan kapasitas masing-masing 5 liter. Wadah penelitian di isi air
sebanyak 3 liter. Perlakuan yang di uji cobakan adalah pemberian vitamin C
dengan dosis yang berbeda pada Daphnia sp. Pada penelitian ini terdapat 4
perlakuan, yaitu dosis (perlakuan A) tanpa vitamin C, dosis 0,1 gram (perlakuan
B), dosis 0,2 gram (perlakuan C), dosis 0,3 gram (perlakuan D).
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi dan
sintasanDaphnia sp tertinggi terdapat pada perlakuan C dengan dosis (2 gram)
dengan tingkat kepadatan 930 ekor.
Disarankan dalam pemberian vitamin C pada Daphnia sp, perlu diperhatikan dosis
agar hasil yang diperoleh bias lebih baik lagi. Menjaga kualitas air agar selama
penelitian dan pemeliharaan masih dalam keadaan layak untuk menunjang
pertumbuhan Daphnia sp.
Kata Kunci: Vitamin C Dalam Pakan, Pertumbuhan, Sintasan Daphnia sp.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Tuhan seluruh alam, yang senantiasa
memberikan nikmat dan karunianya berupa akal pikiran kepada penulis sehingga
terselesaikanlah penulisan proposal penelitian ini dengan judul “Optimalisasi
Vitamin C Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Dapnia Sp”.
Di bawah bimbingan Asni Anwar, S.Pi., M.Si.
Dengan selesainya penulisan proposal ini saya menyampaikan terimakasih
kepada pembimbing atas segala saran dan pemikirannya, sehingga proposal ini
dapat terselesaikan. Akan tetapi penulis menyadari bahwa isi proposal ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat
dengan rendah hati menerima segala saran dan kritikan sehingga proposal ini
dapat mendekati kesempurnaan.
Makassar, Februari 2020
Penulis,
Surohman
viii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ................................................. iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI ........................................... iv
HALAMAN HAK CIPTA ................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xi
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan ................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
2.1. Klasifikasi dan Morfologi ......................................................... 4
2.1.1. Klasifikasi Dapnia sp ...................................................... 4
2.1.2. Morfologi Dapnia sp ....................................................... 5
2.1.3. Fisiologi Dapnia sp ......................................................... 6
2.1.4. Reproduksi Dapnia sp ..................................................... 6
2.1.5. Parameter Kualitas Air ................................................... 7
2.1.5.1. Oksigen Terlarut (DO) ....................................... 7
2.1.5.2. Derajat Keasaman ............................................. 8
2.1.5.3. Suhu .................................................................. 8
ix
2.2. Vitamin C (Acrobite Acid) .................................................... 8
2.3. Struktur Kimia ....................................................................... 10
III. METODE PENELITIAN ............................................................. 11
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................. 11
3.2. Metode dan Perlakuan ........................................................... 11
3.3. Prosedur Penelitian ................................................................ 12
3.3.1. Organisme Uji ............................................................ 12
3.3.2. Persiapan Wadah Penelitian ...................................... 12
3.3.3. Proses Pembuatan Pakan ........................................... 12
3.3.4. Pemberian Pakan ....................................................... 12
3.3.5. Perubahan Yang Diamati ........................................... 13
3.3.6. Pengamatan Kualitas Air ........................................... 13
3.3.7. Kepadatan Populasi dan Pertumbuhan Spesifik
Daphnia sp. ................................................................ 13
3.3.8. Survival Rate (SR) ..................................................... 13
3.4. Analisa Data ........................................................................ 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 15
4.1. Pertumbuhan Populasi Daphnia sp ..................................... 15
4.2. Kepadatan Total Daphnia sp ................................................ 17
4.3. Sintasan ............................................................................... 18
4.4. Kualitas Air ......................................................................... 22
V. PENUTUP ................................................................................... 24
5.1. Kesimpulan .......................................................................... 24
5.2. Saran .................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran hasil anova
Lampiran foto penelitian
Riwayat hidup penulis
x
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 Pertumbuhan Populasi Daphnia sp 15
2 Kepadatan Total Daphnia sp 17
3 Sintasan 18
4 Kualitas Air 22
xi
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 Daphnia sp Betina dan Daphnia sp Jantan 4
2 Morfologi Daphnia sp 5
3 Siklus Hidup Daphnia sp 7
4 Grafik Pertumbuhan 19
5 Grafik Survival Rate Daphnia sp. 21
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pakan alami merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
keberhasilan usaha budidaya seperti pembenihan. Pembenihan merupakan suatu
kegiatan dalam budidaya ikan, yang dalam pengembangannya sering mengalami
berbagai kendala, diantaranya ialah tingginya kematian larva. Hal ini disebabkan
antara lain karena larva yang memiliki bukaan mulut yang sangat kecil sehingga
sulit mengkonsumsi pakan yang sesuai. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut adalah dengan menyediakan pakan yang sesuai dengan bukaan
mulut larva (Gunawati, 2000). Umumnya pakan yang diberikan pada larva ikan
ialah berupa pakan alami diantaranya dari kelompok Cladocera, yaitu Daphnia
sp., Daphnia sp. merupakan zooplankton yang memiliki ukuran tubuh 0,3-1 mm
dan memiliki kandungan gizi yang cukup baik (Ansaka, 2002).
Berbagai penelitian terdahulu telah dilakukan untuk menggantikan kotoran
ayam sebagai media kultur Daphnia sp., mulai dari penyediaan pakan dari
berbagai kotoran ternak diantaranya kotoran ayam puyuh (Gunawan, 2000) dan
kotoran kuda (Sanyoto, 2000), penyediaan pakan dengan ragi roti (Sulasingkin,
2003), pemberian pakan dengan rendaman dedak (Suryaningsih, 2006 dalam
Mubarak et al., 2009), sampai memanfaatkan dedak padi yang difermentasi
menggunakan Saccharomyces cerivisae yang terkandung dalam ragi roti
(Sitohang et al., 2012). Dalam penelitiannya, pemberian dedak hasil fermentasi
ragi (Saccharomyces cerevisiae) sebesar 125mg.Lˉ¹ memberikan pertumbuhan
populasi Daphnia sp. Yang tertinggi (puncak populasi) terjadi pada masa kultur 12
hari sebanyak 177 individu.Lˉ¹ (Sitohang et al., 2012). Watanabe et al. (1983),
2
menyatakan bahwa penggunaan ragi roti pada kegiatan budidaya Brachionus
plicatilis kadang-kadang menyebabkan kematian massal pada larva ikan yang
dipelihara dengan Brachionus tersebut. Salah satu unsur nutrien penting dalam
pakan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan
diantaranya adalah vitamin C.
Pengkulturan Daphnia sp. memiliki sejumlah keuntungan yaitu kualitas
pakan yang terjamin, bebas dari hama penyakit serta terjamin kuantitas dan
kontinuitasnya serta mudah dikultur dengan biaya yang relatif murah. Selain itu,
Daphnia sp. memiliki beberapa keunggulan, antara lain :(a) ukurannya sesuai
dengan bukaan mulut benih ikan (b) mudah dicerna oleh benih ikan sebab
mengandung enzim pencernaan (c) nilai nilai gizinya yang tinggi. Berdasarkan
hasil uji proksimat Daphnia sp. menggandung 94,04% air; 2,98% protein; 0,43%
lemak; 0,16% serat; dan 0,69% abu (Hadadi 2003).
Dapnia sp merupakan hewan Crustacea atau sering disebut udang renik yang
digunakan sebagai pakan untuk benih ikan. Bentuk dan ukuran mulut larva ikan
seperti ikan nila, ikan lele dan ikan hias sangat cocok diberikan pakan alami yakni
Daphnia sp. Keberadaan pakan alami sangat diperlukan dalam budidaya ikan hias
atau ikan konsumsi.
Sampai saat ini teknik budidaya Daphnia sp telah banyak dilakukan
pengkajian pada bahan nutrisi pakan yang sesuai untuk pertumbuhannya, namun
masih terdapat kekurangan misalnya, dengan menggunakan dedak terdapat
kekurangan yaitu terganggunya kestabilan kualitas air berupa peningkatan
konsentrasi amoniak yang akan menyebabkan meningkatnya pH air (Mubarak et
3
al, 2009). Oleh karena itu perlu di adakan penelitian tentang “Optimalisasi
Vitamin C Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Daphnia sp”.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis optimal Vitamin C yang
mampu meningkatkan pertumbuhan dan sintasan Daphnia sp.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi ilmiah bagi para
pelaku usaha budidaya khususnya pakan alami mengenai penggunaan vitamin C
dalam pakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan sintasan Daphnia sp.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Daphnia sp
2.1.1. Klasifikasi Daphnia sp.
Daphnia sp. secara taksonomi termasuk dalam kelompok crustacea
yang hidup secara umum di perairan tawar (Pangkey 2009). Beberapa
Daphnia sp. ditemukan mulai dari daerah tropis hingga Arktik dengan
berbagai ukuran habitat mulai dari kolam kecil hingga danau luas (Delbaere
dan Dhert, 1996).
Gambar 1. (A) Dahpnia sp. betina dan (B) Daphnia sp. jantan (Ebert, 2005)
Menurut Pennak (1989), klasifikasi Daphnia sp. adalah sebagai berikut :
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Ordo : Cladocera
Famili : Daphnidae
Genus : Daphnia
Spesies : Daphnia sp.
5
2.1.2. Morfologi Daphnia sp.
Secara morfologi pembagian segmen pada tubuh Daphnia sp. hampir tidak
terlihat. Pada bagian tubuh menyatu dengan kepala. Bentuk tubuh membungkuk
kearah bagian bawah, hal ini terlihat dengan jelas melalui lekukannya. Beberapa
spesies Daphnia sp sebagian besar anggota tubuh tertutup oleh carapace, dengan
kaki semu yang berjumlah enam pasang dan berada pada rongga perut. Bagian
tubuh yang paling terlihat adalah mata, antena dan sepasang setae (Pennak, 1989).
Pada dinding tubuh Daphnia sp. bagian punggung membentuk suatu lipatan
yang menutupi anggota tubuh lain sehingga terlihat seperti cangkang. Bagian ini
membentuk kantung sebagai tempat menampung telur. Pada bagian cangkang
tersebut terbentuk karena banyak menyerap air, kulit yang lunak kemudian
menjadi keras. Kerasnya cangkang terbentuk ketika mineral-mineral pembentuk
cangkang tersedia di perairan (Siregar, 1996).
(a’): Antennule (a”): Antena (b.c.): Brood-chamber (br.): Brain (c.): Margin of Carapace
(c.s): Caudal setae (e.): Compound eyes coalesced into one (f.): Furca (gl.): maxillary
gland (h.): Heart (herp.): Hepatic diverticulum of gut (n.e.): Nauplius eye (ov.): Ovary
Gambar 2. Morfologi Daphnia sp. (Pangkey, 2009)
6
2.1.3. Fisiologi Daphnia sp.
Beberapa Daphnia memakan jenis crustacean dan rotifer (Branchionus),
namun sebagian besar Daphnia sp adalah filter feeder dengan memakan alga
berukuran kecil dan berbagai macam detritus organik termasuk bakteri. Partikel
makanan yang tersaring kemudian dibentuk menjadi bolus yang akan turun
melalui rongga pencernaan sampai penuh dan melalui anus ditempatkan di bagian
ujung rongga pencernaan. Sepasang kaki pertama dan kedua digunakan untuk
membentuk arus kecil saat mengeluarkan partikel makanan yang tidak mampu
terserap (Waterman, 1960).
2.1.4. Reproduksi Daphnia sp.
Mekanisme reproduksi Daphnia adalah dengan cara partenogenesis (tanpa
kawin), dan sebagian besar telur yang dihasilkan akan menetas menjadi Daphnia
betina. Kemudian satu atau lebih individu muda dirawat dengan menempel pada
tubuh induk. Pertambahan ukuran terjadi sesaat setelah telur menetas di dalam
ruang pengeraman. Daphnia sp dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar
0,8 mm dihasilkan secara parthenogenesis (Mudjiman, 1999).
Menurut Siregar (1996) jika kondisi lingkungan hidup Daphnia sp. tidak
sesuai dan kondisi pakan tidak memadai, beberapa Daphnia sp. akan
memproduksi telur berjenis kelamin jantan. Kehadiran jantan ini dapat membuahi
telur Daphnia (ephippium), satu ekor Daphnia sp. jantan dapat membuahi ratusan
betina dalam satu periode.
Telur dari hasil pembuahan dapat bertahan dan berkembang hingga fase
gastrula dan segera memasuki fase dorman. Selain itu telur ini juga terlindungi
dengan mekanisme pertahanan terhadap kondisi lingkungan yang buruk.
7
Selanjutnya Daphnia sp. hidup dan berkembang biak secara aseksual.
Perkembangan naupli hingga pada fase dewasa dapat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan. Hewan ini biasa hidup pada suhu 22-30°C dengan pH 6,6 – 7,4.
Umur biota ini dapat mencapai 30 hari dan setiap 2 hari sekali beranak yang
kurang lebih jumlanya 33 ekor untuk Moina sedangkan untuk Daphnia sp hanya
sampai 12 hari dimana setiap 1-2 hari bisa beranak sampai 29 ekor.
Gambar 3. Siklus Hidup Dahpnia sp. (Clare, 2002)
2.1.5. Parameter Kualitas Air
Kualitas air merupakan suatu hal yang menentukan optimalisasi kehidupan
bagi organisme perairan, termasuk pada Daphnia sp. Organisme ini dapat hidup
dan berkembang biak dengan baik pada kondisi yang stabil. Faktor-faktor yang
mempengaaruhi antara lain oksigen terlarut (DO), pH, suhu, amoniak, dan
ketersediaan nutrien.
2.1.5.1. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor penting yang dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup Daphnia sp. Pada umumnya Daphnia sp.
dapat hidup pada kondisi oksigen terlarut (DO) diatas 3 mg/l (Ebert, 2005).
8
Kondisi oksigen terlarut tersebut dibutuhkan oleh Daphnia sp. dalam proses
metabolisme di dalam tubuhnya.
2.1.5.2. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan
organisme perairan, sehingga sering dipakai untuk menyatakan baik buruknya
suatu perairan. Menurut Raymont (1963), pH dapat mempengaruhi plankton
dalam proses perubahan dalam reaksi fisiologis dari berbagai jaringan maupun
pada reaksi enzim. Tait (1981) menyatakan bahwa kisaran pH optimum bagi
pertumbuhan plankton adalah 5,6-9,4.
2.1.5.3. Suhu
Suhu yang masih dapat ditoleransi oleh Daphnia sp. bervariasi sesuai
pada lingkungan tersebut. Daphnia sp. umumnya dapat hidup optimal dengan
kisaran suhu 22-31°C (Radini, 2004), sedangkan kisaran derajat keasaman (pH)
pada Daphnia sp. yang masih dapat ditolerir adalah 7,2–8,5 (Clare, 2002). Dengan
meningkatnya suhu dan pH maka akan mempengaruhi peningkatan kadar NH3 di
perairan. Menurut Radini (2004) Daphnia sp. masih bertahan pada kadar amonia
di bawah 0,2 ppm dan dapat berkembang biak dengan baik.
2.2. Vitamin C (Ascrobite Acid)
Salah satu unsur nutrien penting dalam pakan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan diantaranya adalah vitamin C. Vitamin
C merupakan nutrien yang keberadaannya dalam jumlah mikro di dalam pakan,
tetapi harus tersedia, (Siregar & Adelina, 2008).
9
Sebagaimana pada rotifer yang diduga bahwa, terjadinya kematian pada
larva ikan yang diberi rotifer yang memanfaatkan ragi roti sebagai pakannya,
adalah akibat defisiensi vitamin C karena menurut Merchie et al. (1995a) rotifer
yang dibudidayakan dengan ragi hanya mengandung vitamin C sebesar 148 g/g
bobot kering. Pengaruhnya terhadap pertumbuhan ikan dijelaskan oleh Masumoto
et al (1991), berkaitan dengan pembentukan kolagen pada ikan. Pembentukan
kolagen penting untuk pertumbuhan normal ikan karena kolagen merupakan
komponen utama pada matriks tulang. Pembentukan kolagen yang optimal sangat
ditentukan oleh cukup tidaknya kadar vitamin C dalam pakan. Percobaan yang
dilakukan Nuranto (1991) menunjukkan bahwa pada ikan lele dengan panjang 7-8
cm membutuhkan kadar vitamin C dalam pakan sebanyak 100 mg/kg pakan.
Sedangkan kadar vitamin 25 mg/kg pakan memperlihatkan gejala defisiensi.
Percobaan Subyakto (2000) menunjukkan bahwa kadar APM 25 mg/kg pakan
memberikan pertumbuhan terbaik juvenil kerapu tikus (Cromileptes altivelis).
Sedangkan untuk pertumbuhan optimal channel catfish (Clarias gariepinus)
dibutuhkan kadar vitamin C (ascorbyl-phosphate ester) sebesar 25 mg/kg pakan
(Merchi et al, 1997). Selain itu, penambahan (enrichment) vitamin C juga bisa
dilakukan terhadap pakan alami. Penambahan vitamin C pada pakan alami
(Daphnia sp) dengan 2.0 g/l ascorbic acid-ethyl cellulose memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang baik bagi ikan. Seperti
halnya yang telah dilakukan oleh Kemala (2003), terhadap benih ikan gurame
yang berumur satu hari. Menurut Aslianti dan Agus (2009), vitamin C termasuk
satu diantara unsur penyusun nutrisi esensial yang sangat dibutuhkan ikan untuk
10
menjaga vitalitas tubuh akan tetapi ikan tidak mempunyai kemampuan untuk
mensintesis vitamin C oleh karena itu vitamin C harus tersedia dalam pakan.
2.2. Struktur Kimia
Vitamin C menurut IUPAC memiliki nama kimia asli L-theo-2hexenono-
1,4-lactone, bukan singkatan L-ascorbic acid (AA). Hanya gugus 20H dan 5/60H
yang diteliti sebagai sumber vitamin C pada ikan yakni Ascobate -2- silphate
(AS), ascorbate-2-monoposphate (AmP), ascorbate-2-polyphosphate (ApP),
Ascorbyl palmitate (APt). Bentuk aktifnya adalah putih, tidak berbau, komponen
Kristal, larut dalam air namun tidak larut dalam lemak.
L ascorbite acid (kiri) dan struktur yang teroksidasi (kanan) (Halver et al 2002)
11
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan di Unit Pelaksana Teknisi
Daerah (UPTD) Balai Benih Ikan (BBI) Desa Rappoa, Kec. Pa’jukukkang, Kab.
Bantaeng, Prov. Sulawesi Selatan.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut, toples plastik
bervolume 5 liter digunakan sebagai wadah pemeliharaan, peralatan aerasi (batu
aerasi, kran aerasi, selang aerasi, dan timah pemberat), timbangan di gital untuk
menimbang pakan dan vitamin C, plankton net untuk pemberian pakan, pipet dan
cawan petri untuk menghitung populasi Daphnia, kain hitam untuk alas cawan
petri, hanna HI-991300 untuk mengukur oksigen terlarut, suhu dan pH air.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Daphnia sp., pellet FF-999,
vitamin C, dan air tawar.
3.3. Metode dan Perlakuan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu
serangkaian percobaan untuk melihat suatu hasil (Amirin, 1990) dan
menggunakan Racangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan 4
perlakuan dan 3 ulangan dengan konsentrasi dosis 1 – 3 gram. Empat perlakuan
yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
▪ Perlakuan A : Pellet halus 1 gram (kontrol),
▪ Perlakuan B : Pellet halus 1 gram + Vitamin C 1 gram,
▪ Perlakuan C : Pellet halus 1 gram + Vitamin C 2 gram,
▪ Perlakuan D : Pellet halus 1 gram + Vitamin C 3 gram.
12
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Organisme Uji
Organisme yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah
Daphnia sp.Adapun organisme uji yang akan digunakan sebagai bahan
penelitian didapat dari Balai Benih Ikan (BBI) Rappoa, Kec. Pa’jukukkang
Kab. Bantaeng.
3.4.2. Persiapan Wadah Penelitian
Persiapan wadah yakni wadah toples plastik sebanyak 12 unit
dengan volume 5 liter, dimana 12 wadah di gunakan sebagai wadah
pemeliharaan. Wadah yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu.
Kemudian wadah di isi air dengan volume 3 liter dan di aerasi selama 24
jam sebelum penebaran. Daphnia sp di tebar kedalam wadah kultur yang
sudah disiapkan dengan kepadatan 10 ekor/L (Noerdjito, 2004).
3.4.3. Proses Pembuatan Pakan
Pembuatan pakan dilakukan dengan cara mencampurkan Vitamin C
dengan pellet halus FF-999 dengan perbandingan dosis yang telah
ditentukan. Pellet yang sudah di campur dengan Vitamin C kemudian
didiamkan selama 30 menit dengan tujuan agar proses pencampuran merata,
kemudian diberikan pada hewan uji.
3.4.4. Pemberian Pakan
Pemberian pakan di berikan sesuai dengan perlakuan penelitian.
Sebelum pakan di berikan terlebih dahulu di campur dengan vitamin C dan
diaduk merata kemudian di diamkan selama 15-30 menit. Pemberian pakan
terhadap Daphia sp diberikan 1 kali sehari (pukul: 08:00 WITA).
13
3.4.5. Peubah Yang Diamati
Perubahan yang diamati pada penelitian ini adalah tingkat pertumbuhan
populasi dan sintasan Dapnia sp dengan dosis vitamin C yang optimum .
3.4.6. Pengamatan Kualitas Air
Pengamatan kondisi kualitas air dalam wadah selalu diperhatikan.
Pergantian volume air dalam wadah dilakukan pergantian minimal 20% 1 kali
sehari untuk menjaga kualitas air yang stabil. Pengukuran kualitas air dilakukan 4
hari sekali. Pengukuran kualitas air secara umum meliputi oksigen terlarut (DO),
suhu dan pH. Pengamatan parameter kualitas air ini dilakukan pada waktu pagi
hari karena pada waktu tersebut merupakan titik kritis perubahan kualitas air.
3.4.7. Kepadatan Populasi dan Pertumbuhan spesifik Daphnia sp.
Kepadatan populasi di hitung secara manual dengan mengunakan bantuan
pipet ukuran 0,5 mm, senter dan cawan petri. Menurut Fogg et al (1975),
pertumbuhan spesifik Daphnia sp di hitung pada hari pertama hingga mencapai
puncak populasi dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
K : Laju pertumbuhan (ind/1/Hari)
Wo : Jumlah individu pada awal percobaan (ind/L),
Wt : Jumlah individu pada puncak populasi (ind/L)
T : Waktu mencapai puncak populasi.
3.4.8. Survival rate (SR)
Tingkat kelangsungan hidup ikan dihitung dengan rumus (Goddard, 1996):
14
Keterangan :
SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian (ekor)
No = Jumlah ikan yang hidup pada awal penelitian (ekor)
3.4.9. Analisa Data
Data yang diperoleh di uji sidik ragam satu arah (one way ANOVA). Jika
terdapat pengaruh maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan dengan
menggunakan softwere SPSS16.
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pertumbuhan Populasi Daphnia sp.
Berdasarkan hasil penilitian di dapatkan pertumbuhan populasi Daphnia sp.
di sajikan pada table 1, berikut:
Tabel 1. Pertumbuhan Populasi Daphnia sp.
No Perlakuan
Ulangan
Rata-rata
1 2 3
1 A (Kontrol) 4,5 % 3,9 % 2,9 % 9,4 %
2 B (1 gram) 12,8 % 18,5 % 5,14 % 33,01 %
3 C (2 gram) 16,64 % 25,07 % 18,3 % 47,81 %
4 D (3 gram) 2,29 % 3,86 % 1,86 % 6,8 %
Sumber : Data hasil penelitian, 2019
Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dengan pellet (PF-
999), juga memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan populasi
Daphnia sp selama pemeliharaan. Selanjutnya uji lanjut menggunakan BNT 0,03
menunjukkan laju pertumbuhan pada perlakuan C ( 2 gram vitamin C) tertinggi
dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, sedangkan pertumbuhan populasi
terendah dihasilkan perlakuan D (3 gram vitamin C) dan berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Hasil pengamatan penelitian terhadap laju pertumbuhan
Dahpnia sp. masing-masing perlakuan mengalami peningkatan pertumbuhan.
Pertumbuhan yang paling terlihat pada perlakuan C (2 gr vit. C + 1 gram pellet).
Penambahan vitamin C pada pakan alami (Daphnia sp) dengan 2.0 g/l ascorbic
acid-ethyl cellulose memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan
16
kelangsungan hidup yang baik bagi ikan. Seperti halnya yang telah dilakukan oleh
Kemala (2003), terhadap benih ikan gurame yang berumur satu hari.
Pertumbuhan Daphnia sp., terdiri dari fase adaptasi, fase eksponensial, fase
stationer dan fase kematian.
Fase adaptasi merupakan tahap untuk Daphnia sp. beradaptasi pada wadah
kultur yang baru. Fase adaptasi terlihat hasil yang sama antar perlakuan.
Perlakuan A, B, C dan D fase adaptasi berlangsung pada hari ke-0 sampai hari ke-
2 . Ini menunjukan bahwa Daphnia sp. cepat menyesuaikan terhadap wadah kultur
yang baru. Setelah fase adaptasi, selanjutnya fase eksponensial.
Fase eksponensial merupakan terjadinya pertambahan jumlah individu
beberapa kali lipat dalam jangka waktu tertentu karena adanya siklus reproduksi
(Zahidah et al., 2012). Fase eksponensial pada perlakuan A, B dan D terjadi dua
kali yaitu hari ke-4 dan hari ke-6. Sedangkan pada perlakuan C terjadi empat kali
yaitu hari ke-4, hari ke-6, hari ke-8 dan hari ke-10.
Fase eksponensial yang terjadi empat kali pada perlakuan C ini diduga karena
pada perlakuan C Dahpnia sp. dapat memanfaatkan pakan secara optimal.
Zahidah (2012), menyatakan bahwa dalam kondisi pakan yang cukup maka
Daphnia sp. muda (juvenile) akan tumbuh dan berganti kulit hingga menjadi
individu dewasa dan bereproduksi secara parthenogenesis, sehingga terjadi
penambahan individu beberapa kali lipat. Setelah fase eksponensial selanjutnya
fase stasioner.
Fase stasioner merupakan fase puncak populasi (Izzah et.al.,2014). Fase
stasioner tertinggi untuk tiga perlakuan A, B, dan D terjadi pada hari ke-8. Untuk
17
perlakuan A yaitu 247 ind/l untuk perlakuan B yaitu 600 ind/l untuk perlakuan D
yaitu 202 ind/l. Perlakuan C yaitu 930 ind/l terjadi pada hari ke-12 kemudian
semua perlakuan mengalami fase kematian.
Fase kematian merupakan tahap dimana Daphnia sp. mengalami
terhambatnya laju pertumbuhan. Fase kematian terjadi setelah hari ke-12, salah
satu penyebab fase kematian adalah Daphnia sp tidak dapat memanfaatkan pakan
secara optimal dan berkurangnya nutrien dalam wadah kultur. Hal ini diduga
karena kandungan organik yang terdapat dalam wadah kultur tidak dimanfaatkan
secara optimal sehingga menyebabkan kekeruhan air dalam wadah kultur.
4.2. Kepadatan Total Daphnia sp
Kepadatan total Daphnia sp. selama penelitian di sajikan pada tabel 2.
Kepadatan Daphnia sp. tertinggi di peroleh pada perlakuan C dan kepadatan
terendah diperoleh pada perlakuan D.
Tabel 2. Kepadatan Total
Perlakuan Kepadatan total (ekor)
A (kontrol) 247
B (1 gram) 600
C (2 gram) 930
D (3gram 202
Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan pemberian vitamin c (aschrobic acid)
yang telah di campur dengan pellet halus (FF-999) memberikan respon terhadap
kepadatan populasi Daphnia sp. Adapun Kepadatan populasi total siklus dari awal
hingga akhir penelitian Daphnia sp. di sajikan pada tabel 1. Berdasarkan hasil
18
sidik ragam, pemberian vitamin c yang telah di campur dengan pellet pada kultur
Daphnia sp. selama pemeliharaan berpengaruh nyata pada kepadatan populasi
Daphnia sp. Selanjutnya hasil uji BNT 0,03 menunjukkan bahwa pemberian
vitamin C 2 gram yang di campur pellet halus sebanyak 1 gram dalam media
pemeliharaan (perlakuan C) menghasilkan kepadatan populasi Daphnia sp
tertinggi. Sementara perlakuan D, vitamin C 3 gram dalam media pemeliharaan
menghasilkan kepadatan populasi Daphnia sp terendah yang berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya. Menurut Zahidah dkk. (2012), bahwa tingginya
kepadatan Daphnia sp. saat mencapai puncak populasi menunjukkan bahwa
populasi tersebut menunjukkan bahwa populasi tersebut memiliki laju
pertumbuhan yang tinggi dibandingkan laju mortalitasnya. Sedangkan laju
pertumbuhan dan mortalitas Daphnia sp. tidak terlepas dari fungsi pakan. Pakan
pada Daphnia sp. yang dikultur adalah nutrisi yang ditambahkan dalam media
kultur. Oleh karena itu berdasarkan hasil tersebut diatas menunjukkan bahwa
perlakuan berupa perbedaan dosis vitamin C menyebabkan adanya pengaruh
terhadap pertumbuhan populasi dan kepadatan Daphnia sp.
4.3. Sintasan
Berdaarkan hasil penelitian didapatkan sintasan Daphnia sp. di sajikan pada
tabel 3, berikut:
Tabel 3. Sintasan Daphnia sp.
No Perlakuan
Ulangan Setiap
Perlakuan 1 2 3
1 A (Kontrol) 23 % 23 % 17 % 21 %
2 B (1 gram) 50 % 63 % 33 % 49 %
19
3 C (2 gram) 60 % 87 % 67 % 71 %
4 D (3 gram) 17 % 23 % 13 % 17 %
sumber data: Data di olah tahun 2019
Berdasarkan tabel 2. Menunjukan bahwa rata-rata kepadatan populasi
tertinggi Daphnia sp di peroleh pada perlakuan C (dosis 2 gram) dengan tingkat
kepadatan sebesar 47,81%. Setelah dilakukan uji ANNOVA menunjukkan nilai
0.003 ( Lebih kecil dari 0.05) membuktikan bahwa terdapat pengaruh pemberian
Vitamin-C yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan Dapnhia Sp.Maka dari
itu dilanjutkan dengan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dimana perlakuan A
berbeda nyata dengan perlakuan B dan C tetapi tidak dengan perlakuan D,
perlakuan B berbeda nyata dengan semua perlakuan, begitupun dengan perlakuan
C, sedangkan perlakuan D tidak berbeda nyata dengan perlakuan A tetapi
berbeda nyata atau signifikan dengan perlakuan B dan C seperti disajikan pada
gambar 5, berikut:
Gambar 5. Grafik Pertumbuhan
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
A (Kontrol) B (1 gram) C (2 gram) D (3 gram)
Pe
rtu
mb
uh
an%
20
Berdasarkan gambar 5 di atas, presentase pertumbuhan Daphnia sp yang
tertinggi dapat di lihat pada perlakuan C dengan dosis (2 gram vit. C + 1 gram FF-
999), di susul perlakuan B (1 gram + 1 gram FF-999), kemudian perlakuan D (3
gram + 1 gram FF-999), dan perlakuan A (tanpa pemberian vitamin c). Tingginya
kepadatan pertumbuhan yang di peroleh pada perlakuan C (2 gram vit. C + FF-
999), di duga karena dosis perlakuan sesuai yang di butuhkan atau dosis mampu
meningkatkan pertumbuhan Daphnia sp.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemberian
vitamin c sebanyak 2 gram dengan pellet FF-999 1 gram media pemeliharaan
menghasilkan pertumbuhan dan kepadatan populasi Daphnia sp. tertinggi,
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga pemberian 2 gram
vitamin-C sudah mencukupi kebutuhan nutrisi Daphnia sp . yang di pelihara
untuk menghasilkan pertumbuhan dan kepadatan populasi tertinggi. Vitamin C
yang diberikan dalam konsentrasi lebih dari 2 gram ternyata tidak dapat
termanfaatkan dengan baik oleh Daphnia dan banyak yang terbuang.
Berdasarkan pengamatan secara visual, pemeliharaan Daphnia sp., yang di
beri vitamin-C dan pellet dalam konsentrasi yang lebih banyak dari 2 gram
menyebabkan kondisi air media pemeliharaan menjadi berlendir yang menempel
pada dinding media pemeliharaan, yang artinya bertambahnya kandungan organik
di dalam media pemeliharaan. Selama pemeliharaan, pakan diberikan 1 kali
sehari. Menurut Ansaka (2002), semakin besar konsentrasi pakan yang diberikan
pada kultur Daphnia sp. maka jumlah organik yang terkandung di dalamnya
semakin besar pula, sehingga dapat mengakibatkan kondisi lingkungan semakin
21
kurang baik bagi pertumbuhan Daphnia sp dan semakin kecil laju pertumbuhan.
Menurut Gunawati (2000), kandungan nutrisi dalam media kultur yang kurang
terpenuhi dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi makanan antar individu.
Penyataan tersebut didukung oleh Casmuji (2002), menyatakan bahwa tingkat
pemanfaatan pakan yang dikonsumsi oleh Daphnia sp. dapat mempengaruhi
kelimpahan dan pertumbuhannya. Sulasingkin (2003) melaporkan bahwa,
kelimpahan populasi Daphnia sp. dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang
sesuai dengan jumlah individu yang berada pada wadah budidaya dan didukung
dengan kondisi lingkungan yang baik. Pengaruh perlakuan terhadap pencapaian
kepadatan maksimum di analisis melalui kepadatan pada saat puncak populasi
hari ke 12 dengan tingkat kepadatan 47% seperti terlihat pada gambar 5.
Sintasan adalah jumlah organisme yang hidup di akhir penelitian di bagi
dengan organisme pada awal penelitian kemudian di kalikan dengan seratus
persen. Rata-rata presentase sintasan setelah puncak pertumbuhan populasi.
Gambar 6. Grafik Survival Rate Dapnhia Sp.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
A (Kontrol) B (1 gram) C (2 gram) D (3 gram)
Surv
ival
rat
e%
22
Pengamatan tingkat sintasan hidup Daphnia sp di lakukan dari awal proses
pemeliharaan sampai akhir pemeliharaan, perhitungan presentase sintasan
Daphnia sp di lakukan dengan menghitung banyaknya indukan Daphnia sp pada
akhir percobaan.
Hasil perhitungan presentase sintasan Daphnia sp. dari setiap perlakuan dan
ulangan dapat di lihat pada gambar 6, yang menunjukkan bahwa perlakuan D (3
gram vit.C + FF-999) mengalami kepadatan pertumbuhan terendah(17%) di
banding perlakuan A kontrol (21% ), perlakuan B (49%), dan perlakuan C (71%),
di duga dengan dosis lebih dari 2 gram vit.C + 1 gram PF-999 tidak memberikan
sumber energi yang cukup untuk proses perkembangbiakan.
4.4. Kualitas Air
Selama penelitian, dilakukan pengukuran kualitas air media pemeliharaan
yang meliputi pH, Suhu, DO(Dissolve Oxygen), nilai parameter air media
pemeliharaan disajikan pada tabel 4, berikut:
NO Perlakuan
Kualitas air
Suhu °C DO Ph
1 A (Kontrol) 26,2-27,1°C 3,2-4,2mg/l 8,05-8,09
2 B (1 gram) 25,5-26,0°C 3,5-3,9mg/l 7,05-8,07
3 C (2 gram) 25,1-25,5°C 3,7-3,5mg/l 7,0-8,05
4 D (3 gram) 25,0-26,1°C 3,4-5,0mg/l 8,09-8,12
Sumber : data hasil penelitian, 2019
Dari hasil pengukuran yang dilakukan selama penelitian berlangsung
menunjukkan bahwa nilai DO berkisar antara 3,2 – 5,0 ppm, kandungan DO pada
23
setiap perlakuan selama penelitian merupakan kisaran DO yang optimum untuk
kultur Daphnia magna (Mokoginta, 2003). Kisaran pH selama penelitian antara
7,0–8,12 dan suhu berkisar 25,0°C-27,1°C.
24
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pertumbuhan Daphnia sp tertinggi terdapat pada perlakuan C dengan dosis
(2 gram vit. C + 1 gram FF-999), di susul perlakuan B (1 gram + 1 gram FF-999),
kemudian perlakuan D (3 gram + 1 gram FF-999), dan perlakuan A (tanpa
pemberian vitamin c). Tingginya kepadatan total yang di peroleh pada perlakuan
C (2 gram vit. C + FF-99), di duga dosis perlakuan sesuai yang di butuhkan atau
dosis mampu meningkatkan pertumbuhan Daphnia sp.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis menyarankan perlu
adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh pemberian Daphnia sp.
yang telah diberi pakan pellet FF-99 yang dicampur vitamin C terhadap
pertumbuhan dan sintasan larva ikan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ansaka D. 2002. Pemanfaatan Ampas Sagu Metroxylon Sagu Rottb dan Enceng
Gondok Eichhornia crassipes dalam Kultur Daphnia sp., Skripsi (Tidak
dipublikasikan). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Casmuji. 2002. Penggunaan Supernatant Kotoran Ayam dan Tepung Terigu
dalam Budidaya Daphnia sp., Skripsi (Tidak dipublikasikan). Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Casmuji, 2002. Penggunaan Supernatan Kotoran Ayam dan Tepung Terigu dalam
Budidaya Daphnia Sp. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 52 hlm.
Mubarak AS, Tias DTR dan Sulmartiwi L. 2009. Pemberian dolomit pada kultur
Daphnia spp. Sistem daily feeding pada populasi Daphnia spp. dan
kestabilan kualitas air. Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan. 1(1): 67-72.
Sulasingkin D. 2003. Pengaruh Konsentrasi Ragi yang Berbeda terhadap
Pertumbuhan PopulasiDaphnia sp., Skripsi (Tidak dipublikasikan).
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sulasingkin, D. 2003. Pengaruh Konsentrasi Ragi yang Berbeda terhadap
Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor, 41 hlm.
Sitohang RV, Herawati T dan Lili W. 2012. Pengaruh pemberian dedak padi hasil
fermentasi ragi (Saccharomyces cerevisiae) terhadap pertumbuhan biomassa
Daphnia sp.. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(1):65-72.
Pennak RW. 1989. Coelenterata. Fresh-water Invertebrates of the United States:
Protozoa to Mollusca, 110-127, 3rd edition,. New York: John Wiley and
Sons, Inc.
Sulasingkin, D. 2003. Pengaruh Konsentrasi Ragi yang Berbeda terhadap
Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor, 41 hlm.
26
Zahidah, 2012. Pertumbuhan Populasi Daphnia Sp. Yang Diberi Pupuk Limbah
Budidaya Karamba Jaraing Apung (KJA) Di Waduk Cirata Yang Telah
Difermentasi EM4. Jurnal Akuatika. III(1): 84-94.
Watanabe T., C. Kitajima, and S. Fujita. 1983. Nutritional value of live organisms
used in Japan for mass propagation of fish: A review. Aquaculture, 34:115-
143.
Masumoto T., H. Hosokawa and S. Shimeno. 1991. Ascorbic acid's role in
Aquaculture Nutrition. In Proceedings of the Aquaculture Feed Processing
and Nutrition workshop. Edited by D. M. Akiyama and R. K. H. Tan.
Thailand and Indonesia September 19-25, 1991. American Soybean
Association, Singapore. pp: 42-48.
Merchie G., P. Lavens, P. Dhert, M. Dehasque, H. Nelis, A. De Leenheer, and P.
Sorgeloos. 1995. Variation of ascorbic acid content in different live food
organisms. Aquaculture, 134: 325-337.
Gunawati, R.C. 2000. Pengaruh Konsentrasi Kotoran Puyuh yang Berbeda
terhadap Pertumbuhan Populasi dan Biomassa Daphnia sp. [Skripsi].
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor, 52
hlm.
Izzah, N. Suminto, dan V.E. Herawati. 2014. Pengaruh Bahan Organik Bekatul
dan Bungkil Kelapa Melalui Proses Fermentasi Bakteri Probiotik Terhadap
Pola Pertumbuhan dan Produksi Biomassa Daphnia sp. Journal of
Aquaculture Management and Technology., 3(2): 44-52.
Pangkey. H, 2009. Daphnia Dan Penggun aannya. Jurnal Perikanan Dan
Kelautan Volume V nomor 3, Desember 2009.
Ansaka D. 2002. Pemanfaatan Ampas Sagu Metroxylon Sagu Rottb dan Enceng
Gondok Eichhornia crassipes dalam Kultur Daphnia sp., Skripsi (Tidak
dipublikasikan). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Sanyoto PMH. 2000. KonsentrasiKotoran Kuda Optimum terhadap Pertumbuhan
dan Puncak Populasi Daphnia sp.,Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
27
Ebert D, 2005. Ecology, Epidemiology, and Evolution of Parasitism in Daphnia,
98. National Library of Medicine (US) – National Center for Biotechnology
Information, Bethesda.
Noerdjito DR. 2004. Optimasi suhu, ph, serta jumlah dan jenis pakan pada kultur
Daphnia sp. http://digilib.sith.itb.ac.id/ office.php?m=bookmark&id=
jbptitbbi-gdl-s1- 2004- diahradini-420 (diunduh 25 Maret 2009).
Hadadi, A. 2003. Budidaya Massal Daphnia sp. Proseding Semi Loka. Balai
Budidaya Air Tawar, Sukabumi. Hal 197 – 200
Mokoginta, I. 2003. Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Modul Daphnia sp.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Bidang Budidaya
Ikan Program Keahlian Budidaya Ikan Air Tawar
28
Lampiran
Lampiran 1
ANOVA
Kepadatan populasi
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 115867.583 3 38622.528 11.834 .003
Within Groups 26109.333 8 3263.667
Total 141976.917 11
Multiple Comparisons
Dependent Variable: hasil
LSD
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean
Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
perlakuan A
perlakuan B -117.66667* 46.64523 .036 -225.2308 -10.1026
perlakuan C -227.66667* 46.64523 .001 -335.2308 -120.1026
perlakuan D 15.00000 46.64523 .756 -92.5641 122.5641
perlakuan B
perlakuan A 117.66667* 46.64523 .036 10.1026 225.2308
perlakuan C -110.00000* 46.64523 .046 -217.5641 -2.4359
perlakuan D 132.66667* 46.64523 .022 25.1026 240.2308
perlakuan C
perlakuan A 227.66667* 46.64523 .001 120.1026 335.2308
perlakuan B 110.00000* 46.64523 .046 2.4359 217.5641
perlakuan D 242.66667* 46.64523 .001 135.1026 350.2308
perlakuan D
perlakuan A -15.00000 46.64523 .756 -122.5641 92.5641
perlakuan B -132.66667* 46.64523 .022 -240.2308 -25.1026
perlakuan C -242.66667* 46.64523 .001 -350.2308 -135.1026
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
29
Laju pertumbuhan spesifik
ANOVA
Hasil
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 585.612 3 195.204 11.655 .003
Within Groups 133.986 8 16.748
Total 719.599 11
Multiple Comparisons
Dependent Variable: hasil
LSD
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean
Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
perlakuan A
perlakuan B -8.24667* 3.34148 .039 -15.9521 -.5412
perlakuan C -16.10333* 3.34148 .001 -23.8088 -8.3979
perlakuan D 1.23000 3.34148 .722 -6.4755 8.9355
perlakuan B
perlakuan A 8.24667* 3.34148 .039 .5412 15.9521
perlakuan C -7.85667* 3.34148 .047 -15.5621 -.1512
perlakuan D 9.47667* 3.34148 .022 1.7712 17.1821
perlakuan C
perlakuan A 16.10333* 3.34148 .001 8.3979 23.8088
perlakuan B 7.85667* 3.34148 .047 .1512 15.5621
perlakuan D 17.33333* 3.34148 .001 9.6279 25.0388
perlakuan D
perlakuan A -1.23000 3.34148 .722 -8.9355 6.4755
perlakuan B -9.47667* 3.34148 .022 -17.1821 -1.7712
perlakuan C -17.33333* 3.34148 .001 -25.0388 -9.6279
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Sintasan / Surival Rate
ANOVA
Hasil
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 5576.667 3 1858.889 16.647 .001
Within Groups 893.333 8 111.667
Total 6470.000 11
30
Multiple Comparisons
Dependent Variable: hasil
LSD
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper
Bound
perlakuan A
perlakuan B -27.66667* 8.62812 .012 -47.5631 -7.7702
perlakuan C -50.33333* 8.62812 .000 -70.2298 -30.4369
perlakuan D 2.00000 8.62812 .823 -17.8965 21.8965
perlakuan B
perlakuan A 27.66667* 8.62812 .012 7.7702 47.5631
perlakuan C -22.66667* 8.62812 .030 -42.5631 -2.7702
perlakuan D 29.66667* 8.62812 .009 9.7702 49.5631
perlakuan C
perlakuan A 50.33333* 8.62812 .000 30.4369 70.2298
perlakuan B 22.66667* 8.62812 .030 2.7702 42.5631
perlakuan D 52.33333* 8.62812 .000 32.4369 72.2298
perlakuan D
perlakuan A -2.00000 8.62812 .823 -21.8965 17.8965
perlakuan B -29.66667* 8.62812 .009 -49.5631 -9.7702
perlakuan C -52.33333* 8.62812 .000 -72.2298 -32.4369
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
31
Lampiran Foto Penelitian
Penetapan Wadah Penelitian
Pengambilan Organisme Uji Daphnia sp
32
Penghitungan Daphnia sp
Proses Penimbangan Pakan
Pencampuran Pakan
33
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 27 Mei 1996 di Waitila, Desa SPF Kecamatan
Seram Utara Timur Seti Kabupaten Maluku Tengah. Penulis adalah anak ke 1 dari
5 bersaudara, dari pasangan kedua orang tua bernama Sugondo dan Sumini. Pada
tahun 2001 bersekolah di MI KHOIRU UMMAH Waitila, kabupaten Maluku
Tengah dan tamat pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke
MTS KHOIRU UMMAH dan tamat pada tahun 2010. Dan pada tahun yang sama
penulis melanjutkan sekolah Madrasah Aliyah Swasta di sekolah yang sama
masuk di kelas IPA dan tamat pada tahun 2014.
Kemudian pada tahun 2014 penulis melanjutkan ke perguruan tinggi strata 1
(S1) di Universitas Muhammadiyah Makassar dengan mengambil Prodi Budidaya
Perairan dan menyelesaikan program strata 1 (S1) pada tahun 2019 di bawah
bimbingan Asni Anwar, S.Pi., M.Si dan Murni, S.Pi.,M.Si. Sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis telah melaksanakan penelitian di Balai Benih Ikan (BBI) Bantaeng
Sulawesi Selatan, pada bulan april-juni 2019.