Puji Syukur kami panjatkan kepa-da Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan anugerah penyertaan-Nya, kami dapat menyelesaikan majalah SPEK-TRUM edisi SEPTEMBER 2014. Pengerjaan majalah ini pun tidak luput dari berbagai halangan maupun rintangan. Namun, semua itu tidak me-nyurutkan semangat kami untuk mem-berikan yang terbaik. Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh anggota BPN-ISMKI dan seluruh mahasiswa/I yang ter-libat dalam penyusunan majalah ini dari awal hingga akhir.
Pada edisi kali ini, kami mengangkat tema tentang penerapan senioritas dalam pendidikan kedokteran. Diangkatnya tema ini, diharapkan dapat membuka wawasan teman sejawat ten-tang senioritas dalam pendidikan kedok-teran, dari segi positif maupun negatifnya, serta membuka pandangan teman sejawat tentang senioritas apakah suatu masalah ataukah suatu solusi. Itulah sekilas ulasan isi SPEKTRUM kali ini, dengan bangga kami LPM NERVI beserta BPN-ISMKI mempersembahkan SPEKTRUM EDISI SEPTEMBER 2014. Selamat menikmati. Kalau bukan sekarang, kapan lagi ? Kalau bukan kita, siapa lagi? Maju terus PERS MAHASISWA !
Salam Redaksi Direktur Utama
Maria Megilda Bosri Direktur Utama Terpilih
Iqbal Maulana Malik Sekretaris Umum Andi Wali Syafaat Bendahara Umum
Leonita Vivian Homalessy Koordinator Penerbitan
SPEKTRUM Emirza Nur Wicaksono
Penanggung Jawab Rubrik Ida Bagus Ari Sudewa
Intan Chairrany Putu Ria Asprila Dewi Kardiana Izza Ell Milla Quri Meihaerani Savitri
R.A. Endah Jona Sari Dessy Dwi Zahrina Romel Ciptoadi W
Wahyu Rachwaldy Putry SHafirra R
Tri Hastuti Kepala Divisi Interna Siqbal Karta Asmana
Kepala Divisi Eksterna Rezita Oktiana Rah-
mawati Kepala Divisi Danus
Wahyu Insan Kepala Divisi Litbang
Ong Reaya Sany
REDAKSI
Ketua Umum Iriyanti Aderina Patola
Sekretaris Umum Leonita Vivian Homalessy
Ketua Tender Febri O. M. Bani
Ketua Rubrik Tender Yemima E.Z. Ambesa Tim Rubrik Tender Paulus Raga Come
Megaputri Y. Ratu Edo Vanny P. Huky Lena Roby Aditya Surya Basterlita Rumere
Ketua Layout Tender Swempi M. Abolla Tim Layout Tender
Leander P.D. Sili Willy Oematan Reza Eka Putra
Reynaldi Stefano Athanasius G.D. Putra Ketua Danus Tender Deodatus Th. Suriasa Tim Danus Tender Edwardus T. Adar Dea Lumban Gaol Vindy D. V. Manik
SPEKTRUM | Edisi September 2014
Dari Redaksi 1
Apa Kata Mereka 2
Laporan Utama 3
Laporan Khusus 7
Opini 10
Profil 11
Infokes 14
Ethnomedicine 16
ISMKI dan Organisasi 18
Introduce Us 28
Info Lokal 29
Pengembangan Diri 30
Hiburan Dan Seni 32
Kesan dan Pesan 33
Daftar Isi
Model Cover : Megumi - Vanny - Rina – Jean (1-2-3-S.Ked)
1
Dari Redaksi
2
SEBAGAI MAHASISWA KEDOKTERAN, PANDANGANMU
MENGENAI SENIORITAS SEPERTI APA? LALU APAKAH KALIAN
SETUJU KALAU SENIORITAS DITERAPKAN DALAM PENDIDIKAN
KEDOKTERAN?
Kalau saya sih nggak setuju, tapi ya mau bagaimana lagi,
memang senioritas sendiri di kedokteran memang ada di-
mana-mana, sekarang ya tergantung bagaimana kitanya aja.
Seharusnya senior itu memberi contoh yang baik, tapi disalahgunakan, fak-
tanya banyak sekali senior yang arogan, tapi hal itu sepertinya memang su-
dah tradisi di Kedokteran
saya setuju, karena itu untuk
menghargai mereka yang lebih dulu
menuntut ilmu dari pada kita, saya
sendiri melihat senioritas dari kemampuan dia berpikir, kemam-
puan dia berperilaku dengan senior, junior, maupun teman seba-
ya, untuk senior yang kadang suka mencari kesalahan dari
yuniornya, menurut saya itu sebuah skenario senior untuk melihat
cara berpikir yunior menghadapi senior yang seperti itu
SYAMSIA
FK UNISMUH Makassar 2011
SITI RAHMAWATI
FK Universitas Cendrawasih 2012
Saya nggak setuju, menurut saya baik senior maupun yunior,
semuanya sama, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Harusnya
ilmunya yang ditonjolkan. Senior sendiri itu orang yang lebih dulu masuk FK dari
kita, yang seharusnya membimbing kita, tapi terkadang diselewengkan, karena
mereka lebih senior tak sedikit dari mereka yang “Gila Hormat” Namun seper-
tinya senioritas tidak bisa dihapuskan mengingat sudah jadi budaya dan
hukum alam, bahwa junior harus hormat sama senior.
RETNO A. WULANDARI
FK Universitas Malahayati 2013
Senioritas ya? Aku sih setuju aja, tapi senioritasnya ngajarin supaya beretika,
jangan yang berlebihan sampai disuruh ini itu, ya setidaknya kalau ada sen-
ioritas, mahasiswa yang tingkat bawah bisa lebih menghargai, coba kalau
nggak diseniorin? Misalnya nih ya, mentang-mentang dia
anak orang mampu atau apalah, dia jadi sombong, terus
gak peduli urusan bersama, kan bahaya juga tuh kalau
seperti itu.
EKO PRESTIYANA MEGAWATI
FK Universitas Tanjungpura 2011
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Apa Kata Mereka
Kata “Senioritas” mungkin sudah tidak lagi
asing ditelinga kita. Secara harfiah menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, senioritas berarti suatu
keadaan lebih tinggi dalam pangkat, pengalaman,
dan usia; prioritas status atau tingkatan yang
diperoleh. Senioritas adalah pemberian
keistimewaan dalam berbagai hal kepada orang yang
lebih tua atau lebih dahulu dari kita dikarenakan
orang tersebut dianggap memiliki pengalaman.
Sistem senioritas ini sudah banyak diterapkan baik
di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi secara
turun temurun dan terkadang dimanfaatkan oleh para
senior sebagai ajang unjuk eksistensi. Tak terkecuali
Pendidikan Kedokteran, baik dalam pendidikan
tingkat Strata-1, profesi maupun pendidikan dokter
spesialis. Di fakultas kedokteran, senioritas adalah
sebuah bentuk pendidikan penghargaan kepada
orang lain. Selain itu, dalam prosesnya menjadi
dokter, mahasiswa pasti akan membutuhkan
seniornya, karena itulah mahasiswa juga dituntut
berinteraksi dengan orang lain, terutama yang senior.
Ada pula yang mengatakan, dengan senioritas,
mahasiswa baru yang biasanya merasa bangga
dirinya bisa masuk FK, fakultas yang dimata
masyarakat sangat elit bila dibandingkan fakultas
lain, juga bisa mengenal kata menghargai dan sadar
bahwa kehidupan di fakultas ini tidaklah mudah. Di
sisi lain, banyak yang menganggap bahwa sistem
senioritas ini hanya dapat menimbulkan dendam
bagi para junior ke seniornya
Namun, Bagaimana penerapaan senioritas
supaya efektif? apakah penerapan Senioritas harus
melulu dengan kekerasan? Penerapan nilai-nilai
Senioritas dapat kita lakukan dengan penanaman dan
metode pembinaan nilai-nilai senioritas tanpa
kekerasan. Tak dipungkiti lebih dari 65% fakultas
kedokteran di Indonesia menerapkan senioritas,
beberapa diantaranya tergolong senioritas yang berat
karena disinyalir akan menimbulkan hambatan pada
kegiatan kemahasiswaan kampus.
Sebenarnya, filosofi dari senioritas di fakultas
kedokteran sendiri yaitu seorang calon dokter harus
diajarkan sejak dini mengenai ketepatan waktu,
perhargaan terhadap orang yang lebih tua, rasa
sayang terhadap yang muda, kepedulian terhadap
sesama agar bisa menyesuaikan diri dengan
kehidupan bermasyarakat nantinya. Tanpa adanya
senioritas, mahasiswa baru yang beberapa
diantaranya cenderung masih tinggi hati itu mungkin
akan terus membawa kebanggaannya kemana-mana.
Berjalan lurus dengan dada membusung tanpa
senyum bak model pakaian luar negeri, sama sekali
berbeda dengan harapan masyarakat akan dokter
yang penuh ramah tamah
Pada pelaksanaanya, senioritas dalam
pendidikan kedokteran Indonesia terjadi di dalam
maupun di luar lingkungan kampus, dalam kegiatan
akademik maupun non akademik. Tidak hanya
berlangsung dalam masa orientasi kampus saja. Ada
saja rantai feodal bertajuk senioritas di sana sini.
Seperti yang ada di sebuah fakultas kedokteran
perguruan tinggi swasta tertua di Kota Semarang.
Dalam pelaksanaan praktikum di laboratorium,
senior sebagai asisten laboratorium (aslab) memiliki
kewenangan penuh untuk “memperlakukan”
Pasal 1: Senior Selalu Benar
Pasal 2: Jika Senior salah, lihat
kembali Pasal 1
PENERAPAN SENIORITAS DALAM PENDIDIKAN KEDOKTERAN,
MASALAH ATAU SOLUSI?
Emirza Nur Wicaksono (FK Universitas Islam Sultan Agung 2010)
Intan Chairrany (FK Universitas Sriwijaya 2012)
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Laporan Utama
3
juniornya di laboratorium. Lalu perlakuan dari
para aslab kepada praktikan yunior dan senior yang
mengikuti praktikum dalam blok (red: mata kuliah)
sangat berbeda. Praktikan dengan angkatan lebih
senior yang mengulang blok bisa seenaknya
diluluskan langsung saat responsi, baik mengikuti
maupun tidak mengikuti responsi. Praktikan senior
juga bebas tidak membuat laporan praktium dan
tidak mengikuti pengesahan laporan praktikum (red:
ACC) dan diluluskan langsung dengan nilai yang
bagus. Sedangkan praktikan yunior harus mengikuti
semua proses, plus shock therapy dari aslab disetiap
serangkaian kegiatan lab selesai. Contoh lain,
senioritas dalam pertandingan olahraga yang
menerapkan pasal 1 dengan sedikit modifikasi:
Senior selalu menang, senior seakan punya kuasa di
lapangan, suporter yunior tidak diperkenankan
bersorak-sorak memberi semangat kepada tim
yunior yang sedang bertanding. Tak sedikit pula tim
senior yang berlaku kasar terhadap yuniornya saat
bertanding sehingga hal seperti ini sangat berimbas
pada matinya sportivitas pertandingan. Masih
banyak contoh lain terkait pelaksanaan senioritas
yang terkesan negatif dalam dunia pendidikan
kedokteran yang akan sangat memakan halaman jika
harus dipaparkan semuanya.
Menurut Nabil Hajar, Mantan Gubernur
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang 2013-2014, sebenarnya
senioritas dalam aspek sosiologi adalah sebuah
habitus, atau kegiatan yang awalnya tidak biasa
menjadi biasa. Apabila tidak diterapkan pun tidak
akan menimbulkan dampak signifikan kecuali ada
salah satu pihak yang membuat keonaran.
“Senioritas sendiri termasuk habitus atau
kegiatan yang sebenarnya tidak biasa jadi sebuah
kebiasaaan. Tapi jika kita rasakan, sebenarnya tidak
diterapkan senioritas pun tidak ada dampak apa-apa,
kecuali salah satu buat onar. Inilah yang memicu
ego individu, merasa paling benar dan kemudian
Senior-Junior diterapkan,” ungkap Nabil
Tradisi senioritas sendiri sejatinya memiliki
tujuan yang baik, yaitu membentuk attitude
mahasiswa kedokteran sejak dini sebelum terjun di
masyarakat sebagai dokter. Selain itu, senioritas
sendiri bisa membantu menjalin hubungan
kekeluargaan yang erat seperti “kakak-adik”,
walaupun akrab namun tetap saling menghormati.
Ketika junior membutuhkan bantuan dalam
kegiatannya dikampus, maka seniorlah yang
membantu. Tak jarang senior pun akan
membutuhkan junior, misalnya untuk membantu
mengisi kuisioner skripsi. Karena memang tak bisa
dipungkiri keduanya saling membutuhkan.
Menurut Niluh Ayu, mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas Cendrawasih angkatan
2013, senioritas merupakan salah satu cara
pembentukan attitude yang efisien dengan nilai
etika, karena dengan senioritas mahasiswa dituntut
untuk menghargai dan menghormati orang yang
lebih tua.
“Kalau dengan senioritas itu kita dituntut
untuk menghormati, menghargai yang lebih tua, dan
ber-attitude baik. Penempaan itu dibentuk dengan
cara bergelut dengan hal itu kapan saja dan dimana
saja selama ada senior. Karena dokter perlu attitude
yang baik, bukan hanya intelektualnya saja, dari
senioritas inilah pembentukan dan pembelajaran
attitude dengan nilai etika itu diterapkan”, ungkap
Niluh.
Hal tersebut senada dengan pernyataan
Kemala Manuaba, mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana (FK Unud) angkatan 2011,
senioritas bisa menjadi pedoman, karena tidak
semua orang mempunyai kesadaran untuk
menghargai yang lebih tua.
“Saya merasa sendiri kalau tidak ada senioritas
itu sulit. Tidak semua yang muda bisa menghargai
yang tua, kadang juga terkesan seenaknya. Kalau
ada senioritas kan bisa menjadi sebuah line atau
pedoman ‘oh dia seniorku, mau gimana dia juga
punya pengalaman lebih dari aku’ dan senior pun
harus belajar untuk bisa membimbing juniornya,”
ungkap Kemala.
Akan tetapi disisi lain, permasalahan yang
terjadi di lapangan adalah mengenai realisasi.
Karena realisasinya di lapangan tidak sesuai dengan
tujuan yang diharapkan, keberhasilannya pun masih
dipertanyakan.
Sistem Feodalisme Senioritas masih
diterapkan di banyak fakultas kedokteran, dimana
senior memiliki “kekuasaan penuh” dan bisa berbuat
apa saja kepada juniornya. Senior yang harusnya
memberi contoh yang baik malah menjadi ajang
penindasan dan keangkuhan senior terhadap
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Laporan Utama
4
juniornya. Hal tersebut bisa membunuh karakter
junior yang sedang naik daun dalam ilmu
pengetahuan, dan membatasi junior dalam
mengembangkan kreatifitasnya.
Pembentukan karakter melalui senioritas
yang diberikan secara tidak langsung ini yang
mungkin sering disalahartikan oleh sebagian orang
yang berperan sebagai senior. Penindasan atau
tekanan diberikan bertubi-tubi sehingga junior
merasa malas kuliah di fakultas ini, sering ngedumel
(Jawa: mengumpat) dan parahnya lagi jika
menumpahkan kekesalan terhadap senior kepada
pasien. Sama sekali bukan sesuatu yang kita
harapkan. Tidak salah juga jika dibilang pendidikan
kedokteran adalah salah satu jurusan yang tinggi
subjektivitasnya. Jika seorang yang lebih tinggi
tingkatannya menyukai atau tidak menyukai
bawahannya terkadang bisa berimbas pada
pemberian nilai di perkuliahannya. Dampak lainnya
adalah menjadikan senior menjadi tontonan, bukan
tuntunan.
Menurut Niluh, walaupun senioritas
merupakan pembentukan attitude, senioritas sendiri
juga senjadikan senior bertindak tidak wajar
terhadap junior karena senioritas sebagai ajang
legitimasi untuk mengeksploitasi junior, dan bisa
membentuk sistem penjajahan struktural di sebuah
kampus.
“Senioritas menjadikan senior bertindak tidak
wajar dan memiliki kekuasaan sehingga berlaku
sewenang-wenang kepada junior dan senioritas
sebagai ajang legitimasi untuk mengeksploitas pihak
yang lemah (baca: junior), jika tidak ada sistem yang
terkendali, lambat laun akan terjadi penjajahan
struktural, junior yang merasa tertindas akan
menyalurkan dendam tak tersampaikan kepada
junior selanjutnya nanti” ungkap Niluh
Senada dengan Niluh, Reaya Sany, Sekretaris
Bidang KHIK ISMKI Wilayah 3 menyatakan bahwa
tradisi senioritas sendiri tidak membuat junior
hormat terhadap senior. Bahkan tradisi senioritas
mendidik mahasiswa menjadi orang munafik, baik
hanya didepan senior sementara dibelakangnya
mencaci maki. Selain itu, senioritas membuat
hubungan antar angkatan menjadi tidak solid.
“Senioritas bukannya buat junior hormat
malah ngomongin senior di belakang, junior jadi
bermuka dua, di depan baik, dibelakang malah
ngrasani (Jawa: menggunjing), terus hubungan
antar angkatan juga tidak solid, padahal kan kita
nantinya sebagai dokter harus bekerja sama” Ujar
Rey.
Mahasiswa angkatan 2012 FK Unsoed tersebut
menambahkan, pemutusan rantai feodal dalam
senioritas harus dimulai dari angkatan muda, atau
angkatan muda yang harus mengubah tradisi
senioritas kedepanya. Tidak bisa berharap dari
angkatan yang sudah senior karena hal itu sudah
menjadi doktrin.
“Susah, harus mulai dari angkatan sekarang.
Soalnya kalau berharap sama angkatan yang tua
bakal susah, karena buat mereka hal itu sudah jadi
doktrin. Jadi kita yang muda harus berubah supaya
ke bawah, tidak ada lagi senioritas yang negatif,”
tambah Rey
Pernyataan tersebut dibantah oleh Ida Bagus
Ari Sudewa, mahasiswa FK Unud angkatan 2013,
menurutnya, intervensi harus dari dua sisi, baik
senior maupun junior, dan peran serta dari dekanat.
Jika mengintervensi angkatan yang muda saja tidak
mungkin, karena angkatan muda merasa di zalimi.
“Kalau cuma angkatan muda yang diintervensi
sulit juga, mereka coba menghentikan budaya tapi
mereka terus di zalimi, mana mau? Akan ada balas
dendam tentunya ke adik kelas mereka nanti.
Mending intervensi junior atau senior. Senior
dilarang oleh dekanat, sedangkan junior harus mau
lawan senior yang rusak, seenggaknya laporkan.”
ungkap Ari
Sungguh sangat mengherankan memang, jika
disimak lebih dalam, banyak mahasiswa yang
sebenarnya terlena dengan logika senioritas ini.
Mempertahankan budaya karena senior lebih
berkuasa dan harus dihormati para juniornya.
Apapun yang diinginkan senior harus diikuti
juniornya. Hal tersebut yang disimpan junior,
nantinya akan mereka berlakukan ke junior
berikutnya. Propaganda balas dendam ini sudah
dilancarkan kepada junior baru yang sebenarnya
tidak tau persoalan.
Memang tidak salah apabila seorang yang
lebih tua, atau lebih dahulu di FK merasa ingin
dihormati oleh mereka yang lebih muda. Namun
aturan ini sering disalahgunakan oleh mereka yang
dilabeli “Senior” yang sering dijadikan ajang
bullying baik saat Masa Orientasi maupun kegiatan
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Laporan Utama
5
sehari-hari. Senior harus berusaha mengatur
tindakannya agar apa yang ingin dia sampaikan
berbekas di benak juniornya tanpa perlu
menggunakan sistem bullying. Sisanya tinggal
bagaimana junior menyikapi tindakan seniornya,
junior yang bisa menerima dengan baik akan
mengambil sisi positif dan mengimplementasikan
maknanya dengan baik pula di kehidupan
bermasyarakat. Sebaliknya junior yang menolak
sistem akan membangkang atau menjadi bermuka
dua, junior tipe ini akan sangat mengerikan jika
turun ke masyarakat.
Pendidikan kedokteran memang ilmu yang
spoiler-nya agak sulit digali melalui media, tidak
seperti pendidikan lainnya yang bisa ditemukan di
jaring multimedia dengan gampang. Karenanya tak
banyak masyarakat yang tahu bagaimana
sesungguhnya proses menjadi dokter, sehingga
mereka kerap salah paham dan menyalah-nyalahkan
kita akan kesalahan yang sesungguhnya bukan kita
yang melakukan. Banyak yang bilang, jadi dokter itu
lebih susah keluarnya dari pada masuknya. Disini
kita harus belajar ilmu kesehatan, etika, hukum, dan
seni. Ketika kita sudah paham semuanya maka jika
diterapkan kita akan menjadi dokter yang luar biasa.
Pendidikan etika dan seni berkomunikasi juga
harusnya bisa dilatih dengan senioritas, bagaimana
bertutur yang baik agar tidak menyinggung yang
lebih tua. Jangan sampai menjadi dokter yang ketus,
jutek, dan masa bodoh nantinya karena tidak mau
membiasakan diri memandang positif senioritas.
Masalah ini telah mendaging di Indoensia,
maka penanggulangannya pun harus menyentuh ke
akar-akarnya. Pihak terkait wajib melakukan
evaluasi besar-besaran terhadap sistem yang
diterapkan. Memang sebuah sistem pasti akan ada
kelebihan dan kekurangan. Senioritas dalam
pendidikan kedokteran memang suatu hal yang mesti
ada. Tapi senioritas yang dimaksud adalah senioritas
yang positif, bukan negatif. Senioritas seharusnya di
implementasikan sesuai fungsinya, yaitu mendidik
calon dokter menjadi dokter yang beretika, bukan
sebagai media penindasan. Semua pihak bisa
berkaca dan memperbaiki diri, mau dibawa kemana
wajah pendidikan di negara yang dikenal santun ini,
negeri yang katanya menjunjung budaya leluhur
yang saling menyangi dan menghormati hak asasi
sesama namun faktanya kekerasan justru hadir di-
institusi pendidikan kedokteran yang mencetak dok-
ter yang melayani masyarakat nantinya.
Maka dari itu, kampus harus serius
menanggapi permasalahan ini. Bagian
kemahasiswaan kampus hendaknya juga terlibat
dalam segala kegiatan kemahasiswaan kampus dan
tidak lepas tangan begitu saja. Selain itu perlu dibuat
guideline dari kampus supaya terbangun sistem
yang benar agar tujuan tercapai, dan hal yang tidak
diinginkan bisa diminimalisir, sehingga rantai feodal
yang ada di fakultas kedokteran bisa terputus.
Dear Senior...
Jangan karena kamu merasa lebih tua, merasa lebih dulu
ada di FK, kamu bisa seenaknya berkusasa, dan berlaku
semena-mena terhadap para yuniormu.. Sebagai senior
harusnya care dong sama yuniormu, ajarin yuniormu hal
yang baik.. coba deh kalau kamu ada di posisi mereka..
pasti nggak mau kan diperlakukan semena-mena? Pasti
ingin diperhatikan juga kan? Nah Loh...
Dear Yunior...
Sejelek-jeleknya seniormu, kamu tetap harus menghor-
mati mereka walaupun seniormu nggak suka sama kamu,
walaupun seniormu galak, angkuh dan sombong, ngga
usah takut sama seniormu, hormati dia karena dia lebih
tua dan lebih berpengalaman dari pada kamu.. Selama
kuliah di FK pasti kamu sering banget butuh bantuan sen-
iormu.. Entah pinjam buku, minta slide kuliah dosen,
minta ditentirin, atau pinjem soal ujian seniormu buat
belajar.. Iya kan?
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Laporan Utama
6
SENIORITAS DALAM KEHIDUPAN KAMPUS :
SEBUAH ANALISA KUESIONER
Ida Bagus Ari Sudewa (FK Unud 2013)
Romel Ciptoadi Wijaya (FK Unisma 2010)
Senioritas? Sudah tentu ini merupakan istilah yang dikenal oleh setiap orang. Terlebih dalam pen-didikan kedokteran yang mengutamakan pendidi-kan attitude. Baik ditingkat pendidikan dokter ter-lebih di dalam program pendidikan dokter spesialis yang sangat kental tradisi senioritasnya. Senioritas sering dikaitkan dengan perploncoan maupun tekanan mental yang diberikan kakak kelas (senior) kepada adik kelas. Tapi, apakah senioritas serendah itu? Berdasarkan laporan utama di depan, senioritas sesungguhnya adalah persoalan siapa yang lebih tua dan lebih dahulu di sebuah tempat. Senioritas yang penuh makna dan bertanggung jawab adalah apa yang sesungguhnya dicita-citakan.
Di dalam laporan khusus ini kita akan mem-bahas tanggapan dari kawan-kawan kita di seluruh Indonesia berkaitan dengan senioritas ini berdasar-kan dari kuesioner yang di isi oleh teman-teman pada bulan Juni lalu. Kuesioner ini diisi oleh 122 mahasiswa angkatan 2011-2013 yang dipilih secara acak dari program studi pendidikan kedokteran di semua fakultas kedokteran yang tergabung dalam ISMKI. Berdasarkan hasil kuesioner ini, kita akan membahas berbagai topik, mulai dari seberapa pent-ing senioritas diterapkan hingga tindakan yang akan dilakukan apabila menerima tindakan senioritas, semua berdasarkan perspektif para responden.
Apakah Senioritas Diperlukan dalam Pendidikan Kedokteran?
Setiap hal yang dikerjakan oleh manusia se-layaknya memiliki alasan, setidaknya apakah tinda-kan tersebut memberi keuntungan atau tidak. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa kecenderungan per-lunya penerapan senioritas dalam pendidikan kedokteran masih abu-abu. Sebanyak 59 responden menyatakan perlu, sedangkan 58 sisanya menya-takan tidak. Masih sulit menentukan keputusan pas-ti apakah senioritas benar diperlukan atau tidak. Dari hasil ini juga tampaknya mahasiswa mulai menyadari bahwa senioritas tidak selalu terkait dengan kekerasan. Jika senioritas dianggap terkait dengan kekerasan dan perploncoan, tentu jumlah suara yang menyatakan senioritas tidak diperlukan akan sangat mengungguli jumlah suara yang menyatakan setuju.
Senioritas dalam Lingkungan Kampus
Mayoritas responden (65%) setuju bahwa senioritas ada di kampusnya. Hanya 28% yang menyatakan tidak ada senioritas dalam kam-pusnya, dan sisanya tidak yakin. Perlu dicatat ang-ka ini tidaklah absolut. Perbedaan pendapat bisa saja terjadi. Orang yang sensitif bisa mengatakan bahwa senioritas ‘sangat ada’ dalam kampusnya, sementara teman sekampusnya mungkin tidak berpikiran demikian.
Dari mayoritas 65% responden tersebut, diketahui bahwa kegiatan pengenalan kampus bagi mahasiswa baru merupakan kegiatan yang paling mencolok dalam penerapan senioritas (33% suara). Meskipun senioritas tidak selalu berkaitan dengan kegiatan pengenalan kampus, nyatanya kegiatan ini memberi kesan yang paling kuat terkait senioritas. Kegiatan keorganisasian juga menerapkan senioritas sebagai pola yang umum (29%), diikuti oleh aktivitas sehari-hari (14%), kompetisi (11%), kegiatan akademis (11%), dan sisanya lain-lain.
Kami juga mengukur tingkat beratnya sen-ioritas yang diterapkan dalam lingkungan kampus (bagi yang menerapkan), skala 1 yang menunjuk-kan tingkat paling ringan sampai skala 10 yang menunjukkan tingkat terberat. Hasilnya, tingkat 5 dan 6 merupakan tingkat yang terbanyak dipilih. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat senioritas di kebanyakan kampus sesungguhnya masih di tahap menengah. Hanya sedikit responden yang merasa
7
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Laporan Khusus
bahwa tingkat senioritas di kampusnya sangat berat. Responden yang menyatakan bahwa senioritas kam-pusnya sangat berat antara lain berasal dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang, Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangku-rat, dan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawar-man. Tampaknya akan menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi universitas yang dimaksud untuk membenahi masalah senioritas tersebut.
Kebanyakan responden menyatakan bahwa senioritas berlebihan hanya kadang-kadang saja dit-erapkan (45% suara). Mungkin ini berarti senioritas berlebihan memang umumnya dianggap tidak begitu penting untuk diterapkan oleh kakak kelas. Hanya pada situasi-situasi khusus saja kakak kelas men-erapkan jenis senioritas ini. Tetap saja hal ini perlu dikritisi karena senioritas berlebihan seharusnya tid-ak boleh diterapkan dalam lingkungan kampus. Sen-ioritas sewajarnyalah yang sebaiknya diterapkan.
Respon Pihak Kampus (Dosen, Karyawan, Dek-anat) terhadap Senioritas Berlebihan
Senioritas berlebihan memang tidak selalu ada, tetapi mengingat hanya 15% yang mengaku bahwa
senioritas berlebihan tidak pernah diterapkan di kampusnya, maka peran kampus menjadi penting dalam menangani senioritas berlebihan, sejarang apapun itu. Temuan kami menyatakan bahwa dari seluruh responden yang menyatakan ada senioritas di kampusnya, sejumlah 63% mengaku tidak yakin apakah pihak kampus mengetahui masalah senioritas berlebihan. Bahkan 24% responden yakin bahwa pihak kampusnya tidak tahu mengenai masalah ini. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya perhatian dan tindakan dari pihak kampus, sehingga responden ragu apakah pihak kampus memang tidak tahu atau sebenarnya tahu tetapi tidak membuat reaksi apapun.
Yang patut menjadi perhatian pula adalah sedikitnya jumlah responden yang yakin bahwa pihak kampus mengetahui ketika ada senioritas berlebihan yang diterapkan (hanya 13%). Dari jumlah yang sedikit ini, hanya 50% yang melakukan tindakan nyata. Secara umum ada tiga tindakan utama yang dil-akukan, yakni 1) menghimbau kepada kakak kelas untuk menghentikan budaya tersebut, 2) memberi surat pelarangan kegiatan, surat peringatan, dan se-bagainya, dan/atau 3) memanggil kakak kelas yang bersangkutan. Namun perlu dicatat, karena respond-en yang menjawab pertanyaan ini hanya sedikit maka hasilnya belum cukup valid.
Pengalaman Para Responden terkait Senioritas
Sebagian besar responden (62%) menyatakan tidak pernah merasa menjadi korban senioritas di kampusnya, meski senioritas ada di kampus mereka. Hal ini bisa disebabkan oleh dua hal. Yang pertama, memang mereka tidak pernah menjadi korban sen-
ioritas, atau yang kedua, ada beberapa responden yang sesungguhnya pernah menjadi ‘korban’ tetapi tidak menganggap dirinya telah menjadi ‘korban’. Hal yang tidak boleh dikesampingkan adalah bahwa ada 38% responden yang mengaku pernah menjadi korban senioritas. Sebuah angka yang tidak sedikit, karena kita berbicara tentang menjadi korban dari suatu tindakan yang seharusnya bisa dicegah.
Lantas, cara apa yang akan ditempuh oleh ma-hasiswa apabila ia mendapat perlakuan yang tidak sepantasnya? Sebagian besar responden menjawab bahwa mereka akan melapor ke pihak kampus dan mengadakan perlawanan secara langsung. Banyak juga yang memilih tidak melakukan apapun, cender-ung introspeksi diri dan mengambil hikmahnya. Cukup banyak responden yang memiliki ide lain un-tuk menangani masalah ini. Sebagai contoh, bebera-pa responden mengatakan bahwa mereka akan ber-bicara dengan kakak kelas lain, dengan tujuan agar kakak kelas tersebut mengingatkan temannya yang telah berbuat melebihi batas kewajaran. Beberapa responden mengatakan akan melampiaskan kekesa-lannya dengan bercerita kepada teman-temannya. Ada pula responden yang mengatakan akan melapor ke pihak berwajib (kepolisian).
8
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Laporan Khusus
Dampak Senioritas
1. Attitude Sebagian besar responden (60%) menyatakan
budaya senioritas berperan dalam membentuk
attitude yang baik bagi mahasiswa. Sifat utama
yang ditonjolkan dari senioritas adalah rasa
hormat menghormati. Sifat ini sangat ber-
manfaat bagi kehidupan mahasiswa ke de-
pannya.
2. Senioritas penyebab kekerasan? Di berbagai berita, disebutkan bahwa kekera-
san yang berakibat fatal dalam lingkungan
kampus sering kali disebabkan oleh senioritas.
Berita semacam ini sering terlihat saat masa-
masa OSPEK. Apakah pendapat para respond-
en juga demikian?
Senioritas merupakan penyebab utama ter-
jadinya kekerasan dalam dunia pendidikan,
menurut 68% responden. Meskipun senioritas
memiliki tingkat yang beragam, tetapi seniori-
tas memiliki potensi membahayakan apabila
tidak dikontrol.
3.Membatasi ruang berkarya dan berkreasi
Pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengukur
aspek lain dari senioritas, yakni keterbatasan
dan kekangan. Seorang pelajar mungkin men-
jadi takut menunjukkan karyanya agar tidak
dimusuhi oleh seniornya. Tetapi, apakah ham-
batan berkarya selalu terjadi? Lima puluh lima
persen responden menyatakan bahwa senioritas
mampu membatasi kebebasan untuk berkarya.
Ini merupakan angka yang berada di sekitar
garis tengah, karena itu belum bisa disimpul-
kan apakah senioritas memang membatasi ru-
ang untuk berkarya.
4. Memberikan tekanan mental
Banyak yang mengatakan bahwa senioritas
mampu memberikan tekanan mental yang
cukup berarti kepada adik kelas. Sebanyak
88% responden setuju dengan pernyataan ini.
Hal ini menunjukkan bahwa senioritas perlu
lebih dikendalikan lagi, karena tekanan mental
berat yang terjadi bisa memicu berbagai masa-
lah termasuk pencapaian di bidang akademik
yang seharusnya menjadi fokus utama.
Kegiatan yang Memerlukan dan Tidak Memer-
lukan Senioritas
Topik ini perlu dibahas mengingat tidak
semua responden setuju akan adanya senioritas.
Jadi, ada kemungkinan bahwa senioritas perlu dit-
erapkan hanya pada kondisi tertentu saja, dan tidak
di kondisi lain. Menurut para responden, hal-hal
yang memerlukan senioritas antara lain beberapa
organisasi kemahasiswaan, kegiatan kemaha-
siswaan, latihan kepemimpinan, persiapan ujian,
OSPEK, dan praktikum di laboratorium (yang did-
ampingi asisten dosen).
Sebagian besar responden setuju bahwa sen-
ioritas diperlukan asalkan dalam batas wajar, oleh
karena itu daftar di atas pun perlu diberi keterangan
‘dalam batas sewajarnya’. Kegiatan sehari-hari
boleh menerapkan senioritas asal tidak berlebihan
karena senioritas mengandung arti menghargai sen-
ior sebagai orang yang lebih tua dan berpengala-
man, sesuai dengan tata krama orang Indonesia.
Selain hal-hal yang disebutkan di atas, ada
juga kegiatan yang tidak memerlukan senioritas,
karena apabila senioritas ada maka disinyalir akan
menimbulkan hambatan dalam pelaksanaannya. Be-
berapa kegiatan tersebut antara lain kegiatan per-
lombaan baik akademik maupun non akademik,
latihan keilmiahan, ajang pertunjukan, dan kegiatan
ekstrakurikuler di bidang olahraga, seni, dan rohani.
Tidak semua responden setuju dengan apa
yang termasuk dalam kedua daftar tersebut. Sebagai
contoh, beberapa responden menganggap bahwa
aktivitas laboratorium dan organisasi kemaha-
siswaan tidak boleh sama sekali memasukkan unsur
senioritas di dalamnya.
Kami juga menanyakan besarnya peluang
menghapus senioritas apabila arahnya sudah sangat
melenceng. Sekitar 64% responden menjawab bah-
wa budaya senioritas dapat dihapuskan. Lebih
lanjut lagi, sebanyak 62% responden menyatakan
tidak ingin menerapkan maupun mewariskan sen-
ioritas kepada mahasiswa yang menjadi adik ke-
lasnya.
9
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Laporan Khusus
Sampai saat ini kata senior ataupun senioritas masih menimbulkan kebingungan seberapa penting kata ini muncul. Di dalam kegiatan akademik mau-pun keorganisasian sangat akrab terdengungkan kata senior. Bagian yang baru masuk mengenal dunia ini diberi label junior. Junior sering kali dianggap se-bagai anak kemarin sore tanpa punya isi kepala sama sekali. Senior melabel dirinya sebagai manusia ma-hatahu segalanya dan sering kali mencitrakan dirinya sebagai kaum arogansi intelektual.
Framing Feodal
Dalam dunia teks tentulah tidak asing lagi istilah framing, yakni berkaitan dengan bagaimana realitas dibingkai dan disajikan kepada khalayak. Hasilnya bisa jadi dibingkai dan dimaknai berbeda oleh berbagai pihak. Kesemuanya bergantung kepa-da seberapa kemampuan pengetahuan seseorang menafsirkan semua framing yang terbentuk.
Senior? Entahlah, mungkin kadar rasa takut jauh lebih besar ketimbang kagum. Kagum di sini terlepas dari penilaian pribadi masing-masing orang. Seiring dengan waktu, ketakutan tersebut mulai ter-hapus hingga akhirnya turut menjadi senior. Kita dulu menolak berinteraksi dengan senior tetapi kelak berkenanan dengan senioritas.
Siapa pun di alam semesta menikmati kedudukan puncak kekuasan teratas. Puncak terting-gi penghargaan kepada dia yang terlebih dahulu ada. Senioritas seakan melekat dan identik sebagai raja-raja kecil. Bagai budak ingin merdeka tetiba kagum menjadi seorang raja kecil.
Kagum itu tidak bisa dipaksakan. Kagum atau tidak dengan senioritas itu masalah dari pribadi. An-da kagum dengan kekuasaan yang dimiliki, yakni dimulai dari bisa menyuruh membeli sesuatu, mem-buat sesuatu, hingga terkadang anda sungkan dan cenderung legowo untuk mendahulukan kepentingan senior ketika semuanya berjalan beriringan.
Kekaguman juga hadir lewat titah yang dapat mengubah semua keadaan yang telah direncanakan. Bentakan kemarahan bisa menjadi zat adiktif bagi seorang yang baru hadir di dunia kelembagaan dan besar kemungkinannya untuk menirukan hal tersebut di kemudian hari. Atau apapun itu yang belum sem-pat dibahasakan yang bisa menjadi bahan pencetus terjadinya regenerasi senioritas yang begitu tersembunyi dan terstuktur.
Menjalani proses hijrah
Setiap detiknya proses perpindahan itu niscaya terjadi. Dari satu wujud ke wujud lain dan kemudian melakonkan banyak lakon. Zaman terus berubah, kebutuhan manusia maupun organisasi ikut men-
galami proses perubahan yang dinamis. Akal sehat, logika, serta pengalaman merupakan nutrisi yang dibutuhkan demi kesehatan kelembagaan. Perbedaan pendapat merupakan daya hidup organisasi karena proses sintesis tidak akan lahir tanpa hadirnya perbe-daan. Tanpa proses dialektika antara thesis dan an-tithesis lalu melahirkan sintesis kematian organisasi tinggal menunggu waktu.
Hampir di semua proses organisasi peran sen-ior begitu terasa sentral. Mereka bukan sosok seperti mesias ataupun tumanurung, tetapi sebagai seorang kakak yang lebih bijak dengan pengetahuannya. Senior adalah sosok yang mutlak ada. Perannya tid-ak seperti induk bebek yang kemudian anak bebek membebek dengan kepala tertunduk. Senioritas yang dimiliki punya efek positif bagi kelangsungan dan regenerasi sebuah lembaga. Sadar atau tidak di da-lam bilik-bilik senioritas, penanaman nilai-nilai dan tujuan organisasi bakal lebih mudah dilakukan. Dok-trin-doktrin organisasi jauh lebih mudah ditanamkan kepada (utamanya) anggota baru jika kita berada da-lam suasana "senioritas".
Fenomena kemandekan kelembagaan di dunia kemahasiswaan kini menunjukkan seolah proses gerak menghasilkan sesuatu yang nihil. Banyak yang sedih terhadap permasalahan lembaga, sebatas sedih tanpa pernah menginisiasi perubahan; minimal me-mantaskan diri. Realitas terjadi bukan pada permasa-lahan sumber daya, tetapi kesenjangan emosional antara senior dan junior.
Senioritas kini dimaknai sebagai seorang pen-jaga pos perjuangan. Senioritas menjadi sebuah le-gitimasi mutlak untuk mengeksploitasi dan menjajah daya pikir. Senior kini tak hanya menempatkan kesenioritasan tidak pada tempatnya lagi, tetapi juga mendidik dan menerjemahkan kesenioritasan se-bagai wajah hitam kelembagaan.
Aristoteles pernah berpesan bahwa mendidik pikiran tanpa mendidik hati, sama sekali tidak ada pendidikan. Pendidikan yang memanusiakan manu-sia, membebaskan manusia karena eksploitasi kelas, dominasi gender maupun hagemoni dan dominasi budaya. Ada interaksi simbolis ketika senior “kejam” dan junior bisa dimaknai begitu dalam. In-teraksi yang memproduksi kesadararan untuk mengembalikan kemanusiaan manusia yang tidak pernah berdiri bebas tanpa berkaitan secara dialektis dengan lingkungan dan sistem sosial di mana pen-didikan diselenggarakan.
“Kita tidak bisa memaksa matahari bersinar lebih terang, tak bisa pula memaksa hujan berubah jadi rintik, maka berpikirlah karena selalu ada jalan lain”, pesan seorang senior ketika dia memutuskan hijrah dan menjadi junior lagi. Ah, betapa menyejuk-kan kalimatnya.
“Ada tiga macam kesukaan yang membawa faedah, dan ada tiga macam kesukaan yang mem-
bawa celaka. Suka memahami kesusilaan dan musik, suka membicarakan perbuatan baik orang
lain dan suka bersahabat dengan orang-orang bijaksana, akan membawa faedah. Suka akan kesom-
bongan dan kemewahan, suka bermalas-malasan dan berkeliaran, dan suka berpesta pora yang ti-
ada artinya, akan membawa celaka”
- Confusius
MENYEMBAH SENIORITAS ITU BERHALA
William Gunawan (FK Universitas Hasanuddin 2010)
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Opini
10
Name : Christina Olly Lada, MD. M.Sc, Nutrition Place, BOD : Kupang, April 8th, 1972 (42 years old) Hobby : Travelling, cooking, listening to the music Home Adress : El Tari I street, Number 23, Kupang 85111, East Nusa Tenggara Indonesia Email Adress : [email protected] Occupation : Lecturer of Medical Faculty at Nusa Cendana University and And a Medical Degree . Father’s Name : Alm. dr. Derven J. Lada, SKM, S.Th Mother’s Name : Yohana H. Lada- Sitta, S.Th Husband’s Name : Enrico I. Polla,SE Children’s Name : 1. Marvel A. Polla 2. Magna G. Polla 3. Sharon A. Polla Education Histories :1. 1997, Garduated from Medical Faculty at Indonesia Christian University, Ja-
karta 2. 1999, Graduated as General Practitioner from Medical faculty
at Indonesia Christian University, Jakarta 3. November 24th, 2008; Obtaining a Master of Science in
Nutrition form Medical Faculty at University of Indonesia, Jakarta 4. 2014, programe of doctoral degree from Medical Faculty at
University of Indonesia, Jakarta (Now) Last of achievement : Amazing of lecturer at Medical School-University of Tasmania Occupation Histories : 1. A Doctor at Yayasan Harapan Bangsa (Petamburan Jakarta) 2. Work at Dept. Health Claim-Asuransi Kesehatan Sinar Mas, Jakarta 3. Volunteer of Obor Berkat Indonesia 4. a Doctor at Puskesmas Oebobo, Kupang City Publication Journal :1. Peran Peptida-YY dalam Pengaturan Asupan Makanan pada Penderita Obesi
tas. Jurnal pangan, Gizi dan Kesehatan Tahun I, Vol. 1, No. 1 April 2009. ISSN : 2085-2371. Artikel halaman 50-58.
2. Peran Isoflavon Kedelai sebagai anti oksidan pada pencegahan peroksidasi li-pid. Buletin Leguminosae. Tahun I, Vol. 16, No.Ia. Edisi Khusus April 2009. ISSN : 0854-8544, Artikel halaman: 10-22
3. Kajian Jenis-jenis Penyakit Infeksi dan Lamanya Perawatan Bagi Balita Pen-derita Gizi Buruk di Panti Rawat Gizi Panite Kabupaten Timor Tengah Se-latan.Media Kesehatan. Vol. 02, No. 02
Dr. Christina Olly Lada, M. Gizi atau yang biasa disapa dr. Christin ini merupakan sosok dosen
yang baik, tegas, dan penyayang. Menyandang gelar dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) tahun 1999 dan gelar Magister Gizi didapat dari Universitas Indonesia tahun 2008. Saat ini beliau sedang menempuh studi doktoralnya di Universitas Indonesia. Dosen berwajah cantik, ramah dan berjiwa muda ini merupakan sosok dosen yang di idolakan mahasiswa karena ditengah kesibukannya sebagai Pembantu Dekan 2 FK Undana dan dosen FK Undana, beliau tidak lupa akan keluarganya dan tetap menjadi ibu yang bertanggung jawab untuk anak-anaknya. Dr. Christin yang memiliki sifat keibuan ini juga aktif sebagai pembina di berbagai kegiatan kemahasiswaan sehingga hubungan beliau dengan ma-hasiswa terbilang sangat akrab. Beliau biasanya mengajar sebagai dosen mata kuliahnya gizi.
dr. Christina Olly Lada, M.Gizi
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Profil
11
Pada zamannya dokter ketika masih kuliah, bagaimana sih senioritas yang terjadi disana?
Pada saat kuliah dokter umum: sistem sen-
ioritas di institusi almamater sangat kental. Di ting-kat universitas, ada masa pengenalan kampus yang salah satu tujuan kegiatannya adalah memperkenal-kan sistem senioritas, setelah program universitas, ada program fakultas yang lebih spesifik pada penekanan senioritas ini.
Entah sejarahnya dimulai kapan atau dari mana, namun hampir disemua fakultas kedokteran di Jakarta memberlakukan system senioritas. Namun saya juga mendengar cerita dari ayah saya yang dok-ter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas UI, sekitar tahun 1960 sistem senioritas ini juga diperke-nalkan ke mahasiswa baru,
Khusus di almamater saya tujuan memperke-nalkan dan memberlakukan sistem senioritas adalah agar mahasiswa baru mengenal kakak kelasnya, menjalin komunikasi dengan landasan saling men-gahargai karena adanya perbedaan usia (sejalan dengan budaya timur, yang muda menghormati yang usia lebih tua), sang kakak kelas ikut membimbing adik kelas, memberikan dukungan moril untuk keberhasilan studi, bila ada kegiatan keluar fakultas, seperti bakti sosial, ujian negara (karena FK UKI adalah FK Universitas swasta, jaman saya studi, ha-rus mengikuti ujian Negara ke FK Universitas Negeri lainnya); kakak kelas akan membantu mem-berikan arahan, latihan ujian, atau ikut melindungi adik kelas saat melaksanakan kegiatan sosial.
Kegiatan pembimbingan untuk studi dil-aksanakan dengan pola mentor. Namun kakak kelas yang bukan mentor juga ikut memberikan bimbingan belajar, dan lainnya (seperti yang disampaikan di atas). Jika sang adik kelas sudah selesai studi (lulus dokter), kakak kelas akan membantu membuka pelu-ang atau kesempatan kerja, entah itu sebagai dokter praktek swasta (di kota besar praktek dokter umum banyak pesaingnya), dokter perusahaan, dokter yayasan dan sebagainya. Sistem senioritas juga membuat ikatan alumni yang peduli dengan almama-ter juga semakin kuat.
Menurut dokter, senioritas itu penting apa tidak?
Budaya timur atau budaya Indonesia yang diajarkan untuk menghormati (dalam arti luas dan positif) orang yang lebih tua usianya menjadi latar
belakang pendapat pribadi saya; bahwa sistem sen-ioritas dalam arti dan pelaksanaan yang positif dan bermanfaat; masih sangat penting. Namun harus tetap ada unsur take and give; seperti contoh pada almamater saya; adik kelas harus menghormati ka-kak kelasnya, namun sang kakak memberikan bimb-ingan, perlindungan dan motivasi untuk adiknya se-hingga berhasil dalam studi. Jika sekarang institusi pendidikan (seperti STIP, atau IPDN) menerapkan senioritas dalam arti yang negatif dan berlebihan hingga kekerasan fisik, tentunya ini suatu pelang-garan yang tidak boleh terjadi.
Pendapat dokter mengenai perbandingan seniori-tas yang terjadi ketika zaman dahulu ketika dokter masih kuliah dengan zaman sekarang?
Pada jaman dulu ketika saya sekolah sistem senioritas ini memberikan dampak yang positif ter-hadap mahasiswa baru, semua mahasiswa yang sen-ior dan yunior saling mengenal dan ada rasa per-saudaraan. Kekerasan fisik tidak ada, walaupun proses perkenalan mahasiswa baru melalui tahap yang tidak menyenangkan.
Pada saat saya baru masuk Fakultas Kedok-teran UKI, kami satu angkatan ada 100 orang. Kegiatan pengenalan kampus dikemas sedemikian rupa, kami harus dating setiap hari (kecuali hari Minggu) selama 10 hari. Kegiatan dimulai jam 5 pagi hingga 5 sore. Tidak boleh terlambat. Pada saat itu kami diberikan latihan keterampilan dan pembekalan materi. Latihan keterampilan berupa P3K. Namun disetiap sesi materi dan latihan terselip kegiatan pengenalan terhadap senior, yang dikemas dengan baik, sehingga tidak ada kekerasan fisik dan tujuan positifnya tercapai.
Pada jaman sekarang; kegiatan semacam ini di hampir semua FK tidak diperbolehkan lagi; artinya boleh ada pelatihan keterampilan, tetapi tidak boleh ada pengenalan terhadap senior, karena dikuatirkan akan ada kekerasan fisik (diselewengkan).
Pada institusi pendidikan tertentu; tradisi senioritas dan perkenalan dengan senior berujung kekerasan fisik bahkan korban jiwa atau kematian yang nampaknya hal ini mencoreng kegiatan pengenalan senior yang berjalan baik dan ber-manfaat di institusi lainnya.
Senioritas yang Terjadi pada Mahasiswa Baik Pada Zaman Dulu dan Sekarang Serta Kepentingannya.....
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Profil
12
Menurut dokter Christin, bagaimana senioritas
(antara senior dan junior) yang ada di FK Un-
dana?
Tradisi senioritas di FK UNDANA tidak ter-
lalu terlihat; bahkan pernah ada adik angkatan yang
baru masuk hendak beradu fisik dengan kakak ke-
lasnya. Hal ini memang tidak digalakkan dan tidak
direncanakan apalagi dilaksanakan, karena mungkin
untuk menghindari kekerasan fisik.
Namun sebagai dosen, saya melihat tradisi
senioritas di FK UNDANA seharusnya dibangun
dan dibina (tentunya dengan arahan dan pengawasan
dosen) untuk dilaksanakan secara turun temurun
agar ikatan persaudaraan dengan tujuan positif dapat
terjalin dan alumnus mempunyai rasa memiliki al-
mamaternya.
Harapan dr. Christina mengenai senioritas di FK
Undana dan FK yang lainnya?
Harapan saya tentang senioritas di FK UN-
DANA dan FK lainnya agar ditumbuhkan kembali
budaya ini dengan cara positif, bermartabat dan kre-
atif; sesuai dengan budaya timur yang menghargai
orang yang usianya lebih tua. Senioritas juga menja-
ga kekeluargaan, saling memperhatikan, dan
mempunyai pesan moral tentang hidup bersama un-
tuk mencapai tujuan yang mulia.
Budaya ini harusnya dipertahankan karena
memang ini salah satu ciri khas masyarakat Indone-
sia dan asia umumnya yang sangat berbeda dengan
masyarakat barat. Senioritas di kampus juga harus
dipisahkan dengan bullying atau kekerasan fisik
berkedok senioritas, yang sebenarnya kedua hal ini
mempunyai esensi moral yang sangat berbeda.
Tidak ada salahnya menghargai orang yang
usianya lebih dari kita, sekalipun prestasi akade-
miknya tidak sehebat kita, namun saya percaya ada
banyak sisi positif yang bias diteladani dari orang
tersebut, dilain pihak sebagai kakak atau orang yang
lebih tua, wajib memberikan perhatian, melindungi
dan membimbing adik kelasnya, agar berhasil dalam
studi dan lulus dengan rasa percaya diri sebagai
seorang dokter yang cakap, bertanggungjawab dan
siap melayani masyarakat
Saya berharap, seiring dengan upaya mem-
pertahankan senioritas dalam dinamika kekerabatan
di fakultas kedokteran maka dengan sendirinya
ikatan kekeluargaan antar peserta didik, peserta
didik-alumnus, peserta didik-dosen, dan seterusnya
akan terjalin dengan harmonis.
Bukankah ajaran hikmat mengatakan bahwa
jika anggota keluarga hidup rukun, maka berkat akan
melimpah, tercurah bagi keluarga tersebut
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Profil
13
Guys, menyambut musim haji yang datang sebentar lagi, info kesehatan kali ini akan membahas tentang Middle East Respiratory Syndrome atau Sin-drom Pernapasan Timur Tengah yang lebih dikenal dengan MERS. MERS ialah salah satu penyakit pada sistem respirasi yang disebabkan oleh coronavirus (MERS-CoV). Coronavirus adalah keluarga virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan dengan gejala flu biasa sampai pada gejala yang be-rat seperti pada kasus Severe Acute Coronary Syn-drome (SARS). Kasus MERS pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di Arab Saudi. Lebih dari 635 kasus yang dilaporkan kepada World Health Organization (WHO) sampai dengan Mei 2014. Center for Disease Control and Prevention(CDC) menafsir bahwa 30% dari penderita MERS-CoV dilaporkan telah meninggal.
WHO menyatakan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan pada hewan, terdapat hub-ungan yang erat antara MERS-CoV yang ditemukan dalam unta dan MERS-CoV yang ditemukan dalam manusia yang tinggal di daerah geografis yang sama dengan sang unta (Mesir, Oman, Qatar, dan Arab Saudi).Seperti pada penelitian Chu dan kawan-kawan yang dipublikasikan jurnal Emergency Infect-ed Diseasepada Juni 2014 yang menyatakan bahwa gen virus pada spesimen nasal swab unta sama
dengan gen MERS-CoV pada serum manusia yang terinfeksi.
Kasus MERS yang kebanyakan ditemukan pada orang-orang yang kontak dengan hewan yang terinfeksi atau produk dari hewan terinfeksi yang belum diolah turut mendukung penelitian di atas.Diduga transmisi MERS-CoV ke manusia dapat terjadi secara langsung maupun secara tidak lang-sung. Penelitian lain yang juga dipublikasikan pada Juni 2014 oleh jurnal Emergency Infected Disease menyimpulkan bahwa manusia terinfeksi MERS-CoV setelah terpapar oleh unta yang terinfeksi. Penelitian tersebut dilakukanoleh Memish A. Ziad dan kawan-kawan.Penelitian ini dilakukan pada pasien Rumah Sakit Universitas King Abdul Aziz yakni seorang peternak laki-laki berusia 43 tahun yang memiliki riwayat merawat sembilan unta yang sakit di peternakannya pada awal Oktober 2013 hingga 27 Oktober 2013 ketika pasien mengeluhkan gejala awal.Sang pasien memiliki riwayat pajanan dengan unta kurang lebih sembilan jam dalam sem-inggu.Pasien tidak membersihkan tempat susu unta, namun secara rutin memberikan susu bagi sang unta. Penelitian tersebut mendukung hipotesis bahwa in-feksi MERS-CoV pada manusia dapat diperoleh langsung dari unta. Sementara itu, penelitian tentang rute transmisi MERS-CoV masih terus dilakukan.
Gambar: Virus Corona penyebab Middle East Respiratory Syndrom(MERS)
MERS CO V MENGHANTUI JEMAAH HAJI APAKAH PENYAKIT INI
BERBAHAYA?
Rizky Mooy – FK Universitas Nusa Cendana 2011
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Infokes
14
Infeksi MERS-CoV umumnya muncul
dengan tanda dan gejala seperti pneumonia, tetapi
juga dapat berkomplikasi menjadi gagal ginjal.
Gejala yang paling umum ialah demam, batuk dan
kesulitan bernapas, sedangkan gejala lain seperti di-
are juga dapat muncul pada pasien-pasien imuno-
supresi. Faktor-faktor yang dapat mempermudah
seseorang terinfeksi MERS antara lain riwayat pen-
yakit kronis yang dimilikinya seperti penyakit jan-
tung kronis, diabetes mellitus, penyakit ginjal, dan
penyakit paru kronis. WHO telah mengeluarkan
kuesioner penuntun untuk membantu menegakkan
diagnosis MERS sekaligusmengumpulkan informasi
tentang faktor risiko MERS yang berguna dalam
penelitian.Sampai saat ini belum ditemukan vaksin
MERS-CoV sehingga pengobatan yang dilakukan
pada penderita MERS-CoV hanyalah pengobatan
simptomatis dan didasarkan pada kondisi klinis
pasien. Seiring dengan belum ditemukannya vaksin
dan pengobatan yang tepat, para peneliti masih terus
melakukan penelitian untuk mendapatkan informasi
yang pasti mengenai patogenesis dan perjalanan
MERS itu sendiri.
Pencegahan yang dapat dilakukan agar
terhindar dari infeksi MERS-CoV diantaranya
menghindari kontak dengan orang yang positif terin-
feksi MERS-CoV atau sumber infeksi lainnya yakni
unta. Langkah-langkah efektif yang umumnya dil-
akukan ialah menjaga kebersihan tangan yang baik,
menghindari konsumsi makanan mentah atau daging
setengah matang, hindari juga untuk meminum air
yang tidak dimasak. Jika muncul gejala-gejala
MERS saat berpergian ke Timur Tengah,segera
lakukan pemeriksaan yang lengkap di rumah sakit
terdekat. Pencegahan lainnya ialah menghindari ber-
pergian ke Timur Tengah apabila memiliki riwayat
penyakit kronis dan berisiko tinggi untuk terinfeksi
MERS.
MERS-CoV yang awalnya ditemukan di Ar-
ab Saudi kini telah menyebar dengan cepat ke be-
berapa negara di Timur Tengah, Eropa, Asia, bahkan
Amerika. Negara-negara yang melaporkan positif
kasus MERS-CoV antara lain Yordania, Oman, Qa-
tar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Yaman, Perancis,
Jerman, Yunani, Italia, Inggris, Tunisia, Mesir, Ma-
laysia, Filipina dan Amerika Serikat. Sementara itu
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nafsiah
Mboi menegaskan bahwa tidak ada penderita MERS-
CoV sampai Mei 2014 di Indonesia. Menurut
Nafsiah, 31 orang yang diduga terkena MERS sudah
diperiksa namun semuanya negatif. Sementara itu,
pemerintah terus meningkatkan kewaspadaan untuk
mencegah MERS. Kementrian kesehatan telah
meningkatkan kesiapsiagaan di point of entry untuk
mendeteksikesehatan para jemaah baik haji maupun
umroh saat kembali ke Tanah Air, melalui penyeba-
ran Health Alert Card (HAC), pemasangan leaflet
dan banner di 49 Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP), termasuk 13 KKP Embarkasi. Pemerintah
Indonesia secara serius memperhatikan masalah
MERS-CoV karena banyaknya Warga Negara Indo-
nesia (WNI) yang berada di Arab Saudi sebagai
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) maupun WNI yang
sedang menjalankan ibadah umroh.
Pencegahan terhadap MERS-CoV harus kian diga-
lakkan meskipun ada opini bahwa MERS sepertinya
tidak memiliki dampak dan bahaya yang besar seper-
ti SARS beberapa tahun silam. Penelitian-penelitian
tentang perjalanan penyakit oleh WHO harus
didukung pula oleh sosialisasi dan edukasi tentang
bahaya MERS-CoV dan langkah-langkah efektif
pencegahan serta diagnosis dini MERS-CoV.
Pemerintah Indonesia juga harus terus meningkatkan
kewaspadaan bagi WNI yang akan berpergian ke Ti-
mur Tengah maupun pulang dari Timur Tengah kare-
na bahaya kematian menanti di ujung infeksi MERS-
CoV. Apalagi Musim haji sudah didepan mata.
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Infokes
15
Badan Pers Nasional Ikatan Senat Mahasiswa
Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia
(BPN-ISMKI) bersama Lembaga Pers Mahasiswa
Medical Torch Fakultas Kedokteran Universitas
Jenderal Soedirman (FK Unsoed) mengadakan
Direct Meeting (DM) dan Rapat Koordinasi
Nasional (Rakornas) yang dilaksanakan 20-22 Juni
2014 lalu bertempat di Aula FK Unsoed,
Purwokerto. Acara yang mengambil tema “Bersama
Menyatukan Langkah Mewujudkan BPN ISMKI
yang Kritis, Aspiratif, Kreatif, dan Inovatif” ini
diikuti 15 orang delegasi Pengurus Harian Nasional
(PHN) BPN-ISMKI yang berasal dari seluruh
penjuru tanah air, Indonesia. Selain diikuti 15 orang
PHN BPN-ISMKI, acara juga dihadiri beberapa
pengurus ISMKI seperti Sekretaris Jenderal ISMKI,
Rais Reskiawan, Wakil Sekretaris Jenderal Internal
ISMKI, Abdurrahman Hadi, dan Sekretaris Wilayah
3 ISMKI Fachrurozy Irsyad.
Penampilan Tari Saman dari UKM Saman FK
Unsoed mengawali kemeriahan Welcoming Party
sekitar pukul 20.00 WIB. Acara disusul dengan
sambutan-sambutan dari Presiden Mahasiswa FK
Unsoed, Direktur Medical Torch, Direktur Utama
BPN-ISMKI, serta Sekretaris Jenderal ISMKI.
Delegasi juga disugugkan penampilan medical choir
dan penampilan akustik dari mahasiswa FK Unsoed.
Welcoming Party ditutup secara simbolis dengan
pecah kendhi yang dilakukan oleh Direktur Utama
BPN-ISMKI Maria Megilda Bosri yang menandai
dimulainya acara Direct Meeting dan Rakornas BPN
-ISMKI. Setelah Welcoming Party selesai, sekitar
pukul 22.00 WIB acara dianjutkan dengan
musyawarah PHN untuk mengevaluasi kinerja BPN-
ISMKI yang telah dilaksanakan selama 3 bulan.
Rapat diawali dengan presentasi masing-masing
divisi dan disusul diskusi yang berlangsung alot
membahas kendala yang dialami dari masing-masing
divisi, seperti masalah komunikasi antar PHN,
komunikasi BPN-ISMKI dengan anggota,
permasalahan database, minimnya tendensi,
minimnya partisipasi institusi untuk terlibat dalam
majalah Spektrum, kejelasan program kerja divisi
Litbang, sampai masalah keuangan. Musyawarah
ditutup pukul 00.30 WIB.
Keesokan harinya acara dilanjutkan dengan
upgrading yang diisi oleh Agus Setianto, S.Si dan
Yudhis Fajar mengenai pers dalam pergerakan
mahasiswa. Menurut Agus Setianto, dimana pers
dahulu sebagai corong politik dari berbagai partai
seperti PKI, SI, dan PNI. Pers berfungsi sebagai
media masa, propaganda, dan pencerdasan untuk
meningkatkan minat baca masyarakat. Agus juga
berpesan bahwasanya yang dibutuhkan dari pers
mahasiswa hanya bagaimana meningkatkan minat
mahasiswa untuk menulis. Sedangkan menurut
Yudhis Fajar, pers mahasiswa berbeda pada media
pers profesional. Pers mahasiswa adalah pers yang
idealis, netral, dan bebas kepentingan dan harus
dipertahankan dalam memberikan pencerdasan
kepada masyarakat. Setelah acara Upgrading selesai,
peserta sejenak melakukan istirahat sholat makan
dan mempersiapkan materi untuk musyawarah
dengan ISMKI.Siang harinya acara dilanjutkan den-
Direct Meeting dan Rakornas BPN-ISMKI 2014
Bersama Membangun Kebersamaan dan Kekompakan antar Pengurus
Emirza Nur Wicaksono (FK Universitas Islam Sultan Agung 2010)
Gambar: Foto bersama Pengurus Harian Nasional BPN-ISMKI bersama perwakilan pengurus ISMKI
SPEKTRUM | Edisi September 2014 ISMKI dan Organisasi
18
-gan perwakilan ISMKI. Dalam musyawarah ini,
masing-masing divisi mempresentasikan program
kerjanya beserta kendalanya seperti, program
Pelatihan Jurnalistik Nasional (PJN) yang belum
bisa dilaksanakan tahun ini karena banyak
permasalahan dari Fakultas Kedokteran Universitas
Syah Kuala. Mulai dari kuota yang ditetapkan dari
FK Unsyiah minimal sejumlah 70 yang tidak
disanggupi oleh BPN-ISMKI, hingga keuangan BPN
-ISMKI yang terbatas untuk penyelenggaraan acara
tersebut. Kemungkinan akan dilakukan lomba
jurnalistik atau acara setara PJN seperti pelatihan
jurnalistik lokal yang diselenggarakan tiap institusi
secara serentak dan terstandar. Selain itu, dalam
musyawarah ini, dibahas pula masalah kurang
baiknya koordinasi antara BPN-ISMKI dengan
ISMKI dalam rubrik ISMKI yang ada di majalah
Spektrum, dan mengenai kejelasan produk
jurnalistik yang diterbitkan oleh ISMKI diluar
majalah Spektrum. Menanggapi masalah tersebut,
menurut Wakil Sekretaris Jenderal Internal ISMKI,
hal ini bisa dibicarakan lebih lanjut di Rakornas
ISMKI bulan September mendatang untuk mencari
akar permasalahanya dan dicarikan jalan keluar
supaya tidak ada tumpang tindih antara program
kerja BPN-ISMKI dengan program kerja ISMKI.
Perlu ada kesepakatan hitam diatas putih bermaterai
yang ditanda tangani dua belah pihak. Setelah
musyawarah selesai dilanjutkan dengan pembahasan
mengenai isu Dokter Layanan Primer dan kaitanya
dengan AFTA 2015 nanti yang masih kontroversi.
Malam harinya acara Farewell Party menutup
serangkaian Direct Meeting dan Rakornas BPN-
ISMKI. Peserta disuguhkan dengan penampilan
akustik dari FK Unsoed, stand up commedy, dan
tarian suka-suka senggol yang dipimpin oleh Maria
Megilda Bosri, Dirut BPN-ISMKI. Acara resmi
ditutup secara simbolis dengan pemotongan
tumpeng oleh Direktur Utama BPN-ISMKI dan
pemutaran video dokumentasi acara DM dan
Rakornas dari mulai Welcoming Party sampai
dengan Farewell Party.
Sebelum peserta kembali ke daerah masing-
masing di kesokan harinya, peserta diajak
mengunjungi beberapa tempat di Purwokerto seperti
Baturraden, dan pusat oleh-oleh khas Banyumas.
Acara DM dan Rakornas ini membawa kesan
tersendiri, terutama dari para Pengurus Harian
Nasional, hal ini terlihat dengan rasa kekeluargaan
dan kekompakan yang terjalin antar sesama
pengurus yang selama ini hanya berinteraksi lewat
media Line.
“Ini adalah DM pertama saya sejak bergabung
dengan BPN-ISMKI, saya sangat antusias sekali
untuk menghadiri DM di FK Unsoed Purwokerto,
bertemu dengan teman-teman dari seluruh Indonesia,
awalnya saya masih malu-malu, namun selanjutnya
saya bisa menyesuaikan. seru banget! Harapanya
kegiatan ini kedepan dilaksanakan waktu teman-
teman sudah menyelesaikan kegiatan perkuliahan,
seperti bulan Juli sehingga semua PHN bisa hadir,
selain itu waktu DM diperpanjang soalnya 3 hari 2
malam saya rasa sangat kurang sekali” Ujar Tios,
Wakil Ketua Divisi Litbang, mahasiswa FK Undana
Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Gambar: Musyawarah Divisi Spektrum
BPN-ISMKI dengan Wasekjen Internal ISMKI
SPEKTRUM | Edisi September 2014 ISMKI dan Organisasi
19
Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia
(ISMKI) Wilayah 1 bersama Fakultas Kedokteran
Universitas Methodist Indonesia (FK UMI)
menggelar Regional Medical Olympiade (RMO) 29
Mei 2014 – 1 Juni 2014 lalu. RMO dikuti oleh 52
tim dari 16 institusi pendidikan dokter dari seluruh
daerah Sumatera. Adapun lomba-lomba yang terdiri
dari empat cabang ilmu (Genitourinary - Reproduc-
tive, Gastroenterohepatic – Endocrine, Cardio – Res-
piratory, dan Neurology)
Pada babak penyisihan, selama 105 menit,
semua peserta langsung fokus pada soal dan lembar
jawaban yang ada di hadapan mereka. Masing-
masing peserta sibuk berdiskusi dengan teman satu
timnya. Setelah waktu habis, para delegasi diberikan
waktu istirahat hingga waktu Seminar. Seminar
selesai pukul 19.00 WIB.
Keesokan harinya, para lima tim yang berhasil
lolos setelah babak penyisihan mejalani perlombaan
di babak semifinal yang terdiri dari dua penilaian
dan diikuti oleh lima tim dengan skor MCQ teratas.
Pertama, OSPE yang mencakup berbagai bidang
ilmu seperti Anatomi, Histologi, Patologi Anatomi,
Mikrobiologi dan Parasit. Kedua, OSCE yang
menuntut keterampilan skill lab dari tiap delegasi.
Sementara tim-tim yang tidak masuk dalam babak
semifinal mengikuti acara rekreasi yang telah diper-
siapkan oleh panitia.
Kompetisi menjadi lebih ketat dan seluruh tim
mengerahkan daya dan keterampilan seoptimal
mungkin untuk memperoleh skor yang maksimal.
Lima tim yang telah mengikuti babak semifinal dik-
umpulkan kembali di aula sore harinya untuk di-
umumkan tiga tim yang akan masuk ke babak final.
Babak final sendiri terdiri dari dua penilaian
yaitu SOCA dan LCT. Tim-tim yang masuk final
tampak bersemangat menunggu kasus yang akan di-
presentasikan saat Ujian berlangsung dari pukul
13.30 WIB sampai 17.30 WIB. Sebelum ujian dimu-
lai, para delegasi dikarantina terlebih dahulu. Setelah
babak final selesai, akhirnya para delegasi diantar
kembali ke hotel untuk mempersiapkan diri mengi-
kuti Closing Party.
Closing Party diikuti antusias oleh seluruh
delegasi dan panitia karena banyak penampilan dari
masing-masing delegasi yang sangat mengundang
sorakkan dan tepuk tangan. Beragam penampilan
yang diberikan para delegasi, antara lain nyanyian,
tarian, stand-up comedy, pantun dan akustik. Acara
ditutup pukul 23.30 WIB, dengan pengumuman
pemenang yang diumumkan oleh Steering Commit-
tee ISMKI. FK USU tampil sebagai juara umum
RMO 2014.
REGIONAL MEDICAL OLYMPIAD ISMKI WILAYAH 1
Deborah Natasha. (FK Universitas Lampung 2012)
SPEKTRUM | Edisi September 2014 ISMKI dan Organisasi
20
Hidup Mahasiswa ! Hidup Rakyat Indonesia !
Kalimat yang selalu di agung-agungkan di kalangan
mahasiswa dan menggambarkan begitu pentingnya
peranan mahasiswa bagi rakyat Indonesia.
Faktanya, dewasa ini sudah terjadi pergeseran
paradigma, mahasiswa kaum intelektual dan
Guardian value yang di percaya menjaga nilai-nilai
kebeneran kini sepertinya telah luntur. Sebuah
lingkungan dan kondisi yang begitu nyaman yang
telah meninabobokan kita, sehingga kita semua lupa
kita berasal dari mana dan berada untuk apa. Begitu
banyakanya permasalahan di sekitar kita dan
menuntut kita membuka mata dan menggerakan
hati nurani kita. Permasalahan terbaru yang
menyangkut hajat orang banyak adalah terkait
Sistim dari Pelayanan Kesehatan atau yang saat ini
kita sering dengan dengan SJSN-BPJS yang telah
berlaku sejak 1 Januari 2014 lalu.
Pelayanan Kesehatan merupakan hak setiap
rakyat Indonesia dan merupakan impian bagi
seluruh rakyat Indonesia untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang holistik. Maka sejak 1
Januari 2014 pemerintah memberlakukan sebuah
kebijakan yang merupakan solusi permasalahan
tersebut. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
sebuah sistim baru yang bertujuan menjamin
kesejahteraan masyrakat Indonesia dalam aspek
sosial, Namun begitu banyak permasalahan terkait
sistim baru ini yang berdampak pada banyak aspek
seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial dan
politik. Tentunya kita sebagai generasi muda tidak
bisa tinggal diam melihat permasalahan yang ada
pada sistim ini, apa lagi mengingat posisi kita
sebagai mahasiswa kedokteran yang nantinya akan
menjadi dokter dan merupakan komponen
terpenting dalam sistim JKN ini. Namun, kita
memerlukan ilmu dan bekal-bekal untuk melakukan
perubahan pada sistim ini.Mahasiswa yang kritis,
kemampuan untuk menelaah dan mampu
memberikan solusi konkrit terkait permasalahan
yang ada sangatlah dibutuhkan. Adanya kegiatan
School of Kastrat 2014 di yakini merupakan wadah
yang tepat untuk memenuhi hal tersebut.
School of Kastrat di selenggarakan oleh BEM
FK Universitas Trisakti dan ISMKI wilayah 2 dan
bertema kan “Action or Nothing”. It’s our time to
act and give the change, terlalu bosan dengan
kondisi yang statis dan minim akan perubahan.
Maka tahun ini di harapkan mahasiswa kedokteran
yang tergabung ISMKI Wilayah 2 dapat
memberikan perubahan yang nyata bagi bangsa in.
School of Kastrat kali ini di adakan selama 2 hari,
dimana hari pertama pemberian pembekalan terkait
kompetensi bidang Kajian dan Strategi seperti
materi pergerakan mahasiswa, kajian, manajemen
aksi, publik speaking, manajemen isu, propaganda
dan analisa kebijakan publik. Di hari kedua-nya
mahasiswa terjun langsung ke Rumah sakit dan
berdiskusi langsung dengan tenaga medis disana
dan puncak acara nantinya akan di adakan diskusi
dengan stakeholders (BPJS, Kemenkes dan IDI).
Peserta School of Kastrat 2014 setelah lulus tidak
hanya berhenti disini, mereka bertanggung jawab
juga untuk mengadakan Planning of Action. School
of Kastrat 2014 “Action or Nothing” cause this
time to you to be changer.
Gambar: Foto bersama Delegasi SOK 2014 bersama Wakil Dekan III FK Universitas Trisakti
SCHOOL OF KASTRAT 2014 “Action Or Nothing”
Yoga Ramadhan (FK Universitas Trisakti 2012)
SPEKTRUM | Edisi September 2014 ISMKI dan Organisasi
21
Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) Wilayah 4 bersama Fakultas Kedokteran Universitas Al Khairaat, Palu Sulawesi Tengah mengadakan acara rutin tahunan Rapat Kordinasi Wilayah tanggal 19 – 22 Juni 2014. Rapat Koordinasi Wilayah merupakan agenda ta-hunan, yang mewadahi institusi dan pengurus hari-an dalam mengevaluasi hasil kinerja selama 6 bulan yang telah disepakati bersama saat MUSKERWIL dibulan Januari lalu dan sekaligus dapat mengucap-kan tagline penyemangat bersama “Kami Berbakti untuk ISMKI”, yang selama ini hanya dilakukan melalui media sosial.
Rakorwil ber tema “Perwujudan Kesatuan Koordinasi ISMKI Wilayah 4 Berlandaskan Keber-samaan, Aksi, Militan Dan Inovatif” dihadiri oleh 13 institusi dan total keseluruhan delegasi mencapai 33 orang. Selain itu, juga hadir Sekretaris Jenderal ISMKI Rais Reskiawan untuk memberikan Upgrad-ing terkait kinerja internal ISMKI baik wilayah maupun nasional.
Bertepatan dengan Hari Anak Nasional, dele-gasi melakukan kunjungan ke salah satu Sekolah Dasar yang ada dikota Palu. Dalam kunjungan itu delegasi berkenalan dengan murid-murid dan ber-canda dengan mereka, tentunya tujuanya tidak han-ya datang untuk bercanda, namun mengajarkan cara mencuci tangan dengan nyanyian biar mempermu-dah ingatan mereka, luar biasanya mereka sudah tidak asing lagi dengan nyanyian dan langkah mencuci tangan itu. Mereka begitu sangat antusias terlihat dari yang mengajukan tangan untuk menuntut teman-temannya dalam melakukan cuci tangan dan delegasi pun tak lupa mengapresiasikan keberanian murid-murid yang berani menuntun te-
man–temannya untuk melakukan cuci tangan. Selain itu, mereka juga diajarkan cara menyikat gigi yang benar dan dibagikan stiker untuk menandai kebiasan mereka menyikat gigi pagi dan malam. Kegiatan diakhiri dengan melakukan foto bersama.
Rakorwil kali ini dihadiri Prof. Dr. dr. Irawan Yusuf, PhD yang menyempatkan waktunya untuk memberikan kuliah umum mengenai Dokter Layanan Primer (DLP) dan juga dihadiri dr. Arsita Pujiraharjo selaku Manajer Eksekutif HPEQ untuk berdiskusi dengan delegasi terkait Dokter Layanan Primer (DLP). Dalam materi ini delegasi berdiskusi banyak terkait Dokter Layanan Primer (DLP) beliau menegaskan untuk semua lulusan yang dihasilkan fakultas kedokteran adalah dokter yang akan dapat menempati layanan primer dan berbasis dokter keluarga. Sedangkan dr. Arsita, menekankan kepa-da seluruh calon lulusan kedokteran, untuk dapat memenuhi standar dokter layanan primer, perlu pa-ham betul terkait apa saja kompetensi yang harus dikuasai, tentunya dengan membaca Standar Kom-petensi Dokter Indonesia (SKDI).
Setelah diskusi yang kritis dan menguras tenaga, delegasi diajak oleh panitia untuk melepas penat ke pantai Tanjung Karang, Donggala, Sula-wesi Tengah untuk acara Farewell party. Rakorwil ditutup dengan penyerahan cendramata sekaligus pembakaran kembang api yang menambah kemeria-han malam penutupan. Sebelum delegasi pulang ke daerahnya esok hari, diadakan games untuk lebih mempererat kebersamaan. Melalui Rakorwil ini semoga Tuhan selalu mencenderungkan hati kita semua untuk tetap dilingkaran perjuangan demi ter-wujudnya cita–cita bersama. KAMI BERBAKTI UNTUK ISMKI!
RAKORWIL ISMKI WILAYAH 4 2014
Kami Berbakti Untuk ISMKI
Febi Aritonang (FK Unud 2011)
SPEKTRUM | Edisi September 2014 ISMKI dan Organisasi
22
Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) bersama Fakultas Kedokteran Universitas Jambi mengadakan National Multi De-velopment Project (NMDP) ISMKI berlangsung tanggal 12 Juni 2014 sampai 15 Juni 2014. Acara tersebut merupakan program kerja baru dari bidang Leadership Developent ISMKI yang ditenderkan saat Indonesian Medical Student Summit (IMSS) kedua di Medan lalu. Dibuka secara resmi yang ber-tempat di aula rumah dinas Gubernur Provinsi Jam-bi, diawali dengan sambutan dari Muhammad Al Farisi Sutrisno selaku Ketua Panitia Pelaksana NMDP ISMKI, Sekretaris Jenderal ISMKI Rais Reskiawan, Wakil Dekan III Bagian Kemaha-siswaan FKIK Universitas Jambi dr. H. Armaidi Darmawan, M. Epid., dan Gubernur Provinsi Jam-bi: Drs. Hasan Basri Agus, M.M. Selain itu peserta juga disuguhkan penampilan kesenian khas jambi
Keesokan harinya, para delegasi menuju ke kantor BAPPEDA Provinsi Jambi untuk mengikuti materi. Materi pertama mengenai Kesehatan Ibu dan Anak, disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moelok, Sp. M (K). Materi kedua mengenai Teknik Pengembangan Masyarakat, disampaikan oleh Asfrianto. Materi selanjutnya di-paparkan oleh Sekjen ISMKI Rais Reskiawan dengan materi filosofi. Setelah itu dilanjutkan dengan briefing penyuluhan dan pemeriksaan di desa untuk hari berikutnya oleh dr. Fadhil, Sp.A dan dr. Firmansyah, Sp.OG.
Acara dilanjutkan dengan kegiatan outbond yang bekerja sama dengan TNI AD di Markas Ko-mando Resimen Garuda Putih Kota Jambi. Outbond terdiri dari uji tangkas kemampuan dan team work, untuk mempersiapkan fisik dan team work supaya mampu melakukan penyuluhan dan pemeriksaan keesokan harinya.
Pada malam harinya para delegasi melanjut-kan mengikuti materi yang tak kalah menarik dari Prof. dr. Ascobat Gani, MPH. DrPH. Beliau men-jelaskan bahwasanya sumber kekuatan negara
bukan pada sumber daya alamnya, tetapi pada sum-ber daya manusianya. Selanjutnya motivasi dan pembelajaran mengenai cara menjalankan suatu riset di kemahasiswaan dari dr. Abdul Halik Malik.
Kelurahan Legok RT 25 dan RT 36, meru-pakan desa yang dijadikan sebagai tempat penyulu-han para delegasi NMDP, dimana delegasi melakukan penyuluhan dan pemeriksaan untuk ibu hamil dan balita mengenai KPSP, Pemeriksaan ANC, dan tensi yang penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil dan balita. Pe-layanan ANC yang dilakukan oleh peserta dengan bantuan dari Bidan Puskesmas, terdiri dari 5T (Timbang Berat Badan, Tinggi Badan, Tekanan darah, Tinggi fundus uteri, dan Tablet Kalsium dan Vitamin).
Pagi selanjutnya, masih seminar mengenai Community Leader yang disampaikan oleh Wakil Walikota Jambi: Bapak Abdullah Sani dan dr. Gamal Al bin Said, yang menjelaskan tentang pem-impin haruslah mendengar dan berani untuk mengambil keputusan yang banyak manfaatnya dibanding mudharatnya sekaligus memberikan sua-tu bidang tertentu pada ahlinya.
NMDP sebagai gagasan yang sangat luar biasa dan mengagumkan dalam membentuk seseorang untuk menjadi pemimpin yang peduli dengan sesama, te-lah mencetak kader-kader yang tergabung dalam keluarga Batanghari14, yang siap menjalankan amanah dan tanggung jawab mereka. Meskipun singkat, namun pertemuan dan keseruan yang dirasakan oleh para delegasi tak akan pernah ter-lupakan. NMDP merupakan sebuah ide yang sangat luar biasa dan mengagumkan dalam membentuk seseorang untuk menjadi pemimpin yang peduli dengan sesama. Kini ISMKI mendapatkan sebuah kelurga baru yaitu Batanghari14 yang telah siap un-tuk menjalankan amanah dan tanggung jawab mere-ka yang telah mereka buat dalam deklarasi Ba-tanghari14
Mencetak Pemimpin lewat NMDP ISMKI 2014
Muh. Alfarisi Sutrisno (FK Unja 2011) dan Tri Hastuti (FK Unimus 2013)
SPEKTRUM | Edisi September 2014 ISMKI dan Organisasi
23
Pelaksanaan Uji Kompetensi pada tahun 2014 telah dilaksanakan dua kali dengan berbagai polemik. Masa transisi ini ditandai dengan belum sempurnanya peraturan pelaksanaan Uji Kompetensi sehingga menimbulkan perbedaan interpretasi antara stakeholder terkait, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI). Hal ini menyebabkan terjadinya dua kali pelaksanaan Uji Kompetensi, exit exam dan entry exam, dalam satu periode.
Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) bekerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Indonesia (BEM FKUI) menyelenggarakan diskusi terbuka mengenai Uji Kompetensi (UK). Diskusi ini dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2014 di Aula FK UI. Diskusi ini menghadirkan Ketua PB IDI dr. Zainal, MH.Kes dan Ketua AIPKI Prof. Dr. Med. dr. Tri Hanggono Achmad. Diskusi berjalan selama 2 jam dan dimoderatori oleh Sekertaris Jendral ISMKI Rais Reskiawan, S.Ked.
Acara dibuka oleh Dekan FK UI Dr. dr. Ratna Sitompul, SpM(K). Kemudian acara dibagi menjadi dua sesi yang didahului dengan prolog dari IDI dan AIPKI. IDI dan AIPKI dalam prolognya sepakat bahwa UK merupakan instrumen yang penting untuk menilai kompetensi dokter. Tujuan utama adalah patient safety.
Dalam perkembangannya UK dapat memberi feedback bagi institusi pendidikan untuk memperbaiki kualitasnya. Dr. Zainal menegaskan bahwa tujuan yang mulia harus dilakukan dengan dasar legal yang jelas. Beliau menyebutkan bahwa sinkronisasi peraturan perundangan yang mengatur UK masih belum ada sehingga menye babkan kesulitan dalam penggabungan ujian. Maka dari itu,
UK terpecah menjadi exit exam dan entry exam. Beliau meminta DIKTI mengeluarkan surat keputusan tentang status kelulusan peserta UK.
Peserta UK batch Mei akan mendapatkan entry exam berupa assessment seperti peserta UK batch Februari. Assessment ini dilakukan pada ujian yg dilaksanakan oleh KDPI Juni mendatang. IDI akan mempertimbangkan perpanjangan pendaftaran assessment yang akan seharusnya berakhir pada 7 Juni mendatang. Apabila terdapat peserta yang telah memiliki ijazah dipersilahkan langsung mendaftar. Mengenai beredarnya ijazah yang dikeluarkan oleh fakultas kedokteran, Prof. Tri menyatakan bahwa kewenangan mengeluarkan ijazah dimiliki oleh perguruan tinggi. AIPKI tidak memiliki wewenang untuk melarang tersebut. Namun, beliau mengingatkan kembali akan pentingnya UK dan sebaiknya pemangku kebijakan terkait melaksanakan kesepakatan yang ada.
UK batch Agustus akan dilakukan dengan satu pintu, exit exam digabung dengan entry exam. IDI dan AIPKI menyatakan komitmennya untuk melaksanakan hal tersebut. UK selanjutnya harus dilaksanakan dengan peraturan yang berlaku, mencakup Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) dan sinkronisasi antara UU Pendidikan Kedokteran dan UU Praktik Kedokteran. Untuk itu IDI dan AIPKI akan melakukan komunikasi intensif untuk mencari payung hukum pelaksanaan UK di masa transisi dan koordinasi UK batch Agustus agar dilakukan dalam satu pintu supaya Uji Kompetensi dilakukan dengan adil dan tidak merugikan peserta maupun rakyat Indonesia. IDI dan AIPKI menyatakan komitmennya untuk melakukan UK sesuai dengan peraturan yang berlaku dan berjanji bahwa pelaksanaan UK pada Agustus nanti tidak akan menemui masalah.
DISKUSI MASA DEPAN UJI KOMPETENSI DOKTER INDONESIA
Diskusi terbuka antara IDI, AIPKI, ISMKI serta peserta diskusi mengupas
tuntas polemik Uji Kompetensi serta solusinya
SPEKTRUM | Edisi September 2014 ISMKI dan Organisasi
24
Hadir dengan mengangkat tema spesial pada tahun
ini “ Dokter Indonesia 2015 – Striving towards
AFTA and Post – MDGs” , Indonesian Medical
Olympiad (IMO) 2014 kembali hadir di ranah
minang tepanya di Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas, Padang, Sumatera Barat. Olimpiade
kedokteran bergengsi paling ditunggu yang tahun
lalu diikuti tak kurang dari 500 orang peserta dan
partisipasi lebih dari 47 fakultas kedokteran se –
Indonesia. Acara ini Insya Allah akan diadakan
tanggal 27 November 2014 – 1 Desember 2014
Tahun ini, IMO hadir dengan jumlah topik yang masih sama dengan tahun lalu, yaitu 6 topik besar kardiologi-respirasi, gastro-entero-hepatologi, neurologi, muskuloskeletal, urologi-reproduksi, dan penyakit infeksi. Cara pendelegasian pun sama dengan tahun lalu, yaitu tiap fakultas berhak mengirimkan maksimal 1 (satu) tim untuk yang terdiri atas 2 (dua) orang mahasiswanya untuk tiap sistem. Apa yang berbeda dari tahun lalu adalah diterapkannya babak semifinal yang terdir i atas MCQ (Multiple Choice Questions) dan OSPE (Objective Structured Practical Examination) .
Selain menghadirkan olimpiade, IMO tahun ini pun akan mempersembahkan seminar – seminar dengan topik dan pembicara yang tak kalah dahsyat dan hebatnya untuk diikuti oleh para peserta. Selain itu ada juga Province Tour ke objek – objek wisata di
Sumatera Barat yang dijamin dengan keelokan panorama dan makanannya yang lezat.
So, champions.. register your team, grab your ticket, let’s fight to become a winner in Indonesian Medical Olympiad 2014. We are waiting for you in Ranah Minang, West Sumatera.
Gambar: Samsul dan Siti, Maskot IMO 2014, diambil dari cerita Siti Nurbaya
Indonesian Medical Olympiad 2014 – FK Universitas Andalas, Sumatera
Barat
“Menggapai Asa di Ranah Minang”
Atya Shabrina Monika (FK Universitas Yarsi 2011)
SPEKTRUM | Edisi September 2014 ISMKI dan Organisasi
25
Asian Medical Student’s Assocation (AMSA) menyelenggarakan kegiatan tahunan berupa Musyawarah Nasional bertempat di Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (FK Unsyiah) yang berlangsung 6 Juni 2014 sampai 8 Juni 2014 lalu. Kegiatan yang mengusung tema Colaborate holding on national comradeship (CHRONIC) ini dihadiri oleh 29 universitas di Indonesia yang memiliki status keanggotan AMSA. Kegiatan dimulai pada pukul 14.30 WIB, dibuka dengan prosesi perkenalan Direktur Rumah Sakit Zainoel Abidin, Dr.dr. Syahrul, Sp.S(K) kepada para kontingen di Aula RSUZA. Hadir juga Gubernur Nangroe Aceh Darussalam, dr. H. Zaini Abdullah. Pada kesempatan tersebut, Zaini Abdullah mengungkapkan hal-hal seputar bagaimana masa depan dokter di Indonesia Para kontingen juga diberikan kuliah singkat mengenai operasi jantung pembuluh darah hybird oleh dr. Yopi Sp.BTKV. Dengan didampingi oleh PJ kelompok dan dokter, para kontingen menyambangi semua bagian departemen atau SMF dan juga mengunjungi pasien-pasien yang terdapat di berbagai bangsal rumah sakit.
Agenda hari kedua Munas berlokasi di Kampus FK Unsyiah dengan agenda laporan pertanggung jawaban Executive Board AMSA-Indonesia 2013-2014, laporan pertanggung jawaban AMSA-universitas, laporan pertanggung jawaban acara nasional selama satu tahun, laporan pertanggung jawaban acara Internasional EAMSC 2014 South Korea, pembahasan AD/ART, dan kampanye Regional Chairperson AMSA-Indonesia 2014-2015. Laporan pertanggung jawaban pertama yaitu LPJ acara intenasional EAMSC yang berlokasi di Korea Selatan. Kemudian laporan pertanggung jawaban 5 acara nasional yaitu Munas XXVII oleh Universitas Katolik Atma Jaya, Rapat Kerja Nasional oleh Universitas Sebelas Maret,
National Action Event oleh Universitas Indonesia, Indonesia Medical Students’ Training and Competition oleh Universitas Jendral Ahmad Yani, dan National Leadership Training oleh Universitas Brawijaya. Dalam Munas kali ini, Universitas Hang Tuah disahkan sebagai anggota baru setelah pertimbangan dan persetujuan anggota rapat
Sore harinya, dimulailah kampanye dari kedua calon Regional Chairperson 2014-2015 yaitu Meutia Rahmah dari Universitas Padjajaran dan Abdi Marang Gusti Alhaq dari Universitas Gadjah Mada. Kedua kandidat mempresentasikan visi, misi, serta program mereka selama satu periode kepengurusan dengan baik. Acara dilanjutkan dengan Farewell Party pada malam harinya dengan penampilan tari-tarian daerah serta pemutaran video yang berisi dokumentasi Musyawarah Nasional dari awal hingga farewell party.
Sidang dilanjutkan pada hari Minggu dengan agenda pemilihan Advisory Board 2014-2015 serta kampanye lanjutan dari kandidat Regional Chairperson dan pemilihan. Dari pemilihan Advisoy Board dipilih 5 orang anggota yang terdiri dari Regional Chaiperson dan General Secretary sebelumnya, dua Executive Board dari periode kepengurusan sebelumnya, dan satu orang Representative universitas. Rapat dilanjutkan dengan musyawarah pemilihan Regional Chairperson 2014-2015 dan ditetapkanlah Abdi Marang Gusti Alhaq sebagai Regional Chairperson 2014-2015. Garda Widhi Nurraga selaku Regional Chairperson sebelumnya menyerahkan bendera AMSA sebagai simbol penyerahan kepengurusan kepada Regional Chairperson baru serta menandatangani berita acara. Selepas rapat peserta mengikuti city tour. City tour Munas kali ini mengunjungi 3 tempat di aceh yaitu Museum Tsunami, PLTD Kapal Apung, dan Pantai Lampuuk. Acara diakhiri dengan foto bersama delegasi di Pantai Lampuuk Banda Aceh.
Gambar: Foto bersama Delegasi Munas AMSA 2014 bersama Gubernur Nangroe Aceh Darussalam
Musyawarah Nasional AMSA 2014 Sambangi “Seuramoe Mekah”
Ahmad Husnul Huluq (FK Unsyiah 2012) dan Quri Meihaerani Savitri (FK
UHT 2012)
SPEKTRUM | Edisi September 2014 ISMKI dan Organisasi
26
Musyawarah Nasional XII dan Jambore Nasional XVIII merupakan acara tahunan yang diadakan oleh Perhimpunan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia (PTBMMKI). Tahun ini, Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam (PMPA) Vagus mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumahnya. Kali ini merupakan kali kedua PMPA Vagus menjadi tuan rumah, setelah sebelumnya menjadi tuan rumah Jamnas PTBMMKI pada tahun 2000.
Munas XII Jamnas XVIII PTBMMKI kali ini diikuti oleh 126 peserta yang berasal dari 42 TBM dari seluruh Indonesia. Acara ini diadakan pada 21-28 Juni 2014 yang berlokasi di Solo kota dan sekitarnya. Dalam Munas kali ini Abdullah Azzam dari TBMM Humerus, FK Universitas Islam Indonesia terpilih menjadi ketua PTBMMKI periode 2014/2015.
Acara dibuka dengan Welcoming party yang diadakan pada 21 Juni 2014 di Balai Tawang Arum, Balaikota Surakarta dengan tema “Solo Kota Budaya”. Sesuai dengan temanya, disuguhkan budaya Jawa sebagai menu utama. Musik gamelan mengiringi peserta memasuki ruangan, serta tari gambyong, dagelan, dan musik etnik sebagai pengisi acara. Makanan disajikan dengan konsep ‘piring terbang’, dimana makanan akan diantarkan ke tempat duduk tamu masing-masing, seperti budaya acara pesta di Solo. Tidak lupa, pembawa acara pun menggunakan dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dalam memandu acara.
Keesokan harinya, peserta mengikuti Simposium Nasional “Emergency 2” dengan mengambil tema “Kegawatdaruratan dari Berbagai Perspektif Ilmu Kedokteran” di Soemarjo Grand Ballroom, Sunan Hotel Solo yang menghadirkan 9 dokter spesialis yang ahli di bidangnya sebagai pembicara. Para dokter tersebut juga merupakan senior dari PMPA Vagus. Simposium ini diikuti oleh kurang lebih 500
orang peserta yang berprofesi sebagai mahasiswa, dokter umum, dokter spesialis, serta profesi kesehatan lain. Setelah simposium selesai karena penyelenggaraan Munas Jamnas di Solo kali ini juga bertepatan dengan Solo Batik Carnival, peserta Munas Jamnas diajak untuk menyaksikan pagelaran Solo Batik Carnival.
Jambore Nasional ke-18 PTBMMKI diadakan di daerah Tlogo Dlingo pada 25-27 Juni 2014 setelah Munas selesai. Delegasi dibekali materi-materi berbasis kepecintaalaman dan medis yang penting dimiliki oleh Tim Bantuan Medis dengan kerjasama dari Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dan para dokter spesialis yang ahli di bidangnya. Materi yang diangkat seperti Rapelling, Vertical Rescue, Navigasi Darat, Survival, Intoksikasi dan Envenomasi, serta Traumatologi. Selain diberikan materi, juga ada dikompetisi antar wilayah yang dikemas dalam bentuk Lomba Lintas Alam. Terdapat 5 pos dalam perlombaan ini, di mana masing-masing pos berisi uji pengetahuan dan keterampilan tentang materi yang sudah diberikan sebelumnya. Acara Jamnas ditutup dengan malam keakraban serta pengumuman juara Lomba Lintas Alam.
Sebelum delegasi pulang ke tempat asalnya pada 28 Juni 2014, delegasi diajak ke beberapa tempat menarik di Solo seperti Museum Sangiran, Istana Mangkunegaran, dan Kampung Batik Kauman. Dan ditutup dalam Farewell Party di Kampoeng Ikan, Lor In dengan tema ‘Diversity in Harmony’ seperti filosofi logo Munas Jamnas kali ini, warna-warni pada gunungan menggambarkan para peserta Munas Jamnas yang berasal dari tempat yang berbeda-beda, dengan karakter yang berbeda-beda pula, namun semua berkumpul bersama di Solo untuk satu tujuan yang sama. Acara farewell party diisi oleh pertunjukkan Perkusi, Vokal Grup, Band, serta ditutup dengan flashmob seluruh peserta dan panitia.
MUSYAWARAH NASIONAL XII DAN JAMBORE NASIONAL XVIII
PTBMMKI
Gisti Respati Riyanti(FK UNS 2011)
SPEKTRUM | Edisi September 2014 ISMKI dan Organisasi
27
kali pada bulan Februari 2012. Nama NERVI sendiri
sarat akan makna, dimana NERVI merupakan bentuk
jamak dari nervus atau syaraf yang merupakan salah
satu organ penting di tubuh yang peka terhadap stimu-
lus. Sehingga diharapkan, majalah NERVI juga dapat
seperti nervus yang peka terhadap segala sesuatu yang
diterbitkan dan dipublikasikan. Mottonya NERVI
sendiri tercantum dalam majalah NERVI, yaitu “When
Art and Science Blend”.
LPM NERVI semakin memperkuat identitasnya
sebagai pers mahasiswa di FK Undana dengan resmi
bergabung menjadi anggota utama BPN-ISMKI pada
saat Munas IMSS tahun 2012 lalu. Bukan hanya itu,
Maria Megilda Bosri dari LPM NERVI juga diangkat
menjadi direktur utama BPN-ISMKI. Sampai sekarang
ini produk yang dikeluarkan LPM NERVI ada dua yai-
tu MediZine dan majalah NERVI.
Mading MediZine terbit setiap satu bulan sekali.
MediZine berisi tentang kumpulan berita terkini tentang
FK, tulisan-tulisan ilmiah mengenai kedokteran, hasil
karya dari mahasiswa berupa cerpen dan puisi, galeri
foto dan serba serbi tentang fakultas. Sedangkan, maja-
lah NERVI terbit tiap tiga bulan sekali yang isinya
berupa tulisan-tulisan dan hasil karya mahasiswa
mengenai tema yang diangkat di majalah dan juga
memuat informasi tentang kegiatan BEM dan BLM di
FK Undana. Kegiatan yang sudah dilaksanakan LPM
NERVI yaitu lomba fotografi, Open Recruitment,
penjualan coklat dan kirim-kirim surat dalam rangka
valentine day dan masih banyak lagi. LPM NERVI juga
aktif menjalin relasi dengan LPM-LPM di FK seluruh
Indonesia dengan bergabung dalam BPN ISMKI. Se-
tiap tahunnya LPM NERVI mengirimkan delegasinya
sebagai PHN BPN ISMKI, mengikuti kegiatan MU-
NAS, MUKERNAS maupun PJN yang diselenggara-
kan oleh BPN ISMKI.
NERVI: WHEN ART AND
SCIENCE BLEND
VANNY HUKY LENA (FK UNDANA 2012) &
BASTERLITA RUMERE (FK UNDANA 2013)
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) NERVI FK
Undana adalah suatu lembaga pers mahasiswa yang
dibentuk pada bulan April 2011 oleh angkatan 2009
FK Undana. Awal mula dari terbentuknya LPM
NERVI sendiri adalah dari obrolan singkat bersama
antar mahasiswa tentang pentingnya pers di ka-
langan mahasiswa yang digagas oleh Ishak Ndau-
manu. Obrolan singkat tersebut kemudian dibawa
ke rapat dosen atas dukungan dari dr. Christina Olly
Lada, M. Gizi dan drg. Maria L. Raiyon, M. Phill.,
SpPM. LPM NERVI pun resmi terbentuk dengan
produk pertamanya adalah mading, yang diberi na-
ma MediZine.
Awal pembuatan mading sendiri merupakan
dana ‘kecil-kecilan’ dari para anggota LPM NERVI
yang pertama. Mereka memakai papan yang terbuat
dari gardus dengan tema perdana mading adalah
“First Step”. Mading “First Step” ini di layout
dengan latar belakang ‘anak tangga’ yang mempu-
nyai arti: “kita akan memulai dari bawah dan akan
naik terus”.
Seiring berjalannya waktu LPM NERVI mu-
lai berani untuk mengeluarkan produk kedua yaitu
majalah. Majalah NERVI resmi diterbitkan pertama
SPEKTRUM | Edisi September 2014
28
Introduce Us
PESONA KEINDAHAN ALAM DAN ADAT PULAU SUMBA NUSA
TENGGARA TIMUR
ROBBY ADITYA SURYA (FK UNDANA 2013) DAN EGHA RATU EDO (FK UNDANA 2012)
Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah suatu
provinsi yang terletak di tenggara Indonesia yang
terdiri dari kurang lebih 550 pulau dengan empat
pulau utamanya yaitu: Flores, Sumba, Timor, dan
Alor. Aneka ragam suku, budaya, adat, dan bahasa
yang ada di NTT mempesona wisatawan Indonesia
maupun para wisatawan asing. Keindahan alam
yang belum terjamah ini menjadi daya tarik
wisatawan asing untuk datang berkunjung ke NTT.
Salah satu pulau di NTT yang paling menarik hati
para wisatawan dunia adalah Pulau Sumba. Pulau
Sumba yang mayoritas penduduknya masih menga-
nut kepercayaan animisme atau Marapu ini me-
nyimpan warisan adat yang begitu luar biasa yaitu
Pasola. Pasola menjadi salah satu dari 5 festival
berkuda paling keren di dunia dan salah satu dari
tiga festival budaya di Indonesia yang paling terke-
nal di mata dunia. Selain festival Pasola, yang tidak
kalah menarik dari Pulau Sumba adalah keindahan
pantai Nihiwatu. Pantai Nihiwatu yang berpasir
putih ini menjadi salah satu dari sepuluh pantai ter-
baik di Asia, selain itu Pantai Nihiwatu juga
menduduki peringkat ke-17 dari 100 pantai terbaik
di dunia. Berikut ini selayang pandang dari Tradisi
Pasola dan Pantai Nihiwatu.
Tradisi Pasola
Pasola berasal dari kata sola atau hola yang
berarti kayu lembing. Dalam konteks ritual, pasola
merupakan tradisi perang adat dimana dua ke-
lompok penunggang kuda saling berhadapan, kejar
mengejar seraya melempar lembing kayu ke arah
lawan. Pasola diselenggarakan sekali dalam setahun
yaitu pada permulaan musim tanam, pada Bulan
Februari dan Bulan Maret di Sumba Barat. Pasola
dilaksanakan di bentangan padang luas, disaksikan
oleh segenap warga Kabisu dan Paraingu dari
kedua kelompok yang bertanding dan oleh
masyarakat umum. Peserta permainan adalah pria
pilih tanding dari kedua Kabisu yang harus men-
guasai dua keterampilan sekaligus yakni memacu
kuda dalam kecepatan super tinggi (super speed
power) dan melempar lembing (hola). Pasola bi-
asanya menjadi klimaks dari seluruh rangkaian
kegiatan dalam rangka pesta nyale.
Pantai Nihiwatu
Pantai Nihiwatu terletak 30 km dari Kota
Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat. Pantai ber-
pasir putih sepanjang 2,5 km ini mempunyai ombak
yang mempesona para peselancar. Mereka me-
nyebutnya God’s Left. Keindahan Pantai Nihiwatu
inipun mengalahkan pantai yang ada di Hawaii.
Pantai yang pernah menjadi saksi pernikahan artis
Holywood Chris Hermsworth (bintang film Thor
dan The Avengers) dengan Elsa Pataky ini mem-
berikan nilai lebih yaitu, suasana damai dan
ketenangan hati dengan dukungan budaya lokal.
Selain keeksotisan budaya, keindahan pasir putih,
keindahan terumbu karang dan laut yang masih
jernih yang belum terjamah dapat kita nikmati jika
berkunjung ke tempat ini. Jika ingin berkunjung ke
pantai Hihiwatu sebaiknya pada Bulan April sampai
Desember.
SPEKTRUM | Edisi September 2014
29
Info Lokal
Kita sering kali merasa khawatir dalam hidup
ini, terutama oleh masa depan. Banyak orang yang
menghabiskan waktunya demi suatu pencapaian di
masa depan, seperti jabatan, uang, asmara, gelar, dan
lain sebagainya. Secara umum, kita mencari
kesuksesan dan kebahagiaan. Kita bekerja keras
demi masa depan kita, berharap bahwa sukses akan
datang karenanya. Namun, ketika hal yang kita
harapkan tidak kunjung datang, kita sering merasa
bahwa hidup ini terlalu berat. Lalu berkembanglah
berbagai kepercayaan, seperti ‘dunia ini kejam’ atau
‘hidup ini tidak adil’. Padahal, mungkin beberapa
dari kita belum tahu, sesungguhnya kesuksesan dan
kebahagiaan bukanlah hasil dari kerja keras yang
kita lakukan. Semakin berat kerja tidak selalu
menghasilkan upah yang lebih besar.
Orang bijak mengatakan bahwa ada
saatnya kita harus menerima apapun yang ada dalam
hidup ini sebagaimana adanya. Penerimaan atau
yang lebih sering kita kenal sebagai ikhlas, merupa-
kan suatu bentuk kepasrahan terhadap apapun yang
akan terjadi di masa depan. Penerimaan adalah ber-
eskpektasi sederhana. William Shakespeare, seorang
seniman terkenal asal Inggris, pernah berkata,
”Expectation is the root of all heartache”. Dari
hidupnya, ia menyimpulkan bahwa berharap banyak
itu tidak baik. Sedangkan jika kita bandingkan
dengan pola pikir yang ada di masyarakat, tentu tid-
ak sesuai. Masyarakat kita bekerja keras demi
mendapatkan sesuatu. Kita bekerja untuk sesuatu di
masa depan yang bahkan belum pasti. Inilah yang
membuat banyak orang sering merasa dikecewakan.
Inilah yang Shakespeare maksud dengan heartache
(sakit hati). Munculnya PHP (Pemberi Harapan
Palsu) pun sebenarnya akibat dari hal ini, ekspektasi
tinggi kita terhadap seseorang setelah kita
melakukan sesuatu untuknya.
Mungkin anda bertanya-tanya, ’Lalu
apakah kita tidak boleh optimis dalam hidup ini? Ha-
ruskah kita hanya pesimis dan pasrah?’ Jawabannya,
tentu kita harus optimis, tetapi dengan cara yang te-
pat. Bagaimanakah cara yang tepat itu? Sebelum
saya membocorkan caranya, saya akan menjelaskan
dulu beberapa konsep yang hubungannya erat
dengan masalah ini. Konsep pertama bernama God-
like yang dipopulerkan oleh Ronald Frank. Menurut
Ronald, seluruh dunia itu terhubung oleh atom-atom.
Jarak hanyalah apa yang otak kita pikirkan. Dengan
memikirkan sesuatu secara real, hal tersebut dapat
mempengaruhi atom-atom yang ada di sekeliling
kita. Atom-atom tersebut seakan ‘menarik’ hal yang
kita inginkan, dan tinggal menunggu waktu saja, hal
atau barang tersebut akan kita dapatkan. Contohnya
adalah ketika kita berharap uang akan datang, maka
segala hal disekeliling kita akan bereaksi secara fisi-
ka untuk mendekatkan kita terhadap uang tersebut.
Hal ini sesuai dengan konsep terkenal Edward Lo-
renz pada teori chaos, yaitu butterfly effect. Teori ini
didasari oleh ide bahwa satu kepakan kecil seekor
kupu-kupu bisa menyebabkan angin puting beliung
di tempat lain. Intinya, berekspektasi sebenarnya
sangat mempengaruhi apa yang akan kita dapatkan
di masa depan.
Konsep kedua datang dari sebuah biksu
Ajahn Brahm. Berikut adalah sebuah kisah yang di-
ambil dari buku ‘Cacing dan Kotoran Kesayangann-
ya’. Alkisah seorang pria sedang dikejar oleh seekor
macan di dalam hutan. Saat macan itu semakin men-
dekat, ia melihat sebuah sumur kosong. Tanpa pikir
panjang ia pun loncat ke dalam sumur tua itu. Sa-
yangnya ia tidak tahu bahwa di dasar sumur itu ter-
dapat ular hitam yang sangat besar. Lalu ia pun men-
coba menghentikan laju jatuhnya dengan berpegan-
gan pada juluran akar yang kebetulan menggantung
di dalam sumur itu. Akhirnya pria itu pun terjebak
dengan ular di bawah kakinya dan macan di atas
kepalanya. Namun masalahnya bukan hanya itu.
Suatu saat ia melihat dua ekor tikus, hitam dan putih,
yang keluar dari lubang kecil di dinding sumur lalu
menggerogoti akar pohon yang dipegangnya.
Saat sang macan menjulurkan cakarnya ke
dalam sumur, tidak sengaja kaki belakangnya
menggoyang sebuah pohon kecil dengan sarang leb-
ah di salah satu dahannya. Madu pun mulai menetes
ke dalam sumur. Melihat hal tersebut, pria itu men-
coba meraih madu itu dengan lidahnya. Pada situasi
yang hopeless tersebut, ia pun menjilat madu yang
jatuh lalu masih sempat-sempatnya berkata,
”Mmm... Enaknya!”.
Kisah di atas adalah suatu gambaran ke-
hidupan, di mana kita kadang terjebak pada dua hal
Hidup: Berharap atau Pasrah
Oleh: Andika Hilman, (FK Universitas Airlangga 2012)
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Pengembangan Diri
30
terus menggerogoti masa hidup kita. Kata Ajahn
Brahm, dalam keadaan tidak tertolong seperti itu,
kita masih bisa merasakan manisnya tetesan ke-
hidupan jika kita mau. Alih-alih khawatir, kita bisa
mencoba untuk pasrah dan menerima. Masa depan
bukanlah hal yang pasti. Jika kita percaya, mungkin
saja nasib masih bisa berubah. Pada kisah tadi, bisa
saja macan yang hampir menerkam pria dalam sumur
tadi tergelincir dan jatuh ke dalam sumur, menimpa
si ular sampai mati, dan pria itu pun bisa selamat
dengan keluar memanjat akar pohon yang belum ha-
bis digerogoti tikus. Terkadang kesuksesan itu
sendiri seolah-olah datang karena kebetulan, bukan
karena rencana dan usaha kita. Kalau kata nenek mo-
yang kita, ’Kalau sudah rejeki tidak akan lari ke
mana’.
Tadi adalah beberapa konsep yang bisa men-
jadi referensi cara berpikir kita. Sebagai penutup,
mari kita renungkan hal ini baik-baik. Kesuksesan
maupun kebahagiaan bisa datang dengan cara yang
tidak kita duga, dengan waktu yang tidak kita sangka.
Alam semesta telah terkonsep sedemikian rupa untuk
memenuhi kebutuhan kita. Lebih jauh lagi, hidup kita
sudah tertata rapi dan terhubung dengan segala hal
yang ada di dunia ini. Pikiran maupun apa yang kita
lakukan memang mempengaruhi nasib kita, tetapi
tentu saja bukanlah yang penentu masa depan kita.
Setelah membaca ulasan di atas, mungkin
tanpa diberitahu kita telah paham bagaimana seha-
rusnya kita menjalani hidup ini. Namun saya telah
berjanji pada anda untuk membocorkan cara yang
tepat untuk menggapai kesuksesan. Mungkin lebih
tepatnya ini adalah jawaban untuk pertanyaan ‘Apa
sih yang harus kita lakukan dalam hidup ini?’ Untuk
menjawabnya, lihatlah ayat dari Al-Qur’an tentang
tawakkal, yaitu suatu kesungguhan hati dalam ber-
sandar kepada Allah SWT. untuk mendapat kemasla-
hatan serta mencegah bahaya, baik urusan dunia
maupun akhirat.
“Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah,
niscaya Dia akan jadikan baginya jalan keluar dan
memberi rezeki dari arah yang tiada ia sangka-
sangka, dan barangsiapa bertwakkal kepada Allah,
maka Dia itu cukup baginya” (Ath-Tholaq: 2—3).
(adh)
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Pengembangan Diri
31
Manusia tidak percaya lagi dengan sesamanya
'Kami tidak memilih,
karena biasanya kami tidak memilih'
Manusia tidak akan bisa saling percaya
'Kami tahu itu buruk, tentu kami tidak akan memilih itu'
Mereka benar
Namun waktu telah melengserkan opini yang seder-hana itu
Diam... Berarti membiarkan yang lain yang ber-bicara
'Kami ingin keadilan!'
Namun kalian tidak menciptakan keadilan
'Mereka salah! Beginilah yang benar'
Kau seakan membiarkan belut licin memanjat pohon cemara
Kau diam... dan berisik!
'Biarlah mereka salah, kami akan berbagi kebaikan dengan cara kami sendiri'
Sudah pernah dengar sejarah tentang perjuangan daerah?
Hanya ketika bersatu negara ini kuat
'Siapa yang kami harus pilih?'
Ya mereka, manusia seperti kalian
Mereka yang memilih untuk maju demi kebaikan orang banyak
Walaupun itu berarti istri, anak-anak mereka, serta kebahagiaan yang belum pernah mereka rasakan
'Uang kami yang telah susah payah kami cari mereka ambil begitu saja?'
'Kami tidak sudi!'
Lalu kalian menyalahkan mereka yang kalian JUGA maju karena uang?
Kalian perlu tahu, mereka sudi dipilih oleh kalian
'Uang kami halal'
Anak-anak mereka yang lapar juga bukan anak ha-
ram
Mereka juga tidak ingin mengambil uang kalian
Jika mereka sudah (merasa) cukup
Roda penderitaan ini akan terus berputar
Kecuali ada batu yang menghentikan lajunya
Tidak perlu besar, hanya perlu cukup keras untuk tidak dilindas
Dan batu itu bernama 'usaha'
"Nama saya bukan diam dan tidak memilih"
Manusia tidak akan bisa saling percaya satu sama lain
Jika dipikir-pikir
Namun kepercayaan tidak butuh banyak keraguan
Cuma butuh dipercaya
Kepercayaan juga tidak butuh harapan besar
Setiap kepercayaan tidak ingin kalian kecewa
Kepercayaan butuh keikhlasan
Untuk dipercaya
Manusia, masih inginkah kau tidak percaya dengan sesama?
Mau sampai manakah logikamu dimanipulasi
Atau hatimu dipermainkan
Baru kau percaya?
Manusia memang tidak bisa dipercaya
Untuk mempercayai apa yang ia belum percaya
Namun permainannya telah berubah puluhan tahun yang lalu
Kini bukan lagi saatnya untuk diam
Berusaha!
Maju atau cari tahu siapa yang bisa dimajukan!
Bukan saatnya lagi kita diam membiarkan orang-orang bingung memilih antagonis
Saatnya untuk mengotorkan tangan untuk kebaikan
SPEKTRUM | Edisi September 2014
32
Hiburan dan Seni
Nervi itu harus sama seperti motto fakultas kita “Sekali Dibuka
Tetap Terbuka”, “Sekali Dicetak Tetap Dicetak” dan nervi bisa men-
jadi salah satu media komunikasi yang baik dan mendidik, bukan
hanya diantara anak FK saja tetapi juga ke masyarakat. Nervi juga
merupakan buah tangan dari angkatan kami yaitu angkatan ke-2 ta-
hun 2009 dan merupakan kebanggaan tersendiri bagi saya. Nervi itu
bukti nyata kalau anak FK Undana adalah anak yang kreatif dan se-
tiap kali melihat nervi saya mengingat bagaimana usaha kami dalam
mencetak ‘Nervi’. Untuk satu ekslempar saja butuh perjuangan yang
begitu berat, tapi prinsip yang harus selalu dipegang adalah tidak ada
yang mustahil apabila ada kemauan dan berjalan bersama Sang Pen-
cipta. Oleh karena itu, ketika kami memulai dan mengakhiri kegiatan
baik untuk mading maupun untuk majalah kami selalu berdoa agar
setiap yang kami lakukan diberikan jalan.
Saya bangga menjadi salah satu bagian dari NERVI. Hara-
pan saya agar NERVI dapat terus eksis dan generasi selan-
jutnya dapat mengembangkan NERVI menjadi lebih baik
lagi.
33
SPEKTRUM | Edisi September 2014 Kesan dan Pesan
Medizine FK UNDANA
@NerviFKUNC
NERVI Pameran
FK UNDANA