STANDAR MUTU DAN KECUKUPAN GIZI
Bidang 1 Peningkatan Gizi Masyarakat WNPG XIDisampaikan oleh Prof. Dr. Hardinsyah MSS
ebagai Ketua Tim Perumus Bidang 1
Ketua-Ketua PokjaProf Hardinsyah dkk, Dr Marudut dkk, Dr Rimbawan dkk dan Dr Budi Setiawan dkk
Outline:• Angka Kecukupan Gizi (AKG)• Acuan Label Gizi (ALG)• Data Komposisi Pangan Indonesia (DKPI)• Pangan Khusus dan Pangan Fungsional (PKPF)
1.ANGKA KECUKUPAN GIZI (AKG)
KENAPA AKG PERLU DITINJAU-ULANG
1. AKG diperlukan sabagai salah satu acuan dalampenilaian konsumsi pangan
2. AKG diperlukan sabagai salah satu acuan dalamperencanaan konsumsi pangan
3. AKG diperlukan dalam penetapan berbagai standar(ALG, Keb Pangan, Grs Kemiskinan, UM dan UL)
4.Perkembangan Iptek dan permasalahan gizi
5. Perkembangan ukuran tubuh normal (sehat) dankomposisi penduduk Indonesia
6. Indonesia telah memiliki AKG sejak tahun 1968 yang ditinjau setiap 5-10 tahun sesuai perkembangan Iptek danpermasalahn gizi terkini
1. Pembentukan Pokja2. Mengikuti panduan/konsensus lembaga terkait
(age-sex groups)3. Analisis data BB& TB normal terkini4. Memahami perkembangan Iptek terkait kebutuhan gizi
- Review penelitian & metaanalisis terkait- Review publikasi dari lembaga yang berwenang/kompeten
5. Diskusi Pokja, SubPokja & seminar 6. Tambahan zat gizi Klor7. Penulisan
BAGAIMANA MENINJAU-ULANG AKG
1. Rujukan WHO, FAO/WHO, IOM, kajian klinis terkait2. Kajian klinis terkait3. Adequate intake sbg alternatif4. Prioritas Fakta/Data Indonesia5. Disesuaikan dengan konteks Indonesia (antro, bioavail, konsumsi dll)6. AKG bayi dengan dasar gizi dalam ASI7. Tambahan bg Busui dengn dasar gizi dalam ASI + efisiensi8. Filosofi
PRINSIP
Estimated Average Requirement (EAR)
19/11/2012 8Hardin- Penggunaan AKG
Rataan AKE, AKP dan AKLTingkat Konsumsi
Bagi PendudukIndonesia
Tingkat Penyediaan(10% waste)
Tingkat Penyediaan(20% losses & waste)
AKE(kkal/hr)
2100 2310 2541
AKP(g/hr)
57 63 69
AKL(g/hr)
68 75 82
Kelompok umur AKE, kkal/hr AKP, g/hr AKL, g/hr %Penddk Perkalian AKE Perkalian AKP Perkalian AKL(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(2)x(5) (7)=(3)x(5) (8)=(4)x(5)
Bayi /Anak0 – 5 bulan 550 9 31 0,8 440,0 7,2 24,86 – 11 bulan 800 15 36 0,8 640,0 12,0 28,81 – 3 tahun 1350 20 45 5,3 7155,0 106,0 238,54 – 6 tahun 1400 25 39 5,5 7700,0 137,5 214,57 – 9 tahun 1650 40 46 5,8 9570,0 232,0 266,8Laki-laki10 – 12 tahun 2000 50 62 2,6 5200,0 130,0 161,213 – 15 tahun 2400 70 75 2,6 6240,0 182,0 195,016 – 18 tahun 2650 75 83 3,0 7950,0 225,0 249,019 – 29 tahun 2650 65 88 9,7 25705,0 630,5 853,630 – 49 tahun 2550 65 85 14,8 37740,0 962,0 1258,050 – 64 tahun 2150 65 72 5,4 11610,0 351,0 388,865 – 80 tahun 1800 60 60 2,0 3600,0 120,0 120,080+ tahun 1600 60 53 0,4 640,0 24,0 21,2Perempuan10 – 12 tahun 1900 55 58 2,5 4750,0 137,5 145,013 – 15 tahun 2050 65 64 2,7 5535,00 175,5 172,816 – 18 tahun 2100 65 67 3,0 6300,0 195,0 201,019 – 29 tahun 2250 60 75 9,9 22275,0 594,0 742,530 – 49 tahun 2150 60 72 14,9 32035,0 894,0 1072,850 – 64 tahun 1800 60 60 5,6 10080,0 336,0 336,065 – 80 tahun 1550 55 52 2,3 3565,0 126,5 119,680+ tahun 1400 55 47 0,4 560,0 22,0 18,8Tambahan (+an)Hamil TM1 180 1 0,6 108,0 0,6 0,0Hamil TM2 300 10 0,6 180,0 6,0 0,0Hamil TM3 300 30 0,6 180,0 18,0 0,0Menyususi 6 bln I 330 20 0,8 264,0 16,0 0,0Menyusui 6 bln II 400 15 0,8 320,0 12,0 0,0
210342 5652 6829
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
1-3 thn 4-6 thn 7-9 thn 10-19 thn 20-55 thn 55+ thn
Partisipasi Konsumsi Pangan Hewani Indonesia (%)
Ikan
Telur
Susu
Daging
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
1-3 thn 4-6 thn 7-9 thn 10-19 thn 20-55 thn 55+ thn
Konsumsi Pangan Hewani berdasarkan KelompokUmur, Indonesia
Daging (g) Telur (g) Ikan (g) Susu (mL)
Ikan
Telur
Daging
Susu
AKG 3 juli 2018.doc
2.ACUAN LABEL GIZI (ALG)
TUJUAN
• Memberikan informasi tentang suatu pangan sehingga konsumendapat secara bijak memilih pangan
• Memberikan cara untuk menuangkan informasi kandungan zat giziyang terkandung di dalam suatu pangan
• Meningkatkan penggunaan prinsip gizi dalam formulasi pangan yangmemberikan manfaat bagi kesehatan masyarakat
• Memberikan kesempatan untuk menyertakan informasi manfaat gizipada label
• Mengatur agar label pangan tidak memuat informasi yang salah ataumenimbulkan persepsi yang salah
• Menyakinkan bahwa tidak ada klaim gizi yang dibuat tanpa adanyapelabelan gizi
ANEKA RAGAM VISUALISASI INFORMASI NILAI GIZI PADA LABEL PANGAN
METODE• Penentuan Kelompok Umur
Kajian fisiologis, pertumbuhan, perkembangan,ketentuan negara lain, kategori pangan
• Penentuan Cakupan Zat Gizi Kajian fungsi zat gizi
• Perhitungan Nilai ALGMenggunakan nilai AKG 2108 dan data proporsipopulasi penduduk hasil SUPAS (Survei PendudukAntar Sensus) tahun 2015.
ALG Sebelumnya
1. 0-6 bln2. 7-11 bln3. 1-3 thn4. Umum5. Bumi6. Busui
Energi + 27 zat gizi
ALG 2018
1. 0-5 bln2. 6-11 bln3. 1-3 thn4. Umum5. Bumi6. Busui
Energi + 27 zat gizi
• Berdasarkan tahapan pertumbuhan dan perkembanganmanusia, kebutuhan zat gizi dan kategori pangan, kelompokumur pada ALG diusulkan menjadi 6 yaitu 0-5 bulan, 6-11 bulan, 1-3 tahun, umum, ibu hamil, dan ibu menyusui.
• Nilai ALG masing-masing zat gizi dan kelompok umur telahdihitung berdasarkan AKG 2018 dan proporsi populasipenduduk. Jika dibandingkan dengan nilai ALG tahun 2016, nilai ALG hasil perhitungan ada yang naik, turun, atau tetap. Hal ini disebabkan terutama karena perubahan nilai AKG.
3.KOMPOSISI PANGAN INDONESIA
Sumber: Modifikasi Infood-Smiling, 2012
PENTINGNYA TKPI
Tim Pokja DKPI 22
Healthy Eating Index
KEKURANGAN/KETERBATASAN TKPI
Tim Pokja DKPI 23
PEMUTAHIRAN TKPI
BORROWING ANALISIS ZAT GIZI PANGAN
PEMETAAN KONSUMSI PANGAN
1.Merupakan kompilasi sejaktahun 19642.Banyak zatGizi Missing Value3.Data kurangLengkap – tdkcomparable dgn zat gizi dlmAKG
4.Belum mengikutiperkembanganIPTEK, Pangandan Gizi
PROSES PEMUTAHIRAN YANG SUDAH DILAKUKAN
Tim Pokja DKPI 24
1.Mengadakan workshop dgnmengundang NS dari Malaysia
dan Thailand2.Menyusun Food Map dan
beberapa Pedoman updating DKPI
TAHUN 2018: ANALISIS ZAT GIZI DI EMPAT PROVINSI:1.JABAR2.JATIM3.SULSEL4.SUMUT
TERSUSUN TKPI 2017 (KOMPILASI) & WEB DKPI
Tim Pokja DKPI 25
Kompilasi ulang tahun 2017 (dari TKPI 2009 dengan Imputated&borrowed value
Berisi 1169 jenis pangan denganpenambahan KODE BARU & BDD
www.panganku.org
JUMLAH ZAT GIZI YG DI UPDATE
Tim Pokja DKPI 26
LESSON LEARNED SUSTAINABILITAS PEMUTAHIRAN FCDB DI NEGARA LAIN
Tim Pokja DKPI 27
2.FASILITASI NETWORKING
PEMUTAHIRAN REGULER
Nutrition Research Priority Areas
1. Harmonisasi & standardisasi sampling & metode Analisis
2.Penetapan Website3.Melakukan analisis
zat gizi yang TERUS-MENERUS
ADA DUKUNGAN PEMANGKU KEPENTINGAN
1.MENYEDIAKANANGGARAN
SANGAT DIBUTUHKAN DUKUNGAN PEMERINTAH
Tim Pokja DKPI 28
1. Kebijakan pemutahiranDKPI yg berkelanjutan
Penganggaran di Kementerian terkait(RUTIN)
2. Mengkoordinasikankegiatan UPDATING melalui SekretariatNasional
1.Luasnya wilayahIndonesia
2.Beragamnya konsumsi pangan
3.Ketertinggalan TKPI (Indonesia)
1. Perlu pemutahiran nilai gizi dari berbagai panganIndonesia
2. Analisis zat gizi untuk melengkapi dan updating TKPI perlu dilakukan secara bertahap dan berkelanjutanbekerja sama dengan institusi terkait.
3. Dukungan Pemerintah sangat menentukan keberhasilanpemutahiran/updating DKPI yang berkelanjutan
4. Perlu sosialisasi Penggunaan TKPI dan website di daerahmasing-masing
Tim Pokja DKPI 29
USULAN JEJARING INSTITUSI
Tim Pokja DKPI 30
KEMKES
D K P IPE
MU
TAHI
RAN
KEMEN KP
B K P
LIPI
INSTITUSI LAINNYA
KEMENTAN
BPOM
PERG. TINGGI
BATAN
MENG-COVER WILAYAH INDONESIA YG SANGAT LUAS
4.PANGAN KHUSUS DAN PANGAN
FUNGSIONAL (PKPF)
Pentingnya Pedoman & Standar Pangan Khusus
Pangan khusus terdiri dari:
1)Foods for Special Dietary Uses (Pangan untuk Kebutuhan Diet Khusus,PKDK): diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi kelompok khusus, agar status gizi optimal termasuk tidak stunting
2)Food for Special Medical Purposes (Pangan untuk Kebutuhan Medis Khusus,PKMK): diperlukan untuk pasien dengan penyakit atau kondisi medis tertentu, atau dengan kelainan metabolisme zat gizi yang memerlukan makanan dengan komposisi zat gizi tertentu berupa sole source of nutrition atau partial source of nutrition
Pentingnya Pedoman & Standar Pangan Khusus
PKMK dengan zat gizi yang sudah siap serap berupa protein terhidrolisat, lemak MCT, karbohidrat bebas laktosa, serta tinggi BCAA; elemental maupun semi elemental, tidak dapat dibuat di Rumah Sakit perlu dibuatkan kategori dalam formularium nasional, agar dapat dibiayai oleh sistem jaminan kesehatan nasional.
Pemberian PKMK harus dengan supervisi Dokter berkolaborasi dengan Nutrisionis dan Dietisien.
Populasi yang menjadi Target PKDK
Populasi yang mungkin menjadi
target berdasarkan definisi PKDK
Kondisi Fisiologis
Kondisi Patologis - Penyakit/Kelainan - Kondisi Medis
Kondisi Fisik/ Olahraga
Bayi dan Anak Batita
Dewasa dan Lansia
Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
Bayi, Anak dan Remaja
Dewasa
dan Lansia
Pedoman Pangan Fungsional
Pengertian pangan fungsional didefinisikan berbeda oleh organisasi-organisasi di bidang pangan dan gizi.
Hingga saat ini belum ada definisi yang baku atau harmonisasi secara internasional.
Definisi pangan tidak tercantum dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 13 Tahun 2016, yang ada adalah pangan olahan tentang Pengawasan Klaim pada Label dan Iklan Pangan Olahan, yang dapat mencantumkan klaim pada label setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Pedoman Pangan Fungsional Definisi pangan fungsional yang diusulkan adalah
Pangan alami maupun olahan yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang bermanfaat untuk meningkatkan fungsi fisiologis tertentu, dan/atau mengurangi risiko sakit yang dibuktikan berdasarkan kajian ilmiah, harus menunjukkan manfaatnya dengan jumlah yang biasa dikonsumsi sebagai bagian dari pola makan sehari-hari, yang harus tetap dalam bentuk pangan dan bukan berbentuk pil atau kapsul”.
Terima Kasih