STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI PANTI SOSIAL BINA GRAHITA (PSBG)
"CIUNGWANARA" BOGOR TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
MAGHFIROH
111 09 043
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN)
SALATIGA
2013
ii
iii
STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI PANTI SOSIAL BINA GRAHITA (PSBG)
"CIUNGWANARA" BOGOR TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
MAGHFIROH
111 09 043
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2013
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 Eksemplar
Hal : Pengajuan Skripsi
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamualaikum. Wr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadaka perbaikan seperlunya, maka
bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswi:
Nama : Maghfiroh
NIM : 11109043
Jrusan/Progdi : Tarbiyah/ PAI
Judul : STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI PANTI SOSIAL BINA
GRAHITA (PSBG) "CIUNGWANARA" BOGOR
TAHUN 2013
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Wassalamualaikum.Wr. Wb.
Salatiga, 10 November 2013
Pembimbing
Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si
NIP. 19681104 199831 0 032
v
vi
vii
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
Motto
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar" (Q.S.
An-Nisa':9) .
"Hati yg bersih akan peka terhadap pengetahuan, apapun yang
dilihat, didengar, dirasakan, jadi samudera pengetahuan yang
membutnya semakin bijak arif dan pas saat menyikapi hidup
ini".
viii
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
PERSEMBAHAN
Tak ada langit yang berawan, tak ada gading yang tak
retak, tak ada mawar yang berduri, tak ada manusia yang
sempurna. Semua berjalan mengalir dan bergulir saling
melengkapi. Begitu pula karya tulis ini tak dapat
terselesaikan dengan lancar tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu selain ucapan syukron katsir, karya kecil ini
selayaknya saya persembahkan pada orang-orang yang
tercinta yang andil dalam penyelesaian karya tulis ini.
Suamiku tercinta (Joko Susilo) yang senantiasa memberikan
do'a, support, semangat dan dukungannya baik materiil
maupun moril yang sangat besar pengaruhnya terhadapku.
Orang tuaku tercinta Ibunda (Mubarokah) dan Ayahanda
(Pramono) yang dengan kemuliaannya dan do'a-do'anya
yang suci, selalu berusaha melakukan yang terbaik demi
keberhasilan dan kebahagiaan anaknya.
Bapak/Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah menyampaikan
ilmu kepadaku, semoga ilmu yang disampaikan dapat
ix
bermanfaat pada diriku dan orang lain di dunia sampai
akherat kelak.
Anakku tersayang (Ata Nisrina Fatih) keceriaanmu selalu
menjadikan inspirasi buatku.
Sahabat-sahabatku di Ponpes Nurul Asna dan sahabat-
sahabatku di kelas PAI B maupun sahabat-sahabat
seperjuangan yang senantiasa memberikan motivasi, saran
dan do'a. Semoga tali persaudaraan ini selalu terjaga sampai
akhir hayat nanti.
x
ABSTRAK
Maghfiroh. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial
Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor Tahun 2013. Skripsi.
Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. HJ. Lilik
Sriyanti, M.Si.
Kata Kunci: Strategi pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, tunagrahita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimanakah penerapan
strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di Panti
Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor?, dan (2) bagaimana hasil
pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam dengan strategi tersebut bagi anak
tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor?.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengambil latar di
Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor tepatnya berada di wilayah
Jl.Nanggewer-Karadenan/SKB No.3 Cibinong, Bogor. Adapun pengumpulan data
dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis
data diuraikan dengan mendeskripsikan data-data yang diperoleh di lapangan serta
memberikan makna dari data yang berhasil dikumpulkan dan selanjutnya ditarik
kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yang diterapkan di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor
adalah dengan menggunakan model pembelajaran efektif dan metode
pembelajaran dengan berbagai metode diantaranya metode ceramah, keteladanan
dan praktek dapat dikatakan baik. Terlihat dari hasil yang diperoleh siswa dalam
melaksanakan tuganya sesuai dengan kriteria yang dibuat guru dalam penilaian.
Sebagian dari mereka juga sudah dapat menerapkan sikap bersosialisasi dengan
baik.
xi
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Illahi Robbi Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufiq, hidayah serta inayahNya kepada kita semua. Dengan
seijin-Mu, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan (skripsi) ini yang
berjudul Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor. Shalawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, Rasul yang
membawa kita dari zaman yang penuh dengan kebodohan menuju zaman yang
penuh peradaban dan semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti.
Amin.
Dalam menulis skripsi ini, banyak pihak yang banyak berjasa dan
senantiasa memberikan dukungan, bimbingan, arahan dan motivasi sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak-
banyak ucapan terima kasih kepada:
a. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga.
b. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Agama
Islam.
c. Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si selaku pembimbing dalam penulisan skripsi
ini. Yang telah memberikan bimbingan dengan penuh perhatian dan
xii
kesabaran.
d. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd selaku pembimbing akademik.
e. Bapak dan Ibu dosen yang telah tulus mendidik dan memberikan jasanya
dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga.
f. Semua pihak yang telah menbantu dalam penulisan ini, sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Maka dengan iringan do'a semoga Allah SWT akan membalas semua
amalan mereka dengan pahala yang berlipat ganda, di dunia dan di akherat.
Penulis menyadari walaupun telah berusaha secara maksimal, akan tetapi masih
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, para pembaca dapat
memperbaiki dan melanjutkan sebagai pengembangan dan perbaikan yang lebih
lanjut.
Akhirnya penulis berharap apa yang dipersembahkan dalam bentuk karya
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
umumnya. Amin.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. ii
PENGESAHAN ........................................................................................................ iv
DEKLARASI ............................................................................................................ v
MOTTO .................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... vii
ABSTRAK....................................................................................................... .......... ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian................................................................... ........... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
E. Penegasan Istilah.................................................................... ........... 8
F. Metodologi Penelitian ....................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ....................................................................... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2. Strategi Pembelajaran ......................................................................... 20
1. Pengertian Strategi Pembelajaran ............................................... 20
2. Macam-macam Strategi Pembelajaran ........................................ 24
3. Bentuk-bentuk Strategi Pembelajaran Pada Anak
Tunagrahita ................................................................................. 26
xiv
3. Pendidikan Agama Islam......................................................... ........... 27
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam............................... 27
2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam................................. 31
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam.................................. 35
4. Materi Pendidikan Agama Islam.................................. 39
4. Tunagrahita.......................................................................... ............... 48
1. Pengertian Tunagrahita................................................... 48
2. Karakteristik dan Klasifikasi Tunagrahita.................... 51
3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita.............................. 56
BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
"Ciungwanara" Bogor........................................................ 58
A. Sejarah Berdirinya Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
"Ciungwanara" Bogor................................................ 58
B. Visi, Misi dan Tujuan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
"Ciungwanara" Bogor...................................................... 59
C. Sasaran Program Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
"Ciungwanara" Bogor....................................................... 60
D. Keadaan Pegawai dan Kelayan Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) "Ciungwanara" Bogor.......................................... 61
E. Struktur Organisasi............................................................ 65
B. Penerapan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor... 67
C. Proses Penanaman Nilai-nilai dalam Bimbingan Pendidikan Agama
xv
Islam terhadap Anak Tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) "Ciungwanara" Bogor.................................................... 72
D. Hasil Pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam pada Anak
Tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara"
Bogor.......................................................................................... 73
BAB IV PEMBAHASAN
1. Penerapan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti
Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor...................... 77
2. Proses Penanaman Nilai-nilai dalam Bimbingan Pendidikan Agama
Islam terhadap Anak Tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) "Ciungwanara" Bogor................................................ 82
3. Hasil Pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam pada Anak
Tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara"
Bogor........................................................................................... 84
BAB V PENUTUP
D. Kesimpulan................................................................................. 87
E. Saran-saran................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
2
BAB I
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dan pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting
dalam kehidupan manusia dan bahkan pendidikan itu sendiri tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan, baik kehidupan keluarga, diri sendiri maupun
kehidupan dalam masyarakat dan negara. Dalam buku pengantar dasar-dasar
kependidikan, dijelaskan bahwa pendidikan adalah suatu aktifitas dan usaha
manusia untuk meningkatkan kepribadian anak dengan jalan membina
potensi-potensi pribadinya yaitu rohani (pikir,cipta,rasa dan budi nurani) dan
jasmani (panca indra dan keterampilan). Sedangkan dalam buku paradigma
pendidikan Islam disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan
dan atau pelatihan bagi peranannya dimasa yang akan datang (Muhaimin,
2001:37). Dan di sini dapat dipahami bahwa dalam kegiatan bimbingan,
pengajaran dan pelatihan terkandung makna pendidikan.
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Pendidikan merupakan salah satu modal dasar
pembangunan suatu bangsa. Setiap manusia dalam perjalanan hidupnya selalu
membutuhkan orang lain. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, manusia
senantiasa berusaha untuk mengembangkan akal dan segala kemampuannya.
Oleh karena itu, manusia dalam menghadapi problema kehidupan tidak
pernah statis, sejak lahir sampai meninggal selalu mengalami perubahan.
Pembelajaran sendiri merupakan bagian dari pendidikan yang
berusaha memberikan pengetahuan dengan binaan dari segi kognitif, dan
3
psikomotor pada anak, agar mereka lebih banyak pengetahuan, lebih cakap
berfikir kritis, sistematis dan objektif serta terampil dalam melakukan sesuatu,
misalnya terampil menulis dan menjadi manusia yang berkualitas.
Dalam pembentukan manusia yang berkualitas memang tidak lepas
dari peran pendidikan dan pembelajaran, karena dengan pendidikan dan
pembelajaran itulah manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan
sekaligus untuk meningkatkan kemajuan bangsa dan negaranya. Hal itulah
kemudian Drs. Amin Daim Indrakusuma dalam bukunya pengantar ilmu
pendidikan dengan tegas menyatakan maju mundurnya suatu bangsa dan
negara sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan itu
sendiri.
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan
agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan
nasional (Muhaimin, 1996:1). Oleh karena itu, dalam rangka untuk memenuhi
kebutuhan mental spiritual, maka anak didik perlu mendapakan
penyelenggaraan pendidikan agama sebagai pegangan hidup yang akan
membawanya pada kehidupan yang lurus, sebab dalam fitrahnya manusia itu
adalah manusia homo religius (makhluk beragama), sehingga kemampuan
dasar yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang berketuhanan atau
beragama adalah karena di dalam jiwa manusia itu sudah terdapat suatu
naturaliter religius.
4
Pada dasarnya pendidikan Islam harus didasarkan atas dasar pokok
yaitu bahwa manusia itu adalah makhluk Allah dan diberi tugas untuk
memikul amanah. Dalam permasalahan pendidikan, kita tidak boleh
membedakan antara anak yang normal perkembangan jasmani dan rohaninya,
dengan anak yang mengalami kecacatan baik mental ataupun fisik.
Pendidikan dan pengajaran adalah hak bagi seluruh masyarakat baik yang
normal maupun yang cacat. Lebih lanjut dari hal-hal yang fundamental yang
tercantum dalam batang tubuh UUD 1945 Bab XIII tentang pendidikan pasal
31 Ayat 1 menyatakan bahwa tiap-tiap Warga Negara berhak mendapatkan
pengajaran (UUD 1945:28). Oleh sebab itu, kesempatan untuk menjadi
manusia mulia sebagai orang yang bertakwa diberikan kepada semua
manusia, baik kaya, miskin, cacat atau tidak, semuanya sama dihadapan Allah
SWT.
Sebagai warga negara, seseorang yang mengalami kelainan cacat fisik
maupun mental (abnormal), tidak didiskriminasikan untuk memperoleh
pendidikan. Sebab, ketika menusia dilahirkan sesungguhnya ia dalam
keadaan tidak bisa apa-apa seperti dijelaskan dalam firman Allah dalam surat
An-Nahl:78:
Artinya:
5
"Allah mengeluarkan bayi dari rahim ibunya dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun. Ia hanya bisa merasakan karena saat itu Allah telah
memberi pendengaran, penglihatan dan hati".(QS. An-Nahl (16): 78).
Seiring dengan pertumbuhannya maka ia akan berkembang sesuai fase
dan usianya. Dalam perkembangan manusia tersebut pada dasarnya anak
butuh bimbingan dan arahan bagaimana ia harus melangkah untuk
membentuk kepribadian dan mentalnya agar menjadi manusia yang baik dan
dapat mengurus dirinya sendiri, menyesuaikan dengan lingkungan dan
bergaul. Anak tunagrahitapun butuh seseorang untuk mengarahkan dirinya.
Oleh karena itu, orang-orang yang menderita cacat atau kelainan juga
mendapat perlindungan hak seperti yang tertuang pada UU Sisdiknas No 20
Tahun 2003 pasal 5 Ayat 2 menyebutkan bahwa Warga Negara yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau social
berhak memperoleh pendidikan khusus (UUD No.20, 2006:7). Pendidikan
khusus dalam hal ini biasanya disebut dengan Pendidikan Luar Biasa atau
dalam penelitian penulis disebut dengan Panti Sosial Bina Grahita. Dengan
adanya Panti Sosial Bina Grahita ini, sangat membantu bagi mereka yang
mempunyai kelainan fisik atau mental, karena (PSBG) merupakan salah satu
bentuk pelayanan pendidikan khusus bagi anak abnormal, sepeti cacat
intelektual/grahita, cacat netra, cacat rungu dan cacat daksa. Dalam
kurikulum (PSBG) komponen-komponen kegiatan yang diajarkan adalah
sama seperti yang terdapat didalam kegiatan pendidikan pada umumnya
termasuk didalamnya adalah pendidikan agama. Dengan demikian kehadiaran
(PSBG) secara esensial merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
mengelola dan mendidik siswa jasmani dan rohani, yang saat ini berkembang
6
dan meningkat sesuai dengan perubahan dan perkembangan masyarakat.
Namun dalam kenyataannya jumlah prosentase anak penyandang cacat yang
mendapatkan pelayanan pendidikan amat sedikit, hal ini dikarenakan
hambatan dari pola pikir masyarakat yang masih menganggap bahwa anak
dengan penyandang cacat kurang memiliki potensi. Padahal kenyataan
banyak membuktikan bahwa banyak karya-karya yang dihasilkan oleh
penyandang cacat tersebut.
Selama ini Pendidikan Agama Islam sudah terbiasa diajarkan di
sekolah-sekolah umum, apalagi sekolah berbasis agama atau madrasah, akan
tetapi kita juga perlu mengetahui bagaimana mengajarkan pendidikan agama
bagi anak-anak yang memiliki kekurangan dan keterbatasan mental
(tunagrahita). Tentunya membutuhkan pembinaan dan bimbungan khusus
untuk mengajarkan kepada mereka tentang pendidikan agama.
Untuk itu, strategi pembelajaran yang digunakan guru sangat penting
bagi perkembangan anak tunagrahita, untuk membimbing anak tunagrahita
perlu kesabaran. Untuk itu, strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam
menyampaikan pendidikan agama dan membina mereka juga harus sesuai
dengan kemampuan intelegensi yang dimiliki oleh anak tunagrahita. Sesuai
dengan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti strategi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan oleh guru agama
islam di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor .
7
Peneliti mengambil judul sebagai berikut : "STRATEGI
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PANTI
SOSIAL BINA GRAHITA (PSBG) "CIUNGWANARA" BOGOR
TAHUN 2013".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah penerapan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor?
2. Bagaimana proses penanaman nilai-nilai keislaman terhadap anak
tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor?
3. Bagaimana hasil pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam dengan
strategi tersebut bagi anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita
"Ciungwanara" Bogor?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini mengacu
pada permasalahan tersebut diatas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan strategi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara"
Bogor.
2. Untuk mengetahui proses penanaman nilai-nilai keislaman terhadap anak
tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor.
8
3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam
dengan strategi tersebut bagi anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita
"Ciungwanara" Bogor.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, diharapkan penelitian ini
mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan khasanah
keilmuan dalam ilmu pendidikan dan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam khususnya di jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan akademis yang
mengadakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru
tentang strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
tunagrahita.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi baru tentang
strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita
di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor.
b. Dengan penelitian ini diharapkan pembimbing atau guru diharapkan
dapat mengembangkan strategi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam yang tepat bagi anak tunagrahita.
9
G. Penegasan Istilah
Agar didalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda
dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah
didalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut:
1. Strategi pembelajaran
Secara umum, kata strategi mengandung makna rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Tarigan,
1993:2). Bila dalam belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai
pola umum kegiatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Sedangkan pembelajaran merupakan proses perubahan yakni
perubahan dalam perilaku sebagai hasi interaksi seseorang dengan
lingkungannya. Jadi yang dimaksud dengan strategi pembelajaran
dalam hal ini adalah tindakan guru dalam melaksanakan rencana
mengajar (Nana, 1989:147).
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya mendidik Agama Islam
atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi Way of Life
(pandangan dan sikap hidup seseorang) (Muhaimin,2001:75). Dengan
kata lain, Pendidikan Agama Islam adalah proses penyampaian
informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah agar manusia menyadari kedudukan, tugas dan fungsinya
di dunia ini sebagai khalifahNya di bumi.
3. Siswa Tunagrahita
10
Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental yang
artinya terbelakang mental. Arti tunagrahita sendiri ialah peserta didik
yang mengalami kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada
mental intelektual sejak bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh
faktor organik biologis maupum faktor fungsional, ada kalanya disertai
dengan cacat fisik sejak lahir (http//.panti.tripod.com.).
Anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang
bersifat abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Diharapkan
dengan strategi pembelajaran yang baik, nantinya akan mempermudah
guru atau pembimbing dalam membimbing anak-anak yang mengalami
tunagrahita atau keterbelakangan mental untuk mengerjakan ilmu
tentang Pendidikan Agama Islam yang diharapkan nantinya akan
menjadikan anak tersebut menjadi lebih baik dan terarah kehidupannya.
11
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yakni penelitian yang berusaha
untuk memecahkan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data,
menganalisis dan menginterpretasi data. Penelitian kualitatif lebih banyak
bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasan tertentu (Moleong,
2002:3). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang memberikan
gambaran atau uraian suatu kejadian sejelas mungkin tanpa ada perlakuan
terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2004:53-54). Dalam penelitian ini
data memungkinkan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,
foto, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lainnya.
2. Kehadiaran Peneliti
Kehadiran peneliti dilapangan adalah untuk menemukan dan
mengeksplorasi data-data yang diperoleh dengan menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data diantaranya adalah observasi, wawancara dan
dokumentasi. Jadi kehadiran peneliti dalam penelitian ini sebagai
pengamat penuh.
3. Lokasi Penelitian
Peneliti mengambil obyek penelitian di Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) "Ciungwanara" Bogor, yang tepatnya di Jl. Nanggewer-
Karadenan/SKB No.3 Cibinong, Bogor.
12
4. Sumber Data
Data yang akan terkumpul dalam penelitian ini adalah data yang
sesuai dengan focus penelitian yaitu tentang Strategi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
"Ciungwanara" Bogor.
Sumber data adalah subyek dari mana data data itu diperoleh
(Arikunto, 2002:107). Jadi, sumber data itu menunjukkan asal informasi.
Data itu harus diperoleh dari sumber yang tepat, jika sumber data tidak
tepat maka mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan dengan
masalah yang diteliti.
Berdasarkan sumber pengambilannya, data dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. Data Primer, adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara
langung oleh peneliti dari lapangan. Data ini disebut juga data asli
atau data baru. Sumber data langsung diperoleh dengan cara observasi
dan mewawancarai Kepala Panti, Kepala Seksi Rehabilitasi dan guru
atau pembimbing Pendidikan Agama Islam. Data yang dihasilkan
diantaranya data tentang kondisi dan keberadaan panti, fasilitas panti,
kondisi mental siswa atau kelayan dan penerapan strategi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder disebut
juga data yang tersedia (Hasan Iqbal, 2002:82), atau sumber tertulis.
Data sekunder berasal dari sumber buku, majalah ilmiah, dokumen
13
pribadi, dokumen resmi panti, arsip dan lain-lain. Data ini berguna
untuk melengkapi data primer. Data yang dihasilkan dalam penelitian
ini diantaranya data tentang profil Kepala Panti, profil, visi dan misi
panti.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data tentang masalah yang akan diteliti, maka
penulis menggunakan beberapa metode diantaranya:
g. Metode Observasi
Sering kali orang mengartikan observasi sebagai aktifitas yang
sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata.
Dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula
pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu
obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi observasi dapat
dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan
pengecap. Dengan kata lain dapat pula dikatakan bahwa metode
observasi adalah metode pengumpulan data dengan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fakta-fakta yang diteliti. Menurut
Sutrisno Hadi, obsevasi adalah metode ilmiah yang diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena
yang diselidiki.
Setting dan peristiwa yang diamati yaitu fisik dan kegiatan
pembelajaran.
h. Metode Interview (wawancara)
14
Interview sering juga disebut dengan wawancara atau
kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara (Hasan Iqbal, 2002:132). Wawancara dilakukan dengan
cara berhadapan langsung antara interviewer dengan responden, serta
kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara lisan. Strategi ini
digunakan untuk mendapatkan data-data yang masih kurang dan
memerlukan penjelasan secara langsung.
Dalam melaksanakan teknik interview (wawancara),
pewawancara harus mampu menciptakan hubungan yang baik
sehingga informan bersedia bekerja sama dan merasa bebas berbicara
dan dapat memberikan informasi yang sebenarnya. Teknik wawancara
yang peneliti gunakan adalah secara terstruktur (tertulis), yaitu dengan
menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan disampaikan
kepada informan. Hal ini dimaksudkan agar pembicaraan dalam
wawancara lebih terarah dan fokus pada tujuan yang dimaksud dan
menghindari pembicaraan yang terlalu melebar. Selain itu juga
digunakan sebagai patokan umum dan dapat dikembangkan peneliti
melalui pertanyaan yang muncul ketika kegiatan wawancara
berlangsung.
Adapun sumber informasinya adalah
15
1) Kepala Panti Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara"
Bogor untuk mendapatkan informasi tentang profil Panti Sosial
Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor.
2) Kepala Seksi Rehabilitasi untuk mendapatkan informasi tentang
pelaksanaan pembelajaran dan bimbingan bagi anak berkebutuhan
khusus di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor.
3) Pembimbing Pendidikan Agama Islam untuk mendapatkan informasi
berlangsungnya kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
i. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode metode penelitian untuk
memperoleh keterangan dengan cara memeriksa dan mencatat laporan.
Adapun dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk
mendapatkan data yang berhubungan dengan Penetapan Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM), persiapan strategi pembelajaran yang
digunakan guru atau pembimbing, visi, misi dan tujuan, sarana
prasarana serta data pembimbing dan siswa.
6. Metode Analisis Data
Metode analisis adalah suatu cara penanganan terhadap obyek
ilmiah tertentu dengan jalan memilah, memilih antara pengertian yang satu
dengan yang lain untuk mendapatkan pengertian yang baru. Data yang
berhasil dihimpun akan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan
menerapkan metode berpikir induktif, yaitu suatu metode berpikir yang
16
bertolak dari fenomena yang khusus dan kemudian menarik kesimpulan
yang bersifat umum (Cristine, Daymon 2008:369).
Data yang diperoleh dari penelitian bersifat kompleks dan rumit
direduksi, dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok. Data hasil penelitian
direduksi, baik dari hasil penelitian lapangan atau kepustakaan kemudian
dibuat rangkuman. Data yeng telah dirangkum tadi kemudian dipilih.
Sekiranya data mana yang diperlukan untuk penulisan laporan penelitian.
Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
ini akan diikuti bukti-bukti yang diperoleh ketika penelitian di lapangan.
Verifikasi data dimaksudkan untuk penentuan data akhir dari
keseluruhan proses tahapan analisis, sehingga keseluruhan permasalahan
mengenai strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak
tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor
dapat dijawab sesuai dengan kategori data dan permasalahannya.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Proses pengecekan data dalam hal ini dapat dilakukan melalui
triangulasi dengan sumber yang berarti membandingkan informasi yang
diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda. Artinya dalam
pencapaiannya bisa dilakukan dengan jalan membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan hasil
wawancara dengan suatu dokumen yang berkaitan(Moleong, 2002:178).
Dalam penelitian ini, peneliti mendasarkan pada prinsip
obyektifitas yang dinilai dari validitas dan reabilitasnya. Validitas
dibuktikan dengan dimilikinya kredibilitas temuan beserta penafsirannya,
17
yaitu agar temuan dan penafsirannya sesuai dengan yang sebenarnya dan
temuan disetujui oleh subyek yang diteliti. Reabilitas diperoleh dari
konsistensi temuan penelitian yang diperoleh dari para subyek atau
informan.
Peneliti mengupayakan keabsahan data dengan cara mendalami
wawancara secara kontinyu, sambil mengenali subyek dan memperhatikan
sesuatu peristiwa secara lebih cermat. Hasil analisis sementara selalu
dikonfirmasikan dengan informasi baru yang diperoleh dari sumber lain.
Prosedur ini juga dapat dilakukan dengan penggunaan teknik yang
berbeda, misalnya observasi, wawancara dan dokumen, yang masing-
masing dibandingkan sebagai upaya pengecekan keabsahan.
8. Tahap-Tahap Penelitian
a. Tahap Pendahuluan
Pada tahap ini peneliti melakukan observasi pendahuluan
untuk memperoleh gambaran umum serta permasalahan yang
sedang dihadapi dalam proses pembinaan Agama Islam yang ada
di Panti Sosial Bina Grahita(PSBG) "Ciungwanara" Bogor guna
dijadikan rumusan permasalahan yang diteliti. Observasi tersebut
berguna sebagai bahan acuan dalam pembuatan proposal skripsi
dan pengajuan judul skripsi, untuk memperlancar pada waktu tahap
pelaksanaan penelitan, maka peneliti mengurus surat ijin
penelitian.
b. Pengembangan desain
18
Setelah administrasi selesai, maka peneliti membuat
rancangan/desain penelitian agar penelitian yang dilakukan lebih
terarah. Selain itu peneliti juga membuat pertanyaan sebagai
pedoman wawancara yang berkaitan dengan permasalahan yang
akan diteliti dan dicari jawaban dan pemecahannya, sehingga data
yang diperoleh lebih sistematis dan mendalam.
c. Penelitian sebenarnya
Peneliti mengkaji antara informasi yang terdapat dalam
buku-buku mengenai strategi pembelajaran Pendididkan Agama
Islam dengan data yang diperoleh di lapangan.
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi kedalam beberapa bab
dan masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai
berikut:
BAB I: Merupakan Pendahuluan yang menjelaskan : A. Latar
Belakang Masalah, B. Rumusan Masalah, C. Tujuan Penelitian, D. Manfaat
Penelitian, E. Penegasan Istilah, F. Metodologi Penelitian yang terdiri dari : 1.
Jenis Penelitian, 2. Kehadiran Peneliti, 3. Lokasi Penelitian, 4. Sumber Data,
5. Prosedur Pengumpulan Data, 6. Metode Analisis Data, 7. Pengecekan
Keabsahan Data, 8. Tahap-tahap Penelitian dan H. Sistematika Penulisan.
BAB II: Kajian Pustaka. Dalam bab ini dibahas tentang A. Strategi
Pembelajaran yang meliputi: 1. Pengertian Strategi Pembelajaran, 2. Macam-
macam Strategi Pembelajaran, 3. Bentuk-bentuk Strategi Pembelajaran pada
19
Anak Tunagrahita B. Pendidikan Agama Islam yang terdiri dari: 1.
Pengertian Pendidikan Agama Islam, 2. Dasar-dasar Pendidikan Agama
Islam, 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam, 4. Materi Pendidikan Agama
Islam C. Tunagrahita yang terdiri dari: 1. Pengertian Tunagrahita, 2.
Karakteristik dan Klasifikasi tunagrahita, 3. Faktor-faktor Penyebab
Tunagrahita.
BAB III : Hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum objek
penelitian, terdiri dari: 1. Sejarah singkat berdirinya Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) "Ciungwanara" Bogor, 2. Visi, misi dan tujuan Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, 3. Sasaran program Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, 4. Keadaan pegawai dan kelayan
Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, 5. Struktur
Organisasi di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, 6.
Deskripsi dan hasil penelitian.
BAB IV: Pembahasan pokok permasalahan dari data hasil temuan-
temuan mengenai 1) Penerapan strategi pembelajaran Pendidikan Aama Islam
pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara"
Bogor, 2) Penanaman nilai-nilai keislaman terhadap anak tunagrahita di Panti
Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor. 3) Hasil pembelajaran
guru Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor.
BAB V: Bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari
penyusunan skripsi yang penulis susun. Dalam bab ini penulis
mengemukakan kesimpulan dari seluruh penelitian, saran-saran ataupun
20
rekomendasi dalam rangka meningkatkan strategi pembelajaran Pendidikan
Agama Islam khususnya di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara"
Bogor.
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Strategi Pembelajaran
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Dalam proses pelaksanaan suatu kegiatan baik yang bersifat
operasional maupun non operasional harus disertai dengan perencanaan yang
memiliki strategi yang baik dan sesuai dengan sasaran. Sedangkan peran
strategi dalam mengembangkan jiwa keagamaan peserta didik ini sangat
diperlukan.
Secara umum, kata "Strategi" mengandung makna rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Pengertian lain
dari kata strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam
mencapai sasaran yang telah ditentukan. Untuk memahami makna "strategi"
atau "teknik" secara mantap, maka penjelasannya biasanya dikaitkan dengan
istilah "pendekatan" atau "metode" (Tarigan, 1993:2 ).
Istilah strategi sering digunakan dalam berbagai konteks pembelajaran,
seperti yang diungkapkan oleh Nana Sudjana sebagai berikut: "strategi
mengajar adalah taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar agar dapat mempengaruhi peserta didik untuk mencapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efisien"(Rohani, 1991:33).
Secara umum srategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar
haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bila
dengan belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola umum
kegiatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk
22
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Strategi digunakan sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru dalam
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar
pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan diterapkan dengan baik.
Sedangkan pembelajaran secara umum merupakan proses perubahan yakni
perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi seseorang dengan
lingkungannya. Secara lengkap pembelajaran merupakan suatu proses yang
dilakukan individu untuk sebuah perubahan baru secara keseluruhan sebagai
pengalaman diri sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ada
pengertian lain mengenai pembelajaran diantaranya pembelajaran dan latihan.
Keduanya memiliki keterkaitan yang erat meskipun tidak identik. Keduanya
menjadikan perubahan perilaku aspek perilaku yang berubah karena latihan,
adalah perubahan dalam bentuk skill atau keterampilan. Pembelajaran akan
lebih berhasil ketika disertai dengan latihan (Surya, 2004:7-11).
Guru atau pembimbing dalam hal ini memiliki peran yang utama
dalam proses belajar mengajar, apalagi menghadapi siswa tunagrahita. Guru
tidak hanya sebatas menyampaikan pengetahuan akan tetapi lebih sebagai
perancang pengajaran, manajer pelajaran, pengevaluasi hasil balajar dan
sebagai direktur belajar (Surya, 2004:55-56).
Seiring dengan berjalannya waktu, dunia pendidikan semakin lama
semakin berkembang dan bervariasi. Pendidikan sangat penting terutama
bagi anak, masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh
ketergantungan, yakni kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak-anak matang
secara seksual, yakni kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk
23
pria. Selama periode ini (kira-kira 11 tahun bagi wanita dan 12 tahun bagi
pria) terjadi sebuah perubahan secara signifikan, baik secara fisik maupun
psikologis. Sejumlah ahli membagi masa anak-anak menjadi dua yaitu masa
anak-anak awal yaitu pada umur 2 sampai 6 tahun dan masa anak-anak akhir
yaitu umur 6 sampai saat anak matang secara seksual (Desmita, 2005:127).
Ada beberapa teori belajar yang dapat dijadikan dasar pelaksanaan
pendidikan diantaranya:
a. Teori belajar Thorndike
Thorndike memandang belajar sebagai suatu usaha memecahkan
problem. Berdasarkan eksperimen yang dilakukannya ia memperoleh tiga
buah hukum dalam belajar, yaitu:
1) Law of effect, menyatakan bahwa tercapainya kegiatan yang memuaskan
akan memperkuat hubungan antara stimulus (S) dan respon (R).
Maksudnya, bila respon terhadap stimulus menimbulkan sesuatu yang
memuaskan (mengenakkan misalnya), maka bila stimulus seperti itu
muncul lagi subjek akan memberikan respons yang lebih tepat, cepat dan
intens. Bila hubungan S-R tidak diikat oleh sesuatu yang memuaskan
maka respons itu akan melemah atau bahkan tidak akan ada respons sama
sekali. Secara umum law of effect berbunyi: sesuatu yang menimbulkan
efek yang mengenakan akan cenderung diulangi dan sebaliknya.
Hukum ini dapat bermanfaat di dalam proses belajar mengajar bila
program pengajaran menghasilkan keuntungan pada murid. Kalau
demikian maka hadiah dalam ukuran yang tepat serta hukuman yang
wajar akan bermanfaat bagi keberhasilan pendidikan. Selain itu, hasil
24
belajar itu sendiri berfungsi sebagai hadiah (yang mengenakan) bagi
murid.
2) Law of exercise, menyatakan bahwa respons terhadap stimulus dapat
diperkuat dengan seringnya respons itu dipergunakan. Hal ini
menghasilkan implikasi bahwa praktek, khususnya pengulangan dalam
pengajaran adalah penting dilakukan.
3) Law of eadiness, mengajarkan bahwa dalam memberikan respons subjek
harus siap dan disiapkan. Hukum ini menyangkut syarat kematangan
dalam pengajaran, baik kematangan fisik maupun mental dan intelek.
Stimulus tidak akan direspons, atau responsnya akan lemah saja, bila
pelajar kurang atau belum siap.
b. Teori belajar Clare L. Hull
Hull menghasilkan teori umum tentang tingkah laku. Teori ini
sesungguhnya tidak berbeda dengan law of effect dari Thorndike; "keadaaan
yang memuaskan" diganti dengan "pengurangan dorongan". Dalam
percobaannya, tikus dilaparkan agar ia mencari makan; setelah tikus
memperoleh makanan maka berarti dorongannya (untuk makan) diturunkan.
c. Teori belajar B.F. Skinner (1904)
Skinner melakukan percobaannya pada burung merpati.
Kesimpulannya ialah : binatang dapat belajar dan dapat "diajar".
Sesungguhnya tidak ada perbedaan mendasar antara teori belajar dari Skinner
dengan teori belajar dari Thorndike maupun dengan teori belajar dari Clare L.
Hull. Konsep kunci dalam tiga teori dari tiga tokoh itu terletak pada
pentingnya motivasi belajar; motivasi itu perlu untuk memperkuat hubungan
25
antara stimulus dan respons. Ringkasnya, teori belajar ketiga tokoh itu dapat
disimpulkan sebagai berikut: belajar adalah suatu "mekanisme" stimulus dan
respons. Yang berbeda adalah tehnik-tehnik yang mereka kembangkan untuk
memperkuat hubungan S-R (Tafsir, 1992:29-30).
Jadi, yang dimaksud dengan strategi pembelajaran dalam hal ini
adalah rencana atau pola yang digunakan guru dalam pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam untuk perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi siswa
dengan lingkungan baik lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
2. Macam-macam Strategi Pembelajaran
Perlu disampaikan disini mengenai perbedaan strategi dan metode.
Strategi yaitu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran, sedangkan metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan
alat untuk mencapai suatu tujuan. Berikut ini beberapa metode yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah
siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam hal ini biasanya
guru memberikan uraian mengenai topik tertentu di tempat tertentu dan
dengan alokasi tertentu pula.
Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah, perhatian
terpusat pada guru sedangkan para siswa hanya menerima secara pasif,
mirip anak balita yang sedang disuapi. Dalam hal ini, timbul kesan siswa
26
hanya sebagai objek yang selalu menganggap benar apa-apa yang
disampaikan guru. Padahal, posisi siswa selain sebagai penerima pelajaran,
ia juga menjadi subjek pengajaran dalam arti individu yang berhak untuk
aktif mencari dan memperoleh sendiri pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan.
Metode ini hanya cocok digunakan untuk menyampaikan informasi,
kalau bahan itu cukup diingat sebentar, untuk memberi pengantar dan
untuk menyampiakn materi yang berkenaan dengan pengertian-pengertian
atau konsep-konsep.
b. Metode Praktek
Dimaksudkan supaya mendidik dengan memberikan materi
pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seperti diperagakan,
dengan harapan anak didik menjadi jelas dan mudah sekaligus dapat
mempraktekkan materi yang dimaksud.
c. Metode Keteladanan
Keteladanan merupakan suatu metode yang paling meyakinkan
keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak dalam
moral, spiritual dan sosial. Penanaman nilai keagamaan dengan
keteladanan dalam pendidikan dengan memberi contoh baik berupa
tingkah laku, sifat, cara berfikir dan sebagainya
(http://jawaposting.blogspot.com/2012/12/metode-pembelajaran-
agama.html).
27
3. Bentuk-bentuk Strategi Pembelajaran Pada Anak Tunagrahita
Selain metode, model juga merupakan bagian dari strategi
pembelajaran. Secara umum ada berbagai model strategi pembelajaran yang
digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran bagi anak-anak
berkebutuhan khusus dalam hal ini adalah anak-anak tunagrahita yang
memiliki kelemahan mental. Untuk itu perlu adanya cara khusus untuk
memudahkan mereka dalam menerima pelajaran tersebut.
Ada beberapa model strategi pembelajaran yang dapat digunakan
dalam kegiatan pembelajaran bagi anak tunagrahita sebagai berikut:
a. Model pembelajaran efektif, model ini sebagai dasar dalam pembelajaran
anak hambatan mental, disamping menggunakan berbagai pendekatan
didalam pembelajaran. Model pembelajaran ini dengan pengaturan
berbagai pengkondisian pembelajaran supaya efektif yaitu pengkondisian
sebelum mengajar, pengkondisian saat proses pembelajaran dan tindak
lanjut setelah mengajar (Mumpuniarti, 2007:46).
b. Model pembelajaran berbasis kompetensi dengan model gerak irama
dalam pembelajaran. Model ini berdasar kurikulum berbasis kompetensi
dengan model pengembangan lingkungan secara terpadu dengan berbagai
prinsip-prinsip pembelajaran meliputi motivasi, konteks, keterarahan,
hubungan sosial, belajar sambil bekerja, individualisasi, penemuan dan
pemecahan masalah (Delphie, 2006:22-23).
Gerak irama sebagai pendekatan didalam pembelajaran adalah
berdasarkan tujuan utama yang menyatakan bahwa pola gerak dan irama
memiliki kepentingan dalam mengembangkan potensi dan kemampuan
28
kognitif serta sosial peserta didik untuk mencapai kompetensi dirinya secara
utuh. Guru memerlukan pendekatan untuk mengetahui keberadaan peserta
didik selanjutnya pola gerak yang disusun disesuaikan dengan irama yang
cocok bagi peserta didik. Suatu pola gerak yang bervariasi dapat
meningkatkan potensi anak dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini berkaitan
dengan pembentukan fisik, emosi dan sosialisasi dan daya nalar. Harus
diketahui bahwa gerak dan irama merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh dalam keterampilam olah tubuh (Delphie, 2006:22-23).
B. Pendidikan Agama Islam
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Dari segi bahasa, kata " pendidikan " yang umum kita gunakan
sekarang dalam bahasa Arabnya adalah " tarbiyah " dengan kata kerja
"rabba". Kata " pengajaran " dalam bahasa Arabnya adalah " ta'lim " dengan
kata kerja " 'allama ". Sedangkan Pendidikan Agama Islam dalam bahasa
Arabnya adalah " Tarbiyah Islamiyah "(Darajat, 1992:25).
Marimba ( 1962:15 dalam Ahmad Tafsir ) mendefinisikan pendidikan
sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama ( Tafsir, 1992:6).
Mengenai agama, perlu dijelaskan lebih dahulu. Agama adalah "the
problem of ultimate concern" : masalah yang mengenai kepentingan mutlak
setiap orang (Daud, 1998:39). Oleh karena itu menurut Paul Tillich, setiap
orang yang beragama selalu berada dalam keadaan involved (terlibat) dengan
29
agama yang dianutnya. Memang, kata Profesor Rasjidi, manusia yang
beragama itu aneh. Ia melibatkan diri dengan agama yang dipeluknya dan
mengikatkan dirinya kepada Tuhan. Tetapi bersamaan dengan itu ia merasa
bebas menjalankan sesuatu menurut keyakinannya.
Karena agama mengenai kepentingan mutlak setiap orang dan setiap
orang beragama terlibat dengan agama yeng dipeluknya, maka tidaklah
mudah membuat sebuah definisi yang mencakup semua agama. Kesulitannya
adalah karena setiap orang beragama cenderung memahami agama menurut
ajaran agamanya sendiri. Hal ini ditambah fakta bahwa agama di dunia ini
amat beragam. Jadi dapat disimpulkan bahwa agama adalah kepercayaan
kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia
melalui upacara, penyembahan dan permohonan, dan membentuk sikap hidup
manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu. Selain terdapat
persamaan, antara agama yang beragam itu juga terdapat perbedaan-
perbedaan, seperti yang telah disebutkan diatas. Dalam menghadapi
perbedaan tersebut masyarakat hendaknya bersikap setuju atau hidup bersama
dalam perbedaan.
Islam sendiri berarti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan ,
penyerahan diri, ketaatan dan kepatuhan (Daud, 1998:49). Intinya adalah
berserah diri, tunduk, patuh dan taat dengan sepenuh hati dengan kehendak
Illahi. Kehendak Illahi yang wajib ditaati dengan sepenuh hati oleh manusia
itu manfaatnya untuk kemaslahatan atau kebaikan manusia kepada Allah,
sesama manusia dan manusia kepada lingkungan hidupnya. Kehendak Allah
telah disampaikan oleh malaikat Jibril (terakhir) kepada Nabi Muhammad
30
sebagai RasulNya berupa wahyu yang kini dapat dibaca dan dikaji
selengkapnya dalan Al-Qur'an.
Islam sebagai agama wahyu yang memberikan bimbingan kepada
manusia mengenai semua aspek kehidupan, diantaranya dapat diibaratkan
seperti jalan raya yang lurus dan mendaki, memberi peluang kepada manusia
yang melaluinya sampai ke tempat yang dituju, tempat tertinggi dan mulia.
Jalan raya itu panjang dan lebar, kiri kanannya berpagar Al-Qur'an dan Al-
Hadis. Pada jalan itu juga terdapat rambu-rambu, tanda-tanda serta jalur-jalur
sebanyak aspek kehidupan manusia. Siapa saja yang memasuki gerbang jalan
raya itu baik karena keturunan maupun karena mengucapkan dua kalimat
syahadat, wajib memperhatikan rambu-rambu, tanda-tanda dan berjalan
melalui jalur-jalur yang telah ada. Selama pemikiran, sikap dan perbuatan
seorang muslim masih berada di dalam batas kedua pagar tersebut (Al-Qur'an
dan Al-Hadis), dalam pengertian tidak keluar dan tidak bertentangan dengan
wahyu yang terdapat dalam istilah pagar di atas, selama itu pula pemikiran,
sikap dan perbuatan mereka dapat disebut sebagai Islami.
Pendidikan yang diselenggarakan oleh umat manusia selalu
disandarkan pada pandangan hidup atau falsafah yang dianut oleh
masyarakat yang bersangkutan, karena setiap masyarakat menpunyai falsafah
atau pandangan hidup sendiri. Falsafah Pendidikan Agama Islan adalah
pandangan manusia muslim berdasarkan ajaran agama, tentang proses
pemindahan nilai atau norma serta usaha pengembangan potensi, bakat dan
kemampuan manusia agar dapat menentukan status, tugas dan fungsinya di
dunia ini dan menjalankan hidupnya menuju ke akherat kelak. Dan bertolak
31
dari pandangan ini, yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah
proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah agar manusia menyadari kedudukan,
tugas dan fungsinya di dunia ini sebagai khalifahNya di bumi, dengan selalu
taqwa dalam makna memelihara hubungannya dengan Allah, diri sendiri,
masyarakat dan lingkungan sekitar. Seperti yang terdapat dalam firman Allah
surat Adz-Zariyat: 51
Artinya :
"Dan janganlah kamu mengadakan Tuhan yang lain disamping Allah.
Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah
untukmu" (Adz-Dzariyat (51):51).
Dalam firman Allah yang lain:
Artinya:
" Ingatlah kepada Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimka bumi". Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini orang yang
akan membuat keruskan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui" (Al-Baqarah (2): 30).
Pendidikan Agama Islam disini termasuk didalam salah satu
bimbingan yang diajarkan pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) "Ciungwanara" Bogor. Yang didalamnya berisi tentang materi-materi
32
Agama Islam. Dengan diajarkannya Pendidikan Agama Islam nantinya dapat
membantu anak-anak tunagrahita dalam lingkungan sosialnya. Seperti kita
ketahui bahwa tidak hanya di sekolah-sekolah umum dan agama saja mata
pelajaran agama Islam diajarkan tapi di Panti atau sekolah bagi mereka yang
memiliki keterbatasan mental juga diajarkan. Hal tersebut guna membantu
perkembangan kepribadian mereka.
Bagaimanapun juga anak-anak yang mengalami kekurangan berhak
mendapat pendidikan sebagaimana anak-anak normal lainnya. Dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 juga
dijelaskan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. Bagi warga negara yang memiliki
kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus (UU No. 20, 2003:13).
2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam
Dalam Pendidikan Agama Islam ada beberapa hal yang dijadikan
sebagai dasar dalam pelaksanaanya yakni:
a. Dasar Yuridis atau Hukum
1) Dari segi yuridis yang mendasari adalah dasar falsafah negara
Indonesia yakni Pancasila, yang terdapat pada sila ke satu yang
berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa".
2) Dasar konstitusionalnya yaitu UUD 1945 dalam Bab XI pada pasal 29
ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
a) Negara Berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
b) Negara Menjamin Kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
33
memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama
dan kepercayaannya itu (UU No.20, 2003:12).
b. Dasar Religius
Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Karena manusia
mempunyai akal yang dapat digunakan untuk berpikir. Dasar religius yang
menjelaskan tentang menuntut ilmu umum maupun agama adalah sebagai
berikut:
1) Dalam QS. Al-Mujaddilah: 11
Artinya :
" Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah, niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pemgetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan " (QS. Al-Mujaddilah (58):11).
2) Dalam QS. At Taubah: 122
34
Artinya:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. "
(QS. At Taubah (9): 122).
3) Hadis Rasulullah :
Dalam hadis Nabi dijelaskan:
Artinya:
" Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim..." (Majjah: 1991).
Agama bagi kehidupan manusia adalah merupakan undang-undang
dasar dan pedoman hidup (way of life). Maka dari itu terang bahwa agama
sangat berfaedah bagi manusia, terutama bagi pemeluk-pemeluknya sebab
agama adalah:
1) Dapat mendidik jiwa manusia menjadi tenteram, sabar, tawakal dan
sebagainya. Lebih-lebih ketika dia ditimpa kesusahan dan kesulitan.
2) Dan Dapat memberi modal kepada manusia utuk menjadi manusia yang
berjiwa besar, kuat dan tidak mudah ditundukkan oleh siapapun.
3) Dapat mendidik manusia berani menegakkan kebenaran dan takut untuk
melakukan kesalahan.
4) Dapat memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwa mereka tumbuh
sifat-sifat utama seperti rendah hati, sopan santun, hormat menghormati
dan sebagainya. Agama melarang orang untuk bersifat sombong, congkak,
riya dan sebagainya (Ahmadi, 1991: 11).
35
Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor merupakan
salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang rehabilitasi sosial orang
dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita yang ada di Bogor. Tentunya
dalam sebuah lembaga pendidikan seperti PSBG memiliki materi yang
yetangkum dalam sebuah program bimbingan rehabilitasi yang diajarkan
kepada siswanya. Salah satunya adalan Pendidikan Agama Islam. Sebagian
besar siswa di PSBG beragama Islam dan berasal dari Jabodetabek.
c. Dasar Psikologi
Umumnya para ahli psikologi pendidikan khususnya menyetujui
adanya hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan itu sangat erat,
tak mungkin dipisahkan. Memori seseorang yang biasa diartikan ingatan
sesungguhnya adalah fungsi mental yang dapat menangkap informasi dan
stimulus artinya sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan adalah
terdapat pada otak manusia. Oleh karena itu pendidikan biasa terkait
dengan belajar. Bagaimana seseorang memperoleh sebuah ilmu kemudian
diaplikasikan untuk pengembangan dirinya (Muhibin, 2004:96).
Usaha pembinaan mental melalui Pendidikan Agama Islam adalah
suatu cara yang efektif dalam membentuk kepribadian remaja, segala
kegiatan remaja yang sesuai dengan ajaran Islam sehingga terwujud
perilaku yang baik. Pada dasarnya tujuan pembinaan mental remaja
melalui Pendidikan Agama Islam adalah peningkatan diri remaja, yaitu
berusaha membina akhlak, mengembangkan akal, serta mengadakan
perilaku-perilaku yang baik pada pribadi remaja sehingga memiliki
kepribadian yang sesuai dengan ajaran agama Islam dan dalam
36
menjalankan agamapun mereka mempunyai kepribadian yang mantap.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam identik dengan tujuan agama Islam,
karena tujuan agama adalah agar manusia memiliki keyakinan yang kuat dan
dapat dijadikan sebagai pedoman hidupnya yaitu untuk menumbuhkan pola
kepribadian yang bulat dan melalui berbagai proses usaha yang dilakukan.
Dengan demikian tujuan Pendidikan Agama Islam adalah suatu harapan yang
diinginkan oleh pendidik Islam itu sendiri.
Zakiah Daradjad dalam Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam
mendefinisikan tujuan Pendidikan Agama Islam sebagai berikut :
Tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu membina manusia beragama berarti
manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik
dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh
kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia dan
akhirat. Yang dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan
Agama Islam adalah sebagai usaha untuk mengarahkan dan membimbing
manusia, dalam hal ini peserta didik agar mereka mampu menjadi manusia
atau mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu kepada Rubbubiyah
Allah sehingga mewujudkan manusia yang :
a. Berjiwa Tauhid
Tujuan pendidikan Islam yang pertama ini harus ditanamkan pada
peserta didik,sesuai dengan firman Allah:
37
"Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia
memberikan pelajaran kepadanya,Hai Anakku janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah itu
adalah benar-benar kezhaliman yang besar" (QS.Luqman (31):13).
Manusia yang mengenyam pedidikan seperti ini sangat yakin
bahwa ilmu yang ia miliki adalah bersumber dari Allah, dengan
demikian ia tetap rendah hati dan semakin yakin akan bebesaran Allah.
b. Takwa Kepada Allah SWT
Mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada Allah merupakan
tujuan pendidikan Islam, sebab walaupun ia genius dan gelar
akademiknya sangat banyak, tapi kalau tidak bertaqwa kepada Allah
maka ia dianggap belum atau tidak berhasil. Hanya dengan ketaqwaan
kepada Allah saja akan terpenuhi keseimbangan dan kesempurnaan
dalam hidup ini. Allah berfirman:
"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah
adalah orang paling Taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS.Al-Hujurat (49):13).
38
c. Rajin Beribadah dan Beramal Saleh
Tujuan pendidikan Islam juga adalah agar peserta didik lebih
rajin dalam beribadah dan beramal saleh, apapun aktivitas dalam hidup
ini haruslah didasarkan untuk beribadah kepada Allah, karena itulah
tujuan Allah menciptakan manusia di muka bumi ini. Firman Allah :
"Dan aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya
beribadah kepadaKu(QS.Adz-Dzariyaat (51):56).
Termasuk dalam pengertian beribadah tersebut adalah beramal
shalih (berbuat baik) kepada sesama manusia dan semua mahkluk yang
ada di alam ini, karena dengan demikian akan terwujud keharmonisan
dan kesempurnaan hidup.
d. Ulil Albab
Tujuan pendidikan Islam berikutnya adalah mewujudkan Ulil
albab yaitu orang-orang yang dapat memikirkan dan meneliti keagungan
Allah melalui ayat-ayat qauliyah yang terdapat di dalam kitab suci Al-
Qur'an dan Ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan Allah) yang
terdapat di alam semesta, mereka ilmuan dan intelektual, tetapi mereka
juga rajin berzikir dan beribadah kepada Allah SWT. Firman Allah:
39
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (QS.Ali Imran (3):190-191).
e. Berakhlakul Karimah
Pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mencetak
manusia yang memiliki kecerdasan saja, tapi juga berusaha mencetak
manusia yang berahklak mulia. Ia tidak akan menepuk dada atau bersifat
arogan (congkak) dengan ilmu yang dimilikinya, sebab ia sangat
menyadari bahwa ia tidak pantas bagi dirinya untuk sombong bila
dibandingkan ilmu yang dimiliki Allah, malah ilmu yang ia miliki pun
serta yang membuat ia sampai pandai adalah berasal dari Allah. Apabila
Allah berkehendak Dia bisa mengambil ilmu dan kecerdasan yang
dimiliki mahkluknya (termasuk Manusia) dalam waktu seketika. Allah
mengajarkan manusia untuk bersifat rendah hati dan berakhlak mulia.
Sebagaimana dalam firman Allah:
40
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakandiri(QS.Luqman(31):18). (Http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/04/28/dasar-dan-tujuan-
pendidikan-Islam).
4. Materi Pendidikan Agama Islam
a. Wudhu
Wudhu menurut Syari'at Islam artinya menggunakan air untuk
anggota badan yang tertentu dimulai dengan niat. Wudu dapat juga
diartikan menyengaja membasuh anggota badan tertentu yang telah
disyariatkan untuk melaksanakan suatu perbuatan yang membutuhkannya,
seperti shalat dan thawaf (Supiana, 2009:4).
Dalil wajibnya wudhu didasarkan pada Al-Qur'an QS. Al-Maidah:6
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu hingga siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki" (QS. Al-Maidah(5):6).
1) Syarat-syarat Wudhu:
a) Islam
b) Tamyiz (memasuki usia dewasa)
c) Dengan air suci lagi mensucikan (mutlak)
d) Mengerti cara berwudhu
e) Air harus mengalir pada anggota tubuh yang harus dibasuh
41
f) Tidak ada sesuatu yang menghalangi air ke anggota wudhu,
seperti cat, getah, lilin dan sebagainya
g) Masuk waktu shalat
2) Fardhu Wudhu
a) Niat, niat hanya dilakukan di dalam hati, bersamaan dengan
membasuh muka. Kewajiban niat didasarkan pada hadis Nabi SAW:
Artinya:
"Sesungguhnya, segala perbuatan hanya sah dengan niat".
Hadis tersebut di atas menunjukkan bahwa setiap ibadah
hanya sah bila disertai dengan niat. Karena wudhu termasuk ibadah,
maka ia tidak sah tanpa niat.
b) Membasuh muka (bersamaan dengan niat), dimulai dari
pertumbuhan rambut kepala hingga bwah dagu, dan dari telinga
kanan hingga telinga kiri.
c) Membasuh kedua belah tangan sampai dengan siku-siku.
d) Mengusap sebagian kepala.
e) Membasuh kedua belah kaki sampai dengan mata kaki.
f) Tertib atau mendahulukan mana yang harus dahulu dan
mengakhirkan mana yang harus diakhirkan.
3) Sunnat-sunnat Wudhu
a) Membaca Basmallah pada permulaan wudhu.
b) Mencuci kedua telapak tangan sebelum dimasukkan ke dalam
wadah air.
c) Berkumur dan menghirup air dengan hidung.
42
d) Menyapu seluruh kepala dengan air.
e) Mengusap kedua telinga luar dalam dengan air yang baru.
f) Menyela-nyela (mengusap sela-sela) rambut janggut yang tebal.
g) Mendahulukan anggota yang kanan atas yang kiri.
h) Meniga kalikan penyucian atau usapan setiap bagian anggota-
anggota wudhu.
i) Muwalah, yakni melakukan perbuatan wudhu itu secara beruntun
atau bersambung tanpa berhenti.
j) Membaca do'a setelah wudhu.
4) Batal Wudhu
Hal-hal yang membatalkan wudhu yaitu:
a) Segala sesuatu yang keluar dari kedua kemaluan (kubul atau
dubur), kecuali mani
b) Tidur tidak dalam keadaan duduk.
c) Hilangnya akal sebab gila, pingsan atau mabuk.
d) Tersentuhnya kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrimnya dengan tidak memakai tutup.
e) Menyentuh kemaluan (kubul atau dubur) dengan telapak tangan
meskipun kemaluan sendiri.
f) Menyentuh lubang dubur manusia.
43
b. Shalat
Kata shalat, secara etimologis berarti do'a. Sedangkan secara
terminologis artinya seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan
dengan beberapa syarat tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam (Supiana, 2009:23). Dasar-dasar shalat tertera dalam Al-
Qur'an surat Al-Bayyinah:5
Artinya:
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan keta'atan kepadaNya dalam mengerjakan agama
dengan lurus dan supaya mereka mengerjakan shalat dan menunaikan
zakat dan demikian itulah agama yang lurus" (QS. Al-
Bayyinah(98):5).
Firman Allah yang lain:
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu
orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya" (Al-
Mu'minun(23):1-2).
Orang tualah yang wajib menyuruh anaknya mengerjakan shalat
sejak umur tujuh tahun, dan wajib meningkatkan perintahnya mulai umur
sepuluh tahun, bahkan wajib memukulnya jika tidak mau mengerjakan
shalat, dengan maksud agar setelah dewasa anak tetap rajin
mengerjakannya.
44
1) Syarat-syarat Shalat
Syarat-syarat shalat sebelum seseorang mengerjakannya adalah sebagai
berikut:
a) Mensucikan seluruh anggota tubuh dari hadats besar, kecil dan najis.
b) Menutup aurat dengan pakaian yang bersih dan suci.
c) Berdiri atau berada di tempat yang suci.
d) Mengetahui masuknya shalat.
e) Menghadap kiblat.
2) Rukun Shalat
a) Niat.
b) Berdiri bagi yang mampu.
c) Membaca takbiratul-ihram.
d) Membaca Fatihah pada tiap-tiap rakaat sedang Basmallah termasuk
ayat surah tersebut.
e) Ruku'.
f) Tuma'ninah (tenang) di dalam ruku'.
g) I'tidal (berdiri tegak setelah ruku').
h) Tuma'ninah di dalam i'tidal.
i) Sujud dua kali tiap satu rakaat.
j) Tuma'ninah di dalam sujud.
k) Duduk diantara dua sujud.
l) Tuma'ninah di dalam duduk diantara dua sujud.
m) Duduk tasyahhud akhir.
n) Membaca tasyahhud di dalam duduk tasyahhud akhir.
45
o) Membaca shalawat Nabi di dalam membaca tasyahhud akhir.
p) Membaca salam yang pertama.
q) Niat keluar dari shalat.
r) Tertib rukun menurut urutan
3) Yang membatalkan Shalat
Hal-hal yang membatalkan shalat yaitu:
a) Berkata dengan sengaja.
b) Bergerak atau mengerjakan sesuatu yang banyak yang bukan
pekerjaan shalat.
c) Berhadats meskipun tidak disengaja.
d) Terkena najis yang tidak dimaafkan.
e) Terbuka auratnya, kecuali terbuka oleh angin dan segera ditutup.
f) Mengubah niat, misalnya ingin memutuskan shalatnya.
g) Membelakangi kiblat.
h) Makan, meskipun sedikit dari sisa-sisa makanan dimulut.
i) Minum, meskipun berupa ludah yang bercampur dengan sisa
makanan.
j) Tertawa berbahak-bahak.
k) Murtad atau keluar dari Islam.
c. Akidah
Yang dimaksud akidah dalam bahasa Arab, menurut etimologis
adalah ikatan, sangkutan (Supiana, 2009:199). Disebut ikatan atau
sangkutan karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan
46
segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau
keyakinan. Akidah Islam ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas
seluruh ajaran Islam. Akidah Islam berawal dari keyakinan kepada Zat
Mutlak Yang Maha Esa yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat,
sifat dan wujudNya, kemahaesaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan dan
wujudNyaitu disebut tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman dan prima
causa (asal yang pertama dan asal dari segala-galanya) seluruh keyakinan
Islam. Pokok-pokok keyakinan yang terangkum dalam istilah Rukun
Iman ada enam yaitu (a) keyakinan kepada Allah SWT, (b) keyakinan
pada Malaikat-malaikat, (c) keyakinan pada Kitab-kitab suci, (d)
keyakinan pada para Nabi dan Rasul Allah, (e) keyakinan akan adanya
Hari Akhir, dan (f) keyakinan pada Qada' dan Qadar Allah. Pokok-pokok
keyakinan atau Rukun Iman ini merupakan akidah Islam.
d. Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaq, bentuk jamak dari kata
khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis (bersangkutan dengan
cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal usul kata serta perubahan-
perubahan dalam bentuk dan makna) antara lain berarti budi pekerti,
perangai dan tingkah laku (Supiana, 2009:346). Dalam kepustakaan
akhlak diartikan sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku atau tingkah
laku) baik ataupun buruk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budi
pekerti adalah tingkah laku, perangai, akhlak. Budi pekerti mengandung
makna perilaku yang baik, bijaksana dan manusiawi. Baik budi pekerti
47
maupun akhlak mempunyai makna yang sama, tergantung pada
pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang positif, negatif,
baik atau buruk. Yang menentukan suatu perbuatan itu baik atau buruk
adalah nilai dan norma agama, juga kebiasaan atau adat istiadat. Akhlak
terbagi menjadi dua yaitu akhlak terhadap Allah atau Khalik (Pencipta)
dan akhlak terhadap sesama makhluk (semua ciptaan Allah).
1) Akhlak terhadap Allah (Khalik)
Akhlak terhadap Allah diantaranya adalah:
a) Mencintai Alah melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga
dengan mempergunakan firmanNya dalam Al-Qur'an sebagai
pedoman hidup dan kehidupan.
b) Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya.
c) Mengarapkan dan berusaha memperoleh keridhoan Allah.
d) Mensyukuri nikmat dam karunia Allah.
e) Menerima dengan ikhlas semua takdir Allah setelah berikhtiar .
f) Memohon ampunan hanya kepada Allah.
g) Bertaubat hanya kepada Allah.
h) Tawakal atau berserah diri kepoada Allah.
2) Akhlak terhadap Makhluk
a) Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad), antara lain:
mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua
sunnahnya, menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan dalam
hidup, dan menjalankan apa yang disuruhnya dan tidak
melakukan segala yang menjadi larangannya.
48
b) Akhlak terhadap orang tua, antara lain: mencintai mereka
melebihi kerabat yang lainnya, merendahkan diri kepada
keduanya diiringi perasaan kasih sayang, berkomunikasi dengan
khidmat dan kata-kata yang lembut, berbuat baik dengan sebaik-
baiknya, mendo'akan keselamatan dan keampunan bagi mereka
walaupun seorang atau kedua-duanya telah meninggal.
c) Akhlak terhadap diri sendiri, antara lain: memelihara kesucian
diri, menutup aurat, jujur dalam perbuatan dan perkataan, ikhlas,
sabar, rendah hati, malu melakukan perbuatan jahat, menjauhi
dengki, menjauhi dendam, berlaku adil terhadap diri sendiri dan
orang lain, dan menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia.
d) Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat, antara lain: saling
membina rasa cinta dan kasih sayang terhadap keluarga, saling
menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, berbakti kepada
ibu bapak, mendidik anak-anak dengan kasih sayang,
memelihara hubungan silaturahmi.
e) Akhlak terhadap masyarakat, antara lain: memuliakan tamu,
menghormati nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, saling
tolong menolong dalam kebajikan, bermusyawarah dalam segala
urusan mengenai kepentingan bersama.
f) Akhlak terhadap bukan manusia atau lingkungan hidup, antara
lain: sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup,
menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati,
sayang pada sesma makhluk.
49
C. Tunagrahita
1. Pengertian Tunagrahita
Tunagrahita merupakan asal dari kata tuna yang berarti "merugi"
sedangkan grahita yang berarti "pikiran". Tunagrahita merupakan kata lain
dari Retardasi Mental (Mental Retardation) yang artinya terbelakang mental.
Tunagrahita juga memiliki istilah sebagai berikut:
a. Lemah pikiran (feeble minded)
b. Terbelakang mental (Mentally Retarded)
c. Bodoh atau dungu (idiot)
d. Cacat mental
e. Mental Subnormal, dll
Anak tunagrahita adalah individu yang secara signifikan memiliki
intelegensi dibawah intelegensi normal. Menurut American Asociation on
Mental Deficiency mendefinisikan Tunagrahita sebagai suatu kelainan yang
fungsi intelektual umumnya dibawah rata-rata yaitu IQ 84 ke bawah.
Biasanya anak-anak Tunagrahita akan mengalami kesulitan dalam "Adaptive
Behavior" atau penyesuaian perilaku. Hal ini berarti anak Tunagrahita tidak
dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standar)
kemandirian dan tanggung jawab sosial anak normal lainnya dan juga akan
mengalami masalah dalam keterampilan akademik dan berkomunikasi dengan
kelompok usia sebaya. Anak yang sulit berkomunikasi itu tidak selamanya itu
anak tunagrahita. Bisa jadi anak yang bergejala demikian tergolong autisme.
Antara autisme dan Tunagrahita terdapat perbedaan mendasar sehingga
perlakuan yang diberikan pun harus berbeda.
50
Menurut Mudjito, autisme adalah anak yang mengalami gangguan
berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami gangguan sensoris,
pola bermain dan emosi. Penyebabnya karena antar jaringan dan fungsi otak
tidak sinkron. Ada yang maju pesat sedangkan yang lainnya biasa-biasa saja.
Survei menunjukkan anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi
menengah ke atas. Ketika dikandung, asupan gizi ke ibunya tidak seimbang.
Adapun Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan
keterbelakangan mental, jauh dibawah rata-rata. Gejalanya tak hanya sulit
berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan tugas akademik. Ini karena
perkembangan otak dan fungsi syarafnya tidak sempurna. Anak-anak seperti
ini lahir dari ibu-ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika di kandung,
asupan gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi.
Anak Tunagrahita memiliki fungsi intelekual tidak statis. Kelompok
tertentu, termasuk beberapa dari down syndrome, memiliki kelainan fisik
dibanding teman-teman lainnya. Dari kebanyakan kasus anak tunagrahita
terdeteksi setelah masuk sekolah. Tes IQ mungkin dapat dijadikan indikator
dari kemampuan mental seseorang. Kemampuan adaptif seseorang tidak
selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Latihan, pengalaman, motivasi, dan
lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya pada kemampuan adaptif
seseorang.
Anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang bersifat
abstrak. Yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau
terbelakang atau tidak berhasil bukan sehari dua hari atau sebulan dua bulan,
tetapi untuk selama-lamanya dan bukan dalam satu dua hal tetapi hampir
51
segala-galanya. Lebih-lebih dalam pelajaran seperti mengarang,
menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbol-simbol berhitung, dan dalam
semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang atau
terhambat dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya (www. Google.com).
Penyandang tunagrahita atau cacat grahita adalah mereka yang
mempunyai kemampuan intelektual atau IQ dan keterampilan penyesuaian
dibawah rata-rata. Sama seperti yang telah dijelaskan diatas bahwasanya
tunagrahita adalah sebutan bagi anak yang memiliki kondisi dimana ia berada
pada kemampuan dibawah rata-rata. Tidak seperti anak-anak pada umumnya
yang lahir normal dan memiliki kecerdasan baik. Ketunaan ini
dikelompokkan menjadi beberapa golongan yakni golongan ringan atau
mampu didik, golongan sedang atau mampu latih dan golongan cacat grahita
berat. Cacat grahita ini umumnya ganda, bercampur dengan kecacatan yang
lain. Kelainan ini akan terlihat jelas setelah anak memasuki taman kanak-
kanak, atau setelah masuk sekolah. Karena di tempat barunya itu anak
dituntut untuk unjuk kerja akademik (Nur'aeni, 1997:105-106).
Dalam istilah lain, tunagrahita juga disebut penyandang hambatan
mental. Istilah hambatan mental (mentally handicap) telah banyak disebut
dengan istilah tunagrahita. Hambatan mental dipakai dalam istilah tersebut
oleh Oliver & Williams (2006): anak yang dipandang hambatan mental
adalah yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus dan kekhususan itu
dipandang jika memerlukan penanganan secara kontekstual terkait dengan
kesulitan individu dan sosial.
52
Ada beberapa pendekatan pembelajaran bagi hambatan mental atau
tunagrahita dan ini diperlukan beberapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut
berdasarkan karakteristik penyandang tunagrahita tersebut. Adapu prinsip-
prinsip khusus yang perlu diperhatikan antara lain prinsip pendidikan berbasis
kebutuhan individu, analisis penerapan tingkah laku, prinsip relevan dengan
kehidupan sehari-hari, dan keterampilan yang fungsional di keluarga dan
masyarakat dan prinsip berinteraksi maknawi secara terus menerus dengan
keluarga (Mumpuniarti, 2007:53-55).
Diharapkan dengan strategi pembelajaran yang baik, nantinya akan
mempermudah guru dan orang tua dalam membimbing anak-anak yang
mengalami tunagrahita atau keterbelakangan mental untuk mengerjakan ilmu
tentang Pendidikan Agama Islam yang diharapkan nantinya akan menjadikan
anak tersebut menjadi lebih baik dan terarah kehidupannya.
2. Karakteristik dan Klasifikasi Tunagrahita
Ada beberapa klasifikasi tunagrahita yang dapat dilihat berdasarkan
medis-biologis, sosial psikologis dan klasifikasi untuk keperluan
pembelajaran.
a. Klasifikasi medis-biologis
Medis memandang tunagrahita sebagai akibat dari penyakit atau
kondisi biologis yang tidak sempurna. Hal ini didasarkan pada faktor
penyebabnya. Adapun beberapa penyakit yang dapat menyebabkan
tunagrahita seperti karena infeksi, akibat rudapaksa, atau sebab fisik lain,
akibat metabolisme, pertumbuhan atau gizi, akibat penyakit otak yang
53
nyata, akibat penyakit atau pengaruh prenatal yang tidak diketahui, akibat
kelainan kromosom, gangguan waktu kehamilan, pengaruh-pengaruh
lingkungan dan akibat-akibat kondisi lainnya.
b. Klasifikasi sosial-Psikologis
Menurut sosial-psikologis ada dua kriteria seseorang dapat dikatakan
sebagai tunagrahita, dapat dilihat dari kriteria psikometrik dan kriteria
perilaku adaptif yakni seorang individu harus memperlihatkan adanya
penyimpangan-penyimpangan baik dalam fungsi intelektual maupun
perilaku adaptif yang terukur. Biasanya ada alat yang digunakan untuk
mengukur taraf ketunagrahitaan seseorang yakni dengan menggunakan
skala kematangan sosial vineland (Muldjono: 24-26).
Klasifikasi menurut pandangan sosiologis memandang seseorang yang
memiliki keterbatasan mental