125
STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PANTI SOSIAL BINA GRAHITA (PSBG) "CIUNGWANARA" BOGOR TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh MAGHFIROH 111 09 043 JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN) SALATIGA 2013

Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Panti Sosial Bina Grahita

Embed Size (px)

Citation preview

  • STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    DI PANTI SOSIAL BINA GRAHITA (PSBG)

    "CIUNGWANARA" BOGOR TAHUN 2013

    SKRIPSI

    Diajukan Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan Islam

    Oleh

    MAGHFIROH

    111 09 043

    JURUSAN TARBIYAH

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN)

    SALATIGA

    2013

  • ii

  • iii

    STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    DI PANTI SOSIAL BINA GRAHITA (PSBG)

    "CIUNGWANARA" BOGOR TAHUN 2013

    SKRIPSI

    Diajukan Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan Islam

    Oleh

    MAGHFIROH

    111 09 043

    JURUSAN TARBIYAH

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2013

  • iv

    KEMENTERIAN AGAMA RI

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

    Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Lamp : 4 Eksemplar

    Hal : Pengajuan Skripsi

    Kepada

    Yth. Ketua STAIN Salatiga

    Di Salatiga

    Assalamualaikum. Wr. Wb

    Setelah kami meneliti dan mengadaka perbaikan seperlunya, maka

    bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswi:

    Nama : Maghfiroh

    NIM : 11109043

    Jrusan/Progdi : Tarbiyah/ PAI

    Judul : STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

    AGAMA ISLAM DI PANTI SOSIAL BINA

    GRAHITA (PSBG) "CIUNGWANARA" BOGOR

    TAHUN 2013

    Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

    Wassalamualaikum.Wr. Wb.

    Salatiga, 10 November 2013

    Pembimbing

    Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si

    NIP. 19681104 199831 0 032

  • v

  • vi

  • vii

    KEMENTERIAN AGAMA RI

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

    Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]

    Motto

    "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang

    seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang

    lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.

    Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan

    hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar" (Q.S.

    An-Nisa':9) .

    "Hati yg bersih akan peka terhadap pengetahuan, apapun yang

    dilihat, didengar, dirasakan, jadi samudera pengetahuan yang

    membutnya semakin bijak arif dan pas saat menyikapi hidup

    ini".

  • viii

    KEMENTERIAN AGAMA RI

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

    Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]

    PERSEMBAHAN

    Tak ada langit yang berawan, tak ada gading yang tak

    retak, tak ada mawar yang berduri, tak ada manusia yang

    sempurna. Semua berjalan mengalir dan bergulir saling

    melengkapi. Begitu pula karya tulis ini tak dapat

    terselesaikan dengan lancar tanpa bantuan dari berbagai

    pihak. Untuk itu selain ucapan syukron katsir, karya kecil ini

    selayaknya saya persembahkan pada orang-orang yang

    tercinta yang andil dalam penyelesaian karya tulis ini.

    Suamiku tercinta (Joko Susilo) yang senantiasa memberikan

    do'a, support, semangat dan dukungannya baik materiil

    maupun moril yang sangat besar pengaruhnya terhadapku.

    Orang tuaku tercinta Ibunda (Mubarokah) dan Ayahanda

    (Pramono) yang dengan kemuliaannya dan do'a-do'anya

    yang suci, selalu berusaha melakukan yang terbaik demi

    keberhasilan dan kebahagiaan anaknya.

    Bapak/Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah menyampaikan

    ilmu kepadaku, semoga ilmu yang disampaikan dapat

  • ix

    bermanfaat pada diriku dan orang lain di dunia sampai

    akherat kelak.

    Anakku tersayang (Ata Nisrina Fatih) keceriaanmu selalu

    menjadikan inspirasi buatku.

    Sahabat-sahabatku di Ponpes Nurul Asna dan sahabat-

    sahabatku di kelas PAI B maupun sahabat-sahabat

    seperjuangan yang senantiasa memberikan motivasi, saran

    dan do'a. Semoga tali persaudaraan ini selalu terjaga sampai

    akhir hayat nanti.

  • x

    ABSTRAK

    Maghfiroh. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial

    Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor Tahun 2013. Skripsi.

    Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah

    Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. HJ. Lilik

    Sriyanti, M.Si.

    Kata Kunci: Strategi pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, tunagrahita.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimanakah penerapan

    strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di Panti

    Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor?, dan (2) bagaimana hasil

    pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam dengan strategi tersebut bagi anak

    tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor?.

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengambil latar di

    Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor tepatnya berada di wilayah

    Jl.Nanggewer-Karadenan/SKB No.3 Cibinong, Bogor. Adapun pengumpulan data

    dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis

    data diuraikan dengan mendeskripsikan data-data yang diperoleh di lapangan serta

    memberikan makna dari data yang berhasil dikumpulkan dan selanjutnya ditarik

    kesimpulan.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran Pendidikan

    Agama Islam yang diterapkan di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor

    adalah dengan menggunakan model pembelajaran efektif dan metode

    pembelajaran dengan berbagai metode diantaranya metode ceramah, keteladanan

    dan praktek dapat dikatakan baik. Terlihat dari hasil yang diperoleh siswa dalam

    melaksanakan tuganya sesuai dengan kriteria yang dibuat guru dalam penilaian.

    Sebagian dari mereka juga sudah dapat menerapkan sikap bersosialisasi dengan

    baik.

  • xi

    KEMENTERIAN AGAMA RI

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

    Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Illahi Robbi Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat, taufiq, hidayah serta inayahNya kepada kita semua. Dengan

    seijin-Mu, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan (skripsi) ini yang

    berjudul Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina

    Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor. Shalawat serta salam semoga tetap

    terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, Rasul yang

    membawa kita dari zaman yang penuh dengan kebodohan menuju zaman yang

    penuh peradaban dan semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti.

    Amin.

    Dalam menulis skripsi ini, banyak pihak yang banyak berjasa dan

    senantiasa memberikan dukungan, bimbingan, arahan dan motivasi sehingga

    skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak-

    banyak ucapan terima kasih kepada:

    a. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga.

    b. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Agama

    Islam.

    c. Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si selaku pembimbing dalam penulisan skripsi

    ini. Yang telah memberikan bimbingan dengan penuh perhatian dan

  • xii

    kesabaran.

    d. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd selaku pembimbing akademik.

    e. Bapak dan Ibu dosen yang telah tulus mendidik dan memberikan jasanya

    dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga.

    f. Semua pihak yang telah menbantu dalam penulisan ini, sehingga skripsi

    ini dapat terselesaikan dengan baik.

    Maka dengan iringan do'a semoga Allah SWT akan membalas semua

    amalan mereka dengan pahala yang berlipat ganda, di dunia dan di akherat.

    Penulis menyadari walaupun telah berusaha secara maksimal, akan tetapi masih

    terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, para pembaca dapat

    memperbaiki dan melanjutkan sebagai pengembangan dan perbaikan yang lebih

    lanjut.

    Akhirnya penulis berharap apa yang dipersembahkan dalam bentuk karya

    ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca

    umumnya. Amin.

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. ii

    PENGESAHAN ........................................................................................................ iv

    DEKLARASI ............................................................................................................ v

    MOTTO .................................................................................................................... vi

    PERSEMBAHAN ..................................................................................................... vii

    ABSTRAK....................................................................................................... .......... ix

    KATA PENGANTAR .............................................................................................. x

    DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6

    C. Tujuan Penelitian................................................................... ........... 7

    D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

    E. Penegasan Istilah.................................................................... ........... 8

    F. Metodologi Penelitian ....................................................................... 10

    G. Sistematika Penulisan ....................................................................... 17

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    2. Strategi Pembelajaran ......................................................................... 20

    1. Pengertian Strategi Pembelajaran ............................................... 20

    2. Macam-macam Strategi Pembelajaran ........................................ 24

    3. Bentuk-bentuk Strategi Pembelajaran Pada Anak

    Tunagrahita ................................................................................. 26

  • xiv

    3. Pendidikan Agama Islam......................................................... ........... 27

    1. Pengertian Pendidikan Agama Islam............................... 27

    2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam................................. 31

    3. Tujuan Pendidikan Agama Islam.................................. 35

    4. Materi Pendidikan Agama Islam.................................. 39

    4. Tunagrahita.......................................................................... ............... 48

    1. Pengertian Tunagrahita................................................... 48

    2. Karakteristik dan Klasifikasi Tunagrahita.................... 51

    3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita.............................. 56

    BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

    "Ciungwanara" Bogor........................................................ 58

    A. Sejarah Berdirinya Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

    "Ciungwanara" Bogor................................................ 58

    B. Visi, Misi dan Tujuan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

    "Ciungwanara" Bogor...................................................... 59

    C. Sasaran Program Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

    "Ciungwanara" Bogor....................................................... 60

    D. Keadaan Pegawai dan Kelayan Panti Sosial Bina Grahita

    (PSBG) "Ciungwanara" Bogor.......................................... 61

    E. Struktur Organisasi............................................................ 65

    B. Penerapan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

    Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor... 67

    C. Proses Penanaman Nilai-nilai dalam Bimbingan Pendidikan Agama

  • xv

    Islam terhadap Anak Tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita

    (PSBG) "Ciungwanara" Bogor.................................................... 72

    D. Hasil Pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam pada Anak

    Tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara"

    Bogor.......................................................................................... 73

    BAB IV PEMBAHASAN

    1. Penerapan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti

    Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor...................... 77

    2. Proses Penanaman Nilai-nilai dalam Bimbingan Pendidikan Agama

    Islam terhadap Anak Tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita

    (PSBG) "Ciungwanara" Bogor................................................ 82

    3. Hasil Pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam pada Anak

    Tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara"

    Bogor........................................................................................... 84

    BAB V PENUTUP

    D. Kesimpulan................................................................................. 87

    E. Saran-saran................................................................................. 88

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • 2

    BAB I

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan dan pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting

    dalam kehidupan manusia dan bahkan pendidikan itu sendiri tidak dapat

    dipisahkan dalam kehidupan, baik kehidupan keluarga, diri sendiri maupun

    kehidupan dalam masyarakat dan negara. Dalam buku pengantar dasar-dasar

    kependidikan, dijelaskan bahwa pendidikan adalah suatu aktifitas dan usaha

    manusia untuk meningkatkan kepribadian anak dengan jalan membina

    potensi-potensi pribadinya yaitu rohani (pikir,cipta,rasa dan budi nurani) dan

    jasmani (panca indra dan keterampilan). Sedangkan dalam buku paradigma

    pendidikan Islam disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk

    menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan

    dan atau pelatihan bagi peranannya dimasa yang akan datang (Muhaimin,

    2001:37). Dan di sini dapat dipahami bahwa dalam kegiatan bimbingan,

    pengajaran dan pelatihan terkandung makna pendidikan.

    Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas

    sumber daya manusia. Pendidikan merupakan salah satu modal dasar

    pembangunan suatu bangsa. Setiap manusia dalam perjalanan hidupnya selalu

    membutuhkan orang lain. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, manusia

    senantiasa berusaha untuk mengembangkan akal dan segala kemampuannya.

    Oleh karena itu, manusia dalam menghadapi problema kehidupan tidak

    pernah statis, sejak lahir sampai meninggal selalu mengalami perubahan.

    Pembelajaran sendiri merupakan bagian dari pendidikan yang

    berusaha memberikan pengetahuan dengan binaan dari segi kognitif, dan

  • 3

    psikomotor pada anak, agar mereka lebih banyak pengetahuan, lebih cakap

    berfikir kritis, sistematis dan objektif serta terampil dalam melakukan sesuatu,

    misalnya terampil menulis dan menjadi manusia yang berkualitas.

    Dalam pembentukan manusia yang berkualitas memang tidak lepas

    dari peran pendidikan dan pembelajaran, karena dengan pendidikan dan

    pembelajaran itulah manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan

    sekaligus untuk meningkatkan kemajuan bangsa dan negaranya. Hal itulah

    kemudian Drs. Amin Daim Indrakusuma dalam bukunya pengantar ilmu

    pendidikan dengan tegas menyatakan maju mundurnya suatu bangsa dan

    negara sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan itu

    sendiri.

    Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan

    peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan

    agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan

    memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan

    antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan

    nasional (Muhaimin, 1996:1). Oleh karena itu, dalam rangka untuk memenuhi

    kebutuhan mental spiritual, maka anak didik perlu mendapakan

    penyelenggaraan pendidikan agama sebagai pegangan hidup yang akan

    membawanya pada kehidupan yang lurus, sebab dalam fitrahnya manusia itu

    adalah manusia homo religius (makhluk beragama), sehingga kemampuan

    dasar yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang berketuhanan atau

    beragama adalah karena di dalam jiwa manusia itu sudah terdapat suatu

    naturaliter religius.

  • 4

    Pada dasarnya pendidikan Islam harus didasarkan atas dasar pokok

    yaitu bahwa manusia itu adalah makhluk Allah dan diberi tugas untuk

    memikul amanah. Dalam permasalahan pendidikan, kita tidak boleh

    membedakan antara anak yang normal perkembangan jasmani dan rohaninya,

    dengan anak yang mengalami kecacatan baik mental ataupun fisik.

    Pendidikan dan pengajaran adalah hak bagi seluruh masyarakat baik yang

    normal maupun yang cacat. Lebih lanjut dari hal-hal yang fundamental yang

    tercantum dalam batang tubuh UUD 1945 Bab XIII tentang pendidikan pasal

    31 Ayat 1 menyatakan bahwa tiap-tiap Warga Negara berhak mendapatkan

    pengajaran (UUD 1945:28). Oleh sebab itu, kesempatan untuk menjadi

    manusia mulia sebagai orang yang bertakwa diberikan kepada semua

    manusia, baik kaya, miskin, cacat atau tidak, semuanya sama dihadapan Allah

    SWT.

    Sebagai warga negara, seseorang yang mengalami kelainan cacat fisik

    maupun mental (abnormal), tidak didiskriminasikan untuk memperoleh

    pendidikan. Sebab, ketika menusia dilahirkan sesungguhnya ia dalam

    keadaan tidak bisa apa-apa seperti dijelaskan dalam firman Allah dalam surat

    An-Nahl:78:

    Artinya:

  • 5

    "Allah mengeluarkan bayi dari rahim ibunya dalam keadaan tidak

    mengetahui sesuatupun. Ia hanya bisa merasakan karena saat itu Allah telah

    memberi pendengaran, penglihatan dan hati".(QS. An-Nahl (16): 78).

    Seiring dengan pertumbuhannya maka ia akan berkembang sesuai fase

    dan usianya. Dalam perkembangan manusia tersebut pada dasarnya anak

    butuh bimbingan dan arahan bagaimana ia harus melangkah untuk

    membentuk kepribadian dan mentalnya agar menjadi manusia yang baik dan

    dapat mengurus dirinya sendiri, menyesuaikan dengan lingkungan dan

    bergaul. Anak tunagrahitapun butuh seseorang untuk mengarahkan dirinya.

    Oleh karena itu, orang-orang yang menderita cacat atau kelainan juga

    mendapat perlindungan hak seperti yang tertuang pada UU Sisdiknas No 20

    Tahun 2003 pasal 5 Ayat 2 menyebutkan bahwa Warga Negara yang

    memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau social

    berhak memperoleh pendidikan khusus (UUD No.20, 2006:7). Pendidikan

    khusus dalam hal ini biasanya disebut dengan Pendidikan Luar Biasa atau

    dalam penelitian penulis disebut dengan Panti Sosial Bina Grahita. Dengan

    adanya Panti Sosial Bina Grahita ini, sangat membantu bagi mereka yang

    mempunyai kelainan fisik atau mental, karena (PSBG) merupakan salah satu

    bentuk pelayanan pendidikan khusus bagi anak abnormal, sepeti cacat

    intelektual/grahita, cacat netra, cacat rungu dan cacat daksa. Dalam

    kurikulum (PSBG) komponen-komponen kegiatan yang diajarkan adalah

    sama seperti yang terdapat didalam kegiatan pendidikan pada umumnya

    termasuk didalamnya adalah pendidikan agama. Dengan demikian kehadiaran

    (PSBG) secara esensial merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

    mengelola dan mendidik siswa jasmani dan rohani, yang saat ini berkembang

  • 6

    dan meningkat sesuai dengan perubahan dan perkembangan masyarakat.

    Namun dalam kenyataannya jumlah prosentase anak penyandang cacat yang

    mendapatkan pelayanan pendidikan amat sedikit, hal ini dikarenakan

    hambatan dari pola pikir masyarakat yang masih menganggap bahwa anak

    dengan penyandang cacat kurang memiliki potensi. Padahal kenyataan

    banyak membuktikan bahwa banyak karya-karya yang dihasilkan oleh

    penyandang cacat tersebut.

    Selama ini Pendidikan Agama Islam sudah terbiasa diajarkan di

    sekolah-sekolah umum, apalagi sekolah berbasis agama atau madrasah, akan

    tetapi kita juga perlu mengetahui bagaimana mengajarkan pendidikan agama

    bagi anak-anak yang memiliki kekurangan dan keterbatasan mental

    (tunagrahita). Tentunya membutuhkan pembinaan dan bimbungan khusus

    untuk mengajarkan kepada mereka tentang pendidikan agama.

    Untuk itu, strategi pembelajaran yang digunakan guru sangat penting

    bagi perkembangan anak tunagrahita, untuk membimbing anak tunagrahita

    perlu kesabaran. Untuk itu, strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam

    menyampaikan pendidikan agama dan membina mereka juga harus sesuai

    dengan kemampuan intelegensi yang dimiliki oleh anak tunagrahita. Sesuai

    dengan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti strategi

    pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan oleh guru agama

    islam di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor .

  • 7

    Peneliti mengambil judul sebagai berikut : "STRATEGI

    PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PANTI

    SOSIAL BINA GRAHITA (PSBG) "CIUNGWANARA" BOGOR

    TAHUN 2013".

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, rumusan

    masalah dalam penelitian ini adalah :

    1. Bagaimanakah penerapan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam

    pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor?

    2. Bagaimana proses penanaman nilai-nilai keislaman terhadap anak

    tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor?

    3. Bagaimana hasil pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam dengan

    strategi tersebut bagi anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita

    "Ciungwanara" Bogor?

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini mengacu

    pada permasalahan tersebut diatas adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui penerapan strategi pembelajaran Pendidikan Agama

    Islam pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara"

    Bogor.

    2. Untuk mengetahui proses penanaman nilai-nilai keislaman terhadap anak

    tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor.

  • 8

    3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam

    dengan strategi tersebut bagi anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita

    "Ciungwanara" Bogor.

    F. Manfaat Penelitian

    Berdasarkan tujuan penelitian diatas, diharapkan penelitian ini

    mempunyai kegunaan sebagai berikut:

    1. Secara Teoritis

    a. Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan khasanah

    keilmuan dalam ilmu pendidikan dan pembelajaran Pendidikan

    Agama Islam khususnya di jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.

    b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan akademis yang

    mengadakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru

    tentang strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada

    tunagrahita.

    2. Secara Praktis

    a. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi baru tentang

    strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita

    di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor.

    b. Dengan penelitian ini diharapkan pembimbing atau guru diharapkan

    dapat mengembangkan strategi pembelajaran Pendidikan Agama

    Islam yang tepat bagi anak tunagrahita.

  • 9

    G. Penegasan Istilah

    Agar didalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda

    dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah

    didalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut:

    1. Strategi pembelajaran

    Secara umum, kata strategi mengandung makna rencana yang

    cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Tarigan,

    1993:2). Bila dalam belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai

    pola umum kegiatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar

    mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

    Sedangkan pembelajaran merupakan proses perubahan yakni

    perubahan dalam perilaku sebagai hasi interaksi seseorang dengan

    lingkungannya. Jadi yang dimaksud dengan strategi pembelajaran

    dalam hal ini adalah tindakan guru dalam melaksanakan rencana

    mengajar (Nana, 1989:147).

    2. Pendidikan Agama Islam

    Pendidikan Agama Islam adalah upaya mendidik Agama Islam

    atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi Way of Life

    (pandangan dan sikap hidup seseorang) (Muhaimin,2001:75). Dengan

    kata lain, Pendidikan Agama Islam adalah proses penyampaian

    informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertaqwa

    kepada Allah agar manusia menyadari kedudukan, tugas dan fungsinya

    di dunia ini sebagai khalifahNya di bumi.

    3. Siswa Tunagrahita

  • 10

    Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental yang

    artinya terbelakang mental. Arti tunagrahita sendiri ialah peserta didik

    yang mengalami kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada

    mental intelektual sejak bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh

    faktor organik biologis maupum faktor fungsional, ada kalanya disertai

    dengan cacat fisik sejak lahir (http//.panti.tripod.com.).

    Anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang

    bersifat abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Diharapkan

    dengan strategi pembelajaran yang baik, nantinya akan mempermudah

    guru atau pembimbing dalam membimbing anak-anak yang mengalami

    tunagrahita atau keterbelakangan mental untuk mengerjakan ilmu

    tentang Pendidikan Agama Islam yang diharapkan nantinya akan

    menjadikan anak tersebut menjadi lebih baik dan terarah kehidupannya.

  • 11

    H. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

    penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yakni penelitian yang berusaha

    untuk memecahkan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data,

    menganalisis dan menginterpretasi data. Penelitian kualitatif lebih banyak

    bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasan tertentu (Moleong,

    2002:3). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang memberikan

    gambaran atau uraian suatu kejadian sejelas mungkin tanpa ada perlakuan

    terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2004:53-54). Dalam penelitian ini

    data memungkinkan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,

    foto, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lainnya.

    2. Kehadiaran Peneliti

    Kehadiran peneliti dilapangan adalah untuk menemukan dan

    mengeksplorasi data-data yang diperoleh dengan menggunakan beberapa

    teknik pengumpulan data diantaranya adalah observasi, wawancara dan

    dokumentasi. Jadi kehadiran peneliti dalam penelitian ini sebagai

    pengamat penuh.

    3. Lokasi Penelitian

    Peneliti mengambil obyek penelitian di Panti Sosial Bina Grahita

    (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, yang tepatnya di Jl. Nanggewer-

    Karadenan/SKB No.3 Cibinong, Bogor.

  • 12

    4. Sumber Data

    Data yang akan terkumpul dalam penelitian ini adalah data yang

    sesuai dengan focus penelitian yaitu tentang Strategi Pembelajaran

    Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

    "Ciungwanara" Bogor.

    Sumber data adalah subyek dari mana data data itu diperoleh

    (Arikunto, 2002:107). Jadi, sumber data itu menunjukkan asal informasi.

    Data itu harus diperoleh dari sumber yang tepat, jika sumber data tidak

    tepat maka mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan dengan

    masalah yang diteliti.

    Berdasarkan sumber pengambilannya, data dibedakan menjadi dua,

    yaitu:

    1. Data Primer, adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara

    langung oleh peneliti dari lapangan. Data ini disebut juga data asli

    atau data baru. Sumber data langsung diperoleh dengan cara observasi

    dan mewawancarai Kepala Panti, Kepala Seksi Rehabilitasi dan guru

    atau pembimbing Pendidikan Agama Islam. Data yang dihasilkan

    diantaranya data tentang kondisi dan keberadaan panti, fasilitas panti,

    kondisi mental siswa atau kelayan dan penerapan strategi

    pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

    2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

    peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder disebut

    juga data yang tersedia (Hasan Iqbal, 2002:82), atau sumber tertulis.

    Data sekunder berasal dari sumber buku, majalah ilmiah, dokumen

  • 13

    pribadi, dokumen resmi panti, arsip dan lain-lain. Data ini berguna

    untuk melengkapi data primer. Data yang dihasilkan dalam penelitian

    ini diantaranya data tentang profil Kepala Panti, profil, visi dan misi

    panti.

    5. Prosedur Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data tentang masalah yang akan diteliti, maka

    penulis menggunakan beberapa metode diantaranya:

    g. Metode Observasi

    Sering kali orang mengartikan observasi sebagai aktifitas yang

    sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata.

    Dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula

    pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu

    obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi observasi dapat

    dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan

    pengecap. Dengan kata lain dapat pula dikatakan bahwa metode

    observasi adalah metode pengumpulan data dengan pengamatan dan

    pencatatan secara sistematis terhadap fakta-fakta yang diteliti. Menurut

    Sutrisno Hadi, obsevasi adalah metode ilmiah yang diartikan sebagai

    pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena

    yang diselidiki.

    Setting dan peristiwa yang diamati yaitu fisik dan kegiatan

    pembelajaran.

    h. Metode Interview (wawancara)

  • 14

    Interview sering juga disebut dengan wawancara atau

    kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

    pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari

    terwawancara (Hasan Iqbal, 2002:132). Wawancara dilakukan dengan

    cara berhadapan langsung antara interviewer dengan responden, serta

    kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara lisan. Strategi ini

    digunakan untuk mendapatkan data-data yang masih kurang dan

    memerlukan penjelasan secara langsung.

    Dalam melaksanakan teknik interview (wawancara),

    pewawancara harus mampu menciptakan hubungan yang baik

    sehingga informan bersedia bekerja sama dan merasa bebas berbicara

    dan dapat memberikan informasi yang sebenarnya. Teknik wawancara

    yang peneliti gunakan adalah secara terstruktur (tertulis), yaitu dengan

    menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan disampaikan

    kepada informan. Hal ini dimaksudkan agar pembicaraan dalam

    wawancara lebih terarah dan fokus pada tujuan yang dimaksud dan

    menghindari pembicaraan yang terlalu melebar. Selain itu juga

    digunakan sebagai patokan umum dan dapat dikembangkan peneliti

    melalui pertanyaan yang muncul ketika kegiatan wawancara

    berlangsung.

    Adapun sumber informasinya adalah

  • 15

    1) Kepala Panti Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara"

    Bogor untuk mendapatkan informasi tentang profil Panti Sosial

    Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor.

    2) Kepala Seksi Rehabilitasi untuk mendapatkan informasi tentang

    pelaksanaan pembelajaran dan bimbingan bagi anak berkebutuhan

    khusus di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor.

    3) Pembimbing Pendidikan Agama Islam untuk mendapatkan informasi

    berlangsungnya kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

    i. Metode Dokumentasi

    Metode dokumentasi adalah metode metode penelitian untuk

    memperoleh keterangan dengan cara memeriksa dan mencatat laporan.

    Adapun dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk

    mendapatkan data yang berhubungan dengan Penetapan Kegiatan

    Belajar Mengajar (KBM), persiapan strategi pembelajaran yang

    digunakan guru atau pembimbing, visi, misi dan tujuan, sarana

    prasarana serta data pembimbing dan siswa.

    6. Metode Analisis Data

    Metode analisis adalah suatu cara penanganan terhadap obyek

    ilmiah tertentu dengan jalan memilah, memilih antara pengertian yang satu

    dengan yang lain untuk mendapatkan pengertian yang baru. Data yang

    berhasil dihimpun akan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan

    menerapkan metode berpikir induktif, yaitu suatu metode berpikir yang

  • 16

    bertolak dari fenomena yang khusus dan kemudian menarik kesimpulan

    yang bersifat umum (Cristine, Daymon 2008:369).

    Data yang diperoleh dari penelitian bersifat kompleks dan rumit

    direduksi, dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok. Data hasil penelitian

    direduksi, baik dari hasil penelitian lapangan atau kepustakaan kemudian

    dibuat rangkuman. Data yeng telah dirangkum tadi kemudian dipilih.

    Sekiranya data mana yang diperlukan untuk penulisan laporan penelitian.

    Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

    ini akan diikuti bukti-bukti yang diperoleh ketika penelitian di lapangan.

    Verifikasi data dimaksudkan untuk penentuan data akhir dari

    keseluruhan proses tahapan analisis, sehingga keseluruhan permasalahan

    mengenai strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak

    tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor

    dapat dijawab sesuai dengan kategori data dan permasalahannya.

    7. Pengecekan Keabsahan Data

    Proses pengecekan data dalam hal ini dapat dilakukan melalui

    triangulasi dengan sumber yang berarti membandingkan informasi yang

    diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda. Artinya dalam

    pencapaiannya bisa dilakukan dengan jalan membandingkan data hasil

    pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan hasil

    wawancara dengan suatu dokumen yang berkaitan(Moleong, 2002:178).

    Dalam penelitian ini, peneliti mendasarkan pada prinsip

    obyektifitas yang dinilai dari validitas dan reabilitasnya. Validitas

    dibuktikan dengan dimilikinya kredibilitas temuan beserta penafsirannya,

  • 17

    yaitu agar temuan dan penafsirannya sesuai dengan yang sebenarnya dan

    temuan disetujui oleh subyek yang diteliti. Reabilitas diperoleh dari

    konsistensi temuan penelitian yang diperoleh dari para subyek atau

    informan.

    Peneliti mengupayakan keabsahan data dengan cara mendalami

    wawancara secara kontinyu, sambil mengenali subyek dan memperhatikan

    sesuatu peristiwa secara lebih cermat. Hasil analisis sementara selalu

    dikonfirmasikan dengan informasi baru yang diperoleh dari sumber lain.

    Prosedur ini juga dapat dilakukan dengan penggunaan teknik yang

    berbeda, misalnya observasi, wawancara dan dokumen, yang masing-

    masing dibandingkan sebagai upaya pengecekan keabsahan.

    8. Tahap-Tahap Penelitian

    a. Tahap Pendahuluan

    Pada tahap ini peneliti melakukan observasi pendahuluan

    untuk memperoleh gambaran umum serta permasalahan yang

    sedang dihadapi dalam proses pembinaan Agama Islam yang ada

    di Panti Sosial Bina Grahita(PSBG) "Ciungwanara" Bogor guna

    dijadikan rumusan permasalahan yang diteliti. Observasi tersebut

    berguna sebagai bahan acuan dalam pembuatan proposal skripsi

    dan pengajuan judul skripsi, untuk memperlancar pada waktu tahap

    pelaksanaan penelitan, maka peneliti mengurus surat ijin

    penelitian.

    b. Pengembangan desain

  • 18

    Setelah administrasi selesai, maka peneliti membuat

    rancangan/desain penelitian agar penelitian yang dilakukan lebih

    terarah. Selain itu peneliti juga membuat pertanyaan sebagai

    pedoman wawancara yang berkaitan dengan permasalahan yang

    akan diteliti dan dicari jawaban dan pemecahannya, sehingga data

    yang diperoleh lebih sistematis dan mendalam.

    c. Penelitian sebenarnya

    Peneliti mengkaji antara informasi yang terdapat dalam

    buku-buku mengenai strategi pembelajaran Pendididkan Agama

    Islam dengan data yang diperoleh di lapangan.

    I. SISTEMATIKA PENULISAN

    Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi kedalam beberapa bab

    dan masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai

    berikut:

    BAB I: Merupakan Pendahuluan yang menjelaskan : A. Latar

    Belakang Masalah, B. Rumusan Masalah, C. Tujuan Penelitian, D. Manfaat

    Penelitian, E. Penegasan Istilah, F. Metodologi Penelitian yang terdiri dari : 1.

    Jenis Penelitian, 2. Kehadiran Peneliti, 3. Lokasi Penelitian, 4. Sumber Data,

    5. Prosedur Pengumpulan Data, 6. Metode Analisis Data, 7. Pengecekan

    Keabsahan Data, 8. Tahap-tahap Penelitian dan H. Sistematika Penulisan.

    BAB II: Kajian Pustaka. Dalam bab ini dibahas tentang A. Strategi

    Pembelajaran yang meliputi: 1. Pengertian Strategi Pembelajaran, 2. Macam-

    macam Strategi Pembelajaran, 3. Bentuk-bentuk Strategi Pembelajaran pada

  • 19

    Anak Tunagrahita B. Pendidikan Agama Islam yang terdiri dari: 1.

    Pengertian Pendidikan Agama Islam, 2. Dasar-dasar Pendidikan Agama

    Islam, 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam, 4. Materi Pendidikan Agama

    Islam C. Tunagrahita yang terdiri dari: 1. Pengertian Tunagrahita, 2.

    Karakteristik dan Klasifikasi tunagrahita, 3. Faktor-faktor Penyebab

    Tunagrahita.

    BAB III : Hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum objek

    penelitian, terdiri dari: 1. Sejarah singkat berdirinya Panti Sosial Bina Grahita

    (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, 2. Visi, misi dan tujuan Panti Sosial Bina

    Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, 3. Sasaran program Panti Sosial Bina

    Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, 4. Keadaan pegawai dan kelayan

    Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, 5. Struktur

    Organisasi di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, 6.

    Deskripsi dan hasil penelitian.

    BAB IV: Pembahasan pokok permasalahan dari data hasil temuan-

    temuan mengenai 1) Penerapan strategi pembelajaran Pendidikan Aama Islam

    pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara"

    Bogor, 2) Penanaman nilai-nilai keislaman terhadap anak tunagrahita di Panti

    Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor. 3) Hasil pembelajaran

    guru Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina

    Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor.

    BAB V: Bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari

    penyusunan skripsi yang penulis susun. Dalam bab ini penulis

    mengemukakan kesimpulan dari seluruh penelitian, saran-saran ataupun

  • 20

    rekomendasi dalam rangka meningkatkan strategi pembelajaran Pendidikan

    Agama Islam khususnya di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara"

    Bogor.

  • 21

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Strategi Pembelajaran

    1. Pengertian Strategi Pembelajaran

    Dalam proses pelaksanaan suatu kegiatan baik yang bersifat

    operasional maupun non operasional harus disertai dengan perencanaan yang

    memiliki strategi yang baik dan sesuai dengan sasaran. Sedangkan peran

    strategi dalam mengembangkan jiwa keagamaan peserta didik ini sangat

    diperlukan.

    Secara umum, kata "Strategi" mengandung makna rencana yang

    cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Pengertian lain

    dari kata strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam

    mencapai sasaran yang telah ditentukan. Untuk memahami makna "strategi"

    atau "teknik" secara mantap, maka penjelasannya biasanya dikaitkan dengan

    istilah "pendekatan" atau "metode" (Tarigan, 1993:2 ).

    Istilah strategi sering digunakan dalam berbagai konteks pembelajaran,

    seperti yang diungkapkan oleh Nana Sudjana sebagai berikut: "strategi

    mengajar adalah taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses

    belajar mengajar agar dapat mempengaruhi peserta didik untuk mencapai

    tujuan pengajaran secara efektif dan efisien"(Rohani, 1991:33).

    Secara umum srategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar

    haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bila

    dengan belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola umum

    kegiatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk

  • 22

    mencapai tujuan yang telah ditentukan.

    Strategi digunakan sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru dalam

    mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar

    pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan diterapkan dengan baik.

    Sedangkan pembelajaran secara umum merupakan proses perubahan yakni

    perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi seseorang dengan

    lingkungannya. Secara lengkap pembelajaran merupakan suatu proses yang

    dilakukan individu untuk sebuah perubahan baru secara keseluruhan sebagai

    pengalaman diri sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ada

    pengertian lain mengenai pembelajaran diantaranya pembelajaran dan latihan.

    Keduanya memiliki keterkaitan yang erat meskipun tidak identik. Keduanya

    menjadikan perubahan perilaku aspek perilaku yang berubah karena latihan,

    adalah perubahan dalam bentuk skill atau keterampilan. Pembelajaran akan

    lebih berhasil ketika disertai dengan latihan (Surya, 2004:7-11).

    Guru atau pembimbing dalam hal ini memiliki peran yang utama

    dalam proses belajar mengajar, apalagi menghadapi siswa tunagrahita. Guru

    tidak hanya sebatas menyampaikan pengetahuan akan tetapi lebih sebagai

    perancang pengajaran, manajer pelajaran, pengevaluasi hasil balajar dan

    sebagai direktur belajar (Surya, 2004:55-56).

    Seiring dengan berjalannya waktu, dunia pendidikan semakin lama

    semakin berkembang dan bervariasi. Pendidikan sangat penting terutama

    bagi anak, masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh

    ketergantungan, yakni kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak-anak matang

    secara seksual, yakni kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk

  • 23

    pria. Selama periode ini (kira-kira 11 tahun bagi wanita dan 12 tahun bagi

    pria) terjadi sebuah perubahan secara signifikan, baik secara fisik maupun

    psikologis. Sejumlah ahli membagi masa anak-anak menjadi dua yaitu masa

    anak-anak awal yaitu pada umur 2 sampai 6 tahun dan masa anak-anak akhir

    yaitu umur 6 sampai saat anak matang secara seksual (Desmita, 2005:127).

    Ada beberapa teori belajar yang dapat dijadikan dasar pelaksanaan

    pendidikan diantaranya:

    a. Teori belajar Thorndike

    Thorndike memandang belajar sebagai suatu usaha memecahkan

    problem. Berdasarkan eksperimen yang dilakukannya ia memperoleh tiga

    buah hukum dalam belajar, yaitu:

    1) Law of effect, menyatakan bahwa tercapainya kegiatan yang memuaskan

    akan memperkuat hubungan antara stimulus (S) dan respon (R).

    Maksudnya, bila respon terhadap stimulus menimbulkan sesuatu yang

    memuaskan (mengenakkan misalnya), maka bila stimulus seperti itu

    muncul lagi subjek akan memberikan respons yang lebih tepat, cepat dan

    intens. Bila hubungan S-R tidak diikat oleh sesuatu yang memuaskan

    maka respons itu akan melemah atau bahkan tidak akan ada respons sama

    sekali. Secara umum law of effect berbunyi: sesuatu yang menimbulkan

    efek yang mengenakan akan cenderung diulangi dan sebaliknya.

    Hukum ini dapat bermanfaat di dalam proses belajar mengajar bila

    program pengajaran menghasilkan keuntungan pada murid. Kalau

    demikian maka hadiah dalam ukuran yang tepat serta hukuman yang

    wajar akan bermanfaat bagi keberhasilan pendidikan. Selain itu, hasil

  • 24

    belajar itu sendiri berfungsi sebagai hadiah (yang mengenakan) bagi

    murid.

    2) Law of exercise, menyatakan bahwa respons terhadap stimulus dapat

    diperkuat dengan seringnya respons itu dipergunakan. Hal ini

    menghasilkan implikasi bahwa praktek, khususnya pengulangan dalam

    pengajaran adalah penting dilakukan.

    3) Law of eadiness, mengajarkan bahwa dalam memberikan respons subjek

    harus siap dan disiapkan. Hukum ini menyangkut syarat kematangan

    dalam pengajaran, baik kematangan fisik maupun mental dan intelek.

    Stimulus tidak akan direspons, atau responsnya akan lemah saja, bila

    pelajar kurang atau belum siap.

    b. Teori belajar Clare L. Hull

    Hull menghasilkan teori umum tentang tingkah laku. Teori ini

    sesungguhnya tidak berbeda dengan law of effect dari Thorndike; "keadaaan

    yang memuaskan" diganti dengan "pengurangan dorongan". Dalam

    percobaannya, tikus dilaparkan agar ia mencari makan; setelah tikus

    memperoleh makanan maka berarti dorongannya (untuk makan) diturunkan.

    c. Teori belajar B.F. Skinner (1904)

    Skinner melakukan percobaannya pada burung merpati.

    Kesimpulannya ialah : binatang dapat belajar dan dapat "diajar".

    Sesungguhnya tidak ada perbedaan mendasar antara teori belajar dari Skinner

    dengan teori belajar dari Thorndike maupun dengan teori belajar dari Clare L.

    Hull. Konsep kunci dalam tiga teori dari tiga tokoh itu terletak pada

    pentingnya motivasi belajar; motivasi itu perlu untuk memperkuat hubungan

  • 25

    antara stimulus dan respons. Ringkasnya, teori belajar ketiga tokoh itu dapat

    disimpulkan sebagai berikut: belajar adalah suatu "mekanisme" stimulus dan

    respons. Yang berbeda adalah tehnik-tehnik yang mereka kembangkan untuk

    memperkuat hubungan S-R (Tafsir, 1992:29-30).

    Jadi, yang dimaksud dengan strategi pembelajaran dalam hal ini

    adalah rencana atau pola yang digunakan guru dalam pelaksanaan Pendidikan

    Agama Islam untuk perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi siswa

    dengan lingkungan baik lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.

    2. Macam-macam Strategi Pembelajaran

    Perlu disampaikan disini mengenai perbedaan strategi dan metode.

    Strategi yaitu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai

    sasaran, sedangkan metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan

    alat untuk mencapai suatu tujuan. Berikut ini beberapa metode yang dapat

    diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya:

    a. Metode Ceramah

    Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan

    menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah

    siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam hal ini biasanya

    guru memberikan uraian mengenai topik tertentu di tempat tertentu dan

    dengan alokasi tertentu pula.

    Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah, perhatian

    terpusat pada guru sedangkan para siswa hanya menerima secara pasif,

    mirip anak balita yang sedang disuapi. Dalam hal ini, timbul kesan siswa

  • 26

    hanya sebagai objek yang selalu menganggap benar apa-apa yang

    disampaikan guru. Padahal, posisi siswa selain sebagai penerima pelajaran,

    ia juga menjadi subjek pengajaran dalam arti individu yang berhak untuk

    aktif mencari dan memperoleh sendiri pengetahuan dan keterampilan yang

    dibutuhkan.

    Metode ini hanya cocok digunakan untuk menyampaikan informasi,

    kalau bahan itu cukup diingat sebentar, untuk memberi pengantar dan

    untuk menyampiakn materi yang berkenaan dengan pengertian-pengertian

    atau konsep-konsep.

    b. Metode Praktek

    Dimaksudkan supaya mendidik dengan memberikan materi

    pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seperti diperagakan,

    dengan harapan anak didik menjadi jelas dan mudah sekaligus dapat

    mempraktekkan materi yang dimaksud.

    c. Metode Keteladanan

    Keteladanan merupakan suatu metode yang paling meyakinkan

    keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak dalam

    moral, spiritual dan sosial. Penanaman nilai keagamaan dengan

    keteladanan dalam pendidikan dengan memberi contoh baik berupa

    tingkah laku, sifat, cara berfikir dan sebagainya

    (http://jawaposting.blogspot.com/2012/12/metode-pembelajaran-

    agama.html).

  • 27

    3. Bentuk-bentuk Strategi Pembelajaran Pada Anak Tunagrahita

    Selain metode, model juga merupakan bagian dari strategi

    pembelajaran. Secara umum ada berbagai model strategi pembelajaran yang

    digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran bagi anak-anak

    berkebutuhan khusus dalam hal ini adalah anak-anak tunagrahita yang

    memiliki kelemahan mental. Untuk itu perlu adanya cara khusus untuk

    memudahkan mereka dalam menerima pelajaran tersebut.

    Ada beberapa model strategi pembelajaran yang dapat digunakan

    dalam kegiatan pembelajaran bagi anak tunagrahita sebagai berikut:

    a. Model pembelajaran efektif, model ini sebagai dasar dalam pembelajaran

    anak hambatan mental, disamping menggunakan berbagai pendekatan

    didalam pembelajaran. Model pembelajaran ini dengan pengaturan

    berbagai pengkondisian pembelajaran supaya efektif yaitu pengkondisian

    sebelum mengajar, pengkondisian saat proses pembelajaran dan tindak

    lanjut setelah mengajar (Mumpuniarti, 2007:46).

    b. Model pembelajaran berbasis kompetensi dengan model gerak irama

    dalam pembelajaran. Model ini berdasar kurikulum berbasis kompetensi

    dengan model pengembangan lingkungan secara terpadu dengan berbagai

    prinsip-prinsip pembelajaran meliputi motivasi, konteks, keterarahan,

    hubungan sosial, belajar sambil bekerja, individualisasi, penemuan dan

    pemecahan masalah (Delphie, 2006:22-23).

    Gerak irama sebagai pendekatan didalam pembelajaran adalah

    berdasarkan tujuan utama yang menyatakan bahwa pola gerak dan irama

    memiliki kepentingan dalam mengembangkan potensi dan kemampuan

  • 28

    kognitif serta sosial peserta didik untuk mencapai kompetensi dirinya secara

    utuh. Guru memerlukan pendekatan untuk mengetahui keberadaan peserta

    didik selanjutnya pola gerak yang disusun disesuaikan dengan irama yang

    cocok bagi peserta didik. Suatu pola gerak yang bervariasi dapat

    meningkatkan potensi anak dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini berkaitan

    dengan pembentukan fisik, emosi dan sosialisasi dan daya nalar. Harus

    diketahui bahwa gerak dan irama merupakan salah satu faktor yang

    berpengaruh dalam keterampilam olah tubuh (Delphie, 2006:22-23).

    B. Pendidikan Agama Islam

    3. Pengertian Pendidikan Agama Islam

    Dari segi bahasa, kata " pendidikan " yang umum kita gunakan

    sekarang dalam bahasa Arabnya adalah " tarbiyah " dengan kata kerja

    "rabba". Kata " pengajaran " dalam bahasa Arabnya adalah " ta'lim " dengan

    kata kerja " 'allama ". Sedangkan Pendidikan Agama Islam dalam bahasa

    Arabnya adalah " Tarbiyah Islamiyah "(Darajat, 1992:25).

    Marimba ( 1962:15 dalam Ahmad Tafsir ) mendefinisikan pendidikan

    sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap

    perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

    kepribadian yang utama ( Tafsir, 1992:6).

    Mengenai agama, perlu dijelaskan lebih dahulu. Agama adalah "the

    problem of ultimate concern" : masalah yang mengenai kepentingan mutlak

    setiap orang (Daud, 1998:39). Oleh karena itu menurut Paul Tillich, setiap

    orang yang beragama selalu berada dalam keadaan involved (terlibat) dengan

  • 29

    agama yang dianutnya. Memang, kata Profesor Rasjidi, manusia yang

    beragama itu aneh. Ia melibatkan diri dengan agama yang dipeluknya dan

    mengikatkan dirinya kepada Tuhan. Tetapi bersamaan dengan itu ia merasa

    bebas menjalankan sesuatu menurut keyakinannya.

    Karena agama mengenai kepentingan mutlak setiap orang dan setiap

    orang beragama terlibat dengan agama yeng dipeluknya, maka tidaklah

    mudah membuat sebuah definisi yang mencakup semua agama. Kesulitannya

    adalah karena setiap orang beragama cenderung memahami agama menurut

    ajaran agamanya sendiri. Hal ini ditambah fakta bahwa agama di dunia ini

    amat beragam. Jadi dapat disimpulkan bahwa agama adalah kepercayaan

    kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia

    melalui upacara, penyembahan dan permohonan, dan membentuk sikap hidup

    manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu. Selain terdapat

    persamaan, antara agama yang beragam itu juga terdapat perbedaan-

    perbedaan, seperti yang telah disebutkan diatas. Dalam menghadapi

    perbedaan tersebut masyarakat hendaknya bersikap setuju atau hidup bersama

    dalam perbedaan.

    Islam sendiri berarti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan ,

    penyerahan diri, ketaatan dan kepatuhan (Daud, 1998:49). Intinya adalah

    berserah diri, tunduk, patuh dan taat dengan sepenuh hati dengan kehendak

    Illahi. Kehendak Illahi yang wajib ditaati dengan sepenuh hati oleh manusia

    itu manfaatnya untuk kemaslahatan atau kebaikan manusia kepada Allah,

    sesama manusia dan manusia kepada lingkungan hidupnya. Kehendak Allah

    telah disampaikan oleh malaikat Jibril (terakhir) kepada Nabi Muhammad

  • 30

    sebagai RasulNya berupa wahyu yang kini dapat dibaca dan dikaji

    selengkapnya dalan Al-Qur'an.

    Islam sebagai agama wahyu yang memberikan bimbingan kepada

    manusia mengenai semua aspek kehidupan, diantaranya dapat diibaratkan

    seperti jalan raya yang lurus dan mendaki, memberi peluang kepada manusia

    yang melaluinya sampai ke tempat yang dituju, tempat tertinggi dan mulia.

    Jalan raya itu panjang dan lebar, kiri kanannya berpagar Al-Qur'an dan Al-

    Hadis. Pada jalan itu juga terdapat rambu-rambu, tanda-tanda serta jalur-jalur

    sebanyak aspek kehidupan manusia. Siapa saja yang memasuki gerbang jalan

    raya itu baik karena keturunan maupun karena mengucapkan dua kalimat

    syahadat, wajib memperhatikan rambu-rambu, tanda-tanda dan berjalan

    melalui jalur-jalur yang telah ada. Selama pemikiran, sikap dan perbuatan

    seorang muslim masih berada di dalam batas kedua pagar tersebut (Al-Qur'an

    dan Al-Hadis), dalam pengertian tidak keluar dan tidak bertentangan dengan

    wahyu yang terdapat dalam istilah pagar di atas, selama itu pula pemikiran,

    sikap dan perbuatan mereka dapat disebut sebagai Islami.

    Pendidikan yang diselenggarakan oleh umat manusia selalu

    disandarkan pada pandangan hidup atau falsafah yang dianut oleh

    masyarakat yang bersangkutan, karena setiap masyarakat menpunyai falsafah

    atau pandangan hidup sendiri. Falsafah Pendidikan Agama Islan adalah

    pandangan manusia muslim berdasarkan ajaran agama, tentang proses

    pemindahan nilai atau norma serta usaha pengembangan potensi, bakat dan

    kemampuan manusia agar dapat menentukan status, tugas dan fungsinya di

    dunia ini dan menjalankan hidupnya menuju ke akherat kelak. Dan bertolak

  • 31

    dari pandangan ini, yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah

    proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan yang

    beriman dan bertaqwa kepada Allah agar manusia menyadari kedudukan,

    tugas dan fungsinya di dunia ini sebagai khalifahNya di bumi, dengan selalu

    taqwa dalam makna memelihara hubungannya dengan Allah, diri sendiri,

    masyarakat dan lingkungan sekitar. Seperti yang terdapat dalam firman Allah

    surat Adz-Zariyat: 51

    Artinya :

    "Dan janganlah kamu mengadakan Tuhan yang lain disamping Allah.

    Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah

    untukmu" (Adz-Dzariyat (51):51).

    Dalam firman Allah yang lain:

    Artinya:

    " Ingatlah kepada Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya

    Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimka bumi". Mereka berkata:

    "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini orang yang

    akan membuat keruskan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami

    senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"

    Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu

    ketahui" (Al-Baqarah (2): 30).

    Pendidikan Agama Islam disini termasuk didalam salah satu

    bimbingan yang diajarkan pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita

    (PSBG) "Ciungwanara" Bogor. Yang didalamnya berisi tentang materi-materi

  • 32

    Agama Islam. Dengan diajarkannya Pendidikan Agama Islam nantinya dapat

    membantu anak-anak tunagrahita dalam lingkungan sosialnya. Seperti kita

    ketahui bahwa tidak hanya di sekolah-sekolah umum dan agama saja mata

    pelajaran agama Islam diajarkan tapi di Panti atau sekolah bagi mereka yang

    memiliki keterbatasan mental juga diajarkan. Hal tersebut guna membantu

    perkembangan kepribadian mereka.

    Bagaimanapun juga anak-anak yang mengalami kekurangan berhak

    mendapat pendidikan sebagaimana anak-anak normal lainnya. Dalam

    Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 juga

    dijelaskan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk

    memperoleh pendidikan yang bermutu. Bagi warga negara yang memiliki

    kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak

    memperoleh pendidikan khusus (UU No. 20, 2003:13).

    2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

    Dalam Pendidikan Agama Islam ada beberapa hal yang dijadikan

    sebagai dasar dalam pelaksanaanya yakni:

    a. Dasar Yuridis atau Hukum

    1) Dari segi yuridis yang mendasari adalah dasar falsafah negara

    Indonesia yakni Pancasila, yang terdapat pada sila ke satu yang

    berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa".

    2) Dasar konstitusionalnya yaitu UUD 1945 dalam Bab XI pada pasal 29

    ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

    a) Negara Berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

    b) Negara Menjamin Kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

  • 33

    memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama

    dan kepercayaannya itu (UU No.20, 2003:12).

    b. Dasar Religius

    Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling

    sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Karena manusia

    mempunyai akal yang dapat digunakan untuk berpikir. Dasar religius yang

    menjelaskan tentang menuntut ilmu umum maupun agama adalah sebagai

    berikut:

    1) Dalam QS. Al-Mujaddilah: 11

    Artinya :

    " Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:

    "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah, niscaya Allah

    akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah

    kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang

    yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

    pemgetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang

    kamu kerjakan " (QS. Al-Mujaddilah (58):11).

    2) Dalam QS. At Taubah: 122

  • 34

    Artinya:

    Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa

    orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan

    untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah

    kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. "

    (QS. At Taubah (9): 122).

    3) Hadis Rasulullah :

    Dalam hadis Nabi dijelaskan:

    Artinya:

    " Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim..." (Majjah: 1991).

    Agama bagi kehidupan manusia adalah merupakan undang-undang

    dasar dan pedoman hidup (way of life). Maka dari itu terang bahwa agama

    sangat berfaedah bagi manusia, terutama bagi pemeluk-pemeluknya sebab

    agama adalah:

    1) Dapat mendidik jiwa manusia menjadi tenteram, sabar, tawakal dan

    sebagainya. Lebih-lebih ketika dia ditimpa kesusahan dan kesulitan.

    2) Dan Dapat memberi modal kepada manusia utuk menjadi manusia yang

    berjiwa besar, kuat dan tidak mudah ditundukkan oleh siapapun.

    3) Dapat mendidik manusia berani menegakkan kebenaran dan takut untuk

    melakukan kesalahan.

    4) Dapat memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwa mereka tumbuh

    sifat-sifat utama seperti rendah hati, sopan santun, hormat menghormati

    dan sebagainya. Agama melarang orang untuk bersifat sombong, congkak,

    riya dan sebagainya (Ahmadi, 1991: 11).

  • 35

    Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor merupakan

    salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang rehabilitasi sosial orang

    dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita yang ada di Bogor. Tentunya

    dalam sebuah lembaga pendidikan seperti PSBG memiliki materi yang

    yetangkum dalam sebuah program bimbingan rehabilitasi yang diajarkan

    kepada siswanya. Salah satunya adalan Pendidikan Agama Islam. Sebagian

    besar siswa di PSBG beragama Islam dan berasal dari Jabodetabek.

    c. Dasar Psikologi

    Umumnya para ahli psikologi pendidikan khususnya menyetujui

    adanya hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan itu sangat erat,

    tak mungkin dipisahkan. Memori seseorang yang biasa diartikan ingatan

    sesungguhnya adalah fungsi mental yang dapat menangkap informasi dan

    stimulus artinya sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan adalah

    terdapat pada otak manusia. Oleh karena itu pendidikan biasa terkait

    dengan belajar. Bagaimana seseorang memperoleh sebuah ilmu kemudian

    diaplikasikan untuk pengembangan dirinya (Muhibin, 2004:96).

    Usaha pembinaan mental melalui Pendidikan Agama Islam adalah

    suatu cara yang efektif dalam membentuk kepribadian remaja, segala

    kegiatan remaja yang sesuai dengan ajaran Islam sehingga terwujud

    perilaku yang baik. Pada dasarnya tujuan pembinaan mental remaja

    melalui Pendidikan Agama Islam adalah peningkatan diri remaja, yaitu

    berusaha membina akhlak, mengembangkan akal, serta mengadakan

    perilaku-perilaku yang baik pada pribadi remaja sehingga memiliki

    kepribadian yang sesuai dengan ajaran agama Islam dan dalam

  • 36

    menjalankan agamapun mereka mempunyai kepribadian yang mantap.

    3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

    Tujuan Pendidikan Agama Islam identik dengan tujuan agama Islam,

    karena tujuan agama adalah agar manusia memiliki keyakinan yang kuat dan

    dapat dijadikan sebagai pedoman hidupnya yaitu untuk menumbuhkan pola

    kepribadian yang bulat dan melalui berbagai proses usaha yang dilakukan.

    Dengan demikian tujuan Pendidikan Agama Islam adalah suatu harapan yang

    diinginkan oleh pendidik Islam itu sendiri.

    Zakiah Daradjad dalam Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam

    mendefinisikan tujuan Pendidikan Agama Islam sebagai berikut :

    Tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu membina manusia beragama berarti

    manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik

    dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh

    kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia dan

    akhirat. Yang dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif.

    Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan

    Agama Islam adalah sebagai usaha untuk mengarahkan dan membimbing

    manusia, dalam hal ini peserta didik agar mereka mampu menjadi manusia

    atau mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu kepada Rubbubiyah

    Allah sehingga mewujudkan manusia yang :

    a. Berjiwa Tauhid

    Tujuan pendidikan Islam yang pertama ini harus ditanamkan pada

    peserta didik,sesuai dengan firman Allah:

  • 37

    "Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia

    memberikan pelajaran kepadanya,Hai Anakku janganlah kamu

    mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah itu

    adalah benar-benar kezhaliman yang besar" (QS.Luqman (31):13).

    Manusia yang mengenyam pedidikan seperti ini sangat yakin

    bahwa ilmu yang ia miliki adalah bersumber dari Allah, dengan

    demikian ia tetap rendah hati dan semakin yakin akan bebesaran Allah.

    b. Takwa Kepada Allah SWT

    Mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada Allah merupakan

    tujuan pendidikan Islam, sebab walaupun ia genius dan gelar

    akademiknya sangat banyak, tapi kalau tidak bertaqwa kepada Allah

    maka ia dianggap belum atau tidak berhasil. Hanya dengan ketaqwaan

    kepada Allah saja akan terpenuhi keseimbangan dan kesempurnaan

    dalam hidup ini. Allah berfirman:

    "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah

    adalah orang paling Taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

    Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS.Al-Hujurat (49):13).

  • 38

    c. Rajin Beribadah dan Beramal Saleh

    Tujuan pendidikan Islam juga adalah agar peserta didik lebih

    rajin dalam beribadah dan beramal saleh, apapun aktivitas dalam hidup

    ini haruslah didasarkan untuk beribadah kepada Allah, karena itulah

    tujuan Allah menciptakan manusia di muka bumi ini. Firman Allah :

    "Dan aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya

    beribadah kepadaKu(QS.Adz-Dzariyaat (51):56).

    Termasuk dalam pengertian beribadah tersebut adalah beramal

    shalih (berbuat baik) kepada sesama manusia dan semua mahkluk yang

    ada di alam ini, karena dengan demikian akan terwujud keharmonisan

    dan kesempurnaan hidup.

    d. Ulil Albab

    Tujuan pendidikan Islam berikutnya adalah mewujudkan Ulil

    albab yaitu orang-orang yang dapat memikirkan dan meneliti keagungan

    Allah melalui ayat-ayat qauliyah yang terdapat di dalam kitab suci Al-

    Qur'an dan Ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan Allah) yang

    terdapat di alam semesta, mereka ilmuan dan intelektual, tetapi mereka

    juga rajin berzikir dan beribadah kepada Allah SWT. Firman Allah:

  • 39

    Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang

    yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil

    berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka

    memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya

    Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha

    Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (QS.Ali Imran (3):190-191).

    e. Berakhlakul Karimah

    Pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mencetak

    manusia yang memiliki kecerdasan saja, tapi juga berusaha mencetak

    manusia yang berahklak mulia. Ia tidak akan menepuk dada atau bersifat

    arogan (congkak) dengan ilmu yang dimilikinya, sebab ia sangat

    menyadari bahwa ia tidak pantas bagi dirinya untuk sombong bila

    dibandingkan ilmu yang dimiliki Allah, malah ilmu yang ia miliki pun

    serta yang membuat ia sampai pandai adalah berasal dari Allah. Apabila

    Allah berkehendak Dia bisa mengambil ilmu dan kecerdasan yang

    dimiliki mahkluknya (termasuk Manusia) dalam waktu seketika. Allah

    mengajarkan manusia untuk bersifat rendah hati dan berakhlak mulia.

    Sebagaimana dalam firman Allah:

  • 40

    Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.

    Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi

    membanggakandiri(QS.Luqman(31):18). (Http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/04/28/dasar-dan-tujuan-

    pendidikan-Islam).

    4. Materi Pendidikan Agama Islam

    a. Wudhu

    Wudhu menurut Syari'at Islam artinya menggunakan air untuk

    anggota badan yang tertentu dimulai dengan niat. Wudu dapat juga

    diartikan menyengaja membasuh anggota badan tertentu yang telah

    disyariatkan untuk melaksanakan suatu perbuatan yang membutuhkannya,

    seperti shalat dan thawaf (Supiana, 2009:4).

    Dalil wajibnya wudhu didasarkan pada Al-Qur'an QS. Al-Maidah:6

    Artinya:

    "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan

    shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu hingga siku, dan

    sapulah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai dengan kedua mata

    kaki" (QS. Al-Maidah(5):6).

    1) Syarat-syarat Wudhu:

    a) Islam

    b) Tamyiz (memasuki usia dewasa)

    c) Dengan air suci lagi mensucikan (mutlak)

    d) Mengerti cara berwudhu

    e) Air harus mengalir pada anggota tubuh yang harus dibasuh

  • 41

    f) Tidak ada sesuatu yang menghalangi air ke anggota wudhu,

    seperti cat, getah, lilin dan sebagainya

    g) Masuk waktu shalat

    2) Fardhu Wudhu

    a) Niat, niat hanya dilakukan di dalam hati, bersamaan dengan

    membasuh muka. Kewajiban niat didasarkan pada hadis Nabi SAW:

    Artinya:

    "Sesungguhnya, segala perbuatan hanya sah dengan niat".

    Hadis tersebut di atas menunjukkan bahwa setiap ibadah

    hanya sah bila disertai dengan niat. Karena wudhu termasuk ibadah,

    maka ia tidak sah tanpa niat.

    b) Membasuh muka (bersamaan dengan niat), dimulai dari

    pertumbuhan rambut kepala hingga bwah dagu, dan dari telinga

    kanan hingga telinga kiri.

    c) Membasuh kedua belah tangan sampai dengan siku-siku.

    d) Mengusap sebagian kepala.

    e) Membasuh kedua belah kaki sampai dengan mata kaki.

    f) Tertib atau mendahulukan mana yang harus dahulu dan

    mengakhirkan mana yang harus diakhirkan.

    3) Sunnat-sunnat Wudhu

    a) Membaca Basmallah pada permulaan wudhu.

    b) Mencuci kedua telapak tangan sebelum dimasukkan ke dalam

    wadah air.

    c) Berkumur dan menghirup air dengan hidung.

  • 42

    d) Menyapu seluruh kepala dengan air.

    e) Mengusap kedua telinga luar dalam dengan air yang baru.

    f) Menyela-nyela (mengusap sela-sela) rambut janggut yang tebal.

    g) Mendahulukan anggota yang kanan atas yang kiri.

    h) Meniga kalikan penyucian atau usapan setiap bagian anggota-

    anggota wudhu.

    i) Muwalah, yakni melakukan perbuatan wudhu itu secara beruntun

    atau bersambung tanpa berhenti.

    j) Membaca do'a setelah wudhu.

    4) Batal Wudhu

    Hal-hal yang membatalkan wudhu yaitu:

    a) Segala sesuatu yang keluar dari kedua kemaluan (kubul atau

    dubur), kecuali mani

    b) Tidur tidak dalam keadaan duduk.

    c) Hilangnya akal sebab gila, pingsan atau mabuk.

    d) Tersentuhnya kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan

    muhrimnya dengan tidak memakai tutup.

    e) Menyentuh kemaluan (kubul atau dubur) dengan telapak tangan

    meskipun kemaluan sendiri.

    f) Menyentuh lubang dubur manusia.

  • 43

    b. Shalat

    Kata shalat, secara etimologis berarti do'a. Sedangkan secara

    terminologis artinya seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan

    dengan beberapa syarat tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri

    dengan salam (Supiana, 2009:23). Dasar-dasar shalat tertera dalam Al-

    Qur'an surat Al-Bayyinah:5

    Artinya:

    "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah

    dengan memurnikan keta'atan kepadaNya dalam mengerjakan agama

    dengan lurus dan supaya mereka mengerjakan shalat dan menunaikan

    zakat dan demikian itulah agama yang lurus" (QS. Al-

    Bayyinah(98):5).

    Firman Allah yang lain:

    "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu

    orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya" (Al-

    Mu'minun(23):1-2).

    Orang tualah yang wajib menyuruh anaknya mengerjakan shalat

    sejak umur tujuh tahun, dan wajib meningkatkan perintahnya mulai umur

    sepuluh tahun, bahkan wajib memukulnya jika tidak mau mengerjakan

    shalat, dengan maksud agar setelah dewasa anak tetap rajin

    mengerjakannya.

  • 44

    1) Syarat-syarat Shalat

    Syarat-syarat shalat sebelum seseorang mengerjakannya adalah sebagai

    berikut:

    a) Mensucikan seluruh anggota tubuh dari hadats besar, kecil dan najis.

    b) Menutup aurat dengan pakaian yang bersih dan suci.

    c) Berdiri atau berada di tempat yang suci.

    d) Mengetahui masuknya shalat.

    e) Menghadap kiblat.

    2) Rukun Shalat

    a) Niat.

    b) Berdiri bagi yang mampu.

    c) Membaca takbiratul-ihram.

    d) Membaca Fatihah pada tiap-tiap rakaat sedang Basmallah termasuk

    ayat surah tersebut.

    e) Ruku'.

    f) Tuma'ninah (tenang) di dalam ruku'.

    g) I'tidal (berdiri tegak setelah ruku').

    h) Tuma'ninah di dalam i'tidal.

    i) Sujud dua kali tiap satu rakaat.

    j) Tuma'ninah di dalam sujud.

    k) Duduk diantara dua sujud.

    l) Tuma'ninah di dalam duduk diantara dua sujud.

    m) Duduk tasyahhud akhir.

    n) Membaca tasyahhud di dalam duduk tasyahhud akhir.

  • 45

    o) Membaca shalawat Nabi di dalam membaca tasyahhud akhir.

    p) Membaca salam yang pertama.

    q) Niat keluar dari shalat.

    r) Tertib rukun menurut urutan

    3) Yang membatalkan Shalat

    Hal-hal yang membatalkan shalat yaitu:

    a) Berkata dengan sengaja.

    b) Bergerak atau mengerjakan sesuatu yang banyak yang bukan

    pekerjaan shalat.

    c) Berhadats meskipun tidak disengaja.

    d) Terkena najis yang tidak dimaafkan.

    e) Terbuka auratnya, kecuali terbuka oleh angin dan segera ditutup.

    f) Mengubah niat, misalnya ingin memutuskan shalatnya.

    g) Membelakangi kiblat.

    h) Makan, meskipun sedikit dari sisa-sisa makanan dimulut.

    i) Minum, meskipun berupa ludah yang bercampur dengan sisa

    makanan.

    j) Tertawa berbahak-bahak.

    k) Murtad atau keluar dari Islam.

    c. Akidah

    Yang dimaksud akidah dalam bahasa Arab, menurut etimologis

    adalah ikatan, sangkutan (Supiana, 2009:199). Disebut ikatan atau

    sangkutan karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan

  • 46

    segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau

    keyakinan. Akidah Islam ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas

    seluruh ajaran Islam. Akidah Islam berawal dari keyakinan kepada Zat

    Mutlak Yang Maha Esa yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat,

    sifat dan wujudNya, kemahaesaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan dan

    wujudNyaitu disebut tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman dan prima

    causa (asal yang pertama dan asal dari segala-galanya) seluruh keyakinan

    Islam. Pokok-pokok keyakinan yang terangkum dalam istilah Rukun

    Iman ada enam yaitu (a) keyakinan kepada Allah SWT, (b) keyakinan

    pada Malaikat-malaikat, (c) keyakinan pada Kitab-kitab suci, (d)

    keyakinan pada para Nabi dan Rasul Allah, (e) keyakinan akan adanya

    Hari Akhir, dan (f) keyakinan pada Qada' dan Qadar Allah. Pokok-pokok

    keyakinan atau Rukun Iman ini merupakan akidah Islam.

    d. Akhlak

    Akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaq, bentuk jamak dari kata

    khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis (bersangkutan dengan

    cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal usul kata serta perubahan-

    perubahan dalam bentuk dan makna) antara lain berarti budi pekerti,

    perangai dan tingkah laku (Supiana, 2009:346). Dalam kepustakaan

    akhlak diartikan sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku atau tingkah

    laku) baik ataupun buruk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budi

    pekerti adalah tingkah laku, perangai, akhlak. Budi pekerti mengandung

    makna perilaku yang baik, bijaksana dan manusiawi. Baik budi pekerti

  • 47

    maupun akhlak mempunyai makna yang sama, tergantung pada

    pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang positif, negatif,

    baik atau buruk. Yang menentukan suatu perbuatan itu baik atau buruk

    adalah nilai dan norma agama, juga kebiasaan atau adat istiadat. Akhlak

    terbagi menjadi dua yaitu akhlak terhadap Allah atau Khalik (Pencipta)

    dan akhlak terhadap sesama makhluk (semua ciptaan Allah).

    1) Akhlak terhadap Allah (Khalik)

    Akhlak terhadap Allah diantaranya adalah:

    a) Mencintai Alah melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga

    dengan mempergunakan firmanNya dalam Al-Qur'an sebagai

    pedoman hidup dan kehidupan.

    b) Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya.

    c) Mengarapkan dan berusaha memperoleh keridhoan Allah.

    d) Mensyukuri nikmat dam karunia Allah.

    e) Menerima dengan ikhlas semua takdir Allah setelah berikhtiar .

    f) Memohon ampunan hanya kepada Allah.

    g) Bertaubat hanya kepada Allah.

    h) Tawakal atau berserah diri kepoada Allah.

    2) Akhlak terhadap Makhluk

    a) Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad), antara lain:

    mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua

    sunnahnya, menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan dalam

    hidup, dan menjalankan apa yang disuruhnya dan tidak

    melakukan segala yang menjadi larangannya.

  • 48

    b) Akhlak terhadap orang tua, antara lain: mencintai mereka

    melebihi kerabat yang lainnya, merendahkan diri kepada

    keduanya diiringi perasaan kasih sayang, berkomunikasi dengan

    khidmat dan kata-kata yang lembut, berbuat baik dengan sebaik-

    baiknya, mendo'akan keselamatan dan keampunan bagi mereka

    walaupun seorang atau kedua-duanya telah meninggal.

    c) Akhlak terhadap diri sendiri, antara lain: memelihara kesucian

    diri, menutup aurat, jujur dalam perbuatan dan perkataan, ikhlas,

    sabar, rendah hati, malu melakukan perbuatan jahat, menjauhi

    dengki, menjauhi dendam, berlaku adil terhadap diri sendiri dan

    orang lain, dan menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia.

    d) Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat, antara lain: saling

    membina rasa cinta dan kasih sayang terhadap keluarga, saling

    menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, berbakti kepada

    ibu bapak, mendidik anak-anak dengan kasih sayang,

    memelihara hubungan silaturahmi.

    e) Akhlak terhadap masyarakat, antara lain: memuliakan tamu,

    menghormati nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, saling

    tolong menolong dalam kebajikan, bermusyawarah dalam segala

    urusan mengenai kepentingan bersama.

    f) Akhlak terhadap bukan manusia atau lingkungan hidup, antara

    lain: sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup,

    menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati,

    sayang pada sesma makhluk.

  • 49

    C. Tunagrahita

    1. Pengertian Tunagrahita

    Tunagrahita merupakan asal dari kata tuna yang berarti "merugi"

    sedangkan grahita yang berarti "pikiran". Tunagrahita merupakan kata lain

    dari Retardasi Mental (Mental Retardation) yang artinya terbelakang mental.

    Tunagrahita juga memiliki istilah sebagai berikut:

    a. Lemah pikiran (feeble minded)

    b. Terbelakang mental (Mentally Retarded)

    c. Bodoh atau dungu (idiot)

    d. Cacat mental

    e. Mental Subnormal, dll

    Anak tunagrahita adalah individu yang secara signifikan memiliki

    intelegensi dibawah intelegensi normal. Menurut American Asociation on

    Mental Deficiency mendefinisikan Tunagrahita sebagai suatu kelainan yang

    fungsi intelektual umumnya dibawah rata-rata yaitu IQ 84 ke bawah.

    Biasanya anak-anak Tunagrahita akan mengalami kesulitan dalam "Adaptive

    Behavior" atau penyesuaian perilaku. Hal ini berarti anak Tunagrahita tidak

    dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standar)

    kemandirian dan tanggung jawab sosial anak normal lainnya dan juga akan

    mengalami masalah dalam keterampilan akademik dan berkomunikasi dengan

    kelompok usia sebaya. Anak yang sulit berkomunikasi itu tidak selamanya itu

    anak tunagrahita. Bisa jadi anak yang bergejala demikian tergolong autisme.

    Antara autisme dan Tunagrahita terdapat perbedaan mendasar sehingga

    perlakuan yang diberikan pun harus berbeda.

  • 50

    Menurut Mudjito, autisme adalah anak yang mengalami gangguan

    berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami gangguan sensoris,

    pola bermain dan emosi. Penyebabnya karena antar jaringan dan fungsi otak

    tidak sinkron. Ada yang maju pesat sedangkan yang lainnya biasa-biasa saja.

    Survei menunjukkan anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi

    menengah ke atas. Ketika dikandung, asupan gizi ke ibunya tidak seimbang.

    Adapun Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan

    keterbelakangan mental, jauh dibawah rata-rata. Gejalanya tak hanya sulit

    berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan tugas akademik. Ini karena

    perkembangan otak dan fungsi syarafnya tidak sempurna. Anak-anak seperti

    ini lahir dari ibu-ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika di kandung,

    asupan gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi.

    Anak Tunagrahita memiliki fungsi intelekual tidak statis. Kelompok

    tertentu, termasuk beberapa dari down syndrome, memiliki kelainan fisik

    dibanding teman-teman lainnya. Dari kebanyakan kasus anak tunagrahita

    terdeteksi setelah masuk sekolah. Tes IQ mungkin dapat dijadikan indikator

    dari kemampuan mental seseorang. Kemampuan adaptif seseorang tidak

    selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Latihan, pengalaman, motivasi, dan

    lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya pada kemampuan adaptif

    seseorang.

    Anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang bersifat

    abstrak. Yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau

    terbelakang atau tidak berhasil bukan sehari dua hari atau sebulan dua bulan,

    tetapi untuk selama-lamanya dan bukan dalam satu dua hal tetapi hampir

  • 51

    segala-galanya. Lebih-lebih dalam pelajaran seperti mengarang,

    menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbol-simbol berhitung, dan dalam

    semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang atau

    terhambat dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya (www. Google.com).

    Penyandang tunagrahita atau cacat grahita adalah mereka yang

    mempunyai kemampuan intelektual atau IQ dan keterampilan penyesuaian

    dibawah rata-rata. Sama seperti yang telah dijelaskan diatas bahwasanya

    tunagrahita adalah sebutan bagi anak yang memiliki kondisi dimana ia berada

    pada kemampuan dibawah rata-rata. Tidak seperti anak-anak pada umumnya

    yang lahir normal dan memiliki kecerdasan baik. Ketunaan ini

    dikelompokkan menjadi beberapa golongan yakni golongan ringan atau

    mampu didik, golongan sedang atau mampu latih dan golongan cacat grahita

    berat. Cacat grahita ini umumnya ganda, bercampur dengan kecacatan yang

    lain. Kelainan ini akan terlihat jelas setelah anak memasuki taman kanak-

    kanak, atau setelah masuk sekolah. Karena di tempat barunya itu anak

    dituntut untuk unjuk kerja akademik (Nur'aeni, 1997:105-106).

    Dalam istilah lain, tunagrahita juga disebut penyandang hambatan

    mental. Istilah hambatan mental (mentally handicap) telah banyak disebut

    dengan istilah tunagrahita. Hambatan mental dipakai dalam istilah tersebut

    oleh Oliver & Williams (2006): anak yang dipandang hambatan mental

    adalah yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus dan kekhususan itu

    dipandang jika memerlukan penanganan secara kontekstual terkait dengan

    kesulitan individu dan sosial.

  • 52

    Ada beberapa pendekatan pembelajaran bagi hambatan mental atau

    tunagrahita dan ini diperlukan beberapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut

    berdasarkan karakteristik penyandang tunagrahita tersebut. Adapu prinsip-

    prinsip khusus yang perlu diperhatikan antara lain prinsip pendidikan berbasis

    kebutuhan individu, analisis penerapan tingkah laku, prinsip relevan dengan

    kehidupan sehari-hari, dan keterampilan yang fungsional di keluarga dan

    masyarakat dan prinsip berinteraksi maknawi secara terus menerus dengan

    keluarga (Mumpuniarti, 2007:53-55).

    Diharapkan dengan strategi pembelajaran yang baik, nantinya akan

    mempermudah guru dan orang tua dalam membimbing anak-anak yang

    mengalami tunagrahita atau keterbelakangan mental untuk mengerjakan ilmu

    tentang Pendidikan Agama Islam yang diharapkan nantinya akan menjadikan

    anak tersebut menjadi lebih baik dan terarah kehidupannya.

    2. Karakteristik dan Klasifikasi Tunagrahita

    Ada beberapa klasifikasi tunagrahita yang dapat dilihat berdasarkan

    medis-biologis, sosial psikologis dan klasifikasi untuk keperluan

    pembelajaran.

    a. Klasifikasi medis-biologis

    Medis memandang tunagrahita sebagai akibat dari penyakit atau

    kondisi biologis yang tidak sempurna. Hal ini didasarkan pada faktor

    penyebabnya. Adapun beberapa penyakit yang dapat menyebabkan

    tunagrahita seperti karena infeksi, akibat rudapaksa, atau sebab fisik lain,

    akibat metabolisme, pertumbuhan atau gizi, akibat penyakit otak yang

  • 53

    nyata, akibat penyakit atau pengaruh prenatal yang tidak diketahui, akibat

    kelainan kromosom, gangguan waktu kehamilan, pengaruh-pengaruh

    lingkungan dan akibat-akibat kondisi lainnya.

    b. Klasifikasi sosial-Psikologis

    Menurut sosial-psikologis ada dua kriteria seseorang dapat dikatakan

    sebagai tunagrahita, dapat dilihat dari kriteria psikometrik dan kriteria

    perilaku adaptif yakni seorang individu harus memperlihatkan adanya

    penyimpangan-penyimpangan baik dalam fungsi intelektual maupun

    perilaku adaptif yang terukur. Biasanya ada alat yang digunakan untuk

    mengukur taraf ketunagrahitaan seseorang yakni dengan menggunakan

    skala kematangan sosial vineland (Muldjono: 24-26).

    Klasifikasi menurut pandangan sosiologis memandang seseorang yang

    memiliki keterbatasan mental