STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN
POST OPERASI APENDEKTOMI ATAS INDIKASI
APPENDISITIS DI RUANG KANTIL
RSUD KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
NANIK KURNIAWATI
NIM. P.09034
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN
POST OPERASI APENDEKTOMI ATAS INDIKASI
APPENDISITIS DI RUANG KANTIL
RSUD KARANGANYAR
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
NANIK KURNIAWATI
NIM. P.09034
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nanik Kurniawati
NIM : P. 09034
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT
PADA NY. S DENGAN POST OPERASI
APENDEKTOMI ATAS INDIKASI
APPENDISITIS DI RUANG KANTIL RSUD
KARANGANYAR
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 9 Mei 2012
Yang membuat Pernyataan
Nanik Kurniawati
NIM. P. 09034
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:
Nama : Nanik Kurniawati
NIM : P. 09034
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT
PADA NY. S DENGAN POST OPERASI
APENDEKTOMI ATAS INDIKASI
APPENDISITIS DI RUANG KANTIL RSUD
KARANGANYAR
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan : Surakarta
Hari / Tanggal : Kamis / 26 April 2012
Pembimbing : Joko Kismanto, S.Kep., Ns (…………………….)
NIK. 200670020
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:
Nama : Nanik Kurniawati
NIM : P. 09034
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT
PADA NY. S DENGAN POST OPERASI
APENDEKTOMI ATAS INDIKASI
APPENDISITIS DI RUANG KANTIL RSUD
KARANGANYAR
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan : Surakarta
Hari / Tanggal : Rabu / 9 Mei 2012
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Joko Kismanto, S.Kep., Ns (…………………….)
NIK. 200670020
Penguji II : Erlina Windyastuti, S.Kep,. Ns (…………………….)
NIK. 201187065
Penguji III : Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep,. Ns (…………………….)
NIK. 201185071
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep., Ns.
NIK. 201084050
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA
NY. S DENGAN POST OPERASI APENDEKTOMI ATAS INDIKASI
APPENDISITIS DI RUANG KANTIL RSUD KARANGANYAR”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Setiyawan, S. Kep., Ns, selaku Ketua Program Studi DIII keperawatan
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Erlina Windyastuti, S. Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi
DIII keperawatan dan sekaligus sebagai penguji yang telah memberikan
motivasi dan semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Joko Kismanto, S. Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
vi
4. Fakhrudin Nasrul Sani, S. Kep., Ns, selaku penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
6. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................. 1
B. Tujuan Penulisan .......................................... 4
C. Manfaat Penulisan......................................... 5
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien .............................................. 6
B. Pengkajian..................................................... 7
C. Perumusan Masalah Keperawatan................ 11
D. Perencanaan Keperawatan............................ 11
E. Implementasi Keperawatan........................... 12
F. Evaluasi Keperawatan................................... 14
viii
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan................................................ 17
B. Simpulan.................................................... 24
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
ix
DAFTAR LAMPIRAN
�
Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 2 Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 3 Log Book
Lampiran 4 Asuhan Keperawatan
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Apendisitis merupakan infeksi bakteri pada umbai cacing. Sumbatan
lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus.
Disamping hyperplasia jaringan limfe, tumor apendiks dan cacing askaris
dapat menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis ialah erosi mukosa apendiks akibat parasit E. histolytica. Penelitian
epidemologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan
pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan
menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional
apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya
ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut (Sjamsuhidajat, 2002).
Apendisitis merupakan penyebab utama dari penyakit abdomen akut
yang setidaknya dialami oleh 10 % dari populasi. Penyakit ini memerlukan
upaya penanganan yang tepat dan serius. Dampak yang ditimbulkan dari
penyakit tersebut dapat membawa bebagai komplikasi penyakit yang serius
seperti perforasi, peritonitis, tromboflebitis dan abses subfrenikus. Penyakit
apendisitis adalah kedaruratan bedah yang paling sering ditemukan dan dapat
terjadi pada usia berapapun. Insidennya 120/100.000 pertahun (walaupun
jumlahnya dapat kurang). Pasien bedah apendisitis yang terbanyak adalah
rentang usia 17 tahun – 64 tahun yaitu sebesar 82,18 % dengan kejadian yang
2
paling banyak adalah apendisitis akut tanpa penyulit (simple appendicitis)
54,46 %. Rasio insiden apendisitis antara laki-laki dan perempuan 1:1
(Sjamsuhidajat, 2005).
Apendisitis merupakan penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran bawah kanan dari rongga abdomen dan merupakan penyebab paling
umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner dan Suddart, 2002). Bila
diagnosa apendisitis telah ditegakkan, maka indikasi pembedahan dilakukan.
Apendektomi merupakan tindakan pembedahan yang dilakukan untuk
memotong jaringan apendiks yang mengalami peradangan. Pembedahan ini
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Tindakan
pembedahan atau operasi merupakan ancaman potensial atau aktual terhadap
integritas seseorang baik biopsikososial dan spiritual yang dapat menimbulkan
respon berupa nyeri. Pasien post apendektomi akan mengalami
ketidaknyamanan seperti nyeri. Nyeri pada pasien post operasi harus segera
ditangani agar kenyamanan pasien terpenuhi (Muttaqin, 2009).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Nyeri adalah alasan utama seseoarang untuk mencari batuan perawatan
kesehatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang
dibanding suatu penyakit manapun (Brunner dan Suddart, 2002).
Ketidaknyamanan nyeri bagaimanapun keadaannya harus diatasi, karena
kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Seseorang yang
mengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-hari dan istirahatnya
3
(Potter dan Perry, 2006). Nyeri yang tidak ditangani secara adekuat, selain
menimbulkan ketidaknyamanan juga dapat mempengaruhi system pulmonary,
kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, imunologik dan stress serta dapat
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan. Ketidakmampuan ini mulai dari
membatasi keikutsertaan dalam aktivitas sampai tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan pribadi, seperti makan (Smeltzer dan Bare, 2002).
Secara umum nyeri dibedakan menjadi dua, yaitu nyeri akut dan nyeri
kronik. Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa detik
hingga enam bulan. Nyeri akut biasanya awitannya tiba – tiba dan umumnya
berkaitan dengan cidera fisik spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa
kerusakan atau cidera telah terjadi. Kerusakan yang tidak lama terjadi dan
tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan
terjadinya penyembuhan. Nyeri akut pada umumnya terjadi kurang dari enam
bulan dan biasanya terjadi kurang dari satu bulan. Nyeri kronis sering
didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih,
meskipun enam bulan merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk
membedakan antara nyeri akut dan nyeri kronis (Brunner dan Suddart, 2002).
Nyeri paska operasi dapat disebabkan oleh luka operasi, tatapi
kemungkinan penyebab lain harus diperhatikan. Sebaiknya pencegahan nyeri
sebelum operasi direncanakan agar penderita tidak tergganggu oleh nyeri
setelah pembedahan. Cara pencegahan tergantung pada penyebab dan letak
nyeri serta keadaan penderitanya (Sjamsuhidajat, 2002).
4
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul
“Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Ny. S dengan Post Operasi
Apendektomi atas Indikasi Appendisitis di Ruang Kantil RSUD
Karanganyar”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus nyeri pada Ny. S dengan post operasi apendektomi di
ruang Kantil RSUD Karanganyar
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan nyeri post
operasi apendektomi
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S Ny. S
dengan nyeri post operasi apendektomi
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Ny. S
dengan nyeri post operasi apendektomi
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan nyeri post
operasi apendektomi
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan nyeri post
operasi apendektomi
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Ny. S
dengan nyeri post operasi apendektomi
5
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dalam
bidang keperawatan tetang kebutuhan dasar manusia dengan nyeri akut.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan diharapkan dapat menambah literatur perpustakaan dalam
bidang kebutuhan dasar manusia dengan nyeri akut.
3. Bagi Rumah Sakit
RSUD Karanganyar dapat memanfaatkan hasil laporan dalam bidang
kebutuhan dasar manusia dengan nyeri akut pada post operasi
apendektomi dan untuk mendukung evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya dalam bidang
kebutuhan dasar manusia dengan nyeri akut post operasi apendektomi.
6
BAB II
LAPORAN KASUS
Bab ini menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan nyeri akut pada Ny. S
dengan post operasi appendektomi yang dilaksanakan pada tanggal 5 April 2012
sampai 7 April 2012. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan atau rumusan masalah keperawatan, intervensi keperawatan,
implemntasi dan evaluasi keperawatan.
A. Identitas Klien
Pengkajian pada tanggal 5 April 2012 jam 10.00 WIB, didapat hasil
identitas klien, bahwa klien bernama Ny.S, umur 25 tahun, agama Islam,
pendidikan terakhir SMP, bekerja sebagai ibu rumah tangga, alamat Tulakan
RT 02/03 Kwangsan, Jumapolo, klien dibawa keluarganya ke IGD RSUD
Karanganyar pada tanggal 2 April 2012 dengan keluhan nyeri pada perut
bagian kanan bawah, pingggang pegal-pegal, dan dokter mendiagnosa bahwa
Ny. S menderita penyakit Appendisitis, kemudian Ny. S dibawa ke Bangsal
Kantil untuk dilakukan perawatan lebih lanjut. Penanggung jawab Ny. S
adalah Tn. S, umur 27 tahun alamat Jumapolo dan hubungan dengan klien
sebagai suami.
7
B. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Pengkajian tanggal 5 April 2012 jam 10.00 WIB, pada kasus ini
diperoleh dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa, mengadakan
pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan
medis dan catatan perawat. Data pengkajian tersebut didapatkan hasil,
keluhan utama yang dirasakan klien saat dikaji adalah klien merasakan
nyeri pada luka post operasi appendektomi. Riwayat kesehatan sekarang,
klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit ± 5 hari yang lalu klien
mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah, pinggang terasa pegal-
pegal, demam, kemudian klien dibawa keluarganya ke IGD RSUD
Karanganyar, dokter mendiagnosa klien menderita apendisitis dan
dilakukan operasi apendektomi pada tanggal 4 April 2012, kemudian
klien dirawat di Bangsal Kantil dan diberikan terapi infus RL 20 tetes per
menit (mengembalikan keseimbangan elektrolit), Metronidazol 500 mg/8
jam (pencegahan infeksi anaerob paska operasi), Glocef 1 gr/12 jam
(profilaksis infeksi paska operasi), Ranitidin 50 mg/12 jam (pengobatan
jangka pendek tukak lambung), Gentamicin 80 mg/12 jam (infeksi kulit
dan jaringan lunak), Ketorolak 30 mg/8 jam (obat analgesik), saat
dilakukan pengkajian klien mengeluh nyeri pada luka post operasi
appendektomi seperti ditusuk-tusuk, klien tampak meringis menahan sakit
sambil memegangi perutnya.
8
Pengkajian riwayat kesehatan dahulu didapatkan hasil bahwa klien
tidak mempunyai riwayat penyakit apapun. Dalam riwayat kesehatan
keluarga, keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan
klien dan tidak ada riwayat penyakit yang lain seperti asma, jantung,
Diabetes Mellitus dan lain-lain.
2. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional
Hasil pengkajian pola kesehatan fungsional menurut Gordon,
didapatkan hasil, pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, klien
mengatakan bahwa sebelum sakit ia selalu menjaga kesehatan dan jika ia
atau keluarganya sakit segera pergi ke dokter untuk berobat, sedangkan
selama sakit ia selalu berusaha untuk cepat sembuh dengan mematuhi
perintah dokter.
Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit klien mengatakan dapat
melakukan aktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, seperti
membersihkan rumah, mencuci baju, memasak dan pekerjaan rumah
tangga lainnya secara mandiri. Sedangkan selama sakit klien tidak dapat
melakukan aktivitas secara mandiri tetapi memerlukan bantuan keluarga.
Pola istirahat tidur, klien mengatakan sebelum sakit tidak
mengalami gangguan kesadaran, gangguan pendengaran ataupun
gangguan penglihatan. Selama sakit klien mengatakan tidak ada gangguan
kesadaran, gangguan pendengaran ataupun gangguan penglihatan, pada
luka post operasi appendektomi terasa nyeri, nyeri akibat post operasi
9
appendektomi, nyeri terasa seperti ditusuk jarum dengan skala nyeri 6,
nyeri terasa saat badan digerakkan miring kanan atau miring kiri.
3. Pemeriksaan Fisik
Dalam pengkajian khususnya pemeriksaan fisik didapatkan data
bahwa keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran compos mentis.
Didapatkan data pengukuran tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 74 kali
per menit, pernapasan 16 kali per menit, suhu 36,20 C. Bentuk kepala
mesocepal, rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih, rambut kuat. Mata
simetris kanan-kiri, kojungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung simetris, tidak ada polip,
tidak ada penumpukan sekret. Mulut tidak ada stomatitis, mukosa bibir
kering, tidak ada caries pada gigi. Telinga simetris kanan-kiri, tidak ada
gangguan pendengaran, tidak ada penumpukan serumen, pada leher tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid. Ekstremitas atas tampak terpasang infus
RL 20 tpm pada tangan kanan, pada ekstremitas bawah tidak ada kelainan
atau gangguan.
Pemeriksaan fisik paru didapatkan hasil inspeksi dada simetris,
tidak menggunakan otot bantu pernapasan, palpasi vocal fremitus sama
antara kanan dan kiri, perkusi sonor, auskultasi vesikuler disemua lapang
paru. Pemeriksaan fisik jantung didapatkan hasil inspeksi ictus cordis
tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba di IC 5, perkusi pekak, auskultasi
bunyi jantung I, II murni tidak ada bising.
10
Hasil pemeriksaan abdomen, inspeksi bentuk datar, terdapat bekas
luka kurang lebih 6 cm di perut bagian kanan bawah kuadran 2, luka
tampak belum kering, tidak ada pus, auskultasi bising usus 8 kali per
menit. Penulis tidak melakukan palpasi dan perkusi karena pasien baru
selesai dioperasi tanggal 4 April 2012. Pada genetalia tidak ada kelainan,
terpasang kateter. Pemeriksaan kulit, turgor kulit elastis, warna kulit sawo
matang.
4. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan penunjang, hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan pada tanggal 3 April 2012 yaitu WBC 9,7 x 102 η/1 nilai
normal 4,5 – 11,0 x 102 η/1, RBC 5,0 x 10
2 η/1 nilai normal untuk laki-
laki 4,5 – 5,5 106 η/1 dan untuk perempuan 4 -5 10
6 η/1, MCV 29,5 FL
nilai normal 37,0 – 51,0 FL, MCH 26,7 Pg nilai normal 20 – 31 Pg,
MCHC 33,6 g/dl nilai normal 30 – 35 g/dl, Limphosyt 37,9% nilai normal
22 – 40 %, monosit 5,8% nilai normal 4 – 8 %, HGB 11,7 g/dl nilai
normal untuk laki-laki 14 – 18 g/dl dan untuk perempuan 12 – 16 g/dl,
HCT 40,9% nilai normal untuk laki-laki 40 – 54 % dan untuk perempuan
38 – 47 %. Hasil dari pemeriksaan USG adalah MC. Burney. Gambaran
lesi densitas hypoechoik dengan nyeri tekan lepas kurang jelas, tidak
tampak tanda infiltrat (proses radang di apendiks).
11
C. Daftar Perumusan Masalah
Data hasil pengkajian dan observasi diatas, penulis melakukan
analisa data kemudian memutuskan prioritas diagnosa keperawatan sesuai
dengan kegawatan yang dialami klien atau yang harus segera mendapatkan
penanganan karena apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan masalah
yang lain. Prioritas diagnosa keperawatan yang penulis angkat yaitu nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi appendektomi).
Karena saat dilakukan pengkajian data subyektif yang didapatkan adalah
klien mengatakan nyeri pada luka post operasi appendiktomi, nyeri terasa
seperti ditusuk jarum, nyeri terasa di perut bagian kanan bahwa tepatnya pada
luka post operasi appendektomi, skala nyeri 6, nyeri terasa saat tubuh
digerakkan (miring kanan, miring kiri), data obyektif klien tampak meringis
menahan sakit, tangan klien tampak memegangi perutnya, hasil pengukuran
tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 74 kali per menit, pernapasan 16 kali per
menit, suhu 36,20 C.
D. Perencanaan
Prioritas masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
(post operasi appendektomi) pada Ny. S penulis akan membahas rencana
keperawatan dengan tujuan, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil
skala nyeri 0-1, ekspresi wajah klien tampak rileks.
Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu
observasi karakteristik nyeri (penyebab nyeri, kualitas nyeri, tempat/bagian
12
yang dirasakan nyeri, skala nyeri, waktu terjadinya nyeri), rasionalnya untuk
membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik,
ajarkan tehnik relaksasi seperti nafas dalam dan tehnik distraksi seperti
membaca buku atau membayangkan hal-hal yang indah-indah, rasionalnya
untuk menurunkan stimulus interna, berikan posisi yang nyaman (supinasi,
semifowler), rasionalnya untuk mengurangi tegangan pada insisi dan
membantu mengurangi nyeri, kaji tanda-tanda vial (tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu), rasionalnya untuk memantau perkembangan pasien,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik, rasionalnya untuk
mengurangi atau mengatasi nyeri.
E. Implementasi
Tindakan yang dilakukan pada hari Kamis, 5 april 2012 yaitu jam
10.10 WIB mengkaji karakteristik nyeri, respon subyektif klien mengatakan
merasa nyeri pada luka post operasi, Provoked = nyeri akibat post operasi
appendektomi, Quality = nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, Region = nyeri
terasa pada perut bagian kanan bawah, Scale = skala nyeri 6, Time = nyeri
terasa saat tubuh digerakkan, respon obyektif ekspresi wajah klien tampak
meringis menahan sakit. Pada jam 10.20 WIB memberikan posisi yang
nyaman (berbaring/supinasi), respon subyektif klien mengatakan bahwa ia
lebih nyaman pada posisi berbaring, respon obyektif klien tampak nyaman
dengan posisinya. Jam 11.15 WIB mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
dan menganjurkan untuk mengulanginya saat nyeri kambuh, respon subyektif
klien mengatakan mengerti dengan apa yang diajarkan, respon obyektif klien
13
bisa mempraktekkan tehnik relaksasi nafas dalam seperti yang diajarkan. Jam
11.30 WIB melakukan pengukuran tanda-tanda vital, respon subyektif klien
mengatakan bersedia dilakukan pengukuran tanda-tanda vital, respon obyektif
tekanan darah = 100/60 mmHg, nadi = 74 kali per menit, pernapasan = 16
kali per menit, suhu = 36,20 C. jam 13.00 WIB memberikan terapi injeksi
analgesik (Ketorolak 30 mg/8 jam), respon subyektif klien mengatakan
bersedia untuk diinjeksi, respon obyektif obat masuk 30 mg melalui IV tanpa
adanya alergi.
Tindakan yang dilakukan pada hari Jum’at, 6 April 2012 yaitu jam
08.00 WIB melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, respon subyektif klien
mengatakan bersedia untuk dilakukan pengukuran tanda-tanda vital, respon
obyektif tekanan darah = 100/70 mmHg, nadi = 72 per menit, pernapasan =
18 kali per menit, suhu = 36,7 0C. jam 08.10 WIB mengkaji karakteristik
nyeri, respon subyektif klien mengatakan nyeri masih terasa pada luka post
operasi, Provoked = nyeri akibat post operasi appendektomi, Quality = nyeri
terasa seperti diremas-remas, Region = nyeri terasa pada perut bagian kanan
bawah, Scale = skala nyeri 5, Time = nyeri terasa saat bergerak miring kanan
atau miring kiri, respon obyektif ekspresi wajah klien tampak meringis
menahan sakit. Jam 09.20 WIB memberikan posisi yang nyaman, respon
subyektif klien mengatakan lebih nyaman pada posisi berbaring, respon
obyektif klien tampak nyaman dengan berbaring. Jam 10.10 WIB
memberikan terapi analgesik (Ketorolak 30 mg/8 jam), respon subyektif klien
14
mengatakan bersedia diinjeksi, respon obyektif obat masuk 30 mg melalui IV
tanpa adanya alergi.
Tindakan yang dilakukan pada hari Sabtu, 7 April 2012 jam 08.00
WIB melakukan pengukuran tanda-tanda vital, respon subyektif klien
mengatakan mau dilakukan pengukuran tanda-tanda vital, respon obyektif
tekanan darah = 100/70 mmHg, nadi = 72 kali, pernapasan = 16 kali per
menit, suhu 36,8 0C. Jam 09.30 WIB mengkaji karakteristik nyeri, respon
subyektif klien mengatakan bahwa nyeri sudah berkurang, Provoked = nyeri
akibat luka post operasi appendektomi, Quality = nyeri terasa seperti digigit
semut, Region = nyeri terasa pada perut bagain kanan bawah, Scale = skala
nyeri 3, Time = nyeri terasa saat akan mengubah posisi dari posisi berbaring
ke posisi duduk, respon obyektif klien tampak menahan sakit saat nyeri mulai
terasa. Jam 09.45 WIB memberikan posisi yang nyaman (berbaring), respon
subyektif klien mengatakan masih nyaman dengan posisi berbaring, respon
obyektif klien tampak nyaman. Jam 10.10 WIB memberikan terapi injeksi
analgesik (Ketorolak 30 mg/8 jam), respon obyektif obat masuk 30 mg
melalui IV tanpa adanya alergi.
F. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, hasil
evaluasi yang dilakukan pada hari Kamis, 5 April 2012 jam 13.20 WIB,
dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah, Subyektif : klien
mengatakan luka post operasi masih terasa nyeri, Provoked = nyeri terasa
akibat luka post operasi appendektomi, Quality = nyeri terasa seperti ditusuk
15
jarum, Region = nyeri terasa di perut bagian kanan bawah, Scale = skala nyeri
6, Time = terasa saat badan digerakan miring kanan, miring kiri, obyektif :
ekspresi wajah meringis menahan sakit, tekanan darah = 100/60 mmHg, nadi
= 74 kali per menit, pernapasan = 16 kali per menit, suhu = 36,2 0C,
Assessment : masalah belum teratasi, Planning : intervensi dilanjutkan antara
lain observasi karakteristik nyeri (PQRST), observasi tanda-tanda vital,
ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, berikan posisi yang nyaman, kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian analgesik.
Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari Jum’at, 6 April 2012 jam
11.30 WIB dengan metode SOAP yang hasilnya adalah, subyektif : klien
mengatakan nyeri masih terasa pada luka post operasi, Provoked = nyeri
akibat luka post operasi appendektomi, Quality = nyeri terasa seperti diremas-
remas, Region = nyeri terasa pada perut bagian kanan bawah, Scale = skala
nyeri 5, Time = nyeri terasa saat badan digerakkan miring kanan atau miring
kiri, obyektif : ekspresi wajah meringis menahan sakit, tekanan darah =
100/70 mmHg, nadi 72 kali per menit, pernapasan : 18 kali per menit, suhu :
36,70 C, Assessment : masalah belum teratasi, Planning : intervensi
dilanjutkan antara lain kaji tanda-tanda vital, kaji karakteristik nyeri
(PQRST), berikan posisi yang nyaman, anjurkan melakukan tehnik relaksasi
nafas dalam saat nyeri kambuh, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgesik.
Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari Sabtu, 7 April 2012 jam
11.00 WIB dengan metode SOAP yang hasilnya adalah, subyektif : klien
16
mengatakan nyeri masih terasa pada luka post operasi, Provoked = nyeri
akibat luka post operasi appendektomi, Quality = nyeri terasa seperti digigit
semut, Region = pada perut bagian kanan bawah, Scale = skala nyeri 3, Time
= nyeri terasa saat akan mengubah posisi dari posisi berbaring ke posisi
duduk, obyektif : ekspresi wajah klien tampak meringis saat merasa nyeri,
tekanan darah = 100/70 mmHg, nadi 72 per menit, pernapasan 16 kali per
menit, suhu 36,80 C, Assessment : masalah teratasi sebagian, Planning :
interventi dilanjutkan antara lain kaji tanda-tanda vital, kaji karakteristik nyeri
(PQRST), anjurkan melakukan tehnik nafas dalam saat nyeri kambuh, berikan
posisi yang nyaman, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
17
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan proses
keperawatan pada asuhan keperawatan nyeri akut pada Ny. S dengan post
operasi apendektomi yang dilaksanakan pada tangal 5 April sampai 7 April
2012 di Ruang Kantil RSUD Karanganyar. Prinsip pembahasan ini dengan
memperhatikan aspek tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi atau rencana keperawatan, implementasi
sampai evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan langkah pertama dari proses
keperawatan, yaitu untuk mengumpulkan data tentang klien, dengan
menggunakan metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik (Perry
dan Potter, 2005).
Pengkajian pada Ny. S yang dilakukan pada tanggal 5 April sampai
7 April 2012, ham 10.00 WIB, untuk keluhan utama yang dirasakan klien
mengatakan bahwa luka post operasi terasa nyeri. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa nyeri pasca operasi mungkin sekali disebabkan oleh luka
operasi (Sjamsuhidajat, 2005). Teori lain juga menyebutka bahwa
penyebab nyeri umumnya mudah dikenali sebagai akibat adanya cidera,
penyakit atau pembedahan terhadap salah satu atau beberapa organ
18
(Tamsuri, 2007). Penulis telah mencantumkan keluhan Ny. S tersebut
dalam pendokumentasian.
Hasil pengkajian kognitif-perseptual klien mengatakan tidak
mengalami gangguan kesadaran, gangguan pendengaran ataupun
gangguan penglihatan, pada luka post operasi appendektomi terasa nyeri,
nyeri akibat post operasi appendektomi, nyeri terasa seperti ditusuk jarum
dengan skala nyeri 6, nyeri terasa saat badan digerakkan miring kanan atau
miring kiri. Hal ini sudah sesuai karena pada pasien post operasi akan
mengalami nyeri akibat pembedahan. Pengkajian nyeri dilakukan dengan
menggunakan metode PQRST untuk mempermudah perawat dalam
melakukan pengkajian nyeri, meliputi provoked yaitu penyebab nyeri yang
dirasakan klien, quality yaitu seperti apa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien, apakah nyeri bersifat tumpul, seperti terbakar,
berdenyut, tajam atau menusuk, region yaitu lokasi nyeri yang dirasakan
klien, scale yaitu seberapa jauh nyeri yang dirasakan klien, misalnya skala
nyeri 0 tidak ada nyeri, skala nyeri 1 - 3 yaitu nyeri ringan, skala nyeri 4 -
6 yaitu nyeri sedang, skala nyeri 7 - 10 yaitu nyeri berat, time kapan nyeri
dirasakan oleh klien, apakah ada waktu – waktu tertentu yang menambah
raa nyeri (Muttaqin, 2009).
Gejala pada appendisitis adalah nyeri samar-samar dan tumpul yang
merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium disekitar umbilicus.
Keluhan ini disertai mual kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan
menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah
19
ketitik Mc Burney (Sjamsuhidajat, 2002). Mekanisme nyeri terjadi apabila
terdapat adanya rangsangan mekanikal, termal atau kimiawi yang
melewati ambang rangsang tertentu. Rangsangan ini terdeteksi oleh
reseptor nyeri (nosiseptor) yang merupakan ujung-ujung saraf bebas.
Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami
intensitas nyeri yang sama, misalnya appendisitis. Suatu stimulus dapat
mengakibatkan nyeri pada suatu waktu tetapi tidak pada waktu lain.
Sebagai contoh, nyeri paska operasi sering terasa lebih parah pada malam
hari (Smeltzer, 2002).
Hasil pemeriksaan fisik abdomen saat dilakukan inspeksi hasilnya
adalah bentuk perut datar, terdapat bekas luka di perut bagian kanan
bawah kemudian saat di auskultasi hasilnya adalah bising usus 8 kali per
menit. Penulis tidak melakukan palpasi dan perkusi karena pasien
merupakan post operasi hari pertama dan sat di observasi saja klien
tampak meringis menahan sakit apa lagi jika dilakukan palpasi ataupun
perkusi malah akan menambah nyeri pada klien.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menguraikan
respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang
perawat mempunyai ijin dan berkompeten untuk mengatasinya (Perry dan
Potter, 2005).
Diagnosa keperawatan yang penulis angkat adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi apendektomi).
20
Pengertian dari diagnosa nyeri akut adalah pengalaman emosional dan
sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan
secara aktual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan, serangan
mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang dapat
diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan (Nanda, 2005).
Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data yang ditemukan pada saat
pengkajian yaitu klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah
tepatnya pada luka post operasi appendektomi, nyeri terasa seperti ditusuk
jarum dengan skala nyeri 6, nyeri terasa saat badan digerakkan miring
kanan miring kiri, ekspresi wajah klien tampak meringis menahan sakit
dan tangan klien tampak memegangi perutnya.
Penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan gangguan rasa
nyaman nyeri karena nyeri merupakan suatu ketidaknyamanan yang harus
diatasi, karena kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Jika
nyeri tidak ditangani dapat menyebabkan depresi dan ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan pribadi (Smeltzer dan Bare, 2002). Apabila
masalah nyeri yang klien alami dapat teratasi, maka kemungkinan masalah
lain akan teratasi sehingga kenyamanan klien dapat terpenuhi.
3. Intervensi
Perencanaan atau intervensi keperawatan adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tujuan yang terpusat pada klien dan hasil
yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk
mencapai tujuan tersebut (Perry dan Potter, 2005).
21
Penulis menyusun rencana tindakan dalam diagnosa keperawatan
nyeri akut berdasarkan NIC (Nursing Intervention Classification) dengan
menggunakan metode ONEC (Observasi, Nursing intervention,
Education, Collaboration). Pertama kaji tanda vital meliputi pengukuran
suhu tubuh, pernapasan, nadi dan tekanan darah. Pemeriksaan tanda vital
ini rasionalnya untuk membantu perkembangan pasien. Kedua kaji
karakteristik nyeri meliputi Provoked, Quality of pain, Region, Scale,
Time, rasionalnya untuk membantu mengevaluasi derajat
ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik. Ketiga diajarkan teknik
relaksasi dan ditraksi, rasionalnya untuk menurunkan stimulasi internal.
Keempat berikan posisi yang nyaman, rasionalnya untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri. Kelima berikan pendidikan kesehatan rasionalnya
untuk menambah pengetahuan klien. Keenam kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik, rasionalnya untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri.
Rencana tindakan tersebut disusun dengan tujuan setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang
sampai hilang, dengan kriteria hasil nyeri berkurang ( 0-1), ekspresi wajah
klien tampak rileks. Tujuan dan kriteria hasil ini disusun berdasarkan NOC
(Nursing Outcomes Classification) dengan menggunakan metode SMART
(specific, meausrable, achievable, realistic, time).
22
4. Implementasi
Implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Perry
dan Potter, 2005).
Pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan semuanya telah
penulis lakukan. Penulis tidak mengalami hambatan dalam melaksanakan
rencana keperawatan yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan
keperawatan ini dilaksanakan pada tanggal 5 April sampai 7 April 2012,
antara lain, mengkaji tanda vital, meliputi mengukur suhu tubuh klien
menggunakan termometer, mengkaji pernapasan (irama, frekuensi,
kedalaman), menghitung nadi, mengukur tekanan darah. Pemeriksaan
tanda vital merupakan suatu cara unuk mendeteksi adanya perubahan
system tubuh (Aziz dan Musrifatul, 2005).
Mengkaji karakteristik nyeri. Pengkajian nyeri ini menggunakan
metode PQRST, meliputi provoked yaitu penyebab nyeri yang dirasakan
klien, quality yaitu seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien, apakah nyeri bersifat tumpul, seperti terbakar, berdenyut, tajam atau
menusuk, region yaitu lokasi nyeri yang dirasakan klien, scale yaitu
seberapa jauh nyeri yang dirasakan klien, time misalnya skala nyeri 0 tidak
ada nyeri, skala nyeri 1 - 3 yaitu nyeri ringan, skala nyeri 4 - 6 yaitu nyeri
sedang, skala nyeri 7 - 10 yaitu nyeri berat, time kapan nyeri dirasakan
oleh klien (Muttaqin, 2009).
23
Memberikan posisi yang nyaman. Posisi yang diberikan pada klien
post operasi apendektomi adalah posisi semi fowler, karena posisi semi
flowler ini dapt mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen yang
membantu mengurangi nyeri (Muttaqin, 2011), namun pada kasus ini klien
mengatakan bahwa ia lebih nyaman pada posisi berbaring.
Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam. Tehnik relaksasi nafas
dalam ini dilakukan dengan cara tarik nafas melalui hidung kemudian
tahan sampai hitungan ketiga lalu keluarkan atau hembuskan nafas
perlahan-lahan melalui mulut (Perry dan Potter, 2006). Tehnik relaksasi ini
efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi (Tamsuri, 2007). Setelah
mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, penulis juga menyarankan
kepada klien untuk mengulanginya saat nyeri kambuh.
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik. Analgesik
yang diberikan adalah ketorolak 30 mg/8 jam. Ketorolak merupakan salah
satu obat analgesik yang diberikan kepada klien yang mengalami nyeri,
seperti pada klien post apendektomi ini.
Pengukuran suhu yang sesuai prosedur adalah tidak hanya membawa
termometer saja, tetapi harus memakai sarung tangan atau hand scone
sebagai ptoteksi diri namun penulis tidak menggunakan sarung tangan saat
pengukuran suhu. Selain itu dalam melakukan injeksi juga seharusnya
memakai sarung tangan dan membawa perlak pengalas saat melakukakan
injeksi (Suparni, 2008). Namun dalam hal ini penulis tidak
menggunakannya.
24
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses keperawatan dalam pengukuran respon
klien terhadap keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan
(Perry dan Potter, 2005).
Evaluasi dari tindakan yang dilakukan pada 5 April sampai 7 April
2012 dengan menggunakan metode SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment,
Planning) hasilnya adalah klien masih merasakan nyeri pada luka post
operasi apendektomi dengan skala nyeri 3, nyeri terasa saat badan
digerakkan, keluhan ini masih dirasakan pada hari ketiga , sehingga bisa
diambil kesimpulan bahwa masalah klien telah teratasi sebagian dengan
demikian intervensi perlu dilanjutkan untuk mengatasi masalah nyeri yang
dialami klien, yaitu kaji karakteristik nyeri (PQRST), kaji tanda-tanda
vital, ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam dan dianjurkan melakukan
tehnik relaksasi saat nyeri kambuh, berikan posisi yang nyaman,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
B. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
a. Hasil pengkajian pada Ny. S dengan nyeri akut akibat post operasi
appendektomi adalah klien mengeluh nyeri pada luka post operasi
dengan skala nyeri 6, nyeri terasa seperti ditusuk jarum dan terasa saat
badan digerakkan, misal miring kanan atau miring kiri.
b. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik (post apendektomi) didukung dengan keluhan
25
nyeri yang dirasakan pada Ny. S seperti ditusuk jarum, skala nyeri 6,
nyeri terasa pada perut bagian kanan bawah, nyeri terasa saat badan
digerakkan miring kiri ataupun miring kanan.
c. Rencana Asuhan Keperawatan yang dilakukan dengan tujuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
dapat berkurang sampai hilang, dengan kriteria hasil skala nyeri (0-1),
ekspresi wajah klien tampak rileks, antara lain observasi tanda vital
(suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah), observasi karakteristik
nyeri (PQRST), berikan posisi yang nyaman, ajarkan tehnik relaksasi
dan distraksi, berikan pendidikan kesehatan, kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgesik.
d. Implementasi yang telah dilakukan pada Ny. S pada tanggal 5 April
sampai 7 April 2012 adalah mengkaji tanda vital, mengkaji
karakteristik nyeri, memberikan posisi yang nyaman (supinasi),
berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik (Ketorolak).
e. Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. S
pada tanggal 5 April sampai 7 April 2012 adalah masalah telah teratasi
sebagian dibuktikan dengan klien masih merasakan nyeri pada luka
post operasi seperti digigit semut dengan skala nyeri terasa saat
mengubah posisi dari badan posisi berbaring ke posisi duduk.
f. Hasil analisa nyeri pada Ny. S adalah pada luka post operasi
apendektomi terasa nyeri seperti ditusuk jarum dengan skala nyeri 6
26
yaitu nyeri sedang dan terasa saat badan digerakkan miring kanan
ataupun miring kiri.
2. Saran
a. Bagi Rumah Sakit.
Diharapkan rumah sakit khususnya RSUD Karanganyar dapat
memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan
kerjasama yang baik antara tim kesehatan maupun klien sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang
optimal.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Khusunya perawat, diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim
kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
agar lebih maksimal. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan
secara profesional dan komprehensif.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas dan
profesional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil dan
bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.