STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN TENTANG HADIS DUSTA
UNTUK MEMBUAT ORANG TERTAWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas
Dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Dalam Ilmu Ushuluddin
Oleh:
USWATUN HASANAH
1113034000057
PROGRAM S 1
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
viii
ABSTRAK
Uswatun Hasanah: Studi Kritik Sanad dan Matan tentang Hadis Dusta
untuk Membuat Orang Tertawa
Lisan berperan sebagai sarana untuk berkomunikasi kepada yang lainnya.
Lisan juga termasuk kedalam nikmat Allah yang besar, Namun memiliki peran
yang besar dalam kehidupan. Seseorang akan dapat terjerumus kedalam api
neraka ataupun ke surga karena lidahnya. Dalam kehidupan sehari-hari kita
membutuhkan humor sehingga muncullah tawa yang sangat menyenangkan.
Kegiatan tertawa merupakan sebuah kebiasaan yang biasa dilakukan untuk
mencairkan suasana untuk merefreshingkan suasana agar tidak kaku. Namun,
banyak terjadi kesalahan ketika seseorang ingin membuat orang lain tertawa.
Salah satunya mengeluarkan kata-kata dusta yang tanpa disadari kegiatan tersebut
sering dilakukan setiap hari. Dengan demikian lidah memiliki peran besar
terhadap keselamatan manusia tersebut di akhirat ataupun di dunia.
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode Takhrij hadis dalam
mengumpulkan hadis-hadis yang sesuai dengan tema dan penulis juga
menggunakan penelitian kepustakaan dengan metode library Research, yaitu
dengan menelaah beberapa literatur yang relevan dengan pokok pembahasan
skripsi ini.
Setelah melakukan kegiatan penelitian sanad dan juga matan hadis
penulis berkesimpulan bahwasanya hadis tentang ancaman bagi orang yang
melakukan berdusta, pada hadis pertama memiliki kualitas sahih baik dari segi
sanad ataupun matannya, sedangkan, untuk hadis kedua, memiliki kualitas sanad
daif tetapi, matan nya berkualitas sahih. Kendati demikian, hadis tersebut dapat
dijadikan pedoman bagi manusia untuk menghindari perbuatan berdusta dengan
tujuan agar membuat orang lain tertawa.
ix
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji dan syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan ke hadirat
Ilahi atas rahmat dan hidayat-Nya serta inayah-Nya yang selalu diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul” Studi Kritik sanad
dan Matan Hadis larangan berdusta untuk membuat orang tertawa”.
Salawat dan salam yang tak terlupakan penulis panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah banyak memberi pengajaran dan pelajaran agar
manusia berada di jalan yang benar dan lurus dan senantiasa berada dalam
keadaan nyaman dan juga selamat.
Melalui upaya dan usaha yang melelahkan, akhirnya dengan limpahan
karunia-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Berbagai kesulitan, cobaan dan hambatan yang penulis rasakan dalam penyusunan
skripsi ini, alḥamdulillāh dapat teratasi berkat tuntunan serta bimbingan-Nya dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosada, MA., selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
beserta para pembantu Dekan.
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis
dan Ibu Drs. Banun Bina Ningrum, M. Pd., selaku Sekretaris Jurusan
Tafsir Hadis.
x
4. Ibu Dr.Faizah Ali Syibromalisi,MA, Selaku dosen pembimbing
akademik.
5. Segenap jajaran dosen dan civitas akademik Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, terkhususnya jurusan Tafsir Hadis yang
dengan ikhlas dan tulus serta penuh sabar dalam mencurahkan dan
mendidik pada saya selama menimba ilmu di kampus tercinta ini.
6. Bapak Dr.Bustamin,M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu memberikan didikasinya kepada penulis, bersabar memberikan
ilmu dan bimbingannya selama penulis berada di bawah
bimbingannya. Juga melalui beliau, tumbuh ide-ide baru, pemikiran
baru, sehingga penulis ada gairah semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Arman dan ibunda Tri Yatmi,
yang telah mengarahkan, dengan penuh kasih sayang tanpa pamrih,
tak pernah lelah dan tak bosan dalam memberikan dukungan moral
maupun materil, serta do’a dan semangat yang selalu membanjiri hati
buah hatimu ini.
8. Seluruh sahabat-sahabat Nur Izzah Fakhriah dan M. Fauzan yang telah
memberikan support serta doanya dalam menyelesaikan tugas akhir
ini.
9. Seluruh teman-teman Jurusan Tafsir Hadits angkatan 2013 terutama
TH-B. Mudabbiroh, Siti Munawarah, Nurul Ihya, Nuzzulinna Azka R,
Alfi Syahriyati, dan Ummu Hafidzah, terima kasih atas doa kalian
xi
dan dukungan kalian yang semua nama-nama tidak saya sebutkan satu
persatu.
10. Seluruh teman-teman dari KKN SEGAR yang setia mendoakan dan
memberikan motivasi kepada saya.
11. Terimakasih kepada Kakak Eka Napisah yang selalu memberikan
motivasi kepada penulis ketika sedang merasa lelah dalam penulisan
ini.
12. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dan berperan dalam proses
penyelesaian skripsi ini, namun luput untuk penulis sebutkan, tanpa
mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis.
Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan
skripsi ini masih terdapat kekurangan dan bahkan tidak menutup
kemungkinan di dalamnya skripsi ini terdapat kekeliruan dan kesalahan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya untuk penulis
yang lebi baik lagi kedepannya dan harapan penulis semoga skripsi ini
sedikit banyak dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga Allah swt. selalu
memberkahi dan membalas semua kebaikan pihak-pihak yang turut serta
membantu penyelesaian skripsi ini.
Āmīn yā Rabb al-Ālamīn.
Jakarta, 13 November 2017
Uswatun Hasanah
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... ii
PERSETUJUAN TIM PENGUJI ............................................................ iii
PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah ....................... 7
C. Tujuan Penulisan ................................................................. 8
D. Metodologi Penelitian ........................................................ 9
E. Kajian Pustaka .................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ......................................................... 11
Bab II KONSEP ISLAM TENTANG DUSTA DAN TERTAWA
A. Konsep Islam Tentang Dusta
1. Pengertian Dusta ............................................................ 13
2. Bentuk-Bentuk Dusta ..................................................... 16
3. Pengaruh yang Timbul dari Dusta ................................. 20
4. Pengaruh Dusta Terhadap Kepribadian ......................... 20
5. Cara Meninggalkan Dusta ............................................. 20
B. Tinjaun Umum tentang Tertawa
1. Pengertian Tertawa ........................................................ 21
2. Etika Tertawa Rasulullah ............................................... 23
xiii
3. Bahaya Dari Tertawa Menurut Pandangan Islam ........... 25
BAB III HADIS – HADIS TENTANG DUSTA DAN TERTAWA
A. Hadis - Hadis tentang Dusta dan Terjemahannya ............... 27
B. Hadis - Hadis tentang Tertawa dan Terjemahannya ............ 36
BAB IV ANALISA HADIS TENTANG ANCAMAN ORANG YANG
BERDUSTA UNTUK MEMBUAT TERTAWA
A. Teks Hadis dan Terjemahannya ......................................... 44
B. Kegiatan Takhrij al-Hadis .................................................. 45
C. I’tibar .................................................................................. 46
D. Pengertian Kritik Sanad dan Matan Hadis .......................... 47
1. Kritik Sanad Hadis .......................................................... 48
2. Kritik Matan Hadis ........................................................ 48
E. Kritik Hadis tentang Ancaman Terhadap Orang yang
Berdusta untuk Membuat Tertawa ..................................... 49
Bab V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 90
B. Saran ................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 92
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam masyarakat sering menyisipkan humor1 dalam komunikasi
sehari-hari. Komunikasi yang disisipi humor seringkali memiliki makna lebih
yang ingin disampaikan oleh penutur. Bahkan, saat ini masyarakat telah
menempatkan humor sebagai suatu hal yang penting dalam kehidupannya. Hal
tersebut dibuktikan dengan banyaknya acaranya televisi yang menayangkan
hal tersebut di Indonesia.
Saat ini program acara televisi banyak menyajikan program acara yang
beragam. Pada hakikatnya televisi merupakan salah satu media komunikasi
massa yang berfungsi untuk menghibur dan memberi informasi kepada
khalayak sesuai dengan fungsi komunikasi masa. Secara garis besar fungsi
dari komunikasi massa menurut Onong Effendi2 mengatakan bahwasanya ada
3 yaitu menyiarkan informasi (to inform), mendidik (to educate), dan
menghibur (to entertain).”3
Menyenangkan perasaan orang yang sedang kesusahan termasuk
bagian dari menghibur dan meringankan musibah orang lain. Biasanya orang
suka bersenda gurau wajahnya selalu kelihatan muda, simpati dan
menyenangkan di mana- mana tidak pernah kelihatan murung, sebaliknya ia
1 Rangsangan verbal atau visual yang secara langsung dimaksudkan dapat memancing
senyum dan tawa pendengar atau orang yang melihatnya, Abdul Chaer, Ketawa-Ketiwi
Betawi(Depok: Masup Jakarta, 2007), Hal: 5. 2 Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. adalah salah satu tokoh Ilmu Komunikasi di
Indonesia. 3 Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam(Ciputat:Pt. Logos Wacana
Ilmu,1999) Hal: 23.
2
selalu periang. Apalagi sampai menangis, susahpun seakan-akan belum pernah
dialaminya. Namun, bersenda-gurau dalam segala agama ada yang
membolehkan dan ada juga yang melarang.
Dalam bersenda-gurau ada hal yang tercela dan yang terlarang menurut
agama ialah yang dilakukan secara terus-menerus dan melampaui batas. Oleh
karena itu, hal tersebut dilarang, dikarenakan ia akan sibuk membuat
permainan yang dapat menertawakan orang atau mencari halnya yang
dianggap orang lucu.4
Adapun bersenda-gurau yang melampaui batas itu dilarang
dikarenakan akan menyebabkan senantiasa ketawa dan mungkin akan
menyebabkan perasaan yang tidak enak dalam hati orang yang tersinggung
atau merasa tersindir atas lelucun yang kita perbuat.
Senda gurau ada yang diperbolehkan yaitu senda gurau yang sunyi dari
keadaan-keadaan sebagaimana yang tersebut, maka tidaklah tercela sama
sekali. Siapapun dapat mengerjakan senda gurau yang baik asalkan
diusahakan benar-benar dan tidak pula mengatakan selain yang tidak benar.
Akan tetapi, tujuan dari bersenda gurau hanyalah agar orang-orang tertawa
dan jika mereka telah dapat dibuat tertawa, maka gembiralah hati pembuat
lelucon tadi.
Terdapat sebuah kekeliruan yang besar yaitu ketika seseorang
menganggap sendau gurau itu sebagai suatu karya. Seseorang akan terus
menerus berbuat sedemikian rupa dan sampai melampaui batas yang ada.
Apabila kita bersendau gurau dan dapat mekukan yang baik-baik serta tidak
4 Imam al-Ghazali, Bahaya Lidah, ter.Zainuddin, (Jakarta:Bumi Aksara,1994), Hal: 155.
3
ada ucapkan melainkan yang benar, maka itulah yang tidak memiliki larangan
dan juga tidak berdosa.
Etika di dalam bersendau gurau sebaiknya mengandung hal yang benar
dan tidak terdapat didalamnya mengandung dusta.5 Hendaknya di dalam
bersenda gurau tersebut tidak mengada-ada atau terdapat dusta tentang cerita-
cerita yang hanya bertujuan untuk membuat tertawa. Rasulullah SAW
melarangnya, hal tersebut sesuai dengan hadis nabi yang berbunyi:
ثن أب عن أبيه قال ث نا يي عن ب هز بن حكيم قال حد د بن مسرهد حد ث نا مسد حدعت رسول الله صلى ث ف يكذب ليضحك به القوم ويل س سلم ي قول ويل للذي يد
6ويل له له “Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad berkata, telah
menceritakan kepada kami Yahya dari Bahz bin Hakim ia berkata; telah
menceritakan kepadaku Bapakku dari Bapaknya ia berkata, "Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah bagi orang
yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah
ia, celakalah ia.". 7
Dalam bersenda gurau haruslah melihat kondisi ataupun kepada siapa
ia akan bersendau gurau. Maka dengan itu di dalam bersenda gurau tidak
boleh terdapat unsur-unsur yang menyakiti perasaan orang lain. Adapun ketika
bersenda gurau pula sebaiknya tidak dilakukan kepada orang yang lebih tua
daripada kita. Ataupun kepada orang-orang yang tidak dapat bersenda gurau.
Sebaiknya tidak terlalu memperbanyak senda gurau karena itu akan
mengakibatkan seseorang akan dianggap rendah oleh orang lain.8 Rasulullah
5 TB. Asep Subhi dan Ahmad Taufik , 101 Dosa Besar(Jakarta:Qultum Media, 2004), Hal:
146. 6 Abu Daud Sulaeman Al-Sajastani, Sunan Abu Daud(Beirut:Daral Kitab al-Arabi),
Kitab:Adab, Bab: Teguran Keras Dari Dusta, Hal: 539. 7 Aplikasi Sembilan Imam Hadis LIDWA
8 Jurnal Rokayah, Penerapan etika dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari, IAIN Raden
Inten Lampung, Terampil, Juni, 2001, Hal. 17-18.
4
SAW bersabda tentang orang- yang mau meninggalkan dusta untuk membuat
tertawa dengan balasan rumah di surga. Yakni :
ثن سلمة بن ث نا ابن أب فديك قال حد ي البصري حد ث نا عقبة بن مكرم العم حدعن أنس بن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من ت رك وردان الليثي
ق بن له ف وسطها الكذب وهو باطل بن له ف ربض النة ومن ت رك المراء وهو من خلقه بن 9له ف أعلها ومن حس
“Telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Mukarram Al 'Ammiyyu Al
Bashari, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Fudaik ia berkata, Telah
menceritakan kepadaku Salamah bin Wardan Al Laitsi dari Anas bin Malik
ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa
yang meninggalkan berbohong (dan berbohong pada waktu itu sesuatu yang
tidak dibenarkan) maka akan dibangunkan untuknya rumah di sekitar surga,
barangsiapa yang meninggalkan perdebatan (sedang dia orang yang berhak
untuk berdebat) maka akan dibangunkan untuknya rumah di tengah surga,
dan barangsiapa yang memperbagus akhlaknya maka akan dibangunkan
rumah untuknya di bagian yang “paling atas”.10
Dalam bersenda gurau tersebut maka akan menimbulkan tawa. Tawa
adalah ciri dari manusia, dalam arti bahwasanya yang tertawa hanyalah
manusia. Tawa tersebut terjadi karena adanya sebuah ulah atau sikap manusia,
atau hal-hal lain yang dihubungkan dengan manusia. Biasanya tawa lebih
banyak terjadi jika objek dihadapan atau dilihat oleh lebih dari seseorang
ketimbang jika hanya dilihat seorang diri.
Manusia tertawa karena merasa senang terhadap orang lain dan ingin
menunjukkan rasa bangga terhadap orang lain. Sifat yang demikian tersebut
merupakan tabiat asli yang menghiasai kehidupan manusia sehari-harinya.11
Humor dalam kehidupan memiliki kualitas insani yang berdampak positif bagi
9 Abu Daud Sulaeman al-Sajastani,Sunan Abu Daud(Beirut:Daaral Kitab al-Arabi),
Kitab:Adab, Bab:Teguran Keras dari Dusta, Hal:539. 10
Aplikasi Sembilan Imam Hadis LIDWA 11
Abdul Majid S, Tertawa yang disukai, tertawa yang dibenci Allah(Jakarta:Gema Insani
Press, 2004), Hal: 23.
5
kesehatan fisik dan juga mental bagi manusia. Humor sangat penting dalam
kehidupan manusia, karena humor memicu seseorang untuk tersenyum dan
tertawa. Senyum dan tawa sangat bermanfaat untuk kesehatan jiwa manusia.
Saat ini telah banyak peneliti yang telah menemukan berbagai manfaat yang
dihasilkan dengan humor. Humor dapat mengurangi tingkat kecemasan dan
juga stress bagi individu, meningkatan kesehatan mental, dan juga membuat
seseorang dapat berkreativitas.
Ada masyarakat, bahkan seseorang yang dikenal sebagai humoris.
Namun, ada juga yang tidak demikian. Kelucuan selalu mengena dengan hal-
hal yang tidak wajar atau umum. Kelucuan atau humor berlaku bagi manusia
normal yaitu dengan adanya kelucuan maka akan menghibur. Hiburan
merupakan sebuah kebutuhan mutlak bagi manusia untuk ketahanan diri
dalam proses pertahanan hidupnya.
Pada dasarnya manusia itu diciptakan oleh Allah SWT dengan
berbagai macam watak dan juga perilaku. Kita tidak dapat menyalahkan
seseorang yang memiliki kegemaran terhadap orang yang suka terhadap
humor. Dengan demikian, tertawa merupakan fitrah bagi setiap manusia, yang
tidak diberikan kepada ciptaan yang lainnya.
Tertawa dapat mendatangkan kesehatan, yaitu dengan tertawa yang
lahir dari perasaan yang rela, riang dan gembira. Dengan kata lain bahwasanya
ketika tertawa tersebut dilakukan dengan tarikan nafas yang teratur dan tidak
tertawa yang berlebihan yaitu dengan terbahak-bahak. Tertawa juga
merupakan suatu olahraga yang menyegarkan paru-paru, melancarkan
6
peredaran darah kelenjar-kelenjar buntu serta menyegarkan anggota tubuh.
Dengan tertawa juga dapat memanjangkan umur dan menyehatkan badan. 12
Rasulullah SAW mengatakan bahwasanya sebaiknya ketika dalam
bergurau lebih baik meningalkan kedustaan dalam gurauanya tersebut. Hal ini
sesuai dengan sabda Rasullullah SAW yaitu:
ث نا عبد العزيز عن منصور بن أذين ث نا حجي أبو عمر وحد مكحول عن أب عن حدميان كله حت ي رك هري رة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ل ي ؤمن العبد ال ت
رك المراء وإن كان صادقا الكذب 13ف المزاحة وي ت
Telah menceritakan kepada kami Hujain Abu Umar dan telah menceritakan
kepada kami Abdul 'Aziz dari Manshur bin Udzain dari Makhul dari Abu
Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Bersabda:
"Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan sepenuhnya hingga ia
meninggalkan berbohong ketika sedang bergurau, dan meninggalkan
berdebat meski ia benar. "14
Amin berkata “seandainya manusia bersikap jujur, niscaya mereka
tidak memerlukan tiga perempat obat-obatan yang ada di apotik, dan ia cukup
mengobatinya dengan tertawa. Satu tawa lebih baik dari seribu kali aspirin dan
pil penenang.Orang yang banyak tersenyum akan melihat kesulitan-kesulitan
hidup dengan tenang, untuk kemudian mampu mengalahkan kesulitan-
kesulitan itu.15
12
Majid S, Abdul, Tertawa yang disukai, tertawa yang dibenci Allah (Jakarta:Gema Insani
Press,2004), Hal: 31. 13 Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal Al-Syaybānî,, Musnad al-Imam Aḥmad bin
Ḥanbal(Beirut: Dar al-Kutub,1971), Kitab:Sisa Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan
hadits, Bab : Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, Juz: 2, Hal:352.
14 Aplikasi Sembilan Imam Hadis LIDWA
15 Iwan Marwan , Rasa Humor dalam Perspektif Agama(Buletin Al-Turas 19.2 (2013)
7
Dengan demikian, keberadaan humor sebagai sarana hiburan sangatlah
penting. Humor dapat tampil mantap sebagai penyegar pikiran dan sekaligus
sebagai penyejuk batin, dan sebagai penyalur uneg-uneg. Humor dapat juga
memberikan sesuatu wawasan yang arif dengan tampilan yang menghibur.
Adapun alasan penulis memilih judul ini karena fenomena saat ini
perihal stand up yang disingungkan dengan isi matan hadis tersebut, maka
perlu diadakan penelitian matan untuk mengetahui lebih dalam tentang matan
hadis tersebut. Untuk lebih dalam memahami hadis, maka sebelumnya
dilakukan penelitian sanad, dikarenakan hadis tersebut tidak terhimpun di
dalam kitab-kitab hadis yang tingkatannya sahih yaitu sahih Bukhari dan juga
sahih Muslim. Oleh karena itu, penulis ingin membahas tentang “Studi Kritik
Sanad dan Matan tentang Hadis Dusta untuk membuat orang tertawa”.
B. Identifikasi , Batasan dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pembahasan latar belakang permasalahan, dapat
diidentifikasi beberapa masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan dusta ?
b. Apa macam-macam bentuk dusta ?
c. Bagaimana pengaruh yang timbul dari dusta ?
d. Bagaimana cara mengobati penyakit dusta?
e. Bagaimana pengaruh dusta terhadap kepribadian?
f. Bagaimana cara meninggalkan dusta ?
g. Apa yang dimaksud dengan tawa?
h. Bagaimana tertawa Rasulullah?
8
i. Apa yang bahaya tertawa menurut pandangan Islam ?
j. Bagaimana kualitas hadis-hadis tentang ancaman terhadap orang yang
berdusta untuk menimbulkan tawa?
2. Pembatasan Masalah
Dari uraian diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam
skripsi ini adalah Bagaimana kualitas hadits larangan dusta untuk orang
lain tertawa ruang lingkup penulisan ini hanya mencangkup tentang
berdusta dan juga tentang tertawa. Hadis- hadis yang akan diadakan
penelitian terbatas pada hadits-hadits yang dirujuk dalam kitab al-Mu’jᾶm
al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ dan juga kitab-kitab takhrij
lainnya yang berada di dalam kitab al-Kutub al-Tis’ah. Untuk lebih
terarahnya pembahasan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
3. Perumusan Masalah
a. Bagaimana kualitas sanad dan matan tentang ancaman orang berdusta
hanya untuk membuat orang tertawa?.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kualitas sanad dan matan hadis.
2. Untuk menggali kandungan hadis tentang Ancaman terhadap orang
berdusta hanya untuk tertawa.
3. Untuk menambah khazanah keilmuan bagi penulis dan kaum muslimin
pada umumnya.
9
4. Untuk memenuhi tugas dan syarat dalam menyelesaikan gelar sarjana
strata satu (SI) pada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri ( UIN )
Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metodologi Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian skripsi ini, yaitu :
1. Metode Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan studi kepustakaan
(library research), yaitu dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan,
merumuskan masalah dengan menggunakan sumber-sumber primer yaitu
dengan kitab-kitab hadis al-Kutub at-Tis’ah, penulis juga menggunakan
kitab-kitab kamus hadis seperti al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-
Hadῖts al-Nabawῖ,Miftâh Kunûz al-Sunnah, Mausû’ah Atrâf al-Hadîs al-
Nabawî al-Syarif, Tuhfatu al-Asyrâf Bima’rifati al-Atrâf dan kitab-kitab
yang laiinya yang berkenaan dengan masalah yang penulis angkat dan
dapat dijadikan sebagai rujukan sekunder. Selain dengan kitab-kitab
tersebut penulis juga menggunakan aplikasi hadis yaitu Lidwa dan juga al-
Maktabah al-Syâmilah.
Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data yang ditempuh
penulis dalam melakukan analisis data adalah sebagai berikut :
Pertama, melakukan takhrij hadis, dengan menggunakan kitab al-Mu’jᾶm
al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ, Mausû’ah Atrâf al-Hadîs al-
Nabawî al-Syarif, Tuhfatu al-Asyrâf Bima’rifati al-Atrâf
Kedua, mencari data yang telah diperoleh dari kitab kamus dengan
merujuk kepada kitab asli yang telah ditunjukkan oleh kitab kamus.
10
Ketiga, Memaparkan skema jalur-jalur sanad agar terlihat ada tidaknya
pendukung yang berstatus muttabi’ atau yang bersifat syawahid.
Keempat. Melakukan penelitian sanad ( kritik sanad ) dari data yang
diambil dari kitab-kitab rijal al-Hadis seperti Tahdzîb al-Kamal ataupun
Tahdzîb al-Tahdzîb, dan lain-lain. Kegiatan ini untuk menentukan
kedudukan hadis melalui kegiatan penelitian kepribadian para perawinya.
Kelima, melakukan kegiatan penelitian matan hadis dari hasil penelitian
sanad tersebut dan membandingkan hadis tersebut dengan al-Qur’an dan
hadis.
Keenam, Memberikan kesimpulan dari kegiatan penelitian tersebut dan
memberikan pesan penting dari hadis tersebut.
Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada buku
yang berjudul “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013”.
E. Kajian Pustaka
Untuk menghindari terjadinya kesamaan pembahasan pada skripsi ini
dengan skripsi yang lain, penulis menelusuri kajian-kajian yang pernah
dilakukan orang atau memiliki unsur kesamaan. Selanjutnya hasil penelusuran
ini akan menjadi acuan penulis untuk tidak mengangkat judul yang sama,
sehingga diharapkan kajian ini tidak terkesan plagiat dari kajian yang telah
ada.
Berdasarkan hasil pengamatan dan studi di Perpustakaan telah
ditemukan beberapa penelitian sebelumnya. Yaitu:
11
1. Skripsi Amir Mumin Solihin, tentang “Etika Komunikasi Lisan menurut
al-Qur’an: Kajian Tematik” pada tahun 2011, skripsi ini hanya
mengumpulkan ayat-ayat al-Quran yang berhubungan dengan etika
komunikasi lisan.
2. Skripsi Damanhuri,“ Studi Kualitas Sanad dan Matan Hadis dalam KItab
Nasa’ih al-‘Ibad Pada Bab al-Suba’î tentang Larangan Tertawa” pada
tahun 2007, skripsi ini membahas tentang hadis-hadis tentang tawa.
3. Iwan Marwan, yang menulis tentang “Rasa Humor dalam Perspektif
Agama” di Buletin Al-Turas isi di dalam bulletin itu memfokuskan pada
etika humor Rasulullah,
4. Buku karya Imam al-Ghazali, “Bahaya Lidah”,ter.Zainuddin,
(Jakarta:Bumi Aksara,1994), isi dalam buku ini membahas semua aspek-
aspek yang timbul dari lidah.
Dari tinjauan diatas, dapat penulis katakan bahwa pembahasan skripsi
ini berbeda dengan karya tersebut, karena penulis melakukan kegiatan kritik
sanad dan matan untuk mengungkap kualitas hadits.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengklarifikasi menjadi lima bab
dan setiap bab dibagi menjadi beberapa sub-sub yang setiap sub saling
berkaitan.
Sistematika penulisan tersebut berikut ini:
Bab pertama diawali dengan pendahuluan, yang terdiri dari latar
belakang masalah, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tinjauan
pustaka, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan sitematika penulisan.
12
Pada bab ini akan memberikan gambaran singkat tentang masalah yang akan
dibahas pada bab-bab selanjutnya.
Bab kedua berisikan tinjauan umum tentang Dusta dan tertawa yang
meliputi: Pengertian dusta, bentuk-bentuk dusta, Pengaruh yang timbul dari
dusta, Pengaruh dusta terhadap kepribadian dan cara untuk meninggalkan
dusta, Pengertian tentang tertawa, Etika tertawa Rasulullah,dan bahaya tertawa
dalam pandangan islam,
Bab ketiga tinjauan umum tentang Hadis –hadis tentang dusta dan
tertawa yaitu mengelompokkan hadis tentang dusta serta terjemahannya. Lalu
hadis- hadis tentang tertawa dan Terjemahannya.
Bab keempat yaitu analisa hadis tentang orang yang berdusta untuk
membuat tertawa yaitu yang berisi tentang, teks hadis dan terjemahannya,
kegiatan takhrij al-hadis, melakukan i’tibar, pengertian Kritik sanad dan
matan hadis yang terdiri dari kritik sanad hadis dan kritik matan hadis, dan
yang terakhir adalah kegiatan kritik hadis tentang ancaman terhadap orang
yang berdusta untuk membuat tertawa
Bab kelima berisikan penutup. Pada bagian ini terdiri dari kesimpulan
yang didasarkan kepada uraian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada
bab-bab sebelumnya, dan juga memuat saran-saran yang diperlukan.
13
BAB II
KONSEP ISLAM TENTANG DUSTA DAN TERTAWA
A. Konsep Islam Tentang Dusta
1. Pengertian Tentang Dusta
Dusta ( bohong) merupakan penyakit yang timbul dari lidah. Dusta
dalam Bahasa Arab berasal dari kata kadzaba-yakdzibu-kadzib - كذذب
كذب –يكذب yang artinya adalah berbohong.1 Dusta di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah perkataan yang tidak benar.2 Secara istilah dusta
adalah suatu pernyataan yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
dengan kata lain beda di mulut beda pula di hati.3 Perbuatan dusta
merupakan suatu perbuatan yang rendah, yang akan menimbulkan
kerusakan pada dirinya dan menimbulkan kejahatan yang akan mendorong
pada perbuatan dosa.
Menurut Ibn Faris4 bahwasanya kata al-kadzib ( الكذذب ( adalah
antonim dari kata ash-shidq( ذذق .yang artinya benar )الص5 al-Ashfahani
6
menjelaskan bahwasanya kata al-kadzib( الكذب ( pada awalnya kata tersebut
1 KH. Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia
Terlengkap(,Surabaya: Pustaka Progressif, 1984), Cet:1, Hal:1197. 2 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008), Edisi 4, Hal: 349. 3 M.Ali Hasan, 50 Perbuatan dan Perilaku yang Membawa Malapetaka(Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya,1997), Hal:112. 4 lebih dikenal dengan Ibnu Faris (wafat pada tahun 395 H/1004) adalah seorang ulama
dibidang bahasa Arab dan sastrawan. 5 Sahabudin, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata(Jakarta:Lentera Hati,2007),
Hal:413. 6 Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim al-Husain bin Muhammad bin al-
Mufadhal. al-Asfahani adalah nisbah dari tempat asalnya yaitu kota Asfahan. Akan tetapi
beliau hidup di kota Bagdad. Beliau adalah seorang ahli sejarah dan sastra, pakar dalam ilmu
balaghah (retorika) dan sya’ir.
14
mula-mula hanya digunakan untuk menyatakan benar atau tidaknya sebuah
informasi, baik berupa janji ataupun bukan. Pada akhirnya kata tersebut
berkembang dalam penggunaanya. Perkataan itu digunakan perihal tentang
ucapan dan isi hati orang yang tidak sesuai, sehingga kata al-kadzib ) الكذب (
itu digunakan. Kata kadzib ( كذب) adalah sebuah perilaku kebohongan yang
menunjukan bahwasanya orang tersebut telah melakukan kebohongan
berulang kali. Adapun kata kadzaba ) كذذب( merupakan pernyataan untuk
mengatakan satu kebohongan. 7
Dalam Al-Qur’ᾱn kata al-kadzib ( dipergunakan untuk ) الكذذذب
memberitakan sebuah perihal yang tidak benar. Dengan kata lain
bahwasanya kadzib ( الكذب ( adalah suatu perbuatan untuk menyampaikan
sesuatu, namun berbeda dengan kenyataannya atau terdapat kebohongan
dalam menyampaikannya, sehingga seseorang tersebut dikatakan lemah
karena dia tidak dapat menyampaikan sebuah informasi yang benar.
Berdusta merupakan suatu perilaku buruk yang merupakan suatu dosa
besar yang dapat merusak pribadi dan masyarakat. Dusta itu sendiri
merupakan sebuah kecacatan di dalam masyarakat karena dengan hal
tersebut banyak terjadi kehinaan dan keburukan dalam hidup bermasyarakat.
Dusta atau bohong merupakan sebuah pernyataan tentang sesuatu
namun, hal tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Dusta
ini tidak hanya perkataan saja namun juga pada perbuatan. Ketika seseorang
telah memiliki sifat dusta dalam kehidupan bermasyarakat maka dapat
7 Sahabudin, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata, Hal:413.
15
dikatakan mereka akan hidup kacau-balau dikarenakan dusta merupakan
sumber awal dari kehancuran.8
Perbuatan dusta dapat menimbulkan kebencian di antara orang-orang
dan menyebabkan kehilangan kepercayaan di antara mereka dan dapat
menjadikan mereka saling menjauh tidak mau menolong dan juga akan
terjadi tidak kerukunan dalam hidup bermasyarakat. Dengan demikian
benarlah bahwasanya Islam menggangap dusta itu sebagai dosa yang besar.
Pada awalnya perkataan dusta tersebut dilakukan untuk memperoleh
keuntungan untuk diri sendiri. Hal tersebut mengakibatkan hal buruk terjadi
kepada pendusta tersebut. Ketika pelaku pendusta hanya melakukan satu
kali, dan itu diketahui oleh orang maka jatuhlah harga diri dan juga martbat
orang tersebut.
Islam telah melarang untuk mempercakapkan hal-hal yang bathil atau
perihal yang membawa kebatilan, permusuhan, dan juga perkelahian.
Bahwasanya sebuah perkataan tersebut tergantung terhadap amalan yang
sedang, atau yang pernah dilakukan. Perkataan tersebut tidak dianggap
benar apabila tidak dibuktikan dengan amalan.
Ucapan seseorang dapat menjadi agung ataupun tinggi derajatnya
apabila ucapan seseorang sesuai dengan kenyataan. Adapun ucapan
seseorang itu dapat dikatakan rendah derajatnya apabila seseorang
mengucapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Jadi,
ucapan yang memiliki derajat tinggi adalah sebuah ucapan yang dapat
dibuktikan dengan kebenaran.
8 Didiek Ahmad Supadie,dkk., Pengantar Studi Akhlak(Jakarta:Rajawali, 2012), rev.ed.
Cet 2, Hal: 226.
16
Allah SWT telah melarang untuk melakukan kebohongan. Hal
tersebut telah ditegaskan di dalam firmanya:
9
105. Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang
tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta.
2. Bentuk-bentuk Dusta
Pada dasarnya semua dusta itu merupakan sebuah akhlak yang buruk.
Allah SWT akan memberikan hukuman kepada hambanya yang melakukan
perbuatan yang buruk. Berikut akan penulis paparkan beberapa bentuk-
bentuk dari perbuatan dusta tersebut:
a. Berdusta yang tidak dibolehkan:
Dusta yang tidak boleh dilakukan adalah:
1. Mendustakan Allah SWT dan Rasulullah. Perbuatan ini merupakan
dusta yang paling berbahaya karena seseorang dapat memutarbalikkan
firman-firman Allah dan sabda-sabda Rasulnya, sehingga orang
tersebut dapat mengatakan yang haram menjadi halal.10
2. Berlebih-lebihan dalam memberitakan sesuatu. Jika orang tersebut
telah terbiasa dengan hal seperti itu maka ia akan merasakan tidak
enak jika berbicara tidak dilebih-lebihkan.
3. Mencampuradukkan yang benar dengan yang dusta. Baik dalam
perkataan atau dalam perbuatan. Memotong-motong kebenaran. Yakni
9 Q.S an-Nahl ayat : 105
10 Akram Utsman, Hidup tanpa Dusta(Jakarta:Nakhlah Pustaka, 2008),ter.Yulaikha
Fitria, Hal:63.
17
memotong sebagian ucapan di awal, tengah atau di bagian ujung
perkataan, sehingga merusak suatu perkataan yang benar.
4. Menyatakan sesutau yang berlainan dari yang dirasakan di hati,
meskipun pada hakikatnya yang dikatakan tersebut benar.
5. Mengundang anak kecil untuk mengambil sesuatu. Perilaku tersebut
akan menjadi factor yang paling kuat untuk menjadikan dirinya
sebagai pembohong. Anak-anak biasanya akan meniru atau mengingat
hal-hal yang telah dia dengar atau dia lihat karena anak-anak memiliki
daya ingatan yang sangat kuat.11
6. Berdusta dalam hal mimpi. Dengan demikian bahwasanya seseorang
itu berkata bahwasanya dia telah mimpikan sesuatu di dalam tidur
nya. 12
b. Dusta yang dibolehkan
Islam adalah sebuah agama yang memiliki rasa toleran yang sangat
tinggi, sehingga lebih mementingkan jalinan yang erat dan kuat antara
individu ataupun masyarakat. Maka dengan itu, pada saat tertentu
seseorang diperbolehkan berbohong dengan disertai niat yang baik. Jika
niat untuk mendapatkan ridha Allah SWT maka kebohongan akan
membuat kokoh dalam hidup bermasyarakat. Adapun kondisi yang
diperbolehkannya berdusta berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw
yaitu :
11
Husain al-Awayisyah, Saat Diam Saat Bicara (Manajemen Lisan)(Jakarta:Darul
Haq,2006), ter. Gunaim Ihsan, cet:2, Hal: 106. 12
Sa’ad Abdul Wahid, Membersihkan dan Menyembuhkan berbagai Penyakit
Qalbu(Yogyakarta:Citra Media,2006), Hal:210.
18
ثذنا دا ثذنا عبد الرحن بن مهدي حد ود بن عبد الرحن عن ابن خثذيم عن شهر حدعت رسول الله صلى الله عليه وسلم بن حوشب عن أساء بنت يزيد أنذها س
ب كما يذتتابع الفراش يطب يذقول أيذها الناس ما يملكم على أن تذتابذعوا ف الك ف النار كل الكب يكتب على ابن آدم إل ثلث خصال رجل كب على
امرأته ليذرضيذها أو رجل كب ف خديعة حر أو رجل كب بذي امرأين مسلمي نذهماليص 13لح بذيذ
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdii telah
menceritakan kepada kami Daud bin Abdurrahman dari Ibnu
Hutsaim dari Syahr bin Hausyab dari Asma' binti Yazid bahwa dia
telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berkhutbah, kemudian beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia,
apa yang mendorong kalian ikut-ikutan berdusta sebagaimana anai-
anai berebut ke api, setiap perbuatan dusta akan dicatat atas anak
adam kecuali tiga hal; seorang suami yang berbohong kepada
isterinya supaya isterinya ridla, atau seseorang yang berdusta dalam
rangka strategi perang dan seseorang yang berbohong di antara
kedua belah pihak dari kaum muslimin untuk mendamaikan
keduanya.14
Berdasarkan keterangan hadis Nabi tersebut, maka yang
diperbolehkan berdusta yaitu :
1. Dusta yang dilakukan seorang suami kepada istrinya, demi
menenangkan atau menghibur hatinya.15
2. Seseorang mendamaikan di antara manusia. Ketika timbul
permasalahan atau pertikaian diantara individu ataupun kelompok,
maka Islam membolehkan seseorang untuk berbohong dengan tujuan
untuk mendamaikan kedua belah pihak yang saling bersengketa
sehingga dapat menghilangkan perselisihan.
13
Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Aḥmad
bin Ḥanbal(Beirut: Dar al-Kutub: 1971), Kitab: Musnad dari beberapa kabilah, Bab: Dari
hadits Asma` binti Yazid Radliyallahu 'anha, Hal:454. 14
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 15
Husain al-Awayisyah, Saat Diam Saat Bicara (Manajemen Lisan), Hal:105.
19
3. Berdusta kepada musuh untuk menjaga rahasia dalam perang. Begitu
juga manakala suatu masyarakat berhadapan dengan musuh dibawah
himpitan perang, sehingga para pejuangnya membolehkan untuk
berbohong untuk menjatuhkan lawannya. 16
Menurut al-Ghazali17
bahwasanya perkataan itu merupakan sarana
untuk mencapai sebuah tujuan. Jika sebuah tujuan itu baik,apabila dapat
ditempuh dengan cara yang baik maka haram untuk berdusta. Apabila
hanya bisa dilakukan dengan berbohong maka hukumnya menjadi mubah
dengan syarat tujuannya pun akan menjadi mubah. Adapun menjadi
wajib apabila tujuannya menjadi sebuah kewajiban seperti menjaga darah
orang muslim maka berdusta disini hukumnya menjadi wajib. Misalkan
terdapat orang yang tidak bersalah, namun ia bersembunyi dan terdapat
orang yang mengetahui keberadaan orang tersebut, maka orang tersebut
wajib menyelamatkannya orang yang akan mendzaliminya itu. 18
Tsuban19
mengatakan bahwasanya dusta itu semuanya berdosa,
kecuali dusta yang dimaksudkan untuk memberikan kemanfaatan kepada
seorang muslim atau yang ditujukan untuk menolak suatu bahaya yang
akan datang.20
16
Akram Utsman, Hidup tanpa Dusta, Hal:63-71. 17
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i(lahir di
Thus; 1058 / 450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H. Beliau adalah
seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad
Pertengahan 18
Imam al-Ghazali, Bahaya Lidah, ter.Zainuddin, (Jakarta:Bumi Aksara,1994), Hal: 22. 19
Tsauban bin Mujaddid wafat pada tahun 54 H Tsauban bin Mujaddid adalah seorang
budak yang dibeli oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. lalu dibebaskan. Kemudian
beliau masih terus berkhidmat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam. sampai wafatnya dan
meriwayatkan 128 hadis.
20 Imam al-Ghazali, Bahaya Lidah, ter.Zainuddin, Hal: 23.
20
3. Pengaruh yang timbul dari Dusta
Dampak yang timbul dikarenakan dusta dapat mengakibatkan
pengaruh yang buruk bagi pelakunya. Sehingga sebaiknya perbuatan dusta
tersebut ditinggalkan, ataupun ia pernah melakukannya sebaiknya bertobat
kepada Allah Swt. Adapun dampak negatif yang timbul dari dusta yaitu :
1. Dapat menyebarkan keraguan di antara manusia.
2. Terjerumusnya ke dalam tanda-tanda munafik.
3. Tercabutnya barokah ketika dalam berniaga.21
4. Pengaruh Dusta Terhadap Kepribadian
Penyakit dusta tersebut dapat menjalar dari hati sampai ke lidah,
sehingga rusak lidah tersebut yaitu dalam berbicara. Penyakit tersebut lalu
menjalar lagi ke anggota badan, maka rusaklah perbuatan-perbuatan tersbut
seperti lidah. Pada umumnya penyakit dusta tersebut dari ucapan dan
perbuatan. Namun, hal tersebut dapat membahayakan dirinya baik lahir
maupun batin. Oleh karena itu orang yang memiliki penyakit dusta itu harus
diobati dengan kejujuran,ataupun dibimbing untuk lebih dekat kepada Allah
SWT. 22
5. Cara meninggalkan Dusta
Bahwasanya kita harus mampu menghadirkan Allah dalam segala
aktifitas kita,sehingga kita dapat terhindar dari bisikan syaitan untuk
melakukan perbuatan yang tercela. Adapun cara untuk meninggalkan dusta
bagi orang yang sering melakukannya adalah:
21
Abdullah bin Jaarullah, Awas! Bahaya Lidah, Hal:23 22
Abdullah bin Jaarullah, Awas! Bahaya Lidah, Hal:42.
21
1. Memiliki rasa keyakinan akan diri apa yang telah ditakdirkan oleh Allah
SWT untuk kita,khusunya perihal dunia yang membuat kita terjerumus
ke dalam perbuatan maksiat.
2. Melatih diri dan jiwa. Yaitu membiasakan diri untuk melakukan segala
kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Melatih jiwa agar
selalu melakukan perbuatan yang baik. Pada dasarnya jiwa itu akan
menjadi baik apabila terlatih untuk melakukan kebaikan. 23
3. Menumbuhkan nilai-nilai moral dan keteladanan yang luhur.24
B. Tinjauan Umum Tentang Tertawa
1. Pengertian tentang Tertawa
Tertawa merupakan sebuah aktifitas yang biasa dilakukan orang-orang
dalam kehidupan sehari-hari. Tertawa dalam bahasa arab berasal dari kata
كا -ضذ كا -ضذ وضذ .25
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tawa adalah
sebuah ungkapan rasa gembira, senang dengan mengeluarkan suara pelan
ataupun kecil melalui alat ucap.26
Menurut terminologi tertawa adalah
ekspresi jiwa atau emosional yang diperlihatkan melalui raut wajah dan
bunyi-bunyian tertentu.27
Kata tertawa tersusun dari dua kata yaitu apabila
ditulis menggunakan metode pemenggalan baku bahasa Indonesia menjadi
ter-tawa. Jadi kata dasar dari tertawa adalah tawa. Kata tawa merupakan
23
Abdullah bin Jaa.rullah, Awas! Bahaya Lidah, Hal:46. 24
Akram Utsman, Hidup tanpa Dusta, Hal:94. 25
KH. Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia
Terlengkap(,Surabaya: Pustaka Progressif, 1984), Hal:813. 26
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama,2008), cet. 4, Hal:1412. 27
Anggun Resdasari Prasetyo dan Harlina Nurtjahjanti, Pengaruh Penerapan Terapi
Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api, Jurnal Psikologi
Undip Vol11,No.1 April,2012,Hal:64.
22
kata benda, kemudian diimbuhi dengan awalan ter- yang mengubah
kedudukannya menjadi sebuah kata kerja.
Terdapat beberapa kata ataupun sebuah gabungan kata yang
didalamnya mengandung makna arti tertawa. Seperti halnya bergumam,
yaitu tertawa yang tertahan. Tertawa terbahak-bahak yaitu tertawa yang
besar disertai dengan suara yang besar dan keras-keras. Senyum pun
termasuk kedalam arti tertawa. Tertawa pahit yaitu tertawa kecil karena
diakibatkan karena merasa tidak suka. Tertawa terkekeh-kekeh yaitu sebuah
ungkapan untuk menunjukan ekspresi tertawa dengan suara yang terpingkal-
pingkal.
Selain itu juga, kata tawa, memiliki beberapa perubahan bentuk. Kata
menertawai,menertawakan,penertawaan dan ketawa. Kata menertawai
merupakan sebuah kata kerja yang berarti menertawakan orang lain, benda
ataupun ataupun kejadian yang didalamnya terdapat unsur menghina atupun
mengejek. Kata menertawakan, merupakan sebuah kata benda yang berarti
tertawa akan sesuatu. Kata tertawaan merupakan kata benda yang berarti
bahan untuk ditertwakan. Kata penertawaan merupakan kata benda yang
berarti bahan untuk ditertawakan. Kata penertawaan merupakan kata benda
yang berarti sebuah proses atau cara perbuatan menertawai ataupun
menertawakan. Kata yang terakhir yaitu kata ketawa merupakan sebuah kata
kerja yang merupakan ragam cakapan lain dari ketawa.28
Tertawa itu menyehatkan. Tertawa merupakan sebuah ekspresi dari
kebahagiaan dan juga ekspresi dari jiwa. Tertawa sangatlah dianjurkan agar
28
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hal:1412.
23
seseorang terlihat ceria dan tertawa memiliki manfaat bagi kesehatan fisik
dan juga jiwa. Seseorang akan tertawa karena mendengar ataupun melihat
sesuatu yang lucu,sehingga orang tersebut akan merasakan bahagia.
Bahwasanya tertawa merupakan dua komponen yaitu pertama, isyarat
dan yang kedua adalah produksi bunyi. Saat seseorang sedang tertawa maka
otak akan memaksa tubuh untuk serentak dengan seiringan melakukan
aktivitas kedua tersebut. Dalam ilmu fisiologis, tertawa merupakan ekspresi
wajah yang terjadi karena adanya suatu gerakan dari bibir, di kedua ujung
bibir, atau disekitar mata.29
2. Etika Tertawa Rasulullah
Secara umum orang-orang yang dengan beragam latar belakang dan
bidang mengatakan bahwa jika seseorang ingin hidup tenang, nyaman, dan
bahagia, maka seseorang tersebut harus riang, senyum, dan tawa. Dengan
demikian, tanpa disadari akan tercipta suasana yang baik dan dapat
mengusir perasaan malas, bosan serta kekecewaan dalam hidup.30
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam merupakan orang yang paling
murah dalam tersenyum di hadapan para sahabatnya. Bahkan beliau
menjadikan senyum sebagian dari ibadah kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Seseorang yang mengamati kehidupan beliau akan melihat
bahwasanya beliau adalah sosok yang suka terhadap humor ataupun
bercanda. Beliau diutus oleh Allah sebagai pemberi rahmat bagi
keluarganya, kerabat,ataupun orang yang disekitarnya. Rahmat beliau selalu
terpancarkan dari wajahnya yang bersih dan penuh senyum.
29
Tria Ivanka, Seni Membaca Senyum(Jakarta:Percetakan Hi-Fest,2008), Hal:12. 30
Aidh Abdullah al-Qarni, Tersenyum, ter.Ayip Faishol dan Zainal Abidin
(Jakarta:Pustaka Azzam,2004), Hal:11.
24
Beliau adalah sosok yang suka bercanda dan bergurau. Namun, ketika
bercanda tidak pernah berkata yang tidak benar. Candaanya diantara para
sahabatnya bagaikan tetesan air yang menyegarkan. Beliau mengajak para
sahabatnya untuk bercanda untuk menumbuhkan rasa semangat dan guna
untuk mereka riang gembira.
Dalam tawa dan canda Rasulullah tidak pernah berlebihan. Beliau
mampu meletakkan humor dan candaanya dalam posisi antara orang yang
sedang berwajah cemberut,masam dan kering jiwanya dengan orang yang
sangat berlebihan dalam tawa dan juga guyonan. Ketika beliau tertawa
terkadang hinga gigi gerahamnya tampak. Hal tersebut sesuai dengan hadis
Nabi SAW yaitu :
ثه عن ثن ابن وهب أخبذرنا عمرو أن أبا النضر حد ثذنا يي بن سليمان قال حد حدها قالت سليمان بن يسار ما رأيت النب صلى الله عليه عن عائشة رضي الله عنذ
ا كان يذتبسم 31وسلم مستجمعا قط ضاحكا حت أرى منه لواته إن
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaiman dia berkata;
telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb telah mengabarkan kepada
kami 'Amru bahwa Abu Nadlr telah menceritakan kepadanya, dari
Sulaiman bin Yasar dari Aisyah radliallahu 'anha dia berkata; "Saya
tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tertawa
terbahak-bahak hingga terlihat langit-langit dalam mulutnya, beliau
hanya biasa tersenyum."32
Berdasarkan hadis tersebut bahwasanya Rasulullah tidak melakukanya
dengan berlebihan sampai badanya bergerak-gerak atau seperti main-main.
Itulah kesantunan tawa yang luhur.33
31
Muhammad bin Ismā’il bin Ibrāhim al-Ju’fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîḥ Bukhārî, Kitab :
Adab,Bab : Senyum dan tertawa, Hal:1543.
32 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
33 Muhammad Said Mursi, Panduan Praktis dalam pergaulan,ter.Abdul Hayyie al-
Kattani dan Uqinu Attaqi, (Jakarta:Gema Insani Press,2004), Hal:21-23.
25
3. Bahaya Dari Tertawa Menurut Pandangan Islam
Islam memberikan peringatan terhadap gurauan dan juga tertawa yang
dilakukan oleh seseorang. Bahwasanya para setan dan juga iblis sedang
tertawa terbahak-bahak untuk melalaikan dia. Oleh karena itu Islam
melarang perbuatan tersebut apabila berlebih-lebihan.Dampak yang akan
timbul dari perbuatan tertawa secara berlebih-lebihan adalah: 34
a. Dicela oleh para Ulama
Tertawa dan gurauan yang berlebih-lebihan tidak disukai oleh para ulama
dan orang-orang yang sopan serta memiliki akal yang sehat. Menurut
pandangan para ulama bahwasanya orang-orang yang tertawa dan
bercanda secara berlebih-lebihan merupakan orang yang tidak serius
dalam melakukan suatu pekerjaan dan tidak memiliki jiwa bertanggung
jawab.
b. Melupakan Mati dan Akhirat
Tertawa yang dilakukan secara berlebihan akan menyebabkan kita lupa
akan adanya hari akhir. Ketika manusia tersebut sudah berada didalam
kelalaian maka ia akan lupa akan datangnya kematian dan tidak
memikirkan akhirat.
c. Berani melakukan dosa
Hati yang telah dilalaikan dengan sebuah perkara yang dapat
meyenangkan dan akan mudah untuk melakukan dosa tanpa memiliki
rasa takut sedikitpun, karena hatinya telah diselumuti oleh setan.
34
Abdul Majid S, Tertawa Yang Disukai Tertawa Yang Dibenci, Jakarta: Gema Insani,
2004, hal:114
26
d. Menanggung Dosa Orang Lain
Tertawa secara berlebihan dapat mengundang seseorang untuk ikut larut
dalam tertawa tersebut.
e. Banyak menangis di Akhirat
Tertawa yang dilakukan secara berlebihan dia akan lebih sering menangis
di akhirat nanti.
Setelah penulis memaparkan pembahasan diatas, maka langkah
selanjutnya yang penulis lakukan adalah mengumpulkan hadis-hadis yang
sesuai dengan kajian penulis ini dengan menggunakan kamus-kamus hadis.
27
BAB III
HADIS – HADIS TENTANG DUSTA DAN TERTAWA
A. Hadis dan Terjemahanya
Pada pembahasaan ini, penulis akan menelusuri hadis-hadis yang terkait
dengan persoalan dusta dan tertawa, melakukan penelusuran dengan
menggunakan metode takhrij1.Penulis melakukan kegiatan takhrij melalui
kamus al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ dan Miftah
Kunûz al-Sunnah. Dalam penelitian ini penulis hanya menghimpun hadits-
hadits yang berada di dalam Sahîh al-Bukhâri, Sahîh Muslim, Sunan at-
Tîrmîdzî, Sunan Abû Dawûd, Sunan Ibnu Mâjâh, dan Sunan Nasa‟î, Sunan
Darimi, Musnad Imam Ahmâd dan Juga Muwatha‟ Imam Malik.
a. Hadits-Hadits Tentang Dusta
Dalam penulusuran ini penulis melakukan pencarian melalui kata ب الكذ
melalui kamus al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ 2 dan
kitab Miftah Kunûz al-Sunnah 3
maka didapatkan hadits-hadits berikut :
ث نا عثمان بن أب ث نا جرير عن منصور عن أب وائل عن عبد اللو رضي حد شيبة حددق ي هدي إل الب وإن الب ي هدي عن النب اللو عنو صلى اللو عليو وسلم قال إن الص
1 Takhrij adalah penunjukan terhadap tempat hadits di dalam sumber aslinya yang
dijelaskan sanad dan martabatnya sesuai dengan keperluan. Takhrij hadits bertujuan untuk
mengetahui sumber asal hadits yang ditakhrij. Dengan cara ini, maka kita akan mengetahui hadits-
hadits yang pengutipanya memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadits yang berlaku sehingga
hadits tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya. (Drs..M.Agus Solahudin dan
Agus Suyadi, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia),Hal:189-191). 2 A.J, Weinsinck, al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ (Leiden: Briel,
1969), Juz:5, Hal: 557.
3 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Miftah Kunîz al-Sunnah(Cairo:Dar al-Hadits), Hal: 412 -
413.
28
يقا وإن الكذب ي هدي إل الفجور وإن إل النة وإن الرج ل ليصدق حت يكون صدابا 4الفجور ي هدي إل النار وإن الرجل ليكذب حت يكتب عند اللو كذ
"Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Abu Wa`il dari
Abdullah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau
bersabda: "Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan,
dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika
seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai
orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan
pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke
neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga
akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta."5
عت ربعي بن حر ث نا علي بن العد قال أخب رنا شعبة قال أخب رن منصور قال س اش حدعت عليا ي قول قال النب صلى اللو عليو وسلم ل تكذبوا علي فإنو من ك ذب ي قول س
6علي ف ليلج النار “Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Al Ja'd berkata, telah
mengabarkan kepada kami Syu'bah berkata, telah mengabarkan
kepadaku Manshur berkata, aku mendengar Rib'i bin Jirasy berkata, aku
mendengar 'Ali berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Janganlah kalian berdusta terhadapku (atas namaku), karena
barangsiapa berdusta terhadapku dia akan masuk neraka."7
ثن سلمة بن ث نا ابن أب فديك قال حد ي البصري حد ث نا عقبة بن مكرم العم حدوسلم من ت رك وردان الليثي عن أنس بن مالك قال قال رسول اللو صلى اللو عليو
ق بن لو ف وسطها الكذب وىو باطل بن لو ف ربض النة ومن ت رك المراء وىو من خلقو بن لو ف أعلىا 8ومن حس
“Telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Mukarram Al 'Ammiyyu
Al Bashari, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Fudaik ia
berkata, Telah menceritakan kepadaku Salamah bin Wardan Al Laitsi
4 Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîḥ Bukhārî(Kairo: al-
Mathba‟ah al-Salafiyyah,1400 H), Kitab:Adab, Bab: Firman Allah ” Wahai orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah” , Hal:1543,
5 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
6 Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî,Ṣaḥîḥ Bukhārî, Kitab: Ilmu, Bab :
Dosa orang yang berdusta atas nama Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam, Hal: 47.
7 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
8 Muhammad Bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah(Riyadh: Baitul Afkar ad-
Dauliyah), Kitab: Muqaddimah, Bab: menjauhi bid‟ah dan perdebatan, Hal: 23.
29
dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Barangsiapa yang meninggalkan berbohong (dan
berbohong pada waktu itu sesuatu yang tidak dibenarkan) maka akan
dibangunkan untuknya rumah di sekitar surga, barangsiapa yang
meninggalkan perdebatan (sedang dia orang yang berhak untuk
berdebat) maka akan dibangunkan untuknya rumah di tengah surga,
dan barangsiapa yang memperbagus akhlaknya maka akan
dibangunkan rumah untuknya di bagian yang “paling atas”.9
ث نا شعبة عن مغرية عن أ د بن جعفر قال حد ث نا مم ار قال حد د بن بش ب أخب رنا مموق يس بن أب غرزة قال وائل عن ق ف قال أتانا النب صلى اللو عليو وسلم ونن ف الس
وق يالطها اللغو والكذب فشوبوىا بالصدقة 10إن ىذه الس “Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata;
telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far berkata; telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dari Mughirah dari Abu Wail dari
Qais bin Abi Gharazah berkata, "Nabi shallallahu 'alahi wa sallam
mendatangi kami saat kami sedang berada di pasar, kemudian beliau
bersabda: "Sesungguhnya pasar ini bercampur dengan perbuatan sia-sia
dan kedustaan, maka campurlah dengan sedekah."11
ث نا عثمان بن عمر أخب رنا ابن أب ذئب عن سعيد بن سعان عن أب ىري رة أن حداعة حت تظهر الفت ويكث ر الكذب سول اللو صلى اللو عليو ر وسلم قال ل ت قوم الس
12السواق وي ت قارب الزمان ويكث ر الرج قيل وما الرج قال القتل وي ت قارب "Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Umar, dia berkata; telah
mengabarkan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari Sa'id bin Sim'an dari
Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat hingga muncul banyak fitnah,
kedustaan merajalela, pasar-pasar saling berdekatan, waktu semakin
pendek dan banyak bermunculan Al haraj." maka ditanyakanlah kepada
beliau; "Apa itu Al haraj?" beliau menjawab: "Pembunuhan."13
9 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
10Abi Abdirrahman Ahmad ibn Syuaib an-Nasa‟I, Sunan Nasa’i(Beirut: Dar el Fikr), Kitab:
Iman dan Nadzar, Bab: Senda gurau dan dusta, Hal: 915.
11 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
12 Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Aḥmad bin
Ḥanbal(Beirut: Dar al-Kutub: 1971),Kitab : Sisa Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan
hadits, Bab : Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu ,Hal:519.
13 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
30
ث نا ع ث نا حجي أبو عمر وحد بد العزيز عن منصور بن أذين عن مكحول عن أب حديان كلو حت ي رك ىري رة قال قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ل ي ؤمن العبد ال ت
رك المراء وإ 14ن كان صادقاالكذب ف المزاحة وي ت
“Telah menceritakan kepada kami Hujain Abu Umar dan telah
menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz dari Manshur bin Udzain dari
Makhul dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam Bersabda: "Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan
sepenuhnya hingga ia meninggalkan berbohong ketika sedang bergurau,
dan meninggalkan berdebat meski ia benar."15
ث نا وكيع عن نافع بن عمر عن ابن أب مليكة عن عائشة رضي اللو ثن يي حد حدها كانت ت قرأ إذ تلقونو بألسنتكم وت قول الولق الكذب قال ابن أب مليكة وكان ت عن
16أعلم من غريىا بذلك لنو ن زل فيها Telah menceritakan kepadaku Yahya telah menceritakan kepada kami
Waki' dari Nafi' bin Umar dari Ibnu Abu Mulaikah dari 'Aisyah
radliallahu 'anha ketika ia membaca (firman Allah) "idz talaqqaunahu bi
alsinatakum" (Ketika kalian menerima berita bohong itu dari mulut-
mulut kalian"), dia berkata; "(talaqqau dari kata) al walqu artinya
kedustaan." Ibnu Abu Mulaikah berkata; 'Aisyah adalah orang yang
paling tahu (tentang hal itu) daripada orang lain, karena memang ayat
itu turun tentang dirinya."17
ث نا أبو رجاء عن ث نا جرير حد ث نا موسى بن إساعيل حد سرة بن جندب رضي اللو حدلة رجلي أت يان قال الذي رأ ي تو يشق عنو قالقال النب صلى اللو عليو وسلم رأيت اللي
لغ ال اب يكذب بالكذبة تمل عنو حت ت ب 18فاق ف يصنع بو إل ي وم القيامة شدقو فكذ Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan
kepada kami Jarir telah menceritakan kepada kami Abu Raja` dari
Samurah bin Jundab radliallahu 'anhu dia berkata; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Aku tadi malam bermimpi ada dua orang
yang membawaku, keduanya berkata; "Dan yang kamu lihat seseorang
14
Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Aḥmad bin
Ḥanbal, Hal:352.
15 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
16 Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣahîh Bukhārî (Kairo: al-
Mathba‟ah al-Salafiyyah,1400 H), Kitab : Peperangan,Bab : Hadits Ifki, Hal: 1523. 17
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 18
Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣahîh Bukhārî, Kitab :
Adab,Bab: Firman Allah "Wahai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah",Hal: 2262.
31
yang dirobek-robek mulutnya adalah seorang pendusta yang selalu
berbicara dengan kedustaannya hingga dibawanya sampai ke ufuk
(cakrawala) sana, dan ia selalu seperti itu hingga datang hari Kiamat."19
ث نا داود بن عبد الرحن عن ابن خث يم عن شهر بن ث نا عبد الرحن بن مهدي حد حدعت رسول اللو صلى اللو عليو وسلم يطب حوشب عن أساء بنت يزيد أن ها س
ي قول أي ها الناس ما يملكم على أن ت تاب عوا ف الكذب كما ي تتابع الفراش ف النار ى امرأتو لي رضي ها كل الكذب يكتب على ابن آدم إل ثلث خصال رجل كذب عل
ن هما 20أو رجل كذب ف خديعة حرب أو رجل كذب ب ي امرأين مسلمي ليصلح ب ي
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdii telah
menceritakan kepada kami Daud bin Abdurrahman dari Ibnu Hutsaim
dari Syahr bin Hausyab dari Asma' binti Yazid bahwa dia telah
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah,
kemudian beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia, apa yang
mendorong kalian ikut-ikutan berdusta sebagaimana anai-anai berebut
ke api, setiap perbuatan dusta akan dicatat atas anak adam kecuali tiga
hal; seorang suami yang berbohong kepada isterinya supaya isterinya
ridla, atau seseorang yang berdusta dalam rangka strategi perang dan
seseorang yang berbohong di antara kedua belah pihak dari kaum
muslimin untuk mendamaikan keduanya.21
ث نا عبد الرزاق عن معمر عن أيوب عن ابن أب مليكة عن ث نا يي بن موسى حد حداللو عليو وسلم من الكذب عائشة قالت ما كان خلق أب غض إل رسول اللو صلى
ث عند النب صلى اللو عليو وسلم بالكذبة فما ي زال ف ن فس و ولقد كان الرجل يدها ت وبة 22حت ي علم أنو قد أحدث من
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Musa, telah menceritakan
kepada kami Abdurrazzaq dari Ma'mar dari Ayyub dari Ibnu Abu
Mulaikah dari Aisyah ia berkata; Tidak ada akhlak yang paling
dibenci Allah melebihi sifat dusta. 23
19
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 20
Aḥmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Aḥmad bin
Ḥanbal, Kitab: Musnad dari beberapa kabilah, Bab: Dari hadits Asma` binti Yazid Radliyallahu
'anha, Hal:454. 21
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 22
al-Hâfiz Abû „îsa Muhammad bin „îsa Al-Turmudzi,Sunan al-Turmudzi, (Riyadh,Bayt al-
Afkâf ad-Dawliyah,9947),Kitab: Berbakti dan menyambung silaturrahim, Bab: Jujur dan
bohong,Hal: 348. 23
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
32
ث نا سفيان عن عبد الملك عن أب أخب رنا عبد اللو ب د بن عبد الرحن قال حد ن ممماسرة فأتانا رسول اللو صلى اللو عليو وائل عن ق يس بن أب غرزة قال ى الس كنا نسم
ار إن ىذا الب يع وسلم ونن نبيع فسم نا ف قال يا معشر التج ر من اس انا باسم ىو خي عكم بالصدقة 24يضره اللف والكذب فشوبوا ب ي
Telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin
'Abdurrahman berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari
Abdul Malik dari Abu Wail dari Qais bin Abu Gharazah berkata,
"Kami dahulu dipanggil dengan sebutan samasirah (para calo),
kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang kepada kami
dan kami sedang berjualan, maka beliau pun menamakan kami dengan
nama yang lebih baik daripada nama kami. Beliau bersabda: "Wahai
para pedagang, sesungguhnya perdagangan ini dihadiri oleh orang
yang bersumpah dan pendusta maka campurlah perdagangan kalian
dengan sedekah.25
ثن سليمان أخب رنا عمر ث نا سفيان قال حد ث نا يي قال حد و بن علي قال حدعن النب صلى اللو العمش عن سليمان بن مسهر عن خرشة بن الر عن أب ذر
يهم ولم عذاب أليم الذي عليو وسلم قال ثلثة ل ي ن ظر اللو إليهم ي وم القيامة ول ي زكق سلعتو بالكذب 26ل ي عطي شيئا إل منو والمسبل إزاره والمن ف
Telah mengabarkan kepada kami 'Amr bin Ali, ia berkata; telah
menceritakan kepada kami Yahya, ia berkata; telah menceritakan
kepada kami Sufyan, ia berkata; telah menceritakan kepadaku
Sulaiman Al A'masy dari Sulaiman bin Mushir dari Kharasyah bin Al
Hurr dari Abu Dzar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: Tiga orang yang tidak akan diajak bicara Allah pada Hari
Kiamat dan Allah tidak akan melihatnya serta mensucikannya dan
mereka mendapatkan adzab yang pedih yaitu; orang yang tidak
memberi sesuatu melainkan ia mengungkitnya, orang yang
memanjangkan kainnya hingga melebihi mata kaki, dan orang yang
menjual barangnya dengan sumpah palsu."27
24
Abi Abdirrahman Ahmad ibn Syuaib an-Nasa‟I, Sunan Nasa’i(Beirut: Dar el Fikr),Kitab:
Iman dan nadzar, Bab: Sumpah dan dusta bagi yang tidak meyakini sumpah dengan hatinya,
Hal:14. 25
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 26
Abi Abdirrahman Ahmad ibn Syuaib an-Nasa‟I, Sunan Nasa’i, Kitab: Jual-beli, Bab:
Melariskan dagangan dengan sumpah palsu, Hal: 5.
27 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
33
ث نا جرير عن عبد الملك بن عمري عن جابر بن سرة ث نا عبد اللو بن الراح حد حدبالابية ف قال إن رسول اللو صلى اللو عليو وسلم قام فينا طب نا عمر بن الطاب قال
مثل مقامي فيكم ف قال احفظون ف أصحاب ث الذين ي لون هم ث الذين ي لون هم ث 28وما يستشهد ويلف وما يستحلف ي فشو الكذب حت يشهد الرجل
Telah menceritakan kepada kami Abdullah Ibnul Jarrah berkata, telah
menceritakan kepada kami Jarir dari Abdul Malik bin Umair dari Jabir
bin Samurah ia berkata; Umar Ibnul Khtaththab berkhutbah di Jabiah,
ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdiri di
hadapan kami sebagaimana aku berdiri di hadapan kalian, lalu beliau
bersabda: "Jagalah (hak) sahabatku, kemudian orang-orang setelah
mereka, kemudian orang-orang setelah mereka. Setelah itu akan
menyebar kedustaan, hingga seorang laki-laki bersaksi tanpa diminta
untuk bersaksi, dan bersumpah tanpa diminta untuk bersumpah."29
عت شعبة ع ث نا عب يد بن سعيد قال س د قال حد ث نا أبو بكر وعلي بن مم ن يزيد حدع أبا ث عن أوسط بن إسعيل البجلي أنو س عت سليم بن عامر يد بن خري قال س
سلم قام رسول اللو صلى اللو عليو و بكر حي قبض النب صلى اللو عليو وسلم ي قول ل ث بكى أبو بكر ث قال عليكم بالصدق فإنو مع الب وه ا ف مقامي ىذا عام الو
إنو ل ف النة وإياكم والكذب فإنو مع الفجور وها ف النار وسلوا اللو المعافاة ف را من المعافاة ول تاسدوا ول ت باغضوا ول ي ؤت أحد ب عد اليقي خي
30ت قاطعوا ول تداب روا وكونوا عباد اللو إخوانا Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar dan Ali bin Muhammad
keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami 'Ubaid bin Sa'id
dia berkata; saya mendengar Syu'bah dari Yazid bin Khumair dia
berkata; saya mendengar Sulaim bin 'Amir bercerita dari Ausath bin
Isma'il Al Bajali bahwa dia mendengar Abu Bakar ketika Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam meninggal dunia, katanya; "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam telah berdiri di tempat berdiriku ini pada
tahun pertama." -kemudian dia menangis- dia melanjutkan; "Kalian
harus berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran bersama dengan
kebaikan, dan keduanya berada di surga. Janganlah kalian berdusta,
28
Muhammad Bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah(Riyadh: Baitul Afkar ad-
Dauliyah),Kitab : Hukum-hukum, Bab: Larangan untuk memberikan kesaksian kepada pihak yang
tidak memintanya, Hal: 791. 29
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 30
Muhammad Bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah, (Kitab: Doa, Bab: Doa untuk
minta maaf dan kesehatan, Hal: 1265.
34
karena sesungguhnya kedustaan bersama dengan kejahatan, dan
kedua-duanya berada di neraka. Memintalah kalian kepada Allah
ampunan, sesungguhnya ia tidak di berikan kepada seseorang setelah
keyakinan yang lebih baik daripada pengampunan, dan janganlah
kalian saling hasad, jangan saling membenci, jangan saling memutus
hubungan dan jangan saling bermusuhan, dan jadilah kalian hamba-
hamba Allah yang bersaudara."31
ث نا ىاشم بن ث نا إساعيل بن أب حد ر ي عن ابن معاوية قال حد ث نا زىي القاسم قال حدث نا ق يس قال قام أبو بكر رضي اللو عنو فحمد اللو عز وجل وأث ن خالد قال حد
ناس إنكم ت قرءون ىذه الية عليو ف قال يا أي ها ال
{ يا أي ها الذين آمنوا عليكم أن فسكم ل يضركم من ضل إذا اىتدي تم }
عت رسول اللو صلى اللو إل آخر الية وإنكم تضعون ها على غري موضعها وإن سهم بع روه أوشك اللو أن ي عم قابو عليو وسلم ي قول إن الناس إذا رأوا المنكر ول ي غي
عت أبا بكر رضي اللو عنو ي قول يا أي ها الناس إياكم والكذب فإ ن الكذب قال وسيان مانب 32لل
Telah menceritakan kepada kami Hasyim Bin Al Qasim dia berkata;
Telah menceritakan kepada kami Zuhair yaitu Ibnu Mu'awiyah dia
berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il Bin Abu Khalid dia
berkata; Telah menceritakan kepada kami Qais, dia berkata; " Abu
Bakar berdiri lalu memuji Allah dan mensucikan-Nya, kemudian dia
berkata; "Wahai manusia, sesungguhnya kalian membaca ayat ini:
"Wahai orang-orang yang beriman, kalian bertanggung jawab atas diri
kalian masing-masing, tidak akan membahayakan kalian sedikitpun
orang yang tersesat.. (sampai akhir ayat), dan kalian menempatkannya
tidak pada tempatnya, aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sesungguhnya jika manusia melihat
kemungkaran, kemudian tidak merubahnya, maka dikhawatirkan
Allah akan meluaskan adzab kepada mereka semua." Dia berkata;
"Dan aku mendengar Abu Bakar berkata; "Wahai manusia jauhilah
dusta Karena sesungguhnya dusta itu menjauhkan kalian dari iman."33
31
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 32
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Ahmad bin
Hanbal, Kitab: Musnad sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, Bab: Musnad Abu Bakr As
Siddik, Hal: 198. 33
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
35
ثن مالك عن أن رجل قال لرسول اللو صلى اللو عليو وسلم صفوان بن سليم حدر ف الكذب أكذب امرأت يا رسول اللو ف قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ل خي
أعدىا وأقول لا ف قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ل ف قال الرجل يا رسول اللو 34جناح عليك
Telah menceritakan kepadaku Malik dari Shafwan bin Sulaim berkata,
"Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam; "Aku akan berbohong kepada isteriku, Wahai Rasulullah."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada kebaikan
dalam berbohong" Orang itu berkata; "Wahai Rasulullah, aku berjanji
kepadanya dan aku akan mengutarakannya." Maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada dosa bagimu."35
ث نا جرير عن إدريس الودي عن أب إسحق عن أب د حد أخب رنا عثمان بن مميو وسلم قال إن شر الروايا الحوص أن عبد اللو ي رفع الديث إل النب صلى اللو عل
روايا الكذب ول يصلح من الكذب جد ول ىزل ول يعد الرجل اب نو ث ل ي نجز لو دق ي هدي إل الب وإن الب ي هدي إل النة وإن الكذب ي هدي إل الفجور إن الص
ادق صدق وب ر وي قال للكاذب كذب وإن الفجور ي هدي إل النار وإنو ي قال للصيقا ويكذب حت يكت ب عند اللو وفجر وإن الرجل ليصدق حت يكتب عند اللو صد
ابا وإنو قال لنا ىل أن بئكم ما العضو وإن العضو ىي النميمة الت ت فسد ب ي كذ36الناس
Telah mengabarkan kepada kami Utsman bin Muhammad telah
menceritakan kepada kami Jarir dari Idris Al Audi dari Abu Ishaq dari
Abu Al Ahwash bahwa Abdullah memarfu'kan hadits kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya cerita
yang paling buruk adalah cerita dusta, dan sebagian dusta itu tidak
pantas dijadikan sesuatu yang serius dan canda. Seorang laki-laki
tidak boleh berjanji kepada anaknya kemudian ia tidak menunaikan
janjinya itu. Sesungguhnya kebenaran itu membimbing kepada
kebajikan dan kebajikan itu membimbing ke surga. Sesungguhnya
dusta itu menunjukkan pada kedurhakaan dan kedurhakaan itu
membimbing ke neraka. Sesungguhnya akan dikatakan kepada orang
yang jujur; Ia jujur dan bajik. Dan akan dikatakan kepada orang yang
34
Mâlik bin Anas bin Mâlik bin Abi Âmir, Muwata Malik,Dârul Farb al-Islâmî:1997,
Kitab: Lain-lain, Juz: 5 Hal:1440.
35 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
36„Abdurrahman ibn‟Abdirahman ibn al-Fadl Ad-Darimi,Musnad Ad Darimi,(Dârul al-
Basyair Al-Islamiyyah:1419H), Kitab: budak, Bab: Dusta, Hal: 388.
36
berdusta; Ia berdusta dan durhaka. Sesungguhnya seseorang akan
berlaku jujur hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang sangat
jujur dan berlaku dusta hingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta."
Beliau bersabda kepada kami: "Maukah aku beritahukan kepada
kalian apa itu Al 'Adlhu itu? Sesungguhnya Al 'Adlhu adalah
mengadu domba yang akan menghancurkan antara manusia."37
b. Hadits-hadits tentang Tertawa
Dalam pencarian ini penulis menggunakan kitab Mu‟jam al-
Mufahras38
dan kitab Miftahu al-Kunuz39
dalam melakukan penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan kata ضذذ, Maka penulis
mendapatkan hadits-hadits berikut ini:
ث نا عبد الميد بن جعفر عن إب راىي ث نا أبو بكر النفي حد ث نا بكر بن خلف حد م حداللو صلى اللو عليو وسلم ل تكثروا قال رسول بن عبد اللو بن حن ي عن أب ىري رة قال
حك تيت القلب 40الضحك فإن كث رة الض
“Telah menceritakan kepada kami Bakar bin Khalaf telah menceritakan
kepada kami Abu Bakar Al Hanafi telah menceritakan kepada kami
Abdul Hamid bin Ja'far dari Ibrahim bin Abdullah bin Hunain dari Abu
Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan
mematikan hati."41
د بن مسرىد ث نا مسد ثن أب عن أبيو قال حد ث نا يي عن ب هز بن حكيم قال حد حدعت رسول اللو صلى ث ف يكذب ليضحك بو القوم ويل س سلم ي قول ويل للذي يد
42لو ويل لو
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad berkata,
telah menceritakan kepada kami Yahya dari Bahz bin Hakim ia berkata;
telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Bapaknya ia berkata, "Aku
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
37
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 38
A.J, Weinsinck, al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ, Juz:3, Hal: 483. 39
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Miftah Kunûz al-Sunnah, Hal: 296. 40
Muhammad Bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah, Kitab : Zuhud, Bab: Sedih dan
menangis, Hal : 453.
41 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
42 Abu Daud Sulaeman Al-Sajastani, Sunan Abu Dâwud(Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi),
Kitab:Adab, Bab: Teguran Keras Dari Dusta, Hal: 539.
37
"Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat
orang lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia.". 43
ثو عن ثن ابن وىب أخب رنا عمرو أن أبا النضر حد ث نا يي بن سليمان قال حد حدها قالت بن يسار عن عائشة رضي سليمان ما رأيت النب صلى اللو عليو وسلم اللو عن
م ا كان ي تبس 44مستجمعا قط ضاحكا حت أرى منو لواتو إن
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaiman dia berkata;
telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb telah mengabarkan kepada
kami 'Amru bahwa Abu Nadlr telah menceritakan kepadanya, dari
Sulaiman bin Yasar dari Aisyah radliallahu 'anha dia berkata; "Saya
tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tertawa
terbahak-bahak hingga terlihat langit-langit dalam mulutnya, beliau
hanya biasa tersenyum."45
ث نا جرير عن الفضيل بن غزوان عن علي بن حسي قال من د بن حيد حد أخب رنا مم46ضحك ضحكة مج مة من العلم
”Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Humaid telah
menceritakan kepada kami Jarir dari Al fudlail bin Ghazwan dari Ali
bin Husain ia berkata: "Barangsiapa tertawa, lepaslah satu bagian dari
ilmu". 47
ث نا وكيع عن سفيان عن أب الزناد عن العرج عن أب ث نا أبو بكر بن أب شيبة حد حد
هاقال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم إن اللو يضحك إل رجلي ي قتل أحد ىري رة قال
الخر كلها دخل النة ي قاتل ىذا ف سبيل اللو ف يستشهد ث ي توب اللو على قاتلو
48ف يسلم ف ي قاتل ف سبيل اللو ف يستشهد
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata,
telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Abu Az Zinad
dari Al A'raj dari Abu hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
43
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 44
Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîḥ Bukhārî, Kitab :
Adab,Bab: Senyum dan tertawa, Hal:1543.
45 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
46 „Abdurrahman ibn‟Abdirahman ibn al-Fadl Ad-Darimi,Musnad Ad Darimi, Kitab
Mukaddimah, Bab: Menjaga ilmu, Hal: 15.
47 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
48Abû „Abd.Allah Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Sunan Ibnu Majah Kitab:
Mukadimah, Bab: Pengingkaran Jahmiyah, Hal:68.
38
wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tertawa kepada dua orang,
salah satu dari keduanya membunuh yang lainnya, sementara keduanya
tetap masuk surga. Yang satu berperang di jalan Allah dan gugur,
kemudian Allah mengampuni si pembunuh. Setelah itu ia masuk Islam,
kemudian berperang di jalan Allah dan gugur pula."49
ث نا أبو بكر بن أب شيبة ث نا يزيد بن ىارون أن بأنا حاد بن سلمة عن ي على بن حد حدو أب رزين قال قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم عطاء عن وكيع بن حدس عن عم
غريه قال ق لت يا رسول اللو أو يضحك الرب قال رب نا من ق نوط عباده وق رب ضحك را 50ن عم ق لت لن ن عدم من رب يضحك خي
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata,
telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun berkata, telah
memberitakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Ya'la bin 'Atho`
dari Waki' bin Hudus dari pamannya Abu Razin ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Rabb kita tertawa dengan ibadah
para hamba-Nya dan besarnya kecemburuannya." Abu Razin berkata;
Aku bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah Rabb tertawa?" beliau
menjawab: "Ya benar, " aku berkata: "Selamanya kita akan mendapat
kebaikan apabila Rabb kita tertawa."
يعا عن ر بن حرب وإسحق بن إب راىيم ج ث نا زىي ث نا جرير عن حد ر حد جرير قال زىي منصور عن إب راىيم عن السود قال دخل شباب من ق ريش على عائشة وىي بن وىم
ت عن قو أو يضحكون ف قالت ما يضحككم قالوا فلن خر على طنب فسطاط فكاد
نو أن تذىب ف قالت ل تضحكوا فإن عت رسول اللو صلى اللو عليو وسلم قال عي سيت عنو با ما من مسلم 51خطيئة يشاك شوكة فما ف وق ها إل كتبت لو با درجة وم
“ Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ishaq bin
Ibrahim seluruhnya dari Jarir. Zuhair berkata; Telah menceritakan
kepada kami Jarir dari Manshur dari Ibrahim dari Al Aswad dia
berkata; "Pada suatu hari, seorang pemuda Quraisy berkunjung kepada
Aisyah, istri Rasulullah, ketika ia sedang berada di Mina. Kebetulan
49
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 50
Abû „Abd.Allah Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Sunan Ibnu Majah, Hal:64.
51 Abû Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairî al-Naisâbûrî, Sahih Muslim, (Libanon:Dar
el-Fikr), Kitab: Berbuat baik, menyambut silaturahmi dan adab, Bab:Seorang mukmin mendapat
pahala karena musibah yang menimpanya, Hal:14.
39
saat itu para sahabat sedang tertawa, hingga Aisyah merasa heran dan
sekaligus bertanya; 'Mengapa kalian tertawa? ' Mereka menjawab; 'Si
fulan jatuh menimpa tali kemah hingga Iehernya (atau matanya) hampir
lepas.' Aisyah berkata; 'Janganlah kalian tertawa terbahak-bahak!
Karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: 'Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau
yang Iebih kecil dari itu, melainkan akan ditulis baginya satu derajat
dan akan dihapus satu kesalahannya.' 52
ث نا علي بن مسهر عن المختار ابن ف لفل عن أنس بن أخب رنا علي بن حجر قال حدنا بوجهو صلى بنا رسول اللو صل مالك قال ى اللو عليو وسلم ذات ي وم ث أق بل علي
جود ول بالقيام ول بالنصراف فإن ف قال إن إمامكم فل ت بادرون بالركوع ول بالسل والذي ن فسي بيده لو رأي تم ما رأيت لضحكتم خلفي ث قا أراكم من أمامي ومن
53رأيت يا رسول اللو قال رأيت النة والنار قليل ولبكيتم كثريا ق لنا ما
“Telah mengabarkan kepada kami 'Ali bin Hujr dia berkata; telah
menceritakan kepada kami 'Ali bin Mushar dari Al Mukhtar bin Fulful
dari Anas bin Malik dia berkata; "Suatu hari Rasulullah Shalallahu
'Alaihi Wa Sallam bersama kami, kemudian beliau menghadap kami
lalu bersabda: 'Aku adalah imam kalian, maka janganlah kalian
mendahuluiku saat ruku', sujud, berdiri, dan saat aku beranjak dari
shalat. Sesungguhnya aku melihat kalian dari arah depan dan balakang."
Kemudian beliau menambahkan, 'Demi Dzat yang jiwaku ada ditangan-
Nya, seandainya kalian dapat melihat apa yang aku lihat, maka kalian
pasti akan sedikit tertawa dan banyak menangis'. Kami bertanya, 'Apa
yang engkau lihat wahai Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam? '
Beliau menjawab: 'Aku melihat surga dan neraka."54
ث نا ابن أب ذئب عن سعيد المقبي عن أبيو عن أب ىري رة ث نا عاصم بن علي حد حديطان فإذا ت ثاءب رضي اللو عنو عن النب صلى اللو عليو وسلم قال التثاؤب من الش
يطان 55أحدكم ف لي رده ما استطاع فإن أحدكم إذا قال ىا ضحك الش
52
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 53
Abi Abdirrahman Ahmad ibn Syuaib an-Nasa‟I,Sunan Nasa’i(Beirut: Dar el Fikr:2003),
Kitab: Sahwi (Lupa), Bab: Larangan mendahului imam ketika pergi meninggalkan shalat, Hal:83.
54 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
55 Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîh Bukhārî, Kitab:
Permulaan penciptaan makhluq, Bab: Sifat iblis dan tentaranya,Hal: 1197.
40
Telah bercerita kepada kami 'Ashim bin 'Ali telah bercerita kepada
kami Ibnu Abi Dza'bi dari Sa'id Al Maqbariy dari bapaknya dari Abu
Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Menguap itu dari setan. Maka bila seorang dari kalian
menguap hendaklah sedapat mungkin ditahannya karena bila seseorang
dari kalian menguap dengan mengeluarkan suara haa, setan akan
tertawa".56
ث نا أب عن صالح عن ابن ث نا ي عقوب بن إب راىيم حد ث نا علي بن عبد اللو حد حدد بن سعد بن أب وقا ص شهاب قال أخب رن عبد الميد بن عبد الرحن بن زيد أن مم
استأذن عمر على رسول اللو صلى اللو عليو أن أباه سعد بن أب وقاص قال أخب ره ا استأذن عم ر قمن وسلم وعنده نساء من ق ريش يكلمنو ويستكثرنو عالية أصوات هن ف لم
درن الجاب فأذن لو رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ورسول اللو صلى اللو عليو ي بت وسلم يضحك ف قال عمر أضحك اللو سنك يا رسول اللو قال عجبت من ىؤلء
ت كن عندي عن صوتك اب تدرن الجاب قال عمر فأنت يا رسول اللو الل ا س ف لمنن ول ت هب رسول اللو صلى ال لو كنت أحق أن ي هب ث قال أي عدوات أن فسهن أت هب
أنت أفظ وأغلظ من رسول اللو صلى اللو عليو وسلم قال رسول عليو وسلم ق لن ن عم ا إل يطان قط سالكا فج اللو صلى اللو عليو وسلم والذي ن فسي بيده ما لقيك الش
ك ر فج ا غي 57سلك فج
Telah bercerita kepada kami 'Ali bin 'Abdullah telah bercerita kepada
kami Ya'qub bin Ibrahim telah bercerita kepada kami bapakku dari
Shalih dari Ibnu Syihab berkata telah mengabarkan kepadaku 'Abdul
Hamid bin 'Abdur Rahman bin Zaid bahwa Muhammad bin Sa'ad bin
Abi Waqash mengabarkan kepadanya bahwa Sa'ad bin Abi Waqash
berkata; 'Umar meminta izin menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam saat ada wanita-wanita Quraisy sedang berbincang bersama
Beliau dan berlama-lama berbicara hingga suara mereka terdengar
dengan keras. Ketika 'Umar terdengar meminta izin, para wanita itu
berdiri lalu pergi berlindung di balik tabir. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengizinkan 'Umar masuk lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam tertawa. 'Umar berkata; "Semoga Allah selalu membuat gigi
baginda tertawa wahai Rasulullah". Beliau berkata: "Aku heran dengan
para wanita yang tadi bersamaku. Ketika mereka mendengar suaramu
56
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 57
Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîh Bukhārî, Kitab:
Permulaan penciptaan makhluq, Bab: Sifat iblis dan tentaranya, Hal: 72.
41
mereka langsung saja menghindar dan berlindung dari balik tabir".
'Umar berkata; "Kamulah wahai Rasulullah, seharusnya yang lebih
patut untuk disegani". Selanjutnya 'Umar berkata; "Wahai para wanita
yang menjadi musuh bagi diri kalian sendiri, mengapa kalian segan
(takut) kepadaku dan tidak tidak segan kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam?". Para wanita itu menjawab; "Ya, karena kamu lebih
galak dan keras hati dibanding Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam".
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi
Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada satu setanpun yang
berjumpa denganmu pada suatu lorong melainkan dia akan mencari
lorong lain yang tidak kamu lalui".58
عتو ي قول قال جرير ث نا خالد عن ب يان عن ق يس قال س ث نا إسحاق الواسطي حد حدما حجبن رسول اللو صلى اللو عليو وسلم منذ أسلمت ول و عنو بن عبد اللو رضي الل
59رآن إل ضحك Telah bercerita kepada kami Ishaq Al Wasithiy telah bercerita kepada
kami Khalid dari Bayan dari Qais berkata, aku mendengarnya berkata;
Jarir bin 'Abdullah radliallahu 'anhu berkata; "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam tidak pernah melarangku menemui beliau sejak aku
masuk Islam dan tidaklah melihatku melainkan beliau selalu tertawa".60
ث نا حاد بن سلمة أخب رنا ثابت أخب رنا أبو حات البصري ى و روح بن أسلم البصري حدنما رسول اللو صلى اللو عليو وسلم لى عن صهيب قال ب ي عن عبد الرحن بن أب لي
ون ما أضحك ف قالوا مم تضحك قال عجبا من أمر جالس إذ ضحك ف قال أل تسأل ر وإن أصابو ما ي د اللو عليو فكان لو خي ب ح ر إن أصابو ما ي كره المؤمن كلو لو خي
ر وليس كل أحد أ ر إل المؤمن فصب ر كان لو خي 61مره لو خي
Telah mengabarkan kepada kami Abu Hatim Al Bashri ia adalah Rauh
bin Aslam Al Bashri, telah menceritakan kepada kami Hammad bin
Salamah telah mengabarkan kepada kami Tsabit dari Abdurrahman bin
Abu Laili dari Shuhaib ia berkata; Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam sedang duduk, tiba-tiba beliau tertawa seraya mengatakan:
"Tidakkah kalian tanyakan kepadaku apa yang membuatku tertawa?"
Mereka bertanya; Apa yang membuat engkau tertawa? Beliau
menjawab: "Sungguh mengagumkan perkara orang mu`min yang
seluruhnya adalah baik baginya. Jika ditimpa sesuatu yang disukai, lalu
58
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 59
Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîh Bukhārî, Kitab: Perilaku
budi pekerti yang terpuji, Bab: Jarir bin Abdullah al Bajali,Hal: 1390. 60
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 61
„Abdurrahman ibn‟Abdirahman ibn al-Fadl Ad-Darimi,Musnad Ad Darimi, Kitab: Kitab
budak, Bab: Mukmin diganjari pada segala-galanya, Hal: 409.
42
ia memuji Allah karenanya, maka hal itu adalah baik baginya. Jika
ditimpa sesuatu yang tidak disukai, lalu ia bersabar, maka itu pun baik
baginya. Tidak ada seorang pun yang seluruh perkaranya baik baginya
kecuali orang mu`min."62
ث نا عبد اللو بن يوسف أخب رنا مالك عن أب الزناد عن العرج عن أب ىري رة رضي حده اللو إل رجلي ي قتل أحدها أن رسول اللو صلى اللو عليو وسلم قال يضحك اللو عن
الخر يدخلن النة ي قاتل ىذا ف سبيل اللو ف ي قتل ث ي توب اللو على القاتل 63ف يستشهد
Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan
kepada kami Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah
radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Allah terawa terhadap dua orang dimana yang satu
membunuh yang lainnya namun keduanya masuk surga. Yang satu
berperang di jalan Allah hingga terbunuh. Kemudian Allah menerima
taubat orang yang membunuhnya lalu diapun (berperang) hingga mati
syahid".64
ث نا عبد اللو بن إسعيل عن مالد عن أب الو د بن العلء حد ث نا أبو كريب مم داك حدقال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم إن اللو ليضحك إل عن أب سعيد الدري قال
لة وللرجل يصلي ف جوف الليل وللرجل ي قاتل أراه قال خلف ف ف الص ثلثة للص65كتيبة ال
Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad Ibnul 'Ala`
berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Isma'il dari
Mujalid dari Abul Waddak dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah tertawa kepada
tiga golongan; orang yang berada di shaf shalat, seorang lelaki yang
shalat di tengah malam, dan kepada seorang lelaki yang berperang."
Menurutku beliau mengatakan: "Di belakang batalyon."66
62
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 63
Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîh Bukhārî, Kitab: Jihad dan
penjelajahan, Bab: Orang kafir membunuh seorang muslim kemudian ia masuk Islam dan berlaku
lurus, kemudian ia terbunuh, Hal: 1040.
64 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
65Abû „Abd.Allah Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Sunan Ibnu Majah,
Kitab: Mukadimah, Bab: Pengingkaran Jahmiyah, Hal: 73.
66 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
43
د بن العل ث نا أبو كريب مم ائب عن أبيو عن حد ث نا المحارب عن عطاء بن الس ء حدأتى رجل رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ف قال يا رسول اللو عبد اللو بن عمرو قال
ار الخرة ولقد أت يت وإن والدي إن جئت أريد الهاد معك أب تغي و جو اللو والد67ليبكيان قال فارجع إليهما فأضحكهما كما أبكيت هما
Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Ala`,
telah menceritakan kepada kami Al Muharibi dari Atha` bin Sa`ib dari
Ayahnya dari Abdullah bin Amru berkata; "Seorang laki-laki datang
menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata; 'Wahai
Rasulullah! Sesungguhnya aku datang ingin berjihad bersamamu dalam
rangka mencari ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan kehidupan
akhirat. Dan sungguh aku telah datang sedangkan kedua orang tuaku
menangis.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Kembalilah kepada keduanya, buatlah keduanya tertawa sebagaimana
engkau membuat keduanya menangis."68
ث نا وقد روي عن يزيد بن أب حبيب عن عبد اللو بن الارث بن جزء مثل ىذا حدث نا الليث بن سعد لحان حد ي ث نا يي بن إسحق الس ل حد بذلك أحد بن خالد الل
ما كان ضحك رسول اللو يزيد بن أب حبيب عن عبد اللو بن الارث بن جزء قال عن ما 69صلى اللو عليو وسلم إل ت بس
Dan di riwayatkan pula dari Yazid bin Abu Habib dari Abdullah bin Al
Harits bin Jaz`i seperti ini, telah menceritakan kepada kami seperti itu
Ahmad bin Khalid Al Khallal telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Ishaq As Sailahani telah menceritakan kepada kami Al Laits bin
Sa'd dari Yazid bin Abu Habib dari Abdullah bin Al Harits bin Jaz`i dia
berkata; "Tertawanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hanya
sekedar senyum."70
Telah penulis sajikan beberapa hadis yang seseuai dengan kajian
penelitian. Dengan demikian, langkah yang selanjutnya penulis lakukan
adalah menganalisis beberapa hadis yang sesuai dengan judul penulis pada
bab selanjutnya.
67
Abû „Abd.Allah Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Sunan Ibnu Majah, Kitab: Jihad,
Bab: Seorang laki-laki berperang sementara dirinya memiliki dua orang tua, Hal: 930. 68
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 69
al-Hâfiz Abû „îsa Muhammad bin „îsa Al-Turmudzi,Sunan al-Turmudzi,Kitab: Budi
pekerti yang terpuji, Bab: Keceriaan nabi ShollAllahu 'alaihi wa Salam, Hal: 601.
70 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
44
BAB IV
ANALISA HADIS TENTANG ANCAMAN ORANG YANG BERDUSTA
UNTUK MEMBUAT TERTAWA
A. Teks Hadis dan Terjemahannya
Hadis Pertama
ثن أب عن أبيو قال ث نا يي عن ب هز بن حكيم قال حد د بن مسرىد حد ث نا مسد حدعت ث ف يكذب ليضحك بو س رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ي قول ويل للذي يد
1القوم ويل لو ويل لو
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad berkata,
telah menceritakan kepada kami Yahya dari Bahz bin Hakim ia
berkata; telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Bapaknya ia
berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk
membuat orang lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia.".2
Hadis Kedua
ث نا عبد العزيز عن منصور بن أذين عن مكحول عن أب ث نا حجي أبو عمر وحد حدميان ىري رة قال رك قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ل ي ؤمن العبد ال كلو حت ي ت
رك المراء وإن كان صادقا 3الكذب ف المزاحة وي ت
“Telah menceritakan kepada kami Hujain Abu Umar dan telah
menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz dari Manshur bin Udzain dari
Makhul dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam Bersabda: "Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan
sepenuhnya hingga ia meninggalkan berbohong ketika sedang
bergurau, dan meninggalkan berdebat meski ia benar."4
1 Abî Dâwud Al-sijistany, Sunan Abu Dâwûd(Riyadh,Bayt al-Afkâf ad-Dawliyah),Hal:539.
2 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist.
3 Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Aḥmad bin
Ḥanbal(Beirut: Dar al-Kutub: 1971), Hal:352. 4 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
45
B. Kegiatan Takhrij al-Hadis
Sebelum melakukan kegiatan takhrîj, ada baiknya terlebih dahulu
memahami apa arti kata takhrîj. Takhrîj berasal dari kata kharaja ( yang ( خر
berarti mengeluarkan.5Adapun menurut istilah takhrîj adalah menunjukkan
asal beberapa hadis pada kitab-kitab yang ada (kitab induk hadis) dengan
menerangkan hukum atau kualitasnya.6 Tujuan pokok dari kegiatan penelitian
takhrîj ini adalah untuk mengetahui eksistensi suatu hadis apakah benar suatu
hadis tersebut berada di dalam buku-buku hadis atau tidak, selanjutnya untuk
mengetahui sumber otentik suatu hadis dari buku hadis apa saja hadis tersebut
terhimpun.
Di dalam kegiatan men takhrîj hadis, seorang peneliti harus
mengetahui metode-metode dalam mentakhrîj hadis. Metode-metode tersebut
yaitu: Men takhrîj hadis menggunakan lafal pertama matan hadis
menggunakan kitab al-Jâmi’ al- Shaghir, Men takhrîj hadis menggunakan
kata-kata dalam matan hadis menggunakan kitab al-Mu’jᾶm al-Mufahras li
al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ, Men takhrîj menggunakan perawi hadis pertama
yaitu menggunakan kitab al-Athraf, al-Musnad ataupun kitab Tuhfatu al-
Asyrâf , Men takhrîj menggunakan tema hadis yaitu melalui kitab Miftâh
Kunûz al-Sunnah, Men takhrîj menggunakan status hadis yaitu dengan kitab
Azhâr al-Mutanâtsirah.7
Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan 2 metode dari 5
metode yang ada yaitu dengan takhrij dengan kata yaitu melalui kitab al-
5 A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab –Indonesia(Surabaya Agung :Pustaka
Progresif,1997), Hal:330. 6 Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis(Jakarta:Amzah,2013),Hal:129
7 Agil Husi Munawwar, Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadits
46
Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ dan menggunakan
metode takhrij melalui nama perawi yakni menggunakan Kitab Tuhfatul al-
Asyrâf Bimaʻrifati al-Atrâf. Menurut penulis metode yang penulis pilih adalah
metode yang cukup mudah dalam kegiatan penulusuran dalam kitabnya. Oleh
karena itu, penulis menggunakan metode tersebut.
C. I’tibar
Setelah melakukan kegiatan takhrij, maka langkah selanjutnya yang
penulis lakukan adalah mencatat dan menghimpun seluruh sanad hadis untuk
melakukan kegiatan I’tibar. Kata al-I’tibar ( اإلعتبرر( merupakan masdar dari
kata اعتبر. Menurut bahasa, arti kata al-I’tibar adalah peninjauan terhadap
sebuah hal dengan maksud untuk mengetahui sesuatu yang sejenisnya .8
Menurut istilah dalam ilmu hadis, bahwasanya al-I’tibar adalah
menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu
pada bagian sanadnya hanya tampak seorang periwayat saja dan dengan
menyertakan sanad-sanad yang lain maka akan dapat diketahui apakah ada
periwayat yang lain atau tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis
tersebut. 9 Kegunaan dari al-I’tibâr yaitu untuk mengetahui keadaan sanad
hadis secara menyeluruh dengan dilihat dari ada atau tidak adanya pendukung
berupa periwayat yang berstastus syâhid atau mutabi‟.
Dengan dilakukakannya al-I’tibâr, maka akan terlihat dengan jelas
seluruh jalur sanad hadis-hadis tentang larangan berdusta untuk membuat
orang tertawa, demikian pula dengan nama-nama periwayatnya, dan metode
8 M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi(Jakarta: Bulan Bintang,1992), cet-
1, Hal:49. 9 M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, cet-1,,Hal: 50.
47
periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang
bersangkutan.
D. Pengertian Kritik Sanad Dan Matan
Kritik berasal dari kata وقرر (naqd).10
Kata naqd sendiri berarti
penelitian, analisis, pengecekan,dan pembedaan. Berdasarkan atas keempat
makna tersebut, kritik hadis berarti sebuah penelitian kualitas hadis, analisis
terhadap sanad dan matannya, pengecekan hadis ke dalam sumber-sumber,
serta pembedaan antara hadis autentik dan yang tidak. Kata Naqd di dalam al-
Qur‟an tidak ditemukan, namun al-Qur‟an menggunakan kata tamyîz yang
berarti memisahkan dan membedakan sesuatu dari sesuatu yang lain.11
Kritik
merupakan sebuah kajian hadis yang boleh atau tidak diterapkan, karena
kajian ini muncul belakangan. Menurut istilah kritik adalah sebuah usaha
untuk menemukan kekeliruan dan kesalahan dalam rangka untuk menemukan
kebenaran. 12
Penelitian(kritik) hadis perlu dilakukan berdasarkan atas pertimbangan
teologis, historis dan documenter, praktis, dan pertimbangan tekhnis.
Bahwasanya hadis merupakan salah satu sumber ajaran Islam, dan sekiranya
sebagai sejarah tentang kehidupan Nabi. Beberapa ayat al-Qur‟an
memberikan beberapa argumentasi tentang kehujahan hadis Nabi dan segala
ajaran yang dibawanya termasuk ke dalam ajaran yang harus diikuti. Dengan
demikian sehingga mendorong umat Islam untuk memelihara dan juga
menjaga hadis dari kekeliruan.
10
A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, (Yogya: Unit PBIK PP al-
Munawwir,1984, Hal:1551 11
Idris, Studi Hadis, (Jakarta:Kencana,2010), Hal:275 12
W.j.s. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahas Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
cet.IV, Hal:965.
48
1. Kritik Sanad Hadis
Kegiatan penelitian sanad13
ini adalah untuk memperoleh informasi
mengenai periwayat, Pada bagian ini diperlukan kitab-kitab yang
menerangkan periwayat hadis baik dari sisi biografinya, pribadinya,
kritikan terhadapnya dan menyajikan guru-guru dan murid beliau sehingga
dapat dipastikan sanad tersebut memiliki ketersambungan. Kriteria dalam
keshahihan sanad hadis terdapat beberapa syarat yaitu sanadnya
bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang dabit, tidak terdapat
kejanggalan (syaz) ataupun tidak terdapat kecacatan(‘illat), Tujuan dalam
kegiatan penelitian sanad ini adalah untuk menghindari terjadinya
pemalsuan hadis.
2. Kritik Matan Hadis
Menurut bahasa kata matan berasal dari bahasa arab مرته yang artinya
punggung jalan (muka jalan), tanah yang tinggi dan keras. Menurut ilmu
hadis matan adalah penghujung sanad, yakni sabda Nabi Muhammad
SAW yang disebutkan setelah sanad. Matan hadis adalah isi hadis yang
berupa ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW.14
Dalam menentukan keshahihan matan hadis menurut muhaditsîn
terdapat beberapa kriteria. Menurut Salah al-Dîn al-Adabî bahwasanya
kriteria kesahihan matan ada empat yaitu:
a. Tidak bertentangan dengan petunjuk al-Qur‟an.
b. Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat.
13
Sanad menurut bahasa berarti bagian bumi yang menonjol. Menurut terminology
bahwasanya sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada matan hadis. M.Agus Solahudin dan
Agus Suyadi, Ulumul Hadis, ( Bandung,Pustaka Setia),Hal:89 14
Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, (Jakarta:Amzah,2013), Hal:113.
49
c. Tidak bertentangan dengan akal sehat, indera, sejarah, dan
d. Susunan pernyataanya menunjukan ciri-ciri sabda kenabian. 15
Adapun para ulama ahli hadis mengajukan langkah-langkah
metodologis untuk kegiatan penelitian matan hadis yakni:
a. Meneliti matan dengan melihat dari kualitas sanadnya.
b. Meneliti susunan lafal berbagai matan yang semakna dengan hadis
tersebut.
c. Meneliti kandungan matan.16
Kritik matan ini bertujuan untuk menghindari sikap berlebihan
dalam meriwayatkan suatu hadis karena adanya ukuran-ukuran tertentu
dalam metodologi kritik matan ini. Menghadapi kemungkinan adanya
kesalahan pada diri para periwayat, menghadapi musuh-musuh Islam yang
ingin memalsukan hadis dengan menggunakan sanad sahih, tetapi
matannya tidak sahih.
Kriteria-kriteria itulah yang akan menjadi acuan bagi penulis
dalam melakukan penelitian matan. Sebagaimana yang akan diuraikan
masing-masing langkah penelitian tersebut.
E. Kritik Hadis Tentang Ancaman orang yang berdusta untuk membuat
tertawa
Hadis Pertama
Langkah awal dalam melakukan kegiatan kritik hadis adalah melakukan
takhrij hadis, dalam kegiatan ini penulis menelusuri melalui penggalan lafaz
matan hadis dengan menggunakan :
15
Bustamin dan M.Isa, Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta:Raja Grafindo,2004), Hal:64. 16
M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi(Jakarta: Bulan Bintang,1992), cet-
1, Hal:113.
50
A. Takhrij Hadis
a. Penelitian melalui kitab al-Mu‟jam al-Mufahras
Dalam penelitian ini penulis menggunakan kata Adapun hasil yang ,الكر
disajikan dalam kitab al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-
Nabawῖ adalah berikut17
:
Berdasarkan dari kitab al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-
Nabawῖ, maka penulis menemukan riwayat untuk hadis yang ditakhrîj
yaitu:
1. Sunan Tirmidzi karya Imam Tirmidzi dalam kitab زه bab بكلمةفيمهتكلم
.hal. 382, satu riwayat ي حكبهرالىرس
2. Sunan ad-Dârimî karya Imam ad-Dârimî dalam kitab استان babي فيال
ليضحك بهالىرسيك , hal: 1771, satu riwayat.
3. Musnad Ahmad bin Hanbal karya Imam Ahmad bin Hanbal Jilid 5,
hal: 5 dan 7, 2 riwayat.
b. Penelitian melalui kitab Tuhfatu al-Asyrâf Bimaʻrifati al-Atrâf
Dalam kegiatan penelitian ini penulis melakukan pencarian melalui nama
perawi yang terdapat dalam hadis tersebut yakni dengan nama
Mu'âwiyah bin Hayyadah. Setelah melakukan pencarian maka penulis
mendapatkan hasil sebagai berikut:18
17
A.J. Wensick, al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-
Nabawῖ,(Leiden:E.J.Brill,1943), Juz:5 Hal: 550. 18
Al-Hafizh Abul Hajjaj Yusuf al-Mizzi,Tuhfatul Asyraf Bima’rifat al-Athraf(Dar al-Gharb
al-Islamî,1999), Juz 8, Hal: 120.
51
Berdasarakan data yang ditemukan dalam kitab Tuhfatu al-Asyrâf
Bimaʻrifati al-Atrâf, maka penulis menemukan hadis yang akan di takhrîj
adalah sebagai berikut :
1. Sunan Abu Dâwud karya Imam Abu Dâud dalam kitab األد , Nomer
hadis 4990, satu riwayat.
2. Sunan Tirmidzi karya Imam Tirmidzi dalam kitab الزهر, nomer hadis
2315, satu riwayat.
3. Sunan an-Nasâ‟I karya Imam an-Nasâ‟I dalam kitab التفسري, nomer
hadis 11655, satu riwayat.
Setelah penulis memperoleh data-data dari kitab al-Mu’jᾶm al-Mufahras
li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ dan kitab Tuhfatu al-Asyrâf Bimaʻrifati
al-Atrâf,maka penulis menyajikan riwayat-riwayat hadis tersebut dari
setiap mukharrij berdasarkan naskah aslinya.
52
Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Imam Tirmidzi
ثن أب عن ث نا ب هز بن حكيم حد ث نا يي بن سعيد حد ار حد د بن بش ث نا مم حدعت النب صلى اللو عليو وسلم ي قال س ث بالديث جد ي قول ويل للذي يد
19ليضحك بو القوم ف يكذب ويل لو ويل لو “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan
kepada kami Yahya bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Bahz bin Hakim
telah menceritakan kepada kami bapakku dari kakekku dia berkata: Aku
mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Celakalah bagi orang
yang mengatakan sesuatu agar supaya ditertawakan oleh orang orang kemudian
dia berbohong, celakalah baginya dan celakalah baginya."20
Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Darimi
عت رسول اللو أخب رنا يزيد بن ىارون أخب ه قال س رنا ب هز بن حكيم عن أبيو عن جدث ف يكذب ليضحك بو القوم ويل لو ويل صلى اللو عليو وسلم ي قول ويل للذي يد
21لو
“Telah mengabarkan kepada kami Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada
kami Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya ia berkata; Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah orang yang
bercerita, lalu berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Celakalah ia,
celakalah ia."
Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Ahmad bin hanbal :
عت رسول ه قال س ث نا عبد الرزاق أخب رنا معمر عن ب هز بن حكيم عن أبيو عن جد حدث القوم ث يكذب ليضحكهم ويل لو اللو صلى اللو عليو وسلم ي قول ويل للذي يد
22وويل لو
“Telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq, telah mengabarkan kepada kami
Ma'mar dari Bahz bin Hakim dari Ayahnya dari Kakeknya ia berkata; Aku
19
al-Hâfiz Abû „îsa Muhammad bin „îsa Al-Turmudzi,Sunan al-Turmudzi, (Riyadh,Bayt al-
Afkâf ad-Dawliyah,9947),Kitab : Zuhud, Bab: Siapa yang bicara sepatah kata agar manusia
tertawa, Hal: 382. 20
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 21
al-Fadl ibn Bahram Al-Dârimi, Sunan al-Darimî ,Dârul Mughni:1420, Kitab : Kitab
meminta ijin, Bab: Berbohong agar orang tertawa, Hal: 1771. 22
Ahmad bin Hanbal Abû „Abdillâh Al-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal,
(Beirut: Maktabah al-Islamî), Kitab: Musnad penduduk Bashrah, Bab: Hadits Mu'awiyah bin
Haidah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, Hal:1468.
53
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah orang
yang berbicara kemudian berbohong agar orang lain mentertawakannya,
celakalah dia, celakalah dia." 23
Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Abû Daud
ث نا يي د بن مسرىد حد ث نا مسد ثن أب عن أبيو قال حد عن ب هز بن حكيم قال حدث ف يكذب ليضحك بو عت رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ي قول ويل للذي يد س
24القوم ويل لو ويل لو “Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad berkata, telah
menceritakan kepada kami Yahya dari Bahz bin Hakim ia berkata; telah
menceritakan kepadaku Bapakku dari Bapaknya ia berkata, "Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah bagi orang yang
berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah ia,
celakalah ia."25
Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Imam an-Nasa’I
ه أنا علي بن حجر نا إساعيل بن إب راىيم عن ب هز بن حكيم عن أبيو عن النب عن جدث ويل للذيقال صلى اللو عليو وسلم 26القوم ويل لو ويل لو ف يكذب ليضحك بو يد
“„Ali bin Hajar telah mendengar dari isma„il bin Ibrâhim dari Bahz bin Hakim
dari ayahnya dari kakeknya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda : "Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat
orang lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia."27
Setelah mencatat seluruh hadits yang terdapat dalam al-Kutub al-
Tis’ah, maka yang akan penulis lakukan adalah menulis seluruh sanad yang
terdapat dalam hadits tersebut dan akan dibahas dalam kegiatan I‟tibar
dibawah ini.
Untuk memperjelas dan mempermudah proses kegiatan al-I‟tibâr,
maka penulis akan membuat skema sebagai berikut:
23
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 24
Abî Dâwud Al-sijistany, Sunan Abu Dâwûd, (Riyadh,Bayt al-Afkâf ad-Dawliyah),
Kitab: Adab, Bab: Teguran keras dari dusta, Hal:539. 25
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist. 26
Abû Abd al-Rahmân Ahmad ibn „Alî ibn Sy‟aib,Sunan An-Nasai, Bab Tafsir Surat an-
Nisa Juz 6 Hal: 329. 27
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist.
54
B. Kritik sanad
Dalam kegiatan ini, Sanad yang dipilih oleh penulis untuk diteliti
langsung dalam penelitian sanad terhadap hadis – hadis yang termasuk
النبي
ه جد
أبيو
ب هز بن حكيم
معمر
عبد الرزاق
امحد ابن حنبلW. 241 H
يزيد بن ىارون W.206 H
الدارميW.255 H
يي بن سعيد W.198 H
ار د بن بش ممW.252 H
الرتمذىW. 279 H
د مسدW. 228 H
ابوا داودW.275 H
إساعيل بن إب راىيم
علي بن حجر L.244H
النسائيL.215 H
55
klasifikasi pertama adalah salah satu sanad dari imam Abû Dâud. Adapun
kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para periwayat hadis dimaksud
adalah: a. Mu'âwiyah bin Hayyadah (Periwayat I, Sanad V),b. Hakim bin
Mu'âwiyah (Periwayat II, Sanad IV),c. Bahz bin Hakim (Periwayat III, Sanad
III),d. Yahya bin Sa'id (Periwayat IV, Sanad II),e. Musaddad bin Musrihad
(Periwayat V, Sanad I),f. Abû Dâwud (Periwayat VI, Mukharij).
Dalam kegiatan ini, maka penulis akan melakukan penelitian yang
dimulai pada periwayat terakhir (al-mukharij) yakni imam Abu Dâwud lalu
diikuti pada periwayat sebelum imam Abu Dâwud dan seterusnya hingga
sampai pada periwayat pertama. Alasan penulis melakukan penelitian dari
Imam Abu Dâwud karena menurut penulis hadis yang terdapat di dalam
Sunan Abu Dawud masih terdapat hadis-hadis daif dan tidak terdapat
keterangan tentang kualitas suatu hadis tersebut. Dengan demikian, penulis
melakukan penelitian awal melalui Imam Abu Dâwud. Berikut penulis
memaparkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yaitu :
a. Abu Dâwud
Menurut Abdurrahman bin Abi Hatim, bahwa nama dari imam Abu
Dâwud adalah Sulaiman bin al Asy'ats bin Syadad bin 'Amru bin 'Amir28
.
Beliau dilahirkan pada tahun 202 H di Sijistan, sebuah daerah yang
terletak antara Iran dan Afghanistan. Abu 'Ubaid al Ajuri menuturkan;
'Imam Abu Dâwûd meninggal pada hari jum'at tanggal 16 bulan syawwal
28
Abû Muhammad „Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim Muhammad bin Idrîs bin al-Munzir al-
Râzî, Kitab al-Jarh wa al-Ta’dîl, Juz IV ,cet.1 (Hayderabat: Majlis Da‟irat al-Ma„arif,1987),
Hal:102.
56
tahun 275 hijriah, berumur 73 tahun. Beliau meninggal di Basrah.
Semoga Allah selalu melimpahkan rahmatNya dan meridhai beliau.29
Imam Abu Dâwud adalah salah satu Imam yang sering berkeliling
mencari hadits ke negri-negri Islam yang ditempati para Kibarul
Muhadditsin. Dengan motivasi dan semangat yang tinggi serta kecintaan
beliau sejak kecil terhadap ilmu-ilmu hadits, maka beliau mengadakan
perjalanan (Rihlah) dalam mencari ilmu sebelum genap berusia 18
tahun. Adapun negri-negri islam yang beliau kunjungi diantaranya; Iraq
dan Baghdad merupakan daerah islam yang pertama kali beliau masuki,
yaitu pada tahun 220 hijriah, Kufah; beliau kunjungi pada tahun 221
hijriah, 3. Bashrah; beliau tinggal disana dan banyak mendengar hadits di
sana, kemudian keluar dari sana dan kembali lagi setelah itu.4. Syam;
Damsyiq, Himsh dan Halb.5. AL Jazirah; masuk ke daerah Haran, dan
mendengar hadits dari penduduknya30
.
Guru-guru31
beliau diantaranya : Ahmad bin Muhammmad bin
Hanbal as Syaibani al Bagdadi, Yahya bin Ma'in Abu Zakariya , Ishaq
bin Ibrahim bin Rahuyah abu Ya'qub al-Hanzali,Utsman bin Muhammad
bin abi Syaibah abu al Hasan al Abasi al Kufi, Muslim bin Ibrahim al
Azdi, Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab al Qa'nabi al Harits al Madani,
Musaddad bin Musarhad bin Musarbal, Musa bin Isma‟il at-Tamimi,
Muhammad bin Basar, Zuhair bin Harbi ( Abu Khaitsamah, dan lain-lain.
29
Abû „Abdullâh Muhammad bin Ahmad bin „Usmân al-Zahâbî, Siyar a’lam al-Nubalâ,
Juz XIII, Cet.VII,( Bayrut: Mu‟assasat al-Risâlah,1990), Hal:221. 30
Ibnu Ahmad „Alimi, Tokoh dan Ulama Hadis, edt:Ahmad Junaedi, (Sidoarjo:Mashun,
2008), Hal:206. 31
Ahmad ibn „alî ibn Hajar al-Asqalânî, Tahzîb al-Tahzîb, ( Bairut: Dâr al-Fikr, 1994), Juz
IV , Hal:149
57
Murid-murid beliau diantaranya: Imam Abu 'Isa at Tirmidzi,
Imam Nasa'I, Abu Ubaid al-Ajuri,Abu Tayyib Ahmad bin Ibrahim Al
Baghdadi (Perawi sunan Abi Daud dari beliau), Abu 'Amru Ahmad bin
Ali al-Bashri (perawi kitab sunan dari beliau), Abu Bakar Ahmad bin
Muhammad al-Khallal al-Faqih, Isma'il bin Muhammad as-Shafar.32
Komentar para ulama tentang beliau, Banyak sekali pujian dan
sanjungan dari tokoh-tokoh terkemuka kalangan imam dan ulama hadits
dan disiplin ilmu lainnya yang mengalir kepada imam Abu Dâwud
Rahimahullah, diantaranya adalah; Abdurrahman bin Abi Hatim berkata:
Abu daud Tsiqah, Imam Abu Bakr Al Khallal berkata: Imam Abu Dâwud
adalah imam yang dikedepankan pada zamannya, Ibnu Hibban berkata:
Abu Dâwud merupakan salah satu imam dunia dalam bidang ilmu dan
fiqih, Musa bin Harun menuturkan: Abu Dâwud diciptakan di dunia
untuk hadits dan di akhirat untuk Syurga, dan aku tidak melihat
seorangpun lebih utama daripada dirinya, Al Hakim berkata: Abu Daud
adalah imam bidang hadits di zamannya tanpa ada keraguan, Adz
Dzahabi menuturkan:Abu Dâwud dengan keimamannya dalam hadits dan
ilmu-ilmu yang lainnya,termasuk dari ahli fiqih yang besar,maka kitab
as-Sunan telah jelas menunjukkan hal tersebut.
Tidak terdapat seorang kritikus satupun yang mencela Abu
Dâwûd. Dengan demikian, pernyataan yang mengatakan bahwa beliau
telah menerima hadis dari Musaddad bin Musrihad dapat dipercaya.
Melihat dari kota yang ditinggali selama hidup yang memperkuat
32
Ahmad ibn „alî ibn Hajar al-Asqalânî , Tahzîb al-Tahzîb, Juz IV, Hal:150.
58
bahwasanya di antara mereka terdapat pertemuan. Sehingga sanad antara
Abu Dâwûd dan Musaddad bin Musrihad dalam keadaan bersambung.
b. Musaddad bin Musrihad
Nama asli Musaddad bin Musrihad adalah Musaddad bin
Musrihad bin Musribal bin Mustawrid.33
Beliau memiliki nama kuniyah
yakni Abu al-Hasan, semasa hidupnya Musaddad bin Musrihad tinggal di
kota Bashrah, beliau wafat pada tahun 228 H.
Dalam mencari ilmu beliau belajar kepada: Ismâʻîl bin „ulayyah,
Umiyyah bin Khâlid, Bisyri bin Mufadal, Ja„far bin Sulaimân al-Duba„î,
Husain bin Numair, Hamâd bin Zaid, Sufyân ibn „Uyainah, „Abdul Aziz
bin Abdu Samad „Amimi, „Isa bin Yunus, Mu‟tamar bin Sulaimân,
Yahya bin Said Al-Qathân, Yusuf bin Ya„qub, Yunus bin Qâsim.34
Murid- murid beliau diantaranya: Bukhâri, Abu Dâwud, Ibrâhim
bin Ya„qub al-Zuwjâni, Ismâil bin Ishâq, Hammâd bin Ishâq al- Qâdi,
Muhamad bin Yahya, Ya„qub bin Sufyân, Abu Hatim, Dll. 35
Komentar Para ulama: Yahya bin Ma„in berkata bahwasanya
beliau Saduq, Ahmad bin Hambal berkata bahwasanya Saduq, An-Nasa‟I
33
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl,
(Muasasah ar-Risalah: 1987), Juz:27, Hal:443. 34
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’I al-Rijâl, Juz: 27,
Hal: 444 35
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’I al-Rijâl, Juz: 27,
Hal: 445
59
mengatakan Tsiqah, Abu Hatim berkata Tsiqah, Ibnu Hajar al-„Asqalani
Tsiqah Hafidz, dan Adz-Dzahabi berkata bahwasanya Hafizh.36
Tidak terdapat seorang pun kritikus yang mencela pribadi
Musaddad bin Musrihad. Kritikus memberikan pujian-pujian yang
diberikan kepadanya. Dengan demikian, pernyataan Musaddad bin
Musrihad yang mengatakan bahwasanya beliau menerima riwayat hadis
di atas dari Yahya bin Sa'id dapat dipercaya kebenarannya. Musaddad
bin Musrihad dan Yahya bin Sa'id tinggal di kota yang sama dan
umurnya tidak terpaut jauh. Oleh karena itu, bahwa sanad antara
Musaddad bin Musrihad dan Yahya bin Sa'id dalam keadaan
bersambung.
c. Yahya bin Sa'id bin Farrukh
Nama lengkap beliau adalah Yahya bin Saʻid bin Farrukh al-
Qatân at-Tamîmû. Beliau adalah seorang kalangan Tabi'ut Tabi'in, Abu
Sa'id adalah nama kuniyah beliau, semasa hidupnya ia tinggal di negeri
Bashrah. Beliau lahir di Tamim, Beliau wafat pada Tahun 198 H,
Guru-guru beliau adalah: abân bin sam‟ah, asâmah bin Zaid al-
Laitsi, Ismail bin Abi Khalid,Bahz bin Hakim,Jâbir bin subhi, Ja‟far bin
Bin Muhammad bin „Ali, Ju‟aid bin „Abdurrahmâan, Hasan bin Zakwan,
Hamâd bin Salamah, Humaid bin al-Thawil, Khutsama bin „Irâki bin
Mâlik, Dll.37
36
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’I al-Rijâl, Juz: 27,
Hal: 446-448. 37
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’I al-Rijâl, Juz: 31,
Hal: 330.
60
Adapun yang belajar kepada beliau diantaranya adalah: Ismail bin
Mas„ud, Basyir bin Hakam An-Naisaburi, Zaid bin Ahzam, Sufyan
Atsauri, Sufyan bin „Uyainah, Syu„bah bin Yusuf an-
Nasa„i,Abdurrahmân bin Mubarak al-„Aisyi, „Affân bin Muslim,
Muhammad bin Basysyar, Musaddad bin Musarhad, Mu„tamar bin
sulaimân, Yahya bin Hakim, dll. 38
Komentar Ulama tentang Beliau: Abu Zur‟ah berkata bahwasanya
beliau Tsiqoh Hafidz, Abu Hatim berkata bahwasanya Tsiqoh Hafidz,
An-Nasâ‟i berkata bahwasanya beliau Tsiqah Tsabat39
.
Hampir seluruh kritikus hadis mengatakan bahwasanya beliau
Tsiqoh. Dengan demikian dapat dikatakan bahwasanya Yahya bin Sa'id
benar menerima riwayat hadis tersebut dari Bahz bin Hakim, sehingga
periwayatannya dapat dipercaya. Oleh karena itu, bahwa sanad antara
Yahya bin Sa‟id san Bahz bin Hakim dalam keadaan bersambung.
d. Bahz bin Hakim
Nama lengkap beliau adalah Bahz bin Hakim bin Mu'awiyah bin
Hidah, Beliau memiliki nama kuniyah yaitu Abu 'Abdul Malik, Negeri
yang ditempati saat beliau masih hidup adalah di kota Bashrah.
Dalam menimba ilmu ia berguru kepada ayahnya yang bernama
Hakim bin Mu'awiyah dan juga kakeknya yang bernama dan
Mu'âwiyah bin Hayyadah, beliau juga berguru kepada Zarârah bin Awfa
dan juga kepada Hisyam bin Urwah.
38
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’I al-Rijâl, Juz: 31,
Hal: 332 39
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz: 31,
Hal: 334.
61
Murid-murid yang pernah belajar kepadanya diantaranya: Ismail
bin „ulayah, Basyir bin Mufadhal, Mu‟az bin Mu‟az,Hisyam bin Hâsan,
Yahya bin Sa’id,Yazid bin Harun, Yusuf bin Ya‟qub, Abu Bakar bin al-
Huzali,
Komentar para ulama tentang beliau adalah Ishaq bin Manshur
dari Yahya bin Ma‟in bahawasanya beliau Tsiqah, Abu Zur‟ah
mengatakan bahwasanya beliau adalah orang yang Shalih dan orang yang
terkenal, An-Nasa‟I mengatakan bahwasanya beliau adalah orang yang
Tsiqah, Banyak ulama yang mengatakan bahwasanya jalur sanadnya
sahih dan Bahz adalah orang Tsiqah.40
Tidak terdapat seorang kritikus hadis yang mencela Bahz bin
Hakim. Dengan demikian, pernyataan yang mengatakan bahwa beliau
telah menerima riwayat hadis tersebut dari Hakim bin Mu'awiyah dapat
dipercaya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwasanya sanad antara
Bahz bin Hakim dan Hakim bin Mu'awiyah dalam keadaan bersambung.
e. Hakim bin Mu'awiyah bin Haidah
Beliau Selama hidup ia menetap di Kota Bashrah. Beliau
memiliki 3 orang anak yang bernama Bahz bin Hakim, Sa‟id bin Hakim
dan juga Mihrân bin Hakim. Guru-Guru yang pernah ia menimba ilmu
yaitu Mu‟âwiyah bin Haydah dan Suhbah. Murid-Murid beliu adalah
Bahz bin Hakim, Sa‟id bin Iyâs al-Jurairiy, Sa‟id bin Hakim, Qaza‟ah
suwaid bin Huzairi dan Mihrân bin Hakim. Komentar para ulama tentang
beliau: Ahmad bin Abdullah al-Ijliy: bahwasanya beliau Tsiqoh, An-
40
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz: 4,
Hal:259
62
Nasa‟I mengatakan bahwasanya: Laisa bihi Ba’as, Ibnu Hibban Berkata
dalam kitabnya bahwasanya beliau Tsiqah.41
Tidak terdapat seorang kritikus hadis yang mencela Hakim bin
Mu'awiyah. Hakim bin Mu'awiyah adalah ayah dari Bahz bin Hakim
sedangkan Mu'âwiyah bin Hayyadah adalah ayah dari Hakim bin
Mu‟awiyah. Dengan demikian, pernyataan yang mengatakan bahwa
beliau telah menerima riwayat hadis tersebut dari Mu'âwiyah bin
Hayyadah dan dapat dipercaya. Oleh karena itu sanad diantara beliau
memiliki keadaan bersambung.
f. Mu'âwiyah bin Hayyadah
Nama lengkapnya adalah Mu'âwiyah bin Hayyadah bin
Mu'âwiyah bin Qusyair ibn Ka‟ab bin Rabiy‟ah bin umar bin shasha‟ah
al-Qushair, Beliau adalah seorang sahabat. Selama hidup ia menetap di
kota Bashrah.
Beliau belajar kepada Rasulullah SAW.
Beliau memiliki murid diantaranya adalah anaknya yang
bernama Hakim bin Muawiyah, Bahz bin Hakim, Humaid al-Muzaniy,
Urwah bin Ruwaîm al-Lahmî.
Komentar terhadap beliau bahwasanya Ibnu Hajar al‟Asqalani:
bahwa beliau adalah kalangan sahabat dan Adz-Dzahabi pun mengatakan
bahwasanya ia kalangan sahabat42
.
41
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz :7
Hal: 202. 42
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz :28,
Hal:172.
63
Tidak terdapat kritik yang mencela pribadi Mu'âwiyah bin
Hayyadah. Melihat dari lambang periwayatan yang digunakan adalah
sami’tu. Sehingga dapat dikatakan bahwasanya Mu'âwiyah bin
Hayyadah telah mendengar langsung dari Nabi Muhammad. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwasanya hadis yang sanadnya diteliti ini
diterima langsung oleh Mu'âwiyah bin Hayyadah dari Nabi. oleh karena
itu, antara Nabi dan Mu'âwiyah bin Hayyadah telah terjadi persambungan
periwayatan hadis.
Selanjutnya penulis akan mencoba meneliti dari jalur
periwayatan Imam al-Tirmidzi, karena beliau adalah murid dari Abu
Dâwud, maka jalur periwayatannya sebagai berikut :
a. Imam Tirmidzi
Nama lengkap beliau adalah Abu Isa Muhammad bin Musa bin
ad-Dahhak as-Sulami at-Tirmidzi. Beliau lahir pada tahun 209 H di kota
Tirmiz. Beliau di nisbatkan kepada tempat kelahirannya tersebut yaitu at-
Tirmidzi. Beliau hidup dalam keadaan tuna netra beliau wafat pada
tanggal 13 Rajab 279 H.
Imam Tirmidzi belajar kepada banyak ulama, termasuk kepada
Imam Bukhari, Imam Muslim, dan juga kepada Imam Abu Dâwud,.
Adapun selain itu adalah. 1. Qutaibah bin Said, Ishaq bin Musa, Mahmud
bin Gailan, Said bin Abdurrahman, Muhammad bin Basysyâr, Ali bin
Hajar, Imam Tirmidzi juga memiliki banyak murid, diantaranya yaitu:
Makhul bin Fadlal, Muhammad bin Mahmud Anbar, Hammad bin
64
Syakir, Abdul bin Muhammad an-Nasfiyun, al-Haisam bin Kulaib asy-
Syasyi, Ahmad bin Yusuf an-Nasafi 43
b. Muhammad bin Basysyar bin 'Utsman
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Basysyâr bin
„Utsmân bin Dâwud bin Kaisâni „abdî. Beliau adalah seseorang tabi'ul
atba' kalangan tua, nama kuniyah beliau adalah Abu Bakar. Semasa
hidupnya beliau tinggal di negeri Bashrah. Beliau wafat pada tahun 252
Hijriah.
Beliau menimba ilmu diantaranya, kepada: Ibrâhim bin Umar,
Umayyah bin Khâlid, Badal bin Muhabbar, Bahz bin Asad, Ja‟far bin
„Aun, Khâlid bin Hârits, Sâlim bin Nûh, Sahl bin Yûsuf, Mu„tamir bin
Sulaimân, Yahya bin Sa‘id al-Qatân, Yazid bin Zurâh,Yûsuf bin
Ya„qub, Abû Bakr al-Hanafî dan lain-lain.44
Adapun ulama yang menimba ilmu kepadanya adalah: Ibrâhim
bin Ishâq, Abu Ahmad bin „Alî bin Sa„id, at-Tirmidzi, „Abdûllah bin
Muhamad bin Yâsîn, Qâsim bin zakariyâ, Abû Bakr Muhamad bin Ishâq
bin Khuzaimah, Yahya bin Muhamad bin Sâ„id, dan lain-lain.45
Komentar para ulama tentang beliau adalah: Abu Hatim berkata
bahwasanya beliau Saduq, Ibnu Hibban berkata bahwasanya beliau
adalah orang yang Tsiqah, Ibnu Hajar al„Asqalani juga mengatakan
43
Tokoh dan Ulama Hadis, Ibnu Ahmad „Alimi, Masmedia Buana Pustaka,Sidoarjo,2008,
Hal: 218-219. 44
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz :24,
Hal:511. 45
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:24,
Hal:513.
65
bahwasanya beliau Tsiqah, dan Adz-Dzahabi juga mengatakan
bahwasnya beliau Tsiqah.46
Tidak ada kritik yang mencela kepribadian Muhammad bin
Basysyar bin 'Utsman. Lambang yang digunakan dalam periwayatan
hadis ini adalah ث نا Penggunaan lafadz ini membuktikan bahwasanya .ح د
perawi tersebut telah mendengar sendiri dari gurunya. Sehingga dapat
dikatakan bahwasanya Muhammad bin Basysyar bertemu langsung
kepada Yahya bin Sa'id. Dengan demikian dapat dikatakan bahwasanya
terdapat ketersambungan sanad antara guru dan murid.
c. Yahya bin Sa'id bin Farrukh
Telah disebutkan pada halaman : 59
Muhammad bin Basysyar adalah murid dari Yahya bin Sa'id47
d. Bahz bin Hakim
Telah disebutkan pada halaman: 60
e. Hakim bin Mu'awiyah bin Haidah 61
Telah disebutkan pada halaman:61
f. Mu'âwiyah bin Hayyadah
Telah disebutkan pada halaman: 62
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwasanya hadis yang
sanadnya diteliti ini diterima langsung oleh Mu'âwiyah bin Hayyadah
dari Nabi. oleh karena itu, antara Nabi dan Mu'âwiyah bin Hayyadah
telah terjadi persambungan periwayatan hadis.
46
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:24,
Hal:514. 47
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz : 31,
Hal: 333.
66
Setelah penulis melakukan penelitian terhadap periwayat hadis-
hadis diatas, maka dapat dikatakan bahwasanya jalur sanad diatas
sahih. Melihat dari kriteria ketersambungan sanad, yakni dari segi
tempat yang ditinggali, bersambungnya sanad karena pertemuan
antara guru dan murid, dan para perawi yang dinilai Tsiqah oleh para
kritikus hadis, maka penulis menyatakan bahwasanya sanad hadis ini
sahih.
C. Kritik Matan
Setelah menelusuri sanad hadis, maka langkah selanjutnya adalah
kegiatan kritik matan hadis. Hadis ini menjelaskan tentang celakanya
orang-orang yang berdusta untuk membuat orang tertawa. Dalam
penelusuran matan ini, penulis menggunakan beberapa pendekatan dalam
kritik matan, yaitu: Meneliti matan dengan melihat dari kualitas
sanadnya, meneliti susunan lafal berbagai matan yang semakna dengan
hadis tersebut, meneliti kandungan matan. Berikut penelitian matan yang
penulis lakukan adalah:
a. Meneliti Matan dengan Melihat Kualitas Sanad
Suatu matan hadis tidak dikatakan berarti apabila didalam
sanadnya terdapat keraguan . Dari hasil penelitian sanad yang telah
penulis lakukan dengan memfokuskan pada hadis yang diriwayatkan
oleh Abû Dawûd melalui Musaddad bin Musrihad dan seluruh
periwayat dalam keadaan bersambung antara guru dan murid dan
mereka semua dalam keadaan tsiqat. Kesahihan sanad Musaddad bin
67
tersebut dapat mewakili sanad-sanad dari para mukharijnya lainnya.
Dari kualitas sanad tersebut, maka telah memenuhi langkah pertama
dalam kritik matan untuk hadis yang bersangkutan yang telah diteliti.
b. Meneliti Matan Yang Semakna
Langkah selanjutnya adalah penulis akan menghimpun dan
menyandingkan hadis-hadis yang terjalin dalam tema yang sama untuk
mengetahui bagaimana bentuk periwayatan dari hadis tersebut.
Perbedaan lafaz menurut para ulama hadis masih dapat ditoleransi
kesahihanya, sepanjang tidak bertentangan dan menyalahi kandungan
makna dari Rasulullah saw. Untuk memperjelas adanya perbedaan lafal
dimaksud, berikut ini penulis memaparkan matan hadis tersebut:
ث بالديث ليضحك بو القوم ف يكذب ويل لو . 1 48ويل لو ويل للذي يد
ث ف يكذب ليضحك بو القوم ويل لو ويل لو . 2 49ويل للذي يد
ث القوم ث يكذب ليضحكهم ويل لو وويل لو . 3 50ويل للذي يد
ث ف يكذب ليضحك . 4 51بو القوم ويل لو ويل لو ويل للذي يد
ث ويل للذي. 5 52القوم ويل لو ويل لو ف يكذب ليضحك بو يد
48
Matan hadis ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi. 49
Matan hadis ini diriwayatkan oleh Imam Darimi. 50
Matan hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal. 51
Matan hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abû Dâwûd. 52
Matan hadis ini diriwayatkan oleh Imam Imam an-Nasa‟I.
68
Pada kelima matan diatas tampak adanya perbedaan lafal, Namun
perbedaan lafal tesebut tidak terlalu menonjol. Misalnya setelah kata
ث kedua ,بال ديث pada hadis pertama menggunakan kata ي د
menggunakan kata, ف يك ذب , hadis ketiga menggunakan kata الق وم, dan
untuk hadis kelima menggunakan kata ف يك ذب. Perbedaan selanjutnya
yaitu pada hadis pertama terdapat kata ف يكذب sebelum kata ويل ل و وي ل ل و
dan hadis ketiga dimana sebelum kata وي ل ل و وي ل ل و terdapat kata
.ليضحكهم
Dengan demikian, apabila ditempuh dengan metode muqaranat
terhadap lafal pada berbagai matan yang semakna,maka dapat
dinyatakan bahwa perbedaan lafal tersebut masih dapat ditoleransi.
Pernyataan dapat ditoleransi didasarkan atas alasan bahwa diantara
sanad-sanad dari hadis diatas sama-sama memiliki tingkatan shahih.
c. Meneliti Kandungan Matan hadis
Adapun kandungan pada matan hadis tersebut yaitu hadis ini
mengandung peringatan keras untuk orang-orang yang berbohong.
Terdapat penekanan dalam perkara berdusta, dan itu diumpamakan
dengan penggunaan kata ويرر. Penggunaan kata ويرر itu ditunjukan
kepada orang yang berdusta dan bersandar pada kata-kata berdustanya
agar semua manusia tertawa dari kabar kebohongannya tersebut, oleh
69
karena itu maka dia bukanlah orang yang jujur melainkan orang
tersebut adalah pembohong. Kebohongan dalam hadis ini ditunjukan
bukan untuk orang yang tertawa saja, melainkan untuk yang tidak
tertawa juga.53
Berdusta pada dasarnya adalah sebuah perilaku yang
haram dilakukan. Maka hendaklah manusia menjauhi sikap berdusta.
Hadis ini juga menjelaskan terhadp keharaman membuat lelucon,
karena hal tersebut membawa kepada kedustaan dan kepada kabar-
kabar yang tidak ada faktanya. Apabila seseorang menceritakan sebuah
kisah dan kisah tersebut tidak menunjukan kepada kebenaran, maka
terlarang untuk dilakukan karena itu termasuk dalam sebuah
kebohongan. Dalam hadis ini juga telah memperingati secara berulang-
ulang yaitu sebanyak 3 kali penyebutan وي pada akhir hadisnya.
Adapun yang perlu diperhatikan terhadap kandungan matan hadis
adalah matan hadis yang sejalan atau bertentangan. Namun, dalam
hadis tentang celakanya orang yang berdusta untuk membuat orang lain
tertawa tidak bertentangan dengan al-Qur‟an. Ayat yang mempetegas
hadis tersebut adalah :
54 (yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya,
seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah
kiri. Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya para malaikat mencatat
semua perbuatan manusia baik buruk ataupun baik. Berdusta
53
„Abdu Muhsin al„Ibâd, Syarah Sunan Abî Dâwud, Juz: 28, Hal.348. 54
Q.s Qâf ayat 17dan 18.
70
merupakan sebuah perbuatan yang tidak baik meskipun membuat orang
lain tertawa itu baik. Berbohong merupakan perbuatan yang dilakukan
oleh lisan karena ia merupakan sebuah anggota tubuh yang dapat
menentukan surga atau neraka bagi dirinya. Oleh karena itu islam
sangat memberi peringatan tegas terhadap bahaya liasan dan menjaga
lisan tersebut. Adapun hadis yang menegaskan untuk menjaga lisan
yaitu :
د بن ث نا بكر بن مضر عن يزيد بن الاد عن مم ث نا ق ت يبة بن سعيد حد حدع رسول اللو صلى اللو عليو وسلم إب راىيم عن أب سلمة عن أب ىري رة أنو س
55 المشرق والمغرب ي تكلم بالكلمة يزل با ف النار أب عد ما ب ي ي قول إن العبد
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah
menceritakan kepada kami Bakr bin Mudhar dari Yazid bin Al
Had dari Muhammad bin Ibrahim dari Abu Salamah dari Abu
Hurairah bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sungguh, seorang hamba mengucapkan
sebuah kalimat yang dapat menyebabkannya masuk ke dalam
neraka sejauh antara timur dan barat."56
Setelah penulis melakukan penelitian atas matan hadis riwayat
Abu Dâwûd dapat dikatakan bahwasanya hadis ini terhindar dari
syuzûz(kejanggalan) dan „illat( cacat). Dengan demikian pula kaidah
keshahihan matan telah terpenuhi. Jadi penulis menyimpulkan
bahwasanya matan hadis riwayat Abu Dâwûd yang diteliti berkualitas
sahih. Mengingat sanad hadis yang bersangkutan juga memiliki kualitas
sahih, maka dengan demikian, hadis tersebut berkualitas sahih.
55
Ahmad bin Hanbal Abû „Abdillâh Al-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ahmad bin
Hanbal(Beirut: Maktabah al-Islamî), Kitab: Sisa Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan
hadis, Bab : Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, Jilid:2, Hal:378. 56
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
71
Hadits Kedua
A. Kegiatan Takhrij al-Hadis
Penulis tidak menyajikan kembali hadis yang ingin ditakhrij,
karena sudah disajikan pada halaman 37. Dalam kegiatan penelitian
untuk hadis yang kedua ini penulis hanya menggunakan satu metode
takhrij hadis yaitu dengan menggunakan kitab Mu’jam al-Mufahras li al-
Fâz al-Hadîs al-Nabawî, karena setelah penulis melakukan pencarian
pada kitab Tuhfatu al-Asyrâf Bimaʻrifati al-Atrâf penulis tidak
menemukannya. Setelah melakukan penelitian menggunakan kata matan
dalam hadis tersebut penulis menemukan keterangan sebagai berikut57
:
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dalam kitab al-Mu’jᾶm
al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ , maka penulis menemukan
riwayat untuk hadis yang ditakhrîj yaitu:
1. Dalam Musnad Imam Ahmad, Karya Imam Ahmad pada juz: 2,
Halaman 352 dan 364, 2 riwayat.
maka langkah selanjutnya yang penulis lakukan adalah mengeluarkan
hadis-hadis yang berada di dalam kitab aslinya, yakni:
57
A.J. Wensick, Mu’jam al-Mufahras li al-Fâz al-Hadîs al-Nabawî, Juz:5 Hal:555.
72
Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Ahmad bin hanbal
ث نا عبد العزيز عن ث نا حجي أبو عمر وحد منصور بن أذين عن مكحول عن أب ىري رة حدرك الكذب قال ميان كلو حت ي ت ف قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ل ي ؤمن العبد ال
رك المراء وإن كان صادقا 58المزاحة وي ت “Telah menceritakan kepada kami Hujain Abu Umar dan telah
menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz dari Manshur bin Udzain dari
Makhul dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam Bersabda: "Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan
sepenuhnya hingga ia meninggalkan berbohong ketika sedang bergurau,
dan meninggalkan berdebat meski ia benar."59
ث نا عبد العزيز بن أب سلمة عن منصور بن أذين عن مك عمان حد ث نا سريج بن الن حول حدميان كلو حت ىري رة قال عن أب قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ل ي ؤمن العبد ال
رك الكذب ف المزاح والمراء 60صادق وإن كان ي ت “ Telah menceritakan kepada kami Suraij bin An Nu'man berkata; telah
menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz bin Abu Salamah dari Manshur bin
Udzain dari Makhul dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Seorang hamba tidak akan bisa beriman
dengan sempurna sehingga ia bisa meninggalkan bohong baik dalam canda
maupun debat, meskipun ia benar."61
Setelah penulis menyajikan semua hadis yang disebutkan dalam kitab
mu‟jam al-Mufahras, maka langkah selanjutnya yang penulis lakukan dalah
menulis seluruh sanad hadis dalam kegiatan I‟tibar dibawah ini.
Setelah kegiatan takhrij, maka selanjutnya penulis akan melakukan
kegiatan I‟tibar. Yaitu mencatat dan juga menghimpun seluruh sanad. maka
penulis akan membuat skema sebagai berikut:
58
Ahmad bin Hanbal Abû „Abdillâh Al-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal,
(Beirut: Maktabah al-Islamî), Kitab : Sisa Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadis, Bab :
Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu , Jilid:2, Hal:352. 59
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 60
Ahmad bin Hanbal Abû „Abdillâh Al-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal,
Hal:364. 61
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
73
صلهى رسول للاه عليه وسلهم للاه
أبي هريرة
W. 57 H
مكحول
منصور بن أذين
W. 113 H
عبد العزيز
W. 164 H
حجين أبو عمر
W. 205 H
احمد بن حنبل
W. 241 H
عمان سريج بن الن
W. 217 H
74
B. Kegiatan Penelitian Sanad
Setelah dilakukan kegiatan takhrij hadis, maka langkah
selanjutnya yaitu meneliti kualitas sanad yang terdapat pada hadis
tersebut.
a. Ahmad bin Hanbal
Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal
bin Hilal bin Asad al-Marwazi al-Baghdadi. Beliau memiliki nama
kunyah yaitu Abu Abdillah.62
Beliau lahir di kota Baghdad. Ada yang
berpendapat bahwa di Marwa, kemudian di bawa ke Baghdad ketika
beliau masih dalam penyusuan. Hari lahir beliau pada tanggal dua
puluh Rabi'ul awwal tahun 164 hijriah. Ayah Imam Ahmad dan
kakeknya meninggal ketika beliau lahir, sehingga semenjak kecil ia
hanya mendapatkan pengawasan dan kasih sayang ibunya saja.
Kecintaannya kepada ilmu begitu luar biasa. Karenanya, setiap
mendengar ada ulama terkenal di suatu tempat, ia rela menempuh
perjalanan jauh dan waktu lama hanya untuk menimba ilmu dari sang
ulama. Kecintaan kepada ilmu jua yang menjadikan beliau rela tak
menikah dalam usia muda. Beliau baru menikah setelah usia 40 tahun.
Diantara negri yang beliau kunjungi adalah: Bashrah, Kufah,
Makkah,Yaman, Tharsus, Wasith, Ar Riqqah, Mesir.
Guru-guru beliau diantaranya;Husyaim bin Basyir, imam
Ahmad berguru kepadanya selama lima tahun di kota Baghdad,
62
Ahmad bin Hanbal Abû „Abdillâh Al-Syaibâni
75
Sufyan bin Uyainah, Ibrahim bin Sa'ad, Yahya bin Sa'id al Qaththân,
Ismail bin 'Ulaiyah, Imam Asy Syafi'I, Al Qadli Abu Yusuf, Ali bin
Hasyim bin al Barid, Mu'tamar bin Sulaiman, Hujain bin al-
Mutsanna, Waki' bin Al Jarrah,'Amru bin Muhamad bin Ukh asy
Syura, Ibnu Numair, Abu Bakar Bin Iyas, Muhamad bin Ubaid ath
Thanafusi, Yahya bin Abi Zaidah, Abdurrazzaq bin Hammam Ash
Shan'ani, Muhammad bin Ja'far, Dan masih banyak lagi guru-guru
beliau.
Murid-murid yang meriwayatkan hadits dari beliau;
Abdurrazzaq, Abdurrahman bin Mahdi, Waki' bin Al Jarrah, Al Imam
Asy Syafi'I, Yahya bin Adam, Al Hasan bin Musa al Asy-yab Dan
murid-murid beliau yang meriwayatkan dari beliau adalah: Ali bin Al
Madini, Yahya bin Ma'in, Dahim Asy Syami, Ahmad bin Abi Al
Hawari, Ahmad bin Shalih Al Mishri 63
Persaksian para ulama terhadap adalah Asy Syafi'I menuturkan;
aku melihat seorang pemuda di Baghdad, apabila dia berkata; 'telah
meriwayatkan kepada kami,' maka orang-orang semuanya berkata; 'dia
benar'. Maka ditanakanlah kepadanya; 'siapakah dia?' dia menjawab;
'Ahmad bin Hambal.' Ali bin Al Madini menuturkan; sesungghunya
Allah memuliakan agama ini dengan perantaraan Abu Bakar pada saat
timbul fitnah murtad, dan dengan perantaraan Ahmad bin Hambal
pada saat fitnah Al qur`an makhluk.' Abu Ja'far An Nufaili
63
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz: 14,
Hal:288
76
menuturkan; 'Ahmad bin Hambal termasuk dari tokoh agama, Yahya
bin Ma'in menuturkan; 'Aku tidak pernah melihat seseorang yang
meriwayatkan hadits karena Allah kecuali tiga orang; Ya'la bin
'Ubaid, Al Qa'nabi, Ahmad bin Hambal, Ibrahim berkata; 'orang 'alim
pada zamannya adalah Sa'id bin Al Musayyab, Sufyan Ats Tsaur di
zamannya, Ahmad bin Hambal di zamannya, Ibnu bi Hatim
menuturkan; 'Aku bertanya kepada ayahku tentang 'ali bin Al Madini
dan Ahmad bin Hambal, siapa diantara kedunya yang paling hafizh?'
maka ayahku menjawab; ' keduanya didalam hafalan saling mendekat,
tetapi Ahmad adalah yang paling fakih.'64
Wafatnya beliau Pada hari Jumat tanggal 12 Rabi'ul Awwal
tahun 241H, beliau menghadap kepada rabbnya menjemput ajalnya di
Baghdad. Kaum muslimin bersedih dengan kepergian beliau.
Tidak terdapat seorang kritikus hadis yang mencela Ahmad bin
Hanbal. Pujian yang diberikan kepadanya adalah pujian yang
memiliki tingkat tinggi. Dengan demikian, pernyataan yang
mengatakan bahwasanya beliau telah menerima riwayat hadis dari
Hujain bin al-Mutsanna dapat dipercaya, sehingga sanad antara
Ahmad bin Hanbal dan Hujain bin al-Mutsanna dalam keadaan
bersambung.
64
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî , Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:14
H:285.
77
b. Hujain bin al-Mutsanna
Nama lengkap dari Hujain bin al-Mutsanna yaitu Hujain bin Al
Mutsannaa al- Yamâmî. Beliau meruapakan seorang kalangan tabi‟ut
Tabi‟in. Nama kunyah beliau adalah Abu „Umar. Beliau wafat pada
tahun 205 hijriah. Selama hidup beliau tinggal di negeri Hims.
Guru – Guru : Hibbân bin „alî al-„anazî, Abdu Hamîd bin
Sulaimân , „Abdurrahmân bin tsâbit bin Tsaubân, Abdul 'Aziz bin
'Abdullah bin Abi Salamah, al-Laits bin Sa‟ad , Mâlik bin Anas,
Mubârak bin Sa‟id at-tsaurî, Yahya bin Sâbiq, dll
Murid – Murid: Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Mansur Ar-
Ramâdî, Hajjâj bin Asy-Syâ‟ir, Abu Haysamah Zuhayr bin harb,
Sulaimân bin Taubah, „Abbas bin Muhammad ad-Duarî, Muhamad
bin Abdillah al-„Asshar, Yahya bin Ma‟in, Dll.
Komentar para Ulama terhadap Hujain bin Al Mutsannaa al-
Yamâmî yaitu: Bahwaasanya Ibnu Hibban mengatakan bahwa beliau
adalah orang yang Tsiqah, Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan beliau
Tsiqah, dan Adz-Dzahabi mengatakan juga bahwasanya beliau adalah
orang yang Tsiqah Qâdî Rais. 65
Tidak seorang pun dari para kritikus hadis yang mencela pribadi
Hujain bin al-Mutsanna. Pernyataan Hujain bin al-Mutsanna yang
65
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî , Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl,
(Muasasah ar-Risalah:1987), Juz:5,Hal:483.
78
mengatakan bahwasanya beliau menerima riwayat hadis di atas dari
Abdul 'Aziz dapat dipercayai kebenarannya. Dengan demikia, bahwa
sanad antara Hujain bin al-Mutsanna dan Abdul 'Aziz dalam keadaan
bersambung.
c. Abdul 'Aziz
Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Abi Salamah merupakan nama
panjang beliau. Beliau adalah salah satu kalangan Tabiut tabi’in
kalangan tua. Nama kuniyah beliau adalah Abu „Abdullah. selama
beliau hidup ia tinggal di kota Baghdad. Beliau wafat pada tahun 164
H.
Guru-Guru: Ishâq bin Abdullah bin Abî Thalhah ,Ziyad bin
aslam Sa‟d bin Ibrâhim Hazam bin Salamah bin Dînar, Hisyâm bin
„urwah, Hilâl bin Abî Hilâl, Wahab bin Kaysân, Yahya bin Sa‟d ,
Ya‟qub bin „Utbah Ats-Tsaqafi, Dll.66
Murid-murid beliau : Ibrâhim bin Thahmân Ahmad bin Khâlid
, Ismâ‟il bin Ja‟far, Bisyri bin Mufadhal, Hajjaj bin Minhâl, Hujain
bin Mutsanna, Ziyad bin Hubâb, Surâj bin Nu‟mân, Syu‟aib bin
Harb, Utsmân bin Zufar at-Taymî, Gassân bin ar-Rubayî, al-Laits bin
Sa‟ad. Dll
Komentar para ulama tentang beliau adalah bahwa Imam An-
Nasa‟I mengatakan bahwasanya beliau adalah orang yang Tsiqah,
Imam Abû Dâwûd mengatakan bahawasanya beliau Tsiqah, Abu
Hatim Ibn Sa‟ad, dan Ibn Hibban Ibn Hajar al-„Asqalani juga
66
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:18,
Hal: 153.
79
mengatakan bahwasanya adalah beliau orang yang Tsiqah, dan Imam
Adz-Dzahabi mengatakan bahwasanya beliau Imam.67
Hampir seluruh kritikus hadis memuji Abdul 'Aziz.Namun, Pada
periwayatan ini Abdul 'Aziz tidak dapat dipercayai menerima riwayat
dari Manshur bin Udzain, karena beliau tidak ditemukan
ketersambungannya, baik dari tempat tinggal ataupun dari pertemuan
antara guru dan murid.
d. Manshur bin Udzain
Penulis tidak bisa menemukan identitasnya. Setelah penulis
teliti pada perawi sebelumnya penulis tidak menemukan
ketersambungan periwayatan kepada beliau dan tidak pula terlihat
ketersambungan kepada periwayat berikutnya.
e. Makhul
Makhul Asyâmî adalah nama beliau yang sebenernya. Beliau
juga sering disebut atau kuniyah beliau yaitu Abu 'Abdullah. Semasa
hidupnya beliau tinggal di Negeri Syam. Makhul asyâmî wafat pada
tahun 113 H.
Guru-guru beliau: Nabi Muhammad SAW, Ubay bin Ka‟ab,
Anas bin Malik, Junâdah bin Abî Umayyah, Khâlid bin al-Lajlâj, sa‟id
bin Mussayib, Sulaimân bin yasîr, „urwah bin Zubair, Qaza‟ah bin
yahyâ, Abî Hurairoh, „Âisyah, Ummu Darda, Dll.
Murid-murid beliau: Ibrahîm bin Abî Hanîfahm al-Yamamî ,
Ibrâhim bin Sulaimân al-Afthas, Ismâil bin Umayyâh al-Qurrasyi,
67
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl,
Juz:18,Hal:155
80
Ismâil bin Abi Bakr, Ayûb bin Musâ al-Qurrasyî, Bisyr bin Numair,
Tsâbit bin Tsaubân, Hajjâj bin Arthâh,Humaid bin Muslim Al-
Qurrasyi, Sulaimân bin Mûsa, Muhammad bin Ishâq ibn yasîr,
Mu‟âwiyah bin Yahya Asadafi, dan Hisyam bin Al-gaz.
Komentar Para Ulama tentang Makhul asyâmî adalah al‟Ajli
mengatakan Tsiqah, Abu Hatim berkata bahwasanya beliau adalah
orang yang paling faqih di Syam pada masanya, Ibnu Hajar al-
Asqalani mengatkan beliau "tsiqah,faqih", Ibn Yunus berkata bahwa
beliau orang yang faqih 'alim, dan ad-Dzahabi mengatakan beliau
orang yang paling faqih di syam pada masanya.68
Pujian-pujian banyak yang dilontarkan untuk Makhul Asyâmî.
Dengan demikian, Pernyataan hadis diatas dari Abu Hurairoh dapat
dipercayai kebenarannya. Itu berarti bahwa sanad antara Makhul Asyâmî
dengan Abu Hurairoh dalam keadaan bersambung.
f. Abu Hurairoh
Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan
hadist Nabi Shallallahu alaihi wassalam, ia meriwayatkan hadis
sebanyak 5.374 hadis. Sebelum beliau masuk Islam beliau bernama
Abd Syams bin „Amir bin „Adtsan bin „Abdullah bin Zahran bin Kaab
bin al-Haris bin Malik bin Nashr bin al-Azad. Ia lahir di Daus, yaitu
sebuah wilayah di Yaman, pada tahun 19SH.69
Ketika beliau masuk
Islam beliau diberi nama oleh Rasulullah dengan nama Abdurrahman,
68
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’alRijâl, Juz:18,
Hal:464. 69
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz 35
Hal:366.
81
alasannya Nabi mengganti namanya karena sebelumnya namanya
seperti jahiliyah.70
Beliau merupakan kalangan Sahabat. Abu Hurairah
merupakan nama kuniyah beliau. Semasa hidupnya beliau tinggal di
negeri Madinah. Beliau wafat pada tahun 57 H.
Beliau banyak meriwayatkan hadis dari: Nabi SAW, Ubay
bin Ka‟ab, „Umar bin al-Khattab, Usamah bin Zaid, Bashrah bin Abî
Bashrah al-Ghifarî,Ka‟ab Akhbar, Â‟isyah,Dll.
Ulama hadis yang meriwayatkan dari dirinya adalah:
Ibrahim bin Ismalil, Ibrahim bin Abdullah bin Hanim, Naim bin
Mujmal, Ishâq bin Abdûllah, Anas bin Malik, Ja‟far bin „Iyâd,
Rubai‟ah al-Jurasyî, Ziyad bin Tsuwa‟ib, Ziyad bin Aslam, Makhûl
asyâmî, Nâfi‟ bin Zubair, dll.71
Pendapat kritikus Hadis terhadap beliau adalah: Menurut
Ibnu Hajar mengatakan Bahwasanya beliau seorang sahabat Nabi,
Menurut al-Zahabi bahwa Beliau adalah seorang sahabat, dia juga
seorang yang hafiz, Ibnu Kasir berkata bahwa beliau seorang yang
sangat jujur, baik hafalannya, taat beragama, tekun beribadah, bersifat
zuhud dan soleh .72
70
Ibnu Ahmad „Alimi, Tokoh dan Ulama hadis, Edt:Ahmad Junaedi, (Sidoarjo:Mashun:
2008), Hal:17. 71
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî, Tahdzib al-Kamâl fi Asma’al-Rijâl ,
(Muasasah ar-Risalah:1987), Jilid 22 Hal:95. 72
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî, Tahdzib al-Kamâl fi Asma’al-Rijâl , Juz:34,
Hal:366.
82
Para ahli kritik hadis tidak ada satupun yang mencela pribadi
Abu Hurairah. Dengan melihat hubungan pribadinya yang akrab
terhadap Nabi yang tidak diragukan lagi. Abu Hurairah merupakan
seorang sahabat yang tidak diragukan lagi tentang hafalannya dan juga
kejujurannya. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Abu
Hurairah menerima langsung dari Nabi. Maka dapat dikatakan sanad
hadis ini telah terjadi persambungan periwayatan hadis.
Setelah penulis melakukan penelitian terhadap periwayatan dari
Hujain bin al-Mutsanna bahwasanya sanad tersebut bersifat dhaif,
sehingga penulis melakukan penelitian kembali melakukan jalur
periwayatan dari Suraij bin An Nu'man. Berikut Jalur periwayatannya :
a. Ahmad bin Hanbal
Telah disebutkan pada halaman: 75
b. Suraij bin An Nu'man bin Marwan
Nama lengkap beliau adalah Suraij bin An Nu'man bin Marwan,
Kuniyah beliau adalah Abu al-Husain, Negeri semasa hidupnya adalah
Baghdad. Beliau wafat pada tahun 217 H.
Guru-Guru beliau:Isma‟il bin Ja‟far, Baqiyyah Bin al-Walîd,
Jarîr bin „abdul Hamîd, Hakim bin „Abdul malik , Hammâad bin Zaid,
Hammâd bin Salamah, Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Abi Salamah
Sufyan bin Uyainah, Suhail bin Abi Hazm , Muhammad bin Ismâ‟il
bin Abî Fudaik, Mukaram bin Hakim, Mahdî bin Maimûn, Husyâm
bin basyr,dll.
83
Murid-muridnya: Bukharî, Ibrâhim bin Ishâq al-Harbî,
Ahmad bin Hanbal, Salmân bin Taubah,dll.
Komentar para ulama: An- Nasa‟I mengatakan bahwasanya
Laisa bin Ba’s, Abu Dâwûd dan Muhammad bin Sa‟ad mengatakan
bahwasanya beliau Tsiqah, ad-Daruquthni mengatakan bahwasnya
beliau Tsiqah Ma’mun, Adz-Dzahabi mengatakan beliau adalah orang
yang Tsiqah ‘Alim. 73
Banyak pujian yang diberikan kepada Suraij bin An Nu'man bin
Marwan dari para kritikus hadis. Dengan demikian, Pernyataan hadis
diatas dari Abdul 'Aziz dapat dipercayai kebenarannya. Itu berarti
bahwa sanad antara Suraij bin An Nu'man bin Marwan dari para
kritikus hadis. Dengan demikian, Pernyataan hadis diatas dari Abdul
'Aziz dalam keadaan bersambung.
c. Abdul 'Aziz
Telah disebutkan pada halaman sebelumnya yaitu halaman 78.
Disini penulis hanya menambahkan ketersambungan antara Abdul
'Aziz dengan Suraij bin An Nu'man, Bahwasanya benar diantara
mereka terjadi pertemuan dan Suraij bin An Nu'man benar
muridnya.74
d. Manshur bin Udzain
Telah disebutkan pada halaman: 79
73
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî , Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:10,
Hal:218. 74
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî , Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:18,
Hal:154.
84
e. Makhul Asyâmî
Telah disebutkan pada halaman: 79
f. Abu Hurairoh
Telah disebutkan pada halaman: 80
Setelah dilakukan penelitian terhadap jalur ini ternyata sanad hadis
ini tetap berada pada tingkatan daif. Perbedaan riwayat hanya terletak pada
periwayat yang pertama saja dan yang lainnya sama perawinya. Masalah
yang dipersoalkan dalam jalur sanad ini adalah adanya seorang perawi
yang bernama Manshur bin Udzain, yang ternilai majhûl ( tidak diketahui
keadilannya). Maka dalam kajian kritik hadis, keadaan perawi demikian
disebut dengan majhûl „ain ( tidak diketahui data pribadinya sedikitpun).
Penulis mengatakan bahwasanya Manshur bin Udzain, tidak
diketahui keadannya dalam beberapa kitab Rijâl al-Hadîs dan Penulis tidak
menemukan pertemuan antara rawi yang sebelumnya dan sesudahnya.
Menurut disiplin ilmu hadis, apabila terdapat perawi yang tidak diketahui
keadaanya maka sanad perawi hadis tersebut hukum riwayatnya tertolak
dan termasuk kedalam hadis yang daif menurut jumhur ulama hadis.
Setelah melakukan penelitian sanad hadis melalui perawi Hujain bin
al-Mutsanna dan Suraij bin An Nu'man bin Marwan sanad dari
periwayatan hadis ini bersifat daif, karena Makhul tidak ditemukan
identitasnya dan periwayat setelahnya dan sebelumnya tidak bertemu
dengan beliau . Sehingga periwayatan sanad hadis ini bersifat daif.
85
C. Kritik Matan hadis
Setelah melakukan kegiatan penelitian terhadap sanad maka penulis,
mengadakan penelitian matan, menggunakan metode yang sama dengan
sbeelumnya, Yaitu:
1. Meneliti Kualitas Sanad Hadis
Dari hasil Penelitian sanad yang telah dilakukan diatas, terdapat
satu pe perawi yang majhûl( tidak diketahui keadaanya) baik guru dan
muridnya tidak mencantumkan perawi tersebut. Dalam hal ini, penulis
mengatakan bahwasanya hadis ini memiliki sanad yang daif.
2. Meneliti Matan Yang Semakna
Susunan matan dari imam Ahmad ibn Hanbal ini emmiliki
makna yang sama, namun ada sedikit penambahan, namun itu tidak
menjadikan perbedaan yang menonjol. Untuk mengetahui
penambahan tersebut, berikut penulis cantumkan kedua hadis dibawah
ini:
رك المراء وإن . 1 رك الكذب ف المزاحة وي ت ميان كلو حت ي ت 75ل ي ؤمن العبد ال
رك الكذب ف المزاح والمراء كان صادقا.2 ميان كلو حت ي ت ل ي ؤمن العبد ال
76صادق وإن كان
Dari kedua matan diatas, tampak ada perbedaan sedikit pada
kedua teks matan tersebut. Yakni pada hadis pertama menggunakan
75
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal 76
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal
86
kata ف المزاح ة وي ت رك sedangakan hadis kedua tidak menggunakan lafaz
Perbedaan tersebut tidak merubah maksud dari matan hadis . وي ت رك
tersebut, perubahan dan penambhan dalam matan hadis tersebut masih
dalam koridor yang tidak merubah makna matan hadis tersebut.
3. Meneliti Kandungan Matan
Pada dasarnya Akhlak merupakan sebuah reaksi jiwa dan segala
sesuatu yang mempengaruhinya untuk melakukan apa yang harus
dilakukan dan meninggalkan apa yang harus ditinggalkan. Akhlak itu
tercermin dari tingkah laku atau dari perkataan seseorang. Dengan
demikian, akhlak menjadi ebnteng bagi pelaksanaan syariat. Ia
merupakan tempat bertahan bagi orang-orang yang benar-benar
muslim. Sehingga akhlak yang baik tersebut merupakan
penyempurnaan iman.
Iman itu sendiri merupakan suatu tenaga yang membentengi dari
pengaruh duniawi dan mendorong manusia untuk mencapai sebuah
kemuliaan. Allah menyerukan kepada umatnya untuk berbuat
kebijakan dan mencegah dari kemunkaran. Allah berfirman tentang
orang yang berdusta yaitu:
77
77
Q.S az – Zumar ayat 3.
87
” Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari
syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah
(berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya
mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara
mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang
pendusta dan sangat ingkar.
Nabi Muhammad saw telah menjelaskan bahwasanya iman yang
kuat akan melahirkan perangai yang kuat pula, namun sebaliknya jika
akhlaknya rusak maka akan berpangkal pada kelemahan atau bahkan
sampai hilangnya iman.
78
“11. Maka kecelakaan yang besarlah di hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan,12. (yaitu) orang-orang yang bermain-main
dalam kebathilan”
Nabi Muhammad sering menyinggung perihal permasalahan
akhlak dengan mengaitkannya dengan iman. Berikut hadis nya:
ث نا أبو د بن عمرو حد ث نا عبدة بن سليمان عن مم ث نا أبو كريب حد حدسلمة عن أب ىري رة قال قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم أكمل المؤمني
79إميانا أحسن هم خلقا وخياركم خياركم لنسائهم خلقا
“Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami 'Abdah bin Sulaiman dari
Muhammad bin 'Amr, telah menceritakan kepada kami Abu
Salamah dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Orang mukmin yang paling
sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-
baik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya."
78
Q.s at-Thur ayat 11dan 12. 79
al-HâfizAbû „îsa Muhammad bin „îsa Al-Turmudzy,Sunan al-Turmudzi, (Riyadh,Bayt al-
Afkâf ad-Dawliyah,9947), Kitab : Penyusuan, Bab : Hak isteri atas suami, Hal: 466.
88
Setelah penulis melakukan penelitian terhadap matan ini, dapat
dikatakan bahwasanya matan hadis ini tidak bertolak belakang
terhadap ajaran Islam, baik dalam al-Qur‟an ataupun hadis yang lebih
sahih. Penulis menyimpulkan bahwasanya hadis ini meskipun
sanadnya bersifat dhaif, namun matannya memiliki tingkatan sahih.
Sehingga hadis ini dapat digunakan menjadi pedoman hidup untuk
menghindari perbuatan tersebut.
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan-pembahasan yang telah penulis paparkan pada sebelumnya,
maka disini penulis akan menarik kesimpulan bahwa pembahasan yang telah selesai
diajukan sebagai berikut:
1. Setelah melakukan kegiatan penelitian kualitas sanad dan matan bahwasanya hadis
Nabi Muhammad saw yang berkenaan tentang Ancaman Allah kepada orang yang
melakukan dusta untuk membuat orang tertawa, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwasanya hadis tersebut memiliki kualitas sahih, Karena hadis tersebut telah
memenuhi syarat-syarat hadis sahîh. Sanad Hadis ini memiliki ketersambungan sanad
hingga perawi terakhir. Adapun matan yang terkandung dalam kandungan hadis
tersebut juga tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan juga hadis sahîh.
2. Adapun hadis Nabi saw yang berkenaan dengan tidak sempurnanya iman seseorang
terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang tertawa, penulis dapat
menyimpulkan bahwasanya sanad hadis tersebut memiliki kualitas dhaif, Kedhaifan
tersebut disebabkan karena terdapat seorang karena salah satu periwayat yang tidak
diketahui identitas pribadinya. Perawi yang tidak diketahui identitasnya bernama
Manshur bin Udzain. Sehingga penulis menyatakan kualitas sanad tersebut dhaif.
Untuk kandungan matan yang terdapat dalam hadis tersebut bersifat sahîh, karena
dalam matan tersebut tidak terdapat kejanggalan ataupun bertentangan dengan al-
Qur’an ataupun dengan hadis-hadis yang sahîh.
90
Dengan demikian, Bahwasanya hadis pertama bisa dijadikan hujjah dan dijadikan
pedoman. Matan pada hadis pertama memberikan peringatan terhadap orang yang
membuat tawa dengan menggunakan kata-kata dusta. Oleh karena itu, Sebaiknya apabila
ingin membuat sebuah gelak tawa menggunakan kata-kata yang benar karena pada
dasarnya dusta adalah sebuah akhlak yang buruk. Hadis kedua tersebut menjelaskan
bahwasanya tidak sempurnanya keimanan seseorang karena berdusta untuk menimbulkan
tawa. Namun, hadis tersebut bersifat dhaif, dan tidak bisa dijadikan pedoman.
B. Saran-saran
Dari hasil uraian tentang hadis larangan berdusta untuk membuat orang tertawa
yang menjadi tema dalam skripsi ini, penulis akan memberikan saran kepada para
pembaca:
a. Hendaknya menghindari berkata-kata dusta dalam segala hal baik dalam berbicara
formal atau dalam berbicara dalam gurauan.
b. Membuat orang lain tertawa memang baik, namun berdusta merupakan perbuatan
yang dibenci oleh Allah SWT.
Penulis menyadari bahwasanya masih banyak terjadi kesalahan di dalam skripsi
ini, untuk itu diharapkan untuk para pembaca meneliti lebih lanjut mengenai skripsi ini.
91
DAFTAR PUSTAKA
‘Alimi, Ibnu Ahmad. Tokoh dan Ulama Hadis, edt:Ahmad Junaedi,
Sidoarjo:Mashun, 2008.
Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia)
Amir, Mafri, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, Pt. Logos
Wacana Ilmu, Ciputat, 1999.
Anggun Resdasari Prasetyo dan Harlina Nurtjahjanti, Pengaruh Penerapan
Terapi Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai
Kereta Api, Jurnal Psikologi Undip Vol11,No.1 April,2012
Al-Asqalânî,ibn Hajar.Tahdzîb al-Tahzîb.Bayrût:Dâr al-Fikr,1994
Al-Awayisyah Husain, Saat Diam Saat Bicara ( Manajemen Lisan ),ter. Gunaim
Ihsan, Lc, Jakarta: Darul Haq: 2006 cet:2.
Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Miftah Kunuz al-Sunnah,Cairo:Dar al-Hadis.
Al-Bukhārî, Muhammad bin Ismā’il bin Ibrāhim al-Ja’fî, Ṣaḥîḥ Bukhārî, Kairo:
al-Mathaba’ah al-Salafiyyah:1400 H.
Bustamin dan salam Isa.Metodologi Kritik Sanad. Jakarta:Raja Grafindo
Persada,2004.
Chaer, Abdul. Ketawa-Ketiwi Betawi, Depok: Masup Jakarta, 2007.
Al-Dârimi,al-Fadl ibn Bahram.Sunan al-Darimî. Dârul al-Basyair Al-Islamiyyah,1419H.
El-Sulthani, Mawardy Labay, Bahaya Provokasi Lidah Tidak Bertulang,
Jakarta:Al-Mawardi Prima,2002.
Fatimah, Muhammad Khair, Etika Muslim Sehari-hari, ter.Biqadarin,
Jakarta:Pustaka al-Kautsar.
Al-Ghazali, Bahaya Lidah, terj. Zainuddin, Jakarta Bumi Aksara 1994.
…………., Akhlaq Seorang Muslim, Terj.Moh.Rifa’I,Semarang: Wicaksana
Hasan , M.Ali,50 Perbuatan dan Perilaku yang Membawa Malapetaka, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya,1997.
Husain al-Munawwar, Said Aqil. Metode Takhrij Hadis. Semarang:Dina
Utama,1994.
92
Idris, Studi Hadis, Jakarta:Kencana,2010.
Ismail, Syuhudi.Metodologi Penelitian Hadis Nabi.Jakarta:Bulan Bintang,1992.
Ivanka Tria, Seni Membaca Senyum, Jakarta :Percetakan Hi-Fest, 2008.
Jaarullah, Abdullah bin. Awas! Bahaya Lidah, ter.Abu Haidar dan Abu Fahmi,
Depok: Gema Insani,2016.
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl,
Muasasah ar-Risalah:1987.
Jurnal Rokayah, Penerapan etika dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari , IAIN
Raden Inten Lampung, Terampil, Juni, 2001.
Al-Khatib, Muhammad ‘ajaj. Usûl al-Hadîs, Beirut: Dar al-Fikr,1989.
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis, Jakarta:Amzah,2013.
Lidwa- Software Hadis 9 Imam Hadis
Listya Istiningtyas, Humor dalam Kajian Psikologis Islam,
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/JIA/article/download/479/429.
Majid, Abdul S, Tertawa yang disukai, tertawa yang dibenci Allah, Jakarta,
Gema Insani Press, 2004.
Mâlik, Mâlik bin Anas bin, Muwata Malik,Dârul Farb al-Islâmî:1997
Marwan, Iwan. "Rasa Humor dalam Perspektif Agama." Buletin Al-Turas 19.2
2013.
Al-Mizzî ,Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf. Tahdzib al-Kamâl fi Asma’al-Rijâl ,
Muasasah ar-Risalah:1987.
.............., Tuhfatul Asyraf Bima’rifat al-Athraf ,Dar al-Gharb al-Islamî,1999.
Muhammad Sholihuddin Zuhdi, Skripsi, Tertawa sebagai media terapi depresi
pada lanjut usia, Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga,2011.
Munawwir,Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Surabaya:
Pustaka Progresif,1997.
Mursi, Muhammad Said. Panduan Praktis dalam pergaulan, ter.Abdul Hayyie al-
Kattani dan Uqinu Attaqi,Jakarta: Gema Insani Press,2004.
Al-Naisâbury, Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjâj bin al-Muslim al-Qusyairy.
Sahîh al-Muslim.Beirut:Dar al-Afâq.
93
Al-Nasa’I, Abi Abdirrahman Ahmad ibn Syuaib. Sunan Nasa’i, Beirut: Dar el
Fikr.
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 4, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008.
Al-Qarni, Aidh Abdullah Tersemyum, ter:Ayip Faishol dan Zainal Abidin,
Jakarta:Pustaka Azzam,2004.
Al-Qazwaini, Muhammad Bin Yazid. Sunan Ibnu Majah, Riyadh: Baitul Afkar
ad-Dauliyah.
Al-Râzî, Abû Muhammad ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim Muhammad bin Idrîs
bin al-Munzir. Kitab al-Jarh wa al-Ta’dîl, Hayderabat: Majlis Da’irat al-
Ma‘arif,1987.
Ar-Riyadhi, Ridhwanullah, Bercanda Bersama Rasululllah, terj.Abdul Hamid,
Jakarta: Darul Haq, 2005.
Sahabudin, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata, Jakarta:Lentera Hati,2007.
Al-Sajastani, Abu Daud Sulaeman. Sunan Abu Daud, Beirut:Daar al-Kitab al-
Arabi,275H.
Sheni Desinta dan Neila Ramdhani, terapi tawa untuk menurunkan stress pada
penderita hipertensi, Jurnal psikologi volume 40,no.1,juni 2013.
Supadie, Didiek Ahmad,dkk. Pengantar Studi Akhlak, rev.ed Cet 2,
Jakarta:Rajawali, 2012.
Suparta, Munzier. Ilmu Hadis, Jakarta:Rajawali Pers,2010.
Al-Syaybānî ,Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal. Musnad al-Imam
Aḥmad bin Ḥanbal, Beirut: Dar al-Kutub: 1971.
TB. Asep Subhi dan Ahmad Taufik, 101 Dosa Besar, Jakarta: Qultum Media,
2004.
Thalib, Moh. Sifat dan Sikap Tercela dalam Islam,Surabaya:Pt Bina Ilmu,1983.
Al-Turmudzy,al-Hâfiz Abû ‘îsa Muhammad bin ‘îsa. Sunan al-Turmudzi.
Beirut:Dâr al-Fikr.
Utsman, Akram. Hidup tanpa Dusta, ter.Yulaikha Fitria ,Nakhlah Pustaka,
Jakarta:2008.
Wahid, Sa’ad Abdul. Membersihkan dan Menyembuhkan berbagai Penyakit
Qalbu, Yogyakarta: Citra Media: 2006.
94
Wensick,A.J. Mu’jam al-Mufahras li al-Fâz al-Hadîs al-Nabawî.
Leiden:E.J.Brill,1943.
Al-Zahâbî, Abû ‘Abdullâh Muhammad bin Ahmad bin ‘Usmân, Siyar a’lam al-
Nubalâ, Bayrut: Mu’assasat al-Risâlah,1990.
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah kata-kata arab yang digunakan dalam penyusunan
skripsi ini. Pedoman yang penulis gunakan adalah buku Pedoman Akademik pada
tahun 2013:
HURUF ARAB HURUF LATIN KETERANGAN
Tidak dilambangkan - ا
B Be ب
T te dan es ت
Ts te dan es ث
J Je ج
H h dengan garis bawah ح
Kh ka dan ha خ
D da د
Dz de dan zat ذ
R er ر
Z zet ز
S es س
Sy es dan ye ش
S es dengan garis di bawah ص
D de dengan garis di bawah ض
T te dengan garis di bawah ط
Z zet dengan garis di bawah ظ
‘ عkoma terbalik di atas
hadap kanan
Gh ge dan ha غ
F ef ف
v
Q ki ق
K ka ك
L el ل
M em م
N en ن
W we و
H ha ه
apostrof ' ء
Y ye ي
Vokal
Vokal dalam bahasa arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri dari vocal
tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong. Untuk vocal tunggal,
ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL LATIN KETERANGAN
A Fathah
I Kasrah
ۥ U Ḏammah
Adapun untuk vocal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL LATIN KETERANGAN
ai a dan i يـــــ
au a dan u ــــو
vi
Vocal Panjang
Ketentuan alih aksara vocal panjang (madd), yang dalam bahasa arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL LATIN KETERANGAN
â a dengan topi di atas ـا
î i dengan topi di atas ـي
û u dengan topi di atas ـو
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam system aksara arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu ال, dialihaksarakan menjadi huruf/I/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun
huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân.
Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam system tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ( dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu , (ـ
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ة ر و الض tidak
ditulis ad-ḏarûrah melainkan al-ḏarûrah, demikian seterusnya.
Ta Marbûṯah
Berkaitan dengna alih aksara ini,jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/.Hal
yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t).
vii
Namun,jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata benda (ism), maka harus
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/.
Contoh :
NO KATA ARAB ALIH AKSARA
ṯarîqah طريقة 1
al-jâmi’ah al-islâmiyyah الجامعة اإلسالمية 2
waḫdat al-wujûd وحدة الوجود 3
Huruf Kapital
Meskipun dalam siistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan,dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia,antara
lain untuk menuliskan permulaan kalimat,huruf awal nama tempat,nama
bulan,nama diri,dan lain-lain. Penting untuk diperhatikan,jika nama diri didahului
oleh kata sandang ,maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama
diri tersebut,bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Ḫâmid al-
Ghazâlî bukan Abû Ḫâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’il), kata benda (ism), maupun huruf (ḫarf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contohnya:
NO KATA ARAB ALIH AKSARA
dzahaba al-ustâdzu ذحب األستاد 1
Tsabata al-ajru ثـبت األجر 2
Maulânâ Malik al-Ṣâliḫ موالنا ملك الصالح 3
viii
Yu’atstsirukum Allâh يـؤثركم الله 4