UNIVERSITAS INDONESIA
RASIO PENDANAAN PADA DANA PENSIUN ANGKASA
PURA I PERIODE 2008-2012
TUGAS KARYA AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Administrasi
ITA PUSPA DILLASARI
1206319403
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM SARJANA EKSTENSI
DEPOK
JULI, 2014
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
Lil:+l::::::::::::::1'r!:i.:att:::::-:............,fii:i:;:::::::::::. _"'":::::::::::::::= :
,- t'.u.,...-,::r:.r::::::::j.,iilitl
llLl!-tit:r::r:r,,::::
'' i111$i1i.f':=
UNIVERSITAS INDONESIAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKDEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASIPROGRAM SARJANA EKSTENSI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
t*Eiii..:l:::!ttt:tt:w,:
,1,@' ''"'n""''"
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
Scanned by CamScannerRasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT karena atas berkah dan
rahmat-Nya Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penyusunan tugas karya
akhir dengan judul “Analisis Rasio Pendanaan Pada Dana Pensiun Angkasa Pura I
Periode Tahun 2008 - 2012.” Penulisan tugas karya akhir ini merupakan pemenuhan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Penulis sepenuhnya sadar bahwa
banyak pihak yang telah memberikan bantuan dari masa perkuliahan hingga
penyusunan tugas karya akhir ini. Oleh sebab itu, Penulis turut mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Arie Setiabudi Soesilo, M.Sc.selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Indonesia.
2. Dr. Roy Valiant Salomo, M.Sos.Sc Selaku ketua Departemen Ilmu Administrasi
Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
3. Dr. Retno Kusumastuti, M.Si, selaku pembimbing dan Ketua Program Sarjana
Ekstensi Departemen Ilmu Administrasi yang telah meluangkan banyak waktu,
tenaga, serta pikirannya untuk membantu mengarahkan penulis dalam
penyusunan tugas karya akhir ini.
4. Eko Sakapurnama, S. Psi, MBA selaku Ketua Program Studi Administrasi
Niaga
5. Ir. Bernardus Yuliarto Nugroho MSM., PhD selaku penguji ahli dalam sidang
proposal dan juga sidang akhir.
6. Milla Sepliana Setyowati S.Sos., M.Ak. selaku ketua sidang dalam sidang akhir.
7. Prima Nurita Rusmaningsih S.A.P., M.A.selaku sekretaris sidang akhir yang
telah memberikan masukan dan nasehat-nasehat yang sangat berharga selama
sidang.
8. Bapak, mama, mas, dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberi
dukungan kepada penulis.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
v
9. Nurul Arfianty dan Macario Marxal selaku teman satu bimbingan, yang telah
berjuang bersama dan saling membantu selama penyusunan tugas karya akhir
ini hingga selesai.
10. Teman-teman ekstensi Administrasi Niaga 2012 yang telah berjuang bersama
selama menempuh pendidikan di Universitas Indonesia.
11. Teman-teman ekstensi jurusan keuangan yang saling membantu dalam
menyelesaikan pendidikan serta tugas karya akhir pada program studi Ilmu
Administrasi Niaga jurusan keuangan.
12. Sahabat-sahabat serta saudara-saudara yang tidak dapat disebutkan satu persatu
terima kasih telah memberikan dukungan selama penulis menempuh pendidikan
serta tugas karya akhir di Universitas Indonesia.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kiranya Allah SWT membalas
kebaikan mereka.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas karya akhir ini memiliki banyak
kekurangan, sehingga masih membutuhkan sumbangan pemikiran dari para pembaca.
Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan tugas karya akhir
ini. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Karya Akhir ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, Juli 2014
Penulis
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKDEPARTEMEN I LMU ADMINISTRASlPROGRAM SARJANA EKSTENSI
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama
NPMProgram Studi
Departemslr ffi
Faltiltasffi TJenis_ Karyal
i'- "'trtljli;i;,2
iitt
deftiTJ
PENSIUN
vi
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
vii
ABSTRAK
Nama : Ita Puspa Dillasari
Program Studi : Administrasi Niaga
Judul Skripsi : Rasio Pendanaan Pada Dana Pensiun Angkasa Pura I
Periode Tahun 2008 - 2012
Rasio pendanaan merupakan salah satu rasio keuangan dalam dana pensiun yang
digunakan untuk menunjukan kemampuan dana pensiun dalam memenuhi
kewajibannya membayar manfaat pensiun. Tujuan dari Tugas Karya Akhir ini
adalah untuk menjelaskan rasio pendanaan DAPENRA untuk periode tahun 2008
- 2012. Metode penelitian yang digunakan dalam Tugas Karya Akhir ini yaitu
dengan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitiannya yaitu deskriptif. DAta yang
digunakan yaitu dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan
tahunan DAPENRA periode tahun 2008 -2012. Hasil dari penelitian ini adalah
bahwa rasio pendanaan DAPENRA tahun 2008 - 2011 berada di atas 100% dan
berada pada kondisi pendanaan tingkat satu. Sedangkan di tahun 2012 rasio
pendanaan nya di bawah 100% dan kondisi pendanaannya berada pada tingkat
dua, dimana DAPENRA berada dalam keadaan defisit karena kewajiban
aktuarianya lebih besar daripada kekayaan untuk pendanaannya.
Kata kunci: Kekayaan untuk Pendanaan, Kewajiban Aktuaria, Rasio Pendanaan
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
viii
ABSTRACT
Name : Ita Puspa Dillasari
Study Programme : Business Administration
Title : The Funding Ratio Of Angkasa Pura I Pension Fund
Year Period 2008-2012
Funding ratio is one of the financial ratios that used in the pension fund to
demonstrate the ability of pension funds to meet its obligation to pay pension
benefits. The purpose of this study is explain the funding ratio of DAPENRA year
period from 2008 to 2012. Research method used in this study is quantitive
approach and its research type is descriptive. The data used is by using secondary
data from annual financial reports of DAPENRA year 2008 -2012. The result of
this study is that the funding ratio of DAPENRA year 2008 - 2011 is above 100%
and they funding conditions are at the first level. Meanwhile in 2012 the funding
ratio is below 100% and the funding condition is at level two, DAPENRA is in
deficit condition because its actuarial liability is greater than the asset of its
funding.
Key words: Pension fund asset, Actuarial liabilities, Funding ratio
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL …………………………………………………………………… i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS ………………………………………..ii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………….iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..…iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……………………...vi
ABSTRAK… …………………………………………………………………….....vii
ABSTRACT …….……………………………………………………………….....viii
DAFTAR ISI ……..……………………………………………………………….....ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………...xi
DAFTAR GRAFIK ……………………………………………………………….....xi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………..xii
BAB 1 PENDAHULUAN…………...……………………………………………….1
1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………….1
1.2 Perumusan Masalah …...………………………………………………….6
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………6
1.4 Metode Penelitian …...……………………………………………………7
1.5 Sistematika Penelitian ………………………………………………….....8
BAB 2 KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN LITERATUR ...………...…....10
2.1 Pensiun …………………………………………………………………..10
2.2 Dana Pensiun ………..………………………………………..………....11
2.2.1 Tujuan Dana Pensiun…………………………………………..12
2.2.2 Asas-asas Dana Pensiun……………………………………….13
2.2.3 Jenis Dana Pensiun …………………….……………….…......15
2.3 Pendanaan Dana Pensiun ……..………………………………………....20
2.4 Pengertian Rasio ……………..………………………………………….20
2.5 Rasio Pendanaan ………………………………………………………...21
2.5.1 Kekayaan untuk Pendanaan …………………………………...22
2.5.2 Kewajiban Aktuaria …………………………………………...22
2.6 Tinjauan Literatur ……………………………………………………….25
BAB 3 PEMBAHASAN …………………………………………………………... 27
3.1 Gambaran Perusahaan ………………………………………………..... 27
3.2 Analisis Rasio Pendanaan …………………………………………….....28
3.3 Hasil Analisis ……………………………………………………………39
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
x
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN………..……………………………..……..43
4.1 Kesimpulan ...…………………………...……………………………….43
4.2 Saran …………………………………………………………………….44
DAFTAR REFERENSI
LAMPIRAN
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Dana Pensiun 2008 – 2012 ………..……................................ 3
Tabel 3.1 Kekayaan untuk Pendanaan DAPENRA 2008 – 2012 ……… 30
Tabel 3.2 Kekayaan untuk Pendanaan DPPLN 2008 – 2012 …...……… 32
Tabel 3.3 Rasio Pendanaan DAPENRA 2008 – 2012………………….. 33
Tabel 3.4 Tingkat Pendanaan DAPENRA 2008 - 2012…...…………….. 36
Tabel 3.5 Rasio Pendanaan DPPLN 2008 – 2012……………………….. 37
Tabel 3.6 Perbandingan Rasio Pendanaan & Solvabilitas.......................... 38
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Rasio Pendanaan 2008 – 2012 DAPENRA dan DPPLN............. 40
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Laporan Aktiva Bersih DAPENRA 2009
Lampiran 2 Laporan Perubahan Aktiva Bersih DAPENRA 2009
Lampiran 3 Laporan Aktiva Bersih 2010
Lampiran 4 Laporan Perubahan Aktiva Bersih 2010
Lampiran 5 Ikhtisar DAPENRA 2006 - 2010
Lampiran 6 Laporan Aktiva Bersih DAPENRA 2012
Lampiran 7 Laporan Perubahan Aktiva Bersih 2012
Lampiran 8 Neraca DAPENRA 2012
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Produktivitas manusia pada akhirnya ada batasnya. Pada umumnya setiap
orang tentu berharap untuk selalu dapat hidup sejahtera, bukan hanya pada saat
mereka aktif bekerja namun juga pada saat mereka sudah tidak lagi aktif bekerja
atau pensiun. Akan tetapi untuk dapat hidup sejahtera di masa tua nya seseorang
tidak ingin penghasilannya berhenti ketika mereka tidak lagi bekerja.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pemerintah
mengeluarkan UU No. 11 tahun 1992 yang mengatur tentang dana pensiun.
Dalam setiap perusahaan baik BUMN maupun perusahaan yang bukan BUMN
diberikan kesempatan untuk mendirikan dana pensiun bagi pegawainya. Dana
pensiun diselenggarakan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan para
pegawainya. Maka dengan adanya program pensiun yang diselenggarakan oleh
perusahaan, diharapkan dapat memotivasi para pegawainya untuk dapat bekerja
dengan baik sehingga akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Menurut UU No. 11 tahun 1992, dana pensiun adalah badan hukum yang
mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Dana
pensiun dikelola oleh suatu lembaga dan memungut dana dari pendapatan para
karyawan suatu perusahaan yang kemudian dibayarkan kembali dana tersebut
dalam bentuk pensiun setelah karyawan tersebut memasuki usia pensiun atau ada
sebab sebab lain sehingga memperoleh hak untuk mendapatkan dana pensiun. Jadi
kegiatan perusahaan dana pensiun adalah memungut dana dari iuran yang
dipotong dari pendapatan karyawan yang kemudian iuran ini di investasikan
kembali ke dalam berbagai bentuk kegiatan usaha yang dianggap paling
menguntungkan.
Industri Dana Pensiun di Indonesia telah berkembang sejak tahun 1992,
khususnya terkait dengan diterbitkannya Undang-undang Dana Pensiun nomor 11
tahun 1992. Secara umum, industri Dana Pensiun terdiri atas Dana Pensiun
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
2
Universitas Indonesia
Pemberi Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Dalam
penyelenggaraannya, DPPK dapat menjalankan Program Pensiun Manfaat Pasti
(PPMP) atau Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP), sedangkan DPLK hanya dapat
menjalankan PPIP (Data Statistik OJK 2012 Industri Keuangan Non Bank).
Pada PPMP, besarnya pembayaran manfaat pensiun yang dijanjikan
kepada peserta ditentukan dengan rumus manfaat pensiun yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Dana Pensiun. Rumus tersebut dipengaruhi oleh masa kerja,
faktor penghargaan per tahun masa kerja dan penghasilan dasar pensiun.
Sedangkan pada PPIP, seluruh iuran serta pengembangannya dibukukan pada
rekening masing-masing peserta sebagai manfaat pensiun. Jumlah yang diterima
oleh peserta pada saat pensiun tergantung pada jumlah iuran dari pemberi kerja,
atau iuran peserta dan pemberi kerja atau iuran peserta, dan hasil usaha (Laporan
Tahunan 2011 Dana Pensiun Bapepam).
Sejak tahun 1992 sampai dengan akhir tahun 2012, tercatat sebanyak 419
(empat ratus sembilan belas) Dana Pensiun yang telah memperoleh pengesahan
dari Menteri Keuangan. Namun demikian, jumlah Dana Pensiun yang masih
beroperasi per 31 Desember 2012 sebanyak 269 (dua ratus enam puluh sembilan)
Dana Pensiun, yaitu terdiri atas 244 (dua ratus empat puluh empat) DPPK, baik
yang menyelenggarakan PPMP maupun PPIP, dan 25 (dua puluh lima) DPLK.
Secara total, jumlah tersebut mengalami penurunan 1 (satu) Dana Pensiun
dibandingkan jumlah tahun sebelumnya. Hal itu terjadi karena terdapat 3 (tiga)
pendirian Dana Pensiun yang baru dan 4 (empat) pembubaran Dana Pensiun pada
tahun 2012 (Data Statistik OJK 2012 Industri Keuangan Non Bank).
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
3
Universitas Indonesia
Tabel 1.1 Dana Pensiun 2008 – 2012
JENIS DANA PENSIUN 2008 2009 2010 2011 2012
Akumulasi Pendirian Dana Pensiun
DPPK PPMP 313 315 315 317 319
DPPK PPIP 56 60 60 61 62
DPLK 37 37 37 38 38
JUMLAH 406 412 412 416 419
Akumulasi Pembubaran Dana Pensiun
DPPK PPMP 88 96 98 103 107
DPPK PPIP 26 28 29 30 30
DPLK 11 12 13 13 13
JUMLAH 125 136 140 146 150
Akumulasi Peralihan Program Dana Pensiun
DPPK PPMP ke DPPK PPIP 11 10 9 9 9
Akumulasi Dana Pensiun yang Masih Tercatat
DPPK PPMP 216 210 208 204 201
DPPK PPIP 39 41 40 41 43
DPLK 26 25 24 25 25
JUMLAH 281 276 272 270 269
Sumber : Laporan Tahunan Bapepam 2012
Salah satu contoh perusahaan yang menyelenggarakan dana pensiun
dengan program manfaat pasti yakni Dana Pensiun Angkasa Pura I (DAPENRA).
Dana Pensiun Angkasa Pura I (DAPENRA) adalah badan hukum yang mengelola
dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. DAPENRA
merupakan Dana Pensiun Pemberi Kerja yang menyelenggarakan Program
Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) untuk kepentingan sebagian atau seluruh
karyawan PT. Angkasa Pura I (Persero) sebagai peserta, dan yang menimbulkan
kewajiban terhadap pemberi kerja, dalam hal ini yaitu PT. Angkasa Pura I.
Pengertian DPPK menurut PSAK 24 yaitu suatu dana pensiun yang dibentuk oleh
orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk
menyelenggarakan program pensiun bagi kepentingan karyawan, yang
menimbulkan kewajiban bagi pemberi kerja. Sumber dana DAPENRA berasal
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
4
Universitas Indonesia
dari Iuran Pendiri, Iuran Peserta dan hasil pengembangan kekayaannya.. Dalam
PPMP, iuran normal dapat berasal dari pemberi kerja dan juga dari karyawan nya.
Pada DAPENRA, iuran yang berasal dari pemberi kerja besarnya dihitung
berdasarkan perhitungan aktuaris dan untuk iuran yang berasal dari karyawan
sebesar 6% dari penghasilannya per bulan (Laporan Tahunan 2010 DAPENRA).
Dalam tugas karya akhir ini, penulis menggunakan Dana Pensiun Angkasa
Pura I (DAPENRA) sebagai objek dalam penelitian ini karena DAPENRA
merupakan salah satu dana pensiun BUMN yang termuda yaitu berdiri tahun 1998
namun dalam sepuluh tahun mampu memiliki kekayaan diatas Rp 400 milyar
(Laporan tahunan 2008 BAPEPAM). Oleh karena itu penulis tertarik untuk
memilih DAPENRA sebagai objek penelitian dalam tugas karya akhir ini.
Program pensiun pada intinya menjanjikan pemberian manfaat pensiun
kepada para karyawan atau pesertanya yang dapat diartikan sebagai timbulnya
sebuah kewajiban pembayaran bagi perusahaan yang menyelenggarakan dana
pensiun. Sebagai sebuah janji pembayaran, setiap saat kewajiban tersebut sejak
semula harus dapat diyakini akan dapat terlaksana, dan oleh karena itu harus
didukung oleh tersedia dan terhimpunnya dana yang cukup. Manfaat pensiun yang
telah dijanjikan diyakini akan dapat dibayarkan dengan baik. Ketersediaan dan
kecukupan dana guna pembiayaan program pensiun tersebut tentu saja menjadi
konsekuensi dan tanggung jawab dari Pemberi Kerja, yang telah memutuskan
untuk membentuk program pensiun bagi karyawannya.
Aspek penting lainnya dalam penyelenggaraan Dana Pensiun, yaitu
pendanaan, yang umumnya berasal dari iuran maupun hasil pengembangannya.
Iuran tersebut dapat dilakukan oleh pemberi kerja sendiri atau bersama-sama
antara pemberi kerja dan peserta (Statistik 2012 Industri Keuangan Non Bank,
OJK). Sebuah program pensiun harus dikelola berdasarkan sebuah sistem
pendanaan yang khusus, yang berupa adanya perhitungan yang tepat atas jumlah
kewajiban manfaat pensiun dan tersedianya kekayaan yang setiap saat harus
diperhitungkan cukup untuk menunjang dan mencukupi kewajiban tersebut.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
5
Universitas Indonesia
Pendanaan dana pensiun berbeda dengan pendanaan perusahaan pada
umumnya. Pendanaan perusahaan pada umumnya digunakan oleh perusahaan
untuk membiayai kegiatan baik yang bersifat operasional maupun non
operasional. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat berasal dari dalam
perusahaan (modal sendiri) maupun luar perusahaan (modal asing). Pendanaan
yang berasal dari dalam perusahaan berupa laba ditahan dan pendanaan dari luar
perusahaan berupa hutang dan saham (Brigham dan Houston, 2001). Sedangkan
pendanaan pada dana pensiun seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
pendanaan umumnya berasal dari iuran maupun hasil pengembangannya serta
kewajiban dan kekayaan dana pensiun bebas dari semua tuntutan yang mungkin
timbul terhadap kewajiban dan kekayaan pemberi kerja atau pihak lain, dan bebas
dari akibat buruk yang mungkin dialami dan berlaku terhadap kewajiban dan
kekayaan pemberi kerja dan pihak lain.
Pendanaan dana pensiun adalah kemampuan dana pensiun dalam
memenuhi kewajibannya kepada peserta dan kemampuan pemberi kerja dalam
mendanai program pensiunnya. Dalam DPPK PPMP, posisi pendanaan dana
pensiun dipengaruhi oleh besarnya kewajiban solvabilitas, kewajiban aktuaria dan
kekayaan untuk pendanaan serta dilihat dari kualitas pendanaan dana pensiun
tersebut yang dapat dilihat dari rasio pendanaan nya. Rasio Pendanaan adalah
hasil bagi Kekayaan Untuk Pendanaan dengan Kewajiban Aktuaria (Statistik 2012
& Direktori 2013 Industri Keuangan Non Bank). Menurut Kadarisman (2003;10),
rasio pendanaan adalah suatu rasio keuangan yang menunjukan kemampuan Dana
Pensiun untuk memenuhi kewajibannya membayar Manfaat Pensiun untuk
pesertanya.
Mengingat pentingnya kemampuan Dana Pensiun dalam memenuhi
kewajibannya maka diperlukan alat yang dapat membantu memperlihatkan
bagaimana kondisi Dana Pensiun untuk memenuhi kewajibannya, yakni rasio
pendanaan. Dengan kondisi Dana Pensiun yang optimal maka tentu saja Dana
Pensiun pasti mampu untuk membayar kewajiban nya dalam membayar Manfaat
Pensiun peserta. Berdasarkan fenomena diatas, maka dalam tugas karya akhir ini
penulis tertarik untuk menganalisis rasio pendanaan dari Dana Pensiun Angkasa
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
6
Universitas Indonesia
Pura I (DAPENRA) dari periode tahun 2008 – 2012 dan menggunakan Dana
Pensiun PLN (DPPLN) sebagai benchmark dalam penelitian ini, karena DPPLN
merupakan salah satu Dana Pensiun yang paling bagus kinerjanya dilihat dari
hasil investasi yang diperoleh DPPLN (Laporan Tahunan Bapepam 2008).
1.2 Perumusan Masalah
Pendanaan program pensiun manfaat pasti (PPMP) pemberi kerja
merupakan program pensiun yang berjanji akan memberikan suatu jumlah
pembayaran tertentu kepada karyawan atau ahli warisnya, sementara risiko
pendanaan yang terjadi berada pada pemberi kerja. Untuk itu diperlukan upaya
pemupukan dana, agar pendanaan untuk pembayaran manfaat pensiun di masa
purna bakti dapat terlaksana. Oleh karena itu, kondisi dana yang tersedia untuk
memenuhi kewajiban dana pensiun harus terus diupayakan. Perhitungan
pendanaan PPMP dilakukan oleh aktuaris untuk menghitung kecukupan
pendanaan dari dana pensiun. Dalam dana pensiun, terdapat rasio pendanaan yang
digunakan untuk memperlihatkan kondisi dana pensiun dalam memenuhi
kewajibannya membayar manfaat pensiun, yaitu apakah rasio berada pada kualitas
pendanaan tingkat satu dimana kondisi dana pensiun berada dalam kondisi dana
terpenuhi, atau berada pada kondisi tingkat dua dimana kekayaan untuk
pendanaan kurang dari kewajiban aktuaria nya namun tidak kurang dari kewajiban
solvabilitasnya dan atau berada pada kondisi tingkat ketiga yaitu kekayaan untuk
pendanaan kurang dari kewajiban solvabilitas. Sehingga dengan menggunakan
rasio pendanaan ini, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam Tugas Karya
Akhir ini menjadi “Bagaimana rasio pendanaan DAPENRA selama periode 2008
hingga 2012?”
1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan uraian perumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penelitian Tugas Karya Akhir ini adalah untuk menjelaskan Rasio Pendanaan
pada Program Pensiun Manfaat Pasti Dana Pensiun Angkasa Pura I selama
periode 5 tahun yaitu dari tahun 2008 hingga 2012 sehingga kemudian dapat
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
7
Universitas Indonesia
diketahui kondisi pendanaan Dana Pensiun Angkasa Pura I (DAPENRA) berada
pada tingkat pendanaan I, II atau III.
1.4 Metode Penelitian
1.4.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut
Arikunto (2006:12) penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang
banyak dituntut menguakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya. Dalam penelitian ini
dibutuhkan data yang sesuai dengan masalah serta tujuan penelitian yang ada,
sehingga dari data yang dikumpulkan dapat dilakukan analisa dan penarikan
kesimpulan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena dalam
penelitian digunakan data-data berupa angka-angka yang terdapat di dalam
laporan keuangan yaitu laporan aktiva bersih, laporan perubahan aktiva
bersih dan neraca untuk mendapatkan rasio pendanaan dan rasio solvabilitas
dari DAPENRA untuk tahun 2008-2012. Jenis penelitian nya yaitu deskriptif
yang merupakan dasar bagi semua penelitian. Penelitian desktiptif dapat
dilakukan secara kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik. (Sulistyo-
Basuki, 2006)..
1.4.2 Populasi dan Sampel
Menurut Margono (2004: 118), populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi
populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan DAPENRA tahun
2008 – 2012, karena dalam menghitung rasio pendanaan diperlukan laporan
keuangan sebagai data-datanya.
Sampel menurut Margono (2004: 121) adalah sebagai bagian dari
populasi. Sampel penelitian ini adalah laporan aktiva bersih, laporan
perubahan aktiva bersih dan neraca keuangan DAPENRA tahun 2008-2012
Untuk rasio pendanaan untuk mendapatkan kekayaan untuk pendanaan dan
kewajiban aktuarianya terdapat pada ketiga laporan keuangan di atas yaitu
laporan aktiva bersih, laporan perubahan aktiva bersih dan neraca keuangan.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
8
Universitas Indonesia
1.4.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data terhadap data sekunder yang dilakukan dalam
menyusun tugas karya akhir ini adalah:
1. Studi Kepustakaan
Dalam melakukan studi kepustakaan, peneliti membaca literature yang
berhubungan dengan penelitian ini, diantaranya laporan keuangan tahunan
DAPENRA periode 2008 – 2012, jurnal, artikel, buku dan peraturan
tentang dana pensiun.
1.4.4 Teknik Analisis Data
Data-data yang dianalisis berupa laporan keuangan yang terdiri dari
laporan neraca, laporan aktiva bersih dan laporan perubahan aktiva bersih
selama periode 5 tahun yaitu 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Penulis
menggunakan analisis data sebagai berikut:
a. Analisis Time Series
Merupakan metode teknik analisis dengan cara membandingkan rasio-
rasio keuangan dalam laporan keuangan pada jangka waktu tertentu.
b. Analisis Rasio
Merupakan metode analisis dengan menggunakan hubungan antara
angka-angka yang ditemukan dalam laporan keuangan. Laporan
keuangannya adalah neraca, laporan aktiva bersih dan laporan perubahan
aktiva bersih. Analisis rasio yang digunakan adalah analisis rasio
pendanaan yaitu rasio keuangan yang menunjukan kemampuan Dana
Pensiun untuk memenuhi kewajibannya membayar Manfaat Pensiun
untuk Pesertanya.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan tugas karya akhir ini dibagi menjadi empat bab, yaitu:
BAB 1: PENDAHULUAN
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
9
Universitas Indonesia
Pada bab ini merupakan bagian dari pendahuluan yang berisi tentang
latar belakang penelitian serta pokok permasalahan yang akan dibahas, selain
itu bab ini juga menggambarkan sistematika penulisan dengan merumuskan
beberapa hal pokok seperti tujuan dilakukannya penelitian ini serta
menggambarkan penelitian dengan berisikan pendekatan yang digunakan
peneliti dalam melakukan penelitian ini, tipe penelitian ini, dan teknik
pengumpulan data dan metode penelitian yang diguna
BAB 2: KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi hasil tinjauan pustaka mengenai penelitian terdahulu yang
membandingkan penelitian ini dengan penelitian lainnya, serta teori-teori
yang akan digunakan dalam melakukan penelitian.
BAB 3: PEMBAHASAN
Pada bab ini berisikan hasil data dalam melakukan penelitian serta
pembahasan masalah dengan menganalisa data yang di dapat peneliti
menggunakan teori yang peneliti pakai dalam penelitian ini.
BAB 4: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi mengenai kesimpulan yang di dapat peneliti setelah
melakukan rangkaian penelitian dari awal sampai akhir. Serta saran yang
dapat diberikan kepada penelitian selanjutnya.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
10 Universitas Indonesia
BAB 2
KERANGKA TEORI
2.1. Pensiun
Pensiun merupakan tugas perkembangan utama individu pada masa usia
dewasa akhir (65 tahun dan lebih) dan tahapan terakhir dalam siklus pekerjaan.
Terdapat beberapa pakar yang memberikan definisi pensiun, salah satunya
adalah Kim dan Moen (Papilia, 2003:659) yang menyatakan pensiun sebagai “a
phased phenomenon, involving multiple transition out of and into paid and
unpaid work.” Berbeda dengan definisi pensiun menurut Turner dan Helms
(1995: 622), menurut mereka pensiun dikatakan sebagai “the end of formal work
and the beginning of a new role in life, one that involves behavioral expectations
and a redefinition of self.”
Dari definisi pensiun menurut Turner dan Helms terlihat bahwa individu
yang mengalami pensiun adalah ia yang masa kerja formalnya telah berakhir.
Akan tetapi menurut Schulz (1999) mengatakan bahwa masa pensiun tidak harus
berarti individu benar-benar lepas dari dunia kerja. Beberapa individu yang
pensiun ada yang memilih untuk bekerja paruh waktu atau memilih melakukan
pekerjaan lain yang sesuai dengan kemampuannya.
Kemudian pengertian pensiun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2003: 850) terdapat dua pengertian pensiun, yang pertama pensiun merupakan
suatu keadaan tidak bekerja lagi karena masa kerjanya telah selesai. Pengertian
yang kedua menyatakan bahwa pensiun merupakan uang tunjangan yang diterima
tiap-tiap bulan oleh karyawan sesudah ia berhenti bekerja atau oleh istri (suami)
dan anak-anaknya yang belum dewasa kalau ia meninggal dunia.
Dari beberapa pengertian mengenai pensiun diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pensiun merupakan masa ketika telah berakhirnya masa kerja
pekerjaan formal seseorang dan menerima uang tunjangan secara berkala untuk
membantu masa-masa tua karyawan tersebut.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
11
Universitas Indonesia
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan individu untuk
pensiun. Faktor tersebut menurut Smolak (1993) bisa berasal dari individu itu
sendiri dan institusi. Faktor individual yang mempengaruhi keputusan untuk
pensiun mencakup sumber keuangan, status kesehatan, sikap terhadap pekerjaan
dan pensiun, dan dukungan sosial. Sementara faktor institusi mencakup kondisi
dan kebijakan perusahaan tempat individu bekerja, regulasi kebijakan pemerintah,
kondisi ekonomi, dan nilai sosial yang berlaku. Faktor institusi berupa regulasi
kebijakan pemerintah inilah yang menjadi alasan sebagian besar individu yang
bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus pensiun di usia 56 tahun.
2.2. Dana Pensiun
Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana
Pensiun (selanjutnya disebut UU Dana Pensiun), industri Dana Pensiun terus
tumbuh dan menunjukan perannya dalam perekonomian Indonesia. Indikator
pertumbuhan industri Dana Pensiun diantaranya dapat terlihat dari pertumbuhan
aset, investasi dan peserta yang terus bertambah. Sepanjang 20 tahun ini,
pemerintah terus berupaya untuk menumbuhkan industri Dana Pensiun, antara
lain melalui penyusunan dan penyempurnaan berbagai peraturan, kegiatan
sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, serta pemberian fasilitas perpajakan
(Statistik 2012 & Direktori 2013 Industri Keuangan Non Bank). Berdasarkan UU
Nomor 11 Tahun 1992, Dana Pensiun merupakan badan hukum yang mengelola
dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya,
janda atau duda, atau anak, yang dikaitkan dengan dana pencapaian usia tertentu
dengan memiliki status sebagai badan hukum serta memulai kegiatan sejak
tanggal pengesahan Menteri Keuangan. Berdasarkan definisi tersebut dana
pensiun merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola program pensiun
yang dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu
perusahaan terutama yang telah pensiun (Zulaini Wahab, 2001)
Pengertian lain menurut Suharsono Dana Pensiun adalah sebuah bentuk
Tabungan Jangka Panjang para karyawan, yang akan dinikmati hasilnya setelah
karyawan yang bersangkutan pensiun. Dengan demikian akan tercipta
kesinambungan penghasilan hari tua, yang akan menimbulkan ketenteraman kerja,
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
12
Universitas Indonesia
sehingga akan meningkatkan motivasi kerja karyawan yang merupakan iklim
kondusif bagi peningkatan produktifitas (“Dana Pensiun: Bukan Semata-mata
Lembaga Investor”, n.d).
Dari definisi-definisi tersebut terlihat bahwa dana pensiun merupakan dana
yang sengaja dihimpun secara khusus dengan tujuan untuk memberikan manfaat
kepada karyawan pada saat mencapai usia pensiun, meninggal dunia atau cacat.
Dana yang terhimpun ini dikelola dalam suatu lembaga yang disebut trust
sedangkan pengelolanya disebut trustee atau dapat juga dilakukan oleh
perusahaan asuransi atau badan lain yang dibentuk secara khusus untuk mengelola
dana tersebut.
2.2.1. Maksud dan Tujuan Dana Pensiun
Menurut Wahab, maksud dan tujuan dibentuknya Dana Pensiun dapat
dilihat dari beberapa sisi (Zulaini Wahab, 2001):
1. Sisi Pemberi Kerja
Dana Pensiun merupakan suatu usaha yang menarik atau
mempertahankan karyawan memiliki potensi cerdas, terampil, dan
produktif yang diharapkan dapat meningkatkan atau mengembangkan
perusahaan, disamping sbagai tanggung jawab moral dan sosial
pemberi kerja kepada karyawan dan keluarganya pada saat karyawan
tidak lagi mampu bekerja atau pensiun atau meninggal dunia.
2. Sisi Karyawan
Dana Pensiun merupakan suatu lembaga yang dapat memberikan rasa
aman terhadap masa yang akan datang dalam arti tetap mempunyai
penghasilan pada saat memasuki masa pensiun.
3. Sisi Pemerintah
Dengan adanya Dana Pensiun bagi karyawan akan mengurangi
kerawanan sosial. Kondisi tersebut merupakan unsure yang sangat
penting dalam menciptakan kestabilan ekonomi Negara.
Maka dapat disimpulkan bahwa maksud dan tujuan dari
dibentuknya Dana Pensiun adalah untuk memberikan kesinambungan
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
13
Universitas Indonesia
hidup yang berkelanjutan bagi peserta pada masa tua atau saat tidak
produktif lagi dalam bekerja dan juga bagi pemberi kerja dapat
meningkatkan kinerja pegawainya yang berkompeten agar tetep mengabdi
pada perusahaan.
2.2.2. Asas-asas Dana Pensiun
Undang-undang No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun yang merupakan
landasan hukum pembentukan Dana Pensiun dan penyelenggaraan
Program Pensiun menetapkan adanya 5 (lima) asas-asas Dana Pensiun,
yang pada dasarnya merupakan penegasan tentang keberadaan dan peranan
Dana Pensiun. Kelima asas dana pensiun tersebut adalah
(Pedoman/Kebijakan Aktuaria dan Pendanaan, ADPI):
1. Penyelenggaraan yang dilakukan dengan sistem pendanaan
Dengan asas ini, penyelenggaraan program pensiun, baik bagi
karyawan, maupun bagi pekerja mandiri, harus dilakukan dengan
pemupukan dana yang dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri
sehingga cukup untuk memenuhi pembayaran hak peserta.
Pemupukan dana tersebut bersumber dari iuran dan hasil
pengembangannya. Oleh karena itu, pembentukan cadangan pensiun
dalam perusahaan untuk membiayai pembayaran manfaat pensiun
tidak diperkenankan.
2. Pemisahan kekayaan dana pensiun dari kekayaan pendiri
Asas ini didukung oleh adanya badan hukum tersendiri bagi Dana
Pensiun, dan diurus serta dikelola berdasarkkan ketentuan Undang-
undang. Berdasarkan asas ini kekayaan Dana Pensiun yang terutama
bersumber dari iuran, terlindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan
yang dapat terjadi pada pendirinya.
3. Penundaan manfaat
Penghimpunan dana dalam penyelenggaraan program pensiun
dimaksudkan untuk memenuhi pembayaran hak peserta yang telah
pensiun agar kesinambungan penghasilan terpelihara. Sejalan dengan
itu, berlaku asas penundaan manfaat yang mengharuskan pembayaran
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
14
Universitas Indonesia
hak peserta hanya dapat dilakukan setelah peserta memasuki masa
pensiun dan dapat diberikan secara berkala.
4. Pembinaan dan pengawasan
Pengelolaan dan penggunaan kekayaan dana pensiun harus
dihindarkan dari pengaruh kepentingan-kepentingan yang dapat
mengakibatkan tidak tercapainya maksud utama dari pemupukan
dana, yaitu memenuhi kewajiban pembayaran hak peserta. Di samping
pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Dana Pensiun
Departemen Keuangan dan pelaksanaan sistem pelaporan,
pengawasan dilakukan pula melalui kewajiban para pengelola dana
pensiun untuk memberikan informasi kepada para pesertanya.
5. Kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk Dana Pensiun.
Berdasarkan asas ini keputusan membentuk Dana Pensiun merupakan
prakarsa pemberi kerja untuk menjanjikan manfaat pensiun bagi
karyawannya, yang membawa konsekuensi pendanaan. Dengan
demikian prakarsa tersebut harus didasarkan pada kemampuan
keuangan pemberi kerja. Hal pokok yang harus selalu menjadi
perhatian utama adalah bahwa keputusan untuk menjanjikan manfaat
pensiun merupakan suatu komitmen yang membawa konsekuensi
pembiayaan, bahkan sampai pada saat Dana Pensiun terpaksa
dibubarkan.
Kelima Asas Dana Pensiun tersebut memberikan penegasan,
bahwa Dana Pensiun harus mengelola kegiatan Pendanaan dengan sebaik-
baiknya, dalam arti mengelola dan mengembangkan dana yang terhimpun,
dengan tujuan utama untuk dapat melakukan pembayaran Manfaat Pensiun
dengan sebaik-baiknya.
Kecukupan dana tersebut menjadi tanggung jawab Pendiri, dan
setiap kekurangan dana (defisit) dari jumlah kewajiban, harus disetor dan
dipenuhi oleh Pendiri melalui pembayaran angsuran yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan RI.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
15
Universitas Indonesia
Semua kegiatan itu harus dilaksanakan dengan aman, hati-hati dan
dengan pengawasan serta pembinaan yang ketat, sehingga terhindar dari
risiko kerugian dan berkurangnya dana yang seharusnya dikembangkan
sehingga akhirnya mencukupi untuk pembayaran Manfaat Pensiun
(Pedoman/Kebijakan Aktuaria dan Pendanaan, ADPI).
2.2.3. Jenis Dana Pensiun
Dalam Undang-Undang dana pensiun, lembaga pengelola dana
pensiun dibedakan dalam dua jenis, yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja
(DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Pembedaan
kedua jenis lembaga pengelola dana pensiun ini didasarkan pada
penyelenggaraannya atau pihak yang mendirikan ((Pedoman/Kebijakan
Aktuaria dan Pendanaan, ADPI).
1. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
DPPK dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan
karyawan, untuk menyelenggarakan program pensiun. Dari pengertian
di tersebut, jelas bahwa DPPK merupakan dana pensiun yang
didirikan oleh perusahaan maupun perorangan yang memiliki
karyawan. Perlu dijelaskan bahwa pendirian dan penyelenggaraan
program pensiun melalui dana pensiun oleh pemberi kerja sifatnya
tidak wajib. Akan tetapi, mengingat dampak dan peranan yang positif
dari program dana pensiun kepada para karyawan, pemerintah sangat
menganjurkan kepada setiap pemberi kerja untuk mendirikan dana
pensiun.
Dana pensiun pemberi kerja dapat menyelenggarakan, baik
program pensiun manfaat pasti, maupun program pensiun iuran pasti.
Pemilihan jenis program pensiun didasarkan pada kemampuan
pemberi kerja terhadap dana pensiun. Dengan mendirikan dana
pensiun, timbul kewajiban dari perusahaan untuk menggiur sejumlah
uang kepada dana pensiun. Mengingat adanya perbedaan mendasar
diantara kedua jenis program pensiun ini yang tentunya menimbulkan
konsekuensi yang berbeda pula, sebelumnya pemberi kerja harus
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
16
Universitas Indonesia
mempertimbangkan semuanya ini dengan seksama. Begitu mendirikan
dana pensiun, pemberi kerja terikat dan tidak dapat menarik kembali
keinginan tersebut.
Dana pensiun pemberi kerja dibentuk oleh oleh orang atau badan
yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri dan untuk
menyelenggarakan sebagian atau seluruh karyawan sebagai peserta,
dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja.
2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
Dana pensiun lembaga keuangan adalah dana pensiun yang
dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk
menyelenggarakan program pensiun iuran pasti bagi perorangan, baik
karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari dana pensiun
pemberi pekerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa
yang bersangkutan. Pihak yang diperkenankan untuk mendirikan dana
pensiun hanyalah bank umum dan perusahaan asuransi jiwa. Oleh
karena itu, bank umum dan perusahaan asuransi jiwa dapat
menyelenggarakan dua jenis dana pensiun, yaitu Dana Pensiun
Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan.
DPLK dibentuk secara terpisah dari bank atau perusahaan asuransi
jiwa yang bersangkutan dan terpisah pula dari dana pensiun pemberi
kerja yang mungkin didirikan oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa
tersebut. Sebagaimana diketahui, bank atau perusahaan asuransi jiwa
dalam kapasitasnya sebagai pemberi kerja karyawannya, juga dapat
memberikan dana pensiun pemberi kerja. Dana pensiun lembaga
keuangan hanya dapat menjalankan program pensiun iuran pasti.
Program ini terutama diperuntukkan bagi para pekerja mandiri atau
perorangan mislanya dokter, pengacara, pengusaha yang bukan
merupakan karyawan dari lembaga atau orang lain.
Di samping kedua jenis dana pensiun (lembaga pengelola
pensiun) di atas, ada juga jenis dari program pensiun itu sendiri.
Program pensiun tersebut yang umumnya digunakan di perusahaan
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
17
Universitas Indonesia
swasta dan perusahaan milik negara maupun bagi karyawan
pemerintah terdiri atas dua jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP)
Menurut Zulaini Wahab (2001:190) Program Pensiun
Manfaat Pasti (PPMP) adalah program pensiun yang manfaatnya
ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun atau program pensiun
lain yang bukan merupakan Program Pensiun Iuran Pasti. Dalam
Program Pensiun Manfaat Pasti, manfaat (benefit) sebagai sasaran
telah ditetapkan. Menurut perhitungan yang dilakukan aktuaris,
setelah penetapan besarnya iuran peserta (karyawan), maka
kewajiban pemberi kerja adalah memenuhi kebutuhan dana yang
diperlukan untuk pemenuhan kewajiban dana pensiun kepada
pesertanya menurut Peraturan Pensiun. Besarnya kontribusi yang
harus dilakukan perusahaan pada setiap periode dihitung
berdasarkan suatu rumus tertentu dengan memasukkan faktor-
faktor seperti, tingkat inflasi, masa kerja, kenaikan gaji, tingkat
pengembalian investasi, penyesuaian biaya hidup, perkiraan usia
karyawan, tingkat perputaran karyawan, mortalitas,
ketidakmampuan, pensiunan yang dipercepat, biaya-biaya, dan
lainlain. Perhitungan dalam program ini biasanya kompleks dan
dilakukan berdasarkan asumsi-asumsi tentang berbagai faktor
tersebut diatas.
Menurut Jonni Manurung dan Ferdinand D. Saragih
(2003:182), defined-benefit plan atau program pensiun manfaat
pasti merupakan program pensiun dengan janji manfaat khusus
dari rencana jika mereka pensiun. Defined-benefit plan
membebani pekerja untuk menyediakan dana dan menjamin
pembayaran dikemudian hari. Jika dana perusahaan cukup, maka
rencana disebut fully funded, lebih dari cukup disebut overfunded,
dan kurang dari cukup disebut underfunded.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
18
Universitas Indonesia
2. Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP)
Dalam Program Pensiun Iuran Pasti, jumlah yang diterima
oleh Peserta pada saat pensiun tergantung pada jumlah iuran dari
Pemberi Kerja, atau Peserta dan Pemberi Kerja, dan hasil usaha.
Kewajiban dari pemberi kerja adalah membayar iuran sesuai
dengan yang ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun. Menurut
Zulaini Wahab (2001:5), Program Pensiun Iuran Pasti adalah
program pensiun yang iurannya telah dittetapkan dalam peraturan
dana pensiun sedangkan besar manfaat pensiun tergantung dari
besarnya akumulasi iuran dan hasil pengembangannya sampai
seorang peserta berhenti bekerja yang kemudian harus dibelikan
anuitas dari perusahaan asuransi jiwa.
Sedangkan menurut Jonni Manurung dan Ferdinand D.
Saragih (2003:182), program pensiun iuran pasti atau define-
contribution plans merupakan rencana pensiun dengan spesifikasi
pada besar kontribusi terhadap dana. Manfaat pensiun sangat
bergantung pada pendapatan dari pengumpulan dana. Biasanya
perusahaan membebankan persentase tetap dari gaji tenaga kerja
yang dibayar setiap periode. Define-contribution plans menjadi
terkenal karena beban tenaga kerja lebih rendah dari defined-
benefit plan. Hal ini mengurangi kewajiban tenaga kerja.
Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara Program
Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dengan Program Pensiun Iuran Pasti
(PPIP). Perbedaan tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek (Zulaini
Wahab: 2001), yaitu:
a. Aspek Manfaat Pensiun
Pada Dana Pensiun Pemberi Kerja – Program Pensiun Manfaat
Pasti (DPPK - PPMP) ada kepastian besarnya Manfaat Pensiun
berdasarkan rumus yang telah ditetapkan dalam Peraturan Dana
Pensiun sedangkan pada Dana Pensiun Pemberi Kerja –
Program Pensiun Iuran Pasti (DPPK – PPIP) tidak ada
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
19
Universitas Indonesia
kepastian, tergantung dari akumulasi iuran dan hasil
pengembangan.
b. Aspek Iuran Pasti
Pada Dana Pensiun Pemberi Kerja – Program Pensiun Manfaat
Pasti (DPPK - PPMP) besar iuran Pemberi Kerja tidak pasti,
bergantung pada kecukupan dana untuk memenuhi kewajiban
pembayaran Manfaat Pensiun berdasarkan perhitungan aktuaria.
Besar Iuran Peserta (apabila ada) sudah pasti dan telah
ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun.
c. Aspek Hutang Kerja Masa Lalu
Pada Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP), Past Service
Liability (PSL) pada umumnya diakui oleh Pemberi Kerja dan
pendanaannya menjadi tanggung jawab Pemberi Kerja,
sedangkan pada Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP), Past
Service Liability (PSL) tidak diakui.
d. Aspek Kebijaksanaan Investasi
Pada Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP), arahan investasi
ditetapkan Pendiri, sedangkan pada Program Pensiun Iuran Pasti
(PPIP) oleh Pendiri dan Dewan Pengawas.
e. Aspek Risiko Investasi
Pada Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) risiko menjadi
tanggung jawab Pendiri, sedangkan pada Program Pensiun Iuran
Pasti (PPIP) menjadi tanggung jawab peserta.
f. Aspek Perhitungan Aktuaria
Pada Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) mutlak diperlukan
sejak awal pembentukan dan secara reguler untuk menghitung
besarnya iuran dan valuasi dana, sedangkan pada Program
Pensiun Iuran Pasti (PPIP) tidak memerlukan perhitungan
aktuaria
g. Aspek Pembayaran Manfaat Pensiun
Pada Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dilaksanakan oleh
Dana Pensiun sendiri atau dialihkan ke perusahaan Asuransi
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
20
Universitas Indonesia
Jiwa dengan membeli Anuitas, sedang Program Pensiun Iuran
Pasti (PPIP) mutlak harus dialihkan ke Perusahaan Asuransi
Jiwa dengan pembelian Anuitas tersebut dipilih oleh Peserta.
h. Aspek Hubungan Antara Pemberi Kerja dengan Pensiunan
Pada Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) hubungan masih
tetap terjalin, sedang pada Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP)
hubungan terputus.
2.3. Pendanaan Dana Pensiun
Pendanaan adalah suatu proses pemupukan dana yang dilakukan dalam
rangka memenuhi suatu kewajiban. Kewajiban Dana Pensiun adalah
memberikan kesinambungan penghasilan bagi pesertanya pada saat purna bakti
atau disebut manfaat pensiun. Dengan skema pendanaan, suatu program pensiun
dimungkinkan untuk membentuk suatu akumulasi dana yang dibutuhkan guna
memelihara kesinambungan penghasilan peserta program pensiun di hari tua
(Laporan Tahunan 2011 Dana Pensiun BAPEPAM).
Pemenuhan kewajiban pendanaan ini dapat dilakukan oleh pemberi kerja
saja atau oleh pemberi kerja dan karyawan. Jika pemberi kerja mengikutsertakan
partisipasi karyawan dalam pemenuhan kewajiban pendanaan tersebut, maka hal
itu disebut contributory system. Sebaliknya, jika kewajiban tersebut ditanggung
sepenuhnya oleh pemberi kerja tanpa mengikutsertakan partisipasi dari
karyawan, maka hal itu disebut non-contributory system.
Kondisi pendanaan bagi DPPK PPMP merupakan tanggung jawab
pemberi kerja. Oleh karena itu, risiko keuangan tetap berada pada pemberi kerja.
Sementara untuk DPPK PPIP, risiko keuangan pada pendanaan merupakan
tanggung jawab peserta dan sangat bergantung pada periode waktu pemupukan
dana dan pilihan jenis investasinya.
DPPK PPMP dapat dikatakan dalam keadaan dana terpenuhi, apabila
jumlah asetnya telah mencukupi untuk memenuhi liabilitasnya. Apabila aset
tersebut kurang dari liabilitasnya, pemberi kerja mempunyai kewajiban untuk
melakukan pembayaran sejumlah dana tambahan guna tercapainya keadaan dana
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
21
Universitas Indonesia
terpenuhi. Berbeda dengan DPPK PPMP, DPPK PPIP dikatakan dalam keadaan
dana terpenuhi apabila iuran bulanan yang jatuh tempo telah disetorkan dengan
tepat jumlah ke DPPK PPIP (Statistik 2012 & Direktori 2013 Industri Keuangan
Non Bank, OJK).
2.4. Pengertian Rasio
Pengertian rasio menurut Syahrul dan Adfi (2000:693), adalah “Hubungan
antara suatu jumlah terhadap jumlah lain”.
Sedangkan pengertian Rasio menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2003:933) adalah : “Hubungan taraf atau bilangan antara 2 (dua) hal yang mirip,
perbandingan antara berbagai gejala yang dinyatakan dengan angka”.
Dari definisi-definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa rasio
menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu
dengan jumlah lain agar dapat mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan,
hasil operasi dan prospek pertumbuhan.
2.5. Rasio Pendanaan
Menurut Kadarisman (2003:10), rasio pendanaan atau rasio kecukupan
dana adalah “Rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan Dana Pensiun
untuk memenuhi kewajibannya membayar Manfaat Pensiun untuk pesertanya”.
Sedangkan pengertian rasio pendanaan berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan No.510/KMK.06/2002 pasal 1 ayat 10 adalah:
“Rasio Pendanaan (RP) adalah hasil bagi antara nilai kekayaan Dana
Pensiun untuk pendanaan dengan nilai Kewajiban Aktuaria Dana
Pensiun.”
Dari dua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Rasio
Pendanaan merupakan alat ukur kemampuan Dana Pensiun dalam memenuhi
kewajibannya yang didapat dari hasil perbandingan antara kekayaan untuk
Pendanaan dan Kewajiban Aktuaria. Untuk menghitung besarnya rasio
pendanaan, digunakan rumus :
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
22
Universitas Indonesia
Rasio pendanaan digunakan sebagai alat ukur kemampuan Dana Pensiun
dalam memenuhi kewajibannya, Ketentuan Menteri terkait pendanaan
menetapkan bahwa jika nilai Rasio Pendanaan telah mencapai 120% atau lebih,
maka kelebihan kekayaan (surplus) yang dimiliki oleh Dana Pensiun wajib
digunakan oleh pemberi kerja sebagai iuran normal (Pedoman/Kebijakan Aktuaria
dan Pendanaan, ADPI).
2.5.1. Kekayaan untuk Pendanaan
Kekayaan untuk pendanaan adalah kekayaan Dana Pensiun yang
diperhitungkan untuk menentukan kualitas pendanaan Dana Pensiun. UU
Dana Pensiun telah menetapkan kepada Dana Pensiun yang berskema
PPMP bahwa kekayaan Dana Pensiun yang dapat dipergunakan dalam
perhitungan pendanaan adalah berupa kekayaan bersih Dana Pensiun
dikurangi dengan (Pedoman/Kebijakan Aktuaria dan Pendanaan, ADPI):
a. Kekayaan dalam sengketa pengadilan;
b. Iuran, yang sampai dengan tanggal perhitungan aktuaria belum disetor
ke Dana Pensiun lebih dari 3 bulan sejak tanggal jatuh tempo;
c. Kekayaan yang ditempatkan di luar negeri;
d. Kekayaan yang dikategorikan sebagai piutang lain-lain dan aktiva
lain-lain;
e. Selisih lebih nilai investasi dari batasan investasi per pihak;
f. Selisih lebih nilai investasi dari batasan per jenis untuk tanah,
bangunan, serta tanah dan bangunan.
2.5.2. Kewajiban Aktuaria
Untuk Dana Pensiun yang menyelenggarakan Program Pensiun
Manfaat Pasti (PPMP) diperlukan penilaian seorang aktuaris untuk
mengetahui kebutuhan dana yang dihubungkan dengan perubahan obyektif
yang terjadi antara lain pada mutasi Peserta, peraturan gaji, dan lain-lain.
Demikian pula apabila pendiri melakukan perubahan peraturan Dana
Pensiun yang mengakibatkan perubahan Manfaat Pensiun, maka laporan
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
23
Universitas Indonesia
aktuaris diperlukan pula untuk mengestimasi konsekuensi pendanaan yang
timbul karena perubahan yang dimaksud.
Dalam Pedoman/Kebijakan Aktuaria dan Pendanaan (ADPI, 2011)
pengertian aktuaris menurut KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA NO.510/KMK.06/2002 adalah aktuaris yang
bekerja pada Perusahaan Konsultan Aktuaria yang telah memperoleh ijin
usaha dari Menteri sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
usaha perasuransian.
Definisi kewajiban aktuaria berdasarkan PSAK No.24, Kewajiban
Aktuaria (Present Value of Accumulated Pension Benefit /Actuarial
Present Value of Promised Retirement Benefit) adalah nilai sekarang
pembayaran manfaat pensiun yang akan dilakukan Dana Pensiun kepada
kayawan yang masih bekerja dan yang sudah pensiun, yang dihitung
berdasarkan jasa yang telah diberikan. Sedangkan menurut KEPUTUSAN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NO.510/KMK.06/2002 Kewajiban Aktuaria adalah kewajiban Dana
Pensiun yang dihitung berdasarkan anggapan bahwa Dana Pensiun terus
berlangsung sampai dipenuhinya seluruh kewajiban kepada Peserta dan
Pihak Yang Berhak.
Dari dua definisi diatas mengenai kewajiban aktuaria dapat disimpulkan
bahwa Kewajiban Aktuaria adalah nilai sekarang pembayaran Manfaat
Pensiun yang akan dilakukan Dana Pensiun yang dihitung berdasarkan
anggapan bahwa Dana Pensiun terus berlangsung sampai dipenuhinya
seluruh kewajiban kepada Peserta dan Pihak yang Berhak berdasarkan jasa
yang diberikan.
Menurut Kadarisman (2003, 10) ada tiga kondisi dalam
pengendalian Rasio Pendanaan di Dana Pensiun, yaitu:
1. Kondisi I : Rasio Pendanaan = 100%
Kondisi ini merupakan kondisi dimana Rasio Pendanaan berada pada
tingkat 100%, maksudnya jumlah Kekayaan untuk Pendanaan yang
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
24
Universitas Indonesia
dimiliki oleh Dana Pensiun sama besar dengan Kewajiban
Aktuarianya. Kondisi ini memperlihatkan bahwa Dana Pensiun
mengalami dana terpenuhi. Kondisi ini memberikan rasa aman kepada
para Peserta karena pensiun terjamin 100%.
2. Kondisi II : Rasio Pendanaan > 100%
Kondisi ini merupakan keadaan dimana Dana Pensiun mengalami
surplus, karena jumlah Kekayaan untuk Pendanaan lebih besar dari
jumlah Kewajiban Aktuaria. Menurut Keputusan Menteri Keuangan
No.510/KMK.06/2002 pasal 17 ayat 3 dalam hal Dana Pensiun
mengalami surplus yang besarnya surplus melebihi jumlah yang lebih
besar di antara:
a. Jumlah Kekayaan untuk Pendanaan lebih besar 20% dari Jumlah
Kewajiban Aktuaria atau bisa disebutkan besarnya Rasio
Pendanaan > 120%.
b. Bagian Iuran Normal Pemberi Kerja ditambah 10% dari jumlah
Kewajiban Aktuaria.
Maka kelebihan surplus tersebut wajib diperhitungkan sebagai Iuran
Normal Pemberi Kerja.
3. Kondisi III : Rasio Pendanaan < 100%
Kondisi ini menunjukan keadaan yang tidak aman bagi Peserta, karena
pensiun tidak terjamin 100%. Keadaan ini terjadi akibat besar
Kekayaan untuk Pendanaan kurang dari Kewajiban Aktuaria. Keadaan
ini juga dapat disebut keadaan defisit. Selisih besar kekurangan
Kekayaan untuk Pendanaan terhadap Kewajiban Aktuaria tersebut
harus dilunasi oleh Pendiri dengan mengeluarkan iuran tambahan.
Dilihat dari tiga kondisi diatas, maka dapat diketahui bahwa
kondisi II adalah kondisi Rasio Pendanaan terbaik, karena pada kondisi
tersebut Peserta merasa aman karena pensiun nya terjamin 100%.
Sedangkan bagi Pendiri, mereka tidak perlu mengeluarkan iuran tambahan
karena Dana Pensiun tidak mengalami defisit.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
25
Universitas Indonesia
Bila telah diketahui Rasio Pendanaan nya dan dibandingkan
dengan ketiga kondisi Rasio Pendanaan, maka Dana Pensiun terutama
yang PPMP dapat melihat berada dimanakah kondisi Rasio Pendanaannya
atau dengan kata lain Dana Pensiun dapat mengetahui sampai dimanakah
tingkat kemampuannya dalam memenuhi kewajibannya kepada peserta
Dana Pensiun dengan melihat jumlah Rasio Pendanaan, Pendiri dapat
mengetahui berapa besarnya jumlah Kekayaan untuk Pendanaan yang
harus dimiliki Dana Pensiun agar kewajibannya dapat terpenuhi untuk
membayar Manfaat Pensiun kepada Peserta.
Sedangkan menurut KMK NOMOR 510/KMK.06/2002, dalam
rasio pendanaan terdapat 3 (tiga) tingkat pendanaan untuk menilai kualitas
dari pendanaaan suatu dana pensiun. Tingkat pendanaan Dana Pensiun
merupakan gambaran kemampuan Dana Pensiun untuk membiayai
kewajiban Dana Pensiun saat ini dan yang akan datang. Tiga kriteria
tingkat pendanaan Dana Pensiun menurut KMK NOMOR
510/KMK.06/2002 yaitu (Statistik 2012 & Direktori 2013 Industri
Keuangan Non Bank, OJK):
1. Tingkat Pertama, yaitu apabila dana pensiun berada dalam keadaan
terpenuhi yaitu rasio nya diatas 100%
2. Tingkat Kedua, yaitu apabila kekayaan untuk pendanaan nya kurang
dari kewajiban aktuaria dan tidak kurang dari kewajiban
solvabilitasnya, atau dengan kata lain rasio pendanaan nya kurang dari
100% dan rasio solvabilitasnya diatas 100%.
3. Tingkat Ketiga, yaitu keadaan pendanaan dana pensiun apabila
kekayaannya kurang dari kewajiban solvabilitas. Dengan kata lain baik
rasio pendanaan maupun rasio solvabilitasnya dibawah 100%.
2.6. Tinjauan Literatur
Penelitian terdahulu pertama yang dilakukan oleh Arjen Siegmann dalam
jurnalnya yang berjudul “Minimum Funding Ratios for Defined-Benefit Pension
Funds” tahun 2008 menemukan bahwa minimal rasio pendanaan yang pantas untuk
dana pensiun dengan program manfaat pasti yaitu berada diantara 0.96 dan 1.20.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
26
Universitas Indonesia
Jika berada diatas 1.20, maka dana pensiun dengan program manfaat pasti akan
menarik calon peserta pensiun untuk bergabung. Tapi jika rasio pendanaannya
berada di bawah 0.96, orang dengan tipe risk averse pun akan memilih untuk tidak
bergabung jika diberikan pilihan. Dan apabila rasio pendanaannya berada di antara
0.96 dan 1.20, maka manfaat yang akan diperoleh individu bergantung pada risk
aversion yang dimilikinya serta kontribusi dan kebijakan investasi yang bisa
diterima dalam mengelola dana pensiunnya.
Kemudian penelitian terdahulu kedua yang digunakan oleh penulis yaitu
penelitian empiris yang dilakukan di Amerika Serikat oleh McCrory (2004) dalam
jurnalnya yang berjudul " Modelling Defined-Benefit Pension Plans: Basic
Dynamics" menemukan bahwa program pensiun iuran pasti lebih baik daripada
program pensiun dengan manfaat pasti pada periode 1989 – 2001, untuk semua
peserta kecuali bagi peserta dengan tipe risk averse. Analisa yang digunakan pada
penelitian jelas menunjukan bahwa hasil yang saling berhubungan dari manfaat
pasti dan iuran pasti berasal dari gaji atau pendapatan, inflasi dan asset return. Pada
penelitian ini menyarankan agar lebih memfokuskan pada peran penting atas rasio
pendanaan dari dana pensiun manfaat pasti.
Perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya
Penelitian mengenai pendanaan dana pensiun untuk program pensiun
manfaat pasti sudah beberapa kali dilakukan di luar negeri. Namun penelitian
tentang Rasio Pendanaan Program Pensiun Manfaat Pasti pada Dana Pensiun di
Indonesia masih belum banyak dilakukan. Berdasarkan pada penelitian sebelumnya
yang telah disebutkan diatas, penulis ingin melakukan analisis mengenai Rasio
Pendanaan Program Pensiun Manfaat Pasti pada Dana Pensiun Angkasa Pura I
dengan mengambil periode dari tahun 2008 hingga 2012. Perbedaan dengan
penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada penelitian ini penulis dapat
melihat kondisi pendanaan dari dana pensiun dengan menentukan tingkat
pendanaan nya berdasarkan dari rasio pendanaan dan rasio solvabilitasn tiap tahun
yaitu 2008 hingga 2012. Jadi yang menjadi perbedaan mendasar dari penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah menitik beratkan pada Rasio Pendanaan Dana
Pensiun pada Program Pensiun Manfaat Pasti.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
27
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Perusahaan
Program pensiun pegawai Angkasa Pura I yang dikelola oleh DAPENRA
merupakan salah satu bentuk manifestasi komitmen perusahaan terhadap
kesejahteraan pegawainya pada masa pensiun atau pasca kerja, selain tunjangan
hari tua yang dikelola oleh Yayasan Kesejahteraan Karyawan Angkasa Pura I
(YAKKAP I). Pada awalnya, Program Pensiun Angkasa Pura I dikelola oleh
Yayasan Dana Pensiun Bersama Angkasa Pura I dan II (YDPBAP) yang
mengelola program pensiun pegawai BUMN Angkasa Pura I dan II.
Seiring dengan terbitnya UU Dana Pensiun Nomor 11 tahun 1992,
pengelolaan program pensiun pegawai Angkasa Pura I dialihkan ke DAPENRA
dan program pensiun Angkasa Pura II dikelolakan kepada DAPENDA.
DAPENRA didirikan pada tanggal 6 Oktober 1998 berdasar Keputusan Direksi
PT Angkasa Pura I Nomor : KEP.1156/KU.60/1998 dan disahkan operasionalnya
oleh Menteri Keuangan RI dengan Keputusan Nomor : KEP.393/KM.17/1999
tanggal 15 November 1999 yang kemudian ditetapkan sebagai Ulang Tahun
DAPENRA. Tugas pokok DAPENRA adalah mengelola Program Pensiun
Manfaat Pasti (PPMP) pegawai Angkasa Pura I yang sumber pendanaannya
berasal dari iuran pemberi kerja (Perusahaan), iuran peserta dan hasil
pengembangan atas dana yang dikelola.
Dana Pensiun Angkasa Pura I (DAPENRA) adalah badan hukum yang
mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.
DAPENRA merupakan Dana Pensiun Pemberi Kerja yang menyelenggarakan
Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) untuk kepentingan sebagian atau seluruh
karyawan PT. Angkasa Pura I (Persero) sebagai peserta, dan yang menimbulkan
kewajiban terhadap pemberi kerja, dalam hal ini yaitu PT. Angkasa Pura I. Jumlah
peserta DAPENRA terdiri dari Peserta Aktif (Pegawai Aktif) dan Peserta Pasif
(Pensiunan) sampai dengan akhir tahun 2010 mencapai 4.604 orang, yang terdiri
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
28
Universitas Indonesia
atas 3.262 orang Peserta Aktif (Pegawai) dan 1.342 orang peserta pasif
(Pensiunan). Dalam kurun waktu 11 tahun sejak awal kiprahnya pada tahun 1999,
DAPENRA menunjukkan perkembangan kinerja yang sangat membanggakan
yang dapat dilihat dari perkembangan signifikan asset maupun akumulasi dana
yang dikelola.
Pada tahun 1999, jumlah aset DAPENRA baru mencapai Rp 135,37
Milyar dengan jumlah dana dikelola sebesar Rp 122,62 Milyar, sedangkan jumlah
dana yang dikelola pada akhir tahun 2010 mencapai Rp 712,40 Milyar dengan
total aset sebesar Rp 719,95 Milyar. Sumber dana DAPENRA berasal dari Iuran
Pendiri, Iuran Peserta dan hasil pengembangan kekayaannya. DAPENRA sejak
didirikan pada tanggal 15 November 1999 telah mengalami perkembangan yang
cukup signifikan (Laporan Keuangan Tahunan 2010 DAPENRA)
Dalam menganalisis tugas karya akhir ini, penulis akan membandingkan
rasio pendanaan DAPENRA dengan rasio pendanaan DPPLN sebagai benchmark
dalam penelitian ini selama periode lima tahun yakni dari tahun 2008 - 2012.
Dana Pensiun PLN (DPPLN) adalah sebuah badan hukum yang didirikan oleh PT.
PLN (Persero) dan ditujukan untuk mengelola Program Pensiun Manfaat Pasti
bagi para karyawan PT. PLN (Persero). Maksud dan tujuan dari pendirian Dana
Pensiun PLN adalah untuk mengelola dan mengembangkan dana guna
menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti untuk menjamin dan
memelihara kesinambungan penghasilan pada hari tua bagi peserta dan pihak
yang berhak. Kekayaan Dana Pensiun PLN dihimpun dari Iuran Peserta, Iuran
Pemberi Kerja,dan hasil dari pengembangan investasi (Laporan Keuangan
Tahunan 2009 DPPLN).
3.2 Analisis Rasio Pendanaan
Untuk menilai kemampuan Dana Pensiun dalam memenuhi kewajibannya
membayar manfaat pensiun dengan kekayaan yang dimiliki dapat menggunakan
alat bantu, yaitu Rasio pendanaan atau Rasio Kecukupan Dana (Capital Adequacy
Ratio). Pengertian Rasio Pendanaan menurut Kadarisman dalam Reffreshing
Course Sertifikasi Pengurusan Dana Pensiun (2003:10) adalah ”Rasio keuangan
yang menunjukkan kemampuan Dana Pensiun untuk memenuhi kewajibannya
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
29
Universitas Indonesia
membayar Manfaat Pensiun untuk Pesertanya”. Rasio Kecukupan Dana adalah
rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan Dana Pensiun dalam memenuhi
kewajiban membayar manfaat pensiun baik untuk peserta sudah pensiun maupun
peserta yang masih bekerja berdasarkan jasa yang telah diberikan. Rasio
Kecukupan Dana memiliki pengaruh terhadap Iuran Pensiun secara langsung
karena Rasio Kecukupan Dana sangat menentukan besarnya iuran pensiun yang
harus dibayar oleh peserta maupun pemberi kerja.
Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis rasio pendanaan selama lima
tahun yaitu dari tahun 2008 sampai tahun 2012 pada DAPENRA, dan kemudian
penulis akan menggunakan rasio pendanaan Dana Pensiun PLN sebagai
benchmark penelitian. Rasio pendanaan didapat dari hasil bagi antara kekayaan
untuk pendanaan dengan kewajiban aktuaria. Kekayaan untuk pendanaan menurut
Keputusan Menteri Keuangan No.510/KMK.06/2002 pasal 6 ayat 2 dihitung dari
aktiva bersih dikurangi dengan:
a. Kekayaan dalam sengketa pengadilan;
b. Iuran, yang sampai dengan tanggal perhitungan aktuaria belum disetor ke
Dana Pensiun lebih dari 3 bulan sejak tanggal jatuh tempo;
c. Kekayaan yang ditempatkan di luar negeri;
d. Kekayaan yang dikategorikan sebagai piutang lain-lain dan aktiva lain-lain
Kekayaan untuk pendanaan adalah kekayaan yang diperhitungkan untuk
menentukan tingkat atau kualitas pendanaan dana pensiun. Sedangkan kewajiban
aktuaria merupakan kewajiban dana pensiun yang dihitung berdasarkan anggapan
bahwa dana pensiun terus berlangsung sampai terpenuhinya kewajiban pemberi
kerja kepada peserta dan pihak yang berhak. Kewajiban aktuaria dihitung oleh
aktuaris dan jumlah kewajiban aktuaria yang telah dihitung akan terdapat di dalam
neraca pada laporan keuangan.
Maka, untuk menghitung rasio pendanaan dari DAPENRA untuk periode
lima tahun yakni 2008 – 2012 penulis pertama-tama akan menghitung Kekayaan
untuk Pendanaan dari DAPENRA dan kemudian akan dibandingkan dengan
DPPLN dengan periode yang sama. Berdasarkan dengan penjelasan di atas
mengenai kekayaan yang termasuk dalam Dana Pensiun untuk pendanaan, berikut
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
30
Universitas Indonesia
perhitungan Kekayaan untuk Pendanaan Dana Pensiun Angkasa Pura I
(DAPENRA) untuk periode dari tahun 2008 hingga 2012.
Tabel 3.1 Kekayaan untuk Pendanaan DAPENRA 2008 – 2012
(dalam ribuan)
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Aktiva Bersih 463.499.185 595.307.649 719.954.652 696.138.021 667.312.248
Yang tidak termasuk
Kekayaan untuk Pendanaan
:
1. Piutang iuran > 3 bulan
a. Iuran normal pemberi
kerja
- - - - -
b. Iuran normal peserta - - - - -
c. Iuran tambahan - - - - -
2. Piutang lain-lain 2.067 19.901 8.090 24.222 19.186
3. Aktiva lain-lain 615.590 337.594 409.289 - -
4. Jumlah 617.658 357.495 417.379 24.222 19.186
Kekayaan untuk Pendanaan 462.881.527 594.950.154 719.537.272 696.113.798 667.293.062
Sumber : Laporan Keuangan Dana Pensiun Angkasa Pura I 2008-2012, diolah penulis, 2014
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Kekayaan untuk Pendanaan
DAPENRA didapat dari aktiva bersih dikurangi dengan piutang lain-lain dan
aktiva lain-lain, karena selama periode penelitian DAPENRA tidak memiliki
piutang iuran lebih dari 3 (tiga) bulan maka tidak dikurang oleh piutang iuran. Di
tahun 2008, jumlah aktiva bersih yaitu sebesar Rp 463.499.185.984, kemudian
yang tidak termasuk kekayaan untuk pendanaan yaitu piutang lain-lain sebesar Rp
2.067.450 dan aktiva lain-lain sebesar Rp 615.590.900, sehingga dapat diperoleh
Kekayaan untuk Pendanaan nya yaitu sebesar Rp 462.881.527.634 yang didapat
dari hasil pengurangan antara aktiva bersih dengan yang tidak termasuk kekayaan
untuk pendanaan.
Selanjutnya di tahun 2009, aktiva bersih yang diperoleh yaitu sebesar Rp
595.307.649.411 dan untuk yang tidak termasuk kekayaan untuk pendanaan
sebesar Rp 357.495.360 yang didapat dari piutang lain-lain sebesar Rp 19.901.210
ditambah dengan aktiva lain-lain sebesar Rp 337.594.150, sehingga kekayaan
untuk pendanaan di tahun 2009 yaitu sebesar Rp 594.950.154.051. Kemudian, di
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
31
Universitas Indonesia
tahun 2010 merupakan kekayaan untuk pendanaan terbesar yang diperoleh selama
periode penelitian yaitu tahun 2008 hingga 2012. Kekayaan untuk Pendanaan
yang diperoleh yaitu sebesar Rp 719.537.272.493 yang didapat dari aktiva bersih
sebesar Rp 719.954.652.288 dikurang dengan piutang lain-lain sebesar Rp
8.090.645 dan aktiva lain-lain sebesar 409.289.150.
Pada tahun 2011 aktiva bersih yang diperoleh yaitu sebesar Rp
696.138.021.320, sedangkan untuk yang tidak termasuk kekayaan untuk
pendanaan yaitu piutang lain-lain sebesar Rp 24.222.938, sehingga Kekayaan
untuk Pendanaan tahun 2011 yaitu sebesar Rp 696.113.798.382. Kemudian untuk
tahun 2012 kekayaan untuk pendanaan nya yaitu sebesar Rp 667.293.062.053,
yang diperoleh dari hasil pengurangan antara aktiva bersih di tahun 2012 sebesar
Rp 667.312.248.703 dan piutang lain-lain tahun 2012 yang tidak termasuk
kekayaan untuk pendanaan sebesar Rp 19.186.650.
Dapat disimpulkan dari tabel di atas kekayaan untuk pendanaan
DAPENRA terus meningkat dari tahun 2008 – 2010. Puncak kekayaan untuk
pendanaan tertinggi diperoleh pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 719.537.272.493
dan kemudian menurun di tahun 2011 dan 2012.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
32
Universitas Indonesia
Tabel 3.2 Kekayaan untuk Pendanaan DPPLN 2008 - 2012
(dalam ribuan)
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Aktiva Bersih 4.190.197.148 4.851.881.000 5.401.879.000 5.769.094.000 6.660.201.000
Yang tidak termasuk
Kekayaan untuk
Pendanaan :
1. Piutang iuran > 3
bulan
a. Iuran normal
pemberi kerja
- - - - -
b. Iuran normal
peserta
-
-
-
-
c. Iuran tambahan 469.294 - - -
2. Piutang lain-lain 99.249 36.258.000 620.000 1.216.000 239.000
3. Aktiva lain-lain 27.144.858 36.053.000 1.109.000 4.366.000 189.000
4. Jumlah 27.713.401 72.311.000 1.729.000 5.582.000 428.000
Kekayaan untuk
Pendanaan
4.162.483.746 4.779.570.000 5.400.150.000 5.763.512.000 6.659.773.000
Sumber : Laporan Tahunan Dana Pensiun PLN 2008-2012, diolah penulis,2014
Berikutnya adalah tabel kekayaan untuk pendanaan dari Dana Pensiun
PLN (DPPLN) sebagai benchmark dalam Tugas Karya Akhir ini. Berdasarkan
pada table 3.2 di atas, kekayaan untuk Pendanaan DPPLN terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun atau dalam periode penelitian yaitu 2008 – 2012.
Kekayaan untuk Pendanaan tertinggi diperoleh di tahun 2012 yaitu sebesar Rp
6.659.773.000.000. Jelas terlihat Kekayaan untuk Pendanaan DPPLN lebih besar
dibandingkan dengan DAPENRA, yakni untuk DPPLN mencapai Rp
6.659.773.000.000 di tahun 2012 dan DAPENRA hanya sebesar Rp
667.293.062.053 di tahun 2012 . Hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah
peserta dana pensiun di DAPENRA dan DPPLN, karena besarnya sumber
pendanaan yang berasal dari iuran pemberi kerja, iuran peserta dan hasil
pengembangan investasi jelas mempengaruhi perbedaan dari kekayaan untuk
pendanaan antara DAPENRA dengan DPPLN.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
33
Universitas Indonesia
Setelah menghitung Kekayaan untuk Pendanaan dari masing-masing Dana
Pensiun, maka langkah selanjutnya untuk dapat mengetahui rasio pendanaan yaitu
dengan membagi kekayaan untuk pendanaan dengan kewajiban aktuaria, dimana
untuk kewajiban aktuaria telah tersedia di neraca laporan keuangan yang telah
dihitung oleh aktuaris. Rasio pendanaan merupakan informasi terpenting atas
kinerja pengelolaan dana pensiun dan dijadikan sebagai indikator kemampuan
sebuah dana pensiun di dalam menjamin kelangsungan pembayaran manfaat
pensiun dan peningkatan kesejahteraan para pensiunan. Tingkat capaian Rasio
Pendanaan juga menentukan masih perlu atau tidaknya pemberi kerja
(perusahaan) membayarkan iurannya ke dana pensiun. Sehingga rasio pendanaan
DAPENRA dan DPPLN yakni dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 3.3 Rasio Pendanaan DAPENRA 2008 – 2012
(dalam ribuan)
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Kekayaan untuk
Pendanaan
462.881.527
594.950.154
719.537.272
696.113.798
667.293.062
Kewajiban
Aktuaria
Kewajiban
Solvabilitas
460.108.762
386.475.493
504.963.232
457.884.039
615.135.850
564.138.896
664.444.578
607.851.260
669.969.780
601.468.534
Surplus (Defisit)
2.772.765
89.986.922
104.401.422
31.669.219
(2.676.717)
Rasio Pendanaan
Rasio Solvabilitas
100,60
119,77
117,82
129,33
116,97
127,55
104,77
114,52
99,60
110,94
Sumber : Laporan Tahunan Dana Pensiun Angkasa Pura 2008-2012, diolah penulis ,2014
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat besar rasio pendanaan
DAPENRA tahun 2008 yaitu sebesar 100,6% yang diperoleh dari hasil pembagian
antara kekayaan untuk pendanaan di tahun 2008 sebesar Rp 462.881.527.634
dengan kewajiban aktuaria yang terdapat di neraca keuangan yang dihitung
berdasarkan perhitungan aktuaris yaitu sebesar Rp 460.108.762.000 di tahun 2008
dan DAPENRA berada dalam keadaan surplus di tahun 2008 yaitu sebesar Rp
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
34
Universitas Indonesia
2.772.765.634. Untuk rasio solvabilitas di tahun 2008 yaitu sebesar 119,77%.
Rasio solvabilitas didapat dengan membagi kekayaan untuk pendanaan dengan
kewajiban solvabilitasnya. Kewajiban Solvabilitas adalah kewajiban Dana
Pensiun yang dihitung berdasarkan anggapan bahwa Dana Pensiun dibubarkan
pada tanggal perhitungan aktuaria. Kewajiban Solvabilitas dihitung berdasarkan
jumlah yang lebih besar di antara himpunan iuran Peserta beserta hasil
pengembangannya, dan nilai sekarang Manfaat Pensiun yang dihitung
berdasarkan asumsi bahwa Peserta berhenti bekerja pada tanggal perhitungan
aktuaria dan seluruhnya telah memiliki hak atas dana. Maka, kewajiban
solvabilitas yang didapat pada tahun 2008 adalah sebesar Rp 386.475.493.600.
Kemudian, di tahun 2009 rasio pendanaan DAPENRA yaitu sebesar
117,82%. Kekayaan untuk pendanaan tahun 2009 sebesar Rp 594.950.154.051
dan kewajiban aktuarianya sebesar Rp 504.963.232.000 dan DAPENRA
memperoleh surplus sebesar Rp 89.986.922.051. Dengan kewajiban solvabilitas
sebesar Rp 457.884.039.467 maka diperoleh rasio solvabilitas nya sebesar
129,33% di tahun 2009, dimana merupakan rasio solvabilitas tertinggi dari
periode penelitian.
Tahun 2010 DAPENRA memperoleh kekayaan untuk pendanaan terbesar
dari tahun 2008 hingga 2012 yaitu sebesar Rp 719.537.272.493 dengan kewajiban
aktuarianya sebesar Rp 615.135.850.000 sehingga diperoleh surplus sebesar Rp
104.401.422.493 dan Rasio Pendanaan DAPENRA pada tahun 2010 mencapai
116,97% atau menurun dibanding tahun 2009 yang mencapai 117,82%.
Penurunan Rasio Pendanaan tahun 2010 dipengaruhi oleh : peningkatan
kewajiban aktuaria yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kekayaan.
Kewajiban solvabilitas di tahun 2010 mengalami kenaikan yaitu menjadi Rp
564.138.896.794 dan rasio solvabilitasnya menurun dibandingkan tahun lalu
menjadi 127,55%.
Selanjutnya di tahun 2011, rasio pendanaan kembali mengalami
penurunan yaitu dari 116,97% di tahun 2010 menjadi 104,77% di tahun 2011 atau
turun sebesar 12,2%. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan kekayaan
untuk pendanaan yaitu dari Rp 719.537.272.493 di tahun 2010 menjadi Rp
696.113.798.382 di tahun 2011 tetapi kewajiban aktuarinya mengalami kenaikan
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
35
Universitas Indonesia
di tahun 2011 menjadi Rp 664.444.578.493 dari Rp 615.135.850.000 di tahun
2010. Namun walaupun rasio pendanaan nya mengalami penurunan, rasio
pendanaan tetap di atas 100% dimana hal ini berarti dana pensiun masih dalam
keadaan baik, dimana dana pensiun masih mampu untuk membayar kewajibannya
yaitu membayar manfaat pensiun kepada para peserta. Untuk kewajiban
solvabilitasnya terus mengalami kenaikan di tahun 2011 menjadi sebesar Rp
607.851.260.340 dan rasio solvabilitasnya menurun kembali di tahun 2011
menjadi 114,52%.
Terakhir di tahun 2012, rasio pendanaan kembali turun menjadi 99,6%.,
dimana merupakan rasio pendanaan terendah. Hal ini terjadi karena kewajiban
aktuarianya lebih besar dibandingkan dengan kewajiban aktuarianya. Artinya
kewajiban DAPENRA dalam membayar manfaat pensiun kepada peserta di tahun
2012 lebih besar dibandingkan dengan kekayaan untuk pendanaan yang diperoleh.
Namun untuk rasio solvabilitasnya tetap di atas 100% atau sebesar 110,94%.
Maka dapat disimpulkan bahwa rasio pendanaan tertinggi dicapai di tahun 2009
yaitu dengan rasio sebesar 117,82% dan yang terendah terjadi di tahun 2012 yaitu
sebesar 99,6%. Dalam rasio pendanaan terdapat 3 (tiga) tingkat pendanaan untuk
menilai kualitas dari pendanaaan suatu dana pensiun. Tingkat pendanaan Dana
Pensiun merupakan gambaran kemampuan Dana Pensiun untuk membiayai
kewajiban Dana Pensiun saat ini dan yang akan datang. Ada tiga kriteria tingkat
pendanaan Dana Pensiun menurut KMK NOMOR 510/KMK.06/2002 yaitu:
1. Tingkat Pertama, yaitu apabila dana pensiun berada dalam keadaan terpenuhi
yaitu rasio nya di atas 100%
2. Tingkat Kedua, yaitu apabila kekayaan untuk pendanaan nya kurang dari
kewajiban aktuaria dan tidak kurang dari kewajiban solvabilitasnya, atau
dengan kata lain rasio pendanaan nya kurang dari 100% dan rasio
solvabilitasnya di atas 100%.
3. Tingkat Ketiga, yaitu keadaan pendanaan dana pensiun apabila kekayaannya
kurang dari kewajiban solvabilitas. Dengan kata lain baik rasio pendanaan
maupun rasio solvabilitasnya dibawah 100%.
Berdasarkan dari kriteria di atas maka tingkat pendanaan dari DAPENRA periode
2008 – 2012 dapat ditentukan, yaitu sebagai berikut:
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
36
Universitas Indonesia
Tabel 3.4 Tingkat Pendanaan DAPENRA 2008 - 2012
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Rasio Pendanaan 100,60
117,82 116,97 104,77 99,60
Rasio Solvabilitas 119,77 129,93 127,55 114,52 110,94
Tingkat Pendanaan Tingkat I Tingkat I Tingkat I Tingkat I Tingkat II
Sumber : diolah penulis, 2014
Tabel 3.4 di atas menunjukan pada tahun 2008 hingga tahun 2011 rasio
pendanaan DAPENRA berada di atas 100%, yaitu 100,6% di tahun 2008, 117,8%
di tahun 2009, 116,97% tahun 2010 dan 104,7% di tahun 2011, karena rasio
pendanaannya berada di atas 100% dan rasio solvabilitas nya juga berada di atas
100% maka berdasarkan kriteria tingkat pendanaan yang telah dijelaskan di atas,
maka rasio pendanaan dari tahun 2008 – 2011 berada di tingkat I. Namun pada
tahun 2012, rasio pendanaan DAPENRA turun dari 104,77% di tahun 2011
menjadi 99,6% di tahun 2012 tetapi rasio solvabilitasnya berada di atas 100% atau
sebesar 110,94% sehingga tingkat pendanaan DAPENRA di tahun 2012 berada
pada tingkat II.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
37
Universitas Indonesia
Tabel 3.5 Rasio Pendanaan DPPLN 2008 - 2012
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Kekayaan untuk Pendanaan
4.162.483.746
4.779.570.000
5.400.150.000
5.764.512.000
6.659.773.000
Kewajiban Aktuaria
3.940.210.245
4.494.772.000
4.794.142.000
5.520.359.000
6.010.094.000
Kewajiban Solvabilitas
3.442.934.221
3.937.437.000
4.128.201.000
4.688.381.000
5.583.144.000
Surplus (Defisit)
222.273.501
284.798.000
606.008.000
244.153.000
649.679.000
Rasio Pendanaan
105,64
106,34
112,64
104,42
110,81
Rasio Solvabilitas
120,9
121,39
130,81
122,95
119,28
Sumber : Laporan Tahunan Dana Pensiun PLN 2008-2012, diolah penulis, 2014
Pada tabel 3.5 di atas menunjukan Rasio Pendanaan DPPLN untuk periode
2008 – 2012. Rasio Pendanaan DPPLN dari tahun 2008 hingga 2012 berada di
atas 100%. Di tahun 2008 rasio pendanaan DPPLN yaitu sebesar 105,6% dan
meningkat di tahun 2009 menjadi 106,34%. Kemudian terus meningkat hingga
6,3% di tahun 2010 menjadi sebesar 112,64%. Namun di tahun 2011, rasio
pendanaan DPPLN menurun menjadi 104,42%, hal ini disebabkan karena
kenaikan kekayaan untuk pendanaan nya lebih kecil dibandingkan dengan
kenaikan kewajiban aktuarianya. Selanjutnya rasio pendanaan di tahun 2012
kembali meningkat dari 104,42% di tahun 2011 menjadi 110,81% di tahun 2012.
Rasio pendanaan dan rasio solvabilitas tertinggi diperoleh pada tahun 2010 yaitu
sebesar 112,64% dan 130,81 untuk rasio solvabilitasnya.
Berdasarkan tabel di atas yang menunjukan rasio pendanaan dan juga rasio
solvabilitas DPPLN periode 2008 – 2012, maka dapat ditentukan tingkat
pendanaan DPPLN dari tahun 2008 – 2012 yaitu stabil berada di tingkat I, artinya
DPPLN selama 2008 – 2012 berada dalam kondisi dana terpenuhi atau dana
pensiun mampu untuk membayar kewajiban nya yaitu manfaat pensiun kepada
pesertanya yang pensiun di tahun 2008 hingga 2012.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
38
Tabel 3.6 Perbandingan Rasio Pendanaan dan Rasio Solvabilitas DAPENRA & DPPLN Periode Tahun 2008 - 2012
Ket
2008
2009
2010
2011
2012
DAPENRA
DPPLN
DAPENRA
DPPLN
DAPENRA
DPPLN
DAPENRA
DPPLN
DAPENRA
DPPLN
Pendanaan
100,60%
105,64%
117,82%
106,34%
116,97%
112,64%
104,77%
104,42%
99,60%
110,81%
Solvabilitas
119,77%
120,90%
129,93%
121,39%
127,55%
130,81%
114,52%
122,95%
110,94%
119,28%
Tingkat
Pendanaan
I
I
I
I
I
I
I
I
II
I
Sumber : diolah penulis, 2014
Tabel 3.6 di atas merupakan ringkasan dari perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya. Tabel ini menunjukan perbandingan
rasio pendanaan dan rasio solvabilitas antara DAPENRA dengan DPPLN pada periode 2008 – 2012. Berdasarkan tabel 3.6 di atas dapat
disimpulkan untuk rasio pendanaan tertinggi selama periode penelitian diperoleh oleh DAPENRA di tahun 2009 sebesar 117,82% dan rasio
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
39
solvabilitas tertinggi diperoleh oleh DPPLN di tahun 2010 sebesar 130,81%.
Namun, walaupun DAPENRA memiliki rasio pendanaan tertinggi di tahun
2009, di tahun 2012 rasio pendanaan DAPENRA mengalami penurunan yaitu
menjadi sebesar 99,6%. Hal ini mengakibatkan tingkat pendanaan
DAPENRA berada pada tingkat II, dimana DAPENRA berada pada keadaan
defisit karena kewajiban aktuaria nya lebih besar dibandingkan dengan
kekayaan untuk pendanaan nya namun kewajiban solvabilitasnya lebih kecil
daripada kekayaan untuk pendanaan nya sehingga rasio solvabilitasnya tetap
berada di atas 100%.
Jika dikaitkan dengan penelitian sebelumnya oleh Arjen Siegmann dalam
jurnalnya "Minimum Funding Ratios for Defined-Benefit Pension Funds",
maka rasio pendanaan DAPENRA selama 2008 - 2012 berada di antara 96% -
120%. Hal ini berarti sesuai dengan Arjen yaitu manfaat pensiun yang akan
diperoleh oleh peserta bergantung terhadap risk aversion yang dimiliki setiap
peserta serta kontribusi dan kebijakan investasi yang bisa diterima selama
mengikuti program pensiun yang dikelola oleh DAPENRA.
3.3 Hasil Analisis
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di atas, maka dapat dilihat
dengan jelas perbandingan rasio pendanaan antara Dana Pensiun Angkasa
Pura I (DAPENRA) dengan Dana Pensiun PLN (DPPLN) periode 2008 –
2012 dengan grafik di halaman berikutnya.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
40
Universitas Indonesia
Grafik 3.1 Rasio Pendanaan DAPENRA dan DPPLN 2008 -2012
Sumber : diolah penulis, 2014
Dari grafik 3.1 di atas yang didapat dari tabel 3.3 dan 3.5 untuk
DAPENRA, pada tahun 2008 rasio pendanaannya yaitu 100,6% kemudian di
tahun 2009 rasio pendanaan nya mencapai 117,82% meningkat 2,17%
dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 100,6%. Hal ini disebabkan antara
lain karena adanya kenaikan Aktiva Bersih menjadi Rp. 595,30 Milyar di
tahun 2009 dari Rp. 463,49 Milyar pada tahun 2008 naik sebesar 28,44%.
Sedangkan untuk Kewajiban Aktuaria menjadi Rp. 504,96 Milyar di tahun
2009 dari Rp. 460,10 Milyar pada tahun 2008 atau mengalami kenaikan
9,74%.
Tahun 2010 rasio pendanaan mencapai 116,97% atau menurun dibanding
tahun 2009 yang mencapai 117,82%. Penurunan rasio pendanaan tahun 2010
dipengaruhi oleh peningkatan kewajiban aktuaria yang lebih tinggi
dibandingkan dengan peningkatan kekayaannya. Di tahun 2011 rasio
pendanaan kembali menurun hingga mencapai 104,77%. Hal ini disebabkan
karena kekayaan untuk pendanaan di tahun 2011 menurun dibandingkan
dengan tahun 2010 yaitu dari Rp 719.537.272.493 menjadi Rp
696.113.798.382 di tahun 2011, sedangkan kewajiban aktuarianya meningkat
di tahun 2011 menjadi Rp 664.444.578.493 dari Rp 615.135.850.000 di tahun
2010. Selanjutnya rasio pendanaan di tahun 2012 kembali menurun dari
100,60
117,82 116,97
104,77
99,60
105,64 106,34
112,64
104,42
110,81
90,00
95,00
100,00
105,00
110,00
115,00
120,00
2008 2009 2010 2011 2012
R
a
s
i
o
Tahun
Rasio Pendanaan 2008 - 2012
DAPENRA
DPPLN
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
41
Universitas Indonesia
104,77% di tahun 2011 menjadi 99,6% . Penurunan rasio ini disebabkan
karena kekayaan untuk pendanaan yang terus menurun hingga mencapai
sebesar Rp 667.293.062.053 di tahun 2012, namun kewajiban aktuarianya
terus meningkat hingga menjadi sebesar Rp 669.969.780.000 atau pada tahun
2012 DAPENRA dalam keadaan defisit karena kewajiban aktuarianya lebih
besar daripada kekayaan untuk pendanaannya. Berdasarkan grafik di atas,
maka rasio pendanaan DAPENRA tertinggi diperoleh pada tahun 2009 yaitu
mencapai 117,82%.
Menurut Kadarisman (2003, 10) ada tiga kondisi dalam pengendalian
Rasio Pendanaan di Dana Pensiun, yaitu:
1. Kondisi I : Rasio Pendanaan = 100%
Kondisi ini merupakan kondisi dimana Rasio Pendanaan berada pada
tingkat 100%, maksudnya jumlah Kekayaan untuk Pendanaan yang
dimiliki oleh Dana Pensiun sama besar dengan Kewajiban Aktuarianya.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa Dana Pensiun mengalami dana
terpenuhi. Kondisi ini memberikan rasa aman kepada para Peserta karena
pensiun terjamin 100%.
2. Kondisi II : Rasio Pendanaan > 100%
Kondisi ini merupakan keadaan dimana Dana Pensiun mengalami
surplus, karena jumlah Kekayaan untuk Pendanaan lebih besar dari
jumlah Kewajiban Aktuaria.
3. Kondisi III : Rasio Pendanaan < 100%
Kondisi ini menunjukan keadaan yang tidak aman bagi Peserta, karena
pensiun tidak terjamin 100%. Keadaan ini terjadi akibat besar Kekayaan
untuk Pendanaan kurang dari Kewajiban Aktuaria. Keadaan ini juga
dapat disebut keadaan defisit.
Maka dari tahun 2008 hingga 2011 kondisi pendanaan DAPENRA
berada pada kondisi II, yaitu keadaan dimana Dana Pensiun mengalami
surplus, karena jumlah Kekayaan untuk Pendanaan lebih besar dari jumlah
Kewajiban Aktuaria, dan rasio pendanaan nya berada di atas 100%.
Sedangkan pada tahun 2012, kondisi pendanaan DAPENRA berada di
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
42
Universitas Indonesia
kondisi III, yaitu kondisi dimana besar Kekayaan untuk Pendanaan kurang
dari Kewajiban Aktuaria. Keadaan ini juga dapat disebut keadaan defisit.
Selisih besar kekurangan Kekayaan untuk Pendanaan terhadap Kewajiban
Aktuaria tersebut harus dilunasi oleh Pendiri dengan mengeluarkan iuran
tambahan. Kondisi II adalah kondisi terbaik dalam suatu Dana Pensiun,
karena pada kondisi tersebut Peserta merasa aman karena pensiun nya
terjamin 100%. Sedangkan bagi Pendiri, mereka tidak perlu mengeluarkan
iuran tambahan karena Dana Pensiun tidak mengalami defisit.
Selanjutnya untuk Rasio Pendanaan DPPLN sebagai benchmark
dalam penelitian ini, rasio pendanaan DPPLN terus meningkat dari tahun
2008 – 2010, yaitu 105,64% di tahun 2008, 106,34 di tahun 2009 dan
112,64% di tahun 2010. Kemudian di tahun 2011 rasio pendanaan nya
turun menjadi 104,42% karena kenaikan kewajiban aktuaria di tahun 2011
lebih besar daripada kenaikan kekayaan untuk pendanaan nya. Dan pada
tahun 2012, rasio pendanaan kembali meningkat menjadi 110,81%. Hal ini
disebabkan karena kenaikan kekayaan untuk pendanaan tahun 2012 lebih
besar dibandingkan dengan kenaikan kewajiban aktuarianya. Maka dapat
disimpulkan rasio pendanaan tertinggi terjadi di tahun 2010 yaitu 112,64%
dan DPPLN berada dalam kondisi pendanaan yang stabil dan baik karena
selalu berada dalam kondisi II atau tingkat I menurut KMK NOMOR
510/KMK.06/2002.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
43 Universitas Indonesia
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari analisis yang telah dibuat penulis sebelumnya di atas, maka
kondisi pendanaan DAPENRA yaitu untuk tahun 2008 hingga 2011
kondisi pendanaan DAPENRA berada di tingkat pendanaan I yaitu berada
dalam keadaan dana terpenuhi, dimana untuk rasio pendanaan nya berada
di atas seratus persen. Sedangkan di tahun 2012, kondisi pendanaan nya
berada pada tingkat II dimana kewajiban aktuarianya lebih besar daripada
kekayaan untuk pendanaan nya atau dapat dikatakan DAPENRA pada
tahun 2012 berada dalam keadaan defisit dan rasio pendanaan nya berada
di bawah seratus persen.
Jika dibandingkan dengan rasio pendanaan DPPLN, maka rasio
pendanaan DPPLN lebih baik dibandingkan dengan rasio pendanaan
DAPENRA. Hal ini dikarenakan rasio pendanaan DPPLN selalu berada
dalam tingkat pendanaan I. Rasio pendanaan DPPLN dari tahun 2008 –
2012 selalu berada di atas seratus persen dan selalu dalam keadaan
surplus, dimana kekayaan untuk pendanaan nya selalu lebih tinggi
dibandingkan dengan kewajiban aktuaria nya sehingga rasio pendanaan
DPPLN selalu berada di atas seratus persen.. Perubahan jumlah kekayaan
untuk pendanaan pada laporan neraca dan perubahan jumlah kewajiban
aktuaria pada laporan aktiva bersih menyebabkan terjadinya perubahan
pada rasio pendanaan dana pensiun dari tahun ke tahun. Keadaan ini
menggambarkan bahwa analisis rasio pendanaan dapat memberikan
informasi terhadap tingkatan kemampuan dana pensiun angkasa pura I
(DAPENRA) dalam memenuhi kewajibannya dalam membayar manfaat
pensiun kepada pesertanya.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
44
Universitas Indonesia
4.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Agar DAPENRA dapat meningkatkan jumlah kekayaan untuk
pendanaan agar lebih besar dari jumlah kewajiban aktuaria selain agar
rasio pendanaan DAPENRA dapat berada pada tingkat pendanaan I,
juga agar DAPENRA tidak mengalami defisit sehingga bagi pendiri
tidak perlu mengeluarkan iuran tambahan untuk menutupi defisit yang
terjadi. Dan apabila DAPENRA berada dalam keadaan surplus, maka
surplus yang terjadi dapat digunakan untuk mengurangi iuran pemberi
kerja.
2. Untuk dapat menjaga Rasio Pendanaan pada posisi yang baik dan
mencukupi seluruh biaya operasional yang diperlukan, DAPENRA
harus mampu mencapai tingkat pengembangan dana yang dikelola.
Untuk mencapai tingkat pengembangan dana tersebut, DAPENRA
harus menempatkan dana yang dikelola pada berbagai instrument
investasi, baik yang berjangka pendek maupun berjangka menengah
dan panjang. Instrumen investasi jangka pendek berupa Deposito dan
instrumen investasi jangka menengah dan panjang berupa Obligasi,
Reksadana, Saham dan penempatan langsung.
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
DAFTAR REFERENSI
Buku :
Hanke, J. E & Wichern, D.W. 2005. Business Forecasting. New Jersey: Pearson
Education International.
Kadarisman dan Wahyuni S. 2003. Manajemen Dana Pensiun Indonesia. Jakarta:
Mediantara Semesta.
Manurung, Jonni, Adler H. Manurung, Ferdinand D. Saragih dan Marusaha L. Gaol.
2003. Pasar Keuangan & Lembaga Keuangan Bank & Bukan Bank. Jakarta:
PT. Adler Manurung Press
Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers
Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Papilia, Diane E., Olds, S.W.,& Feldman, R.D. 2003. Human Development (9th
Edition). New York: McGraw-Hill
Schulz, Richards. 1999. Life Span Development (8th
Edition). New York: McGraw
Hill
Sigit Triandaru, Totok Budisantoso. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Jakarta: Salemba Empat
Smolak, Linda. 1993. Adult Development. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Sudjono, Imam. 1999. Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Syahrul dan M. Adfi. Nizar. 2000. Kamus Akuntansi, Cetakan pertama. Jakarta: Citra
Harta Prima
Turner, J.S & Donald B. Helms. 1995. Lifespan Development. New York: Harcourt
Brace Collage Publishers
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
Y. Sri Susilo dkk. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba empat
Veithzal, Rivai dkk. 2007. Bank and Financial Institution Management. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Zulaini Wahab. 2001. Dana Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia.
Cetakan pertama. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Jurnal:
McCrory, T. Robert. 2012. Modelling Defined-Benefit Pension Plans: Basic
Dynamics. EFI Actuarial Journal.
Siegmann, Arjen. 2008. Minimum Funding Ratios for Defined-Benefit Pension
Funds. DNB Working Paper No. 180.
Peraturan Perundangan :
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 24. Akuntansi Biaya
Manfaat Pensiun. 1994
Republik Indonesia. Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Republik Indonesia
Nomor: 510/KMK.06/2002. Pendanaan dan Solvabilitas Dana Pensiun
Pemberi Kerja. Jakarta, 2002
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 76. Dana
Pensiun Pemberi Kerja. Jakarta, 1992
Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1992.
Dana Pensiun. Jakarta, 1992
Sumber Lainnya :
Laporan Tahunan 2009 Dana Pensiun Angkasa Pura I
Laporan Tahunan 2010 Dana Pensiun Angkasa Pura I
Laporan Tahunan 2012 Dana Pensiun Angkasa Pura I
Laporan Tahunan 2010 Dana Pensiun PLN
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
Laporan Tahunan 2011 Dana PensiunPLN
Laporan Tahunan 2012 Dana Pensiun PLN
Peraturan Dana Pensiun DAPENRA 2011
Statistik 2012 & Direktori 2013 Industri Keuangan Non Bank Dana Pensiun, Otoritas
Jasa Keuangan
www.adpi.co.id
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
Lampiran 1: Laporan Aktiva Bersih 2009 DAPENRA
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
Lampiran 2: Perubahan Aktiva Bersih 2009 DAPENRA
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
Lampiran 3: Laporan Aktiva Bersih 2010
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
Lampiran 4: Laporan Perubahan Aktiva 2010
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
Lampiran 5: Ikhtisar DAPENRA 2006 - 2010
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
Lampiran 6: Laporan Aktiva Bersih DAPENRA 2012
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
Lampiran 7: Laporan Perubahan Aktiva Bersih 2012
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014
Lampiran 8: Neraca DAPENRA 2012
Rasio pendanaan…., Ita Puspa Dillasari, FISIP UI, 2014