Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan kota yang tidak terkendali di daerah pinggiran disebabkan oleh
faktor kesenjangan antara kebutuhan rumah dengan ketersediaan perumahan yang
tidak terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Hal ini berawal dari
masyarakat yang tidak mampu membeli rumah dengan harga tinggi yang membangun
rumah di lahan-lahan kosong yang bukan milik pribadi masyarakat dan kebanyakan
tidak sesuai dengan peruntukan untuk pembangunan rumah. Akibatnya persediaan
infrastruktur juga menjadi tidak efisien. Pembangunan kawasan perumahan yang
tidak sesuai dan tidak terpadu dengan sarana dan prasarana kota sering menimbulkan
permasalahan seperti pelayanan yang tidak optimal, sanitasi buruk, kemacetan,
system drainase yang bermasalah dan harga tanah yang tidak terkendali.
Salah satu pendekatan yang dilakukan oleh Kementerian Perumahan Rakyat
untuk meminimalisir berbagai permasalahan yang timbul karena perkembangan kota
yang tidak terkendali adalah dengan pengembangan permukiman berbasis kawasan.
Pendekatan kawasan ini dibagi dua, yakni pengembangan permukiman skala besar
melalui pola pembangunan kasiba (kawasan siap bangun) dan pengembangan
permukiman berdasarkan pola lisiba BS (lingkungan siap bangun berdiri sendiri),
sesuai dengan UU No 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Upaya untuk menyediakan perumahan dan peningkatan kualitas lingkungan
permukiman didasari pada pembangunan kawasan permukiman skala besar melalui
penyediaan Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba).
Harapan dari pendekatan penyediaan Kasiba dan Lisiba yaitu adanya struktur
kawasan, arah pertumbuhan dan kualitas lingkungan permukiman akan lebih
terkendali dengan baik, serta terwujudnya pemenuhan kebutuhan rumah untuk segala
golongan masyarakat.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
Pengembangan kawasan permukiman melalui Kasiba dan Lisiba-BS
diharapkan dapat menciptakan keterpaduan pelaksanaan pembangunan kawasan
permukiman melalui sistem pembangunan yang efektif dan efisien, serta mendapat
dukungan dari pemerintah, baik pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kasiba – Lisiba yang Berdiri Sendiri (BS)
Pengertian Kasiba dan Lisiba menurut aPP Nomor 80 Tahun 1999 Tentang
Kawasan Siap Bangun (Kasiba), dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri
(Lisiba-BS) adalah sebagai berikut:
2.1.1 Definisi Kawasan Siap Bangun (Kasiba)
Kawasan Siap Bangun (Kasiba) adalah sebidang tanah yang fisiknya telah
dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar (antara
3.000 - 10.000 unit rumah) yang terbagi dalam satu Lisiba atau lebih yang
pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dengan lebih dahulu dilengkapi dengan
jaringan primer dan sekunder prasarana dan sarana lingkungan sesuai rencana tata
ruang lingkungan dan memenuhi syarat pembakuan pelayanan prasarana dan sarana
lingkungan yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah dan telah memenuhi
persyaratan standart pelayanan.
2.1.2 Definisi Lingkungan Siap Bangun (Lisiba)
Pengertian dari Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) adalah sebidang tanah yang
merupakan bagian dari Kasiba ataupun berdiri sendiri (kapasitas antara 1.000 - 3.000
unit rumah) yang telah dipersiapkan dan telah dilengkapi dengan prasarana
lingkungan serta sesuai dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun
kaveling tanah yang telah siap.
2.1.3 Definisi Lingkungan Siap Bangun (Berdiri Sendiri)
Lisiba yang bukan bagian dari Kasiba yang dikelilingi oleh lingkungan
perumahan yang sudah terbangun atau dikelilingi oleh fungsifungsi lain. Selain itu PP
ini juga mengatur beberapa hal yang terkait dengan pengembangan permukiman skala
besar termasuk aspek pengelolanya.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
2.2 Tujuan Kasiba – Lisiba (BS)
Berdasarkan PP Nomor 80 Tahun 1999 Tentang Kawasan Siap Bangun
(Kasiba), Lingkungan Siap Bangun (Lisiba), dan Lingkungan Siap Bangun yang
Berdiri Sendiri (Lisiba-BS), maksud dan tujuan kasiba lisiba adalah sebagai berikut:
1. Kasiba – Lisiba (BS) adalah alat untuk pengembagan ekonomi lokal dan alat
bagi perkembangan kota
2. Kasiba – Lisiba (BS) adalah alat bagi penyediaan prasarana dan sarana yang
memenuhi pembakuan pelayanan serta sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah
3. Kasiba – Lisiba (BS) alat untuk penyediaan kavling tanah matang beserta
rumah dengan pola hunian yang berimbang, terencana dan terjangkau bagi
seluruh lapisan masyarakat (kel. Sasaran yang berpenghasilan Rp. 350.000
- Rp. 1,5 juta per bulan)
4. Kasiba – Lisiba (BS) adalah alat untuk pengendali harga tanah
2.3 Penyelenggaraan, Pelaksanaan, dan Pengelolaan Kasiba – Lisiba yang
Berdiri Sendiri (BS)
2.3.1 Penyelenggaraan Kasiba – Lisiba (BS)
Dalam pembangunan KASIBA dan LISIBA adalah diawasi langsung oleh
pemerintah. Penyelenggaraan KASIBA ataupun LISIBA harus sesuai dengan
peraturan ataupun kebijakan yang berlaku. Dalam penyelenggaraannya, KASIBA
maupun LISIBA bisa dilaksanakan oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta.
Penyelenggaraan Kasiba dan Lisiba dilakukan melalui tahap perencanaan
pembangunan, pelaksanaan pembangunan dan pengendalian pembangunan. Rencana
dan program penyelenggaraan Kasiba harus sesuai dan terintegrasi dengan program
pembangunan daerah dan sektor mengenai prasarana lingkungan, sarana lingkungan
serta utilitas umum di daerah yang bersangkutan. Sedangkan Rencana dan program
penyelenggaraan Lisiba harus sesuai dan terintegrasi dengan rencana dan program
penyelenggaraan Kasiba yang bersangkutan.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
Gambar 1
Penyelenggaraan Pengelolaan Kasiba, Lisiba dan Lisiba BS
Sumber: Pasal 3 Kepmenpera No 16 Tahun 2007
2.3.2 Pelaksanaan Kasiba – Lisiba (BS)
Pelaksanaan pembangunan Kasiba meliputi kegiatan perolehan tanah,
pembangunan serta pemeliharaan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan.
Jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan yang dibangun oleh Badan
Pengelola harus sudah dimulai selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu)
tahun sejak diumumkan sebagai Badan Pengelola dan dalam jangka waktu 3 (tiga)
tahun telah mencapai sekurang-kurangnya 25% (dua puluh lima per seratus) dari luas
Kasiba dan minimum dapat melayani 1 (satu) Lisiba.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
Dalam melaksanakan pembangunan Kasiba, Badan Pengelola dapat
Melakukan kerja sama dengan badan usaha yang bergerak di bidang pembangunan
perumahan dan permukiman. Badan Pengelola yang melakukan kerja sama
pembangunan wajib memberikan laporan kepada Kepala Daerah.
2.3.3 Pengelolaan Kasiba – Lisiba (BS)
Pengelolaan Kasiba bertujuan agar tersedia 1 (satu) atau lebih Lisiba yang
telah dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan, serta
memenuhi persyaratan pembakuan pelayanan prasarana, sarana lingkungan dan
utilitas umum untuk pembangunan perumahan dan permukiman sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah. Pada Keputusan Peraturan Menteri Negara Perumahan
Rakyat RI yang berisi tentang Petunjuk Pelaksanaan Kawasan Siap Bangun dan
Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri di Tahun 2005 menyatakan bahwa,
pemerintah Kabupaten atau Kota tersebut yang melaksanakan pengelolaan Kasiba
yang mana penyelenggaraannya dilakukan oleh badan pengelola yang telah ditunjuk
atau ditetapkan oleh Bupati/ Walikota melalui sebuah kompetisi yang diikuti oleh
Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau
badan usaha lain yang dibentuk oleh pemerintah. Sedangkan untuk Lisiba
pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat pemilik tanah atau badan usaha di bidang
pembangunan perumahan dan permukiman sebagai penyelenggara.
2.4 Letak Lokasi, Penyediaan, Penetapan Tanah, dan Persyaratan Terhadap
Kegiatan Kasiba – Lisiba
2.4.1 Penetepan Lokasi
Menurut PP nomor 80 tahun 1999, penetapan lokasi untuk Kasiba
diselenggarakan dalam kawasan permukiman skala besar pada kawasan perkotaan
dan atau kawasan perdesaan dan atau kawasan tertentu yang terletak dalam 1 (satu)
Daerah Kabupaten/Kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
Sedangkan penetapan lokasi untuk Lisiba yang berdiri sendiri ditetapkan dalam
kawasan permukiman yang bukan dalam skala besar pada kawasan perkotaan dan
atau kawasan tertentu yang terletak dalam 1 (satu) Daerah Kabupaten/Kota atau
Daerah Khusus Ibukota Jakarta sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
Penetapan suatu lokasi Kasiba dilakukan dengan Keputusan Kepala Daerah,
dan untuk dapat ditetapkannya sebagai Kasiba, Pengelola harus membuat minimal
rencana terperinci tata ruang yang dapat digunakan untuk menetapkan lokasi Lisiba.
Disamping itu, penetapan lokasi Lisiba yang berdiri sendiri ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah. Persyaratan yang harus dipenuhi pada lokasi penetapan
Lisiba yang berdiri sendiri sekurang-kurangnya adalah:
1) Sudah tersedia data mengenai luas, batas dan kepemilikan tanah sesuai dengan
tahapan pengembangan dalam rencana dan program penyelenggaraannya;
2) Lokasi tersebut telah dilayani jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan;
3) Lokasi tersebut telah dilayani fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas ekonomi
setingkat kecamatan.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
Gambar 2
Bagan Alir Penetapan Lokasi Kasiba
Sumber: Kementrian Negara Perumahan Rakyat RI “Petunjuk Pelaksanaan Kawasan Siap
Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri”, Tahun 2005, hal-
43.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
Gambar 3
Bagan Alir Penetapan Lokasi Lisiba BS
Sumber: Kementrian Negara Perumahan Rakyat RI “Petunjuk Pelaksanaan Kawasan Siap
Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri”, Tahun 2005, hal-
44.
2.4.2 Penyediaan, dan Penetapan Tanah
Penyediaan tanah untuk Kasiba atau Lisiba yang berdiri sendiri dapat
dilakukan di atas tanah negara dan atau tanah hak sesuai ketetapan yang ada pada PP
nomor 80 tahun 1999.
a. Tanah Negara
Berdasarkan PP nomor 80 tahun 1999, tanah negara yang dimaksud adalah:
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Lisiba
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
- Tanah yang tidak ada pemakainya, maka Badan Pengelola atau penyelenggara
dapat langsung mengajukan permohonan hak atas tanah negara tersebut sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Tanah yang dikuasai oleh masyarakat hukum adat sebagai hak ulayatnya, maka
perolehan hak atas tanah negara tersebut dapat dilakukan oleh Badan Pengelola
atau penyelenggara dengan memberikan penggantian yang layak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Tanah yang merupakan bekas tanah hak yang dipakai oleh perseorangan atau
badan hukum, maka perolehan hak atas tanah negara tersebut dapat dilakukan
oleh Badan Pengelola atau penyelenggara dengan mengadakan penyelesaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Tanah Hak
Berdasarkan PP nomor 80 tahun 1999, perolehan hak atas tanah yang dikuasai
oleh perseorangan atau badan hukum dilakukan oleh Badan Pengelola atau
penyelenggara dengan mengadakan penyelesaian dengan pemegang hak atas tanah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyelesaian yang
dimaksud, dilakukan melalui konsolidasi tanah, jual beli, tukar menukar, dan
pelepasan hak.
2.4.3 Persyaratan Pembangunan Kasiba – Lisiba BS
a. Persyaratan Pembangunan Kasiba
- Pelaksanaan pembangunan harus sesuai dengan rencana dan program yang
sudah ditetapkan
- Persiapan tender dan penunjukan pemenang perlu dilakukan oleh Badan
Pengelola bila akan menunjuk Badan Usaha lain untuk melaksanakan
pembangunan, sesuai dengan tata cara pengadaan barang dan jasa yang
berlaku.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
- Persiapan tender dan penunjukan pemenang untuk konsultan pengawas perlu
dilakukan oleh Badan Penyelenggara Lisiba bila akan menggunakan
konsultan pengawas untuk membantu pengelola dalam mengawasi pekerjaan
Badan Usaha yang akan melaksanakan pekerjaan
- Land clearing dan staking out harus dilakukan sesuai dengan persyaratan
spesifikasi yang telah ditetapkan.
b. Persyaratan Pembangunan Lisiba
- Pelaksanaan pembangunan di Lisiba harus sesuai dengan perencanaan yang
telah ditetapkan
- Persiapan tender dan penunjukan pemenang perlu dilakukan oleh
Penyelenggara Lisiba bila akan menunjuk badan usaha lain yang bergerak di
bidang perumahan dan permukiman untuk melaksanakan pembangunan di
kawasan Lisiba sesuai dengan tata cara pengadaan barang dan jasa yang
berlaku.
- Apabila akan menunjuk Badan Usaha lain yang bergerak di bidang
Perumahan dan Permukiman untuk melaksanakan pembangunan Kasiba,
persiapan tender dan penunjukan pemenang untuk konsultan pengawas
dilakukan oleh penyelenggara Lisiba.
- Pelaksanaan pembangunan perumahan dan kaveling tanah matang harus
sesuai dengan persyaratan spesifikasi yang telah ditentukan.
- Pelaksanaan pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum harus sesuai
dengan persyaratan spesifikasi yang telah ditentukan
- Jadwal pelaksanaan pembangunan perumahan dan kaveling tanah matang
harus sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan di dalam dokumen tender.
- Jadwal pelaksanaan pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum harus
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan di dalam dokumen tender.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
c. Persyaratan Pembangunan Lisiba BS
- Kajian pertumbuhan penduduk baik yang alamiah maupun migrasi mengacu
pada data Badan Pusat Statistik (BPS).
- Kebutuhan rumah dapat didekati dengan melihat selisih antara jumlah rumah
yang ada dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) yang ada.
- Lokasi Lisiba harus berada pada kawasan permukiman menurut Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten / Kota.
- Seluruhnya terletak dalam wilayah satu daerah administratif.
- Lokasi Lisiba Yang Berdiri Sendiri dapat dikembangkan mengikuti
kecenderungan perkembangan yang ada atau untuk merangsang terjadinya
pengembangan baru.
- Calon lokasi Lisiba Yang Berdiri Sendiri bukan/tidak merupakan tanah
sengketa atau berpotensi sengketa.
- Dalam menentukan urutan prioritas calon-calon lokasi Lisiba yang Berdiri
Sendiri, pertimbangan utama sekurang-kurangnya adalah strategi
pengembangan wilayah, biaya terendah untuk pengadaan prasarana dan
utilitas, berdekatan dengan tempat kerja atau lokasi investasi yang mampu
menampung tenaga kerja.
- Lokasi Lisiba Yang Berdiri Sendiri yang akan ditetapkan mencakup lokasi
yang belum terbangun yang mampu menampung sekurang-kurangnya 1.000
unit.
- Lokasi Lisiba Yang Berdiri Sendiri bagi tanah yang sudah ada
permukimannya, akan merupakan integrasi antara pembangunan baru dan
yang sudah ada sehingga seluruhnya menampung sekurang-kurangnya 1.000
unit.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
2.5 Pengendalian Pembangunan Kasiba – Lisiba BS
Pengendalian pembangunan Kasiba dan Lisiba meliputi kegiatan pengawasan,
penertiban terhadap perolehan tanah dan pembangunan fisik seperti yang terdapat
pada PP nomor 80 tahun 1999.
2.5.1 Pengawasan
Pengawasan terhadap perolehan tanah dan pembangunan fisik Kasiba
dilakukan secara rutin, dan secara periodik hasil pengawasan rutin dievaluasi oleh
Kepala Daerah sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang ditangani dalam
rangka pelaksanaan pembangunan sesuai rencana dan program. Sedangkan
pengawasan terhadap pembangunan fisik Lisiba dilakukan secara rutin dan secara
periodik hasil pengawasan rutin dievaluasi oleh Badan Pengelola sesuai dengan
kebutuhan dan permasalahan yang ditangani dalam rangka pelaksanaan pembangunan
sesuai rencana dan program.
2.5.2 Penertiban terhadap perolehan tanah dan pembangunan fisik
Penertiban terhadap perolehan tanah dan pembangunan fisik Kasiba dan
Lisiba dilakukan berdasarkan laporan pengawasan seperti:
Dalam tahap pembangunan Kasiba pengawasan oleh Kepala Daerah dilakukan
dengan
menyampaikan perkembangan pembangunan Kasiba kepada Menteri setiap 3 (tiga)
bulan sekali mengenai:
1) perkembangan perolehan tanah;
2) pembangunan jaringan rumah, sekunder dan prasarana lingkungan.
Dalam tahap pembangunan Lisiba pengawasan oleh Badan Pengelola dilakukan
dengan menyampaikan laporan bulanan kepada Kepala Daerah dengan materi laporan
yang terdiri dari:
1) perkembangan pembangunan rumah;
2) perkembangan izin mendirikan bangunan;
3) masalah-masalah yang perlu segera diatasi;
4) masalah-masalah yang akan muncul dan perlu diantisipasi.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Pengendalian oleh penyelenggara Lisiba
pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum pembangunan rumah izin mendirikan bangunan masalah yang ditemui dan pemecahannya masalah yang diantisipasi
Pengendalian oleh Badan Pengelola Kasiba
Perolehan tanah Pembangunan prasarana primer dan sekunder Pembangunan prasarana lainnya, sarana, dan utilitas umum Pembangunan rumah Perizinan mendirikan bangunan Masalah yang ditemui dan pemecahannya Masalah yang diantisipasi
Pengendalian oleh Walikota atau Bupati
Pengendalian oleh Menteri
Pengendalian oleh Penyelenggara Lisiba BS
Perolehan tanah Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum Pembangunan rumah Perizinan mendirikan bangunan Masalah yang ditemui dan pemecahannya Masalah yang diantisipasi
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
Gambar 3
Diagram Pengendalian Pembangunan Kasiba – Lisiba BS
Sumber: Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999
2.6 Pembagian Peran Pengelolaan Terhadap Kasiba – Lisiba
2.6.1 Pemerintah Pusat
Dalam kaitan pengembangan Kasiba dan Lisiba BS, peran Pemerintah Pusat
adalah sebagai berikut:
a) Menteri bidang Pekerjaan Umum melakukan pembinaan teknis pembangunan
fisik.
b) Menteri bidang pertanahan melakukan pembinaan teknis pertanahan.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
c) Menteri bidang perumahan dan permukiman melakukan pembinaan koordinasi
pembangunan perumahan dan permukiman.
d) Menteri dalaam negeri melakukan pembinaan umum pemerintahan.
2.6.2 Pemerintah Daerah
Dalam kaitan pengembangan Kasiba dan Lisiba BS, peran Pemerintah Daerah
adalah sebagai berikut:
a) Memberikan pembinaan kepada Badan Pengelola Kasiba dan Penyelengara Lisiba
BS.
b) Bersama Badan Pengelola Kasiba atau Penyelenggara Lisiba BS memberikan
penyuluhan kepada masyarakat.
c) Menyusun RP4D.
d) Menetapkan lokasi Lisiba dan Kasiba.
e) Pembebasan Lahan.
f) Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas kawasan.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
Tabel 1
Pembagian Peran Pengelolaan Kasiba – Lisiba BS Berdasarkan PP No. 80 Tahun
1999
NO KEGIATANPERAN/TANGGUNG JAWAB
PUSATPEMKAB/PEMKOT
BadanPengelola
Penyelenggara (1)
1Pembentukan BP (BUMN/BUMD) V V X X
2Penetapan Lokasi sesuai RTRW Bupati/Walikota
3Penyediaan tanah
Fasilitasi V V
4Perencanan Teknis (2) Persetujuan
PerubahanV V
5Pembangunan (3) Fasiltasi (jaringan
primer)Fasilitasi V
V (Lisiba BS )
6Pengendalian Pembangunan (4) Perolehan Tanah
dan PembangunanPemb.Fisik Saran-saran
7 Pembinaan:- Pembinaan Teknis,
Pembangunan FisikMENPU dan MEMPERA
- Pembinaan Teknis Agraria KEPALA BPN- Pembinaan kordinasi
BangPerkimMEN PU dan MEMPERA
- Pembinaan Umum pemerintahan
MENDAGRI
8Penyerahan PS Lingkungan
Terbangun (5) V
Sumber: Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999
Keterangan:
1) Masyarakat pemilik, Badan Usaha yang ditetapkan BP/Pemda untuk Lisiba
2) Rencana Teknik Tata Ruang, perolehan tanah, fisik pembangunan
3) Kegiatan perolehan tanah, pembangunan serta pemeliharaan jaringan primer
dan sekunder prasana lingkungan serta utilitas
Untuk Lisiba LS dapat dilaksanakan oleh Penyelenggara
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
4) Kegiatan Pengawasan, Penertiban terhadap perolehan tanah dan pembangunan
fisik; Pengendalian Pembagunan Fisik langsung oleh BP dan dilaporkan ke
Pemerintah Daerah. Masyarakat Pemilik dapat memberikan saran-saran
5) Penyerahan PS Lingkungan terbangun dan kavling matang dari BP ke Pemda
2.7 Kebijakan Operasional Permukiman Baru Serta Kasiba – Lisiba BS
Kebijakan operasional permukiman baru serta Kasiba – Lisiba BS meliputi,
pembangunan infrastruktur pada kawasan permukiman yang baru melalui kemitraan
antara pemerintah, swasta dan masyarakat mengacu pada Tata Ruang
Kota/Kabupaten, yang mana infrastruktur memiliki peranan yang penting dalam suatu
permukiman, tanpa adanya infrastruktur yang baik maka permukiman tidak dapat
berfungsi dengan baik, dan pembangunan infrastruktur tersebut diserahkan kepada
pihak swasta yang diawasi langsung oleh pemerintah dan masyarakat.
Selanjutnya kegiatan akan diarahkan pada pendampingan dalam rangka
pengembangan permukiman baru serta Kasiba/Lisiba dan bantuan prasarana dan
sarana, sehingga permukiman baru dapat berkembang dengan baik dan sesuai yang
diharapkan.
Pembangunan Kasiba – Lisiba BS diprioritaskan pada Kota Metropolitan, Kota
Besar cepat tumbuh serta Ibukota kabupaten/propinsi baru.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
BAB III
STUDY KASUS DAN REVIEW
1. Maya Errian Yolitta
a) Study Kasus
Perumnas Rintis Kerja Sama dengan REI
Penulis : Brigita Maria Lukita | Senin, 28 Juli 2008 | 20:01 WIB
JAKARTA, SENIN - Perum Perumnas merintis kerja sama pengelolaan
kawasan seluas 10.000 hektar dengan Real Estat Indonesia atau REI.
Pengelolaan dengan pola kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun
(kasiba-lisiba) itu diharapkan mendorong penyediaan hunian layak bagi
masyarakat berpenghasilan rendah.
Direktur Utama Perumnas, Himawan Arief Sugoto, di Jakarta, Senin (28/7),
mengemukakan, pengelolaan kawasan itu direncanakan berlangsung di Maja,
Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Kerja sama dilakukan dengan
memanfaatkan lahan-lahan yang dimiliki oleh perumnas dan beberapa
pengembang REI dalam satu kawasan. "REI mempercayakan lahan mereka
untuk dikelola perumnas bagi penyediaan permukiman siap bangun," kata
Himawan.
Dari total lahan seluas 10.000 hektar di Maja, sekitar 300 hektar di
antaranya milik Perumnas, dan selebihnya dimiliki pengembang yang tergabung
dalam REI. Penandatanganan kerja sama itu ditargetkan berlangsung mulai
tahun ini. Direktur Pemasaran Perumnas, Teddy Robinson, mengemukakan,
kerja sama Perumnas dan REI dalam pengelolaan kawasan diharapkan
mempercepat pembangunan permukiman dalam satu kawasan dengan fasilitas
dan infrastruktur yang lebih lengkap. Pembangunan yang sporadis
menyebabkan pengembang permukiman kerap terganjal biaya pembangunan.
Selain itu, mensiasati semakin terbatasnya lahan perumahan.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
"Kawasan diharapkan akan dikembangkan menjadi konsep kota hunian
baru, dengan peruntukan mayoritas untuk masyarakat berpenghasilan rendah,"
katanya. Ketua Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia (REI), Teguh
Satria, mengemukakan, kawasan Maja sebenarnya diarahkan menjadi kota
satelit yang disebut Kota Kekerabatan Maja sejak 1996. Namun,
pelaksanaannya tersendat akibat krisis moneter tahun 1998. Pihaknya telah
membentuk tim revitalisasi dan menyerahkan kawasan Maja kepada Perum
Perumnas untuk dikelola menjadi kasiba, meliputi pembangunan infrastruktur
berupa jalan utama, jaringan transmisi listrik dan air, jalan, serta pengelolaan
tata ruang. Sementara itu, pembangunan permukiman dan fasilitas hunian akan
dilakukan oleh pengembang REI. "Pengembangan kawasan Maja menjadi kota
setelit direncanakan berlangsung selama 30 tahun," kata Teguh.
Sumber:
http://nasional.kompas.com/read/2008/07/28/20011975/perumnas.rintis.kerja.sama.dengan.rei
b) Review
Konsep pengembangan dengan cara membentuk kerjasama antara pihak
Perumnas dengan REI merupakan penerapan yang baik untuk pengembangan
kawasan perumahan. Apalagi dengan memihak kepada masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) yang menjadi fokus tujuan pembangunannya.
Hal itu merupakan suatu bentuk peningkatan kualitas yang diharapkan dapat
meminimalisir adanya kawasan-kawasan permukiman yang tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.Ditinjau dari segi positif, kerjasama antara pihak
Perumnas dengan REI dapat memunculkan adanya persebaran sarana dan
fasilitas pelengkap lainnya, karena perencanaan kawasan tersebut ditujukan
untuk menjadi kota satelit. Dimana kota satelit tersebut merupakan kota kecil
yang menjadi pengembang untuk kota besar yang ada disekitarnya, melalui pola
pengembangan yang menyebar dan tidak sporadis. Pengendalian pembangunan
juga dapat dilakukan karena adanya kawasan siap bangun (Kasiba) dan
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
Lingkungan siap bangun (Lisiba) yang berorientasi pada masyarakat
berpenghasilan rendah yang notabennya merupakan faktor utama dalam isu
pembangunan yang sulit terkendali.
Disamping itu, ada segi negatif dari pengelolaan kawasan permukiman yang
rencananya akan dipercepat dalam pembangunan perumahan pada satu kawasan
dengan fasilitas dan infrastruktur yang lebih lengkap. Karena kenyataannya,
bukan masyarakat berpenghasilan rendah saja yang akan tertarik untuk
menghuni kawasan dengan kelengkapan sarana maupun utilitas yang baik. Hal
tersebut dapat menarik masyarakat dengan kemampuan financial menengah ke
atas untuk memilih kawasan permukiman tersebut dan akhirnya menggeser
masyarakat berpenghasilan rendah dan dampaknya akan kembali membangun
kawasan-kawasan permukiman yang tidak terkontrol dan tidak sesuai dengan
tata guna lahan yang tersedia.
Jadi dalam hal ini, pembangunan permukiman untuk masyarakat
berpenghasilan rendah tidak dicampur adukkan dengan arahan rencana menjadi
kota satelit karena hal tersebut dapat mengubah cara pandang dan dampak
akhirnya adalah ketidak sesuaian harapan dengan kenyataan yang akan terjadi
nantinya. Pemerintah dan pihak-pihak terkait yang bekerja sama dalam
pengembangan permukiman ini tetap konsisten dan tetap menjalankan sistem
sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
2. Yaniar Dien Rachma
a) Study Kasus
MENPERA CANANGKAN KASIBA DI BONE
Menpera Suharso Monoarfa melakukan pencanangan pembangunan
kawasan siap bangun (Kasiba) seluas 500 hektar untuk sekitar 5.000 unit rumah
di Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Pembangunan Kasiba
tersebut diharapkan dapat menampung 15.000 penduduk dan menjadi kota
satelit baru di Gorontalo.
“Pencanangan Kasiba di wilayah Bone Bolango untuk 5000 unit rumah ini
diharapkan dapat memunculkan sebuah komunitas baru dan menampung sekitar
15.000 penduduk,” ujar Suharso Monoarfa di Bone Bolango, Gorontalo
beberapa waktu lalu. Suharso Monoarfa menjelaskan, saat ini jumlah Kasiba di
Indonesia memang belum terlalu banyak. Oleh karena itu, dirinya sangat
bersyukur bisa mencanangkan Kasiba untuk kawasan perumahan dan
permukiman di Gorontalo. Suharso Monoarfa optimistis Kasiba di Kabupaten
Bone Bolango ini bisa lebih dikembangkan menjadi kota satelit baru. Adanya
pembangunan jalan lingkungan, drainase, pemancangan tiang listrik,
pembangunan saluran air minum dan saluran air buangan yang tertata dengan
baik dapat membuat Kasiba ini ke depan menjadi sebuah kota satelit. Untuk itu,
dirinya meminta pemerintah daerah setempat untuk memberikan perhatian
khusus mengingat kebutuhan rumah bagi masyarakat akan terus meningkat.
“Adanya Kasiba ini menunjukkan adanya perhatian Pemda terhadap
kebutuhan lahan untuk perumahan bagi masyarakat. Saya juga minta kalau
Pemda memiliki sisa anggaran lebih jangan dibelanjakan tidak karuan.
Belanjalah tanah sebab itu tanah itu tidak akan pernah bertambah dan bisa
dibukukan dalam neraca daerah kekayaan daerah menjadi Barang Milik
Daerah,” katanya.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
Suharso Monoarfa juga mengingatkan agar pembangunan perumahan tidak
mengikis lahan-lahan yang produktif yang bermanfaat bagi masyarakat. Dalam
hal pembangunan kasiba, Kemenpera juga akan membantu pembangunan
prasarana, sarana dan utilitas (PSU) dan melakukan bedah kampung nelayan
sehingga mampu membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat
Sumber:
http://www.konsumenproperti.com/Infrastruktur/menpera-canangkan-
pembangunan-kasiba-di-bone-bolango.html
b) Review
Dengan akan diadakannya pembangunan Kasiba di wilayah Tilongkabia
Kabupaten Bone Bolango, Kota Gorontalo, maka dapat meningkatkan kegiatan
yang ada di wilayah tersebut. Kasiba dengan luas 500 hektar untuk sekitar 5000
unit rumah daan dapat menampung 15.000 penduduk. Untuk membuat dan
menata Kasiba harus diperhatikan pula infrastruktur yang memadai, seperti
pembangunan jalan lingkungan, drainase, pemancang tiang listrik,
pembangunan saluran air minum, dan saluran air buangan agar Kasiba tersebut
dapat menjadi kawasan maju.
Disediakannya kasiba ini menunjukkan bukti bahwa PEMDA daerah
Tilongkabia Kabupaten Bone Bolango peduli terhadap warga yang belum
memiliki tempat tinggal tetap. Dengan adanya kasiba ini maka warga dapat
membangun permukiman di daerah tersebut sehingga kemungkinan warga
membangun permukiman di daerah yang dilarang dapat menurun. Apalagi
warga daerah Tilongkabia ini merupakan warga atau masyarakat yang belum
memiliki rumah yang layak huni, dan berada pada tingkat ekonomi menengah
kebawah.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
3. Nugraha Eka Pramudita
a) Study Kasus
Pengembang Mesti Bangun Lingkungan Hunian Berimbang
Senin, 3 Januari 2011 | 15:04 WIB
JAKARTA - Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) meminta kepada
para pengembang agar membangun lingkungan hunian berimbang dalam proyek
pembangunan perumahan dan permukiman bagi masyarakat.
"Kami akan mendorong para pengembang untuk membangun lingkungan
hunian berimbang bagi masyarakat," kata Sekretaris Kementerian Perumahan
Rakyat (Sesmenpera) Iskandar Saleh kepada pers di Jakarta, Senin.
Menurut Sesmenpera, ketentuan untuk membangun hunian berimbang tertuang
dalam UU Perumahan dan Kawasan Permukiman. Oleh karena itu, para
pengembang diharapkan dapat mematuhi aturan itu.
Dalam hal ini, ujar Iskandar Saleh, pengembang diwajibkan membangun
hunian berimbang dalam satu hamparan. "Pembangunan hunian bisa dilakukan
dalam Kawasan Siap Bangun (Kasiba) maupun Lingkungan Siap Bangun
(Lisiba)," katanya.
Selanjutnya, Kasiba dan Lisiba tersebut nantinya bisa dikelola oleh para
pengembang maupun dalam bentuk perumahan swadaya. Untuk itu, pemerintah
melalui Kemenpera akan terus berkomitmen membantu masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) khususnya dalam bidang perumahan swadaya.
Sejumlah bantuan untuk masyarakat diberikan untuk membangun rumah secara
swadaya guna perbaikan rumah maupun pembangunan rumah baru.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
"Kami memberikan bantuan sekitar Rp 5 juta hingga Rp 10 juta untuk
masyarakat yang membangun rumah secara swadaya. Meski tidak mencukupi tapi
setidaknya bisa membantu mengurangi beban masyarakat," katanya.
Pada 2010-2014, pemerintah bertekad mampu membantu sertifikasi hak atas
tanah 30.000 unit rumah swadaya Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
"Itu target dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Kemenpera
dan telah dimulai prasertifikasi pada 2010," kata Deputi Bidang Perumahan
Swadaya, Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera), Jamil Anshari usai
menandatangani perjanjian kerja sama Pemberdayaan MBR untuk Membangun
Rumah Secara Swadaya Melalui Sertifikasi Hak Atas Tanah.
Jamil menjelaskan, pada 2010 telah dilakukan pendampingan prasertifikasi di 17
provinsi dan 67 kabupaten/kota. "Targetnya 7.500 sertifikat atas unit rumah per
tahunnya," katanya. Kemenpera pada 2011 akan melanjutkan proses
pendampingan bagi MBR untuk mengurus sertifikasi hak atas tanah rumahnya di
20 provinsi dan 60 kabupaten/kota.
b) Review
Pembangunan permukiman skala besar yang diwujudkan dalam pembangunan
kasiba dan lisiba, seperti yang dijelaskan dalam Pasal 23 Undang-Undang No. 4
Tahun 1992 bertujuan agar pembangunan perumahan dan permukiman dapat
lebih terarah dan terpadu sesuai dengan arah pembangunan Kabupaten/Kota,
sehingga mengarahkan pertumbuhan Kabupaten/Kota membentuk struktur
lingkungan yang lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu, Kementerian
Perumahan Rakyat (kemenpera) meminta para pengembang untuk membangun
hunian yang dilakukan dalam Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan
Siap Bangun (Lisiba) demi terciptanya lingkungan hunian yang berimbang bagi
masyarakat.
Kasiba dan Lisiba tidak hanya dapat dikelola oleh para pengembang, namun
juga dapat diwujudkan dalam bentuk perumahan swadaya. Dalam pembangunan
perumahan swadaya, fokus pemerintah adalah untuk membantu masyarakat yang
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
berpenghasilan rendah (MBR) dengan memberikan bantuan dana kepada
masyarakat.
Jadi,melihat kondisi eksisting wilayah permukiman di Kabupaten/Kota saat
ini yang semakin tidak teratur, konsep Kasiba dan Lisiba sesuai diterapkan dalam
Kabupaten/Kota agar terciptanya pembangunan permukiman dan perumahan yang
terarah.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
4. Oscar Wanggai
a) Study Kasus
KASIBA BANTUL, PROVINSI DI. YOGYAKARTA
Penggunaan konsep Kasiba dalam pengadaan lahan perumahan
memungkinkan terciptanya permukiman harmonis dengan pola hunian yang
berimbang (antara rumah sederhana, rumah menengah, dan rumah mewah).
Selain itu konsep Kasiba memungkinkan pula diterapkannya mekanisme
subsidi-silang dari harga KTM rumah mewah (dan rumah menengah bila
perlu) kepada harga Kavling Tanah Matan rumah sederhana, dalam rangka
pemenuhan kebutuhan lahan permukiman yang terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat (terutama kelompok masyarakat berpenghasilan rendah). Dalam
pelaksanaan penyelenggaraan pengembangan dan pembangunan Kasiba,
sebaiknya perlu didukung oleh aspek kelembagaan pengelola yang memadai.
Tulisan ini merupakan suatu usulan yang telah melalui beberapa telaah
kebijakan, guna mencari sebuah konsep kelembagaan yang memadai. Adapun
lokasi studi kasus dalam merumuskan suatu konsep tersebut adalah Kasiba di
Bantul yang dikenal dengan Bantul Kota Mandiri (BKM) di Kabupaten
Bantul, Provinsi D.I. Yogyakarta. Konsep kelembagaan ini tidak mengikat
dan tentunya disesuaikan dengan kondisi permasalahan dalam pelaksanaannya
di lapangan serta kondisi organisasi pemerintah Kabupaten Bantul.
A. Menetapkan Lokasi dan Penyediaan Tanah Kasiba/Lisiba BS
Lokasi Kasiba/Lisiba BS ditetapkan bersama oleh para stakeholder dengan
mengacu pada RTRW Kota/Kab, atau RDTR Kota/Kabupaten bila sudah
ada.Tantangan besar Kasiba Lisiba adalah cara memperoleh tanah. PP
80/99 telah mensyaratkan beberapa cara perolehan tanah yang disesuaikan
dengan aturan yang berlaku. Apabila perolehan tanah dilakukan bukan
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
dengan cara ganti rugi murni, maka pola-pola konsolidasi lahan, land
sharing dan sebagainya dapat dilakukan. PP 80/99 mengharuskan Badan
Pengelola melakukan penyuluhan dan penjelasan kepada masyarakat
pemilik tanah mengenai hal tersebut. Pola yang paling gampang dan
sederhana bagi Badan Pengelola/Penyelenggara adalah memberi ganti
rugi. Namun apabila pola ganti rugi sulit dilakukan, maka pola pendekatan
lain seperti konsolidasi lahan juga dapat dilakukan. Kegiatan ini
membutuhkan energi dan perhatian yang khusus dan lagi-lagi,
kelihatannya Badan Pengelola/Penyelenggara butuh pendampingan atau
bantuan teknis untuk melaksanakan hal tersebut.
B. Dasar-dasar pengembangan kelembagaan pengelolaan Kasiba Bantul Kota
Mandiri (BKM)
Pelaksanaan penyelenggaraan pengembangan dan pembangunan Kasiba
BKM di Kabupaten Bantul perlu didukung oleh aspek kelembagaan
pengelola yang memadai, yang tentunya akan disesuaikan dengan kondisi
permasalahan dalam pelaksanaannya di lapangan serta kondisi organisasi
pemerintah Kabupaten Bantul.
Aspek kelembagaan pengelolaan ini akan terkait dengan 4 (empat) hal
sebagai berikut :
a. Revitalisasi PT. Bantul Kota Mandiri sebagai unit pengelola Kasiba
BKM yang telah ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten Bantul
b. Pola pembagian peran stakeholder kegiatan pembangunan perumahan
dan permukiman untuk mengoptimalkan upaya partisipasi seluruh pelaku
pembangunan di bidang perumahan dan permukiman Kabupaten Bantul.
c. Tata laksana program pembangunan dan peningkatan perumahan dan
permukiman Kabupaten Bantul.
d. Sistem dan pola pendanaan penyelenggaraan kegiatan perumahan dan
permukiman Kabupaten Bantul termasuk didalamnya pengenalan model
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
pembiayaan Badan Pengelola Kasiba BKM melalui pola Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD).
C. Review
Mekanisme penyiapan Badan Pengelola Kasiba BKM di Bantul, akan
melaluli tahapan-tahapan sebagai berikut :
a) Upaya pembentukan kelembagaan bidang perumahan dan permukiman
kota, dapat melalui pemanfaatan kelembagaan yang sudah ada (re-
fungsionalisasi Pokjanis / Forum Kota) maupun
b) membentuk kelembagaan baru, yang nantinya akan diserahi pula
tugas-tugas penyiapan / kepanitian untuk penyiapan / pengadaan
Badan Pengelola Kasiba.
c) Penyusunan mekanisme pemilihan dan penunjukkan Badan Pengelola
Kasiba, termasuk arahan-arahan yang mengatur pengelolaan Kasiba
oleh Badan Pengelola dan ketentuan koordinasi kegiatan antara Badan
Pengelola dengan kelembagaan bidang perkim Kabupaten Bantul.
d) Legalisasi kelembagaan bidang perkim Kabupaten Bantul dan
penyiapan legalisasi penunjukkan Badan Pengelola Kasiba serta
mekanisme kerja (Tupoksi) dan koordinasinya. Secara teknis tatacara
penunjukan Badan Pengelola Kasiba Bantul akan mengacu pada
pedoman Badan Pengelola Kasiba dan Lisiba, namun dalam kondisi
tertentu, Kepala Daerah dapat mengupayakan pembentukan Badan
Pengelola Kasiba melalui : Pembentukan badan yang ditugasi
mengelola Kasiba untuk dikukuhkan kemudian menjadi BUMD
bidang perkim.
e) Menunjuk Sekda sebagai Ketua Badan Pengelola Kasiba dengan
keanggotaan yang meliputi unsur Dinas PU, Dinas Perumahan dan
Permukiman, Dinas Tata Kota / Ruang, Badan Pertanahan, dan dinas-
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Tukar Materi TGPL C Kasiba – Lisiba (BS)
dinas lainnya yang terkait serta unsur profesional di bidangnya yang
ditunjuk langsung.
f) BUMN / D bekerjasama dengan swasta untuk membentuk suatu badan
usaha / perusahaan baru di bidang perkim dengan kepemilikan saham
Pemda minimum 51%.
Proses pembentukan badan pengelola Kasiba BKM di Bantul dilakukan
oleh Bupati dengan membentuk tim penyiapan Badan Pengelola Kasiba yang
diketuai oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul. Anggota tim di bentuk dari
unsur-unsur dinas teknis yang terkait dengan pembangunan perumahan dan
permukiman di Kabupaten Bantul, yaitu Bappeda, Dinas PU, Dinas Tata
Kota, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Umum, Badan
Pertanahan serta unsur dari instansi lain yang diperlukan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam skema berikut ini. Setiap anggota tim bertugas dan
bertanggung jawab melakukan penilaian terhadap proposal yang diajukan
calon penyelenggara Lisiba, sesuai bidang tugasnya masing-masing.
| Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya