TUGAS AKM (Administrasi Kesehatan
Masyarakat)
Oleh:
Andrew Surya (09700141)
Martin Chandra Diputra (09700355)
Virdo Novian (09700)
Ramdani Saputra (09700353)
Jack Rainagel Samuel (09700)
Zamiel Reza (09700)
Aris Sudarwoko (09700
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2010/2011
Lampiran Kasus
TBC Masih Ancam Kesehatan Masyarakat
Oleh:
Rabu, 24 Maret 2010 | 19:45 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Meski kini kematian manusia akibat penyakit tuberkulosis
(TBC) telah menurun ketimbang pada 1990, namun penyakit ini masih membunuh 1,3
juta orang/tahun di seluruh dunia. Bagaimana dengan Indonesia?
TBC juga menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Jumlah kasus baru TBC
setiap tahun masih 528.000, sebanyak 91.000 kasus di antaranya berakibat kematian.
"Cakupan penemuan kasus baru sekarang 71%, tingkat keberhasilan pengobatan 88,4%. Itu
sudah melampaui target global, tapi tetap akan ditingkatkan," kata kata Menteri Kesehatan
Endang Rahayu Sedyaningsih saat membuka seminar tentang TBC, di Jakarta, Rabu (24/3),
dalam memperingati Hari TBC Sedunia.Ia menjelaskan, Indonesia adalah negara pertama di
Asia Tenggara yang berhasil mencapai target penemuan kasus dan keberhasilan pengobatan
global. "Namun masalahnya masih besar. Penyakit ini juga berkembang, bakteri penyebabnya
berubah, kita harus bergerak lebih cepat dan menghentikannya," ujarnya.
Pemerintah Indonesia berusaha menurunkan angka kejadian penyakit TBC menjadi 222 kasus
per 100.000 penduduk pada 2015 sesuai target Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium
Development Goals/MDGs). Untuk mencapai target tersebut pemerintah menerapkan strategi
pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung (DOTS).
Strategi itu antara lain meliputi komitmen politik berkesinambungan untuk mengerahkan
sumber daya bagi upaya pemberantasan TBC, diagnosis TB berkualitas, penyediaan obat
anti-TBC (OAT), pengobatan OAT dengan pengawasan, serta pencatatan dan pelaporan
kasus sesuai standar.Menurut dia, saat ini 98% puskesmas sudah menerapkan strategi DOTS
yang bisa diakses penderita TBC.Namun, menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, rumah sakit
yang menerapkan strategi DOTS baru sekitar 37%.
Padahal, kata Pejabat Sementara Perwakilan Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Indonesia
Stephan Jost, rumah sakit juga memegang peran kunci dalam upaya penanggulangan TBC
nasional.Oleh karena itu, menteri kesehatan mengatakan, pemerintah akan meningkatkan
keterlibatan rumah sakit, termasuk rumah sakit swasta dan dokter praktik swasta dalam
pelaksanaan strategi DOTS.
"Untuk dokter praktik swasta, kami akan menghubungi Ikatan Dokter Indonesia supaya
mereka menyebarluaskan paket informasi mengenai TBC," katanya.
Kementerian Kesehatan juga sudah meminta Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
memasukkan materi tentang pemberantasan TBC dan strategi DOTS dalam kurikulum
pendidikan kedokteran.Ia menjelaskan pula bahwa pemerintah juga akan terus meningkatkan
temuan kasus TBC dan keberhasilan pengobatan TBC untuk memberantas penyakit menular
yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis itu.Sementara dalam kesempatan yang sama,
Direktur USAID Indonesia Walter North mengatakan, "Meskipun pengobatan telah hadir
lebih dari setengah abad lalu, TBC tetap menjadi salah satu dari penyebab penderitaan
manusia dan terus mempengaruhi kesehatan serta kesejahteraan puluhan ribu warga
Indonesia. Hari ini kita diingatkan bahwa TBC masih ada di mana-mana," katanya.
Indonesia berada di urutan ketiga di dunia, dengan 535.000 kasus TBC. Sejak 2000, program
pengendalian TBC di Indonesia telah berhasil mencapai target global mengidentifikasi dan
merawat setidaknya 70% dari jumlah kasus yang diperkirakan. Dan pada saat itu USAID
telah memberikan bantuan US$1 miliar untuk sejumlah program pemberantasan TBC di
seluruh dunia.Pemerintah AS berkomitmen bekerja sama dengan Indonesia memerangi
penyakit menular ini. Di Indonesia, USAID mendukung program TBCAP (Tuberculosis
Control Assistance Program) yang memfokuskan diri melakukan diagnosa, perawatan serta
peringatan tentang kasus-kasus TBC, secara tepat dan dini sesuai garis-garis besar nasional
dan rekomendasi WHO. [*/mor]
Penyebab TBC
Penyebab penyakitini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis.Mycobacteria
termasuk dalam family Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales.
Kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M.
microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis
yang terpenting dan paling sering dijumpai.
M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak membentuk
spora, dan termasuk bakteri aerob.Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri
lainnya, misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh
pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu,
maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme
lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella
micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak
berhubungan dengan arabino galaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini
menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dindingsel mycobacteria, berperan dalam
interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di
dalam makrofag.
Gejala sistemik/umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan –
5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif,
dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Strategi Health Promotion
1. To Enable
Supportive environment,
- Lingkungan bersih yang bebas dari adanya bakteri, misalnya dengan melakukan
gotong royong.
- Meminimalisasi media penyebaran, dengan membuang dahak dengan
menggunakan tissue atau sapu tangan pada tempat khusus dan terisolir.
Acces to Information
- Menyediakan sarana informasi, seperti brosur, iklan ataupun selebaran tentang
TBC.
- Unit kesehatan seperti puskesmas, klinik, maupun rumah sakit secara rutin
mengadakan penyuluhan khususnya di daerah-daerah kumuh dan terpencil.
Life Skills
- Memberikan pelatihan tentang cara pencegahan maupun penanganan bagi
penderita ataupun warga misalnya dengan memakai masker untuk mencegah
penularan.
Oppurtunities for making healthy choices
- Memberikan kesempatan yang sama dalam hal pelayanan kesehatan, misalnya
pemberian obat Isoniazid (INH) untuk TB yang tidak aktif dan antibiotik untuk
TB yang aktif.
- Kebebasan dalam memilih dokter ataupun pelayanan kesehatan.
2. To Mediate
Governments, misalnya Departemen Kesehatan berusaha menurunkan angka kejadian
penyakit TBC menjadi 222 kasus per 100.000 penduduk pada 2015 sesuai target
Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs).
Non Governmental, misalnya perusahaan swasta yang mengalokasikan dananya untuk
pemberantasan TBC.
Local Authorities, misalnya kebijakan dari RT/RW menyediakan fasilitas bagi
warganya seperti WC Umum.
Industry, misalnya industri pabrik obat di indonesia yang mengutamakan pemerataan
kesehatan warga suspect TBC daripada mencari keuntungan dan juga pemerataan
distribusi obat.
Media, mengoptimalkan penggunaan media sebagai sarana publikasi informasi
kesehatan penyakit TBC ataupun mengenai iklan obat TBC, misalnya, koran, tabloid,
televisi ataupun radio.
3. To Advocate
Concept of Education and Promotion of TBC
1. Health Education (HE)
Menitikberatkan pemberian edukasi guna meningkatkan taraf kesehatan bagi
masyarakat dengan mempromosikan gaya hidup sehat dan memperbaiki kondisi
masyarakatnya secara langsung, misalnya:
Penyuluhan kesehatan di balai desa maupun SD, SMP, dan SMA.
Memberikan edukasi secara singkat dan jelas bagi setiap pasien yang berobat ke
dokter atau tempat pelayanan kesehatan lainnnya.
Menyelenggrakan seminar tentang TBC, bagi tenaga terdidik seperti guru,kepala
desa, maupun tokoh masyarakat agar dapat memberikan edukasi yang tepat bagi
masyarakat tempat mereka tinggal.
2. Health Promotion (HP)
Menitikberatkan pada pemeliharaan lingkungan serta melakukan tindakan perubahan
pada lingkungan guna meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, misalnya:
Mengadakan pembersihan pada tempat tempat yang tingkat kebersihan dan tingkat
kesehatannya rendah.
Membangun tempat tempat pelayanan kesehatan bagi daerah yang terpencil atau
tingkat kesehatannya rendah.
Melakukan evaluasi kesehatan lingkungan setiap bulan, serta evaluasi penyakit pada
daerah tempat tingga setiap tahunnya agar diketahui perkembangan kesehatan di
tempat tersebut.