7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR
1/15
7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR
2/15
2
C. Definisi dan Klasifikasi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2002) atau setiap retak atau
patah pada tulang yang utuh (Reeves, Roux & Lockhart, 2002).
Fraktur didefinisikan sebagai terputusnya integritas tulang hidup, yang
meliputi cedera sumsum tulang, periosteum, dan jaringan lunak di dekatnya.
Terdapat berbagai tipe-tipe fraktur yang telah dikemukakan para ahli, seperti
patologis, stres, dan greenstick. Ketika terjadi fraktur, diperlukan penegakan
diagnosis baik secara radiologis dan klinis, dengan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Anatomis : fraktur dijelaskan dengan tulang yang terlibat di dalamnya dan
bagian mana yang terkena pada tulang tersebut (diafisis, metafisis, fisis,
epifisis).
2. Keterlibatan permukaan artikuler : apakah fraktur disertai keterlibatan intra-
artikular? Apakah terdapat perpindahan atau perenggangan intra-artikular?
3. Displcement: apakah fragmen distral fraktur tampak berpindah jika
dibandingkan dengan fragmen proksimal? Displacement terjadi pada derajat
berapa dan berapa persentasenya?
4. Angulasi: Deformitas angular dinilai dengan melihat fragment distal dan
fragmen proksimal atau melalui perbandingan dengan apex proksimal
fragmen distal.
5. Rotasi: adanya deformitas rotasional ditegakkan secara klinis dan radiologis.
6. Shortening: Apakah fraktur menyebabkan terjadinya pemendekan pada tulang
yang terlibat? Seberapa parah terjadinya pemendekan tersebut?
7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR
3/15
7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR
4/15
4
IIIA : Kerusakan jaringan lunak dengan masih ada cuku[ jaringan lunak
untuk menutup tulang , sehingga tidak diperlukan flap lokal atau jauh
untuk menutupi tulang
IIIB : Kerusakan jaringan lunak ekstensif sehingga diperlukan flap lokal
atau jauh untuk menutupi tulang. Luka mungkin terkontaminasi, karena itu
diperlukan irigasi dan debridement serial untuk memastikan bahwa luka
telah bersih. Gambar di bawah ini adalah ilustrasi untuk fraktur derajat
IIIB :
IIIC : Semua fraktur terbuka dengan injuri arterial yang memerlukan pena
nganan seegera (Buckley, 2012).
7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR
5/15
5
Gambar tersebut adalah bukti radiologis dari pemeriksaan angiografi
untukmelihat adanya injury vaskuler setelah terjadi trauma.
Komponen injury jaringan lunak yang terjadi pada trauma dangat penting untuk
menentukan hasil penatalaksanaan fraktur. Klasifikasi Gustillo telah diketahui
hanya memiliki reliabilitas intraobserver dan interobserver sedang untuk
mengklasifikasikan fraktur. Skala fraktur Tscherne dan Hannover memiliki sistem
klasifikasi yang lebih baik untuk mengevaluasi injury jaringan lunak dengan
7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR
6/15
6
ketentuan-ketentuan untuk ukurna luka, area skin loss, dan kerusakan jaringa
lunak di dekatnya (Buckley, 2012).
D. Patofisiologi
Penyembuhan pada fraktur teerjadi dalam lima fase, yaitu sebagai
berikut:
1. Fase fraktur dan inflamasi.2. Pembentukan jaringan granulasi.3. Pembentukan Callus.4. Deposisi tulang lamella.5. Remodelling(Buckley, 2012).
Periode paling penting pada penyembuhan fraktur adalah fase inflamasi
dan pembentukan hematom yang terjadi setelahnya. Pada fase ini mekanisme
sinyal seluler bekerja melalui kemotaksis dan mekanisme inflamasi untuk
menarik sel-sel yang terlibat dalam inisiasi respon penyembuhan. Dalam 7 hari,
tubuh akan membentuk jaringan granulasi di antara fragmen fraktur. Berbagai
substansi sinyal biokimia terlibat dalam proses pembentukan granulasi ini, yang
berlangsung selama 14 hari (Buckley, 2012).
Selama pembentukan callus, proliferasi dan diferensiasi sel mulai
memproduksi osteoblast dan kondroblas di dalam jaringan granulasi. Osteoblas
dan kondroblas mensintesis matriks organis ekstraseluler pada woven bone dan
kartilago. Fase ini memerlukan waktu 3-16 minggu (Buckley, 2012).
7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR
7/15
7
Selama fase keempat, callus meshlike pada woven bone digantikan oleh
lamellar bone, yang diatur oleh axis tulang. Fase terakhir meliputi remodeling
tulang pada lokasi fraktur oleh berbagai jenis tipe seluler seperti osteoklas, Kedua
fase terakhir ini memerlukan waktu 1-4 tahun (Buckley, 2012).
Faktor pasien yang mempengaruhi penyembuha fraktur termasuk usia,
komorbiditas, penggunaan obat, faktor sosial, dan nutrisi. Faktor lain yang
mempengaruhi penyembuhan fraktur termasuk tipe fraktur, derajat rauma,
penyakit lokal dan sistemik, dan infeksi (Buckley, 2012).
Pasien yang memiliki prognosis buruk pada penyembuhan fraktur akan
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami komplikasi penyembuhan
fraktur, seperti nonunion, malunion, osteomyelitis, dan nyeri kronis. Tabel di
bawah ini menjelaskan mengenai faktor pasien yang mempengaruhi
penyembuhan fraktur.
Faktor Ideal Problematik
Usia Muda Lebih dari 40 tahun
Komorbiditas - + (e.g DM)
Penguunaan Obat - NSAID, kortikosteroid
Faktor Sosial Bukan perokok Perokok
Nutrisi Baik Buruk
Tipe Fraktur Tertutup, neurovaskuler
intak
Fraktir terbuka dengan
suplai darah yang buruk
Trauma Satu ekstremitas Beberapa ekstremitasFaktor lokas Tanpa infeksi Dengan infeksi
(Buckley, 2012).
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan inisial pada fraktur terdir dari penyambungan kembali
segmen yang patah kemudian imobilisasi ekstremitas yang terkena dengan
pemasangan splint. Status neurologis dan vaskuler harus dinilai secara klinis dan
7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR
8/15
8
setelah penyambungan kembali serta pemasangan splint. Jika pasien mengalami
fraktur terbuka, hemostasis harus diatasi secepat mungkin yang dapat dilakukan
dengan memberikan bebat tekan steril pada lokasi injury (Hamblen dan Simpson,
2007).
Pemasangan splint merupakan penatalaksanaan yang esensial untuk
memberikan terapi simtomatis pada pasien serta dpat juga untuk mencegah injury
neurologis dan vaskuler potensial pada jaringan lunak lokal. Pasien dapat
diberikan analgesic asetaminofen atau golongan opiate bila perlu (Hamblen dan
Simpson, 2007).
Tujuan penatalaksanaan fraktur terbukan adlah untuk mencegah infeksi,
memberikan waktu untuk penyembuhan tulang, dan mengembalikan fungsi
ekstremitas. Jika telah dilakukan penilaian inisial, serta penatalaksanaan untuk
injury yang mengancam jiwa, artinya fraktur terbuka telah dapat teratasi.
Hemostasis harus dipertahankan, kemudian diikuti dengan pemberian antibiotik
dan vaksinasi tetanus (Hamblen dan Simpson, 2007).
Sefazolin dan Klindamisin diberikan untuk injury fraktur derajat I dan II.
Jika luka terkontaminasi berat (derajat III), harus ditambahkan aminoglikosida
seperti gentamisin atau tobramisin pada terapi. Jika pasien mengalami barnyard
injury atau water-type injury,juga harus ditambahkan penisilin sebagai profilaksis
terhadap Clostridium perfringens. Profilaksis tetanus dan imunisasi harus
diberikan pada pasien yang nelum pernah diimunisasi sebelumnya (Hamblen dan
Simpson, 2007).
Penggunaan golongan kuinolon sebagai profilaksis sebaiknya dihindari
karena cepat berkembangnya stafilokokus resisten dan kuinolon adalan obat
7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR
9/15
7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR
10/15
10
4. Pasien dengan fraktur yang dikatehui memiliki proses penyembuhan burunsetelah terapi nonoperatif (e.g fraktur femoral neck).
5. Fraktur dengan avulsi luas dengan disrupsi tendon muskulus atau fungsiligament pada sendi yang terkena (e.g fraktur ptella).
6. Fraktur patologis.7. Multiple traumatic injuries melibatkan pelvis, femur, dan vertebra.8. Fraktur terbuka tidak stabil atau fraktur terbuka dengan komplikasi.9. Fraktur pada individu yang diketahui akan memerlukan imobilisasi jangka
panjang (e.g pasien lansia dengan fraktur femoral proksimal.
10.Fraktur pada area pertumbuhan pada individu dengan skeletal imatur yangmemiliki risiko tinggi berhenti tumbuh (e.g Selter-Harris tipe III dan IV).
(Hamblen dan Simpson, 2007).
G. Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk rekonstruksi bedah antara lain:
1. Infeksi aktif baik lokal maupun sistemik atau osteomyelitis.2. Jaringan lunak tidak mampu melindungi fraktur atau pendekatan dengan
bedah karena buruknya kualitas jaringan lunak sebagai akibat injury
jaringan lunak atau luka bakar, bekas luka parut bedah sebelumnya, atau
infeksi aktif.
3. Kasus-kasus dimana amputasi akan lebih mampu menyelamatkanekstremitas pasien.
(Hamblen dan Simpson, 2007).
7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR
11/15
11
G. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium preoperatif yang dilakukan bergantung pada
usia pasien, luas injury, dan kondisi lain yang menambah morbisitas pasien.
Pasien trauma memerlukan penatalaksanaan dengan prinsip ATLS. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dilakukan pada preoperatif ( tetapi bukan merupakan
prinsip wajib) adlah sebagai berikut:
1. Darah lengkap2. Elektrolit, kreatinin, dan gula darah.3. Urinalisis4. Faal hemostasis, terdiri dari aPTT dan INR.5. Golonga darah dan cross match.6. Pemeriksaan roksikologi dan alkohol
(Hamblen dan Simpson, 2007).
H. Imaging
Berdasarkan kondisi medis pasien, dapat dilakukan pencitraan radiografi
thorax. Rule of Two pada pencitraan fraktur :
1. Two views : lakukan dari posisi anteroposterior (AP) dan lateral padaekstremitas yang terkena ( 2 views orthogonal 90o satu sama lain).
Berdasarkan area yang terkena, dpat dilakukan radiografi spesifik, seperti
Joint-specific radiograph.
2. Two joints : ketika terjadi injury pada ekstremitas, direkomendasikan untukmelakukan X Ray pada sendi di atas dan di bawah injury untuk mengetahui
7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR
12/15
12
potensi terjadinya fraktur lain atau kemungkinan dislokasi pada sendi di
dekatnya.
Midshaft femoral fracture dengan dislokasi hip joint ipsilateral. Hasil X Ray
di atas menggunakan prinsip rule of two (Buckley, 2012)
3. Two limbs : direkomendasikan melakukan X ray pada ekstremitas yangterkena maupun tidak untuk analisis anatomi osseus dan membantu
penegakan diagnosis. Hal ini utamanya penting untuk menentukan panjang
ekstremitas dan rotasi pasaanak dengan injury cakra epifisis atau pasien
dengan fraktur kominutif berat.
7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR
13/15
13
4. Two times : direkomendasikan melakukan X Ray sebelum dan sesudahreduksi atau fikasasi untuk menilai kecukupan reduksi fraktur
(Buckley, 2012)
Radiografi harus dilakukan dengan prinsip Rule of the 6 As, yaitu :
1. Anatomy (eg, proximal tibia)2. Articular (eg, intra- vs extra-articular)3. Alignment (eg, first plane)4. Angulation (eg, second plane)5. Apex (pada fragmen diatal fraktur)6. Apposition (eg, 75% atau 0% [bayonet])(Buckley, 2012)
Umumnya CT scan tidak diindikasikan untuk evaluasi fraktur. MRI dapat
diindikasikan untuk menilai cedera pada kolumna spinalis (Hamblen dan
Simpson, 2007).
I. Follow Up
Konsultasi dengan spesialis rehabilitasi untuk membantu pemulihan
fungsi ekstremitas. Kebutuhan fisioterapi bergantung pada etiologi cedera dan
motivasi, tingkat pendidikan, serta kemampuan pasien. Semua pasien harus
diobservasi untuk potensi terjadinya komplikasi (Buckley, 2012).
J. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul dari pemasangan cast adalah
osteoporosis, edema kronis, atrofi jaringan lunak, dan kekakuan sendi. Masala-
7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR
14/15
14
masalah tersebut dapat dihindari dengan memberikan functional aftercare.
Komplikasi tindakan traksi adalah pressure ulcer, infeksi paru, UTI, kontraktur
footdrop permanen, peroneal palsy, pin tract infection, kejadian tromboembolik,
DVT, emboli paru. Komplikasi yang dapat timbul dari fiksasi eksternal adalah
gangguan gerakan sendi, kerusakan neurovaskuler. Komplikasi yang dapat timbul
dari intervensi bedah antara lain cedera neurologis dan vaskuler, sindrom
kompartemen, infeksi, tromboemboli, nekrosis avaskuler, artritis posttraumatic,
komplikasi dalam penyembuhan tulang {delayed, nonunion, dam malunion).
(Buckley, 2012)
7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR
15/15
15
DAFTAR PUSTAKA
Buckley, R. (2012) General Principles of Fracture Care Treatment andManagement. Emedicine Drugs, Desease and Procedures. Diakses pada 26
September 2012.
Hamblen dan Simpson (2007) Principles of Fracture Treatment. In: Adams
Outline of Fractures. 12th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone, pp. 29-51.
Smeltzer SC, & Bare BG (2002) Brunner and Suddarth ' s Textbook of Medical-
Surgical Nursing, 9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Reeves CJ, Roux R, G Lockhart (2002) Textbook of Medical-Surgical Nursing, 8th
edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.